Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

34
Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya Pembimbing: Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd. Tujuan Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dan guna mengembangkan kemampuan dibidang akademis mata kuliah Ilmu Kependidikan Disusun Oleh FKIP Pend. Fisika 2013 Kelas A: Azhar Umam K2313012 Esty Agustiani K2313020 Kurnia Fani Perdana K2313036

description

Pokok Permasalahan Pendidikan Di Indonesia

Transcript of Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

Page 1: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya

Pembimbing: Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd.

Tujuan

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dan guna mengembangkan kemampuan dibidang akademis mata kuliah Ilmu Kependidikan

Disusun Oleh FKIP Pend. Fisika 2013 Kelas A:

Azhar UmamK2313012

Esty AgustianiK2313020

Kurnia Fani Perdana K2313036

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret

Surakarta

Page 2: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

2

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini.

Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat

menolak efek dari penerapan pendidikan. Jadi, pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan

datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan

pembangunan nasional Indonesia.

Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya

dan program yang termasuk di dalamnya. Diantaranya dapat dibedakan menjadi pendidikan formal,

informal dan nonformal.

Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi

dan berjenjang, baik bersifat umum maupun bersifat khusus. Contohnya adalah pendidikan SD, SMP,

SMA dan perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Pendidikan Informal dalah jenis pendidikan atau

pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang diselenggarakan tanpa ada organisasi

tertentu (bukan organisasi). Pendidkan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yan diberikan

secara terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan formal.

Pada makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan formal yang

diselenggarakan di Indonesia.

Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak yang saling

bertentangan. Kedua dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah

segala sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata lain dapat

disebut sebagai ’Tujuan’. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang bukan merupakan

harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut sebagai hambatan atau masalah

yang ditimbulkan.

Jika peristiwa di atas dihubungkan dengan pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan akan

menimbulkan dampak negatif yang disebut sebagai masalah dan hambatan yang akan dihadapi. Hal

ini akan lebih tepat bila disebut sebagai permasalahan Pendidikan.

Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah

segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu

yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-sesuatu

hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.

Page 3: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

3

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah segala

macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan di negara Indonesia. Seperti

yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1993 dijelaskan bahwa program utama

pengembangan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan

2. Peningkatan mutu pendidikan

3. Peningkatan relevansi pendidikan

4. Peningkatan Efisiensi dan efektifitas pendidikan

5. Pengembangan kebudayaan

6. Pembinaan generasi muda

B. Batasan Masalah

Karena sangat luasnya kajian tentang Permasalahan Pendidikan, maka penulis membatasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Masalah Pokok Pendidikan

2. Faktor Pendukung Masalah Pendidikan

3. Penanggulangan Masalah Pembelajaran

C. Tujuan

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Ilmu Kependidikan Univesitas Sebelas

Maret

2. Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa

kita Indonesia.

3. Suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

4. Membantu dalam membahas dan menanggulangi masalah yang dihadapi di dalam dunia

pendidikan.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan pendidikan adalah suatu masalah yang sangat komplek. Apabila ditelaah lebih jauh,

maka kita akan menemukan sekumpulan hal-hal rumit yang sangat susah untuk disiasati. Masalah

yang dihadapi tersebut akan lebih susah jika saling berkait satu sama lain.

Oleh sebab itu, di dalam makalah ini penulis akan memberikan gambaran penting mengenai

kumpulan masalah-masalah yang akan di bahas dalam makalah ini. Berikut ini adalah bagan

mengenai masalah-masalah yang akan dibahas.

Page 4: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

4

Bagan di atas merupakan gambaran mengenai masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Jika

terdapat suatu hal yang berada diluar ruang lingkup permasalahan, maka masalah tersebut tidak akan

dibahas di dalam makalah ini.

E. Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah, diantaranya sebagai berikut:

1. Membangun kualitas pendidikan kearah yang lebih baik.

2. Menelaah masalah-masalah pendidikan yang dihadapi.

3. Memberikan inovasi baru dalam menghadapi masalah pendidikan.

4. Batu loncatan kepada pendidikan yang lebih baik.

5. Membangun cara belajar yang lebih efektif.

Permasalah Pendidikan

Permasalan Yang Dihadapi Faktor Pendukung Masalah

Mutu Pendidikan

Pemerataan Pendidikan

Permasalah Pembelajaran

Laju Pertumbuhan Penduduk

IPTEK

Mutu dan Relevansi Pendidikan

Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan

Penaggunlangan Masalah Pembelajaran

Page 5: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masalah Pokok Pendidikan

Permasalahan pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi tercapainya tujuan

pendidikan. Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang merupakan permasalahan pendidikan di

Indonesia. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pemerataan Pendidikan

2. Mutu dan Relevansi Pendidikan

3. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan

Berikut ini adalah penjelasan-penjelasan mengenai 3 poin permasalahan pendidikan di atas.

2.1.1 Pemerataan Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata,

yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh

jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan

pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan

perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan

masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat

menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat

memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan

keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini

dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan.

Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status

sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.

Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004 mengenai

kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama menyebutkan:

“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi

seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya Manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan

peninggakatan anggaran pendidikan secara berarti“.

Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah untuk pemerataan

kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara.

Page 6: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

6

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan merupakan tujuan pokok

yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum

dapat dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu

masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.

Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini

menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah

pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk

melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan

pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan

mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam

pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan

sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana

dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin,

sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana pendidikan sistem dapat

menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh

pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk

menunjang pembangunan.

Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia

sekolah yang tidak dapat di tampunga di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya

fasilitas pendidikan yang tersedia.  Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan itu

telah dinyatakan di dalam undang-undang no.4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan

pengajaran disekolah. Pada bab ini XI, pasal 17 berbunyi:

Tiap-tiap warga.negara Republik Indonesia rnempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi

murid suatu sekolah jika syarar-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah

itu dipenuhi.selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib berajar Bab VI pasal l0 Ayat l, menyatakan:

"semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar

di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya." Ayat 2 menyatakan: "Belajar di sekolah agama yang telah

mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar. Landasan

yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya

pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.

Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting anak-anak usia sekolah

memperoleh kesempatan berajar pada SD, maka mereka memilki bekal dasar berupa kemampuan

membaca, menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui

berbagai media massa dan sumber berajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan  sebagai

Page 7: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

7

produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat

derap pembangunan.

OIeh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan

tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi

dalam pembangunan" maka setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai

diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang

masalah mutu pendidikan.

Khusus untuk pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang dan tiap – tiap

jenjang memiliki fungsinya masing-masing maupun kebijakan memperoleh kesempatan pendidikan

pada tiap jenjang itu diatur dengan memperhitungkan factor-factor kuantitatif dan kualitatif serta

relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus menerus dengan seksama.

Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan

Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk

meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-

langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.

Cara konvensional Antara lain:

a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.

b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan

sore)

Cara inovatif antara lain:

a. Sistem pamong (pendidikan oreh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts

system (Instructionar Management by parent, community and, teacher). sistem

tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.

b. SD kecil pada daerah terpencil.

c. Sistem Guru Kunjung.

d. SMP Terbuka (ISOSA _ In School Out off School Approach),

e. Kejar Paket A dan B.

f. Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.

Page 8: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

8

2.1.2 Mutu dan Relevansi Pendidikan

Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu yaitu

pelaksanaan pendidikan yang dapat menghsilkan tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan negara

dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara

langsung.

Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang

pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada

peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang

digunakan untuk menjalankan pendidikan.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting

yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses

pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian

dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor

secara ojektif dan teratur.Uji banding antara mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum

dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum

berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.

Selain itu, kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan proses belajar

menjadi kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk

kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak

mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi

lebih inovatif.

Akibat dari pelaksanaan pendidikan tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang fleksibel,

dan tidak mudah berubah seiring dengan perubahan waktu dan masyarakat. Pada pendidikan tinggi,

pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada penentuan cakupan materi yang ditetapkan secara terpusat,

sehingga perlu dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang berbasis kompetensi, dan lebih peka

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga

pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen

tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di

Indonesia memiliki masalah yang sangat mendasar.

Melihat permasalahan tersebut, maka dibutuhkanlah kerja sama antara lembaga pendidikan

dengan berbagai organisasi masyarakat. Pelaksanaan kerja sama ini dapat meningkatkan mutu

pendidikan. Dapat dilihat jika suatu lembaga tinggi melakukan kerja sama dengan lembaga penelitian

atau industri, maka kualitas dan mutu dari peserta didik dapat ditingkatkan, khususnya dalam bidang

akademik seperti tekonologi industri.

Page 9: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

9

Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang

diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil

sebagaiprodusen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran

rersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga

dengan sistem tes unjuk kerja (performance test)

Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika tujuan pendidikan

nasional dijadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah: Apakah keluaran dari suatu sistem

pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang social

dan bertanggung jawab, warganegara yang cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan

sosial.

Meskipun disadari bahwa pada hakikatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu tidak semata-rnata

hasii dari sistem pendidikan sendiri. Tetapi jika terhadap produk seperti itu system pendidikan

dianggap rnempunyai andil yang cukup, yang tetap menjadi persoalan ialah bahw& eara pengukuran

mutu produk tersebut tidak mudah. Berhubung dengan sulitnya pengukuran terhadap produk tersebut

maka jika orang berbicara tentang rnutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil

belajar yang dikenal sebagai hasil EBTA' Ebtanas, atau trasil Sipenmaru, UMPTN (yang biasa disebut

instructional effect), karena ini yang rnudah diukur. Hasil EBTA dan lain-lain tersebut itu dipandang

sebagai gambaran tentang hasil pendidikan.

Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu.

Jika terjadi belajar yang ridak optimal menghasilkan skor hasil ujian.yang baik maka hamper dapat

dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu' Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu

pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan.

Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemeraraan mutu, Di dalam Tap MPR RI

1988 tentang GBHN dinyarakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada

peningkaran mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan iimu pengetahuan dan teknologi perlu lebih

disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. (Bp-7 pusat.

l9g9: 6g.) umumnya kondisi mutu pendidikan. di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di daerah

pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan.

Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan

Pada dasarnya pemecahan masarah mutu pendidikarl bersasaran pada perbaikan kualitas

komponen pendidikan (utamanya komponen rnasukan mentah untuk jenjang pendidikan menengah

dan tinggi, dan komponen masukan instrumental) serta mobilitas komponen - komponen tersebut.

Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan daram garis besarnya meliputi hal-hal yang

bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:

Page 10: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

10

1. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.

2. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa

pelatihan, penataran, seminar, kegiatan – kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.

3. Penyempurnaan kurikurum, misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial dan

mengandung ,muatan lokal, metode yang menantang dan mengairahkan berajar, dan

melaksanakan evaluasi yang beracuan, PAP.

4. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.

5. Penyempumaan sarana berajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan

laboratorium.

6. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.

7. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan – kegiatan :

a. Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan. 

b. Supervisi dan Monitoring pendidikan dan penilik dan pengawas. 

c. Sistem ujian nasional / Negara seperti Ebtanas, Sipenmaru / UMPTN. 

d. Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga. 

Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat menghasilkan iuran

yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah yang digambarkan dalam

rumusan tujuan pendidikan nasional. Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisih semua sector

pembangunan yang beraneka ragam seperti sector produksi, sector jasa, dan lain-lain.

Sebenarnya kriteria relevansi seperti dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi

system pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut

Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam – macam kualitasnya

Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai. Yang ada ialah sikap

kembang

Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh

lembaga – lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.

Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya;

1. Proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang

berkualitas proses pelaksanaan pendidikan baik serta nyaman untuk pelajar.

2. Sarana dan prasarana dalam pendidikan

3. Anggaran - anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan tersebut.

Page 11: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

11

4. Belum didukungnya Hasil-hasil pendidikan oleh sistem pengujian dan penilaian yang

melembaga dan independen sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara

ojektif dan teratur.

5. Kurikulum sekolah yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan proses belajar

menjadi kaku dan tidak menarik.

6. Sistem yang berlaku pada saat sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan

dosen untuk melakukan pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih

inovatif.

7. Tenaga pengajar yang kurang handal, bila dibandingkan dengan tenaga pengajar

negara lain

2.1.3 Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan

Sesuai dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran pemerataan pendidikan

dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah lain yang dinggap penting dalam

pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan

dipandang dari segi internal pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang

pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat

memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang,

waktu, tenaga dan sebagainya.

Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti

waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal.

Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan

segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran

di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang

mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan

yang mereka jalani.

Masaah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan

mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya

hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiennya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensi tensinya

berartl rendah.

Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :

Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.

Bagaimana sarana dan prasarana kependidikan difungsikan.

Bagaimana pendidikan diselenggarakan.

Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.

Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga.

Page 12: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

12

Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah

pengangkatan yang sangat terbatas.

Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering mengalami

kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya pada

saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. setiap pembaruan kurikulum menuntut adanya

penyesuaian dari para pelaksana di lapangan.

Masalah Efisiensi dalam  penggunaan Prasarana dan Sarana

Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai

akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum. Pendidikan yang

efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana / program

yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak

terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.

Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini

mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan

pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki kualitas SDM yang

mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang

berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan

menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.

Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga

pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau

produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana

pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana dalam

pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan. Pelaksanaan

pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi

pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat dalam usaha

penghematan waktu dan tenaga.

Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing – masing dikatakan teratasi jika

pendidikan :

Dapat rnenyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara

yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.

Dapat rnencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat

mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Page 13: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

13

Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan

dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.

Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

2.2 Faktor Pendukung Masalah Pendidikan

Masalah pokok pendidikan akan terjadi di dalam dalam bidang pendidikan itu sendiri. Jika di

analisis lebih jauh, maka sesungguhnya permasalahan pendidikan berkaitan dengan beberapa faktor

yang menyebabkan terjadinya masalah itu. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan

permasalahan pokok pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.

1. IPTEK

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

3. Permasalah Pembelajaran

4. Aspirasi Masyarakat

5. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan

6. Problem dana

7. Belum adanya system manajemen yang mantap

8. Munculnya konsep-konsep baru

2.2.1 IPTEK

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini berdampak pada pendidikan di

Indonesia. Ketidaksiapan bangsa menerima perubahan zaman membawa perubahan tehadap mental

dan keadaan negara ini. Bekembangnya ilmu pengetahuan telah membentuk teknologi baru dalam

segala bidang, baik bidang social, ekonomi, hokum, pertanian dan lain sebagainya.

Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan kepada tantangan dunia global. Dimana segala

sesuatu dapat saja berjalan dengan bebas. Keadaan seperti ini akan sangat mempengaruhi keadaan

pendidikan di Indonesia. Penemuan teknologi baru di dalam dunia pendidikan, menuntut Indonesia

melakukan reformasi dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan reformasi tidaklah mudah, hal ini sangat

menuntut kesiapan SDM Indonesia untuk menjalankannya.

2.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah pemerataan serta mutu

dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan penduduk ini akan berdampak pada jumlah peserta didik.

Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak dibutuhkan sekolah-sekolah

Page 14: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

14

unutk menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah tidak memadai, maka akan banyak peserta

didik yang terlantar atau tidak bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah pemerataan

pendidikan.

Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka akan terjadi

ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan ini dipertahankan, maka

mutu dan relevansi pebdidikan tidak akan dapat dicapai dengan baik.

Sebagai negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia dihadapkan kepada masalah penyebaran

penduduk yang tidak merata. Tidak heran jika perencanaan, sarana dan prasarana pendidikan di suatu

daerah terpencil tidak terkoordinir dengan baik. Hal ini diakibatkan karena lemahnya kontrol

pemerintah pusat terhadap daerah tersebut. Keadaan seperti ini adalah masalah lainnya dalam bidang

pendidikan.

Keterkaitan antar masalah ini akan berdampak kepada keadaan pendidikan Indonesia.

2.2.3 Permasalahan Pembelajaran

Pelaksanaan kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dalam

kegiatan belajar formal ada dua subjek yang berinteraksi, Yaitu pengajar/pendidik (guru/dosen) dan

peserta didik ( murid/siswa, dan mahasiswa).

Pada saat sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif, dimana seorang

pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal ini akan menimbulkan

kejengahan terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik dan

cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini merupakan masalah yang serius

dalam dunia pendidikan.

Guru / dosen yang berpandangan kuno selalu menganggap bahwa tugasnya hanyalah

menyampaikan materi, sedangakan tugas siswa/mahasiswa adalah mengerti dengan apa yang

disampaikannya. Bila peserta didik tidak mengerti, maka itu adalah urusan mereka. Tindakan seperti

ini merupakan suatu paradigma kuno yang tidak perlu dipertahankan.

Dalam hal penilaian, Pendidik menempatkan dirinya sebagai penguasa nilai. Pendidik bisa saja

menjatuhkan, menaikan, mengurangi dan mempermainkan nilai perolehan murni seorang peserta

didik. Pada satu kasus di pendidikan tinggi, dimana seorang dosen dapat saja memberikan nilai yang

diinginkannya kepada mahasiswa tertentu, tanpa mengindahkan kemampuan atau skill yang dimiliki

oleh mahasiswa tersebut. Proses penilaian seperti sungguh sangat tidak relevan.

2.2.4 Aspirasi Masyarakat

Page 15: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

15

Dalam dua dasa warsa terakhir ini. aspirasl masyasyarakat dalam banyak hal meningkat

khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat  aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya

ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat bahwa untuk dapat

hidup yang lebih layak dan sehat haruss ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi

jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan

jaminan  bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial. Sebagai akibat dari

meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah,

agar nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri.

Dorongan yang kuat ini juga terdapat pada anak-anak sendiri.

Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai

jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas melebihi yang

semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak, diada kannya kesempatan belajar bergilir pagi

dan sore dengan pengurangan .jam belajar, kekurangan -sarana belajar, kekurangan guru, dan

seterusnya. Dampak langsung dan tidak langsung dari kondisi .sebagai, mana digambarkianitu ialah

terjadinya penurunan kaidar efektifitas dengan kata lain, massalisasi pendidikan menghambat upaya

pemecahan masalah mutu pendidikan.

Massalisasi pendidikan ibarat perusahaan konveksi pakaian yang hanya melayani tiga macam

ukuran (large, medium, dan, small). Kebutuhan individual yang khusus tidak terlayani.

2.2.5 Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan

Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh

sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung

suatu budaya. Bagi rnasyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu

yang bernilai dan baik. Terlepas dan kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah

ketinggalan zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif maupun dari

dalam lingkungan rnasyarakat-sendiri. Kebudayaan baru itu baik yang bersifat material seperti

peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat

nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung,

penghargaan terhadap waktu dan lain-iain. Keterbelakangan budaya terjadi karena :

Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (missal terpencil).

Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahami atau

karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.

Ketidak mampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsure kebudayaan tersebut.

Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh :

Masyarakat daerah terpencil.

Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis

Page 16: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

16

Masyarakat yang kurang terdidik

2.2.6 Problem dana

Masalah pendanaan dalam suatu program kerja misalnya pendidikan merupakan masalah klasik yang

selalu menjadi masalah utama. Tanpa dana yang memadai mustahil proram tersebut dapat terlaksana,

kecuali ada langkah-langkah konkret dan terprogram guna menyelesaikan masalah dana tersebut.

Dalam pelaksanaan pendidikan tidak lepas dari masalah kekurangan dana pula, dan keadaan dapat

semakin parah apabila pengambil kebijakan tidak atau kurang menempatkan posisi pendidikan bukan

sebagai prioritas. Padahal pendidikan dianggap sebagai kunci keberhasilan pembangunan karena

menyangkut SDM namun dalam praktek masih memprioritaskan aspek pembangunan yang lain.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dana ini yaitu harus bisa mengelola dana yang

terbatas dengan mengadakan efesiensi dan perencanaan yang baik. Misalnya, pengembangan

pendidikan yang dilaksanakan dalam ruang tertentu menjadi pendidikan yang sifatnya terbuka

sehingga dapat menambah daya tampung peserta didik tanpa harus menambah gedung.

2.2.7 Belum adanya sistem manajemen yang mantap

Faktor manajemen merupakan faktor yang dapat menyebabkan kurang optimalnya keberhasilan suatu

organisasi atau lembaga, termasuk pendidikan. Manajemen pendidikan di Indonesia tergolong

manajemen yang masih kurang mantap karena masih sering terjadi perubahan struktur organisasi

pendidikan, kurang koordinasi lembaga-lembaga pendidikan, arah pendidikan yang kurang jelas,

perubahan kurikulum yang tidak jelas landasannnya dan beberapa masalah lain yang berkaitan dengan

manajemen pendidikan.

2.2.8 Munculnya konsep-konsep baru

Dalam pengembangannya pendidikan harus bisa bersifat fleksibel guna mewujudkan pendidikan yang

lebih baik lagi. Fleksibel maksudnya harus bisa menerima konsep-konsep baru untuk dijadikan acuan

dalam berfikir dan berbuat dalam pendidikan. Konsep baru tentang demokrasi, HAM, otonomi,

keragamn budaya, masyarakat madani, tuntutan global,dll, merupakan beberapa konsep baru yang

dulunya belum mendapat perhatian namun sekarang harus di gunakan untuk acuan pendidikan.

Karena pendidikan merupakan sarana untuk pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan

masyarakat

2.3 Penanggulangan Masalah Pembelajaran

Penanggulangan masalah pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pokok permasalahan

pendidikan di atas.

Page 17: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

17

2.3.1 Gaya Belajar

Untuk menanggulangi masalah pembelajaran ini, diperlukan pelaksanaan kegiatan belajar baru

yang lebih menarik. Gaya belajar dapat dilakukan dalam 3 bentuk, dan dilaksanakan pada saat yang

bersamaan. Yaitu belajar secara Somatis, Auditori dan Visual.

a. Somatis

Somatic bersal dari bahasa Yunani, yang berarti tubuh. Jadi belajar somatis dapat disebut

sebagai balajar dengan menggunakan indra peraba, kinestetis, praktis, dan melibatkan fisik serta

menggunakan dan menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar

pada saat ini otak merupkan organ tubuh yang paling dominan. Pembelajaran yang dilakukan

seperti merupakan kegiatan yang sangat keliru.

Anak-anak yang bersifat somatis tidak akan mampu untuk duduk tenang. Mereka harus

menggerakkan tubuh mereka untuk membuat otak dan pikiran mereka tetap hidup. Anak-anak

seperti ini disebut sebagai “Hiperaktif“. Pada sejumlah anak, sifat hiperaktif itu normal dan sehat.

Namun yang dijumpai pada anak-anak hiperaktif adalah penderitaan, dimana sekolah mereka

tidak mampu dan tidak tahu cara memperlakukan mereka. Aktivitas anak-anak yang hiperaktif

cenderung dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam ketertiban proses

pembelajaran.

Dalam satu penelitian disebutkan bahwa “jika tubuhmu tidak bergerak, maka otakmu tidak

beranjak“. Jadi menghalangi gaya belajar anak somatis dengan menggunakan tubuh sama halnya

dengan menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Mungkin dalam beberapa kasus, sistem

pendidikan dapat membuat cacat belajar anak, dan bukan menggangu jalannya pembelajaran.

b. Auditori

Pikiran auditori lebih kuat dari yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan

menyimpan informasi auditori, dan bahkan tanpa kita sadari. Begitu juga ketika kita berbicara,

area penting dalam otak kita akan menjadi aktif.

Semua pembelajaran yang memiliki kecenderungan auditori, belajar dengan menggunakan

suara dari dialog, membaca dan menceritakan kepada orang lain. Pada saat sekarang ini, budaya

auditori lambat laun mulai menghilang. Seperti adanya peringatan jangan berisik di perpustakaan

telah menekan proses belajar secara auditori.

c. Visual

Ketajaman visual merupakan hal yang sangat menonjol bagi sebagian peserta didik.

Alasaannya adalah bahwa dalam otak seseorang lebih banyak perangkat untuk memproses

informasi visual daripada semua indra yang lain.

Setiap orang yang cenderung menggunakan gaya belajar visual akan lebih mudah belajar jika

mereka melihat apa yang dibicarakan olah guru atau dosen. Peserta didik yang belajar secara

visual akan menjadi lebih baik jiak dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan,

ikon, gambar, dan gambaran mengenai suatu konsep pembahasan.

Page 18: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

18

Peserta didik yang belajar secara visual ini, akan lebih baik jika mereka menciptakan peta

gagasan, diagram, ikon dan gambar lainnya dengan kreasi mereka sendiri.

2.3.2 Gaya Mengajar

Pelaksanaan pembelajaran sangat ditunjang oleh keahlian pendidik dalam mengatur suasana

kelasnya. Seringkali dalam proses penyampaian materi, pendidik langsung mengajar apa adanya. Ada

pendidik yang tidak mau memikirkan cara menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahasnya.

Menyampaikan materi bukan hanya sekedar berbicara di depan kelas saja, tetapi suatu cara dan

kemampuan untuk membawakan materi pelajaran menjadi suatu bentuk presentasi yang menarik,

menyenangkan, mudah dipahami dan diingat oleh peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menjadi

lebih penting. Dengan komunikasi seseorang bisa mengerti dengan apa yang dibicarakan.

Komunikasi yang efektif tidak berarti pasti dan harus dapat menjangkau 100%. Komunikasi yang

efektif berarti mengerti dengan tanggung jawab dalam proses menyampaikan pemikiran, penjelasan,

ide, pandangan dan informasi. Dalam komunikasi pembelajaran, sering dijumpai permasalahan, yaitu

masalah mengerti dan tidak mengerti. Jika peserta didik tidak mengerti dengan apa yang disampaikan

pendidik, maka tanggung jawab seorang pendidiklah untuk membuat mereka menjadi lebih mengerti.

Jika dulu pendidik dipandang sebagai sumber informasi utama, maka pada saat sekarang ini

pandangan seperti itu perlu disingkirkan. Sumber-sumber informasi pada abad ini telah menimbulkan

kelebihan informasi bagi setiap manusia di muka bumi ini. Informasi yang tersedia jauh lebih banyak

dari yang dibutuhkan. Hal inilah yang menyebabkan peninjauan kembali terhadap gaya belajar masa

kini.

Oleh karena itu peran utama seorang pendidik perlu diperbaharui. Peran pendidik seharusnya

adalah sebagai fasilitator dan katalisator.

Peran guru sebagai fasilitator adalah menfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.

Dalam hal ini, peserta didik harus berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran.

Karena sebagai fasilitator, maka posisi peserta didik dan pendidik adalah sama.

Sedangkan peran pendidik sebagai katalisator adalah dimana pendidik membantu anak-anak didik

dalam menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Pendidik bergerak sebagai pembimbing

yang membantu, mangarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter emosi, serta aspek

intelektual peserta didik. Pendidik sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan

mengembangkan rasa cinta terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajran yang

diinginkan dapat terjadi secara optimal.

Gaya mengajar seperti ini akan lebih bermanfaat dalam proses peningkatan mutu, kualitas,

efektifitas dan efisiensi pendidikan.

2.4 Masalah Praktis Pendidikan Di Indonesia dan Solusinya

2.4.1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik.

Page 19: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

19

Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan

media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,

pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang

tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan

sebagainya.

2.4.2. Rendahnya Kualitas Guru.

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi,

pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga

pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan

guru.

2.4.3. Rendahnya Kesejahteraan Guru.

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan

Indonesia. Dengan pendapatan yang minimum terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan

sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek,

pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Sehingga ini dapat

menyebabkan ketidak fokusan guru dalam mendidik siswanya.

2.4.4. Rendahnya Prestasi Siswa

Dalam masalah prestasi, memang tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak di Indonesia jauh

ketinggalan dengan anak-anak di negara lain. Namun jangan begitu saja meremehkan anak bangsa.

Sebenarnya anak-anak Indonesia mempunyai potensi besar. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa

anak bangsa yang meraih prestasi gemilang. Namun, msaih banyaknya keadaan yang demikian itu

(rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi

tidak teroptimalkan.

2.4.5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Masalah pemerataan pendidikan memang menjadi masalah yang klasik sampai saat ini. Memang

pemerintah sudah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi masalah ini. Namun, tetap saja

masalah ini menjadi masalah yang terus bergulir sampai saat ini.

2.4.6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan

Masalah relevansi adalah masalah kesesuaian antara hasil pendidikan dengan tuntutan lapangan kerja,

kesesuaian antara sistem pendidikan dan pembangunan nasional, serta antara kepentingan

peseorangan, keluarga dan masyarakat baik dalam jangka pendek atau panjang. Banyaknya anak

putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah

ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil

Page 20: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

20

pendidikan dan kebutuhan dunia kerja menyebabkan semakin meningkatnya angka pengangguran di

Indonesia.

2.4.7. Mahalnya Biaya Pendidikan

Memang pemerintah telah mencanangkan sekolah gratis bagi siswa SD dan SMP. Namun, dengan

dana yang minimalis untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas nampaknya sangat jauh untuk

ketercapaianya. Apalagi kita tahu bahwa pengelolaan pendidikan di Indonesia masih jauh dari ke

efisienan.

Solusi Mengatasi Pendidikan di Indonesia

Pertama, solusi sistemik yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan

sistem pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa maslah pendidikan di Indonesia sangat di pengaruhi

oleh keadaan ekonomi masyarakatnya. Dengan solusi sistemik ini diharapkan pendidikan di Indonesia

dapat merata.

Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan

pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka,

solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan

kualitas sistem pendidikan.

Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah - masalah actual antara lain

sebagai berikut :

1) Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukupberlangsung hanya

secara insidental.

2) Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuier dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya

diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan.

3) Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi

dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya

tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di pergutuan tinggi.

4) Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus.

5) Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun apalagi jika dikaitkan dengan gerakan wajib

belajar, perlu diadakan penilitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan

faktor penunjang dan utamanya factor penghambatnya.

Page 21: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

21

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah.

Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu,

sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada jenjang

pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan

pendidikan.

2. Pendidikan (dengan Bidang terkait) dalam usaha pengendalian laju pertumbuhan penduduk

sangat diperlukan. Pelaksaaan program ini dapat ditingkatkan dengan mengakampanyekan

program KB dengan sebaik-baiknya hingga pelosok negeri ini.

3. Pelaksanaan program belajar dan mengajar dengan inovasi baru perlu diterapkan. Hal ini

dilakukan karena cara dan sistem pengajaran lama tidak dapat diterapkan lagi.

4. Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-unsur

pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan pihak-

pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah korupsi

dana di dalam dunia pendidikan.

5. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat terlaksana jika kemampuan dan profesionalisme

pendidik dapat ditingkatkan.

3.2 Saran

Adapun saran-saran dalam makalah permasalahan pendidikan ini adalah sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan perubahan yang lebih mengarah pada kurikulum berbasis kompetensi, serta

lebih adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Dan teknologi, serta kebutuhan

Page 22: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

22

masyarakat pada saat ini.

2. Perlunya ditingkatkan kualitas pendidik dalam usaha Peningkatan mutu pendidikan. Hal ini

dapat dilakukan dengan meggunakan metoda baru dalam pelaksanaan pembelajaran.

Daftar Pustaka

http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/14/masalah-efisiensi-efektivitas-dan-relevansi-

pendidikan-dalam-perspektif-manajemen-pendidikan/

http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/

http://smeru.or.id/newslet/2005/news16.pdf

http://www.anakciremai.com/2010/05/makalah-inovasi-pendidikan.html

http://www.docstoc.com/docs/28836548/Makalah-%E2%80%9CMasalah-Pendidikan-Di-

Indonesia%E2%80%9D

http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/permasalahan-pokok-pendidikan-dan.html

Page 23: Permasalahan Pokok Pendidikan Di Indonesia dan Penanggulangannya.docx

23