Perlunya ushl fiqh dalam ekonomi islam

6
Perlunya Ushl Fiqh Dalam Perilaku Ekonomi Oleh: Salman Munthe* Pendahuluan Sistem pada hakikatnya adalah organisasi besar yang menjalin hubungan beterkaitan antara subjek dan objek dalam suatu tatanan kelembagaan tertentu. Sebagai suatu organisasi, sistem sudah barang tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Himpunan antara Subjek dan objek saja belum bisa dikatakan sebagai sebuah sistem, harus ada suatu tatanan, mekanisme, aturan, norma- norma, perangkat peraturan dan kelembagaan atau wadah sebagai tempat bagi subjek dan objek itu untuk saling berhubungan. Tatanan kelembagaan ini merupakan syarat mutlak bagi berjalannya sebuah sistem agar hubungan antar subjek dan objek bisa berjalan secara serasi dan harmonis dalam mencapai tujuan yang akan dicapai. Subjek dalam sistem ekonomi adalah para pelaku ekonomi yang disebut ekonomi 4 (empat) sektor meliputi individu, perusahaan, pemerintah dan masyarakat luar negeri. Sedangkan objek dalam sistem ekonomi adalah barang-barang ekonomi. Sedangkan tatanan kelembagaan, sangat terkait erat dengan keyakinan yang berlaku dalam suatu komunitas masyarakat. Sistem ekonomi apapun yang berlangsung harus bisa menjawab permasalahan Apa (What), Bagaimana (How), dan untuk siapa, (For whom). Sistem ekonomi kapitalis yakin sepenuhnya terhadap mekanisme pasar atau mekanisme harga dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi, ini yang diistilahkan oleh Adam Smith dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, Buku ini diterbitkan pada tanggal 9 Maret 1776, dan biasanya dikenal sebagai The Wealth of Nations saja. Dari arti judulnya sendiri, maka ia menjelaskan apa yang menjadi sumber kekayaan bangsa-bangsa. Pandangan orang pada masa itu

description

Sistem pada hakikatnya adalah organisasi besar yang menjalin hubungan beterkaitan antara subjek dan objek dalam suatu tatanan kelembagaan tertentu. Sebagai suatu organisasi, sistem sudah barang tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Himpunan antara Subjek dan objek saja belum bisa dikatakan sebagai sebuah sistem, harus ada suatu tatanan, mekanisme, aturan, norma-norma, perangkat peraturan dan kelembagaan atau wadah sebagai tempat bagi subjek dan objek itu untuk saling berhubungan. Tatanan kelembagaan ini merupakan syarat mutlak bagi berjalannya sebuah sistem agar hubungan antar subjek dan objek bisa berjalan secara serasi dan harmonis dalam mencapai tujuan yang akan dicapai.

Transcript of Perlunya ushl fiqh dalam ekonomi islam

Page 1: Perlunya ushl fiqh dalam ekonomi islam

Perlunya Ushl Fiqh Dalam Perilaku Ekonomi

Oleh: Salman Munthe*

Pendahuluan

Sistem pada hakikatnya adalah organisasi besar yang menjalin hubungan beterkaitan antara subjek dan objek dalam suatu tatanan kelembagaan tertentu. Sebagai suatu organisasi, sistem sudah barang tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Himpunan antara Subjek dan objek saja belum bisa dikatakan sebagai sebuah sistem, harus ada suatu tatanan, mekanisme, aturan, norma-norma, perangkat peraturan dan kelembagaan atau wadah sebagai tempat bagi subjek dan objek itu untuk saling berhubungan. Tatanan kelembagaan ini merupakan syarat mutlak bagi berjalannya sebuah sistem agar hubungan antar subjek dan objek bisa berjalan secara serasi dan harmonis dalam mencapai tujuan yang akan dicapai.

Subjek dalam sistem ekonomi adalah para pelaku ekonomi yang disebut ekonomi 4 (empat) sektor meliputi individu, perusahaan, pemerintah dan masyarakat luar negeri. Sedangkan objek dalam sistem ekonomi adalah barang-barang ekonomi. Sedangkan tatanan kelembagaan, sangat terkait erat dengan keyakinan yang berlaku dalam suatu komunitas masyarakat. Sistem ekonomi apapun yang berlangsung harus bisa menjawab permasalahan Apa (What), Bagaimana (How), dan untuk siapa, (For whom). Sistem ekonomi kapitalis yakin sepenuhnya terhadap mekanisme pasar atau mekanisme harga dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi, ini yang diistilahkan oleh Adam Smith dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, Buku ini diterbitkan pada tanggal 9 Maret 1776, dan biasanya dikenal sebagai The Wealth of Nations saja. Dari arti judulnya sendiri, maka ia menjelaskan apa yang menjadi sumber kekayaan bangsa-bangsa. Pandangan orang pada masa itu adalah bahwa uang emas dan logam mulia yang menjadi sumber kekayaan bangsa-bangsa. Pandangan tersebut runtuh oleh karya Adam Smith ini. Kekayaan bangsa-bangsa ditentukan oleh jumlah seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dapat diperjual-belikan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa negara yang punya sedikit emas tetapi sangat produktif adalah negara yang lebih kaya dalam jangka panjang daripada negara yang punya banyak emas tetapi tidak produktif. Sedangakan sistem ekonomi sosialis menyerahkan sepenuhnya

Page 2: Perlunya ushl fiqh dalam ekonomi islam

kepada perananan pemerintah dalam menjawab ketiga permasalahan itu ini juga dikemukan aktor ekonomi Kal Marx dalam bukunya das capital analisis Marx dalam Das Kapital, difokuskan terutama pada kontradiksi-kontradiksi struktural, daripada antagonisme kelas, yang mencirikan masyarakat kapitalis – “gerakan kontradiktif” gegensätzliche Bewegung yang berasal pada sifat ganda pekerjaan,” bukannya dalam perjuangan antara tenaga buruh dan modal, atau antara kelas pemilik dan kelas pekerja. Lebih jauh, kontradiksi-kontradiksi ini beroperasi (seperti yang digambarkan oleh Marx dengan menggunakan suatu ungkapan yang dipinjam dari Hegel) “di belakang punggung” kaum kapitalis maupun buruh, artinya, sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas mereka, namun demikian tidak dapat diminimalkan ke dalam kesadaran mereka baik sebagai individu maupun sebagai kelas. Oleh karena itu, Das Kapital, tidak mengusulkan suatu teori revolusi (yang dipimpin oleh kelas buruh dan wakil-wakilnya) melainkan teori tentang krisis sebagai kondisi untuk potensi revolusi, atau apa yang dirujuk oleh Marx dalam Manifesto Komunis sebagai "senjata" potensial, "ditempa" oleh para pemilik modal, "berbalik memukul kaum borjuis sendiri" oleh kelas pekerja. Krisis seperti itu, menurut Marx, berakar dalam sifat komoditi yang kontradiktif, lalu satu pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagimana dengan sisitem ekonomi Islam?

Sebagai sebuah sistem yang mandiri, tentunya sistem ekonomi Islam memilki landasan yang harus menjadi keyakinan bagi para pelaku ekonomi berkaitan dengan tatanan kelembagaan itu. Dan landasan bagi berlakunya sistem ekonomi Islam sudah barang tentu adalah Al Qur’an dan As - Sunnah. Subjek atau pelaku ekonomi dalam kegiatan aktivitas ekonominya harus didasarkan atas prinsip-prinsip Syari’at sedangkan objek ekonominya pun harus yang terlegitimasi oleh hukum-hukum Syar’i, artinya bahwa objek yang dijadikan sarana ekonomi ini tidak dilarang oleh prinsip-prinsip agama. Sedangkan mekanisme, aturan, norma-norma perangkat perundang-undangan dan perangkat kelembagaannya juga harus bersumber dari Perlunya Pendekatan Metodologi Ushul-Fiqh dalam mengembangkan Ilmu ekonomi Islam.

Mengapa sistem ekonomi kapitalis sangat dominan dan menjadi landasan bagi tatanan perekonomian saat ini ? Hal itu disebabkan karena ekonomi sebagai sebuah ilmu yang lahir dari barat telah dikembangkan dengan menggunakan metodologi yang sistematis dan terstruktur sehingga perkembangannya demikian pesat dalam merespon perkembangan dinamika masyarakat karena ekonomi konvensional dikembangkan berdasarkan logika-logika rasional.

Page 3: Perlunya ushl fiqh dalam ekonomi islam

Islam sebagai sebuah agama yang universal dan mampu merespon perkembangan dinamis yang ada di masyarakat juga memiliki metodologi-metodologi dalam penetapan hukum yang yaitu metodologi ushul fiqh untuk istinbat. Akan tetapi nampaknya metodologi ini belum digunakan secara optimal dalam upaya pengembangan ekonomi Islam. Literatur ekonomi Islam yang ada masih lebih banyak menekankan pada kritik-kritik terhadap tatanan ekonomi yang berlangsung saat ini, dan biasanya kritik-kritik itu berkaitan dengan moral dan etika perilaku ekonomi yang memang sebagaian ada ketidak sesuaian dengan prinsip-prinsip Syar’at Islam. Oleh karena itu memandang perlunya penggunaan metodologi yang berasal dari kaidah kaidah Ushul Fiqh untuk mengembangkan ekonomi Islam agar Sistem ekonomi Islam bisa disajikan dengan lebih terstruktur dan sistematis dengan menggunakan metodologi yang juga berasal dari kaidah-kaidah Islam.

Sebagai contoh misalnya ketika membahas perilaku konsumen, bagaimana sistem ekonomi Islam seharusnya juga bisa menyajikan pembahasan perilaku konsumen yang komprehensif dengan grafik-grafik yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak hanya mengemukakan prinsip-prinsip konsumsi yang sifatnya normatif yang biasanya tidak ubahnya seperti khotbah yang lebih banyak bersifat etika normatif. Analisis yang berdasarkan kaidah ushul fiqh dengan digabungkan dengan alat-alat analisis ekonomi konvensional diharapkan bisa menghasilkan teori-teori ekonomi, dan Analisis ilmiah seharusnya mencakup pembentukan teori-teori atau model yang sebaik mungkin menyederhanakan permasalahan yang nyata. Kemudian dari teori-teori ini dapat digunakan sebagai gambaran idelaisasi.

Hal ini perlu dilakukan jika kita mencita-citakan tawaran sistem ekonomi Islam bisa diterima oleh khalayak masayarakat tidak terbatas kepada mereka yang berminat terhadap kajian Islam saja tetapi bisa juga kepada para ahli-ahli ekonomi yang selama ini hanya mempelajarai ekonomi konvensional, bahkan bisa pula diterima oleh para ekonom barat sendiri.

Perilaku konsumen dengan pendekatan Ushul – Fiqh Tujuan seorang konsumen dalam sistem ekonomi Islam adalah tercapainya “kepuasan” yang berdimensi ganda yaitu dimensi duniawi dan ukhrowi. Berbeda dengan perilaku konsumen konvensional bahwa tujunnya hanya berdimensi duniawi sehingga kemudian hukum aksioma perbandingan dan aksioma transitifitas dari perilaku konsumen ini hanya mempertimbangkan aspek kuantitas, aspek

Page 4: Perlunya ushl fiqh dalam ekonomi islam

kualitas dan aspek selera yang seringkali mengabaikan dan lepas dari hokum Syar’i. Hukum preferensi seorang konsumen dalam ekonomi Islam seharusnya mengikuti kaidah Ushul Fiqh :

Al – aadatu muhakkamatun, artinya bahwa tradisi, kebiasaan bisa dijadikan dasar bagi penetapan sebuah hukum teori. Al - Ashlu fi Al – Asyaa’i Al - Ibahah. Artinya bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini pada awalnya atau pada dasarnya adalah halal, sampai kemudian turun ayat yang melarangnya. Idzajtama’a Al – halal, wal haram, Ghulibat Al – haram, artinya jika berkumpul antara barang yang haram dan barang yang halal, maka semuanya menjadi haram.

Penutup

Hukum Islam (Fiqh) adalah satu dari sistem hukum yang sangat berkembang dalam sejarah manusia, baik dalam hal kedalamannya maupun keluasan aplikasinya. Fiqh menduduki tempat yang penting dalam budaya hukum ummat manusia secara keseluruhan . Tidak seperti banyak tradisi hukum lainnya, Fiqh telah memulai sistemasi hukum dan formulasi kaidah-kaidah hukum-hukumnya sendiri pada awal mula dari tahap perkembangannya.

Dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi, hukum Islam (Fiqh) ini merupakan salah satu dari aspek muamalah dari sistem Islam, sehingga kaidah fiqih yang digunakan dalam mengidentifikasi transaksi-transaksi ekonomi juga menggunakan kaidah fiqih muamalah. Kaidah fiqih muamalah adalah “al ashlu fil mua’malati al ibahah hatta yadullu ad daliilu ala tahrimiha” (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa semua hal yang berhubungan dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan maupun anjuran yang ada di dalam dalil Islam (Alquran maupun Hadist), maka hal tersebut adalah diperbolehkan dalam Islam.

Perlunya Ushl Fiqh Dalam Perilaku Ekonomi yang ditulis di atas memberikan arti bahwa dalam kegiatan muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan kebebasan untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya. Kaidah ini didasarkan pada Hadist Rasulullah yang berbunyi: “antum a’alamu bi ‘umurid dunyakum” (kamu lebih tahu atas urusan duniamu). Bahwa dalam urusan kehidupan dunia yang penuh dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan kebebasan mutlak kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa memberikan aturan-aturan kaku

Page 5: Perlunya ushl fiqh dalam ekonomi islam

yang bersifat dogmatis. Hal ini memberikan dampak bahwa Islam menjunjung tinggi asas kreativitas pada umatnya untuk bisa mengembangkan potensinya dalam mengelola kehidupan ini, khususnya berkenaan dengan fungsi manusia sebagai khalifatul-Llah fil ‘ardlh (wakil Allah di bumi). *Salman Munthe; adalah Mahasiswa Program Doktor Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Beasiswa Studi (BS) Dirjen Diktis. Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan UTND dan Dosen FEBI-IAIN Sumatera Utara.

Penulis

Salman Munthe, S.Pd,SE.M.Si