Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

12
109 Journal of Islamic Business Law Volume 2 Issue 4 2018 ISSN (Online): 258-2658 Available online at: http://urj.uin-malang.ac.id/index.php/jib Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi Bangunan di PT. Bangun Kubah Sarana (Kajian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Maslahah Mursalah) Rifky Junizar Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malik Malang Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek perlindungan keselamatan kerja pada pekerja konstruksi bangunan di PT. Bangun Kubah Sarana ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan maslahah mursalah. Jenis penelitian adalah penelitian yuridis empiris dengan menggunakan pendekatan statue approach dan conceptual approach. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa resiko kerja bagi pekerja di PT Bangun Kubah Sarana Sangat tinggi oleh karenanya perusahaan harus memberikan perlindungan keselamatan kerja kepada pekerja sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang K3, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3, antara lain menerapkan safety briefing, safety inducting, membuat standart operational procedure (SOP) keselamatan kerja, pengecekan alat safety, Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3), BPJS Ketenagakerjaan. Dalam konsep maslahah mursalah perlindungan keselamatan kerja terkategori dalam jenis hifdzu nafs (menjaga jiwa). Kata kunci : Perlindungan keselamatan Kerja;Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003; Maslahah Mursalah. Pendahuluan Indonesia adalah negara besar yang mempunyai beribu-ribu pulau dengan jumlah yang sangat banyak, Indonesia disebut juga dengan Negara kepulauan atau Negara Maritim dengan populasi penduduk yang mencapai angka 260 juta jiwa Indonesia mengalami perkembangan ekonomi yang cukup tinggi. Semakin tingginya kebutuhan hidup masyarakat, masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah pengangguran yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan - pemborosan sumber daya dan potensi yang ada menjadi beban keluarga dan masyarakat. Semakin banyaknya lulusan sarjana semakin banyak juga persaingan di bidang ketenagakerjaan bahkan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak seseorang harus menyingkirkan beberapa pesaingnya, di kota- kota besar seperti Surabaya, Jakarta yang merupakan pusat perdagangan dan industri menjadi salah satu faktor pendorong untuk mencari pekerjaan, dari segala penjuru Indonesia berbagai

Transcript of Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

Page 1: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

109

Journal of Islamic Business Law

Volume 2 Issue 4 2018

ISSN (Online): 258-2658

Available online at: http://urj.uin-malang.ac.id/index.php/jib

Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi

Bangunan di PT. Bangun Kubah Sarana

(Kajian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan dan Maslahah Mursalah)

Rifky Junizar

Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malik Malang

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktek perlindungan keselamatan kerja pada pekerja

konstruksi bangunan di PT. Bangun Kubah Sarana ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan dan maslahah mursalah. Jenis penelitian adalah penelitian yuridis

empiris dengan menggunakan pendekatan statue approach dan conceptual approach. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa resiko kerja bagi pekerja di PT Bangun Kubah Sarana Sangat

tinggi oleh karenanya perusahaan harus memberikan perlindungan keselamatan kerja kepada

pekerja sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang K3, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang

SMK3, antara lain menerapkan safety briefing, safety inducting, membuat standart operational

procedure (SOP) keselamatan kerja, pengecekan alat safety, Sistem Manajemen Keselamatan

Kerja (SMK3), BPJS Ketenagakerjaan. Dalam konsep maslahah mursalah perlindungan

keselamatan kerja terkategori dalam jenis hifdzu nafs (menjaga jiwa).

Kata kunci : Perlindungan keselamatan Kerja;Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003;

Maslahah Mursalah.

Pendahuluan

Indonesia adalah negara besar yang mempunyai beribu-ribu pulau dengan jumlah yang sangat

banyak, Indonesia disebut juga dengan Negara kepulauan atau Negara Maritim dengan populasi

penduduk yang mencapai angka 260 juta jiwa Indonesia mengalami perkembangan ekonomi

yang cukup tinggi. Semakin tingginya kebutuhan hidup masyarakat, masalah ketenagakerjaan di

Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan

jumlah pengangguran yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya

pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan - pemborosan

sumber daya dan potensi yang ada menjadi beban keluarga dan masyarakat. Semakin banyaknya

lulusan sarjana semakin banyak juga persaingan di bidang ketenagakerjaan bahkan untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak seseorang harus menyingkirkan beberapa pesaingnya, di kota-

kota besar seperti Surabaya, Jakarta yang merupakan pusat perdagangan dan industri menjadi

salah satu faktor pendorong untuk mencari pekerjaan, dari segala penjuru Indonesia berbagai

Page 2: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

110

macam ras,suku,agama dan budaya manusia berbondong-bondong dengan sebuah harapan

mendapatkan pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tenaga kerja

merupakan modal penting sebagai penggerak roda pembangunan nasional. Indonesia mempunyai

sumber daya manusia yang cukup banyak terutama yang bergerak dalam bidang ketenaga

kerjaan. Banyak perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dalam jumlah yang cukup

besar dengan tujuan mengerjar target untuk peningkatan omset maupun peningkatan produk demi

mampu untuk menghadapi daya saing dalam pasar.

Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur akhirat saja, tetapi islam juga mengatur segala

aspek kehidupan manusia termasuk masalah duniawi. Salah satu masalah duniawi yang paling

berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia adalah bekerja. Kerja juga merupakan

martabat seorang manusia, seseorang yang telah bekerja dan bersungguh-sungguh dalam

pekerjaannya akan bertambah martabat martabat dan kemuliaannya. Sebaliknya orang yang tidak

bekerja atau menganggur selain kehilangan martabat dihadapan dirinya sendiri dia juga akan

kehilangan martabat dihadapan orang lain. Jatuhnya harga diri dan martabat manusia akan

menjerumuskan manusia pada perbuatan hina. Tindakan seperti mengemis, meminta-minta

merupakan perbuatan kehinaan baik di mata manusi maupun di sisi Allah SWT. Bahkan

sebagaimana disebutkan dalam hadits ini, mencari kerja dengan tangan sendiri sudah dicontohkan

oleh para anbiya’ seperti Nabi Daud ‘alaihis salam.

Di bidang Pekerjaan konstruksi Bangunan Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan kerja (K3)

merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena apabila sesorang

yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri sendiri, keluarga,

lingkungan dan perusahaan tempat bekerja. Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan kerja

merupakan salah satu aspek perlindungan ketenaga kerjaan yang di atur dalam Undang-undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dengan menerapkan teknologi pengendalian

keselamatan dan keamanan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya

kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Jadi unsur yang ada didalam keamanan, kesehatan, dan

keselamatan tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Dasar

hukum yang di gunakan dalam K3 di jasa konstruksi adalah Undang-Undang No 18 Tahun 1999

Tentang Jasa Konstruksi, Undang-undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Dengan

berkembangnya zaman pemerintah mengeluarkan Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan dan Peraturan pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang SMK3 (Sistem

manajemen keselamatan kerja).

Kurangnya pemahaman peraturan K3 yang berkaitan dengan pekerjaan mereka juga bisa

menjadi salah satu faktor terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian perlu adanya upaya

pengendalian, pembinaan, dan penyuluhan terkait dengan pelatihan K3 dalam bidang konstruksi

bangunan sehingga terciptanya lingkungan kerja yang aman. Masalah umum mengenai K3 ini

juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi. Tenaga kerja dalam sektor bidang konstruksi

mencangkup sekitar 7-8% dari jumlah ketenaga kerjaan di seluruh sektor, dan menyumbang

6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling

beresiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya seperti pertanian, perikanan,

perkayuan dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja disektor konstruksi yang mencapai sekitar 4,5

juta orang, 53% diantaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat sekolah dasar ,

bahkan sekitar 1,5% dari tenaga kerja ini belum pernah mengenyam pendidikan apapun.

Sebagaian besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak

Page 3: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

111

memiliki ikatan kerja yang formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit

penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metode pelatihan dan penjelasan-

penjelasan mengenai sistem managemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi

bangunan.

Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertans tersebut, pemerintah

menerbitkan Surat keputusan bersama Mentri Tenaga kerja dan Mentri Pekerjaan Umum No.

Kep174/Men/1986 dan No. 104/Kpts/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

tempat Kegiatan Konstruksi1 . Pedoman selanjutnya disingkat sebagai “Pedoman K3 Konstruksi”

ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi bangunan di

Indonesia. Pedoman K3 tersebut cukup komprehensif, namun terkadang sulit dimengerti karena

menggunakan istilah-istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan diskripsi

maupun gambar yang menjelaskan dan memadahi. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya

sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan

pendapat dan perselisihan diantara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.

Selain dengan peraturan-peraturan diatas terdapat juga Peraturan Pemerintah No 50 tahun

2012. Menjelaskan tentang SMK3 (Sistem Managemen K3) untuk keselamatan para pekrja

konstruksi bangunan. Dengan melihat beberapa landasan hukum diatas penerapan keselamatan

kerja pada pekerja konstruksi terlebih untuk perusahaan konstruksi bangunan dianggap wajib dan

merupakan sebuah keharusan. Timbullah beberapa pertanyaan tentang pembuatan, penerapan dan

pengawasannya?. Apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku atau tidak sesuai?. Melihat

perusahaan konstruksi bangunan merupakan salah satu perusahaan yang mempunyai potensi

kecelakaan yang cukup besar.

Perusahaan Konstruksi bangunan sendiri adalah sebuah perusahaan jasa yang keseluruhan atau

sebagian rangkaian kegiatan perencanaan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang

mencangkup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-

masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan satu bangunan atau bentuk fisik lainnya. PT.

Bangun Kubah Sarana merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi

bangunan spesial Kubah, Atap Khusus, Rangka Space Frame, dan Konstruksi Baja. Perusahaan

ini sudah bergerak di biang Konstruksi bangunan sejak tahun 2000 dengan hasil karya di tingakat

nasional. Namun sudah bisakah perusahaan ini dikatan mumpuni atau memenuhi standarisasi

perusahaan konstruksi bangunan.

Perlu adanya sistem manajemen keselamatan kerja sebagai tolak ukur standarisasi keamanan

dengan adanya sistem manajemen tersebut diharapkan dapat memperkecil terjadinya kecelakaan

kerja. Keselamatan kerja sebagai tindakan antisipasi dari bahaya selama melakukan pekerjaan.

Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama

bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan kerja.

Keselamatan kerja sangat bergantung dengan pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana

pekerjaan itu dilaksaakan. Berdasarkan hal tersebut pembuatan dan penerapan sistem manajemen

keselamatan merupakan usaha perusahaan PT.Bangun Kubah Sarana dalam meminimalisir

tejadinya sebuah kecelakaan kerja.

Hadirnya lingkungan yang kondusif dengan terimplementasinya manajemen keselamatan

kerja maka timbullah hubungan timbal balik antara pekerja dan perusahaan yaitu maslahah

1 Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-

104/KPTS/1986: “Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.”

Page 4: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

112

mursalah dengan tujuan saling mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka

memelihara tujuan-tujuan syara’ adanya manfaat baik secara asal maupun melalui suatu proses,

seperti menghasilkan kenikmatan dan faedah, ataupun pencegahan dan penjagaan, seperti

menjauhi kemadharatan, kecelakaan dan penyakit.

Pada pemaparan singkat diatas penulis ingin menjelaskan tentang Pentingnya penerapan

sistem manajemen Keselamatan kerja bagi para pekerja Konstruksi bangunan walaupun pada

lapangan tingkat terjadinya kecelakaan dalam bidang kontruksi bangunan semakin meningkat hal

tersebut yang menjadikan penulis ingin meneliti beberapa faktor yang melatar belakangi hal

tersebut. Karena jika terjadi K3 tidak hanya pekerja yang dirugikan namun perusahaan yang

menjadi tempat bekerjanya juga dirugikan dengan terjadinya kecelakaan tersebut. Oleh karena

itu penulis ingin melakukan penelitian tentang “Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja

Konstruksi Bangunan di PT.Bangun Kubah Sarana (Kajian Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Maslahah Mursalah)”.

Penelitiaan ini dapat dijadikan sebagai sarana penerapan teori-teori yang didapatkan dibangku

perkuliahan perguruan tinggi Universitas Islam Negri maulana Malik Ibrahim Malang dan dapat

dijadikan rujukan sebagai refrensi dilapangan didalam dunia kerja, khususnya dalam ranah

ketenagakerjaan.Selain itu juga bisa dijadikan sarana informasi dan evaluasi untuk PT. Bangun

Kubah Sarana mengenai Implementasi perlindungan keselamatan kerja pada Pekerja Konstruksi

Bangunan Dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Prespektif

maslahah mursalah.

Penelitian terhadap pelindungan keselamatan kerja atau tentang K3 bukan pertama kali yang

dilakukan. Ada penelitian sebelumnya yang juga mengkaji tentang K3, akan tetapi penulis

menemukan dan membandingkan beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya, sehingga penulis yakin penelitian ini tidak mengandung unsur plagiasi

maupun duplikasi.

Penelitian yang menyerupai dengan penelitian ini yaitu penelitian yang berjudul

“Implementasi Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja Konstruksi di CV.

Mufakat Jaya Teknik (Tinjauan Undang-undang nomor 13 tahun 2003 dan Maslahah Mursalah)”

oleh Nur Rofiah, 2016 Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Syariah

penelitian ini menggambarkan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Metode yang

digunakan yaitu dengan menggunakan metode yuridis empiris karena objeknya tentang

ketenagakerjaan.Perbedaan skripsi ini dengan penelitian penulis adalah pada objek penelitiannya.

Selanjutnya, Skripsi yang berjudul “Pengaruh Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) serta

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Upaya Untuk Peningkatan Produktifitas Kerja

Karyawan”.oleh Rizqiyatul ‘Ilmi el Mudhir, 2014 Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang Fakultas Ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan

keselamatan ketenagalistrikan serta keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja

karyawan. Perbedaan skipsi ini dengan penelitian penulis terdapat pada metode yang digunakan

karena menggunakan metode kualitatif diskriptif.

Dan yang terakhir, Penelitian yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Tenaga Kerja Indonesia Oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia Lampung” oleh Tira Cakra Indira, 2016 Mahasiswa Universitas Bandar

Lampung Fakultas Hukum.Perbedaan penelitian ini terdapat pada dasar hukum yang digunakan.

Page 5: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

113

Tujuan utama dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui tentang penerapan sistem

manajemen Keselamatan kerja bagi pekerja Konstruksi bangunan di perusahaan PT. Bangun

Kubah Sarana

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris, fokus peneliti yaitu meneliti praktek

perlindungan keselamatan kerja di PT. Bangun Kubah Sarana. 2 Pendekatan penelitian, yang

digunakan adalah statue appoarch yaitu peneliti mengkaji ketentuan perlindungan keselamatan

kerja berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Conceptual

approach, peneliti mengkaji konsep perlindungan keselamatan kerja berdasarkan konsep di

dalam maslahah mursalah.

Jenis dan sumber data, adapun sumber data primer berupa wawancara atau interview kepada

beberapa informan. Wawancara dilakukan kepada beberapa orang yang terlibat langsung dalam

penerapan perlindungan keselamatan kerja di perusahaan PT. Bangun Kubah Sarana. Observasi

dilakukan dengan meninjau langsung tempat dan pemeriksaan beberapa dokumentasi terkait K3

di perusahaan PT. Bangun Kubah Sarana. Sumber data sekunder yang digunakan berupa: buku-

buku, jurmal yang berkaitan tentang tema seputar perlindungan keselamatan kerja. Sumber data

tersier, diperoleh peneliti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara terbuka kepada

beberapa informan diantaranya: Bapak Sulhan; (selaku direktur utama), Luhur; (selaku kabid

K3), Wahyu Prio; (selaku staff K3), Wiyono. (selaku pengawas lapangan). Observasi yang

dilakukan peneliti di perusahaan PT. Bangun Kubah Sarana mencangkup seluruh aktifitas

kegiatan dan penerapan perlindungan keselamatan kerja. Dokumentasi dilakukan peneliti sebagai

data penunjang yang dibutuhkan oleh peneliti, data-data tersebut berupa gambar, struktur

organisasi, dan dokumen.

Metode pengolahan dan analisis data editing menggunakan metode triangulasi, yaitu dengan

melakukan pengolahan data secara terus menerus dan akan menghasilkan variasi data yang

tinggi. Variasi data tersebut akan dipilih dan diseleksi sebelum dilampirkan dalam penelitian.3

Metode tersebut juga menggambarkan dan menganalisis suatu fenomena yang diteliti peneliti.

Tahapan yang dilalui peneliti dalam proses analisis data sebagai berikut: (1) Penyajian data

(display) tahapan ini dilakukan dengan tujuan mempermudah peneliti dalam pengklarifikasian

data yang akan dianalisis. Data yang disajikan peneliti berupa data primer, data sekunder, dan

beberapa data penunjang. (2) Pemeriksaan ulang (editing) pada tahapan ini penulis kembali

meneliti kelengkapan-kelengkapan dari data yang diperoleh pada saat penelitian, hal tersebut

dilakukan untuk memastikan keabsahan data yang diperoleh, jika data yang diperoleh tidak sesuia

dengan realita maka data tersebut tidak bisa dijadikan sebagai sumber data. (3) Vertifikasi

(verifying) untuk memvertifikasikan data, peneliti melakukan wawancara dengan pertanyaan

yang sama kepada beberapa informan yang berbeda dan apabila jawaban sama bisa dikatakan

bahwa keterangan atau data tersebut valid dan bisa memasuki tahapan selanjutnya. (4)

Kesimpulan (conclution) tahapan terakhir dalam penelitian yaitu penarikan kesimpulan, pada

tahap ini peneliti menyimpulkan beberapa poin penting yang diperoleh peneliti dari proses

pencarian data melalui wawancara ataupun dari literatur dan data penunjang. Sehingga

2 Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Rosda Karya, 2011), 5. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2008), 243.

Page 6: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

114

kesimpulan penelitian ini berisi tentang penerapan perlindungan keselamatan kerja pada pekerja

konstruksi bangunan.

Hasil dan Pembahasan

Pengertian Ketenagakerjaan

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah merumuskan pengertian

istilah ketenagakerjaan sebagai segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu

sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa, yang

diataur dalam Undang-undang ketenagakerjaan adalah segala hal yang berkaitan dengan

pekerja/buruh, menyangkut hal-hal sebelum masa kerja, antara lain; menyangkut pemangan,

kewajiban mengumumkan lowongan kerja dan lain-lain.

Hal-hal yang berkenaan selama masa kerja (during employment), antara lain menyangkut:

perlindungan kerja, upah, jaminan sosial, kesehatan dan keselamatan kerja, pengawas kerja dan

lain-lain. Adapun hal-hal sesudah masa kerja antara pesangon, dana pensiun/ jaminan hari tua.

Abdul Khakim merumuskan tentang pengertian hukum ketenagakerjaan dari unsur-unsur yang

dimiliki, yaitu: (1) Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis; (2) Mengatur

tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha/ majikan; (3) Adanya orang

yang bekerja pada dan dibawah orang lain, dengan mendapatkan upah sebagai balas jasa;

(4) Mengatur perlindungan pekerja meliputi: masalah keadaan sakit, haid, hamil, melahirkan,

keberadaan organisasi pekerja/buruh dan sebagainya.

Menurut Undang-Undang No.13 tahun 2003, tenagakerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhu kebutuhan

sendiri maupun kebutuhan masyarakat. Peyaman Simanjutak, tenaga kerja adalah penduduk yang

sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain, seperti

bersekolah dan mengurus kebutuhan rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga

kerja menurutnya hanya ditentukan oleh umur.4

Pembahasan K3

Keselamatan Kerja atau occupational safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan

safety saja, diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditunjukan untuk mencegah semua jenis

kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.5 Sasaran manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja ialah mengurangi mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor

yang berperan dalam kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditempat kerja sehingga

terwujud suatu tempat kerja yang aman dan sehat yang dapat mendukung proses berproduksi

yang efesien dan produktif. Sedangkan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1

tentang keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berkut: 1) Mencegah dan mengurangi

kecelakaan, 2) Memberi pertolongan pada kecelakaan, 3) Memberi alat-alat perlindungan diri

pada para pekerja, 4) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

4 Dalam Lalu husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan Di luar Pengadilan,

(Jakarta: Rajawali pers, 2004), 57. 5 A.M. Sugeng Budiono. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja (Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2003),

171.

Page 7: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

115

kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca sinar atau radiasi, suara dan

getaran.5) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

Menurut Anizar dalam bukunya yang berjudul teknik keselamatan dan kesehatan industri,

secara umum penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada dua, yaitu unsafe action (Faktor manusia)

dan unsafe condition (Faktor Keadaan). Menurut penelitian bahwa 80-85 % kecelakaan

disebabkan unsafe action. 6 Namun pada lapangan faktor manusia lebih mendominasi di banding

dengan faktor keadaan.

Sistem Manajemen Kesalamatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen

perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Penjelasan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga di jelaskan

daalam PER.05/MEN/1996 pasal 1 adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang

meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

sumber data yang dibutuhkan bagi penerapan, pengembangan, dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Langkah awal

dalam penerapan sistem manajemen keselamatan kerja adalah dengan menunjukkan komitmen

dan kebijakan K3, dengan menggadakan suatu pernyataan yang tertulis yang ditanda tangani oleh

pengusaha yang didalamnya memuat semua tentang visi, misi perusahaan dalam menjaga

keselamatan dan kesehatan kerja serta seluruh rangkaian kegiatan yang bersifat menyeluruh

umum maupun operasional. Hal diatas sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012

tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Bahwa : “(1) Setiap

perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaan; (2) Kewajiban sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan: (a) Memperkerjakan pekerja/buruh paling

sedikit 100 (seratus) orang atau; (b) Mempunyai potensi bahaya yang cukup tinggi: (3)

Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (4) Perusahaan menerapkan SMK3

wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-

undangan serta dapat memperhatikan konvensi standar internasional ”.

Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah secara istilah terdiri dari dua kata yaitu maslaha dan mursalah. Kata

maslahah menurut bahasa artinya “manfaat” dan kata mursalah berarti “lepas”. Seperti

dikemukakan Abdul wahab kallaf berarti sesuatu yang dianggap maslahat namun tidak ada

ketegasan hukum untuk merealisasikannya dan tidak ada pula dalil tertentu baik yang mendukung

maupun yang menolaknya. 7

Maslahah mursalah (kesejahteraan umum) yakni yang dimutlakkan (maslahah yang bersifat

umum), menurut istilah ulama ushul yaitu maslahah dimana syar’i tidak mensyariatkan hukum

untuk mewujudkan maslahah itu, juga tidak terdapat dalil yang menunjukan atas pengakuannya

atau pembatalannya.

6 Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri (Yogyakarta: Graha ilmu, 2012), 3. 7 Satria Efendi, Ushul Fiqih (Jakarta: Kencana, 2005), 148.

Page 8: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

116

Imam Malik sebagaimana dinukilkan oleh Imam Syatibi dalam kitab al-i’tisham

mendefinisikan maslahah mursalah adalah suatu maslahah yang sesuai dengan tujuan, prinsip,

dan dalil-dalil syara’, yang berfungsi untuk menghilangkan kesempitan, baik yang bersifat

dharuriyah (primer) maupun hajjiyah (sekunder). Sejalan dengan pengertiannya, maka syarat

umum maslahah mursalah adalah ketikatidak ditemukan nash sebagai bahan rujukan.

Selanjutnya Imam Malik mengajukan syarat-syarat khususnya yaitu: 8(a) Adanya persesuaian

maslahat mursalat yang dipandang sebagai sumber dalil yang berdiri sendiri dengan tujuan-

tujuan syari’at (maqhasid as-syari’ah). Dengan adanya persyaratan ini berarti maslahah tidak

boleh menegaskan sumber dalil-dalil lain, atau bertentangan dengan dalil qat’iy. Akan tetapi

harus sesuai dengan maslahat-maslahat yang memang ingin diwujudkan oleh syar’i. Misalnya,

jenis masalah itu tidak asing meskipun tidak diperlukan adanya dalil khas. (b) Maslahat itu harus

masuk akal (rationable), mempunyai sifat-sifat yang sesuai dengan pemikiran yang rasional,

dimana seandainya diajukan kepada kelompok rasionalis akan dapat diterima.

Peredaan pendapat dalam maslahah mursalah dibagi menjadi dua golongan ada yang

menerima dan ada pula yang menolak berikut penjelasannya: (1) Golongan yang menerima,

Terdapat beberapa ulama yang menerima maslahah mursalah sebagai sumber pengeluraan

hukum. Antaranya ialah Imam Malik, Imam Ahmad bin Hanbal dan juga Imam al-Ghazali.

Namun hanya Imam Malik saja yang menirima maslahah mursalah sebagai hujah yang mutlak.

Walaupun demikian, golongan yang menerima maslahah mursalaah sebagai sumber pengeluaran

hukum sangat amat berhati- hati agar tidak berlaku pembentukan hukum berdasarkan keinginan

dan nafsu; (2) Golongan Yang Menolak, Selain golongan yang menerima terdapat beberapa

imam yang menolak terkait pengeluaran hukum maslahah mursalah sebagai salah satu sumber

pengeluaran hukum. Antaranya ialah Imam Abu Hanifah dan juga Imam Syafi’I. Mereka

mempunyai hujah sendri. Golongan ini menolak maslahah mursalah sebagai sumber hukum

karena ia akan membuka ruang keapada seseorang untk mengluarkan hukum tanpa berpandu

kepada Nash tetapi berfatwa sesuai dengan keinginannya. Ini karena perkara tersebut di dalam al-

quran dan al- hadist. Oleh karena itu seseorang tidak dapat mengelukkan sebuah hukum tanpa

berlandaskan al-quran dan al- hadist dan terlebih sesuai dengan keinginannya.

Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi Bangunan di PT. Bangun

Kubah Sarana(Kajian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

dan Maslahah Mursalah).

PT.Bangun Kubah Sarana berlokasi di Surabaya. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang

bergerak pada bidang konstruksi bangunan, spesialis atap khusus dan bentang lebar dari segi

bentuk ukuran dan tampilan seperti kubah Masjid, atap stadion dan hanggar (garasi yang luas dan

lebar). Dari beberapa data yang telah di peroleh penulis dengan menggunakan metode

pengumpulan data berupa observasi dan wawancara kepada beberapa informan yang terkait

dengan ketenagakerjaan dan penaggung jawab keamanan pekerja mengenai implementasi

perlindungan Keselamatan Kerja di PT. Bangun Kubah Sarana. Sebelum melangkah pada proses

pengumpulan data penulis menjelaskan perihal Undang-Undang yang mengatur terkait

keselamatan kerja. Penjelasan pada Pasal 86 ayat 1 Undang-undang nomor 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa “Setiap pekerja ataupun buruh berhak untuk

8 Amir Syarifuddin. Ushul Fiqh (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), CetI, Jilid II, 340.

Page 9: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

117

mendapatkan perlindungan berupa: (a) Keselamatan dan Kesehatan kerja; (b) Moral dan

kesusilaan; (c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat seorang manusia serta nilai-nilai

agama”.

Sedangkan ayat 2 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan

kesehatan kerja.” (ayat2), “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang‑ undangan yang berlaku”. (ayat3). Pasal

dalam perundang-undangan tersebut menitik beratkan pada perlindungan terhadap pekerja, ada

tiga aspek yang menjadi hak penuh pekerja dalam mendapatkan perlindungan dari perusahaan.

Pasal selanjutnya menjelaskan tujuan diadakannya perlindungan keselamatan kerja yaitu untuk

mewujudkan produktiviras kerja yang maksimal. Berbicara mengenai perlindungan keselamatan

kerja selalu berkaitan tentang pembahasan tentang K3. Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan

Kerja (K3) atau occupational safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan safety saja,

diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditunjukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang

ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.9

Hasil dari wawancara dan observasi peneliti mendapatkan beberapa informasi terkait

implementasi perlindungan keselamatan kerja tersebut, Penerapan perlindungan keselamatan

kerja sudah diterapkan dan dengan sistem pengawasan yang cukup baik sesuai dengan PP No.50

Tahun 2012 Pasal 5 yang berbunyi: (1) Setiap perusahaan wajib menerapka SMK3 di

perusahaannya, (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku bagi perusahaan: (a)

Memepekerjakan lebih dari 100 (seratus) orang pekerja, atau (b) Mempunyai tingkat potensi

bahaya yang tinggi (3)Ketentuan mempunyai tingkat potensi bahaya yang tinggi sebagaimana

yang dimaksud pada ayat 2 huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.(4)Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah

ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memeperhatikan konvensi atau

setandar internasional.

Setelah berbicara tentang penerapan perlindungan keselamatan kerja peneliti ingin mengetahui

bagaimana pengawasannya di dalam perusahaan PT. Bangun Kubah Sarana, untuk memperoleh

data peneliti sudah mewawancarai beberapa orang informan. Dari hasil wawancara tersebut

peneliti mendapatkan informasi berupa: “Pembinaan dan pengawasan yang kami lakukan dengan

memberi pengawasan berupa, mengadakan safety patrol setiap minggunya, mengadakan safety

meeting laporan data safety, mengadakan pengarahan dan pembekalan dengan mengadakan

evaluasi tiap minggunya, sosialisasi K3 dengan mendatangkan tim rescue dari instansi yang

terkait seperti Depertemen Tenagakerja (Depnaker) dengan materi pertolongan pertama pada

kecelakaan (P3K), pemadam kebakaran, Huru-hara dan sebaginya”.

Penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada dua, yaitu unsafe action (Faktor manusia) dan

unsafe condition (Faktor Keadaan). Menurut penelitian bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan

unsafe action. Dari dua faktor terjadinya kecelakaan diatas, faktor manusia masih mendominasi

terjadinya kecelakaan. Selain human eror berbicara mengenai terjadinya kecelakaan, berikut

penjelasan terkait faktor-faktor terjadinya kecelakaan. Terdapat 3 (tiga) faktor yang mepengaruhi

penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu: (1) Faktor material, Bahan, atau Peralatannya.

Misalnya, bahan yang seharusnya dibuat dari besi, namun ingin memeperkecil pengeluaran

9 A.M. Sugeng Budiono, Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja (Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2003),

171.

Page 10: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

118

digunakanlah bahan yang terbuat dari plastik yang lebih ringan sehingga sangat mungkin

terjadinya kecelakaan. 10 (2) Faktor bahaya/sumber bahaya ada dua sebab: a. Perbuatan

berbahaya, misalnya metode kerja yang digunakan salah dan tidak sesuai aturan, kecapekan,

sikap kerja yang tidak sempurna dan sebagainya. b.Kondisi / keadaan yang berbahaya, yaitu

keadaan yang tidak aman seperti: mesin/peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan. (3) Faktor

yang dihadapi Misalnya, kurangnya perawatan terhadap mesin dan peralatan sehingga tidak bisa

dipakai dengan sempurna.

Selain human eror peralatan dan perlengkapan juga bisa memicu terjadinya kecelakaan,

berikut pemeparan terkait pengecekan dan pemeriksaan peralatan. “Pengecekan dan pemeriksaan

alat dengan metode safety induction dan safety briffing jadi setiap pekerja yang bekerja di

workshop (proyek) diperiksa perlengkapannya keamanan dan perlengkapan keamanannya

dengan tujuan mengetahui jika tedapat beberapa alat yang kurang layak, disertai dengan trail

atau training penggunaannya”. Pemaparan di atas tersebut merupakan beberapa indikasi telah

terlaksananya perlindungan keselamatan kerja di PT. Bangun Kubah Sarana selain itu sebagai

penguat perusahaan ini sudah menggunakan ISO 9001:2008, OHSAS 18001:2007, ISO

Lingkungan 14001:2004, dan PP NO. 50 Tahun 2012 Tentang SMK3. Ditambah keikutsertaan

perusahaan dalam bidang BPJS Ketenagakerjaan.

Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi Bangunan di Tinjau Maslahah

Mursalah

Penerapan perlindungan keselamtan kerja pada pekerja konstruksi bangunan di PT.Bangun

Kubah Sarana Sudah sangat tersistem dengan baik. Sistem manajemen keselamatan kerja sudah

sesuai dengan peraturan yang berlaku baik dari Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun

2003 maupun dalam Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012. Kedua sumber tersebut

merupakan sumber utama dalam pembuatan sekaligus penerapan SMK3 yang ada di perusahaan

PT. Bangun Kubah Sarana. Masalah mursalah merupakan sebuah metode penetapan hukum yang

tidak terdapat dalam dalil syara’ (al-quran dan hadist) dan bisa dijadikan suatu maslahat bagi

manusia. Artinya tidak lain bahwa penetapan sebuah hukum hanya untuk sebuah kemaslahatan

umat manusia, yaitu menarik manfaat, menolak mudharat dan menghilangkan kesulitan umat

manusia.

Penjelasan mengenai K3 tentu saja tidak terdapat dalam al-qur’an dan al-hadist, namun dalam

pelaksanaannya sangat diharapkan karena merupakan bentuk dari perlindungan terhadap jiwa

hifdzu nafs (menjaga jiwa) agar terhindar dari kecelakaan maupun bahaya. Selain itu penerapan

perlindungan keselamatan kerja merupakan kemaslahatan yang bersifat umum dan khusus. Bagi

pekerja merupakan kemaslahatan Umum dan untuk perusahaan merupakan kemaslahatan khusus.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil dasar hukum dari golongan ulama yang

memperbolehkan menggunakan maslahah mursalah sebagai metode pengeluaran hukum.

Adapun maslahah mursalah sendiri mempunyai dua bentuk yaitu: a. ِجَلْبُ الْمَناَفِع (membawa

manfaat) b. درأالمفاسد (menolak kerusaan). Dua bentuk dari maslahah mursalah diatas akan kita

jadikan kacamata penelitian dan menjadi landasan penerapan perlindungan keselamatan kerja

pada pekerja konstruksi banguan di perusahaan PT. Bangun Kubah Sarana. Adapun menurut

Imam al -Syatibhi yang bisa dijadikan tolak ukur manfaat dan madhratnya atau dari segi

10 Sendjun H. Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 87.

Page 11: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

119

kepentingan kemaslahatan, yaitu:11 1) Maslahah itu sifatnya dharuriyah (penting). 2) Maslahah

itu sifatnya hajjiyah (dibutuhkan). 3) Maslahah itu sifatnya tahsiniyah (memperbaik). Dari ketiga

aspek yang dikemukakan imam Asyatibi di atas tersebut perusahaan memposisikan keselamatan

kerja pada perinsip dharuriyah sifatnya sangat dibutuhkan mendekati wajib karena itu

menyangkut hifdzu nafs para pekerjanya.

PT. Bangun Kubah Sarana sudah menerapkan tentang perlindungan keselamatan kerja dengan

baik karena menggunakan landasan hukum yang sesuai denganUndang-undang No.1 Tahun 1970

tentang K3, Undang-Undang ketenagakerjan No 13 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah No 50

Tahun 2012, sesuai dengan aggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Menerapkan perlindungan

Keselamatan kerja merupakan wujud dari perlindungan keselamatan kerja yang diberikan

perusahaan kepada para pekerjanya, karena hal tersebut merupakan hak penuh bagi pekerja dan

sebuah kewajiban dari perusahaan. Dengan adanya perlindungan keselamatan kerja tersebut

diharapkan memberi sebuah maslahah mursalah dan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Kesimpulan

Pertama, Implementasi perlindungan pekerja konstruksi bangunan di perusahaan PT.Bangun

Kubah Sarana sudah terlaksana dengan menggunakan penerapan sistem manajemen Keselamatan

dan kesehatan kerja, Penerapan sistem manajemen K3 tidak lain bertujuan untuk memberikan

Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan kerja. Perlindungan dilakukan perusahaan kepada

seluruh pekerja seperti menyediakan perlengkapan keselamatan dan keamanan kerja serta

pengarahan terkait penggunaan safety equiptment (perlengkapan keselamatan). Penjelasan

singkat di atas tersebut merupakan bentuk dari pemenuhan hak terhadap pekerja yang tercantum

dalam pasal 86 ayat (7) Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam

praktiknya penyelenggaraan dan pengawasan sudah sesuai dengan Undang-Undang dan

Peraturan yang mengatur. Perlindungan keselamatan kerja yang diberlakukan perusahaan ini

sudah bersertifikasi OHSAS 18001: 2007 serta terlibat aktif dalam penyelenggaraan BPJS

Ketenagakerjaan.

Kedua, Implementasi perlindungan keselamatan kerja pada PT. Bangun Kubah Sarana ini

bertujuan memberikan kemaslahatan bagi Perusahaan dan Pekerjanya. Meskipun manajemen

keselamatan kerja tidak terdapat dalam al- Qur’an dan al- Hadist, yang menjelaskan hukum dan

dalil terkait manajemen keselamatan kerja, dengan menggunakan metode penetapan hukum

maslahah mursalah peneliti ingin menjadikanya sebagai kacamata penelitian. Hal tersebut

dikarenakan manajemen keselamatan kerja merupakan bentuk perlindungan terhadap diri/ jiwa

(hifdzu nafs) agar terhindar dari bahaya. Selain itu perlindungan keselmatan kerja ini merupakan

bentuk dari kemaslahatan bersama antara pekerja dan perusahaan. Keduanya akan mendapatkan

manfat yang sangat berguna pekerja mendapatkan perlindungan dan perusahaan keamanan dari

terjadinya kecelakaan kerja. Artinya pengadaan perlindungan keselamatan kerja itu bentuk dari

kewajiban perusahaan untuk memenuhi hak pekerja.

Daftar Pustaka:

Buku:

al- Qur’an

al- Hadist

11 Zurifah nurdin, Ushul fiqih 1 (Jakarta: Pustaka Setia, 2012), 57.

Page 12: Perlindungan Keselamatan Kerja Pada Pekerja Konstruksi ...

120

Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industr. Yogyakarta: Graha ilmu 2012

Efendi,S. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana.2005.

Husni, D.L, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan Di luar

Pengadilan. Jakarta: Rajawali Pers.2004.

Manulang,S.H. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia . Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Sugeng, B. A. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit

UNDIP. 2003.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta . 2013.

Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosyda Karya .2011.

Syarifuddin, A. Ushul Fiqh. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang -Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4279).

Undang-Undang Nomor.1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 tentang Keselamatan Kerja

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3

No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/Pe, S. K. (n.d.). Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

Skripsi:

Nur Rofiah “Implementasi Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja

Konstruksi di CV. Mufakat Jaya Teknik (Tinjauan Undang-undang nomor 13 tahun 2003

dan Maslahah Mursalah)”, Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas

Syariah penelitian ini menggambarkan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2016.

Rizqiyatul ‘Ilmi el Mudhir “Pengaruh Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) serta Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Upaya Untuk Peningkatan Produktifitas Kerja

Karyawan”. Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ekonomi. 2014.