Makalah JAMSOSTEK Bagi Pekerja Lepas Dan Pekerja Jangka Waktu Di Bidang Konstruksi

download Makalah JAMSOSTEK Bagi Pekerja Lepas Dan Pekerja Jangka Waktu Di Bidang Konstruksi

of 23

description

Jamsostek dalam konstruksi

Transcript of Makalah JAMSOSTEK Bagi Pekerja Lepas Dan Pekerja Jangka Waktu Di Bidang Konstruksi

  • ETIKA & ASPEK HUKUM KONTRAK

    KONSTRUKSI

    MAKALAH UU JASA KONSTRUSI

    KOMPLEMENTARIS DENGAN UU JAMSOSTEK

    PELAKSANAAN JAMSOSTEK BAGI PEKERJA

    HARIAN LEPAS DAN PEKERJA JANGKA WAKTU

    DALAM BIDANG KONSTRUKSI

    Nama : Tria Puspita Sari

    Program Studi : Teknik Sipil Reguler

    NPM : 1206246471

    DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    2014

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

    dan rahmatnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini mengkaji mengenai

    hubungan komplementer antara Undang-Undang Jasa Konstruksi & Undang-Undang

    Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja, dalam hal penggunaannya dalam kecelakan

    konstruksi. Oleh karena itu, diharapkan makalah ini dapat menambah ilmu

    mengenai hal tersebut.

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata

    kuliah Etika & Aspek Hukum Kontrak Konstruksi. Penulis menyadari bahwa

    makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, penulis berusaha semaksimal

    mungkin untuk membuat makalah ini sebaik mungkin. Penulis pun sangat berharap

    agar pembaca dapat memberikan kritik membangun sebagai motivasi untuk menjadi

    yang lebih baik dikemudian hari.

    Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah

    memberikan bantuan dalam bentuk apapun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

    Khususnya kepada Bapak Prof. Ir. Yusuf Latief, M.T. selaku dosen dalam mata

    kuliah ini. Penulis berharap makalah ini tidak hanya akan menjadi bacaan semata,

    tetapi juga pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

    Depok, Maret 2014

    Penulis

  • 3

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    KATA PENGANTAR ............................................................................ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

    I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

    1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 1

    1.3. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 2

    1.4. Tujuan ............................................................................................... 2

    1.5. Manfaat ............................................................................................. 2

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 2

    II. KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 3

    2.1. UU No.18/1999 dan PP No.29/2000 .................................................. 3

    2.2. UU No.3/1992, PP No.14/1993, Peraturan Menteri

    dan Ketetapan Menteri .............................................................................. 3

    2.3. Pengertian JAMSOTEK .................................................................... 3

    2.4. Ruang Lingkup Program JAMSOSTEK ............................................ 4

    2.5. Kepersertaan dalam JAMSOSTEK .................................................... 5

    2.5.1. Tahap Kepesertaan ................................................................... 5

    2.5.2. Tata Cara Menjadi Peserta ........................................................ 5

    2.6. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) ..... 6

    2.6.1. Pembayaran JKK dan JKM. ...................................................... 6

    2.6.2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) ............................................. 7

    2.6.2.1. Pengertian ......................................................................... 7

    2.6.2.2. Manfaat ............................................................................ 7

    2.6.2.3. Pengajuan Klaim ................................................................ 9

    2.6.3. Jaminan Kematian (JKM) ....................................................... 10

    2.6.3.1. Pengertian ....................................................................... 10

    2.6.3.2. Manfaat .......................................................................... 10

  • 4

    2.6.3.3. Pengajuan Klaim ............................................................. 11

    III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 12

    IV. ANALISA HASIL KAJIAN ................................................................. 13

    4.1. Angka Kecelakaan Kerja ........................................................................ 13

    4.2. Jumlah Peserta Jamsostek Bidang Konstruksi .......................................... 13

    4.3. Pelanggaran dalam Penerapan JAMSOSTEK ......................................... 14

    V. PEMBAHASAN .................................................................................. 16

    5.1. Resiko Kecelakaan Kerja ......................................................................... 16

    5.2. JAMSOSTEK untuk Pekerja Harian Lepas & Jangka Waktu .................. 18

    VI. PENUTUP ............................................................................................. 19

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Belakangan ini Industri Jasa Konstruksi semakin berkembang seiring dengan

    pembangunan infrastruktur di Indonesia, dengan demikian proyek pembangunan

    semakin banyak. Dalam setiap proyek pembangunan sebuang gedung maupun

    bangunan lain memiliki berbagai resiko, baik resiko kegagalan bangunan maupun

    resiko kecelakaan yang dapat mengakibatkan cacat atau meninggalnya para

    pekerja. Untuk itu dibutuhkan perlindungan berupa Jaminan bagi para pekerja di

    bidang Jasa Konstruksi sebagai antisipasi terhadap resiko yang mungkin terjadi.

    Dalam UU No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi pasal 22 ayat 2 huruf L telah

    diatur mengenai Jaminan dan Tenaga Kerja dalam kontrak konstrusi yang

    ditunjang oleh PP No.29/2000 dalam pelaksanaannya menjelaskan bahwa uraian

    mengenai perlindungan terhadap pekerja serta Jaminan Sosial Tenaga kerja harus

    tercantum dalam kontrak pekerjaan konstruksi.

    Selain itu telah di atur pula dalam UU No.3/1992 mengenai Jaminan Sosial

    dan PP No.14/1993 sebagai dasar hukum pelaksanaan Jaminan tersebut.

    Namun dalam pelaksanaannya terdapat berbagai kekurangan, satu

    diantaranya adalah mengenai pemberian Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja bagi

    pekerja harian lepas dan pekerja jangka waktu. Banyak timbul kasus dipublik

    dimana pekerjaan harian lepas mengalami kecelakaan, namun pekerja tersebut

    tidak terdaftar dalam JAMSOSTEK maupun didaftarkan oleh Perusahaan Jasa

    Konstruksi yang mempekerjakannya. Hal tersebut mengakibatkan ketidak pastian

    bagi pekerja dalam penanganan setelah kecelakaan kerja, menimbulkan kerugian

    bagi pekerja dan dapat mempengaruhi pekerjaan proyek Konstruksi.

    1.2. Perumusan Masalah

    Banyak dari perusahaan Jasa Konstruksi yang tidak memeberikan Jaminan

    Sosial dan Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) bagi pekerja harian, kurangnya

    kesadaran individual dari pekerja tersebut mengenai pentingnya Jaminan tersebut,

    serta belum tercantumnya dengan jelas mengenai pemberian JAMSOSTEK bagi

    pekerja harian lepas dan pekerja jangka waktu dalam UU No.18/1999 tentang

  • 6

    Jasa Konstruksi pasal 22 ayat 2, PP No.29/2000 tentang Penyelengaraan Jasa

    Konstruksi. Ditambah kurangnya pemahaman dan perhatian mengenai

    pentingnya pemberian Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi setiap pekerja.

    1.3. Pertanyaan Penelitian

    Bagaimanakah ketentuan dan penyelengaraan pemberian Jaminan Sosial dan

    Tenaga Kerja bagi pekerja harian lepas dan pekerja jangka waktu dalam Jasa

    Konstruksi?

    1.4. Tujuan Penulisan

    Mengetahui/mengidentifikasi ketentuan-ketentuan dan penyelengaraan dalam

    pemberian Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja bagi pekerja harian lepas dan

    pekerja jangka waktu dalam Jasa Konstrusi?

    1.5. Manfaat Penelitian

    1.5.1. Untuk Penulis

    Menambah wawasan pengetahuan menganai pemberian Jaminan Sosial

    dan Tenaga Kerja dalam bidang konstruksi, beserta landasan hukumnya.

    1.5.2. Untuk Universitas

    Merupakan karya tulis dan kajian yang dapat digunakan sebagai referensi

    dalam penelitian maupun tugas mata kuliah mahasiswa lain.

    1.5.3. Untuk Masyarakat

    Memberikan pemahaman mengenai pentingnya pemberianJaminan Sosial

    dan Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) bagi pekerja dalam bidang Jasa Konstruksi.

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian.

    Ruang lingkup penelitian hanya sebatas pelaksanaan Jaminan Sosial dan

    Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) bagi pekerja harian lepas dan pekerja jangka

    waktu dalam Jasa Konstruksi di Indonesia.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. UU No.18/1999 dan PP No.29/2000

    Dalam UU No.18/1999 mengenai Jasa Konstruksi, pasal 22 ayat 2 huruf l,

    menjelaskan bahwa Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang

    kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesejahteraan kerja

    serta jaminan sosial. Uraian mengenai hal tersebut harus tercantum dalam

    kontrak kerja konstruksi.

    Sedangkan UU No.18/1999 dalam pasal 23 ayat 2 berbunyi

    Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang

    keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga

    kerja, ........

    Dalam PP No.29/2000 tentang Penyelengaraan Jasa Konstruksi, pasal 30 ayat

    1 huruf c, berbunyi Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan

    pekerjaan konstruksi, penyelenggara pekerjaan konstrusi wajib memenuhi

    ketentuan tentang: perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan

    konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    2.2. UU No.3/1992, PP No.14/1993, Peraturan dan Ketetapan Menteri

    Undang-Undang No.3 tahun 1992 tentangJaminan Sosial Tenaga Kerja

    memadukan seluruh program diatas menjadi Jaminan Kecelakaan Kerja,

    Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian Pemeliharaan Kesehatan, sedangkan

    pelaksanaannya dituangkan dalam peraturan dalam Peraturan pemerintah No.14

    Tahun1993. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-05/MEN/1993 tentang

    petunjuk Teknis Pendaftaran, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan

    Pelayanan.Keputusan Menteri Tenaga Kerja, sera Keputusan Menteri Tenaga

    Kerja RI No.KEP-196/MEN/1999.

    2.3. Pengertian JAMSOTEK

    Jamsostek merupakan suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk

    santunan berupa uang sebagai pengganti dari penghasilan yang hilang atau

    berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami

  • 8

    oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan

    meninggal dunia. Jamsostek dimaksudkan untuk menumbuhkan kemandirian dan

    menjaga harkat dan martabat serta harga diri tenaga kerja dalam menghadapi

    risiko sosial ekonomi. Sedangkan tujuan jamsostek adalah mengurangi

    ketidakpastian masa depan tenaga kerja yang akan menunjukan ketenangan

    sehingga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

    2.4. Ruang Lingkup Program JAMSOSTEK

    Jenis-jenis (ruang lingkup) program Jamininan dari jamsostek terdiri dari :

    1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan pengantian biaya perawatan

    dan upah, santunan cacat dan santunan kematian akibat kecelakaan dan sakit

    akibat kerja.

    2. Jaminan Hari Tua (JHT) berupa tabungan selama masa kerja yang dibayarkan

    kembali pada umur 55 tahun atau sebelum itu jika mengalami cacat tetap total

    atau meninggal dunia.

    3. Jaminan Kematian (JKM) memberikan pembayaran tunai kepada ahli waris

    dari tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum umur 55 tahun.

    4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) memberikan pelayanan media berupa

    rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan,

    penunjang diagnostik, pelayanan khusus dan gawat darurat bagi tenaga kerja

    dan keluarganya yang menderita sakit.

    Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta atau lebih dikenal sebagai DPKP

    merupakan dana yang dihimpun dan digunakan untuk meningkatkan

    kesejahteraan peserta program Jamsostek yang diambil dari sebagian dana hasil

    keuntungan PT. Jamsostek (Persero).

    Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang lebih dikenal sebagai PKBL

    merupakan kerjasama antara BUMN dengan Usaha Kecil yang bertujuan untuk

    meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui

    pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN, sesuai dengan Keputusan Menteri

    BUMN No.Kep-236/MBU/2003.

    Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) memberikan perlindungan

    jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan

    kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh

  • 9

    penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan

    kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Memperluas cakupan

    kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja.

    2.5. Kepersertaan dalam JAMSOSTEK

    2.5.1. Tahap Kepesertaan

    Setiap Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan

    proyek Jasa Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib

    mempertanggungkan semua tenaga kerja (borongan/harian lepas dan

    musiman) dengan waktu tertentu yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan yang

    bekerja pada proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja

    (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).

    Adapun proyek - proyek tersebut meliputi proyek-proyek APBD, proyek-

    proyek atas dana Internasional, proyek-proyek APBN, proyek-proyek swasta,

    dll.

    2.5.2. Tata Cara Menjadi Peserta

    Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi Formulir pendaftaran

    kepesertaan Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada kantor BPJS

    Ketenagakerjaan setempat sekurang - kurangnya 1 (satu) minggu sebelum

    memulai pekerjaan. Formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat

    Perintah Kerja (SPK) atau Surat Perjanjian Pemborong (SPP).

    Tata cara pendaftaran tenaga kerja dalam JAMSOSTEK meliputi 4 macam

    kegiatan administrasi, yakni :

    a. Pendaftaran Tenaga kerja

    Pengusaha melakukan pendaftaran tenaga kerja untuk kepesertaan dalam

    JAMSOSTEK. Pendaftaran tenaga kerja ini dilakukan baik bagi tenaga

    kerja baru pada kepesertaan awal, maupun bagi karyawan baru susulan

    pada bulan-bulan berikutnya.

    b. Penerbitan Kartu Peserta (KPA)

    Berdasarkan informasi pendaftaran tenaga kerja , PT. JAMSOSTEK akan

    menerbitkan dan menyampaikan KPA sebagai tanda kepesertaan tenaga

    kerja dalam progam JAMSOSTEK.

    c. Pendaftaran Keluarga Tenaga Kerja

  • 10

    Pengusaha melakukan pendaftaran keluarga tenaga kerja dalam

    kepesertaan progam JPK. Dan dalam pendaftaran ini juga dilakukan

    pemilihan fasilitas pelayanan kesehatan yang dikehendaki tenaga kerja dan

    keluarganya.

    d. Pelaporan Tenaga Kerja Keluar

    Pengusaha perlu memberitahukan kepada PT. JAMSOSTEK perihal

    tenaga kerja yang keluar dari perusahaannya.

    2.6. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)

    2.6.1. Pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

    Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung

    sepenuhnya oleh kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut:

    1. Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)

    sebesar 0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi

    2. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai

    dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebesar penetapan angka

    1 ditambah 0,19% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja

    Konstruksi dikurangi Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

    3. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

    sampai dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebesar

    penetapan angka 2 ditambah 0,15% dari selisih nilai, yakni dari nilai

    Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 500.000.000,- (lima ratus juta

    rupiah)

    4. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)

    sampai dengan Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar

    penetapan angka 3 ditambah 0,12% dari selisih nilai, yakni dari nilai

    Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)

    5. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)

    sebesar penetapan ditambah 0,10% dari selisih nilai, yakni dari nilai

    Kontrak Kerja Konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- (lima miliar

    rupiah)

    Nilai Kontrak Kerja Konstruksi sebagai dasar perhitungan iuran tidak

    termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.

  • 11

    Untuk penetapan iuran berdasarkan upah bagi tenaga kerja harian lepas,

    borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu, memiliki ketentuan sebagai

    berikut:

    1. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah

    upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender.

    Apabila upah dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi

    yang bekerja 6 (enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan

    dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1

    (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu).

    2. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan

    penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja

    dalam 1 (satu) bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan,

    upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika

    pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12

    (dua) belas bulan terakhir.

    3. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu

    tertentu, penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang

    tercantum dalam perjanjian kerja.

    2.6.2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

    2.6.2.1. Pengertian

    Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko

    yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.

    Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang

    diakibatkan oleh adanya risik-risiko sosial seperti kematian atau cacat

    karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan

    adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga

    kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha

    memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja

    yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

    2.6.2.2. Manfaat

    Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan

    rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat

  • 12

    dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita

    penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya

    dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan

    kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran.

    Jaminan kecelakaan kerja pada hakekatnya memberikan kompensasi

    yang terdiri dari :

    a. Penggantian biaya yang dikeluarkan pengusaha, yaitu transport, upah

    sementara, tidak mampu bekerja dan perawatan.

    b. Ganti rugi atas turunnya/hilangnya kemampuan bekerja/

    berpenghasilan yaitu santunan cacat atau santunan kematian.

    Jenis-Jenis kemanfaatan Jaminan Kecelakaan Kerja meliputi :

    a. Biaya transport maksimum :

    Darat Rp. 100.000,00, laut Rp. 200.000,00 dan udara Rp. 250.000,00.

    Biaya transport dapat digunakan untuk transport rawat jalan.

    b. Penggantian upah sementara tidak mampu bekerja. 120 hari pertama

    sebesar 100% upah, 120 hari kedua sebesar 75% upah, dan hari

    selanjutnya sebesar 50% upah.

    c. Biaya perawatan medis. Maksimum sebesar Rp. 3.000.000,00

    d. Santunan cacat tetap-sebagian persentase jenis cacat sesuai tabel

    dikalikan 60 bulan upah.

    e. Santunan cacat tetap-total. Pembayaran sekaligus maksimal 70 %

    dikalikan bulan upah.Pembayaran berkala sebesar Rp. 25.000,00

    selama 24 bulan

    f. Santunan kematian dilakukan secara poembayaran sekaligus senilai

    60 % dikalikan 60 bulan upah, sedangkan pembayaran berkala senilai

    Rp. 25.000,00 selama 24 bulan, dan biaya pemakaman Rp.

    200.000,00

    g. Biaya rehabilitasi Prothese ( anggota badan tiruan ) dan orthose ( alat

    bantu ) seperti tongkat dan kursi roda, dengan penggantian biaya

    sesuai harga RS. DR. Suharso, Surakarta ditambah 40 %.

  • 13

    Penyakit akibat kerja sesuai daftar dianggap sebagai kecelakaan kereja

    dan ditanggung selama hubungan kerja dan sampai selamalamanya tiga

    tahun setelah hubungan kerja berakhir.

    Selain memberikan kompensasi dan rehabilitasi, JKK juga ikut aktif

    membantu usaha-usaha pencegahan kecelakaan kerja.

    2.6.2.3. Pengajuan Klaim

    Tata cara pengajuan klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dalam

    JAMSOSTEK meliputi 4 macam kegiatan administrasi, yakni:

    a. Pelaporan Kecelakaan Tahap Pertama (F.3).

    Pengusaha melaporkan kecelakaan kerja dalam tempo 2x24 jam sejak

    terjadinya kecelakaan kerja kepada PT JAMSOSTEK dan Kantor

    Departemen Tenaga Kerja Setempat.

    b. Pelaporan Kecelakaan Tahap Lanjutan (F.3b/3c/3d).

    Pengusaha melaporkan status kecelakaan kerja dalam tempo 2 x 24

    jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh, cacat total atau sebagian,

    atau meninggal dunia. Laporan ini berfungsi juga sebagai dokumen

    klaim JKK yang disertai keterangan dokter (F.3b/3c) dan bukti-bukti

    lainnya. Dan laporan tersebut dikirimkan ke PT JAMSOSTEK dan

    Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

    c. Penempatan Jaminan Kecelakaan Kerja

    Berdasarkan informasi kecelakaan kerja yang lengkap, PT

    JAMSOSTEK akan melakukan penetapan besarnya jaminan JKK

    berdasarkan tingkat cacat dan tingkat upah tenaga kerja yang

    bersangkutan.

    d. Pembayaran Jaminan JKK

    Dari hasil penetapan tersebut, PT. Jamsostek melaksanakan

    pembayaran jaminan JKK.

  • 14

    Gambar 2.6.2.3. Alur tata cara pengajuan klaim JKK

    2.6.3. Jaminan Kematian (JKM)

    2.6.3.1. Pengertian

    Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program

    Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan

    Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik

    dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

    Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar

    0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,-

    terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian dan Rp 2 juta biaya

    pemakaman dan santunan berkala.

    2.6.3.2. Manfaat

    Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja

    seperti:

    1. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,-

    2. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,-

    3. Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama24 bulan)

    Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli dari tenaga kerja peserta

    yang meninggal dunia. Jaminan kematian ini pada hakekatnya merupakan

    unsur komplementer terhadap jaminan hari tua pada saat meninggal dunia,

    saldo tabungan belum optimal sehingga jaminan kematian akan

    menutupnya. Jaminan kematian dibayarkan sekaligus sebesar Rp.

    1.200.000 yang terdiri dari Santunan kematian sebesar Rp. 1.000.000,00

    dan Biaya pemakaman sebesar Rp. 200.000,00. Dalam hal tidak ada ahli

  • 15

    waris atau wasiat lainnya biaya pemakaman dibayarkan kepada

    pengusaha atau pihak lain yang mengurus pemakamannya.

    2.6.3.3. Pengajuan Klaim

    Tata cara pengajuan klaim Jaminan Kematian (JKM) dalam

    Jamsostek meliputi 3 macam kegiatan administrasi, yakni:

    a. Pengajuan Klaim JKM (F.4)

    Ahli waris dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengajukan

    permintaan pembayaran JK kepada PT JAMSOSTEK.

    b. Penetapan Jaminan Kematian

    PT JAMSOSTEK akan menetapkan besarnya jaminan JKM sebesar Rp.

    1,2 juta yang terdiri santunan kematian sebesar Rp. 1,0 juta dan uang

    kubur sebesar Rp. 0,2 juta.

    c. Pembayaran Jaminan JKM

    Dari hasil penetapan tersebut, PT JAMSOSTEK melaksanakan

    pembayaran jaminan JKM kepada ahli waris tenaga kerja.

    Gambar 2.6.3.3. Alur tata cara pengajuan klaim JKM

  • 16

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis normatif,

    yaitu penelitian yang merujuk pada norma-norma hukum yang terdapat dalam

    peraturan perundang-undangan, putusan-putusan pemerintah, putusan-putusan hakim,

    maupun pemahaman-pemahaman yang diperoleh melalui bahan pustaka. Bahan

    pustaka yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer berupa

    peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder berupa jurnal-jurnal,

    makalah-makalah, maupun berita elektronik yang menjelaskan mengenai bahan

    hukum primer yang dimaksud.

    Metode penelitian data dilakukan melalui beberapa tahapan berikut, antara

    lain yaitu:

    1. Metode Perolehan Data

    Metode Penelitian Kepustakaan, yaitu metode penelitian yang dilakukan

    melalui dokumen-dokumen yang memiliki kaitan erat dengan objek

    penelitian untuk mendapatkan landasan teoritis,untuk memperoleh informasi

    berbentuk ketentuan formal seperti peraturan perundang-undangan, dan untuk

    memperoleh data-data pendukung melalui jurnal-jurnal, makalah-makalah,

    maupun buku panduan.

    2. Metode Analisis Data

    Metode dilakukan secara analisis normatif kualitatif dengan penarikan

    kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah terkumpul.

  • 17

    BAB IV

    ANALISA/HASIL KAJIAN

    4.1. Angka Kecelakaan Kerja.

    Berdasarkan keterangan dari Kepala Badan Pembinaan (BP) Konstruksi

    Kementerian Pekerjaan Umum Hediyanto Husaini menyatakan bahwa industri

    jasa konstruksi menduduki peringkat pertama dalam jumlah kecelakaan

    meninggal bahkan dua kali lipat dibandingkan dengan industri sejenis seperti

    manufaktur, kargo, pariwisata, dan lain-lain, bahkan angka kecelakaan kerja

    sektor konstruksi di Indonesia termasuk yang paling tinggi di kawasan ASEAN

    dan dalam lima tahun terakhir dengan cenderung meningkat.

    Berdasarkan laporan International Labour Organization (ILO), setiap hari

    terjadi kecelakaan kerja di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20

    orang fatal akibat kecelakaan kerja. Tak hanya itu, menurut kalkulasi ILO,

    kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara

    berkembang juga tinggi, yakni mencapai 4% dari GNP (gross national product).

    Sedangkan berdasarkan Klaim pada PT Jamsostek 2010 mencatat telah terjadi

    98.711 kasus kecelakaan kerja. Dari angka tersebut 2.191 orang tenaga kerja

    meninggal dunia. Dan menimbulkan cacat permanen sebanyak 6.667 orang.

    angka kecelakaan kerja dalam bidang konstrusi pada tahun 2009 pada angka 20%

    dari total proyek, tahun berikutnya 2010 angkanya sudah menurun menjadi 16%.

    4.2. Jumlah Peserta Jamsostek Bidang Konstruksi.

    Pada tahun 2013 terdapat sekitar 166.000 perusahaan Jasa Konstruksi yang

    telah terdaftar. Dari 6,34 juta jumlah tenaga kerja konstruksi Indonesia, baru

    sekitar 5,6 juta pekerja yang terdaftar sebagai peserta Jamsostek atau sebesar 11,

    67% tidak memiliki Jaminan Sosial Tenaga Kerja,kebanyakan dari mereka yang

    terdaftar adalah pekerja formal yaitu dengan jadwal kerja yang jelas, jumlah ini

    belum termasuk pekerja dalam kegiatan konstruksi bersekala sangat kecil

    (Independen).

  • 18

    Pada tahun 2014, pemerintah menargetkan peningkatan kualitas jumlah

    tenaga konstruksi Indonesia sebagai peserta Jamsostek menjadi sekitar 5,8 juta

    hingga 6 juta.

    Tabel. 4.2. Kepesertaan Tenaga Kerja PT. Jamsostek 2009-2013

    4.3. Pelanggaran dalam Penerapan JAMSOSTEK

    Berikut adalah contoh penyimpangan dan pelanggaran dalam pelaksanaan

    JAMSOSTEK. Dikutip dari situs elektronik majalah harian nasional republika (4

    April 2014) bahwa:

    "Minimnya perusahaan mendaftar program Jamsostek karena kepedulian

    yang kurang terhadap kesejahteraan karyawan dan masih menganggap

    pengurusannya lama dan rumit," kata Kepala Seksi Pengawasan

    Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Daerah

    Istimewa Yogyakarta (DIY), Andri Budi Rasmini di Yogyakart. Menurut Andri,

    hingga saat ini untuk perusahaan yang telah mendaftarkan Jaminan Sosial

    Tenaga Kerja (Jamsostek) di DIY diperkirakan masih kurang dari 50 persennya.

    Lanjutnya bahwa, ketentuan kewajiban perusahaan mengikutsertakan Jamsostek

    telah diatur dalam PP No.14 tahun 1993 tentang penyelenggaraan Jamsostek.

  • 19

    Selain itu dikutip dari situs pemberitaan resmi PT. JAMSOSTEK (Persero)

    pada tanggal 23 Juli 2007 mengenai pelanggaran hukum berkaitan dengan

    kepesertaan JAMSOSTEK di Medan, yaitu:

    ..............Hingga kini tercatat dari 10.768 Perusahaan di Sumut, yang baru

    mendaftar di Jamsostek baru 5.638 perusahaan...............saat ini terdapat dua

    kasus pelanggaran Jamsostek dan ketenagakerjaan yang tengah disidangkan di

    Pengadilan Negeri Medan. Kedua kasus dimaksud adalah Manajer PT PLN

    Pembangkitan Sumbagut Ernawan Arief Budiman (43) menjadi terdakwa dengan

    dua tuduhan melanggar UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU

    Nomor 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

    Kemudian Direktur PT MJM, Joni (29) penduduk Jalan Labu Medan, tidak

    memenuhi hak-hak normatif karyawannya yaitu tidak membayar hak-hak

    normatif dari pekerjanya, UMD (upah minimum domestik) dan tidak

    memasukkan ke dalam program Jamsostek, sesuai UU No 3 Tahun

    1992...........................................

  • 20

    BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1. Resiko Kecelakaan Kerja.

    Industri jasa konstruksi memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi

    dikarenakan resiko kecelakaan berhubungan dengan karakteristik proyek

    konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan

    dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut

    ketahanan fisik yang tinggi.

    Resiko kecelakaan terbesar dalam kegiatan konstrusi adalah pekerjaan yang

    dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian, sering kali kasus kecelakaan

    yang mengakibatkan cacat maupun kematian adalah terjatuh dari ketinggian.

    Selain itu jatuh pada galian pekerjaan yang cukup dalam dan tertimbun galian

    memberi dampak yang serius.

    Pekerjaan dengan resiko tinggi kebanyakan dilakukan oleh pekerja dengan

    upah rendah, diantaranya pekerja kontrak, pekerja harian lepas. Hal ini

    dikarenakan kurangnya kopetensi pekerja tersebut dalam pekerjaan konstruksi.

    Dengan upah yang relatif rendah dan resiko pekerjaan yang tinggi menimbulkan

    kekhawatiran dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja secara sosial dan

    ekonomi.

    Untuk mengantisipasi segala resiko kecelakaan kerja dan mengatasi kejadian

    kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dibutuhkan sebuah perlindungan berupa

    jaminan sosial ekonomi bagi tenaga kerja. Jaminan ini dapat memberi ketenangan

    bagi pekerja dalam melakukan pekerjaan dan sedikit ketenangan akan beban

    yang akan ditanggung keluarga pekerja terhadap kecelakaan kerja yang

    mengakibatkan luka, kecacatan fisik, penyakit, hingga kematian.

    Jaminan yang wajib diberikan oleh pengusaha jasa konstruksi terhadap segala

    resiko kecelakaan kerja adalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang telah diatur

    dasar hukum dan pelaksanaannya pada UU. No. 3 tahun 1992 dan PP No.14

    tahun 1993 yang berkomplemen dengan UU No.18 tahun 1999 tentang Jasa

    Konstrusi.

  • 21

    5.2. JAMSOSTEK untuk Pekerja Harian Lepas & Jangka Waktu.

    Pemeberian Jaminan Sosial Tenaga kerja merupakan hal yang wajib, namun

    dalam pelaksanaannya, JAMSOSTEK tidak sepenuhnya diberikan oleh Pengusaha

    Jasa Konstrusi terhadap pekerja harian lepas dan jangka waktu, walaupun

    ketentuannya telah tercantum dan dilandasi oleh peraturan perundang-undangan.

    Dari 6,34 juta pekerja dalam bidang Jasa Konstruksi masih terdapat 11,67% pekerja

    yang tidak terdaftar dalam kepesertaan JAMSOSTEK, dan mayoritas merupakan

    pekerja harian lepas dan pekerja jangka waktu tertentu.

    Kepedulian perusahaan Jasa konstrusksi dan kurangnya pemahaman

    mengenai pentingnya JAMSOSTEK oleh para pekerja merupakan penyebab

    kurangnya kepersertaan pekerja dalam JAMSOSTEK. Perusahaan Jasa Konstruksi

    memiliki kewajiban mendaftarkan pekerjanya, namun secara individual para pekerja

    dapat mendaftarkan diri mereka sendiri untuk mendapatkan hak untuk dilindungi.

    Ekonomi dan waktu menjadi alasan lain dalam penyimpangan pelaksanaan

    JAMSOSTEK. Bebera perusahaan yang melakukan penyimpangan berdalih bahwa

    pemberian JAMSOTEK kepada seluruh pekerja akan memakan banyak sekali biaya

    dan waktu untuk pengurusannya, hal yang sama menjadi alasan bagi para pekerja.

    Selain itu, pemberian JAMSOSTEK bagi pekerja harian lepas maupun pekerja

    dianggap menyulitkan pengusaha, karena seringkali pekerja harian lepas (buruh)

    dipekerjaan oleh pemborong/Mandor, serta berhentinya atau dipekerjakannya pekerja

    harian lepas (buruh) tidak tercantum dalam kontrak dan pekerja dapat digantikan

    oleh orang lain dengan mudah sesuai keadaan.

    Pekerja harian lepas dan pekerja dengan dengan jangka waktu biasanya

    memiliki resiko kecelakaan kerja yang sangat tinggi, karena mereka ditugaskan

    untuk melakukan pekerjaan berat yang menantang, seperti pekerjaan yang dilakukan

    diketinggian. Hal itu dilakukan karena kurangnya kompetensi dari pekerja untuk

    mengerjakan tugas lain dalam bidang konstruksi.

    Pemeberian JAMSOSTEK untuk para pekerja bertujuan untuk melindungi,

    memberikan ketenangan, kepastian secara sosial dan ekonomi terhadap resiko

    kecelakaan kerja. Selain itu pemberian JAMSOSTEK dapat meringankan tuntutan

    santunan bagi Pengusaha Jasa Konstrusi terhadap kecelakaan kerja.

    Jika dibandingkan dengan dampak akibat kecelakaan kerja dalam Jasa

    Konstruksi terhadap jumlah yang harus dibayarkan berkala untuk JAMSOSTEK,

    pembayaran iuran sangat sebanding dengan manfaat yang diberikan JAMSOSTEK.

  • 22

    BAB VI

    PENUTUP

    Dari uraian mengenai berbagai aspek Jaminan Sosial Tenaga Kerja dalam

    bidang konstruksi di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya

    kesadaran baik Pengusaha Jasa Konstruksi maupun pekerja mengenai pentingnya

    pemberian Jaminan Sosial Tenaga Kerja dalam dunia Jasa Konstruksi, serta masih

    banyaknya penyimpangan dalam pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

    Untuk itu disarankan bagi Pemerintah untuk terus meningkatkan sosialisai

    mengenai program Jaminan tersebut, agar timbul peningkatan kesadaran mengenai

    pentingnya Jaminan tersebut di masyarakat terutama bagi pekerja dalam bidang

    Konstruksi.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    Arvin,dkk. Tata Cara Klaim Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 2013.

    Surakarta. Tumpy FC.

    Wirahadikusumah, Reini. Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan

    Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia. 20xxx

    Pratiwi, Mega. Pemberian Jamsostek sebagai Perlindungan Tenaga Kerja

    yang Terikat pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. 2010. Universitas Indonesia.

    Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-05/MEN/1993 .Tentang

    petunjuk Teknis Pendaftaran, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan

    Pelayanan.Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.KEP-196/MEN/1999. Tentang

    Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

    Peraturan Pemerintah No.29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa

    Konstuksi.

    Pemerintah No.14/1993 Tentang Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga

    Kerja.

    UU RI No.18/1999 Tentang Jasa Konstruksi

    UU RI No.3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

    UMAR KHASIM http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5216ddc83

    302f/ apakah-karyawan-yang-dikontrak-3-bulan-berhak-atas-jamsostek (Diakses

    pada 7 agustus 2014 pukul 21.03 WIB).

    http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/04/04/n3h4oq-

    kesadaran-perusahaan-daftar-jamsostek-dinilai-masih-rendah (Diakses pada 7

    agustus 2014 pukul 21.06 WIB).

    Sektor Konstruksi. http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/

    i.php?mid=3&id=70 (Diakses pada 8 Agustus 2014 pukul 08.21 WIB).