PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP VARIETAS...
Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP VARIETAS...
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP VARIETAS
TANAMAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dan Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
NOVIA UJIANTY SILITONGA
020200138
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat dan
kemurahan-Nya, penulis diberikan kesempatan melewati masa-masa perkuliahan
sampai pada akhirnya penulis juga diberikan kemampuan untuk menyelesaikan
skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
VARIETAS TANAMAN”.
Penulis menyadari bahwa pada hakikatnya penulisan skripsi ini tidak dapat
diselesaikan oleh penulis tanpa adanya bantuan, dukungan, petunjuk, dan
perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Dosen Pembimbing
I, yang telah memberikan bimbingan, masukan, petunjuk, perhatian, dan
dorongan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH. M.Hum, Bapak Syafrudin, SH. M.H dan
Bapak Muhammad Husni, SH. M.H, selaku Pembantu Dekan I, II, dan
III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.Hum, selaku Ketua
Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, yang telah memberikan masukan, petunjuk, perhatian, dan
dorongan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum, selaku Dosen
Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, masukan, petunjuk,
perhatian, dan dorongan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Rosnidar Sembiring, SH. M.Hum, selaku Dosen Wali penulis yang
telah membimbing penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada
penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
7. Ayahanda J. Silitonga dan Ibunda T. br. Lumbangaol, terima kasih
buat doa, kasih sayang, dan nasehat yang telah dicurahkan kepada penulis.
8. Kakakku Sondang Lamsihar Silitonga, abangku Irwanto Parlintua
Silitonga, adikku Sabam Maruli Silitonga dan Deddy Silitonga, terima
kasih buat doa, kasih sayang, dan semangat motivasi yang telah
dicurahkan kepada penulis.
9. Teman-teman mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, teman-teman di Fakultas Sastra (Etnomusikologi) Universitas
Sumatera Utara, dan seluruh teman-teman penulis lainnya, terima
kasih untuk setiap bantuan, perhatian, dukungan, dan motivasi kepada
penulis.
10. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat
berguna bagi kita semmua yang membacanya.
Medan, September 2008
Penulis,
NOVIA UJIANTY SILITONGA
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………i
KATA PENGANTAR …………………………………………………...ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………v
DAFTAR BAGAN ………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………1
A. Latar Belakang …………………………………………….….1
B. Perumusan Masalah …………………………………………..7
C. Tinjauan dan Manfaatan Penulisan …………………………...8
D. Keaslian Penulisan ……………………………………………9
E. Tinjauan Kepustakaan ………………………………………..10
F. Metode Penelitian ……………………………………………11
G. Sistematika Penulisan ………………………………………..12
BAB II PENEMUAN VARIETAS TANAMAN SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Penemuan Varietas Tanaman ………………………………………………………..14
B. Hak Eksklusif Dalam Perlindungan Varietas Tanaman …….24 C. Sifat Kebendaan Pada Perlindungan Varietas Tanaman ……26 D. Dasar Hukum Perlindungan Varietas Tanaman …………….28 E. Proses Pendaftaran Hak Perlindungan Varietas
Tanaman ……………………………………………………….32
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN A. Bentuk- Bentuk Pelanggaran Hukum
Atas Hak Perlindungan Tanaman ……….……..………….58 B. Penyelesaian Sengketa atau Pelanggaran Hukum
Atas Hak Perlindungan Tanaman …………………………..67
BAB IV BERAKHIRNYA HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN
A. Berakhirnya Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman …………………………………………………...74
B. Pembatalan Hak Perlindungan Varietas Tanaman …………75 C. Pencabutan Hak Perlindungan Varietas Tanaman…………76
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………….78 B. Saran ………………………………………………………... 91
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………93
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR BAGAN
Bagan 1: Kegiatan Pemuliaan Tanaman Secara Sederhana ……………..17
Bagan 2: Prosedur Pengurusan untuk Memperoleh Hak
Perlindungan …………………………………………………..45
Bagan 3: Prosedur Pendaftaran Hak PVT……………………………….55
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang ditandai dengan semakin tajamnya kompetisi di
berbagai bidang mendorong Indonesia untuk turut serta terlibat aktif dalam
pergaulan global tersebut, khususnya di bidang perdagangan internasional. Bidang
pertanian di Indonesia merupakan salah satu bidang yang dapat dikembangkan
sebagai sarana untuk terlibat aktif dalam perdagangan internasional, mengingat
hasil pertanian merupakan komoditi ekspor yang sangat dibutuhkan di berbagai
negara. Keberhasilan pertanian Indonesia dapat terwujud apabila seluruh
komponen bangsa Indonesia dapat bersatu membangun bidang pertanian yang
tangguh dan mampu bersaing, baik dari segi kualitas maupun dari segi harga
dengan hasil pertanian dari negara lain.
Perkembangan pesat di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi telah
mengakibatkan masalah pangan menjadi masalah yang berdimensi global, dimana
masalah pangan tidak hanya tertuju kepada produk pangan yang dapat dijadikan
komoditi yang berpotensial meningkatkan pendapatan masyarakat dan negara,
akan tetapi juga tertuju kepada sumber penghasil pangan itu sendiri yang dapat
direkayasa seperti terciptanya varietas-varietas baru tanaman yang dapat
menghasilkan produk-produk unggulan.1
Keberhasilan dalam bidang pertanian sangat tergantung pada tiga aspek
pokok yaitu aspek pemuliaan tanaman, aspek fisiologi tanaman dan aspek ekologi
1 Sunaryati Hartono, “Aspek Globalisasi Perdagangan Internasional dan Regional yang Berkaitan dan Berpengaruh Pada Masalah Pangan dan Pertanian di Indonesia”, Majalah Hukum Nasional Volume 02 Tahun 1997, hlm. 26
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
tanaman. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu gugusan ilmu tanaman (crop
science) yang berperan langsung dalam bidang pertanian dan hasilnya akan
terlihat langsung melalui hasil pertanian.2
Kemampuan untuk menghasilkan varietas tanaman yang dapat djadikan
bibit unggul sangat diperlukan, karena varietas tanaman merupakan faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Keuntungan yang diperoleh
dari penggunaan varietas yang unggul antara lain varietas tanaman yang
digunakan telah berteknologi tinggi, relatif murah, dan tidak mencemari
lingkungan. Melalui penggunaan varietas tanaman yang unggul diharapkan proses
produksi menjadi lebih efisien, lebih produktivitas, dan menghasilkan bahan
pangan yang bermutu tinggi.
Selain ketiga aspek yang harus
dipenuhi, bidang pertanian juga harus didukung dengan adanya lingkup pertanian
yang terdiri dari bidang-bidang pemuliaan tanaman, teknologi benih, pemanenan,
pengolahan, teknik budidaya, pemberantasan hama dan penyakit, pemberantasan
gulma dan penyimpanan. Dengan dipenuhinya ketiga aspek dan lingkup pertanian
tersebut, dapat menghasilkan hasil-hasil pertanian yang bermutu tinggi karena
berasal dari benih yang bermutu tinggi pula.
3
Masih relatif rendahnya penemuan varietas bibit unggul di Indonesia
berkaitan dengan keadaan yang tidak kondusif bagi perkembangan kegiatan
pemuliaan tanaman. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya jaminan untuk
memperoleh keuntungan dengan melakukan kegiatan penemuan varietas tanaman
baru yang bersifat unggul. Hal ini disebabkan karena varietas tanaman unggul
2 Hasan Basri Jumin, Dasar-Dasar Agronomi, PT. RafaGrafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 4 3 Syarifudin Karama, “Fenomena Hasil Pelepasan Varietas, Kesiapan Industri Perbenihan dan Dampaknya Pada Konservasi Plasma Nutfah Oleh Para Petani”, Simposium Nasional Pengelolaan Plasma Nutfah dan Pemuliaan Tanaman, Bogor, 22-23 Agustus 2000, hlm. 2
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
yang dihasilkan dapat menjadi milik seluruh masyarakat, sehingga siapapun dapat
memperbanyak benih tanaman baik untuk diperjualbelikan maupun untuk
dipergunakan sendiri. Misalnya saja pada pemanfaatan benih tanaman unggul
yang mudah dikembangbiakkan secara vegetatif (perkembangbiakkan tanaman
yang tidak melalui perkawinan reproduksi seksual/biji, misalnya okulasi, stek,
cangkok, dan kultur jaringan)4 tidak mempunyai suatu konsekuensi hukum
tertentu, sehingga para pemulia sulit melakukan gugatan kepada para pihak lain
yang telah memanfaatkan dengan bebas hasil temuannya.5
Ketentuan hukum di Indonesia yang memberi perlindungan terhadap
varietas tanaman, pada awalnya diatur dalam Undang-Undang Paten (UUP).
Dalam UUP tahun 1989 pasal 7 huruf c diatur bahwa semua varietas tanaman
dapat dimintakan hak patennya, kecuali untuk komoditi tanaman padi, jagung, ubi
kayu, dan ubi jalar. Selanjutnya UUP mengalami amandemen menjadi UUP tahun
Varietas tanaman yang baru biasanya diperoleh melalui proses pemuliaan
tanaman yang memerlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
memerlukan pencurahan pikiran, tenaga, waktu, dan dana yang besar. Sulitnya
proses pemuliaan tanaman mengharuskan adanya suatu penghargaan atas hasil
kerja keras para pihak pemulia, yaitu dengan adanya pemberian jaminan
perlindungan hukum yang jelas dan tegas. Dengan adanya kepastian hukum yang
jelas akan mendorong para pemulia untuk lebih giat dalam melakukan penelitian
dalam rangka menghasilkan lebih banyak lagi varietas tanaman yang baru dan
bersifat unggul.
4 Dwidjoseputro, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT. Gramedia, Jakarta, 1983, hlm. 22 5 Achmad Baihaki, “Mengembangkan Peran Industri Perbenihan Dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Pembentukan Hak Pemulia (PVP)”, Lokakarya Hak Kekayaan Intelektual dengan Fokus Pada Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection and Patent Workshop), Jakarta, 25-26 Maret 1996, hlm. 6
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
1997, dimana dalam UUP 1997 ketentuan pengecualian permohonan paten
terhadap varietas tanaman dihapuskan sehingga semua jenis varietas tanaman
dapat dimintakan hak paten tanpa kecuali. Ketentuan UUP 1997 tidak berlangsung
lama karena UUP kembali mengalami amandemen, dan dalam UUP terbaru yaitu
UUP tahun 2001 pada pasal 7 huruf d diatur bahwa varietas tanaman sebagai
makhluk hidup merupakan invensi yang tidak dapat diberikan paten. Perubahan-
perubahan aturan perlindungan hak paten yang diberikan terhadap varietas
tanaman, dilakukan berdasarkan pada pertimbangan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan pangan bagi rakyat diperlukan upaya penelitian dan pengembangan ke
arah invensi teknologi yang dapat menghasilkan bahan pangan dalam jumlah,
ragam, dan kualitas yang sebanyak-banyaknya. Invensi merupakan ide dari
inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang
spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.6
Ketentuan lain yang memberi dasar perlindungan bagi pemuliaan tanaman
adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman yang pada intinya berisi tentang pengaturan pemberian penghargaan
bagi invensi teknologi di bidang budidaya tanaman, jenis dan varietas baru bagi
perorangan maupun badan hukum.
Namun ketentuan
perlindungan varietas tanaman berdasarkan UUP belum dapat sepenuhnya
memenuhi harapan para pihak pemulia untuk mendapat perlindungan hukum
terhadap hasil invensinya.
7
6 Pasal 1 Bagian 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten 7 Pasal 55 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
Serta Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
1995 tentang Perbenihan, yang mengatur tentang pemberian penghargaan kepada
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
inventor varietas tanaman baru.8
8 Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 Tentang Perbenihan
Namun penghargaan yang diperoleh para pihak
pemulia tanaman berdasarkan UU No. 12 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah
No. 44 Tahun 1995 hanya bersifat sosiologis, dimana para pihak pemulia tanaman
diberi kewenangan memberikan nama atas hasil invensinya dan pemberian
sejumlah uang yang dimaksudkan sebagai pengganti biaya yang telah dikeluarkan
dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Kompensasi ini belum tentu dapat
mendorong minat para pemulia tanaman untuk menghasilkan invensi baru.
Pada dasarnya ketentuan berupa undang-undang merupakan tonggak acuan
yang diperlukan untuk mendorong dan melindungi kegiatan dalam menghasilkan
varietas tanaman yang bersifat unggul. Para pihak yang bergerak dalam bidang
pemuliaan tanaman membutuhkan suatu pengaturan khusus yang dapat
memberikan jaminan dan perlindungan hukum secara jelas dan tegas.
Perlindungan yang dimaksud berupa adanya pengakuan hak atas kekayaan
intelektual bagi hasil invensi berupa varietas baru tanaman.
Untuk mendukung kegiatan pemuliaan tanaman dan memberikan situasi
kondusif bagi perkembangan industri perbenihan nasional, maka pada tanggal 20
Desember 2000 telah disahkan dan diundangkan Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman (UU PVT). Pembentukan
undang-undang ini banyak mengadopsi International Convention for The
Protection of New Varieties of Plants (selanjutnya disebut UPOV Convention),
yaitu suatu ketentuan internasional yang khusus memberikan perlindungan bagi
varietas baru tanaman yang dibentuk untuk melindungi hak pemulia (breeder’s
rights).
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Hak pemulia (breeder’s rights) merupakan hak eksklusif yang diberikan
kepada pemegangnya untuk menghasilkan atau menggunakan kembali dan
menjual varietas tanaman yang telah dihasilkan.9 Dalam UU No. 29 tahun 2000
diberikan suatu hak khusus yang dimaksudkan untuk menegaskan pengakuan atas
adanya hak yang dimiliki oleh pemilik/pemegang hak, yaitu hak untuk melarang
atau memberi izin penggunaan secara komersial dari hak pemulia tersebut, hak
yang dimaksud adalah hak Perlindungan Varietas Tanaman (Hak PVT). Baik
UPOV Convention maupun UU No. 29 tahun 2000 mengatur bahwa tidak semua
invensi varietas baru tanaman dapat begitu saja mendapatkan perlindungan hak
pemulia. Hal ini disebabkan karena varietas tanaman yang dapat diberikan
perlindungan (PVT) merupakan varietas dari jenis atau spesies tanaman yang
baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama.10
Hak pemulia memberikan kewenangan kepada pemilik/pemegang hak
untuk menggunakan dan memberikan persetujuan kepada orang atau badan
hukum lain untuk menggunakan varietas berupa benih dan hasil panen yang
digunakan untuk perbanyakan dan pengembangbiakan yang meliputi kegiatan
yang ditentukan dalam PVT.
11
Pada dasarnya varietas tanaman merupakan makhluk hidup yang dapat
menampilkan diri sendiri dalam lingkungan tumbuhnya, adanya kestabilan
karakter merupakan unsur penting bagi varietas tanaman yang tidak terdapat pada
hasil invensi teknologi lainnya yang mendapatkan perlindungan hukum dalam
9 Patricia Louhghlan, Intellectual Property: Creative and Marketing Rights, LBC Information Service, Australia, 1998, hlm. 155 10 Pasal 2 butir 1 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman 11 Andriana Krisnawati, Perlindungan Hukum Varietas Baru Tanaman, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 10
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
bentuk hak Paten. Tidak semua unsur penting yang terdapat pada suatu varietas
tanaman dapat dilindungi dengan UU Paten, sehingga apabila UU Paten tetap
diberlakukan untuk melindungi varietas tanaman maka peluang untuk
mengembangkan kegiatan pemuliaan tanaman tidak dapat terwujud seperti yang
diharapkan.
Semakin banyak pihak yang turut aktif dalam menghasilkan varietas baru
tanaman akan meningkatkan kesiapan sektor pertanian untuk memenuhi
kebutuhan pangan rakyat, maupun untuk bersaing dalam perdagangan global.
Potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah harus dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk menghasilkan varietas tanaman berbagai komoditi
pertanian. Ketersediaan varietas tanaman yang unggul, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas pada setiap waktu dan tempat serta dapat dijangkau oleh para
petani merupakan langkah awal bagi kemajuan sektor pertanian di Indonesia.
Oleh karena itu, maka sangat dibutuhkan adanya suatu kepastian jaminan
hukum yang dapat memberikan perlindungan terhadap temuan varietas tanaman
yang baru, sehingga para inventor merasa penelitian yang mereka lakukan sangat
dihargai dan bukan pekerjaan yang sia-sia belaka.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan judul skripsi ini yaitu “Perlindungan Hukum Terhadap
Varietas Tanaman”, maka perlu dirumuskan yang menjadi permasalahan terhadap
judul skripsi ini. Persoalan yang akan dibahas yaitu:
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
1. Bagaimanakah proses untuk mendapatkan hak perlindungan terhadap varietas
tanaman menurut UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman ?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum yang didapat para pemegang hak
Perlindungan Varietas Tanaman jika terjadi pelanggaran ?
3. Hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan berakhirnya perlindungan
hukum atas hak Perlindungan Varietas Tanaman ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses-proses yang harus dijalankan untuk
mendapatkan hak perlindungan terhadap varietas tanaman menurut peraturan
yang berlaku yaitu UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum apa saja yang diperoleh para
pemegang hak perlindungan varietas tanaman jika mereka mengalami
pelanggaran hukum terhadap hak yang mereka dapatkan.
3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan berakhirnya
perlindungan hukum atas hak Perlindungan Varietas Tanaman.
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, pastilah pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan
dibahas akan menimbulkan pemahaman dan pandangan baru dalam penemuan
terhadap varietas baru tanaman. Seperti diketahui bersama bahwa hasil-hasil
pertanian merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan setiap individu dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan adanya perlindungan hukum
yang diberikan terhadap penemuan bibit unggul yang merupakan hasil dari
varietas baru tanaman maka diharapkan para pembaca dapat bergiat melakukan
percobaan-percobaan ilmiah untuk menemukan lebih banyak bibit unggul
sehingga pemenuhan kebutuhan hidup khususnya di bidang pangan tidak
terkendala.
2. Secara Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca
terutama para petani dan para ilmuwan agar lebih giat melakukan eksperimen
untuk memperoleh bibit unggul yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan karena setiap penemuan baru tersebut akan dilindungi secara hukum. Juga
sebagai bahan kajian bagi para akademisi dalam menambah wawasan
pengetahuan terutama di bidang pertanian.
D. Keaslian Penulisan
“Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman” yang diangkat
menjadi judul skripsi ini merupakan karya ilmiah yang belum pernah ditulis di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun melalui referensi
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
buku-buku, media cetak dan elektronik dan juga bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, skripsi ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Perlindungan dapat diartikan sebagai penjagaan, memberikan
pertolongan12 dan pengertian hukum menurut salah satu sarjana (E. Utrecht)
adalah himpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang
mengatur tata tertib dalam masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat tersebut, oleh hukum maka pelanggaran terhadap petunjuk hidup
tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah masyarakat
tersebut.13
Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok
tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe
atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang
sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila
diperbanyak tidak mengalami perubahan.
14 Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia, pengertian varietas adalah perubahan rupa yang menurun dan
pengertian tanaman adalah segala yang hidup yang ditandai dengan adanya akar,
batang, daun, dan sebagainya.15
12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995 13 Syahruddin Husein, Pengantar Ilmu Hukum, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 1998, hlm. 7 14 Pasal 1 Angka 3 UU No. 29 Tahun 2000 15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op. cit
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Varietas baru tanaman dihasilkan melalui perakitan yang lazim disebut
proses pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan
penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu
varietas, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan
mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan.16 Pemulia tanaman
adalah orang yang melakukan kegiatan pemuliaan tanaman.17 Dalam proses
menghasilkan suatu varietas baru tanaman, para pihak pemulia akan mendapat
suatu perlindungan varietas tanaman (PVT) yaitu perlindungan khusus yang
diberikan oleh negara, dalam hal ini diwakilkan oleh Pemerintah dan
pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap
varietas tanaman yang dihasilkan oleh pihak pemulia tanaman melalui kegiatan
pemuliaan tanaman.18
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan metode penelitian hukum
deskriptif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Research).
Sebagaimana umumnya penelitian hukum deskriptif yang dilakukan dengan
penelitian pustaka yakni penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka
atau data sekunder, serta mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang
dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Sumber-sumber tersebut antara
lain berasal dari buku-buku, artikel, koran, majalah serta melalui situs internet
dengan cara membaca, menafsirkan, membandingkan serta menerjemahkan dari
F. Metode Penelitian
16 Pasal 1 Angka 4 UU No. 29 Tahun 2000 17 Pasal 1 Angka 5 UU No. 29 Tahun 2000 18 Pasal 1 Angka 1 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
berbagai sumber yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap varietas
baru tanaman.
G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi maka
diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per
bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini
adalah:
BAB I PENDAHULUAN: Berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah. tinjauan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika
penulisan skripsi ini.
BAB II PENEMUAN VARIETAS TANAMAN SEBAGAI HAK
KEKAYAAN INTELEKTUAL: Berisi uraian tentang pengertian
dan ruang lingkup penemuan varietas tanaman, hak eksklusif yang
terdapat dalam perlindungan varietas tanaman, sifat kebendaan
pada perlindungan varietas tanaman, dasar hukum perlindungan
varietas tanaman, dan bagaimana proses pendaftaran untuk
mendapat hak perlindungan varietas tanaman.
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK
PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN: Berisi uraian
tentang bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran hukum terhadap
hak perlindungan varietas tanaman dan bagaimana langkah-
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
langkah penyelesaian sengketa atau pelanggaran hukum terhadap
hak perlindungan varietas tanaman.
BAB IV BERAKHIRNYA HAK PERLINDUNGAN VARIETAS
TANAMAN: Berisi uraian tentang berakhirnya hak perlindungan
varietas tanaman yang disebabkan berakhirnya jangka waktu
perlindungan varietas tanaman, pembatalan hak perlindungan
varietas tanaman, dan pencabutan hak perlindungan varietas
tanaman.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Berisi tentang kesimpulan dari
bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang direkomendasikan
berkaitan dengan hak perlindungan varietas tanaman.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
BAB II
PENEMUAN VARIETAS TANAMAN SEBAGAI HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Penemuan Varietas Tanaman
Hak kekayaan intelektual merupakan hak kebendaan, hak atas sesuatu
benda yang bersumber dari hasil kerja otak atau hasil dari pekerjaan pemikiran
manusia yang menalar.19 Hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights)
dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang lahir karena kemampuan
intelektual manusia. McKeough and Stewart mendefinisikan hak kekayaan
intelektual sebagai hak yang memberikan perlindungan hukum atas hasil
kreativitas manusia yang memiliki manfaat ekonomi.20 Definisi lain mengenai hak
kekayaan intelektual adalah hak hukum privat yang memberikan penghargaan atas
kontribusi manusia tidak berwujud yang akan digunakan untuk memproduksi
suatu teknologi yang sifatnya khusus.21
Konsepsi mengenai hak kekayaan intelektual didasarkan kepada pemikiran
bahwa hasil kreasi dari pekerjaan dengan menggunakan kemampuan intelektual
berupa gagasan yang diwujudkan secara konkret, kemudian diperbanyak secara
luas sehingga mempunyai nilai secara ekonomis, karena terlibat dalam aktifitas
komersial. Terciptanya invensi-invensi baru di bidang teknologi, pada akhirnya
19 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 9 20 McKeough and Stewart, Intellectual Property in Australia, Butterworths, Australia, 1997, hlm. 1 21 Lyle Glowka, A Guide to The Convention on Biological Diversity, Environmental Poolicy and Law Paper No. 30, IIUUCN-The World Conservation Union, 1994, hlm. 87
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
akan meningkatkan taraf hidup masyarakat karena invensi yang telah dihasilkan
memiliki manfaat secara ekonomis.22
Hak kekayaan intelektual terdiri dari beberapa jenis yang dapat
digolongkan dalam kelompok hak Cipta (Copy Rights) dan hak Kekayaan
Perindustrian (Industrial Property Rights).
23
1. Patent
Hak Cipta dibagi 2 yaitu hak cipta
dan hak yang berkaitan atau sepadan dengan hak cipta (neighbouring rights).
Sedangkan hak kekayaan perindustrian dapat dibagi menjadi :
2. Utility Models 3. Industrial Designs 4. Trade Secrets 5. Trade Marks 6. Service Marks 7. Trade Names or Commercial Names 8. Appelations of Origin 9. Indications of Origin 10. Unfair Competition Protection 11. New Varities of Plants Protection 12. Integrated Circuits.24
Pengaturan mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman (New
Varities of Plants Protection) merupakan perkembangan dari segi hukum yang
ingin menciptakan hak-hak baru guna menegaskan dan memperkuat tipe
perlindungan untuk ide berupa penyampaian konsep hak yang baru.25
Kegiatan pemuliaan tanaman merupakan rangkaian kegiatan penelitian dan
pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai
dengan metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan
22 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 23 23 Redaksi, Indonesia Perlu Perhatikan Hak Milik Intelektual, Kompas, Jakarta, 19 Februari 1996, hlm. 1, diakses dari www.kompas.co.id tanggal 28 September 2008 24 OK. Saidin, op. cit, hlm. 16 25 Muhammad Djumhana, Hukum dalam Perkembangan Bioteknologi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 111
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
kemurnian benih varietas yang dihasilkan26, yang dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan suatu varietas tanaman baru yang bersifat unggul. Pemuliaan
tanaman dapat juga diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk mempertahankan
kemurnian jenis dan/atau varietas tanaman yang sudah ada, atau menghasilkan
jenis dan/atau varietas tanaman baru yang lebih baik. Pada dasarnya pemuliaan
tanaman merupakan suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman
genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.27
Dalam rangka melakukan kegiatan pemuliaan tanaman, maka harus
dipenuhi hal-hal berikut:
1. Adanya keragaman genetik
2. Sistem-sistem logis dalam pemindahan dan fiksasi gen
3. Konsepsi dan tujuan atau sasaran yang jelas
4. Mekanisme penyebarluasan hasilnya kepada masyarakat.28
Setelah memperoleh keanekaragaman genetik melalui proses perkawinan
tanaman, maka dibuatlah suatu tindakan isolasi atau pemisahan antara suatu
spesies dan diadakan pengembangan secara terpisah antara genotipe yang terpilih.
Pengujian dan penelitian diperlukan untuk memilih genotipe, hal ini dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran fenotipe individu atau kelompok individu
sejenis. Penilaian terhadap ragam genotipe dilaksanaj\kan dengan perkawinan
tanaman untuk memperbanyak. Kemurnian gen diperoleh melalui teknik
pengawasan yang ketat untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh dari komponen
lingkungan sekitar.
26 Pasal 1 Angka 4 UU No. 29 Tahun 2000 27 Amrin Makmur, Pengantar Pemuliaan Tanaman, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 11 28 Hasan Basri Jumin, op. cit, hlm. 63
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Secara sederhana kegiatan pemuliaan tanaman dapat digambarkan sebagai
berikut.
Sumber: Hasan Basri Jumin, Dasar-Dasar Agronomi, PT. RafaGrafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 64
Secara umum tujuan utama dari pemuliaan tanaman adalah untuk
mendapatkan varietas tanaman yang lebih baik dengan cara memperbaiki sifat-
sifat tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, walaupun tidak dapat
dipungkiri bahwa yang menjadi tujuan akhir adalah sektor ekonomi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya nilai dan jumlah hasil pertanian yang akan
diperoleh, maka keuntungan yang lebih besar juga dapat diperoleh. Tujuan dari
pemuliaan tanaman dapat tercapai apabila varietas baru yang dihasilkan oleh
pihak pemulia tanaman benar-benar dapat digunakan para petani. Kegiatan
pemuliaan dalam bidang pertanian bertujuan untuk:
1. Perbaikan daya hasil dan stabilitas hasil pada tanaman bahan pangan 2. Perbaikan daya hasil yang lebih menarik pada tanaman buah-buahan 3. Penemuan bahan pangan baru (diversifikasi menu) 4. Peningkatan protein melalui peningkatan komposisi hasil 5. Peningkatan gizi melalui eksploitasi ragam genetik 6. Peningkatan hasil pertanian yang mempunyai kandungan energi tinggi
Menimbulkan keragaman genetik
Isolasi
Pengujian dan penilaian
Perbanyakan Menyebarluaskan
Membuat perkawinan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
7. Perbaikan terhadap kandungan racun 8. Ketahanan terhadap penyakit dan hama di lapangan dan tempat
penyimpanan.29
Dalam proses pemuliaan tanaman, yang menjadi subjek yang perlu
mendapat perlindungan hukum adalah pihak pemulia yaitu orang-orang yang
melaksanakan pemuliaan tanaman, sedangkan yang menjadi objek dalam
pemuliaan tanaman adalah varietas tanaman. Pengertian dari varietas tanaman
dapat dirumuskan sebagai berikut.
sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.30
Hal penting yang turut menunjang perkembangan di bidang pemuliaan
tanaman adalah adanya investasi dana. Berkaitan dengan kegiatan investasi, maka
banyak negara yang ketika akan melakukan kegiatan investasi akan memberikan
suatu hak eksklusif berupa hak pemulia (breeder’s rights) kepada para pemulia
tanaman, dengan tujuan untuk:
1. memberikan kesempatan kepada para pemulia termasuk lembaga pemerintahan, untuk mendapatkan suatu pengembalian yang wajar dari dana yang telah mereka keluarkan selama proses pemuliaan
2. memberikan insentif untuk melanjutkan atau menambah investasi di masa mendatang
3. mengakui hak moral dari inventor (pihak pemulia yang bersangkutan) dan hak ekonomi sebagai imbalan atas hasil usahanya.31
Keberadaan inventor modal dalam rangka pengembangan pemuliaan
sangat penting, untuk itu para inventor pada umumnya akan meneliti seberapa 29 Ibid, hlm. 65 30 Pasal 1 Angka 3 UU No. 29 Tahun 2000 31 Andriana Krisnawati, op. cit, hlm. 50
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
jauh perlindungan yang akan diberikan bagi hasil penelitian. Hal ini disebabkan
karena menyangkut sejumlah dana yang akan dikeluarkan bagi penelitian dan
pengembangan varietas baru tanaman melalui kegiatan pemuliaan. Tidak adanya
jaminan pengembalian keuntungan dari investasi yang akan ditanamkan akan
melemahkan keinginan dari para inventor. Oleh karena itu, maka perlindungan
hukum terhadap varietas tanaman perlu diberikan, agar para inventor tidak ragu
menanamkan modalnya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan varietas-
varietas tanaman baru yang lebih baik dan unggul.
Perlindungan hukum di bidang pertanian sudah lama dibutuhkan, karena
melalui proses pemuliaan tanaman telah diperoleh hasil yang sangat berarti berupa
benih tanaman yang bersifat unggul. Dengan adanya proses yang dipengaruhi
penyerbukan dan seleksi tanaman, manusia dapat mempengaruhi sifat-sifat
varietas tanaman dan bahkan menciptakan varietas tanaman yang baru. Akan
tetapi untuk menghasilkan varietas tanaman yang baru atau unggul, diperlukan
banyak waktu, usaha, dan dana yang cukup besar, sehingga jika tidak ada
perlindungan hukum yang jelas akan menimbulkan ketidakpuasan bagi para
pemulia tanaman.
Sebagaimana halnya bentuk perlindungan atas hak kekayaan intelektual
lainnya, peraturan tentang hak pemulia (breeder’s rights) berusaha untuk
mendapatkan keseimbangan antara kepentingan pihak yang menghasilkan varietas
tanaman, dengan pengguna atau konsumen dari jenis varietas tanaman maupun
hasil panen dari varietas tanaman tersebut. Apabila perlindungan hukum tidak
diberikan, maka perusahaan benih akan mengalami kerugian disebabkan tidak
adanya investasi dana dalam jumlah yang besar untuk kegiatan penelitian dan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
pengembangan jenis varietas-varietas tanaman baru. Secara alamiah setiap
varietas tanaman dapat dengan mudah diproduksi ulang, sehingga tanpa adanya
jaminan perlindungan hukum, memudahkan pihak ketiga menjual hasil dari
varietas tanaman dengan harga rendah tanpa harus melakukan investasi dana yang
besar untuk kegiatan pemuliaan.
Hak pemulia yang diberikan untuk perlindungan terhadap varietas
tanaman berbeda dengan hak paten, dimana hak paten diberikan untuk melindungi
suatu invensi di bidang industri yang terbentuk karena tindakan manusia dan
karenanya dapat diteliti dan diproduksi ulang secara identik sedangkan hak
pemulia diberikan untuk melindungi suatu produk alam yang sulit dijelaskan dan
seringkali berulang secara tidak sama (identik) dan manusia hanya dapat
mempengaruhinya saja.
Pada dasarnya perlindungan hukum hanya diberikan terhadap varietas dari
jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama.
Suatu varietas tanaman dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan
hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tanaman tersebut
belum pernah diperdagangkan di Indonesia, atau jika sudah pernah
diperdagangkan maka jangka waktunya tidak lebih dari setahun dan jika sudah
diperdagangkan di luar negeri, jangka waktunya tidak lebih dari empat tahun
untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan.32 Varietas
tanaman dianggap unik apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT,
varietas tanaman dapat dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang
keberadaannya sudah diketahui secara umum.33
32 Pasal 2 ayat 2 UU No. 29 Tahun 2000 33 Pasal 2 ayat 3 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Varietas tanaman dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau yang
penting pada varietas tanaman terbukti seragam, meskipun hasil yang diperoleh
bervariasi sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan yang berbeda-beda.34
Varietas tanaman dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami
perubahan setelah ditanam berulang-ulang, dan untuk yang diperbanyak melalui
siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus
tersebut.35
a. nama varietas tersebut tetap dapat digunakan meskipun masa perlindungannya telah habis
Maksud dari varietas yang diperbanyak tidak mengalami perubahan
adalah varietas tanaman harus tetap stabil dalam proses perbanyakan benih atau
propagasi dengan metode tertentu, misalnya produksi benih hibrida, kultur
jaringan atau stek.
Varietas tanaman yang diberikan perlindungan hukum (PVT) harus
mendapat penamaan, yang selanjutnya menjadi nama varietas tanaman yang
bersangkutan, dengan ketentuan:
b. pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap sifat-sifat varietas
c. penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan didaftarkan pada kantor PVT
d. apabila penamaan tidak sesuai dengan ketentuan butir b, maka kantor PVT berhak menolak penamaan tersebut dan meminta penamaan baru
e. apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan oleh varietas lain, maka pemohon wajib mengganti nama varietas tersebut
f. nama varietas yang diajukan sebagai merek dagang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.36
Varietas tanaman yang baru dapat dikembangkan melalui 2 cara yaitu
melalui pemuliaan tanaman secara klasik dan melalui bioteknologi, misalnya
melalui proses rekayasa genetika. Varietas tanaman yang dihasilkan melalui 34 Pasal 2 ayat 4 UU No. 29 Tahun 2000 35 Pasal 2 ayat 5 UU No. 29 Tahun 2000 36 Pasal 2 ayat 6 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
proses rekayasa genetika juga akan mendapatkan perlindungan dengan hak PVT,
akan tetapi proses/metode untuk menghasilkan varietas tanaman yang baru akan
dilindungi dengan hak Paten, sepanjang persyaratan dipenuhi. Pemulia tanaman
yang menginginkan perlindungan hak PVT dan hak Paten sekaligus tidak dapat
secara langsung memperoleh kedua hak tersebut. Pemberian perlindungan dengan
hak Paten akan lebih diutamakan, hal ini desebabkan karena faktor kebaruan
(novelty) pada hak Paten lebih sulit diperoleh jika dibandingkan dengan hak PVT.
Proses pemuliaan tanaman yang menghasilkan varietas tanaman yang memiliki
nilai ekonomis tinggi, dapat dilindungi kerahasiaannya dengan menggunakan
ketentuan rahasia dagang.
Perkembangan terhadap pengakuan hak pemulia memberikan keuntungan
yang besar bagi para pemulia tanaman, keuntungan semakin bertambah dengan
perubahan pada hak Paten yang telah diperluas cakupannya. Hak Paten telah
memungkinkan adanya hak monopoli atas gen-gen secara individual bahkan juga
atas sifat-sifat genetis. Hak tersebut memungkinkan adanya tuntutan ganda
(multiple claim), yang tidak hanya meliputi seluruh tanaman tetapi juga bagian-
bagian tanaman dan prosesnya.37
Perlindungaan HAKI bagi tanaman (kepemilikan eksklusif dari beberapa
aspek tanaman) cenderung pada bahan tanaman yang tidak ada akhirnya.
Pemegang hak pemulia tidak dapat menetapkan harga tertentu dengan bebas
karena kekayaan mereka dapat digantikan dengan hal yang sama di satu sisi, dan
di sisi yang lain pemulia dapat melarang pihak lain, untuk mempergunakan
(menjual) produk yang mereka lindungi. Dengan demikian, kemampuan HAKI
37 Cita Citrawinda Priapantja, Perlindungan dan Penyelesaian Sengketa Obat Tradisional, Pangan, dan Kerajinan Indonesia, Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung, 2001, hlm. 7
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
tidak memberikan kekuasaan tanpa batas untuk menyediakan sumber genetik
tanaman bagi industri, akan tetapi meskipun demikian adanya HAKI sangat
membantu dan diperlukan. Adanya HAKI tidak hanya berguna untuk
membedakan, tetapi juga untuk menyebarkan ide dan plasma nutfah, dimana
plasma nutfah merupakan sumber daya yang menjadi bahan utama dalam proses
pemuliaan tanaman. Kedua tindakan tersebut sangat dibutuhkan oleh industri
perbenihan dan para pihak lain yang memberi perhatian bagi kegiatan pemuliaan
tanaman.38 Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam kelompok
makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar
baru.39 Plasma nutfah dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat. Kultivar merupakan sekelompok tumbuhan yang
apabila dibudidayakan untuk memperoleh keturunan akan tetap menurunkan ciri-
ciri khas tumbuhan induknya, seperti bentuk, rasa buah, warna, dan ciri khas
lainnya.40
1. menjamin terpenuhinya sebanyak mungkin kebutuhan petani akan benih yang bermutu secara berkesinambungan dan merata di seluruh wilayah pertanaman secara spesifik
Perlindungan terhadap varietas tanaman berupa hak pemulia diharapkan
harus mampu:
2. mendorong dan meningkatkan peran serta masyarakat dan mendorong tumbuhnya industri perbenihan, dan merangsang invensi serta pengembangan varietas-varietas baru tanaman sebanyak mungkin oleh masyarakat
3. mendorong perluasan lapangan kerja baru di bidang pertanian dan peningkatan kegiatan dalam teknologi pemuliaan oleh masyarakat
4. menjamin perkayaan, pemanfaatan, dan pelestarian plasma nutfah 38 Cita Citrawinda Priapantja, Hak Kekayaan Intelektual; Tantangan Masa Depan, Badan Penerbit FH.UI, Jakarta, 2003, hlm. 22 39 Pasal 1 Angka 2 PP No. 44 Tahun 1995 40 Penjelasan Pasal 1 Angka 2 PP No. 44 Tahun 1995
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
5. mendorong peningkatan pendapatan dan taraf hidup petani.41
B. Hak Eksklusif Dalam Perlindungan Varietas Tanaman
Pada defenisi hak pemulia ataupun hak perlindungan terhadap varietas
tanaman yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui hak pemulia merupakan
hak yang bersifat eksklusif. Secara prinsip, keeksklusifan hak pemulia meliputi
kewenangan pemulia untuk memproduksi atau memperbanyak benih, menyiapkan
untuk tujuan propagasi, mengiklankan, menawarkan, menjual atau
memperdagangkan, mengekspor, mengimpor, dan mencadangkan untuk keperluan
kegiatan dalam proses pemuliaan tanaman. Adanya hak eksklusif bagi pemegang
hak perlindungan mempunyai konsekuensi bahwa orang lain tidak dapat
melakukan kegiatan apapun yang bersifat komersil terhadap varietas tanaman
yang telah dilindungi, tanpa adanya persetujuan dari pemegang hak pemulia.
Hak eksklusif yang dimiliki melalui hak pemulia dibatasi oleh kegiatan-
kegiatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran apabila dilakukan oleh pihak
lain tanpa adanya persetujuan dari pemegang hak pemulia. Adapun kegiatan-
kegiatan yang dianggap tidak melanggar adalah:
1. menggunakan sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi sepanjang tidak untuk tujuan komersil
2. menggunakan varietas yang dilindungi untuk kegiatan penelitian, pemuliaan tanaman dan perakitan varietas baru
3. penggunaan oleh pemerintah atas varietas yang dilindungi dalam rangka kebijakan pengadaan pangan dan obat-obatan dengan memperhatikan hak-hak ekonomi dari pemegang hak PVT.42
41 Achmad Baihaki, “Meningkatkan dan Mengembangkan Partisipasi Industri Perbenihan dalam Pembangunan Pertanian melalui Breeder’s Rights”, Makalah Seminar Berkala Program Studi Pemuliaan Tanaman Jurusan Budidaya Tanaman, FAPERTA UNPAD, Bandung, 16 Maret 1998 hlm. 13 42 Pasal 10 ayat 1 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Berdasarkan hak eksklusif yang dimiliki, maka pemegang hak pemulia
atau hak PVT dapat mengalihkan hak perlindungan kepada pihak lain yang
dianggap mampu melaksanakannya. Pengalihan hak kepada pihak lain dilakukan
melalui lisensi yang diatur berdasarkan UU PVT dimana pemberian lisensi
dilakukan melalui perjanjian lisensi. Berbeda dengan pengalihan hak PVT melalui
pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian dalam bentuk akta notaris, dan sebab lain
yang dibenarkan undang-undang43
Pemegang hak PVT berhak memberi lisensi kepada pihak ketiga, maka
apabila terjadi perjanjian lisensi, harus dinyatakan secara tegas dalam perjanjian,
yang harus menerangkan hak apa saja yang berpindah kepada pemegang lisensi
selama jangka waktu sesuai dalam perjanjian lisensi. Pemegang hak PVT yang
akan membuat perjanjian lisensi dengan pihak ketiga lainnya, hanya boleh
mengalihkan hak yang belum diberikan lisensi. Pemegang hak PVT wajib
memberitahukan kepada para pemegang lisensi atas pemberian lisensi baru.
dimana kepemilikan hak juga mengalami
peralihan, pemberian lisensi melalui perjanjian pada dasarnya hanya pemberian
hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari hak PVT dalam jangka waktu tertentu
dan syarat tertentu pula. Kepemilikan hak PVT tetap berada pada pemegangnya,
tidak dialihkan kepada pemegang lisensi. Dengan demikian, pemegang lisensi
tidak boleh memberikan lisensi kepada orang lain.
Selain lisensi yang diperoleh berdasarkan kesepakatan para pihak, dalam
UU PVT juga diatur mengenai lisensi wajib. Lisensi wajib terjadi karena
keputusan pemerintah, misalnya untuk mengatasi kelangkaan pangan di musim
kemarau, maupun atas dasar permohonan pihak lain karena tidak dilaksanakannya
43 Pasal 40 angka 1 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
hak PVT. Surat perjanjian yang dilakukan oleh pemberi lisensi hak pemulia
kepada penerima lisensi maupun lisensi wajib, harus didaftarkan ke kantor PVT di
lingkungan Departemen Pertanian Republik Indonesia. Pendaftaran surat
perjanjian lisensi sekaligus merupakan pencatatan hak yang mempunyai akibat
hukum bagi pihak ketiga.44
C. Sifat Kebendaan Pada Perlindungan Varietas Tanaman
Sifat yang terdapat pada hak kebendaan merupakan sifat yang absolut
sehingga dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, mempunyai droit de suit
(hak yang mengikuti), memiliki sistem bahwa hak terdahulu tingkatannya lebih
tinggi daripada hak yang lahir kemudian, memiliki droit de preference (hak
terlebih dahulu), gugatnya disebut gugat kebendaan, hak kebendaan ini dapat
dipindahkan sepenuhnya, mempunyai jangka waktu yang tak terbatas, dan
memberikan wewenang yang luas bagi pemiliknya.45
Sifat kebendaan sebagai hak yang absolut juga terdapat pada hak
perlindungan terhadap varietas tanaman. Hak PVT atau hak pemulia merupakan
hak yang diberikan negara kepada orang atau badan hukum tertentu yang telah
menghasilkan invensi atau suatu penemuan jenis varietas tanaman yang baru.
Dalam hal ini, hak pemulia mengandung sifat yang eksklusif dan aspek monopoli
selama hak pemulia masih dikuasai oleh pihak pemulia sebagai pemilik atau
pemegang hak PVT. Karena itu maka para pemulia dapat mempertahankan
haknya terhadap siapapun. Akan tetapi, sifat absolut yang terdapat dalam hak
44 Pasal 43 ayat 2 UU No. 29 Tahun 2000 45 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, BPHN-Alumni, Bandung, 1997, hlm. 43
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
pemulia dibatasi dengan fungsi sosial, seperti yang diatur dalam pasal 10 ayat 1
UU No. 29 tahun 2000 yaitu:
1. menggunakan sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi sepanjang tidak untuk tujuan komersil
2. menggunakan varietas yang dilindungi untuk kegiatan penelitian, pemuliaan tanaman dan perakitan varietas baru
3. penggunaan oleh pemerintah atas varietas yang dilindungi dalam rangka kebijakan pengadaan pangan dan obat-obatan dengan memperhatikan hak-hak ekonomi dari pemegang hak PVT.
Hak perlindungan terhadap varietas tanaman juga memiliki droit de suit,
dimana hak perlindungan atau hak pemulia akan terus melekat pada varietas
tanaman yang dilindungi dimana pun varietas tanaman tersebut berada. Pemulia
tanaman yang memiliki atau memegang hak perlindungan terhadap varietas
tanaman dapat memberikan lisensi kepada pihak lain untuk memperbanyak
varietas yang telah dihasilkan, akan tetapi hak perlindungan akan tetap melekat
pada varietas tanaman walaupun yang memperbanyaknya bukan pemegang hak
PVT.
Pada hak perlindungan terhadap varietas tanaman terdapat kemungkinan
untuk melakukan gugat kebendaan, hal ini terjadi apabila pihak pemulia tanaman
sebagai pemilik hak PVT merasa dirugikan oleh pihak lain yang melakukan
pelanggaran terhadap hak yang dimilikinya. Varietas tanaman yang dihasilkan
pihak pemulia mempunyai manfaat secara ekonomi, karena itu penggunaan
varietas tanaman yang telah dilindungi tanpa adanya suatu persetujuan dari
pemilik hak dapat menimbulkan kerugian ekonomi. Seorang pemulia tanaman
yang tidak melaksanakan hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang
dimilikinya, dapat mengalihkan haknya kepada pihak lain melalui lisensi atau
perjanjian yang disepakati bersama.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Hak perlindungan terhadap varietas tanaman memberikan wewenang
yang luas bagi pemegang hak, sehingga yang bersangkutan dapat mengalihkan
atau menguasakan hak yang dimilikinya kepada pihak lain. Adapun yang
membedakan sifat kebendaan hak perlindungan terhadap varietas tanaman dari
hak kebendaan lainnya adalah hak perlindungan terhadap varietas tanaman tidak
memiliki sifat hak kebendaan lain berupa hak yang terjadi lebih dahulu, tingkat
hak yang telah ada lebih tinggi dari hak yang baru, serta sifat yang berhubungan
dengan jangka waktu yang tak terbatas.
D. Dasar Hukum Perlindungan Varietas Tanaman
Perlindungan varietas tanaman merupakan suatu ketentuan dalam HAKI
yang masih relatif baru dalam sejarah perlindungannya sebagai hak kebendaan
immaterial yang diberikan kepada individu oleh negara. Di negara lain, seperti
Amerika, meskipun tidak disebut secara khusus dalam peraturan negaranya, telah
dikenal adanya peraturan mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman.
Peraturan tersebut berlaku tahun 1930 bersamaan dengan terbitnya The United
States Patent Act 1930. Dan di Eropa, undang-undang yang berkaitan dengan
perlindungan terhadap varietas tanaman dan hasilnya telah dikenal sejak abad ke-
16.
Pada tahun 1961, beberapa negara di dunia telah menyepakati suatu
konvensi internasional tentang perlindungan varietas tanaman, kesepakatan
internasional termuat dalam International Convention for the Protection of New
Varieties of Plants, yang lebih dikenal dengan istilah UPOV. UPOV merupakan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
akronim dari Union Internationale pour la protection des obtentions vegetale.46
Di Indonesia, perlindungan terhadap varietas tanaman sudah mulai diatur sejak
tahun 1989 yaitu dalam peraturan HAKI di bidang hak Paten. Pada UU Paten
tahun 1989 disebutkan bahwa perlindungan paten tidak dapat diberikan terhadap
makanan, minuman, dan varietas tanaman, khususnya bagi komoditi tanaman
padi, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar.47
Amandemen terhadap UU Paten terjadi sebagai akibat keikutsertaan
Indionesia dalam meratifikasi ketentuan TRIPs (Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights), dimana dalam ketentuan TRIPs pada pasal 27 ayat 3
huruf b diatur bahwa:
Pada tahun 1997, UU Paten tersebut
mengalami amandemen yaitu berupa pencabutan atau penghapusan terhadap
ketentuan pelarangan pemberian perlindungan terhadap makanan, minuman, dan
varietas tanaman. Sehingga pada UU paten 1997, makanan, minuman, dan
varietas tanaman dapat memperoleh perlindungan berupa hak Paten.
However, member shall provide for the protection of plants varieties either by patents or by an effective sui generis system or by any combination thereof.48
Berdasarkan ketentuan TRIPs, disebutkan bahwa TRIPs mewajibkan
seluruh negara-negara yang menjadi anggotanya untuk memberikan perlindungan
terhadap varietas tanaman, baik melalui perlindungan paten, sistem sui generis
yang efektif (misalnya melalui pemberian hak pemulia), ataupun dengan
kombinasi antara sistem perlindungan paten dan sistem sui generis.49
46 Krisnani Setyowati, “Pokok-Pokok Peraturan Perlindungan Varietas Tanaman”, disampaikan pada Training of the Trainer Pengelola Gugus Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta, 24-27 September 2001 47 Pasal 7 huruf c UU Paten Tahun 1989 48 Andriana Krisnawati, op. cit, hlm. 23 49 Sui Generis diartikan sebagai mempunyai sifat yang tersendiri, sifat khas dari sesutu. Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 553
Meskipun
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
UU Paten tahun 1997 telah mengizinkan pemberian perlindungan paten terhadap
tanaman, namun UU Paten 1997 tidak dapat memberikan perlindungan
meenyeluruh terhadap aspek-aspek yang terdapat pada varietas baru tanaman.
Perlindungan terhadap varietas tanaman dengan menggunakan hak Paten
tidak dapat terus dilakukan, dengan alasan:
1. pemegang paten akan memiliki kewenangan secara prinsip untuk melarang penggunaan kembali benih yang telah ditanam oleh petani, dengan konsekuensi akan muncul biaya tinggi bagi petani dan dominasi perusahaan benih besar akan semakin kuat
2. pemuliaan yang berdasarkan pada perlindungan varietas akan tersingkir, yakni ketika perlindungan paten tidak mendukung jenis invensi yang secara umum dilakukan pada tingkat petani, dimana varietas tanaman yang dihasilkan oleh petani tradisional tidak dimintakan paten dan digunakan secara bebas diantara kelompok petani tersebut.
3. pemberian paten memiliki sifat akan adanya hak monopoli pada benih dan/atau tanaman yang menjadi objek produksi serta perdagangan benih yang penting
4. pemberian paten akan mendukung standarisasi yang lebih tinggi serta memperkuat kecenderungan ke arah budidaya tunggal sehingga akan mengikis keanekaragaman hayati
5. pemberian paten juga mendukung bertambahnya kecenderungan monopoli pada pemilikan tanah dan industri benih, yang memungkinkan petani kecil dan pemulia tradisional merasakan dampak terburuk.50
Selain perlindungan dengan hak paten, pengaturan secara khusus
mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman dilakukan sejak tahun 1990,
dengan diterbitkannya UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kemudian pada tahun 1992, diterbitkan UU No.
12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang mendorong kegiatan
pemuliaan tanaman, dimana dalam pasal 55 UU No. 12 tahun 1992 dinyatakan
bahwa:
1. kepada penemu teknologi tepat serta penemu teori dan metode ilmiah baru di bidang budidaya tanaman dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah
50 Suryodiningrat, Aneka Hak Milik Perindustrian dan Hak Paten, Tarsito, Bandung, 1994, hlm. 52
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
2. kepada penemu jenis baru dan/atau varietas unggul, dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah serta mempunyai hak memberi nama pada temuannya
3. setiap orang atau badan hukum yang tanamannya memiliki keunggulan tertentu dapat diberikan penghargaan oleh pemerintah
4. ketentuan mengenai pemberian penghargaan sebagai dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, diatur lebih lanjut oleh pemerintah.
Ketentuan dalam UU No. 12 tahun 1992 tidak mengatur adanya
perlindungan terhadap hak-hak yang dimiliki pihak pemulia tanaman, sehingga
para pemulia tanaman tidak mengetahui keuntungan/manfaat yang diperoleh
apabila varietas temuannya diperbanyak atau dijual, dan apa sanksi bagi pihak
yang menjual atau menggunakan varietas temuannya tanpa persetujuan dari pihak
pemulia untuk tujuan komersil. Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 12 tahun
1992, pihak pemulia hanya memperoleh penghargaan dari pemerintah, sebagai
balas jasa dari hasil penemuan varietas baru.
Ketentuan lain yang mengatur tentang pemberian penghargaan terhadap
penemuan varietas unggul terdapat dalam pasal 45 PP No. 44 tahun 1995 tentang
Perbenihan Tanaman, yang menyatakan bahwa menteri memberikan penghargaan
kepada penemu varietas unggul dan/atau teknologi di bidang perbenihan. Pada
tanggal 20 Desember 2000, diterbitkan UU No. 29 tahun 2000 dimana UU
tersebut mengatur secara terperinci mengenai perlindungan terhadap varietas
tanaman.
Latar belakang lahirnya UU Varietas Tanaman yang mengatur secara
khusus mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman.di Indonesia tidak
terlepas dari tuntutan sekaligus konsekuensi Indonesia atas keikutsertaannya
menandatangani kesepakatan GATT/WTO 1994, dimana salah satu ketentuannya
memuat mengenai kesepakatan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Property Rights). Keikutsertaan Indonesia meratifikasi kesepakatan TRIPs,
mengakibatkan Indonesia harus menyelaraskan peraturan perundang-undangan
khususnya di bidang HAKI dengan persetujuan TRIPs yang di dalamnya terdapat
ketentuan mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman
Selain itu adanya pengaturan secara khusus mengenai perlindungan
terhadap varietas tanaman ini akan maningkatkan minat dan peran serta baik
secara perorangan maupun badan hukum untuk melakukan kegiatan pemuliaan
tanaman dalam rangka menghasilkan varietas tanaman baru yang unggul, karena
para pemulia atau pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman akan
memiliki hal tertentu yang memiliki perlindungan hukum secara memadai.
E. Proses Pendaftaran Hak Perlindungan Varietas Tanaman
1. Subjek Hukum Yang Dapat Melakukan Proses Pendaftaran Hak
Perlindungan Varietas Tanaman
Kegiatan pemuliaan tanaman di Indonesia terbuka terhadap semua pihak,
baik perorangan maupun badan hukum dari instansi pemerintah dan pihak swasta.
Keterbukaan peluang dalam kegiatan pemuliaan tanaman bagi pihak swasta perlu
dilakukan, mengingat tingginya tingkat kebutuhan terhadap varietas tanaman dari
berbagai komoditi yang sampai saat ini masih belum dapat terpenuhi.
Varietas tanaman yang selama ini terbentuk lebih banyak dihasilkan oleh
para pemulia tanaman yang berasal dari instansi pemerintah dan dari kalangan
perguruan tinggi, sehingga jumlahnya masih terbatas. Sedangkan pihak swasta
yang terlibat pada umumnya lebih tertarik untuk menghasilkan varietas tanaman
yang bersifat komersil (commercial variety) seperti tanaman jagung hibrida,
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
sayuran, dan buah-buahan semusim, bahkan ada pula industri benih yang hanya
melakukan perbanyakan dari varietas tanaman yang telah ada.
Permohonan pendaftaran hak PVT diajukan ke kantor PVT secara tertulis
dengan mempergunakan bahasa Indonesia dan membayar biaya yang besarnya
ditetapkan oleh menteri. Permohonan pendaftaran hak PVT hanya dapat diajukan
untuk satu varietas tanaman, dimana permohonan dapat diajukan oleh:
1. Pemulia
Pemulia yang menghasilkan suatu varietas tanaman yang baru berhak
untuk mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi
yang dapat diperoleh dari varietas tanaman. Imbalan tersebut dapat dibayarkan
dengan ketentuan seperti yang diatur dalam pasal 8 ayat 2 UU No. 29 tahun 2000
yaitu:
a. dalam jumlah tertentu dan sekaligus b. berdasarkan persentase c. dalam bentuk gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan
hadiah atau bonus d. dalam bentuk gabungan antara persentase dengan hadiah atau bonus , yang
besarnya ditetapkan sendiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan
Ketentuan pemberian imbalan sama sekali tidak akan menghapus hak
pemulia, agar namanya tetap dicantumkan dalam sertifikat pemberian hak PVT.
Seorang pemulia yang ingin melakukan pendaftaran hak PVT berkewajiban
untuk:
a. melaksanakan hak PVT di Indonesia b. membayar biaya tahunan PVT c. menyediakan dan menunjukkan contoh benih varietas yang telah
mendapatkan hak PVT di Indonesia.51
51 Pasal 9 ayat 1 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Akan tetapi, ketentuan dapat dikecualikan apabila dalam melaksanakan
hak PVT-nya, seorang pemulia mendapatkan kendala baik secara teknis maupun
ekonomis dalam mengembangkan varietas tanaman di Indonesia. Pengecualian
hanya dapat disetujui kantor PVT apabila pihak pemulia sebagai pemegang hak
PVT mengajukan permohonan tertulis yang disertai alasan-alasan dan bukti yang
diberikan oleh instansi yang berwenang.
2. Orang atau badan hukum yang mempekerjakan pemulia atau yang
memesan varietas dari pemulia
Para pihak yang mempekerjakan pemulia ini dapat berasal dari
perorangan, instansi pemerintah maupun pihak swasta. Para pihak tersebut yang
memberikan dana dan fasilitas yang diperlukan pihak pemulia untuk
menghasilkan suatu varietas tanaman yang baru. Kerjasama antara kedua belah
pihak dituangkan dalam perjanjian yang dibuat secara khusus. Berdasarkan
perjanjian yang telah disepakati bersama, varietas tanaman yang dihasilkan
pemulia selanjutnya akan dialihkan kepada pihak yang mendanai kegiatan
pemuliaan tanaman. Orang atau badan hukum selaku kuasa dalam mengajukan
permohonan pendaftaran hak PVT harus menyertakan surat kuasa khusus dengan
mencantumkan nama dan alamat lengkap kuasa yang berhak.
3. Ahli waris
Pihak ahli waris dapat merupakan ahli waris dari pemulia tanaman
maupun ahli waris dari pihak yang mempekerjakan pemulia atau yang memesan
varietas dari pemulia. Dalam mengajukan permohonan pendaftaran hak PVT,
seorang ahli waris harus membawa serta dokumen resmi sebagai bukti bahwa
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
dirinya benar merupakan ahli waris dari pemulia tanaman maupun ahli waris dari
pihak yang mempekerjakan pemulia atau yang memesan varietas dari pemulia.
4. Konsultan PVT
Permohonan pendaftaran hak PVT dapat diajukan oleh pihak pemohon
yang tidak bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di Indonesia. Mereka dapat
membuat permohonan melalui Konsultan PVT di Indonesia selaku kuasa. Seorang
Konsultan PVT berkewajiban untuk:
a. terdaftar di kantor PVT b. menjaga kerahasiaan varietas dan seluruh dokumen permohonan hak PVT,
sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan hak PVT yang bersangkutan.52
Pekerjaan seorang Konsultan PVT memerlukan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang khusus agar proses permohonan hak PVT dan langkah-langkah
selanjutnya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan tidak melanggar
ketentuan peraturan yang terkait serta tidak merugikan pihak yang ingin
mengajukan permohonan hak PVT. Kewajiban Konsultan PVT untuk menjaga
kerahasiaan varietas, berlaku pula kepada para pihak terkait yang dipekerjakan
oleh Konsultan tersebut, misalnya penerjemah dan sebagainya. Kewajiban untuk
menjaga kerahasiaan varietas akan berakhir pada saat permohonan hak PVT mulai
diumumkan oleh kantor PVT.
Konsultan PVT merupakan perorangan maupun lembaga yang secara
khusus memberikan jasanya yang berkaitan dengan pengajuan permohonan hak
PVT. Tujuan pengadaan lembaga ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi
pemulia ataupun para pemohon PVT yang tidak memahami segi hukum ataupun
52 Pasal 13 ayat 1 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
segi administrasi mengenai hak PVT, khususnya bagi para pihak pemohon yang
berada di luar Indonesia yang tidak mempunyai perwakilan seperti badan hukum
yang resmi di Indonesia. Persyaratan untuk menjadi seorang Konsultan PVT
diatur khusus oleh pemerintah, dimana persyaratan tersebut meliputi syarat
kelengkapan administrasi, kelengkapan fasilitas perkantoran, kriteria pengetahuan
dan keterampilan teknis staf yang memadai, serta dedikasi dan kemampuan tugas
dan fungsi Konsultan PVT yang dinilai secara periodik.
2. Instansi Yang Berwenang Mengelola Pendaftaran Hak Perlindungan
Varietas Tanaman
Agar kebutuhan varietas tanaman dari berbagai komoditi dapat terpenuhi,
maka diperlukan kerjasama yang baik dari semua kalangan, bukan saja
keterlibatan pihak pemulia tanaman dari kalangan instansi pemerintah ataupun
dari kalangan perguruan tinggi saja, melainkan juga dibutuhkan keterlibatan
industri benih dari perusahaan swasta. Dalam proses pemuliaan tanaman, para
pihak yang ingin mendaftarkan hak perlindungan terhadap varietas tanaman dapat
mengajukan permohonan ke kantor perlindungan varietas tanaman yaitu suatu unit
organisasi di lingkungan Departemen Pertanian dimana unit tersebut mempunyai
tugas dan kewenangan khusus di bidang perlindungan varietas tanaman.
Dalam kantor perlindungan varietas tanaman (kantor PVT) tersebut
terdapat pejabat khusus yang disebut pemeriksa perlindungan varietas tanaman
yaitu pejabat pemerintah yang berdasarkan keahliannya diangkat oleh Menteri
Pertanian dan ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan substantif dan
memberikan rekomendasi atas permohonan hak perlindungan varietas tanaman.
Pemeriksaan substantif yang dilakukan pemeriksa PVT akan meliputi
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
pemeriksaan sifat kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan varietas
tanaman yang dimohonkan hak PVT. Dalam melaksanakan tugasnya, kantor PVT
dapat meminta bantuan ahli maupun fasilitas yang diperlukan termasuk mencari
informasi dari institusi lain baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Kantor perlindungan varietas tanaman akan menerbitkan daftar umum
perlindungan varietas tanaman yaitu daftar catatan resmi dari seluruh tahapan dan
kegiatan pengelolaan perlindungan varietas tanaman. Selain itu, kantor
perlindungan varietas tanaman tersebut juga menerbitkan berita resmi
perlindungan varietas tanaman yaitu suatu media informasi komunikasi resmi dari
kegiatan pengelolaan perlindungan varietas tanaman yang diterbitkan secara
berkala untuk tujuan kepentingan umum.
3. Syarat-Syarat Pendaftaran Hak Perlindungan Varietas Tanaman
Suatu varietas tanaman yang baru yang akan mendapatkan perlindungan
hukum harus merupakan varietas tanaman yang memenuhi persyaratan yaitu
varietas tanaman tersebut harus baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama. Akan
tetapi, tidak semua varietas tanaman bisa mendapatkan hak PVT. Varietas yang
tidak dapat diberikan hak PVT meliputi varietas yang penggunaannya
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban
umum, kesusilaan, norma-norma agama, kesehatan, dan kelestarian lingkungan
hidup.
Varietas tanaman akan dianggap baru apabila waktu permohonan
pendaftaran diajukan, tanaman tersebut belum diperdagangkan atau jika sudah
diperdagangkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Di Indonesia selama satu tahun
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
b. Di luar negeri selama empat tahun (untuk tanaman musiman) atau enam tahun
(untuk tanaman tahunan
Varietas tanaman dianggap unik apabila tanaman tersebut dapat dibedakan
dari varietas yang telah ada atau yang telah dikenal masyarakat umum. Dalam hal
ini, unsur pembeda menjadi sangat penting karena pemulia tanaman dianggap
telah menemukan suatu kelebihan dari tanaman tersebut yang tidak terdapat pada
tanaman lainnya melalui suatu prosedur penelitian dan pengujian yang memakan
banyak waktu dan biaya. Untuk memenuhi keseragaman, unsur-unsur pembeda
yang menjadi sifat utama dan penting dari varietas tanaman yang baru harus
ditemukan dalam semua (atau paling tidak kebanyakan) pohon atau tanaman yang
dihasilkan varietas tanaman yang baru tersebut. Kestabilan terdapat pada varietas
tanaman jika sifat-sifat utama dan penting tersebut tidak mengalami perubahan
setelah ditanam berulang-ulang atau jika diperbanyak dengan siklus perbanyakan
khusus, varietas tanaman tersebut tidak akan mengalami perubahan pada setiap
akhir siklus tersebut.
Setiap varietas tanaman hasil pemuliaan yang akan digunakan sebagai
varietas asal untuk membuat varietas turunan esensial harus diberi nama yang
akan menjadi identitas varietas tanaman yang bersangkutan. Penamaan varietas
hasil pemuliaan tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mencerminkan identitas varietas tanaman hasil pemuliaan yang bersangkutan
b. Tidak menimbulkan keracuan karakteristik, nilai, atau identitas suatu varietas hasil pemuliaan
c. Tidak telah digunakan untuk nama varietas yang sudah ada d. Tidak menggunakan nama orang terkenal e. Tidak menggunakan nama alam f. Tidak menggunakan lambang Negara
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
g. Tidak menggunakan nama merek dagang untuk barang dan jasa yang dihasilkan dari bahan propagasi dari benih atau bibit, atau bahan yang dihasilkan dari varietas lain, jasa transportasi atau penyewaan tanaman.53
Setelah memenuhi persyaratan untuk penamaan tersebut, pemilik varietas
hasil pemuliaan harus segera mendaftarkan varietas tanaman hasil pemuliaannya
ke kantor PVT. Selanjutnya, kantor PVT akan mendaftarkan varietas hasil
pemuliaan yang bersangkutan dalam daftar umum PVT dalam jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran disampaikan oleh pemilik
varietas hasil pemuliaan. Petugas pemeriksa varietas tanaman akan memeriksa
kembali kelengkapan syarat-syarat untuk penamaan, jika belum sesuai dengan
persyaratan yang dimaksud maka kantor PVT akan memberikan saran perbaikan
nama varietas tanaman tersebut secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak pendaftaran disampaikan oleh pemilik varietas hasil
pemuliaan. Dan apabila dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tanggal saran perbaikan diberikan, pemilik varietas tanaman hasil pemuliaan
tersebut tidak memberikan tanggapan apapun maka pendaftaran tersebut dianggap
ditarik kembali. Varietas tanaman yang telah disetujui penamaannya oleh kantor
PVT memiliki ketentuan bahwa:
a. nama varietas tersebut terus dapat dipergunakan meskipun masa perlindungannya telah habis
b. pemberian naman tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap sifat-sifat varietas
c. penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan didaftarkan pada kantor PVT
d. apabila penamaan tidak sesuai dengan ketentuan butir b, maka pihak kantor PVT berhak menolak penamaan tersebut dan meminta penamaan baru
e. apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan untuk varietas lain, maka pemohon wajib mengganti nama varietas teersebut
53 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2004 tentang Penamaan, Pendaftaran Dan Penggunaan Varietas Asal Untuk Pembuatan Varietas Turunan Esensial
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
f. nama varietas yang diajukan dapat juga diajukan sebagai merek dagang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.54
Permohonan pendaftaran hak PYT terhadap varietas tanaman yang
diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada kantor PVT, harus
memuat:
a. tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan b. nama dan alamat lengkap pemohon c. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemulia serta nama ahli
waris yang ditunjuk d. nama varietas e. deskripsi varietas yang mencakup asal usul atau silsilah, ciri-ciri
morfologi, dan sifat-sifat penting lainnya f. gambar dan/ atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan
untuk memperjelas deskripsinya.55
Selain varietas tanaman biasa, dikenal juga varietas transgenik, dalam
permohonan untuk varietas tersebut maka deskripsinya harus juga mencakup
uraian mengenai penjelasan molekuler varietas yang bersangkutan dan stabilitas
genetik dari sifat yang diusulkan, sistem reproduksi tetuanya, keberadaan kerabat
liarnya, kandungan senyawa yang dapat mengganggu lingkungan, dan kesehatan
manusia serta cara pemusnahannya apabila terjadi penyimpangan, dan juga harus
disertai dengan surat pernyataan aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia
dari instansi yang berwenang. Yang dimaksud dengan varietas transgenik
merupakan varietas yang dihasilkan melalui teknik rekayasa genetika. Teknologi
rekayasa genetik memungkinkan kita untuk mengisolasi DNA dari berbagai
organisme dan menggabungkannya ke dalam suatu organisme yang lain sehingga
menghasilkan organisme dengan sifat yang berbeda. Teknik ini juga diterapkan
dalam usaha menciptakan tanaman dengan sifat-sifat unggul, sehingga dapat
meningkatkan hasil produksi pertanian pada umumnya. Rekombinasi DNA 54 Pasal 2 ayat 6 UU No. 29 Tahun 2000 55 Pasal 11 ayat 2 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
dianggap sebagai bentuk baru dari alam atau penemuan baru sehingga pada
perkembangannya kemudian tanaman transgenik dapat memperoleh perlindungan
hukum.
Dalam proses pembuatannya, varietas tersebut kemungkinan
menggunakan bahan atau bagian dari organisme yang dalam bentuk asalnya
memiliki resiko berbahaya bagi lingkungan termasuk sumber daya hayati dan
kesehatan manusia, oleh karena itu maka terlebih dahulu perlu diadakan
pengkajian terhadap potensi berbahaya dari varietas transgenik oleh instansi yang
berwenang sebelum varietas tersebut digunakan secara luas oleh masyarakat.
Hasil dari pemeriksaan harus disertakan dalam berkas permohonan hak PVT
untuk varietas transgenk. Pihak pemulia tanaman baik itu perseorangan maupun
badan hukum memiliki suatu hak prioritas yaitu hak yang diberikan kepada
perorangan ataupun badan hukum yang mengajukan permohonan hak
perlindungan varietas tanaman di Indonesia setelah mengajukan permohonan hak
perlindungan varietas tanaman untuk varietas tanaman yang sama di negara lain.
Permohonan hak PVT dengan menggunakan hak prioritas tersebut harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. diajukan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penerimaan pengajuan permohonan hak PVT yang pertama kali di luar Indonesia
b. dilengkapi salinan surat permohonan hak PVT yang pertama kali dan disahkan oleh pihak yang berwenang di negara yang dimaksud dalam butir a paling lambat 3 (tiga) bulan
c. dilengkapi salinan sah dokumen permohonan hak PVT yang pertama di luar negeri
d. dilengkapi salinan sah penolakan hak PVT, apabila hak PVT tersebut pernah ditolak. 56
56 Pasal 14 ayat 1 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Pengajuan berkas permohonan pendaftaran hak perlindungan varietas
tanaman dianggap diajukan pada tanggal saat penerimaan berkas permohonan hak
PVT oleh kantor perlindungan hak varietas tanaman dimana segala pembayaran
untuk biaya-biaya yang diperlukan telah selesai dilakukan. Untuk tanggal
penerimaan surat permohonan hak perlindungan varietas tanaman adalah tanggal
pada saat kantor perlindungan varietas tanaman menerima surat permohonan hak
PVT yang telah memenuhi syarat-syarat secara lengkap. Tanggal penerimaan
surat permohonan hak perlindungan varietas tanaman akan dicatat dalam daftar
umum PVT oleh kantor perlindungan varietas tanaman.
Apabila ternyata terdapat kekurangan pemenuhan terhadap syarat-syarat
pendaftaran, maka kantor PVT akan meminta agar pihak yang mengajukan
permohonan pendaftaran hak PVT untuk melengkapi kekurangan tersebut, dimana
jangka waktu yang diberikan adalah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
pengiriman surat permohonan pemenuhan kekurangan tersebut yang dikirimkan
oleh kantor PVT. Bila dalam jangka waktu yang diberikan, pihak pemohon belum
selesai melengkapinya maka berdasarkan pertimbangan alasan yang diajukan
pihak pemohon dan disetujui oleh kantor PVT, jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang kembali paling lama 3 (tiga) bulan. Pada saat pengajuan kembali
berkas permohonan hak PVT yang kurang lengkap tersebut, maka tanggal
penerimaannya mengalami perubahan dimana tanggal penerimaannya bukan lagi
tanggal penerimaan berkas permohonan hak PVT untuk pertama kali, akan tetapi
telah mengalami perubahan menjadi tanggal diterimanya pemenuhan kelengkapan
terakhir dari kekurangan pada berkas permohonan hak PVT tersebut oleh kantor
PVT. Berkas permohonan hak PVT yang tidak juga dilengkapi meskipun telah
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
mendapat perpanjangan waktu tidak akan diterima. Kantor PVT akan
memberitahukan secara tertulis kepada pihak pemohon hak PVT bahwa
permohonan hak perlindungan varietas tanaman (hak PVT) yang mereka ajukan
dianggap ditarik kembali.
Pengajuan berkas permohonan hak PVT untuk suatu varietas tanaman
dengan sifat-sifat yang sama ternyata secara tidak disengaja dapat diajukan oleh
lebih dari satu pihak pemohon hak PVT. Dalam hal ini, berkas permohonan yang
dapat diterima adalah berkas permohonan hak PVT yang telah diajukan terlebih
dahulu secara lengkap tanpa adanya kekurangan pada syarat-syarat pendaftaran.
Apabila berkas permohonan hak PVT tersebut diajukan secara bersamaan maka
kantor PVT akan meminta secara tertulis kepada para pihak pemohon untuk
berunding guna memutuskan permohonan yang mana yang akan diajukan dan
meminta kepada para pihak tersebut untuk menyampaikan hasil perundingan
mereka ke kantor PVT paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal
peengiriman surat tersebut. Bila perundingan tidak mencapai persetujuan, tidak
adanya suatu keputusan antara para pihak pemohon hak PVT, tidak adanya
kemungkinan untuk dilakukannya perundingan atau perundingan terlaksana akan
tetapi hasil perundingan tidak disampaikan ke kantor PVT, maka permohonan hak
PVT tersebut ditolak dan kantor PVT akan memberitahukan secara tertulis hal
tersebut kepada para pihak pemohon hak PVT.
Berkas pengajuan permohonan hak PVT yang diajukan dengan hak
prioritas akan diberi tanggal penerimaan sesuai dengan tanggal penerimaan
permohonan hak PVT yang pertama kali diajukan di luar negeri. Perubahan
terhadap permohonan hak PVT dapat dilakukan sebelum dan selama masa
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
pemeriksaan, dimana perubahan yang dapat dilakukan berupa penambahan atau
pengurangan uraian mengenai penjelasan sifat-sifat varietas tanaman yang
dimohonkan hak PVT dan perubahan permohonan tersebut dianggap diajukan
pada tanggal yang sama dengan permohonan pertama. Selain itu, berkas
permohonan hak PVT juga dapat ditarik kembali oleh pihak yang mengajukannya
dengan membuat permohonan secara tertulis ke kantor PVT.
Dalam kantor PVT sendiri terdapat ketentuan yang mengikat para
pegawainya dimana selama masih terikat dinas aktif sampai selama satu tahun
setelah pensiun atau berhenti dari kantor PVT dengan alasan apapun, para
pegawai kantor PVT atau pihak yang karena tugasnya bekerja untuk dan atas
nama kantor PVT dilarang mengajukan permohonan hak PVT, mendapatkan hak
PVT atau memegang hak yang berkaitan dengan perlindungan varietas tanaman,
kecuali apabila kepemilikan hak PVT tersebut diperoleh karena pewarisan. Para
pegawai di lingkungan kantor PVT juga berkewajiban menjaga kerahasiaan
varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT dan seluruh dokumen permohonan
hak PVT sejak tanggal penerimaan surat permohonan hak PVT hingga tanggal
diumumkannya permohonan hak PVT tersebut.
4. Prosedur Pendaftaran Hak Pendaftaran Varietas Tanaman
Varietas tanaman yang baru harus mendapatkan perlindungan secara
hukum, hal ini bertujuan agar para pemulia ataupun para pemegang hak pemulia
dapat terus bekerja menghasilkan varietas tanaman yang digunakan sebagai bibit
unggul yang bermanfaat dalam dunia pertanian tanpa harus khawatir hasil
temuannya akan disalahgunakan orang yang tidak berhak. Sama halnya dengan
hak kekayaan intelektual (HKI) lainnya, untuk mendapatkan hak perlindungan,
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
varietas tanaman harus didaftarkan, namun berbeda dengan HKI yang lainnya
dimana pendaftaran dilakukan di kantor Ditjen. HKI Departemen Hukum dan
HAM, pendaftaran hak PVT dilakukan di kantor PVT yang berada di bawah
naungan Departemen Pertanian.
Secara sederhana prosedur pengurusan untuk memperoleh hak
perlindungan dapat digambarkan sebagai berikut.
Layak
Sumber: http:/bima.ipb.ac.id/~haki/home.php?kiri=PVT
Ketentuan untuk mengajukan permohonan PVT adalah sebagai berikut:
a. Pemohon wajib menyampaikan surat permohonan dengan membayar biaya
yang telah ditetapkan
b. Surat permohonan hak PVT memuat:
- tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan
- nama dan alamat lengkap pemohon
Pengajuan Permohonan Perlindungan
Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja
Penilaian Kelayakan Perlindungan Tidak Dikembalikan Kepada
Pemohon
Pembuatan/ Persiapan Dokumen Pendaftaran
Pendaftaran ke Ditjen. HKI Dephuk & HAM atau Kantor PVT Deptan.RI
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
- nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemulia serta nama ahli
waris yang ditunjuk
- nama varietas
- deskripsi varietas yang mencakup asal usul atau silsilah, ciri-ciri
morfologi, dan sifat-sifat penting lainnya
- gambar dan/ atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan
untuk memperjelas deskripsinya.
c. Dalam hal permohonan hak PVT diajukan oleh:
- orang atau badan hukum selaku Konsultan PVT atau kuasa pemohon
harus disertai surat kuasa khusus dengan mencantumkan nama dan
alamat lengkap pemberi kuasa yang berhak
- ahli waris harus disertai dokumen bukti ahli waris
d. Dalam hal varietas transgenik, maka deskripsinya harus juga mencakup
uraian mengenai penjelasan molekuler varietas yang bersangkutan dan
stabilitas genetik dari sifat yang diusulkan, sistem reproduksi tetuanya,
keberadaan kerabat liarnya, kandungan senyawa yang dapat mengganggu
lingkungan, dan kesehatan manusia serta cara pemusnahannya apabila
terjadi penyimpangan, dengan disertai surat pernyataan aman bagi
lingkungan dan kesehatan manusia dari instansi yang berwenang.
Berkas permohonan pendaftaran hak PVT hanya dapat diajukan untuk satu
varietas tanaman dimana diajukan oleh pemulia, orang atau badan hukum yang
mempekerjakan pemulia atau yang memesan varietas dari pemulia, ahli waris dan
konsultan PVT. Untuk permohonan hak PVT yang diajukan oleh pihak pemohon
yang tidak bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di wilayah Indonesia harus
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
diwakilkan melalui konsultan PVT di Indonesia selaku kuasa. Selaoin
permohonan biasa, dapat juga dilakukan permohonan hak PVT dengan
menggunakan hak prioritas dimana harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- diajukan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penerimaan
pengajuan permohonan hak PVT yang pertama kali di luar Indonesia
- dilengkapi salinan surat permohonan hak PVT yang pertama kali dan
disahkan oleh pihak yang berwenang di negara yang dimaksud dalam butir a
paling lambat 3 (tiga) bulan
- dilengkapi salinan sah dokumen permohonan hak PVT yang pertama di luar
negeri
- dilengkapi salinan sah penolakan hak PVT, apabila hak PVT tersebut pernah
ditolak.
Jika para pemohon hak PVT telah memenuhi persyaratan tersebut, maka
berkas permohonan pendaftaran hak perlindungan varietas tanaman dianggap
diajukan pada tanggal penerimaan berkas permohonan hak PVT oleh kantor
perlindungan hak varietas tanaman dimana segala pembayaran untuk biaya-biaya
yang diperlukan telah selesai dilakukan. Untuk tanggal penerimaan surat
permohonan hak perlindungan varietas tanaman adalah tanggal pada saat kantor
perlindungan varietas tanaman menerima surat permohonan hak PVT yang telah
memenuhi syarat-syarat secara lengkap dan tanggal penerimaan surat permohonan
hak perlindungan varietas tanaman akan dicatat dalam daftar umum PVT oleh
kantor perlindungan varietas tanaman. Pada saat penerimaan permohonan hak
PVT terdapat kekurangan terhadap syarat-syarat pendaftaran, maka kantor PVT
akan meminta agar pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran hak PVT
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
untuk melengkapi kekurangan tersebut, dimana jangka waktu yang diberikan
adalah 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permohonan
pemenuhan kekurangan tersebut yang dikirimkan oleh kantor PVT. Bila dalam
jangka waktu yang diberikan, pihak pemohon belum selesai melengkapinya maka
berdasarkan pertimbangan alasan yang diajukan pihak pemohon dan disetujui oleh
kantor PVT, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang kembali paling lama 3
(tiga) bulan berdasarkan permintaan pihak pemohon hak PVT. Berkas
permohonan hak PVT yang tidak juga dilengkapi meskipun telah mendapat
perpanjangan waktu tidak akan diterima. Kantor PVT akan memberitahukan
secara tertulis kepada pihak pemohon hak PVT bahwa permohonan hak
perlindungan varietas tanaman (hak PVT) yang mereka ajukan dianggap ditarik
kembali. Pada saat pengajuan kembali berkas permohonan hak PVT yang kurang
lengkap tersebut, maka tanggal penerimaannya mengalami perubahan dimana
tanggal penerimaannya bukan lagi tanggal penerimaan berkas permohonan hak
PVT untuk pertama kali, akan tetapi telah mengalami perubahan menjadi tanggal
diterimanya pemenuhan kelengkapan terakhir dari kekurangan pada berkas
permohonan hak PVT tersebut oleh kantor PVT.
Setelah mendapatkan tanggal penerimaan, kantor PVT akan melakukan
pemeriksaan terhadap varietas tanaman yang akan dimohonkan hak PVT. Kantor
PVT akan membuat pengumuman mengenai adanya suatu permohonan untuk
mendapatkan hak PVT terhadap suatu jenis varietas tanaman. Adanya
pengumuman ini dinilai sangat penting bila ditinjau dari sisi juridisnya, karena
pengumuman tersebut merupakan syarat bagi lahirnya hak kebendaan sebagai
penerapan asas publisitas. Dalam hal ini, kantor PVT akan mengumumkan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
permohonan hak PVT yang sudah memenuhi persyaratan kelengkapan dan
permohonan hak PVT tersebut tidak ditarik kembali oleh pihak pemohon hak
PVT. Pengumuman tersebut akan dilakukan selambat-lambatnya:
a. 6 (enam) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT
b. 12 (dua belas) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT
dengan hak prioritas.57
Pengumuman permohonan hak PVT tersebut akan berlangsung selama 6
(enam) bulan dan dilakukan dengan cara:
a. menggunakan atau memanfaatkan fasilitas untuk pengumuman yang
mudah dan jelas sehingga dapat diketahui dan dimengerti oleh masyarakat.
b. membuat pengumuman tersebut dalam berita resmi PVT.
Pengumuman mengenai permohonan hak PVT tersebut akan dicatat oleh pegawai
kantor PVT dalam daftar umum PVT. Pengumuman permohonan hak PVT
tersebut harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. nama dan alamat lengkap pemohon hak PVT atau pemegang kuasa b. nama dan alamat lengkap pemulia c. tanggal pengajuan permohonan hak PVT atau tanggal, nomor dan negara
tempat permohonan hak PVT yang pertama kali diajukan dalam hal permohonan hak PVT dengan hak prioritas
d. nama varietas e. deskripsi varietas f. deskripsi yang memuat informasi untuk varietas transgenik.58
Selama jangka waktu dilakukannya pengumuman permohonan hak PVT,
setiap orang atau badan hukum dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang
diperlukan mengenai varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT tersebut.
Setelah melihat dan memperhatikan pengumuman permohonan PVT tersebut,
maka setiap orang ataupun badan hukum yang merasa berkepentingan, secara
57 Pasal 24 ayat 2 UU No. 29 Tahun 2000 58 Pasal 26 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
tertulis dapat mengajukan pandangan maupun keberatannya disertai alasan yang
jelas mengenai permohonan atas hak PVT tersebut. Kantor PVT akan
mengirimkan salinan surat yang berisi pandangan maupun keberatan yang
diajukan kepada pihak yang mengajukan permohonan hak PVT. Untuk
menanggapinya, pemohon hak PVT berhak mengajukan secara tertulis sanggahan
dan penjelasan terhadap pandangan maupun keberatan yang diajukan dan
mengirimkannya kembali ke kantor PVT. Pandangan, keberatan, sanggahan,
maupun penjelasan yang dikemukakan dalam masa pengumuman tersebut akan
digunakan sebagai tambahan untuk bahan pertimbangan dalam memutuskan
permohonan hak PVT.
Pemohon hak PVT harus mengajukan pemeriksaan substantif atas
permohonan hak PVT, dimana permohonan substantif diajukan secara tertulis
kepada kantor PVT selambat-lambatnya satu bulan setelah masa pengumuman
permohonan hak PVT berakhir. Hak perlindungan atas varietas tanaman
merupakan hak yang diberikan negara berdasarkan adanya permohonan dari pihak
yang memerlukan hak PVT sehingga pihak pemohon harus bersikap aktif
termasuk dalam mengajukan permohonan pemeriksaan substantif. Hal ini
mengakibatkan apabila dalam jangka waktu satu bulan setelah berakhirnya
pengumuman, kantor PVT belum menerima permohonan pemeriksaan substantif
dari pihak yang mengajukan hak PVT maka permohonan terhadap hak PVT
dianggap ditarik kembali.
Pemeriksaan substantif yang dilakukan oleh Pemeriksa PVT merupakan
pemeriksaan yang meliputi sifat kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan
dari varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT. Dalam melakukan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
pemeriksaan, kantor PVT dapat meminta bantuan tenaga ahli maupun fasilitas
yang diperlukan termasuk memperoleh informasi dari institusi lain baik dari
dalam maupun dari luar negeri. Ketika kantor PVT menggunakan bantuan tenaga
ahli maupun fasilitas dari institusi lainnya, semua para pihak yang terlibat secara
keseluruhan akan terikat dengan kewajiban untuk menjaga kerahasiaan varietas
tanaman dan semua dokumen permohonan hak PVT termasuk juga merahasiakan
penjelasan atau informasi yang diberikan untuk melengkapinya. Pemeriksaan
substantif hanya dapat dilakukan oleh Pemeriksa PVT, yang merupakan pegawai
kantor PVT atau dapat pula berasal dari instansi pemerintah lainnya yang secara
khusus dididik menjadi tenaga ahli yang memiliki kualifikasi Pemeriksa PVT dan
diangkat untuk tugas tersebut. Oleh karena sifat keahlian dan ruang lingkup
pekerjaannya yang bersifat khusus maka jabatan Pemeriksa PVT merupakan
jabatan fungsional.
Pemeriksa PVT melaporkan mengenai ketidakjelasan atau kekurangan
kelengkapan persyaratan yang dianggap penting dari varietas tanaman yang
dimohonkan hak PVT, laporan tersebut akan diberitahukan secara tertulis oleh
kantor PVT kepada pihak yang memohon hak PVT. Pemberitahuan tersebut harus
jelas dan terperinci mencantumkan hal-hal yang dinilai tidak jelas atau
kekurangan kelengkapan yang dinilai penting termasuk juga mengenai jangka
waktu yang diberikan untuk melakukan perbaikan ataupun perubahan.
Ketidakjelasan atau kekurangan kelengkapan yang dinilai penting yang dimaksud
dapat berupa asal usul atau silsilah varietas tanaman yang tidak jelas, deskripsi
yang kurang sesuai atau kurang jelas, maupun mengenai gambar yang kurang
mendukung. Pihak pemohon hak PVT harus segera memberi tanggapan atas
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
pemberitahuan tersebut, apabila pemohon hak PVT tidak memberikan penjelasan
atau tidak memenuhi kekurangan kelengkapan termasuk melakukan perbaikan
atau perubahan yang diminta maka kantor PVT berhak menolak permohonan hak
PVT tersebut.
Keputusan pemberian atau penolakan terhadap permohonan hak PVT akan
dikeluarkan kantor PVT selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan
terhitung sejak tanggal permohonan pemeriksaan substantif. Akan tetapi bila
waktu pemeriksaan belum selesai dan memerlukan perpanjangan waktu, maka
kantor PVT harus memberitahukan kepada pihak pemohon hak PVT disertai
alasan dan penjelasan mengenai perpanjangan waktu pemeriksaan tersebut.
Laporan Pemeriksa PVT yang menyimpulkan bahwa varietas tanaman
yang dimohonkan hak PVT sesuai dengan ketentuan undang-undang akan
diberitahukan secara resmi oleh kantor PVT kepada pihak pemohon hak PVT.
Pemberitahuan tersebut berisikan persetujuan pemberian hak PVT untuk varietas
tanaman yang dimohonkan hak PVT, dimana hak PVT yang diberikan berbentuk
sertifikat hak PVT. Hak PVT yang telah diberikan akan dicatat dalam daftar
umum PVT dan diumumkan dalam berita resmi PVT. Salinan dokumen PVT
tersebut dapat diberikan oleh kantor PVT kepada para pihak yang memerlukan
dengan membayar biaya yang telah ditentukan.
Kantor PVT dapat menolak permohonan hak PVT, penolakan dilakukan
setelah mengadakan pemeriksaan oleh Pemeriksa PVT. Laporan Pemeriksa PVT
yang menyimpulkan permohonan hak PVT tidak memenuhi ketentuan yang
ditetapkan dan tidak adanya tanggapan dari pihak pemohon hak PVT mengenai
laporan Pemeriksa PVT tersebut dapat dijadikan dasar penolakan hak PVT.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Kantor PVT memberitahukan secara tertulis penolakan tersebut kepada pihak
pemohon hak PVT dan dengan jelas mencantumkan alasan dan pertimbangan
yang mendasari penolakan tersebut. Penolakan pemberian hak PVT tersebut akan
dicatat dalam daftar umum PVT.
Pihak pemohon hak PVT yang mendapat penolakan dapat mengajukan
permohonan banding kepada Komisi Banding PVT. Komisi Banding PVT
merupakan suatu badan yang secara khusus dibentuk untuk memeriksa
permohonan banding atas penolakan permohonan hak PVT dan memberikan
hasilnya kepada kantor PVT. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi Banding
PVT bekerja secara independen, yang beranggotakan beberapa ahli di bidang yang
diperlukan dan Pemeriksa PVT senior yang tidak melakukan pemeriksaan
substantif terhadap varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT tersebut. Dalam
Komisi Banding PVT kecuali untuk ketua yang merangkap anggota, para anggota
komisi ini diangkat apabila terdapat permohonan banding dan mereka bertugas
hanya untuk memeriksa permohonan banding yang bersangkutan.
Permohonan banding diajukan terhadap penolakan permohonan hak PVT
yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang
bersifat substantif. Permohonan banding tersebut diajukan secara tertulis oleh
pemohon hak PVT atau kuasa hukumnya disertai uraian secara jelas mengenai
keberatan terhadap penolakan permohonan hak PVT beserta alasan keberatan
tersebut. Permohonan banding diajukan selambat-lambatnya 3 bulan sejak tanggal
pengiriman surat penolakan permohonan hak PVT dengan melampirkan tembusan
kepada kantor PVT.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Permohonan banding diajukan tidak untuk memberikan penjelasan
maupun untuk melengkapi permohonan hak PVT yang telah ditolak. Upaya
hukum ini juga tidak dapat dimohonkan untuk penolakan yang disebabkan karena
pihak pemohon hak PVT tidak melakukan perbaikan atau penyempurnaan yang
disarankan kantor PVT selama masa pemeriksaan substantif. Permohonan banding
ini juga tidak dapat dilakukan terhadap permohonan hak PVT yang telah ditarik
kembali oleh pihak pemohon saat pengumuman hasil pemeriksaan awal sebelum
permohonan hak PVT diumumkan. Sedangkan para pihak pemohon hak PVT
yang tidak mengajukan banding terhadap putusan kantor PVT yang menolak
pemberian hak PVT dalam jangka waktu yang telah ditentukan, akan dinggap
menerima penolakan permohonan hak PVT tersebut sehingga keputusan
penolakan akan dicatat dalam daftar umum PVT.
Pemeriksaan yang dilakukan Komisi Banding PVT dilakukan selambat-
lambatnya 3 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan banding PVT. Hasil dari
pemeriksaan yang dilakukan Komisi Banding PVT ini bersifat final dimana pihak
pemohon hak PVT tidak dapat meminta peninjauan lebih lanjut kepada lembaga
atau pejabat lainnya, hal ini disebabkan karena penilaian atas varietas tanaman
menyangkut pertimbangan yang bersifat teknis. Dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan, Komisi Banding PVT dapat mengabulkan permohonan banding yang
diajukan dan mencabut putusan penolakan pemberian hak PVT yang telah
dikeluarkan. Putusan pengabulan permohonan banding tersebut mewajibkan
kantor PVT memberikan sertifikat hak PVT yang dimohonkan. Apabila setelah
melakukan pemeriksaan, Komisi Banding PVT tetap menolak permohonan
banding tersebut maka kantor PVT akan memberitahukan penolakan tersebut
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
kepada para pihak yang mengajukan banding. Prosedur pendaftaran tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut
Tidak Tidak
dipenuhi Ya
19 bln 6 bln (biasa)
12 bln (hak prioritas)
N
13 bln 1 bln Tidak
Tidak
Tidak Ya
3 bln Ya
Sumber: http:/bima.ipb.ac.id/~haki/home.php?kiri=PVT
Permohonan
Persyaratan - Biasa (psl 11 & 12) - Hak prioritas (psl 14)
Tanggal Penerimaan (psl 15)
Dilengkapi (psl 16)
Dianggap ditarik kembali (psl 18)
Pemeriksaan Persyaratan (psl 24)
Memenuhi ketentuan psl 11 atau psl 14
Pengumuman 6 bulan (psl 25)
Permohonan Pemeriksaan Substantif
(psl 29)
Permohonan dapat ditarik kembali
Pandangan dan keberatan (psl 28)
Sanggahan dan penjelasan (psl 28)
Pemeriksaan substansi 24 bln (psl
30)
Jelas/ lengkap? (psl 32)
Memenuhi syarat?
Pemberian Sertifikat PVT (psl 34)
Penolakan
Permohonan Banding (psl 36)
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
5. Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman
Perlindungan hukum yang diberikan terhadap varietas tanaman
dilaksanakan untuk mendorong dan memberi kesempatan kepada dunia usaha
untuk meningkatkan perannya dalam berbagai aspek pembangunan pertanian. Hal
ini sangat penting disebabkan perakitan varietas tanaman yang bersifat unggul di
Indonesia masih lebih banyak dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah.
Untuk itulah diharapkan dunia usaha semakin dapat berperan sehingga dapat lebih
banyak menghasilkan varietas tanaman yang lebih unggul dan beragam.
Varietas tanaman yang mendapat perlindungan tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum,
kesusilaan, norma agama, kelestarian lingkungan hidup, dan kesehatan.
Perlindungan yang diberikan tidak akan menutup kesempatan bagi para petani
kecil memanfaatkan varietas tanaman tersebut untuk keperluannya sendiri, selain
itu perlindungan tersebut juga masih memberi perlindungan terhadap varietas
lokal bagi kepentingan masyarakat luas.
Perlindungan terhadap varietas tanaman yang diberikan sebagai hak PVT
kepada pihak pemulia menetapkan lamanya jangka waktu perlindungan. Lamanya
jangka waktu yang diberikan adalah 20 (dua puluh) tahun untuk tanaman
semusim, misalnya pada tanaman padi dan jagung. Selain itu juga terdapat jangka
waktu perlindungan untuk tanaman tahunanyaitu selama 25 (dua puluh lima)
tahun. Tanaman tahunan ditujukan untuk jenis pohon-pohon (tree) dan tanaman
merambat (vine) yang masa produksinya lebih dari satu tahun.
Jangka waktu perlindungan diberikan terhitung sejak tanggal pemberian
hak PVT kepada pihak pemohon hak PVT. Saat pemohon hak PVT mengajukan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
berkas permohonan secara lengkap dan diterima kantor PVT hingga saat hak
tersebut diberikan, untuk varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT diberikan
perlindungan sementara. Perlindungan sementara tersebut merupakan
perlindungan yang diberikan sejak diserahkannya pengajuan permohonan secara
lengkap sampai diterbitkannya Sertifikat Hak PVT dimana selama jangka waktu
tersebut pemohon mendapatkan peerlindungan atas penggunaan varietas. Setelah
melewati jangka waktu yang diberikan maka varietas tanaman yang dilindungi
akan menjadi milik masyarakat umum (public domain).
Jangka waktu perlindungan yang diberikan untuk varietas tanaman di
Indonesia umumnya sama dengan negara-negara lain yang telah meratifikasi
Konvensi UPOV (International Convention for the Protection of New Varieties
of Plants/ UPOV Convention). Perbedaannya hanya tergantung pada Konvensi
UPOV yang diratifikasi, dimana pada Konvensi UPOV 1978 memberikan
perlindungan antara 15 hingga 18 tahun untuk tanaman merambat, pohon, buah-
buahan, dan tanaman hias. Sedangkan dalam Konvensi UPOV 1991 memberikan
perlindungan selama 20 tahun untuk tanaman semusim dan 25 tahun untuk
tanaman tahunan. Indonesia saat ini belum menjadi anggota UPOV, akan tetapi
dalam pembentukan undang-undang perlindungan terhadap varietas tanaman (UU
PVT) Indonesia mengacu pada Konvensi UPOV 1991. Hal itu disebabkan
ketentuan dari organisasi tersebut yang mewajibkan setiap negara non anggota
dan organisasi antar pemerintah yang ingin menjadi anggota UPOV untuk
mengakses konvensi yang terakhir diberlakukan yaitu Konvensi UPOV 1991.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG HAK
PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN
A. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hukum Atas Hak Perlindungan Tanama
Peraturan perundang-undangan yang memberi perlindungan terhadap
varietas tanaman selain memberi keuntungan bagi pemilik atau pemegang hak
PVT, juga memberi perlindungan hukum bagi para pihak yang terkait dalam
kegiatan pemuliaan tanaman tersebut. Perlindungan yang dimaksud mencakup
pengakuan terhadap pengetahuan tradisional masyarakat yang dimiliki para petani
tradisional. Pada umumnya kemampuan para petani tradisional merupakan
pengetahuan yang dimiliki secara turun temurun. Untuk melindungi kepentingan
para petani tradisional dalam proses pemuliaan tanaman diperlukan sistem sui
generis, melalui pemberian hak pemulia. Sistem sui generis bagi perlindungan
varietas tanaman harus mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1. varietas tanaman tidak dapat diberikan paten, karena bertentangan dengan tujuan untuk melindungi kehidupan tanaman sebagai makhluk hidup
2. petani harus diizinkan untuk menggunakan kembali benih yang didapat dari varietas yang dilindungi, dengan cara menyimpan sebagian hasil panen untuk ditanam pada masa tanam berikutnya, tanpa adanya keharusaan membayar royalti kepada pemegang hak selama tidak mengkomersilkan benih tersebut
3. setiap pihak harus diizinkan untuk menggunakan bahan tanaman yang dilindungi untuk pengembangan varietas lebih lanjut tanpa persetujuan dari pemegang hak dengan memberikan kompensasi kepada pemegang hak
4. pemegang hak harus menyediakan kompensasi bagi petani tradisional yang telah menyediakan varietas lokal atau pengetahuan untuk pengembangan varietas yang dilindungi, karena menyangkut hak komunitas lokal sebagai tradisi dan pengetahuan yang telah dimiliki secara turun temurun
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
5. lisensi wajib harus disediakan untuk kepentingan umum terutama menyangkut hal-hal yang mendesak dan berkaitan dengan kepentingan umum.59
Adanya pengetahuan tradisional memungkinkan komunitas lokal memiliki
hak untuk mengakses penggunaan tanah dan sumber daya genetik sebagai sumber
mata pencaharian. Kepemilikan pengetahuan tradisional masyarakat bersifat
kolektif dan komunal, karena pengetahuan tradisional yang dimiliki secara turun
temurun. Perlindungan terhadap pengetahuan tradisional memberi keuntungan
berupa:
a. menghapus atau mengurangi rasa ketidakadilan, karena para petani akan mendapatkan kompensasi
b. mencegah penggunaan pengetahuan dalam cara yang merugikan pemiliknya
c. pengakuan luar biasa terhadap nilai pengetahuan tradisional dan menghormati siapapun yang telah memeliharanya
d. menjaga sumber daya secara optimal untuk memunculkan standar kehidupan dan tingkat pembangunan, khususnya di negara berkembang
e. pemanfaatan pengetahuan tradisional yang lebih berguna di seluruh dunia
f. memelihara gaya hidup tradisional g. melindungi atau memelihara lingkungan.60
Di Indonesia, pelanggaran terhadap pengetahuan tradisional masyarakat
sering terjadi, misalnya adanya kasus pematenan tanaman tradisional Indonesia
sebagai bahan baku pembuatan kosmetik oleh perusahaan Shiseido dari Jepang.
Sejak tahun 1995, perusahaan kosmetik Shiseido dari Jepang telah
melakukan pembajakan hayati (biopiracy) dengan mengajukan 51 permohonan
hak paten terhadap tanaman obat dan rempah asli Indonesia. Secara diam-diam
perusahaan tersebut telah mendapatkan hak paten untuk tanaman obat dan rempah
yang telah digunakan dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia secara turun
59 Andriana Krisnawati, op. cit, hlm. 39 60 Ibid, hlm. 42
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
temurun. Perusahaan Shiseido telah memiliki 9 paten yaitu paten perawatan
kepala bernomor register JP 10316541 dengan subjek paten meliputi kayu rapet
(Parameria laevigata), kemukus (Piper cubeba), tempuyung (Sonchus arvensis
L), belantas (Pluchea indica L), mesoyi (Massoia aromatica Becc), pule (Alstonia
scholaris), pulowaras (Alycia reindwartii Bl), daan sintok (Cinamomumsintoc
BL). Selain itu tanaman lain yang juga termasuk dalam subjek paten adalah kayu
legi, kelabet, lempuyang, remujung, dan brotowali. Tanaman tersebut terbagi atas
3 hak paten dan merupakan bahan anti penuaan. Sementara untuk perawatan kulit,
tanaman yang didaftarkan adalah tanaman wolo (Borassus flabellifer), regulo
(Abelmoschus moschatus), dan bunga cangkok (Schima wallichii) dan ekstrak
cabe jawa dari Piperaceae didaftarkan hak patennya untuk tonik rambut.
Perusahaan kosmetik tersebut mematenkan tanaman-tanaman asli Indonesia
tersebut di kantor paten di Jepang, dan untuk mendapatkan double protection
tanaman tersebut juga didaftarkan di lembaga paten Eropa untuk negara Inggris,
Jerman, Perancis, dan Italia.
Pendaftaran hak paten untuk tanaman dan rempah asli dari Indonesia
tersebut digugat oleh suatu organisasi non pemerintah di Indonesia. Gugatan
diajukan melalui pengadilan di Jepang dan akhirnya perusahaan kosmetik tersebut
membatalkan permohonan registrasi hak paten yang menggunakan tanaman obat
dan rempah asli Indonesia untuk keperluan kosmetik yang sebelumnya telah
diajukan ke kantor paten di Tokyo, Jepang. Pembatalan tersebut dilakukan karena
perusahaan Shiseido menyadari bahwa tanaman hayati Indonesia yang termasuk
dalam permohonan hak paten yang diajukannya telah menjadi bahan baku obat
dan kosmetika tradisional sejak zaman dahulu dan dikenal luas masyarakat
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
sebagai jamu. Selain itu juga dikemukakan bahwa dari semua permohonan paten
yang diajukan ternyata hanya satu yang telah diregistrasi di Jepang yaitu ramuan
yang menggunakan tanaman lempuyang untuk pemutih kulit. Namun menurut
perusahaan Shiseido, yang diberi hak paten bukanlah tanaman lempuyangnya
melainkan proses pembuatan kosmetik yang menggunakan bahan baku
lempuyang sehingga bangsa Indonesia tetap bisa memanfaatkan tanaman
tersebut.61
Sebelum dikeluarkannya UU No. 29 tahun 2000, perlindungan terhadap
tanaman dilakukan dengan menggunakan hak paten, dalam kasus tersebut tampak
ketidakpahaman sebagian masyarakat terhadap sistem paten terutama dalam
membedakan antara produk dan proses yang dilindungi hak paten. Berdasarkan
pengakuan dari pihak Shiseido, ketidakpahaman tersebut mengakibatkan
penafsiran yang salah terhadap subjek yang didaftarkan oleh perusahaan Jepang
tersebut dimana Indonesia menganggap yang didaftarkan paten adalah tanaman
obat dan rempah tradisional Indonesia, sementara yang didaftarkan perusahaan
tersebut adalah proses pembuatan kosmetik yang menggunakan bahan tanaman
tersebut.
Permasalahan tersebut juga ditimbulkan karena belum adanya sistem
perlindungan hukum bagi pengetahuan tradisional masyarakat (traditional
knowledge). Belum terbentuknya sistem perlindungan hukum terhadap traditional
kmowledge ini mengakibatkan terjadinya pembajakan hayati (biopiracy) oleh
perusahaan Shiseido karena tanaman obat dan rempah-rempah asli tanaman
61 “Shiseido Batalkan Paten Rempah Indonesia” dalam Kompas 26 Maret 2002.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Indonesia tersebut masih menjadi milik umum (public domain) sehingga setiap
orang dapat memanfaatkannya.
Sebelum membentuk peraturan baru untuk perlindungan terhadap
pengetahuan tradisional masyarakat tersebut, maka pemerintah dapat
memanfaatkan ketentuan pasal 7 UU No. 29 tahun 2000 (UU PVT) yang memuat:
a. Varietas lokal milik masyarakat dikuasai oleh negara
b. Penguasaan oleh negara dilaksanakan oleh pemerintah
c. Pemerintah berkewajiban memberikan penamaan terhadap varietas lokal
tersebut
d. Ketentuan penamaan, pendaftaran, dan penggunaan varietas lokal serta
instansi yang diberi tugas untuk melaksanakannya diatur lebih lanjut oleh
pemerintah.62
Varietas lokal tersebut adalah varietas tanaman yang telah ada dan
dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi milik masyarakat
umum. Yang diatur pemerintah meliputi pengaturan hak imbalan dan penggunaan
varietas tanaman tersebut dalam hubungannya dengan perlindungan hukum yang
diberikan terhadap varietas tanaman serta usaha-usaha pelestarian plasma nutfah.
Penggunaan varietas lokal tersebut mencakup kepemilikan dan pengaturan
manfaat ekonomi bagi masyarakat pemilik dari varietas lokal tersebut.
Penerapan ketentuan pasal 7 UU PVT dapat mencegah pemanfaatan
kekayaan hayati secara illegal (biopiracy) yang dilakukan oleh pihak asing, karena
ketentuan pasal tersebut memberikan kesempatan penuntutan hukum berdasarkan
ketentuan UU PVT Indonesia jika terjadi pelanggaran.
62 Pasal 7 UU No. 29 Tahun 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Salah satu tanaman pangan yang telah mendapatkan hak PVT di Indonesia
adalah jagung. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan terpenting selain
beras dan kedelai. Sampai tahun 2001 jumlah lahan yang ditanami jagung hibrida
di Indonesia hanya mencapai 15%, sangat jauh jika dibandingkan dengan Filipina
dengan angka 40% atau Thailand dengan angka 86%. Gambaran ini menjadi
argumentasi untuk meningkatkan penggunaan benih jagung hibrida.
Dewan Jagung Nasional63
Permasalahan yang lebih besar dapat dilihat pada kasus dominasi bibit
paten yang diproduksi oleh PT. Monsanto di Amerika yang mencapai sekitar 85%
di seluruh ladang kedelai, 45% dari seluruh ladang jagung dan 76% untuk ladang
kapas. Petani di berbagai daerah di Amerika mengeluhkan sulitnya bercocok
tanam tanpa tersangkut masalah pelanggaran hak paten, sedangkan untuk beralih
ke bibit alami sudah tidak mungkin karena kelangkaan bibit alami di pasaran. PT.
yang beranggotakan wakil pemerintah dan
industri, menargetkan peningkatan penggunaan jagung hibrida. Ditargetkan areal
tanam 3,3 juta Ha saat ini dapat menjadi 7,5 juta ha. Yang menjadi potensi
masalah bukan pada target peningkatan produksi jagung tersebut, namun sifat dari
hal paten yang, melekat pada benih jagung hibrida. Dengan meningkatkan target
pemakaian benih hibrida, maka meningkat pula ketergantungan petani pada benih
yang dipatenkan tersebut. Berkaca dari kasus tuntutan hukum yang pernah ada
seringkali tidak jelas definisi pelanggaran hukum yang dituduhkan kepada petani.
Dan tidak kalah mengerikan adalah dengan adanya PVT perusahaan benih jagung
multinasional memiliki peluang yang menentukan arah kebijakan pengembangan
jagung di Indonesia.
63 Dalam struktur Dewan Jagung terdapat eksekutif PT. Dupont Indonesia, PT. BISI, PT. Monagri Utama, dan PT. Syngeta
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Monsanto menyatakan bahwa sejak tahun 1998 hingga 2004 telah dibuka sidang
ribuan petani dengan tuntutan pelanggaran hak paten bibit produksinya. Tidak
setengah-setengah, PT. Monsanto mengerahkan anggota khusus penyelidikan
kemungkinana pelanggaran hak paten sebanyak 75 staf dengan anggaran sebesar
$10.
Kasus serupa juga mulai terjadi di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur.
Dimana sejumlah petani di Jawa Timur diseret ke pengadilan karena dituduh
memalsukan benih jagung. Seorang petani malah diadili di dua pengadilan
berbeda. Putusan hakim di kedua pengadilan pun tidak sama. Hal ini terjadi saat
PT. BISI, anak perusahaan dari PT. Charoen Pokhpand merupakan produsen bibit
jagung unggul. Seperti produsen benih lainnya propagasi benih di serahkan ke
petani-petani jagung lokal dengan ikatan kontrak. Seorang petani bernama Pak
Tukirin mengikuti program propagasi bibit jagung produksi PT. BISI tersebut
selama beberapa tahun, bahkan sempat memenangkan juara terbaik kedua
penghasil benih jagung se-Kecamatan Ngoronggot. Setelah selesai kontrak
pembenihan dengan PT. BISI, Pak Tukirin membeli benih jagung produksi
PT.BISI (bukan ikatan kontrak) untuk dibudidayakan dengan tujuan konsumsi dan
bukan penangkaran benih. Dari sini Pak Tukirin mencoba untuk menciptakan bibit
unggul sendiri berdasarkan pengalamannya. Kegiatan ini kemudian dilaporkan PT
BISI sebagai tindakan pelanggaran PVT jagung produksi PT BISI. Setelah tidak
terbukti demikian, tuntutan dialihkan sebagai pelanggaran berupa peniruan cara
berbudidaya.
Secara hukum tuntutan atas Pak Tukirin memiliki banyak kecacatan.
Tuduhan yang dikenakan terhadap Pak Tukirin tidak berdasar hukum sama sekali.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Fakta kejadian bahwa Pak Tukirin mencoba melakukan persilangan dengan
caranya sendiri kemudian dituduh merupakan usaha sertifikasi yang illegal
berdasarkan UU. No.12 mengenai Sistem Budidaya Tumbuhan. Bila dicermati
tuntutan tersebut sangat menyimpang dari kejadian yang sebenarnya.
Nasib apes juga menimpa Budi Purwo Utomo. Setelah divonis bebas oleh
PN Tulungagung, pria yang bekerja sebagai petani itu kembali harus berurusan
dengan pengadilan. Kali ini ia diseret jaksa ke Pengadilan negeri Kediri. Di
pengadilan terakhir, Budi dihukum percobaan. Budi bukanlah pelaku terorisme
atau pembunuhan berencana. Ia adalah salah seorang dari beberapa petani di Jawa
Timur yang kesandung masalah hukum karena benih jagung. Jumlah petani yang
menghadapi kasus serupa cukup banyak. Di Kediri saja, tak kurang dari 11 petani
dilaporkan ke polisi dan harus duduk di kursi terdakwa. Sebagian di antaranya
sudah mendapatkan vonis di tingkat pertama. Burhana, misalnya. Pria ini divonis
lima bulan penjara karena dituduh mengedarkan benih jagung tanpa sertifikasi.
Petani lain ada yang dijerat dengan tuduhan meniru cara bercocok tanam
perusahaan, ada pula yang dituduh memalsukan merek, atau pencurian benih. Ada
banyak celah yang dipakai jaksa untuk menjerat petani seperti Burhana. Maka,
Senin (18/12) siang Burhana datang ke Komisi Yudisial ditemani sejumlah aktivis
lembaga swadaya masyarakat. Mereka menemui Zainal Arifin, Koordinator
Bidang Pelayanan Masyarakat Komisi Yudisial (KY). “Kami ingin melaporkan
prilaku hakim yang menangani perkara para petani ini,“ ujar Tejo Wahyu
Djatmiko, bekas Direktur Eksekutif Konphalindo, yang dalam hal ini mewakili
ICEL..
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Prilaku hakim yang dimaksud sikap hakim yang begitu saja menerima
dakwaan jaksa terhadap para petani yang dilaporkan oleh perusahaan perbenihan
setempat. Salah satu yang terasa janggal adalah adanya dua putusan berbeda dari
dua pengadilan berbeda terhadap Budi Purwo Utomo. “Kami melihat proses
pengadilan yang berlangsung sejak 2004 di Jawa Timur mengabaikan hak-hak
petani dan membuat petani enggan untuk mengembangkan benih sesuai dengan
teknik yang mereka miliki,“ ujar Fuad Bahari, Koordinator Divisi Advokasi
Aliansi Petani Indonesia. Setidaknya, ada dua kejanggalan yang dikeluhkan para
petani, termasuk ke Komisi Yudisial. Pertama, berkaitan dengan UU No. 12
Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. UU ini mengatur sanksi bagi
pihak yang melakukan budidaya tanpa izin atau sertifikasi tanpa izin. Menurut
Burhana, salah seorang petani yang pernah dipidana, petani tidak mungkin
memenuhi persyaratan uji coba agar mendapatkan sertifikasi. Sebab, uji coba
harus dilakukan di 15 provinsi dan tiap provinsi diuji coba di lima kabupaten.
“Aturan ini hanya akan menguntungkan pemodal besar. Petani tak akan bisa
berkembang,“ tandasnya. Kedua, para petani ini bisa saja dihukum kalau mereka
terbukti melakukan pelanggaran terhadap UU No. 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman. Masalahnya, jaksa seperti enggan menggunakan
UU tersebut karena perusahaan yang melaporkan pun diduga sulit membuktikan
pelanggaran terhadap varietas tanaman mereka. Petani kecil yang pada umumnya
awam terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan kontrak perjanjian dan hukum,
menjadi sasaran empuk penuntutan-penuntutan hukum yang tidak jelas dasarnya
tanpa ada perlawanan. Petani tidak berkutik dalam sistem hukum karena tidak
mampu menyewa pengacara bahkan pembayaran biaya sidang.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
B. Penyelesaian Sengketa atau Pelanggaran Hukum Atas Hak Perlindungan
Tanaman
Hak yang diperoleh oleh para pemegang hak perlindungan terhadap
varietas tanaman adalah hak untuk menggunakan dan memberikan persetujuan
kepada orang atau badan hukum yang lain untuk menggunakan varietas berupa
benih dan hasil panen yang digunakan untuk propagasi. Ketentuan ini juga
berlaku untuk varietas turunan esensial yang berasal dari suatu varietas yang
dilindungi atau varietas yang telah terdaftar dan diberi nama, varietas yang tidak
dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang dilindungi, dan varietas yang
diproduksi dengan selalu menggunakan varietas yang dilindungi. Penggunaan
hasil panen yang digunakan untuk propagasi yang berasal dari varietas yang
dilindungi, harus mendapat persetujuan dari pemegang hak PVT. Demikian juga
dalam hal penggunaan varietas turunan esensial, harus mendapat persetujuan dari
pemegang hak PVT ataupun persetujuan dari pemilik varietas asal.
1. Gugatan Perdata
Jika suatu hak perlindungan terhadap varietas tanaman diberikan kepada
orang atau badan hukum selain kepada orang atau badan hukum yang seharusnya
berhak atas hak PVT tersebut, maka orang atau badan hukum yang berhak
tersebut dapat menuntut ke Pengadilan Negeri. Hak menuntut tersebut terus
berlaku sejak tanggal diberikannya sertifikat hak PVT. Salinan putusan atas
tuntutan tersebut oleh Panitera Pengadilan Negeri segera disampaikan kepada
Kantor PVT untuk selanjutnya dicatat dalam Daftar Umum PVT dan diumumkan
dalam Berita Resmi PVT. Pemegang hak PVT atau pemegang lisensi atau
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
pemegang lisensi wajib berhak menuntut ganti rugi melalui Pengadilan Negeri
kepada siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
penyalahgunaan hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang tidak
dimilikinya.
Tuntutan ganti rugi yang diajukan tersebut dapat diterima apabila terbukti
bahwa varietas yang digunakan adalah varietas yang telah mendapatkan hak
perlindungan terhadap varietas tanaman (Hak PVT). Putusan Pengadilan Negeri
tentang tuntutan oleh Panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan segera
disampaikan kepada Kantor PVT untuk selanjutnya dicatat dalam Daftar Umum
PVT dan diumumkan dalam Berita Resmi PVT. Untuk mencegah kerugian yang
lebih besar terhadap pihak yang memiliki dan memegang hak perlindungan
terhadap varietsa tanaman yang haknya telah dilanggar tersebut, maka hakim
dapat memerintahkan kepada pelanggar hak tersebut selama masih dalam
pemeriksaan Pengadilan Negeri untuk menghentikan sementara keseluruhan
kegiatan usahanya terutama kegiatan yang diperkirakan merupakan perbuatan
yang menyalahgunakan hak perlindungan yang diberikan terhadap varietas
tanaman. Hakim juga dapat memerintahkan penyerahan hasil pelanggaran hak
perlindungan terhadap varietas tanaman untuk dipergunakan, hal ini terjadi
apabila putusan pengadilan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dan setelah
orang atau badan hukum yang dituntut tersebut telah membayar ganti rugi kepada
pemilik atau pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman tersebut.
Akan tetapi hak untuk mengajukan tuntutan ke Pengadilan Negeri maupun
menyelesaikannya dengan itikad baik di luar pengadilan (dengan mediasi), tidak
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
menghapus dan mengurangi hak negara untuk melakukan tuntutan pidana
terhadap pelanggaran hak perlindungan terhadap varietas tanaman.
2. Tuntutan Pidana
UU Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) memuat sanksi kepada orang
yang menggunakan varietas tanaman tanpa seizin pemegang hak PVT. Hak
pemegang PVT memberikan izin kepada pihak ketiga juga berlaku untuk varietas
turunan esensial yang berasal dari suatu varietas yang dilindungi atau varietas
yang telah terdaftar dan diberi nama, varietas yang tidak dapat dibedakan secara
jelas dari varietas yang dilindungi, dan varietas yang diproduksi dengan selalu
menggunakan varietas yang dilindungi. Hak untuk menggunakan varietas meliput i
kegiatan memproduksi atau memperbanyak benih, menyiapkan untuk tujuan
propagasi, mengiklankan, menawarkan, menjual atau memperdagangkan,
mengekspor, mengimpor, dan mencadangkan untuk keperluan.
Adapun hal yang mengakibatkan kegiatan-kegiatan tersebut dilarang
adalah tak adanya persetujuan dari pemegang hak perlindungan terhadap varietas
tanaman. Pelanggaran tersebut dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun dan denda paling banyak Rp 2.500.000.000,00.64
64 Pasal 71 UU No. 29 Tahun 2000
Konsultan PVT yang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban yaitu mendaftarkan varietas tanaman
yang dikuasakan kepadanya oleh pihak pemulia ke kantor perlindungan varietas
tanaman, tidak menjaga kerahasiaan varietas tanaman dan seluruh dokumen
permohonan hak PVT sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan hak
PVT yang bersangkutan dan terhitung sejak tanggal penerimaan surat permohonan
hak PVT, demikian juga pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai di lingkungan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
kantor perlindungan varietas tanaman dimana seluruh pegawai berkewajiban
menjaga kerahasiaan varietas dan seluruh dokumen permohonan hak PVT samapi
dengan tanggal diumumkannya permohonan hak PVT yang bersangkutan, dapat
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00.65
a. penggunaan sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi sepanjang
tidak untuk tujuan komersil
Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagai berikut
b. penggunaan varietas yang dilindungi untuk kegiatan penelitian, pemuliaan
tanaman dan perakitan varietas baru
c. penggunaan oleh pemerintah atas varietas yang dilindungi dalam rangka
kebijakan penyediaan pangan dan obat-obatan dengan memperhatikan hak-
hak ekonomi dari pemegang hak PVT.
Jika terdapat pihak yang terbukti secara hukum dengan sengaja
melakukan pelanggaran penggunaan varietas tanaman yang dilindungi tanpa
adanya izin dari pemegang hak PVT, dimana penggunaan varietas tanaman
tersebut digunakan untuk tujuan komersial yaitu untuk mendatangkan keuntungan
untuk dirinya sendiri, dapat dikenakan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan dapat didenda paling banyak Rp 1.000.000.00,00.66
65 Pasal 72 UU No. 29 Tahun 2000 66 Pasal 73 UU No. 29 Tahun 2000
Pegawai kantor PVT yang
bertugas sebagai Pemeriksa PVT dalam proses pemeriksaan substantif atau pihak
manapun yang terlibat dalam proses permohonan hak PVT wajib merahasiakan
varietas tanaman yang diperiksanya dan bila terjadi pelanggaran maka dapat
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
dikenakan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan dapat didenda paling banyak
Rp 1.000.000.00,00.67
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam UU perlindungan terhadap varietas
tanaman dimasukkan dalam tindak pidana kejahatan, oleh sebab itu pemeriksaan
terhadap tindak pidana tersebut dilakukan oleh Penyidik dari Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Selain penyidik dari kepolisian, pemeriksaan juga dapat
dilakukan oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu
68
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkaitan
dengan tindak pidana di bidang perlindungan terhadap varietas tanaman
di departemen yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan PVT dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diberi wewenang khusus
sebagai penyidik sebagaimana diatur dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam bidang
perlindungan terhadap varietas tanaman. Akan tetapi dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya, pejabat pegawai negeri tersebut berada di bawah koordinasi dan
pengawasan penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Wewenang dari penyidik maupun pejabat pegawai negeri sipil tersebut
meliputi:
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang perlindungan terhadap varietas
tanaman
67 Pasal 74 UU No. 29 Tahun 2000 68 Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana di Indonesia
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan
terhadap varietas tanaman
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan terhadap
varietas tanaman
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam
peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan terhadap varietas tanaman
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan dalam
peristiwa tindak pidana di bidang perlindungan terhadap varietas tanaman
Dalam pelaksanaan tugasnya, penyidik memberitahukan dimulainya
penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui
penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan pasal 107
UU No. No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang berisi ketentuan
sebagai berikut.
a. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan yang diperlukan kepada penyidik pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU
b. Dalam hal suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana sedang dalam penyidikan oleh penyidik pejabat pegawai negeri sipil tertentu, kemudian ditemukan bukti yang kuat untuk diajukan kepada penuntut umum, maka penyidik pejabat pegawai negeri sipil melaporkan hal tersebut kepada penyidik pejabat Kepolisian
c. Dalam hal tindak pidana telah selesai disidik oleh penyidik pejabat pegawai negeri sipil maka hasil penyidikannya harus segera diserahkan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia.69
Penyidikan adanya pelanggaran hak perlindungan terhadap varietas
tanaman yang diberikan dapat dilanjutkan ke tahap penuntutan. Hak PVT
diberikan hanya kepada orang atau badan hukum yang berhak yaitu kepada para
pihak yang sudah melakukan permohonan hak PVT dan telah melewati semua
proses hingga permohonan hak PVT dikabulkan. Hak PVT yang diberikan kepada
kepada pihak yang tidak berhak dapat mendasari penuntutan dari pihak pemegang
hak PVT, dimana penuntutan dilakukan melalui Pengadilan Negeri. Hak untuk
melakukan penuntutan diberlakukan sejak tanggal diberikannya sertifikat hak
PVT yang dikeluarkan kantor PVT kepada pihak yang berwenang atas
kepemilikan hak PVT tersebut. Pengadilan negeri akan mengambil putusan
berdasarkan bukti-bukti yang sah dan meyakinkan, salinan putusan atas tuntutan
yang dilakukan para pihak mengenai hak PVT tersebut akan disampaikan oleh
panitera pengadilan negeri kepada kantor PVT yang akan mencatat dalam daftar
umum PVT dan diumumkan dalam berita resmi PVT.
69 Pasal 107 UU No. 8 Tahun 1981
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
BAB IV
BERAKHIRNYA HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN
Hak perlindungan terhadap varietas tanaman atau Hak PVT merupakan
salah satu hak kebendaan yang diberikan oleh negara kepada para pihak pemulia
tanaman yang telah berhasil mendapatkan suatu varietas tanaman yang baru
berdasarkan proses pemuliaan tanaman. Sebagai salah satu hak yang diberikan,
maka hak PVT ini merupakan hak yang dibatasi jangka waktunya dimana selama
masa perlindungan hukum tersebut berlaku pemilik maupun pemegang hak PVT
berkewajiban membayar biaya tahunan selama jangka waktu pemberlakuan hak
PVT.
Berakhirnya jangka waktu hak perlindungan terhadap varietas tanaman
yang diberikan kepada para pemegang hak PVT ini mengakibatkan berakhirnya
hak perlindungan terhadap varietas tanaman tersebut. Selain dari berakhirnya
jangka waktu, hak perlindungan terhadap varietas tanaman ini juga dapat berakhir
dengan cara adanya pembatalan dan karena adanya pencabutan terhadap hak
perlindungan terhadap varietas tanaman itu sendiri.
A. Berakhirnya Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman
Perlindungan yang diberikan terhadap suatu jenis varietas tanaman tertentu
mempunyai jangka waktu yang berbeda-beda satu sama lain. Peraturan mengenai
perbedaan jangka waktu tersebut juga berbeda-beda di setiap negara. Dalam
peraturan perlindungan terhadap varietas tanaman diatur mengenai pemberian
jangka waktu terhadap varietas tanaman yang meliputi:
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
a. 20 tahun untuk tanaman semusim
b. 25 tahun untuk tanaman tahunan
Varietas tanaman yang telah berakhir jangka waktunya tersebut harus
segera dilaporkan ke Kantor Perlindungan Varietas Tanaman. Kantor Perlindunga
Varietas akan mencatatkan berakhirnya jangka waktu terhadap varietas tanaman
tersebut ke dalam Daftar Umum Perlindungan Varietas Tanaman dan
mengumumkannya ke dalam Berita Resmi Perlindungan Varietas Tanaman.
B. Pembatalan Hak Perlindungan Varietas Tanaman
Pembatalan hak perlindungan terhadap varietas tanaman hanya dapat
dilakukan oleh Kantor PVT, dimana pembatalan ini dilakukan apabila setelah hak
perlindungan terhadap varietas tanaman diberikan kepada pihak pemulia, ternyata:
a. Syarat-syarat kebaruan dan/ atau keunikan tidak dipenuhi pada saat
pemberian hak perlindungan terhadap varietas tanaman
b. Syarat-syarat keseragaman dan/ atau stabilitas tidak dipenuhi pada saat
pemberian hak perlindungan terhadap varietas tanaman
c. Hak perlindungan terhadap varietas tanaman telah diberikan kepada pihak
yang tidak berhak.
Pembatalan hak PVT yang diberikan sebagai akibat dari pemberian hak
PVT kepada pihak yang tidak berhak dilakukan untuk mencegah terjadinya
pembatalan hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang dilakukan secara
aewenang-wenang oleh kantor PVT. Selain hal tersebut di atas, hak perlindungan
terhadap varietas tanaman ini tidak dapat dibatalkan dengan alasan apa pun.
Dengan dibatalkannya hak perlindungan terhadap varietas tanaman, maka semua
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
akibat hukum yang berkaitan dengan Hak PVT akan hapus terhitung sejak tanggal
diberikannya hak PVT, kecuali ditentukan lain dalam putusan Pengadilan Negeri.
Para pihak yang mengalami kerugian akibat adanya putusan pembatalan hak PVT
dapat mengajukan keberatan atas dihapuskannya akibat hukum yang berkaitan
dengan hak PVT tersebut ke pengadilan negeri.
Kantor perlindungan terhadap varietas tanaman (Kantor PVT) akan
mencatat pembatalan hak perlindungan terhadap varietas tanaman dalam Daftar
Umum PVT dan mengumumkannya dalam Berita Resmi PVT.
C. Pencabutan Hak Perlindungan Varietas Tanaman
Pencabutan terhadap hak perlindungan terhadap varietas tanaman
dilakukan oleh Kantor PVT Pencabutan terhadap hak PVT tersebut dapat
dilakukan berdasarkan alasan sebagai berikut:
a. Pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman tidak memenuhi
kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu enam bulan
b. Syarat dan/ atau ciri-ciri dari varietas yang dilindungi sudah berubah aatau
tidak sesuai lagi dengan ketentuan dalam pasal 2 UU No. 25 tahun 2000
c. Pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman tidak mampu
menyediakan dan menyiapkan contoh benih varietas yang telah
mendapatkan hak PVT
d. Pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman tidak menyediakan
benih varietas yang telah mendapatkan hak PVT
e. Pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman mengajukan
permohonan pencabutan hak PVT-nya secara tertulis ke Kantor PVT.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Dengan adanya pencabutan terhadap hak perlindungan terhadap varietas
tanaman ini, maka Hak PVT akan berakhir terhitung sejak tanggal pencabutan hak
tersebut. Kanor perlindungan terhadap varietas tanaman akan mencatat putusan
pencabutan hak PVT dalam Daftar Umum dan mengumumkannya dalam Berita
Resmi PVT. Dalam hal hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang telah
dicabut, apabila pemegang hak perlindungan terhadap varietas tanaman telah
memberikan lisensi maupun lisensi wajib kepada pihak lain dan pemegang lisensi
tersebut telah membayar royalti secara penuh kepada pemegang hak PVT, maka
pemegang hak PVT yang berkewajiban mengembalikan keseluruhan royalti
dengan memperhitungkan sisa jangka waktu penggunaan lisensi maupun lisensi
wajib.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab-bab sebelumnya maka dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman secara umum mengatur mengenai pelaksanaan pemberian
perlindungan hukum terhadap varietas tanaman. Pemberian perlindungan bagi
tanaman dianggap penting guna lebih meningkatkan minat dan peran serta
perorangan maupun badan hukum untuk melakukan kegiatan pemuliaan
tanaman dalam rangka menghasilkan varietas tanaman unggul yang baru yang
secara langsung dapat membangun pertanian yang lebih maju, efisien dan
tangguh. Perlindungan terhadap varietas tanaman merupakan perlindungan
khusus yang diberikan negara melalui kantor perlindungan varietas tanaman
(Kantor PVT) terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia yaitu
orang yang melakukan kegiatan pemuliaan tanaman melalui kegiatan
pemuliaan tanaman. Kegiatan pemuliaan tanaman merupakan rangkaian
kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan
suatu varietas tanaman, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan
varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan.
Perlindungan ini menghasilkan suatu hak khusus untuk menggunakan sendiri
varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau
badan hukum yang lain untuk menggunakannya selama jangka waktu tertentu
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
yang disebut hak perlindungan varietas tanaman (hak PVT). Untuk
memperoleh hak PVT tersebut maka pihak pemulia harus mengajukan
permohonan hak PVT terhadap varietas tanaman yang dihasilkannya.
Pemohon wajib menyampaikan surat permohonan dengan membayar biaya
yang telah ditetapkan, surat permohonan hak PVT harus memuat:
a. tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan
b. nama dan alamat lengkap pemohon
c. nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemulia serta nama ahli waris
yang ditunjuk
d. nama varietas
e. deskripsi varietas yang mencakup asal usul atau silsilah, ciri-ciri morfologi,
dan sifat-sifat penting lainnya
f. gambar dan/ atau foto yang disebut dalam deskripsi, yang diperlukan untuk
memperjelas deskripsinya.
Dalam hal permohonan hak PVT diajukan oleh orang atau badan hukum
selaku Konsultan PVT atau kuasa pemohon harus disertai surat kuasa khusus
dengan mencantumkan nama dan alamat lengkap pemberi kuasa yang berhak
dan ahli waris harus disertai dokumen bukti ahli waris
Dalam hal varietas transgenik, maka deskripsinya harus juga mencakup uraian
mengenai penjelasan molekuler varietas yang bersangkutan dan stabilitas
genetik dari sifat yang diusulkan, sistem reproduksi tetuanya, keberadaan
kerabat liarnya, kandungan senyawa yang dapat mengganggu lingkungan, dan
kesehatan manusia serta cara pemusnahannya apabila terjadi penyimpangan,
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
dengan disertai surat pernyataan aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia
dari instansi yang berwenang.
Berkas permohonan pendaftaran hak PVT hanya dapat diajukan untuk satu
varietas tanaman dimana diajukan oleh pemulia, orang atau badan hukum
yang mempekerjakan pemulia atau yang memesan varietas dari pemulia, ahli
waris dan konsultan PVT. Untuk permohonan hak PVT yang diajukan oleh
pihak pemohon yang tidak bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di
wilayah Indonesia harus diwakilkan melalui konsultan PVT di Indonesia
selaku kuasa. Selaoin permohonan biasa, dapat juga dilakukan permohonan
hak PVT dengan menggunakan hak prioritas dimana harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. diajukan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal penerimaan
pengajuan permohonan hak PVT yang pertama kali di luar Indonesia
b. dilengkapi salinan surat permohonan hak PVT yang pertama kali dan
disahkan oleh pihak yang berwenang di negara yang dimaksud dalam butir a
paling lambat 3 (tiga) bulan
c. dilengkapi salinan sah dokumen permohonan hak PVT yang pertama di luar
negeri
d. dilengkapi salinan sah penolakan hak PVT, apabila hak PVT tersebut
pernah ditolak.
Jika para pemohon hak PVT telah memenuhi persyaratan tersebut, maka
berkas permohonan pendaftaran hak perlindungan varietas tanaman dianggap
diajukan pada tanggal penerimaan berkas permohonan hak PVT oleh kantor
perlindungan hak varietas tanaman dimana segala pembayaran untuk biaya-
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
biaya yang diperlukan telah selesai dilakukan. Untuk tanggal penerimaan surat
permohonan hak perlindungan varietas tanaman adalah tanggal pada saat
kantor perlindungan varietas tanaman menerima surat permohonan hak PVT
yang telah memenuhi syarat-syarat secara lengkap dan tanggal penerimaan
surat permohonan hak perlindungan varietas tanaman akan dicatat dalam
daftar umum PVT oleh kantor perlindungan varietas tanaman. Pada saat
penerimaan permohonan hak PVT terdapat kekurangan terhadap syarat-syarat
pendaftaran, maka kantor PVT akan meminta agar pihak yang mengajukan
permohonan pendaftaran hak PVT untuk melengkapi kekurangan tersebut,
dimana jangka waktu yang diberikan adalah 3 (tiga) bulan terhitung sejak
tanggal pengiriman surat permohonan pemenuhan kekurangan tersebut yang
dikirimkan oleh kantor PVT. Bila dalam jangka waktu yang diberikan, pihak
pemohon belum selesai melengkapinya maka berdasarkan pertimbangan
alasan yang diajukan pihak pemohon dan disetujui oleh kantor PVT, jangka
waktu tersebut dapat diperpanjang kembali paling lama 3 (tiga) bulan
berdasarkan permintaan pihak pemohon hak PVT. Berkas permohonan hak
PVT yang tidak juga dilengkapi meskipun telah mendapat perpanjangan
waktu tidak akan diterima. Kantor PVT akan memberitahukan secara tertulis
kepada pihak pemohon hak PVT bahwa permohonan hak perlindungan
varietas tanaman (hak PVT) yang mereka ajukan dianggap ditarik kembali.
Pada saat pengajuan kembali berkas permohonan hak PVT yang kurang
lengkap tersebut, maka tanggal penerimaannya mengalami perubahan dimana
tanggal penerimaannya bukan lagi tanggal penerimaan berkas permohonan
hak PVT untuk pertama kali, akan tetapi telah mengalami perubahan menjadi
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
tanggal diterimanya pemenuhan kelengkapan terakhir dari kekurangan pada
berkas permohonan hak PVT tersebut oleh kantor PVT.
Setelah mendapatkan tanggal penerimaan, kantor PVT akan melakukan
pemeriksaan terhadap varietas tanaman yang akan dimohonkan hak PVT.
Kantor PVT akan membuat pengumuman mengenai adanya suatu permohonan
untuk mendapatkan hak PVT terhadap suatu jenis varietas tanaman. Adanya
pengumuman ini dinilai sangat penting bila ditinjau dari sisi juridisnya, karena
pengumuman tersebut merupakan syarat bagi lahirnya hak kebendaan sebagai
penerapan asas publisitas. Dalam hal ini, kantor PVT akan mengumumkan
permohonan hak PVT yang sudah memenuhi persyaratan kelengkapan dan
permohonan hak PVT tersebut tidak ditarik kembali oleh pihak pemohon hak
PVT. Pengumuman tersebut akan dilakukan selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT dan 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT dengan hak prioritas.
Pengumuman permohonan hak PVT tersebut akan berlangsung selama 6
(enam) bulan dan dilakukan dengan cara menggunakan atau memanfaatkan
fasilitas untuk pengumuman yang mudah dan jelas sehingga dapat diketahui
dan dimengerti oleh masyarakat dan dengan membuat pengumuman tersebut
dalam berita resmi PVT.
Pengumuman mengenai permohonan hak PVT tersebut akan dicatat oleh
pegawai kantor PVT dalam daftar umum PVT. Pengumuman permohonan hak
PVT tersebut harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. nama dan alamat lengkap pemohon hak PVT atau pemegang kuasa
b. nama dan alamat lengkap pemulia
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
c. tanggal pengajuan permohonan hak PVT atau tanggal, nomor dan negara
tempat permohonan hak PVT yang pertama kali diajukan dalam hal
permohonan hak PVT dengan hak prioritas
d. nama varietas
e.deskripsi varietas
f.deskripsi yang memuat informasi untuk varietas transgenik.
Selama jangka waktu dilakukannya pengumuman permohonan hak PVT,
setiap orang atau badan hukum dapat dengan mudah mendapatkan informasi
yang diperlukan mengenai varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT
tersebut. Setelah melihat dan memperhatikan pengumuman permohonan PVT
tersebut, maka setiap orang ataupun badan hukum yang merasa
berkepentingan, secara tertulis dapat mengajukan pandangan maupun
keberatannya disertai alasan yang jelas mengenai permohonan atas hak PVT
tersebut. Kantor PVT akan mengirimkan salinan surat yang berisi pandangan
maupun keberatan yang diajukan kepada pihak yang mengajukan permohonan
hak PVT. Untuk menanggapinya, pemohon hak PVT berhak mengajukan
secara tertulis sanggahan dan penjelasan terhadap pandangan maupun
keberatan yang diajukan dan mengirimkannya kembali ke kantor PVT.
Pandangan, keberatan, sanggahan, maupun penjelasan yang dikemukakan
dalam masa pengumuman tersebut akan digunakan sebagai tambahan untuk
bahan pertimbangan dalam memutuskan permohonan hak PVT.
Pemohon hak PVT harus mengajukan pemeriksaan substantif atas
permohonan hak PVT, dimana permohonan substantif diajukan secara tertulis
kepada kantor PVT selambat-lambatnya satu bulan setelah masa pengumuman
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
permohonan hak PVT berakhir. Hak perlindungan atas varietas tanaman
merupakan hak yang diberikan negara berdasarkan adanya permohonan dari
pihak yang memerlukan hak PVT sehingga pihak pemohon harus bersikap
aktif termasuk dalam mengajukan permohonan pemeriksaan substantif. Hal ini
mengakibatkan apabila dalam jangka waktu satu bulan setelah berakhirnya
pengumuman, kantor PVT belum menerima permohonan pemeriksaan
substantif dari pihak yang mengajukan hak PVT maka permohonan terhadap
hak PVT dianggap ditarik kembali.
Pemeriksaan substantif yang dilakukan oleh Pemeriksa PVT merupakan
pemeriksaan yang meliputi sifat kebaruan, keunikan, keseragaman, dan
kestabilan dari varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT. Dalam
melakukan pemeriksaan, kantor PVT dapat meminta bantuan tenaga ahli
maupun fasilitas yang diperlukan termasuk memperoleh informasi dari
institusi lain baik dari dalam maupun dari luar negeri. Ketika kantor PVT
menggunakan bantuan tenaga ahli maupun fasilitas dari institusi lainnya,
semua para pihak yang terlibat secara keseluruhan akan terikat dengan
kewajiban untuk menjaga kerahasiaan varietas tanaman dan semua dokumen
permohonan hak PVT termasuk juga merahasiakan penjelasan atau informasi
yang diberikan untuk melengkapinya. Pemeriksaan substantif hanya dapat
dilakukan oleh Pemeriksa PVT, yang merupakan pegawai kantor PVT atau
dapat pula berasal dari instansi pemerintah lainnya yang secara khusus dididik
menjadi tenaga ahli yang memiliki kualifikasi Pemeriksa PVT dan diangkat
untuk tugas tersebut. Oleh karena sifat keahlian dan ruang lingkup
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
pekerjaannya yang bersifat khusus maka jabatan Pemeriksa PVT merupakan
jabatan fungsional.
Pemeriksa PVT melaporkan mengenai ketidakjelasan atau kekurangan
kelengkapan persyaratan yang dianggap penting dari varietas tanaman yang
dimohonkan hak PVT, laporan tersebut akan diberitahukan secara tertulis oleh
kantor PVT kepada pihak yang memohon hak PVT. Pemberitahuan tersebut
harus jelas dan terperinci mencantumkan hal-hal yang dinilai tidak jelas atau
kekurangan kelengkapan yang dinilai penting termasuk juga mengenai jangka
waktu yang diberikan untuk melakukan perbaikan ataupun perubahan.
Ketidakjelasan atau kekurangan kelengkapan yang dinilai penting yang
dimaksud dapat berupa asal usul atau silsilah varietas tanaman yang tidak
jelas, deskripsi yang kurang sesuai atau kurang jelas, maupun mengenai
gambar yang kurang mendukung. Pihak pemohon hak PVT harus segera
memberi tanggapan atas pemberitahuan tersebut, apabila pemohon hak PVT
tidak memberikan penjelasan atau tidak memenuhi kekurangan kelengkapan
termasuk melakukan perbaikan atau perubahan yang diminta maka kantor
PVT berhak menolak permohonan hak PVT tersebut.
Keputusan pemberian atau penolakan terhadap permohonan hak PVT akan
dikeluarkan kantor PVT selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan
terhitung sejak tanggal permohonan pemeriksaan substantif. Akan tetapi bila
waktu pemeriksaan belum selesai dan memerlukan perpanjangan waktu, maka
kantor PVT harus memberitahukan kepada pihak pemohon hak PVT disertai
alasan dan penjelasan mengenai perpanjangan waktu pemeriksaan tersebut.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Laporan Pemeriksa PVT yang menyimpulkan bahwa varietas tanaman yang
dimohonkan hak PVT sesuai dengan ketentuan undang-undang akan
diberitahukan secara resmi oleh kantor PVT kepada pihak pemohon hak PVT.
Pemberitahuan tersebut berisikan persetujuan pemberian hak PVT untuk
varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT, dimana hak PVT yang diberikan
berbentuk sertifikat hak PVT. Hak PVT yang telah diberikan akan dicatat
dalam daftar umum PVT dan diumumkan dalam berita resmi PVT. Salinan
dokumen PVT tersebut dapat diberikan oleh kantor PVT kepada para pihak
yang memerlukan dengan membayar biaya yang telah ditentukan.
Kantor PVT dapat menolak permohonan hak PVT, penolakan dilakukan
setelah mengadakan pemeriksaan oleh Pemeriksa PVT. Laporan Pemeriksa
PVT yang menyimpulkan permohonan hak PVT tidak memenuhi ketentuan
yang ditetapkan dan tidak adanya tanggapan dari pihak pemohon hak PVT
mengenai laporan Pemeriksa PVT tersebut dapat dijadikan dasar penolakan
hak PVT. Kantor PVT memberitahukan secara tertulis penolakan tersebut
kepada pihak pemohon hak PVT dan dengan jelas mencantumkan alasan dan
pertimbangan yang mendasari penolakan tersebut. Penolakan pemberian hak
PVT tersebut akan dicatat dalam daftar umum PVT.
Pihak pemohon hak PVT yang mendapat penolakan dapat mengajukan
permohonan banding kepada Komisi Banding PVT. Komisi Banding PVT
merupakan suatu badan yang secara khusus dibentuk untuk memeriksa
permohonan banding atas penolakan permohonan hak PVT dan memberikan
hasilnya kepada kantor PVT. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi Banding
PVT bekerja secara independen, yang beranggotakan beberapa ahli di bidang
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
yang diperlukan dan Pemeriksa PVT senior yang tidak melakukan
pemeriksaan substantif terhadap varietas tanaman yang dimohonkan hak PVT
tersebut. Dalam Komisi Banding PVT kecuali untuk ketua yang merangkap
anggota, para anggota komisi ini diangkat apabila terdapat permohonan
banding dan mereka bertugas hanya untuk memeriksa permohonan banding
yang bersangkutan. Permohonan banding diajukan terhadap penolakan
permohonan hak PVT yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan
mengenai hal-hal yang bersifat substantif. Permohonan banding tersebut
diajukan secara tertulis oleh pemohon hak PVT atau kuasa hukumnya disertai
uraian secara jelas mengenai keberatan terhadap penolakan permohonan hak
PVT beserta alasan keberatan tersebut. Permohonan banding diajukan
selambat-lambatnya 3 bulan sejak tanggal pengiriman surat penolakan
permohonan hak PVT dengan melampirkan tembusan kepada kantor PVT.
Permohonan banding diajukan tidak untuk memberikan penjelasan maupun
untuk melengkapi permohonan hak PVT yang telah ditolak. Upaya hukum ini
juga tidak dapat dimohonkan untuk penolakan yang disebabkan karena pihak
pemohon hak PVT tidak melakukan perbaikan atau penyempurnaan yang
disarankan kantor PVT selama masa pemeriksaan substantif. Permohonan
banding ini juga tidak dapat dilakukan terhadap permohonan hak PVT yang
telah ditarik kembali oleh pihak pemohon saat pengumuman hasil
pemeriksaan awal sebelum permohonan hak PVT diumumkan. Sedangkan
para pihak pemohon hak PVT yang tidak mengajukan banding terhadap
putusan kantor PVT yang menolak pemberian hak PVT dalam jangka waktu
yang telah ditentukan, akan dinggap menerima penolakan permohonan hak
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
PVT tersebut sehingga keputusan penolakan akan dicatat dalam daftar umum
PVT.
Pemeriksaan yang dilakukan Komisi Banding PVT dilakukan selambat-
lambatnya 3 bulan sejak tanggal penerimaan permohonan banding PVT. Hasil
dari pemeriksaan yang dilakukan Komisi Banding PVT ini bersifat final
dimana pihak pemohon hak PVT tidak dapat meminta peninjauan lebih lanjut
kepada lembaga atau pejabat lainnya, hal ini disebabkan karena penilaian atas
varietas tanaman menyangkut pertimbangan yang bersifat teknis. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan, Komisi Banding PVT dapat mengabulkan
permohonan banding yang diajukan dan mencabut putusan penolakan
pemberian hak PVT yang telah dikeluarkan. Putusan pengabulan permohonan
banding tersebut mewajibkan kantor PVT memberikan sertifikat hak PVT
yang dimohonkan. Apabila setelah melakukan pemeriksaan, Komisi Banding
PVT tetap menolak permohonan banding tersebut maka kantor PVT akan
memberitahukan penolakan tersebut kepada para pihak yang mengajukan
banding.
2. Bagi para pemilik atau pemegang hak PVT akan mendapatkan perlindungan
hukum yang mengakibatkan apabila terjadi pelanggaran terhadap hak yang
mereka miliki maka para pemilik atau pemegang hak PVT tersebut dapat
menuntut melalui jalur hukum pihak yang melakukan pelanggaran.
Perlindungan hukum yang diberikan dapat diperoleh melalui gugatan perdata,
dimana jika suatu hak perlindungan terhadap varietas tanaman diberikan
kepada orang atau badan hukum selain kepada orang atau badan hukum yang
seharusnya berhak atas hak PVT tersebut, maka orang atau badan hukum yang
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
berhak tersebut dapat menuntut ke Pengadilan Negeri. Pemegang hak PVT
atau pemegang lisensi atau pemegang lisensi wajib berhak menuntut ganti rugi
melalui Pengadilan Negeri kepada siapapun yang dengan sengaja dan tanpa
hak melakukan perbuatan penyalahgunaan hak perlindungan terhadap varietas
tanaman yang tidak dimilikinya. Tuntutan ganti rugi yang diajukan tersebut
dapat diterima apabila terbukti bahwa varietas yang digunakan adalah varietas
yang telah mendapatkan hak perlindungan terhadap varietas tanaman (Hak
PVT). Putusan Pengadilan Negeri tentang tuntutan oleh Panitera Pengadilan
Negeri yang bersangkutan segera disampaikan kepada Kantor PVT untuk
selanjutnya dicatat dalam Daftar Umum PVT dan diumumkan dalam Berita
Resmi PVT.
UU Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) juga memuat sanksi pidana
kepada orang yang menggunakan varietas tanaman tanpa seizin pemegang hak
PVT. Kegiatan tersebut meliputi penggunakan varietas dalam kegiatan
memproduksi atau memperbanyak benih, menyiapkan untuk tujuan propagasi,
mengiklankan, menawarkan, menjual atau memperdagangkan, mengekspor,
mengimpor, dan mencadangkan untuk keperluan. Pelanggaran tersebut dapat
dipidana dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun dan denda paling
banyak Rp 2.500.000.000,00.
Seorang Konsultan PVT yang menjadi kuasa dari pihak pemulia yang
memohon hak PVT yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban yaitu
mendaftarkan varietas tanaman yang dikuasakan kepadanya oleh pihak
pemulia ke kantor perlindungan varietas tanaman, tidak menjaga kerahasiaan
varietas tanaman dan seluruh dokumen permohonan hak PVT sampai dengan
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
tanggal diumumkannya permohonan hak PVT yang bersangkutan dan
terhitung sejak tanggal penerimaan surat permohonan hak PVT dapat dikenai
sanksi pidana, demikian juga pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai di
lingkungan kantor perlindungan varietas tanaman dimana seluruh pegawai
berkewajiban menjaga kerahasiaan varietas dan seluruh dokumen permohonan
hak PVT sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan hak PVT yang
bersangkutan, dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00.
Jika terdapat pihak yang terbukti secara hukum dengan sengaja melakukan
pelanggaran penggunaan varietas tanaman yang dilindungi tanpa adanya izin
dari pemegang hak PVT, dimana penggunaan varietas tanaman tersebut
digunakan untuk tujuan komersial yaitu untuk mendatangkan keuntungan
untuk dirinya sendiri, dapat dikenakan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan dapat didenda paling banyak Rp 1.000.000.00,00. Pegawai kantor
PVT yang bertugas sebagai Pemeriksa PVT dalam proses pemeriksaan
substantif atau pihak manapun yang terlibat dalam proses permohonan hak
PVT wajib merahasiakan varietas tanaman yang diperiksanya dan bila terjadi
pelanggaran maka dapat dikenakan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan
dapat didenda paling banyak Rp 1.000.000.00,00.
Penuntutan secara pidana tersebut dilakukan melalui Pengadilan Negeri. Hak
untuk melakukan penuntutan diberlakukan sejak tanggal diberikannya
sertifikat hak PVT yang dikeluarkan kantor PVT kepada pihak yang
berwenang atas kepemilikan hak PVT tersebut. Pengadilan negeri akan
mengambil putusan berdasarkan bukti-bukti yang sah dan meyakinkan,
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
salinan putusan atas tuntutan yang dilakukan para pihak mengenai hak PVT
tersebut akan disampaikan oleh panitera pengadilan negeri kepada kantor PVT
yang akan mencatat dalam daftar umum PVT dan diumumkan dalam berita
resmi PVT.
3. Hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang diberikan oleh Kantor PVT
kepada para pihak yang memohon hak PVT tersebut mempunyai jangka waktu
yang terbatas. Hak PVT tersebut dapat berakhir disebabkan karena telah
berakhirnya jangka waktu perlindungan hukum varietas tanaman yang
diberikan, adanya pembatalan terhadap hak perlindungan varietas tanaman
yang diberikan, dan juga dapat disebabkan karena adanya pencabutan dari hak
perlindungan terhadap varietas tanaman yang telah diberikan tersebut.
B. Saran
h. Kebijakan pemberian perlindungan hukum yang diberikan terhadap
kegiatan pemuliaan tanaman yang dilakukan pihak pemulia guna
menghasilkan varietas tanaman belum banyak dipahami oleh masyarakat luas,
khususnya para petani maupun badan usaha yang berproduksi menghasilkan
benih tanaman. Sehingga pemerintah melalui kantor PVT diharapkan dapat
mensosialisasikan ketentuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000,
terutama mengenai prosedur pendaftaran atau permohonan untuk
mendapatkan hak perlindungan varietas tanaman (hak PVT) yang dianggap
merepotkan dan memakan banyak waktu dan biaya. Pemerintah sebaiknya
dapat mempermudah prosedur yang harus ditempuh sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak pemohon hak
PVT. Perlindungan hukum yang diperoleh tersebut sangat membantu para
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
petani yang umumnya merupakan petani miskin, sehingga mereka dapat
bekerja menghasilkan varietas-varietas tanaman baru yang bersifat unggul
tanpa merasa takut hasil kerja keras mereka dipergunakan dengan bebas oleh
semua pihak.
2. Kurangnya pemahaman terhadap Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 oleh
para penegak hukum mengakibatkan adanya anggapan kurang efisiennya UU
tersebut dibentuk. Oleh karena itu pemerintah diharapkan dapat mengadakan
suatu pelatihan khusus bagi para aparat penegak hukum, baik di di lingkungan
penyidik, di lingkungan kejaksaan (bagi penuntut umum), maupun bagi hakim
yang berhak memberi keputusan di pengadilan negeri.
3. Perlu adanya perealisasian perlindungan hukum yang diberikan terhadap
varietas tanaman baik itu varietas tanaman yang dimiliki hak PVT maupun
varietas lokal yang dimiliki masyarakat umum. Perealisasian dapat dilakukan
dengan mengamplikasikan ketentuan-ketentuan hukum dalam UU No. 29
Tahun 2000 baik ketentuan perdata maupun pidananya dalam setiap kasus-
kasus pelanggaran terhadap hak perlindungan tanaman (hak PVT) yang
muncul di masyarakat. Hal tersebut dapat dijadikan upaya pencegahan yang
efektif karena sanksi hukum yang diberikan cukup berat, sehingga di masa
mendatang pelanggaran terhadap hak PVT yang dilakukan berbagai pihak
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri tidak terjadi lagi.
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F, Dasar- Dasar Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Andalas,
Padang, 1990
Badrulzaman, Mariam Darus, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, BPHN-
Alumni, Bandung, 1997
Baihaki, Achmad, “Meningkatkan dan Mengembangkan Partisipasi Industri
Perbenihan dalam Pembangunan Pertanian Melalui Pembentukan
Breeder’s Rights”, Makalah Seminar Berkala Program studi Pemuliaan
Tanaman jurusan Budidaya Tanaman, FAPERTA UNPAD, Bandung, 16
Maret 1998
Dwidjoseputro, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT. Gramedia, Jakarta, 1983
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, 1995
Dahlan, dan Sanusi Bintang, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2000
Djubaedillah, R., Muhammad Djumhana, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori
dan Praktiknya di Indonesia), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997
Djumhana, Muhammad, Hukum dalam Perkembangan Bioteknologi, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1995
--------------------- , Hak Kekayaan Intelektual Teori dan Praktek, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1999
Glowka, Lyle, A Guide to The Convention on Biological Diversity, Environmental
Poolicy and Law Paper No. 30, IIUUCN-The World Conservation Union,
1994
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Hamzah, Andi, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986
Hartono, Sunaryati, “Aspek Globalisasi Perdagangan Internasional dan Regional
yang Berkaitan dan Berpengaruh Pada Masalah Pangan dan Pertanian di
Indonesia”, Majalah Hukum Nasional Volume 02 Tahun 1997
Husein, Syahruddin, Pengantar Ilmu Hukum, Kelompok Studi Hukum dan
Masyarakat Hukum USU, Medan, 1998
Jumin, Hasan Basri, Dasar- Dasar Agronomi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
1994
Karama, Syarifudin, “Fenomena Hasil Pelepasan Varietas, Kesiapan Industri
Perbenihan dan Dampaknya Pada Konservasi Plasma Nutfah Oleh Para
Petani”, Simposium Nasional Pengelolaan Plasma Nutfah dan Pemuliaan
Tanaman, Bogor, 22-23 Agustus 2000
Krisnawati, Andriana, Perlindungan Hukum Varietas Baru Tanaman, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004
Louhghlan, Patricia, Intellectual Property: Creative and Marketing Rights, LBC
Information Service, Australia, 1998
Makmur, Amrin, Pengantar Pemuliaan Tanaman, PT. Rineka Cipta, Jakarta,
1992
Mangunwidjaja, Djumali, Pengantar Teknologi Peertanian, PT. Penebar
Swadaya, Jakarta, 2005
Maulana, Insan Budi, Pelangi HaKI dan Anti Monopoli, PSH FH UII,
Yogyakarta, 2000
Putra, Ida Bagus Wyasa, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional dan
Transaksi Bisnis Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2000
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Priapantja, Cita Citrawinda, Perlindungan dan Penyelesaian Sengketa Obat
Tradisional, Pangan, dan Kerajinan Indonesia, Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran, Bandung, 2001
-------------------------, Hak Kekayaan Intelektual; Tantangan Masa Depan, Badan
Penerbit FH.UI, Jakarta, 2003
Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem
Budidaya Tanaman
Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 44 Tahun 1995 Tentang Perbenihan
Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Perlindungan Varietas Tanaman
Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten
Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2004 Tentang Penamaan,
Pendaftaran, Dan Penggunaan Varietas Asal Untuk Pembuatan Varietas
Turunan Esensial
Redaksi, Indonesia Perlu Perhatikan Hak Milik Intelektual, Kompas, Jakarta, 19
Februari 1996, diakses dari www.kompas.co.id tanggal 28 September
2008
Riswandi, Budi Agus, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Saidin, OK., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2006
Setyowati, Krisnani, “Pokok- Pokok Peraturan Perlindungan Varietas Tanaman”,
disampaikan pada Training of the Trainer Pengelola Gugus Hak Kekayaan
Intelektual, Jakarta, 24- 27 September 2001
Novia Ujianty Silitonga : Perlindungan Hukum Terhadap Varietas Tanaman, 2008. USU Repository © 2009
Sembiring, Sentosa, Hak Kekayaan Intelektual; Dalam Berbagai Peraturan
Perundang-undangan, CV. Yrama Widya, Bandung, 2006
Steward, and McKeough, Intellectual Property in Australia, Butterworths,
Australia, 1997
Suryodiningrat, Aneka Hak Milik Perindustrian dan Hak Paten, Tarsito, Bandung,
1994
Syahrani, Riduan, Intisari Rangkuman Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1989
Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Alumni, Bandung
2002
www.google.co.id “Teknologi Rekayasa Genetik”, diakses pada tanggal 28
September 2008
www.google.com “Penyelamatan Ekonomi dengan Swasembada Pangan”, diakses
pada tanggal 28 September 2008
www.google.com “Dipidanakan, Petani Benih Mengadu Ke Komisi Yudisial ”,
diakses pada tanggal 28 September 2008
www.kompas.com “Shiseido Batalkan Paten Rempah Indonesia”, 26 Maret 2002,
diakses tanggal 22 Agustus 2008