Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik...

24
205 Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi Darman M. Arsyad, M. Muchlish Adie, dan H. Kuswantoro Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang PENDAHULUAN Penggunaan varietas unggul atau varietas yang sesuai pada lingkungan (agroekologi) setempat merupakan salah satu syarat penting dalam suatu usahatani. Di samping itu, varietas unggul merupakan teknologi yang diminati dan mudah diadopsi petani. Sejarah pemuliaan (perakitan) varietas kedelai di Indonesia dimulai dengan dilepasnya enam varietas pada periode 1918- 1938, dua varietas pada tahun 1965 dan sejak tahun 1974-2006 telah dilepas 49 varietas kedelai. Hingga tahun 1980-an, perakitan varietas kedelai secara umum bertujuan untuk menghasilkan varietas dengan daya hasil tinggi dan beradaptasi luas (sesuai untuk berbagai agroekologi). Sejak 1990-an program perakitan varietas kedelai mulai diarahkan untuk beradaptasi lebih spesifik. Kondisi lingkungan (tanah, iklim) di Indonesia sangat beragam dan pada pengujian-pengujian galur/varietas sering ditemukan interaksi galur/varietas x lingkungan (peringkat galur/varietas berubah dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain), sehingga sukar mendapatkan varietas-varietas yang beradaptasi luas (sesuai untuk berbagai agroekologi seperti lahan sawah, lahan kering, lahan rawa pasang surut dan sebagainya). Program perakitan varietas unggul kedelai saat ini dan ke depan lebih diarahkan untuk menghasilkan varietas yang beradaptasi spesifik agroekosistem seperti lahan sawah (irigasi, tadah hujan), lahan kering (masam dan bukan masam), lahan rawa/lebak/gambut, dan sebagainya. Di samping sifat adaptasi dan potensi hasil, sifat-sifat lain seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu, toleransi terhadap cekaman abiotik (kekeringan, keracunan/kahat hara tertentu, suhu atau radiasi surya suboptimal), dan mutu hasil (biji) juga menjadi kriteria seleksi dalam proses perakitan varietas baru sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di masing-masing target agroekologi. PROGRAM PERAKITAN VARIETAS UNGGUL Tanaman kedelai umumnya dibudidayakan di lahan sawah pada musim kemarau dan di lahan kering pada musim hujan. Di lahan sawah irigasi terbatas atau lahan sawah tadah hujan, kedelai ditanam setelah panen padi

Transcript of Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik...

Page 1: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

205Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

Perakitan Varietas Unggul KedelaiSpesifik Agroekologi

Darman M. Arsyad, M. Muchlish Adie, dan H. KuswantoroBalai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang

PENDAHULUAN

Penggunaan varietas unggul atau varietas yang sesuai pada lingkungan(agroekologi) setempat merupakan salah satu syarat penting dalam suatuusahatani. Di samping itu, varietas unggul merupakan teknologi yang diminatidan mudah diadopsi petani. Sejarah pemuliaan (perakitan) varietas kedelaidi Indonesia dimulai dengan dilepasnya enam varietas pada periode 1918-1938, dua varietas pada tahun 1965 dan sejak tahun 1974-2006 telah dilepas49 varietas kedelai. Hingga tahun 1980-an, perakitan varietas kedelai secaraumum bertujuan untuk menghasilkan varietas dengan daya hasil tinggi danberadaptasi luas (sesuai untuk berbagai agroekologi).

Sejak 1990-an program perakitan varietas kedelai mulai diarahkan untukberadaptasi lebih spesifik. Kondisi lingkungan (tanah, iklim) di Indonesiasangat beragam dan pada pengujian-pengujian galur/varietas seringditemukan interaksi galur/varietas x lingkungan (peringkat galur/varietasberubah dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain), sehingga sukarmendapatkan varietas-varietas yang beradaptasi luas (sesuai untuk berbagaiagroekologi seperti lahan sawah, lahan kering, lahan rawa pasang surutdan sebagainya). Program perakitan varietas unggul kedelai saat ini dan kedepan lebih diarahkan untuk menghasilkan varietas yang beradaptasispesifik agroekosistem seperti lahan sawah (irigasi, tadah hujan), lahankering (masam dan bukan masam), lahan rawa/lebak/gambut, dansebagainya. Di samping sifat adaptasi dan potensi hasil, sifat-sifat lain sepertiketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu, toleransi terhadapcekaman abiotik (kekeringan, keracunan/kahat hara tertentu, suhu atauradiasi surya suboptimal), dan mutu hasil (biji) juga menjadi kriteria seleksidalam proses perakitan varietas baru sesuai dengan permasalahan yangdihadapi di masing-masing target agroekologi.

PROGRAM PERAKITAN VARIETAS UNGGUL

Tanaman kedelai umumnya dibudidayakan di lahan sawah pada musimkemarau dan di lahan kering pada musim hujan. Di lahan sawah irigasiterbatas atau lahan sawah tadah hujan, kedelai ditanam setelah panen padi

Page 2: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

206 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

pertama (Musim Kemarau I/MK I: Maret/April) dalam pola tanam padi-kedelai-kedelai dan padi-kedelai-palawija. Di lahan sawah irigasi, kedelaiditanam setelah panen padi kedua (Musim Kemarau II/MK II: Juli/Agustus)dalam pola tanam padi-padi-kedelai.

Teknik budi daya kedelai di Indonesia masih tergolong konvensional(belum intensif). Tanaman kedelai masih dianggap sebagai tanaman kedua(bukan tanaman utama, secondary crop). Permasalahan yang dihadapidalam budi daya kedelai di lahan sawah antara lain adalah penggunaanbenih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas unggul), lahantidak diolah atau hanya diolah minimal, lahan kurang subur, kelebihan air(MK I) atau kekeringan (MK II), gangguan gulma, hama dan penyakit.

Di lahan kering, kedelai ditanam pada musim hujan I (MH I: Oktober/Nopember) dalam pola tanam kedelai-padi gogo, kedelai-padi gogo-palawija, kedelai-palawija-palawija atau kedelai-palawija. Di samping itu,kedelai juga ditanam pada musim hujan II (MH II: Februari/Maret) dalampola tanam padi gogo-kedelai, kedelai-kedelai, atau palawija-kedelai.Permasalahan yang dihadapi dalam budi daya kedelai di lahan kering antaralain adalah lahan yang kurang subur, kekeringan karena curah hujan tidakmenentu, benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietasunggul), gangguan gulma, hama dan penyakit tanaman.

Tanaman kedelai dikenal sebagai tanaman yang banyak mengalamigangguan hama dan penyakit. Sejak berkecambah hingga panen, tanamanmendapat gangguan hama seperti hama lalat kacang (O. phaseoli), ulatdaun (ulat grayak: S. litura), pengisap polong (R. linearis, N. Viridula), danpenggerek polong (E. zinckenella). Penyakit yang sering terdapat padatanaman kedelai adalah karat daun (P. pachyrhizi) dan virus (SMV, SSV).Secara umum, tanaman kedelai di lahan sawah pada MK I mengalamigangguan hama dan penyakit relatif sedikit, sedangkan pada MK II tanamankedelai lebih banyak mengalami gangguan hama seperti ulat daun danpenggerek polong. Gangguan penyakit tanaman juga relatif banyak padaMK II dibandingkan dengan MK I. Di lahan kering pada MH I, tanaman kedelaimengalami banyak gangguan hama tanaman seperti lalat kacang, ulat daun,dan pengisap polong dan gangguan penyakit seperti karat daun dan virus.Pada MH II, tanaman kedelai mengalami gangguan hama dan penyakit yanglebih banyak dibandingkan dengan MH I, seperti lalat kacang, ulat daun,pengisap dan penggerek polong penyakit karat daun dan virus.

Strategi perakitan varietas diarahkan untuk menghasilkan varietas baruguna meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Strategi perakitanvarietas ditujukan untuk mengatasi permasalahan atau hambatan produksipada agroekosistem yang bersangkutan, yang meliputi permasalahanbiologis dan non biologis (fisik), peluang keberhasilan, dan kemungkinan

Page 3: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

207Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

pengembangan di masa mendatang. Faktor-faktor yang menjadi dasarpertimbangan perakitan varietas unggul kedelai adalah: (a) spesifikagroekosistem, sistem produksi atau pola usahatani setempat, (b) di sampingberproduktivitas (potensi hasil) tinggi, kualitas hasil (produk) juga sesuaidengan kebutuhan dan preferensi pengguna, (c) stabilitas hasil tinggi (tahanhama-penyakit utama, toleran kekeringan dan keracunan hara), (d) memilikikemampuan aktivitas fotosintesis yang tinggi, efisien dalam pemanfaatanhara, air, karbondioksida, radiasi surya, dan indeks panen yang tinggi, (e)varietas (kedelai) yang akan dikembangkan ke lahan sawah irigasi dalampola tanam padi-padi-kedelai memiliki umur genjah (kurang dari 75 hari),(f) pengembangan ke lahan sawah tadah hujan dan lahan kering, dalampola tanam padi-palawija-palawija, umur genjah bukan syarat utama, tetapidapat dikembangkan varietas berumur sedang dengan daya hasil tinggi, (g)pengembangan kedelai di masa mendatang lebih diarahkan ke luar Jawa,seperti Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua, dan Kalimantan padaagroekologi lahan kering beriklim basah, lahan kering beriklim kering, danlahan sawah tadah hujan.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan strategi yang telahdikemukakan, maka program perakitan varietas kedelai dapatdikelompokkan sebagai berikut:

1. Pengembangan varietas-varietas yang beradaptasi baik atau responsifterhadap lingkungan yang lebih baik/subur, umur genjah (kurang dari80 hari), tahan hama, penggerek polong, pengisap polong, ulat daun,tahan penyakit karat daun dan virus, sifat agronomis baik (batang kokoh/tidak mudah rebah, tipe determinate/semideterminate, polong tidakmudah pecah) biji agak besar hingga besar, dan penampilan/mutu bijiyang baik). Tipe tanaman ideal (plant-ideotipe) yang berdaya hasil tinggidan dianggap sesuai adalah memilki umur berbunga 35-37 hari, umurmasak 76-80 hari, tipe tumbuh determinate, tinggi tanaman 60-70 cm,percabangan cukup banyak (4-5 cabang), daun berukuran sedang(seperti Wilis) dan berwarna hijau, batang kokoh (tidak mudah rebah),polong tidak mudah pecah pada cuaca panas, biji besar (14 g/100 biji),bulat, dan berwarna kuning. Tipe tanaman tersebut lebih sesuai untuklahan sawah irigasi.

2. Pengembangan varietas-varietas yang beradaptasi baik pada kondisikekurangan air (kekeringan), umur tanaman tergolong sedang, tahanhama dan penyakit utama, sifat agronomis baik, dan mutu biji baik. Tipetanaman ideal (plant-ideotipe) yang berdaya hasil tinggi dan dianggapsesuai adalah memiliki umur berbunga 38-40 hari, umur masak 86-90hari, tipe tumbuh semi-determinate, tinggi tanaman 70-80 cm,percabangan banyak (5-6 cabang), daun berukuran sedang (sepertiWilis) dan berwarna hijau, batang kokoh (tidak rebah), polong tidak

Page 4: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

208 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

mudah pecah pada cuaca panas, biji agak besar (13 g/100 biji), bulat,dan berwarna kuning. Tipe tanaman tersebut lebih sesuai untuk lahansawah tadah hujan.

3. Pengembangan varietas-varietas yang beradaptasi baik pada lahan yangkurang subur (kandungan hara makro rendah), misalnya lahan masamdengan kandungan aluminium dan mangan tinggi, umur sedang, tahanhama dan penyakit utama, sifat agronomis baik, dan mutu biji yangbaik. Tipe tanaman ideal (plant-ideotipe) yang berdaya hasil tinggi dandianggap sesuai adalah memiliki umur berbunga 40-45 hari, umur masak90-95 hari, tipe tumbuh semi-determinate, tinggi tanaman 80-100 cm,percabangan banyak (5-6 cabang), daun berukuran sedang (sepertiWilis) dan berwarna hijau, batang kokoh (tidak rebah), polong tidakmudah pecah pada cuaca panas, biji berukuran sedang (12 g/100 biji),bulat, dan berwarna kuning. Tipe tanaman tersebut lebih sesuai di lahankering, lebak, dan gambut.Untuk memulai program pemuliaan tanaman diperlukan beberapa

asumsi (Devine 1982). Pertama, identifikasi masalah yang menjadi sasaranpengembangan varietas baru. Kedua, masalah yang dihadapi cukup seriusdan layak sebagai pokok kegiatan sehingga hasil yang akan diperolehmemberikan dampak yang berarti. Ketiga, masalah yang dihadapi tersebuttidak dapat atau sukar diatasi dengan cara yang lain. Keempat, pendekatanmelalui perbaikan atau pemanfaatan potensi genetik layak dilakukan. Asumsikeempat harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: (a) teknik untukmenilai tanggapan tanaman terhadap kondisi lingkungan tertentu sudahada (tersedia), (b) terdapat keragaman genetik (genetic variability) untuksifat-sifat yang diperlukan, baik dalam spesies budi daya ataupun spesiesliar, (c) sifat yang diperlukan tersebut dapat diwariskan (heritable), dan (d)perbaikan (kemajuan genetik) yang diharapkan bernilai aplikatif.

Perakitan varietas unggul untuk sifat tertentu lebih mudah dicapai, tetapisifat-sifat lain juga perlu diperhatikan (Lewis and Christiansen 1981). Namun,apabila terlalu banyak sifat yang diperhatikan, tujuan yang hendak dicapaimemerlukan waktu yang lebih lama. Tujuan perakitan varietas unggul adalahuntuk mengoptimalkan investasi dan memberikan keuntungan ekonomisyang maksimal.

Dalam upaya percepatan perakitan varietas unggul kedelai di Indonesia,Sumarno (1996) menyarankan beberapa hal: (a) program perakitan varietasyang diarahkan untuk adaptasi spesifik agroekologi akan lebih efektif danefisien, karena beragamnya agroekologi seperti lahan sawah irigasi, lahansawah tadah hujan, lahan kering beriklim basah, lahan kering beriklim kering,lahan gambut, dan rawa pasang surut, (b) lebih banyak menggunakanvarietas-varietas lokal yang sudah beradaptasi baik di lingkungan setempat,(c) pengembangan program perakitan varietas secara ulang-alik (shuttle

Page 5: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

209Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

breeding) di daerah-daerah yang relatif jauh dari Balai Penelitian TanamanKacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang, (d) pengembangansistem katalog nasional untuk plasma nutfah kedelai, (e) evaluasi danrejuvenasi plasma nutfah secara intensif, (f) bekerjasama dengan plantpathologist dalam melakukan skrining plasma nutfah untuk ketahananterhadap penyakit utama seperti karat daun, frog eye leaf spot, Xanthomonasleaf blight, bacterial pustule, anthracnose, viruses, seedling rot, dan pod rot,(g) bekerjasama dengan entomologist dalam melakukan skrining plasmanutfah untuk ketahanan terhadap hama utama seperti lalat kacang,pemakan daun, pengisap dan penggerek polong, (h) bekerjasama denganplant physiologist untuk mengidentifikasi genotipe yang lebih efisienmenggunakan input, termasuk tipe tanaman ideal (plant ideotype), indekspanen tinggi, laju pertumbuhan dan assimilasi tinggi, dan (i) menyediakansebanyak mungkin tetua untuk digunakan dalam program perakitanvarietas, termasuk introduksi dari luar negeri.

Beberapa informasi tentang sumber-sumber gen (sifat) yang diperlukandalam program perakitan varietas unggul kedelai, seperti potensi dankomponen hasil tinggi, ketahanan terhadap hama penyakit tanaman, dantoleransi terhadap cekaman lingkungan abiotik dapat dilihat pada Lampiran1, 2, 3, dan 4.

TEKNIK PERAKITAN VARIETAS

Pada awal kegiatan pemuliaan tanaman, seleksi dilakukan terhadap varietas-varietas lokal dan varietas introduksi, di mana terdapat keragaman(perbedaan) genetik di antara individu-individu di dalam perbendaharaanplasma nutfah yang ada. Metode yang lazim digunakan adalah seleksi galuratau seleksi massa. Apabila hal ini telah dilakukan, maka selanjutnyapembentukan bahan yang akan diseleksi (populasi pemuliaan) melaluipersilangan buatan (artificial hybridization) antara individu-individu yangberbeda sifat-sifatnya. Bahan pemuliaan yang diperoleh melalui persilanganditangani (diseleksi) dengan beberapa metode, yaitu pedigree (silsilah), bulk,single seed descent (penurunan satu biji), dan silang balik (backcross).

Seleksi Galur

Varietas lokal yang ditanam dalam jangka waktu yang lama kemungkinanmenimbulkan keragaman genetik (populasi yang heterogen). Seleksi galur(individu) dapat dilakukan apabila di dalam suatu varietas/populasi lokalatau introduksi tersebut terdapat individu yang memiliki sifat-sifat (keragaan)seperti yang diinginkan. Individu-individu pilihan dikembangkan dan diuji

Page 6: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

210 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

lebih lanjut sehingga diperoleh galur-galur homozigot (seragam) harapansebagai calon varietas baru. Varietas kedelai yang dikembangkan denganmetode ini antara lain adalah Argomulyo, Bromo, Burangrang, Anjasmoro,dan Mahameru.

Seleksi Massa

Seleksi terhadap suatu varietas/populasi dilakukan dengan memilih individu-individu yang diinginkan, dan individu-individu pilihan tersebutmenunjukkan kesamaan sifat. Individu-individu pilihan yang seragamtersebut digabung untuk membentuk suatu varietas baru. Metode ini sudahjarang digunakan saat ini.

Pembentukan Populasi Dasar dan Pemilihan Tetua

Pembentukan populasi dasar yang memiliki keragaman genetik yang cukuptinggi merupakan langkah awal dalam proses perakitan varietas baru.Pembentukan populasi ditempuh melalui persilangan buatan tetua-tetuayang berbeda latar belakang genetiknya atau melalui program mutasi.Persilangan buatan bertujuan di samping menimbulkan keragaman genetikbaru, juga menggabungkan sifat-sifat baik yang diinginkan dari kedua tetuake dalam suatu genotipe/varietas baru. Penggabungan sifat-sifat baiktersebut, misalnya berasal dari dua tetua (T1 x T2), disebut dengan silangtunggal.

Silang tunggal (single-cross), bertujuan untuk menggabungkan sifatdaya hasil tinggi dan umur pendek, daya hasil tinggi dan tahan penyakit/hama tertentu, daya hasil tinggi dan toleran kekeringan, daya hasil tinggidan toleran terhadap keracunan aluminium, daya hasil tinggi dan tolerannaungan, daya hasil tinggi dan kandungan protein biji tinggi, dan sebagainya.

Silang tiga tetua (threeway-cross), (T1 x T2) x T3, biasanya dilakukanapabila tetua T1 memiliki suatu karakter baik tetapi memiliki sifat lain yangkurang baik kalau dibentuk melalui silang tunggal. Tetua T2 dan T3 memilikisifat-sifat baik, tetapi tidak memiliki sifat baik yang dimiliki oleh T1. Sebagaicontoh, kedelai berbiji besar lebih disukai untuk produk tertentu (susukedelai/tempe), tetapi pangsa pasarnya relatif kecil dibandingkan dengankedelai yang diproses untuk produk lain (tahu, minyak/protein) yang tidakharus berbiji besar. Sementara itu, varietas yang ditanam petani berbiji kecildan memberikan hasil 15% lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai berbijibesar. Dalam situasi demikian, disarankan membuat persilangan hasil tinggi-biji kecil (T1) dengan biji besar-hasil rendah (T2), dan F1 disilangkan dengantetua T3 (biji besar).

Page 7: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

211Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

Silang balik (back-cross), (T1 x T2) x T2, di mana F1 disilangkan denganT2, silang balik dilakukan satu kali atau lebih. Sebagai contoh, T1 adalahtetua hasil tinggi-biji kecil, sedangkan T2 adalah berbiji besar. Silang ganda(double-cross) menggunakan empat tetua dengan kombinasi (T1 x T2) x(T3 x T4) atau {(T1 x T2) x T3} x T4. Silang kompleks (multiple-cross)menggunakan lebih dari empat tetua, digunakan dalam program seleksiberulang (recurrent selection). Penggunaan silang kompleks ditujukan untukperbaikan sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen (multiplegenes) dan setiap gen memiliki efek yang kecil. Situasi yang diinginkan adalahdi mana alel yang baik untuk setiap lokus yang mengontrol sifat yangdimaksud akan terdapat (menyatu) di dalam suatu galur (segregate).Implementasi silang kompleks dalam perakitan varietas unggul didasarkanoleh pertimbangan: (a) kebutuhan banyak tetua dalam populasi yang akandibentuk, (b) jumlah tetua yang digunakan, (c) kontribusi genetik setiaptetua ke dalam populasi yang dibentuk, dan (d) ketersediaan waktu untukmembentuk populasi (Fehr 1983).

Sumber gen sifat-sifat penting yang diinginkan dalam program pemuliaanperlu diidentifikasi dari koleksi plasma nutfah yang dimiliki atau diperolehmelalui pertukaran plasma nutfah dengan pemulia lain. Metode evaluasiatau metode skrining yang dapat dipercaya (reliable) untuk mengidentifikasisumber gen sifat-sifat yang diinginkan perlu dikuasai. Prinsip-prinsiprancangan percobaan perlu diperhatikan sehingga hasil yang diperolehbenar-benar meyakinkan. Untuk penilaian tanggap tanaman terhadapkondisi lingkungan yang diinginkan, misalnya terhadap cekaman biotik dannon biotik tertentu, evaluasi/pengujian dilakukan dalam lintas waktu(musim) dan tempat (lokasi). Pada umumnya sukar memperoleh suatugenotipe yang sudah ideal. Suatu genotipe mungkin memiliki satu atau duasifat unggul saja, namun memiliki kelemahan dalam sifat-sifat lainnya.

Metode Penggaluran dan Seleksi

Populasi yang berasal dari persilangan memiliki keragaman genetik danproporsi (frekuensi) genotipe heterozigot terbesar pada generasi F2, danpada generasi-generasi selanjutnya proporsi genotipe heterozigot akanberkurang 50% untuk setiap generasi selfing. Proporsi heterozigot padagenerasi ke-n adalah (1/2)n dan proporsi homozigot adalah 1-(1/2)n, di manauntuk F2, n=1. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu generasikeberapa seleksi dilakukan dan bagaimana metode penggaluran(inbreeding) yang digunakan. Perbedaan metode yang digunakanmerefleksikan perbedaan dari berbagai alternatif yang tersedia.Pengembangan varietas baru dari tanaman menyerbuk sendiri adalahmelalui seleksi individu tanaman, mengevaluasi keturunannya (progeny)

Page 8: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

212 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

sebagai galur (breeding line), dan melepas galur yang superior sebagaivarietas baru. Seleksi individu tersebut dapat dilakukan pada generasi palingawal (F2) atau pada generasi yang sudah lanjut (F11). Pada generasi keberapa suatu varietas akan diekstrak bergantung kepada tingkathomogenitas yang diinginkan, jumlah generasi yang diperlukan untukmemperoleh jumlah dan tingkat homogenitas yang diperlukan, dan waktuyang diperlukan untuk menghasilkan varietas baru. Tingkat homogenitasvarietas yang diinginkan ditentukan oleh pemulia, pengawas sertifikasi benih,petani, dan konsumen. Pemulia harus yakin bahwa susunan genetik (geneticmake-up) varietas tidak akan berubah setelah beberapa generasi. Galuryang berasal dari generasi awal mungkin akan mengalami perubahan setelahbeberapa generasi sebagai akibat segregasi genetik. Untuk meminimalkanperubahan genetik di dalam suatu varietas dapat dilakukan denganmembuang galur/individu yang menunjukkan heterogenitas sifat yangmempengaruhi daya kompetisi, seperti variabilitas dalam tinggi tanamandan umur tanaman.

Metode dasar penggaluran (seleksi) dari populasi yang berasal daripersilangan adalah pedigree, bulk, single seed descent, early generationtesting, dan seleksi massa (Fehr 1982). Prosedur masing-masing metodeseleksi dapat dilihat pada Tabel 1. Metode seleksi yang dipilih sangatditentukan oleh berapa lama waktu yang diinginkan pemulia untukmenghasilkan varietas baru. Waktu dan lingkungan pengujian yang tersediaakan mempengaruhi jumlah generasi penggaluran yang akan dilakukan.Tersedianya lingkungan pengujian yang sesuai dan dapat diulangi akanmempengaruhi metode seleksi yang akan digunakan. Metode pedigree danseleksi massa tanpa rekombinasi hanya dapat digunakan di lingkungandimana seleksi untuk karakter yang diinginkan dapat dilakukan. Metodebulk kurang sesuai pada lingkungan di mana seleksi alam hanya lebihmenguntungkan bagi genotipe-genotipe yang tidak diinginkan. Metode earlygeneration testing harus dilakukan di lingkungan di mana karakter dapatdiukur secara tepat. Metode single seed descent dapat digunakan padaberbagai kondisi lingkungan tanpa mengindahkan kesesuaiannya denganseleksi buatan atau seleksi alam. Pemulia perlu menggunakan berbagaivariasi metode penggaluran sesuai dengan kondisi lingkungan yang tersedia.Keunggulan dan kelemahan metode seleksi yang ada disajikan pada Tabel 2.

Page 9: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

213Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

Tabel 1. Prosedur berbagai metode penggaluran pada tanaman menyerbuk sendiri.

Metode Musim Prosedur seleksi tanam

Pedigree 1 Benih F2 ditanam dan tanaman yang dipilih dipanen perindividu (menghasilkan benih F3)

2 Benih galur F3 ditanam satu baris per galur, dan 5-6 tanamandipilih dari baris-baris terbaik dan dipanen per individu(terpisah antara tanaman) (menghasilkan benih F4)

3 Benih galur F4 ditanam satu baris per galur, dan 5-6 tanamandipilih dari baris-baris terbaik dan dipanen per individu (benih F5)

4 Benih galur F5 ditanam satu baris per galur, dan 5-6 tanamandipilih dari baris-baris terbaik dan dipanen per individu (benih F6)

5 Benih galur F6 ditanam satu baris per galur, dan baris-baristerbaik dipanen semuanya dan benihnya digabung (benih F7)

6 Galur-galur F7 dievaluasi daya hasil dan sifat-sifat lainnya di ber-bagai lokasi dan musim, sebelum dilepas sebagai varietas baru.

Bulk 1 Benih F2 ditanam dan hasil panen digabung per populasi(menghasilkan benih F3)

2 Contoh benih F3 ditanam dengan jarak yang agak lebar, danindividu yang superior dipanen per tanaman (benih F4)

3 Benih galur F4 ditanam satu baris per galur, dan baris-baristerbaik dipanen semuanya, dan benihnya digabung (benih F5)

4 Galur-galur F5 dievaluasi pada plot berulangan, dan galur terbaikdipilih dan hasil panennya digabung per galurnya (benih F6)

5 Galur-galur F6 dievaluasi daya hasil dan sifat-sifat lainnya di ber-bagai lokasi dan musim, sebelum dilepas sebagai varietas baru

Single seed 1 Sebanyak 250 benih F2 ditanam, dan dari setiap tanaman didescent panen satu polong (berbiji tiga) dan benih hasil panen digabung.

2 Diambil 250 benih F3 untuk ditanam pada musim berikutnya,dan sisa benih disimpan sebagai cadangan. Ke 250 benih F3ditanam, dan dari setiap tanaman dipanen satu polong (berbijitiga) dan benih hasil panen digabung. Diambil 250 benih F4 untukditanam pada musim berikutnya, dan sisa benih disimpansebagai cadangan

3 Ke 250 benih F4 ditanam, dan tanaman dipanen per individu4 Ke 250 galur F5 dievaluasi daya hasil dan sifat-sifat lainnya di

berbagai lokasi dan musim, sebelum dilepas sebagai varietasbaru

Early 1 Benih F2 ditanam dan tanaman yang diinginkan dipanen pergeneration individutesting 2 Galur-galur F3 dievaluasi daya hasilnya dengan tanpa ulangan

dan dipilih galur-galur terbaik3 Galur-galur F4 pilihan dievaluasi daya hasilnya dengan

berulangan, dan tanaman pinggir (border rows) dipanen secaraindividu

4 Keturunan dari individu tanaman F4 yang dipanen dari galur F4yang superior pada musim tanam 3 dievaluasi daya hasil dansifat-sifat lainnya

5 Galur-galur pilihan dievaluasi daya hasil dan sifat-sifatagronomisnya di berbagai lokasi dan beberapa musim, sebelumdilepas sebagai varietas baru.

Sumber: Fehr 1983.

Page 10: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

214 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Tabel 2. Keunggulan dan kelemahan berbagai metode seleksi.

Metode Keunggulan Kelemahanseleksi

Pedigree - Genotipe-genotipe yang tidak - Tidak dapat digunakan padadiinginkan (inferior) dapat lingkungan dimana keragamandibuang (tidak dipilih) pada genetik untuk karakter yanggenerasi lebih awal dimaksud tidak terekspresikan,

- Seleksi dilakukan beberapa kali sehingga seleksi tidak dapat(beberapa generasi, beberapa dilakukan di luar musim (off-musim) sehingga lingkungan season), dan waktu yangseleksinya juga berbeda-beda, digunakan untuk seleksi menjadisehingga memungkinkan lebih lamamunculnya keragaman genetik - Lebih banyaknya pencatatandari berbagai sifat, dan lebih (record keeping) yang dilakukanefektifnya seleksi yang dilakukan - Pengalaman diperlukan agar

- Hubungan genetik antargenotipe penanganan seleksi berjalan baik(galur) dapat diketahui, sehingga - Membutuhkan lahan dan tenagadapat digunakan sebagai dasar kerja yang lebih banyak.untuk mempertahankankeragaman genetik antar galursecara maksimal selama prosesseleksi berlangsung

Bulk - Penanganan bahan pemuliaan - Pertanaman suatu generasi tidaklebih mudah merupakan representasi dari

- Seleksi alam terjadi sehingga pertanaman generasimeningkatkan frekuensi sebelumnyagenotipe-genotipe yang - Frekuensi genotipe dandiinginkan dibandingkan keragaman genetik dalamdengan populasi yang tidak populasi tidak dapat didugadiseleksi - Metode ini tidak sesuai (cocok)

- Seleksi buatan (misal seleksi dilakukan di rumah kaca atau dimassa) dapat digunakan luar musim (off-season) karena

tidak mewakili kondisi area dilapangan

- Seleksi alam mungkinmemenangkan genotipe-genotipeyang tidak diinginkan

Single - Penanganan bahan pemuliaan - Seleksi yang dilakukanseed lebih mudah selama proses berdasarkan keragaan visualdescent penggaluran individu, bukan berdasarkan

- Seleksi alam tidak berpengaruh keragaan keturunan (progenyselama penggaluran performance)

- Seleksi massa dapat digunakan - Seleksi alam tidak berpengaruhselama proses penggaluran terhadap populasi, kecuali

- Proses penggaluran dapat genotipe yang tidak diinginkandilakukan di rumah kaca atau memang tidak tumbuh atau tidakdi luar musim (off season) menghasilkan benih sama sekali

Sumber: Fehr (1983).

Page 11: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

215Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

TEKNIK SELEKSI

Dalam program pemuliaan tanaman untuk ketahanan atau toleransiterhadap cekaman lingkungan (fisik), teknik seleksi dapat dibedakan kedalam: (a) seleksi tidak langsung (indirect breeding), (b) seleksi langsung(direct breeding), dan (c) seleksi pada lingkungan terkontrol (Lewis andChristiansen 1981).

Seleksi Tidak Langsung untuk Cekaman Lingkungan

Pemuliaan dengan seleksi tidak langsung biasanya dilakukan melalui ujimultilokasi (regular field performance trials), di mana bahan-bahanpemuliaan tidak diuji langsung terhadap cekaman lingkungan yangdimaksud. Jika di wilayah kerja terdapat masalah cekaman lingkungan makapengujian juga dilakukan di wilayah tersebut. Dalam pemuliaan tidaklangsung, seleksi tidak dari awal direncanakan dan dilakukan terhadapcekaman lingkungan. Hasil yang diperoleh adalah varietas-varietas tahan/toleran terhadap cekaman lingkungan tertentu. Lafever et al. (1977)melaporkan terdapat perbedaan yang nyata antara varietas gandum danbarley untuk sifat toleransi terhadap lahan masam yang mengandungaluminium tinggi. Foy et al. (1977 dalam Lewis and Christiansen 1981)menyimpulkan bahwa varietas-varietas yang diseleksi di Amerika Timurtanpa disengaja memiliki sifat yang lebih toleran terhadap aluminium,sedangkan varietas-varietas yang diseleksi di Indiana lebih peka terhadapaluminium, di mana di wilayah tersebut tidak terdapat masalah cekamanaluminium.

Seleksi Langsung untuk Cekaman Lingkungan

1. Seleksi langsung di wilayah cekaman lingkungan (Deliberatechoice of field with stress environments)

Dengan metode ini, lokasi seleksi sengaja dipilih yang representatif untukcekaman lingkungan. Kondisi lingkungan seragam (uniform). Suhu dancurah hujan merupakan faktor lingkungan yang sering berubah dari lokasike lokasi lain dan dari musim ke musim yang lain. Faktor tanah (soil problem)tidak banyak berubah dari waktu ke waktu, namun bervariasi cukup besardari lokasi ke lokasi. Oleh karena itu, pemulia seringkali mengalami kesukaranuntuk memperoleh contoh lingkungan yang representatif. Pemulia memilihlokasi yang memiliki tingkat cekaman lingkungan di mana antara genotipetahan (toleran) dan peka (sensitive) dapat dibedakan (dipisahkan).

Page 12: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

216 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Teknik tersebut telah digunakan dalam program pemuliaan gandum diBrazil (da Silva 1976 dalam Lewis and Christiansen 1981). Lokasi yang dipilihadalah lahan masam dengan kandungan aluminium tinggi, sehinggatekanan seleksi yang terjadi nyata. Genotipe yang peka mengalami kematian,sedangkan yang toleran memberikan hasil yang baik.

2. Seleksi pada lingkungan terkontrol

Dengan teknik ini, seleksi dilakukan pada lingkungan terkontrol (homogen),terutama pada skrining dan seleksi tahap awal. Lingkungan seleksi dapatmenggunakan media larutan (solution culture), media pot, atau growthchamber. Media/lingkungan seleksi betul-betul sesuai dengan tekananseleksi yang diinginkan. Lafever et al. 1977 dalam Lewis and Christiansen1981 menemukan bahwa panjang akar dapat digunakan sebagai kriteriaseleksi terhadap galur-galur gandum pada media larutan yang mengandungaluminium, dan sifat ini berkorelasi dengan hasil galur-galur tersebut yangditanam pada tanah dengan kandungan aluminium tinggi. Metode ini dapatpula digunakan untuk menyeleksi populasi-populasi bersegregasi.

Pengujian Galur (Pengujian Daya HasilPendahuluan, Lanjutan, dan Multilokasi)

Pengujian galur-galur homozigot (generasi lanjut) merupakan aspek pentingdalam program perakitan varietas baru. Pemulia harus memutuskan apakahsuatu galur memiliki sifat-sifat kuantitatif yang diinginkan pada berbagaikondisi lingkungan. Jumlah lokasi dan musim pengujian tidak dipengaruhioleh metode penggaluran yang digunakan. Metode pedigree membutuhkanwaktu, lahan, dan tenaga yang banyak selama penggaluran. Galur-galuryang dipilih dengan metode pedigree diharapkan sudah memilikihomozigositas yang tinggi untuk sifat-sifat yang berheritabilitas tinggisebelum memasuki pengujian. Sedangkan galur-galur homozigot yangdipilih dengan menggunakan metode bulk, seleksi massa, dan single seeddescent umumnya dievaluasi terlebih dahulu selama satu musim untuk sifat-sifat yang berheritabilitas tinggi seperti pada metode pedigree, dan kemudiangalur-galur yang superior masuk ke dalam pengujian.

Dalam pengujian tahap awal (pengujian daya hasil pendahuluan)diutamakan 50-60 galur homozigot di lokasi yang terbatas (1-2 lokasi). Padamusim berikutnya, dalam pengujian daya hasil lanjutan, diuji 15-20 galur di4-5 lokasi. Selanjutnya dalam uji multilokasi, diuji 8-10 galur di 10-12 lokasiselama dua musim tanam. Ukuran petak percobaan pada pengujian dayahasil pendahuluan lebih kecil (6-8 m2) dan pada pengujian daya hasil lanjutandan uji multilokasi lebih besar (10-15 m2). Rancangan percobaan dan analisisdata harus mengikuti kaidah ilmiah yang berlaku.

Page 13: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

217Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

Seleksi dan Korelasi Antarsifat Tanaman

Dalam perakitan varietas unggul perlu diketahui hubungan antarsifattanaman. Apabila seleksi dilakukan pada suatu sifat, maka perlu diketahuipengaruhnya terhadap sifat lain (Burton 1983). Sebagai contoh, seleksiberulang selama lima siklus meningkatkan kandungan protein biji dari 42,8%menjadi 46,1%, tetapi kandungan minyak menurun dari 19,5% menjadi 17,5%(Brim and Burton 1979). Seleksi langsung terhadap hasil lebih efektif di-bandingkan dengan seleksi terhadap sifat-sifat agronomis yang berkorelasidengan hasil (Byth et al. 1969; Johnson et al. 1955). Hasil biji berkorelasipositif dengan tinggi tanaman, kerebahan, umur tanaman, dan periodepengisian polong.

Korelasi hasil dengan ukuran biji dan kandungan minyak pada umum-nya rendah dan korelasi hasil dengan kandungan protein adalah negatif(Byth et al. 1969).

Jamaluddin et al. (2001) melaporkan bahwa hasil biji berkorelasi positifdengan umur tanaman, bobot 100 biji, dan bobot berangkasan. Bobotberangkasan berkorelasi positif dengan umur tanaman, tinggi tanaman,dan bobot 100 biji. Bobot 100 biji berkorelasi positif dengan umur tanaman,tetapi berkorelasi negatif dengan jumlah buku dan kerebahan. Kerebahanberkorelasi positif dengan tinggi tanaman dan jumlah buku. Jumlah bukuberkorelasi positif dengan tinggi tanaman, dan tinggi tanaman berkorelasipositif dengan umur tanaman. Jamaluddin et al. (2001) juga menemukanbahwa hasil biji berkorelasi positif dengan umur tanaman, tinggi tanaman,jumlah buku, dan bobot berangkasan. Bobot berangkasan berkorelasipositif dengan umur tanaman, tinggi tanaman, dan jumlah buku. Jumlahbuku berkorelasi positif dengan tinggi tanaman, dan tinggi tanamanberkorelasi positif dengan umur tanaman. Susanto et al. (2001) melaporkanpula bahwa hasil biji berkorelasi positif dengan bobot 100 biji dan bobotberangkasan, tetapi berkorelasi negatif dengan kerebahan dan tinggitanaman. Bobot berangkasan berkorelasi positif dengan bobot 100 biji.Bobot 100 biji berkorelasi positif dengan umur tanaman, tetapi berkorelasinegatif dengan kerebahan. Kerebahan berkorelasi positif dengan tinggitanaman dan jumlah buku. Jumlah buku berkorelasi positif dengan tinggitanaman, dan tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan umur tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat kecenderungan kuatbahwa makin tinggi bobot berangkasan dan makin panjang umur tanamanserta makin tinggi bobot 100 biji, maka makin tinggi pula hasil tanaman.

Page 14: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

218 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Pelepasan Varietas

Galur-galur harapan yang telah melalui tahap pengujian daya hasil (pen-dahuluan, lanjutan, dan multilokasi) dan menunjukkan keragaan yang lebihsuperior dan lebih stabil serta memiliki sifat unggul lainnya dibandingkandengan varietas pembanding dapat diusulkan untuk dilepas sebagai varietasbaru. Risalah galur harapan yang meliputi asal, metode seleksi dan pengujian,dan hasil-hasil pengujian berbagai sifat, diajukan kepada Badan BenihNasional (Tim Penilai dan Pelepas Varietas) yang akan menilai apakah galurharapan yang diajukan tersebut telah memenuhi persyaratan. Penggunaannama untuk varietas baru kedelai biasanya nama gunung, namun telah adaaturan baru, pemberian nama varietas yang harus diikuti, antara lain tidakboleh menggunakan nama-nama alam, termasuk gunung.

Perbanyakan dan Pemurnian Benih Penjenis

Apabila suatu varietas baru sudah dilepas harus tersedia contoh benihnya(benih penjenis, breeder seed) yang berasal dari pemulia varietas tersebutBenih penjenis disebut juga benih inti (basic/nucleus seed) yang digunakanuntuk menghasilkan benih dasar (foundation seed). Benih dasar diperbanyakuntuk menghasilkan benih pokok (stock seed) dan selanjutnya dari benihpokok dihasilkan benih sebar (extension seed). Benih dasar, benih pokok,dan benih sebar diperbanyak oleh bukan pemulia, tetapi oleh Balai BenihInduk, Balai Benih Umum, dan penangkar benih.

Penyiapan benih penjenis umumnya dimulai sebelum suatu galurdiputuskan untuk dilepas, namun hal ini membutuhkan biaya dan tenagayang cukup banyak. Apabila evaluasi galur dan penyiapan benih penjenisdapat dilakukan secara simultan, maka ketersediaan benih setelah varietasdilepas akan lebih cepat (hemat waktu). Pada saat varietas baru dilepaspada saat itu pula benih penjenis dalam jumlah yang cukup sudah tersedia,selanjutnya digunakan untuk memproduksi benih dasar. Sumber benihuntuk menghasilkan benih penjenis dapat berasal dari hasil-hasil pengujianyang dijaga kemurniannya atau dari contoh benih galur yang sebelumnyasudah disimpan di ruang penyimpanan benih.

Prosedur perbanyakan dan pemurnian benih penjenis awal (initiationproduction of breeder seed) dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) seleksimassa, (2) keturunan satu generasi, dan (3) keturunan dua generasi (Fehr1987).

Seleksi massa dimulai dengan menyeleksi contoh benih, di mana benih-benih yang off-type (tipe menyimpang) dibuang, dan benih-benih pilihanditanam. Hasil panen dari tanaman yang benar (true variety) digabung untuk

Page 15: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

219Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

memperoleh benih penjenis. Untuk memperoleh benih inti dipilih 200-300tanaman yang benar dan hasil benihnya digabung sebagai benih inti.

Uji keturunan satu generasi dimulai dengan menyeleksi tanaman-tanaman yang seragam, dan setiap tanaman dipanen secara terpisah. Hasilbenih setiap tanaman diuji, dan yang menunjukkan karakter biji yangmenyimpang dibuang. Benih dari setiap tanaman kemudian ditanam perbaris, dan dilakukan uji tanaman. Barisan-barisan yang menunjukkan sifat-sifat yang sama dipanen secara bulk dan benih yang diperoleh merupakanbenih penjenis, sedangkan benih dari tanaman dengan tipe yangmenyimpang dibuang.

Uji keturunan dua generasi sama dengan uji satu generasi, tetapi hasiltanaman per baris dipisah dengan baris yang lain. Hasil benih setiap barisdiuji karakter bijinya (tipe yang benar) masing-masing ditanam kembalisecara terpisah. Kelompok keturunan (progeny) yang memiliki sifat-sifatyang sesuai dengan deskripsi varietas dipanen secara bulk untukmemperoleh benih penjenis.

Jumlah musim tanam dan tenaga yang diperlukan untuk perbanyakandan pemurnian benih penjenis dengan metode seleksi massa lebih sedikit,sedangkan uji keturunan satu generasi membutuhkan waktu dan tenagayang lebih banyak, dan paling banyak adalah untuk metode uji dua generasi.

Untuk kontinuitas suplai benih penjenis, perbanyakan perlu dilakukansetiap tahun. Cara yang ditempuh adalah: (a) sejumlah benih penjenisdisimpan pada saat pelepasan varietas baru. Apabila benih yang disimpanberkurang, dilakukan kembali perbanyakan dan pemurnian sesuai denganmetode yang dipilih, (b) benih penjenis diproduksi setiap tahun melalui ujiketurunan (progeny testing). Metode ini akan menghasilkan benih penjenisdengan tingkat kemurnian yang tinggi, namun membutuhkan waktu danbiaya yang cukup besar, apalagi jumlah varietas yang ditangani banyak.

VARIETAS KEDELAI

Adaptif Lahan sawah

Dalam periode (1995–2005) telah dilepas sebanyak 18 varietas kedelai yangcocok dikembangkan pada lahan sawah (Tabel 3). Empat belas varietas diantaranya dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, tiga varietas (Malangyang,Baluran, dan Merubetiri) oleh Perguruan Tinggi (Univ. Padjadjaran dan Univ.Jember), dan satu varietas (Meratus) oleh BATAN. Varietas-varietas tersebutumumnya memiliki potensi hasil yang cukup tinggi (2,0-2,6 t/ha), kecualivarietas berumur genjah. Varietas yang sudah dilepas umumnya berumur

Page 16: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

220 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Tabel 3. Varietas kedelai adaptif lahan sawah yang sudah dilepas (1995-2005).

Potensi Ukuran KetahananVarietas Asal Tahun hasil Umur Warna biji terhadap Sifat lain

dilepas (t/ha) (hari) biji (g/100 biji) karat daun

Pangrango Lokal 1995 2,1 88 Kuning Sedang Tahan CocokLampung x (10,0) tumpangsariDavros

Kawi G10050 x 1998 2,0 88 Kuning Sedang Agak tahan Tahan rebahMSC 8306- (10,5)1-M

Bromo Introduksi 1998 2,5 85 Kuning Besar Agak tahan Tahan rebahManchuria (15,0)

Leuser MLG2621 x 1998 2,3 78 Kuning Sedang Agak tahan Polong tidakmutan 1682 (10,5) mudah pecah

Argomulyo Nakhon 1998 2,2 80 Kuning Besar Agak tahan Tahan rebahSawon 1 (15,0)

Meratus Mutan 1998 1,4 75 Kuning Sedang Agak tahan -157/PSJ (10,0)

Burangrang Lokal 1999 2,5 82 Kuning Besar Toleran Cocok untuk Jember (15,0) susu

Manglayang No. 16 (Rad. 1999 2,4 89 Kuning Sedang Agak tahan TahanOrba) x (11,0) genanganNo. 106

Kaba Silang 2001 2,4 85 Kuning Sedang Agak tahan Polong tidakganda (10,4) mudah pecah16 tetua

Sinabung Silang 2001 2,4 88 Kuning Sedang Agak tahan Tahan rebahganda (10,7)16 tetua

Anjasmoro Introduksi 2001 2,5 85 Kuning Besar Agak tahan Tahan rebahManchuria (15,0)

Mahameru Introduksi 2001 2,5 85 Kuning Besar Agak tahan Tahan rebahManchuria (16,0)

Baluran Introduksi 2002 2,5 80 Kuning Besar - -AVRDC (16,0)

Merubetiri Introduksi 2002 2,5 95 Kuning Besar - -AVRDC (13,5)

Ijen Wilis x 2003 2,5 88 Kuning Sedang - Agak tahan Himeshirazu (11,2) UG

Panderman Introduksi 2003 2,5 85 Kuning Besar - Agak tahanAVRDC (18,5) UG

Gumitir Introduksi 2005 2,4 81 Kuning Besar - Rentan UGAVRDC kehijauan (15,7) dan CMMV

Argopuro Introduksi 2005 2,6 84 Kuning Besar - RentanAVRDC (17,8) CMMV

UG=ulat grayak, CMMV=Cowpea mild mottle virus

Page 17: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

221Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

sedang dan empat varietas berumur genjah (< 80 hari). Semua varietasmemiliki biji berwarna kuning, kecuali satu varietas (Gumitir) dengan bijiberwarna kuning-kehijauan. Sebanyak 10 varietas memiliki biji berukuranbesar dan delapan varietas berbiji sedang. Sebanyak 10 varietas agak tahanterhadap penyakit karat daun dan satu varietas (Pangrango) tergolong tahan.Varietas Pangrango cocok untuk pertanaman tumpangsari (dengan jagung).Varietas Ijen dan Panderman agak tahan terhadap ulat grayak. Beberapavarietas memiliki sifat tidak mudah rebah, antara lain Kawi, Bromo,Argomulyo, Sinabung, Anjasmoro, dan Mahameru. Varietas Leuser dan Kabamemiliki polong tidak mudah pecah.

Adaptif Lahan Kering Masam

Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan budi daya kedelai dilahan kering masam adalah relatif rendahnya tingkat kesuburan tanah (pH,kandungan hara makro, dan bahan organik rendah), cekaman kekeringanpada pertanaman akhir musim hujan (MH II), gangguan hama, gulma, danpenyakit tanaman. Tidak semua kendala dapat diatasi melalui perakitanvarietas. Perakitan varietas adaptif lahan kering masam lebih banyak diarah-kan untuk mendapatkan varietas yang relatif toleran kemasaman tanahdan toleran kekeringan serta memiliki sifat-sifat agronomis yang baik(tanaman kokoh, tinggi, tidak mudah rebah, polong lebat dan tidak mudahpecah, ukuran biji sedang/besar). Hingga saat ini perakitan varietas unggultahan hama utama belum banyak dilakukan karena berbagai keterbatasan.

Perakitan varietas kedelai adaptif lahan kering masam di Balitkabi,malang menggunakan metode seleksi langsung (direct breeding) (Devine1982). Evaluasi plasma nutfah untuk mengidentifikasi sumber-sumber gen(tetua-tetua) toleran lahan kering masam, penggaluran, dan seleksi (F2-F6)menggunakan metode pedigree dan bulk, serta pengujian galur (F7-F10)dilakukan pada lahan kering masam Lampung dan Sumatera Selatan,sedangkan pembentukan populasi (persilangan) dilakukan di Malang.

Program perakitan varietas kedelai dalam periode 1995-2005 telah meng-hasilkan tujuh varietas adaptif lahan kering masam, yaitu Slamet dan Sindoro(Sunarto 1996); Tanggamus, Sibayak, dan Nanti (Arsyad 2004); Ratai danSeulawah (Arsyad 2005). Daya hasil varietas tersebut 2,2-2,5 t/ha pada lahankering yang agak masam (pH 5,5 dan kejenuhan Al 30-35%) dengan curahhujan yang cukup. Varietas yang dilepas umumnya berumur sedang (86-93hari). Enam varietas memiliki biji berukuran sedang dan satu varietas berbijikecil. Lima varietas memiliki biji berwarna kuning dan dua varietas berbijikuning agak kehijauan. Tiga varietas tahan terhadap penyakit karat daundan empat varietas lainnya agak tahan. Empat varietas toleran kekeringanpada fase reproduktif (pengisian polong). Tahun pelepasan dan latar

Page 18: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

222 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

belakang genetik (asal) dari varietas-varietas tersebut dapat dilihat padaTabel 4.

Program perakitan varietas kedelai adaptif lahan kering masam. Kedepan, di samping berdaya hasil tinggi juga memiliki sifat agronomis yangdiinginkan seperti umur lebih pendek (80-82 hari) dan ukuran biji lebihbesar (13-14 g/100 biji). Umur yang lebih pendek diperlukan pada pertanamanMH II (Maret -Juni) agar tanaman tidak terlalu lama (terhindar, escape)mengalami kekeringan. Biji besar dan agak besar diperlukan untuk me-ningkatkan daya saing terhadap kedelai impor yang umumnya berbiji besar.

Adaptif Lahan Rawa (Pasang Surut)

Upaya perakitan varietas kedelai adaptif lahan rawa/pasang surut/gambut belum banyak mendapat perhatian. Pengujian galur-galur kedelaiyang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rawa telah menghasilkandua varietas yang sesuai dikembangkan pada lahan rawa, yaitu varietasLawit dan Menyapa yang dilepas pada tahun 2001. Kedua varietas tersebutberasal dari persilangan antara varietas Wilis dengan Lokal Lampung. VarietasLawit dan menyapa dianjurkan untuk ditanam pada lahan pasang suruttipe B (terluapi oleh pasang besar) dan tipe C (tidak terluapi oleh pasangbesar) dengan daya hasil rata-rata 2,0 t/ha. Varietas Lawit mempunyai bijiberukuran sedang dan bunga berwarna ungu, sedangkan varietas Menyapaberbiji kecil dan bunganya berwarna putih (Tabel 5).

Tabel 4. Varietas kedelai adaptif lahan kering masam yang sudah dilepas (1995-2005).

Potensi Ukuran KetahananVarietas Asal Tahun hasil Umur biji Warna penyakit Toleransi

dilepas (t/ha) (hari) (g/100 biji) biji karat daun kekeringan

Slamet Dempo x 1995 2,3 87 Sedang Kuning Agak tahan -Wilis (12,5)

Sindoro Dempo x 1995 2,2 86 Sedang Kuning Agak tahan -Wilis (12,0)

Tanggamus Kerinci x 2001 2,5 88 Sedang Kuning Agak tahan ToleranNo. 3911 (11,5)

Sibayak Dempo x 2001 2,4 89 Sedang Kuning Agak tahan -No. 3577 (12,7)

Nanti Dempo x 2001 2,4 92 Sedang Kuning Tahan ToleranNo. 3623 (11,0)

Ratai Dempo x 2004 2,5 90 Sedang Kuning Tahan ToleranNo. 3465 (10,5) kehijauan

Seulawah Wilis x 2004 2,5 93 Kecil Kuning Tahan ToleranNo. 3898 (9,5) kehijauan

Page 19: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

223Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

Varietas kedelai lainnya yang dilaporkan beradaptasi cukup baik padalahan pasang surut adalah Rinjani, Galunggung, Merbabu, Kerinci,Tampomas, Tanggamus, dan Slamet dengan daya hasil 1,5-2,4 t/ha(Alihamsyah et al. 2003).

PENUTUP

Perakitan varietas kedelai untuk lahan sawah dalam 10 periode 1995-2005telah menghasilkan 18 varietas dengan daya hasil tinggi (2,5-3,0 t/ha), umursedang (82–86 hari), dan genjah (76-80 hari), sifat agronomis cukup baik(tanaman tidak mudah rebah, polong tidak mudah pecah), biji berukuransedang dan besar, dan umumnya dengan biji berwarna kuning. Varietasyang sudah dilepas agak tahan terhadap penyakit karat daun dan belumada yang tahan terhadap hama utama (hama daun dan hama polong).Hingga saat ini telah dilepas tujuh varietas kedelai untuk lahan kering masamdengan potensi hasil cukup tinggi (2,2-2,5 t/ha), umur sedang (86-93 hari),ukuran biji sedang dan berwarna kuning, agak tahan dan tahan penyakitkarat daun, dan toleran kekeringan. Untuk lahan rawa/pasang surut telahdihasilkan dua varietas unggul dengan potensi hasil cukup tinggi, umursedang, dan ukuran biji sedang dan kecil.

Dalam upaya pengembangan kedelai pada wilayah/agroekologi yangbelum tersedia informasi tentang varietas yang sesuai, dianjurkan melakukanuji adaptasi varietas-varietas yang sudah dilepas selama 2-3 musim.

DAFTAR PUSTAKA

Adil, W. H., Hermanto, D. Sadikin, dan E. Hikmat. 2002. Deskripsi varietasunggul padi dan palawija 2001-2002. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Alihamsyah, T., M. Sarwani, A. Jumberi, I. Ar-Riza, I. Noor, dan H. Sutikno.2003. Lahan pasang surut: pendukung ketahanan pangan dan

Tabel 5. Varietas kedelai adaptif lahan rawa yang sudah dilepas (1995-2005).

Potensi UkuranVarietas Asal Tahun hasil Umur biji Warna Adaptasi

dilepas (t/ha) (hari) (g/100 biji) biji

Lawit Wilis x Lokal 2001 1,9 84 10,5 Kuning Adaptif lahanLampung (sedang) rawa tipe B & C

Menyapa Wilis x Lokal 2001 2,0 85 9,1 Kuning Adaptif lahanLampung (kecil) rawa tipe B & C

Page 20: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

224 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

sumber pertumbuhan agribisnis. Balai Penelitian Pertanian LahanRawa. Banjarbaru. 54 p.

Arsyad, D.M. 2001. The prospect of soybean breeding in Indonesia. p. 82-87.In: Roesmiyanto et al. (Eds.). Forum on soybean seed production inEast Java. JICA-Directorat General of Food Crop Production andDevelopment. 105 p.

Arsyad, D.M. 2004. Pembentukan varietas kedelai adaptif lahan kering masam.Buletin Palawija No. 7:9-15. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang

Arsyad, D.M. 2005. Pembentukan varietas unggul kedelai toleran lahanmasam. p. 1-22. Dalam: Hermanto dan Sunihardi (Eds.). RisalahSeminar 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.

Arsyad, D.M., A. Tanjung, I. Nasution, dan Asadi. 1996. Pembentukan varietasunggul kedelai toleran lahan kering masam: Keragaman genetik danpemilihan tetua. p. 87-92. Dalam: Sumarno et al. (Eds.). Pros. Simp.Pemuliaan Tanaman IV. PERIPI Jawa Timur.

Asadi, H. Sawahata, M. Nakano, M. Roechan, Jumanto, N. Dewi, and D. M.Arsyad. 1999. Soybean breeding for resistance to SSV and CMMVdiseases. p. 23-33. In: Sumarno et al. (Eds.). Soybean breeding forvirus resistance and rhizobium utilization. The Aftercare TechnicalCooperation for the Strenghthening of Pioneering Research forPalawija Crop Production Project in Indonesia. 51 p.

Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang (Balittan Malang). 1990. Germplasmcatalogue: soybean. Makalah Balittan Malang No. 90-112

Brim, C. A. 1983. Quantitative genetics and breeding, p. 155-186. In: J. R.Wilcox (Ed.). Soybean: improvement, production, and uses. SecondEdition, ASA, Wisconsin, No. 16.

Brim, C. A. and J. W. Burton. 1979. Recurrent selection in soybeans. II.Selection for increased percent protein in seEds. Crop Sci. 19:494-498.

Burton, J. W. 1981. Meeting human need through plant breeding: Pastprogress and prospect for the future. p. 433-491. In: K. J. Frey (Ed.).Plant breeding II. Iowa State Univ. Ames.

Burton, J. W. 1983. Quantitative genetics: Results relevant to soybean breeding,p. 211-248. In: J. R. Wilcox (Ed.). Soybean: improvement, production,and uses. Second Edition, ASA, Wisconsin, No. 16.

Page 21: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

225Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

Byth, D. E., B. E. Caldwell, and C. R. Weber. 1969. Specific and non-specificindex selection in soybean, Glycine max L. (Merrill). Crop Sci. 9:702-705.

Devine, T. E. 1982. Genetic fitting of crops to problem soil, p. 143-173. In: M.N. Christiansen and C. F. Lewis (Eds.). Breeding plants for less favorableenvironments. John Wiley & Sons, New York.

Fehr, W. R. 1983. Applied plant breeding. Dept of Agronomy. Iowa State Univ.Ames, IA 50011, USA.

Fehr, W. R. 1987. Breeding methods for cultivar development, p. 249-294. In:J. R. Wilcox (Ed.). Soybean: improvement, production, and uses.Second Edition, ASA, Wisconsin, No. 16 in series.

Hartwig, E. E. 1973. Varietal development. p. 187-210. In: B. E. Caldwell (Ed.).Soybean: improvement, production and uses. ASA Wisconsin.

Igita, K., M.M. Adie, Suharsono, dan Tridjaka. 1996. Brief report: Developmentof laboratoriumscreening method for resistant soybean to Spodopteralitura. RILET, Malang 11 p.

Jamaluddin, M., Soekoreno, T. Sanbuichi, N. Sekiya, T. Tsuruuchi, D.M.Arsyad,and M. Adie. 2001. Purified seeds “Wilis 2000”, p.1-6. In: Roesmiyantoet al. (Eds.). Forum on soybean seed production in East Java. JICA-Directorat Gen. of Food Crop Production and development.

Jensen, N. F. 1983. Crop breeding as a design science. p. 21-30. In: D. R.Wood (Ed.). Crop breeding. ASA-CSSA, Wisconsin.

Johnson, H. W., H. F. Robinson, and R. E. Comstock. 1955. Genotypic andphenotypic correlation in soybean and their implications in selection.Agron. J. 47:477-483.

Lewis, C. F. and M. N. Christiansen. 1981. Breeding plant for stressenvironments. p. 151-178. In: M. N. Christiansen and C. F. Lewis (Eds.).Breeding plants for less favorable environments. John Wiley & Sons,New York.

Nugrahaeni, N., Suharsono, E. Wahyuni and H. Toxopeus. 1990. Identificationof resistance in soybean to pod sucking insect (stinkbug). MARIF-ATA272. Internal technical report CGI 32 (unpublished).

Suharsono. 1993. Hasil uji lanjutan galur-galur kedelai terhadap hamapengisap polong, p. 68-71. Dalam: A. Kasno et al. (Eds.). RisalahSeminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1992. Balai PenelitianTanaman Pangan Malang. 348 p.

Sumarno and W. R. Fehr. 1982. Response to recurrent selection for yield insoybeans. Crops Sci. 22:295-299.

Page 22: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

226 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Sumarno. 1996. Soybean variety development in Indonesia. p. 207-214. In:H. van Amstel et al. (Eds.). Integrating seed system for annual foodcrops. Proceeding Workshop in Malang, 24-27 October 1995. CGPRTNo. 32.

Sunarto. 1996. Slamet dan Sindoro, kedelai toleran tanah masam danberdaya hasil tinggi. p. 33-47. Dalam: Sunarto (Ed.). Prosiding SeminarNasional Kedelai. Univ. Jend. Sudirman. Purwokerto.

Sunihardi, Yunastri, dan S. Kurniasih. 1999. Deskripsi varietas unggul padidan palawija 1993-1998. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan. Bogor

Sunihardi dan Hermanto. 2000. Deskripsi varietas unggul padi dan palawija1999-2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Bogor.

Sunihardi, Hermanto, D. Sadikin, dan E. Hikmat. 2004. Deskripsi varietasunggul padi dan palawija 2002-2004. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Susanto, M. Jamaluddin, T. Sanbuichi, N. Sekiya, D. M. Arsyad, and M. Adie.2001. Large seed and high quality promising lines selected fromMansuria as candidates of new varieties p. 7-16. In: Roesmiyanto etal. (Eds.). Forum on soybean seed production in East Java. JICA-Directorat Gen. of Food Crop Production and development.

Page 23: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

227Arsyad et al.: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi

Lampiran 1. Sumber gen (genotipe) beberapa sifat-sifat agronomik unggul pada kedelai.

Sifat Jumlah Genotipe Ngenotipe

Potensi hasil 7 2508, 2531, 2586, 2594 2599, 2778, 2808 498(>20 g/tanaman)

Jumlah polong 14 2503, 2505, 2517, 2522, 2528, 2531, 2563, 498per tanaman 2576, 2579, 2580, 2681, 2876, 2889, 2890(>170 polong)

Jumlah biji per 10 2698, 2778, 2804, 2805, 2806,2808, 2809, 498tanaman (330 biji) 2829, 2835, 2836

Jumlah cabang per 16 2778, 2805, 2811, 2813, 2815, 2817, 2826, 498tanaman (>12 cabang) 2827, 2830, 2831, 2833, 2835, 2837, 2838,

2842, 2890Tinggi tanaman 10 2521, 2528, 2542, 2546, 2574, 2576, 2579, 498

(90 cm) 2580, 2581, 2585

Sumber: Balittan Malang (1990), N= Jumlah genotipe yang diuji

Lampiran 2. Sumber gen (genotipe) kedelai dengan beberapa sifat ketahanan terhadaphama dan penyakit.

Ketahanan terhadap Jumlah Genotipe Nhama dan penyakit genotipe

Ketahanan sedang (moderate) 8 2512, 2535, 2662, 2684, 2769, 2783, 233terhadap lalat kacang 2791, 2794(O. Phaseoli)1

Ketahanan sedang (moderate) 12 2544, 2546, 2548, 2581, 2620, 2639, 223terhadap penggerek 2747, 2748, 2653, 2654, 2655, 2684polong (Etiella sp.)1

Tahan terhadap pengisap 4 2548, 2594, 2677, 2884 372polong (R. Linearis)2

Tahan terhadap pengisap 3 2555, 2616, 2695 71polong (R. linearis)3

Tahan terhadap pemakan 4 IAC 80, IAC 100, Sodendaizu, 8daun (Spodoptera sp.)4 HimeshirazuTahan terhadap penggerek 3 2812, 2838, LB 80 148polong (Etiella sp.)5

Ketahanan sedang (moderate) 5 2584, 2609, 2617, 2636, 2690 36terhadap karat daun (P. pachyrhizi)1

Tahan terhadap virus kerdil 5 MLG 2521, B 3570, Taichung, 1000kedelai (SSV) 6 Engopa 305, UFP-10-1

Sumber: 1Balittan Malang (1990), 2Nugrahaeni et al. (1990), 3Suharsono (1993),4Igita et al. (1997), 5Igita et al. (1997), 6Asadi et al. (1999).

N= jumlah genotipe yang diuji.

Page 24: Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologibalitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/03/dele... · benih seadanya (mutu rendah), varietas lokal (bukan varietas

228 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan

Lampiran 3. Sumber gen (genotipe) kedelai tahan penyakit dan hama.

Tahan terhadap penyakit dan hama Genotipe

Bacterial pustule (Xanthomonas sp.) CNS, FC 31.592, PI 219.656Bacterial blight (Phythophthora sp.) CNS, FC 31.592, PI 219.656, Norchief,

Harosoy, PI 84946-2Brown stem rot (C. Gregatum) Arksoy, CNS, Illini, MukdenPhythophthora rot (P. megasperma) CNS, Dorman, Hood, Kanrich, Kent, Kim,

Lee, Ogden, RoanokeFrog eye spot PI 166.140, PI171.443, PI 174.885,

PI 189.930, PI 200.527, PI 201.422, KanrichDowny mildew (P. manshuria) Peking, PI 907763, PI 309.322, PI 84751Cyst nematode (H. glycines) Laredo, Palmetto, FC 33243Root-knot nematode (M. incognitaacrita) Ogden, Hood, PI 90251, PI 92743, PI 95780,

PI 96089, PI 96983, PI 148.260, PI 157.314,PI 170.893, PI 200.530

Soybean mosaic viruses Bragg, CNS 4, Dare, Hardee, Hill, LeeCowpea chlorotic mottle virus Pickett, SemmesMexican bean bettle (E. varivastes) PI 171.451, PI 227.687, PI 229.358Rust (P. pachyrhizi) PI 200.492 (Komata), PI 230.970, PI 463.312

(Ankur)

Sumber: Hartwig (1973), Fehr (1983)

Lampiran 4. Sumber gen (genotipe) kedelai toleran cekaman abiotik.

Toleran/tahan cekaman abiotik Genotipe N

Toleran terhadap genangan selama 2542, 2567, 2571, 2645 216enam minggu pertama1

Toleran kekeringan2 3628, 3639, 3731 120Toleran lahan masam3 3465, 3577, 3578, 3623, 3665, 3898, 380

3911,4126Toleran naungan (33%)4 3354, 4146 28

Sumber: 1Balittan Malang (1990), 2Asadi (1996), 3Arsyad et al. (1996),4Asadi dan Arsyad (1991), N= jumlah genotipe yang diuji