PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

15
Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021 150 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI INDONESIA Junawan Email: [email protected] Universitas Tadulako Abstrak Penelitian ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum bagi nelayan setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif, dengan Pendekatan Perundang-undangan, Pendekatan Konseptual, dan Pendekatan Historis. Keberadaan nelayan memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Perannya yang strategis belum diimbangi dengan perlindungan yang memadai meskipun berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan nelayan sudah diterbitkan oleh pemerintah. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam berarti ada instrumen hukum yang secara spesifik mengatur perlindungan sekaligus pemberdayaan bagi nelayan. Keberadaan undang-undang ini melengkapi undang-undang sektoral yang ada seperti undang-undang kelautan, undang-udang perikanan, dan undang-undang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki relevansi pengaturan yang terkait dengan sumber daya perikanan dan nelayan. Kata Kunci: Perlindungan Nelayan PENDAHULUAN Secara garis geografis Indonesia memiliki dua pertiga luas lautan daripada luas daratan. Karena memiliki wilayah laut yang luas, Indonesia memiliki peluang yang besar untuk memajukan perekonomian Indonesia melalui pemanfaatan sumber daya laut. Sayangnya, sumber daya laut yang memiliki potensi besar belum dapat menjamin kesejahteraan bagi nelayan Indonesia. Data yang dikeluarkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) periode 2000-2016, jumlah rumah tangga nelayan menurun dari tahun 2003 sebanyak 2.144.959 menjadi 965.756 pada tahun 2016. Selain itu, sebanyak 115 perusahaan pengolahan ikan nasional gulung tikar akibat tak mendapat pasokan ikan karena kapal-kapal illegal fishing langsung membawa ikan curiannya ke luar negeri. 1 Menurunnya jumlah nelayan di tengah potensi sumber daya ikan yang besar menjadi permasalahan sendiri. Sebab dengan potensi sumber daya ikan yang ada dibutuhkan sumber daya manusia nelayan yang cukup dan memiliki keterampilan. Faktor kesejahteraan diduga menjadi salah satu pemicu menurunnya jumlah 1 Angela Vania dan Dona Rahayu, Perlindungan Hukum bagi Nelayan Indonesia, 10 April 2019, https://icel.or.id/perlindungan-hukum-bagi-nelayan- indonesia/

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

150

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI INDONESIA

Junawan

Email: [email protected]

Universitas Tadulako

Abstrak

Penelitian ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum bagi nelayan setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,

Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian hukum normatif, dengan Pendekatan Perundang-undangan, Pendekatan Konseptual, dan

Pendekatan Historis. Keberadaan nelayan memiliki peran yang sangat strategis dalam

pembangunan nasional. Perannya yang strategis belum diimbangi dengan perlindungan yang

memadai meskipun berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan nelayan sudah

diterbitkan oleh pemerintah. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam berarti ada

instrumen hukum yang secara spesifik mengatur perlindungan sekaligus pemberdayaan bagi

nelayan. Keberadaan undang-undang ini melengkapi undang-undang sektoral yang ada seperti

undang-undang kelautan, undang-udang perikanan, dan undang-undang pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki relevansi pengaturan yang terkait dengan sumber daya

perikanan dan nelayan.

Kata Kunci: Perlindungan Nelayan

PENDAHULUAN

Secara garis geografis Indonesia memiliki

dua pertiga luas lautan daripada luas daratan.

Karena memiliki wilayah laut yang luas,

Indonesia memiliki peluang yang besar untuk

memajukan perekonomian Indonesia melalui

pemanfaatan sumber daya laut. Sayangnya,

sumber daya laut yang memiliki potensi besar

belum dapat menjamin kesejahteraan bagi

nelayan Indonesia. Data yang dikeluarkan oleh

BPS (Badan Pusat Statistik) periode 2000-2016,

jumlah rumah tangga nelayan menurun dari

tahun 2003 sebanyak 2.144.959 menjadi 965.756

pada tahun 2016. Selain itu, sebanyak 115

perusahaan pengolahan ikan nasional gulung

tikar akibat tak mendapat pasokan ikan karena

kapal-kapal illegal fishing langsung membawa

ikan curiannya ke luar negeri.1

Menurunnya jumlah nelayan di tengah

potensi sumber daya ikan yang besar menjadi

permasalahan sendiri. Sebab dengan potensi

sumber daya ikan yang ada dibutuhkan sumber

daya manusia nelayan yang cukup dan memiliki

keterampilan. Faktor kesejahteraan diduga

menjadi salah satu pemicu menurunnya jumlah

1 Angela Vania dan Dona Rahayu, Perlindungan Hukum

bagi Nelayan Indonesia, 10 April 2019,

https://icel.or.id/perlindungan-hukum-bagi-nelayan-

indonesia/

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

151

keluarga yang bekerja sebagai nelayan

mengingat pekerjaan ini merupakan pekerjaan

utama masyarakat Indonesia yang bermukim di

wilayah-wilayah pesisir. Menteri Kelautan dan

Perikanan Susi Pudjiastuti mensinyalir beberapa

faktor yang menyebabkan menurunnya jumlah

nelayan, sebagai berikut:

1. Merupakan dampak illegal fishing

(penangkapan ikan secara ilegal) yang

menyebabkan nelayan kehilangan mata

pencaharian. Illegal fishing juga membuat

produksi ekspor perikanan Indonesia menurun.2

2. Keberadaan kapal asing yang

beroperasi di wilayah perairan Indonesia

menyebabkan nelayan lokal sulit mendapat ikan

sehingga banyak yang beralih profesi sebagai

tukang becak dan kuli bangunan.3

Salah satu faktor yang dapat menunjang

kesejahteraan nelayan adalah wadah hukum yang

bertujuan untuk melindungi dan memberdayakan

nelayan.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004

tentang Perikanan yang pernah berlaku dinilai

belum mampu mengantisipasi perkembangan

teknologi serta perkembangan kebutuhan hukum

dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan

potensi sumber daya ikan. Kelemahan undang-

undang tersebut menyangkut beberapa substansi,

2 Menteri Susi: Pencurian Ikan Buat Jumlah Nelayan

Turun 50 Persen, https://www.merdeka.com/uang/menteri-

susi-pencurian-ikan-buat-jumlah-nelayan-turun-50-

persen.html. 3 Menteri Susi: Kapal Asing Sebabkan Jumlah Nelayan

Turun, 12 April 2019,

https://www.antaranews.com/berita/827073/menteri-susi-

kapal-asing-sebabkan-jumlah-nelayan-turun.

baik menyangkut aspek manajemen, birokrasi,

maupun aspek hukum.

Kelemahan pada aspek manajemen

pengelolaan perikanan, antara lain belum

terdapatnya mekanisme koordinasi antarinstansi

yang terkait dengan pengelolaan perikanan.

Sedangkan pada aspek birokrasi, antara lain

terjadinya benturan kepentingan dalam

pengelolaan perikanan. Kelemahan pada aspek

hukum antara lain masalah penegakan hukum,

rumusan sanksi, dan yurisdiksi atau kompetensi

relatif pengadilan negeri terhadap tindak pidana

di bidang perikanan yang terjadi di luar

kewenangan pengadilan negeri tersebut.

Terbitnya Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan menjawab kelemahan-kelemahan

dalam undang-undang sebelumnya. Pertama,

mengenai pengawasan dan penegakan hukum

menyangkut masalah mekanisme koordinasi

antarinstansi penyidik dalam penanganan

penyidikan tindak pidana di bidang perikanan,

penerapan sanksi (pidana atau denda), hukum

acara, terutama mengenai penentuan batas waktu

pemeriksaan perkara, dan fasilitas dalam

penegakan hukum di bidang perikanan, termasuk

kemungkinan penerapan tindakan hukum berupa

penenggelaman kapal asing yang beroperasi di

wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik

Indonesia.

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

152

Kedua, masalah pengelolaan perikanan

antara lain kepelabuhanan perikanan, konservasi,

perizinan, dan kesyahbandaran. Ketiga,

perluasan yurisdiksi pengadilan perikanan

sehingga mencakup seluruh wilayah pengelolaan

perikanan Negara Republik Indonesia. Di

samping itu, regulasi baru yang ada mengarah

pada keberpihakan kepada nelayan kecil dan

pembudi daya-ikan kecil, antara lain dalam

aspek perizinan, kewajiban penerapan ketentuan

mengenai sistem pemantauan kapal perikanan,

pungutan perikanan, dan pengenaan sanksi

pidana.

Selain berbagai peraturan perundang-

undangan yang disebutkan di atas, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (selanjutnya ditulis UU

Pemda) juga berdampak signifikan terhadap

pembangunan sektor kelautan dan perikanan

yang secara langsung maupun tidak langsung

akan berpengaruh terhadap kehidupan nelayan.

Sektor kelautan dan perikanan merupakan urusan

pemerintahan pilihan yang menjadi kewenangan

pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam

ketentuan Pasal 12 ayat (3) huruf a UU Pemda.

Dalam pembagian urusan pemerintahan

konkuren antara pemerintah pusat dan daerah

provinsi dan daerah kabupaten/kota, pengelolaan

penangkapan ikan di wilayah laut sampai dengan

12 mil yang merupakan sub urusan perikanan

tangkap ditetapkan sebagai kewenangan daerah

provinsi. Demikian pula pengawasan sumber

daya kelautan dan perikanan sampai dengan 12

mil ditetapkan sebagai kewenangan daerah

provinsi.

Keberadaan nelayan memiliki peran yang

sangat strategis dalam pembangunan nasional.

Perannya yang strategis belum diimbangi dengan

perlindungan yang memadai meskipun berbagai

peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan nelayan sudah diterbitkan oleh

pemerintah. Bahkan fakta empirik tentang

penurunan jumlah rumah tangga nelayan

menunjukkan adanya permasalahan di sektor

perikanan dan nelayan sebagai salah satu pelaku

dalam sektor tersebut. Dengan adanya

pengaturan tersendiri tentang perlindungan dan

pemberdayaan nelayan yang dituangkan dalam

undang-undang khusus, diharapkan memberikan

kedudukan hukum yang lebih kuat bagi nelayan

untuk memperoleh berbagai bentuk perlindungan

dan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan

dalam latar belakang masalah maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini:

Bagaimanakah perlindungan hukum bagi

nelayan setelah terbitnya Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan,

dan Petambak Garam.

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui perlindungan hukum bagi nelayan

setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan

Petambak Garam.

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

153

Sebagaimana penelitian ilmiah pada

umumnya, penelitian ini diharapkan

memperkaya khasanah keilmuan yang berkaitan

dengan perlindungan dan pemberdayaan nelayan

di Indonesia. Secara khusus penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis

bagi pengembangan ilmu hukum administrasi

negara dan hukum yang berkaitan dengan

pengelolaan sumber daya alam. Secara khusus

penelitian ini diharapkan menambah referensi

akademik di bidang hukum yang secara spesifik

mengkaji hukum perikanan yang belum begitu

banyak mendapat perhatian dari kalangan ahli

hukum.

Penelitian ini diharapkan memberikan

sumbangsih bagi pemerintah dan pemerintah

daerah dalam merumuskan suatu kebijakan

strategis yang berkaitan dengan perlindungan

dan pemberdayaan nelayan. Mengingat sebagian

besar rumah tangga nelayan masih rentan dari

aspek kesejahteraan karena berbagai

keterbatasan kondisi lingkungan, sarana dan

prasarana, kepastian usaha, akses permodalan,

ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi

maka diperlukan sebuah saran kebijakan yang

dapat mengangkat kehidupan rumah tangga

nelayan sebagai bagian dari warga negara yang

dijamin hak-haknya oleh konstitusi.

METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan

penelitian hukum normatif yaitu penelitian

hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah

bangunan sistem norma. Sistem norma yang

dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

kaidah dari peraturan perundang-undangan,

putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin

(ajaran).4 Untuk pengayaan informasi mengenai

isu/objek penelitian maka penelitian ini tetap

didukung oleh data empiris sebagai pendukung

kajian.

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa

pendekatan, yakni pendekatan perundang-

undangan (statute approach), pendekatan

konseptual (conceptual approach), dan

pendekatan historis (historical approach).

Pendekatan perundang-undangan

dilakukan dengan menelaah semua undang-

undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang dihadapi. Pendekatan

konseptual beranjak dari pandangan-pandangan

dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam

ilmu hukum. Pendekatan historis dilakukan

dengan menelaah latar belakang apa yang

dipelajari dalam perkembangan pengaturan

mengenai isu yang dihadapi.5

Pendekatan historis diterapkan untuk

menelaah aturan-aturan yang berkaitan dengan

hukum perikanan di Indonesia yang pernah

berlaku. Penggunaan berbagai pendekatan ini

4 Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad, Dualisme

Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2010, hal. 34. 5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hal. 133-135.

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

154

diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang

bersifat preskriptif mengenai perlindungan dan

pemberdayaan nelayan di Indonesia.

Tahapan Penelitian dan Teknik Pengumpulan

Bahan Hukum

Sebagai suatu penelitian hukum yang

bersifat normatif, maka fokus penilitian ini

didasarkan pada studi bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder serta bahan-bahan lain

yang relevan dengan isu penelitian. Dari bahan-

bahan hukum yang berhasil dikumpulkan dan

diklasifikasikan kemudian dilakukan analisis

mengacu pada teori-teori yang digunakan dalam

penelitian.

Norma-norma hukum yang terkait dengan

isu penelitian, yakni perlindungan terhadap

nelayan, juga dikaji dengan menjadikan

ketentuan konstitusi sebagai pisau analisis untuk

melihat sejauhmana norma-norma tersebut sesuai

dengan perintah konstitusi. Norma-norma yang

terkait dengan isu penelitian juga dikaitkan

dengan persoalan empiris, apakah norma tersebut

telah cukup mengatasi permasalahan-

permasalahan aktual terkait dengan perlindungan

nelayan sebagai isu pokok penelitian ini.

PEMBAHASAN

Sebagai bagian dari kebijakan perikanan

nasional, pemerintah telah menerbitkan regulasi

untuk menjaga keberlanjutan sumber daya ikan

di perairan Indonesia sekaligus memperbaiki

kinerja usaha perikanan nasional. Regulasi yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Permen Kelautan dan Perikanan

Nomor 56 Tahun 2014 tentang Penghentian

Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha

Perikanan Tangkap di WPP RI;

2. Permen Kelautan dan Perikanan

Nomor 57 Tahun 2014 tentang Usaha Perikanan

Tangkap di WPP RI;

3. Permen Kelautan dan Perikanan

Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penangkapan

Lobster, Kepeting, dan Rajungan;

4. Permen Kelautan dan Perikanan

Nomor 2 Tahun 2015 tentang Larangan

Penggunaan Alat Penangkap Ikan Pukat Hela

(Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Net) di WPP RI;

5. Permen Kelautan dan Perikanan

Nomor 4 Tahun 2015 tentang Larangan

Penangkapan Ikan di WPP RI 714.

Sejak diberlakukannya moratorium

perizinan kapal asing sejak 3 November 2014

sampai akhir Januari 2015, jumlah kapal asing

yang telah dihentikan izin perikanannya oleh

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencapai

48,5 persen dari data yang tercatat sebelum

adanya moratorium. Data kapal asing yang

tercatat sebelum adanya moratorium adalah

1.180 unit kapal, sementara pada akhir Januari

2015 tercatat jumlahnya turun menjadi 572 unit

kapal asing. Temuan (BPK) Badan Pemeriksa

Keuangan tahun 2010 menunjukkan bahwa

kapal-kapal asing yang beroperasi di wilayah

perairan Indonesia berasal dari negaranya

masing-masing. Dengan demikian ketika izinnya

dihentikan maka kapal-kapal asing tersebut akan

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

155

memulangkan ABK-nya ke negara masing-

masing.6

Implikasi lain dengan diberlakukannya

berbagai regulasi yang dikemukakan di atas

adalah penghentian aktivitas alih muatan

(transshipment) ikan di tengah laut yang

diharapkan dapat menekan kegiatan unreported

fishing yang kerap terjadi di perairan Indonesia.

Ganapathiraju Pramod et.al. (2014) dalam Jurnal

Marine Policy Vol. 48 Tahun 2014 mencatat

bahwa pada tahun 2011 terdapat sekitar 20-35

persen ikan tuna yang diekspor ke USA dari

Indonesia dilakukan secara illegal dan

unreported. Pada tahun 2011 tercatat ada sekitar

3.889 ton sampai 6.805 ton ikan tuna yang

diekspor secara ilegal ke USA dari Indonesia.

Demikian pula udang-undang dari Indonesia

yang dijual melalui Thailand dan China tidak

tercatat dalam data statistik perdagangan negara

Indonesia. Dalam artikel yang sama disampaikan

juga bahwa sekitar 25 persen ikan tuna yang

ditangkap kapal-kapal perikanan milik Vietnam

berasal dari wilayah perairan ZEE Indonesia.

Penangkapan ikan tersebut dilakukan tanpa izin

dan kesepakatan antara Indonesia dengan

Vietnam.7

Kebijakan di sektor perikanan melalui

berbagai regulasi yang tertuang dalam Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan, diharapkan

menjaga kelestarian sumber daya ikan yang ada

6 Suhana, Kebijakan Kelautan dan Perikanan dan

Implikasinya Terhadap Kelestarian Sumber Daya Ikan dan

Ekonomi Perikanan Indonesia, Risalah Kebijakan

Pertanian dan Lingkungan, Vol. 2 No. 1 April 2015, Hal.

75. 7 Ibid., hal. 71-72.

di wilayah perairan Indonesia yang selama ini

lebih menguntungkan negara-negara asing.

Secara tidak langsung, kebijakan ini juga akan

berdampak positif bagi nelayan-nelayan

Indonesia karena sumber daya ikan yang

cenderung kritis dapat dipulihkan

keberadaannya. Namun menurut Suhana, dalam

jangka pendek lima peraturan yang dikeluarkan

Menteri Kelautan dan Perikanan, dapat

menimbulkan gejolak di masyarakat nelayan dan

para pelaku usaha perikanan nasional. Misalnya,

pelarangan alat tangkap sejenis trawl sangat

berdampak pada aktivitas nelayan kecil. Di mana

sebagian besar nelayan kecil, khususnya yang

ada di Pantai Utara Jawa menggunakan alat

tangkap ini. Adanya larangan ini akan

menyulitkan aktivitas nelayan dalam menangkap

ikan. Padahal nelayan kecil umumnya tidak

memiliki kegiatan ekonomi yang lain, selain

menangkap ikan. Oleh karena itu, perlu ada

solusi kebijakan dan program bagi nelayan kecil

sebagai kompensasi atas berbagai pelarangan

yang dilakukan pemerintah.8

Menurut penulis, dengan adanya Permen

Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2014

tentang Penghentian Sementara (Moratorium)

Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di WPP RI,

sudah bersesuian dengan konsep penguasaan

negara atas kekayaan alam yang ada. Termasuk

di dalamnya sumber daya ikan yang merupakan

salah satu cabang produksi yang penting bagi

negara dan menguasai hajat hidup orang banyak

8 Ibid.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

156

sebagai salah satu amanat konstitusi. Ikan

merupakan sumber protein utama yang

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Di satu

sisi, nelayan sebagai penghasil ikan merupakan

salah satu jenis pekerjaan yang dijalankan oleh

mayoritas rakyat Indonesia yang masih tergolong

miskin.

Dengan pemberlakuan moratorium

terhadap izin kapal-kapal asing untuk beroperasi

di wilayah perairan Indonesia sekaligus menjadi

bukti perlindungan negara terhadap nelayan kecil

dan nelayan-nelayan tradisional yang tidak

mungkin bersaing dengan nelayan-nelayan asing

yang menggunakan alat tangkap dan kapal

dengan teknologi yang canggih. Proteksi negara

melalui moratorium izin kapal asing sejalan

dengan amanat konstitusi bahwa kekayaan alam

yang dimiliki negara ini harus diperuntukkan dan

bermanfaat untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Ada pun regulasi pelarangan alat tangkap

sejenis trawl, menurut penulis, meskipun

sepintas merugikan nelayan yang menggunakan

alat tangkap tersebut tapi untuk kepentingan

jangka panjang, regulasi tersebut dimaksudkan

untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan.

Jika penggunaan trawl tidak dilarang atau

dibatasi justeru akan merugikan nelayan itu

sendiri dalam jangka panjang. Oleh karena itu,

diperlukan aturan yang lebih bijaksana dari

pemerintah melalui instrumen hukum perizinan.

Penggunaan alat tangkap trawl tidak dilarang

sepenuhnya tapi diatur dengan syarat-syarat

tertentu melalui perizinan sehingga nelayan tidak

kehilangan pekerjaan karena larangan

penggunaan alat tangkap sejenis trawl tapi

penggunaan alat tersebut perlu diatur sedemikian

rupa demi keberlangsungan sumber daya ikan.

Indonesia adalah negara kepulauan

sehingga nelayan merupakan suatu komunitas

yang sangat penting. Sebab menurut UNCLOS

(United Nation Convention on the Law of the Sea

1982), karena tanpa nelayan maka negara

kepulauan akan kehilangan hak tradisonal.9

Nelayan merupakan suatu komunitas yang harus

ada dalam negara kepulauan. Tanpa nelayan,

negara kepulauan akan kehilangan hak

tradisionalnya terhadap negara tetangganya

apabila perlu untuk mendapatkan hak tradisional

melintasi wilayah laut yurisdiksi negara

tetangga.10

Berarti terdapat hubungan yang kuat antara

komunitas nelayan dengan negara kepulauan.

Maka dalam konteks Indonesia sebagai negara

kepulauan, memberikan perlindungan hukum

terhadap nelayan sebenarnya memberikan

jaminan keberlangsungan eksistensi negara

kepulauan dengan hak-hak tradisional yang

melekat dan diakui oleh hukum internasional.

Namun eksistensi komunitas nelayan bukan

menjadi faktor tunggal untuk mendapatkan hak

tradisional melintasi wilayah laut yurisdiksi

negara tetangga.

9 Ida Ayu Febrina Anggasari, I Made Pasek Diantha, Dan

Made Maharta Yasa, Perlindungan Hukum Terhadap

Nelayan Tradisional Indonesia Menurut Ketentuan United

Nations Convention On The Law Of The Sea 1982,

Fakultas Hukum Universitas Udayana, hal. 1. 10

Sadina, Nelayan Jadi Korban Klaim Perbatasan, Sinar

Harapan, 18 Oktober 2006.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

157

Memberikan perlindungan hukum terhadap

nelayan-nelayan Indonesia yang melakukan

penangkapan ikan di wilayah-wilayah yang

berbatasan dengan negara tetangga maka Pemerintah

R.I. harus mempunyai perjanjian bilateral dengan

negara-negara tersebut sebagai alat legitimasi dalam

memperoleh hak perikanan tradisional (traditional

fishing rights).

Upaya hukum yang perlu dilakukan

Indonesia dalam mewujudkan perlindungan

terhadap nelayan tradisional adalah dengan

membuat perjanjian-perjanjian bilateral antar

negara tetangga. Sementara dalam hal terjadi

sengketa, upaya penyelesaian sengketa dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu, upaya non

hukum dan upaya hukum. Cara penyelesaian

sengketa melalui upaya non hukum memiliki

prioritas yang diisyaratkan oleh hukum untuk

lebih dulu digunakan sebelum menyerahkannya

ke cara penyelesaian sengketa melalui upaya

hukum. Upaya non hukum adalah upaya yang

dilakukan oleh masing-masing pihak bersengketa

untuk mengakhiri sengketanya dengan harapan

para pihak sama-sama menang dalam arti

menerima apa pun hasil akhirnya.

Upaya hukum merupakan upaya

penyelesaian sengketa terakhir yang dipandang

efektif dan adil apabila penyelesaian secara non

hukum gagal dilaksanakan. Upaya hukum dapat

dibagi lagi menjadi upaya hukum non litigasi

dan upaya hukum litigasi. Dalam upaya hukum

non litigasi, UNCLOS mewajibkan negara-

negara menyelesaikan sengketa yang terjadi

diantara mereka dengan merujuk pada ketentuan

Pasal 3 ayat (2) Piagam PBB. Di sini negara-

negara diberi kebebasan untuk memilih bentuk

prosedur penyelesaian sengketa dengan

menggunakan sarana-sarana penyelesaian

sengketa sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat

(1) Piagam PBB. Sedangkan dalam upaya

hukum litigasi, dalam Pasal 287 UNCLOS

menyediakan empat forum yang dapat dipilih

untuk penyelesaian sengketa, yaitu: Mahkamah

Internasional Hukum Laut (ITLOS), Mahkamah

Internasional (ICJ), Mahkamah Arbitrase, dan

Mahkamah Arbitrase Khusus.

Pembentukan Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan ditekankan pada upaya untuk

meningkatkan pengelolaan perikanan,

pengawasan, dan sistem penegakan hukum yang

optimal. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan

sumber daya ikan memberikan peningkatan taraf

hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Maksud ini terumus dalam konsiderans Undang-

Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan. Bila dicermati,

kelompok masyarakat yang menjadi tujuan

sentral dalam peningkatan taraf hidup dimaksud

tentu tidak lain adalah nelayan sebagai

stakeholder utama dalam sektor perikanan.

Upaya untuk memberikan perlindungan

terhadap nelayan, khususnya nelayan kecil dapat

dilihat dalam ketentuan Pasal 1 angka 11

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 yang

memberikan definisi nelayan kecil: Nelayan

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

158

Kecil adalah orang yang mata pencahariannya

melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan

kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima)

gross ton (GT).

Definisi di atas berbeda dengan rumusan yang

digunakan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2004, yakni: Nelayan kecil adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut M.

Taufiqul Mujib,11

Pengertian ini menimbulkan ketidakjelasan,

karena batasannya tidak ada, apakah batasannya

berdasarkan pada besar atau kecilnya alat tangkap

yang digunakan atau berdasarkan besar atau kecilnya

pendapatan dari hasil tangkapan. Lebih dari itu,

apakah pengertian nelayan kecil di sini sama dengan

pengertian nelayan tradisional. Dengan demikian,

batasan atau definisi yang jelas mengenai nelayan

kecil harus segera diperjelas.

Dengan rumusan baru yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, telah

memberikan pengertian yang lebih jelas tentang siapa

yang dimaksud dengan nelayan kecil. Nelayan yang

menggunakan kapal perikanan berukuran paling

besar 5 (lima) gross ton (GT) tetap dikategorikan

sebagai nelayan kecil. Batasan seperti ini

diperlukan sebagai pedoman bagi pemerintah

untuk melakukan perlakuan khusus terhadap

nelayan yang terkategori sebagai nelayan kecil.

Gambaran Keadaan Nelayan di Indonesia

11

Ibid., Hal. 3.

Berdasarkan data Survei Sosial dan

Ekonomi Nasional 2013 BPS (Badan Pusat

Statistik) yang diolah, diketahui bahwa hanya 2,2

persen rumah tangga di Indonesia yang memiliki

kepala rumah tangga berprofesi sebagai nelayan.

Jumlahnya sekitar 1,4 juta kepala rumah tangga

nelayan. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga

di Indonesia sekitar empat orang. Maknanya, ada

sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang

kehidupannya bergantung kepada kepala rumah

tangga yang berprofesi sebagai nelayan.

Sementara secara keseluruhan jumlah nelayan di

Indonesia diperkirakan sebanyak 2,17 juta

(hanya 0,87 persen tenaga kerja).

Para nelayan kurang beruntung ditinjau

dari aspek pendidikan, dengan hampir 70 persen

nelayan berpendidikan sekolah dasar ke bawah

dan hanya sekitar 1,3 persen yang berpendidikan

tinggi. Pemerintah juga perlu memperhatikan

aspek kesehatan para nelayan. Survei Sosial dan

Ekonomi Nasional 2013 menunjukkan bahwa

sekitar 25 persen nelayan mengalami gangguan

kesehatan dalam satu bulan terakhir saat

disurvei. Sebagian dari mereka menyatakan

bahwa gangguan kesehatan tersebut mengganggu

aktivitas mereka mencari nafkah sehingga

berdampak pada ekonomi rumah tangganya.

Hanya 54 persen nelayan yang memiliki jaminan

kesehatan.

Rumah tangga nelayan juga cenderung

memiliki anak lebih banyak dibandingkan

dengan rumah tangga bukan nelayan. Program

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

159

KB (Keluarga Berencana) jelas penting bagi

kehidupan para nelayan guna meningkatkan

kesejahteraan mereka dalam jangka panjang.

Secara umum, jumlah tenaga kerja yang memilih

pekerjaan sebagai nelayan kurang dari 1 persen

dan mereka memiliki kehidupan yang kurang

menguntungkan dibandingkan dengan para

pekerja lainnya secara rata-rata. Sementara data

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) tahun

2006 menyebutkan, ada sekitar 6,2 juta

penduduk Indonesia terlibat dalam kegiatan

perikanan.12

Gambaran Keadaan Nelayan di Provinsi

Sulawesi Tengah

Ada pun jumlah nelayan di Provinsi

Sulawesi Tengah adalah 69.476 orang

berdasarkan data tahun 2017 yang dirilis Bidang

Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah. Jumlah ini

menyebar di seluruh kabupaten/kota, kecuali

Kabupaten Sigi. Jumlah nelayan terbesar berada

di Kabupaten Donggala yang mencapai 18.539

orang dan Kota Palu dengan jumlah yang paling

kecil, yakni 1.412 orang.

Kabupaten Banggai berjumlah 7.715

orang; Kabupaten Parigi Moutong berjumlah

7.710 orang; Kabupaten Tojo Unauna berjumlah

6.010 orang; Kabupaten Banggai Kepulauan

berjumlah 5.015 orang; Kabupaten Banggai Laut

12

Sonny Harry B Harmadi, Nelayan Kita, Kompas.com,

https://nasional.kompas.com/read/2014/11/19/21243231/N

elayan.Kita?page=all.

berjumlah 5.318 orang; Kabupaten Tolitoli

berjumlah 4.945 orang; Kabupaten Buol

berjumlah 4.675 orang; Kabupaten Morowali

berjumlah 3.780 orang; Kabupaten Morowali

Utara berjumlah 2.199 orang; dan Kabupaten

Poso berjumlah 2.158 orang.13

Kabupaten Donggala sebagai kabupaten

dengan jumlah nelayan tangkap tertinggi di

Provinsi Sulawesi Tengah menyebar di 14

kecamatan yang ada dengan data rinci sebagai

berikut:

N

o.

K

ecamatan

J

umlah

Kategori Nelayan

N

elayan

Penuh

N

elayan

Sambilan

Utama

N

elayan

Sambilan

Tambaha

n

J

umlah

9

0.692

2

2.710

3

0.722

3

7.260

1

B

anawa

Selatan

4

.989

1

.082

1

.500

2

.407

2

B

anawa

Tengah

3

.712

9

07

1

.451

1

.354

3 B

anawa

Induk

8

.654

2

.105

2

.558

3

.991

4 T

anantove

4

.211

5

23

1

.608

2

.080

5 L

abuan

4

.088

5

31

1

.503

2

.054

6 S

indue

8

.621

2

771

2

.874

2

.976

7 S

indue T

Sabora

7

.571

2

.262

2

.808

2

.501

8 S

indue

Tobata

8

.447

2

.708

3

.049

2

.690

9 S 7 1 2 3

13 Sulteng Miliki 69.476 Nelayan

https://sultengraya.com/38917/sulteng-miliki-69-476-

nelayan/ 4 April 2017.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

160

irenja .339 .303 .042 .994

1

0

B

alaesang

8

.354

2

.501

2

.951

2

.902

1

1

B

alaesang

Tanjung

4

.227

5

32

1

.262

2

.433

1

2

D

ampelas

8

.697

2

.578

3

.362

2

.757

1

3

S

ojol

8

.331

2

.423

3

.177

2

.731

1

4

S

ojol

Utara

3

.451

4

84

5

77

2

.390

Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten

Donggala Tahun 2019

Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi

Tengah padat tahun 2017 dan data yang

dikeluarkan Dinas Perikanan Kabupaten

Donggala pada tahun 2019, terlihat adanya

peningkatan jumlah nelayan yang cukup

signifikan di Kabupaten Donggala dalam kurun

waktu dua tahun terakhir. Pendataan jumlah

nelayan merupakan amanat Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2016 untuk memperoleh

gambaran yang komperehensif mengenai jumlah

nelayan yang ada di suatu daerah. Dengan data

yang akurat diharapkan menjadi dasar

perencanaan pemerintah maupun pemerintah

daerah untuk melakukan intervensi perlindungan

dan pemberdayaan nelayan sebagai bagian dari

rencana pembangunan nasional dan rencana

pembangunan daerah.

Bentuk Perlindungan bagi Nelayan dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016

Untuk mencapai terwujudnya perlindungan

nelayan yang efektif, Pasal 12 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2016 mengatur strategi

perlindungan yang meliputi:

a. penyediaan prasarana Usaha

Perikanan dan Usaha Pergaraman;

b. kemudahan memperoleh sarana Usaha

Perikanan dan Usaha Pergaraman;

c. jaminan kepastian usaha;

d. jaminan risiko Penangkapan Ikan,

Pembudidayaan Ikan, dan Pergaraman;

e. penghapusan praktik ekonomi

biaya tinggi;

f. pengendalian impor Komoditas

Perikanan dan Komoditas Pergaraman;

g. jaminan keamanan dan

keselamatan; dan

h. fasilitasi dan bantuan hukum.

Setelah mencermati materi muatan dan

substansi yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2016 dapat dikatakan bahwa

undang-undang ini telah mengatur secara cukup

komperehensif masalah-masalah ril yang

dihadapi nelayan. Aspek-aspek yang berkaitan

dengan perencanaan, kebijakan, dan strategi,

hingga peluang pemberian subsidi bagi nelayan

mencerminkan bahwa pemerintah telah

mengembangkan suatu politik hukum yang

memihak kepada nelayan. Namun yang perlu

menjadi catatan adalah ruang lingkup Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,

Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam yang

terlalu luas.

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

161

Seharusnya satu undang-undang hanya

mengatur satu substansi sehingga memudahkan

dalam implementasi. Kelihatannya pembentuk

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016, terkesan

memaksakan pengaturan beberapa hal/masalah

yang secara substansial berbeda karakteristiknya.

Nelayan dan pembudi daya ikan merupakan

suatu jenis pekerjaan yang sangat berbeda

meskipun memiliki objek sama yakni ikan.

Demikian pula antara nelayan dengan petambak

garam, jelas merupakan dua jenis pekerjaan yang

berbeda keahlian dan masalah-masalah yang

dihadapi. Penggabungan pengaturan nelayan,

pembudi daya ikan, dan petambak garam dalam

satu undang-undang, menyalahi salah satu

prinsip penyusunan norma hukum yang baik

sebagaimana dipopulerkan oleh Lon L. Fuller

dalam The Morality of Law. Menurut Fuller,

norma hukum yang baik harus menghindari diri

dari kontradiksi-kontradiksi dan norma hukum

harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat

dimengerti oleh rakyat.14

Sebagian permasalahan yang masih

dialami saat ini, terletak pada implementasi dari

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2016. Seperti dokumen

perlindungan dan pemberdayaan nelayan yang

harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah. Sepanjang penelitian penulis, di Provinsi

Sulawesi Tengah dan Kabupaten Donggala serta

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi

14

Oka Mahendra, Harmonisasi Peraturan Perundang-

Undangan, Jakarta, 29 Maret 2010, dalam

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/421-

harmonisasi-peraturan-perundang-undangan.html.

Tengah sampai sekarang belum menerbitkan

peraturan daerah tentang perlindungan dan

pemberdayaan nelayan. Padahal keberadaan

peraturan daerah akan menjadi dasar hukum bagi

pemerintah daerah untuk menetapkan strategi

dan kebijakan yang lebih terarah dalam rangka

perlindungan dan pemberdayaan nelayan.

Dengan adanya peraturan daerah maka

pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana

untuk berbagai program dan kegiatan yang

berkaitan dengan perlindungan nelayan.

Menurut catatan penulis, salah satu

program yang sudah berjalan saat ini di

Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah,

sebagai implementasi dari Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2016 adalah program asuransi

bagi nelayan yang dilakukan oleh pemerintah

pusat melalui Kementerian Kelautan dan

Perikanan dalam program BPAN (Bantuan

Premi Asuransi Nelayan). Nelayan yang terdata

sebagai peserta asuransi yang mengalami

kecelakaan saat melaut akan menerima klaim

asuransi sesuai dengan besar kecilnya risiko

kecelakaan yang dialami. Syarat untuk

melakukan klaim asuransi yakni adanya surat

keterangan dari Dinas Perikanan Kabupaten

Donggala, surat keterangan dari desa, dan yang

bersangkutan memiliki kartu peserta asuransi

nelayan.

Adapun syarat untuk menjadi penerima

bantuan asuransi nelayan adalah:

1. Nelayan kecil dan nelayan

tradisional;

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

162

2. Memiliki kartu nelayan;

3. Berusia maksimal 65 tahun;

4. Tidak menggunakan alat tangkap

yang dilarang;

5. Ukuran kapal maksimal 10 GT;

6. Tidak pernah mendapatkan

bantuan program asuransi dari manapun.

Salah satu daerah yang telah memiliki

peraturan daerah tentang perlindungan dan

pemberdayaan nelayan adalah Provinsi Jawa

Timur. Provinsi Jawa Timur memiliki Peraturan

Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. Ada

dua koridor yang termuat dalam Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun

2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan

Nelayan, yakni mendorong terlindunginya proses

usaha sebagai nelayan secara kontinyu

mendapatkan mata pencaharian serta

memberikan kemampuan dan peningkatan

kualitas usahanya melalui pemberdayaan

bimbingan teknis dan permodalan usaha. Dengan

dua koridor tersebut dapat meningkatkan

tarap hidup nelayan melalui perlindungan usaha

dan berdaya dalam meningkatkan produksi dan

produktivitas usahanya.15

15

https://dkp.jatimprov.go.id/index.php/2017/02/02/sosialisa

si-peraturan-daerah-no-03-tahun-2016-tentang-

perlindungan-dan-pemberd

PENUTUP

Simpulan

Dengan berlakunya Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan

Petambak Garam berarti ada instrumen hukum

yang secara spesifik mengatur perlindungan

sekaligus pemberdayaan bagi nelayan.

Keberadaan undang-undang ini melengkapi

undang-undang sektoral yang ada seperti

undang-undang kelautan, undang-udang

perikanan, dan undang-undang pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang

memiliki relevansi pengaturan yang terkait

dengan sumber daya perikanan dan nelayan.

Meskipun relatif sudah memberikan

perlindungan yang memadai terhadap

keberadaan nelayan namun Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan

Petambak Garam, memiliki kelemahan yang

cukup mendasar. Salah satunya adalah

pengaturan yang terlalu luas untuk mengatur tiga

jenis pekerjaan yang sifat dan karakteristiknya

sangat berbeda, yakni nelayan, pembudi daya

ikan, dan petambak garam. Pengaturan yang luas

ini kontraproduktif dengan maksud awal untuk

membentuk suatu undang-undang yang fokus

untuk melindungi eksistensi dan kelangsungan

nelayan tangkap di Indonesia.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

163

Saran

1. Diperlukan implementasi lebih

lanjut tentang desain rencana perlindungan dan

pemberdayaan nelayan di tingkat nasional,

provinsi, dan kabupaten/kota sebagai

pelaksanaan dari amanah Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan

Petambak Garam.

2. Pemerintah perlu segera

membentuk peraturan pelaksanaan dari Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,

Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam agar

undang-undang ini dapat dilaksanakan secara

efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Solihin, Nelayan, Hak Tradisional dan Negara Kepulauan, Sinar Harapan, 7 November 2006.

Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara dalam Privatisasi BUMN, Kencana Prenada Group,

Jakarta, 2012.

Anita Nuzula Pohan, Hak Menguasi Negara dalam Kegiatan Penanaman Modal Bidang Sumber

Daya Air, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2016.

Ansar, Menuju Kebijakan Pengelolaan Teluk Palu yang Harmonis, Media Litbang Sulteng IV,

Desember 2011.

Aisyah Lailiyah dkk., Laporan Akhir Analisis dan Evaluasi Hukum dalam Rangka Pemberantasan

Kegiatan Perikanan Liar (IUU Fishing,) Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, Badan

Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM R.I., 2016.

Angela Vania dan Dona Rahayu, Perlindungan Hukum bagi Nelayan Indonesia, 10 April 2019,

https://icel.or.id.

Arif Satria, Kelautan Setelah Ada UU Pemerintah Daerah, Kompas, 5 Januari 2016.

Arif Satria, Melindungi Nelayan, Republika, 6 April 2015.

Dewi Wuryandani dan Hilma M, Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut untuk

Menunjang Ketahanan Pangan di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 2

No. 1 Tahun 2011.

Direktorat Kelautan dan Perikanan Kementerian PPN/Bappenas, Kajian Strategi Pengelolaan

Perikanan Berkelanjutan, Jakarta, 2014.

Hikmah dan Zahri Nasution, Upaya Perlindungan Nelayan Terhadap Keberlanjutan Usaha

Perikanan Tangkap, Jurnal Kebijakan Sosek KP, Vol. 7 No. 2, Tahun 2017.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN DI …

Tadulako Master Law Journal, Vol 5 Issue 2, Juni 2021

164

Ida Ayu Febrina Anggasari, I Made Pasek Diantha, Dan Made Maharta Yasa, Perlindungan Hukum

Terhadap Nelayan Tradisional Indonesia Menurut Ketentuan United Nations Convention On

The Law Of The Sea 1982, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Ida Kurnia, Implementasi Pembangunan Berkelanjutan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan

di Zee Indonesia, Jurnal Hukum Prioris, Vol. 6 No. 1 Tahun 2017.

Imam Subekti, Implikasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut di Indonesia Berlandaskan Code

of Conduct For Responsible Fisheries ( CCRF ), Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI.

Indra Yulianingsih, Dimensi Keadilan Pengelolaan Perikanan Tangkap dalam Perspektif Otonomi

Daerah, Yuridika, Volume 32 No. 1, Januari 2017.

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia, Jakarta, 2006.

Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, Gramedia, Jakarta, 2010.

Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 2010.

Oka Mahendra, Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan, Jakarta, 29 Maret 2010.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010.

Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2011.

Sadina, Nelayan Jadi Korban Klaim Perbatasan, Sinar Harapan, 18 Oktober 2006.

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Setjen DPR-RI, Naskah Akademik RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya

Ikan, dan Petambak Garam, Jakarta, 2015.

Suhana, Kebijakan Kelautan dan Perikanan dan Implikasinya Terhadap Kelestarian Sumber Daya

Ikan dan Ekonomi Perikanan Indonesia, Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, Vol. 2

No. 1 April 2015.

Yanis Maladi, Benturan Asas Nemo Judex Idoneus In Propria Causa dan Asas Ius Curia Novit

:Telaah Yuridis putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/PUU-IV/2006, Jurnal Konstitusi,

Volume 7, Nomor 2, April 2010.

Yudi Latif, Menyehatkan Indonesia: Peta Jalan Transformasi Tata Kelola Negara, Aliansi

Kebangsaan, 2 Mei 2019.