perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

206
TESIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG UANG ELEKTRONIK DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI E-MONEY NI NYOMAN ANITA CANDRAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013

Transcript of perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Page 1: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

TESIS

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG UANG ELEKTRONIK DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI

E-MONEY

NI NYOMAN ANITA CANDRAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 2: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

TESIS

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG UANG ELEKTRONIK DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI

E-MONEY

NI NYOMAN ANITA CANDRAWATI

NIM : 0990561057

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 3: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG UANG ELEKTRONIK DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI

E-MONEY

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI NYOMAN ANITA CANDRAWATI

NIM : 0990561057

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Page 4: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 6 November 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. I Putu Sudarma Sumadi, SH. SU. Dr. I Wayan Wiryawan, SH. MH

NIP. 19560419198331003 NIP. 195503061984031003

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Hukum Direktur Progr am Pascasarjana

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Universitas Udayana

Dr. NK. Supasti D, SH., M.Hum., LLM Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K)

NIP. 196111011986012001 NIP. 195902151985102001

Page 5: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Tesis Ini Telah Diuji

Pada Tanggal 6 November 2013

Panitia Penguji Tesis

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Nomor 1902/UN14.4/HK/2003 Tanggal 1 Oktober 2013

Ketua : Prof. Dr. Putu Sudarma Sumadi. SH., SU.

Sekretaris : Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH.

Anggota : 1. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM.

2. Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH., MHum.,

3. Dr. I Made Sarjana, SH., MH.

Page 6: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Ni Nyoman Anita Candrawati

NIM : 0990561057

Program Studi : Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Judul Tesis : Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Uang

Elektronik Dalam Melakukan Transaksi E-Money

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 8 November 2013

Hormat saya,

Ni Nyoman Anita Candrawati

Page 7: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

UCAPAN TERIMAKASIH

Om Swastiastu,

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas asung kertha wara

nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Perlindungan

Hukum Bagi Pemegang Uang Elektronik Dalam Melakukan Transaksi

E-Money” , disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh

gelar Magister pada Program Magister (S2) Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas

Udayana.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan,

motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan tidak mengurangi rasa hormat

kepada mereka yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini,

penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD - KEMD, Rektor Universitas

Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di

Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di

Universitas Udayana.

Page 8: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H., M.H., Dekan Fakultas

Hukum Universitas Udayana atas fasilitas yang diberikan kepada penulis

untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ilmu Hukum

Universitas Udayana.

4. Ibu Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM., Ketua Program

Studi dan Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa L, SH., MHum., Sekretaris

Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, atas fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan pada Program

Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Prof. Dr. Putu Sudarma Sumadi, SH., S.U., Dosen Pembimbing I atas

kesabarannya telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH., Dosen Pembimbing II atas

kesabarannya telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Ibu Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM., Ibu Desak Putu

Dewi Kasih SH., MHum., dan Bapak Dr. I Made Sarjana, SH., MH., dosen

penguji yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Seluruh dosen pengajar serta staf akademik atas dukungan yang diberikan

kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi Magister Ilmu Hukum

Universitas Udayana.

Page 9: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

9. Kedua orangtua, Drs. I Nyoman Suartha, SH, dan Kiswati, yang telah

memberikan kasih sayang dan dukungan penuh bagi penulis, kakak-kakak

tercinta Luh Putu Anggraeni, SE, Made Arya Kusuma, ST, dan Luh Musi

Utami, keponakan tersayang Ni Putu Rinjani Sawitri, dan sahabat kecil

Julietta Maharani, serta seluruh keluarga besar, yang telah banyak

memberikan doa dan dukungan moral kepada penulis.

10. Vika Treshna Fatria, SH., beserta keluarga atas dukungan dan motivasi bagi

penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Magister Ilmu Hukum Angkatan 2009

khususnya konsentrasi Hukum Bisnis yang berjuang bersama dan saling

mendukung dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Sahabat-sahabat terbaik IGA Ista Pradnyani, SH.; AAA Arie Anggreani, ST;

Sang Ayu Made Indira Arthakana; Made Putri Arysanthi, SH; Ni Made

Lestiaponi, SH; Putu Novarisna Wiyatna SH.,MH.; AA Ari Widhyasari,

SH.,MKn.; Ni Wayan Desi Aryanti, SH.,MH.; Dewi Bunga, SH.,MH.; AA

Putri Aprilina, SH.,MKn.; Putu Ria Dewi Marheni, SH.,MH.; I Gede Abdhi

Prabawa, SH.,MKn.; Ni Made Diana Dewi Rinjani, SH., dan rekan-rekan

kerja PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk., beserta seluruh rekan-rekan yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu penulis menyelesaikan

studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.

Page 10: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,

Walaupun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini tetap dapat bermanfaat

bagi pembaca. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melimpahkan

berkah dan rahmatnya kepada kita semua. Ashtungkara.

Om Santi Santi Santi Om.

Denpasar, 8 November 2013

Hormat Penulis,

Ni Nyoman Anita Candrawati

Page 11: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

ABSTRAK

Tesis ini berjudul Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Kartu Dalam Transaksi Uang Elektronik. Perkembangan teknologi dan perdagangan membawa perubahan dalam kebutuhan masyarakat. Alat pembayaran berupa uang tunai dalam bentuk uang logam maupun uang kertas konvensional, kini berkembang dalam bentuk pembayaran yang dilakukan melalui sistem elektronik (e-payment system). Salah satu alat pembayaran elektronik atau non tunai yaitu dengan menggunakan kartu uang elektronik (e-money). Nilai uang disimpan secara elektronik yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor pemegang kepada penerbit. Nilai uang tersebut digunakan sebagai alat pembayaran namun bukan merupakan simpanan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbankan, jadi tidak dijamin oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Terdapat dua permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu bentuk pengaturan bagi pemegang kartu uang elektronik dalam melakukan transaksi e-money dan perlindungan hukum bagi pemegang kartu dalam melakukan transaksi e-money.

Penelitian dalam tesis ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang dan analisis konsep hukum. Bahan hukum yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan, bahan hukum sekunder berupa literatur yang berkaitan dengan permasalahan, dan bahan hukum tersier berupa kamus hukum dan artikel dalam format elektronik. Seluruh bahan hukum tersebut dikumpulkan menggunakan sistem kartu dan dianalisa secara deskriptif dan evaluasi.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut, bentuk pengaturan hukum terhadap uang elektronik diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik dan melalui perjanjian baku yang diatur oleh penerbit berupa syarat dan ketentuan pemegang kartu. Perlindungan hukum bagi pemegang kartu diperlukan untuk menjamin persamaan kedudukan penerbit dan pemegang kartu, termasuk perlindungan hukum terhadap penyalahgunaan kartu e-money yang dapat merugikan pemegang melalui perlindungan hukum preventif dan represif. Bank Indonesia juga akan memberikan sanksi terkait pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara kegiatan uang elektronik yang tidak dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku. Perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu juga merupakan bentuk upaya perlindungan bagi pemegang kartu melalui asas-asas perjanjian yang melekat pada perjanjian tersebut meskipun tidak tercantum secara tertulus dalam perjanjian.

Kata kunci : uang elektronik, pemegang kartu, bentuk pengaturan, perlindungan hukum

Page 12: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

ABSTRACT

This thesis entitled Legal Protection for Electronic Money Card Holder in E-Money Transactions. Technology and trade development led to changes in the needs of the community. Instruments of payment, in the form of cash both coins and conventional banknotes are now developing in the form of payments made through electronic system (e-payment system). One means of electronic or non-cash payments are by using electronic money card (e-money). Value of money is stored electronically and issued on the basis of the value of money paid to the holders of the provider. The money is used as a means of payment, but not the deposit as stipulated in the Banking Law, so it is not guaranteed by Indonesia Deposit Insurance Corporation (Lembaga Penjamin Simpanan / LPS). There are two issues that were examined in this study, namely: the arrangements for electronic money card holders in e-money transactions and legal protection for the cardholder to perform e-money transactions.

The research in this thesis is a normative legal research using the statute approach and analytical & conceptual approach. Legal material used consists of primary legal materials in the form of legislation, secondary legal materials in the form of literature relating to the problem, and tertiary legal materials, such as legal dictionaries and articles in electronic format. The entire legal materials were collected using a card system and analyzed descriptively and evaluatively.

Based on the results of studies conducted on the issue, the legal regulation of the form of electronic money stipulated in Bank Indonesia Regulation Number 11/12/PBI/2009 on Electronic Money, and through standard agreements governed by the provider, such as terms and conditions of the card holder. Legal protection for the cardholder is required to ensure the equality of the provider and the card holder, including legal protection against the misuse of e-money card that can be detrimental to the holder, through preventive and repressive legal protection. Bank Indonesia sanctions related to violations committed organizers electronic money activities are not carried out in accordance with the applicable provisions. Agreement between the issuer and the card holder is also a form legal protection for card holder through the principles of agreement attached to the agreement although not included in writing on the agreement.

Keywords: electronic money, card holder, forms of regulation, legal protection

Page 13: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

RINGKASAN

Tesis ini terdiri dari lima bab, masing-masing terdiri dari beberapa sub bab

yang memaparkan serta mengkaji permasalahan dalam penelitian ini yaitu

perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam melakukan transaksi

e-money.

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang memaparkan latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, orisinalitas penulisan, landasan teoritis dan metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap

Pemegang Uang Elektronik Dalam Melakukan Transaksi E-Money. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh perkembangan sistem pembayaran non tunai yang

dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan teknologi dan pola hidup masyarakat.

Perkembangan teknologi ini member dampak terhadap munculnya inovasi-inovasi

baru dalam pembayaran elektronis (electronic payment), salah satunya yaitu alat

pembayaran menggunakan uang elektronik (electronic money / e-money).

pembayaran menggunakan kartu e-money tidak memerlukan proses otorisasi dan

tidak terkait dengan rekening di bank penerbit. Kartu mudah dipindahtangankan

dan nilai uang yang tersimpan bukan merupakan simpanan sebagaimana dalam

Undang-Undang Perbankan. Hal ini menyulitkan pemegang kartu jika kartu

hilang atau dicuri, penerbit tidak akan dapat memblokir atau mengganti saldo

yang hilang atas penggunaan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Adapun

Page 14: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

permasalahan yang diangkat yaitu bentuk pengaturan dan perlindungan hukum

bagi pemegang kartu uang elektronik dalam melakukan transaksi e-money.

permasalahan tersebut dikaji menggunakan teori yang relevan dan menggunakan

metode penelitian hukum normatif untuk menyimpulkan bahan hukum yang

terkait dengan permasalahan dalam tesis ini.

Bab kedua menguraikan tinjauan umum alat pembayaran dan uang elektronik

yang meliputi sejarah dan pengertian alat pembayaran yang membahas uang tunai

hingga perkembangan jenis-jenis pembayaran non tunai menggunakan kartu,

dasar hukum sistem pembayaran menggunakan kartu, pengertian dan dasar hukum

uang elektronik, perbedaan uang elektronik dengan alat pembayaran

menggunakan kartu lainnya dan perkembangan uang elektronik di Indonesia.

Bab ketiga menguraikan mengenai transaksi e-money dalam perspektif sistem

hukum Indonesia yang merupakan hasil penelitian dari permasalahan pertama.

Pada bab ini dibahas mengenai sistem hukum transaksi eletronik di Indonesia

yang menguraikan undang-undang yang terkait dalam sistem pembayaran uang

elektronik dan membahas mengenai bentuk pengaturan transaksi uang elektronik

di Indonesia berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009

tentang Uang Elektronik (Electronik Money) termasuk syarat dan ketentuan bagi

pemegang kartu yang dikeluarkan oleh penerbit.

Bab keempat menguraikan mengenai penyalahgunaan e-money dan

perlindungan hukum bagi pemegang kartu yang merupakan hasil penelitian

permasalah kedua, yaitu membahas mengenai bentuk penyalahgunaan kartu

Page 15: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

pembayaran uang elektronik, tanggung jawab penyelenggara sistem pembayaran

uang elektronik, dan perlindungan hukum bagi pemegang kartu uang elektronik

dalam transaksi e-money.

Bab kelima merupakan bagian penutup yang simpulan dari permasalahan

dalam penelitian tesis ini serta diajukan saran terhadap permasalahan yang dikaji.

Simpulan dari permasalahan yang diangkat adalah pengaturan alat pembayaran

menggunakan uang elektronik (e-money) diatur dalam Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) dan Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP Tahun 2009 tentang Uang Elektronik

(Electronic Money) yang mengatur mengenai syarat dan tata cara pengajuan

menjadi pihak-pihak penyelenggara uang elektronik yaitu Prinsipal, Penerbit,

Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir.

Penerbit juga mengeluarkan klausula yang ditetapkan dalam syarat dan ketentuan

bagi pemegang kartu e-money. Pengaturan ini tidak menjelaskan perlindungan

bagi pemegang kartu dalam hal kerugian yang diderita pemegang jika kartu hilang

atau dicuri maupun terhadap penyalahgunaan kartu oleh pihak yang tidak

berwenang.

Page 16: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ….……………………………………………..

HALAMAN SAMPUL DALAM …..……………………………………………

HALAMAN PERSYARATAN GELAR MAGISTER……………………….

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING…………..…………………...

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS……………………..

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………………………………….

UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………….

ABSTRAK……………………………………………………………………….

ABSCTRACT…………………………………………………………………….

RINGKASAN……………………………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………………...

DAFTAR TABEL………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..

1. Permasalahan…………………………………………….....................

1. Latar belakang masalah……………………………………………

2. Rumusan Masalah…………………………………………………

3. Ruang Lingkup Masalah…………………………………………..

4. Tujuan Penelitian ……………………………………....................

5. Manfaat Penelitian……………………………………………….

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

xi

xii

xiii

xvi

xix

xx

1

1

1

9

9

10

10

Page 17: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

2. Orisinalitas Penulisan …………………………………………………

3. Landasan Teoritis……………………………………………………...

4. Metode Penelitian………………………..............................................

1. Jenis Penelitian………………….............................................

2. Jenis Pendekatan……..…...………….............................................

3. Sumber Bahan Hukum……………............................................

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ………..……………………

5. Teknik Analisis Bahan Hukum …………………………………...

BAB II TINJAUAN UMUM ALAT PEMBAYARAN DAN UANG

ELEKTRONIK……………………………………………………..

1. Alat Pembayaran…………………………………………………….

1.1. Sejarah dan Pengertian Alat Pembayaran…………………..

1.2. Jenis-Jenis Alat Pembayaran Menggunakan Kartu…………

2. Dasar Hukum Sistem Pembayaran Menggunakan Kartu dan Uang

Elektronik………………………………………………….…………

3. Uang Elektronik (E-Money)…………………………………………..

3.1. Pengertian dan Dasar Hukum Uang Elektronik…………….

3.2. Para Pihak Dalam Transaksi Uang Elektronik………………..

3.3. Perbedaan Uang Elektronik Dengan Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu………………………………………….

4. Uang Elektronik dan Perkembangannya di Indonesia………………..

11

15

30

31

32

32

34

34

35

35

35

41

52

56

56

62

67

69

Page 18: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

BAB III TRANSAKSI MELALUI UANG ELEKTRONIK DALAM

PERSPEKTIF HUKUM INDONESIA …………………………...

1. Sistem Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia…………………

2. Bentuk Pengaturan Transaksi Melalui Uang Elektronik di

Indonesia……………………………………………………………...

BAB IV PENYALAHGUNAAN UANG ELEKTRONIK DAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG KARTU……

1. Bentuk Penyalahgunaan Kartu Pembayaran Uang Elektronik……..

2. Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Pembayaran Uang

Elektronik…………………………………………………………….

3. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Kartu Uang Elektronik…….

BAB V PENUTUP………………………………………………………………

1. Simpulan……………………………………………………………..

2. Saran…………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….

LAMPIRAN………………………………………………………………………

73

73

102

137

137

140

155

168

168

169

Page 19: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Persamaan dan Perbedaan Uang Elektronik Jenis Terdaftar

(Registered) dan Tidak Terdaftar (Unregistered)…………………

Mekanisme Hubungan Penerbit, Pemegang dan Merchant Dalam

Transaksi Uang Elektronik ………………………………………...

Perbedaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu dan Uang

Elektronik………………………………………………………….

Perbandingan Syarat dan Ketentuan Kartu E-Money yang

diterbitkan oleh Bank Penerbit yang berbeda-beda………………

58

65

68

131

Page 20: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Kartu Kredit (Credit Card)……………………..…………………

Kartu ATM (Automated Teller Machine) dan/atau Kartu Debit

(Debit Card)……………………………………………………….

Kartu BRIZZI tampak depan dan tampak belakang………………

Kartu Flazz BCA tampak depan dan tampak belakang…………..

46

51

70

71

Page 21: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

BAB I

PENDAHULUAN

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan berkesinambungan

dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam menghadapi

perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif,

dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan

yang semakin maju, diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi,

termasuk keuangan.

Satu lagi perkembangan teknologi dan perdagangan yang telah membawa

suatu perubahan, adalah kebutuhan masyarakat atas suatu alat pembayaran yang

dapat memenuhi kecepatan, ketepatan, dan keamanan dalam setiap transaksi

elektronik. Sejarah membuktikan perkembangan alat pembayaran terus berubah-

ubah bentuknya, mulai dari bentuk logam, uang kertas konvensional, hingga kini

alat pembayaran telah mengalami evolusi berupa data yang dapat ditempatkan

pada suatu wadah atau disebut dengan alat pembayaran elektronik.

Dalam penggunaan sistem elektronik ada dua hal mendasar yang perlu

diperhatikan. Pertama, teknologi merupakan hasil temuan manusia yang akan

Page 22: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

mempunyai kelemahan-kelemahan dalam sistem teknisnya. Kedua, teknologi

selain memiliki kelemahan dalam sistem teknisnya juga mempunyai

ketidakpastian dalam segi jaminan kepastian hukum.1 Memperhatikan dua hal ini,

pembahasan tentang perlindungan bagi pemanfaatan teknologi didekati tidak saja

dari segi hukum, tetapi juga harus memperhatikan pada aspek keberadaan

teknologinya sendiri. Teknologi menjadi sangat penting mengingat pendekatan

teknologi pada hakekatnya merupakan langkah preventif terhadap upaya-upaya

penyalahgunaan teknologi yang bersangkutan, dimana hal itu belum tentu dapat

diselesaikan melalui pendekatan hukum.2 Kemudian pendekatan hukum dapat

dijadikan sebagai langkah preventif dan represif apabila ada pelanggaran-

pelanggaran dalam penggunaan teknologi informasi.

Dari sisi sistem pembayaran non tunai, Bank Indonesia berkepentingan untuk

memastikan bahwa sistem pembayaran non tunai yang digunakan oleh masyarakat

dapat berjalan secara aman, efisien, dan handal. 3 Oleh karena itu, perkembangan

penggunaan alat pembayaran non tunai mendapat perhatian yang serius dari Bank

Indonesia mengingat perkembangan pembayaran non tunai diharapkan dapat

mengurangi beban penggunaan uang tunai dan semakin meningkatkan efisiensi

perekonomian dalam masyarakat. Meskipun dari sisi teknologi alternatif

penggunaan instrumen pembayaran non tunai sangat feasible untuk menggantikan

1 Editorial Jurnal Hukum Bisnis, 2002, E-commerce Meningkatkan Efisiensi, Jurnal Hukum

Bisnis, Vol. 18, Hal 4. 2 Ibid. 3 Working Paper, 2006, Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai

Melalui Pengembangan E-Money, Tim Inisiatif Bank Indonesia, available from : URL : http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/70AD6420-DA75-4D45-8F3C-C6F3465312FB/7858/WorkingPaper_MicroPayment.pdf., diakses pada tanggal 10 November 2012, Hal 2.

Page 23: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

uang tunai. Namun demikian aspek psikologis, keamanan, kenyamanan, dan

kepercayaan masyarakat terhadap uang kas kemungkinan besar tetap merupakan

hambatan yang masih harus dihadapai dalam perkembangan instrumen

pembayaran non tunai.

Dalam perkembangannya, sistem pembayaran non tunai sangat dipengaruhi

oleh kemajuan perkembangan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat.

Saat ini perkembangan instrumen pembayaran non tunai berjalan sangat pesat

seiring dengan perkembangan teknologi sistem pembayaran yang pada akhir-akhir

ini telah membawa dampak yang besar terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam

sistem pembayaran tersebut. Dengan dukungan teknologi yang semakin maju,

masyarakat pengguna maupun penyedia jasa sistem pembayaran non tunai secara

terus menerus mencari alternatif instrumen pembayaran non tunai yang lebih

efisien dan aman. Selain itu, perubahan pola hidup masyarakat yang disertai

peningkatan efisiensi pola hidup menuntut tersedianya sarana telekomunikasi dan

trasportasi yang demikian cepat sehingga hambatan jarak dan waktu dapat

dikurangi. Perkembangan telekomunikasi dan transportasi ini juga memberikan

pengaruh yang besar terhadap transaksi keuangan terutama terkait dengan cara

antar pihak melakukan pembayaran.

Alat pembayaran non tunai ini khususnya jenis-jenis pembayaran

menggunakan kartu atau alat pembayaran elektronik pada awalnya dikenal dalam

bentuk kartu kredit (credit card) yang kemudian berkembang jenis-jenis alat

pembayaran menggunakan kartu lainnya yaitu kartu debet (Debit Card) dan kartu

penyimpan dana (stored value card). Kemunculan kartu-kartu ini dengan berbagai

Page 24: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

jenis telah memberikan pilihan kepada pengguna untuk memilih cara pembayaran

yang sesuai dengan keperluannya masing-masing.

Dewasa ini di berbagai negara terlihat bahwa alat atau instrumen pembayaran

mikro juga telah berkembang cukup pesat seiring dengan perkembangan teknologi

dan kebutuhan masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran yang mudah,

aman dan efisien. Instrumen pembayaran mikro adalah instrumen pembayaran

yang di desain untuk menangani kebutuhan transaksi dengan nilai yang sangat

kecil namun volume yang tinggi serta membutuhkan waktu untuk memproses

transaksi yang relatif sangat cepat. Kebutuhan instrumen pembayaran mikro

timbul karena apabila pembayaran dilakukan menggunakan instrumen

pembayaran lain yang ada saat ini (misalnya uang tunai, kartu debit, kartu kredit,

dan sebagainya) menjadi relatif tidak praktis, tidak efisien, tidak nyaman atau

bahkan lebih mahal biayanya. Tidak seperti alat pembayaran lain misalnya kartu

kredit atau kartu debit yang menetapkan minimum jumlah transaksi serta adanya

tambahan biaya yang cukup mahal, alat pembayaran mikro harus dapat digunakan

untuk melakukan pembayaran dalam jumlah yang sangat kecil dengan biaya

transaksi yang relatif kecil pula. Adanya peluang bagi lembaga non bank untuk

dapat menjadi penerbit alat pembayaran mikro akan membuka kesempatan kepada

masyarakat luas, meskipun bukan nasabah bank, untuk dapat menggunakan

fasilitas pembayaran mikro. Hal ini tentunya akan semakin meningkatkan akses

masyarakat terhadap alat pembayaran non tunai.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia,

salah satu wewenang Bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga

Page 25: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

kelancaran sistem pembayaran adalah menetapkan penggunaan alat pembayaran.

Penetapan penggunaan alat pembayaran ini dimaksudkan agar alat pembayaran

yang digunakan dalam masyarakat memenuhi persyaratan keamanan dan efisiensi

bagi penggunanya. Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi

memberi dampak terhadap munculnya inovasi-inovasi baru dalam pembayaran

elektronis (Electronic Payment).

Dalam hal ini yang dimaksud dengan pembayaran elektronis adalah

pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti

Integrated Circuit (IC), cryptography dan jaringan komunikasi. Pembayaran

elektronis yang kita kenal dan sudah ada di Indonesia saat ini antara lain phone

banking, internet banking, kartu kredit dan kartu debit/ATM.4 Meskipun teknologi

yang digunakan berbeda-beda, seluruh pembayaran elektronis tersebut selalu

terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya. Dalam

hal ini setiap instruksi pembayaran yang dilakukan nasabah, baik melalui phone

banking, internet banking, kartu kredit maupun kartu debit/ATM, selalu melalui

proses otorisasi dan akan dibebankan langsung ke dalam rekening nasabah

tersebut.

Saat ini, di beberapa negara telah mulai dikembangkan produk pembayaran

elektronik yang dikenal sebagai Electronic Money (selanjutnya disebut e-money

4 Paper Kajian E-Money, 2001, Paper Kajian Mengenai E-Money, Bank Indonesia, available

from : URL : http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2AE7458F-D2DD-80DD-

D890DE7F7C97/PaperKajianemoney3.pdf., diakses tanggal 10 November 2012, Hal 2.

Page 26: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

atau uang elektronik), yang karakteristiknya berbeda dengan pembayaran

elektronis yang telah disebutkan sebelumnya, karena setiap pembayaran yang

dilakukan dengan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses

otorisasi dan tidak terkait secara langsung dengan rekening nasabah di bank (pada

saat melakukan pembayaran tidak dibebankan ke rekening nasabah di bank),

sebab e-money tersebut merupakan produk ‘stored value’ dimana sejumlah nilai

(monetary value) telah terekam dalam alat pembayaran yang digunakan (prepaid).

Dalam ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang

Uang Elektronik (Electronic Money) dalam ketentuan Pasal 1 Ayat 3, “Uang

Elektronik (Electronic Money) adalah alat pembayaran yang diterbitkan atas dasar

nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit. Nilai uang

disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip yang digunakan

sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang

elektronik tersebut. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan

dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

Tujuan awal penggunaan e-money untuk kepraktisan, hanya sekali tekan

transaksi berhasil dilakukan, selain itu tidak perlu membawa uang tunai jika ingin

membeli sesuatu. Namun pada dasarnya e-money tidak bertujuan untuk

mengganti fungsi uang tunai secara total. Pemegang kartu e-money sebaiknya

memilih kartu e-money sesuai kebutuhan. Hal ini karena ada banyak kartu e-

money yang beredar di pasaran dan menawarkan fasilitas pembayaran yang tidak

sama. Selain itu tidak semua pedagang yang dapat menerima transaksi

Page 27: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

pembayaran melalui e-money. Dengan kata lain, belum ada kartu e-money yang

bisa memenuhi semua kebutuhan.

Berbeda dengan kartu kredit atau kartu debit, kartu e-money tidak

memerlukan konfirmasi data atau otorisasi Personal Identification Number (PIN)

ketika akan digunakan sebagai alat pembayaran dan tidak terkait langsung dengan

rekening nasabah di bank. Hal ini karena e-money merupakan produk stored value

dimana sejumlah nilai monetary value telah terekam dalam alat pembayaran yang

digunakan.5 Hal tersebut memungkinkan kartu dapat dipindahtangankan dan bisa

dipakai siapapun selama saldo masih mencukupi. Hal ini dapat membahayakan

karena jika kartu e-money hilang, maka saldo yang tersisa dapat digunakan oleh

orang lain. Pada kenyataannya, e-money dengan nilai yang dapat di top up atau

diisi ulang ini tidak termasuk dalam inventori bank sebagai salah satu lembaga

yang mengeluarkan produk ini.6 Artinya jika pencurian atau penggunaan kartu e-

money yang bukan pemegang kartu tidak dapat dilacak keberadaannya dan kartu

tersebut tidak dapat diblokir.

Meskipun relatif masih dalam tahap perkembangan awal, e-money

mempunyai potensi dalam menggeser peran uang tunai untuk pembayaran-

pembayaran yang bersifat retail sebab transaksi retail tersebut dapat dilakukan

dengan lebih mudah dan murah baik bagi konsumen maupun pedagang

(merchant). Pengembangan e-money di berbagai negara telah melahirkan berbagai

5 Yasser Arafat, E-Money Dalam Kacamata Plus-Minus, 2011, available from : URL : http://resaay.wordpress.com/2011/11/28/e-money-dalam-kacamata-plus-minus/, diakses pada tanggal 3 Februari 2013.

6 Anastasia Lilin Y, Mengontrol Pengeluaran Dengan Uang Elektronik (Selesai), 2012, Kontan.co.id, available from : URL : http://personalfinance.co.id/news/mengontrol-pengeluaran-dengan-uang-elektronik-selesai, diakses pada tanggal 3 Februari 2013.

Page 28: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

implikasi pengembangan e-money terhadap kebijakan Bank Sentral khususnya

yang berkaitan dengan fungsi pengawasan sistem pembayaran dan efektifitas

kebijakan moneter.

Perlindungan terhadap pengguna e-money harus diberikan didasari oleh

semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor

penggerak bagi produktivitas dan efisiensi atas barang atau jasa yang dihasilkan

dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai

sasaran usaha tersebut, akhirnya baik langsung maupun tidak langsung konsumen

yang pada umumnya akan merasakan dampaknya. Mengingat hal itu semua tentu

sudah menjadi keperluan yang mendesak akan adanya suatu perlindungan

terhadap pengguna e-money sebagai konsumen, untuk segera dicarikan solusinya,

mengingat demikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan

konsumen, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.7

Maka dari itu seorang pengguna alat pembayaran menggunakan kartu sudah

selayaknya dilindungi secara hukum dengan regulasi terhadap teknologi informasi

yang memadai. Selain itu juga diperlukan kemampuan darin aparat penegak

hukum, kesadaran hukum masyarakat dan prasarana-prasarana yang mendukung

penegakan hukum di bidang teknologi informasi.8

7 Sri Rejeki Hartono, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, Hal

33. 8 Johanes Ibrahim, 2004, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Refika

Aditama, Bandung, Hal 1.

Page 29: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, permasalahan yang timbul sehubungan dengan

pengaturan terhadap perlindungan hukum bagi nasabah dalam melakukan

transaksi e-money, terdapat beberapa permasalahan yang dapat diajukan dalam

penelitian ini, antara lain :

1. Bagimanakah bentuk pengaturan bagi pemegang kartu uang elektronik

dalam melakukan transaksi e-money?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pemegang kartu uang elektronik

dalam melakukan transaksi e-money?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Pembayaran yang dilakukan menggunakan kartu e-money tidak memerlukan

proses otorisasi dan tidak terkait langsung dengan rekening nasabah di bank,

karena untuk memperoleh kartu e-money tidak memerlukan konfirmasi data atau

personal identification number (PIN). Kehilangan kartu bukan merupakan

tanggung jawab penerbit. Penerbit tidak dapat memblokir kartu yang hilang atau

dicuri dan penerbit tidak akan mengganti sisa saldo kartu yang hilang atau dicuri

tersebut, karena nilai uang yang tersimpan bukan merupakan simpanan

sebagaimana dalam Undang-Undang Perbankan. Oleh karena itu diperlukan

bentuk pengaturan bagi pemegang kartu dan perlindungan hukum untuk menjamin

aspek keadilan bagi pemegang kartu uang elektronik dalam melakukan transaksi

sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas kegiatan

keuangan.

Page 30: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian atas beberapa permasalahan yang dipaparkan

diatas bertujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk pengaturan dan

perlindungan bagi pemegang kartu uang elektronik dalam melakukan transaksi e-

money.

1.4.2. Tujuan Khusus

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain

sebagai berikut :

1. Untuk dapat mengetahui bentuk pengaturan yang ideal bagi pemegang

kartu dalam melakukan transaksi e-money.

2. Untuk dapat mengetahui perlindungan hukum yang dapat diberikan bagi

pemegang kartu uang elektronik dalam melakukan transaksi e-money.

1.5. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian terhadap permasalahan yang dibahas pada penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat

praktis, yaitu sebagai berikut :

Page 31: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1.5.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan

sumbangan pikiran dan wawasan terhadap pengembangan ilmu hukum pada

umumnya dan khususnya dalam kaitannya dalam bidang hukum perbankan

maupun hukum perlindungan konsumen.

1.5.2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi penulis sendiri dalam menambah pengetahuan dan pemahaman akan

pengaturan mengenai e-money pada peraturan yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia maupun Hukum Perbankan termasuk Hukum Perlindungan Konsumen

dalam kaitannya terhadap perlindungan bagi pemegang kartu uang elektronik

dalam melakukan transaksi e-money.

2. Orisinalitas Penelitian

Permasalahan mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang kartu uang

elektronik dalam transaksi e-money sangat menarik untuk dijadikan objek

penelitian karena sarat akan permasalahan hukum.

Pertama, penulis menemukan penelitian untuk tesis pada Universitas

Diponegoro atas nama Trias Palupi Kurnianingrum, SH, dengan judul

“Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undnag Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, dengan rumusan masalah yaitu :

Page 32: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1. Bagaimanakah perlindungan nasabah kartu kredit ditinjau dari Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

2. Bagaimanakah hubungan hukum antara bank sebagai pemberi jasa EFT

khususnya kartu kredit terhadap nasabahnya?

3. Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala dalam perlindungan nasabah

kartu kredit?

Penelitian ini membahas mengenai bagaimana upaya perlindungan hukum

terhadap nasabah kartu kredit dalam kaitannya dengan bank sebagai pemberi jasa.

Perlindungan hukum terhadap nasabah ini ditinjau dari Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, bukan berdasarkan pada Undang-Undang Perbankan.

Kedua, penulis juga menemukan penelitian untuk tesis pada Universitas

Sumatera Utara atas nama Deasy Risma Rotua Siahaan dengan judul “Tinjauan

Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Pengguna ATM

(Automated Teller Machines) Dalam Sistem Perbankan Indonesia”, dengan

permasalahan yang diangkat yaitu :

1. Bagaimana pembuktian dalam penggunaan ATM menurut ketentuan

hukum yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimana tanggung jawab bank terhadap kerugian yang di derita nasabah

bank pengguna ATM dalam melakukan transaksi.

3. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi nasabah bank pengguna ATM

dalam sistem hukum perbankan di Indonesia?

Page 33: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Penelitian ini menekankan pada bank sebagai penyedia jasa fasilitas ATM

untuk mempermudah dalam melakukan transaksi keuangan. Bank hanya akan

bertanggung jawab terhadap kerugian yang di derita oleh nasabah pengguna ATM

apabila diakibatkan oleh kesalahan bank atau kesalahan mesin ATM, tetapi bank

tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang diakibatkan kesalahan nasabah

pengguna ATM itu sendiri.

Ketiga, penulis menemukan penelitian tesis pada Universitas Udayana atas

nama Ida Ayu Indah Sukma Angandari dengan judul “Kebijakan Pembaruan

Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Kartu

Kredit (Credit Card)” dengan rumusan masalah yaitu :

1. Apakah pentingnya pembaruan hukum pidana (KUHP) terhadap tindak

pidana penyalahgunaan kartu kredit (Credit Card)?

2. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana dalam tindak pidana

penyalahgunaan kartu kredit dalam RKUHP?

Penelitian ini membahas mengenai resiko bagi pemegang kartu apabila terjadi

penyalahgunaan kartu kredit yang ditinjau dalam kebijakan reorientasi dan

reformasi hukum pidana.

Terakhir, penulis menemukan penelitian untuk tesis dengan judul “Analisa

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Penggunaan Produk Baru (Studi Kasus

Uang Elektronik Kartu Flazz BCA)” atas nama Deni Rahmatsyah pada Magister

Manajemen Universitas Indonesia, dengan rumusan masalah yaitu :

Page 34: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1. Faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap minat

penggunaan kartu Flazz BCA?

2. Bagaimana pengaruh temuan faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi

satu sama lain terhadap minat penggunaan kartu Flazz BCA?

3. Seberapa besar pengaruh persepsi kemudahan penggunaan (Perceived

Ease Of Use) dan norma subjektif (Subjective Norm) terhadap persepsi

manfaat (Perceived Usefulness)?

4. Seberapa besar pengaruh persepsi manfaat (Perceived Usefulness) dan

persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use) terhadap sikap

(Attitude)?

5. Seberapa besar pengaruh persepsi perilaku control (Perceived Behavior

Contro) terhadap persepsi kemudahaan penggunaan (Perceived Ease Of

Use)?

Penelitian ini memang mengarah pada penggunaan uang elektronik namun

ditinjau dari sudut ekonomi, yakni menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi

minat penggunaan uang elektronik sebagai produk baru untuk alat pembayaran di

Indonesia.

Dari hasil pencarian, penulis tidak menemukan penelitian yang mengkhusus

mengenai e-money dalam tinjauannya berdasarkan ilmu hukum. Jika dilihat dari

beberapa penelitian yang dikemukakan diatas, dibandingkan penelitian yang

dilakukan oleh penulis tampaklah perbedaan-perbedaan yang spesifik. Walaupun

Page 35: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

kartu kredit maupun kartu ATM merupakan sama-sama salah satu bentuk produk

bank dengan kartu sebagai alat bayar dalam transaksi elektronik seperti halnya

dengan e-money, namun penulis menitikberatkan pada e-money sebagai alat bayar

pengganti uang tunai dalam transaksi elektronik dalam kaitannya dengan

perlindungan hukum terhadap pemegang kartu uang elektronik dalam melakukan

transaksi e-money.

3. Landasan Teoritis

Sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian maka diperlukan

landasan teori sebagai upaya untuk mengidentifikasi teori–teori hukum, konsep-

konsep hukum, asas-asas hukum, serta norma-norma hukum.9

Pada prinsipnya suatu teori adalah hubungan antara dua fakta atau lebih, atau

pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu fakta tersebut merupakan suatu yang

dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris, oleh sebab itu dalam

bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua

variable atau lebih yang telah diuji kebenarannya.10 Teori merupakan serangkaian

pemahaman-pemahaman pendapat-pendapat dari suatu kenyataan (realitas) yang

tersusun secara sistematis, logik dan konkrit yang melalui serangkaian pengujian

yang telah diakui kebenarannya (walaupun sementara) dan masih membutuhkan

serangkaian pengujian lagi agar diperoleh suatu kebulatan pemahaman tentang

9 Universitas Udayana, 2008, Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis

Program Magister Ilmu Hukum, Hal 10. 10 Soerjono Soekamto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Gravindo Persada, Jakarta,

Hal 30.

Page 36: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

suatu hal.11 Dalam dunia hukum terhadap pemahaman bahwa istilah teori

bukanlah sesuatu yang harus dijelaskan tetapi sebagai sesuatu yang seolah-olah

sudah dipahami maknanya.12 Adapun landasan teoritis yang dimaksudkan

berhubungan dengan permasalahan mengenai perlindungan hukum bagi

pemegang kartu e-money dan upaya hukum yang dapat dilakukan pemegang kartu

dalam melakukan transaksi e-money dan penanggulangannya adalah teori

keadilan, stakeholder theory, asas perlindungan hukum, asas kebebasan

berkontrak dan asas keseimbangan.

3.1. Teori Keadilan

Teori keadilan oleh Arisoteles menyatakan bahwa keadilan ditandai oleh

hubungan yang baik antara satu dengan yang lain, tidak mengutamakan diri

sendiri, tapi juga pihak lain serta adanya kesamaan. Apabila prinsip keadilan

dijalankan maka akan lahir bisnis yang lebih baik dan etis. 13

Teori keadilan dari Ulpianus menggambarkan keadilan adalah kehendak yang

terus menerus dan tetap memberikan kepada masing-masing apa yang menjadi

haknya. John Rawls membangun teori keadilan berbasis kontrak, dengan

menyebut justice as fairness yang ditandai adanya prinsip rasionalitas, kebebasan

11 B. Hestu Cipto Handoyo, 2008, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain Naskah

Akademik, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, Hal 28.

12 Otje Salman, 2008, Teori Hukum – Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, Refika Aditama, Jakarta, Hal 19.

13 Satjipto Rahardjo, 2010, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta Publishing, Yogyakarta, Hal 44.

Page 37: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dan kesamaan. Dengan adanya jaminan kebebasan serta kesetaraan yang sama

bagi semua orang maka keadilan akan terwujud 14

Dilihat dari segi hukum, hubungan antara pemegang kartu dan bank atau

lembaga lain selain bank sebagai penerbit maupun dalam kaitannya dengan

pedagang (merchant), yakni hubungan kontraktual. Hukum kontrak yang menjadi

dasar terhadap hubungan ini bersumber dari ketentuan-ketentuan Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata pada Buku Ketiga tentang perikatan. Menurut Pasal 1338

ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa semua perjanjian yang

dibuat secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah

pihak. Pada prinsipnya hubungan antara penerbit dan pemegang kartu adalah

hubungan kontraktual, dimana diberlakukan kontrak dalam bentuk kontrak standar

(kontrak baku), yang biasanya terdapat ketentuan-ketentuan yang berat sebelah,

dimana pihak penerbit seringkali lebih diuntungkan, sehingga prinsip

perlindungan dalam hubungan ini tidak dapat diberlakukan secara mutlak.

3.2. Stakeholder Theory

Perusahaan merupakan salah satu bagian dalam masyarakat dalam sistem sosial

yang berlaku. Keadaan ini menciptakan suatu hubungan timbal balik antara

perusahaan dan para stakeholder (pemangku kepentingan) yang berarti bahwa

perusahaan harus melaksanakan perannya secara dua arah untuk memenuhi

14Agus Yudha Hernoko, 2008, Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Laksbang

Mediatama, Yogyakarta, Hal 45.

Page 38: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

kebutuhan perusahaan itu sendiri maupun para stakeholder lainnya dalam sebuah

sistem sosial. Pendekatan stakeholder ini muncul untuk membangun suatu

kerangka kerja yang responsif terhadap masalah yang dihadapi berbagai kelompok

dan hubungan yang dihasilkan dengan cara yang strategis.

Teori ini dikemukakan oleh R. Edward Freeman. Menurut Freeman,

stakeholder merupakan individu, kelompok manusia, komunitas atau masyarakat

baik secara keseluruhan maupun parsial, internal maupun eksternal, yang

memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan, yang dapat

mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh perusahaan baik secara langsung

maupun tidak langsung.15

“… the key idea about capitalism is that the entrepreneur or manager creates

value by capturing the jointness of the interests (of the stakeholders). Yes,

sometimes the interests are in conflict, but over time they must be shaped in

the same direction.”16

Definisi ini menyatakan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan para

stakeholder karena mereka merupakan pihak yang mempengaruhi dan

dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktifitas dan

15 Elvinard Ardianto dan Dindin M. Machfudz, 2011, Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR

Berlipat-Lipat, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, Hal. 75 16 Antonio Argandona, Working Paper, May 2011, Stakeholder Theory and Value Creation,

IESE Business School University of Navarra, available from : URL : http://www.iese.edu/research/pdfs/di-0922-e.pdf., diakses tanggal 4 Juni 2012.

Page 39: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Selanjutnya asumsi Stakeholder Theory

menurut Thomas dan Andrew adalah :17

1. Perusahaan memiliki hubungan dengan banyak kelompok-kelompok

konstituen (Stakeholder) yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

keputusan perusahaan.

2. Teori ini ditekankan pada sifat alami hubungan dalam proses dan

keluarah bagi perusahaan dan stakeholder.

3. Kepentingan semua legitimasi stakeholder memiliki nilai secara hakiki,

dan tidak membentuk kepentingan yang di dominasi satu sama lain.

4. Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan manajerial.

Berdasarkan asumsi stakeholder theory ini, perusahaan tidak dapat melepaskan

diri dari lingkungan sosial. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta

mendudukannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga

dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan.18

Perkembangan Stakeholder Theory diawali dengan berubahnya bentuk

pendekatan perusahaan dalam melakukan aktifitas usaha. Ada dua bentuk

pendekatan stakeholder :19

17 Nor Hadi, 2011, Corporate Social Responsibility, Graha Ilmu, Yogyakarta, Hal. 94. 18 Ibid. 19 Irwan Irawan, 2009, Teori Stakeholder, available from : URL :

http://irwanirawan.com/2009/06/08/teori-stakeholder/, diakses tanggal 23 Mei 2013.

Page 40: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1. Old-Corporate Relation

Menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan secara terpisah

dimana setiap fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa

adanya kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut. Hubungan dengan pihak di

luar perusahaan bersifat jangka pendek dan hanya sebatas hubungan

transaksional saja tanpa ada kerjasama untuk menciptakan kebermanfaatan

bersama.

2. New-Corporate Relation

Menekankan kolaborasi antara perusahaan dengan seluruh stakeholder

sehingga perusahaan bukan hanya menempatkan dirinya sebagai bagian yang

bekerja secara sendiri dalam sistem sosial masyarakat karena profesionalitas

telah menjadi hal utama dalam pola hubungan ini. Hubungan perusahaan

dengan internal stakeholder dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan

yang membangun kerjasama untuk bisa menciptakan kesinambungan usaha

perusahaan, sedangkan hubungan dengan stakeholder diluar perusahaan bukan

hanya bersifat transaksional dan jangka pendek namun lebih kepada hubungan

yang bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan.

Menurut James E. Post, dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda

membagi stakeholder atau para pemangku kepentingan ini ke dalam dua kategori

yaitu :20

20 Dwi Kartini, 2009, Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability

Management dan Implementasi di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, Hal. 8-9/

Page 41: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1. Primary Stakeholders

Merupakan berbagai pihak yang berinteraksi langsung dalam aktifitas bisnis

perusahaan serta mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melaksanakan

tujuan utamanya, yakni menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat.

Kategori primary stakeholder adalah :

a. Pemegang saham (stockholder)

b. Karyawan (employees)

c. Pemasok (suppliers)

d. Kreditur (creditors)

e. Pelanggan (customer)

f. Pedagang besar dan eceran (wholesalers and retailers)

2. Secondary stakeholders

Merupakan orang-orang atau kelompok di dalam masyarakat yang

dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai aktifitas

atau keputusan utama perusahaan. Kategori dari secondary stakeholder yaitu :

a. Masyarakat secara umum (the general public)

b. Komunitas local (local community)

c. Pemerintah pusat dan daerah (federal state and local governments)

d. Pemerintahan asing (foreign governments)

Page 42: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

e. Kelompok aktivis sosial (social activist groups)

f. Media

g. Berbagai kelompok pendukung bisnis (business support groups)

3.3. Asas Perlindungan Hukum

Pengertian perlindungan hukum seperti yang tertulis di dalam kamus bahasa

Indonesia Kontemporer yaitu “suatu upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memperoleh perlindungan berdasarkan peraturan-peraturan atau

undang-undang”.21 Perlindungan hukum merupakan suatu kepentingan untuk

membuat suatu Negara yang memiliki kesejahteraan untuk masyarakat Negara

tersebut.

Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan

perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-

hak yang diberikan oleh hukum.22

Asas perlindungan atau pengayoman dikemukakan oleh Suhardjo (Mantan

Menteri Kehakiman), yang pada intinya :

Tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu

21 Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 1991, Balai Pustaka, Jakarta, Hal 897. 22 I Gusti Ngurah Agung Udra Sanjaya, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Dalam

Kontrak Kerjasama Pemberian Kredit Terhadap Karyawan Tetap (Kretap) di PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Denpasar, Tesis Magister Kenotariatan, Universitas Brawijaya, Hal 27

Page 43: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

kondisi kemasyarakatan yang manusiawi dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan penegakan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil.23

Terkait dengan fungsi hukum Suharjo mengemukakan bahwa fungsi hukum

adalah untuk mengayomi atau melindungi manusia dalam bermasyarakat,

berbangsa serta bernegara, baik jiwa dan badannya maupun hak-hak pribadinya,

yaitu hak asasinya, hak kebendaannya maupun hak perorangannya.24

Menurut Philipus M. Hadjon bahwa ada dua bentuk perlindungan hukum bagi

rakyat, yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum yang

represif.25 Perlindungan tidak hanya berdasarkan pada hukum tertulis tetapi

termasuk juga hukum tidak tertulis dengan harapan ada jaminan terhadap benda

yang dimiliki dalam menjalankan hak dan kewajiban. Hadjon menjelaskan 2

macam perlindungan hukum bagi rakyat tersebut, yaitu :26

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah sebelum

terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan

dengan maksud untuk mencegah pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku

usaha serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan kepada pelaku

usaha dalam melakukan kewajibannya.

23 Abdul Manan, 2005, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana, Jakarta, Hal 23. 24 Ibid.

25 Philipus M. Hadjon, 2007, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Percetakan M2

Print, Edisi Khusus, Surabaya, Hal 2 26Jimly Asshiddiqie, 2000, Pergeseran-pergeseran Kekuasaan Legislatif & Eksekutif,

Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 97.

Page 44: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir yang diberikan

kepada pelaku usaha apabila terjadi sengketa atau pelanggaran, melalui

prosedur peradilan, baik peradilan umum maupun diluar peradilan

(penyelesaian sengketa alternatif). Perlindungan hukum ini diberikan apabila

telah terjadi sengketa atau pelaku usaha melakukan pelanggaran.

Dalam kaitannya dengan hubungan antara penerbit dan pemegang kartu pada

transaksi e-money, ada beberapa mekanisme yang dipergunakan dalam

perlindungan terhadap pemegang kartu uang elektronik yaitu :

1. Pembuatan peraturan baru

Lewat pembuatan peraturan baru di bidang perbankan khususnya regulasi

pada peraturan bank Indonesia atau merevisi peraturan yang sudah ada

merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk memberikan perlindungan

kepada pemegang kartu uang elektronik.

2. Pelaksanaan peraturan yang ada

Salah satu cara lain untuk memberikan perlindungan kepada pemegang kartu

uang elektronik adalah dengan melaksanakan peraturan yang ada secara lebih

ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang bertujuan

melindungi pemegang kartu sehingga dapat dijamin pelaksanaannya dengan

baik.

Page 45: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3. Memperketat perizinan penerbit maupun pedagang (merchant)

Memperketat pemberian izin untuk bank atau lembaga selain bank sebagai

penerbit termasuk pula pedagang (merchant) adalah salah satu cara agar

penerbit tersebut kuat dan qualified sehingga dapat memberikan keamanan

bagi nasabahnya.

4. Memperketat pengawasan penerbit

Dalam rangka meminimalkan risiko yang ada dalam bisnis uang elektronik

sebagai suatu bentuk produk baru pembayaran menggunakan kartu, maka

pihak otoritas, khususnya Bank Indonesia (juga dalam hal tertentu Menteri

Keuangan) harus melakukan tindakan pengawasan dan pembinaan terhadap

penerbit-penerbit yang telah ada. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa

sebagai pengawas, Bank Indonesia tidak dapat mencampuri secara langsung

urusan intern dari penerbit yang diawasinya itu. Sebab, pengendalian penerbit

tersebut tetap menjadi kewenangan pengurus penerbit tersebut. Karena itu

harus jelas batas-batass dari ikut campur tangan Bank Indonesia sehingga

tidak mengambil porsi kewenangan dari pengurus penerbit tersebut.

Selain itu perlindungan dalam hukum diperlukan pada setiap perbuatan yang

merugikan pihak lainnya harus bertanggung jawab dengan cara membayar ganti

rugi atau kompensasi27. Dikalangan para ahli hukum, tanggung jawab sering

diistilahkan dengan “responsibility” (verantwoordelijkeheid) atau terkadang

27Huala Adolf, 2002, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional cetakan III, Rajawali

Pers, Jakarta, Hal 87.

Page 46: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

disebut dengan “liability” 28. Tanggung-jawab dalam arti responsibility adalah

sikap moral untuk melaksanakan kewajibannya, sedang tanggung-jawab dalam

arti liability adalah sikap hukum untuk mempertanggungjawabkan pelanggaran

atas kewajibannya atau pelanggaran atas hak pihak lain.

Tanggung jawab menurut pengertian hukum adalah kewajiban memikul

pertanggungan jawab dan kerugian yang diderita bila dituntut baik dalam hukum

maupun dalam administrasi. Pada umumnya setiap orang harus bertanggung

jawab (aanspraklijk) atas perbuatannya, oleh karena itu bertanggung jawab dalam

pengertian hukum berarti suatu keterikatan. Dengan demikian tanggung jawab

hukum (legal responsibility) sebagai keterikatan terhadap ketentuan-ketentuan

hukum.Bila tanggung jawab hukum hanya dibatasi pada hukum perdata saja maka

orang hanya terikat pada ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan hukum

diantara mereka.29

3.4. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak yang dalam bahasa asing disebut contracts

vrijheid, contracteen vrijheid atau partij autonomie, atau dalam pustaka bahasa

Inggris disebut dengan istilah freedom of contract adalah suatu asas yang

28Agus. M Tohar, 1990, Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Perkembanganya, Kerjasama

Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia Proyek Hukum Perdata, Denpasar-Bali, 3-14 Januari, Hal.1

29Bernadette M.Waluyo, 1997, Hukum Perlindungan Konsumen, Bahan Kuliah Universitas

Parahyangan, Hal 15.

Page 47: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

menyatakan bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak atau

perjanjian yang berisi dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-

undang, kesusilaan dan ketertiban umum.30

Kebebasan berkontrak memberikan kebebasan untuk mengadakan kontrak

atau perjanjian dengan siapapun, dan bebas menentukan cakupan isi serta

persyaratan dari suatu perjanjian dengan ketentuan bahwa perjanjian tersebut tidak

boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban maupun

kesusilaan.31 Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1337 KUH Perdata

bahwa suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh undang-undang atau

apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.

Kebebasan berkontrak dalam arti kata materiil berarti bahwa para pihak bebas

mengadakan kontrak atau perjanjian mengenai hal yang diinginkan asalkan

dilaksanakan atas kausa yang halal. Kebebasan berkontrak dalam arti formil

adalah perjanjian yang terjadi atas setiap kehendak dari para pihak. Setiap kata

sepakat yang tercapai di antara para pihak dapat menimbulkan perjanjian atau

konsensualitas.32

Asas kebebasan bekontrak ini tercermin dalam Pasal 1338 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa :

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

30 Ridwan Syahrani, 1985, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung,

Hal.212. 31 Herlien Budiono, 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang

Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal. 31-32 32 Herlien Budiono, 2008, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal. 12-13.

Page 48: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan terhadap seseorang

untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian tersebut

antara lain :33

a. Bebas menentukan akan melakukan perjanjian atau tidak

b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian

c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian

d. Bebas menentukan bentuk perjanjian

e. Kebebasan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan

Pengaturan kebebasan berkontrak dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata ini memberikan kebebasan untuk setiap subjek hukum membuat

perjanjian yang baru yang belum diatur oleh Undang-Undang, sehingga perjanjian

yang dibuat oleh para pihak mengikat layaknya undang-undang bagi para pihak

yang membuatnya.34 Dengan kata lain, para pihak diperbolehkan untuk membuat

peraturan bagi dirinya sendiri untuk melengkapi peraturan perundang-undangan

yang telah ada.

33Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, Hal. 4

34 J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, Hal. 36.

Page 49: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3.5. Asas Keseimbangan

Asas Keseimbangan adalah suatu asas yang dimaksudkan untuk

menyelaraskan pranata-pranata hukum dan asas-asas pokok hukum perjanjian

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mendasarkan pemikiran dan

latar belakang individualisme pada satu pihak dan cara pikir bangsa Indonesia

pada lain pihak.35 Keseimbangan dalam membuat perjanjian sangat penting agar

adanya keseimbangan hak dan kewajiban diantara para pihak yang membuat

perjanjian tersebut, sehingga ada keselarasan di dalam pelaksanaan perjanjian

yang dibuat tersebut.

Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pem,erintah dalam arti materiil dan

spiritual. Asas ini menghendaki agar konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah

memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum

perlindungan konsumen.36 Kepentingan antara konsumen, pelaku usaha dan

pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang sesuai dengan hak dan

kewajibannya masing-masing, sehingga tidak ada salah satu pihak yang mendapat

perlindungan atas kepentingannya yang lebih besar dari pihak lain.

Apabila terdapat posisi yang tidak seimbang diantara para pihak, maka hal ini

harus ditolak karena akan berpengaruh terhadap substansi maupun maksud dan

35 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang

Kenotariatan, op.cit, Hal. 33 36 Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, Hal. 32.

Page 50: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

tujuan dibuatnya kontrak itu. Interpretasi terhadap penggunaan istilah

keseimbangan terhadap kandungan substansi aturan tersebut ialah : 37

a. Lebih mengarah pada keseimbangan posisi para pihak, artinya dalam

hubungan kontraktual tersebut posisi para pihak diberi muatan

keseimbangan.

b. Kesamaan pembagian hak dan kewajiban dalam hubungan kontraktual

seolah-olah tanpa memerhatikan proses yang berlangsung dalam

penentuan hasil akhir pembagian tersebut.

c. Keseimbangan seolah sekedar merupakan hasil akhir sebuah proses.

d. Intervensi Negara merupakan intrumen pemaksa dan mengikat agar

terwujud keseimbangan posisi para pihak.

e. Pada dasarnya keseimbangan posisi para pihak hanya dapat dicapai pada

syarat dan kondisi yang sama (ceteris paribus).

4. Metode Penelitian

Concise Oxford Dictionary mendefinisikan penelitian (research) sebagai the

systematic investigation into and study of materials and sources in order to

establish facts and reach new conclusions.38 Artinya suatu penelitian merupakan

37 Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Hal.84. 38 Judy Pearsall, Op. Cit., hal 1217.

Page 51: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

proses sistematis untuk menemukan fakta dan mencapai sejumlah kesimpulan

baru. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka suatu penelitian memerlukan

metode penelitian. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani metodhos yang

berarti pursuit of knowledge. Methodos sendiri berasal dari dua kata yaitu meta

(menunjukkan perkembangan) dan hodos (jalan). Menurut Soerjono Soekanto

seperti yang dikutip oleh Soejono dan H. Abdurrahman, peranan metodologi

dalam penelitian adalah: 39

a) Menambah kemampuan pada ilmuwan untuk mengadakan atau

melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.

b) Memberi kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang

belum diketahui.

c) Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan

penelitian interdisipliner.

d) Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta

mengintegrasikan pengetahuan mengenai masyarakat.

4.1. Jenis Penelitian

Ronny Hanitijo Soemitro membedakan penelitian hukum berdasarkan sumber

datanya sebagai berikut :40

1. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal, yaitu

penelitian hukum yang mempergunakan sumber data sekunder.

39 Soejono dan H. Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Kedua, Jakarta,

Rineka Cipta, hal. 45 40 Ronny Hanitijo Soemitro, 1995, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta, Hal 9.

Page 52: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

2. Penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis, yaitu

penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber hukum primer.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah Penelitian

Hukum Normatif. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada peraturan hukum

yang ada. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah peraturan-

peraturan yang berkaitan dengan pengaturan e-money.

4.2. Jenis Pendekatan

Adapun metode pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan tesis ini

adalah Metode Pendekatan Perundang-Undangan (The Statute Approach), dimana

yang dikaji dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah, terhadap masalah yang timbul akan ditinjau dan

dikaji berdasarkan teori-teori dan ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya

dan kemudian dikaitkan dengan kenyataan di masyarakat, serta dengan

pendekatan kenseptual yaitu mengutip pandangan-pandangan atau pendapat para

ahli yang terdapat pada buku-buku atau literatur yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti melalui Pendekatan Analisis Konsep Hukum

(Analitical & Conseptual Approach), yakni melihat berdasarkan pengertian-

pengertian dan asas-asas yang relevan dengan permasalahan yang diangkat.

4.3. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan-bahan

hukum yang terdiri dari :

Page 53: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1. Bahan hukum primer (primary sources or authorithies), adalah bahan

hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat secara umum.41

Adapun bahan hukum primer yang dipergunakan untuk mengkaji

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas

Undang-Undnag Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

d. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otorisasi Jasa

Keuangan

e. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

f. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang

Elektronik (Electronic Money)

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan pustaka yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer.42 Adapun bahan hukum sekunder yang

digunakan adalah berupa buku-buku atau literatur-literatur yang memuat

teori dan pandangan dari para ahli yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti,serta bahan hukum tertier berupa kamus hukum, dan artikel

internet yang terkait dengan masalah yang diteliti.

41 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 13. 42 Ibid.

Page 54: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang meliputi

kamus, ensiklopedia dan sebagainya.43

4.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan Hukum yang diperlukan untuk penelitian ini dikumpulkan

menggunakan system dengan metoda bola salju artinya menggelinding ketempat

yang lebih jauh, dimana dalam penulisan tesis ini mengutip dari buku-buku yang

mana buku-buku tersebut juga memuat kutipan dari buku–buku lainnya. Dan juga

dengan menggunakan metoda sistematis kartu (card system), dimana kartu ini

disusun berdasarkan permasalahan hukum yang dibahas dalam penelitian ini.

4.5. Teknik Analisis Bahan Hukum

Setelah semua bahan terkumpul, maka dilakukan analisis bahan hukum

menggunakan teknik deskripsi yaitu teknik dasar analisis yang menguraikan

kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum, dan teknik

evaluasi berupa penilaian dengan teori dan peraturan perundang-undangan

mengenai pengaturan e-money.

43 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UII Press, Jakarta, hal. 251.

Page 55: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

BAB II

TINJAUAN UMUM ALAT PEMBAYARAN DAN UANG ELEKTRONIK

1. Alat Pembayaran

1.1. Sejarah dan Pengertian Alat Pembayaran

Uang telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu yang memiliki sejarah

panjang dan telah mengalami perubahan yang sangat besar sejak dikenal manusia.

Tidak mudah untuk menjelaskan atau mendefinisikan uang secara singkat, jelas

dan tepat, namun dalam masyarakat modern di seluruh dunia tidak ada yang tidak

mengenal uang dan kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kegiatan yang

berhubungan dengan uang.

Sebelum adanya uang, pertukaran atau transaksi antar individu atau antar

kelompok masyarakat pada awalnya dilakukan dengan cara menukar barang yang

satu dengan yang lain, sistem pertukaran barang dengan barang ini dikenal dengan

istilah sistem barter. Dalam sistem barter ini harus ada kebetulan ganda (double

coincidence), yakni kedua pihak yang akan saling bertukar harus mempunyai

barang yang saling dibutuhkan. Penggunaan benda-benda sebagai alat penukar

inilah yang dalam perkembangannya dikenal sebagai uang. Hal ini didasarkan

pada kesepakatan di antara masyarakat yang menggunakan. Kesepakatan tersebut

harus diterima secara umum oleh masyarakat, jadi setiap orang harus menerima

benda tersebut sebagai alat pembayaran dari barang-barang yang diperdagangkan.

Page 56: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Proses perkembangan penerimaan uang sebagai alat pembayaran berlangsung

bertahap dan sangat lama. Berbagai benda dikembangkan sebagai alat

pembayaran yang dapat digunakan dalam perdagangan, seperti kulit kerang, batu

permata, gading, telur, beras, atau benda lainnya. Benda yang dipergunakan dan

diterima sebagai alat pembayaran dalam sistem perekonomian umumnya adalah

benda yang dianggap berharga dan juga mempunyai kegunaan untuk dikonsumsi

atau keperluan produksi. Benda yang dipergunakan sebagai uang tersebut pada

umumnya juga mudah dibawa dan tidak mudah rusak atau tahan lama.

Dalam perkembangannya, masyarakat menggunakan benda-benda seperti

logam berharga dan kertas sebagai uang. Sebelum digunakannya kertas sebagai

uang, logam berharga dikenal sebagai bentuk uang yang paling popular karena

memiliki ciri-ciri yang pantas yakni dapat dipecah-pecah dan dinyatakan dalam

unit-unit kecil sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan transaksi dengan

mudah. Selain itu uang logam mudah dibawa, tahan lama dan tidak mudah rusak.

Uang merupakan suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran,

yaitu dengan cara menukarkannya dengan benda lain, selain itu dapat digunakan

untuk menilai benda lain, dan dapat disimpan. Uang juga dapat digunakan untuk

membayar hutang di waktu yang akan datang.

Page 57: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Pada dasarnya, uang merupakan suatu benda yang dapat berfungsi seperti

berikut :44

1. Alat Tukar (Medium of Exchange)

Sebelum adanya uang, kondisi pertukaran yang dilakukan dengan barter atau

pertukaran barang dengan barang pada perkembangan perekonomian modern

dinilai terlalu kaku dan sulit dipenuhi. Dengan adanya uang, seseorang dapat

secara langsung menukarkan uang tersebut dengan barang yang

dibutuhkannya kepada orang lain yang menghasilkan barang tersebut.

2. Alat Penyimpan Nilai (Store of Value)

Sesuai dengan sifatnya, manusia adalah makhluk yang gemar mengumpulkan

dan menyimpan kekayaan dalam bentuk barang-barang berharga untuk

digunakan di masa yang akan datang. Barang-barang berharga tersebut pada

umumnya berupa tanah, rumah, dan benda berharga lain. walaupun kekayaan

yang dapat disimpan beragam bentuknya, tidak dapat dipungkiri bahwa uang

merupakan salah satu pilihan untuk menyimpan nilai dari kekayaan.

3. Satuan Hitung (Unit of Account)

Uang digunakan sebagai satuan hitung dalam melakukan penilaian terhadap

suatu barang. Dengan adanya uang, tukar menukar dan penilaian terhadap

suatu barang akan lebih mudah dilakukan.

44 Solikin dan Suseno, 2002, Uang Pengertian, Penciptaan & Peranannya Dalam Perekonomian, Seri Kebanksentralan Vol. 1, Pusat Pendidikan & Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, Jakarta, Hal. 2-3.

Page 58: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

4. Ukuran Pembayaran yang Tertunda (Standard for Deffered Payment)

Fungsi uang ini terkait dengan transaksi pinjam meminjam. Uang merupakan

salah satu cara untuk menghitung jumlah pembayaran pinjaman tersebut.

Glyn Davies dalam bukunya A History Of Money From Ancient Times To The

Present Day, mendefinisikan fungsi uang yaitu :45

1. Fungsi Khusus

a. Alat tukar (medium of exchange)

b. Alat penyimpan nilai (store of value)

c. Satuan hitung (unit of account)

d. Ukuran pembayaran yang tertunda (standard of deffered payment)

e. Alat pembayaran (means of exchange)

f. Alat ukuran umum dalam menilai sesuatu (common measure of value)

2. Fungsi Umum

a. Aset likuid (liquid asset)

b. Faktor dalam rangka pembentukan harga pasar (framework of the market

allocative system)

c. Faktor penyebab dalam perekonomian (a causative factor in the economy)

45 Ibid.

Page 59: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

d. Faktor pengendali kegiatan ekonomi (controller of the economy)

Dalam perkembangannya, uang tunai berupa kertas dan logam menimbulkan

permasalahan dalam pelaksanaan sistem pembayaran, khususnya untuk transaksi

dalam jumlah besar, karena selain adanya kesulitan membawa uang dalam jumlah

banyak juga ada risiko yang mungkin akan timbul misalnya perampokan. Hal

tersebut memunculkan sistem pembayaran dengan non tunai.

Perkembangan teknologi sejalan dengan pola hidup masyarakat

mempengaruhi perkembangan dalam sistem pembayaran. Kemajuan teknologi

dalam sistem perekonomian mampu menggeser pembayaran melalui uang tunai ke

dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih ekonomis dan efisien.

Pembayaran non tunai dilakukan tidak dengan menggunakan fisik uang (uang

kartal) sebagai alat pembayaran melainkan dengan inovasi-inovasi baru dalam

pembayaran elektronis (electronic payment). Pembayaran elektronis ini

merupakan pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan dan jaringan

komunikasi.46 Pembayaran elektronis tersebut antara lain yaitu phone banking,

internet banking, pembayaran menggunakan kartu kredit serta kartu debit/ATM.

Meskipun teknologi yang digunakan berbeda-beda, namun seluruh bentuk

pembayaran elektronis tersebut terkait dengan rekening nasabah pada bank

melalui proses otorisasi.

Perkembangan pembayaran non tunai mulai mengembangkan produk

pembayaran elektronis berupa uang elektronik (electronic money/e-money).

46 _____, 2000, Monetary and Economic Studies, Institute for Monetary and Economic Studies, Bank of Japan, Vol 18 No. 1.

Page 60: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Karakteristiknya berbeda dengan bentuk pembayaran elektronis lainnya, karena

produk uang elektronik ini dalam proses pembayarannya tidak memerlukan proses

otorisasi dan tidak terkait langsung dengan rekening nasabah di bank. Uang

elektronik merupakan pengganti uang tunai, merupakan produk stored value

dimana sejumlah nilai uang (monetary value) terekam dalam alat pembayaran

(berupa kartu) yang digunakan oleh pemegang kartu.

Perkembangan alat pembayaran tunai maupun non tunai memberikan dampak

bagi formulasi kebijakan moneter dari sisi permintaan (demand) dan penawaran

(supply). Sistem pembayaran merupakan suatu sistem yang mencakup pengaturan,

kesepakatan, kontrak / perjanjian, fasilitas operasional, mekanisme teknis, standar

dan prosedur yang membentuk suatu kerangka yang digunakan untuk

penyampaian, pengesahan dan penerimaan instruksi pembayaran sertaa

pemenuhan kewajiban pembayaran melalui pertukaran suatu nilai ekonomis

(uang) antar pihak-pihak (perorangan, bank, lembaga lainnya) baik domestic

maupun crossborder dengan menggunakan instrument pembayaran.47

1.2. Jenis-Jenis Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

47 Ahmad Hidayat, Dkk, Tim Inisiatif 2006 Grand Desain Upaya Peningkatan Penggunaan Pembayaran Non Tunai, 2006, Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Melalui Pengembangan E-Money, Working Paper, Bank Indonesia, Hal. 1.

Page 61: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Alat pembayaran menggunakan kartu merupakan suatu alat yang berfungsi

sebagai alat pembayaran dan mempunyai fisik berbentuk sebuah kartu. Dalam

pengaturan Bank Indonesia mengenai pengaturan alat pembayaran menggunakan

kartu yaitu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang

Penyelenggaraan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu sebagaimana telah diubah

dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 meliputi kartu kartu kredit

(Credit Card), ATM (Automated Teller Machines) dan/atau kartu debit (Debit

Card). Dalam pengaturan Bank Indonesia sebelumnya yaitu pada Peraturan Bank

Indonesia Nomor 10/8/PBI/2008 tentang Perubahan atas PBI Nomor

7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu, kartu prabayar atau yang dipersamakan dengan itu

merupakan bagian dari alat pembayaran menggunakan kartu. Uang Elektronik (E-

Money) merupakan alat prabayar yang bentuknya juga berupa kartu, namun saat

ini tidak digolongkan lagi sebagai alat pembayaran menggunakan kartu, karena

uang elektronik ini ada yang berbentuk kartu (card based) maupun nonkartu

(server based). Keseluruhan alat pembayaran menggunakan kartu ini dan uang

elektronik merupakan bentuk pembayaran non tunai.

1.2.1. Kartu Kredit (Credit Card)

Belum ada penjelasan secara universal mengenai apa itu kartu kredit, namun

beberapa literature memberikan definisi mengenai apa itu kartu kredit, antara lain

menurut Black’s Law Dictionary menjelaskan bahwa kartu kredit adalah :

Page 62: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

“any card, plate or any other like credit device existing for the purpose of obtaining money, property, labour or service on credit. The term does not include a note, cheque, draft, money order or other like negotiable instrument.”48

Tony Drury dan Charles W. Ferrier menjelaskan :

”¢redit card is an instrument of payment which enables the cardholder to obtain either goods or service from merchants where arrangements have been made (directly or indirectly) by the card issuer, who also makes arrangements to reimburse the merchant. The cardholder settles with the card issuer in accordance with the terms of particular scheme. In certain instances credit card may be used to obtain cash.”49

Menurut pendapat Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati berpendapat

bahwa kartu kredit adalah :

“alat pembayaran melalui jasa bank atau perusahaan pembiayaan dalam transaksi jual beli barang/jasa, atau alat untuk menarik uang tunai dari bank atau perusahaan pembiayaan dimana kartu kredit tersebut diterbitkan berdasarkan perjanjian tersebut, peminjam memperoleh pinjaman dana dari bank atau perusahaan pembiayaan. Peminjam dana adalah pihak yang menerima kartu kredit yang disebut Pemegang Kartu (card holder), sedangkan bank atau perusahaan pembiayaan adalah pihak yang menyediakan kartu kredit yang disebut Penerbit (issuer).”50

Pengertian kartu kredit menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012

adalah alat pembayaran yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas

kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi

pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban

pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit,

48 Henry Campbell Black’s Dictionary, 1990, Black Law Dictionary, Sixth Edition, St. Paul Minn, West Publishing Co, Page 369. 49 Tony Drury and Charles W. Ferrier, 1984, Credit Card, London Butterworths, Page XII. 50 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Muniarti, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, Hal. 510.

Page 63: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang

disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge card) maupun dengan

pembayaran secara angsuran.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai kartu kredit tersebut, maka kartu

kredit merupakan alat pembayaran elektronik berbentuk kartu sebagai alat

pemenuhan kebutuhan masyarakat yang praktis, efisien dan efektif. Dalam

perkembangannya kartu kredit tidak lagi menjadi barang mewah, penggunaan

kartu kredit sudah sangat lazim dan banyak sekali penggunanya.

Kartu kredit (credit card) selain dapat berfungsi sebagai alat pembayaran,

juga dapat digunakan sebagai alat pembiayaan. Namun karena kartu kredit bersifat

hutang, sehingga setiap transaksi pembayaran akan dikenakan bunga, maka kartu

kredit tidak disarankan digunakan sebagai alat pembiayaan usaha yang bersifat

jangka menengah hingga jangka panjang. Kartu kredit hanya dapat digunakan

sebagai dana utang cadangan (stand by loan) yang bersifat pembayaran jangka

pendek.

Diterbitkannya aturan Bank Indonesia yang terbaru yaitu Peraturan Bank

Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 pada Pasal 18 ayat 1 dan 2, penggunaan kartu

kredit dibatasi oleh Bank Indonesia hanya boleh diperuntukkan sebagai alat

pembayaran. Penerbit dan acquirer wajib menjaga agar kartu kredit tidak

digunakan di luar peruntukan sebagai alat pembayaran, pelanggaran terhadap

aturan tersebut dapat dikenakan sanksi administrasi berupa teguran, denda,

penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan alat pembayaran

Page 64: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

menggunakan kartu, hingga pencabutan izin penyelenggaraan alat pembayaran

menggunakan kartu.

Sebagai alat pembayaran kartu kredit mempunyai sifat-sifat tertentu yang

menjadi pembeda dengan alat pembayaran yang lain dalam hal fungsi. Beberapa

karakter dasar yang melekat pada kartu kredit menurut Flory Santosa adalah :51

a. Kartu kredit merupakan produk massal (mass product);

b. Tanpa sekat antar negara (borderless) dapat digunakan di semua negara

sepanjang terdapat penyelenggaraan sistem kartu kredit (yang paling luas

saat ini adalah Visa dan Mastercard);

c. Dalam produk kartu kredit terdapat perjanjian tanpa batas akhir dan

bersifat revolving (open end and revolve) yaitu tidak seperti perjanjian

kredit pada umumnya klausul mengenai berakhirnya perjanjian kredit

yaitu sesuai dengan tenor kredit yang diajukan, dalam produk kartu kredit

tidak dicantumkan masa berakhirnya kartu kredit. Dengan kata lain bahwa

pada prinsipnya utang kartu kredit tanpa batas akhir yang definitif;

d. Didukung dengan teknologi;

e. Dari sudut pandang bank penerbit, bisnis kartu kredit sering dikatakan

sebagai salah satu bisnis berisiko tinggi dengan keuntungan tinggi (high

gain high risk).

51 Flory Santosa, 2009, Pedoman Praktis Menghindari Perangkap Utang Kartu Kredit, Forum Sahabat, Jakarta, Hal. 1.

Page 65: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Penyelenggaraan kartu kredit melibatkan pihak pemegang kartu, principal,

penerbit, acquirer, pedagang (merchant), perusahaan switching, penyelenggara

kliring, dan penyelenggara penyelesaian akhir. Bank Indonesia menerbitkan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Alat

Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, menetapkan beberapa penambahan

aturan baru yaitu :52

1. Batasan gaji minimum untuk memiliki kartu kredit sebesar Rp. 3.000.000,-

(tiga juta rupiah) per bulan;

2. Nasabah dengan gaji sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) sampai

dengan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per bulannya hanya boleh

memiliki kartu kredit paling banyak dari dua penerbit;

3. Batasan kredit maksimum sebesar 3 (tiga) kali gaji per bulan;

4. Suku bunga pembelanjaan maksimum 3% (tiga persen) per bulan atau 36%

(tigapuluh enam persen) per tahun;

5. Tagihan pembelanjaan tidak boleh dikenai bunga berkali-kali;

6. Bank Indonesia akan lebih detail mengatur kerjasama antara bank dan

pihak ketiga;

52 R. Serfianto D.P, Dkk, 2012, Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit, dan Uang Elektronik, Visi Media Pustaka, Jakarta, Hal. 129.

Page 66: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

7. Kartu harus menggunakan teknologi chip, tanda tangan nasabah, dan

penggunaan PIN enam digit;

8. Bank Indonesia meminta pembayaran cicilan minimal 10% (sepuluh

persen) dari total tagihan;

9. Batas tarik tunai maksimal Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per hari;

10. Bank Indonesia mewajibkan bank mengirim ringkasan transaksi kartu

kredit nasabah secara tahunan.

Gambar 1. Contoh Kartu Kredit (Credit Card)

1.2.2. Kartu ATM (Automated Teller Machines) dan/atau Kartu Debit (Debit

Card)

Kartu ATM dan kartu debit adalah kartu pembayaran yang merupakan

gabungan antara kartu ATM dan kartu debit, sehingga memiliki lebih banyak

fungsi dari kartu ATM biasa. Kartu ATM dan kartu debit merupakan kartu khusus

yang diberikan oleh bank kepada pemilik rekening yang dapat digunakan untuk

bertransaksi secara elektronis pada rekening tersebut, yang pada saat kartu

Page 67: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

tersebut digunakan untuk bertransaksi akan mengurangi dana yang tersedia pada

rekening tersebut.

Kartu ATM dan kartu debit adalah sebuah kesatuan dalam satu kartu,

perbedaan penyebutannya dikarenakan dari penggunaannya yang multifungsi.

Sebuah kartu dapat dikatakan sebagai kartu ATM jika kartu tersebut digunakan

untuk melakukan transaksi pada mesin ATM, khususnya ditujukan untuk

mengambil dana. Jika kartu tersebut digunakan untuk melakukan transaksi

pembayaran dan pembelanjaan non tunai dengan menggunakan mesin Electronic

Data Capture (EDC) yang tersedia pada layanan pedagang (merchant) maka kartu

tersebut dikenal sebagai kartu debet.53

Pengaturan mengenai kartu ATM dan kartu debit ini sama dengan kartu kredit

yaitu pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan

Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, yaitu untuk Kartu ATM dalam

Pasal 1 angka 5 adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat

digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan dana dimana

kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung

simpanan pemegang kartu pada Bank atau Lembaga Selain Bank yang berwenang

untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kartu debit pada Pasal 1 angka 6 adalah alat pembayaran menggunakan kartu

yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul

53 Bank Indonesia, Mengenal Kartu Debit dan ATM, available from : URL : http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/BBE21279-B059-4C04-BBE8-E2D58360DB06/1465/MengenalKartuDebitdanATM.pdf, diakses pada tanggal 12 Juli 2013.

Page 68: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, dimana kewajiban

pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan

pemegang kartu pada Bank atau Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk

menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pemegang kartu ATM akan diberikan PIN (Personal Identification Number)

yang bersifat sangat rahasia untuk menjaga keamanan dan otorisasi transaksi. Jika

akan dipergunakan sebagai kartu debit, maka selain otorisasi PIN diperlukan juga

otorisasi tandatangan seperti kartu kredit. Kartu ATM dan kartu debit ini

berfungsi sebagai alat bantu untuk melakukan transaksi dan memperoleh

informasi perbankan secara elektronis. Jenis transaksi yang dapat dilakukan

adalah penarikan tunai, setoran tunai, transfer dana, pembiayaan, pembelanjaan,

termasuk juga informasi saldo dan informasi kurs.

Penyelenggaraan pembayaran menggunakan kartu ATM dan kartu debit sama

dengan kartu kredit yang melibatkan pihak pemegang kartu, principal, acquirer,

pedagang (merchant), perusahaan switching, penyelenggara kliring, dan

penyelenggara penyelesaian akhir. Penerbit wajib menerapkan perlindungan

nasabah dalam menyelenggarakan kegiatan alat pembayaran menggunakan

kartuyang antara lain dilakukan dengan menyampaikan informasi tertulis kepada

pemegang kartu atas alat pembayaran menggunakan kartu yang diterbitkan.

Penerbit kartu ATM dan/atau kartu debit wajib memberikan informasi tertulis

kepada pemegang kartu, dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

Page 69: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

11/10/DASP/2009 tentang penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu meliputi hal-hal berikut :

1. Prosedur dan tata cara penggunaan kartu, fasilitas yang melekat pada kartu,

dan risiko yang mungkin timbul dari penggunaan kartu tersebut.

2. Hak dan kewajiban pemegang kartu, paling kurang meliputi hal-hal sebagai

berikut :

a) Hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh pemegang kartu dalam

penggunaan kartunya, termasuk segala konsekuensi atau risiko yang

mungkin timbul dari penggunaan kartu. Misalnya, tidak memberikan PIN

kepada orang lain dan berhati-hati saat melakukan transaksi melaluii

mesin ATM;

b) Hak dan tanggung jawab pemegang kartu apabila terjadi berbagai hal yang

mengakibatkan kerugian bagi pemegang kartu dan/atau penerbit, baik

yang disebabkan karena adanya pemalsuan kartu, kegagalan sistem

penerbit, atau sebab lainnya;

c) Jenis dan besarnya biaya yang dikenakan;

d) Tata cara dan konsekuensi jika pemegang kartu tidak lagi berkeinginan

menjadi pemegang kartu.

3. Tata cara pengajuan pengaduan yang berkaitan dengan penggunaan kartu dan

perkiraan waktu penanganan pengaduan tersebut.

Page 70: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Penerbit wajib meningkatkan keamanan alat pembayaran menggunakan kartu

guna mencegah dan mengurangi tingkat kejahatan di bidang penggunaan alat

pembayaran menggunakan kartu. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan dalam penggunaan alat pembayaran

non tunai.

Peningkatan keamanan dilakukan terhadap seluruh infrasruktur teknologi

yang terkait dengan penyelenggaraan alat pembayaran menggunakan kartu, yang

dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP/2009 tentang

Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu meliputi

pengamanan pada kartu dan pengamanan pada seluruh sistem yang digunakan

untuk memproses transaksi alat pembayaran menggunakan kartu tersebut, yaitu :

a. Peningkatan keamanan kartu dilakukan dengan menggunakan teknologi

chip (integrated circuit) yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan

dan/atau memproses data, sehingga pada kartu dapat ditambahkan aplikasi

untuk kepentingan pengamanan pemprosesan data transaksi.

b. Peningkatan keamanan mesin electronic data capture (EDC) pada pedagang

(merchant), keamanan mesin ATM, dan keamanan pada sistem pendukung

dan memproses transaksi (back end system) yang berada pada penerbit,

acquirer, dan/atau third party processor lainnya, dilakukan dengan cara

menyediakan mesin dan sistem yang dapat memproses kartu dengan

teknologi chip sebagaimana dimaksud huruf a.

Page 71: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

c. Khusus untuk kartu ATM dan karti debit yang diterbitkan di Indonesia,

jumlah digit PIN paling sedikit 4 (empat) digit.

Berbeda dengan kartu kredit, penggunaan kartu debit secara otomatis

langsung memotong saldo tabungan. Mekanismenya sama dengan penarikan uang

tunai dari mesin ATM dengan menggunakan kartu ATM, kartu ATM-Debit juga

akan memotong saldo ketika digunakan untuk melakukan pembayaran transaksi

belanja di berbagai took (merchant). Apabila saldo sudah habis, kartu ATM-Debit

tersebut secara otomatis tidak dapat digunakan lagi hingga penggunanya mengisi

saldonya kembali. Hal inilah yang membuat penggunaan kartu debit lebih aman

dan terkendali dibandingkan penggunaan kartu kredit yang bersifat hutang.

Gambar 2. Contoh Kartu ATM (Automated Teller Machine) dan/atau Kartu Debit (Debit Card)

2. Dasar Hukum Sistem Pembayaran Menggunakan Kartu dan Uang

Elektronik

Page 72: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Tidak semua kartu dapat digolongkan sebagai alat pembayaran menggunakan

kartu dan juga uang elektronik. Kartu member pelanggan, kartu diskon atau kartu

voucher yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan retail tidak dapat

digolongkan sebagai alat pembayaran menggunakan kartu maupun uang

elektronik. Sebab kartu jenis ini tidak mensyaratkan adanya pengisian uang

melalui pulsa atau rekening di bank.

Alat pembayaran menggunakan kartu (kartu kredit, ATM/Debit) serta uang

elektronik diatur dalam sejumlah regulasi Peraturan Bank Indonesia (PBI),

sebagai berikut :

1. PBI Nomor 6/30/PBI/2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu

2. PBI Nomor 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu

3. PBI Nomor 10/8/PBI/2008 tentang Perubahan atas PBI Nomor 7/52/PBI/2005

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

4. PBI Nomor 10/4/PBI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan

Lembaga Selain Bank (LSB)

5. PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu

6. PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money)

Page 73: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

7. PBI Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas PBI Nomor 11/11/PBI/2009

tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

Alat pembayaran menggunakan kartu (kartu kredit, ATM/kartu debit) dan

uang elektronik (e-money) juga diatur dalam sejumlah Surat Edaran Bank

Indonesia (SE BI), yaitu :

1. SE BI Nomor 7/59/DASP/2005 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

2. SE BI Nomor 7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan

Kehati-hatian serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

3. SE BI Nomor 7/61/DASP/2005 tentang Pengawasan Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

4. SE BI Nomor 8/18/DASP/2006 tentang Perubahan atas SE BI Nomor

7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati-hatian

serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu

5. SE BI Nomor 10/04/UKMI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan

Alat Pembayaran Menggunakan Kartuoleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

dan Lembaga Selain Bank (LSB)

6. SE BI Nomor 10/07/DASP/2008 tentang Pengawasan Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

Page 74: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

7. SE BI Nomor 10/20/DASP/2008 tentang Perubahan Kedua atas SE BI Nomor

7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati-hatian

serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu

8. SE BI Nomor 11/10/DASP/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat

Pembayaran Menggunakan Kartu

9. SE BI Nomor 11/11/DASP/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money)

10. SE BI Nomor 13/22/DASP/2011 tentang Implementasi Teknologi Chip dan

Penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada Kartu ATM dan/atau

Kartu Debet yang Diterbitkan di Indonesia

Pada awalnya, Bank Indonesia menggolongkan kartu Kredit, Kartu ATM,

Kartu Debit, dan Kartu Prabayar (Uang Elektronik) dalam satu kategori yaitu alat

pembayaran menggunakan kartu. Namun sejak pemberlakuan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/12/PBI/2009, terjadi perubahan dimana kartu kredit, kartu debit dan kartu

ATM digolongkan sebagai alat pembayaran menggunakan kartu, sedangkan kartu

prabayar digolongkan sebagai uang elektronik.

Perubahan penggolongan tersebut dilatarbelakangi bahwa uang elektronik

(electronic money / e-money) tidak hanya diterbitkan oleh bank tetapi juga

diterbitkan oleh lembaga selain bank. Selain itu, uang elektronik memiliki

perbedaan dengan alat pembayaran menggunakan kartu, karena pemegang kartu

uang elektronik tidak harus menjadi nasabah atau membuka rekening di bank

Page 75: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

seperti pemegang alat pembayaran menggunakan kartu lainnya. Alat pembayaran

menggunakan uang elektronik telah berkembang pesat sehingga memerlukan

perhatian khusus dari sisi pengaturan dan pengawasan. Sehubungan dengan hal

tersebut, pengaturan uang elektronik (e-money) diatur lebih lengkap dalam

peraturan tersendiri yang terpisah dari pengaturan alat pembayaran menggunakan

kartu.

Penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran menggunakan kartu yang

sebelumnya diatur dalam PBI Nomor 11/11/PBI/2009 telah mengalami perubahan

berdasarkan PBI Nomor 14/2/PBI/2012. Pembaharuan tersebut dikarenakan

banyaknya kasus pelanggaran dan tindak pidana terhadap kartu kredit. Perubahan

tersebut ditujukan untuk menyempurnakan regulasi kartu kredit yang dalam

pelaksanaannya telah menimbulkan sejumlah dampak negatif di masyarakat.

Penyempurnaan ini diperlukan dalam rangka mendorong pertumbuhan yang lebih

sehat dalam transaksi pembayaran menggunakan kartu dan menekan keluhan dari

pengguna alat pembayaran menggunakan kartu khususnya pemegang kartu kredit.

Penyelenggaraan alat pembayaran menggunakan kartu yang diselenggarakan

oleh bank wajib menerapkan manajemen risiko sesuai dengan peratusan Bank

Indonesia yang mengatur tentang manajemen risiko. Selain itu penyelenggara

berupa lembaga selain bank (LSB) yaitu perusahaan telekomunikasi, juga

diwajibkan menerapkan manajemen risiko sesuai ketentuan manajemen risiko

bagi LSB. Apabila belum mencantumkan ketentuan yang mengatur mengenai

manajemen risiko untuk LSB, penerapan manajemen risiko bagi LSB tunduk pada

ketentuan peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai manajemen risiko.

Page 76: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3. Uang Elektronik (E-Money)

3.1. Pengertian dan Dasar Hukum Uang Elektronik

Uang Elektronik (E-Money) pada awalnya lebih dikenal dengan sebutan kartu

penyimpan dana (Stored Value Card) yaitu sebuah kartu yang berfungsi untuk

menyimpan sebuah dana dengan jumlah yang telah didepositkan. Fungsinya

hamper sama dengan kartu debit, namun stored value card ini tidak menyimpan

identitas dari pengguna atau pemegang kartu (anonymous).

Nilai yang tersimpan dalam stored value card ini yang dinamakan uang

elektronik atau e-money. Uang elektronik diatur tersendiri dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money).

Uang elektronik (e-money) merupakan alat pembayaran yang memenuhi unsur-

unsur yaitu :

a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang

kepada penerbit;

b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau

chip;

c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang (merchant) yang

bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut;

Page 77: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

d. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit

bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

yang mengatur mengenai perbankan.

Dilihat dari media yang digunakan, ada dua tipe produk uang elektronik (e-

money) yaitu :54

1. Prepaid card/kartu prabayar/electronic purses, dengan karakteristik :

a. Nilai uang dikonversi menjadi nilai elektronis dan disimpan dalam suatu

chip (integrated circuit) yang tertanam pada kartu;

b. Mekanisme pemindahan dana dilakukan dengan cara memasukkan kartu

ke suatu alat card reader.

2. Prepaid software (disebut juga digital cash), dengan karakteristik :

a. Nilai uang dikonversi menjadi nilai elektronis dan disimpan dalam suatu

hard disk komputer yang terdapat dalam Personal computer (PC);

b. Mekanisme pemindahan dana dilakukan secara online melalui suatu

jaringan komunikasi seperti internet, pada saat melakukan pembayaran.

54 R. Serfianto, dkk, 2012, Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit, & Uang Elektronik, Visi Media, Jakarta, Hal. 98.

Page 78: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Penerbit dapat menerbitkan jenis uang elektronik yang mewajibkan

pendaftaran data identitas pemegang (registered), dan jenis yang tidak

memerlukan pendaftaran data identitas pemegang (unregistered). Pencatatan data

identitas pemegang paling sedikit memuat nama, alamat, tanggal lahir, dan data

lain sebagaimana tercantum pada buku identitas pemegang. Perolehan data

identitas pemegang dilakukan dengan menyediakan sarana atau formulir aplikasi

yang harus diisi calon pemegang disertai fotokopi identitas calon pemegang.

Keharusan pengisian data pemegang diperuntukkan bagi pemegang yang baru

pertama kali mengajukan sebagai pemegang dan penerbit sama sekali belum

mempunyai data lengkap, benar dan akurat mengenai identitas pemegang.

Melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP tanggal 13 April

2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) dapat dilihat jenis-jenis dari

uang elektronik, yaitu :

Persamaan & Perbedaan Terdaftar

(registered)

Tidak Terdaftar

(unregistered)

Pencatatan identitas pemegang

Data identitas pemegang kartu uang elektronik tercatat dan terdaftar pada penerbit.

Data identitas pemegang kartu uang elektronik tidak tercatat pada penerbit / tidak harus menjadi nasabah penerbit.

Nilai uang elektronik yang tersimpan

Batas nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media chip/server paling banyak sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

Batas nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media chip/server paling banyak sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Batas nilai transaksi Dalam 1 (satu) bulan Dalam 1 (satu) bulan

Page 79: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

untuk setiap uang elektronik secara keseluruhan ditetapkan paling banyak transaksi sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

untuk setiap uang elektronik secara keseluruhan ditetapkan paling banyak transaksi sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

Jenis transaksi yang dapat digunakan

Meliputi transaksi pembayaran, transfer dana, dan fasilitas transaksi lainnya yang disediakan oleh Penerbit.

Meliputi transaksi pembayaran, transfer dana, dan fasilitas transaksi lainnya yang disediakan oleh Penerbit.

Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan Uang Elektronik (Electronic Money) jenis Terdaftar (Registered) dan Tidak Terdaftar (Unregistered)

Mengenai profil dari uang elektronik, antara lain memuat informasi :

1. Merek (brand name) yang digunakan;

2. Spesifikasi teknis yang paling kurang memuat informasi mengenai media

penyimpan data elektronis dan fitur keamanan (security features);

3. Mekanisme pengelolaan uang elektronik yang memuat informasi mengenai

penerbitan, pengisian ulang, redeem, dan penagihan oleh pedagang

(merchant).

Uang Elektronik (e-money) harus memuat transparansi produk. Penerbit harus

memberikan informasi secara tertulis kepada Pemegang atas uang elektronik yang

diterbitkan. Informasi tersebut wajib disampaikan dengan menggunakan Bahasa

Indonesia yang jelas dan mudah dimengerti, ditulis dalam huruf dan angka yang

mudah dibaca oleh pemegang kartu. Informasi tersebut sesuai dengan Surat

Page 80: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP tentang Uang Elektronik (Electronic

Money) memuat hal-hal sebagai berikut :

a. Informasi bahwa uang Elektronik bukan merupakan simpanan sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan sehingga Nilai Uang

Elektronik tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

b. Prosedur dan tata cara penggunaan Uang Elektronik, fasilitas yang melekat

pada Uang Elektronik seperti pengisian ulang, transfer dana, tarik tunai dan

redeem serta risiko yang mungkin timbul dari penggunaan Uang Elektronik.

c. Hak dan kewajiban Pemegang, meliputi :

1) Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan Pemegang dalam

penggunaan Uang Elektronik seperti masa berlaku media Uang Elektronik,

jika ada, dan hak serta kewajiban Pemegang atas berakhirnya masa berlaku

media Uang Elektronik;

2) Hak dan kewajiban Pemegang jika terjadi hal-hal yang mengakibatkan

kerugian bagi Pemegang dan/atau Penerbit, baik yang disebabkan oleh

kegagalan sistem atau sebab lainnya; dan

3) Jenis dan besarnya biaya yang digunakan.

d. Tata cara pengajuan pengaduan yang berkaitan dengan penggunaan Uang

Elektronik dan perkiraan lamanya waktu penanganan pengaduan tersebut.

Page 81: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

e. Tata cara dan konsekuensi penggunaan produk termasuk tata cara

pengembalian seluruh Nilai Uang Elektronik yang tersisa pada Uang

Elektronik pada saat Pemegang mengakhiri penggunaan Uang Elektronik

(redeem).

Penerbit dapat menetapkan masa berlaku media Uang Elektronik antara lain

dengan pertimbangan adanya batas usia teknis dari media Uang Elektronik yang

digunakan. Dengan berakhirnya masa berlaku media Uang Elektronik, nilai uang

elektronik yang masih tersisa dalam media tersebut tidak serta merta menjadi

hapus. Pemegang memiliki hak tagih atas sisa nilai uang elektronik yang terdapat

dalam media tersebut sampai dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sepanjang masih terdapat sisa nilai uang

elektronik pada media tersebut.pemenuhan hak tagih atas sisa nilai uang

elektronik tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan

memindahkan sisa nilai uang elektronik tersebut ke dalam media yang baru.

Pemenuhan hak taggih tersebut dapat dikurangi dengan biaya administrasi yang

dikenakan oleh Penerbit kepada Pemegang Kartu Uang Elektronik.

3.2. Para Pihak Dalam Transaksi E-Money

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang

uang elektronik (electronic money) maka dapat dilihat pihak-pihak dalam

transaksi uang elektronik ini yaitu :

Page 82: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1. Prinsipal

Bank atau Lembaga Selain Bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan

sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai penerbit

dan/atau acquirer, dalam transaksi uang elektronik yang kerjasama dengan

anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.

2. Penerbit

Bank atau Lembaga Selain bank yang menerbitkan uang elektronik.

3. Acquirer

Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kerjasama dengan pedagang,

yang dapat memproses data uang elektronik yang diterbitkan oleh pihak lain.

4. Pemegang

Pihak yang menggunakan uang elektronik.

5. Pedagang (Merchant)

Penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari

pemegang.

6. Penyelenggara Kliring

Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan perhitungan hak dan

kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka

transaksi uang elektronik.

Page 83: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

7. Penyelenggara Penyelesaian kliring

Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan dan bertanggung jawab

terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing

penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi uang elektronik berdasarkan

hasil perhitungan dan penyelenggara kliring.

Bank yang dimaksud adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia dan Bank Umum

Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dalam undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Lembaga Selain Bank

merupakan badan usaha bukan bank yang berbadan hukum dan didirikan

berdasarkan Hukum Indonesia.

Bank atau Lembaga Selain Bank yang mengajukan permohonan ijin untuk

menjadi Prinsipal, Penerbit maupun Acquirer wajib memperoleh ijin dari Bank

Indonesia. Permohonan tersebut diajukan secara tertulis sesuai dengan Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP tentang Uang Elektronik (Electronic

Money), untuk Prinsipal harus memuat informasi berupa jenis kegiatan Uang

Elektronik yang akan disleenggarakan; rencana waktu dimulainya kegiatan; dan

nama jaringan yang akan digunakan. Untuk menjadi penerbit, harus memuat

informasi berupa jenis kegiatan uang Elektronik yang akan diselenggarakan;

rencana wakru dimulainya kegiatan; dan nama produk yang akan digunakan.

Permohonan ijin sebagai acquirer memuat informasi rencana waktu dimulainya

Page 84: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

kegiatan; nama dan jumlah Prinsipal, Penerbit, Penyelenggara Kliring,

Penyelenggara Penyelesaian Akhir, dan/atau pihak lain yang bekerjasama; dan

nama dan jumlah Pedagang yang akan bekerjasama. Permohonan ijin sebagai

Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir memuat

informasi rencana waktu dimulainya kegiatan sebagai Penyelenggara Kliring

dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir; nama dan jumlah Prinsipal, Penerbit,

Acquirer dan/atau pihak lain yang akan bekerjasama; serta nama atau merek

dagang yang akan digunakan.

Hubungan antara Penerbit, Pemegang dan Pedagang (Merchant) merupakan

hubungan terpenting dalam transaksi uang elektronik. Nilai elektronik dapat

diperoleh dengan menukarkan sejumlah uang tunai atau melalui pendebetan

rekening pada bank penerbit untuk kemudian disimpan dalam bentuk kartu e-

money. Pemindahan nilai elektronik terjadi apabila ada transaksi pembayaran

yang dilakukan pada pedagang (merchant) melalui suatu mesin khusus untuk

kartu (card reader). Mekanisme hubungan para pihak dalam penggunaan kartu

uang elektronik (e-money) dapat ditunjukkan dalam bagan yaitu :

Page 85: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Tabel 2. Mekanisme Hubungan Penerbit, Pemegang dan Merchant dalam transaksi uang elektronik

Penjelasan :

(1) Pemegang akan melakukan pembelian kartu e-money dengan sejumlah

nilai yang diinginkan dengan menginstruksikan bank penerbit untuk

mendebit rekeningnya atas pembelian nilai elektronik pada e-money

tersebut.

(2) Atas dasar instruksi tersebut, bank penerbit kemudian mendebit rekening

pemegang dan mengkredit atau memindahkan ke rekening penampungan

Bank Penerbit E-Money

Rekening Merchant

Rekening Penampungan Bank Penerbit

Rekening Nasabah atau

Pemegang

(5) Transfer antar rekening

(2) Transfer antar rekening

Merchant Pemegang

Kartu E-Money

(1) Instruksi pembelian nilai elektronik

(2) Bank menerbitkan E-Money

(4) Penyetoran nilai elektronik

(3) Nilai Elektronik

(3) Barang/jasa

Page 86: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dan bersamaan dengan itu memasukkannya menjadi nilai elektronik ke

dalam kartu e-money untuk diserahkan dan digunakan oleh pemegang.

(3) Pemegang kemudian melakukan transaksi pembayaran dengan pedagang

(merchant) dengan menggunakan kartu e-money miliknya. Atas transaksi

tersebut, nilai elektronik pada kartu akan berpindah ke pedagang melalui

peralatan card reader bersamaan dengan bertukarnya barang atau jasa dari

pedagang ke pemegang.

(4) Nilai uang elektronik yang ada pada pedagang akan berpindah ke rekening

pedagang yang ada pada bank penerbit.

(5) Nilai uang elektronik pemegang yang tersimpan pada rekening

penampungan bank penerbit akan berpindah melalui proses transfer ke

rekening pedagang (merchant).

Pengembangan uang elektronik (e-money) tergantung pada insentif yang akan

diperoleh berbagai pihak yang terkait seperti Penerbit, Pemegang kartu, maupun

Pedagang (Merchant). Bagi Penerbit potensi keuntungan yang dapat diperoleh

dalam menerbitkan e-money antara lain pendapatan atas fee yang dikenakan

kepada pemegang kartu dan pedagang; pendapatan atas investasi yang diperoleh

dari outstanding dana yang terhimpun; dan efisiensi atas berkurangnya biaya

pengelolaan kas dalam hal penerbit e-money adalah Bank. Bagi Pemegang Kartu

E-Money, keinginan untuk menggukanak e-money dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu besarnya fee yang harus dibayar disbanding dengan instrument

pembayaran lainnya; privasi dan tingkat keamanan e-money; kemudahan

Page 87: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

pemakaiannya; dan luas tidaknya penerimaan oleh pedagang (merchant). Bagi

Pedagang (Merchant) sendiri, keinginan untuk menerima pembayaran dalam

bentuk e-money dipengaruhi oleh besarnya fee yang dikenakan oleh penerbit;

biaya pengadaan peralatan; dan efisiensi atas berkurangnya biaya pengelolaan

kas.55

3.3. Perbedaan Uang Elektronik dengan Alat Pembayaran Menggunakan

Kartu

Uang elektronik dalam pengaplikasiannya pada sebuah alat pembayaran lebih

dikenal dengan sebutan sebagai stored value/prepaid cash card (kartu prabayar)

dibedakan dengan alat pembayaran menggunakan kartu (krartu kredit, kartu ATM

dan/atau kartu debit) karena metode penggunaannya yang berbeda dengan kartu

kredit dan kartu ATM/Debit. Uang elektronik merupakan suatu kegiatan prabayar

antara pemegang kartu dan penerbit, dimana pemegang kartu mendepositkan

terlebih dahulu sejumlah dana kepada server penerbit sebelum menggunakan

kartu e-money tersebut. Karena sifatnya yang demikian maka pengaturan

mengenai uang elektronik dipisahkan dari pengaturan alat pembayaran

menggunakan kartu.

Perbedaan alat pembayaran menggunakan kartu yaitu kartu kredit, kartu

ATM dan/atau Kartu Debit, dengan Uang Elektronik dapat diterangkan dalam

tabel perbedaan yaitu :

55 Bank Indonesia, 2001, Paper Kajian E-Money, Bank Indonesia, Jakarta, Hal. 9-10.

Page 88: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

PERBEDAAN KARTU KREDIT KARTU ATM / KARTU DEBIT

UANG ELEKTRONIK

Letak Dana Pembiayaan oleh bank penerbit

Deposit atau tabungan pada bank penerbit

Prabayar dan tersimpan pada media pembayaran

Keterlibatan Bank Penerbit

Pembayaran dengan mneggunakan rekening kartu kredit

Pembayaran dilakukan dengan rekening yang terdapat pada bank penerbit

Pembayaran dengan menggunakan rekening yang ada pada media kartu

Informasi Pemegang Kartu

Otorisasi merchant dan penerbit

Menggunakan identitas pemilik rekening di bank penerbit

Tanpa identitas (anonymous)

Otorisasi Transaksi

Menggunakan tanda tangan pemegang kartu

Menggunakan PIN (Personal Identification Number) dan tanda tangan pemegang kartu

Tanpa otorisasi PIN (Personal Identification Number) maupun tanda tangan

Risiko Penyalahgunaan

Sebagian besar ditanggung oleh bank penerbit

Pemegang kartu atau pemilik rekening menanggung sebagian risiko

Pemegang kartu menanggung seluruh risiko

Limit Pembayaran Tergantung perjanjian antara pemegang kartu dan bank penerbit

Tergantung dari jumlah saldo pada rekening pemegang kartu

Tergantung dari deposit yang ada pada kartu tersebut

Tingkat Popularitas

Paling popular karena dapat digunakan secara internasional

Hanya lokal dan nasional

Cara pembayaran elektronik paling baru dan belum banyak digunakan

Tabel 3. Perbedaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu dan Uang Elektronik

Page 89: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

4. Uang Elektronik dan Perkembangannya di Indonesia

Uang elektronik (e-money) yang diterbitkan saat ini ada yang berbasis chip

(chip base) seperti kartu prabayar dan ada pula yang berbasis server (server base)

seperti uang elektronik yang dapat diakses melalui telepon seluler (handphone).

Saat ini uang elektronik (e-money) baru diterbitkan oleh 11 penerbit yang terdiri

dari satu Bank Pembangunan Daerah (BPD), lima Bank Umum dan lima Lembaga

Selain Bank (perusahaan telekomunikasi). Penerbit-penerbit uang elektronik

tersebut yaitu :

1. Bank DKI Jakarta (Jak Card)

2. Bank Central Asia Tbk (Flazz)

3. Bank Mandiri (Persero) Tbk (Indomaret Card; Gaz Card; dan E-Toll Card)

4. Bank Mega Tbk (Studio Pass Card dan Smart Card)

5. Bank BNI (Persero) Tbk (Java Jazz Card dan Kartuku)

6. Bank BRI (Persero) Tbk (BRIZZI)

7. PT. Indosat (Dompetku)

8. PT. Skye Sab Indonesia (Skye Card)

9. PT. Telkom (Persero) (Flexy Cash dan i-Vas Card)

10. PT. Telkomsel (T-Cash)

11. PT. XL Axiata Tbk (XL Tunai)

Page 90: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Bank BRI (Persero) Tbk menerbitkan uang elektronik bermerek (brand name)

BRIZZI. Uang elektronik ini termasuk ke dalam unregistered jadi untuk menjadi

pemegang kartu bisa diperoleh siapa saja tanpa perlu menjadi nasabah dari Bank

BRI. Uang elektronik tersebut bisa diisi ulang dimanapun, proses isi ulang

BRIZZI dapat dilakukan melalui ATM BRI, ATM Bank lain

(Prima/Link/Bersama), internet banking BRI, mobile banking BRI, dan seluruh

penjual (merchant) BRIZZI. Kartu BRIZZI ini dapat digunakan untuk berbagai

macam transaksi seperti belanja barang/jasa, makan di restoran, pembayaran

rekening listrik atau telepon, pembelian tiket pesawat terbang atau kereta api, dan

pembayaran parkir.

Gambar 3. Kartu BRIZZI BRI tampak depan dan tampak belakang

Bank BCA menerbitkan uang elektronik dengan brand name Flazz yang

dapat digunakan untuk berbagai transaksi kecil. Flazz BCA memberikan

kecepatan, kemudahan, kepraktisan bertransaksi. Cepat karena transaksi

pembayaran dilakukan dengan cara contactless (tidak perlu digesek seperti kartu

kredit, cukup diletakkan atau ditempelkan pada mesin reader). Memberikan

kemudahan dan praktis karena tidak perlu membawa uang tunai untuk transaksi

Page 91: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dengan nilai kecil, serta tanpa dikenakan biaya transaksi. Berbeda dengan kartu

BRIZZI BRI, Flazz BCA hanya bisa melakukan pengisian ulang pada ATM BCA

saja, jadi pemegang kartu Flazz BCA harus mempunyai rekening pada bank

penerbit yaitu BCA agar dapat melakukan pengisian nilai uang elektronik pada

kartu Flazz.

Gambar 4. Kartu Flazz BCA tampak depan dan tampak belakang

Uang elektronik yang dikeluarkan perusahaan telekomunikasi metode

layanannya relatiff sama. Pelanggan terlebih dahulu mengisi rekening pulsa mulai

dari puluhan ribu, ratusan ribu, hingga jutaan rupiah. Rekening ini akan tersimpan

dalam server milik operator seluler. Pelanggan atau pemilik telepon seluler dapat

menggunakan pulsa untuk bertransaksi di gerai-gerai tertentu yang sudah

bekerjasama dengan operator. Pulsa yang selama ini hanya bisa digunakan untuk

telepon maupun mengirim pesan kini bisa digunakan untuk berbelanja tanpa perlu

repot membawa dompet. Kini dengan uang elektronik via pulsa berbagai transaksi

bisa dilakukan menggunakan ponsel.

T-Cash merupakan salah satu produk uang elektronik yang diterbitkan oleh

perusahaan telekomunikasi yaitu Telkomsel. Semua informasi dan transaksi

Page 92: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dilakukan melalui ponsel pribadi. Registrasi awal juga dilakukan melalui

pengiriman pesan di ponsel. Ada dua jenis pelayanan pelanggan dalam T-Cash,

untuk pelanggan basic service batas transaksi sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta

rupiah), sedangkan untuk pelanggan full service batas transaksi sebesar Rp.

5.000.000,- (lima juta rupiah). Selain untuk berbelanja barang dan/atau jasa,

produk Telkomsel T-Cash ini juga bisa digunakan untuk melakukan pembayaran

kartu prabayar telepon seluler HALO, tagihan telkomvision, listrik, air, Telkom,

tagihan layanan internet speedy, penarikan tunai di beberapa gerai hingga

mengirimkan uang. Pengisian saldo dilakukan melalui ATM Bank BNI dengan

memasukkan nomor ponsel dan nominal pengisian saldo.

Page 93: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

BAB III

TRANSAKSI MELALUI UANG ELEKTRONIK DALAM PERSPEKTIF

HUKUM INDONESIA

1. Sistem Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia

Penegakan dan penerapan hukum khususnya di Indonesia seringkali

menghadapi kendala berkenaan dengan perkembangan masyarakat yang lebih

cepat dari perkembangan aturan perundang-undangan, sehingga perkembangan

dalam masyarakat menjadi titik tolak dari keberadaan suatu peraturan. Bila

dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan khususnya mengenai

perlindungan terhadap pemegang kartu uang elektronik dalam transaksi e-money,

bahwa hukum harus dapat merespon perubahan yang terjadi, artinya peraturan

tersebut harus dapat mengakomodir permasalahan yang timbul dari adanya

perkembangan zaman melalui penyempurnaan peraturan perundang-undangan

khususnya dalam hal perlindungan hukum terhadap pemegang kartu uang

elektronik.

Pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan norma

hukum yang merupakan dasar terkuat dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan, termasuk asas hukum sebagai patokan dari norma. Peraturan

perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Materi muatan peraturan

perundang-undnagan adalah materi yang dimuat dalam pertauran perundang-

Page 94: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki peraturan perundang-

undangan. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan, pada Pasal 7 ayat (1) dijelaskan jenis dan

hierarki peraturan perundang-undangan yaitu :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi;

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus dilakukan

berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik,

yang dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan meliputi :

1. Kejelasan tujuan

Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan

yang jelas yang hendak dicapai.

2. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat

Page 95: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga Negara

atau pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang.

Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi

hukum apabila dibuat oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang.

3. Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki

peraturan perundang-undangan.

4. Dapat dilaksanakan

Setiap pembentukan peraturan perundnag-undangan harus memperhitungkan

efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik

secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan

Setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar

dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

6. Kejelasan rumusan

Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis

penyusunan peraturan perundnag-undangan, sistematika, pilihan kata atau

Page 96: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidka

menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

7. Keterbukaan

Pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan,

penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan

bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh masyarakat

mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, lebih lanjut dalam Pasal 8 disebutkan mencakup juga

peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah

Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia,

Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan

Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Peraturan

perundang-undangan tersebut diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan

mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Page 97: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Produk hukum yang dibuat harus dapat diterima oleh masyarakat. Tolok ukur

yang dapat digunakan untuk mengetahui penerimaan masyarakat adalah :56

1. Peraturan perundang-undangan harus disosialisasikan mulai saat perancangan

hingga proses pelaksanaannya.

2. Kesadaran hukum dan kesadaran sosial di dalam masyarakat harus dijadikan

jiwa dalam peraturan yang dibuat.

3. Rancangan peraturan perundang-undangan yang dibuat harus mengatur

keinginan masyarakat dan mampu mengakomodir keinginan semua golongan

masyarakat yang bersangkutan.

Agar hukum atau peraturan dapat bertindak dengan baik, maka peraturan

tersebut harus mematuhi atau mengikatkan diri secara ketat kepada syarat-syarat

yang merupakan asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

menurut Lon L. Fuller yaitu : 57

“The criteria which Fuller argues must be in order for something which can truly be called a legal system to exist are generality, promulgation, non-retroactivity, clarity, non-contradiction, not requiring the impossible, constancy throught time and finally, congruence between official action and the declared rule”.

(Kriteria menurut Fuller kemukakan harus dipenuhi agar dapat disebut sistem hukum yang ada adalah umum, perundangan, non-retroaktif, kejelasan, non-kontradisi, tidak memerlukan yang tidak mungkin, keteguhan melalui waktu dan akhirnya, kesesuaian resmi tindakan dan aturan diumumkan).

56 Supardan Modeong, 2003, Teknik Perundang-Undangan di Indonesia, PT. Perca, Jakarta,

Hal. 74-75. 57 Ian Mcleod, 2003, Legal Theory, Queen Mary Centre for Commercial Law Studies,

University of London, Hal. 105.

Page 98: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Adapun penjelasan mengenai kriteria yang dikemukanan oleh Fuller adalah :

58

1. … a failure to achieve rule at all, so that every issue must be decided on an

ad hoc base : peraturan harus berlaku juga bagi pengusaha, harus ada

kecocokan atau konsistensi antara peraturan yang diundangkan dengan

pelaksanaannya, dituangkan dalam aturan-aturan yang berlaku umum, artinya

suatu sistem harus mengandung peraturan-peraturan dan tidak boleh sekedar

mengandung keputusan yang bersifat sementara atau ad hoc.

2. A failure to publicize legislation, or at least, to make available to the affected

party, the rules he is expected to observe : aturan-aturan yang telah dibuat

harus diumumkan kepada mereka yang menjadi objek pengaturan aturan-

aturan tersebut.

3. The abuse of retroactive legislation, which not only cannot it self guide

action, but under it’s the integrity of rules prospective in effect, since it puts

them under the threat of retrospective change : tidak boleh ada peraturan

yang memiliki daya laku surut atau harus non retroaktif, karena dapat

merusak integritas peraturan yang ditujukan untuk berlaku bagi waktu yang

akan datang.

4. A failure to make rules understandable : dirumuskan secara jelas, artinya

disusun dalam rumusan yang dapat dimengerti.

58 Lon L. Fuller, 1963, The Morality of Law, Haven and London Yale University Press, Hal.

39.

Page 99: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

5. The enactment of contradictiory rules : tidak boleh mengandung aturan-

aturan yang bertentangan satu sama lain.

6. Rules that require conduct beyond the powers of the affected party : tidak

boleh mengandung beban atau persyaratan yang melebihi apa yang dapat

dilakukan.

7. Introducing such frequent changes in the rules : memperkenalkan perubahan

sering seperti dalam aturan, artinya ketentuan bahwa hukum harus konstan

atau konsisten di setiap waktu tidak mutlak, karena hukum harus merespon

perubahan yang terjadi di setiap waktu.

8. Administered in a way sufficiently congruent with their wording so that

individuals can abide by them : diberikan dalam cara yang cukup kongruen

dengan kata-kata mereka sehingga individu dapat mematuhi mereka.

Dalam kaitannya dengan uang elektronik (e-money), pembentukan peraturan

perundang-undangan harus berlaku juga bagi pelaku usaha atau penerbit, harus

ada kecocokan atau konsistensi antara peraturan yang diundangkan dengan

pelaksanaannya. Aturan-aturan tersebut harus diumumkan dan dirumuskan secara

jelas dan dapat dimengerti oleh pemegang kartu sebagai objek dari pengaturan

tersebut.

Dilihat dari hierarki pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, dilihat dari objek pengaturannya maka pembentukan

pengaturan uang elektronik sebagai alat pembayaran harus sesuai dengan tata

Page 100: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

urutan peraturan dan pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Peraturan-

peraturan yang berkaitan dengan pembentukan pengaturan uang elektronik adalah

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen; Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia. Bank Indonesia selaku Bank Sentral kemudian

mengeluarkan aturan sesuai dengan kewenangannya dalam bentuk Peraturan Bank

Indonesia mengenai Uang Elektronik yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/12/PBI/2009 Tahun 2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money).

Sistem transaksi elektronik merupakan sistem komputer yang mencakup

perangkat keras dan lunak dari komputer, termasuk mencakup jaringan

telekomunikasi atau sistem komunikasi elektronik. Keberadaan sistem informasi

ini merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan

telekomunikasi dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses,

menganalisis, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarluaskan informasi

elektronik. Kegiatan transaksi melalui media sistem elektronik merupakan

kegiatan virtual yang berdampak sangat nyata meskipun alat buktinya bersifat

elektronik.59

59 Niniek Suparni, 2009, CyberspacePeoblematika dan Antisipasi Pengaturannya, Sinar

Grafika, Jakarta, Hal. 110-111.

Page 101: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Permasalahan hukum dalam sistem elektronik akan terjadi apabila sistem

pembayaran elektronik yang digunakan untuk melaksanakan transaksi elektronik

(pembayaran) mengalami kegagalan dan mengakibatkan kerugian. Jika terjadi hal

demikan maka siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kegagalan pada

transaksi tersebut. Pemahaman terhadap bentuk tanggung jawab penyelenggaraan

pembayaran elektronik menggunakan uang elektronik dimulai dari adanya

hubungan hukum yang terjadi antara penerbit dan pemegang kartu dalam suatu

kontrak atau perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu e-money.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut Undang-Undang Informasi dan

Transaksi Elektronik) selain mengatur masalah mengenai informasi dan

penggunaannya, juga peraturan yang mengatur mengenai transaksi elektronik.

Pada pasal 3 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik diatur mengenai

asas dan tujuan sebagai alat untuk menciptakan pemanfaatan teknologi informasi

dan transaksi elektronik yang baik yaitu :

1. Asas Kepastian Hukum, yang merupakan landasan hukum dalam

pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik termasuk segala

sesuatu yang mendukung penyelenggaraannya yang mendapatkan

pengakuan hukum.

2. Asas Manfaat, merupakan pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi

elektronik diupayakan untuk mendukung proses berinformasi.

Page 102: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3. Asas Kehati-hatian, merupakan landasan untuk memperhatikan segenap

potensi yang dapat mendatangkan kerugian dalam pemanfaatan teknologi

informasi dan transaksi elektronik.

4. Asas Itikad Baik, bahwa para pihak dalam melakukan transaksi elektronik

tidak dilakukan dengan tujuan merugikan pihak lain baik secara sengaja

dan tanpa hak atau melawan hukum.

5. Asas Kebebasan Memilih Teknologi atau Netral Teknologi, berarti

pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik tidak terfokus

pada pemanfaatan teknologi tertentu sehingga diharapkan mampu

mengikuti perkembangan teknologi di masa yang akan datang.

Penyelenggaraan sistem pembayaran elektronik pada pasal 15 dan 16

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik harus memiliki kemampuan

yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya, sistem aman terlindungi secara fisik

(hardware / software) dan non fisik (communication), memiliki kemampuan

sesuai dengan spesifikasinya, serta ada subjek hukum yang bertanggung jawab

secara hukum terhadap penyelenggaraan sistem elektronik tersebut. Persyaratan

yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan sistem elektronik, antara lain :

a. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan

peraturan perundang-undangan;

Page 103: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

b. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan

keteraksesan informasi elektronik penyelenggaraan sistem elektronik

tersebut;

c. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam

penyelenggaraan sistem elektronik;

d. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan

bahasa, informasi, atau symbol yang dapat dipahami oleh pihak yang

bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;

e. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,

kejelasan, dan bertanggungjawab atas prosedur atau petunjuk.

Penyelenggaraan kegiatan pembayaran melalui sistem elektronik juga

berkaitan erat dengan bank selaku penyelenggara kegiatan pembayaran

menggunakan e-money. Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga

keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa

bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga kuangan adalah setiap perusahaan

yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya menghimpun dana atau

menyalurkan dana atau keduanya.60 Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan), pada pasal 1 angka 2

menjelaskan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masayrakat

60 Kasmir, 2003, Dasar-Dasar Perbankan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hal. 2-3.

Page 104: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masayarakat dalam bentuk kredit

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.

Uang elektronik menurut pengertiannya merupakan nilai uang yang disimpan

secara elektronik yang diterbitkan oleh penerbit yaitu bank maupun lembaga

selain bank yang bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Perbankan. Simpanan dalam Undang-Undang Perbankan pada

pasal 1 angka 5 adalah dana yang dipercayakan oleh masayrakat kepada bank

berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat

deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Meskipun bank merupakan penyelenggara dari kegiatan uang elektronik (e-

money), namun nilai uang pada uang elektronik tidak ada kaitannya dengan bank

karena nilai uang elektronik tersebut tidak ada kaitannya dengan dana nasabah di

bank penerbit. Hal ini menyebabkan nilai uang elektronik tersebut tidak dijamin

oleh lembaga penjamin simpanan, yaitu badan hukum yang menyelenggarakan

kegiatan penjaminan atas simpanan nasabah di bank. Namun hal ini tidak

mengurangi tanggung jawab bank selaku penyelenggara kegiatan uang elektronik.

Perlindungan terhadap penggunaan sistem pembayaran elektronik

menggunakan uang elektronik (e-money) sangat erat kaitannya dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya

disebut Undang-Undang Perlindungan Konsumen). Pengaturan yang ada pada

Peraturan Bank Indonesia maupun mengenai Perbankan lebih mengatur dari sudut

Page 105: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

kegiatan sistem pembayaran menggunakan uang elektronik dan dari sisi para

penyelenggara (pelaku usaha) kegiatan pembayaran uang elektronik. Dengan

adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat mengisi kekosongan

hukum positif yang dapat lebih mengakomodir kepentingan pemegang kartu e-

money selaku konsumen.

Pengertian konsumen yang dikemukakan oleh Kotler, konsumen

didefinisikan sebagai berikut :61

“Consumers are individuals and households for personal use, producers are individual and organization buying for the purpose of producing”

(Konsumen adalah individu dan kaum rumah tangga yasng melakukan pembelian untuk tujuan penggunaan personal, produsen adalah individu atau organisasi yang melakukan pembelian untuk tujuan produksi).

Definisi konsumen menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa

yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang

lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Lebih lanjut

dalam penjelasan pasal 1 angka 2 tersebut, dijelaskan ada dua jenis konsumen

yang dikenal dalam kepustakaan ekonomi, yaitu konsumen akhir dan konsumen

antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk,

sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk

sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Berdasarkan pengertian

kedua jenis konsumen tersebut, maka pemegang kartu e-money dapat dikatakan

sebagai konsumen akhir.

61 Ade Maman Suherman, 2002, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Ghalia Indonesia,

Jakarta, Hal. 63.

Page 106: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Hukum konsumen menurut Az Nasution didefinisikan merupakan

keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan

masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau

jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup. Sedangkan hukum perlindungan

konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang mengatur asas-asas atau

kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan melindungi kepentingan konsumen.62

Perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada

pasal 1 angka 1 adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Pembayaran menggunakan uang elektronik juga tidak lepas kaitannya dengan

pengawasan Bank Indonesia (BI), sebagai bagian integral dari sistem pembayaran

nasional. Sistem Pembayaran Nasional (SPN) merupakan sistem pembayaran

yang dikembangkan oleh BI, berisi seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme

yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi kewajiban

yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Komponen SPN ini meliputi alat

pembayaran, mekanisme kliring hingga penyelesaian akhir transaksi (settlement),

termasuk juga lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan sistem pembayaran yaitu

Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), lembaga bukan bank

penyelenggara transfer dana, Lembaga Selain Bank (LSB) penerbit uang

elektronik, perusahaan switching, hingga BI selaku bank sentral.63

62 Ade Maman Suherman, op.cit, Hal. 68. 63 R. Serfianto DF,op.cit, Hal. 5.

Page 107: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Pengawasan dan penyelenggaraan uang elektronik berhubungan dengan

kekuasaan Bank Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia yaitu dalam peranannya untuk menciptakan sistem perbankan yang

sehat dan efisien, berperan penting dalam mencegah timbulnya risiko-risiko yang

diderita oleh bank, masyarakat penyimpan dana, dan merugikan serta

membahayakan kehidupan perekonomian.64 Selain itu kewenangan Bank

Indonesia selaku bank sentral untuk memastikan dilaksanakannya segala

peraturan perundang-undangan yang terkait dalam penyelenggaraan usaha bank

oleh bank yang bersangkutan.

Peran dan fungsi Bank Indonesia sebagai bank sentral tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank

Indonesia, yaitu :65

1. Bank Indonesia sebagai badan pembuat kebijakan moneter dengan

menetapkan sasaran-sasaran moneter dan melakukan pengendalian moneter

baik berdasarkan sistem perbankan konvensional maupun berdasarkan sistem

syariah. Pelaksanaan fungsi tersebut dilakukan dengan cara operasi pasar

terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum,

dan pengaturan kredit atau pembiayaan.

64 Munir Fuady, 2003, Hukum Perbankan Modern, Buku Kesatu, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, Hal. 116. 65 Muhammad Djumhana, op.cit, Hal. 118-119.

Page 108: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

2. Bank Indonesia sebagai pengontrol kredit kepada bank-bank (credit control)

termasuk bank yang berdasarkan prinsip syariah.

3. Bank Indonesia bertindak sebagai menerbitkan dan mengedarkan mata uang

Rupiah dalam bentuk uang kertas dan logam, termasuk juga menarik dan

memusnahkan uang Rupiah yang telah dikeluarkannya.

4. Bank Indonesia pengatur dan pengawas bank dengan menetapkan ketentuan-

ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian, yaitu dengan

menetapkan peraturan-peraturan di bidang perbankan, memberikan dan

mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank,

melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

5. Bank Indonesia bertindak sebagai lender of the last resort, yaitu Bank

Indonesia berfungsi sebagai pemberi pinjaman kepada bank dalam keadaan

yang memaksa untuk menjaga likuiditas dari bank tersebut dengan melakukan

penilaian terhadap suatu bank. Keadaan memaksa tersebut dapat berupa :

a) Hal-hal yang membahayakan kelangsungan usaha bank yang

bersangkutan;

b) Hal-hal yang membahayakan sistem perbankan; dan

c) Terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional.

Page 109: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

6. Bank Indonesia bertindak sebagai bank negara (the banker of the state) yaitu

bank dari dan untuk pemerintah Indonesia. Berdasarkan fungsinya tersebut,

Bank Indonesia berwenang :

a) Sebagai pemegang kas pemerintah;

b) Menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan

tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah terhadap pihak luar negeri;

dan

c) Membantu pemerintah dalam menerbitkan surat-surat hutang negara.

Berkaitan dengan pengaturan dan pengawasan bank, otoritas kewenangan

pengawasan Bank Indonesia meliputi 4 (empat) kewenangan yaitu :66

1. Kewenangan memberikan izin (power to license)

Kewenangan untuk menetapkan ketentuan dan persyaratan pendirian sebuah

bank dengan menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu bank untuk

menghindari terjadinya pendirian bank yang tidak didukung dengan modal

yang cukup dan kurang dipersiapkan dengan baik sehingga dapat merigikan

kepentingan masyarakat.

2. Kewenangan untuk mengatur (power to regulate)

Kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek kegiatan

usaha perbankan dalam rangka menciptakan perbankan yang sehat.

66 Chatamarrasjid Ais, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Edisi Revisi, Prenada

Media Group Jakarta, Hal. 177-179.

Page 110: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3. Kewenangan untuk mengendalikan atau mengawasi (power of control)

Pengawasan bank dilaksanakan dalam dua cara yaitu melalui pengawasan

tidak langsung (off site supervision), yaitu pengawasan yang dilakukan

melalui alat pantau seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan

hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya, dan pengawasan secara langsung

(on site examination) yang dapat berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan

khusus dengan tujuan memperoleh gambaran ketaatan peraturan yang berlaku

terhadap kelangsungan usaha bank.

4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (power to impose sanction)

Kewenangan untuk menjatuhkan sanksi apabila sebuah bank tidak memenuhi

hal-hal yang diatur atau dipersyaratkan sesuai ketentuan, dengan maksud agar

bank dapat melakukan perbaikan atas kelemahan atau penyimpangan yang

dilakukannya.

Pengawasan yang dilaksanakan Bank Indonesia terhadap bank dapat berupa

pengawasan langsung, yaitu berbentuk pemeriksaan yang disusul dengan

tindakan-tindakan perbaikan, juga dapat berupa pengawasan tidak langsung yaitu

suatu bentuk pengawasan dini melalui penelitian analitis dan evaluasi laporan

bank. Dalam rangka pengawasan yang dilakukannya, Bank Indonesia dapat

menjalankan pemeriksaan secara berkala sekurang-kurangnya satu tahun sekali

untuk setiap bank, maupun pemeriksaan secara isidentil setiap waktu apabila

Page 111: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

diperlukan untuk meyakinkan hasil pengawasan tidak langsung dan apabila terjadi

indikasi menyimpang.67

Mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara

berkelanjutan dan stabil, diperlukan kegiatan di dalam sector jasa keuangan yang

terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan

mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Berdasarkan hal

tersebut diperlukan otoritas jasa keuangan yang memiliki fungsi, tugas dan

wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan secara terpadu.

Oleh karena itu, dalam perkembangannya, menyangkut tugas pengawasan

bank ini selanjutnya oleh Bank Indonesia akan diserahkan kepada lembaga

pengawasan sektor jasa keuangan yang independen yaitu Otoritas Jasa Keuangan,

tetapi tetap ada keterkaitan dengan Bank Indonesia sebagai bank sentral. Lembaga

(supervisory board) ini dalam menjalankan tugas dan kedudukannya berada diluar

pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa

Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. Pembentukan lembaga baru yaitu

Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) dalam bidang pengawasan

tentu akan memberikan dampak bagi Bank Indonesia maupun OJK itu sendiri.68

67 Muhammad Djumhana, op.cit, Hal. 129-130. 68 Syahrul Bahroen dan Suarpika Bimantoro, 2004, Bank Indonesia Bank Sentral Republik

Indonesia, Sebuah Pengantar : Organisasi Bank Indonesia, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta, Hal. 277.

Page 112: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Lembaga pengawasan jasa keuangan (supervisory board) atau OJK yang

dibentuk tersebut kewenangannya tidak terbatas mengawasi bidang perbankan

saja, tetapi juga mengawasi perusahaan-perusahaan sektor lainnya yang meliputi

asuransi, dana pension, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan,

serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Undang-Undang nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang independen dan bebas

dari campur tangan pihak lain, mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyelidikan. Adapun lembaga jasa

keuangan yang menjadi otoritas jasa keuangan adalah lembaga yang

melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana

Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. OJK

dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan

mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat maupun pihak-pihak

yang menempatkan dana dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di

Lembaga Jasa Keuangan.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang sesuai

Pasal 9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

yaitu meliputi :

a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa

keuangan;

Page 113: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala

Eksekutif;

c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen,

dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau

penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak

tertentu;

e. Melakukan penunjukan pengelola statute;

f. Menetapkan penggunaan pengelolaan statute;

g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan

h. Memberikan dan/atau mencabut :

1) Izin usaha;

2) Izin orang perseorangan;

3) Efektifnya pernyataan pendaftaran;

4) Surat tanda terdaftar;

5) Persetujuan melakukan kegiatan usaha;

6) Pengesahan;

Page 114: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

7) Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan

8) Penetapan lain.

sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan.

Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan

tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat berdasarkan Ketentuan

Bab VI tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat dalam Pasal 28 – Pasal

31 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang

meliputi :

a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik

sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;

b. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila

kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan

c. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

OJK juga melakukan pelayanan pengaduan konsumen dalam Pasal 29

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang

meliputi :

a. Menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan konsumen

yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;

Page 115: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

b. Membuat mekanisme pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di

Lembaga Jasa Keuangan; dan

c. Memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku

di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di

sektor jasa keuangan.

Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan

pembelaan hukum, dengan memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu

kepada Lembaga Jasa Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang

dirugikan Lembaga Jasa Keuangan tersebut dan mengajukan gugatan untuk

memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang

menyebabkan kerugian baik yang berada di bawah penguasaan yang

menyebabkan kerugian tersebut maupun dibawah penguasaan pihak lain dengan

itikad tidak baik, termasuk juga gugatan untuk memperoleh ganti kerugian dari

pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau Lembaga Jasa

Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di

sektor jasa keuangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia

dalam membuat peraturan dan pengawasan di bidang Perbankan sesuai dengan

Pasal 39 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

yaitu :

a. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank;

b. Sistem informasi perbankan yang terpadu;

Page 116: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

c. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing,

dan pinjaman komersial luar negeri;

d. Produk perbankan, transaksi derivative, kegiatan usaha bank lainnya;

e. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important bank;

dan

f. Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan informasi.

Lebih lanjut dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan, OJK, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan

(LPS) wajib membangun dan memelihara sarana pertukaran informasi secara

terintegrasi perihal Lembaga Jasa Keuangan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan pada Bab XIII Ketentuan Peralihan pada Pasal 55 menjelaskan bahwa :

1) Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan

dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

Keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.

2) Sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan

dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari

Bank Indonesia ke OJK.

Page 117: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Jadi berdasarkan uraian diatas, paling lambat per tanggal 31 Desember 2013,

pengawasan Perbankan tidak lagi berada di Bank Indonesia, pengawasan

Perbankan akan menjadi kewenangan OJK. Sejak Undang-Undang Otoritas Jasa

Keuangan ini diundangkan sampai dengan beralihnya fungsi, tugas, dan

wewenang sebagaimana dimaksud, Bank Indonesia tetap melaksanakan fungsi,

tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di

sektor Perbankan sesuai dengan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Meskipun telah terbentuk lembaga pengawasan independen OJK, peran bank

Indonesia tidak dapat dikesampingkan dalam pengawasan bank karena OJK tetap

harus mempunyai hubungan koordinasi yang baik dengan Bank Indonesia,

diantaranya menyangkut keterangan dan data makro perbankan yang ada. Setelah

peralihan kewenangan kepada OJK, Bank Indonesia akan fokus kepada

kewenangan dalam hal kebijakan moneter yaitu kebijakan untuk mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara lain melalui

pengendalian jumlah uang beredar dan/atau suku bunga.

Tugas dan wewenang OJK dalam hal pengawasan Perbankan hanya berkaitan

dengan aspek micro prudential seperti kelembagaan, kegiatan usaha, dan

penilaian tingkat kesehatan. Sedangkan aspek macro prudential berkaitan dengan

kebijakan moneter dan sistem pembayaran seperti ketentuan tentang Giro Wajib

Minimum (GWM), ketentuan devisa, Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan laporan-

laporan serta pemeriksaan yang terkait dengan pelaksanaan tugas di bidang

Page 118: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

moneter dan sistem pembayaran merupakan kewenangan dari otoritas moneter

Bank Indonesia.

Tugas micro prudential banking regulation yang menjadi kewenangan OJK

meliputi :69

1. Pengaturan kelembagaan, antara lain mengenai perizinan untuk pendirian

bank, pembukaan kantor cabang dalam negeri, kepemilikan dan

kepengurusan, merger, konsolidasi, dan akuisisi bank;

2. Pengaturan kegiatan usaha dan pengelolaan bank, antara lain mengenai

sumber dana, penyediaan dana, aktivitas di bidang jasa;

3. Pengaturan pembinaan dan pengawasan bank, antara lain mengenai penilaian

tingkat kesehatan bank; dan pengaturan likuidasi bank antara lain mengenai

pencabutan izin usaha, pembubaran dan likuidasi bank.

Selama masa transisi peralihan kewenangan Bank Indonesia ke OJK, maka

OJK mempersiapkan organisasi, struktur dan infrastruktur internalnya. Tugas,

fungsi dan wewenang pembinaan serta pengawasan bank didelegasikan kepada

otoritas Pembina dan pengawas yang lama yaitu Bank Indonesia. Pendelegasian

pelaksanaan tugas dan wewenang dimaksud dilakukan paling lama dua tahun

sejak persetujuan dan pengesahan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (UU

69 Sila Saktiana, 2004, Analisis Yuridis Mengenai Dampak Pembentukan Otoritas Jasa

Keuangan Terhadap Pengawasan Perbankan Syariah, Skripsi Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal. 78.

Page 119: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

OJK).70 Hal ini sesuai dengan penjelasan Pasal 34 ayat 2 Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia yang menyebutkan bahwa pengalihan fungsi pengawasan

bank dari Bank Indonesia kepada lembaga pengawasan sektor jasa keuangan

dilakukan secara bertahap setelah dipenuhinya syarat-syarat yang meliputi

infrastruktur, anggaran, personalia, struktur organisasi, sistem informasi, sistem

dokumentasi, dan berbagai peraturan pelaksanaan berupa perangkat hukum serta

dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Atas dasar kewenangan Bank Indonesia yang belum beralih kepada OJK,

dalam penjelasan Pasal 15 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia,

dinyatakan territorial Bank Indonesia sebagai pengawas dan pengatur

penyelenggaraan kegiatan uang elektronik dijelaskan dalam pokok-pokok

ketentuan yang akan ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia yang memuat

antara lain :

a. Jenis penyelenggaraan jasa sistem pembayaran yang memerlukan

persetujuan Bank Indonesia dan prosedur pemberian persetujuan oleh

Bank Indonesia;

b. Cakupan wewenang dan tanggung jawab penyelenggara jasa sistem

pembayaran, termasuk tanggung jawab yang berkaitan dengan manajemen

risiko;

70 Zulkarnaen Sitompul, 2004, Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Pilars,

No.02/Th.VII, Hal. 12.

Page 120: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

c. Persyaratan keamanan dan efisiensi dalam penyelenggaraan jasa sistem

pembayaran;

d. Penyelenggaraan jasa sistem pembayaran yang wajib menyampaikan

laporan kegiatan;

e. Jenis laporan kegiatan yang perlu disampaikan kepada Bank Indonesia dan

tata cara pelaporannya;

f. Jenis alat pembayaran yang dapat digunakan oleh masyarakat termasuk

alat pembayaran yang bersifat elektronis seperti kartu ATM, kartu debit,

kartu kredit, kartu prabayar dan uang elektronik;

g. Persyaratan keamanan alat pembayaran; dan

h. Sanksi administratif berupa denda bagi pelanggaran ketentuan pada huruf

a, huruf d, dan huruf f tersebut diatas.

Atas dasar kewenangan Bank Indonesia sebagai pengawas dan pengatur

penyelenggaraan kegiatan pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money)

maka diaturlah dalam Peraturan Bank Indonesia secara tersendiri yaitu dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

(Electronic Money) termasuk Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP

Tahun 2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money)

Page 121: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

2. Bentuk Pengaturan Transaksi Melalui Uang Elektronik di Indonesia

Dalam pembelian kartu e-money pada penerbit, kartu akan dilengkapi dengan

syarat dan ketentuan penggunaan kartu e-money tersebut. Syarat dan ketentuan

tersebut menjadi suatu bentuk perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu

dalam penggunaannya pada transaksi e-money.

Salah satu acuan penting pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen

yaitu dengan adanya peraturan mengenai pencantuman klausula baku pada

perjanjian. Dimana dasar peraturan dalam penggunaan alat pembayaran elektronik

menggunakan uang elektronik adalah dengan menggunakan perjanjian baku, maka

pencantuman klausula baku yang seimbang haruslah diatur.

Perjanjian baku merupakan terjemahan dari standard contract, baku berarti

patokan dan acuan. Mariam Darus mendefinisikan perjanjian baku adalah

perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.71

Perjanjian baku merupakan konsep janji-janji tertulis yang disusun tanpa

membicarakan isi dan lazimnya dituangkan dalam perjanjian yang sifatnya

tertentu.72

Klausula baku biasanya dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat,

yang dalam kenyataannya biasa dipegang oleh pelaku usaha atau dalam kaitannya

dengan perjanjian baku uang elektronik kedudukan yang lebih kuat dipegang oleh

71 Mariam Darus Badrulzaman, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, Hal. 48. 72 Ibid.

Page 122: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

penerbit kartu e-money. Isi klausula baku sering kali merugikan pihak yang

menerima klausula baku tersebut, yaitu pihak konsumen atau pemegang kartu e-

money karena dibuat secara sepihak oleh penerbit. Bila konsumen menolak

klausula baku tersebut ia tidak akan mendapatkan barang atau jasa yang

dibutuhkan, karena klausula baku serupa akan ditemui di tempat lain. Artinya,

dimanapun calon pemegang kartu e-money akan melakukan pembelian barang

atau jasa uang elektronik maka penerbit akan memberikan klausula baku sebagai

bentuk persetujuan pembelian dan penggunaan kartu uang elektronik. Hal tersebut

menyebabkan konsumen atau pemegang kartu e-money menjadi lebih sering

menyetujui isi dari klausula baku tersebut walaupun memojokkan. Bagi para

pelaku usaha atau penerbit kartu e-money mungkin ini merupakan cara mencapai

tujuan ekonomi yang efisien, praktis, dan cepat tidak bertele-tele, tetapi bagi

konsumen atau pemegang kartu justru merupakan pilihan yang tidak

menguntungkan karena hanya dihadapkan pada suatu pilihan, yaitu menerima

walaupun dengan berat hati.73

Sudaryatmo mengungkapkan karakteristik klausula baku sebagai berikut :74

1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relatif lebih kuat

dari konsumen.

2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian.

3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal.

73 Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku dalam Praktik Perusahaan Perdagangan,

PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal. 6. 74 Sudaryatmo, 1999, Hukum dan Advokasi Konsumen, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

Hal. 93.

Page 123: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh faktor

kebutuhan.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen pasal 1 angka 10

mendefinisikan klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-

syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh

pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang

mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Klausula eksonerasi adalah klausula yang dicantumkan dalam suatu

perjanjian, dimana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya

membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji

atau perbuatan melawan hukum.75 Perjanjian baku dengan klausula eksonerasinya

pada prinsipnya hanya menguntungkan pelaku usaha dan merugikan konsumen,

karena klausulanya tidak seimbang dan tidak mencerminkan keadilan. Dominasi

pelaku usaha lebih besat dibandingkan dengan dominasi konsumen, dan

konsumen hanya menerima perjanjian dengan klausula baku tersebut begitu saja

karena dorongan kepentingan dan kebutuhan. Beban yang seharusnya dipikul oleh

pelaku usaha, menjadi beban konsumen karena adanya klausula eksonerasi

tersebut.76

Akibat kedudukan para pihak yang tidak seimbang, maka pihak yang lemah

biasanya tidak berada dalam keadaan yang bebas untuk menentukan apa yang

75 Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, Hal. 47. 76 Zulham, 2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

Hal.67.

Page 124: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

diinginkannya dalam perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang memiliki posisi

yang lebih kuat biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk menentukan

klausula-klausula tertentu dalam perjanjian baku. Sehingga perjanjian yang

seharusnya dibuat oleh para pihak yang terlibat dalam perjanjian tidak ditemukan

lagi dalam perjanjian baku, karena formatnya dan isi perjanjian telah dirancang

oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat.

Perjanjian dikatakan bersifat baku, karena baik perjanjian maupun klausula

tersebut tidak dapat dinegosiasikan atau ditawar oleh pihak lainnya (take it or

leave it). Tidak adanya pilihan bagi salah satu pihak dalam perjanjian ini,

cenderung merugikan pihak yang kedudukannya kurang dominan. Hal ini

membuat pihak yang cenderung dirugikan sulit untuk membuktikan tidak adanya

kesepakatan pada saat perjanjian tersebut dibuat, atau atas isi klausula baku yang

termuat dalam perjanjian tersebut.77

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata)

pada pasal 1313 menjelaskan suat perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.78

Lebih lanjut pada pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.79 Hal ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat berupa syarat-syarat

dan ketentuan dari penggunaan kartu e-money secara sah mengikat para pihak

77 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2003, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, PT.

Gramedia, Jakarta, Hal. 53. 78 R. Subekti dan R. Tjitrisudibio, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Burgerlijk

Wetboek, Cetakan Keduapuluhtujuh (Edisi Revisi), PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 338 79 Ibid, Hal. 342.

Page 125: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

sebagaimana undang-undang dan perikatan ini berlaku bagi para pihak yang

sepakat dalam perjanjian tersebut.

Undang-undang memberikan hak kepada setiap orang secara bebas untuk

membuat dan melaksanakan perjanjian selama unsur-unsur perjanjian terpenuhi.

Para pihak dalam perjanjian juga bebas menentukan aturan yang mereka

kehendaki dalam perjanjian tersebut dan melaksanakannya sesuai dengan

kesepakatan yang telah tercapai, selama para pihak tidak melanggar ketentuan

mengenai ketertiban umum, kesusilaan, kepatutan, dan kebiasaan yang berlaku

umum di masyarakat, serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.80

Tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian pada

pasal 1320 KUH Perdata diperlukan empat syarat yang harus dipenuhi yaitu :81

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subjeknya atau pihak-pihak dalam

perjanjian sehingga disebut sebagai syarat subjektif, sedangkan syarat ketiga dan

keempat disebut syarat objektif karena mengenai objek perjanjian. Jika syarat

80 Zulham, op.cit, Hal. 72-73. 81 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, op.cit, Hal. 339.

Page 126: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

objektif tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum, dengan pengertian

bahwa perjanjian tidak pernah terjadi serta tidak memiliki dasar untuk saling

menuntut di depan hakim. Sedangkan jika syarat subjektif tidak terpenuhi, maka

perjanjiannya bukan batal demi hukum, melainkan salah satu pihak mempunyai

hak untuk meminta perjanjian itu dibatalkan.

Aspek hukum perjanjian dalam sistem pembayaran elektronik menggunakan

e-money dilihat dari asas-asas yang mendasari suatu perjanjian antara para pihak

dalam penggunaan e-money adalah meliputi :82

1. Asas Konsesualisme

Suatu perjanjian lahir setelah terjadi kesepakatan antara para pihak. Asas ini

erat hubungannya dengan prinsip kebebasan dalam mengadakan perjanjian.

2. Asas Kekuatan Mengikat

Terikatnya para pihak atas apa yang mereka sepakati dalam perjanjian

termasuk unsur-unsur lain yang dikehendaki para pihak merupakan kekuatan

mengikat setara undang-undang.

3. Asas Kepercayaan

82 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hal. 14.

Page 127: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Perjanjian harus dilaksanakan atas dasar kepercayaan antara kedua belah

pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya. Dengan kepercayaan

ini para pihak akan mengikatkan dirinya kepada perjanjian yang dibuatnya.

4. Asas Persamaan Hak

Menempatkan para pihak dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan,

masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan

kedua pihak untuk menghormati satu sama lain.

5. Asas Keseimbangan

Asas ini menghendaki para pihak untuk memenui dan melaksanakan

perjanjian sesuai dengan persamaan hak dan kewajibannya.

6. Asas Kepatutan

Asas ini berhubungan dengan isi perjanjian mengenai aspek keadilan dalam

masyarakat.

7. Asas Kebiasaan

Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas

akan tetapi juga hal-hal dalam kebiasaan yang lazim diikuti.

8. Asas Kepastian Hukum

Page 128: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Perjanjian sebagai suatu figure hukum harus mengandung kepastian hukum

yang tercermin dari kekuatan mengikatnya perjanjian tersebut, yaitu undang-

undang bagi para pihak yang membuatnya.

9. Asas Kebebasan Berkontrak

Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian apa saja asal tidak

bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Dilihat dari asas-asas perjanjian maka suatu perjanjian lahir atas dasar

kesepakatan antara para pihak. Terikatnya para pihak pada apa yang disepakati

dalam perjanjian adalah sama halnya dengan kekuatan mengikat undang-undang.

Jadi setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian apa saja asal tidak

bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Salah satu acuan yang penting pada Undang-Undang Perlindungan

Konsumen yaitu dengan adanya peraturan mengenai pencantuman klausula baku

pada perjanjian. Dimana dasar peraturan dalam penggunaan alat pembayaran

elektronik menggunakan uang elektronik (e-money) adalah dengan menggunakan

seebuah perjanjian baku, maka pencantuman klausula baku yang seimbang

haruslah diatur. Menurut penjelasan pasal 18 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, adanya peraturan pencantuman klausula baku bertujuan untuk

menempatkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan

prinsip kebebasan berkontrak. Pengaturan tentang klausula baku terdapat dalam

Page 129: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang melarang pelaku usaha

mencantumkan klausula baku pada setiap perjanjian dan dokumen apabila :83

a. Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk

diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada

setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila :

1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

2. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

barang yang dibeli konsumen;

3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

4. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan

sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara

angsuran;

5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau

mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;

83 I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-

Ketentuan Hukum Perjanjian ke dalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Denpasar, Hal. 38-40.

Page 130: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

7. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat

sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang

dibelinya;

8. Menyatakan bahwa konsumen member kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang

yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

b. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau

bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang

pengungkapannya sulit dimengerti.

c. Setiap klausula baku yang telah diterapkan oleh pelaku usaha pada dokumen

atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) atau ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.

d. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan

undang-undang.

Terkait dengan perlindungan pemegang kartu e-money sebagai konsumen

uang elektronik, hal ini diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen

yang secara garis besar telah memberikan perlindungan terhadap konsumen untuk

menikmati produk mereka secara jelas dan tidak menyesatkan. Undang-Undang

Page 131: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Perlindungan Konsumen mengatur pelaku usaha perbankan untuk memberikan

tanggung jawabnya kepada konsumen berupa :84

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan jasa yang diberikannya;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secraa benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

4. Menjamin kegiatan usaha perbankan berdasarkan ketentuan standar

perbankan yang berlaku.

Walaupun keberadaan Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah

memberikan posisi tawar menawar yang lebih kuat terhadap pelaku usaha, namun

berhubungan dengan pemegang kartu e-money dalam sistem pembayaran

elektronik (e-payment) Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak mengatur

secara jelas bagaimana menyelenggarakan sebuah sistem elektronik yang handal

dan aman dalam melindungi konsumen. Pengaturan terhadap penyelenggaraan

sistem elektronik ini diatur lebih lanjut pada Undang-Undnag Informasi dan

Transaksi Elektronik. Namun peraturannya yang terdapat pada Undang-Undang

Perlindungan Konsumen seperti ketentuan pencantuman masalah klausula baku

dapat diterapkan pada perjanjian antara pemegang kartu dengan bank penerbit.

84 Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, Hal 338.

Page 132: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Asser Rutten mengatakan bahwa setiap orang yang menandatangani

perjanjian, bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada

orang yang membubuhkan tanda tangan pada formulir perjanjian baku, tanda

tangan itu akan membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertandatangan itu

mengetahui dan menghendaki isi formulir yang ditandatangani, karena tidak

mungkin seseorang menandatangani apa yang tidak diketahui isinya.85 Lebih

lanjut Ahmadi Miru berpendapat bahwa perjanjian baku merupakan perjanjian

yang mengikat para pihak yang menandatanganinya, walaupun harus diakui

bahwa klausula yang terdapat dalam perjanjian baku banyak mengalihkan beban

tanggung jawab dari pihak perancang klausula baku kepada pihak lawannya.

Namun setiap kerugian yang timbul dikemudian hari akan tetap ditanggung oleh

para pihak yang harus bertanggung jawabberdasarkan klausula perjanjian tersebut,

kecuali jika klausula tersebut merupakan klausula yang dilarang berdasarkan pasal

18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.86

Dalam kartu e-money Flazz BCA yang diterbitkan oleh BCA, pada panduan

penggunaannya dijelaskan bahwa isi staterpack dari Kartu Flazz berisi Kartu

Flazz, panduan penggunaan kartu serta syarat dan ketentuan kartu Flazz. Dalam

memulai transaksi, pemegang kartu harus melakukan transaksi isi ulang (top up)

yang hanya dapat dilakukan jika pemegang kartu telah memiliki tabungan pada

bank penerbit yaitu Bank BCA. Proses transaksi isi ulang (top up) dapat dilakukan

melalui mesin Electronic Data Capture (EDC) yang berada di merchant Flazz

85 Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hal. 117. 86 Ibid, Hal. 118.

Page 133: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

atau melalui ATM non tunai. Limit dari kartu Flazz dengan minimum top up

sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) dan saldo maksimum sebesar Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah). Adapun syarat dan ketentuan pemegang kartu Flazz

adalah :

1. Definisi

Menjelaskan mengenai pengertian pemegang kartu; kartu Flazz; transaksi

pembayaran; transaksi isi ulang (top up); dan transaksi.

2. Ketentuan Umum

a. Kartu Flazz dapat dipindahtangankan ke pihak manapun;

b. Kartu Flazz hanya dapat digunakan untuk melakukan proses transaksi;

c. Penggunaan kartu tanpa memerlukan nomor sandi pribadi atau PIN

(Personal Identification Number) maupun tandatangan pemegang kartu.

Oleh karena itu kartu dapat digunakan oleh orang lain tanpa perlu

dibuktikan kewenangannya;

d. Jika kartu hilang atau dicuri, penerbit tidak dapat melakukan pemblokiran

pada kartu. Segala akibat yang timbul akan menjadi tanggung jawab

pemegang kartu;

e. Keterangan dan perhitungan transaksi pembayaran, transaksi-transaksi

lainnya atau mengenai saldo pada kartu merupakan bukti yang mengikat

kecuali dapat dibuktikan sebaliknya;

Page 134: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

f. Penggunaan kartu tunduk pada ketentuan dan peraturan yang berlaku pada

penerbit, syarat dan ketentuan yang mengatur mengenai kartu, termasuk

setiap perubahan yang akan diberitahukan oleh penerbit dalam bentuk dan

sarana apapun;

g. Apabila terjadi peristiwa darurat (force majeur) yang dibenarkan oleh

pejabat yang berwenang atau diluar kekuasaan para pihak, maka tidka ada

pihak manapun yang dapat dituntut untuk memberikan ganti rugi.

3. Ketentuan Khusus

Dalam penggunaan kartu Flazz, pemeggang kartu wajib menggunakan atau

menjaga kartu sesuai dengan ketentuan penggunaannya. Kartu Flazz dapat

dipergunakan untuk melakukan transaksi maupun cek saldo pada kartu Flazz.

Dijelaskan juga mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

kartu Flazz bahwa kartu Flazz dapat dipindahtangankan kepada pihak manapun,

oleh karena itu dapat digunakan oleh orang lain selain pemegang kartu. Apabila

kartu Flazz hilang atau dicuri, Bank BCA selaku penerbit tidak dapat melakukan

penggantian atau pemblokiran. Penanganan keluhan (pengaduan) sehubungan

dengan penggunaan kartu, dilakukan secara tertulis dengan melampirkan fotokopi

identitas diri pemegang kartu dan dokumen pendukung. Penerbit akan

menanggapi keluhan sesuai dengan kebijakan dari prosedur yang berlaku pada

penerbit, selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari sejak pengaduan diterima

secara lengkap.

Page 135: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Panduan penggunaan Kartu BRIZZI yang diterbitkan oleh Bank BRI

menjelaskan cara awal transaksi, cara mengetahui info saldo, dan bagaimana

proses isi ulang (top up) yang dapat dilakukan melalui online BRIZZI; Deposit

BRIZZI pada ATM BRI; Deposit BRIZZI pada ATM bank lain; melalui internet;

maupun melalui SMS Banking BRI. Tertulis sebagai perhatian bahwa kartu

merupakan uang elektronik pengganti uang tunai yang berfungsi sebagai alat

pembayaran. Pemegang kartu menyatakan tunduk dan mengikatkan diri pada

syarat dan ketentuan kartu BRIZZI. Adapun syarat dan ketentuan penggunaan

kartu yaitu :

1. Pengertian

Menjelaskan pengertian dari BRIZZI; pemegang kartu; transaksi pembayaran

menggunakan BRIZZI; transaksi top up online; dan transaksi top up deposit.

2. Ketentuan

a. Kartu BRIZZI menggunakan satuan hitung rupiah dan hanya digunakan di

Indonesia;

b. Kartu bukan merupakan simpanan dan dana yang terdapat di dalamnya

tidak diberikan bunga dan tidak dijamin oleh Lembaga Penjaminan

Simpanan (LPS);

Page 136: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

c. Kepemilikan kartu dapat dialihkan dengan cara memberikan fisik kartu

kepada orang lain;

d. Kartu yang hilang atau dicuri tidak dapat diblokir maupun diganti, segala

akibat menjadi tanggung jawab pemegang kartu sepenuhnya;

e. Pemegang kartu hanya dapat menggunakan kartu untuk transaksi

pembayaran selama dana yang ada pada kartu mencukupi;

f. Pemegang kartu wajib memelihara fisik kartu sehingga tidak rusak, patah

atau nomor kartu masih dapat diidentifikasi;

g. Keterangan dan perhitungan terkait transaksi yang dilakukan pemegang

kartu merupakan bukti yang mengikat kecuali dapat dibuktikan

sebaliknya;

h. Penggunaan kartu tunduk pada ketentuan yang berlaku di bank penerbit

serta syarat dan ketentuan yang mengatur segala transaksi yang terkait

penggunaan kartu, termasuk setiap perubahan yang akan diinformasikan

terlebih dahulu oleh bank penerbit;

i. Batas minimal saldo pada kartu adalah sebesar Rp. 20.000,- (duapuluh

ribu rupiah);

j. Batas maksimal saldo pada kartu adalah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta

rupiah) atau sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku;

k. Minimal Top Up sebesar Rp. 1,- (satu rupiah).

Page 137: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3. Masa Berlaku

Masa berlaku kartu tidak terbatas (unlimited). Namun apabila kartu tidak

pernah digunakan bertransaksi selama 12 (duabelas) bulan maka bulan

berikutnya kartu akan menjadi pasif, dengan ketentuan :

− Kartu yang memiliki saldo di bawah Rp. 25.000,- (duapuluh lima ribu

rupiah) dan tidak pernah digunakan bertransaksi selama 12 bulan maka

pemegang kartu dianggap menyetujui penutupan kartu dan saldo akan

menjadi milik bank penerbit;

− Kartu yang memiliki saldo diatas Rp. 25.000,- (duapuluh lima ribu rupiah)

dan tidak pernah digunakan bertransaksi selama 12 bulan maka pada bulan

ke-13 saldo yang masih ada akan di debet biaya administrasi setiap

bulannya sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) sampai sisa saldo nihil.

Apabila pemegang kartu ingin menggunakan kembali maka pemegang kartu

harus melakukan reaktivasi melalui EDC BRIZZI.

4. Penutupan BRIZZI

Pemegang kartu dapat melakukan penutupan kartu melalui Kantor Cabang

atau Kantor Cabang Pembantu Bank BRI dengan menggunakan menu

penutupan kartu (redeem). Penutupan kartu akan dikenakan biaya

administrasi sebesar Rp. 20.000,- (duapuluh ribu rupiah) yang langsung

dipotong dari sisa saldo pada kartu.

5. Penanganan Keluhan

Page 138: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Pemegang kartu dapat menyampaikan keluhan atau pengaduan sehubungan

dengan penggunaan kartu melalui Kantor Bank BRI dengan melampirkan

fotokopi identitas diri pemegang kartu dan data pendukung lainnya, yang

akan ditanggapi sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku pada Bank

selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari sejak pengaduan diterima lengkap

oleh bank.

6. Penggantian BRIZZI

Penggantian kartu dapat dilakukan di Kantor Bank BRI dengan saldo di

dalam kartu yang rusak akan dilimpahkan ke kartu baru. Pemegang kartu

akan mendapatkan kartu baru dan kartu yang lama akan ditarik oleh penerbit.

Bank Mandiri selaku penerbit bekerjasama dengan merchant Indomaret

mengeluarkan kartu e-money dengan brand name Mandiri Prabayar - Indomaret

Card (selanjutnya disebut Indomaret Card). Kartu ini digunakan untuk

bertransaksi pembelanjaan di Indomaret atau pembayaran lainnya di mechant

yang bekerjasama dengan Bank Mandiri selaku penerbit dengan fitur saldo yang

tersimpan pada chip kartu dapat digunakan bertransaksi tanpa perlu menggunakan

PIN atau tanda tangan, dapat diisi ulang, dengan maksimal saldo kartu sebesar Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah) sesuai ketentuan Bank Indonesia dan saldo

mengendap pada kartu tidak diberikan bunga. Cara bertransaksi menggunakan

Indomaret Card yaitu melalui outlet atau merchant yang mempunyai reader untuk

menerima kartu e-money. Saldo harus mencukupi untuk bertransaksi yaitu dengan

sado minimum sebesar Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) ditambah dengan jumlah

Page 139: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

pembelanjaan yang akan dibayarkan. Isi ulang (top up) dengan menggunakan

Mandiri Debit yang dapat dilakukan melalui Mandiri EDC, Mandiri ATM Tunai

maupun Non Tunai, Mandiri Internet, dan Mandiri SMS. Adapun syarat dan

ketentuan penggunaan Kartu Mandiri Prabayar dari penerbit yaitu :

1. Penggunaan Kartu Mandiri Prabayar

a. Bank tidak berkewajiban untuk mengganti kerugian akibat kartu yang

rusak karena kelalaian pemegang kartu, hilang, dicuri atau digunakan oleh

pihak yang tidak bertanggung jawab dan tidak akan mengganti kartu yang

hilang dengan kartu yang baru;

b. Saldo yang terdapat dalam kartu tidak termasuk dalam program

penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS);

c. Penggunaan kartu hanya dapat dilakukan sebatas saldo yang tersimpan

pada kartu;

d. Pemegang kartu tidak diperkenankan merusak, memanipulasi, mengcopy

dan/atau mengubah fisik maupun isi data kartu;

e. Pemegang kartu bertanggung jawab dan wajib melaporkan kepada

penerbit apabila terjadi penggandaan (cloning) dan penggunaan oleh pihak

yang tidak berwenang untuk melakukan transaksi;

f. Dalam hal kartu hilang, penerbit tidak akan melakukan pemblokiran, tidak

mengganti fisik dan tidak akan mengembalikan saldo;

Page 140: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

g. Dalam hal kartu rusak, penerbit tidak akan melakukan pemblokiran, tidak

akan mengganti fisik kartu namun akan mengembalikan saldo;

h. Pencantuman nama, tandatangan atau tanda-tanda apapun pada kartu

bukan merupakan petunjuk atau bukti kepemilikan kartu;

i. Bank penerbit berhak secara sepihak menghentikan atau menangguhkan

pelayanan tan pa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu

atas dasar permasalahan teknis maupun non teknis.

2. Masa Berlaku Mandiri Prabayar

Kartu tidak memiliki masa berlaku, namun apabila dalam jangka waktu 12

(duabelas) bulan tidak digunakan untuk melakukan transaksi maka pada saat

pengaktifan kembali akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 10.000,-

(sepuluh ribu rupiah).

3. Penutupan Mandiri Prabayar

Penutupan kartu dapat terjadi apabila ditutup oleh bank penerbit akibat tidak

terpenuhinya hal-hal yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan oleh

pemegang kartu, maupun atas permintaan pemegang kartu yang bersangkutan

yang diajukan secara tertulis. Saldo yang masih tersisa pada kartu akan

dikembalikan setelah dikurangi biaya administrasi. Proses penutupan kartu

dan pengembalian saldo dilakukan selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari

kerja sejak dokumen diterima lengkap oleh bank penerbit.

Page 141: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

4. Redemption

Pemegang kartu dapat mengajukan redemption atau pengembalian saldo kartu

ke cabang Bank Mandiri terdekat dengan dikenakan biaya administrasi.

5. Penyelesaian Sengketa (Dispute) Transaksi Mandiri Prabayar

Pemegang kartu dapat mengajukan keluhan atas dispute transaksi maksimal

30 (tigapuluh) hari kerja sejak tanggal transaksi. Pengajuan keluhan

dilakukan secara tertulis dengan melampirkan fotokopi bukti bukti transaksi

dan bukti lainnya yang mendukung pengaduan. Bank penerbit akan

melakukan pemeriksaan atau investigasi atas pengaduan Pemegang Kartu.

6. Batas Pertanggungjawaban (Liability)

a. Bank dan seluruh pejabat, pegawai dan Mitra terkait tidak dapat dimintai

pertanggung jawaban oleh pemegang kartu atau pihak manapun yang

mengajukan tuntutan atas :

− kehilangan kartu oleh pemegang kartu;

− kerusakan kartu akibat kecerobohan pemegang kartu, termasuk tidak

menggunakan atau menempatkan kartu sesuai petunjuk penggunaan;

− kerugian sejumlah nilai uang dalam kartu akibat penggunaan transaksi

pembayaran yang tidak benar;

− kartu digunakan oleh pihak lain yang tidak berwenang dan/atau hasil

penggandaan (cloning).

Page 142: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

b. Dengan tidak membatasi hal-hal tersebut, bank penerbit termasuk mitra

tidak bertanggung jawab atas tuntutan atau klaim mengenai :

− Segala kerugian atas kerusakan karena tidak beroperasinya sistem

akibat bencana alam, perang, pemberontakan, kerusuhan umum,

dan/atau adanya peraturan atau larangan pemerintah atau hal-hal yang

diluar kuasa lainnya;

− Segala kerugian atau kehilangan data karena penggunaan kartu oleh

pihak yang tidak berwenang.

7. Kerahasiaan Informasi Pemegang Kartu

Keamanan informasi pribadi pemegang kartu akan dilindungi oleh bank

penerbit, termasuk mewajibkan perusahaan lain yang akan melakukan

kerjasama merchant akan diwajibkan untuk melindungi kerahasiaan

pemegang kartu.

8. Hukum yang Berlaku dan Domisili

Syarat dan ketentuan mengenai penggunaan kartu tunduk pada hukum yuang

berlaku di Indonesia. Dalam hal terjadi perselisihan maka para pihak sepakat

untuk menyelesaikan secara musyawarah dan bila tidak tercapai kesepakatan

Page 143: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

maka para pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui Pengadilan Negeri

sesuai domisili tergugat.

9. Lain-lain

Syarat dan ketentuan kartu termasuk jenis atau bentuk layanan dapat diubah

setiap waktu oleh penerbit tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada

pemegang kartu. Atas perubahan, penggantian dan/atau penambahan akan

dilakukan melalui pemberitahuan yang ditempel pada Cabang Bank penerbit,

diumumkan melalui website Bank Mandiri atau media lain yang ditentukan

oleh penerbit, yang segala perubahan tersebut tetap mengikat Pemegang

Kartu.

Dilihat dari penerbitan kartu e-money pada bank penerbit BRI, BCA, dan

Bank Mandiri, syarat dan ketentuan tersebut mengikat bagi pemegang kartu

selaku pengguna. Dengan melakukan pembelian kartu e-money tersebut, maka

pemegang kartu dianggap telah menyetujui seluruh isi syarat dan ketentuan

penggunaan kartu tanpa perlu menandatanganinya.

Secara umum tidak ada ketentuan yang menyatakan bahwa suatu perjanjian

baru dikatakan sah jika telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, kecuali untuk

perjanjian-perjanjian tertentu yang oleh hukum disyaratkan untuk dilakukan

dengan tertulis sehingga harus ditandatangani oleh para pihak. Artinya, secara

Page 144: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

yuridis dapat dibenarkan jika suatu perjanjian ditandatangani oleh satu pihak atau

bahkan tanpa tandatangan oleh pihak manapun.

Pengaturan kegiatan pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money)

sesuai kewenangan dari Bank Indonesia selaku Bank Sentral mengatur dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

(Electronic Money) dan dalam rangka mendukung kelancaran dan efektivitas

penyelenggaraan uang elektronik sehubungan diberlakukannya Peraturan Bank

Indonesia tersebut maka lebih lanjut ketentuan mengenai penyelenggaraan uang

elektronik diatur dalam Surat Edaran dangan Nomor 11/11/DASP Tahun 2009

tentang Uang Elektronik (Electronic Money).

Dalam Peraturan Bank Indonesia (selanjutnya disebut PBI) mengenai Uang

Elektronik dibentuk mengingat uang elektronik memiliki fungsi seperti uang

tunai, maka untuk memberikan perlindungan kepada pemegang kartu,

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instumen pembayaran uang

elektronik, dan mendukung kelancaran tugas Bank Indonesia dalam menjaga

stabilitas moneter, Bank Indonesia menetapkan persyaratan yang wajib dipenuhi

oleh Bank dan Lembaga Selain Bank (LSB) dalam menyelenggarakan uang

elektronik.

Dalam PBI mengenai uang elektronik ini, nilai uang elektronik yang

disetorkan oleh pemegang kepada penerbit bukan merupakan simpanan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan. Konsekuensi ini harus

diketahui oleh pemegang sehingga membawa kewajiban penerbit untuk

Page 145: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

memberitahukan kepada pemegang. Karena nilai uang elektronik tersebut bukan

merupakan simpanan maka uang elektronik tersebut tidak termasuk yang dijamin

oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Lembaga Penjamin Simpanan.

Untuk mendukung keamanan dan kelancaran penyelenggaraan uang

elektronik, Bank Indonesia juga mengatur kewajiban-kewajiban yang harus

dipenuhi oleh seluruh penyelenggara uang elektronik seperti kewajiban penerapan

manajemen risiko, pelaporan, dan keamanan sistem dalam Peraturan Bank

Indonesia ini.

Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia mengenai uang

elektronik ini mengatur mengenai bagaimana syarat dan tata cara untuk

memperoleh izin sebagai principal, penerbit, acquirer, termasuk penyelenggara

kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian akhir demi kelancaran kegiatan uang

elektronik dan perlindungan terhadap pemegang kartu.

Pasal 13 PBI mengenai uang elektronik mengatur bahwa penerbit dilarang

menerbitkan uang elektronik dengan nilai uang elektronik yang lebih besar atau

lebih kecil daripada nilai uang yang disetorkan oleh pemegang kepada penerbit.

Larangan bagi penerbit untuk menerbitkan uang elektronik dengan nilai uang

elektronik yang lebih besar dari nilai uang yang disetorkan oleh pemegang

dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penerbitan uang elektronik yang

berpotensi terhadap penciptaan uang yang tidak terkendali. Selain itu larangan

penerbitan uang elektronik dengan nilai yang lebih kecil daripada nilai uang yang

Page 146: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

disetorkan oleh pemegang dimaksudkan untuk melindungi kepentingan

pemegang.

Bank Indonesia dalam PBI uang elektronik pada pasal 14 ayat 1 menetapkan

batas paling banyak nilai uang elektronik yang disimpan pada media uang

elektronik dan batas paling bayak total nilai transaksi uang elektronik dalam

periode tertentu. Dalam penjelasan diterangkan bahwa pembatasan nilai uang

elektronik dan total nilai transaksi dimaksudkan karena uang elektronik pada

prinsipnya digunakan untuk pembayaran yang bersifat ritel atau pembayaran

dengan jumlah kecil, dan hal ini juga dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan

uang elektronik seperti untuk tindak pidana pencucian uang dan pendanaan

terorisme.

Pasal 17 PBI uang elektronik mewajibkan penerbit mencatat identitas

pedagang (merchant) yang bekerjasama dengan penerbit dan

mengadministrasikan seluruh dokumen yang terkait dengan merchant. Kewajiban

mencatat identitas pedagang dimaksudkan agar penerbit mempunyai data untuk

kepentingan pembayaran maupun pemenuhan klaim kepada pedagang setelah

dilakukannya transaksi antara pedagang dan pemegang. Kepentingan pencatatan

identitas pedagang tersebut terkait pula dengan kegiatan penerbit dan penggunaan

sistem penerbit dan penggunaan sistem penerbit jika penerbit melakukan

kerjasama dengan pedagang seperti untuk kegiatan pengisian ulang uang

elektronik, kegiatan tarik tunai dalam rangka mengakhiri penggunaan uang

elektronik (redeem), dan kegiatan tarik tunai dalam rangka transfer dana.

Page 147: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Bank Indonesia memiliki rencana untuk mengembangkan uang elektronik.

Bank dan Lembaga Selain Bank (LSB) selaku penerbit akan menyediakan fasilitas

transfer dana melalui uang elektronik.87 Dalam pasal 16 ayat 4 PBI Uang

Elektronik, penerbit yang akan menyediakan fasilitas transfer dana melalui uang

elektronik wajib mencatat data identitas pemegang. Pencatatan data identitas

pemegang dimaksudkan untuk memenuhi prinsip mengenal nasabah (know your

customer principles) dan memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan pengiriman

uang. Data identitas yang wajib dicatat sekurang-kurangnya nama, alamat, tanggal

lahir dan data lainnya sebagaimana yang tercantum pada bukti identitas pemegang

(fully registered).

Salah satu bentuk tanggung jawab penerbit dan upaya perlindungan terhadap

pemegang kartu, PBI Uang Elektronik dalam Pasal 18 ayat 1 mewajibkan penerbit

untuk memberikan informasi secara tertulis kepada pemegang mengenai produk

Uang Elektronik yang diterbitkannya. Kewajiban memberikan informasi secara

tertulis dimaksudkan agar penerbit menerapkan prinsip transparansi produk dan

melakukan edukasi kepada pemegang.

Uang elektronik yang diterbitkan oleh Bank BCA (Flazz), BRI (BRIZZI), dan

Bank Mandiri (Indomaret Card) menjelaskan syarat dan ketentuan bagi pemegang

kartu. Jika dilihat dari kesesuaian terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Bank

87 R. Serfianto DP, op.cit, Hal. 105.

Page 148: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Indonesia dalam PBI Uang Elektronik, maka dapat dilihat perbandingan dari

ketiga kartu e-money tersebut yaitu :

PERBANDINGAN FLAZZ BRIZZI INDOMARET CARD

Penjelasan Pengertian Uang Elektronik

Tercantum definisi pemegang kartu; kartu e-money; transaksi pembayaran, dan lain-lain.

Tercantum definisi pemegang kartu; kartu e-money; transaksi pembayaran, dan lain-lain.

Tercantum definisi pemegang kartu; kartu e-money; transaksi pembayaran, dan lain-lain secara lebih terperinci.

Penjelasan Nilai Uang Elektronik Tidak Dijamin LPS

Tidak dicantumkan dalam syarat & ketentuan pemegang kartu

Dijelaskan bahwa nilai uang dalam kartu tidak diberikan bunga dan tidak dijamin oleh LPS

Dijelaskan bahwa saldo pada kartu tidak dijamin oleh LPS

Identitas Pada Kartu E-Money

Tanpa identitas Tercetak nomor kartu dan nama identitas pemegang kartu

Dapat dituliskan nama atau tandatangan di belakang kartu, namun hal itu bukan merupakan bukti kepemilikan

Pencatatan Data Identitas Pemegang oleh Penerbit

Dicatatkan pada buku register bank penerbit

Dicatatkan pada buku register bank penerbit

tidak dicatatkan pada bank penerbit karena pembelian kartu melalui pedagang (merchant)

Cara Pengisian & Isi Ulang (Top Up)

Hanya dapat dilakukan melalui bank penerbit

Dapat dilakukan melalui bank penerbit maupun bank lain melalui ATM Bersama

Hanya dapat dilakukan melalui bank penerbit

Batas Nilai Uang Pada Kartu E-Money

Saldo maksimum sebesar Rp. 1.000.000,-

Batas maksimal saldo sebesar Rp. 1.000.000,-

Batas maksimal saldo sebesar Rp. 1.000.000,-

Page 149: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Cara Penggunaan Kartu E-Money

Pembayaran dilakukan dengan menempelkan kartu pada reader tanpa memasukkan PIN dan tanda tangan

Memilih menu pembayaran pada EDC kemudian menempelkan kartu pada reader tanpa memasukkan PIN dan tanda tangan

Memilih menu pembayaran pada EDC kemudian menempelkan kartu pada reader tanpa memasukkan PIN dan tanda tangan

Kartu E-Money Hilang / Dicuri

Dapat dipindahtangankan ke pihak siapapun, jika hilang / dicuri penerbit tidak dapat melakukan pemblokiran dana dan tanggung jawab sepenuhnya pada pemegang kartu

Dapat dipindahtangankan ke pihak siapapun, jika hilang / dicuri penerbit tidak dapat melakukan pemblokiran dana dan tanggung jawab sepenuhnya pada pemegang kartu

Dapat dipindahtangankan ke pihak siapapun, jika hilang / dicuri penerbit tidak dapat melakukan pemblokiran dana dan tanggung jawab sepenuhnya pada pemegang kartu

Saldo Minimum Kartu (Saldo Mengendap)

Tidak ada saldo minimum atau saldo mengendap, hanya ada batas minimum top up sebesar Rp. 100.000,-

Batas minimum saldo sebesar Rp. 20.000,- atau sesuai dengan ketentuan bank penerbit

Batas minimum saldo sebesar Rp. 10.000,- atau sesuai dengan ketentuan bank penerbit dan tidak diberikan bunga

Fasilitas Transfer Dana

Tidak menyediakan fasilitas transfer dana

Tidak menyediakan fasilitas transfer dana

Tidak menyediakan fasilitas transfer dana

Masa Berlaku Kartu E-Money

Masa berlaku tidak terbatas (unlimited)

Masa berlaku kartu tidak terbatas (unlimited), namun jika kartu tidak digunakan dalam jangka waktu 12 bulan kartu akan menjadi pasif dan harus direaktivasi untuk dapat

Masa berlaku kartu tidak terbatas (unlimited), namun jika kartu tidak digunakan dalam jangka waktu 12 bulan kartu akan menjadi pasif dan harus direaktivasi dengan dikenakan biaya administrasi

Page 150: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

digunakan kembali sebesar Rp. 10.000,- untuk dapat digunakan kembali

Penutupan Kartu E-Money

Tidak dijelaskan dalam syarat & ketentuan pemegang kartu

Penutupan kartu dilakukan di kantor bank penerbit dan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 20.000,-

Penutupan kartu dapat dilakukan oleh bank penerbit maupun permintaan pemegang kartu dengan menyampaikan secara tertulis kepada bank penerbit. Sisa saldo akan dikembalikan setelah dipotong biaya administrasi (redemption)

Pengaduan atau Keluhan

Disampaikan ke kantor cabang Bank penerbit dengan melampirkan fotokopi identitas diri pemegang kartu dan dokumen pendukung, akan ditanggapi selambat-lambatnya 14 hari sejak keluhan diterima lengkap

Disampaikan ke kantor cabang Bank penerbit dengan melampirkan fotokopi identitas diri pemegang kartu dan dokumen pendukung, akan ditanggapi selambat-lambatnya 14 hari sejak keluhan diterima lengkap

Disampaikan ke kantor cabang Bank penerbit dengan melampirkan fotokopi identitas diri pemegang kartu dan dokumen pendukung, akan ditanggapi selambat-lambatnya 14 hari sejak keluhan diterima lengkap. Penyelesaian sengketa (dispute) ditanggapi dengan melakukan pemeriksaan dan tuntutan akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri sesuai

Page 151: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

domisili tergugat

Tabel 4. Perbandingan Syarat dan Ketentuan Kartu E-Money yang diterbitkan oleh Bank Penerbit yang berbeda-beda

Adanya persamaan maupun perbedaan syarat dan ketentuan penggunaan

kartu e-money bagi pemegang dikarenakan dalam beberapa hal dimungkinkan

pengaturan-pengaturan yang bersifat teknis dan mikro dapat diatur dan disepakati

sendiri guna melengkapi aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (Self

Regulation Organization atau SRO). Namun pengaturan yang dikeluarkan oleh

SRO tersebut tidak boleh bertentangan dengan aturan yang bersifat makro dan

kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pengaturan ini diatur dalam Pasal 30 ayat 1 dan 2 PBI Uang Elektronik yaitu :

1. Principal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, Penyelenggara

Penyelesaian Akhir dan pihak lain yang terkait dengan penyelenggaraan uang

elektronik dapat menyepakati pembentukan suatu forum atau institusi yang

bertujuan untuk mengatur sendiri hal-hal yang bersifat teknis dan mikro,

dengan melaporkan secara tertulis keberadaan forum atau institusi tersebut

kepada Bank Indonesia.

2. Aturan-aturan yang dikeluarkan oleh forum atau institusi sebagaimana

dimaksud wajib terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Bank Indonesia dan

tidak boleh bertentangan dengan aturan dan kebijakan Bank Indonesia.

Page 152: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Pengaturan sendiri oleh forum atau institusi tersebut dimaksudkan untuk

melengkapi atas aturan yang bersifat makro dan kebijakan yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia. Untuk mencegah agar aturan yang dikeluarkan tidak

bertentangan dengan aturan dan kebijakan Bank Indonesia, maka materi aturan

yang dikeluarkan oleh forum atau institusi tersebut dikonsultasikan kepada Bank

Indonesia.

Pemegang kartu e-money wajib diberikan keadilan dan persamaan hak untuk

memberikan hubungan yang baik antara pemegang kartu, penerbit maupun

pedagang (merchant) dalam hubungan perjanjian penggunaan alat bayar uang

elektronik. Dalam peraturan yang dibuat oleh Bank Indonesia lebih menekankan

mengenai kewenangan dalam mengatur kegiatan uang elektronik pihak

penyelenggara bukan perlindungan terhadap pemegang kartu, mengingat nilai

tunai uang elektronik tersebut tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan

(LPS).

Dalam kaitannya dengan akan dikembangkannya fasilitas kegunaan uang

elektronik sebagai transfer dana, hal ini perlu diperhatikan mengingat penerbit

merupakan Bank dan Lembaga Selain Bank (LBS). produk e-money merupakan

produk terpisah dari perbankan karena masalah regulasi yang digunakan karena

Lembaga Selain Bank (LBS) yang dalam hal ini uang elektronik telah dikeluarkan

oleh perusahaan telekomunikasi tidak dapat dimasukan dalam aturan perbankan.

Regulasi ini perlu bagi pihak non bank seperti operator telekomunikasi, karena

barang yang dibeli melalui operator tidak terlihat uangnya dan transaksinya jika

tidak tercatat maka akan berpengaruh pada sistem ekonomi karena transaksi

Page 153: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

tersebut tidak dapat terdeteksi. Selain itu jika uang elektronik tidak dimaksukkan

ke dalam perbankan, akan terjadi ketidakseimbangan. Dalam kaitannya dengan

transfer dana, Lembaga Selain Bank (LBS) wajib mendapat izin dari Bank

Indonesia, sedangkan Bank tidak memerlukan izin dari Bank Indonesia dalam hal

pengiriman uang karena merupakan kegiatan usaha Bank sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang mengenai Perbankan. Dengan demikian, jika pemegang

kartu dari operator seluler akan melakukan transfer dana, perlu diperhatikan

pengaturan teknisnya karena operator seluler tentu tidak mempunyai rekening

bank sehingga sulit untuk mencatatkan riwayat transaksinya.88

88 R. Serfianto DP, op.cit, Hal 106-107.

Page 154: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

BAB IV

PENYALAHGUNAAN UANG ELEKTRONIK DAN PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI PEMEGANG KARTU

1. Bentuk Penyalahgunaan Kartu Pembayaran Uang Elektronik ( E-Money)

Penggunaan e-money akan memberikan keuntungan atau kelebihan

dibandingkan dengan menggunakan uang tunai maupun alat pembayaran non

tunai lainnya, penggunaan e-money lebih nyaman dibandingkan uang tunai

khususnya untuk transaksi-transaksi yang bernilai kecil, karena dalam melakukan

transaksi tidak perlu mempunyai sejumlah uang pas dan harus menyimpan uang

kembalian, selain itu dapat mengurangi kesalahan dalam menghitung uang

kembalian. Transaksi menggunakan kartu e-money lebih mudah dibandingkan alat

pembayaran menggunakan kartu lainnya karena tidak memerlukan proses

otorisasi tanda tangan maupun PIN (Personal Identification Number).

Kelemahan dari e-money yaitu :

a. Bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Perbankan, jadi nilai uang elektronik tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS);

b. Tidak memerlukan konfirmasi data atau proses otorisasi;

Page 155: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

c. Tidak terkait langsung dengan rekening nasabah di bank, karena pemegang

kartu tidak harus menjadi nasabah di bank penerbit;

d. Dapat dipindahtangankan dan saldo dapat dipakai oleh siapapun jika kartu

hilang;

e. Tidak termasuk inventori bank, jadi tidak bisa dilacak penggunaannya jika

kartu hilang;

f. Jika kartu hilang tidak dapat diblokir dan nilai uang elektronik yang hilang

tidak akan diganti;

g. Dapat digunakan sebagai sarana money laundrying;

h. Tidak bisa menghilangkan fungsi uang tunai sepenuhnya.

Dalam hal hilangnya kartu (Lost/Stolen Card), kartu tetap dapat digunakan

sampai pemilik sah memberitahukan kepada bank penerbit, namun kartu tersebut

tetap dapat disalahgunakan oleh pihak lain. penyalahgunaan kartu oleh pihak lain

ini dapat terjadi dengan pencurian oleh pihak lain maupun kelalaian dari pemilik

kartu itu sendiri. Setelah kartu berada di pihak lain, penyalahgunaan tentu saja

dapat digunakan dengan berbagai cara, salah satunya sepertli berbelanja langsung

kepada merchant, karena ketika kartu hilang maka kartu dapat digunakan tanpa

perlu dilakukan otorisasi oleh merchant dan tidak dapat dilacak keberadaan kartu

tersebut.

Kartu pembayaran (payment card / stored value card) seperti uang elektronik

ini menjadi target utama dalam penyalahgunaan melalui pencurian, karena

Page 156: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

sifatnya yang tiddak harus mencantumkan identitas pemiliknya (anonymous

digital cash) dan juga fungsinya yang dapat dilakukan tanpa bantuan jasa

penjualnya (selve serve).

Tingkat sekuritas pada e-money merupakan salah satu aspek penting

mengingat kerugian yang dapat ditimbulkan baik bagi penerbit maupun pemegang

kartu tersebut. Usaha kejahatan untuk menembus sistem security e-money bisa

terjadi pada level pengguna, pedagang (merchant) ataupun penerbit, termasuk

pencurian terhadap peralatan milik merchant atau pemegang kartu, pemalsuan

kartu atau pesan (message), merubah data yang tersimpan dalam kartu atau isi

pesan yang dikirimkan, dan juga dapat dilakukan dengan merubah fungsi

software.

Beberapa bentuk pengamanan yang dapat dilakukan untuk melindungi produk

e-money antara lain adalah :89

a. Penggunaan microchip yang bersifat tamper-resistant atau tahan banting

untuk produk card based;

b. Penggunaan teknologi encryption, baik untuk produk card-based maupun

software-based yang digunakan untuk otentifikasi peralatan maupun

pesan–pesan yang dikirimkan serta untuk melindungi data yang tersimpan

dari usaha-usaha pihak yang ingin melakukan perubahan;

89 Bank Indonesia, Paper Kajian E-Money, Op. Cit, Hal 12-13.

Page 157: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

c. Pembatasan nilai maksimum yang dapat disimpan atau yang dapat

dibayarkan juga merupakan salah satu usaha untuk meminimalkan

kerugian bila terjadi penyalahgunaan.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam upaya pengamanan adalah adanya

sistem pengawasan, sistem pemeliharaan data baik pada peralatan individu

maupun pada pusat database penerbit serta kemampuan untuk menelusuri

transaksi-transaksi yang dilakukan. Dalam hal e-money dapat digunakan untuk

melakukan transaksi secara langsung antar pemegang e-money, tingkat security

yang digunakan perlu lebih diperhatikan mengingat adanya timelag sejak transaksi

tersebut dilakukan sampai dengan pencatatan di pusat database, sehingga akan

lebuh sulit untuk mendeteksi adanya penyalahgunaan.

2. Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Pembayaran Uang Elektronik

Hubungan hukum yang terjadi dalam penyelenggaraan uang elektronik terjadi

antara penyelenggara sistem pembayaran elektronik dan pemegang kartu.

Penyelenggaran dalam sistem pembayaran uang elektronik adalah prinsipal, bank

penerbit dan acquirer. Pedagang atau merchant tidak termasuk dalam

penyelenggara sistem pembayaran uang elektronik karena merchant juga

termasuk dikategorikan sebagai pengguna dari sistem elektronik itu sendiri dan

tidak terlibat pada penyelenggaraan sistem elektronik secara teknis.

Dilihat dari transaksi elektronik yang dilakukan menggunakan kartu uang

elektronik (electronic money/e-money) sebagai suatu produk, maka pedagang

Page 158: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

(merchant) bukan termasuk sebagai penyelenggara dari sistem elektronik itu

sendiri. Sayangnya, masyarakat umumnya hanya melihat pedagang yang menjual

produknya secara elektronik termasuk ke dalam penyelenggara sistem elektronik

tersebut, padahal pedagang juga merupakan konsumen dari sistem elektronik yang

digunakan untuk menawarkan barang kepada konsumen. Maka dapat dikatakan

pedagang (merchant) dan pemegang kartu merupakan konsumen dari

penyelenggaraan sistem transaksi elektronik yang telah dikembangkan oelh suatu

pihak tertentu (developer) atau diselenggarakan oleh suatu pihak tertentu

(provider).90

Dalam prakteknya kedudukan merchant dan pemegang kartu e-money

tidaklah sama atau seimbang. Pemegang kartu e-money selaku konsumen pada

transaksi elektronik mempunyai kedudukan yang lebih rentan karena pertukaran

informasi yang terjadi pada transaksi elektronik melibatkan data dari pemegang

kartu yang sifatnya personal atau vital. Maka dari itu perlindungan yang diberikan

kepada pemegang kartu e-money selaku konsumen selain dari sistem elektronik

itu sendiri juga harus dijamin dari perlindungan secara hukum.

90 Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,

Hal. 342.

Page 159: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Beberapa prinsip-prinsip tanggung jawab yang berkaitan dengan kegiatan

pelaku usaha selaku penyelenggara transaksi elektronik adalah :91

1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan (fault liability /

liability based on fault)

Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang atau pelaku usaha baru dapat

dimintai pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan

yang dilakukannya. Prinsip ini diterapkan dalam beberapa ketentuan dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yaitu pada pasal 1365,

1366, 1367 KUH Perdata.

Perbuatan yang dapat dimintai pertanggungjawaban menurut pasal 1365

KUH Perdata harus memenuhi empat unsur pokok yaitu adanya perbuatan

melawan hukum; adanya unsur kesalahan; adanya kerugian yang diderita; dan

adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan

perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan

orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-

barang yang berada dibawah pengawasannya. Hal ini dalam doktrin hukum

dikenal sebagai vicorius liability yaitu tanggung jawab yang ada karena

kesalahan orang yang dibawah pengawasan dan corporate liability yang lebih

menekankan pada tanggung jawab suatu lembaga atau korporasi terhadap

tenaga-tenaga yang dipekerjakannya.

91 Inosentius Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen : Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, Universitas Indonesia, Jakarta, Hal. 71-80.

Page 160: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

2. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab (presumption of liability

principle)

Dalam prinsip ini seseorang (tergugat) dianggap bersalah sampai dirinya

dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Prinsip ini merupakan asas

pembuktian terbalik yang sangat membantu dalam kasus konsumen dimana

pembuktian ada pada pelaku usaha.

Lebih lanjut dalam ketentuan pasal 22 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen menegaskan bahwa beban pembuktian (ada

tidaknya kesalahan) merupakan tanggung jawab pelaku usaha.

3. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab (presumption of non-

liability )

Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu

bertanggung jawab. Prinsip ini diterapkan dalam Pasal 24 ayat 2 Undang-

Undang Perlindungan Konsumen dimana jika ada pelaku usaha yang menjual

barang dan/atau jasa kepada konsumen dari pelaku usaha lain, namun telah

melakukan perubahan atas barang dan/atau jasa tersebut maka pelaku usaha

darimana dia mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut bebas dari tanggung

jawab.

4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (strict liability)

Prinsip ini menyatakan bahwa pelaku usaha harus secara mutlak bertanggung

jawab atas produknya. Suatu tindakan dapat dihukum atas dasar perilaku

Page 161: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

berbahaya yang merugikan (harmful conduct) tanpa mempersoalkan ada

tidaknya kesengajaan (intention) atau kelalaian (negligence). Prinsip ini

menegaskan hubungan kausalitas antara subyek yang bertanggung jawab dan

kesalahan yang dibuatnya, dengan memperhatikan adanya force majeur

sebagai faktor yang dapat melepaskan diri dari tanggung jawab.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen belum mengatur prinsip

strict liability. Pada pasal 28, pembuktian ada atau tidaknya unsur kesalahan

merupakan tanggung jawab dari pelaku usaha. Jadi dapat dikatakan bahwa

pembuktian terbalik terbatas pada unsur kesalahan, sedangkan

pertanggungjawaban hukum (pertanggungjawaban perdata) mencakup

termasuk unsur hubungan sebab akibat (causal link), sehingga perlu

dibuktikan kerugian yang ditanggung konsumen karena diakibatkan oleh

barang atau jasa yang dihasilkan pelaku usaha disamping unsur kesalahan

tersebut.

5. Prinsip Tanggung Jawab dengan Batasan (limitation of liability)

Prinsip ini sangat menguntungkan pelaku usaha dimana para pelaku usaha

dapat dengan bebas untuk membatasi beban tanggung jawab yang seharusnya

ditanggung. Dalam perjanjian baku, klausula ini disebut klausula eksonerasi.

Namun dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen prinsip ini dilarang

pada pasal 18 ayat 1 yang menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang untuk

mencantumkan klausula baku dalam perjanjian yang mengatur pernyataan

pengalihan tanggung jawab pelaku usaha maupun agar konsumen tunduk

Page 162: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

pada peraturan baru, tambahan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak

oleh pelaku usaha.

6. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Wanprestasi (breach of warranty)

Prinsip ini menerapkan bahwa tanggung jawab dari pelaku usaha adalah

mutlak (strict obligation), kewajiban didasarkan pada upaya yang telah dilakukan

pelaku usaha untuk memenuhi tanggung jawabnya berdasarkan kontrak

(contractual liability).

Pengaturan mengenai asas-asas atau prinsip-prinsip dalam hukum

perlindungan konsumen dirumuskan dalam Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen yaitu perlindungan konsumen berasaskan :

1. Asas Manfaat

Segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan

pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas Keadilan

Adanya partisipasi seluruh masyarakat dapat diwujudkan secara maksimal

dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk

memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

Page 163: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

3. Asas Keseimbangan

Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan

pemerintah dalam arti materiik maupun spiritual.

4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang atau jasa yang

digunakan.

5. Asas Kepastian Hukum

Pelaku usaha maupun konsumen agar mentaati hukum dan memperoleh

keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara

menjamin kepastian hukum.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen disebutkan mengenai hak

dan kewajiban dari pelaku usaha. Pelaku usaha juga mempunyai hak-hak yang

harus dihargai dan dihormati oleh konsumen, pemerintah, serta masyarakat pada

umumnya, karena pengusaha tanpa dilindungi hak-haknya akan mengakibatkan

macetnya aktivitas perusahaan. Hak-hak pelaku usaha dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen pasal 6 adalah meliputi :

a. Hak untuk menerima pembayaran uang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang atau jasa yang diperdagangkan;

Page 164: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang

diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Untuk memenuhi hak dari konsumen maka para pelaku usaha dalam hal ini

sebagai penyelenggara kegiatan sistem pembayaran elektronik dibebankan juga

kewajiban sebagaimana diatur dalam pasal 7 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen yang meliputi :

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang atau jasa serta member penjelasan penggunaan, perbaikan

dan pemeliharaan barang dan jasa;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

Page 165: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau yang

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang atau jasa yang

berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba

barang atau jasa tertentu serta member jaminan dan/atau garansi atas

barang atau jasa yang dibuat dan diperdagangkan;

f. Member kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa yang

diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang atau

jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara sistem elektronik,

pengelola sistem yaitu prinsipal dianggap sebagai lembaga kepercayaan dan

usahanya didasari dengan kepercayaan konsumen. Atas dasar tersebut bank harus

diselenggarakan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip

kehati-hatian dan manajemen risiko terkait penyelenggaraan sistem elektronik ini.

Manajemen risiko yang dimaksud adalah serangkaian prosedur dan

metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau , dan

mengendalikan risiko yang timbuk dari kegiatan usaha bank. Sedangkan yang

dimaksud dengan risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang

Page 166: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dapat menimbulkan kerugian bank.92 Penerapan manajemen risiko wajib

disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran, kompleksitas usaha, serta

kemampuan bank. Risiko dalam kegiatan usaha bank mencakup hal-hal sebagai

berikut :93

1. Risiko Kredit

Risiko akibat kegagalan pemegang kartu dan/atau pihak lain dalam memenuhi

kewajiban kepada bank penerbit.

2. Risiko Pasar

Risiko pada posisi neraca dan rekening administrative termasuk transaksi

derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar.

3. Risiko Likuiditas

Risiko akibat ketidakmampuan bank penerbit untuk memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari asset likuid

berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan

kondisi keuangan bank.

92 R. Serfianto DP, op.cit, Hal. 188. 93 Ibid, Hal. 189-190.

Page 167: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

4. Risiko Operasional

Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal,

kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian

eksternal yang mempengaruhi operasional bank penerbit.

5. Risiko Hukum

Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.

6. Risiko Reputasi

Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber

dari perspektif negatif terhadap bank penerbit.

7. Risiko Strategis

Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan atau pelaksanaan suatu

keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan

lingkungan bisnis.

8. Risiko Kepatuhan

Risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan

perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

Dalam melaksanakan kegiatannya, sesuai Pasal 3 PBI Uang Elektronik,

Prinsipal memiliki kewajiban :

a. Menetapkan prosedur dan persyaratan yang obyektif dan transparan;

Page 168: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

b. Melakukan pengawasan terhadap keamanan dan keandalan sistem dan/atau

jaringan.

Prosedur dan persyaratan yang obyektif adalah sesuai dengan persyaratan-

persyaratan yang ditetapkan oleh prinsipal dan menerapkan perlakuan yang setara

(equal treatment) kepada seluruh penerbit dan acquirer. Sedangkan yang

dimaksud transparan adalah harus tersedia informasi yang memadai kepada

penerbt dan acquirer terhadap proses penyusunan, pelaksanaan prosedur dan

persyaratan yang ditetapkan oleh prinsipal. Pengawasan yang dilakukan prinsipal

terhadap keamanan dan keandalan jaringan yang digunakan oleh penerbit dan

acquirer dilakukan secara efektif baik melalui pemantauai secara on-line atau

pemeriksaan di lokasi penerbit dan acquirer.

Kewajiban Acquirer diatur dalam Pasal 7 PBI Uang Elektronik yaitu :

1. Melakukan edukasi dan pembinaan terhadap pedagang (merchant) yang

bekerjasama dengan acquirer

2. Menghentikan kerjasama dengan pedagang (merchant) yang melakukan

tindakan yang merugikan

3. Melakukan tukar-menukar informasi atau data dengan acquirer lainnya

tentang pedagang (merchant) yang melakukan tindakan yang merugikan dan

dapat mengusulkan pencantuman nama pedagang tersebut ke dalam daftar

hitam pedagang (merchant black list)

Page 169: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara

Penyelesaian Akhir dalam melakukan kegiatannya harus memperoleh izin sesuai

syarat dan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran

Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP Tahun 2009 tentang Uang Elektronik

(Electronic Money). Setelah memperoleh izin sesuai ketentuan Bank Indonesia

wajib melakukan kegiatannya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia, yakni paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari kalender telah

memulai kegiatannya terhitung sejak tanggal pemberian izin. Jika dalam jangka

waktu tersebut belum dapat melaksanakan kegiatannya maka wajib

menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Bank Indonesia.

Dalam penyelenggaraan kegiatannya, penerbit memiliki kewajiban sesuai

dengan ketentuan PBI Uang Elektronik yaitu :

1. Menerbitkan uang elektronik sesuai dengan nilai uang yang disetorkan

pemegang kepada penerbit.

2. Mematuhi batas maksimum nilai uang elektronik yang disimpan pada media

elektronik dan batas maksimum nilai transaksi uang elektronik sesuai

ketentuan yang ditetapkan.

3. Dalam hal media uang elektronik mempunyai keterbatasan usia teknis yang

harus diperbahatui dengan penggantian media penyimpanan, uang elektronik

yang masih tersisa menjadi kewajiban penerbit untuk tidak menghapus atau

menghilangkan nilai uang elektronik karena masih merupakan milik

pemegang kartu.

Page 170: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

4. Wajib mencatat identitas pedagang (merchant) yang bekerjasama dengan

penerbit.

5. Penerbit wajib menerapkan manajemen risiko operasional dan risiko

keuangan.

6. Memberikan informasi secara tertulis kepada pemegang mengenai produk

uang elektronik yang diterbitkan.

7. Uang elektronik yang diterbitkan wajib menggunakan mata uang rupiah.

Dalam pelaksanaan kegiatan uang elektronik, harus juga memperhatikan para

pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu individu, kelompok, komunitas,

maupun masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki

hubungan kepentingan terhadap pelaksanaan kegiatan uang elektronik. Hal ini

diperlukan agar kegiatan penyelenggaraan uang elektronik dapat dibangun

berdasarkan konsep kebermanfaatan yang membangun kerjasama untuk

mencipyakan kesinambungan penyelenggaraan kegiatan uang elektronik.

Masyarakat secara keseluruhan maupun pemegang kartu secara perseorangan

merupakan pemangku kepentingan (stakeholder) terpenting bagi penyelenggaraan

kegiatan uang elektronik, termasuk juga media yang memegang peranan penting

dalam mengkomunikasikan kegiatan penyelenggaraan uang elektronik kepada

para stakeholder. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan

uang elektronik berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Peranan

stakeholder ini penting karena dapat mempengaruhi kegiatan penyelenggaraan

Page 171: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

kegiatan uang elektronik ataupun sebaliknya dapat dipengaruhi oleh kegiatan

penyelenggaraan uang elektronik.

Bentuk pengawasan Bank Indonesia selaku bank sentral tertuang dalam Pasal

22 PBI Uang Elektronik, yaitu melakukan pengawasan terhadap prinsipal,

penerbit, acquirer, penyelenggara kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian

akhir selaku penyelenggara kegiatan uang elektronik. Dalam rangka pengawasan

tersebut, Bank Indonesia mengadakan pertemuan konsultasi (consultative

meeting) dengan penyelenggara kegiatan uang elektronik yang dalam pertemuan

wajib untuk :

a. Menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia secara tertulis dan/atau

online mengenai kegiatan uang elektronik;

b. Memberikan keterangan dan/atau data yang terkait dengan

penyelenggaraan uang elektronik sesuai dengan permintaan Bank

Indonesia;

c. Memberikan kesempatan kepada Bank Indonesia untuk melakukan

pemeriksaan (on site visit) guna memperoleh informasi yang terkait

dengan penyelenggaraan kegiatan uang elektronik.

Lebih lanjut dalam Pasal 23, Bank Indonesia dapat menugaskan pihak lain yaitu

Akuntan Publik maupun Konsultan Teknologi Informasi untuk dan atas nama

Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan (on site visit).

Page 172: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Dalam rangka peningkatan keamanan teknologi, penyelenggara kegiatan uang

elektronik dalam Pasal 24 memiliki kewajiban yaitu :

a. Menggunakan sistem yang aman dan andal;

b. Memelihara dan meningkatkan keamanan teknologi uang elektronik;

c. Memiliki kebijakan dan prosedur tertulis (standard operating procedure)

penyelenggaraan kegiatan uang elektronik;

d. Menjaga keamanan dan kerahasiaan data.

3. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Kartu Uang Elektronik

Peranan e-money sebagai salah satu bentuk pembayaran non tunai disamping

memberikan manfaat dan kemudahan bagi pemegang kartu juga memiliki

berbagai potensi risiko keamanan. Potensi risiko yang dapat terjadi dalam

pembayaran mikro antara lain adalah risiko pemalsuan dan duplikasi kartu,

modifikasi data atau aplikasi e-money, pengubahan message, pencurian,

penyangkalan (repudiation) dan risiko malfunction. Dalam rangka

meminimalisasi risiko yang dapat terjadi tersebut, penyelenggaraan e-money harus

diatur dalam mewujudkan kerangka hukum yang kuat dan transparan serta mampu

memberikan jaminan perlindungan terhadap pemegang kartu e-money.

Page 173: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Penerbit uang elektronik (electronic money / e-money) wajib menerapkan

prinsip perlindungan nasabah dalam menyelenggarakan kegiatannya dengan

menyampaikan informasi secara tertulis kepada pemegang kartu. Kewajiban

penyelenggara sistem pembayaran elektronik terhadap pemegang kartu uang

elektronik (e-money) didasarkan bahwa penyelenggara dan pemegang kartu

kedudukannya tidak sejajar dan bahwa kepentingan pemegang kartu e-money

sangat rentan terhadap tujuan penyelenggara yang memiliki pengetahuan dan

keahlian yang tidak dimiliki oleh pemegang kartu.94

Konsumen memiliki hak-hak yang harus dilindungi oleh pelaku usaha, yang

dalam UU Perlindungan Konsumen dijelaskan mengenai hak-hak konsumen pada

pasal 4 yaitu meliputi :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

diperjanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa;

94 John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, 2007, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen

Terhadap Produk Pangan Kedaluwarsa, Pelangi Cendikia, Jakarta, Hal 54.

Page 174: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan hukum secara patut;

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian

apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak untuk diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Di pihak lain konsumen juga dibebani dengan kewajiban atau tanggung jawab

terhadap pelaku usaha, kewajiban dari konsumen pada pasal 5 UU Perlindungan

Konsumen meliputi :

a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Page 175: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Transparansi produk yang dilakukan oleh penerbit sesuai dengan ketentuan

Bank Indonesia yang dilakukan dengan cara memberikan informasi secara tertulis

kepada pemegang atas uang elektronik yang diterbitkannya, merupakan salah satu

aspek dalam pengendalian risiko yang akan dihadapi bank penerbit. Peningkatan

kualitas penerapan manajemen risiko akan mendukung efektivitas kerangka

pengawasan bank berbasis risiko.95

Sesuai dengan ketentuan dalam PBI Uang Elektronik, penerbit wajib

menerapkan manajemen risiko operasional dan risiko keuangan dengan cara :

a. Menempatkan dana float dalam bentuk asset yang aman dan likuid;

b. Menggunakan dana float tersebut hanya untuk memenuhi kewajiban

kepada pemegang dan pedagang; dan

c. Memenuhi kewajiban kepada pemegang dan pedagang secara tepat waktu.

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP Tahun 2009 tentang

Uang Elektronik, lebih lanjut diatur penyelenggaraan penerapan menajemen risiko

operasional para penyelenggara kegiatan uang elektronik wajib meningkatkan

keamanan teknologi uang elektronik untuk mengurangi tingkat kejahatan dan

penyalahgunaan uang elektronik segaligus untuk meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap uang elektronik sebagai alat pembayaran.

95 R. Serfianto DP, op.cit, hal. 187.

Page 176: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Peningkatan keamanan tersebut dilakukan dengan penggunaan proven

technology yang memenuhi aspek-aspek yaitu :

a. Adanya sistem keamanan teknologi yang memenuhi prinsip-prinsip sebagai

berikut :

1) Kerahasiaan data (confidentiality);

2) Integritas sistem dan data (integrity);

3) Otentikasi sistem dan data (authentication);

4) Pencegahan terjadinya pengangkalan transaksi yang telah dilakukan (non-

repudiation); dan

5) Ketersediaan sistem (availability)

Seluruh prinsip ini dilakukan secara efektif dan efisien dengan

memperhatikan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku;

b. Adanya sistem dan prosedur untuk melakukan audit trail;

c. Adanya kebijakan dan prosedur internal untuk sistem dan Sumber Daya

Manusia (SDM); dan

d. Adanya Business Contiuity Plan (BCP) yang dapat menjamin kelangsungan

penyelenggaraan uang elektronik. BCP ini meliputi tindakan preventif

maupun contingency plan (termasuk penyedian sarana back-up) jika terjadi

kondisi darurat atau gangguan yang mengakibatkan sistem utama

penyelenggaraan uang elektronik tidak dapat digunakan.

Page 177: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Perlindungan hukum bagi pemegang kartu uang elektronik dapat dilakukan

melalui dua cara yaitu :

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh Bank Indonesia melalui pengawasan

terhadap kegiatan transaksi uang elektronik dengan tujuan untuk mencegah

terjadinya pelanggaran.

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang

terjadi akibat perbedaan kepentingan.

Wujud perlindungan hukum pada dasarnya merupakan upaya penegakan

hukum. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penegakan hukum

adalah faktor hukumnya sendiri, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung

penegakan hukum, faktor masyarakat yakni dimana hukum tersebut berlaku dan

diterapkan.96

Bentuk perlindungan hukum preventif bagi pemegang kartu uang elektronik

dapat diwujudkan dengan pengaturan ketentuan tentang penggunaan perjanjian

standar atau perjanjian baku yang lebih rinci mengenai hakekat, karakter,

pembagian hak dan kewajiban yang dituangkan dalam bentuk undang-undang,

yang memberi wadah atau tempat berlindung bagi pemegang kartu melalui

96 Johanes Ibrahim, 2005, Dilematis Penerapan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004

tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Antara Perlindungan Hukum dan Kejahatan Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 24 No. 1 Tahun 2005, Hal. 43.

Page 178: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

pengaturan klausul-klausul dalam perjanjian baku syarat dan ketentuan pemegang

kartu.

Bentuk perlindungan represif dapat ditempuh oleh para pihak, baik penerbit

maupun pemegang kartu melalui pola penyelesaian sengketa yang dapat dibagi

menjadi dua macam yaitu :

1. Melalui pengadilan (upaya litigasi);

2. Alternatif penyelesaian sengketa ( upaya penyelesaian sengketa di luar

pengadilan atau upaya non litigasi) yang meliputi :

− Konsultasi;

− Negosiasi;

− Mediasi;

− Konsiliasi; dan

− Penilaian Ahli

Lebih lanjut disebutkan ada dua pola penyelesaian sengketa yaitu :97

1. The Binding Adjudicative Procedure

Merupakan prosedur penyelesaian sengketa yang di dalam memutuskan

perkara hakim mengikat para pihak. Bentuk penyelesaian sengketa ini dapat

97 Salim HS, 2006, Hukum Kontrak Teori dan Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,

Hal 140.

Page 179: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

dibagi menjadi empat macam yaitu litigasi; arbitrase; mediasi arbitrase; dan

hakim partikelir.

2. The Non Binding Adjudicative Procedure

Suatu proses penyelesaian sengketa yang di dalam memutuskan perkara

hakim atau orang yang ditunjuk tidak mengikat para pihak. Penyelesaian

sengketa dengan cara ini dibagi menjadi enam macam yaitu konsiliasi;

mediasi; mini trial; summary jury trial; neutral expert fact-finding; early

expert neutral evaluation.

Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money) sebagai bentuk

perlindungan hukum dalam mengatur dan mengawasi perkembangan alat

pembayaran menggunakan uang elektronik yang diterbitkan dalam bentuk kartu

oleh bank penerbit maupun bentuk lain yang diterbitkan oleh lembaga selain bank.

Peraturan Bank Indonesia ini lebih lanjut diatur dengan Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 11/11/DASP Tahun 2009 tentang Uang Elektronik (Electronic

Money) yang mengatur mengenai persyaratan dan tata cara perolehan izin

penyelenggara kegiatan e-money. Seiring dengan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi yang mempengaruhi perkembangan alat pembayaran

berupa uang elektronik, pengaturan ini bertujuan untuk meningkatkan kelancaran

dan efektivitas penyelenggaraan uang elektronik dan mencegah terjadinya

pelanggaran terhadap penggunaan kartu e-money serta memberikan perlindungan

bagi para pelaku dalam kegiatan uang elektronik khususnya pemegang kartu.

Page 180: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Upaya pencegahan pelanggaran atas penyelenggaraan kegiatan uang

elektronik dilakukan untuk memastikan penyelenggaraan kegiatan uang elektronik

dengan objek pengawasan Bank Indonesia adalah kepada Prinsipal, Penerbit,

Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir,

dapat dilakukan secara efisien, cepat, aman dan andal dengan memperhatikan

prinsip perlindungan nasabah pemegang kartu e-money. Pengawasan

penyelenggaraan kegiatan uang elektronik difokuskan pada penerapan aspek

manajemen risiko; kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, termasuk

kebenaran dan ketepatan penyampaian informasi dan laporan; dan penerapan

aspek perlindungan nasabah.

Selain peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, penerbit juga

menetapkan perjanjian baku berupa syarat dan ketentuan bagi pemegang kartu

yang bertujuan memberikan pemahaman kepada pemegang kartu terhadap

karakteristik uang elektronik untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kartu e-

money sehingga kerugian pemegang kartu akibat kelalaian penggunaan kartu

dapat dihindari.

Peraturan Bank Indonesia juga memuat sanksi yang diberlakukan kepada para

penyelenggara kegiatan uang elektronik yaitu prinsipal, penerbit, acquirer,

penyelenggara kliring dan/atau penyelenggara penyelesaian akhir pada Bab VIII

Pasal 32 – Pasal 46 PBI Uang Elektronik. Secara keseluruhan, sanksi yang

diberikan yaitu :

Page 181: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

1. Sanksi Administratif

a. Teguran tertulis

b. Penghentian sementara kegiatan uang elektronik

2. Sanksi Pencabutan Izin

a. Penghentian kegiatan uang elektronik oleh instansi berwenang berdasarkan

permintaan Bank Indonesia

Penghentian sementara, pembatalan dan pencabutan izin penyelenggara

kegiatan uang elektronik diatur dalam Bab IX Pasal 47 PBI Uang Elektronik yaitu

Bank Indonesia atas dasar sanksi yang diberikan dapat menghentikan sementara,

membatalkan atau mencabut izin yang telah diberikan kepada Bank atau Lembaga

Selain Bank (LSB) sebagai Prinsipal, Penerbit Acquirer, Penyelenggara Kliring

dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir, antara lain dalam hal :

a. Terdapat putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang

memerintahkan Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kegiatan

sebagai Prinsipal, Penerbit Acquirer, Penyelengggara Kliring dan/atau

Penyelenggara Penyelesaian Akhir untuk menghentikan kegiatannya;

b. Terdapat rekomendasi dari otoritas pengawas yang berwenang antara lain

mengenai memburuknya kondisi keuangan dan/atau lemahnya manajemen

risiko Bank atau Lembaga Selain Bank.

Page 182: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Rekomendasi dari otoritas pengawas yang berwenang dapat berasal dari

pengawas bank, pengawas sistem pembayaran, atau pengawas dari lembaga

selain bank yang bersangkutan;

c. Terdapat permintaan tertulis atau rekomendasi dari otoritas pengawas yang

berwenang kepada Bank Indonesia untuk menghentikan sementara kegiatan

Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara

Penyelesaian Akhir;

d. Otoritas pengawas yang berwenang telah mencabuit izin usaha dan/atau

menghentikan kegiatan usaha Bank atau Lembaga Selain Bank yang

melakukan kegiatan sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara

Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir; atau

e. Adanya permohonan pembatalan yang diajukan sendiri oleh Bank atau

Lembaga Selain Bank yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia.

Syarat dan ketentuan penggunaan kartu e-money bagi pemegang kartu,

disebutkan bahwa penyelesaian sengketa (dispute) dapat diajukan kepada penerbit

baik secara lisan maupun tulisan dengan melengkapi fotokopi identitas diri

pemegang kartu dan dokumen-dokumen pelengkap sebagai bukti pengaduan.

Penerbit akan menanggapi pengaduan tersebut dan akan melakukan pemeriksaan

atas pengaduan pemegang kartu tersebut selambat-lambatnya dalam jangka waktu

14 (empatbelas) hari sejak tanggal diterimanya dokumen pengaduan secara

lengkap.

Page 183: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Penyelesaian sengketa (dispute) antara penerbit dan pemegang kartu tunduk

pada hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Perselisihan yang terjadi

atas kesepakatan para pihak diselesaikan melalui :

1. Penyelesaian secara musyawarah;

2. Jika atas musyawarah tersebut tidak menemukan kesepakatan, maka para

pihak dapat menyelesaikannya melalui Pengadilan Negeri sesuai dengan

domisili tergugat; atau

3. Bentuk atau cara-cara penyelesaian lain sesuai dengan kesepakatan para

pihak.

Hukum memberikan jaminan dan keamanan dalam kehidupan sosial termasuk

jaminan dan keamanan terhadap pemegang kartu e-money dalam kegiatan

transaksi pembayaran melalui uang elektronik berhak memperoleh jaminan

terhadap nilai uang tunai sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Hal ini juga

dikemukakan oleh Roger Catterrell dalam bukunya The Sociology of Law yang

menjelaskan bahwa “Law secures social cohesion and orderly social change by

balancing conflicting interest-individual (the private interest of individual

citizens), social (arising from the common conditions of social life) and public

(specifically the interest of the state)”.98

98 Roger Catterrell, 1984, The Sociology of Law : An Introduction, Butterworths, London

Hal.76.

Page 184: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Perlindungan hukum merupakan upaya mempertahankan dan memelihara

kepercayaan masyarakat atau konsumen sebagai pemegang kartu, maka sudah

seharusnya diberikan perlindungan hukum. Dengan demikian guna menjaga

kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan pembayaran menggunakan uang

elektronik, maka pemerintah harus berusaha memberikan perlindungan hukum

kepada masyarakat.

Page 185: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan seperti yang telah diuraikan, maka dapat diambil

suatu simpulan yaitu sebagai berikut :

1. Pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money) dalam melakukan

transaksi e-money diatur oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic

Money) dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP Tahun

2009 tentang Uang Elektonik (Electronic Money) termasuk diatur melalui

perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu, bentuk pengaturan uang

elektronik (e-money) ini belum tepat dan belum memadai karena hanya

mengatur mengenai tata cara dan syarat penyelenggaraan kegiatan uang

elektronik dari sisi penyelenggara namun belum mengatur perlindungan

terhadap pemegang kartu.

2. Perlindungan hukum bagi pemegang kartu dalam kegiatan pembayaran

menggunakan uang elektronik (e-money) dilakukan melalui upaya

perlindungan hukum secara preventif yaitu melalui aturan-aturan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia dan dalam bentuk perjanjian antara

penerbit dan pemegang kartu dan melalui upaya represif yaitu

penyelesaian sengketa melalui pengadilan maupun alternatif penyelesaian

Page 186: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

sengketa. Bank Indonesia melakukan pengawasan dan memberikan sanksi

terkait pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara kegiatan uang

elektronik yang tidak dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku. Perjanjian

antara penerbit dan pemegang kartu juga merupakan bentuk upaya

perlindungan bagi pemegang kartu melalui asas-asas perjanjian yang

melekat pada perjanjian tersebut sekalipun tidak dicantumkan secara

tertulis dalam perjanjian.

2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan maka dapat disampaikan saran

terkait dengan perlindungan hukum bagi pemegang kartu uang elektronik dalam

transaksi e-money adalah sebagai berikut :

1. Adanya bentuk pengaturan yang jelas mengenai perlindungan terhadap

pemegang kartu dalam transaksi e-money yang dapat berupa Undang-

Undang, Peraturan ataupun Perjanjian lainnya yang lebih jelas, lengkap

dan memberikan persamaan kedudukan antara penerbit dan pemegang

kartu.

2. Perlindungan hukum terhadap pemegang kartu e-money diharapkan dapat

dilaksanakan pengawasannya oleh Bank Indonesia termasuk para

penyelenggara kegiatan uang elektronik demi meningkatkan kelancaran

dan keamanan bertransaksi bagi seluruh pihak terutama pemegang kartu.

Page 187: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku Abdul Manan, 2005, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana, Jakarta. Abdulkadir Muhammad dan Rilda Muniarti, 2000, Segi Hukum Lembaga

Keuangan dan Pembiayaan, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta. Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku dalam Praktik Perusahaan

Perdagangan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Abdurrachman, A, 1993, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, Jakarta,

Pradnya Paramita. Ade Maman Suherman, 2002, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Ghalia

Indonesia, Jakarta. Agus Yudha Hernoko, 2008, Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial,

Laksbang Mediatama, Yogyakarta. Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam

Kontrak Komersial, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Agus. M Tohar, 1990, Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Perkembanganya,

Kerjasama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia Proyek Hukum Perdata, Denpasar-Bali.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta. Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta. Astim Riyanto, 2006, Teori Konstitusi, Penerbit Yapemdo, Bandung. Az Nasution, 1995, Hukum dan Konsumen : Tinjauan Sosial, Ekonomi, dan

Hukum pada Perlindungan Konsumen Indonesi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

B. Hestu Cipto Handoyo, 2008, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Desain

Naskah Akademik, Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

Page 188: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Chatamarrasjid, Ais, 2010, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta.

Dwi Kartini, 2009, Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep

Sustainability Management dan Implementasi di Indonesia, Refika Aditama, Bandung.

E. Utrecht, 1960, Hukum Administrasi Negara Indonesia, FHMP Universitas

Negeri Padjajaran, Bandung. Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, PT. RajaGrafindo Persada,

Jakarta. Elvinard Ardianto dan Dindin M. Machfudz, 2011, Efek Kedermawanan Pebisnis

dan CSR Berlipat-Lipat, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Flory Santosa, 2009, Pedoman Praktis Menghindari Perangkap Utang Kartu

Kredit, Forum Sahabat, Jakarta. Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2003, Hukum tentang Perlindungan

Konsumen, PT. Gramedia, Jakarta. Herlien Budiono, 2008, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang

Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Herlien Budiono, 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di

Bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Huala Adolf, 2002, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional cetakan III,

Rajawali Pers. I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi

Ketentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian ke dalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Denpasar.

Inosentius Samsul, 2004, Perlindungan Konsumen : Kemungkinan Penerapan

Tanggung Jawab Mutlak, Universitas Indonesia, Jakarta. J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung. Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung. Jimly Asshiddiqie, 2000, Pergeseran-pergeseran Kekuasaan Legislatif &

Eksekutif, Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 189: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Johanes Ibrahim, 2004, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Refika Aditama, Bandung.

John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, 2007, Negara Hukum dan Perlindungan

Konsumen Terhadap Produk Pangan Kedaluwarsa, Pelangi Cendikia, Jakarta.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, Perikatan yang Lahir dari

Perjanjian, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Kasmir, 2003, Dasar-Dasar Perbankan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Mariam Darus Badrulzaman, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung. Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung. Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung. Munir Fuady, 2003, Hukum Perbankan Modern, Buku Kesatu, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung. N.H.T. Siahaan, 2005, Hukum Konsumen : Perlindungan Konsumen dan

Tanggungjawab Produk, Panta Rei, Jakarta. Niniek Suparni, 2009, CyberspacePeoblematika dan Antisipasi Pengaturannya,

Sinar Grafika, Jakarta. Nor Hadi, 2011, Corporate Social Responsibility, Graha Ilmu, Yogyakarta. Otje Salman, 2008, Teori Hukum – Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka

Kembali, Refika Aditama, Jakarta. Philipus M. Hadjon, 2007, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,

Percetakan M2 Print, Edisi Khusus, Surabaya. R. Serfianto D.P, Dkk, 2012, Untung Dengan Kartu Kredit, Kartu ATM-Debit,

dan Uang Elektronik, Visi Media Pustaka, Jakarta. R. Subekti dan R. Tjitrisudibio, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Burgerlijk Wetboek, Cetakan Keduapuluhtujuh (Edisi Revisi), PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Page 190: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Ridwan Syahrani, 1985, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1995, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Ghalia Indonesia, Jakarta. Salim HS, 2006, Hukum Kontrak Teori dan Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,

Jakarta. Satjipto Rahardjo, 2010, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan

Generasi, Genta Publishing, Yogyakarta. Soejono dan H. Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Kedua,

Jakarta, Rineka Cipta. Soerjono Soekamto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Gravindo

Persada, Jakarta. Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UII Press, Jakarta. Solikin dan Suseno, 2002, Uang Pengertian, Penciptaan & Peranannya Dalam

Perekonomian, Seri Kebanksentralan Vol. 1, Pusat Pendidikan & Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, Jakarta.

Sri Rejeki Hartono, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju,

Bandung. Sudaryatmo, 1999, Hukum dan Advokasi Konsumen, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung. Syahrul Bahroen dan Suarpika Bimantoro, 2004, Bank Indonesia Bank Sentral

Republik Indonesia, Sebuah Pengantar : Organisasi Bank Indonesia, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta

Titik Triwulan Tutik, 2010, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia,

Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta. Wirjono Projodikoro, 1974, Asas-Asas hukum Tata Negara di Indonesia, Dian

Rakyat, Jakarta. Zulham, 2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta.

Page 191: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

II. Literatur Asing Bryan A. Garner, 1999, Black’s Law Dictionary, West Group, St. Paul minn. Henry Campbell Black’s Dictionary, 1990, Black Law Dictionary, Sixth Edition,

St. Paul Minn, West Publishing Co. Ian Mcleod, 2003, Legal Theory, Queen Mary Centre for Commercial Law

Studies, University of London. Lon L. Fuller, 1963, The Morality of Law, Haven and London Yale University

Press. Roger Catterrell, 1984, The Sociology of Law : An Introduction, Butterworths,

London. Tony Drury and Charles W. Ferrier, 1984, Credit Card, London Butterworths. III. Kamus, Jurnal dan Tesis _____, 2000, Monetary and Economic Studies, Institute for Monetary and

Economic Studies, Bank of Japan, Vol 18 No. 1. Ahmad Hidayat, Dkk, Tim Inisiatif 2006 Grand Desain Upaya Peningkatan

Penggunaan Pembayaran Non Tunai, 2006, Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Melalui Pengembangan E-Money, Working Paper, Bank Indonesia.

Bank Indonesia, 2001, Paper Kajian E-Money, Bank Indonesia, Jakarta. Bernadette M.Waluyo, 1997, Hukum Perlindungan Konsumen, Bahan Kuliah

Universitas Parahyangan. Editorial Jurnal Hukum Bisnis, 2002, E-commerce Meningkatkan Efisiensi, Jurnal

Hukum Bisnis, Vol. 18. I Gusti Ngurah Agung Udra Sanjaya, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Kreditur

Dalam Kontrak Kerjasama Pemberian Kredit Terhadap Karyawan Tetap (Kretap) di PT. BRI (Persero) Tbk, Cabang Denpasar, Tesis Magister Kenotariatan, Universitas Brawijaya.

Page 192: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Johanes Ibrahim, 2005, Dilematis Penerapan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Antara Perlindungan Hukum dan Kejahatan Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 24 No. 1 Tahun 2005.

Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 1991, Balai Pustaka, Jakarta. Made Diah Sekar Mayang Sari, 2010, Perlindungan Hukum Terhadap Merek

Terkenal Dalam Sistem Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Tesis Magister Ilmu Hukum, Universitas Udayana.

Sila Saktiana, 2004, Analisis Yuridis Mengenai Dampak Pembentukan Otoritas

Jasa Keuangan Terhadap Pengawasan Perbankan Syariah, Skripsi Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Universitas Udayana, 2008, Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan

Tesis Program Magister Ilmu Hukum. Zulkarnaen Sitompul, 2004, Menyambut Kehadiran Otoritas Jasa Keuangan

(OJK), Pilars, No.02/Th.VII. III. Artikel Elektronik (Internet) Bank Indonesia, Mengenal Kartu Debit dan ATM, available from : URL :

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/BBE21279-B059-4C04-BBE8-E2D58360DB06/1465/MengenalKartuDebitdanATM.pdf

Anastasia Lilin Y, Mengontrol Pengeluaran Dengan Uang Elektronik (Selesai),

2012, Kontan.co.id, available from : URL : http://personalfinance.co.id/news/mengontrol-pengeluaran-dengan-uang-elektronik-selesai.

Antonio Argandona, Working Paper, May 2011, Stakeholder Theory and Value

Creation, IESE Business School University of Navarra, available from : URL : http://www.iese.edu/research/pdfs/di-0922-e.pdf.

Irwan Irawan, 2009, Teori Stakeholder, available from : URL :

http://irwanirawan.com/2009/06/08/teori-stakeholder/. Paper Kajian E-Money, 2001, Paper Kajian Mengenai E-Money, Bank Indonesia,

available from : URL : http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2AE7458F-D2DD-80DD-D890DE7F7C97/PaperKajianemoney3.pdf.,

Page 193: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Working Paper, Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Melalui Pengembangan E-Money, Tim Inisiatif Bank Indonesia, 2006, available from : URL: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/70AD6420-DA75-4D45-8F3C-C6F3465312FB/7858/WorkingPaper_MicroPayment.pdf.

Yasser Arafat, E-Money Dalam Kacamata Plus-Minus, 2011, available from :

URL : http://resaay.wordpress.com/2011/11/28/e-money-dalam-kacamata-plus-minus/.

IV. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 juncto Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otorisasi Jasa Keuangan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/8/PBI/2008 tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik

(Electronic Money) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP Tahun 2009 tentang uang

Elektronik (Electronic Money)

Page 194: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

LAMPIRAN

Page 195: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Syarat & Ketentuan Pemegang Kartu Flazz BCA

Page 196: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...
Page 197: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...
Page 198: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...
Page 199: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Syarat & Ketentuan Pemegang Kartu BRIZZI BRI

Page 200: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...
Page 201: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...
Page 202: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...
Page 203: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...

Syarat & Ketentuan Pemegang Kartu Indomaret Card

Page 204: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...
Page 205: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...
Page 206: perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik dalam ...