PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf ·...

65
PERKERASAN KAKU UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kontruksi Jalan dan Jembatan yang dibina oleh Bapak Sugiyanto oleh : Dhya Ayu Larasati 130522506280 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL NOVEMBER 2014

Transcript of PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf ·...

Page 1: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

PERKERASAN KAKU

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Kontruksi Jalan dan Jembatan

yang dibina oleh Bapak Sugiyanto

oleh :

Dhya Ayu Larasati 130522506280

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

NOVEMBER 2014

Page 2: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya

dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa suatu halangan. Makalah ini

saya buat sebagai persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Kontruksi Jalan dan

Jembatan.

Dalam pembuatan makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Bapak Sugiyanto selaku dosen pembimbing matakuliah Kontruksi Jalan dan

Jembatan.

2. Pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya mengetahui bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Kerenanya

saya meminta kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 15 November 2014

Penulis

Page 3: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 2

1.3. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………. 3

2.1. Perkerasan Kaku ........................................................................... 3

2.2. Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku ............................................ 17

2.3. Pelaksanaan Perkerasan Kaku ....................................................... 23

2.4. Perawatan dan Perlindungan Beton .............................................. 35

BAB III PENUTUP . ………………………………………………………... 38

3.1. Kesimpulan ................................................................................... 44

3.2. Saran .............................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... . iv

LAMPIRAN ..................................................................................................... . v

Page 4: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkerasan kaku adalah suatu susunan kontruksi perkerasan dimana sebagai

lapisan atas digunakan plat beton yang terletak diatas pondasi atau langsung di atas

tanah dasar pondasi (sub grade).

Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan

mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup

luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh

dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan

perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi, dan lapis

perkerasan; dimana masing-masing lapisan memberikan kontribusinya.

Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban

lalu lintas adalah kekuatan beton itu sendiri. Sedangkan kekuatan dari dasar tanah

hanya berpengaruh kecil terhadap kekuatan daya dukung struktural perkerasan kaku.

Lapisan pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudkan

untuk sebagai lantai kerja, dan untuk drainase dalam menghindari terjadinya

“pumping”.

Pumping adalah peristiwa keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar

melalui sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat gerakan

lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air

bebas yang terakumulasi di bawah plat beton. Pumping dapat mengakibatkan

terjadinya rongga di bawah plat beton sehingga menyebabkan rusak/retaknya plat

beton.

Kontruksi perkerasan kaku merupakan perkerjaan yang memerlukan keahlian

khusus dan sering kali membutuhkan peralatan penghamparan yang rumit dan mahal.

Pada kontruksi perkerasan kaku struktur utama adalah lembaran plat beton, kontruksi

perkerasan ini disebut kaku.

Page 5: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Perkerasan beton semen dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan

2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan

3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan

4. Perkerasan beton semen pra-tegang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bagian-bagian dari perkerasan kaku (Rigid Pavement)?

2. Bagaimana sambungan pada perkerasan kaku?

3. Bagaimana persyaratan pelaksanaan perkerasan kaku?

4. Bagaimana perawatan pada perkerasan kaku?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari perkerasan kaku.

2. Untuk mengetahui sambungan-sambungan pada perkerasan kaku.

3. Untuk mengetahui persyaratan pelaksanaan pada perkerasan kaku.

4. Untuk mengetahui cara perawatan pada perkerasan kaku.

Page 6: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

2.1.1. Pengertian, Jenis dan Sifat Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi

(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan

ikatnya, ( Aly,2004 ). Perkerasan kaku merupakan struktur yang terdiri dari pelat

beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau

menerus dengan tulangan dan terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan

pengaspalan sebagai lapis aus (nonstruktural).

Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu :

1. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan (Jointed plain

concrete pavement).

2. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (Jointed reinforced

concrete pavement).

3. Perkerasan beton semen tanpa tulangan (Continuosly reinforced concrete

pavemen).

4. Perkerasan beton semen prategang (Prestressed concrete pavement).

5. Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber reinforced concrete pavemen).

Gambar 1. Macam – macam Perkerasan Beton Semen

Page 7: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Perkerasan kaku mempunyai sifat yang berbeda dengan perkerasan lentur.

Pada perkerasan kaku daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton.

Hal ini terkait dengan sifat pelat beton yang cukup kaku, sehingga dapat

menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah

pada lapisan –lapisan di bawahnya.

Sumber : Anas Aly, Perkerasan Beton Semen 2004

Gambar 2. Penyebaran Beban dari Lapisan Perkerasan ke Subgrade

Dalam perkerasan kaku untuk dapat memenuhi fungsi perkerasan dalam

memikul beban, maka perkerasan harus:

a. Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar sampai batas-batas yang

masih mampu dipikul tanah dasar tersebut tanpa menimbulkan perbedaan

lendutan/penurunan yang dapat merusak perkerasan itu sendiri.

b. Direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga mampu mengatasi

pengaruh kembang susut dan penurunan kekuatan tanah dasar serta pengaruh

cuaca dan kondisi lingkungan.

Dalam perencanaan perkerasan kaku ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan, antara lain:

a. Peranan perkerasan kaku dan intensitas lalu lintas yang akan dilayani.

b. Volume lalu lintas, konfigurasi sumbu dan roda, beban sumbu, ukuran dan

tekanan beban, pertumbuhan lalu lintas, jumlah jalur dan arah lalu lintas.

Page 8: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

c. Umur rencana perkerasan kaku ditentukan atas dasar pertimbangan-

pertimbangan peranan perkerasan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi

perkerasan serta faktor pengembangan wilayah.

d. Kapasitas perkerasan yang direncanakan harus dipandang sebagai

pembatasan.

e. Daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan

dan kekuatan pelat perkerasan.

f. Lapis pondasi bawah meskipun bukan merupakan bagian utama dalam

menahan beban, tetapi merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan dengan

fungsi sebagai berikut:

mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar

mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan pada tepi-

tepi pelat

memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat

sebagai perkerasan jalan kerja selama pelaksanaan

g. Kekuatan lentur beton (flexural strength) merupakan pencerminan kekuatan

yang paling cocok untuk perencanaan karena tegangan kritis dalam perkerasan

beton terjadi akibat melenturnya perkerasan beton tersebut.

2.1.2. Komponen Konstruksi Perkerasan Kaku

Pada konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama adalah

berupa satu lapis beton semen mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi bawah (subbase

berupa cement treated subbase maupun granular subbbase) berfungsi sebagai

konstruksi pendukung atau pelengkap.

Gambar 3. Bagian-bagian perkerasan kaku

Page 9: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Adapun Komponen Konstruksi Perkerasan Beton Semen ( Rigid Pavement ) adalah

sebagai berikut :

1. Tanah Dasar ( Subgrade )

Tanah dasar adalah bagian dari permukaan badan jalan yang dipersiapkan

untuk menerima konstruksi di atasnya yaitu konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini

berfungsi sebagai penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan / disebarkan oleh

konstruksi perkerasan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah dasar

(subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung

dan keseragaman kepadatan.

Daya dukung atau kapasitas tanah dasar pada konstruksi perkerasan kaku

yang umum digunakan adalah CBR dan modulus reaksi tanah dasar (k).

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen),1985

Grafik 1. Korelasi Hubungan antara CBR dan Nilai ( k )

Page 10: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan, dalam

arti kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah dasar tidak berpengaruh

terlalu besar pada nilai konstruksi (tebal) perkerasan kaku.

2. Lapis Pondasi ( Subbase )

Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu

tinggi. Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau bound

granural (CTSB, cement treated subbase). Pada umumnya fungsi lapisan ini tidak

terlalu struktural, maksudnya keberadaan dari lapisan ini tidak untuk

menyumbangkan nilai struktur perkerasan beton semen.

Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lantai kerja yang rata dan

uniform. Apabila subbase tidak rata, maka pelat beton juga tidak rata. Ketidakrataan

ini dapat berpotensi sebagai crack inducer.Selain fungsi tersebut terdapat juga fungsi

lainnya, antara lain :

1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen.

2. Menaikkan harga Modulus Reaksi Tanah Dasar (Modulus of Sub-grade

Reaction = K), menjadi Modulus Reaksi Komposit (Modulus of Composit

Reaction).

3. Mengurangi kerusakan sebagai akibat pembekuan (frost action).

4. Melindungi gejala “pumping” butiran-butiran halus tanah pada daerah

sambungan, retakan dan ujung samping perkerasan.

“Pumping” : adalah proses pengocokan butiran-butiran sub-grade

atau sub-base pada daerah-daerah sambungan (basah

atau kering) akibat gerakan vertical plat karena beban

lalu lintas kejadian ini mengakibatkan turunnya daya

dukung lapisan bawah tersebut.

5. Mengurangi bahaya retak

6. Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat.

Page 11: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

3. Subbase Course

Subbase course adalah bagian dari struktur perkerasan antara base course dan

tanah dasar.fungsi utama adalah pendukung struktural tapi juga dapat:

1. Meminimalisir terjadinya ambles pada jalan

2. Meningkatkan drainase subbase umumnya terdiri dari bahan bahan kualitas

lebih rendah dari pada lapisan atas, tetapi lebih baik daripada tanah dasar.

Bahan agregat yang bagus dan berkualitas tinggi mengisi struktural. Sebuah

subbase tidak selalu dibutuhkan atau digunakan.

4. Base Course

Base Course berada di bawah lapis permukaan. Hal ini memberikan distribusi

beban tambahan, kontribusi dan resistensi drainase, memberikan dukungan lapisan di

atasnya dan platform yang stabil untuk peralatan konstruksi (ACPA, 2001). Bisa juga

membantu mencegah gerakan tanah tanah dasar karena tekanan dari atas. Base course

biasanya di buat dari:

1. Agregat dasar. Sebuah lapisan dasar sederhana dari agregat

2. Agregat stabil atau tanah . yaitu tananh yang telah dipadatkan hingga

memperleh kestabilan tertentu. Kekuatannya diperkirakan 20-25persen dari

kekuatan lapis pertama.

3. Lean concrete. Berupa pasta semen portland dan lebih kuat daripada agregat

stabil. Lean concrete dapat dibangun untuk sebanyak 25 – 50 persen dari

kekuatan lapis permukaan.

Gambar 5. Lean Concrete

Page 12: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

5. Bound Breaker di atas Subbase

Bound breaker adalah plastik tipis yang diletakan di atas subbase agar tidak

terjadi bounding antara subbase dengan pelat beton di atasnya. Selain itu, permukaan

subbase juga tidak boleh di - groove atau di - brush.

6. Alur Permukaan atau Grooving/Brushing

Agar permukaan tidak licin maka pada permukaan beton dibuat alur-alur

(tekstur) melalui pengaluran/penyikatan (grooving/brushing) sebelum beton

disemprot curing compound, sebelum beton ditutupi wet burlap dan sebelum beton

mengeras. Arah alur bisa memanjang ataupun melintang.

2.1.3 Faktor Lain yang Mempengaruhi Susunan Perkerasan Kaku

Adapun faktor lain yang mempengaruhi susunan perkerasan kaku antara lain sebagai

berikut.

1. Tulangan

Pada perkerasan beton semen terdpat dua jenis tulangan, yaitu tulangan pada

pelat beton untuk memperkuat pelat beton tersebut dan tulangan sambungan untuk

menyambung kembali bagian – bagian pelat beton yang telah terputus (diputus).

Kedua tulangan tersebut memiliki bentuk, lokasi serta fungsi yang berbeda satu sama

lain. Adapun tulangan tersebut antara lain :

a. Tulangan Pelat

Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan

fungsi yang berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang lain

seperti gedung, balok dan sebagainya. Tebal pelat taksiran dipilih dan total

fatik serta keruusakan erosi dihitung berdasarkan komposisi lalu lintas selama

umur rencana. Jika kerusakan fatik atau erosi lebih dari 100%, tebal taksiran

dinaikkan dan proses perencanaan diulangi.

Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang mempunyai total

fatik dan atau total kerusakan erosi lebih kecil atau sama dengan 100%.

Page 13: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Adapun karakteristik dari tulangan pelat pada perkerasan beton semen adalah

sebagi berikut :

Bentuk tulangan pada umumnya berupa lembaran atau gulungan. Pada

pelaksanaan di lapangan tulangan yang berbentuk lembaran lebih baik

daripada tulangan yang berbentuk gulungan. Kedua bentuk tulangan

ini dibuat oleh pabrik.

Lokasi tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas.

Fungsi dari tulangan beton ini yaitu untuk “memegang beton” agar

tidak retak (retak beton tidak terbuka), bukan untuk menahan momen

ataupun gaya lintang. Oleh karena itu tulangan pelat beton tidak

mengurangi tebal perkerasan beton semen.

b. Tulangan Sambungan

Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah

melintang dan arah memanjang. Sambungan melintang merupakan

sambungan untuk mengakomodir kembang susut ke arah memanjang pelat.

Sedangkan tulangan sambungan memanjang merupakan sambungan untuk

mengakomodir gerakan lenting pelat beton.

Adapun ciri dan fungsi dari masing – masing tulangan sambungan adalah

sebagai berikut :

1. Tulangan Sambungan Melintang

Tulangan sambungan melintang disebut juga dowel

Berfungsi sebagai sliding device‟ dan load transfer device’.

Berbentuk polos, bekas potongan rapi dan berukuran besar.

Satu sisi dari tulangan melekat pada pelat beton, sedangkan satu

sisi yang lain tidak lekat pada pelat beton

Lokasi di tengah tebal pelat dan sejajar dengan sumbu jalan.

Page 14: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

2. Tulangan Sambungan Memanjang

Tulangan sambungan memanjang disebut juga Tie Bar.

Berfungsi sebagai unsliding devices dan rotation devices.

Berbentuk deformed / ulir dan berbentuk kecil.

Lekat di kedua sisi pelat beton.

Lokasi di tengah tebal pelat beton dan tegak lurus sumbu jalan.

Luas tulangan memanjang dihitung dengan rumus seperti pada

tulangan melintang.

Gambar 6. Sambungan Pada Konstruksi Perkerasan Kaku

2. Sambungan atau Joint

Fungsi dari sambungan atau joint adalah mengendalikan atau mengarahkan

retak pelat beton akibat shrinkage (susut) maupun wrapping (lenting) agar teratur

baik bentuk maupun lokasinya sesuai yang kita kehendaki (sesuai desain). Dengan

terkontrolnya retak tersebut, maka retak akan tepat terjadi pada lokasi yang teratur

Page 15: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

dimana pada lokasi tersebut telah kita beri tulangan sambungan. Sambungan tersebut

antara lain :

1. Sambungan memanjang dan melintang

a. Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan

detail dan letak pada Gambar Rencana

b. Semua sambungan melintang harus dibuat sejalur untuk seluruh lebar

perkerasan. Bidang-bidang permukaan sambungan harus diusahakan tegak

lurus terhadap bidang permukaan perkerasan.

c. Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan guna

menghindari ketidakrataan permukaan sambungan tersebut. Apabila pada

sambungan diperlukan, maka harus digunakan mistar 3meter (10gft) untuk

menjamin kerataan pada sambungan tersebut. Pembentukan sambungan

yang ditempatkan didepan perata (screed) dapat dibuat tenggelam (tip),

sedangkan apabila ditempatkan dibelakang perata dapat dipasang

menonjol pada permukaan.

d. Sambungan dengan lidah-alur, harus dicetak secara teliti dengan bahan

cetakan yang cukup kuat agar didapat bentuk yang sempurna dengan

menggunakan mesin penghampar acuan geligir.

e. Apabila sambungan melintang dilakukan dengan cara menggergaji, maka

penggergajian sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal

terjadi.

Pada sambungan melintang terdapat 2 jenis sambungan yaitu sambungan

susut dan sambungan lenting. Sambungan susut diadakan dengan cara

memasang bekisting melintang dan dowel antara pelat pengecoran

sebelumnya dan pengecoran berikutnya. Sedangkan sambungan lenting

diadakan dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bar.

Pada setiap celah sambungan harus diisi dengan joint sealent dari bahan

khusus yang bersifat thermoplastic antara lain rubber aspalt, coal tars

ataupun rubber tars. Sebelum joint sealent dicor/dituang, maka celah harus

dibersihkan terlebih dahulu dari segala kotoran.

Page 16: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

a. Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)

Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan

terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 – 4

m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu

minimum BJTU- 24 dan berdiamater 16 mm.

Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

At = 204 x b x h dan

l = (38,3 x ϴ) + 75

Dengan pengertian:

At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm²).

b = jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi

perkerasan (m)

h = tebal pelat (m)

I = panjang batang pengikat (mm)

ϴ = diameter batang pengikat yang dipilih (mm)

Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm.

Tipikal sambungan memanjang dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 7. Tipikal sambungan memanjang

Page 17: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

2. Sambungan Pelaksana (Contruction Joints)

a. Sambungan pelaksana memanjang

Sambungan ini biasanya digunakan pada sambungan arah memanjang

(diantara jalur-jalur penghamparan yang terpisah) dapat dibentuk baik dengan

cara glinier atau dengan baja cetakan standart. Apabila digunakan lapisan

pondasi bawah stabilisasi, maka sambungannya dapat ditiadakan.

Gambar 8. Ukuran standar penguncian sambungan memanjang.

Sambungan pelaksanaan melintang harus dibuat pada akhir pelaksanaan tiap

hari atau pada tempat akhir pekerjaan yang disebabkan oleh adanya gangguan

pelaksanaan. Letak sambungan pelaksanaan melintang harus diusahakan sama

dengan letak sambungan susut. Sambungan ini dibentuk dengan cara

menempatkan sekat yang mempunyai bentuk dan ukuran yang tepat dan

mempunyai lubang untuk menempatkan ruji. Arah sambungan ini kurang dari

3meter (10ft) harus dihindarkan.

Jika adukan beton tidak mencukupi 3meter (10ft), maka sambungan

pelaksanaan harus dibuat pada tempat sambungan sebelumnya. Jarak

Page 18: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

sambungan melintang yang berikutnya harus diukur dari sambungan susut

melintang yang terakhir.

Gambar 9. Sambungan antar perkerasan

Gambar 10. Pekerjaan sambungan

3. Sambungan Muai (Expansion Joint)

Sambungan muai harus ditempatkan di antara pertemuan bangunan

(misal: lubang got/manhole, bak penampung) dengan plat perkerasan beton.

Kecuali apabila tidak disebutkan lain dalam Gambar Rencana, maka

sambungan harus terbuat.dari jenis sambungan jadi dengan ketebalan tidak

kurang dari 0,6 cm. Jika tidak ditentukan lain, maka untuk sambungan muai

Page 19: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

melintang harus dibuat tegak lurus sumbu perkerasan, dan harus dibuat

selebar perkerasan.

a. Sambungan Muai pada Ujung-ujung Jembatan. (Expansion Joints at

Bridge Ends)

Ujung-ujung jembatan harus dilindungi dari tekanan-tekanan yang

berlebih yang diakibatkan oleh pemuaian perkerasan, dengan cara membuat

sambungan muai yang cukup lebar antara perkerasan dan ujung-ujung

jembatan. Cara lain adalah dengan menjangkar ujung-ujung plat yang

umumnya dibuat untuk menahan sebagian atau seluruh gerak pelat. Untuk

memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kepala jembatan, maka

bagian perkerasan antara balok jangkar dan kepala jembatan (sepanjang 10-15

meter) dapat terdiri dari plat beton disambung atau perkerasan lentur).

b. Sambungan Muai dengan Ruji.

Sambungan ini terdiri dari sistem penyalur beban, dudukan, pengatur

gerak dan bahan pengisi sambungan. Penyalur beban harus terdiri dari ruji

yang di las pada dudukan dan salah satu ujungnya ditutup dengan topi ruji.

Pengisi sambungan dapat terdiri dari bahan pengisi jadi atau bahan lain yang

disetujui. Bahkan pengisi harus dipasang sampai dasar plat perkerasan. Jika

tidak disyaratkan lain, maka bagian atas pengisi sambungan harus terletak 1,3

cm dibawah permukaan plat. Bagian alas pengisi sambungan harus dilindungi

dengan logam berbentuk kanal pada saat beton di hampar. Setiap bagian

sistem sambungan harus dilindungi dari kerusakan sampai selesainya

pekerjaan sambungan. Bagian sistem sambungan yang rusak selama

pengangkutan, atau karena penanganan dan penyimpanan yang tidak benar

harus diganti atau diperbaiki.

c. Bahan Pengisi Sambungan (Joint Filler).

Bahan pengisi sambungan harus dilobangi atau di bor dengan diameter

yang tepat pada tempat yang akan dipasangi ruji. Bahan pengisi sambungan

hams mempunyai panjang yang sama dengan lebar jalur penghamparan. Jika

bahan pengisi sambungan harus disambung maka ujung-ujung sambungan

Page 20: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

harus tetap mengikuti bentuk yang benar. Pemotongan bahan pengisi yang

diperlukan selamapenghamparan, misalnya untuk menampung sayap roda

mesin penghampar, harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengakibatkan

penyumbatan sambungan oleh beton.

d. Sambungan Susut.

Sambungan susut dengan takikan palsu atau penampang, diperlemah,

harus dibuat dengan cara manapun yang diterapkan pelaksanaan tetap harus

dilakukan secara hati-hati untuk menjamin agar dalamnya celah pemisah

cukup untuk mencegah terjadinya retak acak. Disarankan dalamnya celah

pemisah minimum adalah sebesar'/4 tebal pelat.

Dalam segala hal penutupan celah harus diselesaikan sebelum lalu

lintas diizinkan lewat, termasuk lalu lintas selama pelaksanaan untuk

keperluan sambungan melintang tanpa perlemahan seperti tersebut di atas.

Apabila diperlukan penyalur beban untuk melayani lalu lintas dengan volume

yang tinggi dan beban yang berat. Dalam hal apapun, sebagai penyalur beban

harus digunakan ruji.

Bila pada perkerasan untuk lalu lintas berat digunakan lapis pondasi

mutu tinggi, misalnya stabilisasi semen atau aspal, maka sambungan tanpa

ruji-pun bisa melayani lalu litnas secara memuaskan. Namun demikian secara

umum, sambungan jenis ini, tetap dianjurkan menggunakan penyalur beban.

Ruji harus dipegangkuat pada posisinya dengan cara mengelasnya

pada dudukan dan pengatur jarak atau dengan cara penempatan dengan mesin.

Penempatan ruji secara tepat harus dijamin, agar ruji dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Sistem pemberian tanda secara tepat dapat diterapkan

untuk menjamin agar penggergajian atau pembuatan takikan tepat berada

ditengah ruji. Takikan tidak boleh kurang dari'/4 tebal plat. Jenis sambungan

ini meliputi :

Page 21: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

a. Sambungan susut memanjang

Sambungan susut memanjang dapat dilakukan dengan salah satu dari

dua cara ini, yaitu dengan menggergaji atau membentuk pada saat beton

masih plastis dengan kedalaman sepertiga dari tebal pelat.

b. Sambungan susut dan sambungan pelaksanaan melintang

Ujung sambungan ini harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang jalan

dan tepi perkerasan. Untuk mengurangi beban dinamis, sambungan melintang

harus dipasang dengan kemiringan 1:10 searah perputaran jarum jam.

c. Sambungan susut melintang

Kedalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal pelat

untuk perkerasan dengan lapis pindasi berbutir atau sepertiga dari tebal pelat

untuk lpis pondasi stabilisasi semen sebagai mana diperlihatkan seperti

gambar berikut :

Gambar 15. Sambungan susut melintang tanpa uji

Gambar 11. Sambungan susut melintang dengan uji

Page 22: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung

tanpa tulangan sekitar 4 – 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton

bersambung dengan tulangan 8 – 15 m dan untuk sambungan perkerasan

beton menerus dengan tulangan sesuai dengan kemampuan pelaksanaan.

Sambungan ini harus dilengkapi dengan uji polos panjang 45 cm, jarak

antara ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam akan mempengaruhi

gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut.

Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan

anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton.

Diameter ruji tergantung pada tebal pelat beton sebagaimana terlihat pada

table berikut.

Tabel 2. Diameter Uji

d. Sambungan pelaksanaan melintang

Sambungan pelaksanaan melintang yang tidak direncanakan (darurat)

harus menggunakan batang pengikat berulir, sedangkan pada sambungan yang

direncanakan harus menggunakan batang tulangan polos yang diletakkan di

tengah tebal pelat. Tipikal sambungan pelaksanaan melintang dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 12. Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang tidak

direncanakan untuk pengecoran per lajur

Page 23: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Gambar 13. Sambungan pelaksanaan yang direncanakan

dan yang tidak direncanakan untuk pengecoran seluruh lebar perkerasan

Sambungan pelaksanaan tersebut di atas harus dilengkapi dengan batang

pengikat berdiameter 16 mm, panjang 69 cm, dan jarak 60 cm, untuk

ketebalan pelat sampai 17 cm. Untuk ketebalan lebih dari 17 cm, ukuran

batang pengikat berdiamter 20 mm, panjang 84 cm, dan jaraj 60 cm.

e. Sambungan isolasi

Sambungan isolasi memisahkan perkerasan dengan bangunan yang lain,

misalnya manchole, jembatan, tiang listrik, jalan lama, persimpangan, dan lain

sebagainya. Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi

seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 14. Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan isolasi.

Page 24: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Sambungan isolasi harus dilengkapi dengan bahan penutup (joint

sealer) setebal 5- 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan pengisi (joint

filter) sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 15. Sambungan isolasi

Keterangan untuk gambar di atas :

a. Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan lain, seperti

jembatan perlu pemasangan ruji sebagai transfer beban. Pada ujung

ruji harus dipasang pelindung muai gar ruji dapat bergerak bebas.

Pelindungmuai harus cukup panjang sehingga menutup ruji

sambungan isolasi ditambah 6 mm seperti diperlihatkan pada gambar.

b. Sambungan isolasi pada persimpangan dan ram tidak perlu diberi ruji

tetapi diberikan penebalan tepi untuk mereduksi tegangan. Setiap tepi

sambungan ditebalkan 20% dari ttebal perkerasan sepanjang 1,5 meter

seperti diperlihatkSambungan isolasi pada persimpangan dan ram

tidak perlu diberi ruji tetapi diberikan penebalan tepi untuk mereduksi

Page 25: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

tegangan. Setiap tepi sambungan ditebalkan 20% dari tebal perkerasan

sepanjang 1,5 meter seperti diperlihatkan pada gambar.

c. Sambungan isolasi yang digunakan pada lubang masuk ke saluran,

manhole, tiang listrik, dan sambungan lain yang tidak memerlukan

penebalan tepi dan ruji ditempatkan di sekeliling bangunan tersebut

sebagaimana diperlihatkan pada gambar.

Pola Sambungan

Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti batasan-

batasan sebagai berikut :

a. Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel spersegi

mungkin.

b. Jarak maksimum sambungan memanjang 3-4 meter.

c. Jarak maksimum sambungan melintang 25 kali tebal pelat, maksimum 5,0

meter.

d. Semua sambungan susut harus menerus sampai kerb dan mempunyai

kedalaman seperempat dan sepertiga dari tebal perkerasan masing- masing

untuk lapis pondasi berbutir dan lapis stabilisasi semen.

e. Antar sambungan harus bertemu pada satu tiitik untuk menghindri terjadinya

retak refleksi pada lajur yang bersebelahan.

f. Sudut antar sambungan yang lebih kecil dari 60 derajat harus dihindari

dengan mengatur 0,5 m panjang terakhir dibuat tegak lurus terhadap tepi

perkerasan.

g. Apabila sambungan berada dalam area ,5 meter dengan manhole atau

bangunan yang lain, jarak sambungan harus diatur sedemikian rupa sehingga

antara sambungan dengan manhole atau bangunan yang lain tersebut

membentuk sudut tegak lurus. Hal tersebut berlaku untuk bangunan yang

berbentuk bundar. Untuk bangunan berbentuk segiempat, sambungan harus

berada pada sudutnya atau di antara dua sudut.

h. Semua bangunan lain seperti manhole harus dipisahkan dari perkerasan

dengan smbungan muai selebar 12 mm yang meliputi keseluruhan tebal pelat.

Page 26: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

i. Perkerasan yang berdekatan dengan bangunan lain atau manhole hars

ditebalkan 20% dari keetbalan normal dan berangsur-angsur berkurang

sampai ketebalan normal sepanjang 1,5 meter seperti ditunjukkan pada

gambar b.

j. Panel yang tidak persegi empat dan yang mengelilingi manhole harus diberi

tulangan berbentuk anyaman sebesar 0,15% terhadap penampang beton semen

dan dipasang 5 cm di bawah permukaan atas. Tulangan harus dihentikan 7,5

cm dari sambungan.

2.1.4. Sistem Penyalur Beban (Load Transfer Devile)

1. Ruji (Dowel)

Batang ruji harus ditempatkan ditengah ketebalan pelat. Posisi ruji

pada arab horizontal dan vertikal harus dijamin dengan menggunakan

perlengkapan atau dengan cara penempatan dengan mesin yang telah teruji.

Kepadatan beton yang baik di sekeliling ruji sangat dituntut agar supaya ruji

bisa berfungsi secara sempurna.

2. Pelapis Ruji (Dowel Coating)

Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan

bahan pencegah karat. Sesudah bahan pencegah korosi kering, maka bagian

ini harus dilapisi dengan lapisan tipis pelumas (dengan cara menyapukan)

segera sebelum ruji dipasang. Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas

harus dilengkapi dengan topi/ penutup ruji. Pelapis ruji dari jenis Alastic yang

telah teruji dapat digunakan sebagai pengganti pelumas, atau penggunaan

jenis pelapis lainnya yang dimaksudkan untuk mencegah lekatan dan atau

karat, dapat juga dipertimbangkan.

Page 27: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Gambar 16. Ruji (Dowel)

3. Penutup Sambungan (Joint Sealing)

Bagian atas Sambungan muai dan sambungan yang digergaji harus

ditutup dengan bahan penutup yang disyaratkan, sebelum lalu lintas diizinkan

melewati kekerasan. Celah sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan

asing sebelum bahan penutup dipasang. Semua bidang celah sambungan harus

bersih dari bahan-bahan lepas dan bila digunakan bahan penutup yang dituang

panas, permukaannya harus kering.

Bahan penutup harus dipasang dalam celah sambungan sesuai detail

yang ditunjukkan pada gambar rencana. Pemasangan harus dilakukan

sedemikian, sehingga bahan penutup tidak melimpah atau mencuat diatas

permukaan pelat. Setiap kelebihan bahan penutup pada permukaan pelat harus

segera disingkirkan dari permukaan pelat dan dibersihkan.

Bahan penutup sambungan yang dibuang tidak boleh dituangkan pada

suhu yang dapatmenimbulkan ketidak sempurnaan pemasangan. Petunjuk dari

pabrik pembuat bahanpenutup dapat digunakan dalam mempersiapkan

spesifikasi.

Page 28: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Jika digunakan penutup sambungan siap pakai, seperti neoprene

(penutup jadi yang ditekan), maka bahan penutup harus dapat menyesuaikan

lebarnya dengan lebar celah sambungan yang diperkirakan akan terjadi.

Peralatan pemasangan harus menjamin bahwa bahan penutup tidak akan

mulur lebih dari5% karena pemuluran yang lebih besar akan memperpendek

umur bahan tersebut.

Penutup untuk tepi pelat dan bagian bawah sambungan kadang-kadang

diperlukan untukmencegah. peresapan air, dan penggunaannya harus

didasarkan atas pengalaman.

2.2. Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku

2.2.1. Besaran Rencana

1. Umur Rencana

Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi

fungsional jalan, pola lalu lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang

dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of

Return, kombinasi dari metode tersebut atau car lain yang tidak terlepats dari pola

pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen daqpat direncanakan

dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun.

2. Lalu Lintas Rencana

Lalu lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan

konfigurasi sumbu yang diperoleh berdasarkan data terakhir (≤ 2 tahun terakhir).

Adapun karakterstik kendaraan yang ditinjau yaitu :

a. Jenis kendaraan

Untuk keperluan perencanaan perkerasan kaku hanya kendaraan niaga yang

mempunyai berat total minimum 5 ton yang ditinjau.

b. Konfigurasi sumbu

Sumbu tunggal dengan roda tunggal (STRT)

Sumbu tunggal dengan roda ganda (STRG)

Sumbu tandem/ganda dengan roda ganda (SGRG)

Page 29: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Adapun langkah – langkah perhitungan data lalu lintas sebagai input data untuk

perencanaan tebal perkerasan kaku adalah sebagai berikut :

a. Menghitung volume lalu lintas (LHR) yang diperkirakan akan menggunakan

jalan tersebut pada akhir umur rencana.

b. Menghitung jumlah kendaraan niaga (JKN) selama umur rencana (n) :

𝐽𝑆𝐾𝑁 = 365 𝑥 𝐽𝑆𝐾𝑁𝐻 𝑥 𝑅

Dimana :

JKNH = jumlah sumbu kendaraan niaga harian pada saat jalan dibuka

R = faktor pertumbuhan lalu lintas yang terganting pada i dan n

R = (1+𝑖)𝑚−1

𝑒𝑙𝑜𝑔(1+𝑖)……………………………………………( untuk i ≠ 0 )

Apabila setelah m tahun pertumbuhan lalu lintas tidak terjadi lagi, maka :

R = (1+𝑖)𝑚−1

𝑒𝑙𝑜𝑔(1+𝑖)+ (𝑛 − 𝑚)(1 + 𝑖)𝑚 − 1…………………( untuk i ≠ 0 )

Apabila setelah n tahun pertumbuhan lalu lintas berbeda dengan sebelumnya

(i’/tahun), maka:

R = (1+𝑖)𝑚−1

𝑒𝑙𝑜𝑔(1+𝑖)+

(1+𝑖)𝑚(1+𝑖′)𝑛−𝑚−1

𝑒𝑙𝑜𝑔(1+𝑖′)………………………( untuk i’ ≠ 0 )

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

c. Menghitung prosentase masing – masing kombinasi konfigurasi beban sumbu

terhadap jumlah sumbu kendaraan niaga harian (JSKNH)

d. Menghitung jumlah repetisi kumulatif tiap – tiap kombinasi konfigurasi beban

sumbu pada lajur rencana dengan cara mengalikan JSKN dengan persentase

tiap – tiap kombinasi terhadap JSKNH dan koefisien distribusi lajur rencana

seperti terlihat pada tabel berikut.

Page 30: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Tabel 3. Koefisien Distribusi Lajur Rencana

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

Sebagai besaran rencana beban sumbu untuk setiap konfigurasi harus dikalikan

dengan faktor keamanan (FK) seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Faktor Keamanan

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

3. Kekuatan Tanah Dasar

Kekuatan tanah dasar dinyatakan dalam modulus reaksi tanah dasar (k). Nilai k

dapat diperoleh dari hasil korelasi dengan CBR. Nilai CBR rendaman yang

digunakan untuk perencanaan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang

diambil dari NAASRA (National Association of Australian State Road Authority)

sebagai berikut :

a. Log Cs = 1,7 − 0,005 𝑃0,425 + 0,002 𝑃0,075

−𝐿 (0,02 + 0,0004 𝑃0,425…………………………………(1)

b. Log Cs = 1,9 − 0,004 𝑃2,36 − 0,005 𝑃0,425

+𝑃0,075

𝑃0,425[5,20 − 0,50

𝑃0,075

𝑃0,425] 10−3 − 0,01 𝐼………………..(2)

Page 31: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Dimana :

Cs = CBR rendaman

P2,36 = Persentase tanah lolos ayakan dengan lubang 2,36 mm

P0,425 = Persentase tanah lolos ayakan dengan lubang 0,425 mm

P 0,075 = Persentase tanah lolos ayakan dengan lubang 0,075 mm

L = Batas menyusut ( shrinkage limit ) tanah ( % )

I = Indeks plastisitas tanah ( % )

Dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh CBR tanah dasar yang akan

digunakan untuk perencanaan dengan persamaan sebagai berikut :

Css = 0,25 ( 3Csmin + Csmaks ) ............................................................ (3)

Dimana :

Css = Nilai CBR rendaman yang digunakan untuk perencanaan

Csmin = Nilai minimum yang diperoleh dari persamaan (1) dan (2)

Csmaks = Nilai maksimum yang diperoleh dari persamaan (1) dan (2)

Sumber : Djatmiko Soedarmo, Jedy Purnomo, Mekanika Tanah 1, 1997

2.2.2. Perencanaan Tebal Pelat

Langkah – langkah dalam perencanaan tebal pelat adalah sebagai berikut :

1. Memilih suatu tebal pelat tertentu

2. Untuk setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta suatu harga k tertentu,

maka :

a. Tegangan lentur yang terjadi pada pelat beton ditentukan dengan

menggunakan nomogram korelasi beban sumbu dan harga k (ada 3

nomogram, untuk sumbu tunggal roda tunggal, sumbu tunggal roda ganda dan

sumbu ganda roda ganda).

b. Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan lentur yang

terjadi pada pelat dengan kuat lentur tarik (MR) beton.

c. Jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan berdasarkan harga

perbandingan tegangan berikut :

Page 32: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Tabel 5. Jumlah Pengulangan Beban yang Diijinkan

Nb : Persentase fatigue untuk tiap – tiap kombinasi / beban sumbu ditentukan dengan

membagi jumlah pengulangan beban rencana dengan jumlah pengulangan beban yang

diijinkan.

3. Mencari total fatigue dengan menjumlahkan persentase fatigue dari seluruh

kombinasi konfigurasi beban sumbu.

4. Langkah – langkah 1 sampai 3 diulangi hingga didapatkan tebal pelat terkecil

dengan total fatigue yang lebih kecil atau sama dengan 100%.

5. Tebal minimum pelat untuk perkerasan kaku adalah 150 mm.

2.2.3. Perencanaan Tulangan

Tujuan dari penulangan yaitu :

a. Membatasi lebar retakan

b. Mengurangi jumlah sambungan melintang

c. Mengurangi biaya pemeliharaan

d. Penulangan Pelat pada Perkerasan Beton Bersambung

Page 33: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Luas penulangan pada perkerasan ini dihitung dengan persamaan:

𝐴𝑠 = 1200 × 𝐹 × 𝐿 × ℎ

𝑓𝑠

Keterangan:

As = Luas tulangan yang diperlukan (mm²/m')

F = Koefisien gesek antara pelat dan lapis pondasi

L = Jarak antar sambungan (m)

h = Tebal pelat beton (m)

fs = Tegangan tarik ijin baja (kg/cm²)

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

Adapun nilai F dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi

Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985

Untuk panjang pelat ≤ 13 m, luas tulangan diambil 0,1% dari luas penampang beton

atau 0,14% menurut SNI 1991.

Page 34: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

2.3. Pelaksanaan Perkerasan Kaku

1. Persyaratan Bahan

Tabel 7. Beberapa Jenis dan Kegunaan Bahan Tambah

Page 35: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Tabel 8. Komposisi dan kehalusan semen

Tabel 9 Jenis Semen Portland dan Penggunaanya

Page 36: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Tabel 10. Persyaratan semen Portland

Page 37: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Tabel 11. Sifat mekanis baja tulangan beton

2. Penyiapan Tanah Dasar atau Lapis Pondasi

Persiapan penting sebelum penghamparan beton, meliputi berbagai hal seperti

membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian seperlunya pada permukaan tanah

dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu, menambahkan air dan memadatkan

kembali permukaan akhir, disesuaikan dengan alinemen dan potongan melintang.

Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari

segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila digunakan

metoda acuan gelincir, dianjurkan agar lapis pondasi bawah dibuat paling sedikit 60

cm lebih lebar pada masing-masing sisi memanjang hamparan, sebagai landasan roda

Page 38: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

rantai mesin penghampar. Apabila dalam pelaksanaan penghamparan digunakan

acuan tetap, pembentukan akhir permukaan biasanya dilakukan dengan alat yang

bergerak di atas acuan yang dipasang sesuai dengan rencana alinyemen.

Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas hingga ketinggian

sesuatu dengan yang telah ditetapkan. Bagian-bagian yang rendah harus diisi dan

dipadatkan sesuai dengan persyaratan pemadatan. Bila alat pengupas dilengkapi

dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut dapat langsung

dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk. Pembentukan akhi permukaan

lapis pondasi bawah dengan stabilisasi semen harus diselesaikan sebelum bahan

mengeras (yang biasanya berlangsung antara 2 sampai 6 jam.

3. Acuan Perkerasan

Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alipyemen dan

ketinggian jalan yang bersangkutan, sehingga acuan pada waktu dipasang, dapat

disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang

benar. Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang tepat,

sebaikuya dilakukan dengan cara mengupas/mengeruk. Bekas galian di kiri dan kanan

pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali tiap lapis dengan tebal setiap lapis

tidak boleli lebih besar dari 1,25 cm. Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa

dan bila perlu diperbaiki menjelang penghamparan beton.

Bila terdapat acuan yang rusak atau sesudah pondasi yang tidak stabil

diperbaiki, acuan harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh didepan

tempat penghamparan beton sehingga kemungkinan pemeriksaan dan perbaikan

acuan tanpa mengganggu kelancaran penghamparan. Setelah acuan dipasang pada

posisi yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua sisi luar dan

dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan baik, menggunakan alat pemadat mesin

atau manual.

Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak pada

setiap 3 meter (10 ft) panjang. Setiap bagian acuan harus benar-benar terikat kuat

sehingga tidak dapat bergerak. Pada setiap titik acuan tidak boleh menyimpang lebih

dari 0,64 cm (V4 inch) dari garisnya. Tidak diizinkan adanya penurunan atau

Page 39: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

pelenturan acuan yang berlebihan akibat peralatan pelaksanaan. Sebelum

penghamparan dilakukan sisi dalam acuan harus diminyaki.

4. Pemasangan Tulangan

a. Apabila pada perkerasan bersambung digunakan tulangan, maka tulangan

tersebut harus terdiri dari anyaman kawat dilas (welded wire fabric).Kondisi

permukaan tulangan yang berkaitan dengan bahan asing dan kerak. Lebar dan

panjang anyaman kawat atau anyaman batang baja harus sedemikian. rupa,

sehingga pada waktu anyaman tersebut dipasang, kawat/batang baja yang

paling pinggir terletak tidak kurang dari 5 cm (2 inch) atau tidak lebih dari 10

cm (4 inch) dari sambungan plat.

b. Apabila perlengkapan tulangan ditunjukkan datum Gambar Rencana, maka

batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat. Batang-batang

baja yangdisambung, bagian ujung-ujungnya harus berimpit sepanjang tidak

kurangdari 30 kali diameternya.

c. Apabila anyaman batang baja dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap

persilangan batang-batang tersebut, maka bagian ujung-ujung batang

memanjang harus berimpit sepanjang minimum 30 kali diameternya. Apabila

pola anyaman sedemikian rupa sehingga batang-batang memanjang tepi atau

yang ujung batang-batang melintangnya tumpang tindih tersebut maka,

batang-batang baja harus mempunyai jarak tidak kurang dari 5 cm (2 inch)

agar campuran beton dapat dipadatkan dengan baik.

d. Ujung lembar anyaman kawat baja harus disusun ditumpang-tindihkan

sebagaimana yang tercantum pada gambar rencana, lembar anyaman harus

diikat kuat untuk mencegah pergeseran, terutama pada saat ditarik oleh mesin

penghampar.

e. Apabila pelat dibuat dengan dua kali mengecor, maka tebal makaimum lapis

pertama adalah 10 cm untuk tebal pelat S 15 cm dan tebal maksimum lapis

pertama 2 /3 dari tebal pelat apabila tebal pelat, 15 cm. Permukaan lapis

pertama merupakan tempat untuk meletakkan tulangan. Penghamparan

lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar dengan panjang yang cukup

Page 40: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

untuk memungkinkan agar anyaman dengan panjang penuh dapat digelar pada

kedudukan akhir tanpat erjadi penyimpangan lebih jauh. Untuk mencegah

pergeseran, anyaman yang berdampingan harus diikat dengan kawat beton.

Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituang di, atas tulangan.

Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton lapis pertama tidak boleh

dibiarkan erbuka, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin. Biasanya

30 menit merupikan jangka waktu maksimum yang masih diizinkan. Posisi

tulangan selama penghamparan harus selalu diperiksa dan apabila dipandang

perlu harus dilakukan perbaikan.

f. Apabila beton dibuat dengan penghamparan satu lapis maka lembar anyaman

kawat atau anyaman batang baja dapat diletakkan di atas permukaan

hamparan, kemudian anyaman tersebut dimasukkan (dengan mesin) dengan

cara menggetarkan atau menekannya sampai elevasi yang dikehendaki. Pada

pemasangan tersebut harus diperhatikan agar beton diatas kawat/batang baja

tidak pecah/retak atau mengakibatkan perubahan kedudukan anyaman dari

yang semestinya. Pada setiap sambungan melintang harus selalu diperiksa

untuk memastikan tersedianya jarak antara sambungan dengan tepi anyaman.

g. Apabila dikehendaki penggunaan beton menerus dengan tulangan,

sebagaimana tercantum dalam gambar rencana, maka tulangan harus dipasang

sedemikian rupa sehingga mempunyai selimut tidak kurang dari 5 cm (2 inch)

dan tulangan melintang (sebagai anggota anyaman) tidak boleh terletak di

bawah tengahtengah tebal pelat, kecuali apabila dikehendaki lain atau

ditunjukkan dalam gambar rencana. Apabila beton dibuat dengan

penghamparan satu lapis, maka tulangan harus diletakkan pada dudukan agar

pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat ditahan pada kedudukan yang

telah ditentukan. Apabila tidak digunakan tulangan melintang, tulangan dapat

dipasang melalui pipa yang terpasang pada mesin penghampar. Tumpangan

(overlaping) pada sambungah untuk batang tulangan, anyaman batang baja

atau anyaman kawat dilas yang dibuat di pabrik biasanya ditunjukkan pada

gambar rencana dan harus diperiksa selama pelaksanaan. Tulagnan 18 yang

Page 41: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

cukup dan penempatan yang semestinya adalah sangat penting. Bahaya

kerusakan pada sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangid engan

cara mengatur pola sambungan secara miring atau bertangga dari satu tepi

perkerasan ke tepi lainnya. Panjang tumpangan tulangan pada sambungan

harus diperlihatkan pada gambar rencana atau spesifikasi dan harus tidak

kurang dari 30 kali diameternya, tapi tidak boleh kurang dari 40 cm (16 inch).

5. Penggergajian

Penggergajian harus dilakukan sedemikian sehingga tidak terjadi

penggumpalan pada beton muda dan pada saat belum terjadi retak acak, waktu

penggergajian terbaik yaitu antara 8-20 jam setelah pengecoran. Dengan cara

penggergajian baik dengan menggunakan amta gergaji intan (diamond blades), bilah

pengikis bawah (wet abrasive blades) maupun bila pengikis kering (dry abrasive

blades), harus dilakukan secara perlahan-lahan, untuk mencegah terjadinya

sambungan yang kasar. Kecenderungan retak acak akibat keterlambatan

penggergajjan pada sambungan memanjang lebih kecil dibanding pada sambungan

melintang.

6. Sekat Pemisah Tipis

Sekat pemisah dari polyethyline atau bahan lainnya yang mempunyai tebal

tidak kurang dari 0,33 mm, dapat disisipkan ke dalam beton plastis dengan mesin.

Sekat pemisah harus terpasang secara vertikal. Penyisipan jangan sampai

mengakibatkan seluruh sekat terbenam di bawab permukaan plat atau jangan sampai

menimbulkan pelepasan butir (revelling). Sambungan ini jangan ditutup (sealed).

Sekat pemisah polyethylene tidak dapat mengendalikan terjadinya retak memanjang.

7. Pengecoran

a. Peralatan pengecoran harus mampu mengalirkan adukan beton dari mesin

pengaduk atau alat pengangkut dan menuangkannya pada setiap tempat tanpa

terjadi pemisahan butir (segregasi) dan tanpa merusak permukaan yang

dihampar. Pada pekerjaan besar, pengecoran seringkali menuntut penggunaan

ulir (screw), ban berjalan (belt), atau wadah (hopper) sebagai alat penghampar

adukan. Peralatan ini biasanya beroperasi dari bahu jalan dan menuangkan

Page 42: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

adukan ke seluruh lebar permukaan yang telah dibentuk. Apabila dalam

pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan adukan beton ke

mesin penghampar,dapat dilakukan dengan menggunakan wadah (bucket) dan

lengan (boom). Apabila pengecoran dilakukan dengan mesin pengaduk

berjalan (transit mixer), dan untuk menuangkan adukan hanya tersedia talang

(chute), maka disarankan dilakukan penghamparan jalur sesaat (lane at a

time). Apabila beton tanpa tulangan tidak dilaksanakan dengan mesin

penghampar acuan gelincir, maka biasanya adukan dituangkan (di atas

permuakaan) di depan mesin penghampar dengan men ggunakan truk

pelimpah (dump truck).

b. Apabila lebar penghamparan tidak sama (misal pada jalan masuk/ramp,

persimpangan), maka metoda pengecoran yang biasa tidak selalu dapat

diterapkan. Meskipun demikian, perlu diperhatikan agar untuk mencapai

kedudukan akhir, adukan jangan dituang secara sembarangan dengan

didorong atau digetarkan. Perataan secara manual perlu dilakukan, untuk

menghindarkan pemisahan butir.

8. Penghamparan

Pada pekerjaan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis

dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper)

dan ulir (auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin

penghampar acuan gelincir, yang peralatan penghampar (speader) merupakan bagian

yang sudah melekat (built-in). Untuk mengurangi pemisahan butir, semua peralatan

harus dioperasikan secara seksama.

Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan

beberapa cara, antara lain dengan peralatan manual. Dalam hal apapun, beton harus

dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk pemadatan dan penyelesaian akhir.

Apabila tulangan terdiri dari anyaman dan harus diletakkan secara manual, maka

beton di bawah anyanian harus dihainpar terlebih dahulu tersendiri (struck-off),

kemudian anyaman diletakkan dan selanjutnya lapisan berikutnya dihampar. Pada

pekerjaan besar, kadang-kadang digunakan dua buah mesin penghampar. Apabila

Page 43: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

tulangan yang berbentuk anyaman akan dimasukkan pada kedudukan yang

dikehendaki dengan cara menggetarkan atau menekannya dengan mesin, maka beton

dapat dihampar langsung untuk seluruh tebal.

9. Pemadatan

a. Metoda

Petunjuk pemadatan beton dapat dilihat pada Buku Petunjuk

Pelaksanaan Beton. Pemadatan pada sambungan dan tepi-tepi, penekanan,

pemadatan secara tumbuk, dan pemadatan secara getar, sampai tingkat

tertentu cukup efektif, tapi tidak secara otomatis menjamin kepadatan beton.

Mesin getar, baik jenis internal maupun jenis permukaan dapat memberikan

hasil yang baik.

b. Prosedur

Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif mungkin. Perhatian

khusus harus diberikan terhadap tepi-tepi sepanjang sumbu, dan pada

sambungan-sambungan lainnya. Mesin pemasang anyaman dapat memberikan

sebagian kepadatan. Penggetar internal dioperasikan di dalam beton untuk

mengeluarkan udara sewaktu mesin penghampar bergerak. Mesin penggetar

harus diberhentikan apabila mesin penghampar berhenti.

c. Keadaan Khusus

Sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar

pembuangan air (drains), dan pada pelat-pelat tidak beraturan pada jalan

masuk/ramps dan persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk menjamin

kepadatan yang baik.

10. Penyelesaian Akhir

a. Mesin penghampar acuan gelincir.

Mesin penghampar acuan gelincir dirancang untuk sekali lintasandapat

menghampar, memadatkan, membentuk permukaan dan meratakan beton

yang masih plastis, sehingga dapat memberikan beton yang padat, seragam,

dan untuk mendapatkan permukaan yang disyaratkan, hanya memerlukan

penyelesaian akhir (dengan tangan) yang minimum. Mesin penghampar harus

Page 44: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

menggetarkan beton pada seluruh lebar dan ketebalan. Penggetaran biasanya

dilakukan degnan jenis penggetar internal. Mesin penghampar acuan gelincir

sedapat mungkin harus dioperasikan dengan gerakan yang menerus, dan

seluruh operasi pengadukan, pengangkutan, dan penghamparan harus

terkoordinasi agar supaya dapat dicapai kecepatan yang seragam dan

penghentian mesin penghampar yang minimum. Apabila mesin penghampar

perlu dihentikan, maka elemen getar nyapun.harus dihentikan. Mesin

penghampar acuan gelincir mampu mengatasi kesalahan bentuk permukaan

lapis pondasi bawah atau tanah dasar secara teliti, dengan menggunakan

peralatan otomatis

b. Peralatan

Persyaratan uneralatan penyelesaian akhir harus tidak terlalu agar

supaya tidak menutup kemungkinan penggunaan peralatan baru yang lebih

baik. Apabila digunakan secara tepat, alat penyelesaian akhir yang berbentuk

pipa (tube) bias cukup efektif.

c. Prosedur

Terlepas dari jenis alat yang digunakan, hasil yang balk dapat dicapai

bila semua peralatan dikoordinasikan, distel secara tepat, dan dioperasikan

oleh petugas yang berpengalaman. Pada setiap operasi senantiasa disediakan

sedikit cadangan beton di depan peralatan penyelesaian akhir.

d. Pembentukan tekstur permukaan

Permukaan perkerasan harus mencakup tekstur halus dan kasar.

Tekstrur harus diperoleh dari pasir dalam mortar semen. Tekstur kasar

dibentuk dengan cara sebagaimana yang diuraikan di bawah. Berbagai jenis

pola tekstur kasar dapat diterapkan pada permukaan beton. Pada suatu

pekerjaan, mungkin diperlukan tekstur yang berbeda. Metoda pembentukan

tekstur harus dipertimbangkan terhadap lingkungan, kecepatan dan kepadatan

lalu lintas, topografi serta geometrik perkerasan. Tekstur yang kesat dapat

diciptakan pada perkerasan beton dengan menerapkan satu atau lebih metoda

sebagai berikut: menarik lembargoni, menyapu permukaan, menggores

Page 45: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

dengan sisir kawat, atau metoda lainnya. Kekesatan yang sangat tinggi

mungkin diperlukan untuk mendapatkan keamanan tambahan pada daerah-

daerah kritis, misal sekitar gerbong tol, persimpangan padat, atau lokasi lain

dimana frekuensi pengereman, percepatan, atau pembelokan sering terjadi.

Hal ini dapat diatasi dengan pembentuk tekstur yang lebih dalam dari pada

yang biasanya, pengaluran (grooving), atau jika diperlukan dengan

memberikan aluminium oxida, silicon carbide, atau partikel-partikel lain yang

tahan aus ke permukaan beton. Pengaluran harus dilakukan atnara 1-3 jam

sesudah pengecoran.

e. Perapihan tepi

Tepi-tepi sepanjang agaris cetakan dan pada sambungan muai harus

dirapihkan dengan peralatan pembentuk tepi. Sambungan susut, kecuali

apabila yang dibentuk. dengan cara menggergaji juga harus dirapihkan.

Kadang-kadang sambungan pelaksanaan juga perlu dirapihkan, kecuali

apabila sambungan tersebut akan ditakik dan diisi.

f. Jalan masuk dan persimpangan

Biasanya pada jalan masuk dan persimpangan digunakan pelat-pelat

bentuk tak lazim untuk menghindarkan penggunaan alat mekanik yang rumit.

Meskipun bagian perkerasan ini cenderung rusak lebih awal dibandingkan

dengan bagian perkerasan lainnya, sehingga diperlukan usaha tambahan untuk

menghampar dan menyelesaikan beton pada jalan masuk dan persimpangan

tanpa memaksakan diri menggunakan beton dengan slump sangat tinggi atau

eara-cara lainnya yang masih layak.

g. Persyaratan permukaan.

1. Permukaan perkerasan pada jalur utama

Pada jalur utama, permukaan perkerasan arah memanjang harus

mempunyai perbedaan kerataan maksimum 3 mm apabila diukur dengan

mistar 3 meter. Penyimpangan yang lebih dari 3 mm tapi lebih kecil atau

sama dengan 13 mm, harus diperbaiki dengan cara menggerinda

sedemikian rupa, sehingga tidak memberikan permukaan yang licin. Jika

Page 46: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

lebih dari 13 mm, perkerasan harus diganti atau jika mungkin diberi lapis

tambah. Dalam arah melintang, penyimpangan sampai 6,5 mm dalam 3

meter masih diizinkan.

2. Permukaan perkerasan jalan masuk dan persimpangan

Pada jalan masuk dan persimpangan, toleransi permukaan untuk jenis

perkerasan ini, sulit dipenuhi. Usaha tambahan harus dilakukan dengan

menggunakan teknik pelaksanaan yang dapat menghasilkan toleransi

kerataan permukaan seperti pada jalur utama. Atas dasar pertimbangan

tersebut, toleransi kerataan permukaan arah memanjang dapat dinaikkan

2.4. Perawatan dan Perlindungan Beton

Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan

atau segera setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan

beton harus segera ditutup dan dipelihara sesuai dengan salah satu metoda yang

diuraikan di bawah. Dalam semua hal, dimana perawatan memerlukan penggunaan

air, maka operasi perawatan harus dititikberatkan pada penyediaan air. Biasanya masa

perawatan dilakukan selama 7 hari, tapi waktu tersebut dapat diperpendek bila 70

persen kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.

1. Perawatan dengan Selaput

Setelah lapisan air menguap dari permukaan perkerasan, maka

permukaan beton harus segera dilapisi secara merata dengan bahan perawat

selaput cairan dengan menggunakan mesin penyemprot yang sudah teruji

dengan jumlah tidak kurang dari 0,27 liter per m2.

Untuk menjamin kekentalan dan penyebaran pigmen yang merata

dalam bahan perawat, maka bahan perawat dalam tangki penampung harus

diaduk menjelang dipindahkan ke dalam penyemprot dan selama

penyemprotan harus tetap diaduk. Pada bagian-bagian perkerasan di mana

penggunaan mesin penyemprot tidak praktis, sebaiknya digunakan alat

penyemprot manual yang telah teruji. Bidang-bidang tepi perkerasan harus

segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada

Page 47: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan perawat

tersebut harus segera diperbaiki.

2. Perawatan dengan Lembar Goni atau Terpal.

Permukaan dan bidang tegak beton harus seluruh di tutup dengan

lembar goni/ terpal. Sebelum ditutup, lembar penutup harus dibuat jenuh air.

Lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel

dengan permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup

mengeras guna mencegah pelekatan. Selama masa perawatan, lembar penutup

harus tetap dalam keadaan basah dan tetap pada tempatnya.

3. Perawatan dengan Kertas Kedap Air

Setelah beton cukup mengeras (untuk mencegah pelekatan), maka

seluruh permukaan beton harus segera ditutup dengan kertas kedap air. Tepi-

tepi lembar kertas yang satu harus menumpang 30 cm dengan tepi-tepi lembar

yang satu harus menumpang 30 cm dengan tepi-tepi lembar lainnya yang

berdampingan. Kertas kedap air harus cukup lebar untuk menutup seluruh

lebar perkerasan termasuk bidang-bidang tegak setelah acuan dibongkar.

Kertas perawatan harus ditempatkan dan dijaga dalam keadaan menempel

pada permukaan dan bidang-bidang tegak selama masa perawatan. Kertas

yang sobek dan tidak bias ditambal atau diperbaiki, harus dibuang. Kertas

perawatan harus diletakkan hanya pada permukaan yang lembab. Apabila

permukaan beton tampak kering maka permukaan tersebut harus dibasahi

dengan cara menyemprot secara halus untuk mencegah kerusakan pada beton

muda.

4. Perawatan dengan Lembar Polyethylene Putih

Permukaan dan bidang-bidang tegak perkerasan harus seluruhnya

ditutup dengan lembar polyethylene putih yang harus diletakkan ketika

permukaan beton masih lembab. Jika permukaan tampak kering, maka

permukaan harus dibasahi dengan penyemprotan air secara halus sebelum

lembar dipasang. Lembar-lembar yang berdampingan harus mempunyai lebar

tumpangan 45 cm dan harus ditindih sedemikian rupa agar tetap menempel

Page 48: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

pada permukaan. Lembar penutup harus mempunyai lebar yang cukup untuk

dapat menutup permukaan dan bidang-bidang tegak setelah acuan dibongkar.

Lembar polyethylene harus tetap ditempatnya selama masa perawatan. Untuk

memudahkan penanganan, tebal minimum lembar polyethylene sebaiknya 0,1

mm.

5. Perawatan Celah Gergajian

Selama perawatan celah gergajian perkerasan harus dilindungi dari

pengeringan yang cepat. Hal ini seringkali dilakukan dengan kertas pilihan,

atau bahan lainnya yang sesuai.

6. Perlindungan Perkerasan Yang Sudah Selasai

Perkerasan yang sudah selesai dan perlengkapannya harus dilindungi

dari lalu lintas umum dan lalu lintas pelaksanaan. Perlindungan ini termasuk

penyediaan petugas untuk mengatur lalu lintas; memasang dan memelihara

rambu peringatan, lampu lampu, rintangan, jembatan penyeberangan. Setiap

kerusakan yang terjadi pada perkerasan sebelum dibuka. untuk lalu lintas

umum, harus diperbaiki atau diganti.

7. Perlindungan Terbadap Hujan

Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh

hujan, maka setiap saat harus tersedia bahan untuk melindungi beton tersebut,

seperti lembar goni, terpal, kertas perawat, atau lembar plastik. Disamping itu,

apabila digunakan metoda acuan gelincir, maka harus direncanakan

penanggulangan darurat untuk melindungi permukaan dan tepi. Apabila

diperkirakan akan segera turun hujan, maka semua petugas harus mengambil

tindakan yang perlu guna memberikan perlindungan menyeluruh kepada

beton yang belum mengeras.

Page 49: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkerasan kaku adalah suatu susunan kontruksi perkerasan dimana sebagai

lapisan atas digunakan plat beton yang terletak diatas pondasi atau langsung diatas

tanah dasar pondasi (sub grade). Plat beton yang kaku dan memiliki modulus

elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang

melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas

struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri.

Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban

lalu lintas adalah kekuatan beton itu sendiri. Sedangkan kekuatan dari tanah dasar

hanya berpengaruh kecil terhadap kekuatan daya dukung steuktural perkerasan kaku.

Lapis pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudskan untuk

drainase dalam menghindari terjadinya “pumping”.

Surface Course merupakan lapisan yang langsung berhubungan dengan beban

lalu lintas dan terbuat dari PCC. Hal ini memberikan karakteristik gesekan, kelicinan,

dan drainase. Selain itu, memiliki fungsi sebagai lapisan waterproofing base, subbase,

dan tanah dasar. Surface Course dapat bervariasi dalam ketebalan tetapi biasanya

antara 150 mm (6inci) (untuk muatan ringan) dan 300 mm (12inci) (untuk beban

berat dan lalu lintas tinggi).

Base Course berada di bawah lapisan permukaan. Hal ini memberikan

distribusi beban tambahan, kontribusi dan resistensi drainase, memberikan dukungan

lapisan di atasnya dan platform yang stabil untuk peralatan kontruksi (ACPA, 2001).

Bias juga membantu mencegah gerakan tanah dasar karena tertekan dari atas.

Subbase course adalah bagian dari struktur perkerasan antara base course dan tanah

dasar. Fungsi utama adalah dapat pendukung struktural tapi juga dapat:

1. Meminimalisir terjadinya ambles pada jalan

2. Meningkatkan drainase.

Page 50: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

Subbase umumnya terdiri dari bahan bahan kualitas lebih rendah dari pada lapisan

atas, tetapi lebih baik daripada tanah dasar. Bahan agregat yang bagus dan berkualitas

tinggi mengisi struktural. Sebuah subbase tidak selalu dibutuhkan atau digunakan.

Sambungan dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan penyebaran

retakan akibat susut serta untuk menampung pemuaian pelat akibat perubahan suhu

dan kelembaban.

Sambungan memanjang biasanya merupakan sambungan pelaksanaan dan

sambungan susut dipasang membujur jalan. Sedangkan sambungan melintang dapat

berupa sambungan susut ,sambungan muai dan juga sambungan pelaksanaan.

Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan atau

segera setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan beton

harus segera ditutup dan dipelihara sesuai dengan salah satu metoda yang diuraikan di

bawah.

Dalam semua hal, dimana perawatan memerlukan penggunaan air, maka operasi

perawatan harus dititikberatkan pada penyediaan air. Biasanya masa perawatan

dilakukan selama 7 hari, tapi waktu tersebut dapat diperpendek bila 70 persen

kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.

3.2 Saran

Pembuatan makalah ini ditujukan kepada mahasiswa khususnya jurusan sipil

agar sedikit mengerti mengenai perkerasaan kaku. Dengan bekal materi yang ada

dapat memambantu mahasiswa dalam proses perkuliahan. Untuk pengetahuan dan

pengalaman yang lebih mendalam dibutuhkan pembelajaran yang lebih banyak dan

terperinci.

Page 51: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Sondy. 2014. Perkerasan Kaku, (Online),

(http://www.academia.edu/6718906/0_PERKERASAN_KAKU), diakses 8

November 2014.

Bina Marga. 2011. Perkerasan Kaku, (Online),

(http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/BINAMARGA-01-B000058-Binder1.pdf),

diakses 2014.

Reza. 2012. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), (Online),

(http://rezaslash.blogspot.com/2012/12/perkerasan-kaku-rigid-pavement.html),

diakses 9 November 2014.

Wimbawa, Arta. 2013. Perkerasan Kaku, (Online),

(http://www.slideshare.net/Artawimbawa/perkerasan-kaku), diakses 9 November

2014.

Ekabimaranto, A., Fandi. 2012. Perkerasan Kaku, (Online),

(http://eprints.undip.ac.id/33829/6/1625_chapter_II.pdf), diakses 10 November

2014.

Page 52: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

LAMPIRAN

Page 53: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU

DATA PERENCANAAN :

a. Tanah dasar

= k-9kg/cm2 , CBR6%

b. Beton

= MR-40kg/cm2

c. Umur rencana

= 20 tahun

d. Pertumbuhan lalu lintas = 5% per tahun

e. Peranan jalan

= kelas II (arteri primer bebas hambatan)

Data lalu lintas harian pada tahun pembukaan (untuk 2 jalur 1 arah)

Mobil penumpang (1+1) ton = 200 kendaraan

Bus

(3+5) ton = 214 kendaraan

Truck 2 as kecil (2+4) ton = 1428 kendaraan

Truck 2 as besar - ton = - kendaraan

Truck 3 as (6+14) ton = 14 kendaraan

Truck gandengan (6+14+5+5) ton = 8 kendaraan

Menghitung JKNH → untuk kendaraan dengan berat total > 5 ton

Bus

(3+5) ton = 214

Truck 2 as kecil (2+4) ton = 1428

Truck 3 as kecil (6+14) ton = 14

Truck gandengan (6+14+5+5) ton = 8 +

JKNH = 1664 kendaraan

R =

(1+0,005)20-1 = 33,9

log (1+0,05)

JKN = 365 x 1664 x 33,9 = 20.589.504 kendaraan

MENGHITUNG JUMLAH SUMBU KENDARAAN NIAGA

Bus

= 214 x 2 = 428

Truck 2 as kecil =

1428 x

2 =

2856

Truck 3 as = 14 x 2 = 28

Truck gandengan = 8 x 4 = 32 +

JSNH = 3344 sumbu

JSKN = 365 x 3344 x 33,9 = 41.376.984 kendaraan

Page 54: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

MENGHITUNG PROSENTASE BEBAN SUMBU

Beban sumbu 2 ton (STRT) = 1428 : 3344 = 42,70 %

Beban sumbu 3 ton (STRT) = 214 : 3344 = 6,40 %

Beban sumbu 4 ton (STRG) = 1428 : 3344 = 42,55 %

Beban sumbu 5 ton (STRT) = (8x2) : 3344 = 0,48 %

Beban sumbu 5 ton (STRG) = 214 : 3344 = 6,40 %

Beban sumbu 6 ton (STRT) = (14+8) : 3344 = 0,66 %

Beban sumbu 8 ton - = - = - %

Beban sumbu 14 ton (STdRG) = (14+8) : 3344 = 0,66 %

MENGHITUNG REPETISI KUMULATIF MASING-MASING BEBAN SUMBU

(koefisien distribusi = 0,70)

Beban sumbu 2 ton (STRT) = 0.427x41373984x0.70 = 123,68x105

Beban sumbu 3 ton (STRT) = 0.064x41376984x0.70 = 18,54x105

Beban sumbu 4 ton (STRG) = 0.427x41376984x0.70 = 123,68x105

Beban sumbu 5 ton (STRT) = 0.0048x41376984x0.70 = 1,39x105

Beban sumbu 5 ton (STRG) = 0.064x41376984x0.70 = 18,54x105

Beban sumbu 6 ton (STRT) = 0.0066x41376984x0.70 = 1,91x105

Beban sumbu 14 ton (STdRG) = 0.0066x41376984x0.70 = 1,91x105

MENGHITUNG BEBAN SUMBU DENGAN FAKTOR KEAMANAN 1,2

Beban sumbu 2 ton (STRT) x 1,2 = 2,4 ton

Beban sumbu 3 ton (STRT) x 1,2 = 3,6 ton

Beban sumbu 4 ton (STRG) x 1,2 = 4,8 ton

Beban sumbu 5 ton (STRT) x 1,2 = 6,0 ton

Beban sumbu 5 ton (STRG) x 1,2 = 6,0 ton

Beban sumbu 6 ton (STRT) x 1,2 = 7,2 ton

Beban sumbu 8 ton (STRT) x 1,2 = 9,6 ton

Beban sumbu 14 ton (STdRG) x 1,2 = 16,8 ton

Page 55: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

MENGHITUNG TEGANGAN YANG TERJADI

→ Dicoba tebal plat = 17 cm

K = 9 kg/cm3 (ditentukan)

Dari nomogram ybs diperoleh :

Beban sumbu 2,4 ton (STRT) → tegangan yang terjadi tidak terbaca

Beban sumbu 3,6 ton (STRT) → tegangan yang terjadi tidak terbaca

Beban sumbu 4,8 ton (STRG) → tegangan yang terjadi tidak terbaca

Beban sumbu 6,0 ton (STRT) → tegangan yang terjadi = 18,8 ton

Beban sumbu 6,0 ton (STRG) → tegangan yang terjadi = 14 ton

Beban sumbu 7,2 ton (STRT) → tegangan yang terjadi = 21,2 ton

Beban sumbu 9,6 ton (STRT) → -

Beban sumbu 16,8 ton (STdRG) → tegangan yang terjadi = 19,4 ton

MENGHITUNG PERBANDINGAN TEGANGAN

MR = 40 kg/cm2

Beban sumbu 2,4 ton (STRT) = 0

Beban sumbu 3,6 ton (STRT) = 0

Beban sumbu 4,8 ton (STRG) = 0

Beban sumbu 6,0 ton (STRT) = 18,8/40 = 0.47

Beban sumbu 6,0 ton (STRG) = 14/40 = 0.35

Beban sumbu 7,2 ton (STRT) = 21,2/40 = 0.53

Beban sumbu 9,6 ton (STRT) = -

Beban sumbu 16,8 ton (STdRG) = 19,4/40 = 0.485

MENGHITUNG JUMLAH REPITISI UJI TEGANGAN YANG TERJADI

(dilihat dari tabel)

Perb. Tegangan - → repetisi ijin = -

Perb. Tegangan - → repetisi ijin = -

Perb. Tegangan - → repetisi ijin = -

Perb. Tegangan 0,47 → repetisi ijin = -

Perb. Tegangan 0,35 → repetisi ijin = -

Perb. Tegangan 0,53 → repetisi ijin = 240000

Perb. Tegangan -

→ repetisi ijin = -

Perb. Tegangan 0,485 → repetisi ijin = -

Page 56: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

MENGHITUNG JUMLAH PROSENTASE FATIGUE

Perb. Tegangan - =

-

= -

Perb. Tegangan - =

-

= -

Perb. Tegangan - =

-

= -

Perb. Tegangan 0,47 =

-

= -

Perb. Tegangan 0,35 =

-

= -

Perb. Tegangan 0,53 = (190551.9/240000)x100% = 79.40%

Perb. Tegangan - =

-

= -

Perb. Tegangan 0,485 =

-

= -

Total fatigue (%) = 79.40%

Jadi = 79,4% < 100%

▪ KESIMPULAN → Pelat Mencukupi

Page 57: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman
Page 58: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman
Page 59: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman
Page 60: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman
Page 61: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman
Page 62: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

DAFTAR ISTILAH

1. Balok angker melintang (transverse log) sistem konstruksi sambungan yang

dibuat pada ujung-ujung perkerasan beton bertulang menerus dengan balok beton

ditanamkan ke dalam tanah dasar guna memegang gerakan dari pelat.

2. Batang pengikat (tie bars) sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan

memanjang dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.

3. Bahan pengisi sambungan (joint filler) suatu bahan yang bersifat plastis yang

dipasang pada celah sambungan muai, guna mencegah masuknya benda-benda

asing ke dalam celah.

4. Bahan penutup sambungan (joint sealer) suatu bahan yang bersifat elastis yang

dipasang pada bagian atas dari sambungan yang dimaksudkan untuk mencegah

masuknya benda-benda asing ke dalam celah.

5. Batang ulir (deformed bars) batang tulangan prismatis atau yang diprofilkan

berbentuk alur atau spiral yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap muka

batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 diameter batang

pengenalnya/nominal.

6. Beban sumbu standar beban sumbu dengan roda ganda yang mempunyai total

berat sebesar 8,16 ton.

7. California Bearing Ratio (CBR) perbandingan antara beban penetrasi suatu

lapisan tanah atau perkerasan terhadap beban standar dengan kedalaman dan

kecepatan penetrasi yang sama.

8. Dudukan tulangan (reinforcement chairs) dudukan yang dibentuk sedemikian

rupa yang terbuat dari besi tulangan, plastik atau bahan lainnya yang berfungsi

sebagai dudukan tulangan arah memanjang dan melintang.

9. Gompalan (spalling) suatu bentuk kerusakan pada pelat beton yang umumnya

terjadi pada tepi-tepi pelat atau retakan.

10. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN) jumlah sumbu komulatif dari

kendaraan niaga selama umur rencana pada lajur rencana.

Page 63: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

11. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH) jumlah sumbu harian

kendaraan niaga pada awal tahun rencana pada lajur rencana.

12. Jalur lalu-lintas bagian jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan

kendaraan

13. Kuat tarik lentur (flexural strength modulus of rupture) kekuatan beton yang

diperoleh dari percobaan balok beton dengan pembebanan tiga titik yang

dibebani sampai runtuh.

14. Kendaraan niaga kendaraan yang paling sedikit mempunyai dua sumbu atau

lebih yang setiap kelompok bannya mempunyai paling sedikit satu roda tunggal,

dan berat total minimum 5 ton.

15. Kuat tarik langsung kuat tarik beton yang ditentukan berdasarkan kuat tekan

belah silinder beton yang ditekan pada sisi panjangnya.

16. Lalu-lintas harian rata-rata (LHR) jumlah total volume lalu-lintas roda empat

atau lebih dalam satu tahun dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun.

17. Lapis pondasi bawah dengan bahan pengikat (bound sub-base) pondasi

bawah yang biasanya terdiri dari material berbutir yang distabilisasi dengan

semen aspal, kapur, abu terbang (fly ash) atau slag yang dihaluskan sebagai

bahan pengikatnya.

18. Lajur lalu-lintas bagian dari jalur jalan yang diperuntukkan bagi laju satu

lintasan kendaraan.

19. Lajur rencana (LR) suatu lajur lalu-lintas yang menampung lalu-lintas terbesar.

umumnya salah satu lajur jalan dua jalur atau lajur tepi luar dari jalan raya

berlajur banyak.

20. Modulus reaksi tanah dasar (modulus of subgrade reaction) nilai konstanta

pegas (spring constant) dari tanah dasar di dalam menerima beban yang

ditentukan dari percobaan pengujian beban pelat (Plate Bearing).

21. Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (Jointed Unreinforced

Concrete Pavement) jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan

dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya

Page 64: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis

perkerasan ini berkisar antara 4-5 meter.

22. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan (Jointed Reinforced

Concrete Pavement) jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan, yang

ukuran pelatnya berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya

dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis

perkerasan ini berkisar antara 8-15 meter.

23. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan (Continuously

Reinforced Concrete Pavement) jenis perkerasan beton yang dibuat dengan

tulangan dan dengan panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi oleh

adanya sambungan-sambungan muai melintang. Panjang pelat dari jenis

perkerasan ini lebih besar dari 75 meter.

24. Perkerasan beton semen pra-tegang (prestressed concrete pavement) jenis

perkerasan beton menerus, tanpa tulangan yang menggunakan kabel-kabel

pratekan guna mengurangi pengaruh susut, muai dan lenting akibat perubahan

temperatur dan kelembaban.

25. Perkerasan beton semen dengan lapis beton aspal (asphaltic concrete

surfaced rigid pavement) berupa perkerasan beton yang bagian permukaannya

diberi lapisan beraspal.

26. Pelat dengan bentuk tidak lazim (odd shaped slab) pelat yang bentuknya tidak

bujur sangkar atau persegi panjang tetapi umumnya mempunyai bentuk segitiga,

segi banyak dan trapesium.

27. Perkerasan beton semen (rigid pavement) suatu struktur perkerasan yang

umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis beton semen

dengan atau tanpa tulangan.

28. Ruji (dowel) sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis

sambungan melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur beban, sehingga

pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan

yang berarti.

Page 65: PERKERASAN KAKU - emrasipil.files.wordpress.com › 2017 › 11 › perkerasan_kaku.pdf · (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman

29. Sambungan lidah alur (key ways joint) jenis sambungan pelaksanaan

memanjang dimana sebagai sistem penyalur bebannya digunakan hubungan lidah

alur sedangkan untuk memegang pergerakan pelat ke arah horizontal digunakan

batang pengikat.

30. Sambungan muai (expansion joint) jenis sambungan melintang yang dibuat

untuk membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan

ruangan untuk pemuaian.

31. Sambungan pelaksanaan (construction joint) jenis sambungan melintang atau

memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang dicor/dihampar

pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil penghamparan lama

dengan beton hasil penghamparan baru.

32. Sambungan tidak sejalur (mismatched joint) suatu pola sambungan, dimana

sambungan di antara pelat-pelat yang berdekatan tidak berada dalam satu garis

(jalur).

33. Sambungan susut (contraction joint) jenis sambungan melintang yang dibuat

dengan maksud untuk mengendalikan retak susut beton, serta membatasi

pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan

temperatur dan kelembaban. Jarak antara tiap sambungan susut, umumnya dibuat

sama.

34. Stabilisasi suatu tindakan perbaikan mutu bahan perkerasan jalan atau

meningkatkan kekuatan bahan sampai kekuatan tertentu agar bahan tersebut

dapat berfungsi dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada bahan aslinya.

35. Takikan (groove) ruang pada bagian atas sambungan yang dibuat sebagai tempat

bahan penutup.

36. Tegangan lenting (warping stress) tegangan yang terjadi pada pelat beton yang

ditimbulkan oleh melentingnya pelat akibat perbedaan temperatur dan

kelembaban.

37. Umur Rencana (UR) suatu periode tertentu dalam tahun, yang dirancang agar

jalan yang direncanakan dan dipelihara dapat berfungsi selama periode tersebut.