TUGAS AKHIR ANALISIS KESERAGAMAN TEKANAN UNTUK DISTRIBUSI …
Transcript of TUGAS AKHIR ANALISIS KESERAGAMAN TEKANAN UNTUK DISTRIBUSI …
TUGAS AKHIR
ANALISIS KESERAGAMAN TEKANAN UNTUK DISTRIBUSI AIR
BERSIH PADA GEDUNG SURACO BUILDING MAKASSAR
Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Strata Satu Teknik Sipil
Pada Jurusan Sipil (Pengairan)
DISUSUN OLEH :
1. EDY WAHYONO : K 10581 1984 13
2. MUHAMMAD YUSUF : 10581 01207 10
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL (PENGAIRAN)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
iv
ABSTRAK
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan
gedung. Besarnya tekanan air yang baik secara umum standar adalah 1 kg/cm2, sedangkan
tekanan statik diusahakan 4 kg/cm2 hingga 5 kg/cm2 untuk perkantoran, 2.5 kg/cm2 sampai
3.5 kg/cm2 untuk hotel dan perumahan. Tekanan air yang terlalu rendah akan
menyebabkan alat plambing tidak berfungsi. Tekanan air sebaiknya dinaikkan sampai
batas tekanan minimum dari alat plambing. Gedung Suraco Building adalah bangunan
berarsitektur modern minimalis yang dipergunakan sebagai showroom sekaligus kantor
pusat penjualan motor yamaha oleh PT. Suracoabadi Jayamotor. Instalasi plambing perlu
diperhatikan standarisari sesuai denga standar plambing indonesia guna menjaga kinerja
para karyawan PT. Suracoabadi Jayamotor. Berdasarkan hal ini kami terdorong
melakukan penelitian untuk mendapatkan keseragaman tekanan aliran distribusi air
bersih.
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan di Gedung Suraco Building Makassar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian langsung di lapangan.
Penelitian menggunakan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok
pengamatan dan menyediakan kontrol untuk pembandingan studi lapangan. Pengukuran
besar tekanan aliran distribusi air bersih pada gedung Suraco Building Makassar untuk
dapat menghasilkan suatu kesimpulan keseragaman tekanan aliran yang tepat pada
penelitian ini.
Data diambil berdasarkan beberapa variasi. Pengukuran variasi 1 mempunyai
perbedaan nilai tekanan dengan pengukuran tekanan variasi 2 dan variasi 3, dimana nilai
tekanan pengukuran variasi 1 lebih besar dari hasil pengukuran variasi 2 dan pengukuran
variasi 3. Keseragaman tekanan diambil dari variasi 2 dan variasi 3 yang mempunyai nilai
tekanan yang berbeda cukup jauh.
Kesimpulannya nilai keseragaman tekanan pada kran lantai 1 sampai dengan
lantai 5 didapat dari perhitungan senilai 1,84 kgf/cm² dengan cara membagi pipa header
untuk penyalur air baku per lantai dengan memasang gate valve sebagai pengatur
persamaaan tekanan. Untuk mendapatkan nilai keseragaman tekanan untuk aliran
gravitasi yang paling efektif yaitu menyamakan tinggi reservoir terhadap kran air.
Kata kunci: bernoulli, gedung, plambing, keseragaman tekanan.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah Rabbil Alamin Puji dan syukur yang setinggi - tingginya
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Salam dan Sholawat senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW. Yang telah membawa dan mengajarkan dinul
Islam untuk umat manusia terkhusus untuk umat islam.
Proposal komprehensif ini berjudul “Analisis Keseragaman Tekanan
Untuk Distribusi Air Bersih Pada Gedung Suraco Buliding Makassar”.
Disusun guna memenuhi sebagian syarat-syarat akademis yang harus
dipenuhi dalam rangka menyelesaikan program studi Teknik Pengairan
pada jurusan Sipil dan perencanaan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penyusun menyadari jika terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penyusunan tugas akhir ini, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kontruktif dan edukatif demi
kesempurnaan dari tugas akhir ini. Dan akhirnya penulis berdoa semoga
tugas akhir ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya
teknik pengairan.
Makassar, Februari 2016
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Sampul ………………………………………………………………………... i
Lembar Judul …………………………………………………………………. ii
Lembar Pengesahan ……………………….……………………………...... iii
Abstrak …......................…………………….……………………………..... iv
Kata Pengantar ………………………………………………………………. v
Daftar Isi …………………………………………………………..………….. vi
Daftar Notasi ……………………………….…………………....………....... vii
Daftar Gambar …………………………………………………..................... x
Daftar Tabel …………………………………………………………..…...….. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………. 01
B. Rumusan Masalah ……..…………………………………………… 04
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 05
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………...... 05
E. Batasan Masalah ………………………………………………...….. 05
F. Sistematika Penulisan …………………………......……………….. 06
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pressure Drop ……….............……………………………….…….. 07
B. Teori Tekanan ………………………………..……………….…….. 08
C. Aliran Fluida dalam Pipa …………………………......................... 14
D. Distribusi Kecepatan, Tegangan Geser dan Kapasitas Aliran ..... 22
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………....….. 27
B. Jenis Penelitian dan Sumber Data …………..………………....… 27
C. Bahan dan Alat ………………………………………..…………..... 29
D. Teknik Analisis Data…………………………………..………….... 30
E. Asumsi dan Parameter …………………………………………...... 31
F. Prosedur Penelitian ……………………………………………........ 31
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Penelitian ......…......................……………………...... 33
B. Analisis Data ……………….......................……………………..... 38
C. Penyeragaman Tekanan Aliran …………………………………... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………................................…….…………..... 56
B. Saran …………………………....……….................................…... 56
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………....……..... 58
LAMPIRAN
viii
DAFTAR NOTASI
A = Luas penampang (m²)
d = Diameter pipa (mm)
= Diameter pipa (mm)
F = Gaya (N)
f = faktor gesekan Darcy (tak berdimensi)
g = Gravitasi (m/s²)
h = Tinggi, Jarak (m)
h1 mayor = Kerugian mayor (m)
h1 minor = Kerugian minor (m)
K = Koefisien kerugian minor (tak berdimensi)
m = Massa (gr)
m = viskositas kinematik (m²/s)
Q = Debit (m³/s)
PPR = PolyPropylene Random (tak berdimensi)
P = Tekanan (Kgf/cm²)
= Density (Kg/m³)
Re = Bilangan Reynold (tak berdimensi)
ix
t = Waktu (dtk)
v = Kecepatan (m/s)
V = Volume (m³)
w = Gaya berat (N)
z = Beda ketinggian (m)
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tekanan pada kedalaman h dalam cairan ............………………... 9
2. Manometer …………………………………..............……………..... 10
3. Grafik kehilangan energi – kecepatan …….........………………...... 11
4. Aliran laminar (atas) dan aliran turbulen (bawah) …........…….….. 15
5. Percobaan Reynold tentang Aliran laminar (a) dan aliran
turbulen (b) ………………………………………………....……….... 17
6. Penampang saluran silinder membuktikan persamaan
kontinuitas ....……………….……………………………............….... 19
7. Tabung aliran fluida ………………………..............…………….…... 20
8. Diagram Moody …………....................…………..…………….…..... 25
9. Bagan Alir Penelitian ...................................................................... 32
10. Grafik pengukuran tekanan kran air ............................................... 36
11. Grafik perhitungan tekanan kran air ............................................... 48
12. Grafik keseragaman tekanan kran air ............................................. 54
13. Ilustrasi penempatan reservoir keseragaman tekanan .................. 55
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pengukuran tekanan kran air tiap lantai untuk toilet pria dan wanita
dengan keadaan kran lantai lainnya dalam Keadaan
tertutup ............................................................................................. 33
2. Pengukuran tekanan kran air tiap lantai untuk toilet pria dan wanita
dengan keadaan kran lantai lainnya dalam keadaan
terbuka .........…................................................................................. 34
3. Pengukuran tekanan kran air tiap lantai (Lantai 1, lantai 2 dan lantai 3)
untuk toilet pria dan wanita dengan keadaan kran lantai 4 dan lantai 5
dalam keadaan terbuka dan sebaliknya ............................................ 35
4. Hasil perhitungan tekanan dan kecepatan pada berbagai variasi .... 48
5. Hasil perhitungan nilai keseragaman tekanan .................................. 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
pembangunan gedung. Salah satu faktor yang menentukan tingkat
kenyamanan gedung adalah sistem plambing yang digunakan.
Pengertian plambing dalam hal ini adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan
peralatannya di dalam gedung seperti pipa air hujan, pipa air buangan, dan
pipa air minum yang dihubungkan dengan sistem, sedangkan sistem
plambing adalah sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan dan
drainase, termasuk semua sambungan, alat-alat dan perlengkapannya
yang terpasang dalam perumahan dan gedung. (SNI 03-6481-2000
Sistem Plambing, 2000)
Pada sistem penyediaan air bersih, alat plambing dan perlengkapan
plambing harus diberi aliran dengan kualitas dan tekanan yang cukup agar
dapat bekerja baik sesuai dengan standar pemakaian air yang dibutuhkan.
Kualitas air bersih yang dialirkan ke alat plambing dan perlengkapan
plambing harus memenuhi standar kualitas air minum yang dikeluarkan
oleh instansi yang berwenang, sedangkan sistem distribusi air
harus direncanakan sehingga dengan kapasitas dan tekanan air yang
minimal, alat plambing bekerja dengan baik (Satoto E. Nayono, 2011).
2
Besarnya tekanan air yang baik secara umum standar adalah 1
kg/cm2, sedangkan tekanan statik diusahakan 4 kg/cm hingga 5 kg/cm
untuk perkantoran, 2.5 kg/cm sampai 3.5 kg/cm untuk hotel dan
perumahan. Disamping itu beberapa macam peralatan plambing tidak
dapat berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari batas
minimum (Satoto E. Nayono, 2011).
Persyaratan tekanan air pada sistem penyediaan air bersih
sebaiknya :
1. Tekanan air pada setiap saat di titik aliran keluar harus 50 kPa (0.5
kg/cm2), tekanan pada katup penggelontor langsung sekurang-
kurangnya 1 kg/cm2. Pada perlengkapan lain yang mensyaratkan
tekanan yang lebih besar, tekanan air harus sebesar tekanan yang
diperlukan agar perlengkapan tersebut dapat berfungsi dengan baik.
2. Bila tekanan dalam jaringan distribusi air tidak dapat memenuhi
persyaratan tekanan air minum di titik pengaliran keluar, maka harus
dipasang suatu tangki penyediaan air yang direncanakan dan
ditempatkan untuk dapat memberikan tekanan minimum yang
disyaratkan, tangki tersebut dapat berupa tangki bertekanan atau tangki
gravitasi.
3. Bila tekanan air lebih dari 500 kPa (5 kg/cm2) atau bila terdapat katup
atau kran yang menutup sendiri, maka harus dipasang lubang udara
atau alat mekanis untuk mencegah bahaya akibat tekanan, pukulan
3
air dan suara dalam pipa yang tidak dikehendaki. (SNI 03-6481-2000
Sistem Plambing, 2000)
Alat dan perlengkapan plambing harus diberi aliran dengan kuantitas
dan tekanan yang cukup agar dapat bekerja baik tanpa menimbulkan suara
yang berlebihan (SNI 03-6481-2000). Tekanan air yang terlalu rendah akan
menyebabkan alat plambing tidak berfungsi, agar alat plambing berfungsi
secara baik maka tekanan air sebaiknya dinaikkan sampai batas tekanan
minimum dari alat plambing. Sering terjadi untuk menaikkan tekanan air ini
mengambil cara mudah, terlalu berlebihan kapasitasnya dan tidak
terkontrol, contoh dengan mengganti pompa air dan tangki yang sudah ada
dengan pompa air dan tangki yang berkapasitas lebih tinggi atau
menambah ketinggian tangki atap dengan maksud agar mendapatkan
tekanan air yang tinggi sehingga alat plambing akan berfungsi semua.
Memang betul semua alat plambing dengan tekanan yang tinggi semuanya
akan berfungsi dan mengalir, akan tetapi menimbulkan tekanan air dalam
pipa menjadi berlebihan dan sangat tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap
pipa itu sendiri dan peralatan-peralatan yang terpasang pada sistem
penyediaan air bersih itu.
Contoh akibat tekanan air dalam pipa yang terlalu tinggi, bila kita
membuka atau menutup katup secara mendadak sering terdengar suara
benturan keras di dalam instalasi pipa atau kadang-kadang disertai
getaran pada instalasi pipa tersebut, begitu pula kalau kita mematikan
pompa sering mendengar suara keras di dalam pipa keluar, hal ini terjadi
4
karena pengaruh pukulan air yang diakibatkan oleh lonjakan tekanan
secara tiba-tiba akibat katup tertutup maupun aliran berhenti. Pukulan air
dapat mengakibatkan kerusakan di dalam instalasi plambing, untuk
menghindari hal tersebut, di tempat-tempat tertentu dalam instalasi
plambing yang memungkinkan timbulnya tekanan air berlebih perlu
ditambah alat untuk mencegah tekanan air ini.
Gedung Surco Building adalah bangunan berarsitektur modern
minimalis yang dipergunakan sebagai showroom sekaligus kantor pusat
penjualan motor yamaha oleh PT. Suracoabadi Jayamotor sehingga dalam
instalasi plambing perlu diperhatikan standarisari sesuai denga standar
plambing indonesia guna menjaga kinerja para karyawan PT. Suracoabadi
Jayamotor. Berdasarkan hal ini kami terdorong melakukan penelitian untuk
mendapatkan keseragaman tekanan aliran distribusi air bersih dengan judul
“Analisis Keseragaman Tekanan Untuk Distribusi Air Bersih Pada Gedung
Suraco Building Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan pokok masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana mengetahui besar tekanan pada level ketinggian yang
berbeda.
2. Bagaimana mendapatkan nilai keseragaman tekanan distribusi air baku
pada output katup atau kran sesuai nilai tekanan standar SNI.
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan nilai keseragaman tekanan distribusi air bersih pada
gedung Suraco Building.
2. Hasil penelitian bisa digunakan untuk referensi instalasi air bersih dan
penilitian keseragaman tekanan pada gedung berlantai banyak.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian antara lain :
1. Tekanan aliran pada tiap-tiap lantai seragam
2. Menjaga kerusakan pada jaringan pipa distribusi air bersih
3. Dapat dijadikan rujukan dan bahan referensi dalam penelitian aliran
keseragaman pipa distribusi air bersih
4. Berguna sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya
mengenai distribusi keseragaman tekanan aliran air bersih pada
gedung berlantai banyak.
E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Penelitian dilaksanakan di Jl. A. P. Pettarani No. 20, Makassar pada
gedung Suraco Building Makassar dengan pengukuran tekanan kran
dari lantai satu sampai ke lantai lima.
2. Analisis keseragaman tekanan berdasarkan gaya gravitasi.
6
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan gambaran umum dari
keseluruhan penulisan secara sistematis diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tinjauan mengenai permasalahan yang akan menjadi bahan
penelitian dalam penulisan tugas akhir pada suatu wilayah tertentu. Dimana
dalam hal ini mencakup teori-teori beserta formula yang berkaitan langsung
dengan penelitian yang akan dilakukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Merupakan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, peralatan
penelitian serta metode penelitian yang akan digunakan.
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan dilapangan
dan menganalisa keseragaman tekanan aliran aiir pada pipa distribusi,
serta menghitung volume air rata-rata tiap lantai.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya dan saran
yang berhubungan dengan permasalahan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pressure Drop
Pressure drop merupakan istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan penurunan tekanan dari satu titik di dalam sistem
(misalnya aliran didalam pipa) ke titik yang lain yang mempunyai tekanan
lebih rendah. Pressure drop juga merupakan hasil dari gaya-gaya friksi
terhadap fluida yang mengalir didalam pipa. (Geankoplis C. J., 1997).
Pressure drop didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara dua
titik dari jaringan pembawa cairan. Pressure drop terjadi dengan gesekan
kekuatan, yang disebabkan oleh resistensi atau perlawanan terhadap
aliran, pada fluida yang mengalir melalui tabung. Penentu utama resistensi
terhadap aliran fluida adalah aliran kecepatan melalui pipa dan viskositas
(Kekentalan cairan). Pressure drop meningkat berbanding terbalik dengan
gesekan gaya geser dalam jaringan pipa. Sebuah jaringan pipa yang
mengandung kekasaran relatif tinggi serta banyak pipa fitting dan sendi.
Kekasaran permukaan dan sifat fisik lainnya akan mempengaruhi
penurunan tekanan. Kecepatan tinggi aliran dan viskositas fluida tinggi
menghasilkan penurunan tekanan yang lebih besar pada pipa.
8
B. Teori Tekanan
1. Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai besarnya gaya (F) tiap satuan luas
bidang yang dikenainya (A). Apabila suatu zat (padat, cair, dan gas)
menerima gaya yang bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan
zat tersebut, maka dapat dirumuskan :
P = 𝐹
𝐴 ………………………………………..................…….. (1)
dimana;
P = tekanan (N/m²)
F = gaya (N)
A = luas penampang (m²)
Satuan SI (Satuan Internasional) untuk tekanan adalah Pa (Pascal)
turunan dari Newton/m². Dalam teknik memang lebih banyak digunakan
satuan tekanan lain seperti psi (pound per square inch), bar, atm, kgf/m²
atau dalam ketinggian kolom zat cair seperti cmHg.
Apabila suatu titik (benda) berada pada kedalaman h tertentu di
bawah permukaan cairan seperti yang ditunjukkan pada gambar 1,
maka berat benda dalam cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan
yang dipengaruhi oleh kedalaman zat cair ini disebut dengan tekanan
hidrostatis. Tekanan ini terjadi karena adanya berat air yang membuat
cairan tersebut mengeluarkan tekanan.
9
Gambar 1. Tekanan pada kedalaman h dalam cairan
Gaya yang bekerja pada luasan tersebut adalah F = mg = ρAhg,
dengan Ah adalah volume benda tersebut, ρ adalah kerapatan cairan
diasumsikan konstan (kg/m³), dan g adalah percepatan gravitasi (m/s²),
Turunan satuan Newton yaitu 1 N = 1 Kg.m.s² dimana 1 N/m² =
1,0197x105. Kemudian tekanan hidrostatis Ph adalah :
P = 𝑚.𝑔
𝐴 =
𝐴𝑔ℎ
𝐴 = gh …………………………………....... (2)
Contoh pemahaman tekanan hidrostatis dapat di lakukan dengan
percobaan menggunakan kaleng bekas tanpa tutup yang diberi lubang
berbeda pada ketinggian (lubang vertikal lurus), lalu kaleng diisi air, maka
seluruh lubang akan memancarkan air. Tetapi, masing-masing lubang
akan memancarkan air dengan jarak yang berbeda. Lubang paling
dasarlah yang memancrakan air paling deras. Jadi, gaya gravitasi
menyebabkan zat cair dalam wadah selalu tertarik kebawah. Semakin
10
tinggi zat cair dalam wadah, maka akan semakin besar tekanan zat cair
itu, sehingga makin besar juga tekanan zat cair pada dasar wadahnya.
Alat ukur tekanan dan beberapa jenis alat lainnya telah diciptakan
untuk mengukur tekanan, diantaranya adalah Sebuah pengukur vakum
digunakan untuk mengukur tekanan dalam ruang hampa-yang selanjutnya
dibagi menjadi dua subkategori, tinggi dan rendah vakum (vakum dan
kadang-kadang ultra-tinggi). Satuan dari alat ukur tekanan ini biasanya
berupa psi (pound per square inch), psf (pound per square foot), mmHg
(millimeter of mercury), inHg (inch of mercury), bar, atm (atmosphere),
N/m^2 (pascal).
Gambar 2. Manometer
2. Hukum Tekanan Gesek (Triatmo 1996:5)
Reynolds menetapkan melakukan pengukuran kehilangan energi di
dalam beberapa pipa dengan panjang berbeda dan untuk berbagai debit
aliran. Percobaan tersebut memberikan hasil berupa suatu grafik
hubungan antara kehilangan energi hf dan kecepatan aliran V. Gambar
11
3 menunjukan kedua hubungan tersebut yang dibuat dalam skala
logaritmik untuk diameter tertentu.
Bagian bawah dari grafik merupakan garis lurus, dengan
kemiringan 45°, yang menunjukan bahwa hf sebanding dengan V,
yang merupakan sifat aliran laminer. Sedang bagian atas merupakan
garis lurus dengan kemiringan n, dengan n antara 1,75 dan 2,0 yang
tergantung pada nilai Re dan kekasaran. Hal ini menunjukan bahwa
hf sebanding dengan C V , nilai pangkat yang besar berlaku untuk
pipa kasar sedang yang kecil untuk pipa halus. Dari grafik tersebut
terlihat bahwa kehilangan energi pada aliran turbulen lebih besar
dari aliran laminer. Hal ini disebabkan karena adanya turbulensi
(aliran tidak stabil) yang dapat memperbesar kehilangan energi.
3. Pengaruh Tekanan Terhadap Debit Aliran
Fluida yang keluar melalui lubang bawah pada tangki, sesaat
setelah berada diluar lubang mengalami aliran jatuh bebas. Maka
energi petensial fluida yang ada oleh karena kedudukannya
Gambar 3. Grafik kehilangan energi - kecepatan
12
diketinggian tertentu berubah menjadi energi kinetik gerakan fluida
dengan kecepatan tertentu. Maka secara teoritis, aliran fluida itu dapat
dicari dengan kecepatan tertentu dengan menggunakan prinsip
hukum kekekalan energi. Kecepatan jatuhnya aliran fluida kebawah
dapat diangap sebagai gerak jatuh bebas dan secara teoritis dapat
dicari dengan rumus V=√2𝑔ℎ2. Tangki tersebut terbuka terhadap
atmosfer dengan demikian tekanan pada permukaan lubang bawah
tangki dan permukaan air ditangki adalah sama yaitu satu alur.
Nilai h dalam percobaan adalah jarak antara titik permukaan
bebas fluida dan udara dengan titik tengah lubang (orifice ). Semakin
besar nilai h berarti semakin banyak massa air dalam tangki maka
semakin besar pula tekanan pada dasar tangki. Kecepata aliran fluida
juga lebih tinggi, volume yang keluar lebih banyak dan debit airnya
juga lebih tinggi.
Nilai H pada Orifice diukur dari titik tengah orifice ke permukaaan
bebas. Ketinggian tersebut diasumsikan tetap konstan. Persamaan
Bernoulli diaplikasikan dari permukaan bebas hingga ke bagian
tengah dengan tekanan atmosfer lokal dan data elevasi ,
mengabaikan kehilangan yang terjadi diperoleh V= √2𝑔ℎ2. Ini hanya
kecepatan teoritis, karena kehilangan diantara titik permukaan bebas
dan bagian tengah orifice diabaikan. Rasio dari kecepatan aktual (Va)
dengan kecepatan teoritis (Vt) disebut dengan koefisien kecepatan
13
(Cv) yaitu Cv = Va/Vt atau ditulis dengan Va = Cv √2𝑔ℎ2 (Streeter and
Wylie, 1993).
Aliran teoritis dari sebuah tangki besar yang melalui lubang relatif
kecil dengan biasa pada kedalaman h di bawah permukaan bebas
dapat dicari dengan prinsip dari kekekalan energi . Misalkan tangki
terbuka ke atmosfer, tekanan pada permukaan bebas maupun pada
lubang adalah atmosferik dan dengan demikian persamaan Bernouli
memberikan : h= v²/2g. V adalah kecepatan pengeluaran teoritis dan
h adalah Z1 dan Z2 dalam persamaan Bernouli. Kecepatan
pengeluaran sebenarnya adalah Q = Cd a √2𝑔ℎ2. Cd didefenisikan
sebagai koefiisien pengeluaran ( Dugdale,1986).
Hukum Bernouli diterapkan pada zat cair yang mengalir dengan
kecepatan berbeda dalam suatu pipa.
P + ρ g y + ½ ρ v² = C …………………………………………......………. (3)
P = tekanan
ρ.g.y = energi potensial …………………………………………………..... (4)
½ ρ v² = energi kinetik ………………………….……...…………………... (5)
Cepat aliran / debit air (Q) adalah volume fluida yang dipindahkan tiap
satuan waktu.
Q = A.V ………………………………………………………...…….…….... (6)
A1.v1=A2.v2
V = kecepatan fluida (m/s)
A = luas penampang yang dilalui fluida (m²)
14
Untuk zat cair yang mengalir melalui sebuah lubang paga tangki,
maka besar kecepatannya selalu dapat diturunkan dari hukum
Bernouli yaitu :
V = √2𝑔ℎ2 ………………………………………………………………...….. (7)
h adalah kedalaman lubang dari permukaan zat cair (Mirower dan
Ersemhork, 2003).
C. Aliran Fluida dalam Pipa
Fluida yang bergerak dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
katagori. Apakah alirannya steadi atau tak steadi, apakah fluidanya
kompresibel (dapat mampat) atau inkompresibel (tak dapat mampat),
apakah fluidanya viskos atau non-viskos, atau apakah aliran fluidanya
laminar atau turbulen. Jika fluidanya steadi, kecepatan partikel fluida pada
setiap titik tetap terhadap waktu. Fluida pada berbagai bagian dapat
mengalir dengan laju atau kecepatan yang berbeda, tetapi fluida pada
satu lokasi selalu mengalir dengan laju atau kecepatan yang tetap.
Fluida inkompressibel adalah suatu fluida yang tak dapat
dimampatkan. Sebagian besar cairan dapat dikatakan sebagai
inkompressibel. Dengan mudah anda dapat mengatakan bahwa fluida
gas adalah fluida kompressibel, karena dapat dimampatkan.
Sedangkan fluida viskos adalah fluida yang tidak mengalir dengan
mudah, seperti madu dan aspal. Sementara itu, fluida tak-viskos adalah
fluida yang mengalir dengan mudah, seperti air.
15
1. Aliran Laminar dan Turbulen dalam Pipa
Aliran fluida dapat dibedakan menjadi aliran laminar dan aliran
turbulen, tergantung pada jenis garis alir yang dihasilkan oleh partikel-
partikel fluida. Jika aliran dari seluruh partikel fluida bergerak sepanjang
garis yang sejajar dengah arah aliran (atau sejajar dengan garis tengah
pipa, jika fluida mengalir di dalam pipa), fluida yang seperti ini dikatakan
laminar.
Fluida laminar kadang-kadang disebut dengan fluida viskos atau
fluida garis alir (streamline). Kata laminar berasal dari bahasa latin lamina,
yang berarti lapisan atau plat tipis. Sehingga, aliran laminar berarti aliran
yang berlapis-lapis.
Jika gerakan partikel fluida tidak lagi sejajar, mulai saling bersilang
satu sama lain sehingga terbentuk pusaran di dalam fluida, aliran yang
seperti ini disebut dengan aliran turbulen, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4. (bawah).
Gambar 4. Aliran laminar (atas) dan aliran turbulen (bawah)
Karakteristik struktur aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung
dari kecepatan rata-rata aliran dalam pipa, densitas, viskositas dan
diameter pipa. Aliran fluida (cairan atau gas) dalam pipa mungkin
16
merupakan aliran laminer atau turbulen. Perbedaan antara aliran laminar
dan turbulen secara eksperimen pertama sekali dipaparkan oleh
Osborne Reynolds pada tahun 1883. Eksperimen itu dijalankan
dengan menyuntikkan cairan berwarna ke dalam aliran air yang
mengalir di dalam tabung kaca. Jika fluida bergerak dengan kecepatan
cukup rendah, cairan berwarna akan mengalir di dalam sistem membentuk
garis lurus tidak bercampur dengan aliaran air, seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 5 (a).
Pada kondisi seperti ini, fluida masih mengalir secara laminar.
Jadi pada prinsipnya, jika fluida mengalir cukup rendah seperti kondisi
eksperimen ini, maka terdapat garis alir. Bila kecepatan fluida
ditingkatkan, maka akan dicapai suatu kecepatan kritis. Fluida mencapai
kecepatan kritis dapat ditandai dengan terbentuknya gelombang cairan
warna. Artinya garis alir tidak lagi lurus, tetapi mulai bergelombang dan
kemudian garis alir menghilang, karena cairan berwarna mulai menyebar
secara seragam ke seluruh arah fluida air, seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 5 (b).
Perilaku ketika fluida mulai bergerak secara acak (tak menentu)
dalam bentuk arus-silang dan pusaran, menunjukkan bahwa aliran air tidak
lagi laminar. Pada kondisi seperti ini garis alir fluida tidak lagi lurus dan
sejajar, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 (b).
17
Gambar 5. Percobaan Reynold tentang Aliran laminar (a)
dan aliran turbulen (b)
Menurut Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau
laminar dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan
Bilangan Reynold.
Bilangan ini dihitung dengan persamaan berikut :
𝑅𝑒 = 𝑉 𝐷
µ =
𝑉 𝐷
𝑣 ……………………………………..…….........……… (8)
dimana :
Re = Bilangan Reynold (tak berdimensi)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = Diameter pipa (ft atau m)
v = / viskositas kinematik (m²/s)
18
Tabel 1. Jenis Aliran Fluida
JENIS ALIRAN NILAI Re
Laminar < 2100
Transisi 2100 e < 4000
Turbulen > 4000
Tabel 2. Berat jenis air
TEMPERATUR BERAT JENIS
TEMPERATUR BERAT JENIS
t t
(°C) (gr/cm³) (°C) (gr/cm³)
20 0.9982 30 0.9957
21 0.9980 31 0.9954
22 0.9978 32 0.9951
23 0.9976 33 0.9947
24 0.9973 34 0.9944
25 0.9971 35 0.9941
26 0.9968 36 0.9937
27 0.9965 37 0.9934
27.5 0.9964 38 0.9930
28 0.9963 39 0.9926
29 0.9960 40 0.9927
2. Persamaan Kontinuitas
Fluida yang mengalir melalui suatu penampang saluran akan selalu
memenuhi hukum kontinuitas yaitu laju massa fluida yang masuk m1 akan
selalu sama dengan laju massa fluida yang keluar m2, persamaan
kontinuitas adalah sebagai berikut :
m1 = m2 ………………………………………………….........…....… (9)
(ρAV)1 = (ρAV)2 …………………………………………………....… (10)
19
untuk fluida inkompresibel : ρ1 = ρ2 sehingga,
(AV)1 = (AV)2 ……………………………………………………...… (11)
Q1 = Q2 …………………………………………………..........……... (12)
dimana; m = laju massa fluida (kg/s)
Q = debit air (m³/s)
V = kecepatan aliran fluida
(m/s) A = luas penampang dalam pipa (m²)
Gambar 6. Penampang saluran silinder membuktikan persamaan kontinuitas
3. Persamaan Dasar Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan
fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip
ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli
yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu
aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur
aliran yang sama. Asas Bernoulli menyatakan bahwa pada pipa mendatar,
tekanan fluida paling besar adalah pada bagian yang kelajuan alirannya
20
paling kecil. Sebaliknya, tekanan paling kecil adalah pada bagian yang
kelajuan alirannya paling besar.
Suatu persamaan yang banyak dipakai, yang menghubungkan
tekanan, kecepatan, dan elevasi bermula di masa Daniel Bernoulli dan
Leonhrad Euler dalam abad ke-18. Persamaan Bernoulli merupakan
persamaan dasar dari dinamika fluida di mana berhubungan dengan
tekanan (p), kecepatan aliran (v) dan ketinggian (h), dari suatu pipa yang
fluidanya bersifat tak kompresibel dan tak kental, yang mengalir dengan
aliran yang tak turbulen. Tinjau aliran fluida pada pipa dengan ketinggian
yang berbeda seperti Gambar 7.
Bagian sebelah kiri pipa mempunyai luas penampang A1 dan sebelah
kanan pipa mempunyai luas penampang A2. Fluida mengalir disebabkan
oleh perbedaan tekanan yang terjadi padanya. Pada bagian kiri fluida
terdorong sepanjang dl1 akibat adanya gaya F1 = A1p1 sedangkan pada
bagian kanan dalam selang waktu yang sama akan berpindah sepanjang
dl2.
Gambar 7. Tabung aliran fluida
21
Usaha yang dilakukan oleh gaya F1 adalah dW1 = A1 p1 dl1 sedang
pada bagian kanan usahanya
dW2 = - A2 p2 dl2
dW1 + dW2 = A1 p1 dl1 – A2 p2 dl2
Sehingga usaha totalnya adalah:
W1 + W2 = A1 p1 l1 – A2 p2 l2
Bila massa fluida yang berpindah adalah m dan rapat massa fluida
adalah ρ, maka diperoleh persamaan:
W = (p1 – p2) 𝑚
𝑉
Persamaan diatas merupakan usaha total yang dilakukan oleh
fluida. Bila fluida bersifat tak kental, maka tak ada gaya gesek sehingga
kerja total tersebut merupakan perubahan energi mekanik total pada fluida
yang bermasa m. Besarnya tambahan energi mekanik total adalah:
E = ( 1
2 mv₂²-
1
2 mv₁²-) + (mgh₂ – mgh₁ )
Maka
(P₁ - P₂) 𝑚
= (
1
2 mv₂²-
1
2 mv₁²-) + (mgh₂ – mgh₁ )
P₁+ 1
2 v₁² + gh₁ = P₂+
1
2 v₂² + gh₂
Sehingga dapat disimpulkan:
P₁+ 1
2 v₁² + gh₁ = Konstan ………………………………………….. (13)
22
D. Distribusi Kecepatan, Tegangan Geser dan Kapasitas Aliran
Aliran fluida inkompresibel yang bergesekan akan menimbulkan
perubahan kecepatan pada penampang sistem aliran. Perubahan vektor
kecepatan aliran ini dapat dinyatakan dalam suatu persamaan matematika
yang dapat digambarkan dalam bentuk distribusi kecepatan.
Perubahan kecepatan akibat adanya pengaruh gesekan akan
menimbulkan perubahan tegangan geser sepanjang aliran. Perubahan
tegangan geser juga dapat dinyatakan dalam sebuah persamaan
matematika yang dapat digambarkan dalam bentuk distribusi tegangan
geser.
Persamaan matematika untuk distribusi kecepatan diperoleh dengan
menganalisa partikel aliran pada suatu kontrol volume diferensial. Dengan
menerapkan persamaan hukum II Newton untuk menentukan total
gaya pada semua bidang, dan menggabungkan dengan persamaan
deformasi linier fluida akan diperoleh persamaan distribusi kecepatan dan
distribusi tegangan geser. Sedangkan persamaan kapasitas aliran
diperoleh dari integrasi persamaan kecepatan pada luas penampang total.
1. Parameter yang Memengaruhi Besar Tekanan Aliran
a. Kecepatan campuran dan penambahan fraksi volume air
Pengaruh kecepatan campuran dan penambahan air diteliti oleh
Russell dkk. (1959). Secara umum, kecepatan campuran rendah
menyebabkan aliran terpisah atau bertingkat, sementara kecepatan
campuran tinggi menyebabkan aliran beremulsi.
23
b. Viskositas, densitas dan tegangan permukaan
Pengaruh viskositas, diteliti oleh Russell dkk. (1959), Charles dkk.
(1961) dan Arirachakaran dkk. (1989) yang hasilnya menunjukkan bahwa
faktor-faktor tersebut hanya sedikit atau bahkan tidak berpengaruh pada
pola aliran minyak-air yang diamati. Urutan maupun jumlah pola aliran
yang diamati adalah sama, hanya saja transisi dari satu rezim aliran ke
rezim aliran yang lainnya akan tampak pada kecepatan superfisial yang
berbeda jika viskositas minyak yang digunakan berbeda. Ini berarti bahwa
ukuran dari satu daerah rezim aliran bisa sedikit berbeda. Dalam aliran dua
fase, dengan adanya perbedaan densitas yang tinggi antarfase, maka pola
aliran stratified umumnya akan tampak dengan ketentuan rentang variasi
kecepatan campuran yang cukup besar dan variasi fraksi air dibandingkan
pada kasus aliran dua fase dengan perbedaan densitas yang rendah.
c. Geometri Aliran dan Sifat Pelarutan
Geometri aliran seperti diameter pipa, design inlet, dipelajari oleh
Soleimani dkk. (1997), dan sudut kemiringan pipa sebagai
parameter lain yang dapat mempengaruhi pola aliran yang tampak.
Inlet (yaitu pencampuran unit minyak/air) dapat dibentuk dengan cara
yang cenderung untuk menjaga aliran bertingkat. Atau, inlet dapat dibentuk
untuk aliran terdispersi. Sifat pelarutan juga dapat mempengaruhi pola
aliran sebagaimana yang telah diselidiki oleh Clark (1949), Angeli (1996)
serta Angeli dan Hewitt (2000). Secara umum, lebih dipilih pelarutan
24
oleh minyak agar terjadi kontinyuitas dispersi minyak dibanding dengan
pelarutan oleh air untuk mendukung dispersi air yang kontinyu.
d. Suhu dan tekanan:
Suhu dan tekanan mempengaruhi pola aliran dalam arti bahwa
mereka mempengaruhi sifat fisik seperti viskositas, densitas, dll.
2. Rugi-Rugi Aliran
Salah satu hal yang terkena pengaruh oleh berbagai variasi instalasi
pipa seperti perubahan ketinggian, perubahan kecepatan akibat
perubahan penampang dan gesekan fluida adalah adanya perubahan
tekanan pada fluida yang mengalir dalam pipa.
Pada aliran tanpa gesekan, perubahan tekanan dapat dianalisa
dengan persamaan Bernoulli yang memperhitungkan perubahan tekanan
ke dalam perubahan ketinggian dan perubahan kecepatan. Sehingga
perhatian utama dalam menganalisa kondisi aliran nyata adalah pengaruh
dari gesekan. Gesekan akan menimbulkan penurunan tekanan atau
kehilangan tekanan. Berdasarkan lokasi timbulnya kehilangan, secara
umum kehilangan tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu: kerugian mayor dan kerugian minor.
a. Kerugian Mayor
Kerugian mayor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan aliran
fluida pada sistem aliran penampang pipa yang konstan. Kerugian ini untuk
selanjutnya akan disebutkan sebagai head loss.
Head loss mayor untuk aliran turbulen diperoleh :
25
h1 mayor= 𝑓𝑙
𝐷
𝑉²
2𝑔 ………………………………………………..... (14)
Persamaan ini disebut persamaan Darcy-Weisbach, berlaku
untuk setiap aliran, berkembang penuh, steady, inkompresibel baik
pada pipa horizontal maupun di atas bukit. Sedangkan faktor gesekan f,
disebut sebagai faktor gesekan Darcy.
Gambar 8. Diagram Moody
26
b. Kerugian Minor
Kerugian minor adalah kehilangan tekanan akibat gesekan
yang terjadi pada alat kelengkapan pipa seperti katup, belokan, tee,
filter dan pada penampang pipa yang tidak konstan. Kerugian ini untuk
selanjutnya akan disebutkan sebagai head loss. Kerugian minor diberikan
dalam bentuk koefisien kerugian (loss coefficient), yang didefinisikan
sebagai :
𝐾 = 𝑓ℎ1
(𝑉2/2𝑔)=
𝛥𝑃1
2𝑉²
…………………………………………….. (15)
Sehingga, head loss:
h1 minor = 𝐾𝑉²
2𝑔 …………………………………………....….…. (16)
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 (Satu) bulan dengan lokasi
bertempat di Gedung Suraco Building Makassar untuk pengambilan data 1
(satu) minggu dan 3 (tiga) minggu untuk menganalisa hasil penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian langsung di
lapangan. Metode ini dipandang efektif untuk mengkaji Studi Keseragaman
Distribusi Tekanan Aliran Air Pada Sistem Jaringan Pipa Air Bersih Gedung
Suraco Building Makassar untuk pemeliharaan instalasi pipa air bersih.
B. Jenis Penelitian dan Sumber Data
1. Jenis Penelitian
Banyak sekali ragam penelitian yang dapat kita lakukan. Hal ini
bergantung pada tujuan, pendekatan, bidang ilmu, tempat dan sebagainya.
Menurut Margono (2007:1) penelitian adalah semua kegiatan pencarian,
penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu,
untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan
untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta
teknologi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka ketika seseorang
melakukan penelitian memerlukan bentuk atau jenis penelitian tertentu
yang sesuai dengan bidang penelitian yang dilakukannya.
28
Jenis penelitian yang digunakan adalah disesuaikan dengan kondisi
yang sudah ada di lapangan. Dimana kondisi tersebut dibuat suatu
penelitian langsung oleh peneliti. Dengan demikian penelitian langsung ini
adalah penelitian yang digunakan dengan mengadakan pengamatan
terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol dengan tujuan untuk
menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar
hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-
perlakuan tertentu pada beberapa kelompok pengamatan dan
menyediakan kontrol untuk pembandingan.
2. Sumber Data
Pada penelitian ini ditinjau dari Jenis Data & Analisis menggunakan
sumber data yakni :
1. Data primer yang diperoleh langsung dari pengamatan di lapangan
2. Data sekunder yakni data yang diperoleh dari literatur buku maupun
internet yang berkaitan dengan penelitian tekanan pada suatu jaringan
pipa.
C. Bahan dan Alat
1. Bahan Penelitian terdiri dari :
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Air bersih / Air baku, diambil dari bak penampung sementara (Ground
tank) dan sebagai bahan utama dalam penelitian.
2. Roof tank / Tampungan air, bahan roof tank terbuat dari fiber dengan
kapasitas @4.000 liter. Jumlah roof tank yang dipakai sebanyak 4 buah.
29
3. Pipa primer distribusi PPR 65 mm panjang 40 m.
4. Pipa sekunder distribusi PPR 50 mm panjang 80 m.
5. Pipa tersier distribusi PPR 32 mm panjang 80 m.
6. Pipa kwuarter distribusi PPR 20 mm panjang 60 m.
7. Kran air 4 bh.
8. Gate valve kuningan/ PPR 65 jumlah 4 bh.
9. Fitting asesoris pipa PPR.
2. Peralatan Penelitian yang digunakan yaitu :
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Manometer untuk mengukur keseragaman tekanan aliran di tiap-tiap
lantai, jumlah 4 bh.
2. Roll meter/ Meter Laser untuk mengukur panjang pipa distribusi, jumlah
2 bh.
3. Stopwatch adalah alat mengukur waktu digunakan pada pengukuran
debit aliran, jumlah 3 bh.
4. Ember kapasitas 8 liter, jumlah 3 bh.
5. Handphone sebagai alat komunikasi, jumlah 3 bh.
6. Seperangkat alat komputer untuk menghitung analisis keseragaman
tekanan dan penyusunan skripsi.
30
D. Teknik Analisis Data
Studi lapangan yang dilakukan adalah mengukur besar tekanan aliran
distribusi air bersih pada gedung Suraco Building Makassar untuk nantinya
dapat menghasilkan suatu kesimpulan keseragaman tekanan aliran yang
tepat pada penelitian ini yaitu :
- Tekanan aliran distribusi air bersih dengan menggunakan persamaan
2.
P = 𝑚.𝑔
𝐴 =
𝐴𝑔ℎ
𝐴 = gh
- Kecepatan aliran dengan menggunakan persamaan 7.
V = √2𝑔ℎ2
- Keseragaman tekanan dengan menggunakan persamaan 13.
P₁+ 1
2 v₁² + gh₁ = Konstan
E. Asumsi dan Parameter
Berdasarkan rumusan masalah pada bab 1 maka parameter
penelitian sebagai berikut :
1. Debit / Q (m³/dtk)
2. Tekanan / P (kg/m²)
3. Ketinggian / h (m)
4. Diameter pipa / d (mm)
Berdasarkan parameter tersebut maka keseragaman tekanan aliran
gravitasi dalam pipa dipengaruhi oleh ketinggian.
31
F. Prosedur Penelitian
Berikut ini adalah prosedur – prosedur yang dilakukan dalam
penelitian analisis keseragaman tekanan untuk distribusi air baku pada
gedung Suraco Building :
1. Pengukuran parameter dilakukan setelah mempelajari kajian bab II,
pengukuran parameter dimaksudkan untuk mengukur pengaruh
parameter – parameter terhadap tekanan aliran, kecepatan aliran,
ketinggian sumber debit, panjang pipa, dan diameter terhadap
keseragaman tekanan.
2. Setelah mendapatkan besar tekanan kemudian dilakukan analisis data
dengan memakai persamaaan – persamaan rumus yang ada pada bab
II untuk memperoleh nilai keseragaman distribusi air bersih.
32
Flow Chart Penelitian
Gambar 9. Bagan Alir Penelitian
MULAI
Pengukuran
Parameter
Teori Tekanan
- Tekanan (P)
- Kecepatan (v)
- Debit (Q)
- Penampang Pipa (d)
-
Mengukur
- Tekanan Aliran (P)
- Kecepatan (v)
- Ketinggian (h)
- Penampang Pipa (d)
- Besar Tekanan
SELESAI
Analisis Data
Nilai
Keseragaman
33
VOLUME WAKTU h
(ltr) (dtk) Q Q rt-rt (m) Kgf/cm² PSI
1 13.5 11.60 1.16 21 6.00 85.34
2 13.5 11.60 1.16 21 6.00 85.34
1 13.5 11.60 1.16 21 6.00 85.34
2 13.5 11.60 1.16 21 6.00 85.34
1 13.5 11.60 1.16 17 5.75 81.78
2 13.5 11.60 1.16 17 5.75 81.78
1 13.5 11.60 1.16 17 5.75 81.78
2 13.5 11.60 1.16 17 5.75 81.78
1 13.5 11.50 1.17 12 5.50 78.23
2 13.5 11.50 1.17 12 5.50 78.23
1 13.5 11.50 1.17 12 5.50 78.23
2 13.5 11.50 1.17 12 5.50 78.23
1 13.5 11.50 1.17 8 5.25 74.67
2 13.5 11.50 1.17 8 5.25 74.67
1 13.5 11.50 1.17 8 5.25 74.67
2 13.5 11.50 1.17 8 5.25 74.67
1 13.5 11.50 1.17 4 5.00 71.12
2 13.5 11.50 1.17 4 5.00 71.12
1 13.5 11.50 1.17 4 5.00 71.12
2 13.5 11.50 1.17 4 5.00 71.12
NO LOKASI KRANDEBIT (ltr/dtk) TEKANAN
2 LANTAI 2
PRIA
1.16
WANITA
1 LANTAI 1
PRIA
1.16
WANITA
3 LANTAI 3
PRIA
1.17
WANITA
4 LANTAI 4
PRIA
1.17
WANITA
5 LANTAI 5
PRIA
1.17
WANITA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas penelitian, analisis dan pembahasan data
Hasil penelitian langsung dilapangan sebagai berikut :
1. Variasi 1.
Variasi 1 adalah kondisi empat kran terbuka dalam satu lantai.
Sementara kran pada lantai lainnya dalam kondisi tertutup. Alat
pengukur Manometer dipasang pada kran dengan kondisi kran
terbuka. Dimana dapat dijelaskan dalam bentuk grafik seperti gambar
10 yang berdasarkan data pengukuran tabel 3.
Tabel 3. Data pengamatan tekanan dan debit dengan kondisi semua kran dalam satu lantai terbuka dan kran pada lantai lainnya tertutup.
Sumber data: Hasil pengukuran langsung
34
VOLUME WAKTU h
(ltr) (dtk) Q Q rt-rt (m) Kgf/cm² PSI
1 13.5 11.75 1.15 21 5.50 78.23
2 13.5 11.75 1.15 21 5.50 78.23
1 13.5 11.75 1.15 21 5.50 78.23
2 13.5 11.75 1.15 21 5.50 78.23
1 13.5 11.70 1.15 17 5.25 74.67
2 13.5 11.70 1.15 17 5.25 74.67
1 13.5 11.70 1.15 17 5.25 74.67
2 13.5 11.70 1.15 17 5.25 74.67
1 13.5 11.65 1.16 12 4.75 67.56
2 13.5 11.65 1.16 12 4.75 67.56
1 13.5 11.65 1.16 12 4.75 67.56
2 13.5 11.65 1.16 12 4.75 67.56
1 13.5 11.60 1.16 8 4.50 64.00
2 13.5 11.60 1.16 8 4.50 64.00
1 13.5 11.60 1.16 8 4.50 64.00
2 13.5 11.60 1.16 8 4.50 64.00
1 13.5 11.55 1.17 4 4.25 60.45
2 13.5 11.55 1.17 4 4.25 60.45
1 13.5 11.55 1.17 4 4.25 60.45
2 13.5 11.55 1.17 4 4.25 60.45
NO LOKASI KRANDEBIT (ltr/dtk) TEKANAN
2 LANTAI 2
PRIA
1.15
WANITA
1 LANTAI 1
PRIA
1.15
WANITA
3 LANTAI 3
PRIA
1.16
WANITA
4 LANTAI 4
PRIA
1.16
WANITA
5 LANTAI 5
PRIA
1.17
WANITA
2. Variasi 2.
Variasi 2 adalah kondisi empat kran terbuka dalam satu lantai.
Sementara kran pada lantai lainnya dalam kondisi terbuka. Alat
pengukur Manometer dipasang pada kran dengan kondisi kran terbuka,
pengukuran manometer diambil tiap lantai. Dimana dapat dijelaskan
dalam bentuk grafik seperti gambar 10 yang berdasarkan data
pengukuran tabel 4.
Tabel 4 Data pengamatan tekanan dan debit dengan kondisi semua kran dalam satu lantai terbuka dan kran pada lantai lainnya terbuka.
Sumber data: Hasil pengukuran langsung
3. Variasi 3.
Variasi 3 adalah kondisi masing-masing empat kran terbuka dilantai 1,
lantai 2, dan lantai 3, sedangkan kondisi kran pada lantai 4 dan lantai 5
35
VOLUME WAKTU h
(ltr) (dtk) Q Q rt-rt (m) Kgf/cm² PSI
1 13.5 11.75 1.15 21 5.50 78.23
2 13.5 11.75 1.15 21 5.50 78.23
1 13.5 11.75 1.15 21 5.50 78.23
2 13.5 11.75 1.15 21 5.50 78.23
1 13.5 11.70 1.15 17 5.25 74.67
2 13.5 11.70 1.15 17 5.25 74.67
1 13.5 11.70 1.15 17 5.25 74.67
2 13.5 11.70 1.15 17 5.25 74.67
1 13.5 11.65 1.16 12 4.75 67.56
2 13.5 11.65 1.16 12 4.75 67.56
1 13.5 11.65 1.16 12 4.75 67.56
2 13.5 11.65 1.16 12 4.75 67.56
1 13.5 11.60 1.16 8 4.50 64.00
2 13.5 11.60 1.16 8 4.50 64.00
1 13.5 11.60 1.16 8 4.50 64.00
2 13.5 11.60 1.16 8 4.50 64.00
1 13.5 11.55 1.17 4 4.25 60.45
2 13.5 11.55 1.17 4 4.25 60.45
1 13.5 11.55 1.17 4 4.25 60.45
2 13.5 11.55 1.17 4 4.25 60.45
NO LOKASI KRANDEBIT (ltr/dtk) TEKANAN
2 LANTAI 2
PRIA
1.15
WANITA
1 LANTAI 1
PRIA
1.15
WANITA
4 LANTAI 4
PRIA
1.16
WANITA
3 LANTAI 3
PRIA
1.16
WANITA
5 LANTAI 5
PRIA
1.17
WANITA
tertutup. Dan sebaliknya kondisi kran lantai 4 dan lantai 5 terbuka
sedangkan lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 tertutup. Alat pengukur
Manometer dipasang pada lantai yang sama dengan kondisi kran
terbuka. Dimana dapat dijelaskan dalam bentuk grafik seperti gambar
10 yang berdasarkan data pengukuran tabel 5.
Tabel 5. Data pengamatan tekanan dan debit dengan kondisi kran lantai 1 sampai dengan lantai 3 kran dalam keadaan terbuka dan kran lantai 4 dan lantai 5 tertutup dan sebaliknya.
Sumber data: Hasil pengukuran langsung
Berdasarkan data hasil pengukuran pada tabel 3, tabel 4, dan tabel 5.
dapat digambarkan nilai tekanan dalam gambar 10.
36
Gambar 10. Perbandingan pengukuran tekanan berbagai variasi.
Pada gambar 10 garis memperlihatkan bahwa pengukuran tekanan
variasi 1 terjadi peningkatan tekanan secara signifikan seiring dengan
bertambah jarak vertikal dari reservoir. Sedangkan variasi 2 dan 3
menunjukkan nilai tekanan lebih rendah dari pada variasi 1, akan tetapi juga
menunjukkan peningkatan tekanan seiring dengan bertambah jarak vertikal
dari reservoir.
Garis grafik variasi 1 menunjukkan dimana nilai tekanan dari lantai 1
ke lantai 2 terjadi perbedaan nilai tekanan. Nilai tekanan terbesar terjadi
pada lantai 1 memunyai nilai tekanan sebesar 6 kgf/cm² dan nilai tekanan
terendah pada lantai 5 senilai 5 kgf/cm², hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh gravitasi bumi dan jarak atau ketinggian kran terhadap reservoir.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengukuran variasi 1 yaitu semakin
tinggi nilai h (jarak reservoir ke kran air) maka nilai tekanan semakin besar.
37
Pada garis grafik variasi 2 memperlihatkan dimana nilai tekanan dari
lantai 1 ke lantai 2 terjadi perbedaan nilai tekanan. Nilai tekanan terbesar
terjadi pada lantai 1 nilai tekanan sebesar 5,5 kgf/cm² dan nilai tekanan
terendah pada lantai 5 senilai 4,25 kgf/cm². Terjadi perbedaan nilai tekanan
jika dibandingkan dengan pengukuran tekanan variasi 1, hal ini disebabkan
karena tekanan tidak ada yang tersimpan dalam kran (kran dalam keadaan
terbuka disemua lantai). Kesimpulan yang dapat diambil dari pengukuran
variasi 2 yaitu terjadi penurunan nilai tekanan pada semua lantai terhadap
pengukuran variasi 1, dikarenakan tidak ada tekanan pada kran tiap lantai
(kran dalam keadaan terbuka disemua lantai).
Garis grafik variasi 3, dimana nilai tekanan dari lantai 1 ke lantai 5
terjadi perbedaan nilai tekanan. Nilai tekanan pada pengukuran variasi 3
mempunyai nilai tekanan sama besar dengan pengukuran variasi 2 dengan
nilai tekanan terbesar terjadi pada lantai 1 memunyai nilai tekanan sebesar
5,5 kgf/cm² dan nilai tekanan terendah pada lantai 5 senilai 4,25 kgf/cm².
Terdapat persamaan nilai tekanan pada pengukuran variasi 2 dan variasi 3
disebabkan karena nilai tekanan yang tertahan dan terlepas pada
pengukuran variasi 2 dan pengukuran variasi 3 sama.
Dapat diambil kesimpulan dari gambar 4.1 pengukuran variasi 1
mempunyai perbedaan nilai tekanan dengan pengukuran tekanan variasi 2
dan variasi 3, dimana nilai tekanan pengukuran variasi 1 lebih besar dari
hasil pengukuran variasi 2 dan pengukuran variasi 3. Hal ini disebabkan
pada pengukuran variasi 1 ada tekanan pada kran tertutup yang tertahan
38
dan menyebabkan nilai tekanan keluar pada kran yang terbuka. Sedangkan
pengukuran variasi 2 dan pengukuran variasi 3 mempunyai nilai tekanan
yang sama dikarenakan tidak ada perbedaan jumlah nilai yang tertahan dan
yang terlepas pada kran yang tertutup maupun yang terbuka.
B. Analisis Hasil
Pada bagian analisis akan dihitung nilai tekanan berdasarkan aliran
gravitasi, kapasitas aliran teoritis, kecapatan aliran berdasarkan nilai
tekanan ukur, asumsi keseragaman.
1. Variasi 1
a. Menghitung Tekanan (P)
Tekanan dan kecepatan aliran pada rooftank
Tekanan
P = gh
P1 = 1000.9,8.25 = 245.000 kgf/m² = 2,50 kgf/cm²
Kecepatan aliran
v = 2.g.h
v = 2.9,8.25
v = 22,14 m/s
Perubahan penampang pipa diameter 1 ½ “ (Roof tank) ke diameter 8”
(Pipa header)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 22,14 m/s
h1 = 25 m
39
h2 = 25 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.05)².22,14 = ¼.3,14.(0.2)².V2
V2 = 1,38 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+P 2=0,5.1(1,38²-22,14²)+1.9,8(25-25)
P 1+P 2 = 244,04 kgf/m²
P 2 = 2,50 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 8” (Pipa header) ke diameter
2,5” (Pipa Distribusi)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 1,38 m/s
h1 = 25 m
h2 = 21 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.2)².2,34 = ¼.3,14.(0.065)².V2
V2 = 13,10 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(13,10²- 1,38²)+1.9,8(21-25)
40
P 1+P 2 = 45,62 kgf/m²
P 2 = 2,50 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 2,5” (Pipa distribusi) ke
diameter 2” (Pipa penyalur)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 13,10 m/s
h1 = 21 m
h2 = 4 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.065)².22,14 = ¼.3,14.(0.05)².V2
V2 = 22,14 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(22,14²- 13,10²)+1.9,8(4-21)
P 1+P 2 = -9,88 kgf/m²
P 2 = 2,5 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 2” (Pipa penyalur) ke diameter
11/4” (Pipa pembagi)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 22,14 m/s
h1 = 4 m
h2 = 4 m
41
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.05)².22,14 = ¼.3,14.(0.032)².V2
V2 = 54,05 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(54,05²- 22,14²)+1.9,8(4-4)
P 1+P 2 = 1215,31 kgf/m²
P 2 = 2,48 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 1 1/4” (Pipa pembagi) ke
diameter 3/4” (Pipa out)
P1 = 2,48 kgf/cm²
V1 = 54,05 m/s
h1 = 4 m
h2 = 2 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.032)².2,34 = ¼.3,14.(0.02)².V2
V2 = 138,38 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(1,38²- 54,05²)+1.9,8(2-4)
P 1+P 2 = 8.087,92 kgf/m²
42
P 2 = 2,401 kgf/cm²
Untuk perhitungan tekanan variasi 1 pada lantai 2 sampai dengan
lantai 5 dihitung seperti perhitungan diatas, yang membedakan tinggi kran
perlantai. Hasil perhitungan variasi 1 dapat dilihat pada tabel 6.
2. Variasi 2
a. Menghitung Tekanan (P)
Ph = gh
Ph = 1000.9,8.4 = 39.200 kgf/m² = 0,40 kgf/cm²
Tekanan dan kecepatan aliran pada rooftank
Tekanan
P = gh
P1 = 1000.9,8.25 = 245.000 kgf/m² = 2,50 kgf/cm²
Kecepatan aliran
v = 2.g.h
v = 2.9,8.25
v = 22,14 m/s
Perubahan penampang pipa diameter 1 ½ “ (Roof tank) ke diameter 8”
(Pipa header)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 22,14 m/s
h1 = 25 m
h2 = 25 m
Q1 = Q2
43
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.05)².22,14 = ¼.3,14.(0.2)².V2
V2 = 1,38 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+P 2=0,5.1(1,38²-22,14²)+1.9,8(25-25)
P 1+P 2 = 244,13 kgf/m²
P 2 = 2,50 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 8” (Pipa header) ke diameter
2,5” (Pipa Distribusi)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 1,38 m/s
h1 = 25 m
h2 = 21 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.2)².2,34 = ¼.3,14.(0.065)².V2
V2 = 13,10 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(13,10²- 1,38²)+1.9,8(21-25)
P 1+P 2 = 45,66 kgf/m²
P 2 = 2,50 kgf/cm²
44
Perubahan penampang pipa diameter 2,5” (Pipa distribusi) ke
diameter 2” (Pipa penyalur)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 13,10 m/s
h1 = 21 m
h2 = 4 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.065)².22,14 = ¼.3,14.(0.05)².V2
V2 = 22,14 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(22,14²- 13,10²)+1.9,8(4-21)
P 1+P 2 = -9,82 kgf/m²
P 2 = 2,5 kgf/cm²
P 2 = 2,5 kgf/cm² - Ph
P 2 = 2,5-0,40
P 2 = 2,10 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 2” (Pipa penyalur) ke diameter
11/4” (Pipa pembagi)
P1 = 2,10 kgf/cm²
V1 = 22,14 m/s
h1 = 4 m
45
h2 = 4 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.05)².22,14 = ¼.3,14.(0.032)².V2
V2 = 54,05 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(54,05²- 22,14²)+1.9,8(4-4)
P 1+P 2 = 1215,76 kgf/m²
P 2 = 2,08 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 1 1/4” (Pipa pembagi) ke
diameter 3/4” (Pipa out)
P1 = 2,08 kgf/cm²
V1 = 54,05 m/s
h1 = 4 m
h2 = 2 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.032)².2,34 = ¼.3,14.(0.02)².V2
V2 = 138,38 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(138,38²- 54,05²)+1.9,8(2-4)
46
P 1+P 2 = 8.091,29 kgf/m²
P 2 = 2,001 kgf/cm²
Untuk perhitungan tekanan variasi 2 pada lantai 2 sampai dengan
lantai 5 dihitung seperti perhitungan diatas, yang membedakan tinggi kran
perlantai. Pada variasi 2 dan 3 mempunyai nilai tekanan yang sama hal ini
disebabkan karena pengaruh atmosfer pada kran yang terbuka mempunyai
nilai yang sama. Hasil perhitungan variasi 2 dan variasi 3 dapat dilihat pada
tabel 6.
b. Meghitung Kecepatan (v)
1. Variasi 1
V1 = √2. 𝑔. ℎ2
V1 = √2.9,8.21
V1 = 20,29cm/s
Untuk perhitungan kecepatan variasi 1 pada lantai 2 sampai dengan
lantai 5 dihitung seperti perhitungan diatas, yang membedakan tinggi kran
perlantai (h). Hasil perhitungan variasi 1 dapat dilihat pada tabel 6.
2. Variasi 2
Nilai kecepatan perbandingan perlantai :
Vh = √2. 𝑔. ℎℎ
Vh = √2.9,8.4
Vh = 8,85m/s
Kecepatan pada lantai 1
47
V1 = √2. 𝑔. ℎ2 - Vh
V1 = √2.9,8.21 - 8,85
V1 = 11,43 m/s
Untuk perhitungan kecepatan variasi 2 pada lantai 2 sampai dengan
lantai 5 dihitung seperti perhitungan diatas, yang membedakan tinggi kran
perlantai. Pada variasi 2 dan 3 mempunyai nilai kecepatan yang sama hal
ini disebabkan karena pengaruh atmosfer pada kran yang terbuka
mempunyai nilai yang sama. Hasil perhitungan variasi 2 dan variasi 3 dapat
dilihat pada tabel 6.
c. Kontrol jenis aliran (Re)
Diameter kran air 0,02 m
viskositas kinematik 0,000000823 (m²/s)
1. Variasi 1
𝑅𝑒 = 𝑉 𝐷
µ =
𝑉 𝐷
𝑣
𝑅𝑒 = 11,43.0,02
0,000000823
Re = 277.851 > 4000 (Aliran Turbulen)
Untuk perhitungan nilai bilangan renold (Re) pada variasi 1, variasi 2,
dan variasi 3 untuk lantai 2 sampai dengan lantai 5 dihitung seperti
perhitungan diatas, dengan memasukan nilai kecepatan pada masing-
masing variasi perlantai. Hasil perhitungan bilangan renold (Re) dapat
dilihat pada tabel 6.
48
P V P V P V
(Kgf/cm²) (m/s) (Kgf/cm²) (m/s) (Kgf/cm²) (m/s)
1 LANTAI 1 21 2.40 20.29 493,024 > 4,000 2.00 11.43 277,851 > 4,000 2.00 11.43 277,851 > 4,000
2 LANTAI 2 17 2.36 18.25 443,591 > 4,000 1.60 9.40 228,418 > 4,000 1.60 9.40 228,418 > 4,000
3 LANTAI 3 12 2.32 15.34 372,691 > 4,000 1.20 6.48 157,518 > 4,000 1.20 6.48 157,518 > 4,000
4 LANTAI 4 8 2.28 12.52 304,301 > 4,000 0.80 3.67 89,128 > 4,000 0.80 3.67 89,128 > 4,000
5 LANTAI 5 4 2.24 8.85 215,173 > 4,000 0.40 0.00 - < 2,100 0.40 0.00 - < 2,100
Re Re Re
VARIASI 2NO LANTAI
TINGGI
(h)
VARIASI 3
PERHITUNGAN
VARIASI 1
Tabel 6. Hasil perhitungan tekanan dan kecepatan pada berbagai variasi
Sumber data: Hasil perhitungan
Gambar 11. Perbandingan perhitungan tekanan berbagai variasi.
Dari hasil perhitungan dituangkan pada tabel 6 dan gambar grafik 11.
Besarnya nilai tekanan pada variasi 1 berbeda dengan variasi 2 dan variasi
3. Dari hasil perbandingan pengamatan dan perhitungan didapat nilai
tekanan yang berbeda, dimana nilai tekanan pada pengamatan lebih besar
dari nilai perhitungan hal ini disebabkan karena hasil nilai pengamatan
dilapangan dipengaruhi oleh daya tekan pompa booster yang ada di
rooftank, sedangkan pada perhitungan murni hanya terjadi gaya gravitasi.
49
Sehingga didapat besaran nilai tekanan pompa yaitu nilai tekanan
pengamatan dikurangi dengan nilai tekanan hasil perhitungan.
C. Penyeragaman Tekanan Aliran
Penyeragaman tekanan kran dilakukan dengan cara membagi out put pipa
header dimana semula satu output untuk distribusi ke semua lantai menjadi
lima output pipa header untuk distribusi ke permasing-masing lantai,
sehingga tiap lantai mempunyai pipa penyalur masing-masing. Dasar nilai
penyeragaman tekanan diambil nilai tekanan pada kran lantai 5 senilai 2,24
kgf/cm². Untuk mendapatkan nilai sama pada tiap pipa penyalur dikasih
Gave Valve sebagai penahan tekanan guna mendapatkan nilai tekanan
yang sama dari lantai 1 sampai dengan lantai 5 senilai 2,24 kgf/cm². Berikut
adalah hasil analisa perhitungan dasar nilai keseragaman tekanan kran
lantai 5 sebagai berikut :
a. Menghitung Tekanan (P)
Tekanan dan kecepatan aliran pada rooftank
Tekanan
P = gh
P1 = 1000.9,8.25 = 245.000 kgf/m² = 2,50 kgf/cm²
Kecepatan aliran
v = 2.g.h
v = 2.9,8.25
v = 22,14 m/s
50
Perubahan penampang pipa diameter 1 ½ “ (Roof tank) ke diameter 8”
(Pipa header)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 22,14 m/s
h1 = 25 m
h2 = 25 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.05)².22,14 = ¼.3,14.(0.2)².V2
V2 = 1,38 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+P 2=0,5.1(1,38²-22,14²)+1.9,8(21-21)
P 1+P 2 = 244,13 kgf/m²
P 2 = 2,50 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 8” (Pipa header) ke diameter
2,5” (Pipa Distribusi)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 1,38 m/s
h1 = 25 m
h2 = 21 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
51
¼.3,14.(0.2)².2,34 = ¼.3,14.(0.065)².V2
V2 = 13,10 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(13,10²- 1,38²)+1.9,8(21-21)
P 1+P 2 = 45,66 kgf/m²
P 2 = 2,50 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 2,5” (Pipa distribusi) ke
diameter 2” (Pipa penyalur)
P1 = 2,50 kgf/cm²
V1 = 13,10 m/s
h1 = 21 m
h2 = 21 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.065)².22,14 = ¼.3,14.(0.05)².V2
V2 = 22,14 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(22,14²- 13,10²)+1.9,8(21-21)
P 1+P 2 = 2,49 kgf/m²
Perubahan penampang pipa diameter 2” (Pipa penyalur) ke diameter
11/4” (Pipa pembagi)
52
P1 = 2,49 kgf/cm²
V1 = 22,14 m/s
h1 = 21 m
h2 = 21 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.05)².22,14 = ¼.3,14.(0.032)².V2
V2 = 54,05 m/s
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(54,05²- 22,14²)+1.9,8(21-21)
P 1+P 2 = 1215,76 kgf/m²
P 2 = 2,48 kgf/cm²
Perubahan penampang pipa diameter 1 1/4” (Pipa pembagi) ke
diameter 3/4” (Pipa out)
P1 = 2,48 kgf/cm²
V1 = 54,05 m/s
h1 = 21 m
h2 = 18 m
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2
¼.3,14.(0.032)².2,34 = ¼.3,14.(0.02)².V2
V2 = 138,38 m/s
53
P 1 = P 2
P 1+ P 2 = 0,5(v2²- v1²)+g(h2-h1)
P 1+ P 2 = 0,5.1(1,38²- 54,05²)+1.9,8(18-21)
P 1+P 2 = 8.091,09 kgf/m²
P 2 = 2,24 kgf/cm² - 0,40 kgf/cm
P 2 = 1,84 kgf/cm²
b. Menghitung kecepatan
V = √2. 𝑔. ℎ
V = √2.9,8.4
V = 8,85 m/s
c. Kontrol jenis aliran (Re)
Diameter kran air 0,02 m
viskositas kinematik 0,000000823 (m²/s)
𝑅𝑒 = 𝑉 𝐷
µ =
𝑉 𝐷
𝑣
𝑅𝑒 = 8,85.0,02
0,000000823
Re = 215.173 > 4000 (Aliran Turbulen)
Untuk analisa perhitungan keseragaman tekanan pada lantai 1
sampai dengan lantai 4 dihitung seperti perhitungan diatas, Hasil
keseragaman tekanan dapat dilihat pada tabel 7.
54
Tabel 7. Hasil perhitungan nilai keseragaman tekanan.
NO LANTAI
TINGGI PERHITUNGAN
(h) P V
Re (Kgf/cm²) (m/s)
1 LANTAI 1 21 1.84 8.85 215,173 > 4,000
2 LANTAI 2 17 1.84 8.85 215,173 > 4,000
3 LANTAI 3 12 1.84 8.85 215,173 > 4,000
4 LANTAI 4 8 1.84 8.85 215,173 > 4,000
5 LANTAI 5 4 1.84 8.85 215,173 > 4,000
Sumber data: Hasil perhitungan
Gambar 12. Grafik perhitungan keseragaman tekanan.
Dari hasil perhitungan penyeragaman nilai tekanan gravitasi dapat dilihat
pada tabel 7 dan grafik 12. Dimana nilai keseragaman tekanan didapat
dengan cara membagi pipa induk/ header ke masing-masing lantai
55
dengan dikasih hambatan Gate Valve untuk menyamakan tekanan kran
permasing-masing lantai. Lebih jelasnya diilustrasikan pada gambar 13.
Gambar 13. Ilustrasi penempatan reservoir keseragaman tekanan.
Gate Valve
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil penelitian dan analisis keseragaman tekanan
untuk distribusi air bersih pada Gedung Suraco Building Makasar,
selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keseragaman tekanan diambil berdasarkan variasi 2 dimana terjadi
perbedaan tekanan saat semua kran pada lantai terbuka. Nilai tekanan
terbesar pada variasi 2 di lantai 1 senilai P = 1,60 kgf/cm² dan terendah
pada kran lantai 5 senilai P = 0,0 kgf/cm²
2. Nilai keseragaman tekanan pada kran lantai 1 sampai dengan lantai 5
didapat dari perhitungan senilai P = 1,84 kgf/cm² dengan cara membagi
pipa header untuk penyalur air baku per lantai dengan memasang gate
valve sebagai pengatur persamaaan tekanan. Untuk mendapatkan nilai
keseragaman tekanan untuk aliran gravitasi yang paling efektif yaitu
menyamakan tinggi reservoir terhadap kran air.
B. Saran.
Persyaratan tekanan air pada sistem penyediaan air bersih
sebaiknya :
1. Untuk penelitian lanjutan disarankan out put/ Kran pengukuran
tekanan minimal perlantai ada 10 out put/ kran, guna lebih bermanfaat.
57
2. Tekanan air lebih dari P= 500 kPa (5 kg/cm2) atau bila terdapat katup
atau kran yang menutup sendiri, maka harus dipasang lubang udara
atau alat mekanis yang dibenarkan untuk mencegah bahaya akibat
tekanan, pukulan air dan suara dalam pipa yang tidak dikehendaki.
3. Dalam pengukuran tekanan air baku disarankan memakai alat
Manometer digital untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat
dibandingkan dengan Manometer analog.
58
DAFTAR PUSTAKA
Dua K.S.Y, Klaas. 2009. Desain Jaringan Pipa. Mandar Maju, Bandung.
Dugdale, R.H. 1986. Mekanika Fluida. Erlangga, Jakarta
Efriandi, Rohman. 2004. Pengaruh Jumlah Saluran Distribusi Terhadap
Total Kerugian Head Pada Instalasi Pompa Sentrifugal.
Unram, Mataram.
Geankoplis, C.J. 1997.Transport Process and Unit Operation. Third Edition.
New Delhi: Prentice-Hall of India.
Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Mirower, A. W. dan N. Ersemhork. 2003. Hidraulika Terapan. Pradnya
Paramita, Jakarta.
M. Olson, Reuben., and Wright, Steven J., 1993. Dasar-Dasar Mekanika
Fluida Teknik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
M. White, Frank dan Hariandja, Manahan. 1988. Mekanika Fluida
(terjemahan). Erlangga, Jakarta.
Mody, L. F., Friction Factors for Pipe Flow. Transaction of the ASME, vol.
66, 1944.
Munson, Bruce R., and Young, Donald F., 2005. Mekanika Fluida,
Erlangga, Jakarta.
Nayono, Satoto E.2011. Plambing Sanitasi . Yogyakarta.
Raswari. 1986. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
59
Raswari, 1987. Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Standar Perencanaan Sistem Plambing (SNI 03-6481-2000 Sistem
Plumbing, 2000).
Streeter, V. L., and Wylie, E. Benjamin. 1993. Mekanika Fluida, Erlangga,
Jakarta.
Streeter, Victor L. dan Prijono, Arko 1988. Mekanika Fluida (terjemahan).
Erlangga, Jakarta.
Suhariono, Edi. 2008. Analisa Head Losses dan Koefisien Gesek
Pada Pipa. Kalimantan Scientiae.
Triatdjo, Bambang,1993. Mekanika Fluida.Universitas Gajah Mada
,Yogyakarta.
Triatdjo, Bambang.1995. Hidroulika 1. Beta Offset, Yogyakarta.
White, FF.M. 2006. Mekanika Fluida.Erlangga, Jakarta.
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 1
Instalasi distribusi air bersih lantai 1 s/d lantai 5
62
Lampiran 2
Diagram wearing Instalasi distribusi air bersih atap
63
Lampiran 3
Diagram wearing Instalasi distribusi air bersih lantai 1, lantai 2, lantai 3, l
4 dan lantai 5
64
Lampiran 4
Diagram wearing instalasi distribusi keseragaman tekanan air bersih atap
65
Lampiran 5
Diagram wearing instalasi distribusi keseragaman tekanan air bersih
lantai 4 dan lantai 5
66
Lampiran 6
Diagram wearing Instalasi distribusi keseragaman tekanan air bersih lantai
1, lantai 2, dan lantai 3.
Gambar 2.11 Diagram wearing Instalasi distribusi air bersih lantai 3 dan lantai 2
67
Lampiran 7
Dokumentasi pengambilan data dilapangan.
Pemasangan Manometer
Pengambilan data tekanan kran lantai 5
68
Pengambilan data tekanan kran lantai 4
Pengambilan data tekanan kran lantai 3
69
Pengambilan data tekanan kran lantai 2
Pengambilan data tekanan kran lantai 1