Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur-...

46
31 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Koefisien Tekstur Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan 4.1.1 Koefisien tekstur fragmentasi batuan berukuran seragam Koefisien tekstur ( KT ) adalah suatu indikator yang menunjukkan tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan. Fragmentasi yang dimaksudkan disini adalah butiran yang dihasilkan dari suatu kegiatan peledakan. Koefisien tekstur ini biasa dinyatakan dalam suatu angka. Pengertian tingkat keseragaman butiran atau fragmentasi batuan hasil peledakan yang dimaksudkan di sini bukanlah berdasarkan pada besar kecilnya ukuran suatu fragmen batuan hasil peledakan tetapi lebih kepada keseragaman ukuran antar butiran

Transcript of Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur-...

Page 1: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

31

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Koefisien Tekstur Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan

4.1.1 Koefisien tekstur fragmentasi batuan berukuran seragam

Koefisien tekstur ( KT ) adalah suatu indikator yang menunjukkan tingkat

keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan. Fragmentasi yang dimaksudkan

disini adalah butiran yang dihasilkan dari suatu kegiatan peledakan. Koefisien

tekstur ini biasa dinyatakan dalam suatu angka. Pengertian tingkat keseragaman

butiran atau fragmentasi batuan hasil peledakan yang dimaksudkan di sini

bukanlah berdasarkan pada besar kecilnya ukuran suatu fragmen batuan hasil

peledakan tetapi lebih kepada keseragaman ukuran antar butiran yang dihasilkan

dari kegiatan peledakan. Jadi yang ditekankan disini bukan ukuran fragmentasi

batuan secara individu tetapi derajat keseragamannya.

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan kelereng sebagai spesimen

diketahui bahwa suatu fragmentasi batuan hasil peledakan yang berukuran

seragam diindikasikan dengan nilai KT = 1. Penjelasan lebih lanjut mengenai

penelitian ini dapat diamati pada gambar dan hasil analisis perhitungan nilai KT

kelereng pada lampiran A.

Bila mengamati Lampiran A, dapat dilihat bahwa kelereng yang digunakan

sebagai spesimen penelitian berukuran 15 mm dan 12 mm. Alasan pemilihan

31

Page 2: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

32

kelereng sebagai spesimen penelitian adalah karena kelereng memiliki bentuk dan

ukuran yang sama sehingga dapat disimpulkan kelereng memiliki tingkat

keseragaman yang paling baik. Kemudian nilai KT kelereng tersebut akan

dihitung dengan menggunakan metode analisis KT yang terdapat pada persamaan

2.5.

Berdasarkan hasil perhitungan KT untuk kedua spesimen ini dapat dilihat

bahwa nilai koefisien tekstur yang dimiliki oleh kedua kelereng ini hampir sama,

yaitu 1.03 untuk kelereng berukuran 15 mm dan 1.02 untuk kelereng yang

berukuran 12 mm. Seharusnya kedua kelereng ini menghasilkan nilai KT yang

sama yaitu satu. Akan tetapi karena proses digitasi yang dilakukan pada fragmen

batuan kurang akurat, sehingga nilai KT yang dihasilkan tidak tepat satu. Jadi

dapat dilihat bahwa KT tidak memperhatikan besar ukuran fragmentasi yang

dihasilkan tetapi derajat keseragaman ukuran antar fragmentasi yang dihasilkan.

Jadi secara lebih jauh dapat dilihat bahwa sebenarnya KT menjelaskan tentang

hubungan yang rumit antar fragmentasi batuan hasil peledakan dalam arti

menjelaskan derajat keseragaman ukuran antarfragmentasi batuan yang dihasilkan

tanpa terlalu memperhatikan besar atau kecilnya ukuran fragmentasi batuan yang

dihasilkan.

Lebih lanjut yang harus diketahui lebih mendalam tentang nilai KT fragmentasi

batuan hasil peledakan yang seragam sama dengan satu adalah faktor – faktor

yang mempengaruhinya. Bila diamati lebih jauh pada hasil perhitungan analisis

koefien tekstur ( Lampiran A ), maka dapat dilihat bahwa sebenarnya nilai KT

menjelaskan tentang hubungan yang rumit antarfragmentasi batuan hasil

Page 3: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

33

peledakan. Hubungan yang rumit ini menyangkut 4 faktor utama, yaitu derajat

pemadatan butir (AW), bentuk bulat dari butir yang digambarkan dengan nilai

FFo, bentuk lonjong butir yang digambarkan dengan nilai AR₁ dan orientasi sudut

butir yang digambarkan dengan nilai AF₁.

Berdasarkan hasil analisis koefisien tekstur tersebut dapat diketahui bahwa KT

akan bernilai satu jika yang berpengaruh pada fragmentasi batuan hasil peledakan

hanya 1 atau 2 parameter saja, yaitu derajat pemadatan butir (AW) dan faktor

bentuk (FFo) yang mewakili bentuk butir yang bulat. Hal ini dikarenakan jika

dimasukkan ke dalam persamaan 2.5, maka parameter AR₁, AF₁ dan N₁/(N₀+N₁)

akan bernilai 0 karena kelereng yang dianalisis di dalam daerah acuan memiliki

bentuk dan ukuran yang sama serta tidak memiliki arah orientasi. Secara lebih

jauh dapat diamati bahwa jika hanya 1 atau 2 parameter yang mempengaruhi

fragmentasi hasil peledakan maka tentu saja hubungan antarfragmentasi batuan

yang dihasilkan tidaklah serumit seperti ketika 4 faktor yang mempengaruhi

fragmentasi batuan hasil peledakan. Oleh karena itu nilai koefisien yang

dihasilkan akan bernilai satu yang menggambarkan bahwa fragmentasi batuan

hasil peledakan seragam baik dalam bentuk maupun ukurannya.

4.1.2 Koefisien tekstur fragmentasi batuan berukuran tidak seragam

Setelah diketahui bahwa koefisien tekstur fragmentasi batuan hasil peledakan

yang berukuran seragam diindikasikan dengan nilai KT = 1, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak seragam

memilki nilai KT < 1 dan KT >1. Penjelasan lebih lanjut untuk KT fragmentasi

hasil peledakan yang tidak seragam ini seperti yang tercantum di bawah ini ;

Page 4: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

34

Nilai KT > 1

Nilai KT fragmentasi batuan hasil peledakan lebih besar satu menunjukkan

ketidak seragaman fragmentasi batuan. Ketidak seragaman ini terjadi pada

fragmentasi batuan yang berukuran besar yang dianalisis dalam suatu daerah

acuan Hal ini dikarenakan keempat parameter langsung mengontrol atau

mempengaruhi fragmentasi batuan tersebut. Secara lebih jauh dapat diamati

bahwa terjadi hubungan yang rumit di antara fragmentasi batuan hasil

peledakan yang diakibatkan oleh keempat faktor tersebut. Untuk nilai KT

lebih besar satu, dibedakan lagi atas 2, yaitu nilai KT lebih besar satu

mendekati nilai satu ( misalnya 1.06 – 1.1) dan nilai KT lebih besar satu

menjauhi nilai satu ( misalnya 1.16 – 1.60 ). Untuk nilai KT lebih besar satu

mendekati nilai satu dapat terjadi jika 4 parameter bekerja atau

mempengaruhi secara langsung fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain

itu fragmen yang dihasilkan cenderung berukuran besar tetapi banyak yang

memiliki ukuran dan bentuk sama dan sedikit yang memiliki ukuran dan

bentuk yang beda. Sedangkan untuk nilai KT lebih besar satu menjauhi satu

dapat terjadi jika fragmentasi batuan yang dihasilkan banyak yang memiliki

ukuran dan bentuk yang beda dan sedikit yang memiliki ukuran dan bentuk

yang sama.

Nilai KT < 1

Nilai KT fragmentasi batuan hasil peledakan lebih kecil satu menunjukkan

ketidak seragaman fragmentasi batuan. Ketidak seragaman ini terjadi pada

fragmentasi batuan yang berukuran kecil yang dianalisis dalam suatu daerah

Page 5: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

35

acuan Hal ini dikarenakan keempat parameter langsung mengontrol atau

mempengaruhi fragmentasi batuan tersebut. Secara lebih jauh dapat dilihat

bahwa terjadi hubungan yang rumit di antara fragmentasi batuan hasil

peledakan yang diakibatkan oleh keempat faktor tersebut. Untuk nilai KT

lebih kecil satu, dibedakan lagi atas 2, yaitu nilai KT lebih kecil satu

mendekati nilai satu ( misalnya 0.8 – 0.9) dan nilai KT lebih kecil satu

menjauhi nilai satu ( misalnya 0.5 – 0.7 ). Untuk nilai KT lebih kecil satu

mendekati nilai satu dapat terjadi jika 4 parameter bekerja atau

mempengaruhi secara langsung fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain

itu fragmentasi yang dihasilkan cenderung berukuran kecil tetapi banyak

yang memiliki ukuran dan bentuk sama dan sedikit yang memiliki ukuran

dan bentuk yang beda. Sedangkan untuk nilai KT lebih kecil satu menjauhi

satu dapat terjadi jika fragmentasi batuan yang dihasilkan banyak yang

memiliki ukuran dan bentuk yang beda dan sedikit yang memiliki ukuran

dan bentuk yang sama.

4.2 Analisis Nilai Koefisien Tekstur Perusahaan

Analisis nilai KT ini dilakukan dengan mengambil spesimen dari 3 perusahaan

pertambangan batu andesit yang berlokasi di Padalarang. Spesimen yang berupa

foto ini kemudian dianalisis dengan menggunakan metode koefisien tekstur.

Selanjutnya pembahasan mengenai nilai KT akan dijelaskan per perusahaan yang

digunakan sebagai lokasi pengambilan spesimen.

Page 6: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

36

4.2.1 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Nurmuda Cahaya

Secara umum hasil perhitungan nilai koefisien tekstur PT. Nurmuda Cahaya

seperti pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT Nurmuda Cahaya

Foto AW N₀ N₁ N₀/( N₀ + N₁ ) N₁/(N₀ + N₁ ) 1/FF₀ AR₁ AF₁ KT1 0.92 32 23 0.58 0.42 1.27 2.06 0.76 1.282 0.93 24 17 0.59 0.41 1.37 1.96 0.84 1.383 0.92 28 20 0.58 0.42 1.56 2.29 0.74 1.494 0.86 34 18 0.65 0.35 1.75 2.05 0.84 1.505 0.82 31 27 0.53 0.47 1.41 2.004 0.83 1.256 0.69 29 22 0.57 0.43 1.69 2.02 0.91 1.217 0.74 28 10 0.74 0.26 1.72 1.87 0.93 1.288 0.81 23 16 0.59 0.41 1.75 1.78 0.85 1.349 0.82 22 13 0.63 0.37 1.35 1.96 0.98 1.28

10 0.73 29 13 0.69 0.31 1.75 1.85 0.76 1.2011 0.83 22 11 0.67 0.33 1.59 1.81 0.97 1.3612 0.76 30 14 0.68 0.32 1.82 1.77 0.95 1.3513 0.76 38 12 0.76 0.24 1.79 1.73 0.52 1.2014 0.77 33 18 0.65 0.35 2.13 1.9 0.87 1.5115 0.77 29 12 0.71 0.29 1.96 1.89 0.92 1.46

Rata-rata Nilai KT/peledakan 1.35

Berdasarkan tabel perhitungan nilai KT di atas, dapat dilihat bahwa

fragmentasi batuan hasil peledakan PT. Nurmuda Cahaya tidak seragam. Hal ini

dikarenakan nilai KT tidak sama dengan satu. Lebih jauh dapat dilihat juga bahwa

nilai KT fragmentasi batuan per foto di atas masuk ke dalam kelas fragmentasi

batuan hasil peledakan yang tidak seragam dengan nilai koefisien tekstur lebih

besar satu. Hal ini dapat terjadi karena fragmentasi batuan yang dianalisis dalam

daerah acuan berukuran cenderung besar. Pemilihan fragmentasi yang besar ini

dilakukan karena fragmentasi yang besar memiliki penampakan yang lebih jelas

bila dibandingkan dengan fragmentasi batuan yang kecil sehingga akan sangat

Page 7: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

37

memudahkan dalam proses pengukuran fragmentasi batuan untuk analisis

koefisien tekstur.

Untuk membantu dan memudahkan analisis nilai KT PT. Nurmuda Cahaya,

maka spesimen berupa foto-foto akan dikelompokkan berdasarkan kedekatan nilai

KT. Selanjutnya akan dilakukan analisis perkelompok terhadap nilai KT.

Berdasarkan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur di atas, maka nilai KT dapat

dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu :

a. KT bernilai 1.20 – 1.21

Berdasarkan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur di atas, dapat dilihat

bahwa nilai KT yang diperoleh dari spesimen bervariasi. Kisaran nilai KT

yang paling mendekati satu bila dibandingkan dengan nilai KT yang lain

tampak pada foto 6, 10 dan 13 ( Lampiran B ) dengan nilai KT masing-

masing 1.21, 1.20 dan 1.20. Nilai-nilai KT yang diperoleh dari foto-foto ini

relatif sama. Hal ini dikarenakan parameter yang mengontrol fragmentasi

batuan cenderung sama yaitu kombinasi dari derajat pemadatan butir (AW),

Faktor bentuk ( FFo ), Aspek ratio butir ( AR₁ ) dan Faktor sudut ( AF₁ ).

Bila diamati nilai-nilai KT di atas dapat diketahui bahwa fragmentasi

batuan hasil peledakan tidak seragam. Hal ini dikarenakan banyak

fragmentasi batuan yang bentuk dan ukurannya tidak sama sebagai akibat

dari kombinasi 4 parameter di atas. Lebih lanjut nilai-nilai KT ini bila

dibandingkan dengan nilai-nilai lain cenderung lebih mendekati satu. Hal ini

menunjukkan bahwa meskipun tidak banyak tapi ada beberapa fragmentasi

yang cenderung memiliki bentuk dan ukuran yang seragam. Untuk lebih

Page 8: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

38

jelasnya, dapat diamati pada foto 6 dan 10 yang memiliki penampakan foto

yang hampir sama. Jika dilihat secara seksama dapat diamati bahwa bila

dibandingkan dengan foto-foto yang lain kedua foto ini cenderung memiliki

fragmentasi butir yang hampir sama meskipun tidak banyak. Hal inilah yang

membuat nilai KT pada kedua foto ini lebih kecil atau mendekati satu bila

dibandingkan dengan foto-foto lain.

Sedangkan jika kita mengamati foto 13, maka akan terdapat kejanggalan

yaitu meskipun foto 13 memiliki nilai KT yang sama dengan foto 10 dan

lebih kecil dari foto 6, akan tetapi jika melihat dari fotonya dapat diamati

bahwa fragmentasi butir yang dimiliki tidak banyak yang sama bila

dibandingkan dengan foto 6 dan 10. Untuk menjelaskan kejanggalan ini, bisa

diamati nilai AW pada foto 13. Nilai AW yang dimiliki oleh foto 13 adalah

0.76. Hal ini berarti ada 0.24 bagian dari daerah acuan yang belum

terdefinisikan. Ada kemungkinan bahwa 0.24 bagian yang belum

terdefinisikan ini memiliki fragmentasi yang bentuk dan ukurannya relatif

seragam sehingga menghasilkan nilai KT yang dekat dengan foto 6 dan 10.

b. KT bernilai 1.25 – 1.28

Kisaran nilai KT di atas tampak pada foto 1, 5, 7 dan 9 dengan nilai KT

masing-masing 1.28, 1.25, 1.28 dan 1.28. Nilai-nilai ini menggambarkan

kondisi fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak seragam. Hal ini

disebabkan fragmentasi batuan yang dihasilkan dari peledakan tidak memiliki

bentuk dan ukuran yang seragam. Lebih jauh dapat dilihat bahwa ketidak

Page 9: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

39

seragaman ini disebabkan 4 parameter utama yang mempengaruhi KT

langsung mengontrol fragmentasi tersebut.

Untuk foto 5 memiliki nilai KT 1.25 yang lebih kecil bila dibandingkan

dengan ketiga foto lainnya. Hal ini disebabkan foto 5 memiliki komposisi

fragmentasi batuan hasil peledakan yang lebih merata bila dibandingkan

dengan ketiga foto lainnya. Bila mengamati foto 5, dapat diketahui bahwa

meskipun fragmentasi batuan yang dihasilkan tersebar merata dalam arti

bentuk dan ukuran yang dihasilkan bervariasi antara yang besar, sedang dan

kecil tetapi karena ada beberapa fragmentasi batuan yang bentuk dan

ukurannya hampir seragam untuk variasi bentuk fragmentasi batuan yang

besar, sedang dan kecil maka menghasilkan nilai KT yang lebih kecil bila

dibandingkan dengan ketiga foto lainnya.

Berlawanan dengan foto 5, bila diamati foto 1,7 dan 9, maka dapat dilihat

bahwa bila dibandingkan dengan foto 5, ketiga foto ini cenderung memiliki

fragmentasi batuan yang seragam, yaitu bentuk fragmentasi batuannya yang

cenderung berukuran besar. Akan tetapi kemudian, permasalahan yang

muncul adalah meskipun bentuk fragmentasi batuan yang dihasilkan

berukuran besar namun karena ukuran yang besar itu hanya berlaku secara

individu maka menghasilkan nilai KT yang lebih besar dari foto nomor 5.

Hal ini semakin menegaskan bahwa KT menekankan derajat keseragaman

antarfragmentasi batuan tanpa terlalu memperhatikan berapa besar ukuran

fragmentasi tersebut.

Page 10: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

40

c. KT bernilai 1.34 – 1.38

Kisaran nilai-nilai KT ini tampak pada foto 2, 8, 11 dan 12 dengan nilai

KT masing-masing 1.38, 1.34, 1.36 dan 1.35. Nilai-nilai KT ini

menggambarkan fragmentasi hasil peledakan yang tidak seragam. Untuk foto

2, dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan tersebar merata,

dalam arti komposisi batuannya bervariasi antara yang besar, sedang dan

kecil. Akan tetapi permasalahan yang muncul kemudian adalah fragmentasi

batuan cenderung berdiri sendiri sehingga tidak terlihat adanya keseragaman

antarfragmentasi batuan. Lebih jauh bila mengamati nilai N₁ / ( N₀ + N₁ )

pada foto 2 dapat dilihat bahwa nilainya cukup besar yaitu 0.41 yang

menggambarkan ada cukup banyak fragmentasi batuan yang berbentuk

lonjong dengan aspek ratio di atas batas diskriminasi. Akibat dari adanya

parameter ini, maka terjadi pengaruh khusus terhadap fragmentasi batuan

yaitu mengenai orientasi arahnya. Hal lain yang bisa diamati dari foto 2,

adalah nilai 1/FFo yang cenderung besar dengan nilai 1.37 dan nilai AR₁

yang juga cukup besar dengan nilai 1.96. Kombinasi dari parameter-

parameter dengan nilai yang besar ini mengakibatkan nilai KT pada foto 2

menjadi tinggi.

Berbeda dengan foto 2, maka terdapat sedikit kejanggalan pada foto 8 dan

11. Bila mengamati penampakan fragmentasi batuan pada kedua foto ini

dapat diketahui bahwa seharusnya kedua foto ini memiliki nilai KT yang

relatif sama. Hal ini dikarenakan bila dilihat secara sepintas dapat diamati

bahwa fragmentasi batuan untuk kedua foto ini cenderung sama. Bila diamati

Page 11: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

41

kedua foto ini dapat dilihat bahwa foto 8 memiliki nilai KT yang lebih kecil

dengan nilai 1.34 bila dibandingkan dengan foto 11 dengan nilai 1.36.

Untuk menjelaskan permasalahan ini, maka bisa diamati nilai AW untuk

kedua foto ini. Bisa dilihat bahwa AW untuk foto 8 bernilai 0.81 lebih kecil

dari AW untuk foto 11 yang bernilai 0.83. Hai ini berarti ada 0.19 bagian

dari daerah acuan pada foto 8 yang belum terdifinisikan dan ada 0.17 bagian

dari daerah acuan pada foto 11 yang belum terdefinisikan. Ada kemungkinan

bahwa 0.19 bagian yang dimiliki foto 8 memiliki fragmentasi batuan dengan

bentuk dan ukuran yang relatif seragam lebih banyak daripada 0.17 bagian

yang dimiliki foto 11. Sedangkan untuk foto 12 dengan nilai KT 1.35

menunjukkan kondisi fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak

seragam. Hal ini dikarenakan banyak fragmentasi batuan hasil peledakan

yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak seragam. Jika dibandingkan

dengan foto 11, maka dapat dilihat bahwa nilai KT foto 12 lebih kecil dari

foto 11. Hal ini dikarenakan nilai AW pada foto 12 dengan nilai 0.76 lebih

kecil dari nilai AW pada foto 11 dengan nilai 0.83.

d. KT bernilai 1.46 – 1.51

Kisaran nilai-nilai KT ini tampak pada foto 3, 4, 14 dan 15 dengan nilai

KT masing-masing 1.49, 1.50, 1.51 dan 1.46. Nilai-nilai ini merupakan nilai

KT yang paling menjauhi nilai KT = 1, jika dibandingkan dengan nilai-nilai

KT lainnya. Bila mengamati foto 3, 4 dan 14 dapat dilihat bahwa ketiga foto

ini cenderung memiliki nilai KT yang relatif sama. Hal ini dikarenakan bila

dilihat secara sepintas maka, dapat dilihat bahwa secara umum ketiga foto ini

Page 12: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

42

memiliki penampakan fragmentasi batuan hasil peledakan yang relatif sama,

yang dicirikan dengan fragmentasi batuan besar dan sedikit sekali yang

berukuran sedang dan kecil dan antarfragmentasi batuan tersebut tidak

terdapat keseragaman dalam hal kesamaan bentuk dan ukuran fragmentasi.

Hal inilah yang mengakibatkan nilai KT untuk ketiga foto ini cenderung

sama. Lebih jauh bila mengamati nilai-nilai yang dimiliki parameter-

parameter yang mempengaruhi KT untuk ketiga foto ini, dapat dilihat bahwa

nilai-nilai yang dimiliki setiap parameter cenderung bernilai tinggi. Hal ini

yang mengakibatkan nilai KT yang tinggi untuk ketiga foto ini.

Berbeda dengan ketiga foto di atas, bila diamati foto 15 dapat dilihat

bahwa foto 15 memiliki nilai KT yang lebih kecil dari ketiga foto ini, yaitu

bernilai 1.46. Hal ini dikarenakan bila diamati secara sepintas dapat dilihat

bahwa fragmentasi batuan yang dimiliki oleh foto 15 kelihatan lebih

seimbang komposisi batuan yang berukuran dan berbentuk hampir seragam.

Hal ini yang menyebabkan nilai KT pada foto 15 lebih kecil dari nilai KT

ketiga foto di atas. Lebih jauh bila melihat nilai-nilai yang dimiliki setiap

parameter yang mempengaruhi KT pada foto 15, dapat dilihat bahwa nilai-

nilai yang dimiliki oleh setiap parameter pada foto 15 lebih kecil dari yang

dimiliki oleh parameter pada ketiga foto di atas. Hal inilah yang

menyebabkan nilai KT foto 15 lebih kecil dari nilai KT ketiga foto di atas.

4.2.2 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Gunung Padakasih

Secara umum hasil perhitungan KT PT. Gunung Padakasih seperti pada tabel

4.2 di bawah ini.

Page 13: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

43

Tabel 4.2. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT. Gunung Padakasih

Foto AW N₀ N₁ N₀/( N₀ + N₁ ) N₁/(N₀ + N₁ ) 1/FF₀ AR₁ AF₁ KT1 0.72 35 12 0.74 0.26 1.69 1.82 1 1.242 0.72 25 17 0.60 0.40 2.08 2.01 0.82 1.373 0.67 36 13 0.73 0.27 1.72 1.79 0.88 1.134 0.63 23 12 0.66 0.34 1.52 1.92 0.97 1.035 0.81 20 16 0.56 0.44 2.08 2.09 0.88 1.60

Rata-rata Nilai KT/ peledakan 1.27

Berdasarkan tabel perhitungan KT di atas dapat dilihat bahwa fragmentasi

batuan yang dihasilkan tidak seragam. Hal ini dikarenakan kisaran nilai-nilai KT

yang dihasilkan tidak sama dengan satu. Lebih jauh dapat dilihat bahwa

fragmentasi batuan hasil peledakan ini dipengaruhi oleh 4 parameter utama yang

langsung mengontrol fragmentasi batuan tersebut. Kombinasi dari 4 parameter ini

mengontrol tinggi atau rendahnya nilai KT yang dimiliki oleh fragmentasi batuan

hasil peledakan.

Nilai KT paling tinggi diperoleh pada foto 5 dengan nilai 1.60

(Lampiran C ). Bila diamati foto 5 secara sepintas dapat dilihat bahwa fragmentasi

batuan pada foto 5 dicirikan dengan batuan yang berbentuk dan berukuran besar.

Fragmentasi batuan ini memiliki bentuk dan ukuran yang tidak seragam. Hal ini

yang menyebabkan nilai KT tinggi. Lebih jauh lagi bila diperhatikan nilai-nilai

yang dimiliki oleh setiap parameter pada foto 5, dapat dilihat bahwa parameter-

parameter yang ada pada foto 5 memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi

dibandingkan dengan parameter-parameter pada keempat foto yang lainnya, yaitu

parameter AW dengan nilai 0.81, parameter 1/FFo dengan nilai 2.08, N₁/(N₀+N₁)

dengan nilai 0.44 dan parameter AR₁ dengan nilai 2.09. Nilai-nilai parameter yang

Page 14: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

44

cenderung tinggi ini sebenarnya menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang

memiliki banyak fragmentasi batuan berukuran besar dan berbentuk lonjong

dengan nilai AR di atas batas diskriminasi dan tidak memiliki derajat

keseragaman antarfragmentasi batuan. Kombinasi dari parameter-parameter

dengan nilai yang tinggi ini yang mengakibatkan foto 5 memiliki nilai KT yang

paling tinggi bila dibandingkan keempat foto lainnya karena semakin besar atau

tinggi nilai yang dimiliki oleh setiap parameter maka akan semakin kuat

mengontrol dan mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan. Hal ini jelas

berlawanan dengan teori yang mengatakan bahwa nilai KT akan semakin kecil

yang menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang seragam jika hanya

dikontrol atau dipengaruhi oleh 1 atau 2 parameter saja.

Variasi nilai-nilai KT lainnya ditemukan pada foto 2, 1 dan 3 dengan nilai KT

masing-masing adalah 1.37, 1.24 dan 1.13. Nilai-nilai KT ini menggambarkan

fragmentasi batuan yang tidak seragam. Bila diamati ketiga foto ini, dapat dilihat

bahwa ketiga foto ini menggambarkan kondisi komposisi fragmentasi batuan yang

terdiri dari fragmentasi batuan berukuran besar, sedang dan kecil. Fragmentasi

batuan yang tidak seragam ini disebabkan tidak adanya keseragaman

antarfragmentasi batuan, dalam arti pada ketiga foto ini hanya terdapat sedikit

fragmentasi batuan yang memiliki bentuk dan ukuran yang seragam.

Bila memperhatikan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur, dapat dilihat

bahwa nilai-nilai KT dari ketiga foto ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang

dimiliki oleh setiap parameter yang ada pada ketiga foto ini. Sama seperti pada

foto 5 ketiga foto ini memiliki nilai KT yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan

Page 15: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

45

nilai yang dimiliki setiap parameter pada ketiga foto ini juga cukup tinggi. Lebih

jauh bila diamati ketiga foto ini dapat dilihat bahwa nilai-nilai KT yang dimiliki

ketiga foto ini tidak sama, dalam arti ada foto yang memiliki nilai KT lebih kecil

atau besar dari foto yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai

yang dimiliki setiap parameter yang ada pada ketiga foto itu.

Misalnya, foto 2 dengan nilai KT 1.37 memiliki nilai koefisien tekstur yang

lebih tinggi daripada foto 1 dan 3. Hai ini disebabkan nilai yang dimiliki setiap

parameter pada foto 2 cenderung lebih tinggi daripada kedua foto tersebut, yaitu

AW dengan nilai 0.72, N₁/(N₀ + N₁) dengan nilai 0.40, 1/FFo dengan nilai 2.08

dan AR₁ dengan nilai 2.01. Hal yang sama berlaku untuk foto 1 dan 3, yang

menjelaskan mengapa nilai KT yang dimiliki kedua foto itu cenderung tinggi dan

nilai KT pada foto 1 lebih tinggi dari foto 3.

Nilai KT terkecil tampak pada foto 4 dengan nilai 1.03. Hal ini dikarenakan

foto 4 memiliki parameter-parameter dengan nilai terkecil bila dibandingkan

dengan foto-foto yang lain, yaitu AW dengan nilai 0.63, N₁/( N₀ + N₁) dengan

nilai 0.34, 1/FFo dengan nilai 1.52 dan AR₁ dengan nilai 1.92. Kombinasi dari

parameter-parameter dengan nilai kecil ini menyebabkan KT pada foto 4 bernilai

paling kecil. Tentu saja hal ini menjelaskan kurang kuatnya parameter-parameter

mengontrol fragmentasi batuan pada foto 4 bila dibandingkan dengan keempat

foto lainnya.

4.2.3 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Silva Andia Utama

Secara umum hasil perhitungan nilai KT PT. Silva Andia Utama tampak

seperti pada tabel 4.3 di bawah ini.

Page 16: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

46

Tabel 4.3. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT. Silva Andia Utama

Foto AW N₀ N₁ N₀/( N₀ + N₁ ) N₁/(N₀ + N₁ ) 1/FF₀ AR₁ AF₁ KT1 0.67 24 14 0.63 0.37 1.89 1.91 0.84 1.192 0.65 26 10 0.72 0.28 1.52 1.91 0.82 0.993 0.56 20 25 0.44 0.56 2.22 2.23 0.79 1.104 0.69 30 23 0.57 0.43 2.22 1.98 0.59 1.225 0.67 30 13 0.70 0.30 2.22 1.98 0.83 1.37

Rata-rata Nilai KT/peledakan 1.18

Berdasarkan tabel perhitungan nilai KT PT. Silva Andia Utama dapat dilihat

bahwa nilai-nilai KT yang dihasilkan rata-rata memiliki nilai yang lebih kecil

daripada kedua perusahaan sebelumnya. Meskipun begitu variasi nilai-nilai KT ini

tetap menunjukkan fragmentasi batuan yang tidak seragam. Hai ini dikarenakan

nilai-nilai KT yang dihasilkan tidak sama dengan satu.

Nilai KT paling tinggi diperoleh pada foto 5 dengan nilai KT 1.37 ( Lampiran

D ). Foto 5 menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang terdiri dari banyak

fragmentasi batuan besar dan sedikit yang sedang dan kecil. Lebih jauh bila

memperhatikan nilai-nilai dari setiap parameter yang ada pada foto 5 dapat dilihat

bahwa foto 5 memiliki nilai-nilai yang sedikit lebih tinggi bila dibandingkan

dengan keempat foto lainnya, yaitu AW dengan nilai 0.67, 1/FFo dengan nilai

2.22 dan AR₁ dengan nilai 1.98 dan AF₁ dengan nilai 0.83. Kombinasi dari nilai-

nilai parameter yang tinggi ini menyebabkan foto 5 memiliki nilai KT yang paling

tinggi. Berlawanan dengan foto 5, foto 4 memiliki nilai KT sedikit di bawah foto

5 dengan nilai 1.22. Bila diamati foto 4, dapat dilihat bahwa hampir sebagian

besar nilai parameter sama dengan foto 5. Seharusnya foto 4 memiliki nilai yang

paling tidak sama dengan foto 5, akan tetapi karena nilai AF₁ lebih kecil daripada

Page 17: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

47

foto 5, maka foto 4 memiliki KT yang lebih kecil dari foto 5. Nilai AF ₁ pada foto

4 adalah 0.59 sedangkan nilai AF₁ pada foto 5 adalah 0.83. Nilai AF₁ yang besar

menunjukkan bahwa pengaruh faktor sudut pada foto 5 lebih kuat daripada foto 4.

Nilai-nilai KT yang lain diperoleh pada foto 1 dan 3 dengan nilai KT 1.19 dan

1.10. Bila diperhatikan kedua foto ini dapat dilihat bahwa foto 1 menunjukkan

kondisi fragmentasi batuan yang terdiri dari komposisi batuan besar dan sedang

dengan persentase fragmentasi batuan terbanyak adalah fragmentasi batuan besar.

Sedangkan sebaliknya foto 3 menunjukkan kondisi fragmentasi batuan yang

terdiri dari komposisi batuan besar dan sedang dengan persentase fragmentasi

batuan terbanyak adalah fragmentasi batuan sedang. Lebih jauh bila dilihat hasil

perhitungan nilai KT pada kedua foto ini, dapat dilihat bahwa foto 3 memiliki

nilai KT lebih kecil daripada foto 1 meskipun nilai 1/FFo dan AR₁ lebih besar

daripada foto 3. Hal ini disebabkan foto 3 memiliki nilai AW dan AF₁ lebih kecil

daripada foto 1, yaitu 0.56 dan 0.79. Dapat dilihat bahwa hampir setengah bagian

dari daerah acuan pada foto 3 yang tidak terdefinisikan. Ada kemungkinan bahwa

0.44 bagian ini terdiri dari fragmentasi batuan yang memiliki bentuk dan ukuran

yang hampir seragam.

Nilai KT paling kecil diperoleh pada foto 2 dengan nilai KT 0.99. Hal ini

disebabkan foto 2 dikontrol oleh kombinasi parameter-parameter dengan nilai

lebih kecil bila dibandingkan dengan keempat foto lainnya, yaitu AW dengan nilai

0.65, N₁/(N₀ + N₁) dengan nilai 0.28, 1/FFo dengan nilai 1.52 dan AR₁ dengan

nilai 1.91.

Page 18: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

48

Bila diamati rata-rata nilai KT untuk ketiga Perusahaan di atas, dapat dilihat

bahwa PT. Silva Andia Utama memiliki fragmentasi batuan yang cenderung lebih

seragam bila dibandingkan dengan kedua Perusahaan lainnya. Hal ini dikarenakan

PT. Silva Andia Utama memiliki rata-rata nilai KT yang paling kecil dan

mendekati satu bila dibandingkan kedua Perusahaan lainnya, yaitu 1.18. Nilai

rata-rata KT yang dimiliki PT. Nurmuda Cahaya adalah 1.35 sedangkan PT.

Gunung Padakasih memiliki nilai KT 1.27.

4.3 Analisis Fragmentasi Batuan Dengan Model Kuzram

Model Kuz-ram digunakan untuk menaksir dan memperkirakan distribusi

ukuran fragmentasi batuan. Sama seperti metode koefisien tekstur yang digunakan

untuk mengetahui tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan, model

Kuz-ram juga bisa digunakan untuk mengukur tingkat keseragaman fragmentasi

batuan. Hal yang membedakan antara model Kuz-ram dan koefisien tekstur

adalah output dari kedua metode ini. Koefisien tekstur menghasilkan output

berupa angka atau nilai koefisien tekstur yang mengindikasikan tingkat

keseragaman fragmentasi batuan sedangkan Kuz-ram menghasilkan output berupa

suatu kurva atau grafik distribusi ukuran fragmentasi batuan. Dengan

menganalisis kurva atau grafik ini dapat diketahui tingkat keseragaman

fragmentasi batuan hasil peledakan.

4.3.1 Analisis fragmentasi batuan PT. Nurmuda Cahaya

Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram ( Lampiran E)

seperti terlihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.3 di bawah ini.

Page 19: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

49

Tabel 4.4. Analisis Fragmentasi Batuan

No

Ukuran Fragmen ( X ) Tertahan ( R )Lolos ( L ) Fraksi Tertahan (FT)

( inchi ) ( mm ) ( % ) ( % ) ( % )1 0.1875 4.76 90.1614 9.84 8.872 0.375 9.53 81.2907 18.71 15.213 0.75 19.05 66.0818 33.92 22.414 1.5 38.10 43.6681 56.33 24.605 3 76.20 19.0690 80.93 15.436 6 152.40 3.6363 96.36 3.507 12 304.80 0.1322 99.87 0.138

24 609.6 0.00017483399.9998

3 09 48 1219.2 3.05667E-10 100 0

1 10 100 10000

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Ukuran Fragmen, mm

Gambar 4.1. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Nurmuda Cahaya

Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa

fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang

terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung

melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari

fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja

Page 20: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

50

kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi

hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak

ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling

tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak

fragmentasi batuan yang berukuran sama.

Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat

bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan

dengan ukuran antara 4.76 mm – 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran

76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 80.93 % dengan persen

tertahan 19.0690 dan fraksi tertahan sebesar 15.43 %. Nilai-nilai ini

menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 80.93 %

fragmentasi batuan yang berukuran ≤ 76.20 dan hanya terdapat 19.0690 %

fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm.

4.3.2 Analisis fragmentasi batuan PT. Gunung Padakasih

Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram ( Lampiran F)

seperti terlihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.5. Analisis Fragmentasi Batuan

No

Ukuran Fragmen ( X ) Tertahan ( R )

Lolos ( L )

Fraksi Tertahan ( FT )

( inchi ) mm ( % ) ( % ) ( % )1 0.1875 4.76 89.1894 10.81 9.642 0.375 9.53 79.5475 20.45 16.273 0.75 19.05 63.2781 36.72 23.244 1.5 38.10 40.0411 59.96 24.015 3 76.20 16.0329 83.97 13.466 6 152.40 2.5705 97.43 2.507 12 304.80 0.0661 99.93 0.078 24 609.6 4.3662E-05 99.9999 0

Page 21: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

51

69 48 1219.2 1.90637E-11 100 0

1 10 100 10000

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100K

umul

atif

Lo-

los,

%

Ukuran Fragmen, mm

Gambar 4.2. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Gunung Padakasih

Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa

fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang

terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung

melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari

fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja

kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi

hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak

ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling

tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak

fragmentasi batuan yang berukuran sama.

Page 22: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

52

Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat

bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan

dengan ukuran antara 4.76 mm – 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran

76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 83.97 % dengan persen

tertahan 16.0329 dan fraksi tertahan sebesar 13.46 %. Nilai-nilai ini

menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 83.97 %

fragmentasi batuan yang berukuran ≤ 76.20 dan hanya terdapat 16.0329 %

fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm.

4.3.3 Analisis fragmentasi batuan PT. Silva Andia Utama

Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram (Lampiran G)

seperti terlihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Analisis Fragmentasi Batuan

NoUkuran Fragmen ( X ) Tertahan ( R ) Lolos ( L ) Fraksi Tertahan ( FT )

( inchi ) mm ( % ) ( % ) ( % )1

0.1875 4.76 87.8144 12.19 10.702

0.375 9.53 77.1137 22.89 17.653

0.75 19.05 59.4652 40.53 24.104

1.5 38.10 35.3611 64.64 22.865

3 76.20 12.5041 87.50 10.946

6 152.40 1.5635 98.44 1.547

12 304.80 0.0244 99.98 0.028

24 609.6 5.97615E-06 99.99999 09

48 1219.2 3.57143E-13 100 0

Page 23: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

53

Sedangkan kurva distribusi kumulatif ukuran fragmentasi hasil peledakan PT.

Silva Andia Utama seperti terlihat pada gambar 4.3 berikut.

1 10 100 10000

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kum

ulat

if

Lol

os, %

Ukuran Fragmen, mm

Gambar 4.3. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Silva Andia Utama

Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa

fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang

terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung

melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari

fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja

kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi

hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak

ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling

tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak

fragmentasi batuan yang berukuran sama.

Page 24: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

54

Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat

bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan

dengan ukuran antara 4.76 mm – 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran

76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 87.50 % dengan persen

tertahan 12.5041 dan fraksi tertahan sebesar 10.94 %. Nilai-nilai ini

menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 87.50 %

fragmentasi batuan yang berukuran ≤ 76.20 mm dan hanya terdapat 12.5041 %

fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm.

Sebenarnya bila diamati bentuk-bentuk kurva distribusi fragmentasi batuan di

atas dapat dilihat bahwa sangat sulit untuk menentukan fragmentasi batuan hasil

peledakan yang paling baik atau lebih seragam di antara ketiga Perusahaan di atas.

Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi fragmentasi batuan antara ketiga

Perusahaan itu relatif sama. Akan tetapi bila memperhatikan dengan lebih

seksama pada nilai titik setiap kurva yang dihasilkan untuk ketiga Perusahaan,

maka dapat dilihat bentuk kurva yang lebih menunjukkan tingkat keseragaman

fragmentasi batuan dari ketiga Perusahaan.

Bila diamati salah satu nilai titik dari setiap kurva distribusi kumulatif untuk

ketiga Perusahaan di atas, yaitu fragmentasi batuan berukuran 76.20 mm, dapat

dilihat bahwa persentase kumulatif lolos untuk ketiga Perusahaan berbeda, yaitu

80.93 % untuk PT. Nurmuda Cahaya, 83.97 % untuk PT. Gunung Padakasih dan

87.50 % untuk PT. Silva Andia Utama. Nilai titik persentase kumulatif lolos PT.

Nurmuda Cahaya yaitu sebesar 80.93 % terletak paling bawah bila dibandingkan

dengan nilai titik persentase kumulatif lolos kedua Perusahaan lainnya. Nilai titik

Page 25: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

55

persentase kumulatif lolos PT. Silva Andia Utama yaitu sebesar 87.50 % terletak

paling atas, sedangkan nilai titik persentase kumulatif lolos PT. Gunung

Padakasih terletak di tengah.

Dengan mengamati letak nilai titik dari ketiga Perusahaan ini dalam setiap

kurva distribusi kumulatif dapat disimpulkan bahwa PT. Silva Andia Utama

memiliki fragmentasi batuan yang lebih seragam bila dibandingkan kedua

Perusahaan lainnya. Hal ini dikarenakan letak nilai titik yang paling atas tersebut

menunjukkan kecenderungan kurva ke arah tegak. Suatu bentuk kurva yang

seragam diindikasikan dengan bentuk kurva yang tegak lurus. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat banyak fragmentasi batuan yang berukuran

seragam. Untuk memperoleh bentuk kurva yang tegak lurus sangatlah susah, akan

tetapi penilaian terhadap tingkat keseragaman fragmentasi batuan dapat dilakukan

dengan mengamati kecenderungan bentuk kurva ke arah tegak atau miring.

PT. Nurmuda Cahaya memiliki tingkat keseragaman fragmentasi batuan yang

paling kecil bila dibandingkan dengan kedua Perusahaan di atas. Hal ini

dikarenakan letak nilai titik persentase kumulatif lolos sebesar 80.93 % paling

bawah bila dibandingkan kedua Perusahaan tersebut. Letak nilai titik yang paling

bawah ini menunjukkan kecenderungan bentuk kurva ke arah miring.

Sedangkan letak nilai titik persentase kumulatif lolos sebesar 83.97 % PT.

Gunung Padakasih yang berada ditengah menunjukkan tingkat keseragaman

fragmentasi batuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan PT. Nurmuda

Cahaya, akan tetapi kurang baik bila dibandingkan dengan PT. Silva Andia

Utama.

Page 26: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

56

4.4 Perbandingan Antara Koefisien Tekstur dan Kuzram

Model Kuz-ram digunakan untuk menaksir dan memperkirakan distribusi

ukuran fragmentasi batuan. Sama seperti metode koefisien tekstur yang digunakan

untuk mengetahui tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan, model

Kuz-ram juga bisa digunakan untuk mengukur tingkat keseragaman fragmentasi

batuan. Hal yang membedakan antara model Kuz-ram dan koefisien tekstur

adalah output dari kedua metode ini. Koefisien tekstur menghasilkan output

berupa angka atau nilai koefisien tekstur yang mengindikasikan tingkat

keseragaman fragmentasi batuan sedangkan Kuz-ram menghasilkan output berupa

suatu kurva atau grafik distribusi ukuran fragmentasi batuan. Dengan

menganalisis kurva atau grafik ini dapat diketahui tingkat keseragaman

fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain itu analisis fragmentasi batuan dengan

model Kuz-ram sangat memperhatikan ukuran fragmentasi batuan sedangkan

metode Koefisien tekstur lebih memperhatikan tingkat keseragaman fragmentasi

batuan hasil peledakan tanpa terlalu memperhatikan ukuran fragmentasi batuan.

Lebih jauh bila mengamati hasil analisis fragmentasi batuan dengan kedua

metode ini, dapat dilihat bahwa kedua metode ini menghasilkan analisis

fragmentasi yang cenderung sama. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis

fragmentasi batuan untuk ketiga Perusahaan. Berdasarkan analisis fragmentasi

dengan metode koefisien tekstur, dapat diketahui bahwa fragmentasi batuan hasil

peledakan yang dimiliki ketiga Perusahaan ini tidak seragam. Fragmentasi yang

paling tidak seragam diperoleh pada PT. Nurmuda Cahaya dengan nilai KT = 1.35

sedangkan fragmentasi yang lebih seragam bila dibandingkan kedua Perusahaan

Page 27: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

57

itu diperoleh pada PT. Silva Andia Utama dengan nilai KT = 1.18. Sedangkan

tingkat keseragaman PT. Gunung Padakasih berada di antara kedua Perusahaan

tersebut dengan nilai KT = 1.27.

Hal yang sama berlaku untuk analisis fragmentasi batuan dengan model Kuz-

ram. Berdasarkan analisis fragmentasi batuan dengan model Kuz-ram dapat

dilihat bahwa fragmentasi batuan untuk ketiga Perusahaan di atas tidak seragam.

Lebih jauh juga dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan yang sedikit lebih baik

dan seragam di antara ketiga Perusahaan itu diperoleh pada PT. Silva Andia

Utama. Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi kumulatif fragmentasi

cenderung ke arah tegak. Sedangkan fragmentasi batuan yang kurang baik dan

seragam di antara ketiga Perusahaan tersebut diperoleh pada PT. Nurmuda

Cahaya. Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi kumulatif fragmentasi

cenderung ke arah miring. Sedangkan tingkat keseragaman PT. Gunung

Padakasih berada di antara kedua Perusahaan tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis fragmentasi batuan dengan metode

koefisien tekstur dan model Kuz-ram menghasilkan analisis yang sama dan

sejalan. Hal yang membedakan adalah output yang dihasilkan dari kedua analisis

ini. Metode koefisien tekstur menghasilkan output berupa nilai KT, sedangkan

model Kuz-ram menghasilkan output berupa suatu kurva distribusi kumulatif

fragmentasi.

Secara umum perbandingan antara analisis fragmentasi batuan dengan

metode koefisien tekstur dan model Kuzram seperti terlihat pada gambar 4.4

berikut ini.

Page 28: Identifikasi tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan dengan metode koefisien tekstur- BAB IV

58

Nilai KT = 1.35 Nilai KT = 1.27

Nilai KT = 1.18

Gambar 4.4. Ilustrasi perbandingan keseragaman butir dari Kuzram dan KT

PT. Nurmuda Cahaya PT. Gunung Padakasih

PT. Silva Andia Utama