Perkembangan Perubahan Kurikulum Di Indonesia

42
Perkembangan Perubahan Kurikulum di Indonesia Tugas Pertemuan 3 Perkembangan Perubahan Kurikulum di Indonesia Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah “Manajemen Kurikulum” Oleh Dosen: 1. Dr. Diding Nurdin, M.Pd 2. Dr. Asep Sudarsyah, M.Pd 3. Muflih Mu’min, S.Pd Oleh : Nama: Syukron NIM : 1202658

description

kurikulum

Transcript of Perkembangan Perubahan Kurikulum Di Indonesia

Perkembangan Perubahan Kurikulum di Indonesia

Tugas Pertemuan 3Perkembangan Perubahan Kurikulum di IndonesiaDiajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Manajemen Kurikulum

Oleh Dosen:1. Dr. Diding Nurdin, M.Pd2. Dr. Asep Sudarsyah, M.Pd3. Muflih Mumin, S.Pd

Oleh :Nama: SyukronNIM : 1202658

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKANFAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG2013A. PERIODE SEBELUM KEMERDEKAAN

Perkembangan kurikulum di indonesia dari periode sebelum tahun 1945 sampai yang sekarang ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang sering disebut KTSP. Selama proses pergantian Kurikulum tidak ada tujuan lain hanya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Kurikulum pada masa VOC Kurikulum sekolah-sekolah selama VOC bertalian erat dengan gereja. Menurut Hereen XVII, badan tertinggi VOC di negeri Belanda yang tertidi atas 17 orang anggota, tahun 1617, gubernur di Indonesia harus menyebarluaskan agama Kristen dan mendirikan sekolah untuk tujuan itu. Menurut peraturan sekolah 1643 tugas guru dalah memupuk rasa tajkut kepada Tuhan , mengajarkan dasar agama Kristen , mengajak anak berdoa, bernyanyi , pergi ke gereja, mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru. Walaupun tak ada kurikulum yang ditentukan biasanya sekolah menyajikan pelajaran tentang ketekismus, agama, juga membaca , menulis dan menyanyi.Demikian pula tidak ditentukan lama belajar. Peraturan hanya menentukan bahwa anak pria lebih dari usia 16 tahun dan anak wanita lebih dari 12 tahun hendaknya jangan dikeluarkan dari sekolah. Pembagian dalam 3 kelas untuk pertama kali dimulai pada tahun 1778. Di kelas 3, kelas terendah, anak-anak belajar abjad, di kelas 2 memaca, menulis, dan bernyanyi dan di kelas 1, kelas tertinggi: membaca, menulis, katekismus, bernyanyi dan berhitung.

B. Rencana Pelajaran 1947Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan, dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran. Istilah ini lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Hal itu karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan. Maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:1. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya2. Garis-garis besar pengajaran.Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. yang diutamakan pendidikan wataka) Kesadaran bernegara dan bermasyarakatb) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-haric) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

C. Rencana Pelajaran Terurai 1952Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran, kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :a. Daya ciptab. Rasac. Karsad. Karyae. MoralMata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:a. Moral d. Keprigelanb. Kecerdasan e. (keterampilan) Jasmaniah.c. Emosional/artistic

Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

D. Kurikulum 1968Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasilasejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus..E. Kurikulum 1975Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Drs Mudjito; Ak; Msi (Direktur Pemb. TK dan SD Depdiknas). yang melatar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yangdikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuaninstruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apayang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran

F. Kurikulum 19841. Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1984Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan suatu kegiatan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Seniawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta, sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA-pun bermunculan.

G. Kurikulum 19941. Latar Belakang Diberlakukanya Kurikulum 1994Adapun yang menjadi latar belakang diberlakukanya kurikulum 1994 adalah sebagai berikut :a. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.b. Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pentelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan pembangunan.c. Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

2. Pokok Kurikulum 1994Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

H. Kurikulum Berbasis Kompetensi Versi Tahun 2002 dan 2004Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di pulau jawa, dan kota besar di luar pulau jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum. Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Kemudian muncullah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pelajaran (KTSP).

I. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)/Kurikulum SekolahSecara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (sekolah/madrasah). Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum. Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa dan kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas pendidikan. Karena KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga diberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara terbuka berdasarkan sistem ataupun silabus yang telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan dikembalikan kepada tempatnya semula yaitu unsur teoritis dan praksis. Namun, dalam kurikulum ini unsur praksis lebih ditekankan daripada unsur teoritis. Setiap kebijakan yang dibuat oleh satuan terkecil pendidikan dalam menentukan metode pembelajaran dan jenis mata ajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar. J. Kurikulum 2013

A. LATAR BELAKANGPembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3) memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal abad ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa kali perubahan.

B. LANDASAN PENYEMPURNAAN KURIKULUM 1. Landasan Yuridis Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, 2. Landasan FilosofisPendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). 3. Landasan TeoritisKurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:(1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD). (2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran(3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu. (4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.(5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep, generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan disciplinarybased curriculum atau content-based curriculum.(6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.(7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung. (8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).

C. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUMPengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan 2. Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, 3. Model kurikulum berbasis kompetensi 4. Kurikulum didasarkan pada prinsip 5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. 6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. 8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. 9. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.

STRATEGI IMPLEMENTASIA. Implementasi KurikulumImplementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.1. Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum.2. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.

B. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTKPelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan.

C. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman GuruImplementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil belajar peserta didik.

D. Evaluasi KurikulumPelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:Jenis Evaluasi: Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk menentukan kelayakan ide, dokumen, dan implementasi kurikulum.

PERKEMBANGAN KURIKULUM DAN KARAKTERISTIK DI INDONESIANoPerkembangan KurikulumKarakteristik

1Kurikulum Pra Kemerdekaan1. Kurikulum pada masa VOC berkaitan dengan Gereja2. Adanya peraturan mengenai tugas guru adalah memupuk rasa takut kepada Tuhan, mengajarkan dasar agama Kristen, mengajak anak untuk berdoa dan bernyanyi, pergi kegreja, mematuhi orang tua, penguasa dan guru-guru.3. Tidak ada kurikulum yang ditentukan, namun biasanya sekolah menyajikan pelajaran tentang ketekismus, agama juga membaca, menulis dan menyanyi.4. Tidak ditentukan lama waktu belajar5. Terbagi atas 3 kelas

2Kurikulum 19471. Lahir pada masa Kemerdekaan RI dengan istilah Lee Plan2. Kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis3. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila4. Sebagai pengganti Sistem Pendidikan Belanda5. Kurikulum dilaksanakan pada tahun 19506. Memuat dua pokok yaitu: Daftar mata pelajaran dan jam pelajaran Garis-garis besar pengajaran7. Isi dari kurikulum 1947 lebih diutamakan pendidikan watik dan mengurangi pendidikan pikiran/ berpikir, diantaranya: Kesadaran bernegara dan bermasyarakat Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari Perhatian terhadap kesenian dan (ketrampilan) jasmaniah.

3Kurikulum 19521. Kurikulum ini sudah mengarah pada sistem pendidikan nasional 2. Adanya keharusan dalam memperhatikan isi pelajaran yang dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.3. Kelengkapan silabus yang sudah terpenuhi4. Adanya pembagian mata pelajaran bagi guru. (satu guru satu mata pelajaran).5. Fokus pengembangan pada Pancawardhana yaitu: Daya cipta Rasa Karsa Karya Moral 6. Klasifikasi mata pelajaran manjadi 5 bidang studi, yaitu: Moral Kecerdasan Emosional Keprigelan (ketrampilan) Jasmaniah7. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatna fungsional praktis.

4Kurikulum 19681. Adanya upaya penyempurnaan ssitem pendidikan di Indonesia2. Kurikulum ini merupakan pembaharuan dari kurikulum yang sebelumnya diatandai dengan adanya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.3. Terdapat pokok-pokok pikiran yang menjadi ciri adalah: Bahwa Pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana. (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.

4. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.5. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama6. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.7. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama8. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,

5Kurikulum 19751. Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap program pendidikan nasional2. Terdapat gagasan baru yang muncul mengenai pelaksanaan pendidikan nasional pada Pelita 1 yang dimulai pada tahun 19693. Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi : Mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.4. Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.5. Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.6. Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau system yang kini sedang berlaku.7. Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.8. Dalam pelaksanaannya, berprinsip pada: Orientasi pada tujuan Menganut pendekatan integratif (setiap mata pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan.9. Komponen Kurikulum 1975: Tujuan institusional baik SMP maupun SMA Struktur program KurikulumStruktur program Garis-Garis Besar Program Pengajaran Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) Sistem Penilaian Sistem Bimbingan dan Penyuluhan Supervisi dan Administrasi.

6Kurikulum 19841. Berorientasi pada tujuan instruksional2. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik3. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses7. Terdapat kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984, diantaranya: Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing. Perubahan program jurusan Pentahapan waktu pelaksanaan

8Kurikulum 19941. Terdapat beberapa hal yang menjadi latar belakang adanya perubahan kurikulum 1984 menjadi kurikulum 1994, diantaranya: Bahwa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang. Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pentelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta kebutuhan pembangunan. Dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.2. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.3. Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaram yang cukup padat4. Bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat inti sehingga daerah yang khusus dapat mengmbangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.5. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.6. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.7. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.8. Pengulangan terhadap materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

7KBK 20041. Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performansi tertentu.2. KBK berorientasi pada: Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya3. KBK harus mengandung 3 unsur pokok, yaitu: Pemilihan kompetensi yang sesuai Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi Pengembangan sistem pembelajaran4. Menekankan pada ketercapaian kopetensi siswa baik individual maupun kelompok5. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.1. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.2. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. (Depdiknas dalam Mulyasa, 2004:42)

9KTSP 20061. KTSP disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)2. Ditetapkan oleh Mentri Pendidikan Nasional melalui Permendiknas nomer 22, 23, dan 24 tahun 20063. Dalam penyusunan KTSP oleh satuan pendidikan harus memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP4. KTSP dikembangkan sesuai dengan satuan pendiidkan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik5. Memiliki tujuan, dianmtaranya: Secara umum: memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian wewenang kepada lembaga pendidikan dan medoroang sekolah untuk melakuakn pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus: meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengolah dan memberdayakan sumber daya yang tersedia, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyrakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama, meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendiidkan yang akan dicapai. Mulyasa (2006: 22-23)6. Prinsip pengembangan KTSP MENURUT Permendiknas no 22 tahun 2006 sebagai mana dikuti dari Mulyasa (2006: 151-153) sebagai berikut: Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannyta Beragam dan terpadu Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Relavan dengan kebutuhan Menyeluruh dan berkesinambungan Belajar sepanjang hayat Seimbang antara kepentingan global, nasional dann lokal

10Kurikulum 20131. Kurikulum berbasis sains2. Kurikulum untuk SD bersifat tematif integratif (IPA akam menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika, sedagkan IPS akan menjadi pembahasan materi pelajaran Bahasa Indonesia dan PPKN)3. Kompetensi yang ingin dicapai yaitu kompetansi yang berimabng antar sikap, ketrampilan dan pengatahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.4. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi5. Jumlah mata pelajaran ada 7 (pendidikan agama, PKn, B. Indo, matematika, Seni budaya dan Prakarya, Penjaskes dan Pramuka)6. Alokasi waktu per mata pelajaran (SD = 35menit, SMP = 40 menit, SMA = 4 5 menit)7. Banyaknya jam pelajaran per minggu, yaitu SD= kelas 1= 30jam, kelas II= 32jam, kelas III= 34 jam kelasIV, V,VI=35 jam SMP = 38 jam SMA= 39 jam8. Tujuan Kurikulum 2013, yaitu: Mewujudkan pendidikan berkarakter Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal Menciptakan Pendidikan yang Ceria dan Bersahabat

Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pelajaran)A. Sistem pendidikan pada zaman kolonialKurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia. Negara-negara penjajah yang mendiami wilayah Indonesia ikut juga mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada dua sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda.Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa, pengajar, sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem prosedural seperti ini sangat berbeda dengan sistem prosedural pada sistem pendidikan islam yang telah dikenal sebelumnya. Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Sekolah-sekolah dibentuk dengan membedakan pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi ini masih dipecah lagi menjadi masyarakat kelas bawah dan priyayi. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207).a. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun. Mereka yang berhasil menamatkannya boleh melajutkan ke Sekolah Sambungan (Vervolg School) selama 2 tahun. Dari sini mereka bisa melanjutkan ke Sekolah Guru atau Mulo Pribumi selama 4 tahun, inilah sekolah paling atas untuk bangsa pribumi biasa. Untuk golongan pribumi masyarakat bangsawan bisa memasuki His Inlandsche School selama 7 tahun, Mulo selama 3 tahun, dan Algemene Middlebare School (AMS) selama 3 tahun.b. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda selama 7 tahun. Siswa HCS dapat melanjutkan ke Mulo.c. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3, Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

B. Kurikulum pertama di Indonesia Setelah Indonesia merdeka, yakni tahun 1945, di awal-awal pemerintahannya pemerintah secara bertahap mulai mengkonstruksi kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Tiga tahun setelah Indonesia merdeka mulailah pemerintah membuat kurikulum yang sederhana yang disebut dengan Rencana Pelajaran. Tahun 1947, kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan terkait dengan orientasinya, arah dan kebijakanyang ada, hingga bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih pada masa orde baru. Isi yang terkandung dalam kurikulum Rencana Pelajaran Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.C. Isi kurikulum 1947Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya b. Garis-garis besar pengajaran (GBP)Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikira dalam arti kognitif, namun yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku, meliputi : a. Kesadaran bernegara dan bermasyarakat b. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari c. Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Kurukulum Tahun 1952 (Rencana Pelajaran Terurai)Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :a) Daya cipta, b) Rasa, c) Karsa, d) Karya, e) Moral.Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi. 1) Moral 2) Kecerdasan 3) Emosional/artistik 4) Keprigelan (keterampilan) 5) Jasmaniah. A. Ciri-ciri kurikulum Rencana Pelajaran Terurai

Pada perkembangannya rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut :

1. Bahasa Indonesia 9. Menulis2. Bahasa Daerah 10. Seni Suara3. Berhitung 11. Pekerjaan Tangan4. Ilmu Alam12. Pekerjaan Kepurtian5. Ilmu Hayat13. Gerak Badan6. Ilmu Bumi14. Kebersihan dan Kesehatan7. Sejarah15. Didikan Budi Pekerti8. Menggambar16. Pendidikan Agama

Kurikulum Tahun 1968Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

A.Tujuan kurikulum 1968Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.Kurikulum 1968 lahir dengan pertimbangan politik ideologis. Tujuan pendidikan pada kurikulum 1964 yang bertujuan menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus, pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia pancasila sejati.B.Ciri-ciri kurikulum 1968Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang memuat hanya mata pelajaran pokok saja. Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah teori psikologi unsur. Contoh penerapan metode pembelajarn ini adalah metode eja ketika pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata pelajaran lain, anak belajar melalui unsur-unsurnya dulu. Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat pada tabel berikut ini. I. Pembinaan Jiwa Pancasila 1. Pendidikan agama 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Daerah 5. Pendidikan olahraga II. Pengembangan pengetahuan dasar 6. Berhitung 7. IPA 8. Pendidikan kesenian 9. Pendidikan kesejahteraan keluarga III Pembinaan kecakapan khusus 9. Pendidikan kejuruan

Kurikulum Tahun 1975 (Kurikulum Berbasis Pencapaian Tujuan)Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut. 1. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. 2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif. 3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu. 4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. 5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.

C. Komponen Kurikulum 1975.

Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur : 1. Tujuan institusional. Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya. 2. Struktur Program Kurikulum. Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah. 3. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Sesuai dengan namanya, Garis-Garis Besar Program Pengajaran, pada bagian ini dimuat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran, yaitu. a. Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan. b. Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun. c. Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. d. Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya. 4. Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar. Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran.5. Sistem Penilaian Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja. 6. Sistem Bimbingan dan Penyuluhan

Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Di samping itu mereka mereka memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih baik. Dalam kaitan ini maka perlu adanya bimbingan dan penyuluhan bagi para siswa dalam meniti hidupnya meraih masa depan yang diharapkanya7. Supervisi dan Administrasi Sebagai suat lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah. Bagaimana teknik supervisi dan administrasi sekolah ini dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi.Ketujuh unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang mewarnai Kurikulum 1975 sebagai suatu sistem pengajaran.

Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah 1. Pendidikan agama 2. Pendidikan Moral Pancasila 3. Bahasa Indonesia 4. IPS 5. Matematika 6. IPA 7. Olah raga dan kesehatan 8. Kesenian 9. Keterampilan khusus

Kurikulum Tahun 1984 (Cara Belajar Siswa Aktif)Kurikulum 1984 model yang dipakai pada kurikulumini yaitu CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau Student Active Learning (SAL). Atas dasar perkembangan zaman antara kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi. Kurikulum 1984 dianggap sebagai perbaikan atau revisi dari kurikulum 1975.A.Ciri-ciri kurikulum CBSA

a. Berorientasi pada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar- benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus di rumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.c. Materi pelajaran dikemas dengan melalui pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi yang diberikan.d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep- konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.e. Materi pelajaran disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak dengan mengunakan pendekatan induktif dari contoh- contoh kekesimpulan. Dari yang mudah menujuk yang sukar dan dari yang sederhana menujuk ke yang kompleks.f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar- mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehanya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pelajaran.

B. Kebijakan- kebijakan dalam penyusunan kurikulum 1984a. Adanya perubahan dalam mata pelajaran inti.Dalam kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, sedangkan dalam kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah: Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesustraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keteranpilan, Pendidikan jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.b. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing- masing.c. Perubahan program jurusan.Pada kurikulum 1975 terdapat tiga jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, namun dalam kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B.Program A terdiri dari: i. A1, penekanan pada mata pelajaran Fisikaii.A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi iii.A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomiiv.A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budayasedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengingat program B memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.d. Pentahapan waktu pelaksanaan.Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas 1 SMA berturut tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

Kurikulum Tahun 1994 Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.

A.Ciri-ciri kurikulum 1994

1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. 2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi) 3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. 4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. 5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. 6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. 7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

Kurikulum Tahun 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Sehingga dikembangkan kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Menurut Mulyasa (2006:39) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten.Gordon menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:1. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajarn harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.3. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.4. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis ;telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dll).5. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka- tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/ gaji, dan sebagainya,6. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk memepelajari atau melakukan sesuatu.Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:1. pemilihan kompetensi yang sesuai.2. spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi.3. pengembangan sistem pembelajaran.Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. (Depdiknas dalam Mulyasa, 2004:42)Menurut Wardhani (2004: 2) kerangka dasar KBK memuat tentang :1.Kompetensi: Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.2.Standar Kompetensi: Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan secara nasional dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik. Standar kompetensi merupakan hasil jabaran dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Penjabaran standar kompetensi terdiri atas: standar kompetensi lintas kurikulum, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi mata pelajaran per kelas.3.Penilaian pada kurikulum 2004: Penilaian berbasis kelas yaitu dilakukan oleh guru, bersifat internal, bagian dari pembelajaran, sebagai bahan untuk memperbaiki mutu hasil belajar, berorientasi pada kompetensi, menggunakan acuan patokan/kriteria dan ketuntasan belajar (individu peserta didik), dilakukan dengan berbagai cara.4.Kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2004: Kegiatan pernbelajaran berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas, kontekstual, menantang dan menyenangkan, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, belajar melalui berbuat.

Kurikulum Tahun 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)Pada kurikum ini , kebijakan pendidikan yang semula dilakukan secara sentralisasi telah berubah menjadi desentralisasi. Artinya dalam kurikulum 2004 ini, pengambilan kebijakan pendidikan beralih dari yang sebelumnya berada di pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang berpusat di Kota atau Kabupaten. Pemerintah pusat memberikan keluasan terhadap pemerintah daerah masing-masing untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi masing-masing. Desentralisasi pendidikan ini diakukan sejalan dengan otonomi daerah, perubahan kurikulum dalam era otonomi daerah ini tidak lagi menjadi tanggung jawab dan tugas pemerintah pusat tapi tugas setiap satuan pendidikan dan pihak sekolah. Oleh karena itu, dalam kurikulum 2004 (KTSP) terjadi berbagai macam variasi dan jenis kurikulum pada satuan pendidikan di setiap sekolah, karena pastinya antara daerah satu dengan daerah lain akan berbeda kurikulum dalam pengembangannya. Namun dalam hal ini banyak terjadi perbedaan, tetapi tetap berpedoman dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. A. Standar Nasional IndonesiaStandar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingkat satuan pendidkan (KTSP) yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan diberbagai daerah. Dengan demikian implementasi KTSP di setiap sekolah dan satuan pendidikan akan memiliki warna yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan wilayah dan daerah masing-masing. Sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan karakteristik masing-masing sekolah, serta sesuai dengan kondisi dan kemampuan peserta didik. Namun dalam kurikululum yang mberbeda tersebut tetap berada digaris SNP yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat. ( Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2008:2)B. Posisi SNP dalam KTSPDengan adanya standar nasional pendidikan ini maka setiap guru tidak akan kebingungan dalam menyusun kompetensi dasar kurikulum. Maka guru lebih tertuju kepada hasil yang harus dicapai, juga dapat meningkatkan input dan proses pembelajaran yang dilaksakan lebih efektif. Dengan kurikulum ini diharapkan adanya perubahan dalam sistem dan layanan pendidikan yang mengarah pada kondisi :1. Meningkatkan prestasi peserta didik dengan menentukan secara jelas tentang apa yang harus diajarkan dan jenis performasi apa yang diharapkan2. Menyamkan peluanh, baik secara nasional, regional maupun lokal3. Menyediakan fungsi koordinasi yang dapat diamati4. Menyediakan perlindungan pelanggan dengan menyuplai informasi yang akurat untuk peserta didik dan orang tua5. Memberikan peran penting untuk peserta didik, orang tua, guru, dan tenaga kependidikan lainnya. (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2008:19)Dalam peraturan pemerintah ini, dikemukakan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan tujuannya untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2008:21)C. Komponen Standar Nasional Indonesia1.Standar IsiStandar isi adlah ruang lingkup materidan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi ketamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus.2.Standar ProsesStandar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.standar proses yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran dikembangkan oleh BSNP. 3.Standar Kompetensi LulusanDalam PP. No. 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa stadar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Dan digunakan sebagai pedoan penentuan kelulusan peserta didik dalam tiap tingkatan atau jenjangnya sendiri-sendiri.4.Standar Pendidik dan Tenaga pendidikAdalah kriteria seorang pendidik dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidik dalam jabatannya. Pendidik harus mempunyai kualifikasi dan kompetensi agen pembelajaran, mempunyai kualifikasi akademika yaitu jenjang pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh para pendidik.5.Standar Sarana dan PrasaranaDalam hal ini berkaitan dengan apa saja yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Disini sandar nasiona pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, perpustakaan, laboratorium, tempat olahraga, tempat beribadah dll.6.Standar PengelolaanStandar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kota atau kabupaten, provinsi maupun nasiona agar tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.7.Standar PembiayaanStandar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasinsatuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasional satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional sekolah sesuai dengan SNP secara teratur dan berkelanjutan.8.Standar Penilaian PendidikanAdalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar pesera didik. Bagi satuan pendidikan tujuan penilaian hasil belajar yaitu untuk menilai pencapaian standar kompetensi kelulusan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan bagi pemerintah tujuannya untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.