Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

14
1 PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN PROSES PEMBELAJARAN Perkembangan kognitif manusia yang merupakan proses psikologis di dalamnya melibatkan proses-proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan-kegiatan mental; seperti: mengingat, berpikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Jean Piaget yang merupakan pelopor psikologi kognitif tidak sependapat dengan pandangan yang mengatakan bahwa kecerdasan adalah merupakan faktor bawaan, yang berarti manusia tinggal menerima perbedaan-perbedaan yang ada, karena pandangan seperti ini akan membawa pengaruh kurang positif atau bahkan negatif terhadap proses pendidikan dan upaya pengembangan kemampuan berpikir anak. Berdasarkan penelitiannya yang dilakukan secara serius dengan cara mengobservasi secara partisipan dalam jangka waktu lama, Jean Piaget mendapati bahwa anak pada umur tertentu mengalami kesulitan untuk memahami hal-hal yang sebenarnya sederhana. Misalnya:

Transcript of Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

Page 1: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

1

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN PROSES

PEMBELAJARAN

Perkembangan kognitif manusia yang merupakan proses psikologis di

dalamnya melibatkan proses-proses memperoleh, menyusun dan menggunakan

pengetahuan, serta kegiatan-kegiatan mental; seperti: mengingat, berpikir,

menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,

dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan

lingkungan.

Jean Piaget yang merupakan pelopor psikologi kognitif tidak

sependapat dengan pandangan yang mengatakan bahwa kecerdasan adalah

merupakan faktor bawaan, yang berarti manusia tinggal menerima perbedaan-

perbedaan yang ada, karena pandangan seperti ini akan membawa pengaruh

kurang positif atau bahkan negatif terhadap proses pendidikan dan upaya

pengembangan kemampuan berpikir anak.

Berdasarkan penelitiannya yang dilakukan secara serius dengan cara

mengobservasi secara partisipan dalam jangka waktu lama, Jean Piaget mendapati

bahwa anak pada umur tertentu mengalami kesulitan untuk memahami hal-hal

yang sebenarnya sederhana. Misalnya: seorang anak kecil ternyata mengalami

kesulitan untuk memahami mengapa air yang banyaknya sama apabila dituangkan

dari gelas pendek besar ke gelas tinggi kecil ternyata hasilnya sama dan tidak

tumpah.

A. Pengertian Kognitif

Istilah kognitif seringkali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

berasal dari bahasa Inggris “intellect” yang menurut Chaplin (1981) diartikan

sebagai:

Page 2: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

2

1. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai,

dan kemampuan mempertimbangkan.

2. Kemampuan mental atau inteligensi

Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek”

adalah akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan

hubungan-hubungan dari proses berpikir. Selanjutnya dikatakan bahwa orang

yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam tempo

yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu

bertindak cepat.

Istilah inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin “intelligere” yang

berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut William Stern,

salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi, mengatakan bahwa inteligensi

adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat segenap alat-alat bantu dan

pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru. Sedangkan Leis

Hedison Terman berpendapat bahwa intelegensi adalah kesanggupan untuk

belajar secara abstrak (Patty F, 1982). Di sini Terman membedakan antara

“concrete ability” yaitu kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal yang

bersifat abstrak. Orang dikatakan inteligen menurut Terman jika orang tersebut

mampu berpikir abstrak dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

intelek tidak berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti

kemampuan untuk melakukan abstraksi serta berpikir logis dan cepat sehingga

dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.

Jean Piaget mendefinisikan “intellect” ialah akal budi berdasarkan

aspek-aspek kognitifnya, khususnya proses-proses berpikir yang lebih tinggi

(Bybee dan Sund, 1982). Sedangkan “intelligence” atau intelegensi menurut Jean

Piaget diartikan sama dengan “kecerdasan” yaitu seluruh kemampuan berpikir dan

bertindak secara adaptif termasuk kemampuan-kemampuan mental yang

kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis,

mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan. Jean Piaget mengatakan

bahwa inteligensi adalah seluruh kemungkinan koordinasi yang memberi struktur

Page 3: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

3

kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi

baru. Dalam arti sempit, intelegensi seringkali diartikan sebagai intelegensi

operasional, termasuk pula tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensomotoris

sampai dengan operasional formal.

B. Tahapan Perkembangan Kognitif

Jean Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan,

yaitu:

1. Tahap Sensori-Motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada

dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan

sensori-motoris yang amat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari

proses pematangan aspek sensori-motoris tersebut. Menurut Piaget, pada tahap ini

interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya, terutama dilakukan

melalui perasaan dan otot-ototnya. Interaksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-

sensasi dari lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya,

termasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk

mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan

secara perlahan-lahan belajar mengkoordinasikan tindakan-tindakannya.

2. Tahap Praoperasional

Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga

tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan

yang ditandai oleh suasana intuitif; dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak

didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-

sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.

Pada tahap ini, menurut Piaget, anak sangat bersifat egosentris

sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan

lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi dengan orang

lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan-pandangannya

sendiri. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, ia masih sulit untuk membaca

Page 4: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

4

kesempatan atau kemungkinan-kemungkinan karena masih punya anggapan

bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi.

Pada tahap ini anak tidak hanya ditentukan oleh pengamatan inderawi

saja, tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta

menggunakannya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka.

Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca, atau menyanyi.

Menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara pada anak akan mempunyai

akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang

memegang peran pada tahap ini ialah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dan

berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkrit dan paksaan dari

luar. Sering kita lihat anak berbicara sendiri dengan benda-benda yang ada di

sekitarnya, misalnya: berbicara dengan pohon, anjing, kucing dan sebagainya

yang menurut mereka benda-benda tersebut dapat mendengar dan berbicara.

Peristiwa semacam ini sangat baik untuk melatih diri anak menggunakan

kekayaan bahasanya. Piaget menyebut tahap ini sebagai “collective monolog”,

pembicara yang egosentris dan sedikit berhubungan dengan orang lain.

3. Tahap Operasional Konkrit

Tahap operasional konkrit ini ditandai dengan karakteristik menonjol

sebagai berikut:

a. Segala sesuatu dipahami oleh individu sebagaimana yang tampak saja atau

sebagaimana kenyataan yang mereka alami.

b. Cara berpikir individu belum menangkap yang abstark meskipun cara

berpikirnya sudah nampak sistematis dan logis.

c. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses

mengalami sendiri. Artinya, individu akan mudah memahami konsep

kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau individu itu melakukan

sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.

Page 5: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

5

4. Karakteristik Tahap Operasional Formal

Tahap operasional formal ini ditandai dengan karakteristik menonjol

sebagai berikut:

a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan

abstraksi.

b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan obyek-obyek yang abstrak.

c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat

hipotesis.

d. Individu bahkan mulai mampu membuat prakiraan (forecasting) di masa

depan.

e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi dir sendiri sehingga

kesadaran diri sendiri dapat berkembang dengan baik.

f. Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan

diperankan sebagai orang dewasa.

g. Individu mulai mampu untuk menyadari diri, mempertahankan

kepentingan masyarakat di lingkungannya, dan kepentingan seseorang

dalam masyarakat tersebut.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Subjek Didik

Mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif individu

ini terjadi perbedaan pendapat di antara para ahli psikologi. Kelompok

psikometrika radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu itu

sekitar 90% ditentukan oleh faktor heriditas, sedangkan pengaruh lingkungan,

termasuk di dalamnya pendidikan, hanya memberikan kontribusi sekitar 10% saja.

Kelompok ini memberikan bukti bahwa individu yang memiliki heriditas

intelektual unggul, maka akan sangat mudah pengembangannya meskipun hanya

dengan intervensi lingkungan secara tidak maksimal. Sebaliknya, individu yang

memiliki heriditas intelektual rendah maka intervensi lingkungan seringkali

mengalami kesulitas meskipun sudah dilakukan secara maksimal.

Kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa intervensi

lingkungan, termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80-85%,

Page 6: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

6

sedangkan heriditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap

perkembangan intelektual individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan

rentang waktu yang cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya

secara maksimal.

Dengan tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, maka

perkembangan kognitif sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu

heriditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak

terpisah secara sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan resultante dari

interaksi keduanya. Pengaruh faktor heriditas dan lingkungan terhadap

perkembangan kognitif itu dapat dijelaskan berikut ini.

1. Faktor heriditas. Semenjak dalam kandungan anak telah memiliki sifat-sifat

yang menentukan daya kerja kognitifnya. Secara potensial anak telah

membawa kemungkinan, apakah akan memiliki kemampuan berpikir normal,

di atas normal, atau di bawah normal. Namun potensi ini tidak akan

berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi

kesempatan untuk berkembang. Oleh karenanya, peranan lingkungan juga

besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak.

2. Faktor lingkungan. Ada unsur lingkungan yang sangat penting peranannya

dalam mempengaruhi perkembangan kognitif anak, yaitu keluarga dan sekolah.

a. Keluarga. Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau

orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai

bidang kehidupan, sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang

merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan

misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-

idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan ingin tahu anak

dengan cara menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat

yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Pemberian kesempatan

atau pengalaman tersebut sudah barang tentu menuntut perhatian orang

tua.

b. Sekolah. Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk

meningkatkan perkembangan anak; termasuk perkembangan intelek anak.

Page 7: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

7

Dalam konteks ini, guru hendaknya menyadari betul bahwa perkembangan

kognitif anak terletak ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan

guru diantaranya ialah:

1) Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.

Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik

akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara

bebas dapat dikonsumsikan dengan guru mereka.

2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dengan

orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu

pengetahuan.

3) Membawa para peserta didik ke obyek-obyek tertentu seperti obyek

budaya, ilmu pengetahuan, dan sejenisnya sangat menunjang

perkembangan inteletual para peserta didik.

4) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui

kegiatan olah raga maupun menyediakan gizi yang cukup sangat

penting bagi perkembangan intelek peserta didik. Sebab jika peserta

didik terganggu secara fisik perkembangan kognitifnya akan terganggu

juga.

5) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media

cetak maupun menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta

didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya.

F. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Kognitif

Secara heriditas individu telah memiliki potensi-potensi yang dapat

menyebabkan perbedaan dalam perkembangan kognitif mereka. potensi tersebut

berkembang atau tidak, tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa apakah

anak akan menjadi memiliki kemampuan berpikir normal, di atas normal, atau di

bawah normal juga banyak dipengaruhi lingkungan.

Perbedaan individu dalam perkembangan kognitif menunjuk kepada

perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan

individual peserta didik akan tercermin dalam sifat-sifat atau ciri-ciri mereka baik

Page 8: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

8

dalam kemampuan, keterampilan, maupun sikap dan kebiasaan belajar, kualitas

proses dan hasil belajar, baik dalam ranah kognitif, efektif dan psikomotor.

Perbedaan intelektual anak ini akan tampak sekali jika diamati dalam proses

belajar-mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang sedang,

dan ada pula yang lambat dalam penguasan materi pelajaran.

G. Proses Pembelajaran untuk Membantu Perkembangan Kognitif Subjek

Didik

Menurut Conny Semiawan (1984) penciptaan kondisi lingkungan

yang kondusif bagi pengembangan kemampuan inteletual anak yang di dalamnya

menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor

yang amat penting.

Kondisi psikologis yang perlu diciptakan agar subjek didik merasa

aman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan kemampuan

kognitifnya adalah:

1. Pendidik menerima subjek didik secara postif sebagaimana adanya tanpa syarat

(unconditional positive regard). Artinya, apapun adanya subjek didik dengan

segala kekuatan dan kelemahannya harus diterima dengan baik serta memberi

kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya setiap subjek didik memiliki

kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan secara maksimal.

2. Pendidik menciptakan suasana dimana subjek didik tidak merasa terlalu dinilai

oleh orang lain. Terlalu memberikan penilaian terhadap subjek didik dapat

dirasakan sebagai ancaman sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan

diri. Memang kenyataannya pemberian penilaian tidak dapat dihindarkan

dalam situasi sekolah, tetapi paling tidak harus diupayakan agar penilaian tidak

bersifat mencemaskan bagi subjek didik melainkan menjadi sarana yang dapat

mengembangkan sikap kompetitif secara sehat.

3. Pendidik harus bisa berempati. Artinya, dapat memahami pemikiran, perasaan,

dan perilaku subjek didik; dapat menempatkan diri dalam situasi subjek didik;

serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka. dalam suasana seperti ini,

Page 9: Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran

9

subjek didik akan merasa aman untuk mengembangkan dan mengemukakan

pemikirannya atau ide-idenya.

4. Penting bagi pendidik untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap

perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan

tindakan edukatif yang tepat sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang

memahami benar-benar pengalaman belajar yang diterimanya. Mencocokkan

sistem pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan cara yang

bagus untuk pengembangan intelektual peserta didik.

5. Model pembelajaran yang aktif adalah tidak menunggu sampai peserta didik

siap sendiri, tetapi guru menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa

sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada subjek didik untuk

berinteraksi edukatif sehingga mendorong percepatan perkembangan

kognitifnya.