Mempertimbangkan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget ...
Bab iii perkembangan kognitif dan bahasa
-
Upload
dikha-wijanarko -
Category
Documents
-
view
6.520 -
download
9
description
Transcript of Bab iii perkembangan kognitif dan bahasa
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
KELOMPOK SATU
ANGGOTA :
ISTI NURHAYATI 2201411012
DIKHA DANAR WIJANARKO 2201411012
LINA ENDAH NUR WAHYUNI 2201411072
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ROMBEL 08 (SELASA, 204)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB III
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempeljari Bab ini mahasiwa diharapkan memiliki kemampuan
dalam :
1. Menjelaskan perkembangan kognitif menurut pandangan Piaget.
2. Menjelaskan perkembangan kognitif menurut pandangan Bruner.
3. Menjelaskan perkembangan kognitif menurut pandangan Vygotsky.
4. Menjelaskan perkembangan kognitif menurut pandangan Chomsky.
A. Piaget tentang Perkembangan Kognitif
1. Konsep kunci
Terdapat empat konsep pokok yang diajukan oleh Piaget dalam
menjelaskan perkembangan kognitif, yaitu :
a. Skema
Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui
dan memahami objek. Dalam pandangan Piaget, skema meliputi
kategori pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan. Dalam
kehidupan seseorang, dia selalu mengalami sesuatu, dan informasi
yang diperoleh melalui pengalaman itu kemudian digunakan untuk
2
memodifikasi, menambahkan, atau mengubah skema yang telah
dimiliki sebelumnya.
b. Asimilasi
Proses memasukan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki yang
bersifat agak subjektif, karena seseorang cenderung memodifikasi
pengalaman atau informasi yang agak atau sesuai dengan keyakinan
yang telah dimiliki.
c. Akomodasi
Proses merubah skema yang telah dimiliki dengan informasi baru.
Skema baru itu dikembangkan terus selama proses akomodasi.
d. Ekuilibrium
Piaget percaya bahwa setiap anak mencoba memperoleh
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi dengan cara
menerapkan mekanisme ekuilibrium. Ekuilibrium ini menjelaskan
bagaimana anak mampu berpindah dari tahapan berpikir ke tahapan
berpikir berikutnya.
2. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif
Ada tiga tahap perkembangan kognitif dalam teori Piaget, yaitu tahap
sensorimotorik, preoperasional, dan opeasional.
Berikut adalah skema yang menggambarkan ketiga tahapan
perkembangan kognitif yang Piaget kemukaan, sekaligus dengan penjelasan
usia dan tahapan-tahapan yang lebih rinci dari masing-masing tiga tahap
tersebut.
3
Operasional formal
Preoperasional
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15+
Usia Kronologis
Tahap Sensorimotorik (0 – 2 tahun)
Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola reflektif untuk
beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukan pola
sensorimotorik yang lebih kompleks.
Pada tahap ini, Piaget membagi tahap sensorimotorik menjadi
beberapa sub-tahap, yaitu, reflek sederhana (lahir sampai 1 bulan), tahap
reaksi sirkuler primer dan kebiasaan pertama (1 – 4 bulan), masa reaksi
sirkuler sekunder (4 – 8 bulan), koordinasi tahap sirkuler sekunder (8 – 12
bulan), reaksi sirkuler tertier baru, dan ingin tahu (12 – 18 bulan), internalisasi
skema (18 – 24 bulan).
4
Sensori-motorik
Preoperasional
Intuitif
Operasional kngkrit
Pada akhir periode sensorimotorik, objek terpisah dari diri sendiri dan
bersifat permanaen. Objek permanen yakni pemahaman dimana objek itu
terus menerus ada walaupun secara nyata tidak dapat dilihat, didengar, atau
disentuh.
Praoperasional (2 – 7 tahun)
Tahap pemikiran yang lebih bersifat simbolis, egosentris, dan intuitif,
sehingga tidaka melibatkan pemikiran operasional. Tahap ini terbagi menjadi
dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intuitif.
Sub-tahap simbolis (2-4 tahun), pada tahap ini anak secara mental
sudah mampu mempresentasikan obyek yang tidak nampak dan penggunaan
bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga
muncul egoisme dan animisme. Egoisme terjadi ketika anak tidak mampu
membedakan perspektif yang dimilikinya dengan perspektif milik orang lain.
Animism merupakan keyakinan bahwa objek yang tidak bernyawa
mempunyai kualitas kehidupan. Sedangkan Sub-tahap Intuitif (4-7 tahun),
pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu
jawaban dari setiap pertanyaannya.
Tahap Operasional Kongkrit (7 – 11 tahun)
Pada tahap ini anak mampu mengoperasikan berbagai logika, namun
masih dalam bentuk benda kongkrit. Anak dalam tahap ini sudah mampu
menyusun rangkaian (seriation), yakni operasi kongkrit untuk mengurutkan
5
dimensi kuantitatif, dan pengalihan (transitivity), yakni kemampuan untuk
mengkombinasikan hubungan-hubungan secara logis guna memahami
kesimpuln tertentu.
Tahap Operasional (7 – 15 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.
Anak juga mampu berpikir spekulatif tentang kualitas ideal yang mereka
miliki. Disamping itu, anak juga sudah mampu menyususn rencana untuk
memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya. Kemampuan
berpikir seperti ini disebut oleh Piaget sebagai hypothetical-deductive-
reasoning, yakni mengembangkan hipotesis untuk memecahkan masalah dan
menarik kesimpulan secara sistimatis.
3. Implikasi Pembelajaran
Pemahaman tentang tahap-tahap kognitif anak, dapat membantu guru
memudahkan tatkala melakukan pembelajaran di kelas, misalnya :
a. Memberi kesadaran terhadap guru bahwa banyak siswa yang belum dapat
mencapai tahap berpikir operasional formal secara sempurna sehingga
penyusunan kurikulum juga hendaknya tidak terlalu formal dan abstrak.
b. Kondisi pembelajaran diciptakan dengan nuansa eksplorasi dan
penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan
intelektualnya.
6
c. Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya lebih banyak mengarah
pada konstruktivisme, yakni siswa lebih banyak dihadapkan pada problem
solving.
d. Setiap akhir pembelajaran dalam satu pokok bahasan, siswa diminta untuk
membuat map mind.
B. Bruner tentang Perkembangan Kognitif
1. Konsep Kunci
Enam hal penyusun teori perkembangan yang diperhitungkan oleh Jerome
Bruner :
a. Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon
terhadap stimulus. Ketika anak sudah terbebas dari kendali stimulus
dan mengenal bahasa, mereka belajar memediasi hubungan antara
stimulus dengan respon.
b. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem
pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita. Untuk
memahami pengalaman yang ada di luar dirinya, anak memerlukan
representasi mental tentang dunia di sekitarnya.
c. Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk
mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain, melalui kata-kata atau
simbol.
d. Interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan
kognitif. Guru bertugas memberikan penafsiran tentang dunia di
sekitar anak agar anak mengalami perkembangan intelektual.
7
e. Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif. Kemampuan berbahasa
tersebut menjadi sarana untuk mengkaitkan berbagai peristiwa dalam
bentuk sebab akibat.
f. Semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif
secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan
mengalokasikan perhatian secara runtut.
2. Tahap-tahap Perkembangan
Perilaku anak merupakan dasar pemahaman karakteristik
perkembangan kognitif menurut Bruner.
Ada 3 tahap perkembangan:
a. Tahap Enaktif, pada tahap ini anak memahami lingkungannya.
Misalnya, mengajari anak menaiki sepeda yang lebih mengutamakan
kecakapan motorik.
b. Tahap Ikonik, pada tahap ini informasi dibawa anak melalui imageri.
Karakteristik tunggal pada objek yang diamati dijadikan sebagai
pegangan, dan pada akhirnya anak mengembangkan memori visual.
c. Tahap Simbolik, pada tahap ini tindakan tanpa pemikiran terlebih
dahulu dan permaham perseptual sudah berkembang.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang berkembang dari
tahap enaktif ke ikonik dan pada akhirnya ke simbolik. Hal ini terjadi bukan
pada seorang dewasa yang umumnya sudah mempunyai banyak pengalaman,
sehingga lebih mengguanakan cara berpikir simbolik.
8
3. Implikasi terhadap Pembelajaran
Beberapa implikasi pembelajaran yang diperoleh dari temuan tentang
perkembangan kognitif.
a. Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa
b. Anak akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek
yang dipelajari.
c. Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat
menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak.
C. Vigotsky tentang Perkembangan Kognitif
1. Pandangan tentang Perkembangan Kognitif
Ada tiga konsep yang dikembangkan dalam teori Vigotsky (Tappan,
1998), yaitu :
a. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan
diinterpretasikan secara developmental (memahami fungsi kognitif
anak dengan memeriksa asal-usulnya dan transformasinya).
b. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk
diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu
dan mentransformasi aktivitas mental.
c. Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi
oleh latar belakang sosiokultural.
9
Teori Vigotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu
dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan
didistribusikan di antara orang dan lingkungan.
Vygotsky mengemukakan beberapa ie tentang zone of proximal
development (ZPD), yakni serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak
secara sendirian, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau
yang lebih mampu. ZPD ini digunakan untuk menujukkan pentingnya
pengaruh sosial terutama pada pengajaran.
Selain ZPD, terdapat juga scaffolding yakni teknik untuk mengubah
tingkat dukungan. Vigotsky juga berkeyakinan bahwa anak menggunakan
bahasa tidak hanya untuk berkomunikasi saja, melainkan juga utk
merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan sendirinya.
2. Implikasi dalam pembelajaran
Bentuk pembelajaran yang dimaksud sesuai dengan Teori Vigotsky
yakni :
a. Guru lebih akurat tatkala menyusun strategi belajarnya, dengan
memahami ZPD terlebih dahulu, sehingga guru tidak melulu hanya
memberikan bimbingan pada siswa.
b. Untuk mengembangkan pembelajaran yang berkomunitas, seorang
guru perlu memanfaatkan tutor sebaya di dalam kelas.
10
c. Dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya mengguanakan
scaffolding dengan tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya
sendiri.
2. Perkembangan Bahasa
1. Pengertian
Seara Psikolinguistik diartikan sebagai proses memperoleh bahasa,
menyusun tata bahasa dari ucapan-ucapan, memilih penilaian tata bahasa yang
paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut.
Proses perkembangan bahasa dapa dijelaskan melalui dua pendekatan
berikut :
a. Navistik (organismic innatences hypothesis): struktur bahasa telah
ditentukan secara biologik yang dibawa sejak lahir.
b. Emperistik (behaviorist hypothesis): kemampuan berbahsa merupakan
hasil belajar individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Tahap-tahap Perkembangan
Tahap Pralinguistik atau Meraban (0,3 – 1 tahun)
Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan
yang mempunyai fungsi komunikatif.
Tahap Halofrastik atau Kalimat Satu Kata (1 – 1,8 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya dan
hanya terdiri dari satu kata, seperti “mama”.
Tahap kalimat dua kata (1,8 – 2 tahun)
11
Pada tahapan ini, anak mulai lebih banyak kemungkinan menyatakan
maksud dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata, meskipun
kata yang digunakan belum sesuai dengan tata bahasa semestinya atau tidak
runtut, seperti “kucing papa”.
Tahap Perkembangan Tata Bahasa (2 – 5 tahun)
Anak mulai mengembangkan sejumlah sarana tata bahasa, panjang
kalimat bertambah, ucapan yang dihasilkn semakn kompleks, dan mulai
menggunakan kata jamak dan tugas.
Tahap Perkembangan Tata Bahasa Menjelang Dewasa (5 – 10 tahun)
Anak mulai mengembangkan struktur bahasa tata bahasa yang lebih
rumit, serta mulai terjadi perbaikan atau penghalusan.
Tahap Kompetensi Lengkap (11 tahun sampai dewasa)
Perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami
perubahan, semakin lancer dan fasih, serta terus berkembang kearah
tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkap.
3. Kemampuan Berbahasa dan Berpikir
Dalam aktivitas berpikir di dalamnya melibatkan bahasa. Berpikir
merupakan percakapan dalam hati inner speech, sedangkan bahasa merupakan
alat untuk berpikir dan bahasa mengekspresikan hasil pemikiran tersebut. Jadi,
berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan
terjadi dalam waktu yang relative bersamaan.
Misalnya: ketika kita ditanya alamat rumah oleh seseorang. Kita akan
berpikir membayangkan letak dan bentuk rumah tersebut. Kemudian kita akan
12
memberikan penjelasan bentuk dan letak rumah tersebut dengan susunan kata-
kata supaya mudah dipahami.
Faktor yang paling banyak berperan adalah faktor kognisi. Kapasitas
atau kemampuan kognisi, daya nalar mempengaruhi kemampuan bahasa
seseorang.
4. Karakteristik Perkembangan Bahasa
Masing-masing dari tahap perkembangan bahasa mempunyai
karakteristik. Pada tahap awal, seorang anak hanya mampu mengeluarkan
bunyi ujaran-ujaran dalam bentuk ocehan, kemudian anak tersebut mampu
mengucapkan satu kata, pada tahap selanjutnya dua kata namun belum
terstruktur, kemudian mampu menyatakan apa yang ingin disampaikan
meskipun masih mengabaikan aturan bahasa, sampai dengan anak tersebut
mampu mengucapkan kata-kata yang tersusun rapi dalam kalimat.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
seseorang, yaitu :
a. Faktor Biologis, bahwa setiap indivisu dibekali kemampuan
kodrati yang terkandung di dalam otak (Language Acquisition
Devices) sehingga memungkinkannya untuk menguasai bahasa.
b. Faktor Lingkungan, bahwa bahasa akan berkembang sebatas
kemampuan yang dimiliki dan kesempatan yang tersedia dalam
lingkungan perkembangannya.
13
6. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Bahasa
Adanya perbedaan individual secara biologis, genetis, pertumbuhan,
perkembangan, dan lingkungannya, maka berbeda pula kemampuan dan
perkembangan bahasa masing-masing individu. Perbedaan individu dalam
perkembangan bahasa merupakan faktor universal, suatu kenyataan dalam
psikologi perkembangan.
7. Implikasi dalam Pembelajaran
Upaya yang dapat dilakuakan untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa:
a. Mengupayakan lingkungan yang dapat memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi perkembangan bahasa secara optimal.
b. Pengenalan sejak dini terhadapa lingkungan yanag memiliki variasi
kemampuan bahasa pada anak.
c. Pengembangan strategi untuk mempermudah penguasaan bahasa,
antara lain: cara untuk memudahkan memingat, memicu, mengalami
langsung, dan bermain.
14