Perkembangan Elektronik Data
Transcript of Perkembangan Elektronik Data
2.1. Perkembangan elektronik data keperawatan di Rumah Sakit yang Berkembang di
Negara Maju dan di Indonesia
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi merupakan sesuatu hal
yang tak bisa dihindari dalam kehidupan ini karena kemajuan teknologi akan
berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan
untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia, memberikan banyak
kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tersebut telah mempengaruhi
aktivitas pengelolaan data dan informasi di berbagai bidang masyarakat termasuk
bidang keperawatan yang memunculkan istilah baru yaitu informatika
keperawatan (ANA, 2008).
Perkembangan informatika keperawatan di luar negeri telah berkembang
pesat pada seluruh aktivitas keperawatan, baik dalam bidang pelayanan,
pendidikan maupun riset keperawatan. Sementara penerapannya dalam sistem
dokumentasi akan mempengaruhi kontinuitas perawatan klien dan
memungkinkan perawat melakukan perawatan yang lebih aman (Rykkje, 2009).
Hasil penelitian Yu (2005) di Quensland, Australia, menunjukkan adanya
perbaikan dalam hal waktu yang diperlukan dalam pendokumentasian,
keterbacaan data dan kemudahan akses pada dokumentasi yang dilakukan
dengan berbasis teknologi informasi atau sistem komputerisasi bila dibandingkan
dengan pendokumentasian dengan sistem kertas (paper based). Hal ini sejalan
dengan penelitian Lee (2006) yang menyatakan bahwa pendokumentasian
berbasis teknologi informasi memungkinkan perawat menggunakannya sebagai
sarana belajar dan memahami pentingnya mendokumentasikan proses perawatan
pasien mereka serta menghemat waktu dalam menyusun rencana perawatan.
Namun, di Indonesia perkembangan informatika keperawatan
berkembang lamban. Umumnya rumah sakit di Indonesia belum memanfaatkan
Teknologi Informatika secara optimal. Kalaupun memang ada, TI digunakan
hanya sebatas pada kanal administratif, tidak sekaligus untuk mendukung
sepenuhnya kepentingan medis. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia
umumnya masih memakai pola manajemen informasi yang masih konvensional,
yaitu dengan secarik atau berlembar-lembar kertas untuk berbagai kebutuhannya.
Bisa dikatakan, layanan e-prescription atau resep elektronik yang sudah tidak
lagi membutuhkan kertas masih sangat jarang dijumpai di rumah sakit di
Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus memanfaatkan teknologi
informasi keperawatan dengan baik agar dapat memajukan dunia keperawatan.
Salah satu cara memanfaatkannya adalah dengan menggunakan teknologi dalam
dokumentasi keperawatan.
Penggunaan teknologi informasi dalam dokumentasi keperawatan
merupakan cara baru untuk merekam, memberikan dan menerima informasi
klien. Hal ini memberikan tantangan bagi perawat, terutama berkaitan dengan
kerahasiaan dan keamanan informasi klien sehingga perawat perlu didukung
dengan kebijakan dan pedoman yang jelas. Pengembangan dokumentasi dengan
dukungan teknologi informasi dan sistem komputerisasi harus tetap
memperhatikan prinsip-prinsip dokumentasi, akses, penyimpanan, pengambilan
dan pengiriman informasi seperti yang berlaku dalam sistem pendokumentasian
yang berbasis kertas (document paper) (CRNBC, 2007). Berdasarkan hal
tersebut dapat diketahui bahwa dokumentasi keperawatan dan dokumentasi
terkomputerisasi merupakan bagian dari elektronik data yang berkembang di
bidang keperawatan.
2.1.1 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang (Potter Perry, 2005). Catatan kesehatan klien dapat berupa
kertas dokumen atau dokumen elektronik, seperti rekam medis elektronik,
faks, e-mail, kaset audio atau kaset video dan gambar (CRNBC, 2007).
Proses mendokumentasikan perawatan klien telah dilakukan sejak jaman
Florence Nightingale yang menulis tentang pentingnya komunikasi di
antara pemberi layanan keperawatan dan merupakan pelopor dalam
pengembangan format yang digunakan dalam memfasilitasi proses
komunikasi tersebut. Meskipun bentuk pendokumentasian keperawatan
telah berkembang dari waktu ke waktu untuk memenuhi kebutuhan
perubahan dalam perawatan kesehatan, namun perubahan yang terjadi tidak
membawa pengaruh besar dalam proses dokumentasi hingga
diperkenalkannya komputer dalam kesehatan di akhir abad 20 (Turpin,
2005).
Berdasarkan hal di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
pendokumentasian adalah untuk memfasilitasi proses komunikasi di antara
tim kesehatan. Melalui dokumentasi, perawat dapat berkomunikasi dengan
perawat lain dan tim kesehatan tentang penilaian terhadap status klien,
intervensi keperawatan yang dilakukan dan hasil dari intervensi (WHO,
1996). Selain itu, dokumentasi keperawatan juga dapat meningkatkan
kualitas keperawatan serta membantu perawat dalam memberikan
perawatan secara optimal dan berkelanjutan dengan cara memandu perawat
untuk dapat menulis dokumentasi dengan benar (Gregory et al, 2008).
Sebelumnya telah ada penggunaan teknologi informasi yang disiapkan
bagi mahasiswa perawat untuk menyimpan data dengan menggunakan
perangkat mobile. Perangkat ini digunakan untuk menilai fisik pasien,
kemudian mentransfer penilaian tersebut pada aplikasi desktop. Dibuatnya
versi 1.0 sistem, dapat digunakan untuk menyajikan gambar atau sketsa
seorang pria telentang dalam lingkaran. Pemilihan menu memungkinkan
pengguna untuk memilih sistem fisiologis yang relevan dengan bagian-
tubuh yang dipilih. Pengguna ini kemudian dimaksudkan untuk
menggunakan sistem Palm “Sync-Manager” untuk mentransfer data fisik
penilaian-set ke desktop, untuk dilihat dan secara opsional diedit
menggunakan versi desktop Nursing Information System. Sebuah “saluran”
custom-dikembangkan mengelola transfer ini, dengan cara file-format-
spesifik NIS. (Larry LeFever, 2003).
2.1.1.1 Dokumentasi Keperawatan dengan Kode (Coded Nursing
Documentation/CND)
Adalah dokumentasi menggunakan sistem komputer dimana
catatan keperawatan yang terlihat hanya kode saja. Kode sendiri
berdasarkan standar asuhan keperawatan yang telah dirumuskan.
Virginia, dkk (2008) pengembangan dokumentasi yang dilakukan
berupa dokumentasi keperawatan dengan sistem pengkodean.
Pengkodean dilakukan dengan memasukkan data pasien ke
komputer, pada akhirnya akan terlihat data dokumentasi hanya
berupa kode secara lengkap menguraikan mulai dari penyakit
hingga evaluasi yang akan dicapai oleh pasien tersebut. Sistem
pengkodean ini, tidak menuntut perawat untuk melakukan
aktivitas menulis lebih banyak.
2.1.1.2 Clinical Care Clasification (CCC)
Adalah sebuah standar terminologi keperawatan yang terdiri dari
atom (data) konsep, masing-masing mempunyai kode yang unik
dan definisi, sehingga memungkinkan untuk kode dokumentasi
keperawatan serta proses rencana perawatan elektronik. Model
Sistem CCC menggambarkan dokumentasi perawatan pasien oleh
perawat dan semua penyedia layanan kesehatan dalam pengaturan
perawatan kesehatan sebagai interaktif, saling berkaitan, dan proses
umpan balik yang terus-menerus. Model Sistem CCC
mengilustrasikan hubungan antara CCC of Nursing diagnosis dan
hasil dan CCC Keperawatan dan Intervensi.
Clinical Care Clasification (CCC) Sistem akan menyediakan
kerangka kerja standar untuk mengklasifikasi nursing diagnosis,
nursing interventions, dan hasil keperawatan untuk kode
dokumentasi keperawatan. Komponen meliputi: 1) Aktivitas, 2)
Usus/lambung, 3) Jantung, 4) kognitif, 5) Koping, 6) Volume
cairan, 7) Kesehatan Perilaku, 8) Siklus kehidupan, 9) Obat-obatan,
10) Metabolik, 11) Gizi, 12) Keseimbangan psikis, 13) Pernafasan,
14) Peranan hubungan, 15) Keselamatan, 16) Perawatan Diri, 17)
Konsep Diri, 18) Sensorik, 19) Kulit Integritas, 20) Perfusi
Jaringan, dan 21) Fungsi Eliminasi.
2.1.1.3 Proses pengembangan Dokumentasi Keperawatan dengan Kode
Dokumentasi keperawatan dengan kode menggunakan sistem
terminologi keperawatan yang meliputi perencanaan, analisis,
desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Berbagai hal
yang perlu disediakan:
1. Alat
Perlengkapan yang disiapkan adalah Sistem Informasi
Kesehatan Elektronik, Electronic Health Record, Electronic
Medical Record, Electronic Patient Record, Sistem Informasi
klinis, Order Entry Provider Computerized System.
2. SDM
Perawat, Providers, Consulting Providers, Allied Health
Professionals
Tahapan yang perlu dilaksanakan dalam aplikasi dokumentasi :
1. Perencanaan
Inti dari perencanaan adalah bagaimana produk akhir akan terlihat dan
bagaimana Kode Dokumentasi Keperawatan (CND) akan disajikan dan
digunakan, kegiatannya meliputi :
a. Menentukan ruang lingkup dan desain
b. Memperoleh dukungan administrasi
c. Identifikasi format untuk CND menggunakan beberapa pendekatan
yang mungkin yaitu standar, individual dan interaktif.
2. Analisis
Analisis terhadap proses dokumentasi keperawatan yang ada dan
menentukan perubahan dan konfigurasi meliputi:
a. Analisis dokumentasi keperawatan yang ada
b. Lacak alur kerja perawat dalam perawatan
c. Tentukan apa yang konten perlu dikumpulkan
d. Tentukan apa yang laporan yang diperlukan
3. Desain
Informasi yang dianalisa digunakan untuk merancang prototipe yang
berfokus pada mengkonfigurasi aplikasi CND.
a. Desain model mengikuti enam langkah dari proses keperawatan
b. Tentukan spesifikasi dan lingkup fungsional
c. Tentukan tingkat kekhususan
4. Pelaksanaan
Fase ini menunjukkan CND sebagai aplikasi catatan elektronik juga
sebaiknya:
a. Menyediakan teknisi, profesional dan dukungan pelatihan
b. Menetapkan pemeliharaan dan memperbarui prosedur.
5. Evaluasi
Evaluasi dan fase terakhir adalah CND dianalisis untuk memastikan
bahwa CND memuat enam set kode yang berfungsi seperti yang
direncanakan dan dikonfigurasi. Tahap evaluasi terdiri dari:
a. Ujilah kegunaan aplikasi
b. Ujilah keumuman laporan
c. Ujilah kembali penggunaan dan aplikasi penelitian
d. Ujilah kepuasan pengguna
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
dokumentasi keperawatan dengan berbasis teknologi informasi sebagai
catatan elektronik adalah (CRNBC, 2007):
1. Catatan kesehatan elektronik klien adalah kumpulan informasi kesehatan
pribadi satu individu yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan
dan disimpan secara elektronik di bawah pengamanan ketat.
2. Dokumentasi dalam catatan keperawatan elektronik harus komprehensif,
akurat, tepat waktu, dan jelas mengidentifikasi pemberi perawatan
3. Entri data dilakukan oleh orang yang melaksanakan perawatan dan
bukan oleh staf yang lain.
4. Masukan data yang dibuat dan disimpan dalam catatan keperawatan
elektronik dianggap sebagai bagian permanen dari rekaman dan tidak
dapat dihapus. Jika diperlukan koreksi setelah data dimasukkan dan
telah disimpan, maka kebijakan lembaga memberikan arahan tentang
bagaimana hal ini harus dilakukan.
Lembaga yang menggunakan dokumentasi elektronik harus memiliki
kebijakan untuk mendukung penggunaannya, termasuk kebijakan untuk:
mengoreksi apabila terjadi kesalahan dalam dokumentasi atau jika
terlambat memasukkan data; mencegah penghapusan informasi;
mengidentifikasi perubahan dan update catatan; melindungi kerahasiaan
informasi klien; menjaga keamanan dari sistem (password, perlindungan
virus, enkripsi, firewall); pelacakan akses tidak sah ke informasi klien;
proses untuk mendokumentasikan di instansi menggunakan campuran
metode elektronik dan kertas; back-up klien informasi; dan sarana
dokumentasi dalam hal kegagalan sistem (CRNBC, 2007).
Selain hal tersebut diatas rumah sakit harus memiliki kebijakan yang
mengatur lama waktu suatu dokumentasi kesehatan klien harus disimpan.
Dokumen klien yang disimpan di rumah sakit dapat dianggap sebagai
catatan primer, sekunder atau sementara. Pedoman penyimpanan dokumen
klien antara lain:
1. Catatan yang berisi referensi darah atau produk darah harus
dipertahankan selama-lamanya. Dengan kata lain, catatan tersebut harus
disimpan selamanya.
2. Catatan primer klien misalnya, catatan dokter, catatan keperawatan,
konsultasi, resume, dan pemberitahuan kematian disimpan selama 10
tahun
3. Sekunder dokumen misalnya hasil pemeriksaan diagnostik, catatan
pengobatan disimpan selama enam tahun
4. Catatan sementara misalnya laporan diet, bagan grafik disimpan selama
satu tahun
Pedoman yang dapat digunakan oleh perawat dalam menggunakan
dokumentasi elektronik adalah sebagai berikut:
1. Tidak pernah mengungkapkan atau mengizinkan orang lain
menggunakan nomor identifikasi pribadi (password) dan
menginformasikan kepada atasan langsung jika ada kecurigaan bahwa
kode identifikasi sedang digunakan oleh orang lain
2. Mengubah password pada interval yang sering dan teratur (sesuai
kebijakan lembaga)
3. Memilih password yang tidak mudah diuraikan dan melakukan log off
bila tidak menggunakan sistem atau ketika meninggalkan sistem.
4. Menjaga kerahasiaan semua informasi, termasuk semua salinan cetak
dari informasi dan melindungi informasi klien yang ditampilkan pada
monitor misalnya dengan penggunaan screen saver, mengatur lokasi
monitor, dan menggunakan privasi layar
5. Menggunakan sistem hanya pada layanan akses yang aman untuk
membuka ke informasi klien
6. Melakukan akses hanya pada informasi klien yang diperlukan untuk
memberikan pelayanan keperawatan pada klien tersebut.
7. Mengakses informasi klien untuk tujuan selain memberikan asuhan
keperawatan merupakan pelanggaran kerahasiaan.
2.1.2. Dokumentasi Keperawatan Terkomputerisasi
Computerized nursing documentation adalah suatu modul keperawatan
yang dikombinasikan dengan sistem komputer rumah sakit ke staf
perawat. Dengan sistem yang terkomputerisasi ini perawat dapat
melakukan akses ke laboratorium radiologi, fisioterapi, dan disiplin yang
lain, seperti ahli gizi, fisioterapis dan occupational therapies.
Pendokumentasian keperawatan merupakan hal penting yang dapat
menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan (Kozier,E, 2008).
Pemikiran tentang dokumentasi keperawatan yang terkomputerisasi
dibuat dalam rangka memudahkan dan mempercepat pendokumentasian
asuhan keperawatan yang dibuat. Dengan sistem ini perawat lebih dapat
menghemat waktu dan perawat akan lebih sering berada di samping
pasien. Dengan dokumentasi yang terkomputerisasi ini pencatatan dapat
dilakukan akurat dan lengkap. Suatu studi diselenggarakan di University
medical center Heidelberg selama 18 bulan. Hasil dari studi menunjukkan
adanya suatu peningkatan yang penting tentang kuantitas dan kualitas
dokumentasi. Aspek positif meliputi kelengkapan dari dokumentasi
keperawatan, aspek yang formal dan peningkatan kualitas hubungan antar
perawat. Aspek yang negatif adalah berkaitan dengan kontens dari rencana
keperawatan (Kozier,E, 2008).
Pendokumentasian asuhan keperawatan saat ini masih banyak
dilakukan secara manual. Hal ini dapat menimbulkan efek negatif yang
cukup tinggi. Maka dari itulah pendokumentasian asuhan keperawatan
perlu diterapkan di Indonesia. Beberapa fungsi dari pendokumentasian
terkomputerisasi, yaitu:
1. Bukti hukum
Pendomukentasian askep secara manual sangat berisiko. Hal ini
dikarenakan apabila terjadi kasus hukum, tulisan tangan sangat sulit
dipertanggungjawabkan. Dengan adanya dokumentasi asuhan
keperawatan yang berbasis teknologi dan terkomputerisasi bisa
menjadi bukti hukum yang konkret dan terpercaya. Jika terjadi
masalah hukum penanganannya bisa lebih cepat karena adanya
undang-undang teknologi informasi yang ada dan jelas mengaturnya.
2. Meningkatkan standar pelayanan dan jaminan mutu perawat
Dokumentasi asuhan keperawatan terkomputerisasi menjadikan proses
pencatatan data klien dan asuhan keperawatan yang diberikan menjadi
lebih efisien dan aman. Pendokumentasian yang efektif dapat
mencerminkan meningkatnya standar mutu pelayanan dan mutu
perawat. Jika dibandingkan dengan dengan dokumentasi secara
manual yang membutuhkan waktu lama dan sangat tidak efektif.
Karena dengan penggunaan waktu yang lama dalam
pendokumentasian sehingga bisa saja standar pelayanan keperawatan
dan jaminan mutu terbengkalai.
3. Sarana komunikasi
Lengkapnya data yang dibuat dalam dokumentasi asuhan
keperawatan sehingga sarana komunikasi perawat, klien, keluarga dan
staf kesehatan lainnya bisa menjadi jelas. Hal ini dikarenakan dengan
data terkomputerisasi maka pencarian data menjadi lebih mudah dan
efisien. Ketika data tersebut dibutuhkan, maka bisa langsung dengan
cepat diakses sehingga komunikasi menjadi lancar.
4. Mencatat administrasi
Kualitas pendokumentasian keperawatan dapat dilihat dari
kelengkapan dan keakuratan menuliskan proses asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien. Data asuhan keperawatan klien selain
digunakan sebagai riwayat keperawatan tapi juga bisa digunakan
sebagai catatan administrasi. Catatan askep yang diberikan dapat
mencerminkan data administrasi yang ada.
5. Memberikan pendidikan dan sumber penelitian
Catatan pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah
dibuat oleh perawat dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran
dan penelitian bagi perawatnya sendiri maupun mahasiswa kesehatan
lainnya. Karena perawat tersebut dapat melakukan evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang telah diberikan selama ini.
6. Bahan akreditasi rumah sakit
Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan pada suatu rumahsakit, seperti pendokumentasian
manual atau terkomputerisasi dapat menjadi ukuran akreditasi suatu
rumah sakit.
2.1.3 Bentuk-bentuk Dokumentasi Data
2.1.3.1 Smart Card
Smart card merupakan salah satu pengembangan sistem
informasi kesehatan yang telah dikembangkan di negara-negara
maju seperti negara-negara di Eropa. Smart card, seperti artinya
yaitu sebuah kartu cerdas yang di pegang oleh klien dan tenaga
kesehatan untuk dapat mengakses dengan mudah data kesehatan
klien secara akurat. Pelayanan kesehatan yang bervisi maju serta
mengedepankan kenyamanan, dilakukan pengembangan “Aplikasi
Pelayanan Kesehatan” dengan berbasis pada smart card. Sistem
Aplikasi yang dikembangkan ini diproyeksikan untuk
mendayagunakan penggunaan smart card dalam manajemen sumber
daya di sebuah unit pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit atau
Klinik baik yang berdiri sendiri atau yang berada di dalam suatu
institusi, serta untuk memberikan pelayanan yang lebih cepat, tepat
dan berfungsi tinggi, yang membuat suasana suatu unit pelayanan
kesehatan lebih maju dan terkontrol dalam sistem informasi yang
memadai (Sarinanto, dkk, 2002).
2.1.3.2 Mobile Nursing Information System (MNIS)
Mobile Nursing Information System diproduksi paling terintegrasi
dengan komputer dan jaringan komunikasi. Sistem ini menawarkan
portabilitas perawat dan akses mobile ketika informasi yang
dibutuhkan. Komputer portabel komputer laptop, komputer tablet,
atau personal digital assistant (PDA) Wireless komunikasi dan
jaringan memungkinkan komputer mobile untuk mengakses data
dalam sistem informasi rumah sakit (HIS) online tanpa kabel.
populer komunikasi nirkabel semut jaringan termasuk GSM,
jaringan area lokal nirkabel (WLAN) dan bluetooth, WLAN cocok
untuk digunakan dalam keperawatan.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat
komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang
didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang
sepanjang masa (Koeniger-Donohue, 2008). Pada aplikasi klinis
yang sudah digunakan adalah referensi tentang obat. PDA dengan
mudah dapat menariknya keluar ketika butuh pengingat cepat
tindakan obat, intervensi, diagnosis. PDA semacam ini
memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar
code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka,
seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain
(Joan, Dionne, & Jia Joyce, 2006)
2.1.3.3 Nursing Home Clinical System
Sistem OneTouch teknologi sebelumnya tidak tersedia untuk
perawatan di rumah dan merupakan pergeseran dari manual kertas
pena ke metode digital. Pengumpulan data baru ini memiliki efek
positif pada kualitas pribadi perawatan dengan meningkatkan
deteksi masalah penduduk melalui alert otomatis. Bukti efek positif
dari otomatisasi ditemukan dalam praktek kritis menggunakan
tanda untuk meningkatkan evaluasi pasien yang spesifik dan
keputusan klinis. OneTouch mengintegrasikan teknologi khusus
yang digunakan untuk melacak secara elektronik perawatan di
rumah, PDA di samping tempat tidur untuk data perawatan masuk,
dan teknologi wieless melalui perangkat lunak untuk mendukung
CDSS (clinical decission suport system).
Modul Bed side ini dirancang untuk menyediakan
kelengkapan, dokumentasi yang diverifikasi dan interaktivitas dari
item tertentu dalam catatan klinis. Pengguna nursing home clinical
system sebelumnya menunjukkan bahwa jenis sistem dokumentasi
bed-side ini memberikan manfaat penyedia perawatan kesehatan.
Mereka bisa melihat banyak hal tentang perawatan pada penduduk
secara bersamaan dari beberapa daerah di fasilitas dan kemudian
melacak informasi pelayanan penduduk yang nantinya
dikembalkani ke penyedia layanan tersebut. Informasi yang
disediakan termasuk hal-hal penting seperti tanda tanda klinis,
pesan antara perawat, item rencana perawatan, perintah aktif dari
dokter,dan perawatan.
2.1.3.4 Rekam Medis Elektronik (Electronical Medical Record)
Modul ini berguna untuk menangani data riwayat medis
pasien, seperti misalnya Riwayat Klinis, Resume, dan Ringkasan
Masuk / Keluar. Format datanya sudah distandarisasi sedemikian
rupa sehingga dapat membantu menghasilkan laporan Departemen
Kesehatan.
2.1.3.5 Billing System
Modul ini dipergunakan untuk menangani pencatatan biaya
pelayanan (tindakan & obat) dan pembayarannya, baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan. Mulai dari registrasi (pendaftaran),
biaya-biaya yang timbul selama perawatan untuk pasien rawat inap,
biaya tindakan tambahan untuk pasien rawat jalan, sampai terakhir
pada pembayaran. Billing untuk layanan penunjang medis seperti
Radiologi, Laboratorium serta Rehab Medik juga termasuk di
dalam modul ini.
American Nurses Association. (2008). Nursing informatics: Scope and standards of practice. Silver Springs: American Nurses Association.
Budiyati. (2010). Pelaksanaan rekam medis elektronik (EMR): Bagaimana penyedia layanan kesehatan mengelola tantangan menuju perubahan sistem digital. Diambil dari: http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/TUGAS%20SIM%20Budi.pdf
CRNBC. (2007). Nursing Documentation. https://www.crnbc.ca/downloads/151.pdfGregory,et al (2008). Documentation in Practice. Journal of Nursing Management.
Edition 4.Volume 17.
Kozier, Erb. Berman & Snyder. (2008). Fundamental of Nursing: Concepts, process,
and practice.7thEdition. New Jersey : Pearson Education. Inc.
Larry LeFever (2003). Reengineering a Mobile Nursing Information System.
http://proquest.umi.com/pqdweb?
RQT=511&sid=1&restriction=4&TS=1288863445
Lee, T. (2005). Nurses’ perceptions of their documentation experiences in a computerized nursing care planning system. http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer
Potter (2005). Fundamentals Of Nursing: Concepts Process And Practice. California: Addison Wesley.
Rykkje, L. (2009) . Implementing Electronic Patient Record and VIPS in medical hospital wards: Evaluating change in quantity and quality of nursing documentation by using the audit instrument Cat-ch-Ing http://content.ebscohost.com/pdf23_24/pdf/2009/Z06/01Jun09/43375690.pdf?T=P&P=AN&K=2010357929&S=R&D=rzh&EbscoContent=dGJyMMTo50SeqLc4zdnyOLCmr0ieprBSsa64TLeWxWXS&ContentCustomer=dGJyMPGnrkqurrJJuePfgeyx4YHs1%2BaE
Turpin. (2005). Transitioning From Paper to Computerized Documentation. Gastroenterology Nursing. Volume 28. http://journal.lww.com/gastroenterologynursing.
WHO. (1996). The Nursing Process and Documentation. http://whqlibdoc.who.int/hq/1996/EUR_ICP_DLVR02_96_1-4.pdf
Yu, P. (2006). Electronic Versus Paper-Based Nursing Documentation Systems: The Caregivers Weigh In. JAGS VOL. 54 (10) http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=5&hid=9&sid=f621f766-0ac2-4b4d-a756-7d290644cd66%40sessionmgr13.