Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti...

download Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perka No 17 Tahun 2011)

of 70

Transcript of Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti...

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    1/70

    PERATURANKEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANANOMOR 11 TAHUN 2008

    TENTANG

    PEDOMANREHABILITASI DAN REKONSTRUKSIPASCA BENCANA

    BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA(BNPB)

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    2/70

    - i -DAFTAR ISI

    1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGANBENCANA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMANREHABILITASI DAN REKONSTRUKSI2. LAMPIRAN I : PEDOMAN REHABILITASI PASCA BENCANA

    BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ............................................................................. 1B. Tujuan .......................................................................................... 2C.

    Dasar Hukum .............................................................................. 3D. Pengertian dan Batasan Umum ................................................. 3

    BAB II KEBIJAKAN, STRATEGI DAN SASARANA. Ketentuan Umum dan Kebijakan Rehabilitasi .......................... 7B. Strategi ......................................................................................... 8C. Sasaran ......................................................................................... 8

    BAB III PROSEDUR UMUMA. Sosialisasi dan Koordinasi Program ............................................ 9B. Inventarisasi dan Identifikasi Kerusakan/Kerugian ................ 9C. Perencanaan dan Penetapan Prioritas ....................................... 9D. Mobilisasi Sumberdaya .............................................................. 10E. Pelaksanaan Rehabilitasi .......................................................... 10F. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan ....................................... 10

    BAB IV RUANG LINGKUP PELAKSANAANA. Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana ................................ 11B. Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum ................................ 13C. Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat .............. 16D. Pemulihan Sosial Psikologis ..................................................... 20E. Pelayanan Kesehatan ................................................................ 22F. Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik ............................................ 24G. Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya ......................................... 26H. Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ..................................... 28I. Pemulihan Fungsi Pemerintahan ............................................. 30

    J. Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik ....................................... 31BAB V PENUTUP ......................................................................................... 34

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    3/70

    - ii -3. LAMPIRAN II : PEDOMAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA

    BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ........................................................................... 35B. Tujuan ........................................................................................ 36C. Dasar Hukum ............................................................................ 37D. Pengertian .................................................................................. 37

    BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGIA. Kebijakan ................................................................................... 39B. Strategi ....................................................................................... 40C. Sasaran ....................................................................................... 41

    BAB III PENYELENGGARAAN REKONSTRUKSIA. Koordinasi Program ................................................................... 42B. Inventarisasi dan Identifikasi Kerusakan/Kerugian .............. 43C. Perencanaan dan Pemantauan Prioritas Pembangunan ........ 44D. Mekanisme Penyelenggaraan .................................................. 45E. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan ..................................... 50

    BAB IV LINGKUP PELAKSANAAN REKONSTRUKSIA. Program Rekonstruksi Fisik ...................................................... 53B. Program Rekonstruksi Non Fisik .............................................. 57

    BAB V PENUTUP ......................................................................................... 61LAMPIRAN A - B

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    4/70

    BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA(BNPB)

    PERATURANKEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

    NOMOR 11 TAHUN 2008TENTANGPEDOMAN

    REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

    Menimbang : a. bahwa dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksipenanganan pasca bencana, diperlukan pedomanpanduan dalam pelaksanaan rehabilitasi danrekonstruksi;

    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan PeraturanKepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentangPedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimanatelah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

    Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4723);

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentangPenyelenggaraan Penanggulangan Bencana (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42,

    Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4828);

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    5/70

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang

    Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4829);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentangPeran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga AsingNonpemerintah dalam Penanggulangan Bencana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4830);

    6. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentangBadan Nasional Penanggulangan Bencana;

    7. Keputusan Presiden Nomor 29/M Tahun 2008 tentang

    Pengangkatan Kepala dan Pejabat Eselon I BadanNasional Penanggulangan Bencana.

    MEMUTUSKAN :Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NASIONALPENANGGULANGAN BENCANA TENTANG PEDOMANREHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA.

    Pasal 1Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana merupakan panduan

    bagi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam menyusun rencanaRehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana.

    Pasal 2Pedoman dimaksud dalam Pasal 1 sebagaimana tercantum dalam lampirankeputusan ini, merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan ini.

    Pasal 3Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di Jakartapada tanggal 17 Desember 2008

    KEPALABADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

    ttd

    DR. SYAMSUL MAARIF, M.Si

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    6/70

    - 1 -LAMPIRAN I : PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL

    PENANGGULANGAN BENCANANOMOR : 11 TAHUN 2008TANGGAL : 17 DESEMBER 2008

    PEDOMANREHABILITASI PASCA BENCANABAB IPENDAHULUAN

    A. Latar belakangPembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

    Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan pembentukan NegaraRepublik Indonesia antara lain adalah melindungi segenap bangsadan seluruh tumpah darah Indonesia. Di tengah fakta bahwa bangsaIndonesia hidup di negara yang secara geografis rawan bencana,maka menjadi tugas negara untuk melindungi bangsa dan seluruhtumpah darah Indonesia dari bencana.

    Terjadinya bencana besar tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam

    pada tahun 2004 dan gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah(Kabupaten Klaten) pada tahun 2006 dan beberapa bencana lainsebelum dan sesudahnya telah mendorong bangsa Indonesia untukmenerima kenyataan hidup berdampingan dengan bencana. Sebagaikonsekuensi atas penerimaan tersebut, bangsa Indonesia telahmelahirkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana. Untuk merealisasikan Undang-Undangtersebut, pada tahun 2008 telah diterbitkan Peraturan PemerintahNomor 21 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,Peraturan Pemerintah Nomor 22 tentang Pendanaan dan PengelolaanBencana, Peraturan Pemerintah Nomor 23 tentang PeransertaLembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalam

    Penanggulangan Bencana.

    Keberhasilan bangsa Indonesia dalam menangani bencana bukansaja terletak pada ketersediaan perangkat Undang-Undang danPeraturan Pemerintah yang terkait dengan kebencanaan, tetapi

    juga implementasi perangkat kebijakan tersebut di lapangan.Di hadapan perubahan politik, ekonomi, sosial dan budaya bangsaIndonesia serta perubahan global yang sangat cepat, bukan tidakmungkin implementasi Undang-Undang dan Peraturan PemerintahPenanggulangan Bencana mengalami hambatan. Sebagai contoh,kebijakan otonomi daerah yang dimaksudkan untuk memberdayakanpemerintah daerah dan mendekatkan serta mengoptimalkan

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    7/70

    - 2 -pelayanan dasar kepada masyarakat ternyata tidak dengan sendirinyameningkatkan kemampuan daerah menangani bencana. Kebijakanotonomi daerah sering dipahami terbatas sebagai keleluasaan untukmemanfaatkan sumberdaya tanpa dibarengi kesadaran untuk

    mengelolanya secara bertanggungjawab. Penggeseran wewenang daripusat ke daerah seringkali tidak diiringi dengan pengalihan tanggung

    jawab pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat. Akibatnya,pada saat bencana terjadi tanggapan daerah cenderung lambat danseringkali tergantung pada pusat. Keadaan ini menjadi semakin rumitapabila bencana tersebut meliputi lebih dari satu daerah. Di lainpihak, pada saat terjadi bencana, kurangnya koordinasi antar tataranpemerintahan menghambat pelaksanaan tanggapan yang cepat,optimal dan efektif.

    Diterbitkannya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintahtentang kebencanaan serta pengalaman penanganan bencana-bencana besar yang telah terjadi menegaskan pentingnya suatupedoman yang mengatur fungsi dan peran berbagai pihak terkaitdalam penanganan bencana secara sistemik, terintegrasi dankomprehensif. Pedoman Rehabilitasi ini diharapkan dapatmengurangi kegamangan, mendorong koordinasi para pihak yangterlibat dalam tahap rehabilitasi bencana yang lebih jelas sehinggamenghasilkan penanganan bencana yang lebih efektif. Sebagaipedoman umum, dokumen ini diharapkan dapat berlaku untukberbagai jenis bencana di seluruh wilayah Indonesia dengan

    karakteristik masing-masing.

    Sebagai bagian dari keseluruhan penanggulangan bencana,implementasi tahapan rehabilitasi harus dikaitkan dengan tahapanlain. Dalam pengertian ini, bukan saja kegiatan-kegiatan tahapanrehabilitasi berhubungan dengan tahap prabencana dan tanggapdarurat tetapi juga berhubungan dengan tahapan rekonstruksi.Hubungan dan koordinasi antar tahapan ini sangat menentukanefektifitas dan efisiensi penanggulangan bencana. Oleh karena itu,pentahapan penanggulangan bencana semestinya tidak ditempatkansebagai tujuan melainkan cara untuk mencapai efisiensi dan

    efektifitas penanggulangan bencana secara keseluruhan. Di ataspengertian ini, sinkronisasi dan koordinasi semestinya merupakankata kunci penanggulangan bencana yang harus dilaksanakan olehberbagai pihak.

    B. TujuanTujuan dari diterbitkannya Pedoman Umum Rehabilitasi adalah:1. Memberikan acuan/pegangan bagi penyelenggaraan rehabilitasi;2. Menjamin ketertiban dan kelancaran penyelenggaraan

    rehabilitasi;3. Menjamin pencapaian tujuan rehabilitasi.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    8/70

    - 3 -C. Dasar Hukum

    1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan PokokKesejahteraan Sosial.

    2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentangPerubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

    3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4723);

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentangPenyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4828);

    5.

    Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaandan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4829);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran SertaLembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalamPenanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4830);

    7. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan NasionalPenanggulangan Bencana.D. Pengertian dan batasan umum

    Pengertian dan batasan yang digunakan dalam pedoman ini adalahpengertian dan batasan sebagaimana yang tertuang dalamUndang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentangPenyelenggaraan Penanggulangan Bencana, dan penjelasannya :

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    9/70

    - 4 -1. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek

    pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadaipada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuknormalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek

    pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayahpascabencana.

    2. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan (a) perbaikan lingkungandaerah bencana; (b) perbaikan prasarana dan sarana umum;(c) pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;(d) pemulihan sosial psikologis; (e) pelayanan kesehatan;(f) rekonsiliasi dan resolusi konflik; (g) pemulihan sosial ekonomibudaya; (h) pemulihan keamanan dan ketertiban; (i) pemulihanfungsi pemerintahan; dan (j) pemulihan fungsi pelayanan publik.

    3. Kegiatan rehabilitasi harus memperhatikan pengaturan mengenaistandar konstruksi bangunan, kondisi sosial, adat istiadat, budayadan ekonomi

    4. Perbaikan lingkungan daerah bencana merupakan kegiatan fisikperbaikan lingkungan untuk memenuhi persyaratan teknis, sosial,ekonomi, dan budaya serta ekosistem suatu kawasan.

    5. Kegiatan perbaikan fisik lingkungan sebagaimana dimaksudmencakup lingkungan kawasan permukiman, kawasan industri,kawasan usaha, dan kawasan bangunan gedung.

    6. Perbaikan prasarana dan sarana umum merupakan kegiatanperbaikan prasarana dan sarana umum untuk memenuhi

    kebutuhan transportasi, kelancaran kegiatan ekonomi, dankehidupan sosial budaya masyarakat.

    7. Kegiatan perbaikan prasarana dan sarana umum mencakup:(a) perbaikan infrastuktur dan (b) fasilitas sosial dan fasilitasumum.

    8. Kegiatan perbaikan prasarana dan sarana umum memenuhiketentuan mengenai: (a) persyaratan keselamatan; (b) persyaratan

    sistem sanitasi; (c) persyaratan penggunaan bahan bangunan; dan(d) persyaratan standar teknis konstruksi jalan, jembatan,bangunan gedung dan bangunan air.

    9. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat merupakanbantuan Pemerintah sebagai stimulan untuk membantumasyarakat memperbaiki rumahnya yang mengalami kerusakanakibat bencana untuk dapat dihuni kembali.

    10.Bantuan Pemerintah sebagaimana dimaksud dapat berupa bahanmaterial, komponen rumah atau uang yang besarnya ditetapkan

    berdasarkan hasil verifikasi dan evaluasi tingkat kerusakan rumahyang dialami.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    10/70

    - 5 -11.Bantuan Pemerintah untuk perbaikan rumah masyarakat

    sebagaimana dimaksud diberikan dengan pola pemberdayaanmasyarakat dengan memperhatikan karakter daerah dan budayamasyarakat, yang mekanisme pelaksanaannya ditetapkan melalui

    koordinasi BPBD.

    12.Tujuan pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakatdimaksudkan untuk memperbaiki kondisi rumah masyarakat agardapat mendukung kehidupan masyarakat, seperti komponenrumah, prasarana, dan sarana lingkungan perumahan yangmemungkinkan berlangsungnya kehidupan sosial dan ekonomi

    yang memadai sesuai dengan standar pembangunan perumahansebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

    13.Pemulihan sosial psikologis ditujukan untuk membantumasyarakat yang terkena dampak bencana, memulihkan kembalikehidupan sosial dan kondisi psikologis pada keadaan normalseperti kondisi sebelum bencana.

    14.Kegiatan membantu masyarakat terkena dampak bencanasebagaimana dimaksud dilakukan melalui upaya pelayanan sosialpsikologis berupa: (a) bantuan konseling dan konsultasi;(b) pendampingan; (c) pelatihan; dan (d) kegiatan psikososial

    15.Pelayanan kesehatan ditujukan untuk membantu masyarakat yangterkena dampak bencana dalam rangka memulihkan kondisikesehatan masyarakat melalui pemulihan sistem pelayanankesehatan masyarakat.

    16.Kegiatan pemulihan kondisi kesehatan masyarakat terkenadampak bencana sebagaimana dimaksud dilakukan melalui: (a)membantu perawatan lanjut korban bencana yang sakit danmengalami luka; (b) menyediakan obat-obatan; (c) menyediakanperalatan kesehatan; (d) menyediakan tenaga medis danparamedis; dan (e) memfungsikan kembali sistem pelayanankesehatan termasuk sistem rujukan.

    17.Rekonsiliasi ditujukan untuk membantu masyarakat di daerahbencana dan rawan konflik sosial untuk menurunkan eskalasikonflik sosial dan ketegangan serta memulihkan kondisi sosialkehidupan masyarakat.

    18.Kegiatan rekonsiliasi dan resolusi konflik sebagaimana dimaksuddilakukan melalui upaya-upaya mediasi persuasif denganmelibatkan tokoh-tokoh masyarakat terkait dengan tetapmemperhatikan situasi, kondisi, dan karakter serta budaya

    masyarakat setempat dan menjunjung rasa keadilan.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    11/70

    - 6 -19.Pemulihan sosial ekonomi budaya ditujukan untuk membantu

    masyarakat terkena dampak bencana dalam rangka memulihkankondisi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya seperti padakondisi sebelum terjadi bencana.

    20.Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya sebagaimanadimaksud dilakukan dengan membantu masyarakatmenghidupkan dan mengaktifkan kembali kegiatan sosial,ekonomi, dan budaya melalui: (a) layanan advokasi dan konseling;(b) bantuan stimulan aktivitas; dan (c) pelatihan.

    21.Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untuk membantumasyarakat dalam memulihkan kondisi keamanan dan ketertibanmasyarakat di daerah terkena dampak bencana agar kembaliseperti kondisi sebelum terjadi bencana.

    22.Kegiatan pemulihan keamanan dan ketertiban dilakukan melaluiupaya: (a) mengaktifkan kembali fungsi lembaga keamanan danketertiban di daerah bencana; (b) meningkatkan peransertamasyarakat dalam kegiatan pengamanan dan ketertiban; dan(c) mengkoordinasi instansi/lembaga yang berwenang di bidangkeamanan dan ketertiban.

    23.Pemulihan fungsi pemerintahan ditujukan untuk memulihkanfungsi pemerintahan kembali seperti kondisi sebelum terjadi

    bencana.

    24.Kegiatan pemulihan fungsi pemerintahan dilakukan melaluiupaya: (a) mengaktifkan kembali pelaksanaan kegiatantugas-tugas pemerintahan secepatnya; (b) penyelamatan danpengamanan dokumen-dokumen negara dan pemerintahan;(c) konsolidasi para petugas pemerintahan; (d) pemulihanfungsi-fungsi dan peralatan pendukung tugas-tugaspemerintahan; dan (e) pengaturan kembali tugas-tugaspemerintahan pada instansi/lembaga terkait.

    25.Pemulihan fungsi pelayanan publik ditujukan untuk memulihkankembali fungsi pelayanan kepada masyarakat pada kondisi sepertisebelum terjadi bencana.

    26.Kegiatan pemulihan fungsi pelayanan publik sebagaimanadimaksud dilakukan melalui upaya-upaya : (a) rehabilitasi danpemulihan fungsi prasarana dan sarana pelayanan publik;(b) mengaktifkan kembali fungsi pelayanan publik padainstansi/lembaga terkait; dan (c) pengaturan kembali fungsipelayanan publik.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    12/70

    - 7 -BAB IIKEBIJAKAN, STRATEGI DAN SASARAN

    A. Ketentuan Umum dalam Kebijakan RehabilitasiKebijakan penyelenggaraan rehabilitasi dilandaskan pada ketentuansebagai berikut :

    1. Kegiatan rehabilitasi merupakan tanggungjawab Pemerintahdan/atau Pemerintah Daerah yang terkena bencana.

    2. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan oleh Satuan Kerja PemerintahDaerah dan instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan olehKepala BPBD.

    3. Dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi, PemerintahKabupaten/Kota wajib menggunakan dana penanggulanganbencana dari APBD Kabupaten/Kota.

    4. Dalam hal APBD Kabupaten/Kota tidak memadai, PemerintahKabupaten/Kota dapat meminta bantuan dana kepada PemerintahProvinsi dan/atau Pemerintah.

    5. Dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota meminta bantuan kepadaPemerintah, permintaan tersebut harus melalui PemerintahProvinsi yang bersangkutan.

    6. Selain permintaan dana, Pemerintah Kabupaten/Kota dapatmeminta bantuan tenaga ahli, peralatan dan/atau pembangunanprasarana kepada Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah.

    7. Terhadap usul permintaan bantuan dari Pemerintah Daerahdilakukan verifikasi oleh tim antar departemen/lembagaPemerintah Nondepartemen yang dikoordinasikan oleh KepalaBNPB.

    8. Verifikasi menentukan besaran bantuan yang akan diberikanPemerintah kepada Pemerintah Daerah secara proporsional.

    9. Terhadap penggunaan bantuan yang diberikan oleh Pemerintahkepada Pemerintah Daerah dilakukan pemantauan dan evaluasioleh tim antar departemen/lembaga Pemerintah Nondepartemendengan melibatkan BPBD yang dikoordinasikan oleh Kepala BNPB.

    Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar yang digunakanadalah sebagai berikut :

    1. Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban bencana,namun juga sebagai pelaku aktif dalam kegiatan rehabilitasi.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    13/70

    - 8 -2. Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang terkait

    dan terintegrasi dengan kegiatan prabencana, tanggap daruratdan pemulihan dini serta kegiatan rekonstruksi.

    3. Early recovery dilakukan oleh Rapid Assessment Team segerasetelah terjadi bencana.4. Program Rehabilitasi dimulai segera setelah masa tanggap darurat

    (sesuai dengan Perpres tentang Penetapan Status dan TingkatanBencana) dan diakhiri setelah tujuan utama rehabilitasi tercapai.

    B. StrategiStrategi penyelenggaraan kegiatan rehabilitasi adalah :

    1.

    Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam tahapanpelaksanaan rehabilitasi.

    2. Memperhatikan karakter bencana, daerah dan budaya masyarakatsetempat.

    3. Mendasarkan pada kondisi aktual di lapangan (tingkat kerugian/kerusakan serta kendala medan).

    4. Menjadikan kegiatan rehabilitasi sebagai gerakan dalammasyarakat dengan menghimpun masyarakat sebagai korbanmaupun pelaku aktif kegiatan rehabilitasi dalam kelompokswadaya.

    5. Menyalurkan bantuan pada saat, bentuk, dan besaran yang tepatsehingga dapat memicu/membangkitkan gerakan rehabilitasi danpenanganan bencana yang menyeluruh.

    C. SasaranSasaran kegiatan rehabilitasi adalah :

    1. Kelompok manusia dan segenap kehidupan dan penghidupanyang terganggu oleh bencana

    2. Sumberdaya buatan yang mengalami kerusakan akibat bencanasehingga berkurang nilai gunanya.

    3. Ekosistem atau lingkungan alam untuk mengembalikan fungsiekologisnya.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    14/70

    - 9 -BAB IIIPROSEDUR UMUM

    Untuk menjamin efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan, kegiatanrehabilitasi mengikuti prosedur umum sebagai berikut :

    A. Sosialisasi dan Koordinasi Program1. Koordinasi jajaran pemerintahan hingga tingkat Desa/Kelurahan.2. Sosialisasi kepada masyarakat umum dan korban.3. Membangun kebersamaan, solidaritas, dan kerelawanan.

    B. Inventarisasi dan Identifikasi Kerusakan/Kerugian1. Inventarisasi dan identifikasi tingkat kerusakan/kerugian bencana

    dilakukan oleh BNPBdan/atau BPBD dan/atau unsur-unsur lainyang dikoordinasikan oleh BNPBdan/atau BPBD.

    2. Verifikasi atas hasil inventarisasi dan identifikasi kerusakan/kerugian dapat dilakukan oleh BNPBdan/atau BPBD oleh karenaadanya usulan, masukan, sanggahan dari masyarakat maupunkarena timbulnya bencana susulan dan hal lain yang relevan.

    3. Inventarisasi, identifikasi kerusakan/kerugian atau verifikasi atashasilnya dilakukan pada pelaksanaan rapid assessment tahaptanggap darurat dan atau rehabilitasi.

    C. Perencanaan dan Penetapan Prioritas1. Perencanaan dan penetapan prioritas di tingkat masyarakat yang

    dilakukan secara partisipatif oleh kelompok masyarakatmerupakan masukan penting bagi program rehabilitasi.

    2. Sinkronisasi rencana dan program meliputi : sinkronisasi programtahapan rehabilitasi, prabencana, tanggap darurat danrekonstruksi, sinkronisasi lintas-pelaku, sinkronisasi lintas-sektor,sinkronisasi lintas-wilayah.

    3. Perencanaan, penetapan prioritas dan sinkronisasi programdilakukan oleh BPBD dan/atau BNPB.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    15/70

    - 10 -D. Mobilisasi Sumberdaya

    Mobilisasi sumberdaya yang meliputi sumberdaya manusia, peralatan,material dan dana dilakukan dengan mempertimbangkan sumberdaya

    yang tersedia. Sumberdaya manusia yang memahami dan mempunyaiketrampilan secara profesional sangat diperlukan dalam semua prosesdan kegiatan rehabilitasi pascabencana. Sumberdaya yang berupaperalatan, material dan dana disediakan dan siap dialokasikan untukmenunjang proses rehabilitasi.

    E. Pelaksanaan RehabilitasiPelaksanaan rehabilitasi meliputi kegiatan perbaikan fisik danpemulihan fungsi non-fisik. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan

    di wilayah yang terkena bencana maupun wilayah lain yangdimungkinkan untuk dijadikan wilayah sasaran kegiatan rehabilitasi.Kegiatan rehabilitasi dilakukan oleh BNPB jika status bencana adalahtingkat nasional atau atas inisiatif sendiri BNPB dan atau BPBD untukstatus bencana daerah. Kegiatan rehabilitasi juga dimungkinkanuntuk melibatkan banyak pemangku kepentingan dan masyarakat.

    F. Monitoring, Evaluasi, dan PelaporanPemantauan penyelenggaraan rehabilitasi pascabencana diperlukansebagai upaya untuk memantau secara terus-menerus terhadap proses

    dan kegiatan rehabilitasi.

    Pelaksanaan pemantauan kegiatan rehabilitasi dilakukan oleh unsurpengarah beserta unsur pelaksana BNPB dan atau BPBD dan dapatmelibatkan lembaga/institusi perencanaan di tingkat nasionaldan/atau daerah, sebagai bahan menyeluruh dalam penyelenggaraanrehabilitasi.

    Penyusunan laporan penyelenggaraan rehabilitasi pascabencanadilakukan oleh unsur pengarah dan/atau unsur pelaksana BNPB

    dan/atau BPBD. Laporan penyelenggaraan rehabilitasi selanjutnyadigunakan untuk memverifikasi perencanaan program rehabilitasi.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    16/70

    - 11 -BAB IVRUANG LINGKUP PELAKSANAAN

    Ruang lingkup pelaksanaan rehabilitasi pascabencana dilakukanmelalui kegiatan-kegiatan : perbaikan lingkungan daerah bencana,perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikanrumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan,rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial, ekonomi dan budaya,pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, danpemulihan fungsi pelayanan publik (Pasal 56, Peraturan PemerintahNomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan PenanggulanganBencana).

    A. Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana1. Cakupan

    Perbaikan lingkungan fisik meliputi kegiatan : perbaikanlingkungan fisik untuk kawasan permukiman, kawasan industri,kawasan usaha dan kawasan gedung

    2. Indikator CapaianKondisi lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis, sosial,ekonomi, dan budaya serta ekosistem suatu kawasan sebagaimanasebelum terjadinya bencana.

    TabelIndikator Pencapaian Perbaikan Lingkungan PascabencanaKomponen Elemen Indikator

    1. Kawasanpermukiman

    Komponen lingkunganudara, lingkunganperairan, lingkunganvegetasi/tanaman, dan

    lingkungan sosial

    Terciptanya lingkungan udara yangnyaman/tidak tercemar;

    Terciptanya lingkungan perairan yangbersih dan sehat;

    Terciptanya lingkungan yang nyamandengan tanaman yang menyejukkan;

    Terciptanya lingkungan permukiman/sosial yang baik.

    2. Kawasanindustri

    Komponen udara, air,tanaman dan areaparkir serta openspace/taman

    Terciptanya lingkungan udara yangnyaman/tidak tercemar;

    Terciptanya lingkungan perairan yangbersih dan sehat;

    Terciptanya lingkungan yang nyamandengan tanaman yang menyejukkan.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    17/70

    - 12 -Komponen Elemen Indikator

    3. Kawasanusaha

    Komponen udara, air,dan kawasan hijau/

    taman

    Terciptanya lingkungan udara yangnyaman/tidak tercemar;

    Terciptanya lingkungan perairan yangbersih dan sehat; Terciptanya lingkungan yang nyaman

    dengan tanaman yang menyejukkan.

    4. Kawasanbangunangedung

    Komponen udara, air,tanaman/taman

    Terciptanya lingkungan udara yangnyaman/tidak tercemar;

    Terciptanya lingkungan perairan yangbersih dan sehat;

    Terciptanya lingkungan yang nyamandengan tanaman yang menyejukkan.

    3. Prosedur/Persyaratan TeknisPerencanaan teknis perbaikan lingkungan paling sedikit memuat:

    a. data kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, prasarana, dansarana sebelum terjadi bencana;

    b. data kerusakan yang meliputi lokasi, data korban bencana,jumlah dan tingkat kerusakan bencana, dan perkiraankerugian;

    c. potensi sumber daya yang ada di daerah bencana;d.

    peta tematik yang berisi sebagaimana dimaksud pada huruf a,huruf b, dan huruf c;

    e. rencana program dan kegiatan;f. gambar desain;

    g. rencana anggaran; danh. jadwal kegiatan.

    Deskripsi Perencanaan Teknis kegiatan di atas adalah sebagai berikut :

    1. Data Kependudukan. Data ini memuat perkembangan jumlahpenduduk, kepadatan penduduk, distribusi penduduk menurutruang (per desa, kecamatan, kabupaten) dan dirinci sesuai dengankebutuhan rehabilitasi. Misalnya data penduduk yangmenyangkut jumlah usia rentan, jumlah penduduk usia produktif,

    jumlah penduduk usia sekolah, jumlah tenaga kerja, dansebagainya. Selain itu juga diperlukan Peta Kependudukansebelum terjadi bencana. Peta Kependudukan dibuat dengan skala

    yang memadai, misalnya skala 1 : 50.000 (untuk wilayahKabupaten/Kota), skala 1 : 25.000 atau 1 : 10.000 (skalaKecamatan) dan skala 1 : 5000 (skala Desa).

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    18/70

    - 13 -2. Data kerusakan dilakukan oleh Tim Kaji Cepat (Rapid Assessment

    Team) yang dibentuk oleh BPBD dan atau BNPB denganmenggunakan metode baku yang berlaku; sedangkan datakerusakan rumah, bangunan, sarana dan prasarana, serta jasa

    lingkungan harus memuat lokasi, tingkat kerusakan (ringan,sedang, berat, sangat berat), dan analisis kerugian. Metode untukmemperkirakan lokasi dan tingkat kerusakan dapat dilakukansecara cepat dengan metode partisipatif sesuai dengan kapasitassumberdaya manusia yang ada pada BPBD dan atau menggunakanteknologi geoinformasi melalui interpretasi citra penginderaan

    jauh dan menggunakan bantuan SIG (Sistem InformasiGeografis).

    3. Kebutuhan dan persediaan potensi sumberdaya yang ada didaerah bencana mengacu pada Sistem Informasi PenanggulanganBencana Indonesia (SIPBI) yang ada di BNPB dan atau BPBD.

    Potensi sumberdaya yang ada di daerah bencana sangatdiperlukan dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi.

    4. Rencana program kerja rehabilitasi, jadwal waktu pelaksanaandan anggaran agar dibuat sebelum rehabilitasi dilaksanakan dandisetujui oleh BNPB dan atau BPBD dengan melibatkan instansi

    yang relevan dan masyarakat.

    B. Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum1. Cakupan

    a. Yang dimaksud dengan prasarana dan sarana umum adalahjaringan infrastruktur dan fasilitas fisik yang menunjangkegiatan kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat;

    b. Prasarana umum atau jaringan infrastruktur fisik disinimencakup : 1) jaringan jalan/perhubungan; 2) jaringan airbersih; 3) jaringan listrik; 4) jaringan komunikasi;5) jaringan sanitasi dan limbah; dan 6) jaringan irigasi/pertanian.

    c. Sarana umum atau fasilitas sosial dan umum disini mencakup:1) fasilitas kesehatan; 2) fasilitas perekonomian; 3) fasilitaspendidikan; 4) fasilitas perkantoran pemerintah; dan5) fasilitas peribadatan.

    2. Indikator Capaiana. Setiap program rehabilitasi harus memenuhi sarat-sarat

    indikator capaian tertentu, khususnya agar masing-masingkomponen prasarana dan sarana umum dapat berfungsikembali secara memadai untuk mendukung kelangsungan

    kembali kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di wilayahbencana;

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    19/70

    - 14 -b. Setiap program rehabilitasi harus dilakukan secepat-sepatnya,

    sesuai prioritas dan sumber daya yang ada;

    c. Indikator capaian program rehabilitasi untuk jaringanprasarana dan sarana dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

    TabelIndikator Capaian Perbaikan Prasarana dan SaranaBidang Komponen Elemen Indikator

    Prasarana 1) jalan/perhubungan jalan, jembatan,terminal pelabuhanair, pelabuhan udara

    1) berfungsinya kembalipergerakan orang danbarang;

    2) bebas dari keterpencilan2) air bersih Sumber-sumber air,jaringan distribusi,

    hidran-hidranumum

    1) tersedianya kembali suplaiair bersih;2) penyelamatan sumber

    air dari pencemaran/kerusakan

    3) listrik/energi sumber pembangkitlistrik, jaringandistribusi, tabung-tabung gas

    1) koneksi jaringan listrik;2) terlayaninya sumber energi

    4) komunikasi Jaringan telepon, HT, lancarnya kembali hubungan/komunikasi antar warga dandengan pihak luar

    5) sanitasi dan limbah Jaringan air kotor,

    limbah sampahpadat, fasilitaspemakaman

    1) bebas dari gangguan

    limbah;2) kebersihan lingkungan6) irigasi Sumber air, jaringan

    distribusi1) kelancaran pasokan air;2) tidak terganggunya

    aktifitas pertanianSarana 1) kesehatan Pusat Pelayanan

    kesehatan daruratBerfungsinya kembali fasilitaskesehatan yang ada(puskesmas, puskesmaspembantu, klinik)

    2) pereko nomian Pasar;Toko/warungkebutuhan sehari-

    hari

    Berfungsinya kembali fasilitasperekonomian yang ada,pasar, toko, warung dll.

    3) pendidikan SD; SMP; SMA; SMK;PT; Lembagapendidikan lain

    Berfungsinya kembali fasilitaspendidikan yang ada

    4) perkantor an RT/RW;Kelurahan/Desa;Kecamatan,Kota/Kabupaten, danProvinsi

    Berfungsinya kembali fasilitasperkantoran pemerintah yangada

    5) peribadatan Musholla, Masjid,Gereja, Vihara,Klenteng dll.

    Berfungsinya kembali fasilitasperibadatan yang ada

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    20/70

    - 15 -3. Prosedur/Persyaratan Teknis

    a. Setiap program rehabilitasi prasarana dan sarana sebagaimanadijelaskan di atas harus diawali dengan penyusunan

    rencana teknis yang rinci, yang mencakup aspek-aspek:1) volume/luasan yang akan direhabilitasi; 2) sistem jaringan;3) tahapan pengerjaan; 4) besaran biaya; 5) persyaratan teknispelaksanaanya; dan 6) aktor-aktor yang dapatmengerjakannya.

    b. Penyusunan rencana teknis ini dilakukan oleh BPBD dan atauBNPB dibantu oleh dinas/instansi yang mempunyaikewenangan untuk tiap-tiap komponen parasarana dansarana.

    c. Persyaratan teknis sarana dan sarana umum yang dibangunharus mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan olehmasing-masing dinas/instansi yang mempunyai kewenanganpada tiap-tiap komponen prasarana dan sarana.

    4. Pelaksanaan dan Organisasia. Program rehabilitasi prasarana dan sarana umum

    dikoordinasikan oleh BPBD dan atau BNPB setempat dibantuoleh dinas/instansi yang mempunyai kewenangan dalam

    masing-masing komponen program rehabilitasi.b. Dalam konteks program rehabilitasi yang dilakukan di

    wilayah yang meliputi lebih dari satu daerah Kabupaten/Kota,koordinasi dilakukan oleh BPBD tingkat provinsi dan atauBNPB.

    c. Dalam konteks program rehabilitasi bencana nasional,koordinasi dilakukan oleh BNPB.

    d. Rincian dinas/instansi yang terkait untuk masing-masingkomponen dan elemen rehabilitasi dapat dilihat dalam tabelberikut ini:

    TabelDinas/Instansi yang Terkait untuk Komponen/Elemen ProgramBidang Komponen Elemen Instansi

    Prasarana 1) jalan/perhubungan jalan, jembatan, pelabuhanair, pelabuhan udara

    PU, Perhubungan

    2) air bersih Sumber-sumber air, jaringan

    distribusi, hidran-hidranumum

    PU, Pertanian,

    Kesehatan

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    21/70

    - 16 -Bidang Komponen Elemen Instansi

    3) listrik/energy sumber pembangkit listrik,jaringan distribusi, tabung-

    tabung gas

    PU, PLN, ESDM

    4) komunikasi Jaringan telepon, HT, Komunikasi, PLN5) sanitasi dan limbah Jaringan air kotor, limbah

    sampah padat, fasilitaspemakaman

    PU, Kesehatan

    Sarana 1) kesehatan Pusat Pelayanan kesehatandarurat

    Kesehatan

    2) perekonomian Pasar;Toko/warung kebutuhansehari-hari

    PU, Perekonomian

    3) pendidikan SD; SMP; SMA; SMK;PT; Lembaga pendidikan lain

    PU, Pendidikan

    4) perkantoran RT/RW; Kelurahan/Desa;

    Kecamatan, Kota/Kabupaten

    PU

    5) peribadatan Musholla, Masjid, Gereja,Vihara, Klenteng dll.

    Agama

    C. Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat1. Cakupan

    a. Rumah atau rumah tinggal merupakan bangunan yangberfungsi sebagai tempat penghunian warga masyarakatselama lebih dari satu putaran musim. Secara fisik rumahterdiri atas komponen bangunan gedung, pekarangan atautanah tempat berdirinya, dan utilitasnya (watsan, energi).

    b. Rumah masyarakat adalah rumah tinggal yang dipergunakansebagai tempat hunian bagi masyarakat umum, meliputi:

    1) Rumah individual: rumah tinggal tunggal untuk rumahtangga tunggal;

    2) Rumah bersama: rumah tinggal tunggal untuk rumahtangga majemuk, rumah gandeng/deret/panjang, rumah

    susun, apartemen/condominium, rumah sewa. Tidaktermasuk rumah masyarakat adalah rumah dinas, rumahtinggal sementara/akomodasi (homestay, asrama, tempatkost, wisma tamu/guesthouse, villa dan bungalow[second home]), rumah gedongan (mansion).

    c. Yang dimaksud dengan bantuan adalah segala sumberdayayang diperlukan untuk pelaksanaan rehabilitasi rumahmasyarakat yang menjadi korban bencana, meliputi:dana, peralatan, material, sumberdaya manusia (tenaga ahli,

    tenaga pendamping, tenaga kerja).

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    22/70

    - 17 -d. Menjadi target pemberian bantuan adalah masyarakat korban

    bencana yang rumah/lingkungannya mengalami kerusakanstruktural hingga tingkat sedang akibat bencana, danmasyarakat korban berkehendak untuk tetap tinggal di tempat

    semula. Kerusakan tingkat sedang adalah kerusakan fisikbangunan sebagaimana Pedoman Teknis (DepPU, 2006)dan/atau kerusakan pada halaman dan/atau kerusakan padautilitas, sehingga mengganggu penyelenggaraan fungsihuniannya. Untuk bangunan rumah rusak berat atau robohdiarahkan untuk rekonstruksi.

    e. Tidak termasuk sasaran pemberian bantuan rehabilitasi adalahrumah/lingkungan dalam kategori:1) Pembangunan kembali (masuk dalam rekonstruksi)2) Pemukiman kembali (resettlementdan relokasi)3) Transmigrasi ke luar daerah bencana

    2. Indikator Capaian :TabelIndikator Pencapaian Perbaikan Rumah Masyarakat

    Parameter Komponen IndikatorUmum --

    Bantuan diterimakan ke masyarakat dandimanfaatkan sebagai sumberdaya pembangunan/rehabilitasi

    Adanya share dari masyarakat, baik berupa dana,tenaga, material, untuk pelaksanaan rehabilitasirumah

    Perbaikan/rehabilitasi rumah terlaksana Rumah kembali layak huni, memenuhi kondisi

    minimal Rumah Sehat Sederhana Masyarakat korban kembali bermukim

    Pemberianbantuan

    Dana Tersalurkannya dana bantuan berupa stimulan Diterimanya dana bantuan oleh masyarakat korban

    yang membutuhkanMaterial &komponen bangunan

    Terdistribusikannya material dan komponenbangunan sesuai kebutuhan korban

    Peralatanpembangunan

    Terdistribusikannya peralatan pembangunan untuktindak perbaikan rumah

    SDM (tenaga ahli,tenaga pendamping,tenaga kerja)

    Hadirnya SDM sesuai kebutuhan penyelenggaraanperbaikan

    Perbaikanrumah

    Bangunan Fisik bangunan dapat memberikan naungan/shelter dan jaminan perlindungan (kokoh),sesuai dengan standard teknis bangunan

    Ruang kegiatan fungsional minimal terdiri atas1 ruang tidur, 1 ruang serbaguna, dan 1 ruangMCK.

    Luasan Satuan Rumah minimal memenuhistandard 9 m per jiwa atau total 36 m (asumsipenghuni 4 jiwa per satuan rumah)

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    23/70

    - 18 -Parameter Komponen Indikator

    Pekarangan Tersediannya akses ke satuan rumah Tercukupinya ruang terbuka minimal

    Utilitas Adanya pasokan air bersih yang mencukupi Tersedianya perangkat sanitasi yang sehat Adanya pasokan energi yang memadai (listrik,

    bahan bakar, dsb)

    3. Prosedur/Persyaratan Teknisa. Sosialisasi dan Koordinasi Program, meliputi:

    1) Koordinasi jajaran pemerintahan hingga tingkat desa/kelurahan;

    2)

    Sosialisasi kepada masyarakat umum dan korban;3) Membangun kebersamaan, solidaritas, dan kerelawanan.

    b. Inventarisasi & Identifikasi/Penilaian Kerusakan1) Survei pencacahan rumah rusak dan identifikasi tingkat

    kerusakannya oleh tim yang mencakup satgas BPBD,satpol, dan unsur masyarakat (pamong/perangkat).Identifikasi kerusakan teknis rumah merujuk padapedoman yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang(Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Pedoman Teknis

    Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa - dilengkapidengan Metode dan Cara Perbaikan Konstruksi).

    2) Memaparkan hasil inventarisasi kepada masyarakatmelalui forum rembug/kumpulan komunitas danpengumuman yang terpasang di balai warga.

    3) Verifikasi ulang hasil inventarisasi, bilamana diperlukankarena ada sanggahan dari masyarakat ataupun karenaada bencana susulan.

    4) Mensepakati hasil inventarisasi bersama masyarakat untukdigunakan sebagai dasar langkah selanjutnya(perencanaan rehabilitasi) dan/atau kebutuhan lain.

    c. Perencanaan Penanganan & Penetapan Prioritas

    1) Perencanaan tingkat Pemerintah: Analisis kebutuhan menurut komunitas dan lokasi; Penentuan jenis dan besaran bantuan berdasarkan

    derajat/intensitas kerusakan;

    Perhitungan kebutuhan sumberdaya pendukung :pendampingan masyarakat, instrumen, material;

    Penyiapan skema bantuan dan metode penyaluran.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    24/70

    - 19 -2) Perencanaan tingkat Masyarakat (dengan pendampingan):

    Pengorganisasian dan pembentukan kelompokswadaya masyarakat;

    Identifikasi prioritas penerima bantuan; Perencanaan partisipatif: survei sendiri kebutuhanrehabilitasi dan pembuatan rencana rehabilitasi rumah

    & lingkungan.

    3) Sinkronisasi rencana dan program Sinkronisasi perencanaan Pemerintah dan Masyarakat; Sinkronisasi bantuan perbaikan rumah dan

    aspek-aspek rehabilitasi lain (lintas-sektor); Sinkronisasi program rehabilitasi dan rekonstruksi; Sinkronisasi rencana rehabilitasi lintas-wilayah.

    d. Mobilisasi Sumberdaya1) Rekruitmen tenaga ahli pendamping (konsultan teknis)

    maupun fasilitator teknis & sosial, dan training.

    2) Penyiapan peralatan.3) Pengadaan material: pabrikan, lokal, alam.

    e. Pelaksanaan Rehabilitasi

    1) Penyiapan infrastruktur : organisasi dan prasarana fisik.2) Penyaluran bantuan (dalam tahapan)

    Dana perbaikan. Komponen bangunan dan material. Peralatan pembangunan. Pendampingan: Tenaga ahli (konsultan teknis)

    dan/atau fasilitator dan/atau tenaga kerja.

    3) Pengendalian pasar dan pasokan material Perencanaan & monitoring kebutuhan. Kerjasama dengan produsen & pemasok.

    4) Pelaksanaan fisik oleh masyarakat (denganpendampingan)

    Gotong-royong, padat-karya. Pemborongan (kontrol oleh masyarakat). Penunjukan (kontrol oleh masyarakat).

    5) Monitoring & Evaluasi Monitoring periodik. Evaluasi akhir program.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    25/70

    - 20 -4. Pelaksanaan dan Organisasi

    Pelaksana dalam rehabilitasi rumah masyarakat melibatkanpihak-pihak berikut:

    a. BNPB dan atau BPBD yang memegang fungsi kendali dankoordinasi.

    b. TNI/Polri, Bappeda, Dinas PU, Dinas Kesehatan, DinasPendidikan, dsb. sebagai pelaksana.

    c. Organisasi dan Bantuan Internasional.d. Organisasi Kemasyarakatan dan Nonpemerintah.

    D. Pemulihan Sosial Psikologis1. Cakupan

    Pengertian :

    a. Yang dimaksud pemulihan sosial psikologis adalah pemberianbantuan kepada masyarakat yang terkena dampak bencanaagar dapat berfungsi kembali secara normal.

    b. Yang dimaksud dengan kegiatan psikososial adalah kegiatanmengaktifkan elemen-elemen masyarakat agar dapat kembalimenjalankan fungsi sosial secara normal. Kegiatan ini dapat

    dilakukan oleh siapa saja yang sudah terlatih.c. Yang dimaksud dengan kegiatan intervensi psikologis adalah

    pemberian pertolongan kepada masyarakat untukmeringankan beban psikologis akibat bencana dan mencegahterjadinya dampak psikologis lebih lanjut yang mengarahkepada gangguan mental. Intervensi diberikan olehprofesional.

    d. Bantuan konseling dan konsultasi keluarga adalah pemberianpertolongan kepada individu atau keluarga untuk melepaskanketegangan dan beban psikologis secara terstruktur.

    e. Pendampingan pemulihan trauma adalah pendampinganterstruktur dengan berbabagai metode terapi psikologis yangtepat kepada individu yang mengalami trauma psikologis agardapat berfungsi secara normal kembali.

    f. Pelatihan pemulihan kondisi psikologis adalah pelatihan untukpemuka komunitas, relawan dan pihak-pihak yangditokohkan/mampu dalam masyarakat untuk memberikandukungan psikologis kepada masyarakatnya.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    26/70

    - 21 -g. Pemulihan sosial psikologis bertujuan agar masyarakat

    mampu melakukan tugas sosial seperti sebelum terjadibencana, serta tercegah dari mengalami dampak psikologislebih lanjut yang mengarah pada gangguan kesehatan mental.

    2. Indikator CapaianTabelIndikator Capaian Pemulihan Sosial Psikologis

    Indikator Fungsi Indikator Psikis Indikator FisikDapat menjalankanfungsinya dalam

    keluarga secara normalDapat menerima kejadianbencana

    Terbebas dari gejala-gejalafisik yang disebabkan oleh

    faktor psikologis, seperti:gangguan tidur, gangguanlambung, dll

    Dapat menjalankanfungsinya dalammasyarakat sepertisemula

    Dapat mengelola emosi danluka psikologis sebagaiakibat bencana

    Dapat menjalankanpekerjaan sepertisebelum terjadibencana

    Terbebas dari ketegangandan kecemasan

    Dapat mengelola bebanpsikologis sehingga tidak

    berlanjut kepada gangguankesehatan mental

    3. Prosedur/Persyaratan Teknisa. Kegiatan pemulihan sosial psikologis dilakukan melalui:

    1) Konseling individu maupun kelompok, 2) Kegiatanpsikososial, 3) Pelatihan, 4) Psikoedukasi;

    b. Mekanisme dan teknis pemulihan sosial psikologis harusmempertimbangkan karakter masyarakat, budaya setempat,

    kearifan kontekstual serta nilai-nila kepercayaan yangdipegang teguh masyarakat setempat.

    4. Pelaksanaan dan Organisasia. Program pemulihan sosial psikologis dilaksanakan oleh BPBD

    dan dibantu lembaga/dinas/instansi terkait;

    b. Dalam hal program pemulihan yang dilakukan di wilayahyang meliputi lebih dari satu daerah Kabupaten/Kota,koordinasi dilakukan oleh BPBD Provinsi dan Pemerintah

    Provinsi dan/atau BNPB;

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    27/70

    - 22 -c. Dalam hal program pemulihan yang dilakukan di wilayah

    yang meliputi lebih dari satu daerah provinsi, kordinasidilakukan BNPB;

    d. Kegiatan pemulihan sosial psikologis mendorong tokoh-tokohmasyarakat untuk mampu menolong dan memberikandukungan psikologis kepada komunitasnya;

    e. Kegiatan pemulihan sosial psikologis dapat dilakukandi berbagai setting sosial, seperti sekolah, rumah sakit, tempatperibadatan, dll.

    E. Pelayanan Kesehatan1. Cakupan

    Pengertian :a. Yang dimaksud dengan pemulihan pelayanan kesehatan

    adalah aktivitas memulihkan kembali segala bentuk pelayanankesehatan sehingga minimal tercapai kondisi seperti sebelumterjadi bencana.

    b. Pemulihan sistem pelayanan kesehatan adalah semua usahayang dilakukan untuk memulihkan kembali fungsi sistempelayanan kesehatan yang meliputi: 1) SDM Kesehatan;

    2) sarana/prasarana kesehatan; 3) kepercayaan masyarakat.

    2. Indikator CapaianTabelIndikator Capaian Pelayanan Kesehatan

    Komponen Indikator CapaianSDM kesehatan 1. Berfungsinya kembali instansi kesehatan pemerintah dalam

    hal ini dinas kesehatan setempat yang dilaksanakan olehstaf lokal seperti saat sebelum bencana.

    2. Berfungsinya kembali pelayanan kesehatan baikpemerintah maupun swasta yang dilakukan oleh stafkesehatan lokal.

    3. Penggantian tenaga medis meninggal dunia karenabencana oleh staf setempat, baik lewat pengangkatan barumaupun promosi atau mutasi di fasilitas kesehatanpemerintah maupun swasta.

    Sarana/prasaranakesehatan

    1. Pulihnya fungsi koordinatif yang dilakukan oleh dinaskesehatan setempat yang melibatkan semua unsurkesehatan.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    28/70

    - 23 -Komponen Indikator Capaian

    2. Tercapainya jumlah minimal alat pelayanan medis danobat-obatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

    kesehatan di wilayah tersebut dan terjaminkeberlanjutannya.

    3. Terjaminnya keberlanjutan pelayanan kesehatan denganadanya kepastian pendanaan.

    4. Membangun kembali RS, puskesmas, dan sarana pelayanankesehatan publik yang rusak atau hancur di daerahbencana.

    Masyarakat 1. Terbentuknya kepercayaan masyarakat untuk kembalimenggunakan fasilitas pelayanan kesehatan publiksetempat.

    2. Tertanganinya korban-korban bencana baik yang lukamaupun cacat hingga dapat melakukan aktivitas sepertisediakala.

    3. Adanya pemulihan bagi korban-korban yang mengalamicacat tubuh menetap sehingga tidak dapat melakukanaktivitasnya seperti sediakala.

    3. Prosedur/Persyaratan Teknisa. Setiap kegiatan pemulihan pelayanan kesehatan harus

    dilakukan setelah dilakukan analisis dampak bencanaterhadap pelayanan kesehatan.

    b. Penyusunan rencana pemulihan sistem pelayanan kesehatandilakukan oleh BPBD dan atau BNPB dan dibantu olehlembaga/dinas/instansi yang relevan baik swasta maupunmilik pemerintah.

    c. Skenario, mekanisme dan pelaksanaan pemulihan sistempelayanan kesehatan harus mempertimbangkan dan ataumengikuti adat budaya orang atau kelompok masyarakat didaerah bencana serta ketentuan-ketentuan lain yang relevandan telah ditetapkan oleh dinas/instansi yang mempunyai

    kewenangan untuk itu.

    4. Pelaksanaan dan Organisasia. Program pemulihan pelayanan kesehatan dilakukan atas setiap

    unsur kesehatan yang terkena dampak bencana.

    b. Pelaksanaan program pemulihan dilaksanakan oleh BPBDdan/atau BNPB serta Pemerintah dengan memfungsikansemua instansi terkait dan sumber daya daerah yang dapatdikerahkan untuk menjamin jalannya program dan dapat

    melibatkan lembaga nonpemerintah maupun asing yangmempunyai tujuan yang sama.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    29/70

    - 24 -c. Dalam hal program pemulihan yang dilakukan di wilayah

    yang meliputi lebih dari satu daerah Kabupaten/Kota,

    koordinasi dilakukan oleh BPBD Provinsi dan atau BNPB serta

    Pemerintah Provinsi;

    d. Dalam hal program pemulihan yang dilakukan di wilayahyang meliputi lebih dari satu daerah provinsi, koordinasi

    dilakukan BNPB.

    F. Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik1. Cakupan

    a. Yang dimaksud dengan kegiatan rekonsiliasi adalahmerukunkan atau mendamaikan kembali pihak-pihak yangterlibat dalam perselisihan, pertengkaran dan konflik.

    b. Yang dimaksud dengan kegiatan resolusi adalahmemposisikan perbedaan pendapat, perselisihan,

    pertengkaran atau konflik dan menyelesaikan masalah atas

    perselisihan, pertengkaran atau konflik tersebut.

    c. Yang dimaksud dengan perselisihan, pertengkaran ataukonflik adalah perselisihan, pertengkaran atau konflik sebagai

    bencana sosial dan atau dampak dari adanya bencana lain.

    d. Mediasi adalah upaya menjembatani para pihak yang terlibatdalam perselisihan, pertengkaran atau konflik dengan cara-

    cara persuasif yang dilakukan oleh mediator.

    e. Mediator adalah tokoh masyarakat atau lembaga sosial yangmemiliki kamampuan, integritas dan pengakuan di antara

    para pihak yang terlibat dalam perselisihan, pertengkatan atau

    konflik.

    f. Rekonsiliasi dan resolusi ditujukan untuk membantumasyarakat di daerah bencana untuk menurunkan eskalasi

    konflik sosial dan ketegangan serta memulihkan kondisi sosial

    kehidupan masyarakat.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    30/70

    - 25 -2. Indikator Capaian

    TabelIndikator Capaian Rekonsiliasi dan Resolusi KonflikKomponen Indikator Capaian

    Rekonsiliasi 1. Berkurangnya ketegangan hubungan sosial di antara orangatau kelompok masyarakat.

    2. Berkurangnya jumlah orang atau kelompok masyarakat yangterlibat dalam perselisihan atau konflik.

    3. Berkurangnya jumlah perselisihan4. Berkurangnya jumlah pertengkaran5. Berkurangnya jumlah konflik terbuka

    Resolusi 1. Adanya pengertian dan pemahaman di antara orang atau

    kelompok masyarakat atas posisi masing-masing.2. Adanya kesepakatan di antara orang atau kelompok

    masyarakat untuk menghentikan perselisihan, pertengkaranatau konflik.

    3. Adanya titik temu dan kesepakatan pemecahan masalah.4. Adanya usaha nyata untuk melaksanakan kesepakan-

    kesepakatan pemecahan masalah

    3. Prosedur/Persyaratan Teknisa. Setiap kegiatan rekonsiliasi dan resolusi sebagaimana

    dijelaskan di atas harus diawali dengan penyusunan rencanateknis rinci rekonsiliasi dan resolusi, yang setidak-tidaknyamencakup aspek-aspek: 1) bentuk perselisihan, persengketaanatau konflik; 2) pihak-pihak yang menjadi sasaran kegiatanrekonsiliasi dan resolusi; 3) permasalahan yang dihadapioleh para pihak; 4) pihak-pihak yang dipandang dapatberperan sebagai mediator; 5) skenario, mekanisme dan teknispelaksanaanya; 6) rencana pembiayaan; dan 7) fasilitator yangmengerjakan.

    b. Penyusunan rencana teknis rekonsiliasi dan resolusi dilakukanoleh BPBD dan atau BNPB dibantu olehlembaga/dinas/instansi yang relevan.

    c. Skenario, mekanisme dan pelaksanaan rekonsiliasi danresolusi harus mempertimbangkan dan/atau mengikuti adatbudaya orang atau kelompok masyarakat yang terlibat dalamperselisihan, pertengkatan atau konflik serta ketentuan-ketentuan lain yang relevan dan telah ditetapkan olehdinas/instansi yang mempunyai kewenangan untuk itu.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    31/70

    - 26 -4. Pelaksanaan dan Organisasi

    a. Program rekonsiliasi dan resolusi dilakukan atas setiapperbedaan pendapat, perselisihan atau konflik oleh fasilitator

    yang dikoordinasikan oleh BPBD dan dinas/instansi terkait.b. Mediator diusulkan oleh fasilitator dan disepakati oleh para

    pihak yang terlibat dalam perselisihan, pertengkaran ataukonflik.

    c. Dalam hal program rekonsiliasi dan resolusi dilakukandi wilayah yang meliputi lebih dari satu daerahKabupaten/Kota, koordinasi dilakukan oleh BPBD, PemerintahProvinsi dan atau BNPB;

    d. Dalam hal program rekonsiliasi dan resolusi dilakukandi wilayah yang meliputi lebih dari satu daerah provinsi,koordinasi dilakukan BNPB;

    e. Kegiatan rekonsiliasi dan resolusi konflik dilaksanakan denganmemperhatikan situasi, kondisi, dan karakter serta budayamasyarakat setempat dan menjunjung rasa keadilan.

    G. Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya1. Cakupan

    a. Yang dimaksud dengan pemulihan sosial ekonomi budayaadalah upaya untuk memfungsikan kembali kegiatandan/atau lembaga sosial, ekonomi dan budaya masyarakat didaerah bencana.

    b. Kegiatan dan lembaga sosial adalah kegiatan dan/atauhubungan-hubungan sosial yang berpola maupun tidak yangbertujuan untuk mempertahanan dan/atau mengembangkankehidupan sosial masyarakat di daerah bencana.

    c.

    Kegiatan dan lembaga ekonomi adalah kegiatan dan/atauhubungan-hubungan kemasyarakatan di bidang ekonomiyang meliputi produksi, distribusi dan konsumsi barang-barang ekonomi.

    d. Kegiatan dan lembaga budaya adalah kegiatan dan/atauhubungan-hubungan kemasyarakatan di bidang kebudayaandan kesenian.

    e. Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya ditujukanuntuk menghidupkan kembali kegiatan dan lembaga sosial,

    ekonomi dan budaya masyarakat di daerah bencana sepertisebelum terjadi bencana.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    32/70

    - 27 -2. Indikator Capaian

    TabelIndikator Capaian Pemulihan Sosial, Ekonomi dan BudayaAspek Indikator Capaian

    Sosial 1. Terselengggaranya kegiatan sosial kemasyarakatan dankeagamaan.

    2. Berfungsinya lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dankeagamaan.

    3. Meningkatnya jumlah peserta kegiatan sosial kemasyarakatandan keagamaan.

    Ekonomi 1. Terselenggaranya kegiatan produksi dan distribusi barang-barang bernilai ekonomi baik perorangan maupun lembaga.

    2. Terselenggaranya transaksi ekonomi baik di pasar maupundi luar pasar baik perorangan maupun lembaga.

    3. Meningkatnya jumlah produksi dan distribusi barang-barangbernilai ekonomi baik perorangan maupun lembaga.

    4. Meningkatnya jumlah anggota masyarakat dan atau lembagaekonomi yang terlibat dalam kegiatan produksi dan distribusibarang-barang ekonomi.

    Budaya 1. Terselenggaranya kegiatan budaya misalnya: kesenian danupacara adat.

    2. Meningkatnya jumlah anggota masyarakat dan lembagabudaya yang terlibat dalam kegiatan budaya.

    3. Prosedur/Persyaratan TeknisPerencanaan dan Persyaratan Teknis Pemulihan Sosial, Ekonomidan Budaya

    a. Setiap kegiatan pemulihan sosial, ekonomi dan budayasebagaimana dijelaskan di atas harus diawali denganpenyusunan rencana teknis rinci pemulihan sosial, ekonomidan budaya yang setidak-tidaknya mencakup aspek-aspek:1) kegiatan dan lembaga sosial, ekonomi dan budaya yangmenjadi sasaran; 2) permasalahan yang dihadapi;3) sumberdaya yang tersedia; 4) skenario, mekanisme danteknis pelaksanaanya; 5) rencana pembiayaan; dan6) penyelenggara.

    b. Penyusunan rencana teknis pemulihan sosial, ekonomi danbudaya dilakukan oleh BPBD dibantu oleh lembaga/dinas/instansi yang relevan.

    c. Mekanisme dan teknis pelaksanaan pemulihan sosial, ekonomidan budaya harus mempertimbangkan karakter, kondisi dasnsituasi masyarakat yang menjadi korban bencana sertamengacu pada ketentuan-ketentuan lain yang relevan dantelah ditetapkan oleh dinas/instansi yang mempunyaikewenangan untuk itu.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    33/70

    - 28 -4. Pelaksanaan dan Organisasi

    Pelaksanaan Program Pemulihan Sosial, Ekonomi dan Budaya

    a. Program pemulihan sosial, ekonomi dan budaya dilaksanakanoleh BPBD dibantu lembaga/dinas/instansi terkait;

    b. Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi dan budaya dilakukanmelalui : 1) layanan advokasi dan konseling; 2) bantuanstimulan aktivitas ekonomi; dan 3) pelatihan;

    c. Dalam hal program pemulihan sosial, ekonomi dan budayadilakukan di wilayah yang meliputi lebih dari satu daerahKabupaten/Kota, koordinasi dilakukan oleh BPBD danPemerintah Provinsi dan atau BNPB;

    d. Dalam hal program pemulihan sosial, ekonomi dan budayadilakukan di wilayah yang meliputi lebih dari satu daerahprovinsi, koordinasi dilakukan BNPB;

    e. Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi dan budaya dilaksanakandengan menjunjung rasa keadilan.

    H. Pemulihan Keamanan dan Ketertiban1. Cakupan

    a. Yang dimaksud dengan pemulihan keamanan adalah kegiatanmengembalikan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakatsebagaimana sebelum terjadi bencana dan menghilangkan

    gangguan keamanan dan ketertiban di daerah bencana.

    b. Keamanan adalah suatu kondisi dimana anggota masyarakatmerasa aman.

    c. Ketertiban adalah suatu kondisi dimana anggota masyarakatmelakukan kegiatan dan tindakan sesuai dengan ketentuan

    yang berlaku.

    d. Ketentuan yang dimaksud meliputi ketentuan hukum positifdan/atau adat kebiasaan.

    e. Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untukmembantu memulihkan kondisi keamanan dan ketertibanmasyarakat di daerah bencana agar kembali seperti kondisisebelum terjadi bencana dan terbebas dari rasa tidak amandan tidak tertib.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    34/70

    - 29 -2. Indikator Capaian

    TabelIndikator Capaian Pemulihan Keamanan dan KetertibanAspek Indikator Capaian

    Keamanan 1. Terselenggaranya kegiatan sosial kemasyarakatan bidangkeamanan seperti ronda, penerapan siskamling.

    2. Menurunnya jumlah dan kualitas ganguan keamananmaupun tindak kriminal.

    3. Meningkatnya rasa aman di antara anggota masyarakat.4. Meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang terlibat

    dalam kegiatan pemulihan keamanan.5. Meningkatnya kerjasama dan koordinasi penyelenggaraan

    keamanan.6. Meningkatnya jumlah lembaga/organisasi yang terlibat

    dalam kegiatan pemulihan keamanan.Ketertiban 1. Terselengggaranya kegiatan sosial kemasyarakatan bidang

    ketertiban seperti kerjabakti kebersihan lingkungan,pengaturan lalu-lintas.

    2. Meningkatnya kepatuhan anggota masyarakat pada aturanhukum positif dan atau adat kebiasaan.

    3. Meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang terlibatdalam kegiatan pemulihan ketertiban.

    4. Meningkatnya kerjasama dan koordinasi penyelenggaraanketertiban.

    5. Meningkatnya jumlah lembaga/organisasi yang terlibatdalam kegiatan pemulihan ketertiban.

    3. Prosedur/Persyaratan TeknisPerencanaan dan Persyaratan Teknis Pemulihan Keamanan danKetertiban

    a. Setiap kegiatan pemulihan keamanan dan ketertibansebagaimana dijelaskan di atas harus diawali denganpenyusunan rencana teknis rinci pemulihan keamanan dan

    ketertiban yang setidak-tidaknya mencakup aspek-aspek:1) kegiatan dan lembaga keamanan dan ketertiban yangmenjadi sasaran; 2) permasalahan yang dihadapi;3) sumberdaya yang tersedia; 4) skenario, mekanisme danteknis pelaksanaanya; 5) rencana pembiayaan; dan6) penyelenggara.

    b. Penyusunan rencana teknis pemulihan keamanan danketertiban dilakukan oleh BPBD dibantu lembaga/dinas/instansi yang relevan.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    35/70

    - 30 -c. Mekanisme dan teknis pelaksanaan pemulihan keamanan dan

    ketertiban harus mempertimbangkan karakter, kondisi dansituasi masyarakat yang menjadi korban bencana sertamengacu pada ketentuan-ketentuan lain yang relevan dan

    telah ditetapkan oleh dinas/instansi yang mempunyaikewenangan untuk itu.

    4. Pelaksanaan dan Organisasia. Program pemulihan keamanan dan ketertiban di daerah

    bencana dilaksanakan oleh BPBD dibantu lembaga/dinas/instansi terkait;

    b. Kegiatan pemulihan keamanan dan ketertiban dilaksanakandengan : 1) mengaktifkan kembali fungsi lembaga keamanandan ketertiban di daerah bencana; 2) meningkatkan

    peranserta masyarakat dalam kegiatan pengamanan danpenertiban; dan 3) menyelenggarakan koordinasi denganinstansi/lembaga yang berwenang di bidang keamanan danketertiban;

    c. Dalam hal program pemulihan keamanan dan ketertibandilakukan di wilayah yang meliputi lebih dari satu daerahKabupaten/Kota, koordinasi dilakukan oleh BPBD danPemerintah Provinsi dan atau BNPB;

    d. Dalam hal program pemulihan sosial, ekonomi dan budayadilakukan di wilayah yang meliputi lebih dari satu daerahprovinsi, koordinasi dilakukan BNPB;

    e. Kegiatan pemulihan keamanan dan ketertiban dilaksanakandengan menjunjung rasa kemanusiaan dan keadilan.

    I. Pemulihan Fungsi Pemerintahan1. Cakupan

    a. Yang dimaksud dengan fungsi pemerintahan adalah fungsiadministrasi pengelolaan pembangunan wilayah.

    b. Pemerintahan yang dimaksud adalah pemerintahan padatingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota,Provinsi dan Pusat.

    c. Petugas pemerintahan adalah orang yang karenakemampuannya diberi kewenangan untuk menjalankan fingsipengelolaan pembangunan wilayah.

    d. Peralatan pemerintahan adalah semua perangkat yangdiperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

    e.

    Dokumen negara dan pemerintahan adalah semua berkasyang bersangkut paut dengan penyelenggaraan pemerintahan.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    36/70

    - 31 -2. Indikator Capaian

    a. Keaktifan kembali petugas pemerintahan.b. Terselamatkan dan terjaganya dokumen-dokumen negara dan

    pemerintahan.c. Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan fungsi petugas

    pemerintahan.

    d. Berfungsinya kembali peralatan pendukung tugas-tugaspemerintahan.

    e. Pengaturan kembali tugas-tugas instansi/lembaga yang salingterkait.

    3. Prosedur/Persyaratan Teknisa. Kegiatan pemulihan fungsi pemerintahan harus diawalidengan penyusunan rencana teknis pemulihan fungsi

    pemerintahan yang setidak-tidaknya mencakup: 1) identifikasimasalah ketidakberfungsian pemerintahan 2) sumberdayapemulihan fungsi pemerintahan 3) skenario, mekanisme danteknis pelaksanaanya; 4) rencana pembiayaan; dan5) penyelenggara.

    b. Mekanisme dan teknis pelaksanaan pemulihan fungsipemerintahan harus mempertimbangkan karakter, kondisidan situasi setempat serta mengacu pada ketentuan-ketentuan

    lain yang relevan.

    4. Pelaksanaan dan Organisasia. Penyusunan rencana teknis pemulihan fungsi pemerintahan

    dilakukan oleh BPBD dan dikoordinasikan dengan unitpemerintahan dan Pimpinan Wilayah yang relevan.

    b. Rencana teknis pemulihan fungsi pemerintahan dilaksanakanoleh unit pemerintahan yang relevan.

    J. Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik1. Cakupana. Yang dimaksud dengan pemulihan fungsi pelayanan

    publik adalah berlangsungnya kembali berbagai pelayananpublik yang mendukung kegiatan/kehidupan sosial danperekonomian wilayah yang terkena bencana;

    b. Pemulihan fungsi pelayanan publik ini meliputi: 1) pelayanankesehatan; 2) pelayanan pendidikan; 3) pelayananperekonomian; 4) pelayanan perkantoran umum/pemerintah;

    dan 5) pelayanan peribadatan.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    37/70

    - 32 -2. Indikator Capaian

    a. Setiap program rehabilitasi untuk pemulihan fungsi pelayananpublik harus dilakukan untuk memenuhi capaian/indikator

    masing-masing komponen/elemen pelayanan publik;b. Indikator rinci untuk masing-masing komponen pelayanan

    publik dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

    TabelIndikator Capaian Program Rehabilitasi Bidang Pelayanan PublikKomponen Elemen Indikator

    1.Pelayanankesehatan

    Puskesmas pembantu,puskesmas, RSU,Klinik bersalin

    Dapat kembali melakukanpelayanan kesehatan padakorban bencana

    2.Pelayananpendidikan

    SD, SMP, SMA, SMK, PT Dapat memulai kembalikegiatan pendidikan,khususnya pendidikan dasar

    3.Pelayananperekonomian

    Pasar, warung/toko, industri Dapat memulai kembali prosesproduksi dan konsumsi,pertukaran barang dan jasa

    4.Pelayananperkantoran/pemerintah

    RT/RW, Kelurahan,Kecamatan, Kabupaten/Kota

    Dapat memulai kembalipelayanan umum: ketertiban,keamanan, izin-izin dll.

    5.Pelayananperibadatan Musholla, masjid, gereja,kapel, Vihara, Klenteng Warga dapat menjalankankegiatan peribadatanbersama/berjamaah.

    3. Prosedur/Persyaratan Teknisa. Setiap program rehabilitasi pelayanan publik sebagaimana

    dijelaskan di atas harus diawali dengan penyusunan rencanateknis yang rinci, yang mencakup aspek-aspek: 1) volume/luasan yang akan direhabilitasi; 2) tahapan pengerjaan;3) besaran biaya; 4) persyaratan teknis pelaksanaanya; dan5) aktor-aktor yang dapat mengerjakannya;

    b. Penyusunan rencana teknis ini dilakukan oleh BPBD dibantuoleh dinas/instansi yang mempunyai kewenangan untuktiap-tiap komponen pelayanan publik;

    c. Persyaratan teknis masing-masing pelayanan publikharus mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan olehmasing-masing dinas/instansi yang mempunyai kewenanganpada tiap-tiap komponen pelayanan publik.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    38/70

    - 33 -4. Pelaksanaan Rehabilitasi Pelayanan Publik

    a. Program rehabilitasi pelayanan publik dilakukan oleh BPBDdibantu oleh dinas/instansi yang mempunyai kewenangan

    masing-masing komponen program rehabilitasi.

    b. Dalam konteks program rehabilitasi yang dilakukan diwilayah yang meliputi lebih dari satu daerah Kabupaten/Kota,koordinasi dilakukan oleh BPBD dan Pemerintah Provinsidan/atau BNPB;

    c. Dalam konteks program rehabilitasi bencana nasional,koordinasi dilakukan oleh BNPB.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    39/70

    - 34 -BAB VPENUTUP

    Mengingat telah banyak pedoman khusus yang diterbitkan olehberbagai instansi yang mengatur berbagai persoalan yang berhubungandengan ruang lingkup rehabilitasi, maka pedoman ini hanya bersifatumum dengan memberi ruang bagi tetap berlakunya pedoman-pedomandan kebijakan khusus sepanjang tidak bertentangan dengan maksudpedoman ini dan peraturan perundang-undangan di bidang kebencanaan

    yang berlaku.

    Masalah dan perbedaan penanganan bencana yang disebabkan olehperbedaan penafsiran atas pedoman ini diselesaikan dengan menerapkan

    azas kemanfaatan bagi usaha penanggulangan bencana yang berorientasipada perlindungan segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.Penyelesaian atas masalah ini dilakukan dengan mengedepankanprinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance).

    Pedoman Umum Rehabilitasi ini merupakan salah satu bagian darikeseluruhan pedoman yang memberi arahan lebih operasionalpenanggulangan bencana, oleh sebab itu keberadannya harus dikaitkandengan pedoman lain yang relevan dengan ruang lingkup kegiatanrehabilitasi.

    KEPALABADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

    DR. SYAMSUL MAARIF, M.Si

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    40/70

    - 35 -LAMPIRAN II : PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL

    PENANGGULANGAN BENCANANOMOR : 11 TAHUN 2008TANGGAL : 17 DESEMBER 2008

    PEDOMANREKONSTRUKSI PASCA BENCANABAB IPENDAHULUAN

    A. Latar BelakangIndonesia, selain terkenal karena kekayaan dan keindahan

    alamnya, juga merupakan negara yang rawan terhadap bencana. Halini disebabkan posisi geografis dan geodinamiknya, sehinggaIndonesia memiliki aktivitas vulkanik dan kegempaan yang cukuptinggi. Posisi ini juga menyebabkan bentuk relief Indonesia yangsangat bervariasi, mulai dari pegunungan dengan lereng yang curamsampai daerah landai di sepanjang garis pantai yang sangat panjang,

    yang kesemuanya memiliki kerentanan terhadap ancaman bahaya

    tanah longsor, banjir, abrasi dan tsunami. Kondisi hidrometeorologisyang beragam juga kadang-kadang menimbulkan ancaman bahayabanjir dan longsor, angin ribut atau angin puting beliung, bahayakekeringan yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lain-lain.Ancaman lainnya adalah bencana yang disebabkan oleh berbagaikegagalan teknologi.

    Umumnya bencana yang terjadi mengakibatkan penderitaanbagi masyarakat baik berupa korban jiwa manusia, kerugian hartabenda maupun kerusakan lingkungan serta musnahnya hasil-hasilpembangunan yang telah dicapai antara lain kerusakan sarana dan

    prasarana serta fasilitas umum, penderitaan masyarakat dansebagainya.

    Oleh karena itu perlu upaya-upaya penanggulangan bencanayang baik, selaras dengan yang diamanatkan dalam Undang-UndangNomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47), baik ituprabencana, pada saat tanggap darurat, maupun pasca bencana.Penyelenggaraan penanggulangan bencana ini merupakan tanggung

    jawab semua pihak, baik pemerintah (pusat dan daerah), sektorswasta maupun masyarakat umum dan individu.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    41/70

    - 36 -Dalam hal penanggulangan pasca-bencana, terutama

    penanganan rekonstruksi, maka diperlukan suatu proses rekonstruksiyang tepat, berdasarkan perencanaan yang baik, sehingga tepatsasaran dan juga tertib dalam penggunaan dana, serta mampu

    meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap ancaman bencana dimasa datang melalui usaha-usaha pengurangan risiko bencana. Prosesrekonstruksi pasca bencana yang baik harus menghasilkan pemulihankondisi masyarakat, baik secara fisik, mental, sosial dan ekonomi, danmampu menurunkan kerentanan terhadap bencana, bukanmemperparah kondisi kerentanan yang ada yang menyebabkanterjadinya bencana. Hal ini sejalan dengan butir ketiga tujuanstrategis Hyogo Framework for Action 2005-2015 (HFA), yaitu: (c)Secara sistematis memadukan pendekatan-pendekatan peredamanrisiko ke dalam rancangan dan pelaksanaan program-program

    kesiapsiagaan terhadap keadaan darurat, tanggap darurat danpemulihan dalam rangka rekonstruksi komunitas yang terkenadampak.

    Agar proses rekonstruksi dapat berjalan dengan baik, makadiperlukan suatu Pedoman Penyelenggaraan Rekonstruksi, sehinggapara pelaku penanggulangan bencana, baik pemerintah (pusat dandaerah) maupun organisasi-organisasi non pemerintah dan kalanganmasyarakat umum dapat menyelenggarakan proses rekonstruksidengan terencana, tepat waktu, tepat mutu dan tepat anggaran dan

    sesuai dengan sasarannya. Hal ini juga sejalan dengan prioritas aksikelima dari HFA, yaitu: (5) Memperkuat kesiapsiagaan terhadapbencana demi respon yang efektif di semua tingkatan.

    B. TujuanTujuan pedoman ini adalah memberikan acuan atau pegangan

    bagi para penyelenggara rekonstruksi pasca bencana sehinggapelaksanaannya dapat dilakukan secara terencana, terkoordinasi,terintegrasi dan terkendali dan kegiatan rekonstruksi dapat berjalandengan tepat sasaran, tepat waktu, tepat biaya, tepat mutu dan tepat

    guna, dalam rangka memulihkan kehidupan masyarakat di wilayahyang terkena bencana.

    Tujuan penyelenggaraan rekonstruksi adalah membangunkembali dalam jangka panjang secara permanen sebagian atauseluruh sarana dan prasarana fisik dan non-fisik, beserta seluruhsistem kelembagaan dan pelayanan yang rusak akibat bencana, agarkondisinya pulih kembali dan fungsinya dapat berjalan dengan baikdan masyarakat dapat terlindungi lebih baik dari berbagai ancamanbencana.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    42/70

    - 37 -C. Dasar Hukum

    Dasar hukum yang melandasi penyusunan pedoman ini adalah:

    1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan PokokKesejahteraan Sosial;

    2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah;

    3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4723);

    4.

    Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentangPenyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pasal 76 Ayat (4);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang PeranSerta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing NonpemerintahDalam Penanggulangan Bencana;

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentangPendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana;

    7. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang BadanNasional Penanggulangan Bencana.

    D. PengertianPengertian dasar dari beberapa istilah-istilah penting yangdipergunakan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut:

    1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yangmengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupanmasyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ataufaktor non-alam maupun faktor manusia sehinggamengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

    lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.2. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian

    upaya yang meliputi penetapan kebijakan yang berisikotimbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggapdarurat, pemulihan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.

    3. Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha sertalangkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten danberkelanjutan untuk membangun kembali secara permanensemua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat

    pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utamatumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    43/70

    - 38 -budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya perandan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupanbermasyarakat di wilayah pasca bencana.

    4.

    Rencana Rekonstruksi adalah dokumen yang akan digunakansebagai acuan bagi penyelenggaraan program rekonstruksipasca-bencana, yang memuat informasi gambaran umum daerahpasca bencana meliputi antara lain informasi kependudukan,sosial, budaya, ekonomi, sarana dan prasarana sebelum terjadibencana, gambaran kejadian dan dampak bencana besertasemua informasi tentang kerusakan yang diakibatkannya,informasi mengenai sumber daya, kebijakan dan strategirekonstruksi, program dan kegiatan, jadwal implementasi,rencana anggaran, mekanisme/prosedur kelembagaanpelaksanaan.

    5. Pelaksana Rekonstruksi adalah semua unit kerja yang terlibatdalam kegiatan rekonstruksi, di bawah koordinasi pengelola danpenanggungjawab kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana pada lembaga yang berwenang menyelenggarakanpenanggulangan bencana di tingkat nasional dan daerah.

    6. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yangmemegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.

    7. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, atauperangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahandaerah.

    8. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, selanjutnya disebutBNPB, adalah lembaga pemerintah non-departemen setingkatmenteri yang dibentuk oleh pemerintah, sebagai badan yangberwenang menyelenggarakan penanggulangan bencana padatingkat nasional.

    9. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, selanjutnya disebutBPBD, adalah lembaga yang dibentuk oleh gubernur untuktingkat provinsi dan bupati/walikota untuk tingkatkabupaten/kota, sebagai badan yang berwenangmenyelenggarakan penanggulangan bencana pada tingkatpropinsi dan kabupaten/kota setelah melalui koordinasi dankonsultasi dengan Kepala BNPB.

    10. Kepala BNPB adalah Kepala Badan Nasional PenanggulanganBencana dan Kepala BPBD adalah Kepala Badan PenanggulanganBencana Daerah.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    44/70

    - 39 -BAB IIKEBIJAKAN DAN STRATEGI

    A. KebijakanKebijakan yang mendasari Penyelenggaraan Rekonstruksi ini adalahsebagai berikut:

    1. Penanggulangan bencana merupakan tanggungjawab bersamaantara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.

    2. Pemeritah berkewajiban untuk menyiapan program dan alokasianggaran untuk rekonstruksi pasca bencana.

    3. Pemerintah memberikan fasilitasi dan pendampingan bantuandana yang dimanfaatkan berdasarkan kearifan lokal.

    4. Bantuan luar negeri, baik yang berasal dari pemerintah(bilateral-multilateral) maupun non-pemerintah diperkenankan,sepanjang bantuan tersebut tidak mengikat dan tidakbertentangan dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

    5. Membangun kembali dengan lebih baik dari sebelum kejadianbencana, dengan memahami bahwa suatu peristiwa bencanamembawa hikmah untuk memberikan kesempatan dalam rangkameningkatkan kehidupan masyarakat melalui penataan

    prasarana, sarana dan sistim pelayanan masyarakat yang lebihbaik dan lebih aman dari sebelum terjadinya bencana.

    6. Upaya-upaya pengurangan risiko bencana, meliputi usahapencegahan, mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaanmenghadapi keadaan darurat bencana harus diintegrasikan kedalam keseluruhan proses rekonstruksi agar risiko bencana dimasa yang akan datang dapat dikurangi semaksimal mungkin.

    7. Pelaksanaan rekonstruksi harus dapat mendorongdikembangkannya atau direvisinya peraturan-perundangan danstandar-standar keselamatan yang lebih baik dalam berbagaiaspek kehidupan, baik pada tingkat nasional maupun lokal, danmengadaptasi pengetahuan terbaru mengenai bahaya dankerentanan setelah kejadian bencana.

    8. Menempatkan isu-isu ekosistem/lingkungan hidup dan sosialbudaya secara proporsional dalam perencanaan rekonstruksi.

    9. Melaksanakan rekonstruksi dengan proses yang akuntabel danauditable serta memenuhi azas transparansi publik.

    10. Penyelenggaraan rekonstruksi dilakukan di bawah koordinasiBNPB dan/atau BPBD (untuk tingkat daerah).

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    45/70

    - 40 -B. Strategi

    Strategi dalam Penyelenggaraan Rekonstruksi ini adalah:

    1.

    Melibatkan partisipasi masyarakat sebesar mungkin, baikmasyarakat yang terkena bencana maupun masyarakat secaraumum, melalui proses memberdayakan masyarakat dalamberbagai kegiatan penyelenggaraan rekonstruksi dan denganmenciptakan situasi kondusif bagi peran serta masyarakat yangsebesar-besarnya dalam kegiatan rekonstruksi, melaluimekanisme pelibatan yang sederhana.

    2. Memanfaatkan kearifan lokal berdasarkan pada kondisi aktual dilapangan, melalui program yang mengacu kepada kebijakanpemerintah dengan memperhatikan kondisi sosial dan budaya

    masyarakat.

    3. Mendorong pengembangan kapasitas dalam pelaksanaanrekonstruksi, baik ketika perencanaan, pelaksanaan, monitoringmaupun penegakkan aturan-aturan yang ada, untuk menjaminhasil rekonstruksi yang memiliki ketahanan yang lebih baikterhadap bencana di masa yang akan datang, baik di tingkatanpemerintahan, masyarakat, komunitas lokal maupun individu.

    4. Mengutamakan solusi jangka panjang daripada penyelesaianmasalah-masalah yang bersifat sementara.

    5. Memberikan perhatian khusus kepada usaha-usahaberkelanjutan yang bersifat lokal.

    6. Menggunakan proses perencanaan yang terintegrasi, denganpenetapan prioritas jangka pendek, menengah dan panjang.

    7. Mengutamakan usaha-usaha untuk memulihkan kondisiekonomi lokal dengan cepat sebagai bagian dari kegiatanprioritas jangka pendek, melalui pelibatan sebanyak-banyaknyaberbagai pelaku ekonomi lokal dalam proses rekonstruksi.

    8. Mengintegrasikan teknologi maju dengan sumber daya lokalyang sesuai.

    9. Menggunakan rencana implementasi yang sederhana.10. Memastikan tersedianya akses informasi mengenai semua

    kegiatan rekonstruksi bagi semua pemangku kepentingan dalamrangka membangun komunikasi untuk menjamin akuntabilitasdan transparansi proses reonstruksi.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    46/70

    - 41 -C. Sasaran

    Sasaran yang ingin dicapai oleh pedoman ini adalah tercapainyapemulihan semua aspek kehidupan masyarakat, sehingga segala

    kegiatan perekonomian, sosial dan budaya masyarakat dapat tumbuhdan berkembang dengan baik, hukum dan ketertiban dapatditegakkan kembali, dan peran masyarakat sipil dalam segala aspekkehidupan bermasyarakat dapat berfungsi dengan baik, melaluipemenuhan semua kebutuhan masyarakat dalam berbagai segi, mulaidari prasarana, sarana, sistem kelembagaan dan semua layananpublik yang diperlukan untuk menjalankan roda kehidupan denganaman dan nyaman.

    Sasaran penyelenggaraan rekonstruksi adalah :

    1. Tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial danbudaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya perandan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupanbermasyarakat di wilayah pasca bencana.

    2. Tercapainya kehidupan masyarakat pasca-bencana yang lebihbaik dan lebih aman dari sebelum terjadinya bencana, yangmampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan kondisi dansituasi baru pasca-bencana.

  • 8/2/2019 Perka BNPB Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana (diganti dg Perk

    47/70

    - 42 -BAB IIIPENYELENGGARAAN REKONSTRUKSI

    A. Koordinasi Program1. Dalam merencanakan suatu proses rekonstruksi, perlu

    diperhatikan koordinasi.

    2. Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam butir 1 beradadi bawah Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB atauBPBD di tingkat daerah.

    3. Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam butir 1 diperlukanagar proses dan pelaksanaan rekonstruksi dapat terarah dansesuai dengan tujuannya.

    4. Koordinasi dalam proses rekonstruksi pasca bencana mencakup:a. koordinasi vertikal antara struktur di tingkat daerah dan

    tingkat pusat;

    b. koordinasi horisontal lintas sektor;c. koordinasi dalam kerjasama internasional; sertad. koordinasi dengan organisasi non-pemerin