Perioperatif SC Dengan Kpd

60
I. KONSEP TEORI KETUBAN PECAH DINI (KPD) A. Pengertian KPD Ada beberapa pengertian dari ketuban pecah dini (KPD) antara lain: 1. Ketuban Pecah Dini adalah ketuban yang pecah sebelum awitan persalinan. 2. Ketuban Pecah Dini (KPD) atau spontaneous/early/premature ruptured of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar, Rustam. 1998) 3. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai, dan di tunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. (Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998) 4. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001) 5. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (Saifudin,2002) 6. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.ketuban pecah dini di

description

dengan timdakan SC

Transcript of Perioperatif SC Dengan Kpd

Page 1: Perioperatif SC Dengan Kpd

I. KONSEP TEORI KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. Pengertian KPD

Ada beberapa pengertian dari ketuban pecah dini (KPD) antara lain:

1. Ketuban Pecah Dini adalah ketuban yang pecah sebelum awitan

persalinan.

2. Ketuban Pecah Dini (KPD) atau spontaneous/early/premature

ruptured of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban

sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm

dan pada multi kurang dari 5 cm.(Mochtar, Rustam. 1998)

3. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda-tanda persalinan mulai, dan di tunggu 1 jam belum dimulainya

tanda persalinan. (Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998)

4. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi

pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai

(William,2001)

5. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina

setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan

berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum

kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (Saifudin,2002)

6. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena

berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra

uteri atau kedua factor tersebut.berkurangnya kekuatan membrane

disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina servik

(Sarwono Prawiroharjop,2002).

Page 2: Perioperatif SC Dengan Kpd

B. Etiologi KPD

1. Serviks inkompeten.

2. Ketengan rahim berlebihan (overdistensi) seperti pada kehamilan

ganda, hindramnion, gemeli, ataupun tumor.

3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang.

4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian

terendah belum masuk PAP (pintu atas panggul).

5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.

6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput

ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban

pecah.

7. Sefalopelvik disproporsi.

8. Gemeli.

9. Kehamilan preterm.

10.Trauma (misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam / VT,

maupun amnosintesis)

11.Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya.

C. Manifestasi Klinis / Tanda Dan Gejala

1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau

kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

2. Janin mudah diraba.

3. Pada saat VT selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.

4. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaup ketuban tidak ada

dan air ketuban sudah kering.

5. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

Page 3: Perioperatif SC Dengan Kpd

D. Patofisiologi KPD

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai

berikut :

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan

vaskularisasi.

2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah

dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

E. Komplikasi KPD

1. Pada Ibu

a. Persalinan Prematur

b. Infeksi intrapartal/dalam persalinan misalnya, Korioamnionitis,

Endometritis. ka terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah

maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat

mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas

c. Infeksi puerperalis/ masa nifas

d. Dry labour/Partus lama

e. Perdarahan post partum

f. Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)

g. Morbiditas dan mortalitas maternal

2. Pada Janin

a. Infeksi: Septikemia, Pneumonia, Omfalitis, Meningitis.

b. Gawat janin: Hipoksia Dan Asfiksia akibat dari oligohidramnion

yang menekan tali pusat. Hipoksia dan Asfiksia sekunder

(kekurangan oksigen pada bayi)

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry

Page 4: Perioperatif SC Dengan Kpd

labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral

palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.

c. Distosia ( partus Kering). Pengeluaran cairan ketuban untuk

waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau

persalinan kering

d. Sindroma Deformitas Janin. Terjadi akibat oligohidramnion.

Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan

pertumbuhan janin terhambat (PJT)

e. Tali pusat menumbung (prolaps tali pusat).

f. Prematuritas. Masalah yang dapat terjadi pada persalinan

prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome,

hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of

premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis,

brain disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia,

anemia, sepsis.

g. Morbiditas dan mortalitas perinatal.

F. Penatalaksanaan KPD

1. Konservatif

a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.

b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.

c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.

d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5

hari.

e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan

kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.

f. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-

tanda persalinan.

Page 5: Perioperatif SC Dengan Kpd

g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi

atau gawat janin.

h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada

kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila

pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.

2. Aktif

Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.

Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka

lakukan terminasi kehamilan.

a. Induksi atau akselerasi persalinan.

b. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan

mengalami kegagalan.

c. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus

berat ditemukan.

II. KONSEP TEORI SECSIO SESAREA  TRANSPERITONIAL PROFUNDA

A. Pengertian 

Secsio sesarea adalah pebedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding rahim. Salah satu teknik

pembedahan secsio sesarea adalah secsio sesarea transperitonialis

profunda yaitu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen

bawah rahim. (Kapita selekta, 1999)

Kelahiran sesarea adalah alternatif dari kelahiran vagina bila

keamanan ibu atau janin terganggu. (Marilyn. E. Doengoes)

Persalinan sesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada

dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histrotomi)

(Cunningham, Mc. Donald. Gant)

Page 6: Perioperatif SC Dengan Kpd

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

vagina. (Mochtar. R., 1998)

B. Indikasi 

1. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul.

2. Plasenta previa

3. Gawat janin

4. Pernah seksio sesarea sebelumnya

5. Kelainan letak janin 

6. Hipertensi

7. Rupture uteri mengancam

8. Partus lama (prolonged labor)

9. Partus tak maju (obstructed labor)

10.Distosia serviks

11.Ketidakmampuan ibu mengejan

12.Malpresentasi janin

a. Letak lintang

1) Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah

cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin

hidup dan besar biasa.

2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong

dengan secsio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul

sempit.

3) Multipara  dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong

dengan cara-cara lain.

b. Letak bokong

Page 7: Perioperatif SC Dengan Kpd

Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:

1) Panggul sempit 

2) Primigravida

3) Janin besar dan berharga

c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-

cara lain tidak berhasil.

d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.

e. Gemelli, dianjurkan secsio sesarea  bila

1) Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu

2) Bila terjadi interlock

3) Distosia oleh karena tumor

4) Gawat janin 

(Mochtar, R. 1998)

C. Kontraindikasi 

Perlu diingat bahwa seksio sesarea dilakukan baik untuk

kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu seksio

sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa, apabila

misalnya janin sudah meninggal dalam uterus atau apabila terlalu kecil

untuk hidup di luar kandungan.  Apabila janin terbukti menderita cacat

seperti hidrosepalus, anensepalus dan lain-lain. (Hanifa wiknjosastro,

2002)

D. Komplikasi

1. Infeksi puerpuralis (nifas) 

a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai

dehidrasi atau perut sedikit kembung

Page 8: Perioperatif SC Dengan Kpd

c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering

kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi

infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. 

2. Perdarahan, disebabkan karena:

a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

b) Atonia uteri

c) Perdarahan pada placenta bed

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang. 

E. Kelebihan Dan Kekurangan Seksio Sesarea Transperitonialis Profunda

1. Kelebihan

a) Penjahitan luka lebih mudah

b) Penutupan luka dengan repetonialisasi yang baik

c) Tumbang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

d) Perdarahan kurang

e) Dibandingkan dengan cara korporal, kemungkinan rupture uteri

spontan kurang atau lebih kecil

2. Kekurangan 

a) Luka dapat melebar ke kirim, kanan, dan bawah, sehingga dapat

menyebabkan a. uterine putus, sehingga dapat mengakibatkan

perdarahan yang banyak.

b) Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.

Page 9: Perioperatif SC Dengan Kpd

F. Teknik Secsio Sesarea Transperitonialis Profunda

Teknik Secsio Sesarea Transperitonealis Profunda Daver Catheter

di pasang dan wanita berbaring dalam letak tredelenburg ringan.

Diadakan insisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis

sampai beberapa cm di bawah pusat. Setelah peritorium dibuka,

dipasang spekulum perut dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga

perut dengan satu kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding

uterus depan dan bawah dipegang dengan pinset, plikovesitas. Uterina

dibuka dan insisi diteruskan melintang jauh ke lateral. Kemudian

kandung kencing depan uterus didorong ke bawah dengan jari. Pada

segmen bawah uterus yang sudah tidak ditutup lagi oleh peritoneum

serta kandung kencing yang biasanya sudah menipis, diadakan insisi

melintang selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung

ke atas untuk menghindari terbukanya cabang-cabang arteria uterine.

Karena uterus dalam kehamilan tidak jarang memutar ke kanan,

sebelum membuat insisi, posisi uterus diperiksa dahulu dengan

memperhatikan ligamenta rocundo kanan dan kiri, di tengah-tengah insisi

diteruskan sampai dinding uterus terbuka dan ketuban tampak,

kemudian luka yang terakhir ini dilebarkan dengan gunting berujung

tumpul mengikuti sayatan yang telah dibuat terlebih dahulu. Sekarang

ketuban dipecahkan dan air ketuban yang keluar dihisap. Kemudian

spekulum perut diangkat dan lengan dimasukkan ke dalam uterus di

belakang kepala janin dan dengan memegang kepala dari belakang

dengan jari-jari tangan penolong.

Diusahakan lahirnya kepala melalui lubang insisi. Jika dialami

kesulitan untuk melahirkan kepala janin lubang insisi. Jika dialami

ksulitan untuk melahirkan kepala janin dengan tangan, dapat dipasang

dengan cunan boerma. Sesudah kepala janin badan terus dilahirkan

muka dan mulut terus dibersihkan. Tali pusat dipotong dan bayi

diserahkan pada orang lain untuk diurus. Diberikan suntikan 10 satuan

oksitosin dalam dinding uterus/ intravena, pinggir luka insisi dipegang

Page 10: Perioperatif SC Dengan Kpd

dengan beberapa Cunam ovum dan plasenta serta selaput ketuban

dikeluarkan secara manual. Tangan untuk sementara dimasukkan ke

dalam rongga uterus untuk mempermudah jahitan luka, tangan ini

diangkat sebelum luka uterus ditutup sama sekali. Jahitan otot uterus

dilakukan dalam dua lapisan yaitu lapisan pertama terdiri atas kahitan

simpul dengan cagut dan dimulai dari ujung yang satu ke ujung yang lain

(jangan mengikutsertakan desidua), lapisan kedua terdiri atas jahitan

menerus sehingga luka pada miomtrium tertutup rapi.

Keuntungan pembedahan ini:

a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak

b. Bahaya peritonitis tidak besar

c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri

dikemudian hari tidak besar, karena dalam masa nifas segmen

bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami konraksi seperti

korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

G. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatiakan Dalam SC

a. Secsio sesarea efektif

Secsio searea ini direncanakan lebih dahulu karena sudah

diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan

itu.

Keuntungannya adalah bahwa waktu pembedahan dapat

ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan segala

persiapan dapat dilakukan dengan baik.

Kerugiannya adalah karena persalinan belum dimulai, segmen

bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan

pembedahan dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perarahan

karena uterus belum mulai dengan kontraksinya. Pada umumnya

keuntungan lebih besar dari kerugian.

b. Anestesia

Page 11: Perioperatif SC Dengan Kpd

Anestesia umumnya mempunyai pengaruh positif degresif

pada pusat pernafasan janin. Sehingga kadang-kadang bayi lahir

dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah,

selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-

kadang timbul perdarahan post partum karena atonia uteri.

Anestesia spinal aman buat janin. Akan tetapi selalu ada

kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan

akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman adalah

anestesia lokal, akan tetapi tidak selalu akan dapat dilakukan

berhubungan dengan sikap mental penderita. Pemutusan untuk

dilakukan anestesi total setelah anestesi spina. Di lihat rentang dari

injeksi: tunggu 10-15 menit apakah klien merasa sakit atau tidak.

Apabila dosis terlalu tinggi diberikan dapat menyebabkan sesak

nafas (sulit bernafas) sehingga langsung diputuskan untuk anestesi

total.

c. Transfusi darah

Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak

dari pada persalinan pervagina. Perdarahan tersebut disebabkan

oleh insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga

karena terjadinya atonia uteri post partum. Berhubung dengan itu

pada tiap-tiap secsio sesarea perlu diadakan persediaan darah.

III. KONSEP PERIOPERATIF

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah

gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan yaitu

preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.

A. KEPERAWATAN PREOPERATIF

Page 12: Perioperatif SC Dengan Kpd

Preoperatif adalah merupakan masa sebelum dilakukannya

tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan

pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah.

PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN

A. PERSIAPAN FISIK

1. Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan

status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat

penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan

keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status

hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi

ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-

lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan

istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres

fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki

riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi

pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal

2. Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan

berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein

darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala

bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan

untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.

Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami

berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien

menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang

paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi

(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam

dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius

pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan

kematian

Page 13: Perioperatif SC Dengan Kpd

3. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input

dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus

berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya

dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum

(normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5

mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl).

Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi

ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa

dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal

baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika

ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi

renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu

perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang

mengancam jiwa.

4. Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi

keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien

dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan

kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa

berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai

pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon

adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke

paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area

pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca

pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi

CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka

pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara

pemasangan NGT (naso gastric tube).

5. Pencukuran daerah operasi

Page 14: Perioperatif SC Dengan Kpd

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari

terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan

karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat

bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses

penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada

beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran

sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.

Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati

jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.

Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri

agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan

pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan

dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan

pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar

perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,

uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur,

hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan,

pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus

sebelum pembedahan.

6. Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi

karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan

dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada

pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri

dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.

Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan

personal hygiene secara mandiri maka perawat akan

memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7. Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan

pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder

Page 15: Perioperatif SC Dengan Kpd

tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi

balance cairan.

8. Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,

hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam

menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah

operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien

untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu

pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi

dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu

teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan

latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien

dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas

dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk

(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh

tegang.

2. Letakkan tangan diatas perut

3. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan

hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat

4. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara

perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit

melalui mulut.

5. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)

6. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif

Page 16: Perioperatif SC Dengan Kpd

Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien

terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general.

Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas

selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien

akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan

terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif

sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk

mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih

melakukan teknik batuk efektif dengan cara :

1. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan

jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai

bebat ketika batuk

2. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5

kali)

3. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan

terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan

kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada

tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan,

namun tidak berbahaya terhadap incisi.

4. Ulangi lagi sesuai kebutuha

5. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa

menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau

gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah

operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi

guncangan tubuh saat batuk.

Latihan Gerak Sendi

Keuntungan:

Page 17: Perioperatif SC Dengan Kpd

1. Lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga

pasien akan lebih cepat kentut/flatus

2. Menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan

dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus

3. memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan

menunjang fungsi pernafasan optimal.

B. PERSIAPAN PENUNJANG

Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang

yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua

jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung

pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).

Pemeriksaan penunjang antara lain :

1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,

abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi),

CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic

Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy,

Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio

Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.

2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah :

hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah),

jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit

(kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll.

Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika

penyakit terkaut dengan kelainan darah.

3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan

bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien

sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan

apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis

saja.

4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).

Page 18: Perioperatif SC Dengan Kpd

5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar

gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD

biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam

dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan

pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

C. INFORM CONSENT

Setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib

menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis

(pembedahan dan anastesi). Inform Consent sebagai wujud dari

upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka

pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib

untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi.

Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan

pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala

resiko dan konsekuensinya

D. PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan

dan ketakutan antara lain :

1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan

sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan

tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa

dibatalkan

2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat

mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga

operasi terpaksa harus ditunda.

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan

pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :

1. Takut nyeri setelah pembedahan

2. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak

berfungsi normal (body image)

Page 19: Perioperatif SC Dengan Kpd

3. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)

4. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain

yang mempunyai penyakit yang sama.

5. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan

dan petugas.

6. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.

7. Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat

dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti :

1. meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan

2. gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol

3. telapak tangan yang lembab

4. gelisah

5. menayakan pertanyaan yang sama berulang kali

6. sulit tidur

7. sering berkemih

Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat

menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :

1. Pengalaman operasi sebelumnya

2. Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan

operasi

3. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi

baik fisik maupun penunjang

4. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar

operasi dan petugas kamar operasi

5. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra,

post operasi)

6. Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan

sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti :

latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.

Page 20: Perioperatif SC Dengan Kpd

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat

dilakukan dengan berbagai cara:

1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang

dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada

pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh

pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar

operasi, dll.

2. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka

diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi,

meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien

mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi

yang akan dialami pasien

3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan

persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan.

Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika

pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai

puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika

diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari

pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan

pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami

oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental

pasien dengan baik

4. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk

menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi

kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-

sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

5. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan

dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan

kecemasan pada pasien.

Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre

medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien

Page 21: Perioperatif SC Dengan Kpd

tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur

sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

6. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di

kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan

diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.

7. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga

diberikan kesempatan untuk mengantar pasien sampai ke batas

kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang

tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

E. OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI

1. Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan

diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan

kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup

2. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium

atau diazepam.

3. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di

operasi.

4. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika

profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai

dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali.

5. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan

lain-lain sesuai indikasi pasien.

F. ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses

keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn E. Doenges, 1999)

meliputi:

Page 22: Perioperatif SC Dengan Kpd

1. Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal,

penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan

risiko pembentukan trombus.

2. Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor

stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka

rangsang ; stimulasi simpatis.

3. Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk

hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ;

membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /

periode puasa pra operasi).

4. Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

5. Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan

larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik

dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi

kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia

malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek

dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah

koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

6. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,

antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia,

bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,

antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat

Page 23: Perioperatif SC Dengan Kpd

yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.

Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang

mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga

potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Pre Operatif

(Wilkinson, M. Judith, 2006) meliputi :

1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep

diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan,

ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti,

krisis situasi atau krisis maturasi.

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan,

efek samping penanganan, factor budaya atau spiritual yang

berpengaruh pada perubahan penampilan.

3. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan

perubahan penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain,

kehilangan fungsi, diagnosis kanker.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien Pre Operatif

(Wilkinson, M. Judith, 2006) adalah :

1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan

yang tidak mudah atau dread yang disertai dengan respons

autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan

oleh antisipasi terhadap bahaya.ini merupakan tanda bahya

yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan

memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk

mengatasi ancaman.

Page 24: Perioperatif SC Dengan Kpd

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria hasil :

klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-

situasi yang membuat stress.

klien mampu mempertahankan penampilan peran.

klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.

klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara

fisik.

tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan

Intervensi dan implementasi

Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

R : memudahkan intervensi.

Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk

mengatasi ansietas di masa lalu.

R :mempertahankan mekanisme koping adaftif,

meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.

Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien

untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk

mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.

Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang

ada saat ini, harapa-harapan yang positif terhadap terapy

yang di jalani.

R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang

dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.

Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas

sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.

Page 25: Perioperatif SC Dengan Kpd

R : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa

dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi

keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan

pengakuan orang lain atas kemampuannya.

Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

R : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.

Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada

pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan

dan prognosis.

R : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.

Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

R : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental

dari fisik seseorang.

Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap

penampilan dan fungsi tubuh.

Kriteria hasil :

pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan

fungsi tubuh.

memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang

mengalami gangguan.

menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh

Intervensi dan Implementasi

Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal

pasien tentang tubuhnya.

R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan

persepsi pada citra tubuh.

Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.

Page 26: Perioperatif SC Dengan Kpd

R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang

diharapkan pasien sehingga pasien tidak menyukai

keadaan fisiknya.

Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui

realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan

dan prognosis.

R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran

koping, mengurangi kecemasan.

Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi,

jaga privasi dan martabat pasien.

R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan

harga diri dan perasaan berarti dalam diri pasien.

3. Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan

membuat penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan

respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau

ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.

Kriteria hasil :

pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk

mengisi waktu luang.

mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat

mengembangkan koping yang efektif.

menimbang serta memilih diantara alternative dan

konsekuensinya.

berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

(AKS).

Intervensi dan Implementasi :

Page 27: Perioperatif SC Dengan Kpd

Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan

kesesuaiannya dengan pandangan pemberi pelayanan

kesehatan.

R : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.

Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

R : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan

saling percaya, memudahkan intervensi

Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran

perubahan peran yang realitas.

R : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang

kondisi nyata yang ada saat ini.

Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari

orang lain.

R : meningkatkan perasaan berarti, memberikan

penguatan yang positif.

Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam

memberikan dukungan emosional untuk pasien dan

keluarga.

R : menciptakan suasana saling percaya, perasaan

berarti, dan mengurangi kecemasan.

B. PERAWATAN INTRAOPERATIF

Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke

instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang

pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup :

- pemasangan IV cath

- pemberian medikasi intaravena

- melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang

prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien

Page 28: Perioperatif SC Dengan Kpd

- Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi,

bertinda k sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi

pasien di atas meja operasi denganmenggunakan prinsip-prinsip

dasar kesimetrisan tubuh.

Perawat yang bekerja di kamar bedah harus telah mengambil program

proregristation education courses in anasthetic and operating theater

nursing. Dalam pembedahan perawat disebut  scrubbed nurse yang

bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan

pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrument dan

menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk terlaksananya

pembedahan yangdirencanakan. Circulating nurse bertanggung jawab

untuk menjamin terpenuhinya perlengkapanyang dibutuhkan oleh

scrubbed nurse dan bertanggung jawab terhadap observasi dan

perawatan pasien tanpa menimbulkan kontaminasi daerah steril.

TAHAP INTRAOPERATIF

1. Ruang Sementara (Holding area)

Perawat dapat menjelakan tahap-tahap yang akan

dilaksanakan untuk menyiapkan klien menjalani pembedahan.

Perawat diruang tahanan sementara biasanya adalah bagian dari

petugas ruang oprasi dan menggunakan pakaian, topi, dan alas kaki

khusus ruang oprasi sesuai dengan kebijakan pengontrolan infeksi

rumah sakit. Pada beberapa tempat bedah sehari, perawat primer

perioperatif menerima kedatangan klien, menjadi perawat sirkulator

selama prosedur berlangsung, dan mengelola pemulihan serta

kepulangan klien.

Di dalam ruangan tahanan sementara, perawat, anestesi,

atau ahli anestesi memasang kateter infus ke tangan klien untuk

memberikan prosedur rutin penggantian cairan dan obat-obatan

melalui intravena. Biasanya menggunakan kateter IV yang

berukuran besar agar pemasukan cairan menjadi lebih mudah.

Page 29: Perioperatif SC Dengan Kpd

Perawat juga memasang manset tekanan darah. Manset juga

terpasang pada lengan klien selama pembedahan berlangsung

sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekanan darah klien.

2. Kedatangan ke Ruang Operasi

Perawat ruang opersi identifikasi dan kardeks klien, melihat

kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil

pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan. Pastikan bahwa

alat prostese dan barang berharga telah dilepas dan memeriksa

kembali rencana perawatan preoperatif yang berkaitan dengan

intraoperatif.

3. Pemberian Anestesi

a. Anestesi Umum

Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan

seluluh sensasi dan kesadarannya. Relaksasi mempermudah

manipulasi anggota tubuh. Klien juga mengalami amnesia

tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan yang

menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang

membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.

Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur IV dan

inhalasi melalui empat tahap anestesi. Tahap 1 dimulai saat

klien masih sadar. Klien menjadi pusing dan kehilangan

kesadaran secara bertahap, dan status analgesic dimulai. Tahap

2 adalah eksitasi. Otot kilen kadang-kadang menegang dan

hampir kejang. Reflek menelan dan mudah tetap ada, dan pola

nafas klien mungkin menjadi tidak teratur. Tahap 3 dimulai pada

saat irama pernafasan mulai teratur. Fungsi vital terdepresi.

Tahap 4 adalah tahap depresi pernafasan lengkap.

b. Anestesi Regional

Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada

daerah tubuh tertentu. Selama pembedaan berlangsung klien

Page 30: Perioperatif SC Dengan Kpd

dengan anestesi regional akan tetap sadar kecuali jika dokter

memprogramkan pemberian tranquilizer yang dapat

menyebabkan klien tidur. Perawat harus ingat bahwa luka bakar

dan cidera lainnya dapat terjadi pada bagian tubuh yang berada

dibawah pengaruh anestesi tanpa disadari oleh klien. Oleh

karena itu posisi ekstermitas dan kondisi kulit klien perlu sering

observasi.

c. Anestesi Lokal

Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat

yang diinginkan (mis, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea

mata). Obat anestesi (mis, lidokain ) menghambat konduksi

saraf sampai obat terdifusi kedalam sirkulasi. Klien akan

kehilangan rasa nyeri dan sentuhan, aktifitas motorik, dan

otonom.

4. Pengaturan Posisi Klien Selama Pembedahan

Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu

pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan

mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi

pasien adalah :

Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

Umur dan ukuran tubuh pasien.

Tipe anaesthesia yang digunakan.

Nyeri/Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada

pergerakan (arthritis).

Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan

posisi pasien meliputi :

a. Kesejajaran fungsional

Page 31: Perioperatif SC Dengan Kpd

Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama

operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang

berbeda pula. Contoh :

Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy

eksplorasi, appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus.

Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal :

Lamninectomy

Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas

abdomen, sering digunakan untuk operasi pada daerah

abdomen bawah atau pelvis.

Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal

dan biasanya digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan

kuretase dan pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy

Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.

b. Pemajanan area pembedahan

Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah

mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan

pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan

daerah operasi dengan teknik drapping

c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi

Posisi pasien di meja operasi selama prosedur

pembedahan harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini

selain untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai

bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi

fisiologis dan mencegah terjadinya injury.

5. Peran Perawat Selama Pembedahan

a. Perawat instrumentator (scrub nurse)

Perawat instrumentator (scrub nurse) atau perawat sirkulator

memberikan intrumen dan bahan-bahan yang di butuhkan oleh

dokter bedah selam pembedahan berlangsung dengan

menggunakn tehnik aspek pembedahan yang ketat dan terbiasa

dengan intrumen pembedahan.

Page 32: Perioperatif SC Dengan Kpd

b. Perawat Sirkulator

Perawat Sirkulator adalah asisten perawat intrumentator dan

dokter bedah. Perawat sirkulator membantu mengatur posisi

klien dan menyediakan alat dan duk bedah yang di butuhkan

dalam pembedahan. Perawat sirkulator menyediakan bahan-

bahan yang di butuhkan perawat instrumentator, membuang alat

dan spon kasa yang telah kotor, serta tetap hitung instrument

jarum dan spon kasa yang telah di gunakan. Perawat sirkulator

juga dpat membantu mengubah posisi klien atau memindahkan

posisi lampu opersi. Perawat sirkulator juga menggunakan teknik

aseptik bedah. Apabila teknik aseptik telah hilang, Perawat

sirkulator membantu anggota tim bedah dengan mengganti dan

memakai gaun dan sarung tangan steril. Prosedur ini mencegah

tertinggalnay bahan-bahan tersebut di dalam luka bedah klien.

ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF

1. Pengkajian Keperawatan

Salah satu hal yang perlu di kaji dalam intra bedah adalah

pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama

pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis, perubahan

tanda vital, system, kardiovaskular keseimbnagan cairan, dan

pernafasan.

2. Diagnosis Keperawatan

Risiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur

pembedahan.

3. Perencanaan Keperawatan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperwatan selam 1 x 24 jam, masalah

resiko terjadinya cidera pada pasien dapat tertasi.

Kriteria Hasil

Page 33: Perioperatif SC Dengan Kpd

a. Tidak terjadinya resiko cedera pada pasien

b. Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman dan aman

Rencana tindakan

a. Gunakan semua alat atau instrument untuk tindakan

pembedahan seperti pemakaian baju bedah, tutup kepala,

masker, penutup sepatu, celemek, dan sarung tangan, serta

penyucian tangan.

b. Lakukan Persiapan pelaksanaan anestesi sebelum tindakan

pembedahan

c. Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan

4. Pelaksanaan (tindakan ) keperawatan

a. Menggunakan baju seragam

Penggunaan baju seragam bedah didesain secara khusus

dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar,

berprinsip bahwa semua baju dari luar diganti dengan baju

bedah yang steril, atau baju harus dimasukan kedalam celana,

atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya

bakteri, dan gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, serta

celemek steril.

b. Mencuci Tangan Sebelum Pembedahan

Gunakan air mengalir dari kran

Sikat tangan secara sistemati, satu per satu jari dicuci

Sikat kuku dan lengan bahwa sampai siku

Ulangi lagi beberapa kali : dengan selam 10 menit ; dengan

larutan desinfektan standar selama 3-5 menit

Tutup kran dengan siku (buka seperti biasanya menutup kran)

Posisikan tangan selau lebih tinggi dari siku

Ambil handuk tangan steril, keringkan urut mulai tangan,

pergelangan, hingga siku, lalu jatuhkan handuk.

c. Menerima Pasien di Daerah Bedah

Page 34: Perioperatif SC Dengan Kpd

Sebelum memasuki wialyah bedah, pasien harus

melakukan pemeriksaan ulang di ruang penerimaan untuk

megecek kembali nama, bedah yang akan dilakukan, nomor

status registrasi pasien, berbagi hasil laboratorium dan x-ray,

persiapan darah setelah dilakukan pemerikasaan silang dan

golongan darah, alat protesa, dan lain-lain.

d. Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke Kamar Bedah

Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang,

telungkup, trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain.

e. Pembersihan dan Persiapan Kulit

Pelaksanaan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan

dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit serta mengurangi

adanya mikroba. Bahan yang digunakn dalam pembersihan kulit

ini harus memiliki spectrum khasiat, memiliki kecepatan khasiat,

atau memiliki potensi yang baik serta tidak menurun bila adanya

kadar alcohol, sabun detergen, atau bahan organik lainya.

f. Penutupan daerah Steril

Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek

steril agar daerah seputar bedah tetap steril dan mencegah

berpindahnya mikroorganisme antara daerah yang steril dan

tidak.

g. Pelaksanaan Anestesi

Terdiri dari anestesi umum, anestesi regional, dan anestesi lokal.

h. Pelaksanaan Pembedahan

Setelah dilakukan anestesi, timbedah akan melaksanakan

pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.

Page 35: Perioperatif SC Dengan Kpd

C. PERAWATAN POST OPERATIF

Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan

perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada

menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,

menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang

cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi

optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF

Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya

adalah:

- Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca

anastesi (recovery room),

- Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)

- Transportasi pasien ke ruang rawat,

- Perawatan di ruang rawat.

1. PEMINDAHAN PASIEN DARI KAMAR OPERASI KE RUANG

PEMULIHAN

Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit

perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) memerlukan

pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah

letak incisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah

harus selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif dipidahkan.

Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap

upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih lanjut. Selain itu

pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang

menyumbat drain dan selang drainase.

Page 36: Perioperatif SC Dengan Kpd

Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien digerakkan dari

satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi litotomi ke posisi horizontal

atau dari posisi lateral ke posisi terlentang. Bahkan memindahkan pasien

yang telah dianastesi ke brankard dapat menimbulkan masalah gangguan

vaskuler juga. Untuk itu pasien harus dipindahkan secara perlahan dan

cermat. Segera setelah pasien dipindahkan ke barankard atau tempat

tidur, gaun pasien yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus

segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi.

Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan

pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk

mencegah terjadi resiko injury. Selain hal tersebut diatas untuk

mempertahankan keamanan dan kenyamanan pasien. Selang dan

peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi

dengan optimal. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab

perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter

anastesi yang bertanggung jawab.

2. PERAWATAN POST ANASTESI DI RUANG PEMULIHAN (RECOVERY

ROOM)

Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat

sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi

pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat

untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).

PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi.

Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :

a. perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat

anastesi)

b. ahli anastesi dan ahli bedah

c. alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

Page 37: Perioperatif SC Dengan Kpd

Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk

memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan yang ada

diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen, laringoskop, set

trakheostomi, peralatan bronkhial, kateter nasal, ventilator mekanik dan

peralatan suction. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat alat yang

digunakan untuk memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk

mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan

darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set

pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan

balutan bedah, narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi

dan peralatan drainase.

Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga harus

ditempatkan pada tempat tidur khusus yang nyaman dan aman serta

memudahkan akses bagi pasien, seperti : pemindahan darurat. Dan

dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan untuk mempermudah

perawatan. Seperti tiang infus, side rail, tempat tidur beroda, dan rak

penyimpanan catatan medis dan perawatan. Pasien tetap berada dalam

PACU sampai pulih sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan

darah stabil, fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95%

dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk

menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah :

a. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu

b. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat

c. Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah

d. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang

e. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam

f. Mual dan muntah dalam kontrol

g. Nyeri minimal

3. TRANSPORTASI PASIEN KE RUANG RAWAT

Page 38: Perioperatif SC Dengan Kpd

Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang

rawat dengan mempertahankan kondisi tetap stabil. Jika anda dapat tugas

mentransfer pasien, pastikan score post anastesi 7 atau 8 yang

menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil. Waspadai hal-hal berikut:

henti nafas, vomitus, aspirasi selama transportasi.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien :

a. Perencanaan

Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan semuanya

dari sumber daya manusia sampai dengan peralatannya.

b. Sumber daya manusia (ketenagaan)

Bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini. Orang

yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah orang yang bisa

menangani keadaan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sselama

transportasi. Perhatikan juga perbandingan ukuran tubuh pasien dan

perawat. Harus seimbang.

c. Equipment (peralatan)

Peralatan yang dipersiapkan untuk keadaan darurat, misal : tabung

oksigen, sampai selimut tambahan untuk mencegah hipotermi harus

dipersiapkan dengan lengkap dan dalam kondisi siap pakai.

d. Prosedur

Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dulu

dan sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-

prosedur pemindahan pasien dan posisioning pasien harus benar-

benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan pasien.

e. Passage (jalur lintasan)

Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang paling

singkat. Ekstra waspada terhadap kejadian lift yang macet dan

sebagainya.

Page 39: Perioperatif SC Dengan Kpd

4. PERAWATAN DI RUANG RAWAT

Ketika pasien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus kita

lakukan, yaitu :

a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,

tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung

monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemeriksaan pertama

yang dilakukan di bangsal setelah post operasi.

b. Manajemen Luka

Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak

mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk

mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan

luka sampai dengan pengangkatan jahitan.

c. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan

juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi

neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.

d. Rehabilitasi

Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien

kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik

yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia

kala.

e. Discharge Planning

Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada

klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan

dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.

Ada 2 macam discharge planning :

1. Untuk perawat

Berisi poin-poin discharge planning yang di berikan kepada klien

(sebagai dokumentasi).

Page 40: Perioperatif SC Dengan Kpd

2. Untuk pasien

Dengan bahasa yang bias dimengerti pasien dan lebih detail

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF

A. PENGKAJIAN

Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan diantaranya

adalah kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi, dan perubahan tanda

vital yang lain, keseimbangan elektrolit , kardiovaskuler, lokasi daerah

pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunkan dalm pembedahan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERATIF

1. Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari anaesthesi.

2. Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi

3. Nyeri akut b.d proses pembedahan

C. TUJUAN , KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI

1. Diagnosa :Gangguan pertukaran gas b.d efek samping dari

anaesthesi.

Tujuan : kerusakan per-tukaran gas tidak terjadi

Kriteria hasil :

Status neurologis DBN

Dispnea tidak ada

PaO2, PaCO2, pH arteri dan SaO2 dalam batas normal

Tidak ada gelisah, sianosis, dan keletihan

Intervensi :

Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas.

Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya

ventilasi dan adanya bunyi tambahan

Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit

Page 41: Perioperatif SC Dengan Kpd

Pantau status mental

Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut

Pantau status pernapasan dan oksigenasi

Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen,

pengisap,spirometer)

Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi

Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal:

bunyi napas, pola napas, sputum,efek dari pengobatan)

Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan

keperluan

2. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi

Tujuan : kerusakan integritas kulit tidak terjadi

Kriteria hasil :

Kerusakan kulit tidak adaEritema kulit tidak ada

Luka tidak ada pus

Suhu kulit DBN

Intervensi :

Ganti balutan plester dan debris

Cukur rambut sekeliling daerah yang terluka, jika perlu

Catat karakteristik luka bekas operasi

Catat katakteristik dari beberapa drainase

Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri yang cocok

Rendam dalam larutan saline yang sesuai

Berikan pemeliharaan lokasi IV

Sediakan pemeliharaan luka bekas operasi sesuai kebutuhan

Berikan pemeliharaan kulit luka bernanah sesuai kebutuhan

Gunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve Stimulation)

untuk peningkatan penyembuhan luka bekas operasi yang sesuai

Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai

Page 42: Perioperatif SC Dengan Kpd

Balut dengan perban yang cocok

Pertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat luka bekas

operasi

Periksa luka setiap mengganti perban

Bandingkan dan mencatat  secara teratur perubahan-perubahan

pada luka

Jauhkan tekanan pada luka

Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur perawatan luka

3. Diagnosa : Nyeri akut b.d proses pembedahan\

Tujuan : Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :

Klien melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3

Ekspresi wajah tenang

klien dapat istirahat dan tidur

Intervensi :

Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).

Observasi  reaksi NV dr ketidak nyamanan.

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri klien

Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan.

Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non

farmakologis).

Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk

mengetasi nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.

Evaluasi tindakan pengurang nyeri

Monitor TTV