tugas komunikasi perioperatif

26
KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF 1.KONSEP DASAR Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan laser, peralatan by Pass yang lebih canggih dan peralatan monitoring yang kebih sensitif. Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh peningkatan kemampuan masing-masing personel (terkait dengan teknik dan juga komunikasi psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari pasien bisa tercapai. Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas.

Transcript of tugas komunikasi perioperatif

Page 1: tugas komunikasi perioperatif

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF

1.KONSEP DASAR

Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa

kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi

rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan

hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu dengan

masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian

anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum.

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan pun

mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi mutakhir telah

mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks dengan penggunaan

teknik-teknik bedah mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan laser, peralatan by

Pass yang lebih canggih dan peralatan monitoring yang kebih sensitif. Kemajuan yang sama

juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja

singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik

pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh peningkatan kemampuan masing-

masing personel (terkait dengan teknik dan juga komunikasi psikologis) sehingga outcome

yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.

Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun juga diikuti oleh

perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan kasus-kasus tertentu, misalnya :

hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri dengan menjalani pemeriksaan dignostik dan

persiapan praoperatif lain sebelum masuk rumah sakit. Kemudian jika waktu pembedahannya

telah tiba, maka pasien bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur

pembedahan. Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah sakit.

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.

Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman

pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase.

Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula

dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup

rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan

menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat

kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang

Page 2: tugas komunikasi perioperatif

berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu

bentuk pelayanan prima.

2.GAMBARAN UMUM TAHAP DALAM KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri

ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut

dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah,

wawancara pra operatif dan menyiapkan pasien untuk anstesi yang diberikan dan

pembedahan.

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir

saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan

mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan

kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan

pasien. Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai

perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien d atas meja operasi dengan

menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.

Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room)

dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup

aktivitas keperawaan mecakup renatang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini

fokus pengkajian meliputi efek agen anstesi dan memantau fungsi vital serta mencegah

komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien

dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk

penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan.

3.AKTIVITAS KEPERAWATAN DALAM PERAN PERAWAT PERIOPERATIF

PENGKAJIAN :

Rumah/Klinik:

1)Melakukan pengkajian perioperatif awal

2)Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien

3)Melibatkan keluarga dalam wawancara.

4)Memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operatif

5)Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif

Unit Bedah :

Page 3: tugas komunikasi perioperatif

1)Melengkapi pengkajian praoperatif

2)Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain.

3)Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi.

4)Membuat rencana asuhan keperawatan

Ruang operasi :

1)Mengkaji tingkat kesadaran klien.

2)Menelaah ulang lembar observasi pasien (rekam medis)

3)Mengidentifikasi pasien

4)Memastikan daerah pembedahan

Perencanaan :

1)Menentukan rencana asuhan

2)Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai (contoh: Tim Operasi).

Dukungan Psikologis :

1)Memberitahukan pada klien apa yang terjadi

2)Menentukan status psikologis

3)Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang merugikan, seperti : nyeri.

4)Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang lain yang

berkaitan.

4.PEMBEDAHAN : INDIKASI DAN KLASIFIKASI

Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi, diantaranya adalah :

1)Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi

2)Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat apendiks yang mengalami inflamasi

3)Reparatif : Memperbaiki luka multipel

4)Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik

5)Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh : pemasangan

selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan

menelan makanan.

Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat

diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :

Page 4: tugas komunikasi perioperatif

1)Kedaruratan/Emergency

Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi

dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih

atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.

2)Urgen

Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam.

Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.

3)Diperlukan

Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam bebeapa

minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan

tyroid, katarak.

4)Elektif

Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan

pembedahan maka idak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana,

perbaikan vaginal.

5)Pilihan

Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi

pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh : bedah

kosmetik.

Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :

1)Minor

Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim. Contoh :

incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi

2)Mayor

Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius. Contoh : Total

abdominal histerektomi, reseksi colon, dll.

5.KEPERAWATAN PRE OPERATIF

A.PENDAHULUAN

Page 5: tugas komunikasi perioperatif

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan

tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan

fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan

berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap

berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan

psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

B. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN

a)PERSIAPAN FISIK

Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :

Persiapan di unit perawatan

Persiapan di ruang operasi

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :

1)Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara

umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat

kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status

kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi

imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat

dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga

bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien

wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

2)Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit

trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan

nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk

memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat

mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan

pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi

adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa

menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat

mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.

Page 6: tugas komunikasi perioperatif

3)Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.

Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit

yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135

-145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 -

1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana

ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.

Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal

mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi

harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam

jiwa.

4)Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa

diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan

lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7

sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan

lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-

paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan

terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO

(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat

dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

5)Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah

yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat

bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan

luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran

sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran

(scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah

yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien

merasa lebih nyaman.

Daeran yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan

dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang

Page 7: tugas komunikasi perioperatif

dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,

uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain

terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus

sebelum pembedahan.

6)Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor

dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang

dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan

membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu

memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan

bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7)Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk

pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance

cairan.

8)Latihan Pra Operasi

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting

sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah

operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :

Latihan Nafas Dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi

dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri

dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi

paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas

dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera

setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan

perut tidak boleh tegang.

Letakkan tangan diatas perut

Page 8: tugas komunikasi perioperatif

Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup

rapat.

Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan

sedikit demi sedikit melalui mulut.

Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)

Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.

Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami

operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas

selama dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak

nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk

efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret

tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :

Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan

melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.

Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)

Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk

dengan mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.

Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.

Ulangi lagi sesuai kebutuhan.

Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan

menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi

dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.

Latihan Gerak Sendi

Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,

pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat

proses penyembuhan.

Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan

pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut

jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas

keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih

cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus.

Page 9: tugas komunikasi perioperatif

Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan

terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah

memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan

optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).

Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun

kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan

secara mandiri.

Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan

mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan mempengaruhi

proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses

pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan

merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk

mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi. Faktor resiko terhadap

pembedahan antara lain :

Usia

Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko

lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun .

sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi

organ.

Nutrisi

Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan

dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada

orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan

untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air,

vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk

sintesis protein).

Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali

sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan

mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit

dirawat karena tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring

dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif.

Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit

biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.

Penyakit Kronis

Page 10: tugas komunikasi perioperatif

Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal

menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan

juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi

pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.

Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin

Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak

terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah

terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau

juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuart pasca operasi atau pemberian insulin

yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang

mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-

obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.

Merokok

Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama

terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.

Alkohol dan obat-obatan

Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-

masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko

pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka

sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari

asprirasi dengan pemasangan NGT.

b)PERSIAPAN PENUNJANG

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan

pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin

bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang

yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan

lain seperti ECG, dan lain-lain.

Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter

melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter

bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk

dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien

layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam

pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa

Page 11: tugas komunikasi perioperatif

pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan

hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien

sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun

tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan

penunjang antara lain :

1)Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah

fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI

(Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL

(Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi),

dll.

2)Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit,

limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin),

elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga

dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.

3)Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk

memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan

apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.

4)Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).

5)Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan

rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10

malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP

(ppst prandial).

c)PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI

Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama

pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, pasien akan

mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko

pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan

dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini

dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi

pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA.

Page 12: tugas komunikasi perioperatif

ASA grade I

Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita dengan

herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat.

Mortality (%) : 0,05.

ASA grade II

Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit

yang akan dibedah. Misal: penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan

penderita dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi

Mortality (%) : 0,4.

ASA grade III

Status fisik : Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan komplikasi

pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.

Mortality (%) : 4,5.

ASA grade IV

Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu

dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard

Mortality (%) : 25.

ASA grade V

Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu

dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau infark miokard

Mortality (%) : 50.

d)INFORM CONSENT

Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang

sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu

Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,

operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani

tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis

(pembedahan dan anastesi). Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit

menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab

Page 13: tugas komunikasi perioperatif

terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya

apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga

mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun

keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi

yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan

yang akan dijalani.

e)PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS

Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi

karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas

seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C.

Long).

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :

Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat

mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa

dibatalkan.

Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih

cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.

Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi

sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan

takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan

yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara

lain :

Takut nyeri setelah pembedahan

Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image)

Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)

Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit

yang sama.

Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.

Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.

Takut operasi gagal.

Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya

perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-

Page 14: tugas komunikasi perioperatif

gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan

pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji

mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu

perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam

menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat

perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.

Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang

terkait dengan persiapan operasi, antara lain :

Pengalaman operasi sebelumnya

Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan operasi

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar

operasi.

Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi)

Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus

dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien

dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah

disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi

ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang

mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental

pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang

terdekat pasien.

Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan

keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu

mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-

kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani

operasi.

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:

Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum

operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami

oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.

Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih

siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien

Page 15: tugas komunikasi perioperatif

mengetahui tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.

Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai

dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika

pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,

manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan

dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang

lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan

mental pasien dengan baik

Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala

prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa

bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena

pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan

diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur

sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas

kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.

Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk

mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di

ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

f)OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI

Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan

premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik

profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang

diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi,

antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan

pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain

sesuai indikasi pasien.

Page 16: tugas komunikasi perioperatif

DAFTAR PUSTAKA

1.Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

2.Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

3.Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.

Sahabat Setia : Yogyakarta.

4.Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif

Nursing, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

5.Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

6.Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

7.Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta,

Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

8.Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :

Jakarta.

9.Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :

Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.

10.Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University

Press : Surabaya.

11.Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

12.www.elearning.unej.ac.id