hubungan antara riwayat prenatal dan perinatal dengan kejadian ...
Perinatal
-
Upload
darma-yudistira -
Category
Documents
-
view
239 -
download
4
Transcript of Perinatal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada saat ini, dalam setiap hari, seorang ibu meninggal karena
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan atau nifas, dan 8
bayi meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan.(1)
Kematian maternal pada saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan yang sangat penting. Tingginya angka kematian maternal
mempunyai dampak yang besar terhadap kehidupan keluarga dan masyarakat.
Oleh karena itu angka kematian maternal dapat digunakan sebagai salah satu
indikator kesejahteraan masyarakat, khususnya indikator kesehatan ibu (1).
Di Indonesia, angka kematian maternal merupakan indikator utama
untuk mengukur standar kesehatan masyarakat. Upaya untuk menurunkan
angka kematian maternal telah dicanangkan sebagai prioritas utama dalam
program-program pemerintah.
Angka kematian maternal yang pasti di Indonesia sangat sulit diperoleh
karena administrasi belum teratur, pelaporan kelahiran kematian tidak lengkap,
sistem pencatatan dan pelaporan yang belum baik mengakibatkan kurangnya
bahan statistik sehingga angka kematian maternal yang diperoleh tidak dapat
dipercaya sepenuhnya (2). Data-data yang ada hanyalah data-data rumah sakit,
terutama rumah sakit yang dipakai untuk pendidikan, sedangkan seperti kita,
ketahui, 70-80% dari penduduk Indonesia bermukim di daerah pedesaan dan
tidak memakai fasilitas rumah sakit (3).
Dalam kurun waktu 25 tahun angka kematian maternal di Indonesia
telah menunjukkan penurunan, tetapi bila dibandingkan dengan negara-negara
tetangga di ASEAN. Indonesia masih paling tinggi. Dapat dilihat pada tabel 1.1
di bawah ini.
1
Tabel 1.1 Angka kematian maternal di Indonesia dibandingkan dengan negara-
negara di ASEAN.
Negara AKM per 100.000 kelahiranIndonesia 425Filipina 140Thailand 50Malaysia 35Singapura 14
Sumber : Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam, 1993.
Dalam profil kesehatan Indonesia tahun 1999, jumlah Angka Kematian
Ibu (AKI) pada tahun 1995, di Indonesia masih tinggi yaitu sekitar 373 per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di beberapa negara
periode tahun 1980 sampai 1997 tertinggi di negara Bangladesh dan India yaitu
440 per 100.000 kelahiran hidup dan terendah di Singapura yaitu 6 per 100.000
kelahiran hidup.(3,4)
Kematian ibu sebagian besar (lebih dari 90%) disebabkan oleh
perdarahan (40-60%), toksemia gravidarum (20-30%) dan infeksi jalan lahir
(20-30%). Kematian ini umumnya terjadi pada kelompok ibu berisiko tinggi,
baik sejak masa kehamilan maupun yang terjadi mendadak pada saat persalinan
atau nifas dini.(2)
1.2. TUJUAN
- Mengetahui angka kematian maternal di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto periode Januari 1998- Desember 2000.
- Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada angka kematian maternal
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
Menurut WHO, FIGO dan Emrican Colledge of obstetrion and
gynecologist. Kematian maternal ialah kematian seorang wanita yang terjadi
pada waktu hamil sampai dengan 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak
tergantung umur kehamilan dan tempat kehamilan, yang disebabkan oleh
apapun atau diperberat oleh kehamilan atau penangannya, tetapi bukan karena
kecelakaan (World Health Organization, 1989).(4)
Angka kematian maternal ialah jumlah maternal yang diperhitungkan
terhadap 100 atau 1000 kelahiran hidup. Pada saat ini di beberapa negara angka
kematian maternal diperhitungkan terhadapa 100.000 kelahiran hidup (4).
Maternal Mortality Ratio yaitu alat ukur dimana sebagai pembilang
adalah semua kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan,
komplikasi kehamilan dan nifas, dan sebagai penyebut adalah jumlah kelahiran
hidup. Rasio kematian maternal banyak dipengaruhi oleh cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan ibu hamil serta pertolongan ibu bersalin dan nifas
(Obstetric care). Di bawah ini beberapa indikasi untuk kematian maternal (5).
Maternal Mortality Rate
Jumlah kematian maternal dalam 1 tahun x 100.000=
Jumlah wanita usia reproduksi (15-49 th) pada pertengahan yang sama
Maternal Mortality Ratio
Jumlah kematian maternal dalam 1 tahun x 100.000=
Jumlah persalinan pada tahun yang sama
Definisi angka kematian bervariasi antar negara maju dengan negara
berkembang. Perbedaan definisi kematian dan definisi angka kematian
3
maternal yang berbeda pula. Di negara maju angka kematian maternal
diperhitungkan terhadap 1000 atau 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di
negara berkembang masih diperhitungkan terhadap 1000 atau 10000 kelahiran
hidup atau persalinan (2).
II.2. SEBAB KEMATIAN MATERNAL
Berdasarkan penyebabnya kematian maternal dapat dibedakan
menjadi :
a. Obstetrik langsung yaitu kematian akibat langsung dari kehamilan,
persalinan atai akibat komplikasi pertolongan yang diberikan kepada
wanita atau kelanjutan komplikasi tindakan pertolongan sampai 42 hari
pasca persalinan, mmisanya : perdarahan, preeklamsia, eklamsia, infeksi,
gangguan vaskuler, emboli air ketuban, tromboemboli, anestesi.
b. Obstetrik tidak langsuung yaitu kematian wanita akibat suatu penyakit yang
sudah ada sebelum kehamilan, persalinan dan nifas atau akibat penyakit
yang timbul selama kehamilan itu, misalnya : diabeter mellitus, penyakit
ginjal, pembuluh darah, tuberkolosis paru, hepatitis, lues, penyakit jiwa.
c. Non obstetrik yaitu kematian amternal yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan, persalinan atau nifas yang terjadi selama kehamilan sampai 90
hari pasca persalinan, mmisalnya kecelakaan, kebakaran, tenggelam, bunuh
diri.
d. Tidak jelas (undertermined death) yaitu kematian ibu hamil, bersalin dan
nifas yang penyebabnya tidak jelas dapat ditentukan.
II.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN
MATERNAL
Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kematian maternal :
a. Faktor penderita
i. Umur : Kematian maternal meningkat pada umur kurang dari 20 tahun
dan umur lebih dari 30 tahun.
4
ii. Paritas : Kematian maternal meningkat pada kehamilan pertama dan
paritas empat atau lebih.
iii. Perawatan masa hamil : Kematian maternal meningkat pada wanita
yang tidak teratur melakukan perawatan masa hamil.
iv. Pendidikan dan sosial ekonomi : Kematian maternal meningkat pada
wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
v. Tempat tinggal : Kematian maternal meningkat pada wanita pedesaan
dibanding dengan wanita perkotaan. Ini berhubungan dengan fasilitas
yang ada.
b. Faktor Penolong
Kematian maternal tergantung siapa penolongnya, dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, perawat, dukun terlatih atau dukun tidak
terlatih.
c. Fasilitas
Di luar rumah sakit : Penyediaan darah, transportasi, obat atau perawatan
biasanya kurang adekuat atau optimal.
Di dalam rumah sakit : Penyediaan darah, obat, perawatan, laboratoium,
komunikasi dan konsultasi biasanya lebih baik.
Menurut faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian maternal
adalah :
a. Umur dan paritas
Umur dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun, serta paritas empat ke atas
memperbesar angka kematian maternal.
b. Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal care
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal care dapat menurunkan angka
kematian maternal, begitupun sebaliknya jika ibu hamil atau Antenatal
care maka hal ini dapat meningkatkan angka kematian maternal.
c. Faktor Sosia-ekonomi
Keadaan sosio-ekonomi mempengaruhi kematian ibu. Keadaan menjadi
bukti, bahwa negara yang maju dan makmur memiliki angka kematian
maternal rendah. Usaha pemerintah Indonesia menggalakan pembangunan
di segala bidang memberikan harapan ke arah itu.
d. Pendidikan
5
Faktor pendidikan berkaitan erat dengan faktor sosial-ekonomi.
Diharapkan pula di Pelita-pelita berikutnya jumlah penduduk Indonesia
termasuk kaum wanitanya lebih banyak yang berkesempatan bersekolah.
e. Keadaan kesehatan dan higiene
Merupakan kenyataan bahwa tuberkulosa dan malaria masih meminta
korban kematian ibu dalam proses reproduksi.
f.Transportasi
Pada umumnya sistem transportasi mempengaruhi AKM. Jika transportasi
sulit, maka pengangkutan pasien yang sudah parah dan sudah terlambat
mencapai pertolongan akan berhasil menambah kasus-kasus darurat.
g. Keadaan Rumah Sakit, Personil dan Peralatan
Keadaan rumah sakit, personil dan peralatan belum begitu memuaskan,
mungkin hanya beberapa rumah sakit saja yang dapat dikatakan
mempunyai personil dan peralatan yang memadai.
h. Keluarga Berencana
Komplikasi-komplikasi yang terjadi akibat dari pemakaian alat kontrasepsi
dapat meningkatkan angka kematian maternal.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. BAHAN DAN CARA KERJA
Penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptik retrospektif dengan
menggunakan data sekunder dari laporan kamar bersalin, laporan IGD dan
catatan rekam medik periode Januari 1998- Desember 2000 di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
III.2. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah seluruh pasien wanita yang masuk ke
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo untuk melahirkan, habis melahirkan yang
gawat dan wanita-wanita yang di rujuk karena mau/habis melahirkan yang
terdaftar pada data-data rekam medik, IGD dan kamar bersalin.
III.3. BATASAN-BATASAN
1. Kematian maternal adalah kematian seorang wanita yang terjadi pada
waktu hamil sampai dengan 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak
tergantung umur kehamilan dan tempat kehamilan, yang disebabkan oleh
apapun atau diperberat dan kehamilan atau penangannya tetapi bukan
karena kecelakaan.
2. Angka kematian maternal adalah
Jumlah kematian maternal x 1000 (10.000) dalam 1 tahun
Jumlah persalinan hidup pada tahun yang sama
3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kematian maternal yang diteliti
pada penelitian ini adalah umur, paritas, pendidikan, usia kehamilan,
jenis pekerjaan, perawatan masa hamil, dan fasilitas.
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Perbandingan Jumlah Kematian Maternal dan Jumlah Persalinan Periode Januari 1998-Desember 2000
Tahun Jumlah persalian Mati Jumlah Total Persalinan Per 10.0001998 11 1090 1011999 8 1666 482000 13 1911 68Total 32 4667
Berdasarkan data tabel di atas kita dapatkan bahwa jumlah kematian maternal
tiap tahun masih cukup tinggi, pada tahun 1998 sebanyak 101 orang, tahun 1999
sebanyak 48 dan tahun 2000 sebanyak 68 orang, ini merupakan perhitungan per
10.000 kelahiran hidup.
Tabel 2. Angka Kematian Ibu menurut Umur
Golongan umur (th) Jumlah % 20 2 6,25%21-25 5 15,625%26-30 6 18,75%31-35 10 31,25%36-40 6 18,75% 41 3 9,375%Total 32 100%
Berdasarkan data diatas didapatkan jumlah terbanyak kematian maternal pada
usia 31-35 th sebesar 31,25% (10 orang), dan yang sedikit terjadi kematian maternal
pada usia 20 tahun yaitu sebesar 6,25% (6 orang).
8
Tabel 3. Angka Kematian Ibu menurut Paritas
Paritas Jumlah %P1 9 28,125%
P2-P3 13 40,625%P4-P5 4 12,5% P6 6 18,75%Total 32 100%
Tabel 3 menunjukkan perbandingan paritas ibu-ibu yang meninggal dalam
persalinan dan masa nifas. Sebanyak 40,625% (13 orang) ibu yang meninggal
merupakan para 2 dan para 3, pada para 6 keatas jumlah ibu yang meninggal
sebanyak 18,75% (6 orang) sedangkan pada primi para didapatkan 28,125%
(9 orang) ibu yang meninggal.
Tabel 5. Angka Kematian Ibu menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah %SD 13 40,625%
SMP 6 18,75%SMA 6 18,75%PT - -
Tanpa keterangan 7 21,875%Total 32 100%
Dapat dilihat bahwa kematian maternal yang terjadi di RSUD Margono
Soekarjo terbesar pada ibu-ibu yang tingkat pendidikannya hanya SD (40,625%) 13
orang, dan tidak ada yang sampai ke perguruan tinggi.
Tingkat SMP dan SMA jumlahnya sama 6 orang (18,75%) dan tanpa keterangan
sebanyak 7 ornag (21,875%).
9
Tabel 4. Angka Kematian Ibu menurut Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Jumlah % 28 minggu 1 3,125%29-32 minggu 4 12,5%33-36 minggu 3 9,375%37-40 minggu 21 65,625% 40 minggu 3 9,375%
Total 32 100%
Dari data di atas kita dapatkan bahwa kematian maternal banyak terjadi pada
usia kehamilan ibu 37-40 minggu sebanyak 21 orang (65,625%), untuk usia
kehamilan 41 minggu sebanyak 3 orang (9,375%) dan pada usia kehamilan 28
minggu hanya 1 orang (3,125%.
Tabel 6. Angka Kematian Ibu menurut Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah %Buruh 15 46,875%Tani 8 25%
Swasta 5 15,625%PNS 3 9,375%
Tanpa keterangan 1 3,125Total 32 100%
Berdasarkan dari data-data diatas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
kematian maternal berasalh dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, buruh
sebanyak 15 orang (46,875%) dan tani 8 orang (25%), sedangkan dari keluarga
dengan sosial ekonomi cukup lebih sedikit, SMA 3 orang (9,375%).
Tabel 7. Angka Kematian Ibu berdasarkan Antenatal care
Antenatal care Jumlah %Teratur 8 25%Tidak teratur 22 68,75%Tanpa keterangan 2 6,25%
Total 32 100%
10
Pada tabel 7 kematian didapatkan pada pemeriksaan kehamilan adalah ANC
tidak teratur 22 orang (68,75%), ANC teratur sebanyak 8 orang (25 %) dan
tanpa keterangan sebanyak 2 orang (6,25%).
Tabel 8. Angka Kematian Ibu berdasarkan Kedatangan (Rujukan)
Kedatangan (Rujukan) Jumlah %Sendiri 4 12,5%Bidan 17 53,125%Dokter 2 6,25%
Rumah Sakit 9 28,125%Total 32 100%
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang datang merupakan
pasien-pasien kiriman (Rujukan) dari bidan sebanyak 17 orang (53,125%), yang
dirujuk oleh dokter sebanyak 2 orang (6,25%) merupakan jumlah yang sedikit.
Sedangkan yang datang sendiri ke Rumah Sakit sebanyak 4 orang (12,5%).
Tabel 8. Angka Kematian Ibu berdasarkan Penyebab Kematian
Penyebab Jenis Jumlah %Langsung Perdarahan 21 65,625%
Toxemia Gravidarum 8 25% Infeksi 1 3,125%
Tak langsung Jantung 2 6,25%Total 32 100%
Penyebab terbanyak kematian ibu bersalin yang ada di RSU Margono
Soekarjo disebabkan oleh perdarahan, sebanyak 21 orang (65,625%) yang
disebabkan oleh karena Toxemia (Eklamsi dan preeklamsi) sebanyak 8 orang (25%),
karena infeksi hanya 1 orang (3,125%). Sedangkan yang disebabkan tidak langsung
adalah karena sakit jantung sebanyak 2 orang (6,25%).
11
Adapun penyebab kematian karena perdarahan dapat dibedakan lagi.
Jenis Perdarahan Macam Jumlah %Perdarahan antepartum Placenta privea 4 19,05%
Perdarahan post partum Ruptur uteri 5 23,80%Retensio placenta 1 4,77%Atonia uteri 10 47,61%Laserasi jalan lahir 1 4,77%
Total 21 100%
Jenis perdarahan post partum merupakan penyebab kematian ibu bersalin
karena ruptur uteri sebanyak 5 orang (23,80%), retensio placenta 1 orang (4,77%),
atonia uteri 10 orang (47,61%) dan laserasi jalan lahir 1 orang (4,77%), sedangkan
perdarahan antepartum yaitu placenta previa 4 orang (19,05%).
12
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam tiga tahun (1998-2000) masalah-masalah di bagian Obstetri dan
Ginekologi RSMS Purwokerto telah diusahakan untuk diatasi, misalnya membuat
diagnosa yang lebih tepat, memberikan pengobatan yang lebih cepat dan sempurna,
meningkatkan kerjasama dengan bagian-bagian klinik lainnya dalam konsultasi
penderita, menambah alat-alat serta obat-obatan dan sebagainya. Ternyata bahwa
dalam periode 1998-2000 angka kematian ibu menurun tetapi tidak mantap. Angka
kematian ibu ini tidak mungkin dapat diturunkan terus jika masalah-masalah diluar
rumah sakit tidak ditanggulangi bersama-sama.
Berdasarkan tabel 2 dari hasil penelitian, umur ibu antaran 31-35 tahun paling
banyak yang mengalami kematian pada periode 1998-2000. Sebagaimana diketahui
bahwa pada umur antara 31-35 tahun, ibu-ibu masuk dalam kategori tenaga produktif
dan kehamilan pada usia ini adalah kehamilan dengan resiko tinggi.
Tabel 3 menunjukkan bahwa multipara lebih banyak yang meninggal
daripada primipara. Hal ini dapat dipahami karena resiko yang lebih banyak pada
multipara seperti lebih sering terjadinya atonia uteri.
Usia kehamilan 37-40 minggu pada penelitian ini banyak terjadi kematian
ibu, hal ini dikarenakan banyaknya komplikasi kehamilan yang dapat terjadi seperti
perdarahan antepartum dan toksemia gravidarum ( preeklamsia dan eklamsia ).
Sedangkan bila menurut tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu-ibu dari tingkat
pendidikan rendah dan pekerjaannya buruh, banyak mengalami kematian. Hal ini
berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi yang juga
mempengaruhi teratur tidaknya seorang ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilannya. Terbukti dalam penelitian ini, ibu-ibu yang tidak melakukan ANC
secara teratur banyak yang mengalami kematian.
Menurut penyebab kematian, perdarahan paling banyak menyebabkan
kematian ibu. Hal ini disebabkan terlambatnya penanganan yang diberikan. Hal ini
berkaitan dengan cepat tidaknya pasien dirujuk ke RSMS Purwokerto. Hasil
penelitian memperlihatkan ibu-ibu yang berasal dari rujukan banyak yang
meninggal.
13
Sedangkan jenis penyebab perdarahan terbanyak adalah perdarahan post
partum, hal ini berkaitan dengan paritas dimana perdarahan post partum banyak
ditemukan pada multipara. Pada multipara sering didapatkan pasien dengan
kontaraksi uterus yang jelek ( atonia uteri ).
14
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari tahun 1998-2000, angka kematian ibu di RSMS Purwokerto menurun,
disebabkan antara lain oleh karena diatasinya masalah-masalah yang mempengaruhi
tingginya angka kematian ibu.
Angka kematian ibu ini tidak mungkin dapat diturunkan terus jika masalah-
masalah di luar Rumah Sakit tidak ditanggulangi bersama-sama.
Untuk menurunkan angka kematian ibu diperlukan peningkatan penyuluhan
kesehatan, mengintensivkan perawatan ibu hamil, bersalin dan masa nifas,
mengadakan penataran-penataran, penambahan tenaga ahli, mencukupi alat-alat dan
fasilitas, perbaikan dalam sarana dan komunikasi, ekonomi, pendidikan dan
sebagainya, dengan kata lain memperbaiki taraf hidup rakyat dalam arti yang seluas-
luasnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiarso, L.R, Setyowati, T dan Lubis, A, 1996, Kematian Maternal dan Pelayanan Kesehatan, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 1994, Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia : 108-120.
2. Prawirohardjo, S, 1981, Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak dalam Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, edisi II : 3-21, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
3. Wowor, G, E 1986, Kematian Maternal, Majalah Kedokteran Indonesia, 38 : 592-599.
4. Hutabarat, H, 1981, Kematian Maternal, Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia 7 : 5.
5. Campbel, O, Koblinsky, M, Taylor P, 1995, Off to rapid start, Appraising Maternal Mortality and Services, Internal Journal of Gynecology & Obstetric, 48 : 33-552.
16