PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... ·...

84
i PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S. Fil.I) Oleh : M. Mahbub Risad 106033101143 JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H./ 2011 M.

Transcript of PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... ·...

Page 1: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

i

PERILAKU TASAWUF GUS DUR

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Filsafat Islam (S. Fil.I)

Oleh :

M. Mahbub Risad 106033101143

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1433 H./ 2011 M.

Page 2: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

ii

Page 3: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

iii

Page 4: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

iv

Page 5: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

v

ABSTRAKSI

Manusia dalam menjalani realita kehidupan, membutuhkan keseimbangan. Begitulah yang dipolakan Sang Pencipta kehidupan Allah Swt. Ada kontribusi dunia untuk dunia dan kontribusi dunia untuk akhirat, maupun dalam lingkup kebaikan dan keburukan, seraya manusia ditujukan untuk melakukan segala sesuatunya demi kebaikan “ibadah”, meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ditentukan masih terdapat berbagai macam perbedaan. Maka dari itu manusia hanya dipadu dalam irama untuk selalu berlomba-lomba saja dalam hal kebaikan bukan untuk berlomba-lomba dalam kebenaran, serta bukan pada mencari untuk menemukan kebaikan itu sendiri, karena telah disebutkan bahwa kebenaran yang hakiki adalah bersumber dari Tuhan. Tidak luput dalam menjalani realita kehidupan, manusia mengalami krisis jawaban akan kepastian maka dari itu, bila manusia bertasawuf “memiliki paham spiritual” sangatlah yakin bahwa tidak menjauh dari Tuhan adalah jawaban yang tepat.

Tasawuf bukanlah spiritual yang hanya berupa tempat pengasingan diri,

yang dipahami selama ini. Ajaran tasawuf berusaha menampilkan visi keagamaan luas, yang mengarahkan diri untuk melampaui kedirian dan egoisme. Menjadikan tasawuf sebagai sebuah visi tentang suatu tatanan ideal bagi masyarakat.

Gus Dur dalam bertasawuf mempolakan dirinya dalam perilaku yang

dijalaninya, hal ini memanglah tidak mudah untuk dapat mengetahui secara langsung, karena Gus Dur tidak pernah mengajarkannya secara langsung, hanya mengajarkannya lewat perilaku dalam kesehariannya, sebab Gus Dur tahu, seberapa kuat manusia dalam beragama maupun menjalankan tasawuf, manusia tetaplah menjadi manusia yang menjadi hamba Tuhan dan sangat nihil bila manusia harus di jadikan Tuhan. Oleh sebab itu, Gus Dur tidak ingin dalam menjalankan ajaran tasawuf lewat perilakunya diketahui banyak orang, apalagi kalangan awam, ia sangat mengkhawatirkan kalau saja suatu saat ia akan disucikan seperti Tuhan.

Maka dari itu Gus Dur dan tasawuf, memang tidak bisa dipisahkan. Ia

menjadi satu kesatuan dalam berperilaku untuk memproses perjuangannya dalam kehidupan beragam dan bernegara.

Page 6: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan rasa syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, sang

Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan curahan Rahmat

dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun

penulis merasakan betapa tidak mudahnya dalam menyelesaikan tugas ilmiah ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Nabi

Muhammad SAW yang telah memberikan teladan bagi umatnya, serta sosok

manusia yang patut di contoh dalam kehidupan manusia untuk mencapai

kehidupan dunia maupun akhirat.

Sebagai manusia memang harus dapat dengan baik mempertimbangkan

sisi-sisi kemanusiaan, sehingga dapat mencurahkan nuansa kehidupan yang

manusiawi. Manusia sebagaimana fitrahnya, mereka tidak dapat melalui

kehidupan ini sendiri tanpa bantuan manusia lainnya. Segala aktifitas manusia

yang akan berujung pada hal-hal yang menyenangkan bagi dirinya seperti halnya

kesuksesan dan keberhasilan, itu semua tidak luput dari sumbangsih manusia

lainnya. Begitu juga skripsi ini −meskipun masih jauh dari sempurna−

terselesaikannya adalah berkat partisipasi banyak pihak; baik dosen, pembimbing,

orang tua maupun teman-teman. Semoga jasa mereka yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dicatat oleh Allah SWT. Sebagai amal

kebaikan. Amin.

Page 7: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

vii

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati serta dari hati yang paling

dalam, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tiada

terhingga kepada :

1. Ibu Dr. Sri Mulyati, M.A, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah

mengajarkan banyak hal dalam bimbingan skripsi yang di berikannya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

2. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fil, sebagai Ketua Jurusan Aqidah-filsafat dan

Ibu Dra. Tien Rohmawati, M.A, sebagai sekretaris Jurusan.

3. Bapak Prof. Dr. Zainul Kamal, M.A, sebagai penasehat akademik dan Dekan

Fakultas Usuluddin dan Filsafat, beserta jajarannya. Mudah-mudahan tetap

dapat memaksimalkan kinerja di lingkungan Fakultas serta dapat memberikan

sumbangsih terbaik bagi Universitas.

4. Tim penguji, Bapak Drs. Nanang Tahqiq, M.A dan Bapak Dr. Syamsuri, M.A.

5. Seluruh civitas akademika yang telah membantu secara langsung maupun

tidak langsung dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Orang tua penulis, Ayahanda Aby (alm) Kiai. Rifa`i Sahal dan Ibunda mama

Dra. Sa`adah Hamid serta saudara kembar A. Habibi Risad dan adik tercinta

Irhamni Rahman Risad.

7. Teman-teman seperjuangan, Taufik, Gozali, Husen Ja`far, Euis Naelah,

Anwaruddin, Rayhan, Farid, Anwar Ramadhan, Amat Syarifuddin, Fahmi

Inayatullah, Ali Makmun, Mukhlisin, Dery, Diah Purwanti, dan teman-teman

mahasiswa UIN lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

8. Pengasuh dan Seluruh civitas Pondok Modern Al-Wafi Surabaya.

Page 8: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

viii

9. Keluarga besar BEM-J AF angkatan 2006-2010 dan Ikatan Keluarga Besar

Alumni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan korda Jakarta (IKBAL Jakarta)

serta InoCom Corporation.

10. Semua pihak yang mungkin tidak penulis sebutkan, semoga menjadi amal

baik dan timbal balik yang bermanfaat.

Sebagai kata terakhir, penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian dan khususnya bagi penulis, serta

semoga dapat menjadi kajian selanjutnya dalam proses perkembangan keilmuan.

sekali lagi semua bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih. Semoga

apa yang telah diberikan menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Amin.

Jakarta, 21 Desember 2011

Penulis

Page 9: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .............................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..............................................iv

ABSTRAKSI......................................................................................................v

KATA PENGANTAR .....................................................................................vi

DAFTAR ISI.....................................................................................................ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................8

D. Metode Penelitian..................................................................9

E. Sistematika Penyusunan........................................................9

BAB II BIOGRAFI GUS DUR

A. Riwayat Hidup ....................................................................11

B. Karya-karyanya...................................................................20

C. Pemikirannya.......................................................................23

BAB III TASAWUF

A. Pengertian Tasawuf.............................................................31

B. Unsur-unsur Tasawuf ..........................................................34

C. Tasawuf dan Islam di Indonesia..........................................40

BAB IV PERILAKU TASAWUF GUS DUR

A. Tasawuf dalam Beragama ..................................................51

B. Tasawuf dalam Bernegara...................................................57

C. Relevansi Perilaku Tasawuf Gus Dur .................................62

Page 10: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

x

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................68

B. Saran-saran..........................................................................70

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................71

Page 11: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

HURUF ARAB HURUF LATIN

KETERANGAN

Tidak dilambangkan ا B Ba ب T Te ت Ts te dan es ث J Je ج H ha dengan garis bawah ح Kh ka dan ha خ D De د Dz de dan ze ذ R Er ر Z Ze ز S Es س Sy es dan ye ش Sh es dan ha ص Dh de dan ha ض Th te dan ha ط Zh ze dan ha ظ Koma terbalik di atas, menghadap ke ‘ ع

kanan G Ge غ F Ef ف Q Ki ق K Ka ك L El ل M Em م N En ن W We و H Ha هـ Apostrof ′ ء Y Ye ي

Page 12: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

xii

Vokal

TANDA VOKAL

ARAB

TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

a Fathah ـــــَـــــ

i Kasrah ــــــِــــــ

u Dhammah ـــــــُــــــ

Vokal Rangkap

TANDA VOKAL

ARAB

TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

يـــــَـــــ ai a dan i

au a dan u وــــــَــــــ

Vokal Panjang

TANDA VOKAL

ARAB

TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

â a dengan topi di atas ــَــ#

Î i dengan topi di atas ـــِــ$

û u dengan topi di atas ــــُــ%

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda (ــــَـــ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti huruf-huruf syamsiyah. Misalnya kata: ا���ورة tidak ditulis

”ad-dharûrah”, melainkan ”al-dharûrah”, demikian seterusnya.

Page 13: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kehidupan yang harus dijalani manusia tidak hanya untuk hari ini saja,

sebenarnya ia harus memikirkan hari esok, dalam jangka pendek: periodenya

begitu dekat ataupun dalam jangka panjang: periodenya masih teramat jauh, baik

berkaitan dengan kehidupan dunia maupun dengan kehidupan setelahnya

(akhirat).

Itulah realita manusia, karena manusia tidak mau menerima begitu saja

atas realita yang dijalaninya. Jika realita tersebut baik, seseorang menginginkan

untuk membuatnya lebih baik lagi, dan jika realita itu buruk, maka orang tersebut

akan berupaya untuk merubahnya menjadi baik. Berdasarkan hal itu, ditemukan

banyak orang yang begitu merindukan masa lalu seraya meratapinya, dan

senantiasa ingin mengetahui masa depan dan merindukannya.1

Maka dari itu manusia dituntut untuk melakukan perubahan terhadap

realita yang berlangsung, hal ini didasarkan atas kesadaran dan pemikiran awal

yang menjadi sebuah keharusan untuk mewujudkan penginderaan yang

berlandaskan pada pemikiran dan gerak intuisi. Untuk selanjutnya sampai pada

proses berpikir melakukan perubahan, kemudian barulah melakukan aktifitas

perubahan.2

1 Ahmad `Athiyat, Jalan Baru Islam: Studi Tentang Transformasi dan

Kebangkitan Umat (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2004), h. 3. 2 Ibid., h. 7.

Page 14: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

2

Berpikir untuk melakukan perubahan menjadi sebuah kepastian dalam

hidup dan kehidupan ini, karena perubahan itu sendiri adalah gerak. Sedangkan

gerak adalah hidup. Sebaliknya diam adalah pertanda mati, karenanya manusia

harus memiliki pemikiran dan aktifitas untuk mengadakan perubahan. Jangan

sampai terjadi sikap fatalisme (pasrah secara total) terhadap sebuah keadaan, hal

ini akan menjadi penyakit yang amat berbahaya dan akan terjerumus ke dalam

bahaya yang mengerikan. Yang pasti, perubahan itu merupakan sebuah kepastian.

Akan tetapi, salah satu kendala yang akan dialami adalah kecenderungan

alamiah manusia cepat menerima gagasan atau kepercayaan yang sudah diterima

oleh generasi sebelumnya, tanpa memikirkan lebih jauh. Hal ini tampak banyak

dilakukan oleh umat Islam di Indonesia.

Namun, segala macam pemikiran di masa lalu itu akan sangat bermanfaat

bagi keperluan menghadapi tantangan masa depan. Tiap pemikiran tidak ada yang

sempurna, oleh sebab itu perlu perubahan dan pembaruan “perbaikan” secara

terus-menerus.3 Dapat diharapkan oleh mereka yang melanjutkan kerja para

pendahulu tadi, melanjutkan, bukan semata-mata dengan mengulang kajian, tetapi

juga memperbarui kajiannya.

Dengan begitu, kita tahu bahwa Islam mengingatkan manusia agar berpikir

independen dan tidak menerima apapun tanpa menilai dengan seksama, serta

Islam melarang mengikuti sesuatu hanya semata-mata karena sudah diterima oleh

generasi sebelumnya,

3 M. Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Islam: Menurut Fazlur Rahman

(Yogyakarta: UII Press, 2006), h. 79.

Page 15: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

3

Berpikir untuk melakukan perubahan akan pembaruan terhadap pemikiran

dan penyegaran kembali terhadap pemahaman keagamaan adalah hal yang relatif

baru, bagi kalangan umat Islam di Indonesia,

Sekalipun demikian, gerakan pembaruan Islam di Indonesia akan

mendapatkan reaksi-reaksi yang tajam dari para pengeritik dan penentangnya,

dengan alasan: secara ideologis, gerakan pembaruan oleh para penentangnya

dianggap telah keluar dari garis-garis doktrinal Islam dan mensubordinasikan

Islam terhadap tujuan-tujuan ideologis modernisasi yang sekular dan terbaratkan

(westernisasi). Sementara secara politis dikhawatirkan akan semakin melemahkan

usaha-usaha repolitisasi Islam.4

Umat Islam di Indonesia berada dalam kisaran revitalisasi keagamaan di

mana standar perilaku keagamaan dan praktik-praktik ritual telah menjadi sangat

umum dan harus diakui pengaruhnya, yang secara normatif akan menimbulkan

konflik dengan Islam seperti halnya sekularisasi.5

Dilihat dari sudut pandang agama, Indonesia adalah bangsa Muslim paling

besar di dunia. Tetapi secara religio-politis dan ideologis, Indonesia bukanlah

Negara Islam. Indonesia adalah negara yang didasarkan kepada ideologi resmi

yang disebut Pancasila. Lebih dari itu Indonesia merupakan satu di antara sedikit

negara di mana Islam tidak menggantikan agama-agama yang ada sebelumnya. Itu

disebabkan karena proses Islamisasi di Indonesia berlangsung dalam cara yang

4 M. Syafi`i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian

Politik tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru (Jakarta: Paramadina, 1995), h.

7. 5 Fauzan saleh, Teologi Pembaruan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di

Indonesia Abad XX (Jakarta: Serambi, 2004), h. 7.

Page 16: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

4

damai “penetrasi yang damai”, oleh para pendakwahnya. Hasil Islamisasi dengan

cara demikian itu adalah praktik sinkretisme yang luas dikenal di Indonesia.6Pada

gilirannya tinggal bagaimana umat Islam di Indonesia memandang dan menilai

sejarah Islam, dan bagaimana juga melihat dan menilai perubahan dan keharusan

membawa masuk nilai-nilai Islam yang normatif dan universal ke dalam dialog

dengan realitas ruang dan waktu.7

Merujuk hal di atas, kini perubahan akan realitas menemukan kembali

momentum ruang dan waktunya, yaitu, satu gerakan pembaruan Islam di

Indonesia pada awal 1970-an. Gerakan ini dipicu oleh munculnya generasi santri

baru yang lebih banyak berkesempatan untuk ikut andil merefleksikan Islam

dalam berbagai lingkup kehidupan. Seperti berulang dicatat buku sejarah, tokoh

paling penting dalam gerakan pembaruan ini adalah Abdurrahman Wahid yang

akrab dengan sapaan Gus Dur (selanjutnya ditulis Gus Dur). Lahir dan tumbuh

dari keluarga santri taat, Gus Dur adalah penulis dan pembicara yang baik. Ia

menguasai beragam bahasa, terutama bahasa Arab dan Inggris. Kefasihannya

tentang berbagai macam disiplin ilmu sama baiknya dengan uraiannya tentang

khazanah Islam.

Selama kiprahnya menjadi intelektual, Gus Dur banyak melontarkan

gagasan yang mencerahkan dan membangkitkan kuriositas banyak manusia.

6 Nurcholish Madjid, “Mencari Akar-akar Islam bagi Pluralisme Modern:

Pengalaman Indonesia”, dalam Mark R. Woodward, ed., Jalan Baru Islam:

Memetakan Paradigma Mutakhir Islam Indonesia.Penerjemah Ihsan Ali Fauzi

(Bandung: Mizan, 1998), h. 91-94 7 Nurcholish Madjid, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam

Pembangunan di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 13-17.

Page 17: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

5

Sumbangan yang paling besar bagi Indonesia adalah sikap kemanusiaannya

terhadap manusia, yang selalu membela hak-hak minoritas.

Bagi Mustofa Bisri (Gus Mus) sebagai sahabatnya, seorang Gus Dur

adalah sebagai pelajaran Tuhan, menurutnya. Sampai saat ini. Pastilah

belum−atau tak pernah−ada orang yang dapat menandingi Gus Dur dalam

banyaknya mengumpulkan julukan. Keluasan pergaulan dan perhatian Gus Dur

niscaya sangat berperan dalam pengumpulan julukan itu. Mereka yang melihat

betapa Gus Dur begitu `fanatik` dan gigihnya menyesuaikan sikapnya dengan

firman Allah “Walaqod karramna banii Adama...”(Q. 17:70), mungkin akan

menjulukinya Humanis. Mereka yang melihatnya begitu `taat` dan gigih

mengikuti jejak orang tua dan kakeknya dalam mencintai tanah air, mungkin akan

menjulukinya Nasionalis, mereka yang melihatnya sebagai orang yang memiliki

tingkat kualitas spiritual, mungkin akan menjulukinya seorang Wali. Demikian

seterusnya.8

Pemikirannya dan gerakan dalam perjuangan Gus Dur mensyaratkan

berbagai hal dinamika perubahan, akan tetapi menurut penulis, dinamika yang

telah dilakukan olehnya tidak lain adalah untuk menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan yang selama ini dipandang sebelah mata dan dikungkung dalam

kekuasaan pribadi atas manusia, tanpa menghiraukan ada aspek Ilahiah yang harus

dituju, sehingga membuat manusia tidak dapat bergerak dalam menentukan

langkah dan fitrahnya yang memiliki kebebasan berkehendak.

8 KH. A. Mustofa Bisri, “Gus Dur sebagai Pelajaran Tuhan,” prawacana,

dalam Institute of Culture and Religion Studies (INCReS), Beyond The Symbols:

Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur (Bandung: INCReS, 2000),

h. iii.

Page 18: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

6

Bukan hanya perubahan dalam pemahaman agama yang mayoritas di

Indonesia adalah Islam akan tetapi juga dalam lingkup negara, bahkan berbagai

lini kehidupan, dengan memposisikan manusia sebagai fokus utama sebagai

langkah-langkah gerakannya.

Gus Dur memang seorang yang memiliki ajaran tasawuf dalam dirinya dan

mungkin hanya orang-orang tertentu yang dapat mengetahuinya, karena memang

dalam tasawuf selalu menekankan makna tanpa simbol.

Pikiran-pikiran Gus Dur banyak dipengaruhi oleh para pemikir barat

maupun timur. Secara rasa maupun praktek prilaku yang Sufistik, pengaruh para

Kiai yang mendidik dan membimbingnya banyak memiliki andil besar dalam

kepribadian Gus Dur. Kisah tentang Kiai Fatah dari Tambak beras-Jombang, Kiai

Chudori dari Tegalrejo-Magelang, Kiai Ma`sum dari Krapyak telah membuat

pribadi Gus Dur menjadi orang yang sangat peka pada sentuhan-sentuhan

kemanusiaan. Mahatma Gandhi, pejuang anti kekerasan dari India, adalah guru

sekaligus idola gerakannya. Gus Dur, sebagaimana Gandhi, adalah sosok yang

tidak bosan-bosannya mengingatkan bahaya ancaman kekerasan politik yang

dapat saja terjadi dengan mengedepankan sentimen agama. Ia juga dikenal sebagai

orang yang gigih mengenalkan arti penting sikap non-sektarian dan toleransi

antaragama di dalam kehidupan bangsa Indonesia yang plural ini..9

Gus Dur sangat konsisten dalam mengusung gagasan-gagasannya, hal

semacam ini mensyaratkan keteguhan manusia yang secara pribadi memiliki

ajaran tasawuf dalam kehidupannya.

9 INCReS, Beyond The Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan

Gerakan Gusdur, h. 46

Page 19: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

7

Gus Dur memang dikenal memiliki sikap yang sangat toleran, ia

menerapkan implikasi dalam hubungan manusia dengan Tuhannya maupun

hubungan manusia dengan manusia, bila kedua hubungan itu baik maka manusia

tidak perlu terlalu meributkan perbedaan, yang mana selama ini kehidupan

masyarakat Indonesia yang sarat dengan beragam suku, agama dan ras. Atas

konsistensi sikap Gus Dur dalam menyebarkan “virus” toleransinya atas nilai-

nilai kemanusiaan, beliau mendapatkan pengakuan dunia. Setidaknya hal

demikian terlihat ketika di penghujung 1993, Gus Dur terpilih –bersama empat

warga Asia lainnya− sebagai penerima hadiah Ramon Magsaysay. Keempat

penerima nobel itu dinilai telah mampu memberikan sumbangan yang khas bagi

kemajuan bangsanya, terutama dalam penghargaannya terhadap martabat

kemanusiaan.10

Gus Dur memiliki fenomena spiritual yang langka dibanding kiai-kai lain

di Jawa, karena harus muncul dalam gebrakan sejarah yang penuh warna. Dari

sosoknya sebagai budayawan, seniman, kiai, politisi, pemikir, pembaharu, dan

seorang yang mampu mengangkat khazanah tradisional dalam dialog

kosmopolitan yang aktual dan spirit yang membawa sosoknya sedemikian kuat

itu, dilandaskan pada spiritualitas yang sangat kaya dengan kebebasan,

kemerdekaan, penghargaan kemanusiaan, sekaligus askestisme yang tersembunyi

dalam jiwanya: Dunia Sufi “ajaran tasawuf”.

Tasawuf bukanlah spiritual yang hanya berupa tempat pengasingan diri.

Ajaran tasawuf berusaha menampilkan visi keagamaan yang autentik, yang

10

Ibid., h. 47.

Page 20: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

8

mengarahkan diri untuk melampaui kedirian dan egoisme. Ajaran tasawuf adalah

sebuah visi yang tepat dalam menafsirkan dunia, serta alam lain di luar dunia ini

yang mungkin ada dan melingkupi seluruh realitas. Selain itu, tasawuf juga

sebagai sebuah visi tentang suatu tatanan ideal masyarakat.11

Manusia memang tidak dapat dilepaskan dari sisi Tasawuf atau spiritual

dalam diri dan kehidupannya, lebih-lebih pada diri manusia modern yang selalu

mendapatkan krisis terhadap realitas kehidupannya.

Dari analisa “pandangan” di atas, menarik perhatian penulis untuk

memahami lebih tajam dan mendalam tentang langkah-langkah tasawuf Gus Dur.

Untuk itu, penulis tertarik mengkajinya melalui skripsi yang berjudul: “Perilaku

Tasawuf Gus Dur.”

B. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Secara garis besar yang menjadi topik dari skripsi ini adalah langkah-

langkah Gus Dur dalam tasawuf, sebagaimana latar belakang di atas.

Secara spesifik skripsi ini akan membahas beberapa permasalahan:

1. Bagaimana Perilaku Tasawuf Gus Dur ?

2. Bagaimana Relevansi dari Perilaku Tasawuf Gus Dur terhadap kehidupan

saat ini ?

11

Said Agil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam

sebagai Inspirasi bukan Aspirasi (Bandung: Mizan, 2006), h. 50.

Page 21: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

9

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan di atas, maka yang menjadi tujuan dari studi ini

adalah:

1. Untuk mengetahui tentang Perilaku Tasawuf Gus Dur.

2. Untuk mengetahui bagaimana Relevansi dari Perilaku Tasawuf Gus Dur

terhadap kehidupan.

D. METODE PENELITIAN

Dalam rangka penulisan skripsi ini digunakan jenis penelitian studi

analisis pemikiran tokoh dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan

(Library research).

Pengumpulan data berdasarkan pada karya-karya yang ditulis oleh Gus

Dur, selain itu akan diperkaya dengan sejumlah data yang ada di media massa

seperti koran, majalah, artikel dan jurnal yang berkaitan dengan pemikiran Gus

Dur.

Sementara teknik penulisan dalam karya tulis ini adalah analisis data yang

digunakan bersifat kualitatif dengan teknik pembahasan deskriptif analitis yang

bertujuan menggambarkan Perilaku Gus Dur dalam bertasawuf.

Tentu saja, pengumpulan data, pembahasan masalah, dan penulisan dalam

skripsi ini disesuaikan dengan standar Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan Center for Quality Development and

Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 22: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

10

E. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Agar lebih mudah memahami pembahasan skripsi ini, maka disusun

sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab satu, pendahuluan yaitu gambaran umum yang memuat pola dasar

dari kerangka pembahasan skripsi yang terdiri atas Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian dan

sistematika penyusunan.

Bab dua, berisi tentang latar Biografi singkat kehidupan Gus Dur, karya-

karyanya dan membahas pemikirannya.

Bab tiga, berisi tentang pengertian Tasawuf, kemudian mengetahui Unsur-

unsur Tasawuf, serta melacak hubungan Tasawuf dan Islam di Indonesia.

Bab empat, berisi tentang fenomena Perilaku Gus Dur terhadap Tasawuf,

dalam beragama dan bernegara, kemudian dapat Menemukan Relevansi dalam

Perilaku Tasawuf Gus Dur.

Bab lima, penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari pembahasan.

Kesimpulan ditekankan pada jawaban-jawaban terhadap Perilaku Tasawuf Gus

Dur.

Page 23: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

11

BAB II

BIOGRAFI GUS DUR

A. RIWAYAT HIDUP

Abdurrahman Wahid lahir dengan nama Abdurrahman ad-Dhakhil,

dari maknanya, "ad-Dhakhil" berarti "Sang Penakluk", sebuah nama yang diambil

K.H. A. Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah

yang telah membawa kejayaan Islam di Spanyol selama berabad-abad.1 Pada

proses perjalanan waktu, kata "ad-Dhakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama

"Wahid", Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan

Gus Dur. "Gus" adalah panggilan untuk seorang anak kiai. "Gus" sebenarnya

kependekan dari ucapan "bagus", sebuah harapan seorang ayah kepada anaknya

agar menjadi bagus.2Selain itu "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren

kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".

Gus Dur (panggilan akrab dari K.H. Abdurrahman Wahid) lahir pada

tanggal 4 Agustus 1940 di Denanyar Jombang, anak pertama dari enam

bersaudara (lima saudara Gus Dur secara berurutan adalah `Aisyah “Ny. Hj.

`Aisyah Hamid Baidlawi”, Sholahuddin “Ir. H. Sholahuddin Wahid”, Umar “dr.

H. Umar Wahid”, Khodijah dan Hasyim “H.M. Hasyim Wahid”). Ayahnya , K.H.

Abdul Wahid Hasyim, adalah putra dari K.H. Hasyim Asy`ari, pendiri pondok

pesantren Tebuireng dan pendiri Jam`iyah Nahdlatul Ulama (NU), organisasi

terbesar di Indonesia, bahkan barangkali di Dunia. Ibunya, Ny Hj Sholehah, juga

1 Greg Barton, Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of

Abdurrahman Wahid, penerjemah Lie Hua (Yogyakarta: LkiS, 2003), h. 33. 2 INCReS, Beyond The Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan

Gerakan Gus Dur, h. 4.

Page 24: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

12

putri tokoh besar NU, K.H. Bisri Syansuri, pendiri pondok pesantren Denanyar

Jombang dan Rois `Aam syuriah PBNU.3Dengan demikian secara genetik, Gus

Dur memang keturunan darah biru dan menurut istilah Clifford Geertz, ia

tergolong santri dan priyayi sekaligus.4

Gus Dur, baik dari trah ayah maupun ibu adalah sosok yang menempati

strata sosial tinggi dalam masyarakat Indonesia, ia adalah cucu dari dua Ulama

terkemuka NU dan tokoh besar bangsa Indonesia. Lebih dari itu Gus Dur adalah

keturunan Brawijaya IV (Lembu Peteng) lewat dua jalur, yakni Ki Ageng Tarub I

dan Joko Tingkir.5

Meskipun demikian, perjalanan kehidupan Gus Dur tidak mencerminkan

kehidupan seorang Ningrat. Dia berproses dan hidup sebagaimana layaknya

masyarakat pada umumnya.

Gus Dur pada masa kecil belajar di pondok pesantren Tebuireng Jombang,

dalam usia lima tahun, ia sudah lancar membaca al-Qur`an. Gurunya waktu itu

adalah kakeknya sendiri, K.H. Hasyim Asy`ari. Gus Dur kecil tidak seperti

kebanyakan anak-anak seusianya, ia tidak tinggal bersama ayahnya, akan tetapi

ikut bersama kakeknya. Semasa di rumah kakeknya itulah Gus Dur kecil mulai

mengenal dunia politik, dari orang-orang yang tiap hari hilir mudik di rumah

kakeknya.6

3 INCReS, Beyond The Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan

Gerakan Gus Dur, h. 4. 4 Clifford Geertz, The Religion of Java (Glencoe, III.: Free Press, 1960).,

dalam INCReS, Beyond The Symbols, h. 27. 5

Ibid., h. 4. 6 Ibid., h. 6.

Page 25: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

13

Pada akhirnya, Gus Dur harus pindah ke Jakarta, ketika ayahnya diangkat

sebagai Menteri Agama Republik Indonesia, yakni pada tahun 1950, lima tahun

setelah Indonesia Merdeka.7Gus Dur pun menyelesaikan sekolah dasarnya di

Jakarta.

Untuk menambah pengetahuannya Gus Dur pun dikirim untuk mengikuti

kursus-kursus pilihan yang ditentukan oleh orang tuanya, seperti les privat bahasa

Belanda dan oleh Willem Buhl gurunya disuguhi selingan musik-musik klasik

barat.8Buku, bola, catur, musik dan film adalah lima hal yang tak pernah lepas

dari sosok Gus Dur ketika masih kecil.9

Pada saat kecil Gus Dur pernah bercita-cita menjadi tentara, masuk

AKABRI. Namun, cita-cita itu kandas, sebab pada usia 14 tahun, ia harus

memakai kaca mata minus. Selang kandasnya cita-citanya, membuat Gus Dur

semakin semangat “gila” dalam bergelut dengan Buku, bola, catur, musik dan

film. Pada akhirnya Gus Dur yang ketika itu masih kecil merumuskan kembali

cita-citanya yang sangat sederhana, menjadi Guru ! “ saya hanya ingin menjadi

guru bangsa, seperti Ki Hajar, Ki Mangunsarkoro, Kakek saya Kiai Hasyim, dan

sebagainya,” ucapnya suatu ketika.10

Setelah menamatkan dari sekolah dasar di Jakarta, Gus Dur melanjutkan

ke SMEP di Tanah Abang Jakarta, akan tetapi setelah setahun, dia dipindahkan ke

SMEP Gowongan Yogyakarta. Ibunya berharap, kepindahannya ke Yogya selain

7 INCReS, Beyond The Symbols, h. 6.

8 Ibid.,

9 Ibid., h. 7.

10 Ibid., h. 8.

Page 26: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

14

agar ia bisa melepaskan diri dari lingkungan lama di Jakarta, juga kembali pada

latar belakangnya sebagai anak kiai: mendekati pondok pesantren.11

Memang sebenarnya Gus Dur sudah mengalami pendidikan santri atau

pesantren dan religiusitas dari kedua orang tuanya. Ia belajar bahasa Arab ketika

kecil dan mempunyai cukup pengetahuan untuk dapat membaca Al-Qur`an

dengan suara keras. Setelah beranjak remaja pun ia belajar bahasa Arab secara

sistematik.12

Ketika Gus Dur sekolah di SMEP Yogya, diusahakan pula dan diatur

bagaimana ia dapat pergi ke pesantren Al-Munawwir di Krapyak tiga kali. Di sini

ia belajar bahasa Arab dengan K.H. Ali Ma`sum.13

Di kota Jogjalah minat baca dan kehausan Gus Dur akan ilmu pengetahuan

muncul dan semakin melesat jauh. Kota Jogja merupakan kota pelajar, dengan

kehadiran universitas dan banyak toko buku, atau buku-buku yang dimiliki

kenalan gurunya atau gurunya sendiri, ataupun milik sang bapak kos. Dari sinilah

Gus Dur mengalami masa mencintai buku dan sering mengunjungi took buku

secara rutin. Di kota ini pula Gus dur menyukai pertunjukan wayang kulit. Selain

itu kebiasaan lamanya yang suka sekali menonton film menjadi rutinitas yang tak

pernah ditinggalkannya.14

11

Ibid., 12

Mohammad Rifai, Gus Dur: Biografi Singkat 1940-2009 (Jogjakarta:

Garasi, 2010), h. 31. 13

Greg Barton, Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of

Abdurrahman Wahid, penerjemah Lie Hua (Yogyakarta: LkiS, 2003), h. 40-47.,

dalam Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 31. 14

Ibid., h. 32.

Page 27: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

15

Setelah menamatkan sekolah di SMEP Yogya pada tahun 1957, Gus Dur

pindah ke Magelang di Pesantren Tegalrejo di bawah asuhan kiai karismatik, kiai

Khudori, dari sinilah Gus Dur mempelajari secara penuh dunia pesantren berserta

keilmuannya.15

Pada saat yang sama, selama dua tahun Gus Dur juga belajar paro waktu di

Pesantren Denanyar Jombang di bawah bimbingan kakeknya dari pihak ibu, Kiai

Bisri Syansuri.16

setelah itu Gus Dur melanjutkan ke pondok Pesantren Tambak

Beras, di bawah asuhan Kiai Wahab Hasbullah, dari pesantren ini hubungan Gus

Dur dan Kiai Wahab Hasbullah sangat kental, sehingga Ia mendapat dorongan

untuk berproses dalam tahap belajar mengajar, bahkan Gus Dur pernah menjadi

kepala madrasah Modern. Dari pesantren inilah minat Gus Dur mulai bertambah,

tidak hanya pada studi ke-Islaman, tetapi tertarik pada studi tradisi sufistik dan

mistik dari kebudayaan dan tradisi Islam. Inilah awal dari kebiasaan Gus Dur

yang sering berkunjung ke makam-makam para wali, kiai, dan ulama pada tengah

malam.17

Pada akhirnya Gus Dur menyelesaikan studinya yang ia geluti di Indonesia

dan selanjutnya melanjutkan proses belajarnya ke luar negeri. Sebagaimana dari

keturunannya, Gus Dur memang dari keluarga yang haus akan ilmu pengetahuan,

jadi wajar bila Gus Dur harus melanjutkan studinya sampai ke luar negeri.

15

Ibid., h. 33. 16

Ibid., h. 33. 17

Ibid., h. 33-34.

Page 28: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

16

Awal belajar di luar negeri, pada tahun 1964-1969. Gus Dur masuk di

Departement of Higher Islamic and Arabic Studies, Al-Azhar Islamic University,

Cairo Mesir.18

Perjalanan proses belajar Gus Dur di Mesir tidak semulus dan semudah

dijalankan, karena memang harus terganjal dengan pengurusan terhadap

pengakuan ijazahnya dan mata kuliah yang sudah dipelajarinya di Indonesia.

Gus Dur merasa banyak hal dalam pelajaran yang diulang ketika belajar di

Mesir, sehingga ia begitu enggan melakukan studi formalnya dan sering tidak

masuk kuliah. Di sinilah ia sering menyalurkan hobinya mengikuti pertandingan

sepak bola, membaca di perpustakaan-perpustakaan yang besar, menonton film-

film Perancis, dan ikut serta dalam diskusi di kedai-kedai kopi yang sangat

menarik.19

Dengan kondisi yang sedemikian, rupanya membuat Gus Dur agak

kecewa dan bosan, sehingga ia memutuskan untuk keluar dari Al-Azhar dan

pindah ke Baghdad.

Kemudian pada tahun 1970-1972 Gus Dur pindah kuliah di Fakultas

Sastra Universitas Baghdad Irak.20

Di sinilah Gus Dur mempunyai jadwal yang

cukup ketat, mulai dari memfokuskan diri pada riset mengenai sejarah Islam di

Indonesia dan ia pun diberikan akses yang mudah untuk pelaksanan tahapan

risetnya. Ia juga mempelajari bahasa Perancis di kota ini, yang tidak dilupakannya

adalah sering melakukan ziarah kubur ke makam-makam wali kelas dunia dan

mempertajam ilmu tasawufnya. Gus Dur tetaplah Gus Dur, meskipun tidak lagi

18

INCReS, Beyond The Symbols, h. 23. 19

Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 34. 20

INCReS, Beyond The Symbols, h. 23.

Page 29: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

17

melakukan diskusi-diskusi di kedai kopi, karena ketatnya jadwalnya akan tetapi ia

menyempatkan menonton film di bioskop.21

Setelah menamatkan masa studinya di Timur Tengah, Gus Dur kemudian

pindah ke Eropa untuk melanjutkan studi pascasarjananya. Pada mulanya Gus Dur

tinggal di Belanda dan berkeinginan masuk di Universitas Leiden, akan tetapi

yang terjadi pada beberapa universitas Eropa termasuk Leiden tidak dapat

menerima lulusan dari Universitas Baghdad. Gus Dur pun kecewa dengan hal ini,

untuk mengurangi beban kekecewaannya ia pun berkelana selama setahun di

Eropa dan pada pertengahan tahun 1971 Gus Dur balik ke Indonesia.22

Sekembalinya dari Eropa ke Indonesia, Gus Dur pun masih saja tidak

putus asa untuk melanjukan studinya ke negeri Eropa, akhirnya Ia mendapatkan

informasi adanya beasiswa ke McGill, namun begitu niat sudah tertancap tapi

urung terjadi, dikarenakan harus melangsungkan resepsi pernikahannya.

Kemudian setelah itu Gus Dur tinggal di Jombang dan memulai langkah-langkah

untuk mencari format perubahan yang harus dilakukannya dengan cara berkeliling

“silaturahim” Jawa, yang nantinya membuat Gus Dur benar-benar mengurungkan

niatnya untuk melanjutkan studinya ke luar negeri.23

Gus Dur menjadi pelajar keliling di Eropa, belajar dari satu universitas ke

universitas yang lain, pada akhirnya juga sempat menetap di Belanda dan

21

Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 35. 22

Ibid., h. 36. 23

Ibid., h. 37.

Page 30: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

18

mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di

Eropa.24

Pada masa kuliahnya di luar negeri Gus Dur juga memiliki masa-masa

dalam bekerja, ketika di Mesir ia pernah mendapat pekerjaan di kedutaan

Indonesia untuk Mesir, kemudian ketika di Baghdad ia bekerja di Ar-Ramadhani,

perusahaan ini mengkhususnya impor tekstil dari Eropa dan Amerika, ketika di

Eropa Ia juga bekerja di binatu milik orang Cina.25

ketika menetap di Belanda Gus

Dur dua kali sebulan pergi ke pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal

tanker.26

Beragam ilmu pengetahuan dan segala prosesnya dalam kemandirian,

seorang Gus Dur mampu menembus batas-batas sisi kemanusiaan yang wajar,

bahkan upaya untuk dapat mandiri dalam hidupnya pun ia mampu.

Begitulah Gus Dur dalam kisahnya mencari ilmu, selain diajar oleh guru

informal yang kuat, bisa jadi Gus Dur juga diberi karunia oleh Allah sehingga

dapat cepat memahami sebuah bacaan dan memiliki ingatan yang luar biasa akan

bacaan tersebut. Mungkin inilah yang menjadi dasar bagi seorang calon pemimpin

di masa mendatang.27

Dalam berproses membangun dan membina rumah tangga Gus Dur, boleh

dibilang cukup unik, perkenalannya di Jombang sebagai guru dan murid

kemudian melewati jarak yang cukup jauh, Gus Dur di Kairo dan Nuriyah di

Jombang. awalnya selama beberapa tahun di kairo, Gus Dur terus menghubungi

24

INCReS, Beyond The Symbols, h. 18. 25

Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 38. 26

INCReS, Beyond The Symbols, h. 19. 27

Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 33.

Page 31: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

19

Nuriayah lewat surat menyurat yang sangat teratur pada akhirnya Nuriyah pun

menerima Gus Dur sebagai teman hidupnya hingga melangsungkan pertunangan

selama kurun waktu dua tahun, setelah itu Gus Dur pun menikahi Nuriyah.28

Gus Dur dikaruniai empat anak perempuan, mereka yaitu, Alissa

Qotrunnada, Zannuba Arifah Chafsoh, Anita Hayatunnufus, dan Inayah

Wulandari. Dalam mendidik anaknya Gus Dur juga selalu menerapkan praktik

demokrasi, tidak otoriter terhadap persoalan yang dihadapi anak-anaknya, Gus

Dur hanya mengarahkan dan memberikan saran-saran dengan segala konsekwensi

terhadap beragam pilihannya.29

Masa perjuangan seorang Gus Dur memang sangat panjang, berawal tapi

bukan awal yang diinginkannya, proses itu mengalir mulai dari sejak berada di

Indonesia sampai di luar negeri pun dilakukannya, mulai dari mengajar, menjadi

kepala madrasah, membidangi banyak aktifitas di luar negeri, menjadi komentator

sosial dengan menulis di berbagai media cetak, bergerak dalam lingkup LSM

LP3ES, ketua PBNU, hingga menjadi Presiden RI ke-4. kesadaran Gus Dur akan

pergerakan untuk menemukan perubahan yang ideal cukup kuat, ia sangat anti

kekerasan, teguh, tangguh dan konsisten.

Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sebelum menjabat sebagai

Presiden sampai setelahnya, penyakit yang ia alami seperti stroke, diabetes dan

lainnya. Gus Dur wafat pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di rumah sakit Cipto

28

Ibid., h. 39-41. 29

Ibid., h. 41.

Page 32: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

20

Mangunkusumo, Jakarta, pukul 18.45 wib, dikarenakan oleh penyakit yang

dideritanya sejak lama.30

Gus Dur wafat bertepatan dengan ulang tahun ke-27 putri bungsunya,

Inayah Wulandari, yang lahir pada 31 desember 1982, selama Gus Dur dirawat di

Rumah sakit RSCM, Inayah Termasuk salah satu putri Gus Dur yang paling rajin

menjaga Gus Dur.

Menurut cerita, K.H. Salahudin Wahid, yang akrab dipanggil Gus Sholah

ia bertemu kakaknya, Gus Dur terakhir kali di Jombang, sepekan sebelum

wafatnya, yaitu Gus Dur ketika sedang berziarah ke makam keluarga, saat itu Gus

Sholah sudah memiliki firasat tidak enak. Gus Sholah merasa kaget dan heran

ketika Gus Dur bilang ”Dik, mengko tanggal 31 jemputen aku nang kene ! (dik,

nanti tanggal 31 jemput saya disini)31

dan begitu juga banyak cerita mengenangi

sebelum wafatnya Gus Dur dan setelah Gus Dur wafat banyak yang sadar bahwa

Gus Dur sudah mengetahui waktu wafatnya. Semoga amal ibadah Beliau diterima

oleh Allah Swt.

Itulah yang terjadi pada sosok Gus Dur, kesaktiannya hanya orang-orang

tertentu yang mengetahuinya bahkan beliau sanggup menyembunyikannya dengan

baik, tanpa perlu harus diketahui banyak orang. Sekarang bila kita mengamati,

banyak orang yang melayat ke kuburannya seperti layaknya makam-makam para

Wali Allah “Wali Songo”, banyak orang merasa kehilangan, menangisi

kepergiannya. Beliau memang guru spiritual baru beberapa kalangan muslim,

begitu juga kalangan beda agama di Indonesia maupun di Dunia.

30

Ibid., h. 48. 31

Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 49-50

Page 33: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

21

B. KARYA-KARYANYA

Karya-karya intelektual Gus Dur sejak awal 1970-an hingga akhir 1990-

an, karya intelektual itu tersebar dalam berbagai bentuk tulisan dan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut, dalam bentuk buku sebanyak 12, 1 buku

terjemahan, 20 kata pengantar buku, 1 epilog buku, 41 antologi buku, 105 tulisan

dalam bentuk kolom, 50 makalah, 263 artikel yang tersebar dalam berbagai

majalah, surat kabar, jurnal, dan media massa.32

Tim peneliti dari INCReS (Institut of Culture and Religion Studies) secara

simpel memberikan gambaran dari karya-karya besar yang dihasilkan dari

pemikiran seorang Gus Dur, karya tersebut dikelompokkan ke dalam tujuh tema

pokok, ketujuh tema pokok ini juga menandai gagasan besar yang menjadi

perhatian Gus Dur selama ini. Tujuh hal itu adalah pandangan dunia pesantren,

pribumisasi Islam, keharusan demokrasi, finalitas negara-bangsa Pancasila,

pluralisme agama, humanitarinisme universal dan antropologi kiai.33

Berikut daftar karya dalam perjalanan karir dan perjuangan Gus Dur:34

1. Guru Madrasah Mu`allimat, Jombang (1959-1953)

2. Dosen Universitas Hasyim Asy`ari, Jombang (1972-1974)

3. Dekan Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Asy`ari, Jombang (1972-

1974)

4. Sekretaris Pesantren Tebuireng, Jombang (1974-1979)

5. Pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta (1976-2009)

32

INCReS, Beyond The Symbols, h. 35. 33

Ibid., h. 36-37. 34

Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 52-53.

Page 34: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

22

6. Pendiri dan anggota Fordem (forum Demokrasi), 1990.

7. NU (Nahdlatul Ulama), katib Awwal PBNU 1980-1984, Ketua dewan

Tanfidz PBNU, 1994-2000.

8. Pendiri PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)

9. P3M (Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat)

10. Pendiri The Wahid Institut.

11. Gerakan Moral rekonsiliasi Nasional, 2003, sebagai penasihat.

12. Solidaritas korban pelanggaran ham, 2002, sebagai penasihat.

13. Festifal Film Indonesia, 1986-1987, sebagai juri.

14. Ketua Umum Dewan Kesenian Jakarta, 1982-1985.

15. Himpunan Pemuda Pelajar Indonesia di Cairo Mesir, 1965, sebagai wakil

ketua.

16. Non Violence Peace Movement, Seoul, Korea Selatan Presiden, 2003-

sampai beliau meninggal.

17. International Strategic Dialogue Center, Universitas Netanya, Israel.

18. Anggota dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, ehud barak dan

carl bild, 2003-sampai beliau meninggal.

19. International Islamic Christian Organization for Reconciliation and

Reconstrukction (IICORR), London, Inggris. Sebagai presiden

kehormatan, 2003-sampai beliau meninggal.

20. International and Interreligious Federation for World Peace (IIFWP). New

York, Amerika Serikat. Anggota dewan penasihat Internasional. 2002-

sampai beliau meninggal.

Page 35: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

23

21. Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York,

Amerika Serikat, Presiden, 2002.

22. Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel. Pendiri dan anggota.

1994-sampai beliau meninggal.

23. World Conference on Religion and Peace (WCRP), New York, Amerika

Serikat, Presiden, 1994-1998.

24. International dialogue project for area study and law, den hag, belanda,

sebagai penasihat, 1994.

25. The Aga khan Award for Islamic Architecture, anggota dewan juri, 1980-

1983.

Dengan kegigihannya dalam perjuangan dan pemikirannya atas

kemanusiaan baik di Indonesia maupun di dunia Gus Dur banyak sekali

mendapatkan gelar kehormatan dari berbagai lembaga dan mendapat berbagai

penghargaan dari berbagai lembaga lokal, nasional maupun internasional.35

Kemudian Gus Dur juga diakui kapasitasnya di kalangan akademik

sehingga beberapa kali mendapat gelar dari berbagai universitas.36

C. PEMIKIRANNYA

Gus Dur memang memiliki pemikiran yang cukup unik dan jernih. Boleh

dibilang pemikirannya mampu melewati zamannya, karena banyak orang harus

memikirkan dengan keras apa yang menjadi pemikirannya. Ia juga dikenal sangat

kontroversial.

35

Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 54-55. 36

Ibid.,

Page 36: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

24

Gus Mus menyebut pemikiran Gus Dur sebagai pelajaran Tuhan, sampai

saat ini, pastilah belum−atau tak pernah−ada orang yang bisa menandingi Gus Dur

dalam banyaknya mengumpulkan julukan. Keluasan pergaulan dan perhatian Gus

Dur niscaya sangat berperan dalam pengumpulan julukan itu. Mereka yang

melihat betapa Gus Dur begitu `fanatik` dan gigihnya menyesuaikan sikapnya

dengan firman Allah “Walaqod karramna banii Adama...”(Q. 17:70), mungkin

akan menjulukinya humanis. Mereka yang melihatnya begitu `taat` dan gigih

mengikuti jejak orang tua dan kakeknya dalam mencintai tanah air, mungkin akan

menjulukinya nasionalis, mereka yang melihatnya sebagai orang yang memiliki

tingkat kualitas spiritual, mungkin akan menjulukinya seorang wali. Demikian

seterusnya.37

Perjuangan pemikiran Gus Dur mampu melewati semua jenis disiplin

ilmu, mulai dari agama, filsafat, tasawuf, tata bahasa, kebudayaan dan kesenian,

humor, demokrasi, pluralisme, humanisme, nasionalisme. Dengan ide-idenya

yang cemerlang, pemikiran Gus Dur mampu menjadi komentator sosial yang

mampu membuat gelisah dan menyadarkan banyak kalangan terutama

pemerintahan saat itu.

Perkembangan intelektual Gus Dur dibentuk oleh pendidikan Islam klasik

dan pendidikan barat modern. Faktor-faktor ini merupakan prasyarat baginya

untuk mengembangkan ide-idenya. Dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan perjalanan, membaca, dan memperdebatkan ide, Gus Dur mensintesiskan

37

KH. A. Mustofa Bisri, “Gus Dur sebagai Pelajaran Tuhan,” prawacana,

dalam Institute of Culture and religion Studies (INCReS), Beyond The Symbols:

Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gusdur (Bandung: INCReS, 2000),

h. iii.

Page 37: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

25

kedua dunia pendidikan ini. Mungkin ia mengerjakan hal ini lebih lengkap

daripada mayoritas intelektual di Indonesia, yang kemudian membuat Gus Dur

menjadi bagian dari gerakan baru dalam pemikiran Islam di Indonesia.38

Penekanan pemikiran Gus Dur lebih mengisyaratkan pada hal-hal yang lebih

substansial, mengajarkan kepada kita untuk selalu toleran, terbuka, dan inklusif.39

Menurut Greg Barton, pemikiran Gus Dur, ia kategorikan dalam salah satu

cendekiawan Neo-Modernis. Di antara karakter intelektual yang digolongkannya

dalam kelompok Neo-modernis bahwa dalam memahami ajaran Islam banyak

mewarisi semangat Muhammad Abduh dalam rasionalisme berijtihad secara

konstekstual. Berusaha memuat sintesis antara khazanah klasik dengan keharusan

berijtihad, serta apresiatif dengan gagasan barat terutama dalam ilmu-ilmu social

dan humaniora. Neo-Modernis sangat mengedepankan pemahaman Islam yang

terbuka, inklusif terutama dalam menerima realitas faktual pluralisme masyarakat

yang ada, condong untuk menekankan sikap toleran dan harmoni dalam hubungan

antar komunitas.40

Keluwesan Gus Dur dalam mengkonstruksikan pemikirannya tidak dapat

dipungkiri. Seperti halnya perihal negara “Indonesia” yang harus diIslamkan, Gus

Dur jelas-jelas mempertanyakan konsep ini, baginya negara yang dikonsepkan

menurut Islam tidak memiliki kejelasan formatnya. Nabi meninggalkan Madinah

tanpa ada kejelasan mengenai bentuk pemerintahan bagi kaum muslimin. Tentang

38

Greg Barton, Biografi Gus Dur: The authorized biography of

Abdurrahman Wahid, pen., Lie Hua (Yogyakarta: LkiS, 2003), h. 134. 39

INCReS, Beyond The Symbols, h. 55. 40

KH. Abdurrahman Wahid, “Pemikir Islam yang Brilian”, dalam

Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: e-

Nusantara, 2009), h. 38.

Page 38: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

26

negara Islam yang dipikirkan sebagian orang itu hanya memandang Islam dari

sudut institusionalnya saja.41

Selama tidak ada kejelasan tentang hal di atas,

sebenarnya sia-sia saja diajukan klaim bahwa Islam memiliki konsep

kenegaraan.42

Kemudian Gus Dur berhasil menyelesaikan pertentangan antara negara

dan masyarakat, dimana pada masa orde baru Negara terlalu kuat atau otoritarian,

sementara masyarakat terlalu lemah. Ia dengan pemikiran dan pengembangan

gerakan kemasyarakatan berhasil mengurangi sifat otoritarianisme negara dan

pada saat yang sama sukses memberdayakan masyarakat dengan munculnya

kekuatan masyarakat sipil (civil society).43

Perjuangan Gus Dur terhadap

demokrasi untuk negara, sudah bukan menjadi rahasia lagi, banyak orang yang

mengetahui dan mengenal. Pemikiran Gus Dur tentang Indonesia yang dicita-

citakan adalah menjadi negara yang demokrasi yang memiliki pengaruh kecil

terhadap militer dan tidak ada fundamentalisme dalam agama. Baginya di

kehidupan yang modern ini demokrasilah yang dapat mempersatukan beragam

arah kecenderungan kekuatan-kekuatan bangsa. Demokrasi menjadi sedemikian

penting dalam sebuah negara yang pluralistik karena ternyata dalam berkehidupan

kebangsaan yang utuh hanya bisa tercapai dan tumbuh dalam suasana

41

Gus Dur, Menjawab Kegelisahan Rakyat (Jakarta: Kompas, 2007), h.3-

6. 42

Abdurrahman Wahid, Tuhan Tidak Perlu dibela (Yogyakarta: LKiS,

1999), h. 18. 43

M. Hanif Dhakiri, 41 warisan Kebesaran Gus Dur (Yogyakarta: LKiS,

2010), h. 20.

Page 39: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

27

demokratis44

meskipun demokrasi untuk saat ini di Indonesia masih menjadi

proses diskusi, tapi suatu saat akan tercapai demokrasi yang sebenarnya.

Gus Dur sebagai satu-satu nya orang yang pertama kali mensuarakan

kembali terhadap gagasan pribumisasi Islam. Dengan artian yang dipribumikan itu

manifestasi kehidupan Islam, bukan ajaran yang menyangkut inti keimanan dan

peribadatan formalnya.45

Bukan upaya menghindarkan timbulnya perlawanan dari

kekuatan-kekuatan budaya setempat, tetapi justru agar budaya itu tidak hilang.46

Ini yang telah dilakukan para pelopor dakwah “wali songo” dalam proses

Islamisasi di Indonesia. Bisa dilihat bahwa pemikiran dan gerakan Gus Dur tidak

jauh berbeda dengan para wali bisa disebut juga sufi.

Gus Dur menyatukan kebudayaan dan keberagamaan, menurutnya, agama

“Islam” dan budaya mempunyai independensi masing-masing, tetapi keduanya

mempunyai wilayah tumpang tindih. Manusia tidak dapat beragama tanpa budaya,

karena kebudayaan merupakan kreativitas manusia yang dapat menjadi salah satu

bentuk ekspresi keberagaman. Tetapi tidak dapat disimpulkan bahwa agama

adalah kebudayaan. Di antara keduanya terjadi tumpang tindih dan saling mengisi

namun tetap memiliki perbedaan. Agama bersumber pada wahyu dan memiliki

norma-norma sendiri. Norma-norma agama bersifat normatif, karenanya ia

cenderung menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah kreativitas manusia,

karenanya ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung

untuk selalu berubah. Perbedaan ini tidak menghalangi kemungkinan manifestasi

44

Ibid., h.47-48. 45

Abdurrahman Wahid, Tuhan Tidak Perlu dibela, h.92 46

M. Hanif Dhakiri, 41 warisan Kebesaran Gus Dur, h. 126.

Page 40: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

28

kehidupan beragama dalam bentuk budaya. Perspektif demikian menempatkan

agama dalam fungsinya sebagai wahana pengayoman tradisi bangsa dan pada saat

yang sama agama menjadikan kehidupaan berbangsa sebagai wahana pematangan

dirinya.47

Gus Dur dikenal juga sebagai sosok yang humoris. Pemikiran dan sikap

kritisnya terhadap realitas kehidupan sering disampaikan melalui humor, sehingga

yang setuju maupun tidak sama-sama tertawa. Bahkan ia disejajarkan dengan

filsuf Yunani, Socrates, yang gemar melontarkan komentar-komentar

humoristis.48

Perlawanan yang Gus Dur lakukan mungkin banyak tidak diketahui

orang, bahwa sebenarnya ia sedang mengadakan perubahan dan kritik besar

besaran yang disampaikannya lewat lelucon.49

Di dunia internasional pun pemikiran Gus Dur diterima banyak kalangan

intelektual dunia. Bahkan banyak yang melakukan penelitian secara khusus

terhadap pola dan gaya pikirannya. Tidak aneh pula bila beragam penghargaan

didapatkan Gus Dur dari dunia internasional.50

Gus Dur adalah representasi paling genuin dari dua kultur yang terus

menerus bertahan dan berkembang di lingkungan NU. Yang pertama adalah

kultur kiai dengan pesantrennya yang menjadi jagad kecilnya NU. Yang kedua

adalah kultur kaum muda NU yang menandai konvergensi NU dengan dunia

modern.51

Ia juga membangun pemikirannya sebagai gerakan sosial yang secara

47

Ibid., h.107. 48

Ibid., h.22. 49

Abdurrahman Wahid, Tuhan Tidak Perlu dibela, h. 178-179. 50

Mohammad Rifai, Gus Dur, h. 54-55. 51

M. Hanif Dhakiri, 41 warisan Kebesaran Gus Dur, h.30.

Page 41: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

29

cerdas bisa menempatkan NU dalam posisi yang strategis.52

Lewat NU juga Gus

Dur melakukan perubahan besar-besaran dan mendasar terhadap NU sendiri

maupun bangsa dan negara.

Pemikiran Gus Dur memiliki kekuatan aroma sufistik. Seperti gagasannya

tentang Tuhan tidak perlu dibela, ia menuturkan bahwasannya, Al-Hujwiri

mengatakan, bila engkau menganggap Allah ada hanya karena engkau yang

merumuskannya, hakikatnya engkau sudah menjadi kafir. Allah tidak perlu

disesali kalau “Ia menyulitkan” kita. Juga tidak perlu dibela kalau orang

menyerang hakikat-Nya, Yang di takuti berubah adalah persepsi manusia atas

hakikat Allah, dengan kemungkinan kesulitan yang diakibatkannya.53

Gus Dur

menghiasi serta menjalankan jalan pikirannya sama halnya dengan guru tarekat

itu.

Dalam pemikiran spiritual Gus Dur bisa disebut sebagai sufi sejati. Ia

pemaaf, meski kepada musuh yang jahat sekalipun. Meski dicaci karena membela

non-muslim ia sabar dan tenang, tidak pernah menaruh dendam kepada siapapun,

tidak pernah takut menghadapi apapun, ikhlas, tampa pamrih, dan sebagainya

yang mencorakkan Gus Dur pada sisi sufistik. Seorang sufi selalu

menggabungkan kerja keras dan kepasrahan kepada Tuhan secara total.54

Gus Dur

dianggap wali “sufi” di mata pengikutnya dan orang-orang teraniaya. Pemikiran,

pembelaan dan perjuangan Gus Dur sepanjang hidupnya, menunjukkan bahwa ia

52

Ibid., h.42. 53

Abdurrahman Wahid, Tuhan Tidak Perlu dibela, h. 56. 54

Ibid., h.85-88.

Page 42: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

30

memiliki sifat-sifat seorang wali, tanpa harus dipaksakan atau diperdebatkan

untuk disebut sebagai wali.55

Gus Dur memang sudah menjadi fenomena yang menarik sekaligus unik,

terutama dalam kancah pemikiran Islam di Indonesia bahkan diperhitungkan

dalam wacana politik. sementara itu, ia mampu mengadakan perubahan besar-

besaran di kalangan Nahdliyyin. Menjadikan dirinya sebagai sebuah tumpuan

tempat berkonsultasi, menyampaikan keluhan, dan mencari informasi, kadang-

kadang juga dimintai restu dari berbagai pihak dan lapisan masyarakat. Gus Dur

tampaknya bukan lagi seorang figur, ia sudah menjadi simbol atau bahkan sebuah

mitos.56

Bagi Gus Dur seorang tokoh akan diketahui tingkat keberhasilannya

dengan jelas dalam memajukan umat, jika produk-produk ijtihad-nya dapat

dirasakan implikasinya bagi dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.57

55

Ibid., h.184. 56

INCReS, Beyond The Symbols, h. 53-54. 57

KH. Abdurrahman Wahid, kata pengantar, dalam Syamsun Ni’am, The

Wisdom Of KH Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf (Surabaya: Erlangga,

2006), h. xvi.

Page 43: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

31

BAB III

TASAWUF

A. PENGERTIAN TASAWUF

Membuat suatu rumusan tentang definisi dan batasan yang tepat berkaitan

dengan pengertian tasawuf adalah hal yang tidak mudah, hal ini telah diakui oleh

para ahli tasawuf. Keadaan demikian disebabkan oleh kecenderungan spiritual

pada setiap pemahaman agama, aliran filsafat, dan peradaban dalam berbagai

kurun waktu.1Oleh karena itu, wajar apabila setiap orang menyatakan pengalaman

pribadinya dalam konteks pemikiran dan kepercayaan yang berkembang pada

masyarakatnya.2 Di samping itu, karena tasawuf adalah aspek esoteris yang

menekankan unsur batin yang sangat tergantung pada pengalaman spiritual

masing-masing pelaku individu, sehingga memang wajar bila pengertian tasawuf

yang muncul di kalangan para sufi seringkali ditemukan perbedaan-perbedaan.3

Begitu juga pemahaman terhadap pengertian tasawuf yang dipersepsikan oleh

Gus Dur.

Tasawuf secara harfiah berasal dari kata shuff yang berarti bulu atau wool

kasar. Saat itu, para sufi memakai bulu untuk pakaiannya sebagai simbol untuk

merendahkan diri dan kesederhanaan pada masa itu.4 Menghubungkan sufi

“tasawuf” dengan shuff, agaknya memiliki korelasi yang mempertemukan antara

1 At-Taftazani, Madkhal, h. 3., dalam Syamsun Ni‟am, The Wisdom Of KH Achmad

Siddiq: Membumikan Tasawuf (Surabaya: Erlangga, 2006), h. 99. 2 Alwi Shihab, Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan Pengaruhnya hingga Kini di

Indonesia (Bandung: Mizan, 2001), h. 27. 3 Syamsun Ni‟am, The Wisdom Of KH Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf

(Surabaya: Erlangga, 2006), h. 99-100. 4 Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabaroh di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), h. 8.

Page 44: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

32

jenis pakaian yang sederhana dengan kebersahajaan hidup para sufi.5 Sehingga

sebutan sufi memang cocok bila dikaitkan dengan kehidupan selanjutnya, dengan

alasan bagi siapa yang mampu menjaga keseimbangan dalam berkehidupan,

dengan artian yang tidak jauh dari pengertian sufi sebagai pelaku ajaran tasawuf.

Tasawuf lebih menekankan spiritualitas dalam berbagai aspek oleh karena

itu para ahli tasawuf, yang kita sebut sufi, mempercayai keutamaan spirit

ketimbang jasad, mempercayai dunia spiritual ketimbang dunia material. Bertolak

dari keyakinan ini, maka muncullah cara hidup spiritual. Istilah tasawuf yang

berasal dari kata shafa yang artinya kesucian, dengan artian mensucikan diri dari

kotoran-kotoran atau pengaruh-pengaruh jasmani dalam rangka mendekatkan diri

kepada Allah Yang Maha Suci.6

Menurut tokoh sufi Junaid al-Baghdadi tasawuf adalah membersihkan hati

dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang

menanggalkan budi, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia,

menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, menghendaki sifat-sifat suci keruhanian,

dan bergantung pada ilmu-ilmu haqiqat, memakai barang yang terlebih penting

dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada sesama umat, memegang teguh

janji dengan Allah dalam segala haqiqat, dan mengikuti contoh Rasulullah dalam

segala syari‟at.7

Pengertian tasawuf pada umumnya cenderung dimaknai dengan usaha

untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sedekat mungkin melalui metode

5 R.A. Nicholson, The Mystic of Islam, kegan Paul Ltd, London, 1966., dalam A. Rivay

Siregar, Tasawuf : Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme (Jakarta: RajaGrafindo, 2002), h. 31. 6 Mulyadi Kartanegara, Menyelami lubuk Tasawuf (Jakarta: Erlangga, 2006), h.2-4.

7 Hamka, Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad, cet. Keempat 1906, h. 78., dalam

M Zain Abdullah, Dzikir dan Tasawuf (Solo: Qaula, 2007), h. 11-12.

Page 45: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

33

pensucian rohani maupun dengan memperbanyak amalan ibadah, metode

pensucian diri dengan dzikir dan amalan itulah yang di istilahkan dengan thoriqoh

atau tarikat yang di laksanakan oleh para murid tasawuf dengan mengikuti

bimbingan dari sang mursyid atau syeikh sufi8.

Tasawuf menurut al-Ghazali adalah akhlak. Barang siapa yang

memberikan bekal akhlak atasmu, berarti ia memberikan bekal atas dirimu dalam

Tasawuf, maka jiwa seorang hamba adalah menerima (perintah) untuk beramal

karena mereka sesungguhnya melakukan suluk kepada sebagian akhlak karena

keadaan mereka yang bersuluk dengan Nur (cahaya) iman9.

Memang bila ditinjau dari berbagai pengertiannya tasawuf tidak memiliki

definisi yang sama maupun sepaham di antara para ahli tasawuf “sufi”, semua

pengertian yang ada itu diambil dari pola pengalaman spiritual para pelaku

tasawuf atau yang disebut Sufi.

Kemudian, jika tasawuf melewati berbagai fase dan kondisi, pada tiap fase

dan kondisi yang dilewatinya terkandung berbagai pengertian yang setiap fasenya

hanya mencakup sebagian aspek-aspek saja, meskipun begitu ada satu asas

tasawuf yang tidak diperselisihkan, yaitu, bahwa tasawuf adalah moralitas-

moralitas yang berdasarkan Islam.10

Memang tasawuf memerlukan telaah dan penilikan yang khusus dan

seksama, apalagi bila spiritualitas dikaitkan dengan tasawuf, kedua-duanya

8 Pengantar Ilmu Tasawuf (Sumatra Utara: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama,

Institut Agama Islam Negri, 1981/1982), h. 273-274. 9 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: pustaka setia, 1999), h. 203-204.

10 Abu al-Wafa‟ al-Ghanimi, Sufi dari Zaman ke Zaman, pen., Ahmad Rofi‟ Utsmani

(Bandung: Pustaka, 1985), h. 10.

Page 46: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

34

menggerakkan potensi diri kepada sesuatu yang lebih baik dan bermoral. Potensi-

potensi inilah yang akan memberikan makna tertentu dalam suatu tindakan.11

Tasawuf yang dipraktikkan dengan benar dan tepat akan menjadi metode

yang efektif dan impresif untuk menghadapi tantangan zaman. Bagi kaum sufi,

apapun zamannya atau bagaimanapun gejolak di dunia ini, semuanya akan

dihadapi dengan pikiran yang jernih, suasana hati yang dingin, objektif, dan penuh

ketenangan. Kita tahu dalam sejarah, pergumulan nyata kalangan sufi yang

mampu menyeimbangkan antara kebutuhan nyata dan kebutuhan spiritual.12

Sangat menarik bila mengkaji banyak pengertian tentang tasawuf dengan

beragam perbedaannya. Namun begitu, dari serangkaian pengertian yang

ditawarkan para ahli,13

sekiranya ada pengertian yang telah disepakati yaitu

tasawuf adalah moralitas-moralitas yang berasaskan Islam. Dengan artian bahwa

pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat Islam, yang dikarenakan

dalam ajaran Islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral.14

B. UNSUR-UNSUR TASAWUF

Dalam perjalanannya ilmu tasawuf memasuki rentan masa yang sangat

panjang, dengan begitu ilmu ini mampu menghasilkan berbagai sistem dan

subsistem “unsur-unsur”, yang menjadikan ilmu ini mampu dijangkau oleh siapa

11

Said Agil Siroj, Tasawuf sebagai kritik Sosial: Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi

bukan Aspirasi (Bandung: Mizan, 2006), h. 49-50. 12

Ibid., h.51. 13

Menurut koleksi Ibrahim Basuni, ia telah mengumpulkan kurang lebih 40 definisi

tasawuf sampai saat ia menulis bukunya, Nas-ah al-Tasawuf al-Islam, tahun 1969., dalam A.

Rivay Siregar, Tasawuf : Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme (Jakarta: RajaGrafindo, 2002), h.

33. 14

Al-Qur‟an, surat al-Qalam; 4., dalam A. Rivay Siregar, h. 33.

Page 47: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

35

pun dan pastinya harus melewati unsur-unsur yang telah dibuat oleh para sufi

tersebut.

Adapun perkenalan dasar dengan pendekatan unsur yang dikenal dengan

sebutan Mahabbah (ajaran cinta), mempunyai pengertian yang konotasi spesifik,

yakni, rindu kepada Tuhan yang membangkitkan rasa gandrung dan rindu

menyatu kepada Tuhan. Ajaran cinta (mahabbah) merupakan pangkal tolak

pembatinan kehidupan sufi yang dalam tasawuf dilambangkan sebagai akar di

mana para pencinta belum dianggap sungguh-sungguh sebelum sampai pada

tingkat mabuk cinta dan melupakan segala-galanya, selain cinta pada Tuhan.

Unsur cinta pada Tuhan, akan membuat manusia mempunyai loyalitas dan sikap

ikhlas dalam merealisasi ubudiah “ibadah” kepada Tuhan.15

Adapun salah satu dari unsur tersebut adalah takhalli, tahalli, tajalli yaitu

suatu unsur untuk melakukan proses dalam mengupayakan dalam menyingkap

tabir “hijab” yang membatasi diri dengan Tuhan.16

Takhalli adalah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela “kekotoran hati”

dari maksiat lahir dan maksiat bathin,17

Tahalli adalah mengisi atau menghiasi diri

dengan sifat-sifat terpuji “membersihkan hati” dengan taat lahir dan taat bathin,18

Tajalli adalah merasakan akan rasa ke-Tuhanan yang sampai mencapai kenyataan

Tuhan.19

15

A. Rivay Siregar, Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme (Jakarta:

RajaGrafindo, 2002), h. 15-16 16

M Zain Abdullah, Dzikir dan Tasawuf (Solo: Qaula, 2007), h. 45. 17

Ibid,. 18

Ibid., h . 47. 19

Ibid., h . 49.

Page 48: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

36

Sedangkan unsur yang lain seperti syari‟at, thariqat, haqiqat, dan ma‟rifat

juga sebagai usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, hal ini juga sebagai cara

tingkatan sebagaimana yang dikerjaan oleh para sufi untuk dapat memasuki fase

menyempurnakan proses dalam beragama.20

Syari‟at adalah peraturan-peraturan yang telah ditentukan,

termasuk di dalamnya hukum-hukum halal dan haram, yang disuruh dan dilarang,

yang sunnah, yang makruh, dan yang mubah. Mengerjakan syari‟at itu berarti

sebagaimana mengerjakan amalan yang lahir dari segala hukum-hukum, seperti

sembahyang, puasa, zakat dan haji, berjihad di jalan Allah, menuntut ilmu

pengetahuan dan lain lain, tegasnya syari‟at itu ialah peraturan yang bersumber

dari kitab suci al-Qur‟an dan Hadits.21

Thariqat adalah cara menempuh jalan

untuk dapat terbukanya dan tersingkapnya dinding kasyaf “proses mendekatkan

diri kepada Tuhan”,22

Haqiqat adalah kebenaran sejati dan mutlak, sebagai akhir

dari semua perjalanan, tujuan segala jalan “thariqat”, karena thariqat dan haqiqat

tidak dapat dipisahkan, bahkan sambung menyambung antara satu sama lain.23

Ma‟rifat adalah mengenal Allah, jadi hal ini merupakan tujuan pokoknya.24

Adapun unsur yang lebih memiliki keunikannya, yaitu, al-Fana, al-Ittihad,

al-hulul, al-Wahdat as Syuhud, al-Isyraqiyah, Insan Kamil, dan Wahdat al-

Wujud. Yang menjadi serangkaian cara untuk mengenal Allah.25

20

Ibid.,h . 37. 21

Ibid.,h . 38. 22

Ibid.,h . 40-41. 23

Ibid.,h . 41. 24

Ibid.,h . 43. 25

A. Rivay Siregar, Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 141-210.

Page 49: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

37

Secara singkat dapat dijelaskan terhadap beberapa pengertian diatas, yaitu,

al-Fana menurut penjelasan al-Junaidi adalah hilangnya daya kesadaran qolbu

dari hal-hal yang bersifat inderawi karena adanya sesuatu yang dilihatnya. Situasi

yang demikian akan beralih karena hilangnya sesuatu yang terlihat itu dan

berlangsung terus secara silir berganti sehingga tiada lagi yang disadari dan

dirasakan oleh indera.26

Bahwa yang lebur atau fana itu adalah kemampuan dan

kepekaan menangkap yang bersifat materi atau inderawi, sedangkan materi

manusianya tetap utuh dan sama sekali tidak hancur.27

Jadi, yang hilang hanyalah

kesadaran akan dirinya sebagai manusia.28

Selanjutnya pengertian al-Ittihad sebagai kelanjutan dari al-Fana yaitu

bahwa pada saat telah dapat menyatu dengan Tuhan, sehingga Wujudiyahnya

kekal. Didalam perpaduan itulah ia menemukan hakikat jati dirinya sebagai

manusia yang berasal dari Tuhan.29

Kemudian dari paham al-Ittihad berkembang kepada pengertian al-hulul

adalah Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia

yang telah dapat membersihakan dirinya dari sifat kemanusiaannya. Sebab

manusia mempunyai sifat dasar yang ganda, yaitu sifat-sifat Ilahiyat atau lahut

dan sifat kemanusiaan atau nasut. Apabila seseorang telah dapat menghilangkan

sifat-sifat kemanusiaannya dan mengembangkan sifat-sifat Ilahiyahnya, maka

26

Ibrahim Basyuni, Nash al-Tasawuf al-Islam, Daar al-Ma`arif, Kairo, 1969; 138., dalam

A. Rivay Siregar, Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 146-147. 27

A. Rivay Siregar, Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 147. 28

Al-Qusyairi, ar-Risalahhal-Qusyairiyah, Kairo, 1966; 33., dalam Ibid,. 29

A. Rivay Siregar, Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 152.

Page 50: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

38

Tuhan akan mengambil tempat dalam dirinya dan terjadilah kesatuan manusia

dengan Tuhan.30

Dari pengertian paham al-Wahdat as Syuhud berbeda dari pengertian di

atas, yaitu, menemukan keadaan mistis Cinta Illahi, melalui latihan dan

konsentrasi batin yang teratur, maka cintanya kepada Allah semakin mendalam

dan semakin menguasai segenap relung qolbunya sehingga dapat merasakan

getaran cahaya Tuhan dan akhirnya yang dirasakan dan dilihat hanya satu yakni

Tuhan yang Esa. Kesatuan dalam hal ini bukan penyatuan dua wujud, tetapi

penyatuan dalam arti yang disaksikan hanya satu, yaitu Wujud Tuhan Yang Maha

Esa.31

Paham al-Isyraqiyah lebih tepat diartikan penyinaran atau iluminasi dalam

artian kemampuan mengidentifikasi eksistensi manusia dengan Nur al-Anwar

(Cahaya Suci).32

Menggabungkan antara rasio dan rasa dalam mengidentifikasi

eksistensi.33

Insan kamil adalah aspek (shurah) ketiga dari haqiqat al-

Muhammadiyah,34

sebagai manusia sempurna karena ia memiliki wujud positif.

Sesuatu itu sempurna atau tidak, tergantung pada proporsi wujud positif yang

dimilikinya, atau dalam proporsi terhadap jumlah atribut Tuhan yang dimiliki

melalui tajalliyat. Wujud yang paling lengkap menerima atribut Tuhan adalah

Insan Kamil atau manusia sempurna. Dia adalah wujud satu-satunya yang termuat

30

Ibid., h. 156. 31

Ibid., h. 162-163. 32

Ibid., h. 170. 33

Sokhi Huda, Tasawuf Kultural: Fenomena shalawat Wahidiyah (Yogyakarta: LKiS,

2008), h. 49. 34

Lihat Ibn Arabi, Futuhat, vol. iv: 13., dalam Ibid., h. 210.

Page 51: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

39

di dalamnya prinsip-prinsip Realitas Mutlak, sehingga manusia disebutkan

sebagai cermin yang memantulkan semua kesempurnaan Asma dan Sifat Tuhan.35

Sedangkan pengertian Wahdat al-Wujud yaitu sebagai perluasan dari

konsepsi al-Hulul adalah karena nasut yang ada dalam hulul diganti dengan khalq

(makhluk), sedang lahut mendaji Haqq (Tuhan). Khalq dan al-Haqq adalah dua

sisi bagi segala sesuatu. Aspek lahirnya disebut Khalq dan aspek yang sebelah

bathinnya disebut al-Haqq. Dengan demikian segala sesuatu yang ada ini

mengandung aspek lahir dan aspek bathin. Aspek Khalq memiliki aspek

kemakhlukan atau nasut sedangkan aspek batin atau al-haqq memiliki

sifatkeTuhanan atau lahut. Tiap-tiap yang bergerak tidak terlepas dari kedua aspek

itu, yaitu sifat ke-Tuhanan dan sifat kemanusiaan. Tetapi aspek yang terpenting

adalah aspek batinnya atau aspek al-Haqq dan aspek ini yang merupakan

hakikat/esensi dari tiap-tiap yang wujud.36

Jadi, walaupun pada lahirnya ala mini

kelihatan berbeda-beda tetapi pada tiap=tiap yang ada itu terdapat sifat ke-

Tuhanan dan pada hakikatnya Tuhanlah yang menjadi esensi sesuatu itu. Disinilah

paham kesatuan wujud diartikaan dengan bahwasannya yang Nampak dengan

indera yang penuh variasi ini, sebenarnya adalah satu. Hal ini dapat diibaratkan

seperti orang yang melihat bayangannya dalam beberapa cermin. Betapapun

banyaknya bayangan itu, tetapi orangnya adalah satu. Sebab bayangan itu tidak

mempunyai substansi.37

C. TASAWUF DAN ISLAM DI INDONESIA

35

Ibid,. 36

R.A. Nicholson, The Mistic of Islam, Routledge dan Kegan paul, London, 1966: 115.,

ibid., h. 183. 37

Ibn Arabi, Futuhat, vol. I: 604., dalam ibid., h. 183-184.

Page 52: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

40

Secara historis tasawuf telah mengalami perkembangan melalui beberapa

tahap, sejak pertumbuhan hingga keadaannya sekarang.38

Pada proses

kemunculannya Tasawuf, para sufi membawa angin segar dalam kancah

keIslaman lantaran ajaran maupun amalan yang mereka lakukan, di tengah carut

marutnya politik dan semakin merambahnya kecintaan terhadap ke duniawian.

Seiring dengan perjalanan sejarah, tasawuf yang di pelopori oleh para sufi terus

mengalami beragam perkembangan yang di tandai dengan adanya elaborasi antara

ajaran yang ada dalam falsafah dengan tasawuf.39

Pada selanjutnya munculah beberapa golongan sufi yang mengamalkan

amalan dengan tujuan pensucian jiwa dan mendekatan diri kepada Allah SWT,

para sufi yang hadir pada periode ini mulai membedakan antara pengertian-

pengertian syariah, thariqat, hakikat maupun ma’rifat. Syariat di artikan untuk

memperbaiki amalan lahir, sedang tarikat untuk memperbaiki amalan batin,

hakikat untuk mengamalkan segala rahasia yang ghaib, adapun ma’rifat

merupakan tujuan akhir dari perjalanan spiritual seorang sufi40

.

Pada tahap awal tasawuf masih berupa zuhud dalam pengertian yang

masih sederhana. yaitu sekelompok kaum muslim yang memusatkan perhatian

dan memprioritaskan hidupnya hanya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar

keuntungan akhirat. Pelopornya adalah Al-Hasan Al-bashri (w. 110 H) dan

Rabi‟ah Al-Adawiyyah (w. 185). Kehidupan atau cara “model” zuhud kemudian

berkembang, ketika kaum sufi mulai memperhatikan aspek-aspekteoritis

38

Alwi Shihab, Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf Di Indonesia

(Jakarta: Pustaka Iman, 2009), h. 48. 39

Dr. Hj. Sri Mulyati, MA, Mengenal dan Memahami Tarikat-tarikat Mu‟tabarah di

Indonesia., (Jakarta: Kencana, Oktober, 2005), h. 6. 40

Ibid,.

Page 53: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

41

psikologis dalam rangka pembentukan perilaku hingga tasawuf menjadi sebuah

ilmu akhlak keagamaan. Pembahasan luas dalam bidang akhlak mendorong

lahirnya pendalaman studi psikologis dan gejala-gejala kejiwaan serta

pengaruhnya bagi perilaku. Pemikiran-pemikiran yang lahir selanjutnya terlibat

dalam masalah-masalah epistimologis, masalah-masalah ini berkaitan langsung

dengan pembahasan mengenai hubungan manusia dengan Allah Swt. Sehingga

lahir konsepsi-konsepsi seperti fana‟ yang dipelopori oleh Abu Yazid Al-

Busthami (w. 261). Tasawuf kemudian menjadi sebuah ilmu yang sebelumnya

hanya berupa ibadah-ibadah praktis. Dengan munculnya tokoh sufi seperti Al-

Junaid, sari al-Saqhati dan Al-kharraz yang memberikan pengajaran dan

pendidikan kepada para murid dalam bentuk jamaah. Untuk pertama kali dalam

Islam terbentuk tarekat yang kala itu merupakan semacam lembaga pendidikan

yang memberikan pengajaran teori dan praktik kehidupan sufistik, kepada para

murid dan orang-orang yang berhasrat memasuki dunia tasawuf.41

Kemudian muncul Al-Ghazali sebagai penentang ajaran tasawuf yang

bertentangan dengan ajaran al-Qur‟an dan Sunnah dalam sebuah upaya

mengembalikan tasawuf pada status semula sebagai jalan hidup zuhud,

pendidikan jiwa dan pembentukan moral. Pemikiran-pemikiran yang

diperkenalkan al-Ghazali dalam bidang tasawuf dan makrifat sedemikian

mendalam dan belum pernah dikenal sebelumnya. Dia merupakan kritik-kritik

tajam terhadap berbagai aliran filsafat, dalam orientasi-orientasi umum dan

41

Alwi Shihab, Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf Di Indonesia,

h. 48-49.

Page 54: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

42

rincian-rincian yang dikembangkannya berbeda dengan konsepsi-konsepsi Al-

Hallaj dan Al-Busthami. Tasawuf semacam ini disebut tasawuf Sunni.42

Sejak tampilnya Al-Ghazali, pengaruh tasawuf Sunni mulai menyebar di

dunia Islam. Bahkan muncul tokoh-tokoh sufi terkemuka yang membentuk tarekat

untuk mendidik para murid, seperti Syaikh Ahmad Al-Rifa‟I (w. 570 H) dan

Syaikh „Abd Al-Qodir Al-Jailani (w. 651 H) yang sangat terpengaruh oleh garis

tasawuf Al-Ghazali.43

Sementara itu, muncul sejumlah sufi yang berorientasi pada ajaran filsafat,

antara lain, Suhrawardi Al-Maqtul, tokoh ilmu huduri dan presensial (w. 587 H),

Al-Syaikh Al-Akbar, Ibn „Arabi (w. 638 H), dalam aliran tasawuf yang

bekembang adalah pantheisme (wahdah al-wujud) yang mengarahkan tasawuf

pada “kebersatuan” dengan Allah Swt. Perhatian para sufi ini tidak tertuju pada

selain taraf spiritual ini, sedangkan aspek praktik nyaris terabaikan.

Perkembangan tasawuf akhirnya berlangsung di bawah pengarus para sufi ini, ia

menjadi terkait amat luas dengan filsafat, terutama aspek-aspek ontology dan

epistemology. Aliran seperti mencapai puncaknya pada pemikiran Ibn “Arabi

yang berhasil membangun pilar tasawuf di atas prinsi-prinsip filsafat yang kukuh

dalam sebuah visi kesatuan yang paripurna.44

Dengan munculnya aliran tersebut, tasawuf terbagi menjadi dua. Pertama,

tasawuf sunni yaitu tasawuf yang berwawasan moral praktis dan bersandarkan

kepada Al-Qur‟an dan sunnah dan kedua, Tasawuf Falsafi yaitu tasawuf yang

42

Ibid., h. 49-50. 43

Ibid., h. 50. 44

Soerono, Indonesia di Tengah-tengah Dunia, vol. I, cet. Vii, Jakarta: 1962, h. 5. Dalam

Ibid., h 51.

Page 55: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

43

menggabungkan berbagai aliran mistik dari lingkungan di luar Islam. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kecenderungan filosofis itu terjadi karena adanya dan

terciptanya peluang yang menginteraksikan aliran-aliran mistik, baik sebagai

akibat dari penerjemah maupun berkat ekspansi Islam di Negeri-negeri yang

memiliki kecenderungan mistik, seperti India dan Persia. Bahkan, mereka para

sufi yang terbilang tokoh terkemuka dalam tasawuf falsafi adalah orang-orang

yang berasal dari kedua wilayah ini. Akibatnya, berkembang konsepsi-konsepsi

dalam tasawuf, seperti fana‟, al-ittihad, al-hulul, dan wahdah al-wujud yang

menurut sementara kalangan agak sulit menemukan dasar-dasarnya dalam ajaran

Islam.45

Mengakui adanya sumber Islam dalam tasawuf tidak lantas berarti

mengingkari pengaruh sumber-sumber asing. Akan tetapi, yang dimaksudkan

adalah meletakkan pengaruh tersebut pada proporsi yang sebenarnya dan tidak

dibesar-besarkan. Sebab, tasawuf pada dasarnya adalah “rasa” pengalaman, dan

jiwa yang bersifat universal. Oleh karena itu, bisa saja suatu pengalaman

ditemukan sama meski tidak ada kontak satu sama lain. Kenyataan dalam hal ini

membuktikan kesatuan pengalaman spiritual walaupun dengan penafsiran dan

ekspresi yang berbeda sesuai dengan kebudayaan yang bersangkutan, lalu perlu

diidentifikasi nilai dan kadar pengaruh tersebut dan memperlihatkan keterbukaan

Islam terhadap budaya lain.46

dengan begitu tasawuf mampu memasuki dimensi

yang memisahkan Islam dan kebudayaan di suatu Negara yang belum dimasuki

oleh Agama Islam.

45

Alwi Shihab, Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf Di Indonesia,

h. 51-52. 46

Ibid., h.53.

Page 56: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

44

Dari sinilah kemudian tasawuf menjelmakan dirinya dalam proses

perkembangan agama Islam yang ada di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi

bahwa terdapat kesepakatan di kalangan sejarawan, peneliti, orientalis dan

cendekiawan Indonesia bahwa tasawuf adalah faktor terpenting bagi tersebarnya

Islam secara luas di asia tenggara.47

adapun perbedaan perihal tasawuf yang

diajarkan antara tasawuf sunni atau tasawuf falsafi, tidak menjadi hal yang

mendasar bagi perselisihan itu. Toh, pada dasarnya ajaran tasawuf lah yang mulai

dari awal menjadi bagian penetrasi dakwah bagi pertumbuhan dan perkembangan

Islam di Indonesia.

Proses Islamisasi itulah yang menjadi adigium besar bagi tumbuh dan

berkembangnya tasawuf di Indonesia, tidak terlalu berlebihan bila mengatakan

bahwa tersebarnya luasnya Islam di Indonesia, sebagian besar adalah karena jasa

para sufi.48

Dengan begitu Sejak masuknya Islam di Indonesia telah tampak unsur

tasawuf mewarnai kehidupan keagamaan masyarakatnya, bahkan hingga saat ini

pun nuansa tasawuf masih tampak menjadi bagian tak terpisahkan dari

pengalaman keagamaan sebagian kaum musliminnya.49

Para pelopor dakwah di Indonesia, pertama-tama memperkenalkan tauhid

kepada orang-orang kala itu yang masih menganut Hindu-Buddha. Setelah mereka

memeluk islam para da‟I menunjukkan cara terbaik mengaktualisasikan diri

dalam proses transformasi spiritualitas dan moralitas keagamaan. Melalui

47

Ibid., h.57. 48

A.H. John, Islam in South East Asia, London, 1965: 166., dalam A. Rivay Siregar,

Tasawuf : Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 215. 49

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 1.

Page 57: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

45

keteladanan yang baik, pendidikan dilancarkan agar terbentuknya sifat-sifat

terpuji dan kemampuan melepaskan diri dari sifat-sifat tercala. Meskipun para

da‟I tidak memproklamasikan aliran tasawufnya, dalam melaksanakan dakwah

mereka namun sebenarnya mereka mempraktikan tradisi dalam tasawuf, sebab

tasawuf mengarahkan pada moralitas agama.50

hal demikian yang telah dilakukan

penyebar Islam awal di Indonesia yaitu wali songo dan Syekh Siti Jenar.51

Layak diketahui bahwa Wali songo tidak dikenal sebagai sufi karena

istilah itu belum popular di kalangan orang-orang Indonesia kecuali pada tahun-

tahun belakangan. Itu pun terbatas pada kalangan intelektual. Di kalangan

masyarakat umum istilah yang lebih dikenal adalah istilah wali yang dalam

pengertian orang Indonesia tidak berbeda dengan konotasinya dalam bahasa arab.

Ini membuktikan bawasannya mereka adalah sufi.52

Perkembangan Islam yang pada umumnya diketahui adalah digerakkan

oleh ulama yang telah disebutkan di atas, dikenal dengan sebutannya wali songo

atau wali Sembilan. Dari sebutan itu saj sudah cukup beralasan untuk

mengatakan, bahwa mereka adalah penghayat tasawuf yang sudah sampai pada

derajat wali “sufi”. Bukti ini diperkuat lagi oleh hikayat jawa (babad jawa) yang

mengisahkan drama pertentangan antara sunan giri dan sunan kalijaga di satu

pihak melawan Syekh Siti Jenar di pihak lain, adalah petunjuk yang kuat

bagaimana kehidupan tasawuf yang berkembang pada masa itu. Para wali itu

bukan saja berperan sebagai penyiar islam, tetapi mereka juga ikut berperan kuat

50

Alwi Shihab, Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf Di Indonesia,

h. 59. 51

Sri Mulyati, h.7-11. 52

Alwi Shihab, Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf Di Indonesia,

h. 59-60.

Page 58: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

46

pada pusat kekuasaan kerajaan dan karena posisi itu mereka mendapat gelar

susuhanan yang bisa disebut Sunan. Dari peran itu mereka “meminjam”

menggunakan sedikit kekuasaan kerajaan dalam menyebarkan dan memantapkan

ajaran islam sesuai keyakinan sufisme yang dianut.53

Pada generasi Islamisasi. Mungkin, bisa dibilang banyak penyebar Islam

di Indonesia yang bernafaskan tasawuf tapi sedikit yang tercatat, di sumatera

melahirkan cukup banyak ulama tasawuf,54

diwakili oleh Hamzah Fansuri,

Syamsudin Sumatrani, Nuruddin al-Raniri, „Abd Rauf Singkel, „Abd al-Shamad

al-Palembangi, Ismail al-Minangkabawi, dan „Abd al-Wahhab Rokan. Dari

Kalimantan diwakili oleh Muhammad Nafis al-Banjari, dan Ahmad Khatib

Sambas. Dari pulau jawa, yaitu oleh Syekh „Abdal-Karim dari Banten, KH. A.

Shohibulwafa Tajul „arifin dari Tasikmalaya, Syekh Muslih ibn „Abd al-Rahman

dari mrengen, Jawa tengah, KH. Romly Tamim dari Jombang, dari Indonesia

Timur diwakili oleh sekh Yusuf al-Makassari.

Orientasi tasawuf di Indonesia Nampak kental bila ditelisik dari sekian

banyak naskah-naskah lama yang berasal dari Sumatra, baik yang ditulis dalam

bahasa arab maupun bahasa melayu. Hal ini menunjukkan bahwa pengikut

tasawuf menjadi unsure yang cukup dominan dalam masyarakat pada masa itu.

Kenyataan lain dapat pula ditunjuk dari bagaimana peran ulama dalam struktur

kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam di Aceh sampai pada masa Wali Songo di

53

A. Rivay Siregar, Tasawuf : Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 218. 54

Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka, h.73-200.

Page 59: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

47

Jawa. Kepemimpinan Raja atau sultan selalu didampingi dan didukung oleh

kharisma ulama tasawuf.55

Para pelaku tasawuf atau sufi dari awal hingga di Indonesia

memperkenalkan ajaran tasawufnya juga dengan beragam polemik yang terjadi

dan berkepanjangan, akan tetapi hal itu tidak menjadi pokok yang dipertentangkan

oleh masyarakat. Hanya saja menjadi tugas dan kewajiban dalam penyelesaiannya

pada tahap level intelektual sufi pada waktu itu.

Proses bergulirnya waktu yang menggiring semuanya sampai pada ruang

gerak selanjutnya, hal ini diteruskan oleh kalangan pesantren. Warna sufisme

jelmaan dari ajaran tasawuf pun kental terlihat dari nilai anutan mereka yang

didominasi ajaran tasawuf al-Ghazali yang bernafaskan aliran tasawuf

Sunni.56

tidak tertutup juga ditemukan literatur tasawuf-falsafi, seperti Insan Kamil

karya Abdul Karim al-Jili serta Futuhat al-Makkiyah dan Fusus al_Hikam karya

Ibn `Arabi.57

Dari kalangan pesantren, kemudian tasawuf menjelma menjadi sebuah

bentuk kegiatan jamaah yang mempunyai sruktur serta hirarki sebagaimana

layaknya sebuah kumpulan masyarakat yang terorganisir, inilah saat yang disebut

muculnya tarikat di Indonesia. Tidak cukup sampai disini perkembangannya

diambil alih oleh jamaah juga yang dipelopori oleh para ulama yang lebih

memperluas gerak dakwah Islam dan terorganisir lebih structural berakar.

Gerakan dakwah ini bukan saja pada satu ajaran yang bersifat tasawuf akan tetapi

55

A. Rivay Siregar, Tasawuf : Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 215. 56

LP3ES, Profil Pesantren, 1974: 35, dalam A. Rivay Siregar, Tasawuf : Dari Sufisme

Klasik ke Neo-Sufisme, h. 218. 57

Ibid., h. 218-219

Page 60: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

48

memiliki wadah yang didalamnya terdapat ajaran tasawufnya, masyarakat yang

ternaungi dalam ajaran ini dibebaskan dalam memilih ajaran tasawuf yang sudah

ada dan telah ditentukan oleh organisasinya, bila disebut secara simplisit dengan

sebutan organisasi keagamaan.

Dalam kaitan dengan di atas, hal ini disebutkan sebagai reformasi tasawuf

di Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam yang mendukung

dan penghayat ajaran tasawuf. NU cukup berhati-hati dalam meletakkan ajaran

tasawufnya demi menghindari penyimpangan dari ajaran tasawuf sufi terdahulu,

maka NU meletakkan dasar-dasar tasawufnya sesuai dengan khittah aswaja

(Ahlussunnah wal Jama`ah) dalam hal ini Nu membina keselarasan antara tasawuf

al-Ghazali dengan tauhid Asy`ariyah dan maturidiyah serta hokum fiqh sesuai

dengan salah satu mazhab sunni yang empat. Sedangkan dalam aspek tarekat

sebagai aspek lembaga, NU juga memiliki lembaga yang diberi nama Jam`iyyah

Thariqoh Mu`tabaroh, yang bersumber dari tasawuf junaid al-Baghdadi.58

Dengan

demikian NU menganut tasawuf, bertasawuf dan pada fase perkembangannya

ingin membumikan tasawuf di Indonesia.59

Dengan demikian, Nampak jelas kaitan antara tasawuf dan Islam di

Indonesia, dalam prosesnya memiliki nuansa yang kental dan sangat kuat.

Meskipun terdapat sekelumit polemik perihal yang diajarkan, antara tasawuf sunni

dan tasawuf-falsafi. Dengan kehadiran dua aliran tasawuf yang berbeda haluan

ini, bahwa bernar telah terjadi tarik-menarik sehingga menjadi sebuah polemik,

58

A. Rivay Siregar, Tasawuf : Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 220-221. 59

KH. Abdurrahman Wahid, kata pengantar, dalam Syamsun Ni‟am, The Wisdom Of KH

Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf (Surabaya: Erlangga, 2006), h. xv-xvi.

Page 61: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

49

akan tetapi keduanya saling menguatkan argumen ajarannya masing-masing.60

sehingga hal itu tidak menjadi bagian yang merusak proses Islamisasi tapi lebih ke

proses menerima perbedaan sehingga menjadi warna yang unik dan fleksibel,

dimana Islam bisa diterima oleh masyarakat Islam, dari awal hingga sampai saat

ini.

Memang di Indonesia memiliki corak dalam tasawuf yang disebutkan di

atas, yakni antara tasawuf sunni dan tasawuf falsafi. Akan tetapi apabila

dibandingkan antara kedua konsep tasawuf tersebut, ada sejumlah kesamaan yang

prinsipil disamping perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar. Kedua aliran ini

sama-sama mengakui ajarannya bersumber dari al-Qur‟an dan sunnah serta sama-

sama mengamalkan Islam secara konsekuaen. Benar adanya semua sufi dari aliran

manapun adalah orang-orang yang zahid dan`abid serta mementingkan kesucian

rohani dan moralitas. Sedangkan perbedaan yang jelas di antara kedua aliran ini,

nampaknya terletak pada tujuan yakni maqom tertinggi yang dapat dicapai

seorang sufi. Akan tetapi pada tujuan akhirnya , kedua aliran sama-sama ingin

memperoleh kebahagiaan yang haqiqi, kebahagiaan yang bersifat spiritual.

Dimaksudkan terciptanya komunikasi langsung antara sufi dengan Tuhan dalam

posisi seakan tiada jarak lagi antara keduanya.61

Dalam memberi makna terhadap posisi “dekat tanpa jarak” ini terdapat

perbedaan mendasar antara kedua aliran ini. Tasawuf sunni berpendapat, bahwa

antara makhluk dengan Khalik tetap ada jarak yang tak terjembatani sehingga

tidak mungkin jumbuh karena keduanya tidak seesensi. Lain halnya dengan

60

Sokhi Huda, Tasawuf Kultural: Fenomena shalawat Wahidiyah (Yogyakarta: LKiS,

2008), h. 79. 61

A. Rivay Siregar, Tasawuf : Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, h. 55.

Page 62: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

50

tasawuf falsafi dengan tegas mengatakan manusia seesensi dengan Tuhan karena

manusia berasala dan tercipta dari esensi-Nya. Oleh karena itu, keduanya dapat

berpadu apabila kondisi untuk itu telah tercipta.62

Dengan begitu, tasawuf tidak pernah terlepas dari pergerakan fase zaman

yang terus bergerak maju dan dinamis. Ia menjelmakan dirinya sebagai sesuatu

yang layak, diterima dan bisa dipelajari semua kalangan.

62

Ibid., h. 55-56.

Page 63: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

51

BAB IV

AJARAN TASAWUF GUS DUR

A. TASAWUF DALAM BERAGAMA

Dalam sejarah pemikiran tercatat bahwa tidak ada satu pun pemikiran

yang lahir begitu saja di luar konteks ruang dan waktu di mana pemikiran itu

tumbuh.1Setiap corak pemikiran akan mencerminkan produk zamannya yang

terikat oleh dimensi ruang dan waktu, serta hal-hal yang berpengaruh di

dalamnya, sehingga pemikiran itu menjadi sintesis antara kesinambungan dan

perubahan.2 Hal itu juga menjadikannya potensi, bagi sebuah proses pembaruan

yang orisinal dan sesuai dengan zamannya.

Berkaitan dengan ajaran tasawuf Gus Dur, proses pembentukan ajarannya

tidak asal jadi, melainkan melalui proses ruang dan waktu yang sangat panjang,

bahkan sejak masih di pesantren Gus Dur sudah dikenalkan dan bergesekan

dengan dunia Tasawuf.

Gus Dur paham betul terhadap problematika tasawuf dari segi ilmu

maupun praktiknya. Misalnya di Indonesia, ia dengan tegas menyatakan

perbedaannya dengan Alwi Shihab, sangat jelas sekali dalam mengkritik buku

yang telah ditulisnya, meskipun hal ini dilakukan Gus Dur dalam memberikan

kata pengantar buku yang ditulis Alwi Shihab. Berikut pernyataannya3:

1 KH. Muchit Muzadi, Wawancara, Jember: Ahad, 11 Maret 2001., Gus Nur Faqih,

wawancara, Jember: selasa, 5 juni 2001, dalam Syamsun Ni’am, The Wisdom Of KH Achmad

Siddiq: Membumikan Tasawuf (Surabaya: Erlangga, 2006), h. 35. 2 Mujammil Qomar, NU “Liberal”: Dari Tradisionalisme Ahlussunnah ke Universalisme

Islam (Bandung: Mizan, 2002), h. 40. dalam Syamsun Ni’am, The Wisdom Of KH Achmad

Siddiq: Membumikan Tasawuf (Surabaya: Erlangga, 2006), h. 35. 3 Abdurrahman Wahid, ed., Bagus Darmawan, Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat,

(Jakarta: Kompas, 2007), h. 103-104.

Page 64: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

52

Dalam buku itu, Alwi Shihab memaparkan bahwa penyebaran Islam di negeri ini

dilakukan antara lain oleh kaum ulama pesantren. Mereka menggunakan tasawuf sunni

sebagai pegangan dalam penyebaran agama Islam, semenjak beberapa abad lalu. Dengan

tasawuf tersebut, mereka melawan pandangan kaum kebatinan, yang dalam budaya Jawa

dikenal dengan nama kejawen. Sebagai bukti sejarah atas penentangan mereka itu,

disebutkan Syekh Siti Jenar (tanah merah atau lemah abang) sebagai orang yang

menyimpang dari tasawuf sunni di atas, dan karena itu dihukum mati oleh para wali

songo (wali sembilan). Mereka yang mengikuti pandangan itu, pada akhirnya

mengembangkan paham kebatinan/kejawen di negeri kita.

Penulis menolak anggapan ini, karena memang legenda hukuman mati atas

tokoh tersebut memang dapat ditafsirkan dari sudut pandang yang berbeda-beda. Penulis

mempunyai anggapan lain, yang tentu merupakan penafsirannya sendiri atas “kejadian”

tersebut. Dengan mengetahui perbedaan pandangan itu. Penulis yakin kekayaan kita akan

sejara pemikiran di negeri ini akan semakin berkembang.

Penulis melihat kejadian itu dari sudut pandang yang berbeda. Jika Alwi Shihab

menganggap para ulama di negeri kita itu menentang kebatinan/kejawen, berarti para

ulama itu menentang salah satu bentuk wihdatul wujud (pantheisme, manunggaling

kawula Gusti), maka penulis memiliki anggapan lain. Dalam pandangan penulis,

hukuman mati yang dijatuhkan wali songo atas Syekh Siti Jenar, bukanlah karena beliau

berpaham wihdatul wujud, seperti yang telah dijelaskan di atas. Melainkan karena sebab

lain, beliau mengajarkan paham itu kepada banyak orang, termasuk kaum awam. Menurut

penulis, “dosa” Syekh Siti Jenar bukan terletak pada penerimaan beliau pada wihdatul

wujud, melainkan dalam “sikap gegabah beliau dalam mengajarkan paham tersebut di

kalangan orang kebanyakan”. Karena itulah, kaum penganjur tarekat selalu menjalankan

syariat sebelum bertasawuf.

Gus Dur beranggapan ulama tradisionalis di Indonesia banyak mengambil

ajaran wihdatul wujud itu bagi diri mereka sendiri, karena mereka sudah

menguasai syariat, yang dalam hal ini berbentuk fikih. Dengan kata lain, mereka

menolak penyebaran pantheisme atau wihdatul wujud tersebut di kalangan orang

awam, tetapi bagi kepentingan mereka sendiri, mereka juga menjalankan paham

tersebut secara tertutup. Ajaran wihdatul wujud yang digunakan itu terutama

adalah wihdatul syuhud (ajaran mengetahui sesuatu sebelum terjadi, dalam bahasa

Jawa di kenal dengan nama weruh sadurunge winarah). Hal demikian di perkuat

antara lain dalam sikap almarhum K.H. Hasyim Asy’ary, pendiri Nahdlatul Ulama

(NU). Beliau menolak dirayakannya ulang tahun kematian beliau (haul) di Tebu

Ireng, Jombang, tiap setahun sekali. Beliau mengetahui dengan tepat bahwa suatu

saat beliau akan disucikan. Kalau ini yang terjadi, tentu disebabkan oleh ketidak

Page 65: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

53

mengertian orang awam terhadap “kesaktian” yang dimiliki. Tentunya hal

demikian sangatlah berbahaya, karena beliau lalu dianggap sebagai perwujudan

Tuhan dalam kehidupan, yang tak lain dan tak bukan adalah konsekwensi

mengajarkan paham pantheistik itu di kalangan orang banyak, yang memang

merupakan bahaya bagi ajaran Islam. Bagaimana pun saktinya seseorang itu,

tidaklah patut ia menjadi Tuhan, karena dia adalah seorang hamba belaka.4

Dengan menggunakan pandangan di atas, dapat dilihat bahwa kaum ulama

tradisionalis kita tidak menolak ajaran wihdatul wujud itu, melainkan dilarang

penyebarannya secara gegabah. Jadi dengan demikian, antara kaun syara’ dan

kaum kebatinan memang berbeda, tetapi tidak bertentangan. Dengan kata lain

pula, bahwa tidak bertentangan. Dengan kata lain pula, bahwa tidak ada

pertentangan prinsipil antara kaum wihdatul wujud dan kaum syariat yang

menggunakan referensi fikih. Ini semua, tentu membawa konsekwensi-

konsekwensi bagi perkembangan tradisi demokratisasi di negeri kita.5

Dalam sebuah kata pengantar buku, Gus Dur menyatakan bahwa

seharusnya tasawuf harus menjadi milik semua kaum Muslimin, sebagaimana

mereka juga harus bertauhid dan berFikih. Maka tasawuf harus benar-benar

menjadi character building bagi rata-rata kaum Muslimin dalam menghadapi

dampak negatif dari arus modernisasi. Sekiranya pendekatan sufistik juga dapat

dijadikan alat dalam mengatasi problem besar bangsa ke depan.6

4 Abdurrahman Wahid, ed., Bagus Darmawan, Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat,

h. 105. 5 Abdurrahman Wahid, ed., Bagus Darmawan, Gus Dur Menjawab Kegelisahan rakyat,

h. 105-106. 6 KH. Abdurrahman Wahid, kata pengantar, dalam Syamsun Ni’am, The Wisdom Of KH

Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf (Surabaya: Erlangga, 2006), h. xv-xvi.

Page 66: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

54

Mengenai posisi wahidiyah sebagai gerakan tasawuf, dan bukan gerakan

tarekat juga dinyatakan oleh Gus Dur. Pada 1974 Gus Dur diminta oleh LIPI

untuk menyelidiki keadaan kehidupan orang-orang yang menjalani kehidupan

tasawuf di Indonesia. Dari hasil penelitiannya, Gus Dur berkesimpulan bahwa

orang yang menjalani kehidupan tasawuf di Indonesia dapat dibagi menjadi dua,

pertama, orang yang bertasawuf akhlaknya, seperti warga Muhammadiyah.

Mereka dapat saja bertasawuf meskipun tidak menjadi anggota gerakan tasawuf

mana pun. Kedua, orang yang menjadi anggota gerakan tasawuf. Kelompok kedua

ini dibagi menjadi dua golongan: a. anggota tarekat (ada 45 tarekat mu`tabarah)

dan b. anggota gerakan tasawuf tertentu, namun bukan tarekat. Di sini Wahidiyah

masuk dalam kategori yang kedua karena mengajak manusia kembali kepada

Allah dengan seruan Fafirru Ilallah.7

Gus Dur memang diakui banyak kalangan memiliki fenomena spiritual

yang langka dibanding kiai-kai lain di Jawa, karena harus muncul dalam gebrakan

sejarah yang penuh warna. Dari sosoknya sebagai budayawan, seniman, kiai,

politisi, pemikir, pembaharu, dan seorang yang mampu mengangkat khazanah

tradisional dalam dialog kosmopolitan yang aktual. Dan spirit yang membawa

sosoknya sedemikian kuat itu, dilandaskan pada spiritualitas yang sangat kaya

dengan kebebasan, kemerdekaan, penghargaan kemanusiaan, sekaligus askestisme

yang tersembunyi dalam jiwanya: Dunia Sufi. Sufisme Gus Dur yang selama ini

hanya difahami oleh masanya, melalui kebiasaan ziarah ke makam para wali,

ungkapan-ungkapan yang kontroversial, dan spontanitasnya yang inspiratif, serta

7 Sokhi Huda, Tasawuf Kultural: Fenomena shalawat Wahidiyah (Yogyakarta: LKiS,

2008), h. 78.

Page 67: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

55

garis keturunan seorang Ulama dan wali yang terkenal, Hadhratusy Syeikh

Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Namun, laku Sufistik Gus Dur justru terletak pada

sikap dan konsistensinya terhadap nilai-nilai tasawuf yang sama sekali tidak

terpaku pada simbolisme tasawuf sebagaimana gerakan kaum Sufi modern saat

ini.8

Harmoni dan toleransi menjadi bagian penting dalam sikap dan tindakan

Gus Dur dalam Islam, sikap seperti inilah yang sering dilakukan kaum sufi.

Kepentingannya bukan untuk dirinya sendiri akan tetapi demi kemanusiaan

seutuhnya.9

Gus Dur menyatakan bahwa agama itu pandangan terhadap sesuatu yang

dasarnya itu moral, baik itu moral keTuhanan, Moral sosial, dan lain sebagainya.

Hal ini tentu saja tidak berbeda jauh dengan ajaran tasawuf, memberikan

pengertian terhadap agama.10

Bagi Gus Dur, sebagai manusia agar dapat menselaraskan kebenaran

Tuhan dan agama, ia mengajarkan bahwa jalan menuju Tuhan, perjuangan sosio-

kultural untuk membangun sistem yang mensejahterakan rakyat (hablum

minannas) secara keseluruhan merupakan jalan tertinggi dan lebih cepat sampai

kepada Tuhan daripada melalui jalan ritual-individualistik (hablum minallah)

semata. Oleh karena itu, sebagaimana kita tahu Gus Dur perlunya umat Islam

segera melengkapi sistem Rukun Iman dan Rukun Islam yang sudah sangat

mapan itu dengan merumuskan dan mengajarkan Rukun Sosial yang masih sangat

8 Muhammad Luqman Hakim, Di balik Sarung Presiden: Pledoi sufi dari matador

Hingga Kalijogo (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 2001), h. 97-99. 9 M. Hanif Dhakiri, 41 warisan Kebesaran Gus Dur, h. 86.

10 Argawi kandito, Ngobrol Dengan Gus Dur Dari Alam Kubur (Yogyakarta; Pustaka

Pesantren, 2010), h. 81-83.

Page 68: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

56

rapuh di kalangan umat Islam. Dengan kata lain, baginya merekomendasikan

suatu rekontruksi sistem etika sosial dalam Islam dan memberikan status sejajar

atas Rukun Iman dan Rukun Islam, dapat menjadi Rahmat bagi manusia yang

beragama.11

Seperti dikatakan Abdul Karim ibn Hawazin al-Qusyairi dalam kitabnya

ar-Risalah al-Qusyairiyah, seorang sufi adalah mereka yang melihat alasan-alasan

untuk memaafkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Sufi adalah seperti bumi,

selalu bersikap baik terhadap keburukan yang dicampakkan kepadanya, namun

tidak menumbuhkan apapun selain kebaikan. Sufi juga seperti awan, memberikan

keteduhan kepada semua makhluk, dan seperti air hujan, mengiri segala sesuatu.

Dalam banyak kasus, Gus Dur seorang sufi. Ia seorang pemaaf, meski kepada

musuh yang sangat jahat sekalipun. Gus Dur sering dicaci, dituduh zionis, murtad

karena membela non-muslim, dan sebagainya. Meski demikian Gus Dur tidak

pernah kecil hati, juga tidak menaruh dendam. Meski sering dipuji pun tetapi tidak

pernah sombong. Itulah ajaran tasawuf dalam beragama, begitulah sifat seorang

sufi sejati.12

Hal yang amat tidak disukai oleh Gus Dur manakala menjadikan agama

sebagai industri ekonomi maupun politik. Agama yang sakral, memang harus

dijaga oleh politik, tetapi politisasi, apalagi menciptakan agama sebagai dagangan

bisnis adalah melukai agama itu sendiri. Agama menjadi murah, dan agama

menjadi duniawi, bahkan agama ditukar dengan kepentingan nafsu yang sangat

11

M Jadul Maula, Metode Gus Dur, “kata pengantar” dalam, Argawi kandito, Ngobrol

Dengan Gus Dur Dari Alam Kubur (Yogyakarta; Pustaka Pesantren, 2010), h. xv-xvii. 12

M. Hanif Dhakiri, 41 warisan Kebesaran Gus Dur, h. 85-86.

Page 69: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

57

memuakkan.13

Dengan tasawuf, nafsu harus ditundukkan bahkan ditekan agar

dapat mengalahkannya. Begitulah Gus Dur dengan ajarannya mampu menjadikan

agama sebagai sesuatu yang pantas untuk dijunjung tinggi, bahkan dengan agama

lain pun mampu menjaga koridor toleransi, itulah tasawuf bersama-sama menuju

Tuhan Yang Esa.

B. TASAWUF DALAM BERNEGARA

Gus Dur menggunakan berbagai macam metode untuk menjelaskan

pemikirannya dan nampak itu sangat sulit untuk diidentifikasi, ia tidak lagi

berkecimpung dalam diskursus yang bersifat intelektual, ketika hal itu sudah tidak

mampu lagi menjawab persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia.

Kemudian, Gus Dur malah pergi ke kuburan, meskipun dianggap risih oleh

sebagian kalangan tasawuf sekalipun. Ia berziarah ke kuburan orang-orang yang

dianggap wali di zaman pra-Islam dan itu disuarakannya secara terang-terangan

ke hadapan publik. Boleh jadi, Gus Dur melakukan itu sebagai salah satu bentuk

pencarian kegelisahan batinnya dan untuk memperoleh inspirasi di sana. Hal ini

bisa saja di artikan macam-macam, baik oleh Gus Dur sendiri ataupun orang lain.

Memang tidak banyak orang yang mampu memahaminya. Yang mesti jadi

catatan, Gus Dur adalah tipe orang yang tidak dapat mendiamkan kegelisahan-

kegelisahan dan ia selalu ingin mencari jawabannya. Jawaban itu mungkin tidak ia

temukan di forum-forum diskusi, tapi justru di tempat-tempat seperti kuburan,

13

Ibid., h. 52.

Page 70: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

58

kalau sudah menggunakan metode ini, sulit bagi kita untuk menerima maupun

menolaknya.14

Cara berfikir Gus Dur dalam ajaran tasawuf memang sangat

mengutamakan rasa dan penghayatan terhadap yang ghaib, sehingga tidak heran,

jika Gus Dur kerap mengaku dapat berkomunikasi dengan roh-roh yang ghaib.

Menurut Martin van Bruinessen dalam bukunya mengenai Tarekat

Naqsyabandiyah di Indonesia, orang dapat berhubungan secara barzakhi itu wajar.

Dalam buku al-Munqidz min al-Dlalal, al-Ghazali mengatakan, kalau orang sudah

mencapai fana’ dan kasyaf, maka ia dapat dan biasa bertemu dengan para malaikat

dan roh-roh para nabi.15

Kaitan dunia kesufian Gus Dur dengan Negara, ia mampu menjelaskan

dan memasukkan tasawuf yang selalu bergesekan dengan cara dalam bernegara,

seperti halnya antara kaitan demokratisasi dan Islam di satu sisi, dan antara

kebatinan dan demokratisasi di pihak lain. Kini, yang tampak hanyalah bisingnya

masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pergesekan antara demokrasi dan

Islam, yang mungkin ditimbulkan karena kebisingan internal dalam pemikiran

Islam sendiri.16

Gerakan Islam itu pada mulanya tampak telah mencapai kebuntuan. Ini

terlihat antara lain, dalam kenyataan bahwa gerakan Islam telah mencapai kepada

keberhentian tuntutan negara Islam atau tuntutan pelaksanaan ajaran Islam secara

formal dalam ideologi negara. Perjuangan ini di negara Indonesia yang

14

Djohan Efendi, Sang Humanis, dalam. INCReS, Beyond The Symbols, h. 54-55. 15

Simuh, Jembatan Dunia Sufi dan Modern, h. 230-231. 16

Abdurrahman Wahid, ed., Bagus Darmawan, Gus Dur Menjawab Kegelisahan rakyat,

h. 107.

Page 71: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

59

merupakan negara kita telah berakhir pada kebuntuan yang ditimbulkan oleh

berhentinya piagam Jakarta pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian,

seluruh gerakan Islam di Indonesia mengacu pada pancasila sebagai ideologi

negara. Namun, dalam kenyataannya, justru upaya menyelaraskan syariat Islam

pada pancasila memberikan nafas baru dalam dialog antara Islam dan ideology

tersebut. NU dengan salah satu hasil muktamarnya menyatakan bahwasannya

merumuskan Islam sebagai moralitas pendidikan dan ajaran. Dengan begitu, NU

tidak dapat menerima Islam sebagai sesuatu yang ideologis dalam kiprahnya. Hal

ini, tentu saja tidak dapat diterima oleh gerakan-gerakan lain dalam Islam di

negeri ini. Mereka memiliki pengertian masing-masing mengenai hubungan

antara pancasila dan Islam. Di antara mereka bahkan ada pendapat, bahwa islam

haruslah terkait dengan politik atau ideologi. Kalau islam tidak menyangkut

ideology maka gerakan yang demikian itu bukanlah gerakan Islam. Ini berarti

formalisasi ajaran agama dalam kehidupan bernegara. Dalam hal ini, persoalan

utama bagi Gus Dur adalah bagaimana membuat Islam memperjuangkan

demokrasi dalam rangka pengembangan paham masyarakat untuk

mengembangkan demokrasi. Negara haruslah melayani semua pihak, karenanya

islam tidak perlu diformalkan dalam kehidupan bernegara. Cukup apabila warga

Negara memperjuangkan sumbangan dan peranan Islam secara informal dalam

pengebangan demokrasi. Hal inilah yang dilakukan Gus Dur selama dua periode

menjabat sebagai ketua umum PBNU. Dapat disangsikan bahwa nafas utamanya

adalah gerakan damai ala tasawuf, seperti halnya yang dilakukan oleh wali sanga

dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, tidak terlalu mengusik apapun yang

Page 72: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

60

telah ada dengan cara lain dirubah gaya dan polanya sesuai ajaran Islam, dengan

tetap mempertahankan nilai-nilai formal dalam Islam.17

Keteguhan Gus Dur terhadap pancasila sebagai dasar Negara pun menjadi

bagian tak terpisahkan terhadap pemahamannya akan tasawuf, baginya pancasila

sebagai dasar Negara itu masih menjadi hal yang relevan, unggul mencakup

segala bidang aspek kehidupan dan dapat membangun kembali rasa nasionalisme,

patriotisme dan spiritualisme agama. Kata Bhineka Tunggal Ika secara hakikat

menunjukkan bahwa semua itu menjadi satu kesatuan. Dulu, cikal bakalnya itu

merupakan sebagai semboyak perjuangan untuk kemerdekaan, ia pun mengatakan

bahwa ada banyak arti bila diambilkan dari tasawuf.18

Pancasila pun memiliki

aspek spiritual bagi Gus Dur, kalau bukan karena pemahamannya yang sangat

mendalam terhadap tasawuf, tidak mungkin ia berkata seperti itu.

Kesufian Gus Dur tampak dalam sikap negarawan yang bermutu, ketika

semua orang mencaci maki Presiden Soeharto, orang-orang yang semua nempel

seperti perangko pun menjauhinya, mungkin agar selamat dari stigma buruk

soeharto atau kroni cendana. Akan tetapi betapa Gus Dur dengan enaknya

seringkali menemui Soeharto di cendana dan aneh bin ajaib tidak seorang pun

pengamat yang mengecam atau menyebut Gus Dur sebagai soehartois atau antek

cendana. Gus Dur pun ikhlas membiarkan orang-orang yang dibesarkannya dalam

Negara maupun perpolitikan melawan dirinya.19

Dilengserkan dari kursi Presiden

pun Gus Dur santai, lebih membiarkan rakyat yang memutuskan segalanya. Bagi

17

Abdurrahman Wahid, ed., Bagus Darmawan, Gus Dur Menjawab Kegelisahan rakyat,

h. 107-108. 18

Argawi kandito, Ngobrol Dengan Gus Dur Dari Alam Kubur , h. 122-125. 19

M. Hanif Dhakiri, 41 warisan Kebesaran Gus Dur, h. 87.

Page 73: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

61

Gus Dur usahanya maksimal sesuai dengan ilmu “ketajaman spiritual” atau orang

jawa menyebutnya weruh sadurunge winarah atau disebut ajaran tasawuf. Bagi

Gus Dur, sejarah nanti yang akan membuktikan semuanya.20

Perilaku politik Gus Dur dalam bernegara dirasakan cukup berjalan serasi

dan seimbang, dengan artian Gus Dur mengambil nilai-nilai tasawuf sebagai ruh

atau moral force dalam menjalankan praktik politiknya yang modern. Hal ini juga

dapat diartikan sebagai cara seorang sufi untuk taqiyyah, Gus Dur hanya

menggunakan tasawuf sebagai paham dan jiwa dalam praktik politiknya.21

Gus Dur mencontohkan, orang akan mengubah hukum Islam mengenai

kemurtadan, yang patut dihukum mati. Dalam pandangan pertama ini, anggapan

islam tentang berpindah agama, dari Islam ke agama lain adalah hal yang haru

dihormati, sesuai dengan deklarasi universal hak-hak asasi manusia. Dalam

pandangan kedua justru hukum Islam formal mengenai perpindahan agama ini

harus dipertahankan, kalau perlu dengan menolak sebagian dari deklarasi

universal tersebut. Disinilah nantinya terletak peranan tasawuf sebagai jembatan

yang menengahi kedua paham Islam dan nasionalisme itu. Ini dalam artian,

seseorang yang mengubah hukum Islam di atas tentang kemurtadan, tetapi tetap

menjadi muslim, melalui sikap bertasawuf, dan ini berarti pula, peluang berteori

tentang hubungan Islam dan nasionalisme dalam kaitan hidup bernegara, di

samping praktik kehidupan untuk tidak mempersoalkannya.22

Memang tasawuf

tidaklah ringan bila menghubungkan tasawuf dengan Negara. Akan tetapi

20

Handri Raharjo, Mengurai Dunia Spiritual Gus Dur (Jakarta: Citramedia, 2010), h. 76-

78. 21

Abdurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Kegelisahan rakyat, h. 234. 22

Abdurrahman Wahid, ed., Bagus Darmawan, Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat,

h. 109-110..

Page 74: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

62

memanglah ajaran tasawuf satu-satunya yang mampu menjadi jembatan

penghubung diantara keduanya, agama diwakili oleh tasawuf dan negara diwakili

oleh toleransi.

C. RELEVANSI AJARAN TASAWUF GUS DUR

Kharisma Gus Dur, setelah wafatnya, ternyata melebihi realitas

kehidupannya. Keharuman spiritual yang eksotis, begitu lekat dan fenomenal. Hal

ini tentu berhubungan dengan kondisi sosiologis masyarakat NU yang seringkali

membuat standar maqam spiritual seseorang diukur dengan kharisma dan

keanehan yang luar biasa (khariqul „adah) berupa karomah-karomah, walau pun

dalam perspektif Sufisme standar tersebut tidak baku.

Anggapan sebagian orang yang percaya bahwa Gus Dur wali. Boleh

dibilang sah-sah saja. Dalam sisi kehidupan kesufian pun wajar, karena ia dididik

di pondok pesantren Tebuireng Jombang dalam lingkungan tarekat dan tasawuf

yang sangat kental. Di samping itu, ia pernah studi ke luar negeri dan menjadi

cendekiawan, oleh karena itu, wajar bila pengaruh kepemimpinannya dalam

tasawuf merupakan hal yang tidak aneh, apalagi ia adalah seorang Nahdlatul

Ulama “organisasi keagamaan” yang masih mempertahankan tradisi tarekat dan

tasawuf. Sehingga, tindak tanduk dan kepribadiannya dipengaruhi pendidikan

asalnya, yaitu tasawuf.23

Salah satu ciri dalam masyarakat sufi atau tarekat adalah adanya kesetiaan

dan penghormatan terhadap guru. Apalagi Gus Dur adalah keturunan dari pendiri

23

Simuh, Jembatan Dunia Sufi dan Modern, h. 230.

Page 75: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

63

NU, dengan sendirinya ia mempunyai wibawa yang sangat kuat di kalangan NU.

Soalnya, tradisi penghormatan guru dalam tasawuf sangat menonjol, apalagi ia

memang keturunan kiai. Wajar saja, bila kiai ceplas ceplos dengan muridnya itu

menjadi hal biasa.24

Kejiwaan Gus Dur lebih terpengaruh oleh ajaran sufi mistik yang sering

disebut ilham. Sekiranya ada dua faktor yang mempengaruhi kesufian Gus Dur,

yaitu budaya jawa dan budaya pesantren.25

Silang pendapat yang terjadi di kalangan para kiai terhadap pernyataan

atau pemikiran Gus Dur yang sering dinilai kontroversial disebabkan oleh cara

bertasawuf mereka yang berbeda. Tasawuf Gus Dur dipengaruhi oleh tradisi

modern, sementara para kiai tradisioanl belum. Sehingga, ketika Gus Dur

melontarkan assalamualaikum diganti dengan “selamat pagi”, mereka kaget dan

dirasa tabu, akan tetapi hal ini dikalangan modern tidak jadi soal. Pernyataan-

pernyataan Gus Dur semacam ini tidak terlepas dari kondisi zaman yang sudah

semakin berubah “modern” dan paham sufisme yang dianutnya. Dimana toleransi

menjadi cirri khas yang sangat menonjol.26

Komunikasi Ilahiyah yang selama ini terjalin adalah “hubungan rahasia”

yang sunyi di tengah-tengah hiruk pikuk dunia, dan melakukan gerakan terlibat

dengan kehidupan nyata, dengan keberanian mengambil resiko bahaya, demi

mempertahankan prinsip utamanya. Namun di sisi lain, ada konser kebahagiaan

yang berirama indah dalam musikal dzikrullah, saat Gus Dur sedang sendiri,

24

Ibid., 25

Ibid., h. 233. 26

Simuh, Jembatan Dunia Sufi dan Modern, dalam. INCReS, Beyond The Symbols, h.

236-237.

Page 76: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

64

menyepi (khalwat) dalam jedah kesehariannya. Dua sisi hiburan spiritual yang

boleh disebut sangat langka: Ramai dalam sunyi, dan sunyi dalam ramai.

Pengaruh dari nuansa yang diyakini itu, Gus Dur justru mampu melakukan

terobosan yang luar biasa, begitu cepat. Dalam 20 tahun gerakan Gusdurian,

masyarakat NU yang jumlahnya begitu besar terbuka lebar dalam dialog

kemodernan, seperti sebuah gerakan konser musik yang dinamik. Maka liberalitas

tradisionalnya muncul dengan kuantum melebihi zamannya. NU menjadi

organisasi masyarakat muslim modern yang mengejutkan, yang disebut oleh

Nakamura sebagai organisasi Islam paling demokratis di dunia. Namun seluruh

dinamika gerakan Gus Dur tidak lepas dari nilai-nilai tradisional Sufistiknya yang

transformatif. Semisal Gus Dur yang begitu kental dengan hikmah-hikmah Ibnu

Athaillah as-Sakandary yang tertuang dalam kitab Sufi al-Hikam ”bahkan hafal di

luar kepala” dalam membangun masyarakat Islam dalam konteks ke-Indonesiaan.

Kitab al-Hikam sangat dikenal oleh para Ulama Sufi sejak abad tujuh hijriyah,

menjadi manual bagi “Sufisme Pesantren” tingkat tinggi, sebagai kajian sufi paska

Ihya‟ Ulumaddin, al-Ghazali, ar-Risalatul Qusyairiyah karya Abul Qasim al-

Qusyairy, maupun al-Luma‟, karya Abu Nashr as-Sarraj. Kekentalan Gus Dur

dengan al-Hikam memberi warna kuat, terutama dua wacana disana yang

berbunyi: “Janganlah engkau bergabung atau berguru dengan orang yang kata-

kata dan perilaku ruhaninya tidak membangkitkan dirimu dan menunjukkan

padamu menuju Allah.” Konon, nama Nahdhatul Ulama mendapatkan inspirasi

dari hikmah tersebut, sekaligus menjadi standar apakah Ulama NU kelak

konsisten dengan kebangkitan menuju Allah atau menuju dunia. Kemudian,

Page 77: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

65

hikmah lain yang begitu kental, adalah, “Pendamlah dirimu di tanah sunyi, karena

biji yang tak pernah terpendam tidak akan tumbuh dengan sempurna.” Sebuah

wacana yang sangat kuat tekanannya dalam menggugat kemunafikan beragama,

dan segala gerakan industri ekonomi dan politik atas nama agama, yang akhir-

akhir ini begitu menguat beriringan dengan gerakan formalisme keagamaan.

Menyembunyikan hubungan antara hamba dan Allah sebagai rahasia kehambaan

adalah mutiara Sufi yang agung. Sebaliknya pamer pengalaman beragama, bahkan

menjurus pada riya’ adalah bentuk syirik yang tersembunyi. Karena itu, dalam al-

Hikam juga disebutkan, “Nafsu dibalik maksiat itu nyata dan jelas, tetapi nafsu di

balik taat itu, sangat tersembunyi, dan terapi atas yang tersembunyi sangatlah

sulit.”27

Gus Dur mampu memberikan terapi bagi banyak kalangan tanpa harus

diketahui cara dan gaya apa yang dilakukan olehnya dalam bertasawuf.

Bagi khalayak manusia yang tahu Gus Dur memiliki ajaran dalam tasawuf,

tak heran ada yang melakukan suatu kontak pembicaraan setelah beliau wafat.

Ada saja hal sedemikian di zaman yang serba nyata ini melakukah hal seperti itu.

Hal ini dibuktikannya di khalayan ramai manusia di suatu acara memperingati

wafatnya. Akan tetapi pelajaran dari Gus Dur tetap saja digunakan, yakni untuk

tidak terlalu berpretensi terhadap kebenaran hal tersebut. Lebih-lebih keinginan

untuk melemahkan pemahaman yang berbeda, begitulah cara tasawuf

mengajarkan sesuatu untuk tetap menjunjung perbedaan pendapat, toleransi

memang sangat diperlukan untuk keseimbangan dalam berkehidupan, beragama

27

Muhammad Luqman Hakim, Di balik Sarung Presiden: Pledoi Sufi dari Matador

Hingga Kalijogo, h. 102-104.

Page 78: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

66

dan berbangsa.28

Apa pun yang dilakukan mungkin kalau Gus Dur masih hidup

beliau pasti berkata. Gitu aja kok repot.

Gus Dur sendiri tidak pernah takut menghadapi hujatan atau apapun,

meski itu datang dari warga NU. Itulah sifat yang dalam sejarah Islam hanya

dimiliki oleh para penganut tasawuf.29

Gus Dur tidak pernah menuntut murid-muridnya atau orang-orang yang

telah dibesarkannya untuk membantu perjuangannya. Tidak ada pamrih, tidak ada

dendam. Semua disikapi sebagai proses dalam beragama dan bernegara yang

wajar dan biasa. Bagi Gus Dur, ketika menanam sesuatu seseorang tentunya

berupaya dan bertawakkal agar panennya bagus. Ada upaya sekaligus kepasrahan

yang bersifat total. Sikap demikian membuatnya tidak kecewa atau putus asa

ketika panen yang dihasilkan tidak sesuai keinginan, mungkin ada hama yang

menyerang, sehingga buah yang ada seharusnya matang justru menjadi busuk,

atau hasil panen dirampas orang. Tugas manusia adalah ikhtiar. Itulah barangkali

cermin sosok Gus Dur yang merupakan sifat dari seorang sufi yang sejati. Sifat

utama yang menggabungkan kerja keras dan sikap pasrah kepada Tuhan secara

total.30

Begitulah ajaran tasawuf mengajarkan dan itulah ajaran tasawuf Gus Dur,

yang seharusnya dicontoh oleh siapapun bahkan perlu dipraktikkan.

28

Argawi kandito, Ngobrol Dengan Gus Dur Dari Alam Kubur (Yogyakarta; Pustaka

Pesantren, 2010), h. xix-xxiii. 29

M. Hanif Dhakiri, 41 warisan Kebesaran Gus Dur, h. 86. 30

Ibid., h. 88.

Page 79: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gus Dur menawarkan rekontruksi segar dalam bertasawuf, baginya tidak

harus meninggalkan apa yang telah Tuhan ciptakan di dunia ini, karena memang

benar menjadi lahan tunggal untuk kehidupan mendatang di akhirat, tempat yang

bagi siapapun belum ada yang mengetahuinya. Ia mampu mengkolaborasikan

tasawuf dengan berbagai ilmu pengetahuan, dalam bernegara, bersosial, apalagi

dalam beragama, tasawuf sangat perlu bahkan seharusnya untuk dapat menjadi

character building bagi setiap manusia.

Gus Dur dalam bertasawuf memiliki gaya dan caranya tersendiri, ia lebih

menekankan aspek nilai-nilai dalam tasawuf, sehingga tasawuf benar-benar dapat

menjadi dirinya sendiri sebagai jembatan penghubung agama dan ilmu-ilmu

lainnya, dan juga sebagai jalur sunyi seorang hamba mengarungi kehidupan dunia

ini tanpa harus melupakan bahkan mentiadakan Tuhan dalam aspek urusan dunia

nya.

Gus Dur sangat paham betul terhadap berbagai ajaran tasawuf, ia mengerti

harus kapan dan dimana harus meletakkan tasawuf dalam bingkai kehidupan

beragama, bernegara, dan sebagai pola contoh berkehidupan dalam bermasyarakat

yang luas dengan beragam tingkatan ilmu yang dimiliki setiap manusia.

Bagi Gus Dur tasawuf harus dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga dapat menjadi moralitas utama yang tidak perlu ditakuti maupun dijauhi.

Page 80: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

69

Serta dapat menjadikan tasawuf sebagai bangunan dalam sebuah karakter manusia

terutama manusia-manusia yang ada di Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Langkah-langkah Gus Dur dalam bertasawuf memanglah tidak mudah dan

ringan untuk dapat mengetahui secara langsung dan mungkin hanya orang-orang

tertentu yang dapat memahami dan mengerti pola tasawuf yang sedang dijalankan

oleh sosok Gus Dur. Akan tetapi ia mampu untuk menjadikan tasawuf sesunyi

mungkin, karena Gus Dur tahu, seberapa kuat manusia dalam beragama maupun

menjalankan tasawuf, manusia tetaplah menjadi manusia yang menjadi hamba

Tuhan. Oleh sebab itu Gus Dur tidak ingin dalam menjalankan ajaran tasawufnya

diketahui banyak orang apalagi kalangan awam, ia sangat mengkhawatirkan kalau

saja suatu sat ia akan disucikan seperti Tuhan. Maka gaya bertasawuf yang

dilakukan oleh Gus Dur tidak terlalu terlihat.

Meskipun Gus Dur mampu sesunyi mungkin menyembunyikan

hubungannya dengan Tuhannya, sebagai langkahnya dalam membuat perbaikan

perbaikan dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, Gus Dur tetaplah

Gus Dur, ia sakti di mata pengikutnya apalagi yang sangat fanatik. Itulah hamba

Allah yang ditakdirkan menjadi manusia yang sangat spesial bagi manusia yang

lainnya, hamba yang terpilih. Buktinya, beliau meninggal pun, kuburannya sesak

ramai dikunjungi para peziarah sampai saat ini, hal ini membuktikan ajaran Gus

Dur benar-benar dijalankan oleh beberapa pengikutnya, tidak hanya dari kalangan

NU dari kalangan luas pun datang menjenguk dan mendoakannya di atas pusara

terakhirnya. Bahkan sebagian orang menganggap Gus Dur sebagai wali Allah.

Begitulah manusia, ia akan tampak seperti hidup bila ajarannya dan

Page 81: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

70

perjuangannnya memang benar-benar tulus atas dirinya sebagai hamba Allah

tentunya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Bagi Gus Dur, ia

menjalankan segalanya sesuai tatanan yang berlaku, orang lain menganggap apa,

terserah orang itu, masih ada Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Adil.

Dengan begitu, memanglah Gus Dur bertasawuf dengan caranya dan ia

menguasai benar ilmu tasawuf, akan tetapi Gus Dur memanglah manusia, bisa

salah dan bisa disalahkan, hal ini terjadi ketika Gus Dur tidak menuliskan secara

langsung pengetahuannya tentang tasawuf dalam satu buku ilmiah, dan Gus Dur

tidak pernah mengajarkan secara langsung ilmu tasawufnya, serta Gus Dur tidak

memberi tahu orang dekatnya, murid maupun masyarakat bahwa ia bertasawuf.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian dalam skripsi ini, penulis menyadari terhadap

kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk melakukan proses

penelitian lanjut, disarankan berusaha dalam menganalisis sendiri atas penjelasan-

penjelasan Gus Dur. Demi timbulnya dinamika yang berkelanjutan dan

berkesinambungan dalam ajaran tasawuf maupun ajaran tasawuf Gus Dur, penulis

dengan senang hati menerima segala saran beserta kritik dari para peminat

ataupun pembaca tasawuf, sampai kapanpun. Karena ilmu memiliki ruang dan

waktunya tersendiri yang harus di selaraskan dan diserasikan dengan zamannya.

Semoga bermanfaat.

Page 82: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

71

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M Zain. Dzikir dan Tasawuf. Solo: Qaula, 2007.

Agil Siroj, Said. Tasawuf sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam sebagai

Inspirasi bukan Aspirasi. Bandung: Mizan, 2006.

Al-Ghanimi, Abu al-Wafa’. Sufi dari Zaman ke Zaman, pen. Ahmad Rofi’

Utsmani. Bandung: Pustaka, 1985.

Amiruddin, M. Hasbi. Konsep Negara Islam: Menurut Fazlur Rahman.

Yogyakarta: UII Press, 2006.

Anwar, M. Syafi`i. Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik

Tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru. Jakarta: Paramadina, 1995.

`Athiyat, Ahmad. Jalan Baru Islam: Studi Tentang Transformasi Dan

Kebangkitan Umat. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2004.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 2002.

Dharmawan, Bagus. ed. Gus Dur: Menjawab Kegelisahan Rakyat. Jakarta:

Kompas, 2007.

Hermawan, Erman., dkk. Politik Wali Songo dan Visi Kebangkitan Bangsa.

Jakarta: Klik.R, 2006.

Huda, Sokhi. Tasawuf Kultural: Fenomena Shalawat Wahidiyah. Yogyakarta:

LKiS, 2008.

Institute of Culture and Religion Studies (INCReS). Beyond The Symbols: Jejak

Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur. Bandung: INCReS,

2000.

Ismail, Mustafa, dkk. ed. Melawan Melalui Lelucon: Kumpulan Kolom

Abdurrahman Wahid. Jakarta: Pusat Data dan Analisa Tempo, 2000.

Kandito, Argawi. Ngobrol Dengan Gus Dur Dari Alam Kubur. Yogyakarta;

Pustaka Pesantren, 2010.

Kartanegara, Mulyadi. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga, 2006.

Luqman Hakim, Muhammad. Di balik Sarung Presiden: Pledoi Sufi dari Matador

Hingga Kalijogo. Jakarta: Pustaka Ciganjur, 2001.

Page 83: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

72

Madjid, Nurcholish, Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya Dalam Pembangunan di

Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1997.

Mulyati, Sri.. Mengenal dan Memahami Tarikat-tarikat Mu’tabarah di Indonesia.

Jakarta: Kencana, 2005.

-------. Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka. Jakarta:

Kencana, 2006.

Mun`im D.Z, Abdul. ed. Islam Di Tengah Arus Transisi. Jakarta: Kompas, 2000.

Musa, Ali Masykur. Pemikiran dan Sikap Politik Gus Dur. Jakarta: Erlangga,

2010.

Mustofa, A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Ni’am, Syamsun. The Wisdom Of KH Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf.

Surabaya: Erlangga, 2006.

Partanto, A Pius, dkk. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994.

Qomar, Mujammil. NU “Liberal”: Dari Tradisionalisme Ahlussunnah ke

Universalisme Islam. Bandung: Mizan, 2002.

Raharjo, Handri. Mengurai Dunia Spiritual Gus Dur. Jakarta: Citramedia, 2010.

Saleh, Fauzan. Teologi Pembaruan: Pergeseran Wacana Islam Sunni di Indonesia

Abad XX. Jakarta: Serambi, 2004.

Siregar, A. Rivay. Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme. Jakarta:

RajaGrafindo, 2002.

Suaedy, Ahmad, dkk. ed. Gila Gus Dur: Wacana Pembaca Abdurrahman Wahid.

Yogyakarta: LKiS, 2000.

Shihab, Alwi. Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan Pengaruhnya hingga Kini di

Indonesia. Bandung: Mizan, 2001.

-------. Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf Di Indonesia.

Jakarta: Pustaka Iman, 2009.

Tahqiq, Nanang. “Perdebatan dan Argumentasi Semua Agama adalah Islam.”

Dalam Nanang Tahqiq dkk. Ed. Ilmu Ushuluddin: Jurnal Himpunan

Peminat Ilmu Ushuluddin (HIPIUS). Jakarta: Pengurus Pusat

Himpunan Peminat Ilmu Ushuluddin, 2011. Vol 1.

Page 84: PERILAKU TASAWUF GUS DUR Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24755/1/M... · ... meskipun dalam tatanan padanan aturan yang ... hanya dipadu dalam irama untuk

73

Wahid, Abdurrahman. Islam Kosmopolitan: NIlai-nilai Indonesia dan

Transformasi Kebudayaan. Jakarta: The Wahid Institut, 2007.

-------. ed., Bagus Darmawan, Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat. Jakarta:

Kompas, 2007.

-------. Membaca Sejarah Nusantara. Yogyakarta: LKiS, 2010.

Woodward, Mark R. ed. Jalan baru Islam: Memetakan Paradigma Mutakhir

Islam Indonesia. Penerjemah Ihsan Ali Fauzi. Bandung: Mizan, 1998.

Zada, Khamani., ed. Neraca Gus Dur di Panggung Kekuasaan. Jakarta:

LAKSPEDAM, 2002.