PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi...

168
PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO SKRIPSI Oleh Putri Dwi Purnamasari NIM 151510601137 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

Transcript of PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi...

Page 1: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE

DI KECAMATAN KADEMANGAN KOTA

PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh

Putri Dwi Purnamasari

NIM 151510601137

P R O G R A M S T U D I A G R I B I S N I S

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS JEMBER

2 0 1 9

Page 2: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

i

PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE

DI KECAMATAN KADEMANGAN KOTA

PROBOLINGGO

SKRIPSI

d i a j u ka n g u n a me me n u h i s a l a h s a t u p e r s y a r a t a n u n t u k

menyelesaikan program sarjana pada Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Oleh

Putri Dwi Purnamasari

NIM 151510601137

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

Page 3: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

ii

PERSEMBAHAN

Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah ‘Azzawa Jalla atas limpahan

rahmat dan hidayah serta ridho-Nya sehingga membuat saya dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan tepat waktu. Dengan rasa cinta dan bahagia, saya persembahkan

skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tua saya Bapak Suhadak dan Ibu Agustina yang tersayang, atas

doa, motivasi, nasehat, dukungan, semangat, dan segala pembelajaran

berharga bagi saya.

2. Kakak-kakak saya Angga Yanuaries dan Juwita Ayu Dewi yang tersayang,

atas nasehat, motivasi, dukungan, dan semangat bagi saya.

3. Sahabat terkasih Mochamad Arief Alamsyah, atas doa, motivasi, dukungan,

dan semangat bagi saya.

4. Dosen pembimbing saya Ibu Dr. Ir. Sri Subekti, M. Si., atas kesabaran dalam

memberikan arahan dan bimbingan terbaiknya hingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Saudara satu atap adik-adik Kos 27, Bila, Fika, Vaulina, Sakinah, dan Dhea,

atas dukungan dan semangatnya dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Teman sepermainan, atas dukungan dan semangatnya dalam penyelesaian

skripsi ini.

7. Almamater yang saya banggakan, Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Jember sebagai tempat menimba ilmu serta mengukir

segala bentuk pengalaman, sejarah, dan kenangan.

Page 4: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

iii

MOTTO

Inna ma’al ‘usri yusran

(Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan) *)

Atau

Jangan menunggu, takkan ada waktu yang tepat. **)

*) [QS. 94:6]

**) Napoleon Hill

Page 5: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Putri Dwi Purnamasari

NIM : 151510601137

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul

“Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah

saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan

bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran

isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan

dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika

ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 10 Juli 2019

Yang Menyatakan,

Putri Dwi Purnamasari

Page 6: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

v

SKRIPSI

PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN

KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO

Oleh

Putri Dwi Purnamasari

NIM 15151061137

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Skripsi: Dr. Ir. Sri Subekti, M. Si.

NIP. 19660626 199003 2 001

Page 7: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

vi

PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo” telah diuji dan disahkan pada:

hari, tanggal : Rabu, 10 Juli 2019

tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pembimbing Skripsi,

Dr. Ir. Sri Subekti, M.Si.

NIP. 19660626 199003 2 001

Dosen Penguji I Dosen Penguji II,

Dra. Sofia, M. Hum. Agus Supriono., SP., M.Si.

NIP. 19611106 198702 2 002 NIP. 19690811 199512 1 001

Mengesahkan

Dekan,

Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D.

NIP. 19600506 198702 1 001

Page 8: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

vii

RINGKASAN

Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo; Putri Dwi Purnamasari, 151510601137; Program Studi Agribisnis

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Program rehabilitasi mangrove dilakukan pada tahun 2005 sampai tahun

2007 di Kota Probolinggo. Untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan hutan

mangrove maka Dinas Pertanian membentuk: (a) Kelompok Masyarakat

Pengawas (Pokmaswas), dan (b) Kelompok Tani Hutan. Petani pengelola hutan

mangrove tersebut awalnya adalah petani pengelola lahan sawah. Hal tersebut

menunjukkan adanya perubahan perilaku pada petani di wilayah pesisir

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perilaku petani pengelola

mangrove, (2) faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Lokasi penelitian

ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo. Penilitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

penentuan informan menggunakan purposive sampling. Analisis data

menggunakan model Miles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perilaku petani pengelola

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo terbagi menjadi 3 ranah

yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan petani meliputi

pengetahuan mengenai manfaat, budidaya, jenis-jenis, dan cara pengolahan

mangrove, sampai pada tingkat evaluasi. Sikap petani mendukung dalam kegiatan

pengelolaan mangrove, sampai pada tingkat karakterisasi. Keterampilan petani

dalam mengaplikasikan teknologi budidaya dan pengolahan mangrove, sampai

pada tingkat mekanisme. (2) keberlanjutan pengelolaan mangrove terdiri dari

faktor pendorong dan faktor penghambat. Faktor pendorong meliputi: (a) motivasi

petani, (b) dukungan petani, dan (c) dukungan pemerintah. Faktor penghambat

meliputi: (a) kendala petani terdiri dari faktor sumberdaya manusia, faktor alam,

dan faktor fasilitas, (b) hambatan petani terdiri dari faktor alam dan faktor modal.

Page 9: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

viii

SUMMARY

Mangrove Management Farmer Behaviors in Kademangan, Probolinggo City;

Putri Dwi Purnamasari, 151510601137; Agribusiness Study Program of Departement

Agriculture Social Economics, Faculty of Agriculture, University of Jember.

The mangrove rehabilitation program was carried out from 2005 to 2007 in

the City of Probolinggo. To support the sustainability of mangrove forest

management, Department of Agriculture formed: (a) Monitoring Community

Groups (Pokmaswas), and (b) Forest Farmers Group. Farmers who have managed

mangrove forests were initially farmers managing wetlands. This condition shows a

changing in behavior of farmers in the coastal area of Kademangan District,

Probolinggo City.

This study aims to determine: (1) the behavior of mangrove management

farmers, (2) the driving and restraining factors to the sustainability of mangrove

management in Kademangan District, Probolinggo City. The research location was

determined purposively, namely Kademangan District, Probolinggo City. This

research used a qualitative descriptive approach with the determination of

informants using purposive sampling. Data analysis used the Miles and Huberman

models.

The results of research showed that: (1) the behavior of mangrove

management farmers in Kademangan District, Probolinggo City was divided into 3

domains, namely knowledge, attitudes, and skills. Knowledge of farmers included

knowledge about benefits, cultivation, types, and how to process mangroves, up to

the level of evaluation. The attitude of farmers supported mangrove management

activities, up to the level of characterization. The skills of farmers in applying

mangrove cultivation and processing technology was in the level of the mechanism.

(2) The sustainability of mangrove management consisted of driving and restraining

factors. The driving factors included: (a) farmer's motivation and support, and (b)

government’s support. The restraining factors included: (a) farmer’s constraints

consisting of human resource factors, natural factors, and facilities factors, (b)

farmer’s barriers consisted of natural factors and capital factors.

Page 10: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

ix

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Petani

Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”. Skripsi

ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program

sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada:

1. Ir. Sigit Soepardjono, MS., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Jember.

2. M. Rondhi, SP., MP., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Jember.

3. Dr. Ir. Sri Subekti, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dra. Sofia,

M. Hum., selaku Dosen Penguji Utama yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, nasihat, pengalaman, dan motivasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Agus Supriono, SP., M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen

Penguji Anggota yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi

selama masa studi.

5. Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo, terimakasih atas bantuan dan segala informasi yang diberikan.

6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan

skripsi ini, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat.

Jember, Juli 2019

Penulis

Page 11: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. ii

HALAMAN MOTTO ................................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv

HALAMAN PEMBIMBINGAN ............................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... vi

RINGKASAN .............................................................................................. vii

SUMMARY ................................................................................................. viii

PRAKATA .................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................. 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7

2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 7

2.2 Landasan Teori .............................................................................. 9

2.2.1 Tanaman Mangrove ............................................................ 9

2.2.2 Budidaya Tanaman Mangrove .............................................. 12

2.2.3 Teori Perilaku ........................................................................ 15

2.2.4 Teori Forces Field Analysis ................................................... 19

2.3 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 21

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 24

Page 12: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

xi

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian .......................................... 24

3.2 Metode Penelitian ........................................................................... 24

3.3 Metode Penentuan Informan ........................................................ 25

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 25

3.5 Metode Analisis Data ..................................................................... 27

3.6 Metode Uji Keabsahan Data ......................................................... 28

3.7 Terminologi .................................................................................... 31

BAB 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH................................................ 35

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo....................................................................................

35

4.2 Potensi Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.................. 37

4.3 Aspek Sosial dan Budaya di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo.....................................................................................

42

4.4 Gambaran Umum Kelompok Tani Hutan di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo...................................................

43

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 46

5.1 Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo.................................................

46

5.1.1 Pengetahuan Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo.............................................

46

5.1.2 Sikap Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo.............................................

79

5.1.3 Keterampilan Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo.............................................

88

5.2 Faktor Pendorong dan Penghambat Keberlanjutan

Pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo..................................................................................

98

5.2.1 Faktor Pendorong Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo....................................

98

5.2.2 Faktor Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove

di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo................................

111

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 119

Page 13: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

xii

6.1 Kesimpulan...................................................................................... 119

6.2 Saran................................................................................................ 121

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 122

LAMPIRAN................................................................................................... 126

Page 14: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Perbedaan luas lahan mangrove pada tahun 2001 dengan tahun

2011 di kelima kelurahan yang mengalami rehabilitasi di Kota

Probolinggo .....................................................................................

3

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Kademangan

Tahun 2017 ......................................................................................

37

4.2 Luas areal dan produksi tanaman pangan menurut kelurahan dan

jenis tanaman di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo Tahun

2017 .................................................................................................

38

4.3 Produksi tanaman perkebunan menurut kelurahan di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo Tahun 2017 ...................................

38

4.4 Produksi bawang merah di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo pada tahun 2017 ..........................................................

39

4.5 Produksi ternak besar di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Tahun 2017 .......................................................................................

40

4.6 Produksi ternak unggas di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo Tahun 2017 .................................................................

40

4.7 Produksi perikanan menurut lokasi penangkapan di Kota

Probolinggo tahun 2017 ....................................................................

41

5.1 Pengetahuan Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo ........................................................

76

5.2 Sikap Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo ......................................................................................

87

5.3 Keterampilan Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo ........................................................

97

5.4 Faktor Pendorong Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo .....................................

110

5.5 Faktor Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo .....................................

118

Page 15: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Keseimbangan Faktor Pendrong dan Penghambat ....................... 20

2.2 Skema Kerangka Pemikiran ......................................................... 23

3.1 Skema metode analisis data Miles dan Huberman ....................... 27

3.2 Bagan Triangulasi Sumber ........................................................... 30

3.3 Bagan Triangulasi Teknik ............................................................. 30

4.1 Peta Wilayah Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo ........... 35

4.2 Struktur organisasi Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi ................. 44

5.1 Proses Pembuatan Calon Bibit Mangrove Tinjang ...................... 61

5.2 Bibit Siap Tanam .......................................................................... 62

5.3 Bibit Ditanam di Pantai ................................................................. 63

5.4 Jenis-jenis Mangrove ..................................................................... 67

5.5 Tepung Mangrove ........................................................................ 74

5.6 Keikutsertaan Petani dalam Merawat Tanaman Mangrove .......... 83

5.7 Alat Bor ......................................................................................... 90

5.8 Polybag .......................................................................................... 90

5.9 (a) Ajir dan (b) Tali Rafia ............................................................. 90

5.10 (a) Cangkul dan (b) Arit ................................................................ 91

5.11 Kendaraan Bak ............................................................................. 92

5.12 Perahu ............................................................................................ 92

5.13 Mesin Selep ................................................................................... 95

5.14 Plang Peringatan ............................................................................ 105

5.15 Piagam Penghargaan ..................................................................... 109

Page 16: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Panduan Wawancara ........................................................................... 128

1. Ketua Kelompok Tani .................................................................. 128

2. Petani Mangrove ......................................................................... 132

B. Display Data ................................................................................. ...... 136

1. Perilaku Petani Pengelola Mangrove........................................... 136

2. Faktor Pendorong dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove .....................................................................................

137

C. Reduksi Data 138

1. Kode Reduksi Data ..................................................................... 138

2. Kesimpulan Sementara ............................................................... 138

Page 17: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mangrove merupakan tanaman yang sangat cocok untuk ditanam dan

dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara maritim yang

terdiri dari banyak pulau dan pantai. Hutan mangrove memiliki banyak manfaat,

baik bagi manusia maupun bagi makhluk hidup lainnya. Mangrove memiliki

beberapa fungsi yakni; (a) fungsi fisik, (b) fungsi kimia, (c) fungsi biologi, dan (d)

fungsi sosial ekonomi.

Fungsi fisik, dari adanya hutan mangrove yakni melindungi pantai dan

tebing dari proses abrasi, memperkecil dampak jika terjadi tsunami, karena hutan

mangrove dapat meredam serta menahan hempasan badan tsunami tersebut,

menjaga garis pantai agar tetap stabil, dan sebagai kawasan penyangga proses

rembesan (intrusi) air laut ke darat. Fungsi kimia, hutan mangrove diantaranya

membantu proses daur yang menghasilkan oksigen dan menyerap karbon

dioksida, serta sebagai pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran kapal-

kapal dan industri (Baderan, 2017).

Fungsi biologi, hutan mangrove antara lain sebagai penghasil decomposer,

nursery atau spawning ground bagi kerang, udang, dan kepiting, sebagai plasma

nutfah, sebagai habitat alami bagi berbagai jenis biota laut dan darat, serta sebagai

tempat berlindung dan berkembang biak bagi burung dan satwa lain. Fungsi sosial

ekonomi, hutan mangrove antara lain sebagai penghasil bahan bakar, bahan baku

industri, obat-obatan, perabot rumah tangga, kosmetik, makanan, tekstil, lem,

penyamak kulit, penghasil bibit/benih ikan, udang, kerang, kepiting, dan sebagai

kawasan wisata, konservasi, pendidikan dan penelitian (Baderan, 2017).

Menurut Setiawan dkk. (2003), Indonesia memiliki hutan mangrove

terluas di dunia, dari 15,9 juta Ha mangrove dunia tersebut, sekitar 4,25 juta Ha

(27%) berada di Indonesia (FAO, 1982). Luasan hutan mangrove di Indonesia

terus menurun dari 5.209.543 Ha pada tahun 1982 menurun menjadi 3.237.700 Ha

pada tahun 1987 dan menurun lagi hingga 2.496.185 Ha pada tahun 1993.

Penurunan hutan mangrove terjadi lebih dari 50% dari total luasan semula dalam

Page 18: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

2

kurun 11 tahun dari tahun 1982 sampai tahun 1993 (Dephut, 1994; Soenarko,

2002). Degradasi ekosistem mangrove di Indonesia didorong oleh pertambahan

penduduk, hingga dibutuhkan lebih banyak jalan, permukiman, kawasan industri,

pelabuhan dan lain-lain; keuntungan jangka pendek seperti tambak ikan dan

udang, tambak garam dan sawah; kurangnya perhatian pemerintah; peraturan yang

tidak jelas; teknik penebangan hutan yang tidak lestari; serta lemahnya

sumberdaya manusia dan alokasi dana (Choudhury, 1996).

Menurut Rusli (2008), penurunan luasan hutan mangrove di Indonesia

mendorong dilaksanakannya kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan luasan

kawasan hutan mangrove oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2003-2007.

Kegiatan tersebut diantaranya penanaman atau rehabilitasi hutan bakau seluas

70.185 ha, pembangunan areal model hutan bakau sebanyak 416 unit, bantuan

bibit untuk pengembangan areal dampak hutan bakau sebanyak 2,55 juta batang,

pelatihan petugas lapangan penghijauan sebanyak 859 orang, dan pelatihan petani

peserta dan LSM sebanyak 2.804 orang.

Hutan mangrove di pulau Jawa, pada tahun 1985 seluas 170.500 Ha,

namun pada tahun 1997 tinggal 19.077 Ha (11,19%). Penyusutan terbesar terjadi

di Jawa Timur, dari luasan 57.500 Ha tinggal 500 Ha (8%), di Jawa Barat dari

66.500 Ha tinggal kurang dari 5.000 Ha (7,5%), dan di Jawa Tengah dari 46.500

Ha tinggal 13.577 Ha (29%) (Setiawan dkk., 2003).

Kota Probolinggo merupakan salah satu daerah yang mengalami degradasi

kawasan hutan mangrove di Jawa Timur. Degradasi kawasan hutan mangrove ini

terjadi diakibatkan oleh konversi lahan mangrove menjadi tambak.

Pada tahun 2005, 2006, dan 2007 dilakukan program rehabilitasi

mangrove di Kota Probolinggo yang berupaya untuk mengembalikan keberadaan

mangrove pantai Kota Probolinggo. Kegiatan rehabilitasi mangrove tersebut

dilakukan di wilayah; (a) Keluarahan Ketapang, (b) Keluarahan Sukabumi, (c)

Keluarahan Pilang, (d) Keluarahan Manghunarjo, dan (e) Keluarahan Mayangan.

Pihak yang terlibat dalam rehabilitasi kawasan hutan mangrove di Kota

Probolinggo yaitu; Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) dan masyarakat seperti siswa

Page 19: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

3

sekolah, mahasiswa, tentara, polisi, tokoh masyarakat, dan petani setempat yang

terlibat dalam kegiatan penanaman, bahkan pemerintah setempat seperti Walikota

Probolinggo juga ikut turun terjun menanam bibit mangrove. Perbedaan luas

lahan mangrove pada tahun 2001 dengan tahun 2011 di kelima kelurahan yang

mengalami rehabilitasi di Kota Probolinggo dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Perbedaan luas lahan mangrove pada tahun 2001 dengan tahun 2011 di

kelima kelurahan yang mengalami rehabilitasi di Kota Probolinggo

No.

Mangrove 2001 Mangrove 2011 Perubahan

Mangrove 2001-

2011

(Hektar)

Desa Luas

(Hektar) Desa

Luas

(Hektar)

1. Ketapang 2,13 Ketapang 2,17 0,05

2. Manghunarjo 5,72 Manghunarjo 23,38 17,66

3. Mayangan 3,35 Mayangan 2,22 -1,13

4. Pilang 12,36 Pilang 13,36 1,00

5. Sukabumi 1,43 Sukabumi 1,80 0,37 Total 24,99 42,93 17,94

Sumber: Hasil Pengolahan Citra Landsat (Haryani, 2013)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa luas kawasan mangrove di;

(a) Keluarahan Ketapang, (b) Keluarahan Sukabumi, (c) Keluarahan Pilang, (d)

Keluarahan Manghunarjo, dan (e) Keluarahan Mayangan, sebelum adanya

program rehabilitasi seluas 24,99 Ha pada tahun 2001, sedangkan setelah program

tersebut luas kawasan mangrove bertambah yakni seluas 42,93 Ha pada tahun

2011. Hal tersebut membuktikan bahwa terjadi perkembangan pada luas kawasan

hutan mangrove dalam kurun waktu 10 tahun yakni mencapai 17,94 Ha.

Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove tersebut masuk ke dalam Konservasi

Sumber Daya Alam dimana terdapat dua kegiatan di dalamnya yakni; (a)

pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan (b) pengelolaan sumber mata air.

Tujuan dari adanya kegiatan tersebut yakni, (a) pemberdayaan masyarakat miskin

sebagai pekerja informal di kawasan RTH, (b) membuka lapangan kerja bagi

masyarakat pada ekowisata yang dikerjasamakan dengan swasta, (c) membuka

lapangan kerja sektor informal seperti pemijat, PKL, petugas pemelihara taman,

(d) sebagai daya tarik wisata bagi masyarakat di luar Kota Probolinggo sehingga

menambah nilai ekonomi bagi sektor lain (perhotelan dan perdagangan), (e)

penyediaan RTH dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan, dan (f)

Page 20: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

4

pemanfaatan RTH sebagai tempat untuk aktivitas masyarakat. Kegiatan ini

dilakukan guna melaksanakan program besar pemerintah Kota Probolinggo yakni:

“Menuju Probolinggo Kota Ramah Lingkungan”.

Mengingat keberadaan hutan mangrove sangat penting bagi Kota

Probolinggo khususnya masyarakat pesisir, maka kegiatan pengelolaan mangrove

yang berkelanjutan perlu dilakukan. Guna mendukung keberlanjutan pengelolaan

mangrove maka dibentuk: (a) Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas), dan

(b) Kelompok Tani Hutan, oleh Dinas Pertanian. Pokmaswas terdiri dari

masyarakat pesisir yang hidup disekitar habitat mangrove, dimana diberikan

tanggung jawab untuk mengawasi hutan mangrove yang berada di wilayah pesisir

tersebut dan melaporkan apabila terjadi kegiatan yang dapat merusak habitat

hutan magrove seperti penebangan hutan mangrove. Kelompok Tani Hutan,

bertugas dalam pengelolaan dan pelestarian hutan mangrove seperti menyediakan

bibit, penanaman mangrove, dan sebagainya.

Kelompok Tani Hutan ini berada di setiap kecamatan Kota Probolinggo,

salah satunya yakni Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi yang berada di Kecamatan

Kademangan. Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi merupakan kelompok tani hutan

yang aktif dalam kegiatan pengelolaan mangrove yang di ketuai oleh Pak Muchlis

selaku pelopor penanam mangrove di Kota Probolinggo dengan beranggotakan 30

orang petani yang aktif. Kelompok Tani Hutan yang berada di Kecamatan

Kademangan ini terdiri dari; (a) kelompok tani, (b) kelompok pengelola tambak,

dan (c) kelompok penangkap ikan.

Kegaiatan terkait pengelolaan mangrove yang dilakukan oleh kelompok

tani hutan tersebut yakni; (a) penyuluhan atau sosialisasi mengenai budidaya

tanaman mangrove yang baik dan benar kepada anggota dan masyarakat, (b)

menyediakan bibit mangrove baik untuk pesanan ataupun pelaksanaan program

pemerintah, (c) melakukan penanaman mangrove, dan (d) pengolahan produk

usaha agroindustri dari tanaman mangrove menjadi tepung yang dipasarkan di

dalam dan di luar negeri, serta memanfaatkan daun mangrove untuk dijadikan

botok, guna meningkatkan nilai tambah tanaman mangrove.

Page 21: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

5

Petani memperoleh banyak manfaat dengan bergabung dalam kelompok

tani hutan pengelolan mangrove tersebut. Manfaat yang dapat diperoleh petani

dengan bergabung dalam kelompok tani hutan pengelola mangrove diantaranya

yakni; (a) petani dapat melindungi lahan sawah milikinya dari erupsi tanah yang

diakibatkan oleh ombak laut, karena dapat ditahan oleh hutan mangrove dan (b)

dapat meningkatkan pendapatan petani, dari penjualan produk usaha agroindustri,

penjualan hasil tangkapan biota laut yang hidup dibawah hutan mangrove seperti

udang, ikan bandeng, dan ikan nila, serta penjualan bibit mangrove.

Petani yang tergabung dalam kelompok tani hutan pengelola mangrove

tersebut merupakan petani pengelola lahan sawah yang berada di sekitar wilayah

pesisir, dimana petani tersebut sebelumnya tidak mengenal dan mengerti tentang

pengelolaan tanaman mangrove. Adanya kegiatan rehabilitasi hutan mangrove di

Kota Probolinggo membantu masyarakat pesisir terutama petani untuk dapat

mengenal tanaman mangrove yang sangat bermanfaat, salah satunya yakni dapat

melindungi sawah miliknya, serta meningkatkan pendapatan keluarga.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat

diversifikasi pekerjaan pada petani di wilayah pesisir Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo, dari hanya mengelola sawah lahan basah, saat ini juga

melakukan pengelolaan tanaman mangrove. Hal tersebut menunjukkan adanya

perubahan perilaku pada petani di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku petani pengelola

mangrove yang terdapat di wilayah pesisir Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perilaku petani pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo?

2. Apakah faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo?

Page 22: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perilaku petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo.

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, dapat memberikan informasi sebagai acuan menyusun

program pemberdayaan petani mangrove yang lebih baik.

2. Bagi petani, dapat berguna memberikan informasi mengenai manfaat yang

dapat diperoleh dari budidaya mangrove, serta cara budidaya mangrove yang

baik dan benar.

3. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi, wawasan, dan pengalaman secara

langsung mengenai budidaya mangrove.

Page 23: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Amal dan Baharudin (2016) melakukan penelitian dengan judul “Persepsi

dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis

Masyarakat di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang” salah satu tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap pengelolaan

hutan mangrove digunakan indikator pengetahuan yaitu dengan melihat aspek

pengetahuan masyarakat akan; (a) jenis-jenis mangrove, (b) sumberdaya yang ada

di hutan mangrove, (c) jenis-jenis sumberdaya hutan mangrove yang bernilai

ekonomis, (d) dampak dari kerusakan hutan mangrove, (e) penyebab kerusakan

hutan mangrove, (f) penyebab hilangnya sumberdaya ekonomis di kawasan hutan

mangrove, (g) fungsi dan peranan hutan mangrove, (h) cara atau teknik

pembibitan jenis mangrove, (i) cara menanam mangrove, dan (j) maksud dari

usaha rehabilitasi hutan mangrove. Penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode deskriptif interpretative. Hasil penelitian menunjukkan tingkat

pengetahuan masyarakat di pesisir pantai Kecamatan Suppa tentang pengelolaan

hutan mangrove sangat baik.

Sari dkk. (2017) melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Petani pada

Program Pengembangan Klaster Padi Binaan Bank Indonesia (Kasus Subak

Pulagan, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar)”

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku petani pada program

pengembangan klaster padi binaan Bank Indonesia digunakan indikator; (a)

pengetahuan petani yaitu dengan melihat aspek pemahaman responden mengenai

tujuan dari suatu program atau kegiatan yang telah dijelaskan, (b) sikap petani

yaitu dengan melihat aspek keantusiasan petani dalam menerima dan mendukung

program atau kegiatan, dan (c) keterampilan petani yaitu dengan melihat aspek

tindakan petani dalam melakukan pembibitan, penanaman, pengairan,

pemupukan, penyiangan, pengendalian hama, panen, pasca panen, dan

diversifikasi produk. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan perilaku petani pada Program

Page 24: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

8

Pengembangan Klaster Padi pada Subak Pulagan termasuk kategori sangat baik,

yang ditujukkan oleh; (a) pengetahuan petani yang sangat tinggi tentang Program

Pengembangan Klaster Padi, (b) sikap petani yang sangat setuju mengenai

Program Pengembangan Klaster Padi, dan (b) keterampilan petani yang sangat

baik dalam Program Pengembangan Klaster Padi.

Setiawan dkk. (2017) melakukan penelitian dengan judul “Persepsi dan

Sikap Masyarakat terhadap Konservasi Ekosistem Mangrove di Pulau Tanakeke

Sulawesi Selatan” salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

sikap masyarakat terhadap konservasi ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke

yaitu dengan meihat aspek keikutsertaan masyarakat. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan sikap yang

tinggi menandakan masyarakat sangat mendukung kegiatan konservasi ekosistem

mangrove. Sikap masyarakat sangat dipengaruhi oleh keikutsertaannya dalam

kegiatan rehabilitasi mangrove, maka dapat dikatakan keikutsertaan masyarakat

yang lebih jauh dalam kegiatan konservasi menunjukkan sikap masyarakat yang

sangat mendukung kegiatan tersebut.

Zainudin dkk. (2015) melakukan penelitian dengan judul “Perilaku

Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove di Kabupaten Pangkep Provinsi

Sulawesi Selatan” salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji

perilaku masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove digunakan indikator sikap

masyarakat yaitu dengan melihat aspek; (a) tingkat pemanfaatan kawasan hutan

mangrove, (b) tingkat pengelolaan hutan mangrove, dan (c) kreativitas

membangun kemitraan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan perilaku masyarakat dalam upaya

pelestarian hutan mangrove di Kabupaten Pangkep termasuk kategori sedang,

masyarakat telah memanfaatkan hutan mangrove sesuai dengan kebutuhan dan

pengelolaan yang dilakukan sudah berjalan baik dengan mengedepankan aspek

kelestarian. Disamping itu masyarakat telah memiliki kreativitas dalam

membangun kemitraan dengan pihak lain terkait dengan pengelolaan dan

pelestarian hutan mangrove.

Page 25: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

9

Setyawan dkk. (2006) melakukan penelitian dengan judul “Permasalahan

Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah”

salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan

ekosistem mangrove. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyumbang terbesar kerusakan

ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Rembang, antara lain pertambakan,

penebangan pepohonan, reklamasi dan sedimentasi, serta pencemaran

lingkungan.

Zainudin dkk. (2015) melakukan penelitian dengan judul “Perilaku

Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove di Kabupaten Pangkep Provinsi

Sulawesi Selatan” salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji

faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pelestarian

hutan mangrove. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove adalah; (a)

intensitas penyuluhan yang meliputi frekuensi kunjungan penyuluh, kesesuaian

materi, ketepatan metode dan juga ketersediaan sarana, serta (b) adanya dukungan

lingkungan yang meliputi dukungan tokoh masyarakat, dukungan kelompok tani

dan dukungan pemerintah.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Tanaman Mangrove

Menurut Lazuardy (2017), mangrove berasal dari bahasa Portugis yakni

mangue, dan bahasa Inggris yakni grove. Kata mangrove dalam bahasa Portugis

digunakan untuk menggambarkan individu jenis tumbuhan dan kata mangal

digunakan untuk hutan yang terdiri dari tanaman-tanaman mangrove. Kata

mangrove dalam bahasa Inggris digunakan baik untuk komunitas rumput-

rumputan atau pohon-pohonan yang tumbuh di wilayah pesisir maupun untuk

tumbuhan lain yang tumbuh berasosiasi dengannya. Istilah mangrove tidak selalu

diperuntukkan bagi kelompok spesies dengan klasifikasi taksonomi tertentu,

melainkan mencakup semua tanaman tropis yang bersifat halophytic atau toleran

Page 26: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

10

terhadap garam. Tanaman mangrove memiliki klasifikasi taksonomi sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Mytales

Famili : Rhizophoraceae

Genus : Rizhophora

Spesies : Rizhophora mucronata Lamk.

Tanaman mangrove adalah jenis tanaman dikotil (buahnya berbiji berbelah

dua) yang hidup di habitat payau. Kelompok pohon di daerah mangrove dapat

terdiri dari suatu jenis pohon tertentu saja atau sekumpulan komunitas pepohonan

yang dapat hidup di air asin. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang

kompleks terdiri dari flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat

daratan dan lautan, antara batas pasang surut. Tanaman mangrove dapat

ditanaman sejauh 200-300 meter dari bibir pantai, jika lebih tanaman mangrove

tidak dapat ditanam. Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada

kawasan pasang surut air laut, secara periodik daerah terendam beserta dengan

tumbuhan yang hidup pada kawasan tersebut. Hutan mangrove tumbuh subur dan

luas di daerah delta dan aliran sungai yang besar dan bermuara lebar. Hutan

mangrove biasa ditemukan di wilayah sepanjang daerah subtropis dan tropis,

antara 32⁰ Lintang Utara dan 38⁰ Lintang Selatan (Firdaus dkk., 2013).

Menurut Suryono (2013), tanaman mangrove memiliki banyak fungsi dan

manfaat. Mangrove banyak dikenal sebagai tanaman pencegah abrasi pantai,

namun fungsi tanaman mangrove tidak hanyak itu, banyak sekali fungsi dari

tanaman mangrove. Fungsi tanaman mangrove diantaranya:

1. Menumbuhkan Pulau dan Menstabilkan Pantai

Tanaman mangrove memiliki sistem perakaran yang kompleks, rapat, dan lebat

sehingga tangguh terhadap gelombang, dimana hal tersebut dapat

memerangkap sisa-sisa bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari

daratan dan mencegah erosi pantai. Adanya proses ini menyebakan kebersihan

air laut terjaga, dengan demikian kehidupan padang lamun dan terumbu karang

Page 27: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

11

dapat terpelihara. Endapan dan tanah yang tertahan oleh perakaran mangrove

akan menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu kewaktu dan

memberikan kesempatan bagi tumbuhan teresterial untuk dapat hidup dan

berkembang di wilayah daratan. Buah vivipar yang terbawa air hingga menetap

di wilayah yang dangkal dapat berkembang menjadi kumpulan habitat

mangrove yang baru, dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini akan

meluas menjadi sebuah pulau.

2. Menjernihkan Air

Akar pasak dari api-api dan tancang berfungsi sebagai sistem pernafasan,

menangkap endapan, dan membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang

datang dari daratan. Zat-zat kimia atau polutan yang terbawa oleh air sungai

dari daratan dapat dilepaskan dan menjadi bersih apabila melewati akar-akar

pasak pohon api-api.

3. Mengawali Rantai Makanan

Daun-daun mangrove yang jatuh akan terurai oleh mikroorganisme (bakteri

tanah dan jamur) menghasilkan makanan bagi plankton dan merupakan

nutrient bagi pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae yang berkembang

menjadi makanan bagi berbagai jenis organisme darat dan air di habitat yang

bersangkutan. Organisme yang biasa hidup di habitat mangrove diantaranya

udang dan ikan.

4. Melindungi dan Memberi Nutrisi

Akar ongkat pohon mangrove menjadi daerah nursey dan memberi zat

makanan bagi ikan dan hewan invertebrata yang hidup di sekitar habitatnya.

Ikan dan udang yang belum dewasa memerlukan perlindungan dari predator

dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini, banyak pula jenis hewan

darat yang singgah dan berlindung serta mencari makan di habitat mangrove.

5. Manfaat Bagi Manusia

Pohon mangrove memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia,

setiap bagian dari pohon mangrove dapat dimanfaatkan oleh manusia mulai

dari akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan bunganya. Pada saat cuaca buruk

pohon mangrove dapat dijadikan sebagai perlindungan bagi perahu dan kapal

Page 28: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

12

dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Kulit pohon mangrove

juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet dan obat-obatan seperti obat

rematik, penawar gigitan ular, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Daun

mangrove yang mengandung banyak protein juga dapat dimakan sebagai sayur

lalapan yakni daun muda pohon api-api, dan banyak lagi manfaat mangrove

lainnya bagi manusia.

2.2.2 Budidaya Tanaman Mangrove

Menurut Suryono (2013), budidaya tanaman mangrove sangat mudah,

namun terdapat beberapa kriteria yang dibutuhkan untuk tempat tumbuh

mangrove. Kriteria tempat tumbuh mangrove yakni merupakan wilayah pantai.

Kondisi pantai yang baik bagi pertumbuhan mangrove ialah memiliki air yang

tenang, tidak memiliki ombak yang besar, air payau, mengandung endapan

lumpur, dan lereng endapan tidak lebih dari 0,25% - 0,50%. Budidaya mangrove

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemilihan Bibit Mangrove

a. Bakau (Rhizophora spp.), buah sebaiknya dipilih dari pohon yang telah berusia

10 tahun, buah baik dicirikan oleh hampir lepasnya bonggol buah dan batang

buah, ciri buah yang sudah matang jenis:

- Bakau besar: warna buah hijau tua atau kecoklatan dengan kotiledon

(cincin) berwarna kuning.

- Bakau kecil: warna buah hijau kecoklatan dengan warna kotiledon merah.

- Tancang: buah dipilih dari pohon yang berumur anatra 5-10 tahun, ciri buah

yang matang batang buahnya hampir lepas dari bonggolnya.

b. Api-api (Avicennia sp.), bogem (Sonneritia sp.) dan bolicella (Xylocarpus

granatum) ciri buah yang matang yakni warna kecoklatan, agak keras, dan

bebas dari hama penggerek lebih baik buah yang sudah jatuh dari pohon.

Page 29: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

13

2. Persemaian Bibit Mangrove

a. Pemilihan tempat:

- Lahan yang lapang dan datar.

- Terendam air saat pasang, dengan frekuensi lebih kurang 20-40 kali/bulan,

sehingga tidak memerlukan penyiraman.

- Dekat dengan lokasi tanam.

b. Pembuatan bedeng persemaian:

- Ukuran bedengan disesuaikan dengan kebutuhan, umumnya berukuran 1x5

meter atau 1x10 meter dengan tinggi 1 meter.

- Bedeng diberi naungan ringan dari daun nipah atau sejenisnya.

- Media bedengan berasal dari tanah lumpur disekitarnya.

- Bedeng berukuran 1x15 meter dapat menampung bibit dalam kantong

plastik (10x50 cm) atau dalam botol air mineral bekas (500 ml) sebanyak

1.200 unit, atau 2.250 unit untuk bedengan berukuran 1x10 meter.

c. Pembibitan:

- Buah jenis bakau dan tengar, benih dapat langsung disemaikan dan

sekaligus disapih pada kantong plastik atau botol air mineral bekas yang

telah dilubangi bawahnya dan diisi media tanam.

- Jenis api-api dan prepat benih harus disemaikan terlebih dahulu. Buah api-

api, benih dapat ditebarkan langsung di bak persemaian atau kulit buah

dibelah dua terlebih dahulu sebelum disemaikan dibak persemaian. Jenis

prepat, buah yang sudah tua direndam di dalam air selama 1-2 hari hingga

benihnya benar-benar terpisah. Benih-benih ini kemudian disemaikan di

bak semai yang berisi tanah lumpur. Apabila semai kedua jenis ini telah

berumur kurang lebih 1 bulan atau ditandai dengan keluarnya daun 5-6

helai, semai dipindahkan ke kantong plastik atau botol air mineral bekas

untuk disapih di bedeng persemaian. Penyiraman bibit hanya dilakkukan

apabila air pasang tidak sampai membasahi bibit, setelah bibit bakau atau

tumu berumur sekitar 3-4 bulan, bibit siap untuk ditanam di lapangan,

sedangkan bibit prepat atau api-api siap ditanam setelah umur sekitar 5-6

bulan.

Page 30: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

14

3. Penanaman Mangrove

a. Penanaman dengan benih

Penanaman pada lokasi berlumpur agak keras, terlebih dahulu dibuat lubang

setelah itu buah atau benih dimasukkan ke dalam lubang secara tegak,

kemudian lubang ditutup kembali dengan tangan sehingga sehingga benih

dapat berdiri tegak dengan baik. Penanaman pada lokasi yang berlumpur

lembek atau dalam, sepertiga dari panjang buah atau benih ditancapkan

kedalam lumpur secara tegak dengan bakal kecambah menghadap ke atas.

Tanaman mangrove yang baru ditanam rawan terbawa oleh ombak, untuk itu

perlu dibuatkan ajir yang ditanam disamping buah atau benih. Tanaman

mangrove sebaiknya diberi naungan seperti piyai, pakis-pakisan, ranting, daun

nipah atau lainnya, terutama bagi tanaman mangrove yang ditanam ditempak

terbuka.

b. Penanaman dengan bibit

Penanaman mangrove menggunakan bibit berbeda dengan benih, sebelum

ditanam terlebih dahulu dibuatkan lubang untuk tempat menanam bibt.

Kantung plastik dilepasan dengan hati-hati agar tidak merusak perakarannya,

kemudian bibit dimasukkan kedalam lubang secara tegak sebatas leher akar

dan ditutup kembali dengan lumpur. Ajir digunakan sebagai pelindung agar

bibit tidak hanyut terbawa ombak dengan cara bibit diikatkan pada ajir.

4. Pemeliharaan Mangrove

Pemeliharaa tanaman mangrove meliputi penyiangan dan penyulaman,

pemangkasan dan penjarangan. Keberhasilan penanaman sangat ditentukan oleh

kegiatan pemeliharaan tanaman. Berikut penjelasan mengenai pemeliharaan

tanaman mangrove:

a. Penyiangan dan Penyulaman

Penyiangan dilakukan terhadap tumbuhan pengganggu atau gulma. Gulma

yang biasa tumbuh pada tanaman mangrove yakni piyai (Acanthus ilicifolius)

dan paku-pakuan (Acrosthicum aereum). Piyai atau paku-pakuan dapat menjadi

pesaing bagi bibit atau benih tanaman mangrove yang baru ditanam, tanaman

Page 31: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

15

tersebut setelah ditebang dalam kurun waktu 5 bulan akan tumbuh kembali

terutama di musim hujan. Pemeliharaan dilakukan dengan cara penebasan piyai

atau paku-pakuan secara teratur sampai bibit atau benih tanaman mangrove

menjadi besar dan cukup kuat untuk bersaing dengan tanaman pengganggu.

Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati, baik dengan

menggunakan benih atau bibit. Penyulaman sebaiknya dilakukan dengan bibit

yang berumur sama dengan tanaman yang mati agar umur tegakan tetap

seragam. Cara penyulaman sama dengan cara penanaman.

b. Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk membuat pohot terlihat lebih rapi dan bahan-

bahan hasil pangkasan seperti daun dapat bermanfaat bagi hewan ternak seperti

kambing dan rantingnya dapat menjadi kayu bakar. Pemangkasan biasanya

dilakukan pada tanaman yang ditanam di tambak, pinggir sungai atau saluran

air yang telah berumur 5 tahun ke atas. Bagian tanaman mangrove yang

dipangkas meliputi ranting daun sebelah bawah dan akar-akar tunjang

mangrove paling atas.

c. Penjarangan

Penjarangan biasanya dilakukan pada tanaman mangrove yang ditanam di

tambak, terutama bagian tengah. Penjarangan dilakukan dengan menebang

pohon untuk memberikan ruang tumbuh yang ideal bagi pohon lainnya atau

memperpanjang jarak tanam. Penjarangan biasanya dilakukan pada tanaman

mangrove yang telah berusia 5 tahun keatas. Penjarangan ditengah tambak

bertujuan memperkecil resiko pembusukan air tambak apabila sirkulasi airnya

tidak lancar dan untuk memperluas ruang budidaya ikan.

2.2.3 Teori Perilaku

Menurut Sebayang dkk. (2018), perilaku manusia adalah semua kegiatan

atau aktivitas manusia baik yang diamati langsung maupun tiidak dapat diamati

oleh pihak luar. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia menjadi tiga

domain, ranah, atau kawasan yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan

psikomotor (keterampilan). Menurut Kast dan Rosenweig (1995) dalam Sari

Page 32: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

16

(2017), perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang

dan merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis dan

psikologis.

Marzuki (1999) dalam Sari (2017) juga menyatakan perilaku adalah semua

tingkah laku manusia yang hakekatnya mempunyai motif, yaitu meliputi

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kegiatan manusia dapat bermotif tunggal

ataupun ganda, biasanya perbuatan tersebut terdorong oleh suatu motif utama dan

beberapa motif pendukung yang merupakan rincian dari motif utama.

Pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru.

Penyuluhan merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, baik penyuluhan

mengenai suatu program atau teknologi baru, yaitu dengan mendorong

masyarakat untuk mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan

yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan

memperoleh kehidupan yang lebih baik. Penyuluhan bertujuan untuk mengubah

perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan).

a. Pengetahuan

Pengetahuan (kognitif) adalah segala sesuatu yang diketahui, namun

belum disusun secara sistematik dan belum diuji kebenarannya menurut metode

ilmiah dan belum dinyatakan valid atau sh ahih. Pengetahuan berasal dari dua

sumber yakni sumber langsung dan sumber tidak langsung. Sumber langsung

berasal dari pengalaman sendiri, yaitu persentuhan indra seseorang dengan objek

yang diketahui. Sumber tidak langsung berasal dari pengalaman orang lain yang

kemudian diolah lebih lanjut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan terhadap masalah yang dihadapi (Nata, 2018).

Ranah perilaku menurut Bloom, pengetahuan dibagi menjadi enam

tingkatan yaitu (1) tahu (know) yaitu pemanggilan kembali (recall) dari memori

yang sudah diamati, (2) memahami (comprehension) yaitu proses

menginterpreatsi secara benar objek yang telah diketahui, (3) aplikasi

(application) yaitu menggunakan kembali pemahaman terhadap suatu objek pada

Page 33: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

17

situasi lain, (4) analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, lalu mencari hubungan komponen-komponen

yang ada dalam suatu kasus tertentu, (5) sintesis (synthesis) adalah kemampuan

untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen pengetahuan yang dimiliki, (6) evaluasi (evaluation) yaitu proses

justifikasi atau penilaian objek tertentu. Oleh karena itu, semakin tinggi

pengetahuan maka akan semakin tinggi seseorang melakukan tindakan yang

terkait dengan tindakan tersebut (Sebayang dkk., 2018).

b. Sikap

Menurut Azwar (2011), psikologi memandang perilaku manusia sebagai

suatu reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun kompleks, reaksi ini

disebabkan oleh suatu stimulus yang dapat berasal darimana saja. Perilaku

dipengaruhi oleh sikap, menurut Secord dan Backman (1964) sikap merupakan

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), predisposisi

tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya.

Perilaku lebih banyak ditentukan oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu

daripada sikap umum, namun perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap

melainkan juga dipengaruhi oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita

mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Sikap terhadap suatu

perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk

berperilaku tertentu.

Menurut Mar’at, L. (1982) dalam Ardi (2015), sikap dipengaruhi atau

dibentuk oleh stimulus (pengetahuan), dimana stimulus tersebut akan melahirkan

pengertian, perhatian, dan penerimaan, dengan adanya pengertian, perhatian dan

penerimaan dari stimulus tersebut maka terbentuklah perubahan sikap. Menurut

Bloom et al dalam Suparno (2000) sikap disusun sedemikian rupa sehingga

menunjukkan tingkatan-tingkatan, diantaranya:

Page 34: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

18

1. Menerima

Proses menerima atau menaruh perhatian dimulai dengan kesadaran paling

sederhana akan hadirnya sesuatu. Subjek minimum tidak menghindar dari

objek tersebut.

2. Merespon

Merespon tidak disebabkan oleh adanya rasa takut akan hukuman, melainkan

merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu secara suka rela. Pada tahap

memberi respon, individu sudah menunjukkan tanggung jawab atas apa yang

dikerjakannya dan telah mulai dapat menikmati apa yang dilakukannya.

3. Memberi penilaian

Tahap memberi penilaian yaitu individu meneruskan kegiatan untuk

melakukan sesuatu, merasa menjadi bagian kelompok dari perilaku-perilaku

kegiatan yang sama dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut. Individu

mau mengemukakan pendapat secara lisan maupun tertulis serta senang

membantu orang lain agar memiliki kecakapan seperti yang dimilikinya.

4. Pengorganisasian

Tahap pengorganisasian menandakan bahwa individu membangun penilian

untuk menentukan tingkat kelayakan bagi sesuatu yang relevan dikerjakan oleh

orang lain atau masyarakat. Proses ini dinamakan konseptualisasi nilai.

5. Karakterisasi

Tahap terakhir ialah karakterisasi dimana pada tahap ini individu siap untuk

menilai ulang apa yang telah diyakininya jika bukti-bukti menunjukkan adanya

keharusan untuk merevisi pandangan yang dipegangnya. Pada tahap ini lebih

bersifat logis, ilmiah dan menghargai bukti-bukti sehingga nilai-nilai yang

sudah dibangunnya itu dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.

c. Keterampilan

Keterampilan (psikomotor) adalah suatu kegiatan motorik yang

terorganisir menghasilkan produk dan keahlian produktif, dalam kata lain

keterampilan merupakan perilaku yang menunjukkan kemampuan individu dalam

melakukan tugas mental atau fisik tertentu yang dapat diobservasi. Keterampilan

Page 35: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

19

seseorang biasanya didukung oleh tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Variasi

keterampilan yang dikuasai akan tergantung dari kemauan dan mempuan

seseorang dalam mempelajari hal baru (Suprihatiningsih, 2016).

Menurut Notoatmodjo (1993), keterampilam yang merupakan praktek atau

tindakan adalah tahap selanjutnya setelah seseorang memiliki sikap terhadap suatu

obyek. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Praktek atau

tindakan juga terbagi atas beberapa tingkatan, diantaranya:

1. Persepsi (Perception)

Persepsi dalam keterampilan memiliki arti mengenal dan memilih berbagai

obyek sehubungan dengan yang akan diambil adalah merupakan praktek

tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Respon terpimpin ditandakan dengan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (Mechanism)

Tingakatan ketiga keterampilan atau mekanisme dapat dicapai apabila

seseorang telah dapat melakukan sesatu dengan benar secara otomatis, atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (Adaptation)

Tingkatan terakhir yaitu adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang

sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2.4 Teori FFA (Forces Field Analysis)

Menurut Kurt Lewin (1951) dalam Munandar (2019), pada teorinya yang

disebut Forces Field Analysis kondisi suatu kedaan merupakan kesetimbangan

dari dua kekuatan yang berlawanan. Kekuatan yang menuntut adanya perubahan

(driving forces) dan kekuatan yang mempertahankan keberadaan yang

menghambat terjadinya perubahan (restraining forces).

Page 36: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

20

Analisis medan faktor (Forces Field Analysis), suatu teknik yang

dikembangkan oleh Kurt Lewin untuk mendiagnosis situasi, dapat dimanfaatkan

untuk mengkaji variabel-variabel yang terlibat dalam menentukan efektivitas.

Lewin berasumsi bahwa dalam tiap situasi terdapat faktor-faktor pendorong dan

faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi setiap perubahan yang mungkin

terjadi. Faktor-faktor pendorong (driving forces) adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi situasi yang mendorong dalam arah tertentu, faktor-faktor ini

cenderung mendorong adanya perubahan dan mempertahankan perubahan itu agar

tetap berlangsung, dalam hubungannya dengan produktivitas dalam suatu

kelompok kerja, tekanan dari supervisor, perolehan insentif, dan persaingan dapat

diacu sebagai contoh faktor-faktor pendorong. Faktor-faktor penghambat

(restraining forces) adalah faktor-faktor yang bertindak mengekang atau

memperkecil faktor pendorong. Sikap apatis, permusuhan, pemeliharaan

perlengkapan yang tidak baik dapat diacu sebagai contoh faktor-faktor

penghambat bagi peningkatan produksi (Hersey dkk., 1995).

Gambar 2.1 Keseimbangan Faktor Pendrong dan Penghambat

Keseimbangan tercapai pada saat jumlah faktor pendrorong sama dengan

jumlah faktor penghambat. Keseimbangan itu, level produktivitas pada saat

sekarang, dapat dinaikkan atau diturunkan dengan mengubah hubungan antara

faktor-faktor pendorong dan pengambat (Hersey dkk., 1995).

+1

-3

-4

-2

-1

+2

+4

+3

LE

BIH

TIN

GG

I

LE

BIH

RE

ND

AH

PRODUKTIVITAS

SEKARANG +1

Page 37: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

21

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi yang berada

di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi

merupakan kelompok tani hutan yang aktif dalam kegiatan pengelolaan mangrove

di Kota Probolinggo. Kegaiatan terkait pengelolaan mangrove yang dilakukan

oleh kelompok tani tersebut yakni; (a) penyuluhan atau sosialisasi mengenai

budidaya tanaman mangrove yang baik dan benar kepada anggota dan

masyarakat, (b) menyediakan bibit mangrove baik untuk pesanan ataupun

pelaksanaan program pemerintah, (c) melakukan penanaman mangrove, dan (d)

pengolahan produk usaha agroindustri dari tanaman mangrove menjadi tepung

yang dipasarkan di dalam dan di luar negeri, sirup mangrove, serta memanfaatkan

daun mangrove untuk dijadikan botok, guna meningkatkan nilai tambah tanaman

mangrove.

Petani memperoleh banyak manfaat dengan bergabung dalam kelompok

tani hutan pengelolan mangrove tersebut. Manfaat yang dapat diperoleh petani

dengan bergabung dalam kelompok tani hutan pengelola mangrove diantaranya

yakni; (a) petani dapat melindungi lahan sawah milikinya dari erupsi tanah yang

diakibatkan oleh ombak laut, karena dapat ditahan oleh hutan mangrove dan (b)

dapat meningkatkan pendapatan petani, dari penjualan produk usaha agroindustri,

penjualan hasil tangkapan biota laut yang hidup dibawah hutan mangrove seperti

udang, ikan bandeng, dan ikan nila, serta penjualan bibit mangrove.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat

diversifikasi pekerjaan pada petani wilayah pesisir Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo, dari hanya mengelola lahan sawah, saat ini juga melakukan

pengelolaan tanaman mangrove. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan

perilaku pada petani di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Oleh karena

itu, penelitian ini memiliki 2 tujuan. Pertama yakni untuk mengetahui perilaku

petani pengelola mangrove yang berlandaskan teori perilaku dengan indikator

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kedua yakni untuk mengetahui faktor

pendorong dan faktor penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove yang

berlandaskan teori forces field analysis.

Page 38: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

22

Terkait dengan tujuan pertama dalam penelitian ini yaitu perilaku petani

pengelola mangrove, terdapat beberapa penelitan terdahulu sebagai pendukung.

Pertama Amal dan Baharuddin (2016), berdasarkan hasil penelitiannya tingkat

pengetahuan masyarakat di pesisir pantai Kecamatan Suppa tentang pengelolaan

hutan mangrove sangat baik. Sari dkk. (2017) menjelaskan bahwa perilaku petani

sangat baik yang ditujukkan dengan pengetahuan sangat tinggi, sikap yang setuju,

keterampilan yang sangat baik. Setiawan dkk. (2017) menjelaskan bahwa sikap

yang tinggi menandakan masyarakat sangat mendukung, sikap masyarakat sangat

dipengaruhi oleh keikutsertaannya.

Terkait dengan tujuan kedua dalam penelitian ini yaitu faktor pendorong

dan faktor penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove, terdapat beberapa

penelitan terdahulu sebagai pendukung. Petrtama Setyawan dkk. (2006)

menjelaskan bahwa penyumbang terbesar kerusakan ekosistem mangrove di

pesisir antara lain pertambakan, penebangan pepohonan, reklamasi dan

sedimentasi, serta pencemaran lingkungan. Zainudin dkk. (2015) berdasarkan

hasil penelitiannya menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove adalah intensitas

penyuluhan yang meliputi frekuensi kunjungan penyuluh, kesesuaian materi,

ketepatan metode dan juga ketersediaan sarana, serta adanya dukungan

lingkungan yang meliputi dukungan tokoh masyarakat, dukungan kelompok tani

dan dukungan pemerintah.

Kedua tujuan ini akan dianalisis menggunakan analisis model interaktif

Miles dan Huberman, dimana analisis data akan dilaksanakan secara interaktif

dan berlangsung terus-menerus hingga data yang diperoleh jenuh. Analisis data

dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Analisis data tersebut nantinya akan mendeskripsikan

perilaku petani pengelola mangrove serta faktor pendorong dan penghambat

keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo. Goal yang diharapkan peneliti dengan adanya penelitian ini yakni

keberlanjutan pengelolaan mangrove di wilayah pesisir Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo.

Page 39: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

23

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

1. Aktif dalam kegiatan

pengelolaan mangrove

2. Terjadi diversifikasi

pekerjaan pada petani

lahan basah dengan

ikut membudidayakan

dan mengelola

tanaman mangrove

Pengelolaan Mangrove di Kelompok

Tani Hutan Sinar Pagi di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo

Mengetahui Faktor pendorong dan

penghambat keberlanjutan pengelolaan

mangrove

Mengetahui Perilaku petani

pengelola mangrove

Setyawan (2006); Faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku

masyarakat dalam pelestarian hutan

mangrove adalah; (a) intensitas

penyuluhan, serta (b) adanya

dukungan lingkungan yang meliputi

dukungan tokoh masyarakat,

dukungan kelompok tani dan

dukungan pemerintah

Zainudin (2015); Penyumbang

terbesar kerusakan ekosistem

mangrove di pesisir antara lain; (a)

pertambakan, (b) penebangan

pepohonan, (c) reklamasi dan

sedimentasi, serta (d) pencemaran

lingkungan.

Analisis Data Miles dan Huberman

Keberlanjutan pengelolaan mangrove di wilayah

pesisir Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Teori Forces Field Analysis

Faktor Pendorong Faktor Penghambat

Teori Perilaku

Amal dan Baharuddin (2016);

Tingkat pengetahuan masyarakat di

pesisir pantai tentang pengelolaan

hutan mangrove sangat baik.

Sari (2017); Perilaku petani pada

Program Pengembangan Klaster Padi

Binaan Bank Indonesia baik

ditunjukkan dengan pengetahuan

sangat tinggi, sikap yang setuju,

keterampilan yang sangat baik.

Setiawan (2017); Perilaku

masyarakat dalam konservasi

ekosistem mangrove pada indikator

sikap menunjukkkan sikap yang

tinggi menandakan masyarakat

sangat mendukung. Sikap

masyarakat sangat dipengaruhi oleh

keikutsertaannya.

Pengetahuan Sikap Keterampilan

Page 40: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

24

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian mengenai perilaku petani pengelola mangrove kali ini

menggunakan metode penentuan daerah secara sengaja (purposive method)

dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian. Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian yakni Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo. Daerah penelitian dipilih dengan dasar

pertimbangan bahwa Kecamatan Kademangan merupakan salah satu wilayah

yang menjadi lokasi dilakukannya kegiatan rehabilitasi mangrove dan merupakan

wilayah yang dimana terdapat kelompok tani hutan yang aktif dalam kegiatan

pengelolaan mangrove.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Aminah dkk.

(2019), penelitian kualitatif menghasilkan analisis yang lebih deskriptif daripada

prediktif. Tujuannya adalah untuk memahami secara mendalam sudut pandang

subjek penelitian. Fokus penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan

fenomena dengan lengkap dan/atau mendeskripsikan makna pengalaman subjek

penelitian. Penelitian ini menggunakan jenis fenomenologi. Menurut Aminah dkk.

(2019), fenomenologi merupakan suatu pendekatan dalam penelitian kualitatif

yang digunakan untuk meneliti suatu fenomena tanpa memasukkan hipotesis ke

dalam penelitian. Pendekatan fenomenologi dilakukan dengan cara

mendeskripsikan pengalaman kehidupan manusia tentang suatu fenomena

tertentu. Deskripsi ini berujung pada intisari pengalaman beberapa individu yang

telah mengalami semua fenomena tersebut. Pendekatan fenomenologi dalam

penelitian ini digunakan untuk menggambarkan perilaku petani pengelola

mangrove, serta faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

Page 41: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

25

3.3 Metode Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengguakan

teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan informan dengan berdasarkan

pertimbangan tertentu (Solimun dkk., 2018). Informan yang digunakan disebut

key informan atau informan kunci yaitu seseorang yang secara lengkap dan

mendalam mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam sebuah

penelitian. Key informan yang dipilih dalam penelitian ini yakni Pak Muchlis

selaku ketua Kelompok Tani Sinar Pagi, sekaligus sebagai pelopor penanaman

mangrove di Kota Probolinggo. Pak Muchlis dipilih sebagai key informan atas

dasar pertimbangan karena beliau merupakan orang yang mengetahui

perkembangan perilaku petani pengelola mangrove dan faktor pendorong serta

penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo.

Informan yang digunakan tidak hanya ketua Kelompok Tani Sinar Pagi,

melainkan beberapa informan pendukung diperlukan dalam penelitian ini.

Informan pendukung yang digunakan adalah antara lain para petani yang ikut

melakukan kegiatan pengelolaan mangrove, terutama petani yang tergabung

dalam Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi yakni diantaranya Bapak Edi selaku

wakil ketua kelompok tani hutan, Bapak Arifin selaku bendahara kelompok tani

hutan, Bapak Romli selaku sekretaris kelompok tani hutan, dan Ibu Asmi selaku

anggota kelompok tani hutan. Beliau dipilih sebagai informan pendukung

berdasar pertimbangan bahwa beliau merupakan petani yang terjun langsung

dalam kegiatan pengelolaan mangrove yang memberikan informasi mengenai

perilaku petani pengelola mangrove dan faktor pendorong serta penghambat

keberlanjutan pengelolaan mangrove. Informasi yang diperoleh dari informan

pendukung dapat melengkapi informasi yang diperoleh dari key informan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua macam,

kedua macam data tersebut dilihat berdasarkan asal atau penyebabnya yakni data

primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan

Page 42: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

26

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Jenis data yang

akan digunakan dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui bermacam-macam

cara. Jenis data yang berbeda didapatkan dengan cara yang berbeda pula. Proses

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut:

a. Observasi pengamat non partisipan

Menurut Suwendra (2018), observasi non pastisipan merupakan kegiatan

mengamati keadaan yang terjadi dan peneliti atau pengamat tidak terlibat

dalam kegiatan yang menjadi obyek dalam penelitian. Data yang diperoleh dari

kegiatan observasi merupakan data primer yakni data mengenai perilaku petani

pengelola mangrove dan faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Data

tersebut diperoleh dengan memantau dan memperhatikan lingkungan tempat

observasi.

b. Wawancara mendalam

Menurut Manzilati (2017), wawancara mendalam adalah wawancara yang

terjadi antara satu orang pewawancara dengan satu orang informan dengan

harapan memperoleh informasi mengenai fenomena yang ingin diteliti,

sekalipun gaya wawancaranya bersifat informal, peneliti dapat mempersiapkan

guide line pertanyaan yang nantinya dapat dikembangkan secara fleksibel

selama wawancara berlangsung. Pihak yang dimaksud yakni para petani

pengelola mangrove. Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam

merupakan data primer. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada

pertanyaan yang telah disusun pada pedoman wawancara. Data yang ingin

diketahui melalui wawancara adalah data mengenai perilaku petani pengelola

mangrove dan faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

c. Studi dokumen

Studi dokumen yakni metode pengumpulan data melalui pengkajian beberapa

literatur seperti jurnal, buku, skripsi, atau dokumen lain yang berasal dari

instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti mengumpulkan

dokumen yang diperlukan untuk kemudian ditelaah sehingga dapat mendukung

Page 43: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

27

atau menambah kepercayaan dari pembuktian suatu kejadian. Data yang

diperoleh dari metode pengumpulan data studi dokumen merupakan data

sekunder atau pendukung dari data yang diperoleh melalui observasi dan

wawancara. Dokumen yang dikumpulkan oleh peneliti adalah dokumentasi

kegiatan dan dokumen yang terkait dengan kegiatan pengelolaan mangrove

yang pernah dilakukan oleh petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo.

3.5 Metode Analisis Data

Menurut Pawito (2007), metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Miles

dan Huberman menyatakan bahwa metode untuk melakukan kegiatan analisis data

atau pengolahan data dalam penelitian terdiri dari tiga komponen atau tahapan

yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying

conclusion). Berikut merupakan bagan yang menjelaskan komponen teknis

analisis data model Miles dan Huberman:

Gambar 3.1 Skema metode analisis data Miles dan Huberman.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data atau pengurangan data merupakan upaya yang dilakukan oleh

peneliti selama analisis data dilakukan dengan tidak asal membuang data yang

diperlukan. Data yang direduksi adalah seluruh data yang tidak berkaitan

dengan penelitian ini. Data yang akan diambil adalah data mengenai perilaku

Page 44: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

28

petani pengelola mangrove dan faktor pendorong dan penghambat

keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan langkah-langkah yang mengorganisasikan data,

yakni menjalin kelompok data yang satu dengan kelompok data yang lain

sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu

kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam

perspektif dan berasa bertumpuk maka penyajian data diyakini sangat

membantu proses analisis. Data berasal dari hasil wawancara dan observasi

mengenai perilaku petani pengelola mangrove dan faktor pendorong dan

penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo tersebut disajikan dalam bentuk narasi.

3. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusion)

Penarikan dan pengujian kesimpulan merupakan langkah peneliti dalam

pengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola

data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.

Peneliti masih harus mengkonfirmasi, mempertajam, atau merevisi

kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat sampai kesimpulan final berupa

proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala suatu realitas yang diteliti.

Kesimpulan yang nantinya akan dibuat dalam penelitian ini yakni berkaitan

dengan perilaku petani pengelola mangrove dan faktor pendorong dan

penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo.

3.6 Metode Uji Keabsahan Data

Menurut Wijaya (2018), keabsahan data dilakukan untuk membuktikan

apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah

sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi credibility, transferability, dependability, dan confirmability,

agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai

Page 45: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

29

penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data

sebagai berikut:

1. Credibility

Uji Credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak

meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitiankualitatif.

Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil

penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.

3. Dependability

Dependability atau Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya,

dengan kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil

yang sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian

apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang

sama akan memperoleh hasil yang sama pula.

4. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability

penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah

disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti

menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan.

Menurut Wijaya dkk. (2018), metode yang digunakan untuk menilai

keabsahan dalam penelitian ini yakni metode triangulasi. Metode triangulasi

merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat

mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang

diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi

jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut

pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran

yang handal. Triangulasi ada tiga macam yakni triangulasi sumber, triangulasi

teknik, dan triangulasi waktu. Uji keabsahan dalam penelitian ini melalui dua

triangulasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Page 46: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

30

a. Triangulasi Sumber

Gambar 3.2 Bagan Triangulasi Sumber.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh

melalui beberapa sumber. Pengambilan data dilakukan pada beberapa orang

informan. Informasi yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut akan

memperkuat informasi yang diperoleh dan meningkatkan keabsahan serta

kefaliditasan data.

b. Triangulasi Teknik

Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Teknik.

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data

dengan cara yang berbeda. Pengambilan data dapat dilakukan dengan beberapa

cara yakni wawancara, observasi, dan dokumen. Pengujian keabsahan data

dengan metode triangulasi tehnik tersebut akan menambah keabsahan suatu

data, karena dengan metode triangulasi teknik tersebut data yang diperoleh

dapat saling memperkuat atau memperlemah.

Metode triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni triangulasi

sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara

mengumpulkan data mengenai perilaku petani pengelola mangrove dan faktor

pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo dari beberapa petani yang melakukan pengelolaan

mangrove. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menggunakan metode

wawancara mendalam yang dilakukan kepada key informan dan informan lainnya

Wawancara

Observasi Studi Dokumen

Petani 1

Petani 2 Petani 3

Page 47: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

31

untuk memperoleh informasi mengenai perilaku petani pengelola mangrove dan

faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo secara langsung melalui lisan,

menggunakan metode observasi dalam mengkaji perilaku petani pengelola

mangrove dan faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo dibuktikan dengan foto

hasil observasi, serta studi dokumen yang dapat mendukung data hasil wawancara

dan observasi, dimana nantinya data-data tersebut dibandingkan dan akan

diperoleh keterkaitan atas data-data tersebut.

3.7 Terminologi

1. Mangrove yang memiliki nama latin Rhizophora mucronata Lamk. ini

termasuk kedalam tanaman hutan yang biasa dijumpai di kawasan pesisir

yang terlindung di daerah tropika dan subtropika

2. Mangrove memiliki beberapa fungsi, yakni fungsi fisik, fungsi kimia, fungsi

biologi, dan fungsi sosial ekonomi.

3. Pengelolaan mangrove terdiri dari kegiatan budidaya mangrove dan

pengolahan mangrove.

4. Budidaya mangrove merupakan segala kegiatan mulai dari pembibitan

sampai pemanenan yang dilakukan oleh petani pengelola mangrove di

Kecamatan Kademangan dan Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo.

5. Pengolahan mangrove merupakan segala kegiatan yang berhubungan dengan

merubah wujud tanaman mangrove menjadi produk yang bernilai tambah

yang dilakukan oleh petani pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan

dan Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo.

6. Petani pengelola mangrove yang berada di wilayah pesisir Kecamatan

Kademangan tergabung dalam suatu kelompok tani yang bernama Kelompok

Tani Sinar Hutan Pagi.

7. Perilaku adalah semua tingkah laku petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo yang hakekatnya mempunyai motif, yaitu

meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Page 48: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

32

8. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh petani pengelola

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo, namun belum

disusun secara sistematik dan belum diuji kebenarannya menurut metode

ilmiah dan belum dinyatakan valid atau shahih.

9. Tiangkatan dalam pengetahuan meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis

sintesis, dan evaluasi.

10. Tahu yaitu pemanggilan kembali (recall) dari memori yang sudah diamati

oleh petani pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo.

11. Memahami yaitu proses menginterpreatsi secara benar objek yang telah

diketahui oleh petani pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo.

12. Aplikasi yaitu menggunakan kembali pemahaman petani pengelola mangrove

di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo terhadap suatu objek pada

situasi lain.

13. Analisis adalah kemampuan petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo untuk menjabarkan dan atau memisahkan,

lalu mencari hubungan komponen-komponen yang ada dalam suatu kasus

tertentu.

14. Sintesis adalah kemampuan petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo untuk merangkum atau meletakkan dalam

suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki.

15. Evaluasi yaitu proses justifikasi atau penilaian objek tertentu oleh petani

pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

16. Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi), predisposisi tindakan (konasi) petani pengelola mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo terhadap suatu aspek

dilingkungan sekitarnya.

17. Tingkatan dalam sikap meliputi menerima, merespon, memberi penilaian,

pengorganisasian, dan karakterisasi.

Page 49: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

33

18. Menerima merupakan proses menaruh perhatian yang dilakukan petani

pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo dimulai

dengan kesadaran paling sederhana akan hadirnya sesuatu.

19. Merespon adalah saat dimana petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo sudah menunjukkan tanggung jawab atas apa

yang dikerjakannya dan telah mulai dapat menikmati apa yang dilakukannya.

20. Memberi penilaian adalah tahap dimana petani pengelola mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo mau mengemukakan pendapat

secara lisan maupun tertulis serta senang membantu orang lain agar memiliki

kecakapan seperti yang dimilikinya.

21. Pengorganisasian adalah tahap dimana petani pengelola mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo membangun penilian untuk

menentukan tingkat kelayakan bagi sesuatu yang relevan dikerjakan oleh

orang lain atau masyarakat.

22. Karakterisasi adalah tahap dimana petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo menghargai bukti-bukti sehingga nilai-nilai

yang sudah dibangunnya itu dijadikan pedoman dalam bertindak dan

berperilaku.

23. Keterampilan adalah perilaku yang menunjukkan kemampuan petani

pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo dalam

melakukan tugas mental atau fisik tertentu yang dapat diobservasi.

24. Tingkatan dalam keterampilan meliputi persepsi, respon terpimin,

mekanisme, dan adaptasi.

25. Persepsi adalah tahap dimana petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo mengenal dan memilih berbagai obyek

sehubungan dengan yang akan diambil.

26. Respon terpimpin adalah tahap dimana petani pengelola mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

Page 50: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

34

27. Mekanisme adalah tahap dimana petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo telah dapat melakukan sesatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

28. Adaptasi adalah tahap dimana petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo dapat mengembangkan atau memodifikasi

hal yang telah ada tanpa mengurangi kebenaran hal tersebut.

29. Analisis medan faktor (Forces Field Analysis) adalah suatu teknik yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat

keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo.

30. Faktor-faktor pendorong (driving forces) adalah faktor-faktor yang

mendorong adanya keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo dan mempertahankan hal tersebut agar tetap

berlangsung.

31. Faktor-faktor penghambat (restraining forces) adalah faktor-faktor yang

bertindak mengekang atau memperkecil faktor pendorong keberlanjutan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

Page 51: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

35

BAB 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1 Gambaran Umum WilayahKecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Kecamatan Kademangan merupakan salah satu dari lima kecamatan yang

ada di Kota Probolinggo. Kecamatan Kademangan terletak pada 7º43’ Lintang

Selatan dan 113º13” Bujur Timur, dengan ketinggian daerah kurang lebih 15

meter dari permukaan laut. Berikut peta wilayah Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo:

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Sumber: BPS Kecamatan Kademangan dalam Angka (2018).

Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa Kecamatan Kademangan

terletak di sebelah Barat Kota Probolinggo. Kecamatan ini berbatasan dengan

Selat Madura di sebelah utara, Kecamatan Sumber Asih dan Kecamatan

Wonomerto Kabupaten Probolinggo di sebelah selatan, Kecamatan Sumberasih

Page 52: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

36

Kabupaten Probolinggo di sebelah barat dan Kecamatan Mayangan dan

Kecamatan Kedopok di sebelah timur. Ibukota kecamatan ini terletak di

Kelurahan Kademangan. Batas wilayah Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo dapat dituliskan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kecamatan Wonomerto, Kab. Probolinggo

Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih, Kab. Probolinggo

Sebelah Timur : Kecamatan Mayangan dan Kecamatan Kedopok

Luas wilayah Kecamatan Kademangan yakni seluas 12.754 Km² yang

terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan yakni Kelurahan Triwung Kidul, Kelurahan

Kademangan, Kelurahan Pohsangit Kidul, Kelurahan Pilang, Kelurahan Triwung

Lor dan Kelurahan Ketapang. Luas wilayah Kelurahan Triwung Kidul yakni

seluas 1,76 Km2, Kelurahan Kademangan seluas 2,13 Km2, Kelurahan Pohsangit

Kidul seluas 1.665 Km2, Kelurahan Pilang seluas 3,068 Km2, Kelurahan Triwung

Lor seluas 2,08 Km2, dan Kelurahan Ketapang seluas 2,05 Km2. Kelurahan

Pilang merupakan kelurahan terluas di Kecamatan Kademangan, sedangkan

kelurahan Pohsangit Kidul merupakan kelurahan dengan luas wilayah terkecil.

Kecamatan Kademangan juga terdiri dari 33 Rukun Warga (RW) dan 175 Rukun

Tetangga (RT). Berikut peta wilayah Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

(Melani, 2018).

Kecamatan Kademangan mengalami 2 (dua) musim, yaitu musim kemarau

dan hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan Juli sampai dengan Nopember,

sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juni, dan bulan

Desember. Menurut stasiun pengamatan hujan Kademangan, rata-rata curah hujan

tiap bulannya diatas 192 mm kecuali pada bulan Juli sampai dengan November

tidak ada hujan. Pada bulan Juni merupakan jumlah curah hujan yang terkecil

yaitu 2 mm, sedangkan jumlah curah hujan terbanyak berada pada bulan April

sebesar 461 mm dengan hari hujan 12 hari (Melani, 2018).

Rentang usia penduduk Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo yakni

antara usia 0 sampai 75 tahun. Jumlah penduduk terbanyak yakni remaja pada

usia 15-19 tahun. Terdapat beberapa warga negara asing (WNA) yang tinggal di

Page 53: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

37

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo yakni sebanyak 19 orang. Berikut data

jumlah penduduk Kecamatan Kademangan Kota Prolinggo menurut kelurahan

pada tahun 2017.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Kademangan Tahun 2017

No Kelurahan Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Triwung Kidul 4.268 orang 4.385 orang 8.653 orang

2 Kademangan 4.038 orang 4.351 orang 8.389 orang

3 Pohsangit Kidul 2.379 orang 2.434 orang 4.813 orang

4 Pilang 3.135 orang 3.147 orang 6.282 orang

5 Triwung Lor 3.750 orang 3.965 orang 7.715 orang

6 Ketapang 4.231 orang 4.582 orang 8.813 orang

Total 21.801 orang 22.864 orang 44. 665 orang

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Kademangan dalam angka Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa penduduk Kecamatan Kademangan

menurut Proyeksi Penduduk Kota Probolinggo tercatat sebesar 44.665 jiwa terdiri

atas laki-laki sebesar 22.801 jiwa dan perempuan sebesar 22.864 jiwa yang

tersebar di 6 (enam) kelurahan. Kelurahan Ketapang mempunyai jumlah

penduduk terbesar yakni sebesar 8.813 jiwa sedangkan kelurahan Pohsangit Kidul

mempunyai jumlah penduduk terkecil yakni sebesar 4.813 jiwa. Perbandingan

jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan Kademangan hampir

sama, namun jumlah penduduk perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan

jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki.

4.2 Potensi Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Kecamatan Kademangan termasuk ke dalam wilayah pesisir di Kota

Probolinggo yang memiliki potensi pertanian, perikanan, dan peternakan yang

cukup baik. Potensi pada sektor pertanian yakni pada tanaman pangan seperti padi

dan jagung, tanaman perkebunan seperti tebu, kelapa, dan tembakau, serta

tanaman hortikultura seperti bawang merah. Potensi pada sektor perikanan yakni

pada perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi pada sektor peternakan

yakni ternak besar dan ternak unggas. Potensi sub sektor tanaman pangan dapat

dilihat pada tabel 4.2.

Page 54: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

38

Tabel 4.2 Luas areal dan produksi tanaman pangan menurut kelurahan dan jenis tanaman

di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo Tahun 2017

No. Desa

Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

Padi

Sawah

Padi

Ladang Jagung

Padi

Sawah

Padi

Ladang Jagung

1. Triwung

Kidul 62 0 157 380,37 0 1.130,40

2. Kademangan 74 19 199 453,99 108,51 1.452,30

3. Pohsangit

Kidul 49 40 195 308,60 236,36 1.422,53

4. Pilang 178 0 161 1.121,04 0 1.167,25

5. Triwung Lor 117 0 286 718 0 2.072,07

6. Ketapang 131 0 99 825 0 719,70

Total 611 59 1.097 3.807,03 345 7.964,22

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Kademangan dalam angka Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa tanaman pangan yang cukup

banyak diusahakan oleh masyarakat Kecamatan Kademangan yakni tanaman

jagung. Luas areal tanam jagung di Kecamatan Kademangan mencapai 1.097 Ha

dengan produksi sebanyak 7.964,22 ton pada tahun 2017. Kelurahan dengan

jumlah produksi jagung terbesar yakni Kelurahan Triwung Lor. Produksi tanaman

pangan yang paling sedikit yakni tanaman padi ladang dengan jumlah produksi

sebesar 345 ton pada tahun 2017. Kelurahan yang mengusahakan tanaman padi

ladang yakni hanya Kelurahan Kademangan dan Kelurahan Pohsangit Kidul.

Komoditas sub sektor perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat

Kecamatan Kademangan antara lain tebu, kelapa, dan tembakau. Potensi sub

sektor perkebunan di Kecamatan Kademangan dapat dikatakan cukup baik

terutama pada tanaman tebu. Produksi sub sektor perkebunan dapat dilihat pada

tabel produksi tanaman perkebunan di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

tahun 2017.

Tabel 4.3 Produksi tanaman perkebunan menurut kelurahan di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo Tahun 2017

No. Kelurahan Produksi (Ton)

Tebu Kelapa Tembakau

1. Triwung Kidul - 0,1 0,3

2. Kademangan - 0,2 -

3. Pohsangit Kidul - 0,1 0,7

4. Pilang 1.021,4 0,1 -

5. Triwung Lor 308,8 0,2 -

6. Ketapang - 0,1 -

Total 1.330,2 0,8 0,9

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Kademangan dalam angka Tahun 2018.

Page 55: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

39

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa produksi tebu merupakan produksi

terbanyak dari ketiga tanmana perkebunan yang diusahakan di Kecamatan

Kademangan pada tahun 2017. Jumlah produksi tebu mencapai 1.330,2 ton.

Kelurahan yang mengusahakan tanaman tanaman tebu hanya Kelurahan Pilang

dan Kelurahan Triwung Lor. Angka produksi tebu terbesar terdapat di Kelurahan

Pilang sebesar 1.021,4 ton yang diikuti oleh produksi tebu di Kelurahan Triwung

Lor sebesar 308,8 ton. Angka produksi tebu ini sangat berbanding terbalik dengan

produksi kelapa dan tembakau. Jumlah produksi kelapapa hanya sebesar 0,8 ton

dan produksi tembakau hanya sebesar 0,9 ton.

Kecamatan Kademangan dapat dikatakan merupakan wilayah yang tidak

memiliki potensi dalam sub sektor hortikultura, hal ini dibuktikan dengan hanya

terdapat satu komoditas hortikultura yang dibudidayakan yakni bawang merah.

Tidak terdapat horti buah yang dibudidayakan di Kecamatan Kademangan.

Berikut jumlah produksi bawang merah di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo pada tahun 2017.

Tabel 4.4 Produksi bawang merah di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo pada

tahun 2017.

No. Desa Produksi

(Ton)

1. Triwung Kidul 0

2. Kademangan 25

3. Pohsangit Kidul 0

4. Pilang 55

5. Triwung Lor 0

6. Ketapang 178

Total 258

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Kademangan dalam angka Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa produksi bawang merah di

Kecamatan Kademangan pada tahun 2017 sebesar 258 ton. Angka produksi

tersebut diperoleh dari tiga kelurahan yakni Kelurahan Kademanga, Kelurahan

Pilang, dan Kelurahan Ketapang. Produksi terbanyak terdapat di Kelurahan

Ketapang dengan jumlah 178 ton, diikuti Kelurahan Pilang sebesar 55 ton dan

Kelurahan Kademangan sebesar 25 ton.

Page 56: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

40

Potensi sub sektor peternakan di Kecamatan Kademangan juga perlu

diperhitungkan. Usaha ternak di Kecamatan Kademangan terbagi menjadi ternak

unggas dan ternak besar. Ternak besar meliputi sapi potong, sapi perah, kambing,

domba, dan kuda, sedangkan ternak unggas meliputi ayam kampung, itik, mentok,

dan angsa. Potensi usaha ternak di Kecamatan Kademangan dapat dilihat pada

tabel 4.5 dan 4.6.

Tabel 4.5 Produksi ternak besar di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo Tahun

2017.

No. Desa Ternak Besar (Ekor)

Sapi Potong Sapi Perah Kuda Kambing Domba

1. Triwung Kidul 424 0 2 376 453

2. Kademangan 447 5 0 610 575

3. Pohsangit

Kidul 710 1 0 412 707

4. Pilang 88 18 0 174 215

5. Triwung Lor 206 0 0 262 259

6. Ketapang 124 0 0 198 226

Total 1.999 24 2 2.032 2.435

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Kademangan dalam angka Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa ternak besar yang diusahakan di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo diantaranya sapi potong, sapi perah,

kuda, kambing, dan domba. Produksi ternak besar yang terbesar di Kecamatan

Kademangan pada tahun 2017 yakni ternak domba dengan jumlah 2.435 ekor,

diikuti oleh produksi kambing sebanyak 2.032 ekor, produksi sapi potong

sebanyak 1.999 ekor, produksi sapi perah sebanyak 24 ekor, dan produksi kuda

sebanyak 2 ekor. Jumlah ternak terbesar diproduksi di Kelurahan Pohsangit Kidul,

sedangkan jumlah ternak terkecil diproduksi di Kelurahan Pilang.

Tabel 4.6 Produksi ternak unggas di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo Tahun

2017.

No. Desa Ternak Unggas (Ekor)

Ayam Kampung Itik Mentok Angsa

1. Triwung Kidul 3.270 119 6 4

2. Kademangan 3.030 104 25 11

3. Pohsangit Kidul 3.301 0 21 9

4. Pilang 2.372 247 6 6

5. Triwung Lor 3.365 0 0 5

6. Ketapang 2.230 0 12 0

Total 17.568 470 70 35

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Kademangan dalam angka Tahun 2018.

Page 57: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

41

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa ternak unggas yang diusahakan di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo diantaranya ayam kampung, itik,

mentok, dan angsa. Produksi ternak uanggas yang terbesar di Kecamatan

Kademangan pada tahun 2017 yakni ternak ayam kampung dengan jumlah 17.568

ekor, diikuti oleh produksi itik sebanyak 470 ekor, produksi mentok sebanyak 70

ekor, dan produksi angsa sebanyak 35 ekor. Angka produksi ternak tersebut

menunjukkan bahwa Kecamatan Kademangan memiliki potensi ternak yang

cukup baik.

Sub sektor perikanan yang terdapat di Kota Probolinggo terdiri dari

perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Perikanan tangkap terdiri dari

perikanan laut dan perikanan umum, sedangkan perikanan budidaya terdiri dari

perikanan tambak dan perikanan kolam. Kota Probolinggo memiliki potensi

perikanan yang dapat dikatakan sangat baik, mengingat Kota Probolinggo

merupakan wilayah pesisir. Potensi sub sektor perikanan di Kota Probolinggo

dapat dilihat pada tabel produksi perikanan menurut lokasi penangkapan di Kota

Probolinggo tahun 2017.

Tabel 4.7 Produksi perikanan menurut lokasi penangkapan di Kota Probolinggo tahun

2017.

No. Jenis Perikanan Lokasi

Penangkapan Ikan

Tahun

2015 2016 2017

1 Perikanan

Tangkap

Perikanan Laut 14.912.788 19.740.780 19.239.800

Perikanan Umum 1.622 7.806 6.800

2 Perikanan

Budidaya

Perikanan Tambak 122.172 213.990 210.580

Perikanan Kolam 55.272 273.220 250.850

Total 15.091.854 20.235.796 19.708.030

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Kademangan dalam angka Tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa produksi pada sektor perikanan di

Kota Probolinggo mengalami fluktuasi dalam kurun tiga tahun terakhir,baik pada

perikanan tangkap maupun perikanna budidaya. Namun pada perikanan budidaya

kolam mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Jumlah produksi perikanan

terbesar terdapat pada tahun 2016 dengan jumlah 20.235.796. Jumlah produksi

terkecil yakni terdapat pada tahun 2015 dengan jumlah 15.091.854. Perikanan

tangkap laut merupakan penyumbang terbesar dalam sub sektor perikanan,

sedangkan penyumbang terkecil yakni perikanan tangkap umum.

Page 58: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

42

4.3 Aspek Sosial dan Budaya di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Aspek sosial masyarakat Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

ditinjau dari segi pendidikan, dan agama. Masyarakat Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Masyarakat

Kecamatan Kademangan mayoritas merupakan lulusan TK dan SD dengan jumlah

berturut-turut yakni 447 orang dan 484 orang, sedangkan lulusan SMP sebanyak 8

orang, dan SMA sebanyak 153 orang. Fasilitas pendidikan yang terdapat di

Kecamatan Kademangan yakni gedung pendidikan formal diantaranya TK, SD,

SMP, SMA, SMK, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah

Aliyah. Jumlah TK yang berada di Kecamatan Kademangan yakni sebanyak 20

TK swasta. Jumlah SD sebanyak 18 SD yang terbagi menjadi 17 SD negeri dan 1

SD swasta. Jumlah SMP yakni sebanyak 3 SMP swasta, sedangkan jumlah SMA

sebanyak 3 SMA swasta dan jumlah SMK sebanyak 4 SMK yang terbagi menjadi

1 SMK negeri dan 3 SMK swasta. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah yakni sebanyak 7

sekolah, sedangkan Madrasah Tsanawiyah sebanyak 5 sekolah, dan Madrasah

Aliyah sebanyak 5 sekolah. Jumlah murid SD/MI di Kecamatan Kademangan

sebanyak 3.830 orang dan jumlah guru SD/MI sebanyak 233 orang. Jumlah murid

SMP/MTS sebanyak 2.750 orang orang dan jumlah guru SMP/MTS sebanyak 152

orang. Jumlah murid SMA/MA sebanyak 2.765 orang orang dan jumlah guru

SMA/MA sebanyak 189 orang (Melani, 2018).

Kecamatan Kademangan juga memiliki fasilitas kesehatan berupa

Puskesmas, Pukesmas Pembantu, Posyandu, dan Klinik atau Balai Kesehatan.

Jumlah Puskesmas sebanyak 1 buah, Pukesmas pembantu sebanyak 4 buah,

Posyandus sebanyak 35 buah, dan Klinik atau Balai Kesehatan sebanyak 2 buah.

Tenaga kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kademangan diantaranya tenaga

keperawatan sebanyak 21 orang, tenaga kebidanan sebanyak 13 orang, tenaga

kefarmasian sebanyak 2 orang, dokter umum sebanyak 3 orang, dan dokter gigi

sebanyak 2 orang (Melani, 2018).

Agama yang dianut masyarakat Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo bermacam-macam, yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik,

Hindu, Budha, dan Konghucu. Mayoritas masyarakat Kecamatan Kademangan

Page 59: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

43

beragama Islam dengan jumlah masyarakat sebanyak 42.131 orang. Jumlah

masyarakat yang memeluk agama Kristen Protestan sebanyak 238 orang, Kristen

Katholik sebanyak 182 orang, Hindu sebanyak 8 orang, Budha sebanyak 5 orang,

dan Konghucu sebanyak 1 orang. Walaupun masyarakat Kecamatan Kademangan

terdiri dari bermacam-macam agama, namun hanya terdapat fasilitas peribadatan

bagi umat muslim yakni masjid dan musholah. Jumlah masjid sebanyak 24 buah

dan musholah sebanyak 31 buah (Melani, 2018).

Masyarakat di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo adalah

masyarakat suku Jawa Madura. Masyarakat di Kecamatan Kademangan

menggunakan bahasa Jawa dan Madura untuk komunikasi sehari-hari, namun

terdapat pula masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia untuk

berkomunikasi sehari-hari. Masyarakat Kecamatan Kademangan masih aktif

dalam melakukan kegiatan kesenian, kegiatan kesenian tersebut diantaranya seni

hadrah/qasidah/rebana, seni tari, seni lukis, jaran bodhag, seni musik, seni reog,

seni karawitan, seni ludruk, dan seni rupa/pahat/patuh/dekorasi. Bahkan dibentuk

kelompok-kelompok seni, seperti seni hadrah/qasidah/rebana terdapat 34

kelompok, seni musik sebanyak 3 kelompok, dan seni tari, seni lukis, jaran

bodhag, seni reog, seni karawitan, seni ludruk, seni rupa/pahat/patuh/dekorasi

masing-masing 1 kelompok. Tercatat terdapat 674 orang yang aktif di dalam

kelompok kesenian tersebut (Melani, 2018).

4.4 Gambaran Umum Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Kelompok tani hutan merupakan suatu kelompok yang menaungi beberapa

sub sektor pertanian. Kelompok tani hutan yang berada di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo memiliki nama Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi.

Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi berawal dari sebuah kelompok tani kecil yang

bernama Sinar Pagi yang dibentuk pada tahun 1990an, kelompok tani tersebut

terdiri dari petani bawang, petani tebu, petani padi dan petani jagung. Tahun 2005

dibentuk kelompok tani hutan oleh Dinas Pertanian Kota Probolinggo yang

dinamakan sama dan menaungi beberapa kelompok sub sektor pertanian termasuk

Page 60: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

44

sub sektor yang tergabung dalam Kelompok Tani Sinar Pagi tersebut. Kegiatan

kelompok tani yang awalnya hanya berkaitan dengan budidaya tanaman pangan

dan hortikultura, setelah menjadi kelompok tani hutan juga melakukan kegiatan

yang berkaitan dengan pengelolaan tanaman mangrove, budidaya tambak, dan

penangkapan ikan.

Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi beranggotakan 30 orang petani yang

aktif. Tujuan dibentuknya kelompok tani hutan yakni untuk mengorganisasikan

beberapa sub sektor yang berada di dalamnya, hal ini bertujuan agar setiap petani,

petambak, dan nelayan yang tergabung terus dapat memperoleh hasil dari

usahanya yang dibantu dengan adanya pengelolaan tanaman mangrove. Struktur

organisasi Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi dapat dilihat pada gambar struktur

organisasi Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi di bawah ini:

Gambar 4.2 Struktur organisasi Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi

Kelompok Tani Hutan Sinar Pagi diketuai oleh Pak Muchlis yang juga

merupakan pelopor penanam mangrove di Kota Probolinggo. Pak Muchlis dibantu

oleh seorang wakil yang bernama Pak Edi Furqoni. Tugas seorang ketua dan

wakil disini yakni sebagai penggerak kelompok tani hutan yang

mengkoordinasikan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh sub sektor

tergabung di dalamnya. Ketua dan wakil dibantu oleh sekretaris dan bendahara,

sekretaris bertugas membuat segala bentuk surat atau proposal yang dibutuhkan

Ketua Kelompok Tani Hutan

Muchlis

Wakil Ketua Kelompok Tani Hutan

Edi Furqoni

Sekretaris

Romli Bendahara

Samsul Arifin

Kelompok Tani

Sinar Pagi

Kelompok Pengelola

Tambak

Kelompok

Penangkap Ikan

Page 61: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

45

oleh kelompok tani hutan bersama dengan ketua, bendahara bertugas menyimpan

kas kelompok yang terkumpul setiap bulannya. Tugas kelompok tani hutan disini

yakni menaungi dan mendampingi beberapa kelompok sub sektor pertanian yang

tergabung di dalamnya yakni kelompok tani, kelompok pengelola tambak, dan

kelompok penangkap ikan.

Kegaiatan terkait pengelolaan mangrove yang dilakukan oleh kelompok

tani hutan tersebut yakni; (a) penyuluhan atau sosialisasi mengenai budidaya

tanaman mangrove yang baik dan benar kepada anggota dan masyarakat, (b)

menyediakan bibit mangrove baik untuk pesanan ataupun pelaksanaan program

pemerintah, (c) melakukan penanaman mangrove, dan (d) pengolahan produk

usaha agroindustri dari tanaman mangrove. Program pemerintah Kota

Probolinggo yang pernah diikuti terkait tanaman mangrove yakni program

menanam bibit mangrove yang bertujuan untuk pelestarian tanaman mangrove di

Kota Probolinggo seperti yang baru-baru ini dilakukan yakni Program One Man

One Tree, kegiatan tersebut dilakukan untuk memperingati Hari Lingkungan

Hidup yang diikuti oleh masyarakat pesisir, petani, dan nelayan selama dua

minggu. Program tersebut dilakukan di batas Kelurahan Pilang dan Kelurahan

Ketapang, serta batas Kelurahan Ketapang dan Kabupaten Probolinggo. Total

program menanam mangrove yang pernah diikuti oleh Kelompok Tani Hutan

Sinar Pagi selama ini yakni sebanyak 15 program. Program lain yang dilakukan

yakni program bersih-bersih pantai yang bertujuan membersihkan sampah-

sampah yang berada di wilayah pesisir pantai.

Page 62: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

46

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo

Perilaku merupakan serangkaian tingkah laku manusia yang bermotif dan

terbentuk dari kombinasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimilikinya,

baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak

luar. Pengkajian perilaku petani pengelola mangrove yang berada di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo diidentifikasi dengan menggunakan tiga indikator

yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5.1.1 Pengetahuan Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo

Dari sisi pengetahuan yang akan diketahui adalah bagaimana pemahaman

petani terhadap; (a) manfaat mangrove, (b) budidaya mangrove, (c) jenis-jenis

mangrove, dan (d) cara mengolah mangrove. Identifikasi keempat aspek tersebut

dilakukan melalui tanya jawab dengan petani dan observasi yang dilakukan

peneliti.

Pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan, yang pertama tahu (know)

yaitu pemanggilan kembali (recall) dari memori yang sudah diamati, kedua

memahami (comprehension) yaitu proses menginterpreatsi secara benar objek

yang telah diketahui, ketiga aplikasi (application) yaitu menggunakan kembali

pemahaman terhadap suatu objek pada situasi lain, keempat analisis (analysis)

yakni kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, lalu

mencari hubungan komponen-komponen yang ada dalam suatu kasus tertentu,

kelima sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk merangkum atau meletakkan

dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki,

evaluasi (evaluation) yaitu proses justifikasi atau penilaian objek tertentu.

a. Manfaat Mangrove

Berdasarkan pada penelitian untuk manfaat mangrove petani dapat

menyebutkan manfaat-manfaat tanaman mangrove dengan baik diantaranya yakni;

(a) mencegah abrasi, (b) menahan tsunami, (c) membersihkan lingkungan laut, (d)

Page 63: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

47

tempat berkembang biak biota laut, dan (e) menghasilkan produk olahan dan

petani mampu menjelaskan cara tanaman mangrove dimanfaatkan mulai dari

perakaran, pohon, daun, dan buahnya. Terbukti dari hasil wawancara dengan Pak

Muchlis yang mengatakan:

“Manfaatnya ya banyak, nomer 1 ya abrasi, abrasi...” (Pak

Muchlis, 19 Maret 2019)

“Karna ada pendangkalan jauh, ada pendangkalan sampe berapa,

sampe bukan meteran, kiloan mulai 2005 sampe sekarang

pendangkalan kan sudah berkilo-kilo anu sudah, di pilang aja

uda ada 2 kilo ada” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Muchlis menyebutkan bahwa manfaat tanaman mangrove yang

pertama yakni dapat mencegah abrasi pantai. Pak Muchlis juga menjelaskan hal

tersebut dapat terjadi karena tanaman mangrove menghasilkan pendangkalan.

Pernyataan Pak Muchlis seiring dengan pendapat Atmoko dan Sidiyasa

(2007) yang mengatakan bahwa akar pohon mangrove yang merupakan akar nafas

mampu menahan tanah di daerah pantai dari kikisan air laut. Sistem perakaran

mangrove dapat meperlambat arus air yang mengandung lumpur dan akan

mengakibatkan pengendapan lumpur yang terbawa oleh air laut.

Menurut Karuniastuti (2013) abrasi pantai itu sendiri merupakan sebuah

proses pengikisan daratan pantai yang menyebabkan garis-garis pantai menyempit

dikarenakan kekuatan gelombang laut serta arus laut yang kuat dan bersifat

merusak. Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia

karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi akibat pemanasan global,

abrasi juga disebabkan oleh penggundulan hutan mangrove oleh manusia.

Pak Muchlis kemudian menyebutkan bahwa tanaman mangrove dapat

menahan tsunami atau banjir bandang dengan mengatakan:

“Banjir bandang, ya mungkin kalau ada itu nyangkut ke

mangrove, kalau ada tsunami seandainya ada tsunami mungkin

nyangkut ke mangrove” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Page 64: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

48

“jadi ndak kemana-mana kalau ada banjir ada banjir tanah itu apa,

ditahan ditahan anu pohon mangrove, ditahan pohon mangrove

kalau ada banjir” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Muchlis menjelaskan apabila terjadi banjir bandang atau tsunami

maka ombaknya akan terlebih dahulu terhantam dan ditahan oleh hutan mangrove

sehingga hal tersebut dapat memperkecil dampak terjadinya tsunami tersebut. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Purnamasari (2017) bahwa mangrove memiliki

peranan penting untuk mengurangi energi gelombang tsunami. Pengurangan

energi gelombang tsunami terkait dengan beberapa faktor, yaitu spesies

mangrove, ukuran pohon, luas hutan mangrove, struktur sifat pohon, dan batas

ukuran hutan mangrove (sejauh berapa dari laut ke darat). Karakteristik pohon

pada hutan mangrove sangat berpengaruh dalam meredam gelombang tsunami.

Pak Muchlis juga menyebutkan bahwa tanaman mangrove dapat berfungsi

sebagai pembersih lingkungan laut dengan mengatakan:

“..juga sampah disana termasuk ditahan mangrove, leh kalau ndak

ada mangrove sampahnya ke tengah lautan..” (Pak Muchlis, 19

Maret 2019)

“Lah sampahnya trus masuk ke mangrove, lah itu

menghambatnya mangrove lagi, tapi lautannya agak bersih. Lah

umpamanya ndak ada mangrove tambah parah tambah parah, lah

itu, mangkanya membersih lingkungan lagi” (Pak Muchlis, 19

Maret 2019)

Pak Muchlis mengatakan bahwa hutan mangrove dapat berperan sebagai

pembersih lingkungan khususnya lingkungan laut, karena dengan adanya hutan

mangrove sampah yang berada di lautan akan terbawa dan tertahan di dalam

habitat hutan mangrove sehingga lautan menjadi bersih. Namun hal tersebut juga

dapat membahayakan ekosistem hutan mangrove karena jumlah sampah yang

terlalu banyak akan meracuni perakaran tanaman mangrove dan biota laut yang

berada di bawahnya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suryono (2013) yang mengatakan

akar pasak dari api-api dan tancang berfungsi sebagai sistem pernafasan,

menangkap endapan, dan membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang

Page 65: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

49

datang dari daratan. Zat-zat kimia atau polutan yang terbawa oleh air sungai dari

daratan dapat dilepaskan dan menjadi bersih apabila melewati akar-akar pasak

pohon api-api. Manfaat mangrove lainnya diungkapkan oleh Pak Romli yang

mengatakan:

“Boh, ikan tambah banyak. Ikannya tambah banyak dibawahnya

itu.. Iyaa, ada kepiting sama banyak disana.. Udang, ikan.. Ikan

teri ada, cumi-cumi ada, sembilang ada, ya keting, banyak disana”

(Pak Romli, 5 Februari 2019)

Pak Romli mengungkapkan bahwa dengan adanya mangrove maka jenis-

jenis ikan yang hidup di wilayah pesisir pantai jumlahnya bertambah banyak.

Jenis ikan yang berkembang biak di habitat hutan mangrove tersebut diantaranya

seperti teri, cumi-cumi, sembilang, dan keting. Pernyataan Pak Romli didukung

oleh pernyataan Pak Muchlis yang mengatakan:

“Keuntungannya itu hutan mangrove dari awal saya itu sudah

berte tempatnya telur, apa, apa, tempatnya telur ya apa, ikan-

ikan aa jelas sudah, ikan kan kalau telur itu bukan ditengah

dipinggir seperti udang, trus apa, ikan-ikan ya pokoknya ikan-

ikanlah. Jadi kalau ada sisa anu ya itu kalau netas di mangrove

ada sisa anu itu coba itu amati itu kan banyak ikan kecil-kecil

sekali, itu menetasnya” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Muchlis menjelaskan bahwa habitat tanaman mangrove digunakan

sebagai tempat bertelur atau berkembangbiak biota laut seperti ikan dan udang

yang bertempat dibawah perakaran pohon mangrove. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Pramudji (2001) bahwa kekhasan tipe perakaran beberapa jenis tanaman

mangrove seperti Rhizophora sp., Avicennia sp., dan Sonneratia sp., dan kondisi

lantai hutan, kubangan serta alur-alur yang saling berhubungan merupakan

perlindungan bagi larva berbagai biota laut. Kondisi seperti ini pula sangat

penting dalam menyediakan tempat untuk bertelur, pemijahan, dan pembesaran

serta tempat mencari makan bagi berbagai jenis ikan dan udang kecil karena

suplai makanannya tersedia dan terlindungi dari ikan pemangsa.

Page 66: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

50

Pak Muchlis juga menjelaskan bahwa habitat hutan mangrove banyak

menarik organisme darat seperti burung-burung dan organisme laut seperti

kepiting dan kerang untuk mencari makanan disana dengan mengatakan:

“..keduanya itu apa, menguntungkan petani tradisional, ee apa,

seperti udang, kepiting, kerang, apa, ee terus burung-burung, ee

hewan-hewan apa, itu berdatangan, karna apa, karna sudah

mangrovenya sudah jadi.” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Hal tersebut seiring dengan pendapat Suryono (2013) yang mengatakan

habitat mangrove merupakan tempat bagi biota laut memperoleh makanan.

Makanan tersebut berasal dari daun-daun mangrove yang berguguran kemudian

terurai oleh mikroorganisme yang menjadi makanan bagi algae dan fitoplankton,

dimana algae dan fitoplankton yang merupakan makanan bagi berbagai jenis

organisme darat dan organisme air di habitat yang bersangkutan. Hal tersebut

menguntungkan bagi petani tradisional yang dapat menjadikan habitat mangrove

sebagai tempat budidaya atau sekedar mencari biota laut dan berbagai organisme

darat lainnya yang bernilai ekonomis untuk dijual.

Pak Muchlis juga menyebutkan bahwa buah tanaman mangrove dapat

diolah menjadi olahan makanan dengan mengatakan:

“Ee kalau kalau sudah tua memang kalau dibikin tepung, nah

tepungnya dibikin kue, ee terus apa, ya segala macem asal maulah

anunya, apa, asal yang ngelola keterampilannya apa, kue apa,

seperti yang terkenalnya kan brownies, terus apa, ee terus apa

namanya itu, bugis, terus apa lagi, banyak pokoknya sudah, istri

saya kalau ngelola itu kan banyak macemnya, ada roti kukus itu”

(Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Muchlis menjelaskan bahwa tanaman mangrove dapat diolah menjadi

tepung, dimana nantinya tepung tersebut dapat diolah kembali menjadi kue-kue

basah seperti brownies dan roti kukus. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sahil

dan Soamole (2013), tanaman mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan berbagai macam produk olahan seperti tepung dan berbagai olahan

kue yang berasal dari tepung mangrove khususnya jenis mangrove lindur dan api-

api. Pernyataan Pak Muchlis didukung oleh pernyataan Pak Edi yang mengatakan:

Page 67: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

51

“Kalau bogem itu bisa dibuat sirup.. Ee apa itu ck apa ya

namanya kata orang sini itu aduh kayak diambil airnya itu dah,

sarinya itu.. Ee kalau yang tinjang yang panjang itu ee buahnya

pentolnya itu bisa dibuat pakannya ternak.. Itu, pakannya ternak.

Pas batangnya itu bisa dibuat kayak sabun, sabun kecantikan apa

katanya, ada itu di kalimantan itu katanya di kalimantan.. Yang

kue itu dah, iya tepungnya itu dah.. Yang api-api.. Ambil buahnya

ya buahnya” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Pak Edi menjelaskan selain dapat diolah mejadi tepung, tanaman

mangrove juga dapat diolah menjadi sirup, pakan ternak, dan sabun. Jenis

tanaman mangrove yang dapat diolah menjadi sirup yakni jenis mangrove bogem

yakni dengan cara mengambil sarinya. Jenis mangrove yang dapat diolah menjadi

pakan ternak yakni jenis mangrove tinjang dengan cara mengolah buahnya dan

batangnya dapat diolah menjadi sabun. Jenis magrove yang dapat diolah menjadi

tepung yakni jenis api-api.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyatun (2018) yang menjelaskan

bahwa bagian biji tanaman api-api mengandung protein sebanyak 10,8% dan

karbohidrat sebanyak 21,4%, sehingga biji tanaman tersebut dapat dijadikan

alternatif sebagai bahan pangan. Protein dapat dimanfaatkan dalam tubuh sebagai

sumber nutrisi sel untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan karbohidrat dapat

digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh. Ibu Asmi mendukung penjelasan

Pak Edi yang mengatakan bahwa tanaman mangrove dapat diolah menjadi sirup

dengan mengatakan:

“Sirup dari bogem yang kembangnya merah” (Ibu Asmi, 23 April

2019)

Ibu Asmi menjelaskan bahwa jenis mangrove bogem yang dapat diolah

menjadi sirup yakni jenis mangrove bogem yang telah berbunga merah. Hal

tersebut seiring dengan pendapat Rajis dkk. (2017) yang mengatakan buah

mangrove jenis bogem dapat menjadi bahan baku pembuatan sirup.

Ibu Asmi juga menyebutkan bahwa tanaman mangrove dapat diolah

menjadi makanan tradisional botok dengan mengatakan:

Page 68: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

52

“Kalau daunnya bikin botok lah nak, ndak ada lagi itu” (Ibu

Asmi, 23 April 2019)

Ibu Asmi menjelaskan bahwa bagian tanaman mangrove yang digunakan

untuk diolah menjadi botok yakni bagian daunnya. Botok merupakan makanan

tradisional yang terbuat dari sayur-sayuran yang terkadang disebut urap. Hal

tersebut seiring dengan pendapat Santoso dkk. (2005) yang mengatakan

masyarakat pantai Cilincing Jakarta Utara masih ada yang memanfaatkan daun

tumbuhan api-api yang masih muda sebagai bahan sayur urap, demikian pula

masyarakat pantai di Jawa Timur.

Pak Romli menyebutkan bahwa tanaman mangrove juga dapat diolah

menjadi sabun seperti halnya yang diungkapkan Pak Edi dengan mengatakan:

“Kalau mangrove itu pancungnya itu buat anu, apa dah, buat

sabun bisa” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Pak Romli juga menjelaskan bahwa bagian tanaman mangrove yang dapat

diolah menjadi sabun yakni bagian pancungnya atau batangnya. Pernyataan Pak

Edi dan Pak Romli seiring dengan penelitian Farid dkk. (2018) yang menjelaskan

bahwa buah Pedada yakni mangrove jenis bogem dapat diolah menjadi sabun cair

antiseptik yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena buah Pedada

memiliki kandungan zat kimia yang mampu membunuh dan menghambat

pertumbuhan bakteri.

Pak Arifin mendukung pernyatan informan yang lain yang mengatakan

bahwa mangrove dapat diolah mejadi tepung, selain itu Pak Arifin juga

menjelaskan bahwa mangrove dibuat lagi menjadi bibit dengan mengatakan:

“Manfaatnya yaa banyak, bikin tepung, gini itu wes manfaatnya,

kalau api-api bikin tepung, kalau pohon mangrovenya tinjang itu

jenis tinjang itu ya buat bibit, trus buat sirup, macem-macem wes,

pokok bahan anu wes pokoke kayak kue gitu” (Pak Arifin, 6

Februari 2019)

“Ya itu wes apa namanya, kayak sirup, kue, terus ya tepung itu

wes, itu tok” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Page 69: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

53

Pak Arifin menjelaskan bahwa tanaman mangrove selain diolah menjadi

tepung, sirup, dan berbagai olahan kue, tanaman mangrove juga dibuat kembali

menjadi bibit dan banyak diantaranya yang berjenis tinjang.

“Kalau kalau tinjangnya ya bibitnya, kalau lindur bibit cuma

lindur itu jadi sirup bisa, ya itu wes sirup, pas kalau tepung itu ya

apa, api-api tepung itu wes.. Prosesnya ya kadang-kadang kalau

ada hari kayak panas gini cepat. Kalau mendung lama udah” (Pak

Arifin, 6 Februari 2019)

Pak Arifin juga menjelaskan bahwa mangrove jenis lindur dapat diolah

menjadi sirup dan mangrove jenis api-api dapat diolah menjadi tepung. Proses

pembuatan tepung mangrove sangat bergantung pada panas matahari untuk proses

pengeringannya. Apabila cuaca terik maka proses pengeringan dapat berlangsung

lebih cepat dibandingkan apabila cuaca sedang mendung.

Ibu Asmi juga mengungkapkan bahwa tanaman mangrove dapat diolah

menjadi hal lain dengan mengatakan:

“Bikin obat nyamuk, kalau buah yang panjang itu. Kalau yang

pendek yang bulet-bulet bikin makanan nak ya bikin kue, bikin

mendut, bikin roti cake ya roti gulung, bikin apa saja lah

pokoknya kue” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Ibu Asmi menjelaskan bahwa mangrove yang dapat diolah menjadi obat

nyamuk. Mangrove yang diolah menjadi obat nyamuk yakni mangrove yang

memiliki buah berbentuk panjang, sedangkan mangrove yang dapat diolah

menjadi tepung untuk membuat kue seperti mendut dan roti gulung adalah

mangrove yang berbuah bulat.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Eryanti (1999) dalam Mulyatun

(2018) yang menyatakan bahwa tumbuhan mangrove Avicennia marina

mengandung senyawa seperti alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, steroid dan

saponin. Golongan senyawa ini merupakan bahan obat-obatan modern, sehingga

tanaman mangrove dapat diolah menjaga berbagai jenis obat-obatan. Ibu Asmi

juga menambahkan bahwa tanaman mangrove dapat diolah menjadi kopi dengan

mengatakan:

Page 70: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

54

“Ada bikin bat-obatan, ada yang bikin kopi nak, cem-macem,

dikeringkan nanti bikin kopi” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Ibu Asmi menjelaskan bahwa selain dapat diolah menjadi obat-obatan, biji

mangrove juga dapat diolah menjadi kopi. Biji mangrove tersebut terlebih dahulu

dikeringkan untuk dapat menjadi kopi.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Setyaningrum (2017) yang

mengatakan bahwa sebagian masyarakat Teluk Pangpang saat ini memanfaatkan

buah mangrove dan mengolahnya menjadi produk yang bernilai ekonomis,

diantaranya produk yang mereka hasilkan adalah sirup mangrove, rempeyek

mangrove, kopi mangrove dan teh mangrove.

Petani memanfaatkan habitat hutan mangrove sebagai tempat budidaya

dengan menciptakan tambak, petani juga memanfaatkan habitat mangrove sebagai

tempat mencari ikan, selain itu petani juga memanfaatkan buah/biji dan daun

mangrove untuk memproduksi olahan mangrove. Terbukti dari hasil wawancara

dengan Pak Edi yang mengatakan:

“Banyak itu, taunya kan mangrove itu gunanya bisa dimanfaatkan

ee apa budidaya tam ee kepiting, udang gitu..” (Pak Edi, 4

Februari 2019)

Pak Edi menjelaskan bahwa petani memanfaatkan habitat mangrove

sebagai tempat budidaya tambak untuk kepiting dan udang. Habitat mangrove

dapat digunakan sebagai tempat budidaya tambak karena habitat mangrove yang

cocok untuk dijadikan tempat pemijahan serta dapat menyediakan suplai makanan

secara alami bagi biota laut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suryono (2013)

bahwa akar ongkat pohon mangrove menjadi daerah nursey dan memberi zat

makanan bagi ikan dan hewan invertebrata yang hidup di sekitar habitatnya. Pak

Edi menambahkan:

“Manfaatnya itu kerang banyak, pas lagi kayak tirem banyak itu,

jadi itu pendapatannya orang sini itu, itu manfaatnya banyak itu..

Diambil sini, kan tirem itu kan nempel sama mangrove akhirnya

banyak jadi diambil sma orang sini.. Tiram, kerang, kerang

panjang, kerang ijo, kupang, kerang manis” (Pak Edi, 4 Februari

2019)

Page 71: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

55

Pak Edi juga mengungkapkan bahwa terdapat tiram dan kerang yang hidup

di habitat mangrove dan hal tersebut menarik minat masyarakat sekitar untuk

mengambil manfaat dari adanya hal tersebut, banyak masyarakat yang hanya

sekedar mencari dan mengambil ikan yang hidup di habitat hutan mangrove yang

kemudian dijual untuk menambah pendapatan mereka. Pernyatan Pak Edi tersebut

menunjukkan bahwa petani mampu menganalisis bahwa manfaat yang diberikan

oleh tanaman mangrove memberikan keuntungan berupa tambahan penghasilan

baik bagi petani maupun masyarakat. Pernyataan Pak Edi didukung oleh

pernyataan Ibu Asmi yang mengatakan:

“..soalnya pancen dibawah itu kepiting, udang, ikan disana,

diakarnya itu.. Ya orang nak cari kepiting.. Orang jauh-jauh kesini

cari pake sepaton takut kena tirem luka nanti” (Ibu Asmi, 23 April

2019)

Ibu Asmi menjelaskan bahwa tidak hanya masyarakat yang tinggal di

sekitar wilayah habitat mangrove, namun masyarakat yang bertempat tinggal jauh

dari habitat mangrove juga datang untuk mengambil manfaat dari adanya hutan

mangrove tersebut dengan mencari biota laut yang hidup dan berkembang biak

dibawahnya untuk dijual. Pemanfaatan tanaman mangrove yang diolah untuk

membuat olahan makanan diungkapkan oleh Pak Romli yang mengatakan:

“Sirup sirup, sirup, sabun bisa. Iya. Ibunya Ipin sma Edi bisa buat

tepung itu, sabun.. Banyak manfaatnya itu, buat beras bisa” (Pak

Romli, 5 Februari 2019)

Pak Romli menjelaskan bahwa petani mengolah tanaman mangrove

menjadi tepung, sirup, dan sabun, dimana proses pengolahannya dilakukan oleh

Ibu Asmi yang merupakan ibu dari Pak Edi dan Pak Arifin serta istri dari Pak

Muchlis, yang juga merupakan petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo.

Petani menilai bahwa tanaman mangrove sangat memberikan banyak

manfaat bagi kehidupan mereka dan masyarakat sekitar. Hal tersebut terbukti oleh

pernyataan Pak Edi yang mengatakan:

Page 72: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

56

“Banyak itu, taunya kan mangrove itu gunanya bisa dimanfaatkan

ee apa budidaya tam ee kepiting, udang gitu pas bisa untuk

manfaatnya itu bisa kayak apa daunnya bisa dibuat botok,

buahnya bisa jadi kue, itu manfaatnya itu” (Pak Edi, 4 Februari

2019)

Kemudian Pak Arifin yang mengatakan:

“Manfaatnya yaa banyak, bikin tepung, gini itu wes manfaatnya,

kalau api-api bikin tepung, kalau pohon mangrovenya tinjang itu

jenis tinjang itu ya buat bibit, trus buat sirup, macem-macem wes,

pokok bahan anu wes pokoke kayak kue gitu” (Pak Arifin, 6

Februari 2019)

Dan Pak Muchlis yang mengatakan:

“Manfaatnya ya banyak, nomer 1 ya abrasi, abrasi, keduanya itu

apa, menguntungkan petani tradisional, ee apa, seperti udang,

kepiting, kerang, apa, ee terus burung-burung, ee hewan-hewan

apa, itu berdatangan, karna apa, karna sudah mangrovenya sudah

jadi.” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Edi, Pak Arifin, dan Pak Muchlis menilai bahwa tanaman mangrove

memberikan banyak manfaat bagi kehidupan petani dan masyarakat. Manfaat

yang diberikan oleh tanaman mangrove diantaranya yakni; (a) dapat mencegah

abrasi, (b) menahan tsunami, (c) mebersihkan lingkungan laut, (d) tempat

berkembang biak biota laut, dan (e) menghasilkan produk olahan. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Karuniastuti (2013) bahwa ekosistem mangrove memiliki

fungsi ekologis dan ekonomis, secara ekologis manfaat hutan mangrove yang

dapat dirasakan adalah melindungi pantai dari ancaman gelombang besar, angin

ribut, pengendali intrusi air laut, habitat berbagai fauna, tempat mencari makan

dan memijah berbagai jenis udang dan ikan, pembangunan lahan melalui proses

sedimentasi, mereduksi polutan, pencemarair, penyerap CO2 dan penghasil O2.

b. Budidaya Mangrove

Berdasarkan pada penelitian untuk budidaya mangrove petani dapat

menyebutkan tahapan-tahapan budidaya tanaman mangrove sesuai dengan

urutannya mulai dari pembibitan hingga penanaman yang dimulai dengan

Page 73: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

57

membuat bedengan untuk pembibitan, pembibitan dilakukan dengan

menggunakan buah mangrove yang sudah tua kemudian dikarantina untuk

memunculkan tunas pada buah mangrove dengan cara direndam 1-2 hari, buah

mangrove yang telah bertunas ditanam di dalam polybag yang berisi tanah, setelah

bibit keluar daun 2 atau lebih maka bibit siap dipindahkan dan ditanam di pantai

untuk beradaptasi dengan tanah laut yang memiliki salinitas yang tinggi. Terbukti

dari hasil wawancara dengan Pak Arifin yang mengatakan:

“Ya kan dari anu pertama lahan dulu, setelah lahan, apa, buat

bedengan, buat bedengan trus tanah, beli tanah, sesudah tanah,

plastik polybag. Setelah polybag, anu wes apa, suruh orang nganu

tanah itu loh, dari tanah ke plastik, sesudah itu yaa nanam wes..”

(Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Menurut Pak Arifin sebelum pembuatan bibit maka hal yang terlebih

dahulu dilakukan yakni membuat bedengan. Pak Arifin menjelaskan setelah

membuat bedengan maka proses selanjutnya yakni mengisi polybag dengan tanah

sebagai media tanam bibit, kemudian bibit yang telah siap ditanam dipindahkan

dan ditanam di pantai.

Hal tersebut sesuai dengan tulisan Suryono (2013) dalam bukunya yang

mengatakan bahwa budidaya mangrove dimulai dengan membuat bedengan.

Syarat-syarat pembuatan bedengan diantaranya yakni memiliki ukuran sesuai

dengan kebutuhan, umumnya berukuran 1x5 meter atau 1x10 meter dengan tinggi

1 meter, bedengan diberi naungan ringan dari daun nipah atau sejenisnya, media

bedengan berasal dari tanah lumpur disekitarnya, bedengan yang berukuran 1x15

meter dapat menampung bibit dalam kantong plastik (10x50 cm) atau dalam botol

air mineral bekas (500 ml) sebanyak 1.200 unit, atau 2.250 unit untuk bedengan

berukuran 1x10 meter. Pernyataan Pak Arifin ditambahkan oleh Pak Edi dengan

mengatakan:

“Buahnya diambil yang panjang itu ee taruh di olibek ditancapkan

gini aja.. Di olibek, olibek yang kecil-kecil itu, ditancapkan 9 ikat

9 ikat itu.. Keluar daun ya, nanti keluar daun dilepas ikatnya itu,

nah dilepas lalu diangkat, kan buatnya di darat itu, ditaruh di

bawah di apa di pantai iya, adaptasi” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Page 74: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

58

Menurut Pak Edi pembibitan tanaman mangrove yang dilakukan yakni

dengan cara menancapkan bibit tanaman mangrove ke dalam polybag yang telah

berisi tanah, kemudian diikat. Daun yang telah keluar dari bibit menandakan

bahwa bibit siap untuk diangkat dan dipindahkan ke pantai untuk beradaptasi

dengan kondisi tanah lautan yang memiliki salinitas yang tinggi.

Hal terebut sejalan dengan pendapat Atmoko dan Sidiyasa (2007) yang

mengatakan bahwa tumbuhan mangrove memiliki beberapa cara untuk

beradaptasi dengan kondisi tanah lautan yang memiliki salinitas tinggi salah

satunya yakni dengan memiliki banyak jaringan internal penyimpan air dan

konsentrasi garam yang tinggi salah satunya yakni pada daun-daun tua, sehingga

konsentrasi garam pada daun muda akan berkurang. Kadar garam akan

dikeluarkan dari pohon bersamaan dengan gugurnya daun-daun tua. Akar nafas

(pneumatophore) juga merupakan salah satu adaptasi mangrove terhadap kondisi

tanah berlumpur atau tergenang (anaerob),yaitu bagian akar yang muncul ke

permukaan tanah atau air untuk memenuhi kebutuhan akar akan oksigen.

Petani dapat menjelaskan detil mengenai budidaya tanaman mangrove

seperti syarat buah mangrove yang dapat dijadikan bibit dan tanda-tanda bibit siap

dipindahkan ke pantai. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara dengan Pak

Romli yang mengatkan:

“Buat bibitnya itu ambil anunya buahnya mangrove itu yang agak

tua sudah, yang sudah tua untuk ditandur sama polybag. Nah

munculnya itu bibitnya 3 minggu baru muncul anunya bodisnya

itu.. Ya ditandur sudah wes di lantai itu di pantai itu” (Pak Romli,

5 Februari 2019)

Pak Romli menjelaskan bahwa buah mangrove yang digunakan untuk

pembibitan dipilih yang sudah cukup tua, kemudian ditanam didalam polybag.

Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Suryono (2013) dalam bukunya bahwa

buah yang digunakan untuk pembibitan adalah buah yang sudah tua yakni buah

yang berasal dari pohon yang telah berusia 10 tahun. Penjelasan Pak Romli

diperjelas oleh pernyataan Pak Muchlis yang mengatakan:

Page 75: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

59

“Nah mulai dari pembibitan itu, kan itu dari awalnya bikin anu

polybag, menata polybag, abis menata polybag nanti bibitnya

kalau sudah tua baru ditanam, ee sudah, kalau bibitnya sudah tua,

ngambil, ditanam, ditanam di polybag, dari polybag itu 4-5 bulan

bisa ditanam, bahkan nanti kalau anu sampe 1 tahunlah bisa

masih, kalau kelebihan seperti ini memang ndak layak sudah di

anu sudah ditebang” (Pak Muclis, 19 Maret 2019)

Berdasarkan penjelasan Pak Muchlis buah yang digunakan untuk membuat

bibit adalah buah yang berasal dari pohon yang sudah tua, kemudian buah tersebut

dimasukkan kedalam polybag yang telah berisi tanah. Bibit yang telah berumur 4-

5 bulan siap dipindahkan dan ditanam di pantai, dalam kurun waktu 4-5 bulan

daun bibit tanaman mangrove telah tumbuh dan terlihat yang merupakan tanda

bibit mangrove siap ditanam. Pak Muchlis juga menjelaskan umur maksimal bibit

mangrove yang masih dapat ditanam yakni sampai 1 tahun, apabila melebihi batas

maka bibit sudah tidak layak untuk ditanam. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Suryono (2013) bahwa setelah bibit bakau berumur sekitar 3-4 bulan, bibit siap

untuk ditanam di lapangan, sedangkan bibit prepat atau api-api siap ditanam

setelah umur sekitar 5-6 bulan.

Petani melakukan penanaman dengan menggunakan jarak tanam 1-3 m

dan petani dapat menjelaskan berbedaan penggunaan jarak tanam 1 meter dengan

jarak tanam 2 atau 3 meter. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang

dilakukan dengan Pak Muchlis yang mengatakan:

“Kalau disni, kalau kelurahan pilang masuk kelurahan pilang wes,

eh kelurahan ketapang itu jaraknya paling lebar 1 meter, paling

lebar itu wes, yang paling normal disini ya setengah meter” (Pak

Arifin, 6 Februari 2019)

Menurut penjelasan Pak Arifin jarak tanam yang digunakan untuk

menanam tanaman mangrove di pantai yakni setengah meter dan jarak tanam

paling lebar yakni selebar 1 meter. Pernyataan Pak Arifin tersebut ditambahkan

oleh pernyataan Pak Muchlis yang mengatakan:

“Trus anu jaraknya ada yang 1 meter, ada yang 2 meter, lah itu

ndak papa, tambah tambah anu tambah anu ya kan tambah bagus,

Page 76: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

60

karna apa? karna kalau umpamanya anu cepet perkembangannya,

kalau tanaman 1 meter persegilah bisa jadi hutan sungguhan, ya

kalau umpamanya 2 meter, 3 meter ada yang mati 2 jaraknya kan

jauh jauh, kan ndak semuanya hidup, pasti ada 80%, 70%” (Pak

Muchlis, 19 Maret 2019)

Menurut Pak Muchlis jarak tanam yang digunakan petani untuk menanam

tanaman mangrove yakni 1-3 meter. Jarak tanam 1 meter atau kurang merupakan

jarak tanam yang rapat, jarak tanam yang rapat akan meningkatkan jumlah

tanaman yang hidup karena bibit mangrove yang ditanam lebih banyak. Jarak

tanam yang lebih lebar yakni 2-3 meter akan membutuhkan jumlah bibit yang

lebih sedikit untuk ditanam dan jumlah tanaman mangrove yang hidup akan lebih

sedikit dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih rapat. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Anwar (2007) yang mengatakan bahwa perbedaan jarak tanam

hanya berpengaruh nyata terhadap persen tumbuh anakan R. mucronata dengan

kecenderungan meningkat dengan makin rapatnya jarak tanam.

Petani dapat menjelaskan masa panen setiap jenis tanaman mangrove. Hal

tersebut terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak Muchlis yang

mengatakan:

“Bulan maret, bulan 3. Lah bulan 4, bulan 5 itu panen anu

buahnya itu ada sudah, anu yang api-api, kalau yang tinjang bulan

8 sampe bulan 12, itu. Bulan 1, bulan 2 habis sudah kalau tinjang,

kalau api-api nah bar mulai berbuah, sampe bulan 6, itu api-api,

ya sekarang ya sedikit-sedikit ada bulan 3 sampe bulan 4, bulan 5,

bulan 6 panen, jadi bulan 5, bulan 6 itu panen, panen anu apa,

kalau disini kan kadang-kadang ndak sama anunya, cuacanya dari

desa anu, kalau di kota probolinggo memang bulan 5, bulan 6 api-

api, bulan 8, bulan 9, 10, 11 tinjang, lah itu masa panennya” (Pak

Muchlis, 29 Maret 2019)

Menurut penjelasan Pak Muchlis masa panen tiap jenis tanaman mangrove

berbeda-beda. Masa panen buah mangrove api-api yakni berkisar pada bulan 5

dan 6, sedangkan untuk mangrove jenis tinjang masa panen buahnya yakni pada

bulan 8 sampai bulan 12.

Page 77: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

61

Petani menganalisis bahwa budidaya tanaman mangrove yang dilakukan

mudah. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu

Asmi yang mengatakan:

“Itu ngambil buah nanti dikarantina dulu ya, anu ditanam dulu,

nanti jadi bibit keluar daun 2 sudah ditanam sudah nak, gitu

gampang” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Menurut Ibu Asmi budidaya mangrove tersebut mudah untuk dilakukan.

Buah yang akan dijadikan bibit sebelumnya dikarantina maksud dari karantina

tersebut yakni dilakukan proses perendaman selama 1-2 hari sampai muncul tunas

pada buahnya. Hal tersebut sesuai dengan tulisan Suryono (2013) dalam bukunya

yang mengatakan bahwa buah yang sudah tua direndam di dalam air terlebih

dahulu selama 1-2 hari hingga benihnya benar-benar terpisah untuk memunculkan

tunas. Kemudian benih-benih tersebut disemaikan, setelah daun mangrove keluar

2 helai maka tanaman siap dipindahkan dan ditanam di pantai.

Pembibitan pada mangrove jenis tinjang sedikit berbeda dan lebih

sederhana dibandingkan jenis mangrove yang lain, karena mangrove tinjang

memiliki bentuk yang panjang dan telah memiliki tunas baru dalam buahnya,

sehingga mangrove tinjang tidak memerlukan persemaian. Berikut gambar proses

pembuatan bibit mangrove dari buah mangrove jenis tinjang:

Gambar 5.1 Proses Pembuatan Calon Bibit Mangrove Tinjang

Berdasarkan gambar 5.1 pembibitan untuk mangrove jenis tinjang lebih

mudah dilakukan. Buah mangrove yang dipilih adalah buah mangrove jenis

tinjang yang sudah tua, kemudian pentol buah mangrove dipotong bagian

bawahnya dan dibuka untuk memperoleh tunas baru jadi tidak memerlukan

perlakuan perendaman, kemudian akar-akar halus yang tumbuh dibawah batang

Page 78: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

62

buah yang panjang ditancapkan ke media tanam tanah baik secara langsung

maupun ke dalam polybag. Buah tersebut nantinya akan tumbuh menjadi pohon

baru.

Petani memproduksi dan melakukan pembibitan dengan menggunakan

polybag. Hal tersebut terbukti dari hasil observasi berupa foto bibit tanaman

mangrove yang diproduksi oleh petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo. Berikut foto bibit mangrove yang siap tanam:

Gambar 5.2 Bibit Siap Tanam

Berdasarkan gambar 5.2 diketahui bahwa petani melakukan dan

memproduksi bibit tanaman mangrove dengan menggunakan polybag sebagai

media tanamnya. Gambar tersebut menunjukkan bentuk bibit tanaman mangrove

yang siap dipindahkan dan ditanam di pantai, karena bibit telah memiliki daun

sebanyak 4 helai. Berikut gambar bibit tanaman mangrove yang telah dipindahkan

dan ditanam di paintai:

Page 79: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

63

Gambar 5.3 Bibit Ditanam di Pantai

Petani melakukan penyemprotan terhadap hama dan melakukan perawatan

berupa penyiraman bibit. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang

dilakukan dengan Pak Arifin yang mengatakan:

“Perawatannya ya anu kasi air tok wes, kalau ada hama wes ya

kasih obat udah. Sama seperti anu wes sawah wes.. Iyaa. Kalau

obatnya ya pake obat kalau ada hamanya” (Pak Arifin, 6 Februari

2019)

Pak Arifin menjelaskan bahwa petani melakukan perawatan pada bibit

tanaman mangrove. Perawatan yang dilakukan petani diantaranya melakukan

penyiraman pada bibit dan melakukan pembasmian hama menggunakan obat

seperti insektisida. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Suryono (2013)

bahwa penyiraman bibit hanya dilakkukan apabila air pasang tidak sampai

membasahi bibit.

Petani sampai saat ini mempertahankan cara budidaya tanaman yang

dilakukan yakni dengan melakukan pembibitan menggunakan polybag. Terbukti

dari bibit yang telah dibuat oleh petani tiap tahunnya menggunakan polybag dan

jarak tanam yang digunakan sama.

Page 80: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

64

c. Jenis-jenis Mangrove

Berdasarkan pada penelitian untuk jenis-jenis mangrove petani dapat

menyebutkan jenis-jenis tanaman mangrove yakni; (a) api-api, (b) bogem, (c)

lindur, dan (d) tinjang. Terbukti dari hasil wawancara dengan Pak Romli yang

mengatakan:

“Ya tinjang itu, tinjang. Mangrove itu ya, api-api, pas itu apalagi

hmm cuma 3, api-api, mangrove, eit itu lagi apalagi itu ya, cuma

2 api-api sama anu itu” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Pak Arifin menambahkan pernyataan Pak Romli dengan mengatakan:

“Ya kalau jenisnya kayak api-api, tinjang, lindur, bogem, trus apa

lagi itu ya, wes itu aja wes” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Pak Arifin menjelaskan bahwa selain tanaman mangrove jenis api-api,

tinjang, dan bogem yang ditanam di wilayah pesisir pantai Kecamatan

Kademangan, juga terdapat tanaman mangrove jenis lindur. Pernyataan Pak Arifin

didukung oleh pernyataan Pak Muchlis yang mengatakan:

“Kalau kalau bahasa anunya bahasa bahasa bahasa daerahnya

tinjang, bogem, apa trus, lindur, trus apa lagi, api-api, trus anu

yang yang yang dari brawijaya latihan teh dari surojuk surojuk”

(Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Muchlis menjelaskan jenis tananaman mangrove yang ditanam di

daerah pesisir Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo yakni api-api, tinjang,

bogem, dan lindur. Nama-nama jenis mangrove yang ditanam di daerah penelitian

tersebut seperti api-api, lindur, bogem, dan tinjang merupakan nama daerahnya,

sehingga nama-nama tersebut mungkin saja berbeda bila di daerah lain. Pak

Muchlis juga menjelaskan bahwa terdapat jenis mangrove yang dibawa oleh

mahasiswa Universitas Brawijaya yang diberi nama surojuk dan dapat dijadikan

teh.

Petani dapat menjelaskan karakteristik bentuk buah setiap jenis tanaman

mangrove. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak

Edi yang mengatakan:

Page 81: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

65

“Jenis kan adaa ada 3 kan jenisnya itu, ada tinjang, ada api-api,

ada bogem, kalau bogem bijinya kayak jambu, kalau bijinya ya

jambu, yang yang apa yang api-api kayak bawang bawang merah

itu, yang tinjang itu kayak apa itu buahnya itu klentang apa itu

sayur ya itu, ya kayak itulah buah panjangnya ya itu” (Pak Edi, 4

Februari 2019)

Pak Edi menjelaskan bahwa jenis mangrove yang ditanam di sekitar

wilayah pesisir pantai Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo diantaranya

yakni api-api, tinjang atau bakau, dan bogem. Pak Edi juga menjelaskan bahwa

bentuk dari buah mangrove jenis bogem seperti buah jambu yang berbentuk bola

yang kedua ujungnya agak pipih, sedangkan bentuk buah mangrove api-api mirip

dengan bawang merah yang berbentuk bulat kecil, dan bentuk buah dari mangrove

jenis tinjang mirip dengan buah tanaman klentang berbentuk panjang.

Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh Handayani (2018), bahwa

buah mangrove jenis bogem berbentuk seperti bola, ujungnya bertangkai dan

bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga, diameter buah 3,5–4,5 cm. Bentuk

buah mangrove jenis api-api agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan,

permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak

tajam seperti paruh, memiliki ukuran sekitar 1,5x2,5 cm. Buah mangrove jenis

tinjang kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat,

panjang 2 – 3,5 cm, berisi satu biji fertil, hipokotil silindris, berbintil, berwarna

hijau hingga jingga, leher kotiledon berwarna merah jika sudah matang,

hipokotoil mempunyai ukuran panjang 18 – 38 cm dan diameter 1 – 2 cm. Lindur

memiliki buah berbentuk melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2 – 2,5 cm,

hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan dan berukuran panjang

12 – 30 cm dan diameter 1,5 – 2 cm.

Petani dapat menyebutkan jenis-jenis dan menjelaskan karakteristik bentuk

buah setiap jenis tanaman mangrove. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Amal

dan Baharudin (2016) bahwa secara umum masyarakat yang hidup disekitar

habitat hutan mangrove mengetahui jenis-jenis tanaman mangrove yang berada

disekitar pesisir pantai yakni jenis bakau (Rhizophora sp) atau tinjang dan api-api

(Avicennia sp).

Page 82: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

66

Petani dapat menunjukkan bentuk buah setiap jenis tanaman mangrove.

Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Asmi yang

mengatakan:

“Ini sudah ada ini (menunjukkan foto di dalam brosur), ini ini

yang tinjang ya.. Api-api, ini lindur ini, ini tinjang ini buahnya

(menunjukkan foto di dalam brosur).. Iya api-api, lindur, ndak ada

sudah nak.” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Ibu Asmi menjelaskan jenis-jenis tanaman mangrove yang ditanam di

daerah penelitian dengan menunjukkan foto-foto jenis-jenis mangrove yang

terdapat di dalam brosur tanpa adanya keterangan nama jenis mangrovenya.

Berdasarkan penjelasan Ibu Asmi dan brosur yang sengaja dibuat sebagai panduan

untuk mengenal hutan mangrove yang berada di Kecamatan Kademangan tersebut

maka dapat dikatakan jenis-jenis mangrove yang ditanam di daerah penelitian

yakni api-api, lindur, dan tinjang.

Petani memproduksi tanaman mangrove jenis api-api, tinjang, lindur, dan

bogem untuk ditanam di wilayah pesisir Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo dan petani dapat menganalisis bahwa setiap jenis buah tanaman

mangrove memiliki bentuk yang berbeda-beda. Hal tersebut terbukti dari hasil

observasi berupa foto tiap jenis tanaman mangrove yang ditunjukkan oleh

informan beserta dengan sebutannya. Berikut foto jenis-jenis mangrove yang

ditanam di wilayah pesisir pantai Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo:

Mangrove Bogem Mangrove Tinjang

(Sonneratia alba) (Rhizophora apiculata BI.)

Page 83: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

67

Mangrove Lindur Mangrove Api-api

(Bruguiera gymnorrhiza Lamk.) (Avicennia marina Vierh)

Gambar 5.4 Jenis-jenis Mangrove

Petani mempertahankan kombinasi jenis-jenis mangrove yang ditanam di

wilayah pesisir Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Hal tersebut terbukti

dari foto hasil observasi dan hasil wawancara yang menunjukkan jenis pohon

mangrove yang ditanam dan bibit mangrove yang baru saja diproduksi adalah

jenis yang sama yakni meliputi mangrove jenis; (a) api-api, (b) bogem, (c) lindur,

dan (d) tinjang.

d. Cara Mengolah Mangrove menjadi Produk

Berdasarkan pada penelitian untuk cara mengolah mangrove menjadi

produk petani dapat menyebutkan tahapan cara pengolahan tanaman mangrove

menjadi; (a) tepung, (b) sirup, (c) sabun, (d) sentrat, dan (e) botok. Terbukti dari

hasil wawancara dengan Ibu Asmi yang mengatakan:

“Ya tepung nak, nanti dikupas kulitnya dibuang langsung diselep

ya, langsung diselep dicuci sampe bersih, sudah bersih dijemur

ya, selesai dijemur kering jadi tepung, kalau tepung itu bisa jadi

apa saja ya, kalau buahnya tua-tuanya itu nanti di anu dikupas

buang sama atinya buang semua ya itu direndem berapa hari 5

hari lah 4 hari ndak papa itu bikin kulek udah” (Ibu Asmi, 23

April 2019)

Page 84: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

68

Ibu Asmi menjelaskan bahwa pengolahan tepung mangrove dimulai

dengan buah yang sudah tua terlebih dahulu dikupas dan dibuang hatinya, setelah

itu buah direndam selama 4-5 hari, kemudian buah digiling dan dijemur sampai

menjadi tepung. Waktu perendaman buah mangrove tergantung dari umur buah

mangrove, semakin tua buah maka perendaman akan semakin lama. Pak Edi

mendukung pernyataan Ibu Asmi dengan mengatakan:

“Bisa, itu cuma di buahnya api-api itu direndem satu malam lalu

kan kulitnya pisah sendiri direndem sama air itu.. nanti dikupas

ambil ee daging yang di dalam itu diambil, sesudah diambil lalu

di blender, setelah di blender langsung dijemur, lama prosesnya

itu.. kalau ndak ada sinar matahari ya ndak bisa kalau ndak ada

sinar matahari” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Pak Edi menjelaskan bahwa pembuatan tepung mangrove berawal dengan

proses perendaman buah mangrove jenis api-api selama satu malam, setelah

direndam buah dikupas dan diambil daging buahnya. Daging buah yang telah

terpisah dari kulitnya tersebut kemudian digiling menjadi tepung, setelah itu

dijemur untuk mendapatkan tekstur bubuk. Proses penjemuran tepung mangrove

mengandalkan panas matahari, sehingga apabila tidak ada matahari proses

penjemuran akan berlangsung lama. Proses pembuatan tepung mangrove yang

dijelaskan Pak Romli sedikit berbeda dengan yang dijelaskan oleh Pak Edi yang

mengatakan:

“Nanemnya anuu kalau kalau apa itu aduu tinjang sama pi-api itu

kalau buahnya bisa buat tepung, tapi diekom dulu 5 hari, mari 5

hari dijemur 3 hari, langsung diselep” (Pak Romli, 5 Februari

2019)

Menurut penjelasan Pak Romli pengolahan tepung mangrove diawali

dengan perendaman buah mangrove jenis api-api selama 5 hari, kemudian buah

yang telah direndam dijemur selama 3 hari, setelah itu buah yang telah kering

diselep atau digiling menggunakan mesin selep untuk memperoleh tekstur bubuk.

Proses pengolahan tepung mangrove yang dijelaskan oleh Pak Arifin juga sedikit

berbeda dengan yang dijelaskan oleh Pak Edi dan Pak Romli:

Page 85: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

69

“Kayak anu, kayak api-api itu ngambil buah, setelah ngambil

buah, apa, ambil dalemnya sudah, dalemnya itu apa namanya ya,

kayak atinya itu leh dibuang, dikupas dulu pas atinya buang, trus

direndem dengan air, langsung udahh direndem dijemur. Setelah

dijemur dianu wes, diselep.. Iyaa, supaya jadi tepung” (Pak

Arifin, 6 Februari 2019)

Pak Arifin menjelaskan bahwa pengolahan tepung mangrove dimulai dari

mengupas buah mangrove dan mengambil bagian hatinya untuk dibuang, menurut

Pak Arifin hati buah mangrove ini yang menimbulkan rasa yang tidak enak pada

tepung mangrove. Buah yang telah dibuang hatinya kemudian direndam, setelah

direndam kemudian dijemur dan digiling dengan mesin selep untuk memperoleh

tekstur bubuk.

Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Sahil dan Soamole (2013),

pengolahan tanaman mangrove menjadi tepung diawali dengan merebus buah

mangrove, kemudian dikupas kulitnya, setelah itu direndam dengan abu dapur

untuk menghilangkan rasa ketir yang ditimbulkan tanin dan sianida yang terdapat

di dalam buah mangrove, buah mangrove yang telah tawar kemudian digiling

menjadi tepung, tahap terakhir yakni dikeringkan dengan bantuan panas matahari.

Menurut Pak Edi selain dapat diolah menjadi tepung, daun mangrove

dapat dimanfaatkan untuk membuat makanan olahan seperti botok atau urap yaitu

makanan tradisional yang terbuat dari sayuran. Berikut penjelasan Pak Edi

mengenai proses pembuatan botok dari daun mangrove:

“Daunnya apai-api yang masih pucuk, pucuknya itu, masih

yaaang apa yang baru-baru itu, ya itu yang dipetik.. Dicuci,

setelah dicuci direbus, baru dikasih apa kayak tempe tahu

dijadikan botok” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Pak Edi menjelaskan daun mangrove yang akan diolah menjadi botok

dipilih adalah bagian pucuk daun mangrove yang berjenis api-api, kemudian daun

dicuci dan direbus. Daun yang telah direbus dan menjadi lembek kemudian

dicampur dengan tahu dan tempe bersama dengan bumbu botok yang berasal dari

parutan kelapa yang dicampur bumbu dari rempah-rempah. Penjelasan Pak Edi

diperkuat dengan penjelasan Pak Muchlis yang mengatakan :

Page 86: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

70

“Pucuknya itu pucuknya yang api-api, pucuk ya pucuk yang kan

ada daun yang lembek-lembek itu, kalau ndak lembek ndak enak..

ya jadi anu, apa itu, yaa termasuk bikin botok lah, kan ada

campurannya tempe apa gitu lah, campurannya itu” (Pak Muchlis,

19 Maret 2019)

Proses pengolahan daun mangrove menjadi botok juga dijelaskan oleh Ibu

Asmi yang mengatakan:

“Ya ngambil yang muda-muda diiris-iris langsung anu dulu

diremek-remek, lagsung digodok nak yo, nek wes empuk ntasen

trus marut klopo sudah dibumbui, botok sudah.” (Ibu Asmi, 23

April 2019)

Ibu Asmi juga menjelaskan bahwa untuk membuat botok daun mangrove

harus dipilih daun yang mudanya saja, kemudian daun tersebut diiris-iris, setelah

diiri-iris daun tersebut direbus agar menjadi lembek. Daun mangrove yang telah

matang dan empuk tersebut dicampur dengan parutan kelapa yang telah dibumbui.

Hal tersebut sesuai dengan tulisan Santoso (2005) yang menjelaskan

proses pembuatan botok atau urap mangrove yakni dimulai dengan mengukus

daun api-api sampai matang. Tahap selanjutnya mengukus kelapa parut, kemudian

campur keduanya dengan garam lalu hidangkan.

Tanaman mangrove juga dapat diolah menjadi sirup, hal ini dijelaskan

oleh Pak Edi yang mengatakan:

“Sirup dari bogem, ambil sarinya itu.. Direndem juga itu..

Direndem ambil airnya, ampasnya buang sudah. Warnanya agak

agaak ungu” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Pak Edi menjelaskan bahwa buah mangrove yang dapat diolah menjadi

sirup yakni buah mangrove jenis bogem. Buah tersebut kemudian direndam agar

kandungan air yang ada di dalam buah bertambah, kemudian buah diblender

hingga halus. Buah yang telah dihaluskan tersebut kemudian disaring dan diambil

sarinya, sari buah mangrove tersebut menjadi berwarna agak keunguan.

Penjelasan Pak Edi diperkuat dengan pengenjelaan Ibu Asmi yang mengatakan:

Page 87: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

71

“Ya di anu nak, digiling juga, kalau harum itu ya diambil sudah,

kalau ndak tua ndak bisa bikin sirup dah” (Ibu Asmi, 23 April

2019)

Ibu Asmi menjelaskan bahwa pembuatan sirup mangrove dilakukan

dengan cara menggiling buah mangrove yang akan dijadikan sirup bersama

dengan air, sehingga akan berbentuk bubur yang kemudian disaring dan diambil

sarinya. Meskipun proses pembuatan sirup yang dilakukan Pak Edi dan Ibu Asmi

berbeda, namun intinya sama yakni memperoleh sari dari buah mangrove. Buah

yang digunakan untuk membuat sirup adalah buah yang sudah tua.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rajis dkk. (2017) bahwa buah

mangrove jenis bogem dapat menjadi bahan baku pembuatan sirup. Buah Pedada

atau buah mangrove jenis bogem terlebih dahulu dicuci bersih, kemudian dikupas

dengan memisahkan kelopak dan kulit dan dicuci bersih. Buah pedada dipotong

kecil-kecil dan dibelender sampai halus, tambahkan air sehingga menjadi bubur.

Bubur buah pedada yang sudah dihaluskan disaring dan diperoleh hasil saringan

berupa sari buah pedada.

Pak Edi juga menjelaskan bahwa mangrove dapat diolah menjadi sentrat

yang merupakan campuran bagi makanan ternak. Berikut penjelasan pengolahan

mangrove menjadi sentrat oleh Pak Edi:

“Kalau yang buat sentrat itu? Yang tinjang yang besar ada

pentolnya itu, yang warnanya coklat.. Eee dikelola itu pake mesin

itu yang besar itu, dikelola dicampur dengan apa itu namanya

kalau anunya padi itu, ampasnya padi itu” (Pak Edi, 4 Februari

2019)

Pak Edi mejelaskan bahwa bagian tanaman mangrove yang digunakan

untuk pembuatan sentrat yakni buah mangrove jenis tinjang yang berwarna

cokelat, kemudian buah tersebut dihaluskan dengan mesin penggiling, setelah itu

dicampur dengan ampas padi. Campuran antara ampas padi dengan buah tinjang

yang telah dihaluskan tersebut menjadi sentrat yang merupakan campuran bagi

makanan ternak.

Page 88: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

72

Hal tersebut seiring dengan pendapat Mulyatun (2018) yang menjelaskan

bahwa pada daerah-daerah pantai di Indonesia daun tanaman mangrove jenis api-

api juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan kambing. Hasil analisis

daun Avicennia marina menunjukkan bahwa kandungan vitamin B sebesar 2,64

mg/100 g, vitamin C nya sebesar 15,32 mg/100 g, serat sebanyak 8,7% dan

karbohidrat sebanyak 13% dan kandungan mineral yang tinggi sehingga

pemanfaatannya sesuai sebagai sumber hijauan pada pakan ternak.

Tanaman mangrove juga dapat diolah menjadi sabun seperti yang

dijelaskan Pak Muchlis sebagai berikut:

“Latihan, itu bisa bisa jadi sabun, sabun cuci piring, nah itu,

bogem itu, itu perlunya di anu dulu di blender a blender, trus

bijinya disingkirkan, trus ada garam khusus lagi itu, garam khusus

ya itu bisa keluar busa, bagus hasilnya” (Pak Muchlis, 19 Maret

2019)

Pak Muchlis menjelaskan bahwa beliau pernah mengikuti latihan

pembuatan sabun cuci piring yang berbahan baku mangrove. Buah mangrove jenis

bogem terlebih dahulu dihilangkan bijinya, kemudian diblender untuk dihaluskan,

setelah halus diberi garam khusus yang dapat mengeluarkan busa.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Farid dkk. (2018) yang mengatakan

buah Pedada atau bogem dapat diolah menjadi sabun cair antiseptik. Pengolahan

sabun antiseptik yang dilakukan dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan

Kampung Laut, Kuala Jambi, Tanjung Jabung Timur dimulai dengan pembuatan

pasta sabun yang berasal dari buah bogem atau pedada dan lidah buaya yang

direbus matang kemudian dihaluskan secara bersamaan dengan ditambahkan ragi,

campuran tersebut kemudian disimpan dalam plastik selama tiga hari untuk

menjadi pasta. Pasta sabun tersebut kemudian dicampur dengan garam, lalu

dimasukkan air sedikit demi sedikit, kemudian masukkan air jeruk nipis dan air

daun suji aduk rata lalu disaring dan biarkan selama 12 jam sampai terjadi

endapan. Langkah selanjutnya yakni dengan mengambil bagian atas sabun,

apabila sabun yang dihasilkan menjadi jernih atau tidak berwarna, maka

tambahkan air perasan daun suji sampai memberikan warna hijau yang stabil.

Page 89: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

73

Petani dapat menjelaskan maksud dari setiap tahapan yang dilakukan dan

petani mampu menganalisis tahapan cara pengolahan tanaman mangrove yang

lebih baik yakni dengan melakukan perendaman terlebih dahulu untuk

menghilangkan rasa ketir pada buah. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara

yang dilakukan dengan Pak Muchlis yang mengatakan:

“Kayak direndem lah 2 hari, trus ya kalau saya yang bikin, aa apa,

kan getah-getahnya bisa terangkat e rendem 2 hari sampe 3 hari,

ndak direndem sebetulnya ndak masalah, tapi kan ketir-ketirnya

itu apa rasanya itu, ya ndak ndak pait agak ketir-ketir, ke lidah itu

rasanya agak ndak enak sedikit, lah itu perlu proses, perlu proses,

sebetulnya ndak papa sebetulnya, tapi kan perlu proses bagaimana

yang lebih enak lagi, aa itu proses, sampe diselep, abis selep

nanti, abis direndem diselep trus dijemur” (Pak Muchlis, 19 Maret

2019)

Menurut Pak Muchlis proses pengolahan tepung mangrove dimulai dengan

perendaman buah selama 2 sampai 3 hari untuk menghilangkan getah-getahnya

yang dapat menimbulkan rasa ketir pada tepung apabila tidak dihilangkan, setelah

direndam buah digiling dengan mesin selep, kemudian dijemur untuk memperoleh

tekstur bubuk yang kering. Pak Muchlis mengolah tepung mangrove bersama

dengan istrinya.

Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Sahil dan Soamole (2013),

pengolahan tanaman mangrove menjadi tepung diawali dengan merebus buah

mangrove, kemudian dikupas kulitnya, setelah itu direndam dengan abu dapur

untuk menghilangkan rasa ketir yang ditimbulkan tanin dan sianida yang terdapat

di dalam buah mangrove, buah mangrove yang telah tawar kemudian digiling

menjadi tepung, tahap terakhir yakni dikeringkan dengan bantuan panas matahari.

Petani melakukan pengolahan produk tepung, sirup, botok, sabun, dan

sentrat. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak

Muchlis yang mengatakan:

“Iya saya mengolah sama istri saya .. “ (Pak Muchlis, 19 Maret

2019)

Page 90: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

74

Pak Muchlis mengungkapkan bahwa beliau dan istrinya yakni Ibu Asmi

yang melakukan pengolhan tanaman mangrove menjadi olahan produk seperti

tepung, sirup, sentrat, botok, dan sabun. Hal tersebut juga didukung oleh

pernyataan Pak Romli yang mengatakan:

“Sirup sirup, sirup, sabun bisa. Iya. Ibunya Ipin sma Edi bisa buat

tepung itu, sabun.. Banyak manfaatnya itu, buat beras bisa” (Pak

Romli, 5 Februari 2019)

Pak Romli menjelaskan bahwa ibu dari Pak Edi dan Pak Ipin yang juga

merupakan istri Pak Muchlis yakni Ibu Asmi yang melakukan pengolahan

tanaman mangrove menjadi produk. Pernyataan tersebut juga didukung oleh foto

hasil observasi yakni berupa foto tepung mangrove yang dibuat oleh petani.

Berikut bentuk tepung mangrove yang dihasilkan oleh petani pengelola mangrove

di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo:

Gambar 5.5 Tepung Mangrove

Berdasarkan gambar 5.5 diketahui warna tepung mangrove berwarna

kehijau-hijauan. Tepung mangrove memiliki tekstur bubuk yang halus seperti

tepung pada umumnya. Kemasan yang digunakan untuk membungkus tepung

mangrove yakni plastik bening yang besarnya disesuaikan dengan banyaknya.

Page 91: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

75

Petani memutuskan untuk memproduksi tepung mangrove, sirup

mangrove, dan botok daun mangrove untuk dijual karena tidak terdapat

permintaan, namun tidak untuk sabun dan sentrat karena terdapat permintaan. Hal

tersebut terbukti dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak Ibu Asmi

yang mengatakan:

“Sirup itu harganya 12 12 setengah 1 botol kecil (menunjukkan

ukuran botol sirup dengan tangannya)” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

“1500 kok” (Ibu Asmi, 23 April 2019)”

Ibu Asmi menjelaskan bahwa produksi yang dijual yakni sirup dan botok.

Sirup dijual dengan harga Rp. 12.500 per botol kecil, sedangkan botok dijual

dengan harga Rp. 1500 per bungkus. Pak Arifin menambahkan bahwa yang

produk lain yang dijual yakni tepung mangrove dengan mengatakan:

“1 kilo itu 60 (Rp. 60.000), emak yang tau, kalau saya kan cuma

disuruh cari buah, cari wes” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Pak Arifin menjelaskan bahwa tepung mangrove dijual dengan harga Rp.

60.000/kg. Pak Arifin juga menjelaskan bahwa pengolahan produk diserahkan

seluruhnya kepada ibunya yakni Ibu Asmi, petani hanya berperan untuk mencari

bahan dan diongkos sesuai hasil.

Berdasarkan pernyataan informan petani pengelola mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo memiliki pemahaman tentang: (a)

manfaat tanaman mangrove, (b) cara budidaya tanaman mangrove, (c) jenis-jenis

tanaman mangrove, dan (d) cara mengolah tanaman mangrove menjadi produk.

Tingkatan pengetahuan petani pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan

akan hal tersebut Kota Probolinggo dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut:

Page 92: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

76

Tabel 5.1Pengetahuan Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

No. Uraian Tahu Memahami Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi

1. Manfaat

Mangrove

Petani dapat

menyebutkan

manfaat-manfaat

tanaman

mangrove dengan

baik diantaranya

yakni mencegah

abrasi, banjir,

memperkecil

dampak tsunami,

mebersihkan

lingkungan laut,

tempat

berkembang biak

biota laut,

menghasilkan

produk olahan

Petani mampu

menjelaskan cara

tanaman mangrove

dimanfaatkan mulai

dari perakaran

tanaman mangrove

yang berfungsi

mengendapkan

lumpur, tempat

bertelur biota laut,

menahan sampah,

pohon mangrove yang

berfungsi menahan

gelombang tsunami,

serta buah dan daun

mangrove yang

dimanfaat menjadi

berbagai produk

Petani

memanfaatkan

habitat hutan

mangrove

sebagai tempat

budidaya

tambak dan

mencari ikan,

petani juga

memanfaatkan

buah/biji dan

daun

mangrove

untuk diolah

menjadi

tepung, sirup,

sabun, sentrat,

dan botok

Petani mampu

menganalisis

bahwa manfaat

yang diberikan

oleh tanaman

mangrove

memberikan

keuntungan

berupa

tambahan

penghasilan baik

bagi petani

maupun

masyarakat

Petani

menciptakan

tambak di

habitat hutan

mangrove dan

memproduksi

produk olahan

mangrove

Petani dapat

memberikan

penilaian mengenai

tanaman mangrove

yang sangat

memberikan

manfaat bagi

kehidupan mereka

dan masyarakat

sekitar

2. Budidaya

Mangrove

Petani dapat

menyebutkan

tahapan-tahapan

budidaya tanaman

mangrove sesuai

dengan urutannya

mulai dari

pembibitan

hingga

penanaman

Petani dapat

menjelaskan detil

mengenai budidaya

tanaman mangrove

seperti syarat buah

mangrove yg dapat

dijadikan bibit,

berbedaan penggunaan

jarak tanam 1 meter

dengan jarak tanam 2

atau 3 meter, tanda-

Petani

melakukan

pembibitan

dengan

menggunakan

polybag,

melakukan

penanaman

dengan

menggunakan

jarak tanam 1-

Petani mampu

menganalisis

bahwa budidaya

tanaman

mangrove yang

dilakukan

mudah

Petani

memproduksi

bibit mangrove

menggunakan

polybag

Petani

mempertahankan

cara budidaya

tanaman mangrove

menggunakan

polybag dengan

jarak tanam 1-3 m,

serta melakukan

perawatan terhadap

bibit

Page 93: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

77

tanda bibit siap

dipindahkan ke pantai,

dan masa panen setiap

jenis tanaman

mangrove

3 m,

melakukan

penyemprotan

terhadap

hama, dan

melakukan

penyiraman

bibit 3. Jenis-jenis

Mangrove

Petani dapat

menyebutkan

jenis-jenis

tanaman

mangrove yakni

api-api, bogem,

lindur, dan tinjang

Petani dapat

menjelaskan

karakteristik bentuk

buah setiap jenis

tanaman mangrove

yakni bogem seperti

buah jambu yang

berbentuk bola yang

kedua ujungnya agak

pipih, sedangkan

bentuk buah mangrove

api-api mirip dengan

bawang merah yang

berbentuk bulat kecil,

bentuk buah dari

mangrove jenis tinjang

mirip dengan buah

tanaman klentang

berbentuk panjang,

dan bentuk buah lindur

yang panjangg dan

ramping

Petani dapat

menunjukkan

bentuk buah

setiap jenis

tanaman

mangrove

Petani dapat

menganalisis

bahwa setiap

jenis buah

tanaman

mangrove

memiliki bentuk

yang berbeda-

beda

Petani

memproduksi

tanaman

mangrove jenis

api-api, tinjang,

lindur, dan

bogem untuk

ditanam di

wilayah pesisir

Kecamatan

Kademangan

Kota

Probolinggo

Petani

mempertahankan

kombinasi jenis-

jenis mangrove

yang ditanam di

wilayah pesisir

Kecamatan

Kademangan Kota

Probolinggo

Page 94: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

78

4. Cara

Mengolah

Mangrove

Petani dapat

menyebutkan

tahapan cara

pengolahan

tanaman

mangrove

menjadi tepung,

sirup, sabun,

sentrat, dan botok

Petani dapat

menjelaskan maksud

dari setiap tahapan

yang dilakukan seperti

perendaman yang

berfungsi untuk

menghilangkan rasa

ketir pada buah

Petani

melakukan

pengolahan

produk tepung,

sirup, botok,

sabun, dan

sentrat

Petani mampu

menganalisis

tahapan cara

pengolahan

tanaman

mangrove yang

lebih baik yakni

dengan

melakukan

perendaman

terlebih dahulu

untuk

menghilangkan

rasa ketir pada

buah

Petani

memproduksi

tepung

mangrove, sirup

mangrove, dan

botok daun

mangrove

Petani memutuskan

untuk memproduksi

tepung mangrove,

sirup mangrove,

dan botok daun

mangrove untuk

dijual karena

terdapat

permintaan, namun

tidak untuk sabun

dan sentrat karena

terdapat permintaan

Page 95: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

79

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa tingkat pengetahuan petani

pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo mencapai

tingkat evaluasi yang merupakan tingkat paling tinggi dalam pengetahuan, dimana

subjek telah dapat memberikan penilaian terhadap objek tertentu setelah melewati

tahap tahu, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dan sintesis. Petani dapat

memberikan penilaian mengenai kegiatan pengelolaan mangrove di Kecamatan

Kademangan bahwasanya hal tersebut sangat memberikan manfaat bagi

kehidupan mereka sehingga perlu dilestarikan dan dipertahankan. Petani yang

telah dapat menilai suatu objek akan dapat membuat keputusan mengenai sikap

yang akan dia ambil, karena petani telah mengetahui bahwasanya objek tersebut

baik atau buruk bagi mereka.

5.1.2 Sikap Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo

Dari sisi sikap yang akan diketahui adalah bagaimana; (a) keikutsertaan

petani dan (b) sikap petani dalam kegiatan pengelolaan mangrove. Pada poin (a)

keikutsertaan petani dilihat dari kegiatan-kegiatan pengelolaan mangrove apa saja

yang dilakukan petani. Pada poin (b) sikap petani yang dimaksud yakni pendapat

petani terhadap kegiatan pengelolaan mangrove yang ingin diketahui secara

langsung oleh peneliti.

Sikap disusun sedemikian rupa sehingga menunjukkan tingkatan-tingkatan

yakni menerima, merespon, pemberian penilaian, pengorganisasi, dan

karakterisasi. Proses menerima atau menaruh perhatian dimulai dengan kesadaran

paling sederhana akan hadirnya sesuatu. Pada tahap memberi respon, individu

sudah menunjukkan tanggung jawab atas apa yang dikerjakannya dan telah mulai

dapat menikmati apa yang dilakukannya. Tahap memberi penilaian adalah tahap

dimana individu memberikan pendapat mengenai sesuatu yang dilakukan. Tahap

pengorganisasian menandakan bahwa individu membangun penilian untuk

menentukan tingkat kelayakan bagi sesuatu yang relevan dikerjakan oleh orang

lain atau masyarakat. Tahap terakhir ialah karakterisasi dimana pada tahap ini

individu siap untuk menilai ulang apa yang telah diyakininya jika bukti-bukti

menunjukkan adanya keharusan untuk merevisi pandangan yang dipegangnya.

Page 96: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

80

Pada tahap ini lebih bersifat logis, ilmiah dan menghargai bukti-bukti sehingga

nilai-nilai yang sudah dibangunnya itu dijadikan pedoman dalam bertindak dan

berperilaku.

Petani memiliki pengetahuan mengenai tanaman mangrove yang

menunjukkan usaha petani dalam mempelajari hal-hal dasar yang diperlukan guna

melakukan kegiatan pengelolaan mangrove yang diperoleh melalui pengalaman

secara langsung. Hal tersebut terbukti dari pengetahuan yang dimiliki petani

terkait; (a) manfaat mangrove, (b) budidaya mangrove, (c) jenis-jenis mangrove,

dan (d) cara mengolah mangrove, yang telah dijelaskan pada sub bab

pengetahuan.

a. Keikutsertaan Petani

Petani ikutserta dalam kegiatan pengelolaan mangrove mulai dari kegiatan;

(a) budidaya seperti pembibitan, penanaman, perawatan, dan penyulaman, serta

(b) melakukan pengolahan, (c) pelestarian, (d) ikut menjaga dari pengerusakan,

hingga (e) memperkenalkan mangrove kepada masyarakat luas. Hal tersebut

terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak Edi yang mengatakan:

“Ya ikut serta, semuanya itu dilibatkan semua udah. Kayak polisi,

tentara, semuanya itu dah.. Kegiatannya, yaa.. bersih-bersih gitu

mbak.. Melestarikannya itu ya menanam, kalau ada yang mati apa

ditanam lagi, disulam” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Keikutsertaan petani dalam kegiatan pengelolaan mengrove yakni

melakukan proses budidaya seperti penanaman dan penyulaman terhadap bibit

mangrove yang mati, hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian tanaman

mangrove dengan juga melibatkan semua lapisan masyarakat seperti polisi dan

tentara. Kegiatan lain yang dilakukan yakni membersihkan habitat mangrove yang

mungkin tercemar oleh sampah baik yang berasal dari darat mauput laut. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Amal dan Baharuddin (2016) yang mengatakan

bahwa keikutsertaan masyarakat atau petani dalam pengelolaan hutan mangrove

meliputi; (a) melakukan pembibitan, (b) penanaman, (c) pemeliharaan seperti

melakukan penyulaman, dan (d) ikut menjaga kelestarian hutan mangrove.

Page 97: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

81

Pernyataan Pak Edi didukung oleh pernyataan Pak Romli yang

mengatakan:

“Iyaa. Kalau yang mati tanam lagi, disulam lagi” (Pak Romli, 5

Februari 2019)

Petani ikutserta dalam kegiatan penyulaman. Apabila diketahui bahwa

terdapat tanaman mangrove yang mati maka petani akan melakukan penanaman

bibit mangrove yang baru agar jumlah tanaman mangrove tidak berkurang.

Penjelasan Pak Edi dan Pak Romli terkait keikutsertaan petani dalam penanaman

dan pemeliharaan tanaman mangrove juga diungkapkan oleh Pak Muchlis yang

mengatakan:

“Ee ya termasuk sudah nanam terus menjaga, menyulam, trus

menjaga untuk kelanjutan, itu, mungkin sulaman itu kalau ada

umpamanya ndak 100 80% 70% umpamanya ada penyulaman,

mungkin nanti ada dana lagi untuk penyulaman itu” (Pak

Muchlis, 19 Maret 2019)

Petani juga ikut menjaga tanaman mangrove, menjaga dalam hal ini yakni

menjaga agar tanaman mangrove yang telah ditanam tidak mengalami kerusakan

akibat ulah tangan manusia, selain itu menjaga agar jumlah tanaman mangrove

tidak berkurang dengan melakukan penyulaman dan melakukan penanaman agar

jumlah tanaman mangrove dapat terus bertambah. Hal tersebut didukung oleh Pak

Arifin yang mengatakan:

“Iya pasti wes. Meskipun ada penanaman, ada apa, apa, latihan

pengolahan terus anu saya wes pasti ikut wes, anggep lah

kerjaannya saya wes gini... ya menanam, ya apa namanya, nyulam

itu, sudah nanam itu kan nyulam, kalau ada yang mati nyulam, ya

buat tepung itu, ya kalau musimnya ya buat tepung, kalau ndak

ada ya diam wes gini” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Pak Arifin mengungkapkan bahwa selain melakukan penanaman dan

penyulaman, pada saat musim buah petani mencari buah mangrove dan

mengolahnya menjadi tepung untuk dijual. Hal tersebut tentu saja sangat berguna

untuk mengenalkan tanaman mangrove pada masyarkat, bahwasanya tanaman

Page 98: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

82

mangrove dapat memiliki banyak manfaat salah satunya dapat diolah menjadi

tepung yang menjadi bahan baku pembuatan kue. Pernyataan tersebut juga

diperkuat oleh pernyatan Ibu Asmi yang mengatakan:

“Ada di bogor, ndak, prodok saya prodok. Saya soalnya bawa

prodok, ya bawa trasi, bawa ikan-ikan, macem-mcem udah alat-

alat pantai, itu saya nomor 1 disana.. Dari mangrove ini dari

pantai, lain lagi, tepungnya lain, ikannya lain, trasi lain, begini”

(Ibu Asmi, 23 April 2019)

Petani membuat berbagai produk dari tepung mangrove untuk dibawa ke

pameran yang berada di Bogor untuk mengenalkan tanaman mangrove kepada

masyarakat lebih luas. Hal tersebut akan mendorong minat masyarakat terhadap

tanaman mangrove, apabila masyarakat telah mengetahui bahwa tanaman

mangrove memiliki banyak manfaat maka kepedulian masyarakat terhadap

tanaman mangrove akan bertambah dan berkemungkinan juga akan ikutserta

dalam kegiatan pelestarian hutan mangrove. Pak Romli juga menjelaskan bahwa

petani ikutserta dalam melakukan perawatan tanaman mangrove dengan

mengatakan:

“Ya disiram mbak, disiram, disemprot obat. Ya kiranya biar gak

dimakan belalang itu.. iyaa, dibawah itu dikasi anu itu apa itu

bambu itu, koyok opo iku pring ngene iku mbak, biar ndak anu

opo biar ndak menyelem” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Petani juga turut serta dalam melakukan kegiatan perawatan tanaman

mangrove dengan menyiram tanaman mangrove yang baru saja dipindahkan ke

pantai, penyiraman hanya dilakukan apabila kedaan air laut sedang surut tidak

sampai membasahi tanaman mangrove. Petani juga melakukan penyemprotan

pada hama yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman

mangrove, selain itu petani mengecek keadaan ajir yang digunakan tanaman

mangrove yang baru dipindahkan agar tidak terbawa oleh arus dan gelombang air

laut karena ajir tersebut berperan menjaga tanaman mangrove tumbuh tegak dan

tidak menyelam. Berikut gambar keikutsertaan petani dalam melakukan

perawatan pada bibit mangrove:

Page 99: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

83

Gambar 5.6 Keikutsertaan Petani dalam Merawat Tanaman Mangrove

Pada gambar 5.6 terlihat petani yang sedang merawat bibit mangrove yang

telah dibuat beberapa bulan yang lalu. Petani membersihkan atau menyiangi bibit

tersebut dari gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman mangrove.

Petani juga menyingkirkan tanaman mangrove yang telah melebihi batas

penanaman atau tidak layak untuk ditanam, hal tersebut dilakukan agar

pertumbuhan bibit tanaman mangrove yang lain tidak terganggu.

Keikutsertaan atau peran aktif petani dalam kegiatan pengelolaan

mangrove menunjukkan sikap petani yang sangat mendukung kegiatan

pengelolaan tanaman mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo.

Hal itu sesuai dengan penelitian Setiawan dkk. (2017) yang menyatakan bahwa

sikap masyarakat yang tinggi menunjukkan dukungan masyarakat yang tinggi

pula, sedangkan sikap masyarakat sangat dipengaruhi oleh keikutsertaannya.

b. Sikap Petani

Petani mengungkapkan setuju dan mendukung dengan kegiatan

pengelolaan mangrove dan petani berpendapat bahwa kegiatan pengelolaan

mangrove memberikan banyak manfaat baik bagi petani maupun masyarakat

sekitar. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak

Romli yang mengatakan:

“Setuju.. Ya itu ada apa ya, sukanya banyak manfaatnya. Ya

misalnya ada angin tsunami bisa didang, setuju. Disini setuju

semua kalau masalah mangrove itu, kalau bisa itu bentaun sudah

Page 100: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

84

ditandur mbak sama Pak Muchlis, satu tahun itu minimal 5000

kadang 10.000 gitu” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Pak Romli mengungkapkan beliau setuju dengan adanya kegiatan

pengelolaan mangrove karena terdapat banyak manfaat yang diberikan oleh hutan

mangrove, salah satunya yakni dapat menghalau badai tsunami apabila terjadi

sehingga memperkecil dampaknya. Pak Romli juga mengungkapkan bahwa

masyarakat yang tinggal di sekitar habitat mangrove juga setuju dengan kegiatan

pengelolaan hutan mangrove, sehingga menganjurkan Pak Muchlis sebagai ketua

kelompok tani hutan untuk dapat menanam mangrove setiap tahunnya minimal

5000 bibit. Pak Romli juga ngungkapkan bahwa beliau mendukung dengan

adanya pengelolaan mangrove dengan mengatakan:

“Mendukung.. Karena itu sudah mbak, banyaknya manfaatnya, ini

buat apa ya buat tepung bisa buat sabun bisa krep bisa, buat

makanan bisa, buat tepung bisa, tepungnya itu biru mbak” (Pak

Romli, 5 Februari 2019)

Pak Romli mendukung adanya pengelolaan mangrove karena tanaman

mangrove dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk yang bernilai ekonomis

seperti sabun dan tepung. Pak Muchlis juga mengemukakan pendapatnya

mengenai kegiatan pengelolaan mangrove dengan mengatakan:

“Ya mendukung sekali karna saya diuntungkan lagi.. ya ada

keuntungan dari mangrove mulai dulu, ke masyarakat juga

menguntungkan, kalau ndak menguntungkan ke masyarakat ya

ndak mau masyarakat kan.. yang paling setuju itu budidaya

tambak tradisional yang paling mendukung sekali, trus yang

punya sawah di deket pesisir itu mendukung sekali” (Pak

Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Muchlis juga menjelaskan mendukung dengan adanya hutan

mangrove yang terus dikelola dengan baik karena menguntungkan bagi

masyarakat terutama petani tambak tradisional dan petani lahan basah yang

memiliki lahan disekitar wilayah pesisir karena dengan adanya mangrove lahan

petani tidak terkikis oleh arus dan ombak air laut, sehingga masyarakat, petambak,

dan petani juga sangat mendukung dengan adanya pengelolaan mangrove di

Page 101: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

85

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Ibu Asmi juga mengungkapkan

bahwa beliau setuju dengan adanya kegiatan pengelolaan mangrove dengan

mengatakan:

“Setuju nak, banyak, bu wali ya setuju semuanya mau nak..

Katanya banyak vitaminnya nak” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Ibu Asmi setuju dengan adanya pengelolaan mangrove karena banyak

pihak yang setuju dengan adanya hal tersebut, sampai walikota pun setuju dengan

adanya kegiatan pengelolaan mangrove. Ibu Asmi juga mengatakan bahwa alasan

banyak yang setuju dengan adanya pengelolaan mangrove yakni karena mangrove

memiliki kandungan vitamin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyatun

(2018) yang menjelaskan bahwa tanaman mangrove mengandung vitamin A, B,

C, D, E, dan K.

Pemahaman petani akan arti penting dan manfaat-manfaat dari tanaman

mangrove membentuk sikap yang mendukung dan setuju terhadap kegiatan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Hal

tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan Mar’at, L. (1982) dalam Ardi

(2015) bahwa sikap dipengaruhi atau dibentuk oleh stimulus (pengetahuan),

dimana stimulus tersebut akan melahirkan pengertian, perhatian, dan penerimaan,

dengan adanya hal tersebut maka terbentuklah perubahan sikap.

Petani beranggapan bahwa kegiatan pengelolaan mangrove memberikan

keuntungan bagi petani dan masyarakat yakni sebagai sumber pendapatan ataupun

tambahan penghasilan. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan

oleh Pak Edi yang mengatakan:

“Ya setuju.. Ya itu kan sejuk lagi, ndak panas, e trus pendapatan

itu banyak, menambah penghasilan lagi itu, pas terus petani

tambak itu ya nambah penghasilannya itu.. Iya, dari mangrove itu.

Banyak manfaatnya mangrove itu” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Menurut Pak Edi beliau setuju dengan adanya pengelolaan mangrove

karena dengan adanya hutan mangrove memberikan suasana sejuk bagi

lingkungan pantai. Adanya pengelolaan mangrove memberikan keuntungan

Page 102: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

86

berupak tambahan penghasilan bagi petani petani tambak yang memanfaatkan

hutan mangrove sebagai ladang usaha tambaknya. Pak Arifin mendukung

pernyataan Pak Edi yang mengungkapkan bahwa adanya pengelolaan mangrove

memberikan keuntungan bagi dirinya dengan mengatakan:

“Ya setuju.. ya karena uda banyak wes hehe udah banyak yang

apa, yang pesen gitu, banyak anak sekolah kegiatan-kegiatan itu,

banyak wes.. Kalau ya apa namanya yang kayak restoran minta ya

itu wes dapat keuntungannya” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Pak Arifin mengungkapkan bahwa beliau setuju dengan adanya kegiatan

pengelolaan mangrove karena tanaman mangrove mendatangkan keuntungan

baginya berupa uang dari hasil penjualan bibit mangrove dan tepung mangrove

yang banyak dipesan oleh masyarakat dan restoran-restoran yang mengangkat

mangrove sebagai iconnya baik yang berada di dalam ataupun luar kota.

Pernyataaan Pak Arifin didukung oleh Pak Muchlis yang mengatakan:

“Ya setuju karna saya bisa hasil lah bisa ada tambahan

penghasilan, kan tepungnya saya jual 50 ribu, kalau ada pesen lah

sekarang ada pesen ada aja tapi ndak banyak” (Pak Muchlis, 19

Maret 2019)

Pak Muchlis mengungkapkan bahwa beliau setuju dengan adanya kegiatan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo, karena

beliau mendapatkan keuntungan dari adanya hal tersebut. Pak Muchlis

mengatakan bahwa beliau mendapatkan tambahan penghasilan dari penjualan

tepung mangrove yang dijualnya seharga Rp. 50.000/kg.

Petani melakukan kegiatan pengelolaan mangrove dalam kesehariannya.

Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara Pak Arifin yang mengatakan:

“Mendukung.. karena ya sehari-harinya saya ini ya tercampur

dengan itu wes, kalau ada kegiatan terus ikut terus.. ya wes

sepenuhnya wes, dukungannya ya pokoknya wes tercampur ke

mangrove pasti anu saya wes pasti ikut” (Pak Arifin, 6 Februari

2019)

Page 103: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

87

Pak Arifin mendukung kegiatan pengelolaan mangrove karena kegiatan

sehari-harinya berhubungan dengan pengelolaan mangrove. Kegiatan pengelolaan

mangrove yang dilakukkannya merupakan pekerjaan dan sumber penghasilan

utama baginya.

Sikap petani dalam kegiatan pengelolaan mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo dipengaruhi oleh kebutuhan petani akan

pemanfaatan tanaman mangrove yang mendatangkan banyak keuntungan baik

bagi petani maupun masyarakat. Keuntungan tersebut diantaranya yakni; (a)

menjadi sumber penghasilan bagi petani melalui pemanfaatan habitat mangrove

sebagai ladang usaha tambak dan penjualan produk mentah atau olahan dari

mangrove yang mereka hasilkan, (b) serta memberikan keuntungan tidak langsung

seperti penghijauan, perlindungan bagi usahatani masyarakat, dan perlindungan

dari bencana alam seperti tsunami. Tingkatan sikap petani pengelola mangrove di

Kecamatan Kademangan dijelaskan pada tabel 5.2 sebagai berikut:

Tabel 5.2 Sikap Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo

No. Uraian Keterangan

1. Menerima Petani memiliki pengetahuan mengenai tanaman

mangrove mulai dari manfaat mangrove, jenis-jenis

mangrove, cara budidaya mangrove, dan cara

mengolah mangrove yang menunjukkan usaha petani

dalam mempelajari hal-hal dasar yang diperlukan guna

melakukan kegiatan pengelolaan mangrove yang

diperoleh melalui pengalaman secara langsung

2. Merespon Petani mengungkapkan setuju dan mendukung dengan

kegiatan pengelolaan mangrove, dan ikutserta atau

berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan mangrove

mulai dari kegiatan budidaya seperti pembibitan,

penanaman, perawatan, dan penyulaman, serta

melakukan pengolahan, pelestarian, ikut menjaga dari

pengerusakan, hingga memperkenalkan mangrove

kepada masyarakat luas

3. Memberi Penilaian Petani berpendapat bahwa kegiatan pengelolaan

mangrove memberikan banyak manfaat baik bagi

petani maupun masyarakat sekitar

4. Pengorganisasian Petani beranggapan bahwa kegiatan pengelolaan

mangrove memberikan keuntungan bagi petani dan

masyarakat yakni sebagai sumber pendapatan ataupun

tambahan penghasilan

5. Karakterisasi Petani melakukan kegiatan pengelolaan mangrove

dalam kesehariannya

Page 104: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

88

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sikap petani pengelola

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo sampai pada tahap

karakterisasi yakni tahap dimana petani menjadi nilai-nilai atau anggapan yang

telah dibangunnya dijadikan pedoman dalam bertindak atau berperilaku. Petani

dalam hal ini menjadikan kegiatan pengelolaan mangrove yang dianggapnya

sebagai sumber penghasilan sebagai kesehariannya. Hal tersebut ditunjukkan

dengan keikutsertaan petani dalam berbagai kegiatan pengelolaan mangrove mulai

dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, penyulaman, penjagaan, pengolahan,

dan pengenalan tanaman mangrove kepada masyarakat luas melalui penjualan

produk mangrove.

5.1.3 Keterampilan Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Dari sisi keterampilan yang akan diketahui adalah bagaimana kemampuan

petani dalam menggunakan; (a) teknologi budidaya dan (b) pengolahan tanaman

mangrove. Informasi mengenai hal tersebut didapatkan melalui wawancara dan

observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai teknologi atau alat-alat yang

digunakan petani dalam melakukan proses budidaya dan pengolahan produk

tanaman mangrove, serta keterampilan petani dalam menggunakan alat-alat

tersebut.

Menurut Notoatmodjo (1993), keterampilam yang merupakan praktek atau

tindakan adalah tahap selanjutnya setelah seseorang memiliki sikap terhadap suatu

obyek. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Praktek atau

tindakan juga terbagi atas beberapa tingkatan, diantaranya:

1. Persepsi (Perception)

Persepsi dalam keterampilan memiliki arti mengenal dan memilih berbagai

obyek sehubungan dengan yang akan diambil adalah merupakan praktek

tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Respon terpimpin ditandakan dengan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar sesuai dengan contoh.

Page 105: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

89

3. Mekanisme (Mechanism)

Tingakatan ketiga keterampilan atau mekanisme dapat dicapai apabila

seseorang telah dapat melakukan sesatu dengan benar secara otomatis, atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (Adaptation)

Tingkatan terakhir yaitu adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang

sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

a. Teknologi Budidaya Mangrove

Berdasarkan pada penelitian untuk teknologi budidaya mangrove petani

mampu menyebutkan dan menyediakan teknologi yang dibutuhkan untuk kegiatan

budidaya seperti polybag, bor, tali rafia, ajir, pacul, arit, serta alat-alat

pengangkutan. Terbukti dari hasil wawancara dengan Pak Arifin yang

mengatakan:

“Bor.. kalau ndak, kalau di polybag cuma apa, kayak bersih lah..

bor itu untuk menanam, biar apa ya namanya ya, biar kalau apa

ya, kalau anak-anak nanam itu kan pake pisau, kalau sini kan

ndak, pake bor itu dah biar berlubang.. anjir, pake anjir.. dari

bambu” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Pak Arifin menjelaskan bahwa alat-alat yang digunakan petani dalam

melakukan proses budidaya tanaman mangrove yakni bor, bambu atau ajir, dan

polybag. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Umroh (2015) bahwa alat-alat yang

digunakan untuk melakukan budidaya tanaman mangrove mulai dari penyemaian

hingga penanaman yakni polybag, bambu, atap peneduh (daun rumbia), tali raffia,

ajir atau kayu pancang, cangkul, GPS (Global Positioning System), soil pH tester

dan refraktometer. Berikut gambar alat-alat yang digunakan petani untuk

budidaya tanaman mangrove:

Page 106: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

90

Gambar 5.7 Alat Bor Gambar 5.8 Polybag

Gambar 5.9 (a) Ajir dan (b)Tali rafia

a

b

Page 107: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

91

Gambar 5.10 (a) Cangkul dan (b) Arit

Pak Arifin menambahkan bahwa alat yang digunakan untuk mendukung

proses budidaya tanaman mangrove tidak hanya polybag, ajir, dan bor, namun

juga membutuhkan alat-alat pengangkutan. Berikut penjelasan Pak Arifin terkait

alat-alat pengangkutan yang dibutuhkan untuk kegiatan pengelolaan mangrove:

“Kalau nanemnya ya seperti anu, seperti kayak argo

pengangkutan itu leh, argo pas pas kayak barang, apa, kayak arit,

kayak pacul itu.. ya buat itu, buat bedengan, kalau alatnya le kalau

alatnya, ya butuh apalagi, kayak tosa, kendaraan lah, butuh

kendaraan untuk apa ya, kalau ada ngangkut tanah, prahu lagi..

iya ngirim, kalau ngirim misalnya yang mau ditanam daerah mana

gitu, ya anu wes” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Menurut Pak Arifin alat-alat atau kendaraan pengangkutan juga berperan

penting dalam proses budidaya tanaman mangrove, kendaraan tersebut yakni argo,

tosa, dan perahu. Argo dan tosa merupakan kendaraan darat yang memiliki

semacam sistem bak tampung yang dapat menampung dam membawa barang

dalam jumlah cukup banyak. Tosa atau argo digunakan untuk membawa bahan-

bahan serta alat-alat yang dibutuhkan untuk proses budidaya sepeti tanah, pacul,

arit, bibit, dan sebagainya agar dapat dampai ke lokasi pembibitan. Perahu

a b

Page 108: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

92

digunakan untuk mengangkut dan mengantar bibit ke lokasi penanaman yang

berada di laut. Pak Arifin juga menjelaskan bahwa petani juga membutuhkan alat-

alat seperti arit dan pacul, alat tersebut digunakan untuk melakukan perawatan

seperti penyiangan terhadap bibit-bibit yang disemai di darat. Berikut gambar

kendaraan pengangkutan yang dibutuhkan untuk proses budidaya mangrove:

Gambar 5.11 Kendaraan Bak

Gambar 5.12 Perahu

Petani mampu menjelaskan cara kerja masing-masing teknologi budidaya

mangrove sesuai dengan kegunaannya dan urutannya. Hal tersebut terbukti dari

hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak Edi yang mengatakan:

Page 109: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

93

“Bor, tali rafia untuk mengikat itu, bambu, polybag, ndak ada

sudah.. Tali rafia itu untuk ngikat ke batang pohon mangrove

sama bambunya, pas kalau bornya itu untuk buat lobangnya itu,

buat lobang kira-kira 20 dalamnya udah, 20 cm udah dalamnya

taruh udah.. Untuk, kalau yang kan masih takut roboh itu buat

tiangnya biar ndak roboh. Kalau uda hidup nanti dibuka udah..

Kalau polybagnya ndak usah dibuka udah kan tembus akarnya itu

dah.. Buat tanahnya itu, buat nampung tanah, buat bibit” (Pak Edi,

4 Februari 2019)

Pak Edi menjelaskan bahwa bor berfungsi membuat lubang sebagai tempat

menanam bibit mangrove. Tali rafia berfungsi untuk mempertahankan posisi bibit

mangrove yang baru ditanaman di pantai agar tetap tegak dan tidak terbawa

ombak laut, tali rafia tersebut diikatkan pada ajir atau tongkat bambu yang

ditancapkan ke dalam tanah dan disekitar bibit mangrove tersebut. Polybag

digunakan sebagai tempat menampung media tanam tanah bibit mangrove. Pak

Edi juga menjelaskan bahwa lubang yang dibuat untuk penanaman mangrove

yakni sedalam 20 cm dan bibit mangrove yang siap tanam ditanam dalam keadaan

masih berada di dalam polybag. Penjelasan Pak Edi didukung oleh Pak Romli

yang mengatakan:

“Itu koyok koyok rajang iku sing bunder gawe lubang iku.. O itu

polybag kan.. Iyaa, bambu itu biar ndak anu biar ndak kena air

tanamannya.. Polybag itu ya? Ya dikasi tanah ya, langsung dikasi

bibit.. Bambu, buat anjir itu mbak. Nandur di laut ya, nah dikasi

bambu diikat ke tanamannya, biar ndak, sama tali rafia, biar ndak

goyang” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Pak Romli menjelaskan alat yang digunakan untuk budidaya tanaman

mangrove meliputi rajang atau bor yang digunakan untuk membuat lubang

penanaman, polybag sebagai tempat menampung tanah sebagai media tanam bibit

mangrove, bambu sebagai ajir untuk menjadi tegakan bibit yang ditanam di pantai

yang diikat bersama bibit dengan tali rafia agar bibit tidak goyang.

Petani menggunakan alat-alat tradisional dalam melakukan kegiatan

budidaya mangrove. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara dengan Pak

Muchlis yang mengatakan:

Page 110: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

94

“Apa yaa, cuma alat-alat tradisional bor.. buat penanaman bor.. ya

fungsinya kan enak ngelobangi kalau nanam itu, enak ngelobangi,

ee trus pake anu pake pake tali harus lurus kalau penanaman dari

awal.. biar lurus tali itu” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Muchlis menjelaskan bahwa alat-alat yang digunakan petani tersebut

masih tergolong tradisional, belum terdapat alat-alat modern yang dapat

digunakan petani untuk proses budidaya tanaman mangrove. Pak Muchlis

menambahkan bahwa penggunakan tali tali rafia dalam proses budidaya tanaman

mangrove berfungsi untuk meluruskan tanaman agar tanaman terlihat lebih rapi

dan menyeragamkan jarak tanam.

Petani mampu menunjukkan cara kerja dan mengaplikasikan teknologi

budidaya mangrove dalam kegiatan pengelolaan mangrove. Hal tersebut terbukti

dari hasil wawancara dengan Ibu Asmi yang mengatakan:

“Besi.. Linggis anu, iya linggis.. Menanam buat bikin lobang.. Ini

atos kalau di pantai empuk (menancapkan bor di tanah kemudian

memutar setir bor untuk menciptakan lubang).. Iyaa polybag,

nanti hidup di polybag itu.. Kalau jauh nanam ya pake perahu

diangkut.. Oooh dikasi pring kasi pring nak, katanya pak Muchlis

itu biar berdiri biar ndak dingkluk-dingkluk gini lah bibit disini,

ini bibit ini anjeran dadi gini ini lah (menempelkan bibit pada

ajir), ditaleni pake tali rafia sudah berdiri” (Ibu Asmi, 23 April

2019)

Ibu Asmi menjelaskan dan menunjukkan kerja bor atau linggis dalam

membuat lubang. Ujung bor yang berlubang dan runcing tersebut diarahkan

menghadap tanah, kemudian untuk membentuk lubang yang dalam bor diputar

dengan cara memutar kayu yang berada tegak lurus dipangkal bor sampai ujung

bor mencapai kedalaman yang diinginkan. Ibu Asmi juga menunjukkan cara kerja

ajir dan tali rafia. Bibit mangrove diletakkan di dekat ajir yang ditancapkan ke

dalam tanah, kemudian bibit diikatkan kepada ajir agar bibir menjadi setegak ajir

dan bibit tidak bergoyang atau jatuh ke dalam air akibat gelombang atau ombak

laut.

Page 111: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

95

b. Teknologi Pengolahan Mangrove

Berdasarkan pada penelitian untuk teknologi pengolahan mangrove petani

mampu menyebutkan dan menyediakan teknologi yang dibutuhkan untuk kegiatan

pengolahan pengolahan seperti mesin giling. Terbukti dari hasil wawancara

dengan Pak Muchlis yang mengatakan:

“Ya selep, selep biasalah selep tepung itu sudah, selep kopi bisa,

selep yang anu agak yang agak besaran ya juga bisa, pokoknya ya

bisa nyelep kopi bisa sudah” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Muchlis menjelaskan bahwa mesin yang digunakan untuk proses

pengolahan tanaman mangrove bernama mesin selep. Mesin selep merupakan

mesin penggiling. Jenis mesin selep yang digunakan oleh Pak Muchlis merupakan

mesin selep yang biasa digunakan untuk menggiling biji seperti biji kopi. Berikut

gambar mesin selep yang digunakan untuk menggiling buah atau biji tanaman

mangrove:

Gambar 5.13 Mesin Selep

Petani mampu menjelaskan cara kerja teknologi pengolahan mangrove

sesuai dengan kegunaannya dan urutannya. Hal tersebut terbukti dari hasil

wawancara yang dilakukan dengan Ibu Asmi yang mengatakan:

“Ndak, mesin biasa mesin tarik.. Itu ada, ya mesin itu lah nak

kopi, apa saja tepung, selep” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Page 112: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

96

Ibu Asmi menjelaskan bahwa cara kerja mesin selep tersebut yakni dengan

cara ditarik, maksudnya adalah untuk menghidupkan mesin selep tersebut perlu

menarik tuas yang terdapat di mesin selep. Mesin selep yang digunakan adalah

mesin selep yang sama digunakan untuk menggiling kopi.

Petani mampu menunjukkan cara kerja dan mengaplikasikan teknologi

pengolahan mangrove dalam kegiatan pengelolaan mangrove. Hal tersebut

terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak Arifin yang

mengatakan:

“Pengelolaan itu ya bahannya kayak mesin, mesin selep itu,

mesin, mesin selep yang buat tepung itu wes, trus alatnya kayak

apa itu wes, saringan untuk anu menyaring ampasnya itu, sesudah

digiling, digilingnya itu 2 kali, iya 2 kali, sesudah digiling itu kan

dijemur lagi, di jemur langsung diselep lagi” (Pak Arifin, 6

Februari 2019)

Pak Arifin menjelaskan bahwa cara kerja mesin yakni dimulai dengan

menghidupkan mesin, kemudian memasukkan buah atau biji mangrove ke dalam

mesin selep, setelah itu hasil gilingan akan keluar dari tempat yang berbeda

dengan tempat keluarnya ampas. Hal tersebut akan menghasilkan hasil gilingan

yang bersih dari ampasnya. Kemudian hasil gilingan dikeringkan dengan cara

dijemur dengan mengandalkan panas matahari. Proses penggilingan dan

penjemuran dilakukan 2 kali.

Kelima informan dapat menjelaskan masing-masing kegunaan dan cara

kerja alat atau teknologi yang digunakan untuk proses budidaya dan pengolahan

tanaman mangrove, hal ini menunjukkan bahwa petani memiliki pengetahuan

akan fungsi dan cara kerja masing-masing alat sehingga petani dapat

menggunakan teknologi sesuai dengan kegunaaannya. Keterampilan petani dalam

menggunakan teknologi tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan petani

mengenai cara penggunaan dan fungsi masing-masing alat, hal ini sejalan dengan

yang dijelaskan oleh Suprihatiningsih (2016) yang mengatakan bahwa

keterampilan seseorang biasanya didukung oleh tingkat pengetahuan yang

dimilikinya. Variasi keterampilan yang dikuasai akan tergantung dari kemauan

dan kemampuan seseorang dalam mempelajari hal baru.

Page 113: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

97

Petani pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

memiliki keterampilan dalam mengaplikasikan teknologi budidaya dan

pengolahan tanaman mangrove. Tingkatan keterampilan petani pengelola

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo dijelaskan tabel 5.3

sebagai berikut:

Tabel 5.3 Keterampilan Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

No. Uraian Keterangan

1. Persepsi Petani mampu menyebutkan dan menyediakan

teknologi yang dibutuhkan untuk kegiatan

pengelolaan mangrove baik teknologi budidaya

seperti polybag, bor, tali rafia, ajir, pacul, arit,

serta alat-alat pengangkutan, maupun teknologi

pengolahan seperti mesin giling

2. Respon Terpimpin Petani mampu menjelaskan cara kerja masing-

masing teknologi pengelolaan mangrove sesuai

dengan kegunaannya dan urutannya

3. Mekanisme Petani menunjukkan cara kerja dan

mengaplikasikan teknologi dalam kegiatan

pengelolaan mangrove

4. Adaptasi -

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa keterampilan petani

pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo sampai pada

tahap mekanisme yakni tahap dimana petani dapat mengaplikasikan teknologi

dengan baik secara otomatis dan mengaplikasikan teknologi pada setiap kegiatan

pengelolaan mangrove. Petani tidak mencapai tahap adaptasi yaitu tahap dimana

individu dapat mengembangkan atau memodifikasi suatu teknologi atau tindakan

yang sudah ada menjadi hal yang lebih baik tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut. Petani tidak sampai pada tahap adaptasi karena petani tidak

mengembangkan atau memodifikasi teknologi yang ada menjadi sesuatu teknologi

baru yang dapat membantu petani lebih mudah melakukan kegiatan pengelolaan

mangrove, petani masih menggunakan alat-alat tradisional untuk pengelolaan

mangrove.

Page 114: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

98

5.2 Faktor Pendorong dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

5.2.1 Faktor Pendorong Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo

Menurut Kurt Lewin (1951) dalam Hersey dkk. (1995), faktor-faktor

pendorong (driving forces) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi situasi yang

mendorong dalam arah tertentu, faktor-faktor ini cenderung mendorong adanya

perubahan dan mempertahankan perubahan itu agar tetap berlangsung. Faktor

pendorong keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo dilihat dari beberapa aspek yakni; (a) motivasi petani untuk ikut

dalam kegiatan pengelolaan mangrove, (b) dukungan petani terhadap kegiatan

pengelolaan mangrove, dan (c) dukungan pemerintah dalam kegiatan pengelolaan

mangrove.

a. Motivasi Petani Pengelola Mangrove

Motivasi petani untuk ikut terjun dalam kegiatan pengelolaan mangrove

yakni; (a) mengikuti jejak orang tua dan (b) untuk menambah penghasilan petani.

Hal ini diungkapkan oleh Pak Muchlis yang mengatakan:

“Mulai dari orang mbah sampee saya kan ee pertama kali mbah

saya nanam disini, lah itu, saya mulai kecil sudah saya di

mangrove, saya mulai kecil pokoke ndak usah anu sudah mulai

dari kecil” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pak Edi memperkuat pernyatan Pak Muchlis dengan mengatakan:

“Awalnya itu diajak bapak itu, diajak bapak, “le ayo nanam

mangrove, buat mangrove” gitu.. Iya, bapak mulai dulu menanam

udah mulai kecil. Tapi dulu menanamnya bapak itu dibuat anu

dijual dulu, nanam, dulu kan masih ndak ada larangan kan, dijual

itu buat rumah gitu kayunya itu, dulu, nanam udah bapak itu,

dibuat dijual, kalau besar dijual, tanam lagi, ya sistim gini kalau

panennya dulu masih jamannya bapak” (Pak Edi, 4 Februari

2019)

Page 115: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

99

Petani mengatakan bahwa motivasi ikut terjun dalam kegiatan pengelolaan

mangrove adalah mengikuti jejak orang tua, dimana orang tua pada saat itu

mengandalkan tanaman mangrove untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Mangrove merupakan sumber penghasilan bagi keluarga petani, petani

memanfaatkan kayu pohon mangrove untuk dijual, dimana hal tersebut dahulu

masih diperbolehkan. Petani melakukan penanaman kembali sebagai ganti pohon

mangrove yang telah ditebang yang nantinya dapat dimanfaatkan kembali untuk

diambil kayunya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zainudin dkk. (2015) yang

menyatakan bahwa petani ikut melakukan kegiatan pengelolaan mangrove sejak

kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pak Arifin mendukung

pernyataan Pak Edi dengan mengatakan:

“Ya dulu, bapak ini kan, bapak saya Pak Muchlis, Pak Muchlis

dulu kan orang bawah wes, makan susah, yang dimakan itu cuma

ya pohon itu wes, kalau orang lain ndak tau, ndak ndak pernah

nyoba, cuma Pak Muchlis ini makan sendiri ya katanya bapak itu

sepenting gak mabuk wes, kan dulu, sekarang ndak.. Iya ikut

bapak” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Petani menyatakan bahwa motivasi petani ikut terjun dalam kegiatan

pengelolaan mangrove yakni mengikuti jejak orang tua. Petani memanfaatkan

setiap bagian tanaman mangrove sebagai bahan baku untuk membuat makanan,

karena kondisi keluarga petani dahulu yang sulit untuk memenuhi kebutuhan

pangan sehari-hari.

Motivasi lain petani ikut terjun dalam kegiatan pengelolaan mangrove

yakni untuk menambah penghasilan. Hal ini diungkapkan oleh Pak Romli yang

mengatakan:

“Ya kan ketuanya Pak Muchlis, ya “siapa yang mau ikut saya

silahkan”, kan sudah di bayar itu dah sma Muchlis, kalau satu hari

50 (Rp. 50.000)” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Page 116: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

100

Petani menjelaskan bahwa motivasinya ikut terjun dalam kegiatan

pengelolaan mangrove yakni untuk menambah penghasilan. Petani yang ikut

melakukan proses budidaya atau pengolahan tanaman mangrove nantinya akan

dibayar perharinya senilai Rp. 50.000 oleh Pak Muchlis sebagai balas jasa atas

pekerjaan yang telah dilakukan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zainudin dkk. (2015) yang

menyatakan bahwa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap kelestarian hutan

magrove yang dimiliki petani terbentuk oleh adanya kebutuhan petani terhadap

hutan mangrove sebagai sumber pendapatannya. Pernyataan Pak Romli didukung

oleh Pak Arifin yang mengatakan:

“Yaa dari, dari apa ya, keuntungannya itu ya dapat hasil lah, dapat

hasil dari mangrove itu wes, ya cuma dari ongkos yang disuruh

sampe pengelolaan itu ya uda menghasilkan wes” (Pak Arifin, 5

Februari 2019)

Petani menjelaskan bahwa dengan mengikuti kegiatan pengelolaan

mangrove, petani memperoleh hasil berupa uang. Uang tersebut merupakan

ongkos yang diterima petani setelah melakukan kegiatan pengelolaan mangrove.

Motivasi petani untuk ikut terjun dalam kegiatan pengelolaan mangrove

merupakan langkah awal petani dalam mengenal tanaman mangrove, seiring

berjalannya waktu, sedikit demi sedikit pengetahuan dan kesadaran petani untuk

melestarikan tanaman mangrove akan bertambah. Kesadaran tersebut

termanifestasi dalam bentuk perilaku. Petani akan melibatkan diri dalam

pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pengelolaan hutan mangrove secara

bijaksana, proporsional dan berkelanjutan yang berdampak pada peningkatan

kesejahteraan petani dan masyarakat serta kelestarian hutan mangrove.

b. Dukungan Petani

Dukungan petani dalam menjaga keberlanjutan kegiatan pengelolaan

mangrove yakni; (a) ikut melestarikan tanaman mangrove dengan melakukan

kegiatan penanaman setiap tahunnya bersama-sama dengan masyarakat dan (b)

melindungi hutan mangrove dari kerusakan yang diakibatkan oleh oknum-oknum

Page 117: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

101

yang tidak bertanggung jawab dengan cara mengingatkan bahwa melakukan

penebangan dan menggunakan bahan-bahan berbahaya untuk menangkap ikan di

habitat mangrove dilarang dan akan dikenakan sanksi hukuman apabila dilakukan.

Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Pak Edi yang

mengatakan:

“Ya mendukung lah mendukung.. Bentuk dukungannya itu

menjaga itu, melestarikan sama-sama” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

“Menjaga itu dah, menjaga.. Yang khusus probolinggo itu kalau

ada pengajuan, kalau ada pengajuan dari pemkot, tanam di pantai

pilang, di mangunharjo gitu.. Menanam, anak sekolah itu, TK,

PAUD, SMA, yang paling sering ini SMA 2, paling sering itu dah

buat kegiatan kayak gitu” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Petani mengungkapkan bahwa bentuk dukungan yang diberikan oleh

petani dalam menjaga keberlanjutan pengelolaan mangrove yakni dengan cara

ikut melestarikan tanaman mangrove. Petani sering mengadakan kegiatan

penanaman tanaman mangrove yang pelaksanaannya dilakukan bersama-sama

dengan masyarakat. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Pak Romli yang

mengatakan:

“Iyaa, itu Pak Muchlis itu setahun mesti nanduur, haa gitu. Sama

bu tinggi sini ya, tingginya Pak Faruq ya, “kalau bisa Pak Muchlis

satu tahun nandur 5000 atau 10.000”, biar ndak musnah katanya”

(Pak Romli, 5 Februari 2019)

Petani menjelaskan bahwa kegiatan penanaman dilakukan setiap tahunnya,

agar tanaman mangrove tidak punah. Penanaman dilakukan dalam jumlah yang

besar, terdapat 5000 sampai 10.000 bibit tanaman mangrove yang ditanam setiap

tahunnya. Hal tersebut juga didukung oleh tokoh masyarakat yang tinggal di

sekitar habitat mangrove.

Petani selain melakukan kegiatan penanaman guna menjaga keberlanjutan

pengelolaan tanaman mangrove, petani juga melindungi tanaman mangrove dari

kerusakan yang diakibatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal

tersebut diungkapkan oleh Pak Edi yang mengatakan:

Page 118: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

102

“Ya kalau ada orang ngambil itu ya dikasi tau udah kalau ini

hutan lindung ndak boleh ambil, kalau diambil itu kena hukuman

dendanya 1 milyar, ini ada plangnya ini timur itu” (Pak Edi, 4

Februari 2019)

“Ndak boleh sekarang udah, jangankan motong satu. Hutan

lindung sekarang itu” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Petani mengingatkan setiap masyarakat yang tinggal di sekitar habitat

mangrove agar tidak melakukan aktivitas pengerusakan seperti penebangan dan

pengambilan rantig-ranting pohon mangrove. Hukuman yang diberikan bagi

masyarakat yang melakukan aktivitas pengerusakan hutan mangrove seperti

penebangan akan dikenakan sanksi hukuman denda sebanyak 1 milyar, karena

hutan mangrove merupakan hutan lindung yang banyak memberikan manfaat bagi

manusia. Hal ini juga diungkapkan oleh Pak Arifin mengatakan:

“Yaa anu, apa namanya, supaya pohonnya itu kan anu, apa

namanya, kalau ada yang, apa namanya itu ya, nebang itu kan

pasti dijaga wes, kalau nebang kan ndak boleh, nebang itu ndak

boleh.” (Pak Arifin, 5 Februari 2019)

Ibu Asmi juga berpendapat hal yang sama dengan Pak Edi:

“Ya ndak nak ndak boleh emang, masi orang cari kayu ndak

boleh” (Pak Ibu Asmi, 23 April 2019)

Keterlibatan petani dalam melindungi habitat mangrove dari pengerusakan

juga diungkapkan oleh Pak Muchlis yang mengatakan:

“Yaa trus ya menjaga, ee terus apa takut ada penebangan, ee terus

apa namanya ee kadang-kadang orang ini yang bahaya lagi kalau

ndak perduli tanaman kan di dalem itu banyak kepiting banyak

kerang, kadang-kadang itu kepiting dibawah mangrove itu

mangrovenya di anu sama iya, di rusak karena eman ke kepiting,

tapi itu kan kalau ketemu anak buah sayalah ya kena sanksilah, aa

trus bisa dilaporkan” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Petani selain melindungi habitat mangrove dari penebangan, petani juga

turut menjaga hutan mangrove dari oknum yang merusak tanaman mangrove

hanya demi menangkap biota laut yang berkembang biak di bawahnya. Petani

Page 119: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

103

menegur dan manasihati oknum yang melakukan penangkapan ikan, udang dan

kepiting dengan menggunakan obat bius. Mereka berpendapat bahwa dengan

menggunakan obat bius atau racun akan membunuh bibit ikan dan udang serta

merusak ekosistem mangrove.

Petani merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam keberlanjutan

kegiatan pengelolaan mangrove, karena petani merupakan pihak yang terjun

langsung ke lokasi untuk melakukan proses budidaya dan pelestarian mangrove

setiap harinya sehingga dukungan atau partisipasi petani sangat menentukan

keberlanjutan pengelolaan mangrove. Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan

Adiba dkk. (2017) bahwa karakter individu petani merupakan sifat, kondisi, dan

situasi yang telah dimiliki petani, sedangkan partisipasi petani merupakan

penggerak berjalannya suatu kegiatan pertanian. Partisipasi petani yang mencakup

aspek ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya dalam suatu kegiatan pertanian

menjadi kesempatan agar pengelolaan maupun pemanfaatan sumberdaya

pertanian dapat berkelanjutan.

c. Dukungan Pemerintah

Dukungan yang diberikan oleh pemerintah untuk keberlanjutan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo diantaranya;

(a) mengajak masyarakat untuk melestarikan hutan mangrove melalui peraturan

terkait pengelolaan hutan mangrove, (b) membeli bibit dari petani dan menunjuk

petani sebagai pelaksana kegiatan penanaman mangrove disekitar wilayah pesisir

pantai yang memberikan tambahan penghasilan bagi petani, (c) memberikan

penghargaan, dan (d) memberikan bantuan alat untuk pengolahan mangrove agar

petani dapat termotivasi untuk terus mengelola hutan mangrove. Hal tersebut

diungkapkan oleh Pak Edi yang mengatakan:

“Iyaa, setiap setiap gang setiap jalan menuju ke pantai itu ada,

dendanya itu tidak gung nanggung langsung 1 milyar.. 10 milyar..

Diancam berat itu, motong 1 gantinya ya 10 ribu eh 1000, 1000

bibit, motong 1 pohon itu gantinya itu” (Pak Edi, 4 Februari

2019)

Page 120: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

104

Petani menjelaskan bahwa bentuk dukungan pemerintah Kota Probolingo

bagi keberlanjutan pengelolan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo yakni dengan mengajak masyarakat untuk melestarikan hutan

mangrove melalui peraturan terkait pengelolaan hutan mangrove. Peraturan

tersebut yakni tidak diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon

mangrove. Sanksi yang diberikan pemerintah bagi oknum yang melanggar

peraturan tersebut yakni berupa denda sebesar 10 milyar, serta dengan mengganti

pohon mangrove yang ditebang sebanyak 1000 bibit mangrove per satuan

pohonnya. Pak Edi menambahkan:

“Menjaga itu dah.. cuma itu menjaga itu menjaga pasang plang-

plang gitu udah, pasang tulisan-tulisan.. Peraturan, larangannya ya

gitu, itu aja itu dah” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Peraturan tersebut tertuang pada sebuah plang peringatan yang ditacapkan

di setiap gang dan sudut wilayah sekitar habitat mangrove. Hal ini bertujuan untuk

dapat selalu mengingatkan masyarakat mengenai larangan pemanfaatan hutan

mangrove secara eksploitatif. Pak Edi juga mengatakan:

“Peraturan-peraturannya itu yaa anu apa.. Ndak boleh motong,

ndak boleh ambil daunnya, ndak boleeh.. apa ya namanya itu obat

obat obat keras untuk dipinggiran orang cari ikan itu, itu

larangannya” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Larangan dan peraturan yang ditegaskan oleh pemerintah bukan hanya

terkait penebangan pohon, namun juga larangan mengambil daun tanaman

mangrove secara eksploitatif atau dalam jumlah besar dan larangan untuk

menggunakan obat-obat keras untuk menangkap ikan yang berada di habitat

mangrove karena akan membahayakan kehidupan biota laut dan ekosistem

mangrove. Hal tesebut juga disampaikan Ibu Asmi yang mengatakan:

“Iya mendukung.. Ya proyek itu lah nak.. BLH yang buat,

perikanan ini (menunjuk pada plang) pelanggaran sumber jalil

ya?.. Iyaa” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Page 121: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

105

Plang-plang peringatan tersebut dibuat oleh BLH (Balai Lingkungan

Hidup) yang bekerja sama dengan Dinas Perikanan Kota Probolinggo.

Pemasangan plang peringatan dilakukan oleh Dinas Perikanan. Berikut plang

peringatan yang berisi peringatan mengenai larangan melakukan pengerusakan

pada habitat hutan mangrove:

Gambar 5.14 Plang Peringatan

Berdasarkan gambar 5.14 diketahu bahwa dilarang untuk melakukan

penangkapan ikan menggunakan bahan peledak, bahan kimia, alat dan/atau cara

(misal strum/listrik) yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian

sumberdaya ikan dan/atau lingkungannya yakni habitat magrove. Apabila hal

tersebut dilakukan maka melanggar pasal 8 ayat 1 Undang-undang RI nomor 45

tahun 2000 dan mendapatkan hukuman pidana penjara selama 6 tahun serta denda

paling banyak Rp. 1.200.000.000.

Dukungan pemerintah yang lain yakni dengan membeli bibit mangrove

dari petani untuk ditanam disekitar wilayah pesisir pantai dan nantinya petani

yang akan menanam bibit tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak Edi yang

mengatakan:

Page 122: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

106

“Ada, beli mangrove disuruh ditanam diii.. mana pantai yang

kosong gini, di probolinggo maksudnya kota probolinggo.. Yang

menanam kelompok sini..” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

“Cuma beli gini aja udah pemerintah, kalau modal gitu ya gak

ada. Kalau pemerintah beli itu buat sudah, buat banyak udah.. Ee

pengajuan ke pusat, pengajuan ke pusat untuk menanam

mangrove” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Ibu Asmi juga mengatakan hal sama:

“Kalau dibantu masalah bibit bakau ini ndak pernah, kalau dibeli

pemerintah iya, proyek” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Dinas perikanan melakukan pengajuan ke pemerintah pusat Kota

Probolinggo untuk melakukan kegiatan penanaman bibit mangrove di sekitar

wilayah pesisir Kota Probolinggo. Bibit mangrove yang akan ditanam diperoleh

dengan membelinya dari petani pengelola mangrove. Dinas perikanan akan

menunjuk petani sebagai pelasana kegiatan penanaman. Kegiatan penanaman

dilakukan di daerah-daerah pantai yang masih kosong atau jarang tanaman

mangrovenya. Hal tersebut sama dengan yang diungkapkan Pak Romli yang

mengatakan:

“Iyaa, memang ada. Ada, di kota provinsi ada.. Itu uang buat bibit

itu, buat bayar orang-orang, buat beli polybag gitu.. Itu buat

proposal dulu, langsung kirim ke dinas.. Biasanya kirim ke kota..

Kantor perikanan, dari kantor perikanan langsung tembus kesana,

ke pusat, tunggu ituuu gak salah dulu itu 26 baru keluar, cari

uangnya. Waktu itu sma Muchlis nandur 50.000, nandur 50.000

wes, orang itu gak salah itu orang 15 itu, 1 hari 50 (Rp. 50.000),

itu selesainya 2 minggu” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Pemerintah memberikan dana mulai dari pembibitan sampai tenaga kerja

yang digunakan dalam proses penanaman, hal tersebut yang nantinya akan

memberikan tambahan penghasilan bagi petani. Pelaksanaan kegiatan penanaman

akan dilakukan saat dana dari pemerintah diperoleh. Jumlah tenaga kerja yang

digunakan akan disesuaikan dengan jumlah bibit yang akan ditanam. Hal tersebut

juga diungkapkan oleh Pak Arifin yang mengatakan:

Page 123: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

107

“Kalau yang kalau meneruskannya kan cuma kalau dari kota

suruh nanam gini itu ya terus wes, lahan kosong, ya dijatahi lahan

kosong itu wes” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

“Ya dana dikasi dana dengan pemerintah lagi, bantuan dana.. gini

kalau dana itu, apa, anu, apa namanya, kalau dana itu begini kalau

buat pembibitan itu dananya dari pemerintah gitu, dulu kalau

pemerintah buat itu leh, anggep punya pemerintah wes.. Iyaa. Ya

kalau pemerintah membutuhkan ya diambil wes gini, pake pake

bibitnya pemerintah itu” (Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Sistem pembentukan dan perolehan anggaran yang diterima petani untuk

kegiatan penanaman mangrove dijelaskan oleh Pak Muchlis yang mengatakan:

“Ya ada dananya lewat rekening, beli ke saya, sistim beli. “saya

membeli bibit 10 ribu sma ajirnya sama anunya” uangnya dari

pemerintah sekian, nah sudah sudah di anu, sudah adayang sampe

45 (juta), 43 (juta) 10 ribu itu, sama pengangkutan segala macem

sudah, leh kan ada reng-rengan, ada apa namanya, adaa aduuh

apaa.. iyaa ada anggaran ada catetan dari di anu sudah,

pengangkutan sekian, dari dinas” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Pemerintah akan memberikan dana terkait bahan, perlengkapan, dan

tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan penanaman mangrove. Biaya untuk

bahan dan perlengkapan tersebut meliputi biaya pembuatan bibit, ajir untuk

penanaman, dan biaya pengangkutan. Anggaran dana tersebut nantinya

ditunjukkan kepada petani, apabila petani setuju dengan jumlah dana tersebut

maka dana akan dialirkan lewat rekening petani. Pak Romli juga mengungkapkan

bahwa terkadang pemerintah ikut terjun dalam pelaksanaan kegiatan penanaman

mangrove seperti berikut:

“Ya itu sudah ya, pak wali dulu sek Pak Buchori, Rukmini, sudah

nandur disana, di pinggiran itu. Pak Muchlis kalau bisa setiap

tahun harus ada, kalau yang mati ditandur lagi, ya gitu. Memang

ada dukungan mbak dari walikota. Gubernur ada, Pak Karwo itu

disini sudah ada” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Pemerintah yang dimaksudkan adalah Bapak dan Ibu Walikota

Probolinggo yakni Bapak Buchori dan Ibu Rukmini serta Gubernur Jawa Timur

Pak Karwo juga pernah ikut terjun dalam pelaksaan kegiatan penanaman tanaman

Page 124: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

108

mangrove yang diselenggarakan di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

dan juga di beberapa kecamatan lain yang berada didaerah pesisir. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pemerintah sangat mendukung dengan adanya kegiatan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Pemerintah

juga memberikan bantuan berupa alat pengolahan mangrove kepada petani guna

mendukung petani dalam hal berusaha menambah nilai tambah tanaman

mangrove seperti yang dinyatakan oleh Pak Arifin yang mengatakan:

“Ada, tapi tidak dipake.. Mesin, mesin selep itu.. Bukan ndak

bisa, hidup tapi kayak solarnya bocor, olinya, jadi kalau

mengelola itu kena ke tepungnya, kan bau kayak bau solar gitu”

(Pak Arifin, 6 Februari 2019)

Pemerintah pernah memberikan bantuan beruapa mesin penggiling yang

dapat digunakan dalam proses pengolahan tanaman mangrove untuk

meningkatkan nilai tambah pada tanaman mangrove tersebut, namun kinerja

mesin yang diberikan oleh pemerintah kurang maximal, terdapat kebocoran pada

mesin sehingga tidak dapat digunakan. Pemerintah selain memberikan dukungan

berupa barang, juga memberikan dukungan berupa penghargaan pada petani yang

memiliki prestasi atau berjasa pada lingkungan seperti yang dinyatakan oleh Pak

Arifin yang mengatakan:

“Yaa apa ya, ya kayak dapat penghargaan itu tok wes” (Pak

Arifin, 6 Februari 2019)

Pemerintah memberikan penghargaan kepada Bapak Muchlis sebagai

perintis lingkungan, karena Pak Muchlis merupakan pioner atau pelopor

pengelolaan hutan mangrove di Kota Probolinggo. Berikut gambar piagam

penghargaan yang diterima oleh Pak Muchlis:

Page 125: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

109

Gambar 5.15 Piagam Penghargaan

Pemerintah merupakan agen penting perubahan perilaku petani dalam

mengelola hutan mangrove, dukungan yang diberikan pemerintah terhadap

kegiatan pengelolaan mangrove akan berefek pada persepsi petani terhadap

kesempatan untuk mengelola hutan mangrove. Hal tersebut sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Zainudin dkk. (2015) yang mengatakan bahwa keputusan dan

kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sangat menentukan besarnya persepsi

masyarakat terhadap kesempatan untuk mengelola kawasan hutan mangrove.

Pemberian kesempatan atau peluang kepada masyarakat untuk mengelola hutan

mangrove sesuai dengan kebutuhan, tanpa mengabaikan aspek kelestariannya,

akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan hutan

mangrove.

Kebijakan pengelolaan hutan yang berpihak pada kebutuhan dan

kepentingan petani pengelola mangrove, atau lebih mendukung petani untuk

mengakses dan terlibat dalam pengelolaan wilayah hutan mangrove dengan

pertimbangan bahwa petani memahami dan telah memiliki kearifan untuk

mengelola hutan mangrove secara lestari akan melahirkan sikap yang positif

petani terhadap pemerintah dan juga terhadap eksistensi hutan itu sendiri. Rasa

tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap kelestarian hutan akan muncul

Page 126: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

110

sehingga keberlanjutan pengelolaan mangrove dapat tetap terjaga, karena hutan

mangrove merupakan sumber pendapatan bagi mereka dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Faktor pendorong keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo terdiri dari motivasi petani, dukungan petani dan

dukungan pemerintah. Faktor pendorong keberlanjutan pengelolaan mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai

berikut:

Tabel 5.4 Faktor Pendorong Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo

No. Aspek Faktor Pendorong Keterangan

1. Motivasi Petani 1. Mengikuti jejak orang tua

2. Menambah penghasilan petani

2. Dukungan Petani 1. Ikut menjaga hutan mangrove dari oknum-

oknum tidak bertanggung jawab yang dapat

merusak habitat hutan mangrove

2. Ikut melestarikan hutan mengrove dengan

melakukan program penanaman setiap

tahunnya bersama masyarakat sekitar

3. Dukungan Pemerintah 1. Mengajak masyarakat untuk melestarikan

hutan mangrove melalui peraturan terkait

pengelolaan hutan mangrove

2. Membeli bibit dari petani untuk ditanam

disekitar wilayah pesisir pantai yang

memberikan tambahan penghasilan

3. Memberikan penghargaan

4. Memberikan bantuan alat untuk pengolahan

mangrove

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa motivasi petani ikut terjun

dalam kegiatan pengelolaan mangrove yakni karena mengikuti jejak orang tua dan

untuk menambah penghasilan. Dukungan petani meliputi ikut menjaga hutan

mangrove dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang dapat merusak

habitat hutan mangrove dan ikut melestarikan hutan mengrove dengan melakukan

program penanaman setiap tahunnya bersama masyarakat sekitar. Dukungan

pemerintah meliputi mengajak masyarakat untuk melestarikan hutan mangrove

melalui peraturan terkait pengelolaan hutan mangrove, membeli bibit dari petani

untuk ditanam disekitar wilayah pesisir pantai yang memberikan tambahan

penghasilan, memberikan penghargaan, dan memberikan bantuan alat pengolahan.

Page 127: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

111

5.2.2 Faktor Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo

Menurut Kurt Lewin (1951) dalam Hersey dkk. (1995), faktor-faktor

penghambat (restraining forces) adalah faktor-faktor yang bertindak mengekang

atau memperkecil faktor pendorong. Faktor penghambat keberlanjutan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo dilihat dari

beberapa aspek yakni; (a) kendala petani dan (b) hambatan yang dialami petani.

a. Kendala Petani

Menurut KBBI (2016), kendala adalah halangan, rintangan, faktor atau

keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian sasaran,

kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan, sehingga kendala petani dalam

hal ini dapat diartikan sebagai masalah-masalah yang dihadapi petani dalam

proses menjaga keberlanjutan kegiatan pengelolaan mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo. Kendala yang dihadapi petani bermacam-macam,

mulai dari kendala pelestarian, penanaman, hingga pengolahan tanaman

mangrove. Kendala petani pada proses pelestarian mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo dijelaskan oleh Pak Romli dengan mengatakan:

“Sing ruwet gitu ada yang nebaang.. Iyaa, malam itu nebangnya,

malam” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Kendala pertama yang dihadapi oleh petani yakni apabila terjadi

penebangan pohon mangrove. Penebangan pohon mangrove dilakukan oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, dimana penebangan tersebut

dilakukan di malam hari. Penebangan pohon mangrove akan mengancam

kelestarian tanaman mangrove yang terdapat di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo, karena apabila penebangan tersebut terus terjadi maka akan

berdampak pada kerusakan ekosistem hutan mangrove. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian Setyawan dkk. (2006) yang menyatakan bahwa bahwa penyumbang

terbesar kerusakan ekosistem mangrove salah satunya adalah penebangan

pepohonan. Pak Romli juga menjelaskan solusi apabila diketemukan terjadinya

penebangan tersebut dengan mengatakan:

Page 128: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

112

“Ya Pak Mukhlis anu nyang Polsek, itu nyang polisi. Iya laporan,

katanya perikanan kalau ad apa-apa ke Polsek gitu” (Pak Romli, 5

Februari 2019)

Solusi yang dilakukan oleh petani apabila diketemukan terjadinya

penebangan pohon mangrove maka petani segera melaporkannya kepada ketua

kelompok tani hutan yang berada di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo,

nantinya ketua kelompok tani hutan akan melaporkannya kepada Polsek

(Kepolisian Sektor) setempat untuk ditindak lanjuti. Pak Romli juga menjelaskan

terdapat kendala-kendala lain yang dihadapi petani, berikut kendala yang

dijelaskan Pak Romli:

“Tirem, kena kaki suwek itu” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

“Itu cuncung itu.. Cuncung, lah iku ada anu iku leh sing kepiting

cilik, nah iku sing bahaya maneh iku, nek jojo uwong landep iku”

(Pak Romli, 5 Februari 2019)

Kendala yang dialami petani selanjutnya yakni terdapat biota laut yang

hidup di habitat mangrove yang dapat membahayakan kaki petani pada saat

dilakukannya kegiatan penanaman. Biota laut tersebut petani menyebutnya tiram

dan cuncung. Apabila kaki petani menginjang biota laut tersebut, maka kaki

petani akan sobek dan terluka cukup parah, sehingga akan menghambat kinerja

petani dalam proses penanaman tanaman mangrove. Kondisi yang dapat

membahayakan petani tersebut dapat membuat petani membertimbangkan

kembali untuk melakukan kegiatan pengelolaan mangrove, sehingga dapat

mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Pak Muchlis yang

mengatakan:

“Aa tirem itu kan kalau air surut kan keliatan, nah itu yang ada

tiremnya itu ndak ditanami karna bahaya, lewat pinggir-

pinggirnya, tirem itu.” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Page 129: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

113

Tiram-tiram tersebut dapat mebahayakan kondisi petani pada saat kegiatan

penanaman tanaman mangrove, sehingga petani harus menghindari tiram-tiram

tersebut dengan berjalan dengan hati-hati. Hal tersebut juga akan menghambat

kinerja petani, karena petani harus memperhatikan langkah kakinya agar tidak

menginjak tiram ketika melakukan penanaman di pantai. Namun petani memiliki

solusi akan kendala tersebut seperti yang diungkapkan oleh Pak Romli sebagai

berikut:

“Iyaa, itu pake kaus kaki itu. Pake kaus kaki itu 3, 4 ituu, baru

ndak kenak wes” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

“Pake kaus kaki.. Kalau pake kaus kaki, kaus kakinya yang

suwek, pake 3, 4 kaus kaki itu” (Pak Romli, 5 Februari 2019)

Petani memakai kaus kaki berlapis-lapis agar apabila kaki petani

menginjam tiram atau sesuatu yang tajam maka kaus kaki tersebut yang akan

sobek, jadi fungsi kaus kaki berlapis-lapis tersebut yakni melindungi kaki petani

agar tidak bersentuhan langsung dengan tiram dan biota laut membahayakan

lainnya. Kendala lainnya juga dijelaskan oleh Pak Arifin yang mengatakan:

“Kendalanya ya pengering itu wes, pengeringnya itu yang susah,

kendalanya, kayak cari buahnya, kalau ya kalau ada, kalau ndak

ada, kendalanya itu. Kalau pas apa namanya itu, ck, kayak

pengeringan lah, pengeringan kan kalau ndak ada anu kan susah,

ndak cepet, maksudnya itu ndak cepet lah, pas kendalanya lagi

dari mesin lagi, dari mesin, sampe ibu saya ini sampe pake

blender itu leh, tapi dikit-dikit, lama” (Pak Arifin, 6 Februari

2019)

Kendala petani tidak hanya terjadi pada saat penanaman, namun juga

terjadi pada saat proses pengolahan. Kendala proses pengolahan yang dialami oleh

petani yakni tidak adanya alat pengering yang dibutuhkan petani untuk

mengeringkan hasil olahan tepung mangrove yang selama ini hanya

mengandalkan panas matahari, sehingga prosesnya memerlukan waktu yang

cukup lama karena cuaca dapat berubah-ubah. Kendala mesin pengering tersebut

masih belum terdapat solusinya, sehingga petani tetap mengandalkan panas

matahari untuk pengeringan tepung mangrove. Proses pembuatan tepung

Page 130: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

114

mangrove yang lama akan membuat petani berfikir cara yang lebih mudah dan

cepat untuk memperoleh keuntungan dari tanaman mangrove, sehingga terdapat

kemungkinan pengolahan tanaman mangrove menjadi tepung tidak dilakukan lagi

oleh petani. Ibu Asmi yang merupakan pengolah tanaman mangrove mengatakan

tidak terdapat kendala pada proses pengolahan tanaman mangrove dengan

mengatakan:

“Ndak ndak ada” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Petani menjelaskan bahwa tidak terdapat kendala dalam proses pengolahan

tanaman mangrove. Pengeringan tepung dengan mengandalkan panas matahari

yang membutuhkan waktu lebih lama bukan dianggap sebagai kendala oleh

sebagian petani, hal tersebut terjadi mungkin disebabkan karena petani atau Ibu

Asmi telah terbiasa menggunakan cara itu dalam kesehariannya mengolah

tanaman mangrove menjadi tepung.

Berdasarkan penjelasan petani dan hasil observasi maka dapat diketahui

bahwa kendala yang dialami petani dalam kegiatan pengelolaan mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo terdiri dari kendala yang disebabkan

oleh; (a) faktor SDM yang belum sadar akan manfaat lingkungan sehingga masih

terjadi penebangan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, (b) faktor

alam seperti terdapat biota laut yang dapat membahayakan kondisi petani, dan (c)

faktor fasilitas seperti tidak adanya alat pengering untuk pengolahan tepung

mangrove sehingga memerlukan waktu yang lama untuk prosesnya. Kendala-

kendala tersebut dapat mengancam keberlanjutan pengelolaan mangrove yang

terdapat di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo karena dianggap dapat

merusak kelestarian habitat mangrove dan dapat mengurangi minat petani untuk

melakukan kegiatan pengelolaan mangrove.

b. Hambatan Petani

Menurut KBBI (2016), hambatan adalah keadaan yang membuat sesuatu

menjadi lambat atau tidak lancar, sehingga hambatan petani dalam hal ini dapat

diartikan sebagai hal yang memperlambat jalannya kegiatan pengelolaan

Page 131: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

115

mangrove yang berada di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Hambatan

yang dihadapi petani bermacam-macam, mulai dari hambatan penanaman hingga

perawatan tanaman mangrove. Hambatan penanaman yang dialami petani

dijelaskan oleh Pak Edi yang mengatakan:

“Hambatannyaa.. Kalau ndak ada air, ndak bisa nyampe bibit ke

lokasi penanaman” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Hambatan yang paling sering dialami petani pada saat proses penanaman

yakni tidak adanya air pasang yang membawa perahu untuk mengangkut bibit ke

lokasi penanaman. Hal tersebut memaksa petani untuk menunggu sampai

datangnya air pasang, sehingga proses penanaman menjadi berjalan lambat. Pak

Muchlis juga mengatakan hal yang sama terkait hal tersebut:

“Ee ya kendalanya kalau ombak jangan ditanam dulu, kalau

ombak jangan ditanam, kalau air kalau pengangkutan kalau ada

air pasang, ya kan kan ndak ada jalan kalau selain perahu, lah

seumpamanya dari sini trus mau nanam kesana ya pengangkutan

nanti datengnya air pasang yang jadi kendalanya, ya itu cuma”

(Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

“Kendalanya ya kalau air besar ndak bisa nanam, cuma airnya

yang surut bisa nanam, kalau pasang gak bisa.. Ya cuaca hujan

gitu” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Petani juga menjelaskan apabila arus dan ombak laut sedang besar maka

proses penanaman tidak dapat dilakukan. Cuaca hujan juga menjadi hambatan

bagi petani dalam proses penanaman tanaman mangrove. Oleh karena itu, cuaca

dan pasang surut serta derasnya arus dan ombak laut sangat berpengaruh dalam

jalannya proses penanaman yang dilakukan petani, apabila cuaca dan laut tidak

mendukung maka petani tidak akan melakukan proses penanaman. Hambatan

yang dialami petani tersebut dapat diatasi oleh petani. Berikut penjelasan Pak Edi

mengenai cara mengatasi kendala tersebut:

“Kan nimbali bibit itu kan pakek sampan, ya tunggu air besarnya

itu, pasangnya itu” (Pak Edi, 4 Februari 2019)

Page 132: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

116

“Ya kalau air pasang berhenti dulu nanamnya, dilanjut besoknya

lagi. Nanamnya di laut ini cuma setengah hari, ndak sehari ndak,

setengah hari nanam setengah harinya uda pasang udah” (Pak Edi,

4 Februari 2019)

Solusi yang hanya bisa dilakukan petani yakni menunggu hingga air

pasang datang untuk membawa bibit menggunakan perahu ke lokasi penanaman.

Apabila pada saat proses penanaman di lokasi penaman tiba-tiba air pasang maka

penanaman diihentikan dan dilanjutkan keesokan harinya. Hambatan lain

diungkapkan oleh Pak Arifin yang mengatakan:

“Kalau kalau pembibitannya itu hambatannya ya cuma apa cuma

biayanya itu wes, biayanya. Kan sekarang ini semakin naik

semualah, tanah naik. Dulu mulai ongkosan anu, ongkosan 50,

sekarang ndak mau wes, 50 ndak mau, soalnya sekarang sawah

aja wes 50 setengah hari, berarti kan 1 hari” (Pak Arifin, 6

Februari 2019)

Hambatan lain yang dihadapi petani yakni keterbatasan modal petani

untuk kegiatan pembibitan, sedangkan saat ini biaya ongkosan untuk membayar

petani yang membantu dalam kegiatan pembibitan semakin tinggi. Keterbatasan

modal petani menyebabkan terhambatnya proses pembibitan yang dilakukan

petani, petani diharuskan menunggu sampai adanya pesanan dari pihak tertentu

atau pemerintah agar terdapat dana yang dapat digunakan untuk proses pembuatan

bibit. Hambatan petani juga terjadi pada proses perawatan tanaman mangrove, hal

tersebut diungkapkan oleh Pak Muchlis yang mengatakan:

“Kendalanya lagi kalau nanam itu kalau melampaui batas itu ndak

mungkin jadi karna ada kritip-kritip.. akar tunjangnya itu ndak

keluar nempel dulu kritipnya, kritip-kritip itu menghambat jadi

ndak berhasil itu” (Pak Muchlis, 19 Maret 2019)

Menurut bahasa petani terdapat kritip-kritip yang menempel pada bibit

mangrove, hal tersebut menghambat proses perkembangan dan pertumbuhan bibit

mangrove sehingga bibit tersebut memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh

dan berkembang. Lambatnya bibit untuk berkembang juga akan membuat bibit

menjadi tidak layak untuk ditanam karena nantinya akan melampaui batas umur

Page 133: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

117

maximum bibit layak ditanam, sehingga bibit harus dibuang dan dibuat lagi,

apabila telah terjadi seperti itu maka akan merugikan petani dan membuat proses

penanaman menjadi lebih lama. Kerugian petani akan menurunkan semangat

petani untuk memproduksi bibit dalam jumlah banyak, sehingga jumlah tanaman

mangrove yang ditanam setiap tahunnyapun akan berkurang. Hal tersebut dapat

diatasi dengan cara melakukan perawatan yang intensif pada bibit, seperti yang

dijelaskan oleh Pak Muchlis:

“Untuk mengatasi itu harus dirawat sebetulnya, harus dirawat,

pokoknya jangan melampaui batas” (Pak Muchlis, 19 Maret

2019)

Perawatan yang intensif akan menjaga bibit terjauh dari kritip-kritip yang

menghambat pertumbuhan dan perkembangan bibit, sehingga bibit tidak melewati

batas umur maksimum penanaman. Namun terdapat petani yang juga merasa tidak

terdapat hambatan dalam melakukan kegiatan pengelolaan mangrove seperti yang

dikatakan oleh Ibu Asmi, ketika ditanyakan hambatan oleh peneliti beliau

menjawab bahwa beliau tidak mengalami hambatan apapun dalam melakukan

kegiatan pengelolaan tanaman mangrove sebagai berikut:

“Ndak ada” (Ibu Asmi, 23 April 2019)

Berdasarkan penjelasan informan dan hasil observasi maka dapat diketahui

bahwa hambatan-hambatan petani dalam melakukan kegiatan pengelolaan

mangrove terdiri dari hambatan yang disebabkan oleh; (a) faktor alam seperti

adanya ombak dan arus yang besar yang menunda proses penanaman, tidak

adanya air pasang yang membuat bibit tidak dapat dikirim ke lokasi penanaman

menggunakan perahu, terdapat kritip-kritip yang menempel pada bibit mangrove

yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bibit, dan (b) faktor

modal yakni keterbatasan modal petani untuk kegiatan pembibitan. Hambatan-

hambatan tersebut akan menghambat jalannya kegaiatan pengelolaan mangrove di

Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo sehingga kegiatan pengelolaan

mangrove berjalan lambat.

Page 134: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

118

Faktor penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo terdiri dari kendala petani dan hambatan petani.

Keberlanjutan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo dapat dilihat pada tabel 5.5 sebagai berikut:

Tabel 5.5 Faktor Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo

No. Aspek Faktor Penghambat Keterangan

1. Kendala Petani 1. Faktor SDM yang belum sadar akan manfaat

lingkungan sehingga masih terjadi

penebangan oleh oknum-oknum yang tidak

bertanggung jawab

2. Faktor alam yakni terdapat biota laut yang

dapat melukai kaki petani seperti tiram saat

penanaman

3. Faktor fasilitas seperti kendala alat pengering

untuk pengolahan tanaman mangrove

menjadi tepung

2. Hambatan Petani 1. Faktor alam:

a. Adanya ombak dan arus yang besar yang

menunda proses penanaman

b. Tidak adanya air pasang yang membuat

bibit tidak dapat dikirim ke lokasi

penanaman menggunakan perahu

c. Terdapat kritip-kritip yang menempel

pada bibit mangrove yang dapat

menghambat pertumbuhan dan

perkembangan bibit

2. Faktor modal:

a. Keterbatasan modal petani untuk

kegiatan pembibitan

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa kendala petani meliputi faktor

sumberdaya manusia yang belum sadar terhadap manfaat lingkungan sehingga

melakukan penebangan pohon mangrove, faktor alam yakni terdapat biota laut

yang dapat melukai kaki petani seperti tiram saat penanaman, dan faktor fasilitas

seperti kendala pada alat pengering untuk pengolahan mangrove menjadi tepung.

Hambatan petani terdiri dari faktor alam yang meliputi tiba-tiba terdapat ombak

pasang yang menunda proses penanaman, tidak adanya air pasang yang membuat

bibit tidak dapat dikirim ke lokasi penanaman menggunakan perahu, serta terdapat

kritip-kritip yang menempel pada bibit mangrove yang dapat menghambat

pertumbuhan dan perkembangan bibit, serta faktor keterbatasan modal petani

Page 135: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

119

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Perilaku petani pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo terbagi menjadi 3 ranah yaitu pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

a. Pada ranah pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani

pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo meliputi

pengetahuan mengenai manfaat mangrove, budidya mangrove, jenis-jenis

mangrove, dan cara pengolahan mangrove. Tingkat pengetahuan petani

mencapai tingkat evaluasi, dimana petani dapat memberikan penilaian

mengenai kegiatan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan

bahwasanya hal tersebut sangat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka

sehingga perlu dilestarikan dan dipertahankan.

b. Pada ranah sikap, maka dapat disimpulkan bahwa sikap petani mendukung

terhadap kegiatan pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo yang tergambar dari peran aktif dan keikutsertaan petani pada

kegiatan pengelolaan mangrove. Sikap petani sampai pada tahap karakterisasi,

dimana petani menjadikan kegiatan pengelolaan mangrove yang dianggapnya

sebagai sumber penghasilan sebagai kesehariannya.

c. Pada ranah keterampilan, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan petani

pengelola mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo memiliki

keterampilan dalam mengaplikasikan teknologi budidaya dan pengolahan

mangrove yang ditunjukkan dari kemampuan petani dalam menjelaskan dan

menunjukkan cara kerja alat dan mesin budidaya dan pengolahan mangrove.

Keterampilan petani sampai pada tahap mekanisme, dimana petani dapat

mengaplikasikan teknologi dengan baik secara otomatis dan mengaplikasikan

teknologi pada setiap kegiatan pengelolaan mangrove. Petani tidak sampai

pada tahap adaptasi karena tidak adanya modifikasi teknologi yang dilakukan

petani dengan masih menggunakan alat-alat tradisional untuk kegiatan

pengelolaan mangrove.

Page 136: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

120

2. Faktor pendorong dan faktor penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove

di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

a. Faktor pendorong dilihat dari beberapa aspek yakni motivasi petani, dukungan

petani, dan dukungan pemerintah.

- Motivasi petani untuk ikut dalam kegiatan pengelolaan mangrove yakni; (a)

mengikuti jejak orang tua dan (b) untuk menambah penghasilan.

- Dukungan petani meliputi; (a) ikut menjaga hutan mangrove dari oknum-

oknum tidak bertanggung jawab yang dapat merusak habitat hutan

mangrove dan (b) ikut melestarikan hutan mengrove dengan melakukan

program penanaman setiap tahunnya bersama masyarakat sekitar.

- Dukungan pemerintah meliputi (a) mengajak masyarakat untuk melestarikan

hutan mangrove melalui peraturan terkait pengelolaan hutan mangrove, (b)

membeli bibit dari petani dan menunjuk petani sebagai pelaksana kegiatan

penanaman mangrove disekitar wilayah pesisir pantai yang memberikan

tambahan penghasilan bagi petani, (c) memberikan penghargaan, dan (d)

memberikan bantuan alat untuk pengolahan mangrove kepada petani.

b. Faktor penghambat dilihat dari beberapa aspek yakni kendala petani dan

hambatan petani.

- Kendala petani terdiri dari; (a) faktor SDM yang belum sadar akan manfaat

lingkungan sehingga masih terjadi penebangan oleh oknum-oknum yang

tidak bertanggung jawab, (b) faktor alam seperti terdapat biota laut yang

dapat membahayakan kondisi petani, dan (c) faktor fasilitas seperti tidak

adanya alat pengering untuk pengolahan tepung mangrove.

- Hambatan petani terdiri dari; (a) faktor alam seperti adanya ombak dan arus

yang besar yang menunda proses penanaman, tidak adanya air pasang yang

membuat bibit tidak dapat dikirim ke lokasi penanaman menggunakan

perahu, terdapat kritip-kritip yang menempel pada bibit mangrove yang

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bibit, dan (b) faktor

ekonomi yakni keterbatasan modal petani untuk kegiatan pembibitan.

Page 137: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

121

6.2 Saran

1. Pengelolaan mangrove yang dilakukan petani masih menggunakan teknologi

yang masih tradisional, sebaiknya petani pengelola mangrove di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo lebih dapat mengembangkan dan memodifikasi

teknologi pengelolaan mangrove demi terciptanya kegiatan budidaya dan

pengolahan mangrove yang lebih mudah, seperti mesin untuk melubangi tanah

otomatis untuk penanaman dan modifikasi oven sebagai mesin pengering untuk

pengolahan.

2. Modal yang digunakan petani masih terbatas, sebaiknya dapat diadakan

kelompok usaha yang sebagaian untungnya dapat digunakan untuk kegiatan

pengelolaan, sehingga tidak tergantung pada pemerintah.

3. Penyuluhan yang terkait inovasi teknologi dalam pengelolaan mangrove masih

kurang, untuk itu perlu ditingkatkan.

4. Bantuan pemerintah masih terbatas, alangkah baiknya pemerintah memperbaiki

atau merevitaliasi bantuan yang pernah diberikan kepada kelompok tani hutan.

Page 138: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

125

DAFTAR PUSTAKA

Adiba, D. F., B. Suharto, L. D. Susanawati. 2017. Analisis Keberlanjutan

Sumberdaya Hutan melalui Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM) (Studi Kasus Desa Donowarih Karangploso

Malang). Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 4(3): 34-51.

Anwar, C. 2007. Pertumbuhan Anakan Mangrove Pada Berbagai Jarak Tanam

Dan Tingkat Penggenangan Air Laut Di Pemalang, Jawa Tengah*).

Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 4(4): 353-364.

Amal, dan I. I. Baharuddin. 2016. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam

Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat di Kecamatan Suppa

Kabupaten Pinrang. Scientific Pinisi, 2(1): 1-7.

Aminah, S., dan Roikan. 2019. Penelitian Kualitatif Ilmu Politik. Rawamangun:

Prenadamedia Group.

Ardi, M. 2015. Perilaku Petani Tegalan dalam Meningkatkan Kualitas

Lingkungan di Kabupaten Soppeng. Scientific Pinis, 1(1): 13-24.

Atmoko, T., dan K. Sidiyasa. 2007. Hutan Mangrove dan Peranannnya dalam

Melindungi Ekosistem Pantai. Prosiding Seminar Pemanfaatan HHBK

dan Konservasi Biodiversitas menuju Hutan Lestari, Balikpapan. 31

Januari 2007. Foresty Research and Development Agency: 92-99.

Azwar, S. 2011. Sikap Manusia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Baderan, D. W. K. 2017. Distribusi Spasial Dan Luas Kerusakan Hutan

Mangrovedi Wilayah Pesisir Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Provinsi Gorontalo. GeoEco, 3(1): 1-8.

Farid, F., U. Lestari, P. M. Sari, dan H. Rahman. 2018. Introduksi Teknologi

Sabun Cair Antiseptik dari Buah Pedada (Sonneratia caseolaris) di

Kelurahan Kampung Laut, Kuala Jambi, Tanjung Jabung Timur. Karya

Abdi Masyarakat, 2(1): 23-30.

Firdaus, M., A. A. Prihanto, dan R. Nurdiani. 2013. Tanaman Bakau: Biologi dan

Bioaktivitas. Malang: UB Press.

Page 139: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

123

Handayani, S. 2018. Identifikasi Jenis Tanaman Mangrove Sebagai Bahan Pangan

Alternatif di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Teknologi Pangan, 12(2):

33-45.

Haryani, N. S. 2013. Analisis Perubahan Hutan Mangrove menggunakan Citra

Landsat. WIDYA, 1(1): 72-77.

Hersey, P., dan K. H. Blanchard. 1995. Manajemen Perilaku Organisasi:

Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.

Karuniastuti, N. 2013. Peranan Hutan Mangrove bagi Lingkungan Hidup. Forum

Manajemen, 6(1): 1-10.

Lazuardy, Arihima. 2017. Penataan Kawasan Pesisir Pantai Kota Probolinggo,

Jawa Timur Sebagai Kawasan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat.

Diterbitkan. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Manzilati, A. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, dan

Aplikasi. Malang: UB Press.

Martini. 2018. Kecamatan Kademangan dalam Angka. Probolinggo: Badan Pusat

Statistik Kota Probolinggo.

Melani, D. 2018. Kota Probolinggo dalam Angka. Probolinggo: Badan Pusat

Statistik Kota Probolinggo.

Mulyatun. 2018. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Potensi Lokal;

Alternatif Ketahanan Pangan Berupa Tepung Magrove. DIMAS, 18(2):

212-238.

Munandar, D. R. 2019. Manajemen Perubahan Organisasi Sekolah Luar Biasa

(Study Kasus Tentang Implementasi Peran SLB Negeri Citeureup sebagai

Resorce Centre Dalam Layanan Pendidikan Inklusif). Wahana Karay

Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika, 3(1): 280-293.

Nata, A. 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prenamedia Group.

Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset

Page 140: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

124

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualittaif. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove dan Peranannya sebagai Habitat

Berbagai Fauna Aquatik. Oseana, 26(4); 13-23.

Purnamasari, A. N. C. 2017. Peranan Hutan Mangrove dalam Mengurangi Energi

Gelombang Tsunami. Pertanian Agros, 19(1): 29-36.

Rajis, Desmelati, dan T. Leksono. 2017. Pemanfaatan Buah Mangrove Pedada

(Sonneratia caseolaris)sebagai Pembuatan Sirup terhadap Penerimaan

Konsumen. Perikanan dan Kelautan, 22(1): 51-60.

Rukmini. 2014. Menuju Probolinggo Kota Ramah Lingkungan. Probolinggo:

Wali Kota Probolinggo.

Rusli, Y. 2008. Statistik Kehutanan Indoensia. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Sahil, J., dan I. Soamole. 2013. Pemanfaatan Buah Mangrove sebagai Sumber

Makanan Alternatif di Halmahera Barat, Maluku Utara. Biogenesis, 1(2):

91-96.

Santoso, N., B. C. Nurcahya, A. F. Siregar, dan I. Farida. 2005. Resep Makanan

Berbahan Baku Mangrove dan Pemanfaatan Nipah. Jakarta: Lembaga

Pengkajian dan Pengembangan Mangrove.

Sari, D. A. T., I. G. S. A. Putra, dan I. D. P. O. Suardi. 2017. Perilaku Petani Pada

Program Pengembangan Klaster Padi Binaan Bank Indonesia (Kasus

Subak Pulagan, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten

Gianyar). Agribisnis dan Agrowisata, 6(1): 162-170.

Sebayang, W., E. R. Sidabutar, dan D. Y. Gultom. 2018. Perilaku Seksual

Remaja. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Selamat datang di KBBI

Daring!. Online. (https://kbbi.kemdikbud.go.id/, diakses 22 Mei 2019)

Setiawan, A. D., K. Winarno, dan P. C. Purnama. 2003. Ekosistem Mangrove di

Jawa: Kondisi Terkini. Biodiversitas, 4(2): 133-145

Page 141: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

125

Setiawan, H., R. Purwanti, dan R. Garsetiasih. 2017. Persepsi dan Sikap

Masyarakat terhadap Konservasi Ekosistem Mangrove di Pulau Tanakeke

Sulawesi Selatan. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 14(1): 57-70.

Setyaningrum, E. W. 2017. Pelestarian Mangrove Berbasis Masyarakat sebagai

Dasar Ekologi dan Ketahanan Ekonomi di Teluk Pangpang Banyuwangi.

Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat. Banyuwangi, 2017:

Universitas 17 Agustus 1945.

Setyawan, A. D., dan K. Winarno. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem

Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Biodiversitas,

7(2): 159-163.

Solimun, Armanu, dan A. A. R. Fernandes. 2018. Metodologi Penelitian

Kuantitatif Perspektif Sistem. Malang: UB Press.

Suparno, A. S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suprihatiningsih. 2016. Keterampilan Tata Busana di Madrasah Aliyah.

Yogyakarta: Deepublish.

Suryono, A. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove Sang Penyelamat Pulau.

Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.

Suwendra, I. W. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial,

Pendidikan, Kebudayaan, dan Keagamaan. Bali: Nilacakra.

Umroh. 2015. Penyemaian dan Penanaman Rhizophora apiculata di Daerah Pasca

Penambangan Timah Inkonvensional (TI) di Muara Kudai Kabupaten

Bangka. Kelautan, 8(1): 19-25.

Wijaya, H. 2018. Analisis Data Kualitatif. Makasar: Sekolah Tinggi Theologia

Jafffray.

Zainudin, Sumardjo, dan D. Susanto. 2015. Perilaku Masyarakat dalam

Pelestarian Hutan Mangrove di Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi

Selatan. Penyuluhan, 11(1): 91-100.

Page 142: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

126

LAMPIRAN

Page 143: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

127

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

PANDUAN WAWANCARA

JUDUL : PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI

KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO

LOKASI : KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO

Identitas Responden

Nama Responden :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Pekerjaan :

Nama Lembaga Organisasi :

Jabatan :

Pewawancara

Nama :

NIM :

Hari/Tanggal :

Informan

( )

KETUA KELOMPOK

TANI

Page 144: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

128

A. Gambaran Umum Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

1. Sejak kapan Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Kademangan Kota

Probolinggo mulai terbentuk dan berjalan?

2. Bagaimanakah sejarah terbentuknya Kelompok Tani Hutan di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo?

3. Apakah tujuan dibentuknya Kelompok Tani Hutan di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo?

4. Bagaimanakan struktur kelembagaan Kelompok Tani Hutan di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo?

5. Berapakah jumlah anggota Kelompok Tani Hutan di Kecamatan

Kademangan Kota Probolinggo?

6. Apa sajakah aktivitas rutin yang dilakukan terkait dengan tanaman

mangrove?

7. Program apa sajakah yang pernah dilakukan terkait dengan tanaman

mangrove?

B. Perilaku petani mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

a. Pengetahuan

1. Apa sajakah yang petani ketahui tentang tanaman mangrove?

2. Budidaya mangrove seperti apakah yang petani ketahui saat ini dan Anda

lakukan saat ini?

3. Dapatkah petani menjelaskan secara singkat bagaimana cara budidaya

tanaman mangrove?

4. Apakah petani mengetahui apa sajakah manfaat tanaman mangrove?

5. Jika iya, manfaat tanaman mangrove apa sajakah yang petani ketahui?

6. Manfaat apa saja yang petani ambil dari tanaman mangrove?

7. Pengelolaan pasca panen mangrove seperti apakah yang petani ketahui?

8. Apakah petani mengetahui bahwa tanaman mangrove dapat diolah menjadi

suatu produk?

Page 145: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

129

9. Jika iya, produk apa sajakah yang petani ketahui dapat dibuat dengan

bahan baku tanaman mangrove?

10. Apakah petani mengetahui bagaimana cara mengolah tanaman mangrove

menjadi produk-produk tersebut?

11. Jika tahu, dapatkah petani menjelaskannya?

12. Apakah petani memproduksi produk-produk dari tanaman mangrove

tersebut?

13. Jika iya, produk-produk apa sajakah yang petani produksi?

b. Sikap

1. Apakah Anda petani dengan adanya kegiatan pengelolaan hutan

mangrove?

2. Jika iya, mengapa petani setuju dengan adanya kegiatan pengelolaan

hutan mangrove?

3. Apakah petani mendukung adanya kegiatan pengelolaan hutan mangrove?

4. Jika iya, mengapa petani mendukung kegiatan pengelolaan tersebut?

5. Bagaimana bentuk dukungan petani dalam kegiatan pengelolaan hutan

mangrove?

6. Apakah petani ikut serta dalam kegiatan pengelolaan hutan mangrove

tersebut?

7. Kegiatan apa sajakah yang petani lakukan terkait pengelolaan hutan

mangrove?

8. Apakah terdapat keuntungan atau kerugian dalam mengelola tanaman

mangrove?

9. Jika ada, apakah keuntungan atau kerugian tersebut?

10. Bagaimana Anda mengatasi kerugian yang diakibatkan oleh pengelolaan

tanaman mangrove tersebut?

c. Keterampilan

1. Teknologi seperti apakah yang dibutuhkan dalam budidaya dan

pengelolaan tanaman mangrove?

2. Apa kegunaan teknologi tersebut dalam budidaya atau pengelolaan

tanaman mangrove?

Page 146: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

130

3. Apakah petani dapat menerapkan teknologi tersebut dengan baik?

4. Bagaimana petani mengaplikasikan teknologi tersebut?

5. Teknologi seperti apakah yang dibutuhkan dalam pengelolaan pasca panen

tanaman mangrove?

6. Apa kegunaan teknologi tersebut dalam pengelolaan pasca panen tanaman

mangrove?

7. Apakah petani dapat menerapkan teknologi tersebut dengan baik?

8. Bagaimana petani mengaplikasikan teknologi tersebut?

C. Faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove

di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

1. Apa yang melatarbelakangi Anda melakukan pengelolaan tanaman

magrove?

2. Apakah ada pihak yang menjadi inspirasi Anda untuk melakukan

pengelolaan tanaman mangrove?

3. Bagaimana bentuk dukungan Anda dalam menjaga keberlanjutan

pengelolaan tanaman mangrove?

4. Apakah terdapat bantuan dari pemerintah terkait pengelolaan tanaman

mangrove yang dilakukan selama ini?

5. Jika ada, dalam bentuk apakah bantuan tersebut?

6. Bagaimana Anda mendapatkan bantuan tersebut?

7. Adakah hal yang dilakukan pemerintah guna mendukung keberlanjutan

pengelolaan tanaman mangrove ini?

8. Jika ada, apakah hal tersebut?

9. Apa saja kendala yang pernah Anda alami dalam melakukan pengelolaan

tanaman mangrove?

10. Bagaimana Anda mengatasi kendala tersebut?

11. Adakah hambatan yang dialami guna menjaga keberlanjutan pengelolaan

tanaman mangrove?

12. Jika ada, apakah hambatan tersebut?

13. Bagaimana Anda mengatasi hambatan tersebut?

Page 147: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

131

NIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

PANDUAN WAWANCARA

JUDUL : PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI

KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO

LOKASI : KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO

Identitas Responden

Nama Responden :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Pekerjaan :

Nama Lembaga Organisasi :

Jabatan :

Pewawancara

Nama :

NIM :

Hari/Tanggal :

Informan

( )

PETANI

MANGROVE

Page 148: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

132

A. Perilaku petani mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

a. Pengetahuan

1. Apa sajakah yang Anda ketahui tentang tanaman mangrove?

2. Budidaya mangrove seperti apakah yang Anda ketahui saat ini dan Anda

lakukan saat ini?

3. Dapatkah Anda menjelaskan secara singkat bagaimana cara budidaya

tanaman mangrove?

4. Apakah Anda mengetahui apa sajakah manfaat tanaman mangrove?

5. Jika iya, manfaat tanaman mangrove apa sajakah yang Anda ketahui?

6. Manfaat apa saja yang Anda ambil dari tanaman mangrove?

7. Pengelolaan pasca panen mangrove seperti apakah yang Anda ketahui?

8. Apakah Anda mengetahui bahwa tanaman mangrove dapat diolah menjadi

suatu produk?

9. Jika iya, produk apa sajakah yang Anda ketahui dapat dibuat dengan bahan

baku tanaman mangrove?

10. Apakah Anda mengetahui bagaimana cara mengolah tanaman mangrove

menjadi produk-produk tersebut?

11. Jika tahu, dapatkah Anda menjelaskannya?

12. Apakah Anda memproduksi produk-produk dari tanaman mangrove

tersebut?

13. Jika iya, produk-produk apa sajakah yang Anda produksi?

b. Sikap

1. Apakah Anda setuju dengan adanya kegiatan pengelolaan hutan

mangrove?

2. Jika iya, mengapa Anda setuju dengan adanya kegiatan pengelolaan hutan

mangrove?

3. Apakah Anda mendukung adanya kegiatan pengelolaan hutan mangrove?

4. Jika iya, mengapa Anda mendukung kegiatan pengelolaan tersebut?

5. Bagaimana bentuk dukungan Anda dalam kegiatan pengelolaan hutan

mangrove?

Page 149: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

133

6. Apakah Anda ikut serta dalam kegiatan pengelolaan hutan mangrove

tersebut?

7. Kegiatan apa sajakah yang Anda lakukan terkait pengelolaan hutan

mangrove?

8. Apakah terdapat keuntungan atau kerugian dalam mengelola tanaman

mangrove?

9. Jika ada, apakah keuntungan atau kerugian tersebut?

10. Bagaimana Anda mengatasi kerugian yang diakibatkan oleh pengelolaan

tanaman mangrove tersebut?

c. Keterampilan

1. Teknologi seperti apakah yang dibutuhkan dalam budidaya dan

pengelolaan tanaman mangrove?

2. Apa kegunaan teknologi tersebut dalam budidaya atau pengelolaan

tanaman mangrove?

3. Apakah Anda dapat menerapkan teknologi tersebut dengan baik?

4. Bagaimana Anda mengaplikasikan teknologi tersebut?

5. Teknologi seperti apakah yang dibutuhkan dalam pengelolaan pasca panen

tanaman mangrove?

6. Apa kegunaan teknologi tersebut dalam pengelolaan pasca panen tanaman

mangrove?

7. Apakah Anda dapat menerapkan teknologi tersebut dengan baik?

8. Bagaimana Anda mengaplikasikan teknologi tersebut?

A. Faktor pendorong dan penghambat keberlanjutan pengelolaan mangrove

di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

1. Apa yang melatarbelakangi Anda melakukan pengelolaan tanaman

magrove?

2. Apakah ada pihak yang menjadi inspirasi Anda untuk melakukan

pengelolaan tanaman mangrove?

3. Bagaimana bentuk dukungan Anda dalam menjaga keberlanjutan

pengelolaan tanaman mangrove?

Page 150: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

134

4. Apakah terdapat bantuan dari pemerintah terkait pengelolaan tanaman

mangrove yang dilakukan selama ini?

5. Jika ada, dalam bentuk apakah bantuan tersebut?

6. Bagaimana Anda mendapatkan bantuan tersebut?

7. Adakah hal yang dilakukan pemerintah guna mendukung keberlanjutan

pengelolaan tanaman mangrove ini?

8. Jika ada, apakah hal tersebut?

9. Apa saja kendala yang pernah Anda alami dalam melakukan pengelolaan

tanaman mangrove?

10. Bagaimana Anda mengatasi kendala tersebut?

11. Adakah hambatan yang dialami guna menjaga keberlanjutan pengelolaan

tanaman mangrove?

12. Jika ada, apakah hambatan tersebut?

13. Bagaimana Anda mengatasi hambatan tersebut?

Page 151: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

134

DISPLAY DATA

PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN

KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO

1. Perilaku Petani Pengelola Mangrove

Perilaku Individu

Pengetahuan

Manfaat Mangrove

Mencegah abrasi pantai, menahan badai tsunami, tempat berkembang biak biota laut,

menghasilkan produk olahan, mencegah banjir, membersihkan laut dari sampah

Budidaya MangrovePembibitan dengan menggunakan polybag dan menanam dengan menggunakan jarak tanam

1-3 meter

Jenis-jenis MangroveMangrove lindur, bogem, tinjang, dan api-api

Mengolah Mangrove menjadi Produk

Tepung, botok, sirup, sabun, dan sentrat

Sikap

Keikutsertaan Petani

Ikut melakukan pembibitan, penanaman, perawatan, penyulaman, pengolahan,

menjaga, dan memperkenalkan secara luas tanaman mangrove

Sikap PetaniSetuju dan mendukung karena

menguntungkan bagi lingkungan, masyarakat, dan petani

Keterampilan

Teknologi BudidayaBor, tali rafia, ajir, polybag, pacul, dan perahu

Teknologi PengolahanMesin Selep

Page 152: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

136

2. Faktor Pendorong Dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan Mangrove

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Keberlanjutan Pengelolaan

Hutan Mangrove

Faktor Pendorong

Motivasi Petani Pengelola Mangrove

1) Menambah penghasilan petani; 2) Mengikuti jejak orang tua

Dukungan Petani1) Ikut menjaga hutan mangrove dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang dapat merusakhabitat hutan mangrove; 2) Ikut melestarikan hutan mengrove dengan melakukan programpenanaman setiap tahunnya bersama masyarakat sekitar

Dukungan Pemerintah

1) Menancapkan plang-plang peringatan untuk tidak merusak habitat hutan mangrove sepertidilarang melakukan penebangan dan dikenakan sanksi pidana bila dilakukan; 2) Membeli bibit daripetani untuk ditanam disekitar wilayah pesisir pantai yang memberikan tambahan penghasilan; 3)Memberikan penghargaan dan 4) Meberikan bantuan alat untuk pengolahan mangrove

Solusi Kendala Petani

1) Melaporkan jika terdapat penebangan kepada Polsek setempat; 2) Memakai kaus kaki berlapis-lapis disaat penanaman untuk melindungi kaki dari hewan laut yang dapat melukai kaki

Solusi Hambatan Petani

1) Memberhentikan penanaman saat air pasang; 2) Menunggu air pasang untuk mengirim bibit kelokasi penanaman menggunakan perahu; 3) Melakukan perawatan intensif untuk bibit yang barusaja dipindahkan ke pantai atau laut

Faktor Penghambat

Kendala Petani1) Penebangan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab; 2) Biota laut yang dapat melukai kakipetani seperti tiram saat penanaman; 3) Kendala alat pengering untuk pengolahan tanamanmangrove menjadi tepung

Hambatan Petani

1) Tidak dapat melakakukan penanaman apabila laut sedang pasang; 2) Tidak adanya air pasangyang membuat bibit tidak dapat dikirim ke lokasi penanaman menggunakan perahu; 3) Terdapatkritip-kritip yang menghambat pertumbuhan mangrove; 4) Biaya yang minim untuk prosesbudidaya

Page 153: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

136

REDUKSI DATA PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN

KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO

1. Kode Reduksi Data

Tema Keterangan Coding & Memoing

1

Perilaku Petani

Pengelola

Mangrove

A. Pengetahuan Petani Pengelola Mangrove

1. PMM : Manfaat Mangrove

2. PBM : Budidaya Mangrove

3. PJM : Jenis-jenis Mangrove

4. PMP : Mengolah Mangrove menjadi Produk

B. Sikap Petani Pengelola Mangrove

5. SP : Sikap Petani

6. SKP : Keikutsertaan Petani

C. Keterampilan Petani Pengelola Mangrove

7. KTB : Teknologi Budidaya

8. KTP : Teknologi Pengolahan Mangrove

2

Faktor

Pendorong Dan

Penghambat

Keberlanjutan

Pengelolaan

Mangrove

A. Faktor Pendorong Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove

1. FMP : Motivasi Petani Mengelola Mangrove

2. FDP : Dukungan Petani

3. FDI : Dukungan Pemerintah

4. FSP1 : Solusi Kendala Petani

5. FSP2 : Solusi Hambatan Petani

B. Faktor Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove

6. FKP : Kendala Petani

7. FHP : Hambatan Petani

2. Kesimpulan Sementara

Tema 1 : Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Coding 1 : Pengetahuan Petani tentang Manfaat Mangrove

Informan Manfaat Mangrove

1

Banyak itu, taunya kan mangrove itu gunanya bisa dimanfaatkan ee

apa budidaya tam ee kepiting, udang gitu pas bisa untuk

manfaatnya itu bisa kayak apa daunnya bisa dibuat botok, buahnya

bisa jadi kue, itu manfaatnya itu

1

Manfaatnya itu kerang banyak, pas lagi kayak tirem banyak itu,

jadi itu pendapatannya orang sini itu, itu manfaatnya banyak itu..

Diambil sini, kan tirem itu kan nempel sama mangrove akhirnya

banyak jadi diambil sma orang sini.. Tiram, kerang, kerang

panjang, kerang ijo, kupang, kerang manis

Page 154: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

137

1

Kalau bogem itu bisa dibuat sirup.. Ee apa itu ck apa ya namanya

kata orang sini itu aduh kayak diambil airnya itu dah, sarinya itu..

Ee kalau yang tinjang yang panjang itu ee buahnya pentolnya itu

bisa dibuat pakannya ternak.. Itu, pakannya ternak. Pas batangnya

itu bisa dibuat kayak sabun, sabun kecantikan apa katanya, ada itu

di kalimantan itu katanya di kalimantan.. Yang kue itu dah, iya

tepungnya itu dah.. Yang api-api.. Ambil buahnya ya buahnya

2 Kalau mangrove itu pancungnya itu buat anu, apa dah, buat sabun

bisa

2 Sirup sirup, sirup, sabun bisa. Iya. Ibunya Ipin sma Edi bisa buat

tepung itu, sabun.. Banyak manfaatnya itu, buat beras bisa

2

Boh, ikan tambah banyak. Ikannya tambah banyak dibawahnya itu..

Iyaa, ada kepiting sama banyak disana.. Udang, ikan.. Ikan teri ada,

cumi-cumi ada, sembilang ada, ya keting, banyak disana

3

Manfaatnya yaa banyak, bikin tepung, gini itu wes manfaatnya,

kalau api-api bikin tepung, kalau pohon mangrovenya tinjang itu

jenis tinjang itu ya buat bibit, trus buat sirup, macem-macem wes,

pokok bahan anu wes pokoke kayak kue gitu

3 Ya itu wes apa namanya, kayak sirup, kue, terus ya tepung itu wes,

itu tok

3

Kalau kalau tinjangnya ya bibitnya, kalau lindur bibit cuma lindur

itu jadi sirup bisa, ya itu wes sirup, pas kalau tepung itu ya apa, api-

api tepung itu wes.. Prosesnya ya kadang-kadang kalau ada hari

kayak panas gini cepat. Kalau mendung lama udah

4

Manfaatnya ya banyak, nomer 1 ya abrasi, abrasi, keduanya itu apa,

menguntungkan petani tradisional, ee apa, seperti udang, kepiting,

kerang, apa, ee terus burung-burung, ee hewan-hewan apa, itu

berdatangan, karna apa, karna sudah mangrovenya sudah jadi.

4

Ee kalau kalau sudah tua memang kalau dibikin tepung, nah

tepungnya dibikin kue, ee terus apa, ya segala macem asal maulah

anunya, apa, asal yang ngelola keterampilannya apa, kue apa,

seperti yang terkenalnya kan brownies, terus apa, ee terus apa

namanya itu, bugis, terus apa lagi, banyak pokoknya sudah, istri

saya kalau ngelola itu kan banyak macemnya, ada roti kukus itu

4

Karna ada pendangkalan jauh, ada pendangkalan sampe berapa,

sampe bukan meteran, kiloan mulai 2005 sampe sekarang

pendangkalan kan sudah berkilo-kilo anu sudah, di pilang aja uda

ada 2 kilo ada, jadi ndak kemana-mana kalau ada banjir ada banjir

tanah itu apa, ditahan ditahan anu pohon mangrove, ditahan pohon

mangrove kalau ada banjir apa, juga sampah disana termasuk

ditahan mangrove, leh kalau ndak ada mangrove sampahnya ke

tengah lautan

4

Lah sampahnya trus masuk ke mangrove, lah itu menghambatnya

mangrove lagi, tapi lautannya agak bersih. Lah umpamanya ndak

ada mangrove tambah parah tambah parah, lah itu, mangkanya

membersih lingkungan lagi

Page 155: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

138

4

Keuntungannya itu hutan mangrove dari awal saya itu sudah berte

tempatnya telur, apa, apa, tempatnya telurya apa, ikan-ikan aa jelas

sudah, ikan kan kalau telur itu bukan ditengah dipinggir seperti

udang, trus apa, ikan-ikan ya pokoknya ikan-ikanlah. Jadi kalau ada

sisa anu ya itu kalau netas di mangrove ada sisa anu itu coba itu

amati itu kan banyak ikan kecil-kecil sekali, itu menetasnya

4

Banjir bandang, ya mungkin kalau ada itu nyangkut ke mangrove,

kalau ada tsunami seandainya ada tsunami mungkin nyangkut ke

mangrove

5

Bikin obat nyamuk, kalau buah yang panjang itu. Kalau yang

pendek yang bulet-bulet bikin makanan nak ya bikin kue, bikin

mendut, bikin roti cake ya roti gulung, bikin apa saja lah pokoknya

kue

5 Kalau daunnya bikin botok lah nak, ndak ada lagi itu

5

..soalnya pancen dibawah itu kepiting, udang, ikan disana,

diakarnya itu.. Ya orang nak cari kepiting.. Orang jauh-jauh kesini

cari pake sepaton takut kena tirem luka nanti

5 Ada bikin bat-obatan, ada yang bikin kopi nak, cem-macem,

dikeringkan nanti bikin kopi

5 Sirup dari bogem yang kembangnya merah

Kesimpulan Sementara : Manfaat-manfaat tanaman mangrove bagi lingkungan

yakni mencegah abrasi pantai, mencegah banjir,

menahan desiran ombak laut/tsunami, membersihkan

laut dari sampah, tempat berkembang biak biota laut

adapun manfaat yang diambil petani yakni biota laut

seperti ikan, udang, tiram, kerang, kepiting, kupang

yang berkembang biak di bawah mangrove, sampai

menjadi bahan baku dari berbagai macam olahan dari

tanaman mangrove diantaranya tepung dari bijinya,

botok dari daunnya, sabun, sirup, obat-obatan, kopi,

teh, dan sentrat

Tema 1 : Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Coding 2 : Pengetahuan Petani tentang Budidaya Mangrove

Informan Budidaya Mangrove

1

Buahnya diambil yang panjang itu ee taruh di olibek ditancapkan

gini aja.. Di olibek, olibek yang kecil-kecil itu, ditancapkan 9 ikat 9

ikat itu.. Keluar daun ya, nanti keluar daun dilepas ikatnya itu, nah

dilepas lalu diangkat, kan buatnya di darat itu, ditaruh di bawah di

apa di pantai iya, adaptasi

2 Buat bibitnya itu ambil anunya buahnya mangrove itu yang agak

tua sudah, yang sudah tua untuk ditandur sama polybag. Nah

Page 156: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

139

munculnya itu bibitnya 3 minggu baru muncul anunya bodisnya

itu.. Ya ditandur sudah wes di lantai itu di pantai itu

3

Ya kan dari anu pertama lahan dulu, setelah lahan, apa, buat

bedengan, buat bedengan trus tanah, beli tanah, sesudah tanah,

plastik polybag. Setelah polybag, anu wes apa, suruh orang nganu

tanah itu loh, dari tanah ke plastik, sesudah itu yaa nanam wes..

perawatannya ya anu kasi air tok wes, kalau ada hama wes ya kasih

obat udah. Sama seperti anu wes sawah wes.. Iyaa. Kalau obatnya

ya pake obat kalau ada hamanya

3

Kalau disni, kalau kelurahan pilang masuk kelurahan pilang wes,

eh kelurahan ketapang itu jaraknya paling lebar 1 meter, paling

lebar itu wes, yang paling normal disini ya setengah meter

4

Nah mulai dari pembibitan itu, kan itu dari awalnya bikin anu

polybag, menata polybag, abis menata polybag nanti bibitnya kalau

sudah tua baru ditanam, ee sudah, kalau bibitnya sudah tua,

ngambil, ditanam, ditanam di polybag, dari polybag itu 4-5 bulan

bisa ditanam, bahkan nanti kalau anu sampe 1 tahunlah bisa masih,

kalau kelebihan seperti ini memang ndak layak sudah di anu sudah

ditebang

4

Bulan maret, bulan 3. Lah bulan 4, bulan 5 itu panen anu buahnya

itu ada sudah, anu yang api-api, kalau yang tinjang bulan 8 sampe

bulan 12, itu. Bulan 1, bulan 2 habis sudah kalau tinjang, kalau api-

api nah bar mulai berbuah, sampe bulan 6, itu api-api, ya sekarang

ya sedikit-sedikit ada bulan 3 sampe bulan 4, bulan 5, bulan 6

panen, jadi bulan 5, bulan 6 itu panen, panen anu apa, kalau disini

kan kadang-kadang ndak sama anunya, cuacanya dari desa anu,

kalau di kota probolinggo memang bulan 5, bulan 6 api-api, bulan

8, bulan 9, 10, 11 tinjang, lah itu masa panennya

4

Trus anu jaraknya ada yang 1 meter, ada yang 2 meter, lah itu ndak

papa, tambah tambah anu tambah anu ya kan tambah bagus, karna

apa? karna kalau umpamanya anu cepet perkembangannya, kalau

tanaman 1 meter persegilah bisa jadi hutan sungguhan, ya kalau

umpamanya 2 meter, 3 meter ada yang mati 2 jaraknya kan jauh

jauh, kan ndak semuanya hidup, pasti ada 80%, 70%

5 Itu ngambil buah nanti dikarantina dulu ya, anu ditanam dulu, nanti

jadi bibit keluar daun 2 sudah ditanam sudah nak, gitu gampang

Kesimpulan Sementara : Cara budidaya mangrove yakni membuat bibit dari

buah mangrove yang dipotong bagian atasnya untuk

tempat tumbuh tunas baru, kemudian ditanam didalam

polybag, saat bibit berumur 4-5 bulan atau sudah

keluar 2 daun maka bibit siap dipindakan dan ditanam

di pantai. Jarak tanam yang digunakan petani yakni 1-

3 meter. Masa panen buah mangrove berbeda setiap

jenisnya bekisar antara bulan 6-12

Page 157: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

140

Tema 1 : Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Coding 3 : Pengetahuan Petani tentang Jenis-jenis Mangrove

Informan Jenis-jenis Mangrove

1

Jenis kan adaa ada 3 kan jenisnya itu, ada tinjang, ada api-api, ada

bogem, kalau bogem bijinya kayak jambu, kalau bijinya ya jambu,

yang yang apa yang api-api kayak bawang bawang merah itu, yang

tinjang itu kayak apa itu buahnya itu klentang apa itu sayur ya itu,

ya kayak itulah buah panjangnya ya itu

2

Ya tinjang itu, tinjang. Mangrove itu ya, api-api, pas itu apalagi

hmm cuma 3, api-api, mangrove, eit itu lagi apalagi itu ya, cuma 2

api-api sama anu itu

3 Ya kalau jenisnya kayak api-api, tinjang, lindur, bogem, trus apa

lagi itu ya, wes itu aja wes

4

Kalau kalau bahasa anunya bahasa bahasa bahasa daerahnya

tinjang, bogem, apa trus, lindur, trus apa lagi, api-api, trus anu yang

yang yang dari brawijaya latihan teh dari surojuk surojuk

5

Ini sudah ada ini (menunjukkan foto di dalam brosur), ini ini yang

tinjang ya.. Api-api, ini lindur ini, ini tinjang ini buahnya

(menunjukkan foto di dalam brosur).. Iya api-api, lindur, ndak ada

sudah nak.

Kesimpulan Sementara : Jenis-jenis mangrove yang ditanam oleh petani yakni

lindur, bogem, api-api, dan tinjang

Tema 1 : Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Coding 4 : Pengetahuan Petani Mengolah Mangrove menjadi Produk

Informan Mengolah Mangrove menjadi Produk

1

Bisa, itu cuma di buahnya api-api itu direndem satu malam lalu kan

kulitnya pisah sendiri direndem sama air itu.. nanti dikupas ambil

ee daging yang di dalam itu diambil, sesudah diambil lalu di

blender, setelah di blender langsung dijemur, lama prosesnya itu..

kalau ndak ada sinar matahari ya ndak bisa kalau ndak ada sinar

matahari

1

Kalau bijinya banyak kadang dibuat tepung kalau ada pesanan,

kalau ada pesanan bibit ya buat bibit gitu.. Ya direndem sama air

satu malam, nah yang tadi itu udah kulitnya terkelupas sendiri.. Iya

dikeringkan, ya paling lama udah 3 hari itu dah kalau ada matahari

1

Daunnya apai-api yang masih pucuk, pucuknya itu, masih yaaang

apa yang baru-baru itu, ya itu yang dipetik.. Dicuci, setelah dicuci

direbus, baru dikasih apa kayak tempe tahu dijadikan botok

1 Sirup dari bogem, ambil sarinya itu.. Direndem juga itu.. Direndem

Page 158: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

141

ambil airnya, ampasnya buang sudah. Warnanya agak agaak ungu

1

Kalau yang buat sentrat itu? Yang tinjang yang besar ada pentolnya

itu, yang warnanya coklat.. Eee dikelola itu pake mesin itu yang

besar itu, dikelola dicampur dengan apa itu namanya kalau anunya

padi itu, ampasnya padi itu

2

Nanemnya anuu kalau kalau apa itu aduu tinjang sama pi-api itu

kalau buahnya bisa buat tepung, tapi diekom dulu 5 hari, mari 5

hari dijemur 3 hari, langsung diselep

3

Kayak anu, kayak api-api itu ngambil buah, setelah ngambil buah,

apa, ambil dalemnya sudah, dalemnya itu apa namanya ya, kayak

atinya itu leh dibuang, dikupas dulu pas atinya buang, trus

direndem dengan air, langsung udahh direndem dijemur. Setelah

dijemur dianu wes, diselep.. Iyaa, supaya jadi tepung

3 1 kilo itu 60 (Rp. 60.000), emak yang tau, kalau saya kan cuma

disuruh cari buah, cari wes

4

Iya saya mengolah sama istri saya .. Kayak direndem lah 2 hari,

trus ya kalau saya yang bikin, aa apa, kan getah-getahnya bisa

terangkat e rendem 2 hari sampe 3 hari, ndak direndem sebetulnya

ndak masalah, tapi kan ketir-ketirnya itu apa rasanya itu, ya ndak

ndak pait agak ketir-ketir, ke lidah itu rasanya agak ndak enak

sedikit, lah itu perlu proses, perlu proses, sebetulnya ndak papa

sebetulnya, tapi kan perlu proses bagaimana yang lebih enak lagi,

aa itu proses, sampe diselep, abis selep nanti, abis direndem diselep

trus dijemur

4

Latihan, itu bisa bisa jadi sabun, sabun cuci piring, nah itu, bogem

itu, itu perlunya di anu dulu di blender a blender, trus bijinya

disingkirkan, trus ada garam khusus lagi itu, garam khusus ya itu

bisa keluar busa, bagus hasilnya

4

Pucuknya itu pucuknya yang api-api, pucuk ya pucuk yang kan ada

daun yang lembek-lembek itu, kalau ndak lembek ndak enak.. ya

jadi anu, apa itu, yaa termasuk bikin botok lah, kan ada

campurannya tempe apa gitu lah, campurannya itu

5

Ya tepung nak, nanti dikupas kulitnya dibuang langsung diselep ya,

langsung diselep dicuci sampe bersih, sudah bersih dijemur ya,

selesai dijemur kering jadi tepung, kalau tepung itu bisa jadi apa

saja ya, kalau buahnya tua-tuanya itu nanti di anu dikupas buang

sama atinya buang semua ya itu direndem berapa hari 5 hari lah 4

hari ndak papa itu bikin kulek udah

5

Ya ngambil yang muda-muda diiris-iris langsung anu dulu

diremek-remek, lagsung digodok nak yo, nek wes empuk ntasen

trus marut klopo sudah dibumbui, botok sudah.

5 Ya di anu nak, digiling juga, kalau harum itu ya diambil sudah,

kalau ndak tua ndak bisa bikin sirup dah

5 sirup itu harganya 12 12 setengah 1 botol kecil (menunjukkan

ukuran botol sirup dengan tangannya),

5 ‘kalau botoknya sendiri buk?’1500 kok

Page 159: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

142

Kesimpulan Sementara : Olahan produk mangrove yang pernah dihasilkan oleh

petani yakni tepung, sirup, botok, sabun, dan sentrat.

Produk-produk tersebut dijual dengan sistem pesanan.

Namun produk yang sering diual yakni tepung, sirup,

dan botok, sedangkan sabun dan sentrat tidak ada

permintaan dari konsumen. Pengolahan produk

diserahkan seluruhnya kepada istri Bapak Muchlis,

petani hanya berperan untuk mencari bahan dan

diongkos sesuai hasil.

Tema 1 : Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Coding 5 : Keikutsertaan Petani Pengelola Mangrove

Informan Keikutsertaan Petani

1

Ya ikut serta, semuanya itu dilibatkan semua udah. Kayak polisi,

tentara, semuanya itu dah.. Kegiatannya, yaa.. bersih-bersih gitu

mbak.. Melestarikannya itu ya menanam, kalau ada yang mati apa

ditanam lagi, disulam

2 Iyaa. Kalau yang mati tanam lagi, disulam lagi

2

Ya disiram mbak, disiram, disemprot obat. Ya kiranya biar gak

dimakan belalang itu.. iyaa, dibawah itu dikasi anu itu apa itu

bambu itu, koyok opo iku pring ngene iku mbak, biar ndak anu opo

biar ndak menyelem

3

Iya pasti wes. Meskipun ada penanaman, ada apa, apa, latihan

pengolahan terus anu saya wes pasti ikut wes, anggep lah

kerjaannya saya wes gini... ya menanam, ya apa namanya, nyulam

itu, sudah nanam itu kan nyulam, kalau ada yang mati nyulam, ya

buat tepung itu, ya kalau musimnya ya buat tepung, kalau ndak ada

ya diam wes gini

4

Ee ya termasuk sudah nanam terus menjaga, menyulam, trus

menjaga untuk kelanjutan, itu, mungkin sulaman itu kalau ada

umpamanya ndak 100 80% 70% umpamanya ada penyulaman,

mungkin nanti ada dana lagi untuk penyulaman itu

5

Ada di bogor, ndak, prodok saya prodok. Saya soalnya bawa

prodok, ya bawa trasi, bawa ikan-ikan, macem-mcem udah alat-alat

pantai, itu saya nomor 1 disana.. Dari mangrove ini dari pantai, lain

lagi, tepungnya lain, ikannya lain, trasi lain, begini

Kesimpulan Sementara : Keikutsertaan petani dalam kegiatan pengelolaan

mangrove yakni diantaranya membuat bibit,

melakukan penanaman dan perawatan, penyulaman,

pengolahan, ikut menjaga, serta memperkenalkan

produk-produk olahan tanaman mangrove kepada

masyarakat luas

Page 160: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

143

Tema 1 : Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Coding 6 : Sikap Petani Pengelola Mangrove

Informan Sikap Petani

1

Ya setuju.. Ya itu kan sejuk lagi, ndak panas, e trus pendapatan itu

banyak, menambah penghasilan lagi itu, pas terus petani tambak itu

ya nambah penghasilannya itu.. Iya, dari mangrove itu. Banyak

manfaatnya mangrove itu

2

Setuju.. Ya itu ada apa ya, sukanya banyak manfaatnya. Ya

misalnya ada angin tsunami bisa didang, setuju. Disini setuju

semua kalau masalah mangrove itu, kalau bisa itu bentaun sudah

ditandur mbak sama Pak Mukhlis, satu tahun itu minimal 5000

kadang 10.000 gitu

2

Mendukung.. Karena itu sudah mbak, banyaknya manfaatnya, ini

buat apa ya buat tepung bisa buat sabun bisa krep bisa, buat

makanan bisa, buat tepung bisa, tepungnya itu biru mbak

3

Ya setuju.. ya karena uda banyak wes hehe udah banyak yang apa,

yang pesen gitu, banyak anak sekolah kegiatan-kegiatan itu, banyak

wes.. Kalau ya apa namanya yang kayak restoran minta ya itu wes

dapat keuntungannya

3

Mendukung.. karena ya sehari-harinya saya ini ya tercampur

dengan itu wes, kalau ada kegiatan terus ikut terus.. ya wes

sepenuhnya wes, dukungannya ya pokoknya wes tercampur ke

mangrove pasti anu saya wes pasti ikut

4

Ya setuju karna saya bisa hasil lah bisa ada tambahan penghasilan,

kan tepungnya saya jual 50 ribu, kalau ada pesen lah sekarang ada

pesen ada aja tapi ndak banyak

4

Ya mendukung sekali karna saya diuntungkan lagi.. ya ada

keuntungan dari mangrove mulai dulu, ke masyarakat juga

menguntungkan, kalau ndak menguntungkan ke masyarakat ya

ndak mau masyarakat kan.. yang paling setuju itu budidaya tambak

tradisional yang paling mendukung sekali, trus yang punya sawah

di deket pesisir itu mendukung sekali

5 Setuju nak, banyak, bu wali ya setuju semuanya mau nak.. Katanya

banyak vitaminnya nak

Kesimpulan Sementara : Sikap petani terhadap kegiatan pengelolaan mangrove

sangatlah setuju dan mendukung, hal ini dikarenakan

hutan mangrove yang memberikan banyak manfaat

serta keuntungan bagi petani dan masyarakat sekitar

yakni meningkatkan pendapatan yang diperoleh dari

penjualan produk mentah atau olahan yang berasal

dari hutan mangrove

Page 161: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

144

Tema 1 : Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Coding 7 : Keterampilan Petani dalam Menggunakan Teknologi Budidaya

Mangrove

Informan Teknologi Budidaya Mangrove

1

Bor, rafia untuk mengikat itu, bambu, polybag, ndak ada sudah..

Rafia itu untuk ngikat ke batang pohon mangrove sama bambunya,

pas kalau bornya itu untuk buat lobangnya itu, buat lobang kira-

kira 20 dalamnya udah, 20 cm udah dalamnya taruh udah.. Untuk,

kalau yang kan masih takut roboh itu buat tiangnya biar ndak

roboh. Kalau uda hidup nanti dibuka udah.. Kalau polybagnya ndak

usah dibuka udah kan tembus akarnya itu dah.. Buat tanahnya itu,

buat nampung tanah, buat bibit

2

Itu koyok koyok rajang iku sing bunder gawe lubang iku.. O itu

polybag kan.. Iyaa, bambu itu biar ndak anu biar ndak kena air

tanamannya.. Polybag itu ya? Ya dikasi tanah ya, langsung dikasi

bibit.. Bambu, buat anjir itu mbak. Nandur di laut ya, nah dikasi

bambu diikat ke tanamannya, biar ndak, sama rafia, biar ndak

goyang

3

Kalau nanemnya ya seperti anu, seperti kayak argo pengangkutan

itu leh, argo pas pas kayak barang, apa, kayak arit, kayak pacul itu..

ya buat itu, buat bedengan, kalau alatnya le kalau alatnya, ya butuh

apalagi, kayak tosa, kendaraan lah, butuh kendaraan untuk apa ya,

kalau ada ngangkut tanah, prahu lagi.. iya ngirim, kalau ngirim

misalnya yang mau ditanam daerah mana gitu, ya anu wes

3

Bor.. kalau ndak, kalau di polybag cuma apa, kayak bersih lah.. bor

itu untuk menanam, biar apa ya namanya ya, biar kalau apa ya,

kalau anak-anak nanam itu kan pake pisau, kalau sini kan ndak,

pake bor itu dah biar berlubang.. anjir, pake anjir.. dari bambu

4

Apa yaa, cuma alat-alat tradisional bor.. buat penanaman bor.. ya

fungsinya kan enak ngelobangi kalau nanam itu, enak ngelobangi,

ee trus pake anu pake pake tali harus lurus kalau penanaman dari

awal.. biar lurus tali itu

5

Besi.. Linggis anu, iya linggis.. Menanam buat bikin lobang.. Ini

atos kalau di pantai empuk (sambil menunjukkan cara kerjanya

ditanah).. Iyaa polybag, nanti hidup di polybag itu.. Kalau jauh

nanam ya pake perahu diangkut.. Oooh dikasi pring kasi pring nak,

katanya pak mukhlis itu biar berdiri biar ndak dingkluk-dingkluk

gini lah bibit disini, ini bibit ini anjeran dadi gini ini lah

(menunjukkan cara kerja pring atau bambu), ditaleni pake rafia

sudah berdiri

Kesimpulan Sementara : Teknolgi budidaya mangrove yang digunakan oleh

petani antara lain bor atau linggis dari besi yang

berfungsi untuk melubangi tanah di pantai, ajir dari

bambu dan tali rafia yang berfungsi menopang bibit

yang baru ditanam dilaut agar tidak roboh terkena

Page 162: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

145

ombak, polybag sebagai wadah media tanam bibit,

pacul untuk membersihkan gulma disekitar bibit, dan

perahu untuk pengangkutan bibit yang akan ditanam

di wilayah lebih jauh.

Tema 1 : Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo

Coding 8 : Keterampilan Petani dalam Menggunakan Teknologi Pengolahan

Mangrove

Informan Teknologi Pengolahan Mangrove

3

Pengelolaan itu ya bahannya kayak mesin, mesin selep itu, mesin,

mesin selep yang buat tepung itu wes, trus alatnya kayak apa itu

wes, saringan untuk anu menyaring ampasnya itu, sesudah digiling,

digilingnya itu 2 kali, iya 2 kali, sesudah digiling itu kan dijemur

lagi, di jemur langsung diselep lagi

4

Ya selep, selep biasalah selep tepung itu sudah, selep kopi bisa,

selep yang anu agak yang agak besaran ya juga bisa, pokoknya ya

bisa nyelep kopi bisa sudah

5 Ndak, mesin biasa mesin tarik.. Itu ada, ya mesin itu lah nak kopi,

apa saja tepung, selep

Kesimpulan Sementara : Teknologi pengolahan yang digunakan oleh petani

untuk membuat produk khususnya tepung mangrove

yakni mesin selep untuk menghaluskan biji

Tema 2 : Faktor Pendorong Dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Coding 1 : Faktor Pendorong (Motivasi Petani Pengelola Mangrove)

Informan Motivasi Petani Pengelola Mangrove

1

Awalnya itu diajak bapak itu, diajak bapak, “le ayo nanam

mangrove, buat mangrove” gitu.. Iya, bapak mulai dulu menanam

udah mulai kecil. Tapi dulu menanamnya bapak itu dibuat anu

dijual dulu, nanam, dulu kan masih ndak ada larangan kan, dijual

itu buat rumah gitu kayunya itu, dulu, nanam udah bapak itu, dibuat

dijual, kalau besar dijual, tanam lagi, ya sistim gini kalau panennya

dulu masih jamannya bapak

2

Ya kan ketuanya Pak Mukhlis, ya “siapa yang mau ikut saya

silahkan”, kan sudah di bayar itu dah sma Mukhlis, kalau satu hari

50 (Rp. 50.000)

3

Ya dulu, bapak ini kan, bapak saya Pak Mukhlis, Pak Mukhlis dulu

kan orang bawah wes, makan susah, yang dimakan itu cuma ya

pohon itu wes, kalau orang lain ndak tau, ndak ndak pernah nyoba,

Page 163: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

146

cuma Pak Mukhlis ini makan sendiri ya katanya bapak itu

sepenting gak mabuk wes, kan dulu, sekarang ndak.. Iya ikut bapak

3

Yaa dari, dari apa ya, keuntungannya itu ya dapat hasil lah, dapat

hasil dari mangrove itu wes, ya cuma dari ongkos yang disuruh

sampe pengelolaan itu ya uda menghasilkan wes

4

Mulai dari orang mbah sampee saya kan ee pertama kali mbah saya

nanam disini, lah itu, saya mulai kecil sudah saya di mangrove,

saya mulai kecil pokoke ndak usah anu sudah mulai dari kecil

Kesimpulan Sementara : Motivasi petani untuk ikut mengelola hutan mangrove

diantaranya meningkatkan pendapatan petani dan

mengikuti jejak orang tua

Tema 2 : Faktor Pendorong Dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Coding 2 : Faktor Pendorong (Dukungan Petani)

Informan Dukungan Petani

1 Ya mendukung lah mendukung.. Bentuk dukungannya itu menjaga

itu, melestarikan sama-sama

1

Ya kalau ada orang ngambil itu ya dikasi tau udah kalau ini hutan

lindung ndak boleh ambil, kalau diambil itu kena hukuman

dendanya 1 milyar, ini ada plangnya ini timur itu

1 Ndak boleh sekarang udah, jangankan motong satu. Hutan lindung

sekarang itu

1

Menjaga itu dah, menjaga.. Yang khusus probolinggo itu kalau ada

pengajuan, kalau ada pengajuan dari pemkot, tanam di pantai

pilang, di mangunharjo gitu.. Menanam, anak sekolah itu, TK,

PAUD, SMA, yang paling sering ini SMA 2, paling sering itu dah

buat kegiatan kayak gitu

2

Iyaa, itu Pak Mukhlis itu setahun mesti nanduur, haa gitu. Sama bu

tinggi sini ya, tingginya Pak Faruq ya, “kalau bisa Pak Mukhlis

satu tahun nandur 5000 atau 10.000”, biar ndak musnah katanya

3

Yaa anu, apa namanya, supaya pohonnya itu kan anu, apa

namanya, kalau ada yang, apa namanya itu ya, nebang itu kan pasti

dijaga wes, kalau nebang kan ndak boleh, nebang itu ndak boleh.

4

Yaa trus ya menjaga, ee terus apa takut ada penebangan, ee terus

apa namanya ee kadang-kadang orang ini yang bahaya lagi kalau

ndak perduli tanaman kan di dalem itu banyak kepiting banyak

kerang, kadang-kadang itu kepiting dibawah mangrove itu

mangrovenya di anu sama iya, di rusak karena eman ke kepiting,

tapi itu kan kalau ketemu anak buah sayalah ya kena sanksilah, aa

trus bisa dilaporkan

5 Ya ndak nak ndak boleh emang, masi orang cari kayu ndak boleh

Kesimpulan Sementara : Dukungan yang diberikan petani untuk keberlanjutan

Page 164: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

147

pengelolaan mangrove antara lain menjaga hutan

mangrove dari oknum-oknum tidak bertanggung

jawab yang dapat merusak habitat hutan mangrove

seperti melakukan penebangan, menghancurkan akar

pohon mangrove untuk mencari kepiting dan kerang

yang berada dibawah pohon mangrove, ikut

melestarikan hutan mengrove dengan melakukan

program penanaman setiap tahunnya bersama

masyarakat sekitar

Tema 2 : Faktor Pendorong Dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Coding 3 : Faktor Pendorong (Dukungan Pemerintah)

Informan Dukungan Pemerintah

1

Iyaa, setiap setiap gang setiap jalan menuju ke pantai itu ada,

dendanya itu tidak gung nanggung langsung 1 milyar.. 10 milyar..

Diancam berat itu, motong 1 gantinya ya 10 ribu eh 1000, 1000

bibit, motong 1 pohon itu gantinya itu

1

Ada, beli mangrove disuruh ditanam diii.. mana pantai yang kosong

gini, di probolinggo maksudnya kota probolinggo.. Yang menanam

kelompok sini.. Menjaga itu dah.. cuma itu menjaga itu menjaga

pasang plang-plang gitu udah, pasang tulisan-tulisan.. Peraturan,

larangannya ya gitu, itu aja itu dah

1

Cuma beli gini aja udah pemerintah, kalau modal gitu ya gak ada.

Kalau pemerintah beli itu buat sudah, buat banyak udah.. Ee

pengajuan ke pusat, pengajuan ke pusat untuk menanam mangrove

1

Peraturan-peraturannya itu yaa anu apa.. Ndak boleh motong, ndak

boleh ambil daunnya, ndak boleeh.. apa ya namanya itu obat obat

obat keras untuk dipinggiran orang cari ikan itu, itu larangannya

2

Iyaa, memang ada. Ada, di kota provinsi ada.. Itu uang buat bibit

itu, buat bayar orang-orang, buat beli polybag gitu.. Itu buat

proposal dulu, langsung kirim ke dinas.. Biasanya kirim ke kota..

Kantor perikanan, dari kantor perikanan langsung tembus kesana,

ke pusat, tunggu ituuu gak salah dulu itu 26 baru keluar, cari

uangnya. Waktu itu sma Mukhlis nandur 50.000, nandur 50.000

wes, orang itu gak salah itu orang 15 itu, 1 hari 50 (Rp. 50.000), itu

selesainya 2 minggu

2

Ya itu sudah ya, pak wali dulu sek Pak Buchori, Rukmini, sudah

nandur disana, di pinggiran itu. Pak Mukhlis kalau bisa setiap tahun

harus ada, kalau yang mati ditandur lagi, ya gitu. Memang ada

dukungan mbak dari walikota. Gubernur ada, Pak Karwo itu disini

sudah ada

3 Kalau yang kalau meneruskannya kan cuma kalau dari kota suruh

Page 165: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

148

nanam gini itu ya terus wes, lahan kosong, ya dijatahi lahan kosong

itu wes

3

Ada, tapi tidak dipake.. Mesin, mesin selep itu.. Bukan ndak bisa,

hidup tapi kayak solarnya bocor, olinya, jadi kalau mengelola itu

kena ke tepungnya, kan bau kayak bau solar gitu

3 Yaa apa ya, ya kayak dapat penghargaan itu tok wes

3

Ya dana dikasi dana dengan pemerintah lagi, bantuan dana.. gini

kalau dana itu, apa, anu, apa namanya, kalau dana itu begini kalau

buat pembibitan itu dananya dari pemerintah gitu, dulu kalau

pemerintah buat itu leh, anggep punya pemerintah wes.. Iyaa. Ya

kalau pemerintah membutuhkan ya diambil wes gini, pake pake

bibitnya pemerintah itu

4

Ya ada dananya lewat rekening, beli ke saya, sistim beli. “saya

membeli bibit 10 ribu sma ajirnya sama anunya” uangnya dari

pemerintah sekian, nah sudah sudah di anu, sudah adayang sampe

45 (juta), 43 (juta) 10 ribu itu, sama pengangkutan segala macem

sudah, leh kan ada reng-rengan, ada apa namanya, adaa aduuh

apaa.. iyaa ada anggaran ada catetan dari di anu sudah,

pengangkutan sekian, dari dinas

5 Kalau dibantu masalah bibit bakau ini ndak pernah, kalau dibeli

pemerintah iya, proyek

5 Iya mendukung.. Ya proyek itu lah nak.. BLH yang buat, perikanan

ini (menunjuk pada plang) pelanggaran sumber jalil ya?.. Iyaa

Kesimpulan Sementara : Dukungan yang diberikan oleh pemerintah untuk

keberlanjutan pengelolaan mangrove diantaranya

mengajak masyarakat untuk melestarikan hutan

mangrove melalui peraturan terkait pengelolaan hutan

mangrove, serta membeli bibit dari petani untuk

ditanam disekitar wilayah pesisir pantai yang

memberikan tambahan penghasilan, memberikan

penghargaan, dan memberikan bantuan alat untuk

pengolahan mangrove yang memberikan motivasi bagi

petani untuk terus mengelola hutan mangrove

Tema 2 : Faktor Pendorong Dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Coding 4 : Faktor Pendorong (Solusi Kendala Petani)

Informan Solusi Kendala Petani

2 Ya Pak Mukhlis anu nyang Polsek, itu nyang polisi. Iya laporan,

katanya perikanan kalau ad apa-apa ke Polsek gitu

2 Iyaa, itu pake kaus kaki itu. Pake kaus kaki itu 3, 4 ituu, baru ndak

kenak wes

2 Pake kaus kaki.. Kalau pake kaus kaki, kaus kakinya yang suwek,

Page 166: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

149

pake 3, 4 kaus kaki itu

Kesimpulan Sementara : Solusi kendala yang dihadapi petani antara lain

melaporkan jika terdapat penebangan kepada Polsek

setempat dan memakai kaus kaki berlapis-lapis disaat

penanaman untuk melindungi kaki dari hewan laut

yang dapat melukai kaki

Tema 2 : Faktor Pendorong Dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Coding 5 : Faktor Pendorong (Solusi Hambatan Petani)

Informan Solusi Hambatan Petani

1

Ya kalau air pasang berhenti dulu nanamnya, dilanjut besoknya

lagi. Nanamnya di laut ini cuma setengah hari, ndak sehari ndak,

setengah hari nanam setengah harinya uda pasang udah

1 Kan nimbali bibit itu kan pakek sampan, ya tunggu air besarnya itu,

pasangnya itu

4

Tunggu air pasang, ee kalau ada pengangkutan, terus jangan

disamakan penghijauan di darat kalau di darat kapan saja yang bisa,

kalau disini ya nunggu air, datangnya air jam 12 malam ya jam 12

malam diangkat

4 Untuk mengatasi itu harus dirawat sebetulnya, harus dirawat,

pokoknya jangan melampaui batas

Kesimpulan Sementara : Solusi hambatan yang dihadapi petani antara lain

memberhentikan penanaman saat air pasang,

menunggu air pasang untuk mengirim bibit ke lokasi

penanaman menggunakan perahu, dan melakukan

perawatan intensif untuk bibit yang baru saja

dipindahkan ke pantai atau laut

Tema 2 : Faktor Pendorong Dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Coding 6 : Faktor Penghambat (Kendala Petani)

Informan Kendala Petani

2 Sing ruwet gitu ada yang nebaang.. Iyaa, malam itu nebangnya,

malam

2 Tirem, kena kaki suwek itu

2 Itu cuncung itu.. Cuncung, lah iku ada anu iku leh sing kepiting

cilik, nah iku sing bahaya maneh iku, nek jojo uwong landep iku

3 Kendalanya ya pengering itu wes, pengeringnya itu yang susah,

kendalanya, kayak cari buahnya, kalau ya kalau ada, kalau ndak

Page 167: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

150

ada, kendalanya itu. Kalau pas apa namanya itu, ck, kayak

pengeringan lah, pengeringan kan kalau ndak ada anu kan susah,

ndak cepet, maksudnya itu ndak cepet lah, pas kendalanya lagi dari

mesin lagi, dari mesin, sampe ibu saya ini sampe pake blender itu

leh, tapi dikit-dikit, lama

4

Aa tirem itu kan kalau air surut kan keliatan, nah itu yang ada

tiremnya itu ndak ditanami karna bahaya, lewat pinggir-pinggirnya,

tirem itu.

5 Kendala juga ndak ada? “ndak ndak ada”

Kesimpulan Sementara : Kendala yang dialami petani dalam kegiatan

pengelolaan mangrove di Kecamatan Kademangan

Kota Probolinggo terdiri dari kendala yang disebabkan

oleh; (a) faktor SDM yang belum sadar akan manfaat

lingkungan sehingga masih terjadi penebangan oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, (b)

faktor alam seperti terdapat biota laut yang dapat

membahayakan kondisi petani, dan (c) faktor fasilitas

seperti tidak adanya alat pengering untuk pengolahan

tepung mangrove

Tema 2 : Faktor Pendorong Dan Penghambat Keberlanjutan Pengelolaan

Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo

Coding 7 : Faktor Penghambat (Hambatan Petani)

Informan Hambatan Petani

1 Hambatannyaa.. Kalau ndak ada air, ndak bisa nyampe bibit ke

lokasi penanaman

1 Kendalanya ya kalau air besar ndak bisa nanam, cuma airnya yang

surut bisa nanam, kalau pasang gak bisa.. Ya cuaca hujan gitu

3

Kalau kalau pembibitannya itu hambatannya ya cuma apa cuma

biayanya itu wes, biayanya. Kan sekarang ini semakin naik

semualah, tanah naik. Dulu mulai ongkosan anu, ongkosan 50,

sekarang ndak mau wes, 50 ndak mau, soalnya sekarang sawah aja

wes 50 setengah hari, berarti kan 1 hari

4

Ee ya kendalanya kalau ombak jangan ditanam dulu, kalau ombak

jangan ditanam, kalau air kalau pengangkutan kalau ada air pasang,

ya kan kan ndak ada jalan kalau selain perahu, lah seumpamanya

dari sini trus mau nanam kesana ya pengangkutan nanti datengnya

air pasang yang jadi kendalanya, ya itu cuma

4

Kendalanya lagi kalau nanam itu kalau melampaui batas itu ndak

mungkin jadi karna ada kritip-kritip.. akar tunjangnya itu ndak

keluar nempel dulu kritipnya, kritip-kritip itu menghambat jadi

ndak berhasil itu

5 Oh gak ada hambatan berarti buk ya? “ndak ndak ada”

Page 168: PERILAKU PETANI PENGELOLA MANGROVE DI KECAMATAN … · 2020. 3. 31. · vi PENGESAHAN Skripsi berjudul “Perilaku Petani Pengelola Mangrove di Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo”

151

Kesimpulan Sementara : Hambatan-hambatan petani dalam melakukan kegiatan

pengelolaan mangrove terdiri dari hambatan yang

disebabkan oleh; (a) faktor alam seperti adanya ombak

dan arus yang besar yang menunda proses penanaman,

tidak adanya air pasang yang membuat bibit tidak

dapat dikirim ke lokasi penanaman menggunakan

perahu, terdapat kritip-kritip yang menempel pada

bibit mangrove yang dapat menghambat pertumbuhan

dan perkembangan bibit, dan (b) faktor ekonomi yakni

keterbatasan modal petani untuk kegiatan pembibitan