Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

21
Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar PERILAKU KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA Dl WILAYAH PUSKESMAS MANGARABOMBANG KABUPATEN TAKALAR TAHUN2010 Marhaeni* Jurusan Kebidanan Poltekkes Makassar ABSTRAK Pemenuhan kebutuhan gizi merupakan indikator penting dalam proses tumbuh kembang anak, bila tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah terhadap status gizinya. Kabupaten Takalar adalah daerah dengan prevalensi gizi kurang yang tertinggi sebesar 29,78% dibanding daerah lainnya. Karena itu diperlukan identifikasi untuk mengetahui dan menganalisis perilaku termasuk motivasi, dan budaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita, melalui peneiitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus guna mengeksplorasi informasi dari informan yang melibatkan orang tua balita yang mengalami gizi kurang, melalui wawancara mendalam, kegiatan Focus Group Discussion (FGD) kepala Puskesmas, tenaga pelaksana gizi Puskesmas, bidan di desa, kader dan tokoh masyarakat. Hasil peneiitian disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi balita masih sangat minim, akibat rendahnya motivasi, kuatnya pengaruh budaya masyarakat serta perilaku yang kurang mendukung karena ketidak tahuan, sikap kurang, dan ketidak mampuan bertindak karena ketidak berdayaan ekonomi. Disarankan perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan yang intensif sehingga terbentuk budaya yang mendukung perilaku sehat keluarga. Kata Kunci : Pemenuhan Gizi Balita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan gizi merupakan indikator penting dalam proses tumbuh kembang anak, bila tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah gizi dan pada gilirannya menjadi fenomena masyarakat yang tak pernah habis dibahas. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita hingga saat ini masih cukup tinggi. Berbagai peneiitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan o!eh keadaan gizi yang jelek, dengan risiko kematian sebesar 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang

description

Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Transcript of Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Page 1: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

PERILAKU KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI BALITADl WILAYAH PUSKESMAS MANGARABOMBANG

KABUPATEN TAKALARTAHUN2010

Marhaeni* Jurusan Kebidanan Poltekkes

Makassar

ABSTRAKPemenuhan kebutuhan gizi merupakan indikator penting dalam proses

tumbuh kembang anak, bila tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah terhadap status gizinya. Kabupaten Takalar adalah daerah dengan prevalensi gizi kurang yang tertinggi sebesar 29,78% dibanding daerah lainnya. Karena itu diperlukan identifikasi untuk mengetahui dan menganalisis perilaku termasuk motivasi, dan budaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita, melalui peneiitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus guna mengeksplorasi informasi dari informan yang melibatkan orang tua balita yang mengalami gizi kurang, melalui wawancara mendalam, kegiatan Focus Group Discussion (FGD) kepala Puskesmas, tenaga pelaksana gizi Puskesmas, bidan di desa, kader dan tokoh masyarakat. Hasil peneiitian disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi balita masih sangat minim, akibat rendahnya motivasi, kuatnya pengaruh budaya masyarakat serta perilaku yang kurang mendukung karena ketidak tahuan, sikap kurang, dan ketidak mampuan bertindak karena ketidak berdayaan ekonomi. Disarankan perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan yang intensif sehingga terbentuk budaya yang mendukung perilaku sehat keluarga.

Kata Kunci : Pemenuhan Gizi Balita

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan gizi merupakan indikator penting dalam proses tumbuh kembang anak, bila tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah gizi dan pada gilirannya menjadi fenomena masyarakat yang tak pernah habis dibahas. Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita hingga saat ini masih cukup tinggi. Berbagai peneiitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan o!eh keadaan gizi yang jelek, dengan risiko kematian sebesar 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oieh keadaan gizi anak yang jelek.

20 Nomor 2, Edisi 2 | Juli - Desember 2010

Page 2: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

Di Sulawesi Selatan (PSG,2009), sekitar 44% balita di daerah ini kekurangan gizi dan 14% mengalami gizi buruk, 17,6% dengan gizi kurang. Di Kabupaten Takalar merupakan daerah dengan prevalensi gizi kurang tertinggi sebesar 29,78% dibanding daerah lainnya seperti Enrekang sebesar 17,78% dan kabupaten Maros sebesar 11,32% (Sudarianto, 2009).

Keragaman perilaku berkaitan erat dengan karakteristik pribadi individu. yang biasanya didasari sejauh mana pengetahuan, sikap, dan tindakannya dalam memenuhi kebutuhan gizinya, yang secara langsung berkaitan dengan motivasi, dan unsur budaya yang melatar belakangi.

Perilaku yang baik dengan motivasi yang tinggi, serta budaya yang mendukung terbentuknya perilaku hidup sehat merupakan aspek penting dalam upaya meningkatkan status gizi suatu keluarga terutama pada balita dalam mempersiapkan calon sumber daya menusia yang berkualitas.

B. Permasalahan Penelitian1. Motivasi merupakan faktor yang diduga menjadi penentu terhadap perilaku

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar tahun 2010.

2. Budaya merupakan faktor yang diduga menjadi penentu terhadap perilaku keluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar tahun 2010.

3. Perilaku keluarga merupakan faktor yang diduga menjadi penentu terhadap pemenuhan gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menganalisis tentang perilaku keluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita di wilayah Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar Tahun 2010.

2. Tujuan Khususa. Untuk menganalisis secara mendalam tentang peran motivasi terhadap

perilaku keluarga dalam pemenuhan gizi balita di wilayah PuskesmasMangarabombang Kabupaten Takalar Tahun 2010.

b. Untuk menganalisis secara mendalam tentang nilai dan kepercayaan,serta kebiasaan tertentu dalam budaya yang mendukung perilakukeluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita di wilayahPuskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar Tahun 2010.

c. Untuk menganalisis secara mendalam tentang peran pengetahuan,sikap, dan tindakan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita.

21 Nomor 2, Edisi 2 \ Juli - Desember 2010

Page 3: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

d. Diperolehnya infomasi sejauhmana perilaku keluarga dalam pemenuhan gizi balita di wilayah Puskesmas Mangarabombang Kabupaten TakalarTahun 2010.

II. BAHAN DAN METODEA. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan "Studi kasus" dengan tujuan mengeksplorasi berbagai aspek yang diduga berperan terhadap perilaku keluarga dalampemenuhan gizi balita.

B. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilaksanakan di wilayah Puskesmas Mangarabombang yang

penentuannya dilakukan secara sengaja dengan alasan bahwa prevalensi gizi kurang masih relatife tinggi dari tahun ke tahun, letaknya cukup startegis, sehingga kasus yang diperlukan akan mudah diperoeh. Sedangkan waktu penelitian dilakukan dalam rentang waktu Juli sampai dengan Agustus 2010.

C. Sumber DataSumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari orang tua balita yang menjadi kasus dalam penelitian ini, disamping itu data primer juga diperoieh dari sumber terkait yang dianggap dapat memberikan informasi yang akurat dan representative tentang berbagai permasalahan terkait dengan upaya pemenuhan gizi balita tersebut baik melalui wawancara terhadap informan, maupun melalui observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari, dokumen serta arsip lainnya yang ada yang memungkinkan diperolehnya informasi terkait dengan obyek penelitian.

D. InformanInforman adalah petugas gizi , bidan desa, keluarga balita dengan gizi kurang

yang merupakan kasus dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang.

E. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data menggunakan teknik focuss group discussion (FGD),

wawancara mendalam, obesrvasi, data dokumentasi untuk selanjutnya dianalisis guna mencari makna atas serangkaian peristiwa dengan pola-pola dan mekanisme sebab akibat dalam upaya membangun proposisi untuk menarik kesimpulan.

F. Pengolahan DataData yang terkumpul secara taxonomi dicari keterkaitannya antara

pertanyaan satu dengan yang lainnya, dilakukan pengolahan dengan teknikComprehending, Syntesizing, Theorizing, dan Recontextualizing.______________

22 Nomor 2, Edisi 2 | Juli - Desember 2010

Page 4: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurna! Media Kebidanan Poltekkes Makassar

G. Analisis DataAnalisis data secara kualitatif, yakni penafsiran data dengan metoae

content analysis menggunakan "interactive model", yaitu pengumpulan data,

penyederhanaan atau reduksi data, penyajian data dan penankan serta

pengujian (verivikasi) kesimpulan.

H. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi, meliputi

triangulasi sumber, triangulasi metode, dan tri angulasi teori.

111. HASIL PENELITIAN DAN PEWIBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Pemenuhan Gizi

Informan belum memperlihatkan kesungguhan menyiapKan makanan khusus pada anak diusia balita, alasannya anak-anak tidak perlu secara khusus disiapkan makanannya karena sudah ada ASI, hingga umur 3 bulan dan dilanjutkan dengan bubur biasa sampai usia 1 tahun. Hasil

wawancara: ."Tidakji sengaja disiapkan khusus dikasi menetek saja sampai umur 3 buian, dikasimi bubur sampai satu tahun .. karena tidak ditau juga makanan apa mau dikasi jadi dikasi saja makanan orang dewasa"(R2rio, A, Pi). Hasil "cross matching" melalui "focus group discussion" sesuai yang dikutip.

" Memang dalam memberikan makanan, masyarakat umumnya hanya

berpatokan pada pemenuhan makanan yang seadanya untuk memenm

kebutuhan keluarga saja tanpa mengkhususkan pada anaknya yang masih balita (li,

A^Pi).

«0 iya setiap hari anak-anak saya ketika masih umur dibwah lima tahun memberikan makanan, tapi makanan yang diberikan sesuai yang ada saja asai

anaknya sudah bisa makan"( U, 3, A P2)' ■ Memang waktu anakku masih bayi sampai umur tiga bulan saya hanya memberikan ASI saja karena menurut yang saya ketahui anak yang dibenkan makanan yang oukup akan lebih sehat, sayangnya karena itu tidak teratur karena semenjak bercerai dengan bapaknya saya harus bekerja sendm mencar, nafkah ... C*,2„A,P2)-

- Masyarakat di sini sebenarnya rata-rata patuh dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi keluarganya, hanya karena faktor kesibukan mereka dan keterbatasan ekonomi yang membatasi terutama dalam hat pemenuhan gm untuk keluarganya terutama anak-anak mereka yang mas,h us,a balita...

(I2A2P2)-------------------------------------------------■---------------------------------------------------23 Nomor 2, Edisi 2 \ Juli - Desember

Page 5: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

Pengolahan bahan makanan oleh informan untuk pemenuhan gizi anggota keluarganya dilakukan dengan cara yang sesuai anjuran yakni dengan cara membersihkan lebih awal sebelum dipotong-potong dan selanjutnya di masak, hasil wawancara:

"... o iya bu' mengenai bahan-bahan makanan yang dipersiapkan kebutuhan keluarga itu sebelum di masak, terlebih dahulu dibersihkanlalu dipotong-potong dan kemudian dimasak, dan memasaknya tidak terlalu lama karena nanti vitaminnyahilang..."(l1.7A1P4).

Ada juga yang memilih mencuci dan memotong-motong bahan makanan lebih dahulu lalu dicuci supaya bersih.

"... Kalau pengolahan bahan makanan jika ada terutama beras saya cuci bersih sambil menggosok-gosok, dan untuk sayuran dibersihkan dulu lalu dipotong-potong biar kumannya mati kemudian di masak sampai masak..."(ii,9,ioA1,P4).

2. Motivasi dan budaya keluargaInforman memiliki motivasi yang cukup tinggi, namun belum bisa menjamin terbentuknya perilaku yang baik karena faktor kekurang mampuan secara ekonomi, ketidak tahuan dan faktor budaya keluarga. Ungkapan saat wawancara:

"... Kalau menurutku penting sekali makanan untuk anak-anak dipenuhi supaya cepat besar untuk membantu orang tua, tapi begitumi kalau tidak ada uang..."(l2B1P1).".... Kita selalu ingin berusaha untuk memenuhi kebutuhan makanan dalam keluarga karena supaya kita kuat untuk bekerja..."(l3B2P2)-. "... Kalau menurutyang salama ini saya tahu makanan yang dianggap sangat baik untuk anak-anak kalau baru lahir tapi susunya ibunya belum ada

harus diberikan airsantan..........katanya baik bedeng karena santannya itupengganti susunya ibu...."(l8CiP1).

Ungkapan lain untuk makanan yang dianggap bernilai negative yang akhirnya menjadi norma yang berlaku pada sebagian masyarakat:

"... Kalau soal makanan yang katanya orang tua itu tidak baik dimakan seperti ikan tenro, ikan balana, udang, cumi-cumi, ikan pulen... karena dapat merusak kulit, anak-anak menjadi bodoh, nanti katanya hitam kalau anaknya lahir..u(lg,CiP1).

".... Kalau mengenani makanan terutama pada masa balita baru diberikan

24 Nomor 2, Edisi 2 \ Juli - Desember 2010

Page 6: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnai Media Kebidanan Poltekkes Makassar

ada seperti itu tadi kalau baru lahir diberikan kopi, diberikan air ajin, Alasannya karena memang sudah kebiasaan kita dalam keiuarga bergitu..." (7u,4,&C?,P2|

3. Perilaku KeiuargaPerilaku manusia terbentuk didasari oleh tiga unsur yakni pengetahuan, sikap,

dan tindakan. Ketiga unsur tersebut pada masyarakat yang menjadi informan penelitian ini mencerminkan bahwa sikap positif belum menjamin terbentuknya perilaku yang baik jika tidak ditunjang dengan pengetahuan yang cukup. a. Pengetahuan Orang Tua Tentang Gizi

Pengetahuan keiuarga tentang gizi masih sangat terbatas. Baik pengertian tentang gizi, manfaat, ciri anak yang kebutuhan gizinya terpenuhi, bahan makanan sumber zat gizi, cara pengolahan makanan, serta cara memantau keadaan gizi balita. Kutipan hasil wawancara:

".... Saya pernah mendengar istiiah gizi sejak 3 tahun ialu pada saat ada perkumpuian dengan ibu-ibu, tapi sampai saat ini tidak pernah lagi mendengar dan saya tidak tahu apa artinya itu mungkin kalau kita ke Posyandu.(l2.9 D7

Pi>-"

"... Saya pernah mendengar istiiah itu artinga .... Oh iya makanan yang perlu dimakan untuk kesehatan..."(R-tD^P-,). "... Manfaatnya makanan untuk pertumbuhan dan agar anak-anak bisa sehat

■ ■■■"{il,2,3,4,5p1,Pl)-

"... E gunanya kita makan supaya perut kenyang dan bisa bekerja lagi mencari uang apalagi bapaknya hanya petani penggarap sawah dan kebun orang lain..."(li,2,3,4,5Pi,Pi).

"... Paling baikmi kalau ASI karena bisa langsung diberikan ini biasa disampaikan ibu bidan atau petugas kalau ke Posyandu..."(l1r2,3,4.5Pi,Pi)-

"... Paling baik makanan untuk bayi susu formula karena banyak dijual, waktu pemberiannya setelah umur2-3, kemudian dikasi bubur atau makanan seperti orang besar..."(l6j,8l9,ioPi Pi)-

"... Hm tidak taumitu bagaimana ciri-cirinya, karena tidak pernaki dikasitaU......(l6,7.8,9.10PlPl)-

".... Bahan makanan sumber zat gizibu' pernah kita mendengarkan penerangan dari ibu bidan dan petugas yaitu untuk supaya kuat dari makanan sehari-hari seperti beras atau makanan yang bisa mengganti seperti ubu kayu, untuk supaya tumbuhjadi besar dari ikan, daging, bisajuga telur, tahu, tempe,

25 Nomor 2, Edisi 2 | Juli - Desember 2010

Page 7: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

dan untukpengaturmisalnya buah-buahan, sayur-sayur...." (Ii1t 2,3,4P1P5I

"....Tidaktahu, ndak pernah dengar............"(1,5,6j,8.Pi,p5)■"..,. Menurut penjelasan ibu bidan katanya kalau mau makan buah harus dibersihkan dulu baru dipotong-potong, demikian pula untuk bahan sayur sebelum dipotong-potong harus dibersihkan dulu, dan beras sebelum dimasak dicuci dengan menggosok secara lembut agar vitamin yang diperlukan tidak hilang..."(li1,2lD1P6).

" .... Tidak taumitu bagaimana caranya karena kita tidak pernah mendengar dan

tidak pernah dikasi tau..."(1,2,3.4,5,6,7,s.PiPe) ■

"... Oh iyabu biasanya anak-anak ditimbang oleh ibu kader-./'fl^p^Pe).

Hasil Cross matching melalui FGD:

"... Oh iya memang pengetahuan masyarakat kurang tentang gizi karena sebenarnya masyarakat kita disini sangat patuh .. hanya itu mereka selalu tergantung kepada kita kalau mereka diperintahkan ke posyandu iya mereka datang...(UP1P1).

b. SikapSikap orang tua pentingnya pemenuhan gizi lebih awal dimasa balita, masih

sangat sangat bervariasi umumnya menanggapi baik namun ada juga yang menanggapi negative, berikut kutipan wawancaranya:

"... Saya setuju ia kalau dikasi anak-anak makanan yang cukup kalau ada tapi

biarjuga begitu kalau tidak ada tidak dikasimi'..."(I[2,3.4,5,6,7,8P2P1).

".. Kalau menurut saya pemenuhan makanan pada anak-yang baru lahir penting biar sehat dan cepat besar..."(l,i.p2P2)-

"... biasa-biasa saja, karena kita juga tidak tahu untuk apa itu pemantauan gizi

biasanya kita bawa anak-anak ke Posyandu kalau mau

ditimbang..."(l,2,3.4,5,6,7,8.9,ioP2 P3)-

".... Menurut saya sangat penting pemantauan gizi anak balita karena melalui pemantauan gizi ecara teratur dapat diketahui bagaimana partumbuhan anak dengan cara ditimbang di Posyandu." (i,i.p2P3)

".... Tanggapan saya tidak ada, karena tidak ditau apa itu keiuarga sadargizi,

tidak pernah kita dengar.." {1,2,3.4,5,6j,8.Q,mP2p4)-

26 Nomor 2, Edisi 2 | Juli - Desember 2010

Page 8: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

".... Oh iya menurut saya penting itu kadarsi karena bisa mendukung perbaikan gizi anak-anak...' (7 *.,D2jP^.

c. TindakanTindakan dalam pemenuhan gizi keluarga khususnya pada bayi dan anak

balita, adalah memberikan atau menghidangkan makanan sesuai yang ada dalam keluarga mereka, yang penting bisa kenyang. Khusus untuk anak yang baru lahir biasanya paling awal diberikan air kopi tujuannya sesuai keyakinan masyarakat setempat bahwa pemberian air kopi dimaksudkan agar anaknya kelak menjadi kuat, dilanjutkan dengan pemberian ASI sampai umur 3 bulan, selanjutnya bayi mulai diberikan bubur susu berupa milna, bahkan memberikan air tajin, dengan alasan tidak mampu membeli susu formula yang menurutnya lebih baik dibanding dengan ASI. Pemyataan di atas ditunjang oleh jawaban inform asn:"... Memberikan makanan sesuai apa yang ada untuk keluarga, kalau pada anak-anak yang baru lahir sesuai kebiasaan yang turun temurun dari orang tua dahulu itu diberikan dulu berupa air kopi katanya supay kuat nanti kalau besar, baru diberikan susu dari ibu sampai umur 3 bulan, setelah itu biasa diberikan bubur susu, karena tidak mampu membeli susu formula yang dijuai. Biasa kalau sudah 4 bulan umurnya diberikan bubur, kadang-kadang diberikan lauk berupa ikan kalau iagi ada uang, maklum kami orang tidak mampu..." ".... Tanggapan saya tidak ada, karena tidak ditau apa itu keluarga sadar gizi, tidakpernah kita dengar.." (1,2,3.4,5,6,7,8.9,wPl3Pi)-

"... Cara tersendiri yang kami. tempuh yaitu bapaknya mengerjakan kebun atau

sawah orang dan saya (ibu) menjual-jual kue... "(ii5,D3P3).

"... Bapaknya turun ke laut menangkap ikan, saya (ibu) menjual es untuk

mencaripembeii susu dan beras buat makan..."(ijp3P3).

"...Bapaknya ke Makassar bawa becak, saya tinggal menjaga anak-

anak ..."(l,8P3P3).

"...Senarnya bu" saya tahu makanan yang penting untuk disiapkan buat anak-

anak, tapi apa boleh buat karena kondisi ekonomi,apa Iagi sudah lama saya

berpisah sama bapaknya.." (i,ip3p3)-

"... Tergantung keuangan yang di dapat bu' kalau Iagi beruntung biasanya di

siapkan, tapi kalau tidak ada uang biasanya disiapkan saja apa adanya yang

penting anak-anak bisa kenyang. Apalagi di sini pasarnya hanya Sinin dan

Kamis ..."(i}1p3,P4).

"... Menimbang berat badannya di posyandu supaya dapat diketahui apakah

27 Nomor 2, Edisi 2 \ Juli - Desember 2010

Page 9: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

gizinya baik atau tidak, pelaksanaannya tergantung kesempatan kaiau ada waktu dibawa iagi..."(ijiP3P4).

"... Tidak adaji yang dilakukan, karena tidak ditau juga bagaimana caranya

..."(l,lP3,P4).B. Pembahasan

Pemenuhan gizi pada anak balita pada dasarnya masih jauh dari indikator yang diharapkan. Perhatiannya sebagai orang tua yang seharusnya bertanggungjawab penuh dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya belum sepenuhnya diwujudkan. Dua alasan pokok yang secara rasional sulit diterima, anggapan mereka menyiapkan makanan khusus pada anak diusia balita hanya sampai usia 1 tahun, selebihnya mengikuti makanan orang dewasa mereka menganggap tidak perlu secara khusus disiapkan makanannya.

Disisi lain dari pemenuhan gizi keluarga sesuai dengan kebutuhannya, juga menunjukkan kondisi yang sangat jauh dari ukuran yang seharusnya dialami oleh individu dimasa kecilnya khususnya pada masa balita. Hal tersebut tidak terlepas dari peran perilaku orang tua akibat ketidak tahuan, walaupun mereka sudah memiliki sikap yang baik dalam menaggapi pentingnya pemenuhan gizi dalam keluarga belum cukup menunjang untuk terbentuknya tindakan yang diharapkan. Hai itu karna akumulasi berbagai faktor dalam budaya masyarakat antara lain norma tertentu, kepercayaan yang bersifat turun temurun, bahkan cenderung terbentuk budaya baru yang terpaksa muncul menjadi kebiasaan karena faktor ketidak berdayaan ekonomi.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pemenuhan Kebutuhan gizi balita yang mengalami gizi kurang yang merupakan kasus dalam penelitian ini memang masih sangat minim. Motivasi masyarakat terhadap pemenuhan gizi keluarga terutama pada anak usia balita cukup tinggi, katidak berdayaan ekonomi keluarga menjadi penghambat motivasi tersebut, bahkan menimbulkan budaya baru menyebabkan masyarakat terbiasa dalam pemenuhan kebutuhan gizi balitanya sesuai apa adanya. Faktor budaya yang melekat secara turun temurun masih dianut sebagian besar responden. Kurangnya informasi secara akurat menyebabkan masyarakat suiit untuk merubah kebiasaan dan kepercayaan tersebut kearah perilaku sehat yang lebih produktif dan menguntungkan kesehatan keluarga terutama pada anak usia balita Perilaku orang tua masih sangat minim dalam pemenuhan kebutuhan.

28 Nomor2, Edisi2\ Juli-Desember2010

Page 10: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

B. SaranPerlunya partisiaktif semua pihak dalam sosialisasi program Kadarsi secara

komprehensif di masyarakat dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat dalam memaksimalkan upaya pemenuhan gizi keluarga.

Mengintensifkan penyebaran informasi tentang cara yang efektif untuk memberikan makanan yang memadai sesuai kebutuhan dalam keluarga melalui penyuluhan tentang gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Khomsan, 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta PT. Grasindo.

Anonim, 1996. Gizi Indonesia Journal of The Indonesian Nutrition Association,Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Jakarta

Azwar A, 2000. Besarnya permasalahan gizi kurang pada Balita di Indonesia dan upaya terobosan Pemerintah dalam menanggulanginya, Simposium permasalahan gizi pada Balita, Jakarta.

Depkes R.l, 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang, Jakarta : Depkes

Dinkes Kabupaten Takalar , 2009. Profit Kesehatan Puskesmas Mangarabombang.

Fred N. Kerlinger, 2000, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Cetakan ketujuh, Gajah Mada University press, Yogyakarta.

Gould, J. and W.L. Kolb (Eds). 1984. A Dictionary of The Social Sciences. The Free Press. New York

I Dewa Nyoman Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.Jakarta.

K. Yin R, 2.000, Studi Kasus ( Desain dan Metode). Pt. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Kamaluddin (2007). Analisis Situasi Pangan dan Gizi Propinsi Sulawesi Selatan.

Kerlinger F.N, 2.000. Asas-Asas Penelitian Behavioral, Cetakan ketujuh. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Maramis W.F. 2006, llmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press, Surabaya.

Marimbi H, 2009. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan, Nuha Medika, Jakarta.

29 Nomor2, Edisi2\ Juli- Desember2010

Page 11: Perilaku Keluraga Dalam Pemulihan Gizi Balita Di Wiliyah Puskesmas Mangarabombang

Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makassar

Mathew B. Miles, 1992.Analisis Data Kualitatif, Cetakan pertama, Universitas Indonesia (Ul Press) Jakarta 10430.

Moleong Lexy J, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya, Bandung.

Michael J. Gibney et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Ngatimin. H. M. Rusli, 2005. Ilmu Perilaku Kesehatan. Sari dan aplikasi, Yayasan "PK3" Makassar.

Ngatimin. H.M.Rusli, 2005. Disability Oriented Approach,Promosi Kesehatan untuk Hidup Sehat Yayasan "PK3" Makassar.

Noeng Muhajir, 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif Rake Sarasin, Yokyakarta.

Novri susan, 2009. Sosiologi Konflik Isu-isu Konflik Kontemporer, Ed. I Cet. Kencana Jakarta

Notoatmodjo. S, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo. S, 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sjahmien Moehji. 1995. Pemeliharaan Gizi Bay! dan Balita. PT. Bharata. Jakarta.

Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi.: Bumi Aksara, Jakarta

Solihin Pujdjiadi. 2003. Ilmu Gizi klinis Pada anak. : Gaya baru. Jakarta.

Sunita Almaster, 2007. Penuntun Diet, Ed. Baru. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipro Mangunkusumo dan Assosiasi Dietisien Indonesia. Ed.

Thaha AR, 2005. Anak-Anak Indonesia dari Kemiskinan Struktural hingga Kemiskinan Herediter. Biang ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas hasanuddin Makassar.

Yayah K. Husain, H997. Antropometri sebagai indeks gizi dankesehatan masyarakat medika Jakarta.

World Health Organization (WHO), 2001. Complementary feeding. Report of the global consultation. Summary of guiding principles. Geneva. http//www.who.ONLINE, diakses tanggal 20 Januari 2010.

30 Nomor 2, Edisi 2 \ Juli - Desember 2010