perilaku ibu terhadap cuci tangan

102
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beban penyakit per kapita di negara-negara berkembang karena sakit, cedera dan kematian dini adalah dua kali lebih tinggi dari negara yang berpendapatan tinggi. Penyakit menular saja meliputi lebih dari 50% dari perbedaan ini. Secara total, penyakit menular meliputi sebanyak 30% dari beban penyakit di negara berkembang, dan rata-rata per kapita lebih dari 10 kali lebih tinggi berbanding dengan negara-negara yang berpendapatan tinggi (World Health Organisation (WHO), 2000; United Nations Children’s Education Fund (UNICEF), 2004). Sekitar seperempat dari beban penyakit menular di negara berkembang berkaitan dengan air, sanitasi dan higienis. Terdapat 2,2 juta kematian yang disebabkan oleh diare dan 4 miliar kasus diare dalam satu tahun, kecacingan pada sekitar 500 juta orang, schistosomiasis 200 juta orang, dan 6 juta orang menjadi buta karena terinfeksi trachoma (World Health Organisation (WHO), 2000; United Nations Children’s Education Fund (UNICEF), 2004). Di Indonesia, Wahyuni (2008) telah melakukan studi di Kecamatan Gunung Sitoli Utara, Gunung Sitoli Selatan dan Idanogawo tentang kebiasaan mencuci tangan pada masyarakat di sana dan telah menemukan bahwa hampir 92% dari sampel mencuci tangan sebelum makan.

Transcript of perilaku ibu terhadap cuci tangan

Page 1: perilaku ibu terhadap cuci tangan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beban penyakit per kapita di negara-negara berkembang karena sakit, cedera dan

kematian dini adalah dua kali lebih tinggi dari negara yang berpendapatan

tinggi. Penyakit menular saja meliputi lebih dari 50% dari perbedaan ini. Secara

total, penyakit menular meliputi sebanyak 30% dari beban penyakit di negara

berkembang, dan rata-rata per kapita lebih dari 10 kali lebih tinggi berbanding

dengan negara-negara yang berpendapatan tinggi (World Health Organisation

(WHO), 2000; United Nations Children’s Education Fund (UNICEF), 2004). 

Sekitar seperempat dari beban penyakit menular di negara berkembang

berkaitan dengan air, sanitasi dan higienis. Terdapat 2,2 juta kematian yang

disebabkan oleh diare dan 4 miliar kasus diare dalam satu tahun, kecacingan pada

sekitar 500 juta orang, schistosomiasis 200 juta orang, dan 6 juta orang menjadi

buta karena terinfeksi trachoma (World Health Organisation (WHO), 2000;

United Nations Children’s Education Fund (UNICEF), 2004). 

Di Indonesia, Wahyuni (2008) telah melakukan studi di Kecamatan

Gunung Sitoli Utara, Gunung Sitoli Selatan dan Idanogawo tentang kebiasaan

mencuci tangan pada masyarakat di sana dan telah menemukan bahwa hampir

92% dari sampel mencuci tangan sebelum makan. 

Di Medan, Indonesia pada survei yang dilakukan oleh Wahyuni dan

Lestari (2008) diketahui bahwa pemakaian sabun oleh ibu-ibu untuk mencuci

tangan adalah sangat tinggi yaitu 98%. Namun pemakaian sabun oleh ibu-ibu

selama waktu kritis adalah rendah. Disimpulkan bahwa ibu-ibu tahu bahwa

mereka harus menggunakan sabun saat mencuci tangan, tetapi dalam prakteknya

mereka tidak memakai sabun sewaktu mencuci tangan. 

Promosi penjagaan higien tangan merupakan suatu tantangan selama

lebih dari 150 tahun. Dalam layanan pendidikan selebaran informasi, workshop

dan kuliah, kran otomatis, dan hasil tingkat kepatuhan tentang kebersihan tangan

tentang kebersihan tangan terdapat peningkatan (John dan Didier, 2002).

Esrey dkk (1991) menganalisis 144 studi untuk menguji dampak suplai

air bersih dan fasilitas sanitasi pada berbagai penyakit menular, dan menemukan

Page 2: perilaku ibu terhadap cuci tangan

2

pengurangan morbiditas sebanyak 25-30%. Penurunan morbiditas yang berkaitan

dengan higien adalah sekitar 30%. Dalam hal intervensi higien tertentu,

berdasarkan gambaran 15 studi, Curtis (2002) melaporkan rata-rata penurunan

40% pada penyakit diare karena cuci tangan. Penurunan diare berat sebesar 44%,

yang menunjukkan bahwa kebiasaan cuci tangan yang baik di negara-negara

berkembang dapat mengurangi kematian anak secara bermakna.

Transmisi organisme dari pemberi kain yang terkontaminasi kepada

penerima kain yang bersih melalui kontak tangan juga telah dipelajari. Hasil

menunjukkan bahwa jumlah organisme menular lebih besar jika tangan pemberi

kain dalam keadaan basah pada saat kontak (John dan Didier, 2002). Secara

keseluruhan, hanya 0,06% dari organisme yang diperoleh dari pemberi kain yang

terkontaminasi dipindahkan ke penerima kain melalui kontak tangan. 

Staphylococcus Saprophyticus, Pseudomonas aeruginosa, dan Serratia sp  juga

dipindahkan dalam jumlah yang lebih besar daripada Escherichia coli dari kain

yang terkontaminasi kepada kain bersih setelah kontak tangan (John dan Didier,

2002). Organisme akan ditransmisi ke berbagai jenis permukaan dalam jumlah

jauh lebih besar dari tangan yang basah daripada dari tangan yang benar-benar

kering (John dan Didier, 2002). Demikian pula, Esrey et. al. (1991) mengatakan

20-40%, dan. Curtis (2002) melaporkan penurunan rata-rata 44% kasus-kasus

diare berat dengan kebiasaan cuci tangan yang baik. 

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perilaku ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih terhadap

cuci tangan?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk menentukan perilaku  ibu-ibu dalam mencuci tangan dengan sabun.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu-ibu tentang mencuci tangan dengan sabun.

b. Untuk mengetahui sikap ibu-ibu tentang mencuci tangan dengan sabun.

c. Untuk mengetahui tindakan ibu-ibu dalam mencuci tangan dengan sabun.

Page 3: perilaku ibu terhadap cuci tangan

3

1.4. Manfaat penelitian

a. Bagi Responden

Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu tentang cara mencuci

tangan dengan sabun yang benar.

b. Bagi Puskesmas

Untuk memberikan laporan atau masukan kepada pihak puskesmas agar dapat

meningkatkan program mencuci tangan dengan sabun.

c. Bagi Masyarakat

Untuk memberi dorongan atau motivasi kepada masyarakat agar dapat

meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

d. Bagi Peneliti

Untuk pengembangan dan tindak lanjut dalam penelitian yang terkait dengan

mencuci tangan dengan sabun.

Page 4: perilaku ibu terhadap cuci tangan

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebersihan Diri (Higien)

Perkataan higien ini berasal dari nama Hygeia, yang dalam bahasa Yunani adalah

dewi penyembuhan Yunani. Dalam penggunaan modern kata higien biasanya

mengacu kepada kebersihan, khususnya untuk setiap praktek yang mengarah pada ada

tidaknya atau pengurangan agen infeksius berbahaya. Higien yang baik merupakan

penghalang yang baik untuk penyakit menular, termasuk penyakit yang di transmisi

secara fecal-oral, dan ini dapat meningkatkan kesehatan yang lebih baik dan hidup

yang sejahtera. Untuk mencapai manfaat kesehatan terbesar, perbaikan dalam

kesehatan harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan dalam pasokan air, sanitasi,

dan terintegrasi dengan intervensi lain, seperti meningkatkan gizi sehat dan

meningkatkan pendapatan. Subtipe dari kebersihan pribadi termasuk mandi,

pembersihan dan perawatan dari semua bagian tubuh seperti tangan, kaki, mulut,

rambut dan mata (Jumma, 2002).

2.2. Cuci Tangan Merupakan Bagian dari Kebersihan Diri

Dari generasi ke generasi, mencuci tangan dengan sabun dan air telah dianggap

sebagai ukuran kebersihan diri (Rotter, 1999). Konsep pembersihan tangan dengan

agen antiseptik mungkin muncul pada awal abad ke-19. Pada awal 1822, seorang

apoteker Perancis menunjukkan bahwa cairan yang mengandung klorida kapur atau

soda dapat membasmi bau busuk yang terkait dengan mayat-mayat manusia dan

bahwa cairan tersebut dapat digunakan sebagai disinfektan dan antiseptik.

Studi secara khusus telah dilakukan terhadap mortalitas anak. Esrey dkk

(1991), dalam tinjauan mereka menemukan bahwa rata-rata terdapat pengurangan

pada angka kematian anak yang disebabkan oleh peningkatan kualitas air dan sanitasi

sebanyak 55%.

Kebersihan diri tergantung pada kebiasaan orang, dan kebiasaan ini tergantung

terutama pada 5 faktor:

a. Kepercayaan dan tabu: beberapa kepercayaan dapat dihubungkan dengan

resiko kesehatan. Air memiliki nilai holistik bagi masyarakat banyak dan

sangat penting untuk memahami dan menghormatinya. Program harus

disesuaikan dengan budaya masyarakat.

Page 5: perilaku ibu terhadap cuci tangan

5

b. Pengetahuan: masyarakat banyak yang tidak menyadari hubungan antara

lingkungan dan penyakit, mereka juga tidak menyadari jalur transmisi dan

langkah-langkah untuk menghindari menghindari penyakit tersebut. Informasi

tentang penularan penyakit dari lingkungan amat diperlukan.

c. Perilaku dan kebiasaan: beberapa kebiasaan yang ada memiliki dampak negatif

pada kesehatan dan mereka memiliki kesulitan untuk mengubahnya, terutama

jika mereka terhubung dengan kepercayaan. Kadang-kadang mereka memiliki

kebiasaan yang tidak baik karena kurangnya pengetahuan, sebagai contoh;

orang sering tahu bahwa cuci tangan perlu dilakukan sebelum makan, tetapi

mereka tidak melakukannya.

d. Persepsi risiko: apabila sesuatu wabah terjadi, masyarakat akan lebih sensitif

terhadap kepentingan kebersihan diri, dan kebiasaan untuk menjaga

kebersihan diri lebih mudah diperkenalkan. Dalam situasi normal, bahkan jika

kurangnya kebersihan memiliki dampak besar pada kesehatan, orang yang

terbiasa dengan tidak menjaga higien akan lebih sulit untuk diubah

perilakunya (Berkelman dan Buehler, 1991).

2.3. Tangan sebagai Kunci Penyebaran Patogen

Di rumah, ada beberapa rantai peristiwa cara penularan infeksi dari sumber ke

penerima baru. Limitasi keluar dan masuknya patogen dari tubuh manusia bisa

melalui berbagai macam kegiatan seperti menjaga kebersihan pernapasan, perawatan

luka, dan sebagainya. Untuk memutuskan rantai penyebaran organisme patogen di

rumah tergantung pada penilaian risiko penularan dengan menggunakan data

mikrobiologi terkait dengan setiap siklus penularan infeksi dalam rangka untuk

mengidentifikasi critical control point untuk mencegah penyebaran organisme. Hal

ini menunjukkan bahwa critical point untuk penyebaran organisme berawal dari

tangan, kontaknya dengan makanan, kain pembersih dan peralatan pembersih lainnya,

yang membentuk jalan untuk menyebarkan patogen di sekitar rumah; contohnya

dimana anggota keluarga yang sehat memakan makanan yang telah terkontaminasi

dengan patogen. Target kebersihan juga berarti menerapkan prosedur kebersihan yang

sesuai pada waktu yang tepat untuk mengganggu rantai penularan infeksi. (Forum

Internasional Kebersihan Rumah (IFH, 2001).

Page 6: perilaku ibu terhadap cuci tangan

6

Gambar 2.1. Rantai Penularan Infeksi di Rumah

Berdasarkan jumlah organisme patogen infeksius yang didapat seperti

campylobacter, norovirus dan rhinovirus adalah sangat kecil (100-500 partikel atau

sel), kita dapat mengatakan bahwa dalam situasi di mana ada risiko, prosedur higienis

harus digunakan untuk mengurangi sebanyak mungkin organisme patogen dari

permukaan yang tidak bersih. Pembersihkan tangan yang higienis dapat dilakukan

dengan dua cara, baik dengan membilas dengan sabun pembersih atau dengan

menggunakan desinfektan yang menginaktivasi patogen pada tangan. Dalam banyak

situasi, seperti mencuci tangan, permukaan tangan yang higienis dapat dicapai dengan

sabun dan air saja, tetapi studi terbaru menunjukkan bahwa proses ini hanya efektif

jika disertai dengan pembilasan menyeluruh. Kebersihan tangan merupakan

komponen penting dari semua masalah kebersihan dan ini dapat dilakukan dengan

mengadopsi pendekatan holistik supaya hubungan kausal, tangan dan transmisi

infeksi di rumah dapat ditangani dengan benar. Untuk ini, berbagai agensi perlu

bekerja sama untuk mempromosikan pendekatan kesehatan yang lebih berpusat pada

keluarga dibanding hanya sekedar untuk menyelesaikan masalah (IFH, 2001). 

Hal ini memungkinkan kita untuk membandingkan berbagai tempat dan

permukaan (Gambar 2.2.) sesuai dengan tingkat risiko penularan; ini menunjukkan

bahwa critical point yang menjadi rantai infeksi adalah tangan, barang yang bersama-

sama dengan tangan dan permukaan kontak makanan, pakaian, dan peralatan

membersih lainnya. (Bloomfield, et al., 2007). 

Page 7: perilaku ibu terhadap cuci tangan

7

Gambar 2.2. Urutan bagian dan permukaan di rumah berdasarkan risiko penularan infeksi (Bloomfield, et al., 2007)

2.4. Metode cuci tangan yang benar dan

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), (2008), metode yang

benar tentang mencuci tangan dengan air dan sabun adalah sebagai berikut:

a. Basahi tangan anda dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan

sabun. Gunakan air hangat jika tersedia.

b. Gosokkan kedua tangan untuk membuat busa dan menggosok pada semua

permukaan tangan.

c. Lanjutkan menggosok tangan selama 20 detik. Bilas tangan dengan baik

dengan air yang mengalir.

d. Keringkan tangan anda menggunakan handuk kering atau pengering

udara. Jika memungkinkan, gunakan handuk tersebut untuk mematikan kran.

Jumaa (2002) menguraikan bahwa pengeringan tangan merupakan komponen

penting dari mencuci tangan yang efektif. Hal ini diterima secara universal bahwa

transmisi mikroorganisme lebih efektif dalam lingkungan basah daripada di

lingkungan yang kering.

CDC (2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa pembersih tangan berbahan dasar

alkohol dapat digunakan jika sabun dan air tidak tersedia Langkah-langkah pencucian

tangan yang benar adalah sebagai berikut:

a. Tuangkan produk alkohol pada satu telapak tangan.

b. Gosokkan kedua tangan.

c. Gosok produk di atas semua permukaan tangan dan jari-jari sampai tangan

menjadi kering.

Page 8: perilaku ibu terhadap cuci tangan

8

Orang di seluruh dunia mencuci tangan mereka dengan air. Kepercayaan

bahwa mencuci dengan air saja untuk menghilangkan kotoran yang terlihat sudah

cukup untuk membuat tangan yang bersih adalah hal yang biasa di sebagian besar

negara. Tetapi mencuci tangan dengan air saja secara signifikan kurang efektif

dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun dalam hal menghilangkan

kuman, dan mencuci tangan dengan sabun jarang dipraktekkan. Di seluruh dunia,

tingkat mencuci tangan dengan sabun berkisar dari 0 persen sampai 34

persen. Penggunaan sabun menambah waktu yang dihabiskan untuk mencuci,

memecah minyak dan kotoran yang membawa sebagian besar kuman dengan

menggosok dan friksi yang mengusir mereka. Dengan penggunaan yang tepat, semua

sabun sama-sama efektif mengusir kuman yang menyebabkan penyakit (WHO, 2008).

Menggunakan sabun pada saat-saat kritis adalah kunci dari manfaat mencuci

tangan. Saat-saat kritis untuk mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan

toilet atau membersihkan bokong anak dan sebelum menangani makanan (WHO,

2008).

Cuci tangan dengan sabun dapat mengganggu rantai transmisi penyakit. 

Tangan sering bertindak sebagai vektor yang membawa patogen penyebab penyakit

dari orang ke orang, baik melalui kontak langsung atau tidak langsung dari

permukaannya. Ketika tidak dicuci dengan sabun, tangan yang telah kontak dengan

kotoran manusia atau hewan, cairan tubuh seperti kotoran hidung, dan makanan atau

air yang terkontaminasi dapat mengangkut bakteri, virus dan parasit ke host tanpa

disadari (WHO, 2008). 

2,5. Pengaruh kebersihan tangan yang baik

Mencuci tangan merupakan landasan dari kesehatan masyarakat, dan perilaku higienis

dan menjadi prinsip utama dari layanan kebersihan dalam menurunkan jumlah

kematian akibat penyakit menular di negara-negara makmur di akhir abad 19. Seiring

dengan isolasi, pengelolaan kotoran serta penyediaan jumlah air bersih yang memadai

serta mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara yang paling efektif untuk

mencegah penyakit diare, dan hal ini juga merupakan cara termurah. Selain itu,

mencuci tangan dengan sabun dapat membatasi penularan penyakit pernapasan, juga

pembunuh terbesar anak balita. Mencuci tangan dengan sabun juga merupakan upaya

Page 9: perilaku ibu terhadap cuci tangan

9

untuk memerangi host kepada sejumlah penyakit lain, seperti kecacingan, infeksi

mata seperti trakoma dan infeksi kulit seperti impetigo (WHO, 2008).

Infeksi diare adalah penyebab kedua yang paling umum di mana menyebabkan

kematian pada anak di bawah lima tahun. Sebuah tinjauan lebih dari 30 studi

menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun menurunkan hampir setengah dari

angka kejadian diare. Penyakit diare sering dihubungkan dengan air, tetapi lebih

terkait dengan patogen yang berasal dari kotoran yaitu tinja. Patogen ini

menyebabkan orang sakit apabila memasuki mulut melalui tangan yang telah kontak

dengan kotoran, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah yang belum dicuci,

peralatan yang belum dicuci, atau noda pada pakaian. Mencuci tangan dengan sabun

memutuskan rantai siklusnya (WHO, 2008). 

Infeksi pernafasan akut seperti infeksi pneumonia adalah penyebab utama

kematian pada anak. Mencuci tangan dapat mengurangi tingkat infeksi pernafasan

dengan 2 cara : yaitu dengan menghilangkan kuman patogen pernafasan pada tangan

dan permukaan serta menghilangkan patogen lainnya (khususnya virus enteric) yang

telah ditemukan tidak hanya menyebabkan diare, tetapi juga gejala pernafasan.

Meskipun tidak didapati bukti yang jelas dari penelitian yang menyatakan

bahwa penyakit diare dan infeksi pernafasan karena higien yang kurang tetapi

penelitian telah menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun mengurangi

kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan terutama ascariasis

dan trichuriasis. Diperlukan bukti lebih lanjut meskipun penelitian sebelumnya

menunjukkan adanya pengurangan angka kejadian penyakit ini dengan mencuci

tangan secara efektifitas (WHO, 2008).

2.6 Menentukan faktor-faktor dalam melakukanan cuci tangan

2.6.1 Kesalahpahaman masyarakat

Persepsi masyarakat umum tentang intervensi kesehatan sering tertutup oleh

informasi yang salah atau kurangnya pengetahuan. Mencuci tangan dengan sabun

telah terbukti menjadi intervensi kesehatan tunggal, biaya yang sangat efektif.

Disability-adjusted life years (DALYs) digunakan untuk mengukur beban penyakit

dan efektifitas intervensi kesehatan yaitu dengan menggabungkan informasi tentang

angka kematian dan angka hidup dengan kecacatan yang tercatat setiap tahun.

Mencuci tangan dengan sabun telah terbukti menjadi cara yang paling efektif untuk

Page 10: perilaku ibu terhadap cuci tangan

10

mencegah DALYs yang terkait dengan penyakit diare. Cuci tangan juga lebih murah

dan praktis dibandingkan dengan imunisasi, misalnya investasi untuk imunisasi

campak untuk satu DALY memerlukan dari US$250 ke US$4,500. Ini bukan untuk

mengatakan bahwa imunisasi itu tidak penting, namun hanya menunjukkan hidup

hemat sangatlah murah dan peluang untuk berinvestasi dalam promosi mencuci

tangan. Sabun sudah tersedia masing-masing di sebagian rumah di dunia, biaya

bukanlah penghalang utama untuk mencuci tangan dengan sabun. (WHO, 2008).

2.6.2 Tujuan Pemerintah

Secara tradisi, pemerintah memberikan prioritas dalam mengobati penyakit yang

timbul dan imunisasi untuk orang sakit. Namun, perbaikan air, sanitasi, dan

kebersihan adalah penghalang yang paling penting untuk mencegah penyakit infeksi,

karena dengan perilaku yang aman dan fasilitas yang sesuai, risiko mereka untuk

terkena panyakit akan berkurang. (Wijk and Murre, 1995).

Pemerintah memfokuskan upaya untuk mencegah sebagian besar pajanan pada

peningkatan kuantitas dan kualitas pasokan air minum, dengan cara memastikan

bahwa patogen tidak dapat mencapai lingkungan melalui tempat pembuangan yang

tidak aman atau melalui kebersihan pribadi. Penelitian oleh Esrey (1994) dan Esrey

dkk (1991) menunjukkan bahwa setelah praktek-praktek tentang pembuangan tinja

yang aman telah menyebabkan penurunan diare pada anak sehingga 36%. Kebersihan

yang lebih baik adalah melalui cuci tangan, perlindungan makanan dan kebersihan

domestik, membawa penurunan diare pada bayi 33%. Sebaliknya, peningkatan

kualitas air yang terbatas pada anak yang mengalami diare adalah dari 15% sampai

20%. Penurunan pada penyakit lain, seperti schistosomasis (77%), acariasis (29%),

dan trachoma (27-50%) juga terkait dengan sanitasi yang lebih baik dan praktek

kebersihan, bukan hanya teknis pasokan air yang baik. Air yang bersih hanya dapat

dikatakan apabila terdapat pengurangan cacing guinea (78%). Mempromosikan

pembuangan kotoran dan kebiasaan kebersihan yang baik adalah ukuran yang paling

penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurang penderitaan

manusia serta kerugian secara keuangan. Namun program pendidikan kebersihan

masih tidak dapat meningkatkan kebiasaan manusia dalam memprakteknya sebagai

tujuan utama dalam mengurangi terjadinya suatu penyakit. Dana untuk aspek perilaku

didapatkan dari bentuk persentase yang sangat kecil dari investasi, meskipun fakta

Page 11: perilaku ibu terhadap cuci tangan

11

bahwa perilaku manusia adalah kunci yang determinan pada dampak kesehatan

masyarakat (Wijk and Murre, 1995).

2.6.3 Pesan kebersihan

Perencana dan praktisi program kebersihan sering berpikir bahwa adalah mungkin

untuk memberikan pesan-pesan kesehatan secara universal untuk penduduk. Pesan

tersebut seringkali didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan pendidik kesehatan

selalu lebih tinggi. Hal ini sering terlupakan bahwa orang beradaptasi dengan gaya

hidup mereka untuk situasi lokal dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan

mereka selama bertahun-tahun berdasarkan pengalaman hidup mereka (Wijk and

Murre, 1995).

Pesan kesehatan umum sering tidak relevan, lengkap, dan realistis. Sebuah

contoh, saran yang sering diberikan untuk mendidihkan semua air minum. Sementara

ilmiah yang benar mengatakan ada indikasi kuat bahwa mendidih tidak selalu

diperlukan, karena orang akan resisten terhadap bentuk yang lebih ringan dari

kontaminasi air sumber air mereka sendiri (Wijk and Murre, 1995).

2.6.4 Pengetahuan tidak sama dengan tindakan

Banyak program kesehatan pendidikan mengajar orang tentang penyakit terkait air

dan sanitasi, apa mereka, bagaimana mereka dapat disebabkan dan bagaimana mereka

dicegah. Tetapi dengan pendidikan, dengan sendirinya, pengurangan risiko penularan

penyakit ini dapat dicegah dengan tindakan. Dan pengetahuan yang lebih baik, dalam

banyak kasus, lebih mengarah ke tindakan (Wijk and Murre, 1995).

2.6.5 Ketersediaan air

Ketersediaan air cenderung berdampak pada frekuensi mencuci tangan. Saat air lebih

dari sekitar satu kilometer dari rumah, ibu akan mengurangi penggunaan air untuk

cuci tangan.

Di sisi lain, ketika sumber air tersedia secara bebas pada yang jarak dekat, cuci

tangan menjadi lebih sering. (Cairncross in Curtis, Cairncross , and Yonli, 2000).

Page 12: perilaku ibu terhadap cuci tangan

12

2.7. Perilaku

Berdasarkan Notoatmodjo (2005), ada tiga faktor yang mempengaruhi dan

mengontrol perilaku seseorang, sebagai berikut:

a. Pengetahuan

b. Sikap

c. Tindakan

Hubley (1993), menamakan proses ini dimana individu mengubah praktek kesehatan

mereka, model BASNEF. Menurut model ini, individu akan mengambil praktek baru

ketika dia percaya bahwa praktek memiliki manfaat, untuk kesehatan atau alasan lain,

dan dipertimbangkan mempunyai manfaat penting lainnya. Dimana kemudian akan

mengembangkan sikap positif untuk perubahan tersebut. Pendapat individu positif

maupun negatif (Norma Subjektif) dari orang lain dilingkungannya akan

mempengaruhi keputusan seseorang untuk mencoba praktek baru. Keterampilan,

waktu dan means (Mengaktifkan Faktor) kemudian menentukan apakah praktik

tersebut memang diambil, dan ketika ditemukan bermanfaat, akan dilanjutkan.

Page 13: perilaku ibu terhadap cuci tangan

13

Gambar 2.3 Model BASNEF (Wijk and Murre, 1995)

Membuat pilihan bersama, tanggung jawab menetapkan dan tindakan

pemantauan juga meningkatkan komitmen anggota untuk mencapai perubahan yang

disepakati. Keterwakilan kelompok untuk berbagai bagian dalam masyarakat

memastikan bahwa praktek, pandangan dan kemampuan setiap bagian berperan ketika

program perubahan direncanakan. Hal ini juga memfasilitasi untuk mendapatkan

komitmen untuk perubahan dari penampang lebar dalam masyarakat melalui

penjelasan dan promosi oleh anggota kelompok, dan akhirnya adopsi yang lebih luas

dari perubahan tersebut oleh masyarakat (Gambar 2.4.) (Wijk and Murre, 1995).

Gambar 2.4. Model Aksi Komunitas (Wijk dan Murre, 1995).

2.7.1 Pengetahuan (Notoatmodjo, 2005)

Pengetahuan merupakan hasil dari rasa ingin tahu dan pengalaman dari seseorang

yang terlibat dalam rangsangan stimulus tertentu. Pengetahuan adalah elemen yang

paling penting adalah membentuk perilaku nyata seseorang. Dalamnya pengetahuan

Page 14: perilaku ibu terhadap cuci tangan

14

yang diperoleh dari sebuah episode dari stimulus dapat diklasifikasikan dalam enam

kategori:

a. Tahu

Melibatkan upaya mengingat bahan yang telah dipelajari sebelumnya (mengingat),

biasanya sesuatu yang spesifik dari topik belajar umum.

b. Pemahaman

Kemampuan untuk menjelaskan secara efisien objek yang dikenal. Salah satu cara

memahami suatu obyek atau materi adalah apabila mampu menjelaskan, memberikan

contoh, menyimpulkan, memprediksi berhubungan dengan objek belajar.

a. Aplikasi

Kemampuan unutk menggunakan materi yang dipelajari dalam situasi yang

benar.

b. Analisis

Kemampuan untuk menguraikan bahan atau objek dengan cara yang

terstruktur.

c. Sintesis

Kemampuan untuk berhubungan dalam komponen baru sebagai keseuruhan.

d. Evaluasi

Kemampuan untuk membuat penilaian tentang materi atau objek.

2.7.2 Sikap

Sebuah response ditutup dari satu reaksi stimulus atau objek. Efek dapat terlihat

secara langsung atau dapat ditafsirkan sebagai respons tertutup. Menurut Allport

(1954) yang ditulis oleh Notoatmodjo (2005), sikap memiliki tiga komponen utama:

a. Kehidupan emosional atau evaluasi dari sebuah objek

b. Keyakinan idea, konsep tentang suatu objek

c. Cenderung berperilaku.

Ada beberapa komponen sikap, sebagai berikut

a. Menerima

Mengamati rangsangan atau objek yang diberikan

b. Menanggapi

Memberikan jawapan ketika ditanya dan melakukan pekerjaan yang diberikan.

Page 15: perilaku ibu terhadap cuci tangan

15

c. Menilai

Meminta pendapat dan mendiskusikan masalah dengan orang lain.

d. Bertanggungjawab

Merasa bertanggungjawab untuk semua apa yang telah dipilih dengan terlebih

dahulu di evaluasi resiko yang terlibat.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langung atau tidak langsung. Jika dilakukan

secara langsung, pendapat atau pernyataan untuk respon terhadap objek dicatat. Ada

orang lain yang perilakunya bertentangan dengan sikap dan mereka sekali mengubah

sikap mereka perilaku juga berubah. Namun, dapat disimpulkan bahwa perubahan

sikap akan menjadi titik awal untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.7.3 Tindakan

Sebuah sikap yang tidak terjadi secapa spontan dalam perilaku terbuka. Untuk

membuat tindakan menjadi faktor memungkinkan alami diperlukan. Tindakan dapat

dibagi menjadi:

a. Persepsi

Mengetahui dan memilih jenis objek yang berkaitan dengan tindakan, ini akan

menjadi langkah pertama.

b. Merespon

Mampu mengikuti urutan tertentu yang benar dan dapat mengikuti contoh

yang benar ini akan menjadi langkah kedua.

c. Mekanisme

Ketika tindakan alami seseorang, salah satu telah mencapai langkah ketiga.

d. Adopsi

Terjadi ketika tindakan tertentu telah dikembangkan dengan benar.

Page 16: perilaku ibu terhadap cuci tangan

16

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai gambaran pengetahuan, sikap

dan tindakan ibu-ibu dalam mencuci tangan dengan sabun. Pendekatan yang

digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana dilakukan

pengumpulan data berdasarkan kuesioner (angket) terhadap ibu-ibu di Desa Sipare-

pare Kecamatan Air Putih.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan dari tanggal 22 Agustus – 9 September 2011.

3.2.2. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah ibu-ibu di Desa Sipare-pare

Kecamatan Air Putih.

3.3.2. Sampel

Page 17: perilaku ibu terhadap cuci tangan

17

Dalam menentukan sampel, digunakan quota sampling. Sampel diambil dari ibu-ibu

yang tinggal di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara. Jumlah

sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus di

bawah ini, di mana confidence interval adalah 95% dan standar kesalahan yang

digunakan adalah 10%. Oleh karena itu, minimal 97 sampel yang harus didapatkan.

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 100 sampel.

n = Z 2 p(1-p) dimana: p = 0.5 Z = 1.96d2 d = 0.1

Z 2 = Z value (1.96 for 95% confidence level)

p = percentage picking a choice

d = confidence interval

3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

3.4.1. Kriteria Inklusi

Ibu-ibu di Desa Sipare-pare yang:

a. Sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini.

b. Menjawab kuesioner sepenuhnya.

c. Sudah mempunyai anak

3.4.2. Kriteria Eksklusi

a. Mereka yang tidak tinggal tetap di Desa Sipare-pare.

b. Mereka yang tuli dan buta.

3.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan di atas, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1.

Kerangka konsep

PengetahuanSikapTindakan

Page 18: perilaku ibu terhadap cuci tangan

18

c.

d.

Gambaran perilaku cuci tangan dengan sabun berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan.

3.6. Definisi operasional

Tabel 3.1.

Definisi Operasional

Definisi Metode Pengukuran

Alat untuk Mengukur

Hasil Pengukuran

Skala

Pengetahuan  Pengetahuan ibu-ibutentang mencuci tangan

Angket Kuesioner dengan 10pertanyaan.

Baik:> 75%,Sedang: 40-75%Buruk: <40%

Ordinal

Sikap Perspektif  ibu-ibutentang  mencuci tangan

Angket Kuesioner dengan 10pertanyaan

Baik:> 75%,Sedang: 40-75%Buruk: <40%

Ordinal

Tindakan Tindakan/ praktek ibu-ibu dalam mencuci tangan

Angket Kuesioner dengan 10  pertanyaan

Baik:> 75%,Sedang: 40-75%Buruk: <40%

Ordinal

3.7. Tekhnik Pengumpulan Data

3.7.1. Data Primer

Data primer diambil langsung dari kuesioner. Pengumpulan data dilakukan

melalui metode kuesioner yang diisi oleh ibu-ibu yang berpartisipasi dalam penelitian.

Perilaku cuci tangan dengan sabun

Page 19: perilaku ibu terhadap cuci tangan

19

3.7.2 Sistem penilaian

Kuesioner ini berjumlah 30 pertanyaan, 10 pertanyaan untuk setiap topik

seperti berikut : pengetahuan dan sikap serta tindakan.

a. Pengetahuan tentang cuci tangan telah dievaluasi dengan 10 pertanyaan. Ketika

jawaban responden benar, nilai 2 diberikan, dimana jawaban yang salah diberikan

nilai 0.

b. Sikap tentang cuci tangan telah dievaluasi dengan 10 pertanyaan. Ketika jawaban

responden benar, nilai 2 diberikan, dimana jawaban yang salah diberikan nilai 0.

c. Tindakan cuci tangan telah dievaluasi dengan 10 pertanyaan. Ketika jawaban

responden benar, nilai 2 diberikan, dimana jawaban yang salah diberikan nilai 0.

Pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan cuci tangan telah dilakukan

berdasarkan jawaban responden dengan menggunakan skala pengukuran yang berikut:

1. Baik, ketika jawaban responden benar lebih dari 75% dari total.

2. Sedang, ketika jawaban responden benar lebih dari 40-75% dari total.

3. Buruk, ketika jawaban responden benar kurang dari 40% dari total. (Pratomo,

Hadi, Sudarti, 1990).

Oleh karena itu, evaluasi tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan

responden adalah berdasarkan sistem penilaian yaitu :

a. Skor 16-20 : baik

b. Skor 8-15 : sedang

c. Skor 0-8 : buruk

Page 20: perilaku ibu terhadap cuci tangan

20

BAB 4

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

DAN PUSKESMAS

4.1 Deskripsi wilayah Kecamatan Air Putih

4.1.1 Data Geografis Kecamatan Air Putih

Kecamatan Air Putih adalah merupakan salah satu dari 7 Kecamatan yang ada

di Kabupaten Batu Bara dan berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatas dengan Sei Suka

b. Sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Simalungun

c. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Sei Suka

d. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Lima Puluh

Luas wilayah Kecamatan Air Putih ± 7.488,8 Ha, yang terdiri dari 1

Kelurahan, 12 Desa, 1 Kelurahan pemekaran dan 5 Desa pemekaran yaitu :

1. Kelurahan Indrapura

2. Desa Limau Sundai

3. Desa Tanjung Kubah

4. Desa Tanah Tinggi

5. Desa Tanjung Muda

6. Desa Tanjung Harapan

7. Desa Sipare-pare

8. Desa Pasar Lapan

9. Desa Sukaraja

10. Desa Aras

11. Desa Tanah Merah

Page 21: perilaku ibu terhadap cuci tangan

21

12. Desa Pematang Panjang

13. Desa Sukaramai

Adapun Desa/Kelurahan yang dimekarkan sebagai berikut :

Kelurahan Indrasakti pemekaran dari Kelurahan Indrapura (Kelurahan Induk)

Desa Titi Payung pemekaran dari Desa Sipare-pare (Desa Induk)

Desa Perkotaan pemekaran dari Desa Pasar Lapan (Desa Induk)

Desa Tanjung Mulia pemekaran dari Desa Tanjung Kubah (Desa Induk)

Desa Tanah Rendah pemekaran dari Desa Tanah Tinggi (Desa Induk)

Desa Kampung Kelapa pemekaran dari Desa Pematang Panjang (Desa Induk)

Letak geografis Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara terletak pada LU

N 30 17,25 m dan BT E 990 22,05 m dengan ketinggian wilayah 00.18 mdpl, suhu

berkisar antara 130C-330C.

4.1.2 Data Dermografis Kecamatan Air Putih

Penduduk Kecamatan Air Putih sampai dengan bulan Juni 2011 berjumlah

47.765 Jiwa. laki-laki 24.230 Jiwa, perempuan 23.515 Jiwa dengan jumlah 11.874

KK dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Jumlah Penduduk di masing-masing Desa/Kelurahan s/d Juni 2011

No Desa/KelurahanLUAS

(Ha)

Jumlah

Dusun/

Ling-

kungan

Jumlah

KK

Jumlah Penduduk

Lk Pr JLH

1. Kelurahan Indrapura 70 7 1386 2677 2686 5363

2. Desa Limau Sundai 639 6 421 902 1024 1926

3. Desa Tanjung Kubah 799 8 1379 2746 2710 5456

4. Desa Tanah Tinggi 240 12 1272 2495 2581 5076

5. Desa Tanjung Muda 419,8 7 399 804 806 1610

6. Desa Tanjung Harapan 850 5 516 1118 1102 2220

7. Desa Sipare-pare 350 6 1296 2973 2942 5915

8. Desa Pasar Lapan 1160 6 1226 2299 2230 4529

Page 22: perilaku ibu terhadap cuci tangan

22

9. Desa Sukaraja 383 6 783 1646 1646 3292

10. Desa Aras 820 9 997 2150 2129 4279

11. Desa Tanah Merah 280 4 681 1308 1376 2684

12. Desa Pematang Panjang 580 12 1055 2091 2197 4288

13. Desa Sukaramai 898 7 463 1112 1106 2218

JUMLAH 7.488,8 95 11.874 24.321 24.535 48.856

Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan

Tabel 4.2.

Jumlah Penduduk Menurut Agama s/d Juni 2011

No. AgamaJumlah Penduduk

(Jiwa)%

1. Islam 34.661 72,57

2. Protestan 8.711 18,24

3. Katholik 3.725 7,80

4. Budha 585 1,22

5. Hindu 7 0,01

6. Aliran Kepercayaan 76 0,16

JUMLAH 47.765 100

Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan

Dari Tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Air Putih

beragama Islam dengan persentase 72,57%.

Tabel 4.3.

Jumlah Penduduk Menurut Suku s/d Juni 2011

No SukuJumlah Penduduk

(Jiwa)%

1 Melayu 10.081 21,11

2 Jawa 23.597 49,40

3 Batak 11.270 23,59

4 Minang 357 0,75

5 Banjar 827 1,73

Page 23: perilaku ibu terhadap cuci tangan

23

6 Aceh 229 0,48

7 Lainnya 1.904 2,94

JUMLAH 47.765 100

Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa suku yang paling dominan di

Kecamatan Air Putih adalah Suku Jawa sebanyak 23.597 jiwa.

Tabel 4.4.

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian s/d Juni 2011

No Desa / Kelurahan Pertanian

Pengrajin/

Industri

Kecil

Karya

wan

PNS/

TNI/

POLRI

Lain-

lain

1 Kelurahan Indrapura - 1000 139 40 207

2 Desa Limau Sundai 1877 - 2 37 10

3 Desa Tanjung Kubah 611 59 90 109 303

4 Desa Tanah Tinggi 667 160 62 61 298

5 Desa Tanjung Muda 319 30 30 20 -

6 Desa Tanjung Harapan 278 - 16 3 219

7 Desa Sipare-pare 475 125 216 175 409

8 Desa Pasar Lapan 482 164 68 48 549

9 Desa Sukaraja 726 - 15 42 -

10 Desa Aras 621 120 106 57 101

11 Desa Tanah Merah 183 96 39 87 106

12 Desa Pematang Panjang 555 98 243 43 68

13 Desa Sukaramai 417 - - 9 37

Jumlah 7211 1852 1026 731 2307

Sumber : Laporan Bulanan Penduduk Desa/Kelurahan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pekerjaan penduduk terbanyak

adalah petani sebanyak 7211 penduduk, manakala sebagian kecil sahaja yang bekerja

sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 731 penduduk.

Page 24: perilaku ibu terhadap cuci tangan

24

4.2. Deskripsi Puskesmas PTC Indrapura

4.2.1 Tugas dan Fungsi setiap bagian

Tugas dan fungsi

1. Kepala Puskesmas

Sebagai pemimpin

Sebagai tenaga ahli

Mengoreksi program

2. Urusan Tata Usaha

Melaksanakan administrasi

Pengelolaan data dan informasi

Perencanaan dan penilaian

Pengelolaan umum dan kepegawaian

Keuangan

3. Staf Puskesmas

Masing-masing bekerja dan bertanggungjawab sesuai dengan bidang program

kerjanya:

a. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas :

Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKMB.

Upaya Kesehatan Perorangan.

b. Jaringan Pelayanan Perorangan :

Unit Puskesmas Pembantu.

Unit Puskesmas Keliling.

Unit Bidan di Desa / Komunitas

4.2.2 Program Pokok Puskesmas Indrapura

Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya

Kecamatan Sehat 2010, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut di kelompokkan

menjadi 3 yaitu :

A. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan di setiap Puskesmas.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

Page 25: perilaku ibu terhadap cuci tangan

25

1. Upaya Promosi Kesehatan.

Antara kegiatan untuk promosi kesehatan yang dijalankan di Puskesmas Pasar

Merah adalah penyuluhan yang dilakukan per kelompok, di posyandu atau di

sekolah. Program pembinaan juga dijalankan di peringkat posyandu, kader

posyandu, Poskestren, kader Poskestren, Poskeskel, kader Poskeskel dan

pelatihan ulang kader. Promosi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga

dijalankan di rumah tangga dan di sekolah.

2. Upaya Kesehatan Lingkungan.

Terdapat beberapa kegiatan yang dijalankan untuk upaya kesehatan lingkungan

yaitu penyuluhan per kelompok, di sekolah atau di posyandu. Upaya lain

adalah seperti penyehatan air bersih, penyehatan jamban keluarga, penyehatan

rumah penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat, pemeriksaan jentik berkala

(PJB), pemberantasan sarang nyamuk (PSN), patroli kesehatan, sanitasi

tempat-tempat umum, serta pembinaan petugas kantin sekolah dan sanitasi

sekolah.

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.

Untuk upaya KIA dan KB, terdapat beberapa kegiatan yang dijalankan dalam

kelompok, di puskesmas dan juga di posyandu yaitu antenatal care (ANC),

post nata care (PNC), pemeriksaan neonatus, pembinaan kelompok peminat

kesehatan ibu dan anak (KPKIA), pembinaan gerakan sayang ibu (GSI), KB,

pemeriksaan pap’s smear, serta pemeriksaan IV A. Kunjungan ke rumah juga

dilakukan bagi ibu hamil beresiko. Penyuluhan juga diberikan pada ibu hamil,

ibu menyusui dan ibu yang menggunakan KB.

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.

Bagi upaya perbaikan gizi masyarakat, penyuluhan diberikan pada masyarakat

kelompok tertentu atau di posyandu. Kegiatan yang dijalankan adalah operasi

timbang, pendataan bayi dan balita gizi buruk, penyuluhan 10 tanda gizi baik,

pemberian makanan tambahan (PMT) dan makanan pendamping asi (MP-ASI).

Pada balita diadakan kegiatan pemberian vitamin A pada setiap bulan Februari

dan Agustus. Kegiatan lain yaitu pada ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet

Fe serta dibentuk juga kelompok gizi masyarakat.

Page 26: perilaku ibu terhadap cuci tangan

26

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.

Kegiatan untuk upaya ini adalah penyuluhan yang dilakukan per kelompok, di

posyandu atau di sekolah. Antara upaya pencegahan dan pemberantasan

penularan penyakit adalah imunisasi, pemberantasan sarang nyamuk

(PSN)/abatisasi, PE dan fogging fokus bila ada kasus demam berdarah dengue

(DBD) serta pengobatan tuberkulosis paru (TB paru) dengan metode directly

observed treatment, short-course (DOTS).

6. Upaya Pengobatan.

Antara kegiatan upaya pengobatan ialah meningkatkan mutu pengobatan,

meningkatkan fasilitas fisik, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan

program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS).

7. Upaya Pencatatan dan Pelaporan.

Tujuan pencatatan dan pelaporan :

a. Untuk menilai hasil kerja yang sudah dilakukan

b. Untuk dipergunakan sebagai bahan di dalam menyusun rencana kerja

Pembagian pencatatan :

a. Kegiatan adminstrasi

b. Registrasi family folder

c. Registrasi kegiatan lain.

Pelaporan :

Laporan kejadian Luar Biasa

Laporan biasa, mencatat jumlah penyakit, pengunjung puskesmas

Laporan mingguan, yaitu, mencatat kegiatan puskesmas dan

posyandu.

Laporan triwulan, mencatat terpadu semua kegiatan puskesmas dan

rencana kerja selama triwulan.

Laporan tahunan, mencatat dalam satu tahun yang diambil dari

laporan bulanan.

Laporan khusus berupa penyakit, kematian dan obat.

Page 27: perilaku ibu terhadap cuci tangan

27

B. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta yang disesuaikan

dengan kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas

yang telah ada yakni :

1. Upaya Kesehatan Sekolah.

Terdapat beberapa kegiatan yang dijalankan untuk upaya kesehatan sekolah

yaitu; pendataan murid, pemeriksaan kesehatan anak sekolah, penyuluhan,

pelatihan dan pembinaan dokter kecil serta dokter remaja. Selain itu ada juga

kegiatan seperti pemberian vitamin A, pemberian obat cacing, pemeriksaan

visus anak sekolah dan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).

2. Upaya Kesehatan Olahraga.

Kegiatan untuk upaya kesehatan olahraga adalah pembinaan senam lansia di

empat kelurahan dan puskesmas.

3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.

Kegiatan untuk upaya perawatan kesehatan masyarakat adalah home visit dan

perawatan kesehatan anak ponsok pesantren.

4. Upaya Kesehatan Kerja.

Bagi upaya kesehatan kerja, diadakan kegiatan seperti menghimbau atau

menganjurkan pekerja kesehatan untuk membuat surat izin kerja.

5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.

Untuk upaya kesehatan gigi masyarakat, dibagikan kepada dua bagian yaitu

upaya kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD) dan upaya kesehatan gigi

sekolah (UKGS). Kegiatan yang dijalankan untuk upaya kesehatan gigi

masyarakat desa adalah pemeriksaan, pencabutan dan pengobatan gigi serta

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Bagi upaya kesehatan gigi sekolah,

kegiatan yang dijalankan adalah pemeriksaan gigi anak sekolah, demonstrasi

menyikat gigi dengan baik, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut serta

mengikuti lomba gigi sehat untuk anak sekolah.

Page 28: perilaku ibu terhadap cuci tangan

28

6. Upaya Kesehatan Jiwa.

Kegiatan yang dijalankan untuk upaya kesehatan jiwa adalah penyuluhan,

pengobatan, dan rujukan untuk masyarakat.

7. Upaya Kesehatan Mata.

Melakukan pengobatan penyakit mata apabila masih dapat dtangani, dan bila

tidak dapat ditangani, segera dilakukan rujukan.

8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.

Kegiatan-kegiatan lanjut usia di Puskesmas adalah :

a) Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu upaya promotif berupa upaya

meningkatkan semangat hidup para lansia agar mereka merasa berguna

untuk dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

b) Upaya Promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang :

Kesehatan dan pemeliharaan kesehatan diri

Makanan dengan menu yang mengadung gizi seimbang.

Meningkatkan kegiatan social di masyarakat.

9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

C. Upaya Kesehatan Penunjang

1. Laboratorium Sederhana.

2. Melakukan pemeriksaan sederhana yaitu :

a) Darah (Hb, leukosit,Differential count, golongan darah)

b) Urine ( Plano test, reduksi, protein, bilirubin)

c) Feses ( mikroskopis dan makroskopis)

d) Sputum (BTA dan pewarnaan gram )

e) Membuat laporan hasil laboratorium.

Page 29: perilaku ibu terhadap cuci tangan

29

4.2.3 Fasilitas yang Tersedia di Puskesmas Indrapura

Tabel 4.5.

Jumlah Penduduk Wilayah Puskesmas Indrapura Menurut Desa Kelurahan Tahun 2011

No. Desa Kelurahan Jumlah Penduduk1. Indrapura 5052. Pasar Laban 4523. Sipare-Pare 5824. Tanjung Kubah 5445. Tanjung Harapan 2236. Permatang Jering 3547. Permatang Kuing 3038. Kuala Indah 3109. Kuala Tanjung 604

Total 3877

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Indrapura

sebanyak 3877 orang.

Tabel 4.6.

Jumlah Pegawai Puskesmas Indrapura Menurut Jenis Pendidikan/ Status

Kepegawaian Tahun 2011

No. PendidikanJenis Kelamin Status Kepegawaian

JumlahLk Pr PNS CPNS PTT

1. Dokter Umum 1 3 4 2 - 62. Dokter Gigi - 1 - 1 - 13. Akademi Perawat 2 12 6 9 - 14. Akademi Perawat Gigi 1 - 1 - - 15. Akademi Gizi 1 - - 1 - 346. Akademi Bidan - 34 4 9 - 27. Akademi Kesling - 2 1 1 - 118. Bidan - 11 11 - - 19. SMF - 1 1 - - 710. SPK 1 6 7 - - 111. SMAK - 1 1 - - -

Jumlah 6 47 33 23 17 72

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam menjalankan tugas, Puskesmas Indrapura

memiliki tenaga kesehatan sebanyak 72 orang.

4.2.4 Data 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Indrapura Periode Januari-Juli 2011

Tabel 4.7.

Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Januari 2011

Page 30: perilaku ibu terhadap cuci tangan

30

NO.JANUARI

JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 3602. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1483. Diare 1054. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 975. Gasteritis 776. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 667. Penyakit Kulit Infeksi 468. Penyakit Kulit Alergi 339. Asma 3310. Diabetes Mellitus 28

Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan januari 2011 adalah

penyakit ISPA sebanyak 360 kasus dan paling sedikit terjadi adalah diabetes mellitus yaitu

sebanyak 28 kasus.

Tabel 4.8.

Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Februari 2011

NO.FEBRUARI

JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1772. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1053. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 614. Diare 615. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 496. Gasteritis 307. Penyakit Kulit Infeksi 298. Kecelakaan dan ruda paksa 179. Diabetes Mellitus 1410. Penyakit Kulit Alergi 12

Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan febuari 2011 adalah

penyakit ISPA sebanyak 177 kasus dan paling sedikit terjadi adalah penyakit kulit alergi

yaitu sebanyak 12 kasus.

Tabel 4.9.

Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Maret 2011

NO.MARET

JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 2432. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1223. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 664. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 65

Page 31: perilaku ibu terhadap cuci tangan

31

5. Diare 446. Gasteritis 357. Penyakit Kulit Infeksi 318. Diabetes Mellitus 229. Kecelakaan dan ruda paksa 1510. Penyakit Lain pada Sal. Nafas Bagian Atas 15

Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan maret 2011 adalah

penyakit ISPA sebanyak 243 kasus dan paling sedikit terjadi adalah penyakit lain pada

saluran Nafas bagian atas yaitu sebanyak 15 kasus.

Tabel 4.10.

Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan April 2011

NO.APRIL

JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1902. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1033. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 764. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 615. Diare 556. Gasteritis 447. Penyakit Kulit Infeksi 328. Diabetes Mellitus 279. Kecelakaan dan ruda paksa 2210. Asma 20

Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan april 2011 adalah

penyakit ISPA sebanyak 190 kasus dan paling sedikit terjadi adalah asma yaitu sebanyak 20

kasus.

Tabel 4.11.

Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Mei 2011

NO.MEI

JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1862. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 853. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 624. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 615. Diare 616. Gasteritis 357. Penyakit Kulit Infeksi 288. Penyakit Kulit Alergi 219. Diabetes Mellitus 18

Page 32: perilaku ibu terhadap cuci tangan

32

10. Kecelakaan dan ruda paksa 16

Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan mei 2011 adalah

penyakit ISPA sebanyak 186 kasus dan paling sedikit terjadi adalah kecelakaan dan ruda

paksa yaitu sebanyak 16 kasus.

Tabel 4.12.

Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Juni 2011

NO.JUNI

JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1962. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 833. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 724. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 685. Diare 466. Gasteritis 437. Malaria dengan pemeriksaan lab 358. Malaria tanpa pemeriksaan lab (Malaria Klinis) 359. Penyakit kulit alergi 2410. Kecelakaan dan ruda paksa 16

Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan juni 2011 adalah

penyakit ISPA sebanyak 196 kasus dan paling sedikit terjadi adalah kecelakaan dan ruda

paksa yaitu sebanyak 16 kasus.

Tabel 4.13.

Daftar 10 Penyakit Terbesar Bulan Juli 2011

NO.JULI

JUMLAH KASUSDIAGNOSANAMA PENYAKIT

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas 1762. Penyakit Tekanan Darah Tinggi 1093. Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 824. Infeksi Penyakit Usus Yang Lain 695. Diare 466. Gasteritis 457. Malaria dengan pemeriksaan lab 408. Malaria tanpa pemeriksaan lab (Malaria Klinis) 409. Penyakit kulit infeksi 3310. Penyakit kulit alergi 24

Page 33: perilaku ibu terhadap cuci tangan

33

Dari tabel diatas didapati yang paling banyak terjadi pada bulan juli 2011 adalah

penyakit ISPA sebanyak 176 kasus dan paling sedikit terjadi adalah penyakit kulit alergi

yaitu sebanyak 24 kasus.

4.3 Deskripsi Desa Sipare-Pare

4.3.1 Data Geografis Desa Sipare-Pare

Desa Sipare-pare terletak di Kecamatan Air putih, Kabupaten Batu Bara, Provinsi

Sumatera Utara. Adapun luas wilayah dari Desa Sipare-pare adalah 2.274 Ha. Desa Sipare-

pare memiliki 7 dusun.

4.3.2 Data Demografis Desa Sipare-Pare

Desa Sipare-pare memiliki 5915 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1270.

Tabel 4.14.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sipare-pare

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara s/d April 2011

No.Jenis Jumlah Jiwa

Kelamin Frekuensi Persen (%)

1. Laki-Laki 2.873 48,57

2. Perempuan 2.942 51,43

Jumlah 6.586 100,00

Dari tabel di atas, diketahui bahwa penduduk di Desa Sipare-pare lebih banyak

perempuan dibanding laki-laki persentase sebanyak 51,43 %.

4.3.3. Sarana Ibadah

Tabel 4.15.

Distribusi Sarana Ibadah di Desa Sipare-pare

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2011

No. Sarana Ibadah Jumlah

1. Mesjid 8

2. Mushola 2

3. Gereja -

Jumlah 10

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sarana ibadah di Desa Sipare-pare paling banyak

adalah mesjid yaitu sebanyak 8 buah.

Page 34: perilaku ibu terhadap cuci tangan

34

4.3.4. Struktur Organisasi Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu

Bara Tahun 2011

1. Kepala Desa Sipare-pare : Muhamad Azir

2. Sekretaris Desa Sipare-pare : Nurhayati

3. Kaur Pemerintah : Isnin Nardi

4. Kaur Umum : Maisyarah

5. Kaur Pembangunan : Hendrayadi

4.3.5. Tenaga Kesehatan

Tabel 4.16.

Tenaga Kesehatan di Desa Sipare-pare

Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara Tahun 2011

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Pustu 1 buah

2. Bidan 5 orang

3. Perawat 8 orang

4. Bidan desa 2 orang

Dari tabel di atas, diketahui bahwa tenaga kesehatan di Desa Sipare-pare paling

banyak adalah perawat yaitu sebanyak 8 orang.

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Analisa Data

5.1.1. Karakteristik Responden (Ibu)

Hasil pengumpulan data mengenai karakteristik responden di Desa Sipare-pare disajikan

seperti berikut:

Tabel dan Grafik 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Menurut Tingkat Usia di Desa

Sipare-pare, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Rentang Usia Frekuensi Persentase (%)

Page 35: perilaku ibu terhadap cuci tangan

35

20-24 22 22

25-29 27 27

30-34 25 25

35-39 14 14

40-44 8 8

45-49 3 3

50-54 0 0

55-59 1 1

Total 100 100

22%

27%25%

14%

8% 3% 1%

20-24 25-29

30-34 35-39

40-44 45-49

50-54 55-59

Dari tabel dan grafik 5.1 di atas dapat dilihat bahwa kebanyakan responden berusia

antara 25-29 tahun yaitu sebanyak 27,0 %.

Tabel dan Grafik 5.2

Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Menurut Pendidikan di Desa

Sipare-pare, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD 28 28

SMP 36 36

SMA 26 26

SMU 4 4

SMEA 4 4

SLTA 2 2

Total 100 100

Page 36: perilaku ibu terhadap cuci tangan

36

28%

36%

26%

4%4%

2%

SDSMPSMASMUSMEASLTA

Dari tabel dan grafik 5.2 di atas dapat dilihat bahwa kebanyakan responden

berpendidikan SMP yaitu sebanyak 36 %.

5.1.2 Hasil Analisa Data

5.1.2.1. Pengetahuan Responden

Tabel dan Grafik 5.3. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan Cuci

Tangan Dengan Sabun Termasuk Dalam Kebersihan Apa

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 1 1

Page 37: perilaku ibu terhadap cuci tangan

37

B 73 73

C 5 5

D 5 5

E 16 16

Total 100 100

1%

73%

5%

5%

16%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.3 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 73%.

Tabel dan Grafik 5.4. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan

Mengapa Harus Cuci Tangan Dengan Sabun di

Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 2 2

B 85 85

C 13 13

D 0 0

E 0 0

Page 38: perilaku ibu terhadap cuci tangan

38

Total 100 100

2%

85%

13%

ABC

Dari tabel dan grafik 5.4 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 85%.

Tabel dan Grafik 5.5. Distribusi dan Frekuensi Jawaban dari Pertanyaan

Tangan yang Tidak Bersih Dapat Menyebabkan

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 12 12

B 2 2

C 4 4

D 66 66

Page 39: perilaku ibu terhadap cuci tangan

39

E 16 16

Total 100 100

12%

2%

4%5%

16%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.5 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 16%.

Tabel dan Grafik 5.6. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan Air

yang Sebaiknya Digunakan untuk Cuci Tangan

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 0 0

B 6 6

C 3 3

D 88 88

Page 40: perilaku ibu terhadap cuci tangan

40

E 3 3

Total 100 100

6% 3%

88%

16%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.6 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 88%.

Tabel dan Grafik 5.7. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan

Bolehkah Cuci Tangan Dilakukan dengan Antiseptik

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 64 64

B 14 14

C 6 6

D 9 9

Page 41: perilaku ibu terhadap cuci tangan

41

E 7 7

Total 100 100

64%

14%

6%

9%

16%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.7 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 64%.

Tabel dan Grafik 5.8. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan

Jenis Bahan yang Sebaiknya Digunakan untuk Cuci Tangan

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 10 10

B 4 4

C 65 65

D 1 1

Page 42: perilaku ibu terhadap cuci tangan

42

E 20 20

Total 100 100

10%4%

65%

1%

16%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.8 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 65%.

Tabel dan Grafik 5.9. Distribusi dan Frekuensi Jawaban

Pertanyaan Berapa Lama Seharusnya Tangan Dicuci

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 19 19

B 17 17

C 27 27

D 30 30

Page 43: perilaku ibu terhadap cuci tangan

43

E 7 7

Total 100 100

19%

17%

27%

30%

16%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.9 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 30%.

Tabel dan Grafik 5.10. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan

Setelah Mencuci Tangan, Tangan Dikeringkan dengan

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 0 0

B 0 0

C 89 89

D 4 4

Page 44: perilaku ibu terhadap cuci tangan

44

E 7 7

Total 100 100

89%

4%7%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.10 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 89%.

Tabel dan Grafik 5.11. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan Aktivitas yang

Mana Memerlukann Tindakan Cuci Tangan Dengan Sabun

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 19 19

B 31 31

C 1 1

D 8 8

Page 45: perilaku ibu terhadap cuci tangan

45

E 41 41

Total 100 100

19%

31%

1%

8%

41%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.11 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 41%.

Tabel dan Grafik 5.12. Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pertanyaan Setelah

Menyentuh Hewan Peliharaan, Perlukah Tangan Dicuci Dengan Sabun

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

A 85 85

B 13 13

C 0 0

D 2 2

E 0 0

Page 46: perilaku ibu terhadap cuci tangan

46

Total 100 100

85%

13% 2%

ABCDE

Dari tabel dan grafik 5.12 di atas dapat dilihat bahwa dari seluruh responden paling

banyak menjawab pertanyaan dengan benar yaitu sebesar 85%.

Tabel dan Grafik 5.13. Distribusi dan Frekuensi dari Tingkat Pengetahuan

Responden Terhadap Cuci Tangan dengan Sabun

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 37 37

Sedang 52 52

Buruk 11 11

Total 100 100

Page 47: perilaku ibu terhadap cuci tangan

47

Dari tabel dan grafik 5.13 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat pengetahuan sedang terhadap cuci tangan yaitu sebanyak 52%.

5.1.2.2. Sikap Responden

Tabel dan Grafik 5.14. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan

Dengan Sabun dapat Mencegah Penyakit di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 90 90

Tidak Setuju 10 10Total 100 100

37%

52%

11%

BAIKSEDANGBURUK

Page 48: perilaku ibu terhadap cuci tangan

48

90%

10%

SetujuTidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.14 di atas dapat kita lihat bahwa hampir keseluruhan

responden setuju bahwa cuci tangan dengan sabun dapat mencegah penyakit yaitu sebanyak

90%.

Tabel dan Grafik 5.15. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Penyebab Utama

Diare adalah Akibat Tindakan Cuci Tangan yang Kurang dan Salah

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 74 74

Tidak Setuju 26 26Total 100 100

Page 49: perilaku ibu terhadap cuci tangan

49

74%

26%

SetujuTidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.15 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

setuju bahwa penyebab utama diare adalah akibat tindakan cuci tangan yang kurang dan

salah yaitu sebanyak 74%.

Tabel dan Grafik 5.16. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan

Dengan Sabun Harus Dilakukan Sebelum Menyediakan Makanan untuk

Keluarga di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 86 86

Tidak Setuju 14 14Total 100 100

Page 50: perilaku ibu terhadap cuci tangan

50

86%

14%

Setuju

Tidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.16 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

setuju bahwa cuci tangan dengan sabun harus dilakukan sebelum menyediakan makanan

untuk keluarga yaitu sebanyak 86%.

Tabel dan Grafik 5.17. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Sabun Tidak

Penting dalam Proses Cuci Tangan di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih,Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 73 73

Setuju 27 27Total 100 100

Page 51: perilaku ibu terhadap cuci tangan

51

27%

73%

SetujuTidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.17 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

tidak setuju bahwa sabun tidak penting dalam proses cuci tangan yaitu sebanyak 73%.

Tabel dan Grafik 5.18. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Jumlah Waktu

yang Digunakan Tidak Penting untuk Cuci Tangan Dengan Sabun Tidak

Mempengaruhi Tingkat Kebersihan Tangan di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 46 46

Setuju 54 54Total 100 100

Page 52: perilaku ibu terhadap cuci tangan

52

54%

46%

Setuju Tidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.18 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

setuju bahwa jumlah waktu yang digunakan untuk cuci tangan dengan sabun tidak

mempengaruhi tingkat kebersihan tangan yaitu sebanyak 54%.

Tabel dan Grafik 5.19.Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan

Dengan Sabun Merupakan Tindakan Pencegahan Penyakit yang

Paling Murah di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 83 83

Tidak Setuju 17 17Total 100 100

Page 53: perilaku ibu terhadap cuci tangan

53

83%

17%

SetujuTidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.19 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

setuju bahwa cuci tangan dengan sabun merupakan tindakan pencegahan penyakit yang

paling murah yaitu sebanyak 83%.

Tabel dan Grafik 5.20. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan

Dengan Sabun Tidak Harus Dilakukan Sebelum Menyentuh Bayi Baru

Lahir di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 61 61

Setuju 39 39Total 100 100

Page 54: perilaku ibu terhadap cuci tangan

54

39%

61%

SetujuTidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.20 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

tidak setuju bahwa cuci tangan dengan sabun tidak harus dilakukan sebelum menyentuh bayi

baru lahir yaitu sebanyak 61%.

Tabel dan Grafik 5.21. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Cuci Tangan

Dengan Sabun Harus Dilakukan setelah Buang Air Besar di Desa

Sipare-pare, Kecamatan Air Putih, Kabupaten

Batu Bara Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Setuju 90 90

Tidak Setuju 10 10Total 100 100

Page 55: perilaku ibu terhadap cuci tangan

55

90%

10%

SetujuTidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.21 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

setuju bahwa cuci tangan dengan sabun harus dilakukan setelah buang air besar yaitu

sebanyak 90%.

Tabel dan Grafik 5.22. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Mencuci Tangan

Dengan Sabun itu Adalah Tindakan yang Membuang Waktu di Desa

Sipare-pare, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 74 74

Setuju 26 26Total 100 100

Page 56: perilaku ibu terhadap cuci tangan

56

26%

74%

SetujuTidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.22 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

tidak setuju bahwa mencuci tangan dengan sabun itu adalah membuang waktu yaitu

sebanyak 74%.

Tabel dan Grafik 5.23. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Sikap : Tindakan Cuci

Tangan Dengan Sabun Dapat Menurunkan Kualitas Hidup

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)Tidak Setuju 57 57

Setuju 43 43Total 100 100

Page 57: perilaku ibu terhadap cuci tangan

57

43%

57%SetujuTidak Setuju

Dari tabel dan grafik 5.23 di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden

tidak setuju bahwa tindakan cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan kualitas hidup

yaitu sebanyak 57%.

Tabel dan Grafik 5.24. Distribusi dan Frekuensi Sikap Responden

Terhadap Cuci Tangan dengan Sabun di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Baik 47 47Sedang 51 51Buruk 2 2Total 100 100

Page 58: perilaku ibu terhadap cuci tangan

58

47%

51%

2%

BAIKSEDANGBURUK

Dari tabel dan grafik 5.24 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

memiliki sikap yang sedang terhadap cuci tangan dengan sabun yaitu sebanyak 51%.

5.1.2.3. Tindakan Responden

Tabel dan Grafik 5.25. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan

Dengan Sabun Setelah Buang Air Besar dan Buang Air Kecil

di Desa Sipare-pare, Kecamatan Air Putih,

Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 91 91

Page 59: perilaku ibu terhadap cuci tangan

59

Tidak 9 9

Total 100 100

91%

9%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.25 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar

dan buang air kecil sebanyak 91%.

Tabel dan Grafik 5.26. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan

Dengan Sabun Setelah Bersihkan Bokong Anak di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 83 83

Tidak 17 17Total 100 100

Page 60: perilaku ibu terhadap cuci tangan

60

83%

17%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.26 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah bersihkan

bokong anak sebanyak 83%.

Tabel dan Grafik 5.27. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan

Dengan Sabun Sebelum Makan di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 94 94

Tidak 6 6Total 100 100

Page 61: perilaku ibu terhadap cuci tangan

61

94%

6%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.27 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan

sebanyak 94%.

Tabel dan Grafik 5.28. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan

Dengan Sabun Sebelum Kegiatan Memasak di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 77 77

Tidak 23 23Total 100 100

Page 62: perilaku ibu terhadap cuci tangan

62

77%

23%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.28 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun sebelum kegiatan

memasak sebanyak 77%.

Tabel dan Grafik 5.29. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan :

Terdapat Sabun Di Rumah Anda Sekarang di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 91 91

Tidak 9 9Total 100 100

Page 63: perilaku ibu terhadap cuci tangan

63

91%

9%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.29 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu terdapat sabun di rumah sekarang sebanyak 91%.

Tabel dan Grafik 5.30. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Keringkan

Tangan dengan Handuk Bersih dan Kering di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 83 83

Tidak 17 17Total 100 100

Page 64: perilaku ibu terhadap cuci tangan

64

83%

17%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.30 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan

kering sebanyak 83%.

Tabel dan Grafik 5.31. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan

Dengan Sabun Setelah Membersihkan Luka di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 74 74

Tidak 26 26Total 100 100

Page 65: perilaku ibu terhadap cuci tangan

65

74%

26%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.31 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan

luka sebanyak 74%.

Tabel dan Grafik 5.32. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan

Dengan Sabun Setelah Bersihkan Rumah di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 80 80

Tidak 20 20Total 100 100

Page 66: perilaku ibu terhadap cuci tangan

66

80%

20%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.32 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan

rumah sebanyak 80%.

Tabel dan Grafik 5.33. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan

Dengan Sabun Setelah Menyentuh Hewan Peliharaan di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 79 79

Tidak 21 21Total 100 100

Page 67: perilaku ibu terhadap cuci tangan

67

79%

21%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.33 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah menyentuh

hewan peliharaan sebanyak 79%.

Tabel dan Grafik 5.34. Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Tindakan : Cuci Tangan

Dengan Sabun Setelah Menggunakan Bahan Kimia di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Jawaban Frekuensi Persentase (%)

Ya 77 73

Tidak 23 23Total 100 100

Page 68: perilaku ibu terhadap cuci tangan

68

77%

23%

YATIDAK

Dari tabel dan grafik 5.34 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang benar yaitu mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan

bahan kimia sebanyak 77%.

Tabel dan Grafik 5.35. Distribusi dan Frekuensi Tindakan Responden

Terhadap Cuci Tangan dengan Sabun di Desa Sipare-pare,

Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batu Bara

Tahun 2011

Tindakan Frekuensi Persentase (%)

Baik 70 70

Sedang 26 26

Buruk 4 4

Total 100 100

Page 69: perilaku ibu terhadap cuci tangan

69

70%

26%4%

BAIKSEDANGBURUK

Dari tabel dan grafik 5.35 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

melakukan tindakan yang baik dalam mencuci tangan dengan sabun yaitu sebanyak 70%.

5.2. Permasalahan

Berdasarkan hasil dari kuesioner yang diberikan kepada 100 responden mengenai

pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap mencuci tangan dengan sabun, dijumpai beberapa

masalah. Masalah yang ada didapatkan bila terdapat jawaban dari pertanyaan atau

pernyataan yang benar lebih kecil dari setengah jumlah responden ( < 50 %).

1. Pengetahuan

Pada pertanyaan 7, sebagian besar responden tidak mengetahui berapa lama

seharusnya tangan dicuci dengan sabun sebesar 70 %. Dimana responden banyak

yang hanya menduga jawaban tersebut.

Pada pertanyaan 9, sebagian besar responden kurang mengetahui aktivitas mana

yang memerlukan tindakan cuci tangan dengan sabun sebesar 59 %.

Page 70: perilaku ibu terhadap cuci tangan

70

2. Sikap

Pada pertanyaan 5, sebagian besar responden setuju bahwa jumlah waktu yang

digunakan untuk cuci tangan dengan sabun tidak mempengaruhi tingkat

kebersihan tangan yaitu sebesar 54 %. Dikarenakan tingkat pengetahuan

responden yang kurang terhadap jumlah waktu yang digunakan untuk cuci

tangan dengan sabun sehingga mempengaruhi sikapnya.

3. Tindakan

Tidak dijumpai adanya masalah dari tindakan responden, hal ini dapat dilihat dari

jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut lebih dari 50% dari total responden.

5.3 Pemecahan Masalah

Pengetahuan ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

secara umum berada pada tingkat sedang, dimana dijumpai 2 permasalahan. Pengetahuan ini

penting sebagai dasar sikap dan tindakan terutama dalam mencuci tangan dengan sabun.

Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dalam tingkat pengetahuan dimana diharapkan

dapat memperbaiki sikap dan tindakan. Selain itu, dari hasil penelitian ini dijumpai tingkat

sikap berada pada tingkat sedang dan tindakan berada pada tingkat baik. Hal ini

menunjukkan bahwa selain faktor tingkat pengetahuan ada faktor lain yang mempengaruhi

dalam bersikap dan bertindak, misalnya tingkat kesadaran. Adapun cara yang dapat

dilakukan untuk perbaikan antara lain :

1. Penyuluhan terhadap ibu-ibu mengenai mencuci tangan dengan sabun secara berkala

dan berkesinambungan.

2. Pelatihan terhadap ibu-ibu dengan mendemonstrasikan secara langsung, misalnya

mendemonstrasikankan cara mencuci tangan dengan sabun yang baik dan benar.

Dalam pelaksanaan upaya perbaikan dan peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan

terhadap cuci tangan dengan sabun perlu adanya kesadaran dikalangan ibu-ibu agar dapat

mencegah terjadinya sesuatu penyakit dan perlu juga kerjasama yang baik dan

berkesinambungan antara pihak yang berkenan dalam menyediakan air yang bersih.

Page 71: perilaku ibu terhadap cuci tangan

71

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara sebagian

besar memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 52 %.

2. Ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara sebagian

besar memiliki sikap yang sedang terhadap cuci tangan dengan sabun yaitu sebanyak

51 %.

3. Ibu-ibu di Desa Sipare-pare Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara sebagian

besar melakukan tindakan yang baik terhadap cuci tangan dengan sabun yaitu

sebanyak 70 %.

6.2. Saran

Page 72: perilaku ibu terhadap cuci tangan

72

Saran terhadap peneliti :

a. Peneliti harus mempelajari teknik komunikasi yang berkesan supaya responden lebih

merasa senang untuk menjadi subjek penelitian.

b. Pemberian cenderamata atau penyediaan khidmat kesehatan yang lain seperti

penyediaan obat gratis juga dapat membantu peneliti dalam mendapatkan sampel

dengan jumlah yang lebih banyak.

Saran terhadap puskesmas :

a. Puskesmas lebih giat menjalankan kegiatan penyuluhan ke desa-desa tentang

pentingnya menjaga kebersihan tangan atau lebih tepat lagi melalui program gaya

hidup bersih dan sehat.

b. Dalam menurunkan angka prevalensi penyakit diare dan penyakit lain yang

disebabkan oleh infeksi bisa dilakukan dengan menjelaskan kepada masyarakat

secara langsung semasa mereka mendapatkan pengobatan di puskesmas.

Saran terhadap masyarakat :

a. Masyarakat hendaklah menjaga kebersihan tangan karena tangan merupakan sumber

penularan penyakit terutama saat menyediakan makanan untuk keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Aiello, A. E., and Larson E. L., 2002. What is the evidence for a causal link between hygiene and infections? Available from: http://hdl.handle.net/2027.42/5544. [Accessed 12 November 2009].

Allport, 1954. In: Notoadmodjo, 1993. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu PerilakuKesehatan. Penerbit Andi offset, Yogyakarta.

Berkelman R.L, Buehler J.W., 1991. Surveillance. In: Oxford Textbook of Public Health, 2nd ed., Oxford University Press.

Bloomfield S.F., Aiello A.E., Cookson B., O’Boyle C., Larson E.L., 2007. The effectiveness of hand hygiene procedures in reducing the risks of infections in home and community settings including handwashing and alcohol-based hand sanitizers. Available from:

http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/0196- 6553/PIIS0196655307005950.pdf. [Accessed 14 March 2009].

Page 73: perilaku ibu terhadap cuci tangan

73

Boot M. T. and Cairncross S., 1993. Actions Speak: the Study of Hygiene Behaviour in Water and Sanitation Projects. IRC International Water and Sanitation Centre, The Hague.

Cairncross in Curtis V., Cairncross S., and Yonli R., 2000. Domestic hygiene and diarrhoea – pinpointing the problem.

Available from: http://www.hygienecentral.org.uk/pdf/pinpointing.pdf. [Accessed 3 March 2009].

CDC, 2008. Clean Hands Save Lives!. Available from: http://www.cdc.gov/cleanhands/. [Accessed 27 March 2009].

Curtis, V., 2002. Talking Dirty: How to Save a Million Lives without Mentioning Health. Available from:

http://www.hygienecentral.org.uk/pdf/talking%20dirty.pdf. [Accessed 6 March 2009].

Esrey, Potash, Roberts, and Shiff. 1991. Effects of improved water supply and sanitation on ascariasis, diarrhoea, dracunculiasis, hookworm infection, schistosomiasis, and trachoma. Bulletin of the World Health Organization.

Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1835675. [Accessed 3 March 2009].

Esrey, S.A., and Habicht, J-P. 1988. Maternal literacy modifies the effect of toilets and piped water on infant survival in Malaysia. American Journal of Epidemiology. Available from:

http://aje.oxfordjournals.org/cgi/reprint/127/5/1079. [Accessed 20 February 2009].

Hubley, J. 1993. Communicating health. An action guide to health education and health promotion. London, The Macmifian Press LTD.

John M. P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force.

Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].

Jumma P. A., 2002. Hand hygiene: simple and complex. International Journal of Infectious Diseases.

Available from: http://w3.uniroma1.it/nursing/page4/files/JUMAA%20P.%20A.%20.pdf. [Accessed 16 February 2009].

Khan M. U.,1982. Interruption of shigellosis by handwashing. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7101400. [Accessed 11 November 2009].

Kilgore P. E., Unicomb L. E., Gentsch J. R., Albert M. J., McElroy C. A., and Glass R. I., 1996.

Available from: http://www.biomedexperts.com/Abstract.bme/8858670/Neonatal_rotavirus_infection_in

Page 74: perilaku ibu terhadap cuci tangan

74

_Bangladesh_strain_characterization_and_risk_factors_for_nosocomial_infection. [Accessed 12 November 2009].

UNICEF/WHO, 2000. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report. In: Larsen B., 2004. Hygiene and Health in Developing Countries: Defining Priorities-A Cost-Benefit Assessment.

Available from: http://www.ifhhomehygiene.org/IntegratedCRD.nsf/eb85eb9d8ecd365280257545005e8966/20FAB977F90FD8268025752200595832/$File/larsenreport504.doc. [Accessed 8 April 2009].

International Scientific Forum on Home Hygiene (IFH), 2001. Recommendations for Selection of Suitable Hygiene Procedures for Use in the Domestic Environment. International Scientific Forum on Home Hygiene (IFH. Available from: http://www.ifhhomehygiene.org/IntegratedCRD.nsf/70f1953cec47d5458025750700035d86/24401F935E57E79E802574E200391C43/$File/IFHrecomends.pdf. [Accessed 6 March 2009].

Labarraque, AG 1829. Instructions and observations regarding the use of thechlorides of soda and lime.

Available from: http://www.journals.uchicago.edu/doi/abs/10.1086/4228892. [Accessed 6 March 2009].

Marples R.R.,1979. A laboratory model for the investigation of contact transfer of micro-organisms. In: John M. P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. Available from:

http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].

Notoadmodjo, 1993. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Andi offset, Yogyakarta.

Patrick D.R., 1997. Residual moisture determines the level of touch-contact-associated bacterial transfer following hand washing. In: John M. P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force.

Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].

Pratomo, Hadi, Sudarti, 1990. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana/ Kependudukan. Jakarta: Unit Pelaksana Proyek Pengembangan FKM di Indonesia.

Rotter, M., 1999, Hand washing and hand disinfection. In: John M.P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].

Page 75: perilaku ibu terhadap cuci tangan

75

Scott E.A., 1996. Foodborne disease and other hygiene issues in the home. Available from: http://www.ajicjournal.org/article/S0196-6553(99)70038-6/abstract. [Accessed 12 November 2009].

Shahid N. S., Greenough W.B., Samadi A. R., Huq M. I., Rahman N., 1996. Hand washing with soap reduces diarrhoea and spread of bacterial pathogens in a Bangladesh village. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8870400. [Accessed 10 November 2009].

Tibballs J., 1996. Teaching hospital medical staff to handwash. In: John M. P and Didier P., 2002. Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and theHICPAC/ SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force.

Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5116a1.htm. [Accessed 6 April 2009].

Wahyuni A.S., 2008. Dampak Program Pertolongan Pertama Berbasiskan Masyarakat. Fakultas Kedokteran USU, Medan: 58

Wahyuni A.S and Lestari S., 2008. Results of the Medan Food, Security and Nutrition Program Endline Survey. Disseminated in Hotel Conference. Save the Children (US) – Indonesia: 2

Weiss B. D and Coyne C., 1997. Communicating with Patients Who Cannot Read. Available from http://content.nejm.org/cgi/content/full/337/4/272. [Accessed 10 November 2009].

WHO, 2008. Global Handwashing Day 2008. Available from:

http://www.who.int/entity/gpsc/events/2008/Global_Handwashing_Day_Planners_Guide.pdf. [Accessed 20 March 2009].

WHO/Unicef. 2000. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report. Available from:

http://www.who.int/entity/water_sanitation_health/monitoring/jmp2000.pdf. [Accessed 14 March 2009].

Wijk, C.V., Murre, T., 1995. Motivating better hygiene behaviour. Importance for public health. Mechanisms of change. UNICEF.

Available from: http://www.unicef.org/wes/files/behav.pdf. [Accessed 15 March 2009].

Wilson J. M, Chandler G. N, Muslihatun, and Jamiluddin, 1991. Hand washing reduces diarrhoea episodes: a study in Lombok, Indonesia.

Available from: http://tropicalmedandhygienejrnl.net/retrieve/pii/003592039190468E. [Accessed 10

November 2009].

Page 76: perilaku ibu terhadap cuci tangan

76