Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Tempat
-
Upload
putri-maulidasari -
Category
Documents
-
view
230 -
download
3
description
Transcript of Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Tempat
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN TEMPAT-TEMPAT UMUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak asazi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang dimaksudkan
dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berkaitan dengan hal itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dicapai
melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan.1
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar peranannya dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka mengimbangi makin
ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut
memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih produktif dengan melibatkan semua sektor
terkait termasuk swasta dan masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal.2
Banyak hal di bidang kesehatan telah dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Namun demikian, bila digunakan sasaran strategis Kementerian Kesehatan yang
harus dicapai tahun 2014 dan target-target Millennium Development Goals (MDGs) yang
harus dicapai tahun 2015 sebagai acuan, berbagai hal yang telah dicapai tersebut kiranya
masih memerlukan peningkatan yang luar biasa.1
Hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktekkan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7% sehinggan Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan taget 70% rumah tangga
sudah mempraktekkan PHBS pada tahun 2014. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS
memang merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Kementerian Kesehatan.
Meningkatkan cakupan rumah tangga yang mempraktekkan PHBS sebesar lebih dari 30%
dalam kurun waktu 2010-2014 merupakan upaya yang sangat berat. Perilaku rumah tangga
sangat dipengaruhi oleh proses yang terjadi di tatanan-tatanan sosial lain, yaitu tatanan
institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas
kesehatan.1
Profil kesehatan Indonesia tahun 2009 menyajikan data bahwa baru 64,41% sarana
yang telah dibina kesehatan lingkungannya yang meliputi institusi pendidikan (67,52%),
tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain
(62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan selain rumah
tangga, yaitu di tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan
tatanan fasilitas kesehatan, juga belum berjalan sebagaimana mestinya.1
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di salah satu tatanan yaitu tempat-tempat umum (TTU). Sarana dan bangunan umum
merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan
kegiatannya. Oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan
penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang
memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis.3
Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan
apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit
antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan
dalam pencegahan terjadinya kecelakaan, oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan yang diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan. Dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat serta
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik
kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan khususnya kepada masyarakat.3
B. TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS di tempat-tempat umum
2. Meningkatkan peran serta masyarakan tehadap PHBS di tempat-tempat umum
3. Meningkatkan kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarkat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.1 Dengan demikian,
PHBS sebagai wujud operasional dari promosi kesehatan merupakan upaya mengajak,
mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.4
PHBS mencakup banyak perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Di bidang pencegahan dan
penanggulangan penyakit serta pencegahan lingkungan harus dipraktikkan melalui mencuci
tangan dengan sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang
memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok dalam ruangan, dan lain-lain.1
B. PHBS DI TEMPAT-TEMPAT UMUM
a. Pengertian Tempat-tempat Umum
Tempat-tempat umum yaitu tempat kegiatan bagi umum, yang mempunyai tempat,
sarana dan kegiatan tetap, diselenggarakan badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan,
yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.5
a) Kriteria
Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :
1. Diperuntukkan masyarakat umum
2. Mempunyai bangunan tetap /permanen
3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola pengunjung/pengusaha
4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :
- Fasilitas kerja Pengelola
- Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih,bak sampah, WC, Kamar mandi, pembuangan
limbah (SPAL)
b) Jenis-jenis Tempat Umum
1. Yang berhubungan dengan sarana Pariwisata
- Penginapan/Losmen
- Mess
- Kolam Renang
- Bioskop
- Tempat Hiburan
- Tempat Rekreasi
- Bilyard
- Tempat Bersejarah
2. Yang berhubungan dengan sarana Perhubungan
- Terminal Angkutan Darat
- Terminal Angkutan Laut
3. Yang berhubungan dengan sarana Komersial :
- Pemangkas Rambut
- Salon Kecantikan
- Pasar-Pasar
- Apotik
- Toko Obat
- Perbelanjaan
4. Yang berhubungan dengan sarana Sosial :
- Tempat-Tempat Ibadah
- Rumah Sakit
- Klinik Bersalin
- Sekolah-Sekolah/Asrama
- Panti Asuhan
5. Kantor-kantor pemerintahan dan swasta termasuk bank-bank pemerintah dan swasta.6
b. Manfaat PHBS di Tempat-tempat Umum
1. Bagi Masyarakat
a) Masyarakat menjadi sehat dan tidak mudah sakit
b) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, serta mampu mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi
2. Bagi Tempat Umum
a) Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebih bersih, indah dan sehat, sehingga
meningkatkan citra tempat umum
b) Meningkatkan pendapatan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari meningkatnya
kunjungan pengguna tempat-tempat umum
3. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
kabupaten/kota yang baik
b) Kabupaten/kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan
PHBS di tempat-tempat umum.5
C. PEMBINAAN PHBS DI TEMPAT-TEMPAT UMUM
Promosi Kesehatan di tempat umum merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya
bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan
kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku
mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.6
PHBS di tempat-tempat umum bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga
disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. PHBS di tempat-tempat
umum dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri
maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan
sebagainya). Dengan kata lain PHBS ditempat-tempat umum tidak hanya mengaitkan diri
pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan
atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat.6
a. Metode
Metode yang digunakan dalam pembinaan PHBS di tempat-tempat umum
sebagaimana yang digunakan dalam promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan
Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Berkomunikasi
a) Metode Penyuluhan Langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran
misalnya kunjungan ke rumah-rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa,
pertemuan di posyandu, dan lain-lain.
b) Metode Tidak Langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran,
tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Misalnya publikasi dalam
bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dan sebagainya.
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a) Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain
b) Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa
metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demonstrasi,
Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
c) Pendekatan Massal
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang
jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : pertemuan
umum, pertunjukan kesenian, penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film,
dan lain-lain.
3. Berdasarkan Indera Penerima
a) Metode Melihat/Memperhatikan
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster,
Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
b) Metode Pendengaran
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya :
penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah, dan lain-lain
c) Metode Kombinasi
Metode ini contohnya demonstrasi yaitu memperlihatkan secara singkat kepada suatu
kelompok bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru.7
b. Sasaran
Sasaran PHBS di tempat-tempat umum dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu
sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier. Sasaran primer berupa sasaran langsung
yaitu : individu anggota masyarakat, kelompok-kelompok dalam masyarakat, dan masyarakat
secara keseluruhan yang diharapkan untuk mempraktikkan PHBS. Secara umum, yang
termasuk dalam sasaran ini antara lain : masyarakat pengguna atau pembeli, pedagang,
petugas kebersihan, petugas keamanan, pengelola/pramusaji, jamaah, pengelola tempat
ibadah, remaja tempat ibadah, awak angkutan umum, pengelola angkutan umum, dan
sebagainya.5
Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer
dalam pengambilan keputusan untuk mempraktikkan PHBS. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, yang umumnya menjadi panutan
sasaran primer. Terdapat berbagai jenis tokoh masyarakat misalnya tokoh atau pemuka adat,
tokoh atau pemuka agama, tokoh politik, tokoh pertanian, tokoh pendidikan, tokoh bisnis,
tokoh pemuda, tokoh remaja, tokoh wanita, tokoh kesehatan dan lain-lain. Pemuka atau tokoh
adalah seseorang yang memiliki kelebihan di antara orang-orang lain dalam masyarakat dan
menjadi panutan bagi kelompoknya atau bagi masyarkat karena ia menjadi figur yang
menonjol. Di samping itu, ia dapat mengubah system nilai dan norma yang berlaku dalam
kelompoknya.
Sedangkan sasaran tersier adalah mereka yang berada dalam posisi pengambilan
keputusan formal, sehingga dapat memberikan dukungan, baik berupa kebijakan/pengaturan
dan atau sumber daya dalam proses pembinaan PHBS terhadap sasaran primer. Mereka juga
sering disebut sebagai tokoh masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisi
menentukan dalam struktur formal di masyarakat (penentu kebijakan). Dengan posisinya itu,
mereka juga memiliki kemampuan untuk mengubah sistem nilai dan norma masyarakat
melalui pemberlakuan kebijakan/pengaturan, di samping menyediakan sarana yang
diperlukan.1
c. Strategi
Pembinaan PHBS di tempat umum yang bersifat menyeluruh memerlukan strategi
oleh karena rumitnya hakikat dari perilaku. Dengan mengacu pada Piagam Ottawa (Ottawa
Charter) yang merupakan hasil dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di
Ottawa (Kanada), tiga strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi kesehatan
adalah advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat.
Pembinaan PHBS di tempat umum dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan
pembinaan oleh kementerian terkait sesuai dengan tempat umum yang dibinanya dan juga
dengan pembinaan dan pengembangan desa dan kelurakan siaga aktif. Tanggung jawab
pembinaan terendah PHBS di tempat umum juga diletakkan di tingkat kabupaten/kota
(Pokjanal Kabupaten/Kota).
1. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau
kelompok (sasaran) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan
sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (aspekknowledge), dari tahu menjadi mau (aspek aƫtitude), dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Pemberdayaan
merupakan proses memosisikan masyarakat agar memiliki peran yang besar (kedaulatan)
dalam pengambilan keputusan dan penetapan tindakan yang berkaitan dengan kesehatannya.
Pemberdayaan di tempat umum seperti tempat ibadah, pasar, terminal, pertokoan,
tempat rekreasi dan lain-lain ditujukan terhadap para pengunjung tempat umum. Di tempat
umum pun pemberdayaan diawali dengan pengorganisasian masyarakat (yaitu masyarakat
tempat umum, khususnya para pemilik dan pengelola tempat umum). Tujuannya adalah
untuk membentuk atau merevitalisasi Tim Kesehatan di tempat umum yang bersangkutan
(pengembangan kapasitas pengelola). Dengan pengorganisasian masyarakat ini, maka
selanjutnya pemberdayaan pengunjung di tempat umum dapat ditimbangterimakan kepada
pemilik dan pengelola tempat umum serta Tim Kesehatannya. Pemberdayaan dapat di
laksanakan melalui penyelenggaraan Klinik Konsultasi Kesehatan sebagai UKBM di tempat
umum yang dikelola oleh Tim Kesehatan.
2. Bina Suasana
Pemilik/pengelola tempat umum dan Tim Kesehatan juga bertugas menyelenggarakan
bina suasana di tempat umum yang mereka kelola. Tugas yang utama adalah berperan
sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS bagi pengunjung di tempat umum yang
dikelolanya. Tugas berikutnya adalah memanfaatkan media tentang PHBS seperti
pemasangan billboard, poster,banner di tempat-tempat strategis, pembagian selebaran
(leaflet), pertunjukan film, dan jika memungkinkan, menyelenggarakan
seminar/simposium/diskusi, mengundang pakar atau tokoh atau figur publik untuk
berceramah dan lain-lain.
Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan
kemitraan dan pemanfaatan media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs
internet dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dalam kategori ini media
massa tersebut peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan
demikian, maka media massa tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan
informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau
opini publik yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif
ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang
sedang diperkenalkan.
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang
terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan
sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana
(termasuk swasta dan dunia usaha). Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan
media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik dan
dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya untuk
menyukseskan bina suasana dan pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum.
Komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam
waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu:
1) mengetahui atau menyadari adanya masalah
2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah
3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif
pemecahan masalah
4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan
masalah
5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Advokasi dilakakukan oleh fasilitator dari kabupaten/kota/provinsi terhadap para
pemilik dan pengelola tempat umum agar mereka berperan serta dalam kegiatan pembinaan
PHBS di tempat umum yang dikelolanya. Para pemilik dan pengelola tempat umum misalnya
harus memberi dukungan kebijakan/pengaturan dan menyediakan sarana agar PHBS di
tempat umum dapat dipraktikkan.
D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
a. Pemantauan
Untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS maka yang diukur dan dievaluasi
adalah PHBS di tatanan rumah tangga. Namun, hasil akhir ini sangat dipengaruhi oleh hasil-
hasil antara yaitu PHBS di tatanan lain. Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan lain
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan memanfaatkan data dari sistem informasi
PHBS yang terintegrasi dalam sistem Informasi Kementerian terkait. Hasil pengolahan data
diumpanbalikkan untuk tujuan perbaikan.
Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan tempat-tempat umum menggunakan data
dari sistem informasi PHBS tatanan tempat umum yang terintegrasi dalam Sistem Informasi
Kementerian Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perhubungan, dan
Kementerian Perdagangan. Pemantauan juga dapat dilakukan dengan melaksanakan supervisi
dan bimbingan secara berkala dan sewaktu-waktu sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi
di tingkat pelaksanaan dapat segera diatasi.
b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap dampak pembinaan PHBS, yaitu yang berupa perubahan
perilaku masyarakat di tatanan rumah tangga. Evaluasi dilakukan beberapa tahun sekali
dengan menyelenggarakan survai secara nasional terhadap masyarakat. Oleh karena survai
secara nasional memerlukan biaya yang cukup besar, maka evaluasi terhadap keberhasilan
pembinaan PHBS diintegrasikan dengan survei-survei yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan yaitu Riset Kesehatan Dasar dan oleh Badan Pusat Statistik seperti:
Susenas, SDKI dan lain-lain. Frekuensi evaluasi pembinaan PHBS dengan demikian
mengikuti frekuensi penyelenggaraan survei-survei tersebut.1
Hasil yang diharapkan dari evaluasi PHBS di tempat-tempat umum antara lain
pelaksanaan program PHBS sesuai rencana, adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan, adanya upaya jalan keluar apabila terjadi hambatan, serta adanya peningkatan
program PHBS.8
E. INDIKATOR KEBERHASILAN
Keberhasilan PHBS di tempat umum dapat dilihat dari pencapaian upaya-upaya yang
dilakukan di tempat-tempat umum yang indikatornya antara lain :
1. Tersedia sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun.
2. Tersedia jamban sehat.
3. Tersedia tempat sampah.
4. Terdapat larangan untuk tidak merokok.
5. Terdapat larangan untuk tidak menkonsumsi NAPZA.
6. Terdapat larangan untuk tidak meludah di sembaran tempat.
7. Terdapat kegiatann memberantas jentik nyamuk secara rutin.
Untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan pembinaan PHBS di tempat-tempat umum
dapat dilihat melaui 3 indikator yaitu :
a) Indikator Input
Indikator input yaitu indikator yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program
dan turut menentukan keberhasilan program. Seperti : tersedia air bersih, tersedia
jamban yang bersih, tersedia tempat sampah, sarana mencuci tangan, dan lain-lain
b) Indikator Proses
Indikator proses yaitu indikator yang menggambarkan bagaimana proses
kegiatan/program berjalan atau tidak. Seperti: terpelihara tempat penampungan air,
tersedia alat pembersih jamban, digunakan dan dipeliharanya tempat sampah dan lain-lain.
c) Indikator output/outcome
indikator ini menggambarkan bagaimana hasil output suatu program kegiatan telah
berjalan atau tidak. Seperti : Digunakannya air bersih, digunakannya jamban, di
halaman dan di dalam ruangan dalam keadaan bersih, bebas asap rokok, dan lain-lain.8
BAB III
PENUTUP
Keberhasilan pembangunan kesehatan dalam mencapai sasaran strategis tahun 2014
dan target-target Millenium Development Goals tahun 2015 sangat ditentukan oleh
keberhasilan dalam menciptakan dan melestarikan perilaku hidup masyarakat yang
berorientasi kepada kebersihan dan kesehatan. Oleh sebab itu, upaya pembinaan perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya strategis yang harus menjadi perhatian
para pemangku kepentingan (stakeholders).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan Tempat-tempat Umum (TTU)
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga
memerlukan pembinaan melalui kerjasama dan keterpaduan anar berbagai sektor sehingga
dapat dicapai hasil yang diharapkan. Kegiatan-kegiatan dalam rangka pembinaan PHBS di
tempat-tempat umum memerlukan komitmen dan aliansi strategis berbagai pihak termasuk
swasta dan dunia usaha sehingga kebijakan maupun kegiatan tersebut terkoordinasi dengan
baik. Kapasitas pengelola tatanan dapat ditingkatkan, sehingga pembinaan PHBS tidak lagi
sekedar merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah, melainkan juga seluruh komponen
masyarakat.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan di
Magister Kesehatan Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia. Harapan kami semoga
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.