PERHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM DENGAN … · jenis survey yang sering dilakukan yaitu metode Exit...

18
Wawasan dan Kajian MIPA-2017 3 PERHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN QUICK COUNT GUNA MEMPREDIKSI HASIL PEMILIHAN UMUM PADA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014 Prihantini (15305141044) Universitas Negeri Yogyakarta Di Indonesia, pemilihan residen merupakan agenda rutin demokrasi di Indonesia yang diadakan setiap lima tahun sekali untuk memilih pemimpin negara. Pemilihan presiden adalah salah satu bentuk PEMILU yang dilkukan dengan cara memberikan suara kepada calon atau kandidat pemimpin suatu daerah maupun suatu negara. Untuk pemilihan pasangan presiden dan wakil presiden, PEMILU dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memiliki syarat serta hak memilih yang dilakukan dalam satu paket yaitu satu pasangan kandidat. Akan tetapi, penduduk di Indonesia tidaklah sedikit sedangkan pemungutan suara dilakukan secara langsung oleh tiap penduduk yang memiliki hak untuk memilih, sehingga dalam melakukan proses perhitungan suara memerlukan banyak waktu. Untuk itulah dengan adanya Perhitungan Suara Cepat (Quick Count) merupakan salah satu metode verifikasi hasil PEMILU yang datanya diperoleh dari sampel di lapangan yang berguna untuk memantau dan mempercepat perhitungan suara. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini antara lain adalah untuk mengetahui langkah langkah, cara penentuan sampel, cara menentukan Margin of Error dalam melakukan Quick Count. kegunaan dan manfaat Quick Count diantaranya adalah mencegah terjadinya kecurangan, untuk itu dibutuhkan publikasi yang luas dan organisasi yang kredibel dan transparan, mengidentifikasi terjadinya kecurangan dengan mencatat inkonsistensi antara hasil yang didapat dengan hasil akhir yang resmi, memprediksi hasil penghitungan suara, terutama jika hasil akhir memakan waktu lama dan dapat berpotensi pada iklim politik yang tidak menentu dan memicu instabilitas, meningkatkan kepercayaan terhadap proses PEMILU dan hasil akhir, melaporkan kualitas proses PEMILU melalui data kualitaf yang diperoleh, Mendorong partisipasi masyarakat, terutama dnagn melibatkan ratusan hingga ribuan relawan serta memperluas dan membangun kapasitas organisasi pemantau. Dalam makalah ini, penulis menggunakan langkah langkah penulisan antara lain yaitu pengkajian dan identifikasi masalah mengenai Quick Count serta tinjauan pustaka, selanjutnya adalah pengumpulan dan pengolahan data, selanjutnya kesimpulan dan diakhiri dengan saran. Kata Kunci : PEMILU, Quick Count, Pemilihan Presiden, Margin of Error.

Transcript of PERHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM DENGAN … · jenis survey yang sering dilakukan yaitu metode Exit...

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 3

PERHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM DENGAN

MENGGUNAKAN QUICK COUNT GUNA MEMPREDIKSI HASIL

PEMILIHAN UMUM PADA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014

Prihantini (15305141044)

Universitas Negeri Yogyakarta

Di Indonesia, pemilihan residen merupakan agenda rutin demokrasi di

Indonesia yang diadakan setiap lima tahun sekali untuk memilih pemimpin negara.

Pemilihan presiden adalah salah satu bentuk PEMILU yang dilkukan dengan cara

memberikan suara kepada calon atau kandidat pemimpin suatu daerah maupun

suatu negara. Untuk pemilihan pasangan presiden dan wakil presiden, PEMILU

dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang

memiliki syarat serta hak memilih yang dilakukan dalam satu paket yaitu satu

pasangan kandidat. Akan tetapi, penduduk di Indonesia tidaklah sedikit sedangkan

pemungutan suara dilakukan secara langsung oleh tiap penduduk yang memiliki

hak untuk memilih, sehingga dalam melakukan proses perhitungan suara

memerlukan banyak waktu. Untuk itulah dengan adanya Perhitungan Suara Cepat

(Quick Count) merupakan salah satu metode verifikasi hasil PEMILU yang

datanya diperoleh dari sampel di lapangan yang berguna untuk memantau dan

mempercepat perhitungan suara. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini

antara lain adalah untuk mengetahui langkah – langkah, cara penentuan sampel,

cara menentukan Margin of Error dalam melakukan Quick Count. kegunaan dan

manfaat Quick Count diantaranya adalah mencegah terjadinya kecurangan, untuk

itu dibutuhkan publikasi yang luas dan organisasi yang kredibel dan transparan,

mengidentifikasi terjadinya kecurangan dengan mencatat inkonsistensi antara hasil

yang didapat dengan hasil akhir yang resmi, memprediksi hasil penghitungan

suara, terutama jika hasil akhir memakan waktu lama dan dapat berpotensi pada

iklim politik yang tidak menentu dan memicu instabilitas, meningkatkan

kepercayaan terhadap proses PEMILU dan hasil akhir, melaporkan kualitas proses

PEMILU melalui data kualitaf yang diperoleh, Mendorong partisipasi masyarakat,

terutama dnagn melibatkan ratusan hingga ribuan relawan serta memperluas dan

membangun kapasitas organisasi pemantau. Dalam makalah ini, penulis

menggunakan langkah – langkah penulisan antara lain yaitu pengkajian dan

identifikasi masalah mengenai Quick Count serta tinjauan pustaka, selanjutnya

adalah pengumpulan dan pengolahan data, selanjutnya kesimpulan dan diakhiri

dengan saran.

Kata Kunci : PEMILU, Quick Count, Pemilihan Presiden, Margin of Error.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara demokrasi sehingga pemilihan umum

merupakan ajang bagi rakyat untuk menyalurkan pilihannya termasuk

pemilihan presiden. Pemilihan Presiden merupakan agenda rutin demokrasi di

Indonesia yang diadakan setiap lima tahun sekali untuk memilih pemimpin

negara. Di Indonesia, saat ini PEMILU dilakukan secara langsung oleh

penduduk daerah administratif setempat yang memiliki syarat serta hak

memilih. PEMILU dilakukan satu paket untuk memilih calon presiden serta

calon wakil presiden. Diharapkan dengan adanya PEMILU ini dapat

menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan keinginan rakyat dan berkualits

serta dapat memajukan negara. Sejauh ini perhitungan suara dalam PEMILU

dilakukan secara manual. Proses perhitungan suara awalnya dilakukan dari

tiap – tiap TPS (Tempat Pemungutan Suara), hasil perhitungan suara dari tiap

– tiap TPS di bawa ke tempat perhitungan suara keseluruhan (pusat) oleh

KPPS.

Dalam melakukan proses perhitungan suara memerlukan banyak

waktu. Proses perhitungan suara di tingkat TPS kurang lebih mencapai 1 jam,

proses rekap suara di tingkat kelurahan kurang lebih 2 hari. Dan dari sumber

saksi suara di TPS untuk lama waktu perhitungan suara dari TPS sampai

KPUD membutuhkan lama waktu 10 hari. Perhitungan suara membutuhkan

waktu yang sangat lama dan sangat tidak efisien karena jumlah suara serta

jumlah TPS yang begitu banyak.

Untuk itulah dengan adanya Perhitungan Suara Cepat (Quick Count)

merupakan salah satu metode verifikasi hasil PEMILU yang datanya

diperoleh dari sampel di lapangan yang berguna untuk memantau dan

mempercepat perhitungan suara. Quick Count merupakan sebuah proses

pengumpulan informasi oleh ratusan bahkan ribuan relawan melalui

pemantauan langsung saat pemungutan dan perhitungan di seluruh tempat

pemungutan suara (TPS) yang ada dengan menggunakan berbagai macam

formulasi statistika. Sampel tidak diperoleh dari para responden yang ditanyai

satu per stu akan tetapi sampel di dapatkan langsung menggunakan suatu

formula statistika tertentu.

Dengan adanya Quick Count saat ini memiliki manfaat yang

pentingdalam PEMILU khususnya PILPRES (Pemilihan Presiden) di negara

Indonesia.Banyak dari lembaga survey seperti LSI, LP3ES, Puskabtis,

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 5

CIRUS, LRI dan lain – lain melakukan survey perhitungan cepat untuk

mengetahui hasil PEMILU. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap Quick

Count ini cukup tinggi karena prosesnya yang cepat karena Quick Count tidak

menghitung semua TPS yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan di Indonesia,

namun cukup dengan sampel TPS. Akan tetapi metode Quick Count ini

memiliki kelemahan yaitu hasil Quick Count ini bisa menjadi masalah

(perhitungan meleset jauh) bagi masyarakat jika perhitungan tidak dilakukan

dengan metodologi yang tepat serta pengorganisasian yang baik, sehingga

perlu mengambil error yang seminimal mungkin.

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan, mak dapat ditentukan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagimana langkah – langkah dalam melakukan Quick Count?

2. Bagaimana cara penentuan sampel dalam melakukan Quick Count?

3. Bagaimana perbedaan hasil Quick Count jika diambil tingkat error yang

berbeda?

4. Bagaimana cara penentuan Margin of Error dalam Quick Count?

I.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah:

1. Mengetahui langkah – langkah dalam melakukan Quick Count.

2. Mengetahui cara penentuan sampel dalam melakukan Quick Count.

3. Mengetahui perbedaan hasil Quick Count jika diambil tingkat error yang

berbeda.

4. Mengetahui cara menentukan Margin of Error dalam Quick Count.

I.4 Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat dalam penulisan ini adalah:

1. Sebagai bahan pembelajaran mengenai cara penentuan Quick Count dalam

mata kuliah statistika bagi kalangan mahasiswa maupun masyarakat.

2. Sebagai media penambah ilmu pengetahuan mengenai Quick Count.

3. Sebagai bahan dasar penambah pengetahuan selanjutnya bagi penulis.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Quick Count

Sering kali kita lihat berbagai pemberitaan Quick Count di media televisi

maupun media cetak, terutama saat PEMILU. Quick Count sendiri merupakan

salah satu metode survey yang biasanya dilakukan oleh masyarakat. Terdapat dua

jenis survey yang sering dilakukan yaitu metode Exit Polling dan Quick Count.

Quick Count sebenarnya sudah lama dikenal oleh publik dan sudah digunakan di

Indonesia mulai tahun 1997, yaitu pada saat PEMILU terakhir pada zaman

Presiden Soeharto. Akan tetapi, baru akhir – akhir ini marak dibicarakan oleh

masyarakat Indonesia, yaiu dimulai pada pemiliha presiden pada tahun 2004.

Kata ‘Quick Count’ dapat diartikan sebagai penghitungan cepat, dimana

dilakukan penghitungan hasil pemilihan umum secara cepat, lebih cepat

daripada penghitungan yang resmi dilakukan oleh Komite Pemilihan Umum

(KPU). Keabsahan Quick Count telah diakui secara luas di dunia, dan sampai

saat ini merupakan metode yang paling canggih dalam menentukan perkiraan

siapa pemenang dari suatu PEMILU, tanpa harus menghitung semua suara yang

masuk.

Menurut beberapa para ahli, kegunaan dan manfaat Quick Count

diantaranya adalah:

1. Mencegah terjadinya kecurangan, untuk itu dibutuhkan publikasi yang luas dan

organisasi yang kredibel dan transparan.

2. Mengidentifikasi terjadinya kecurangan dengan mencatat inkonsistensi antara

hasil yang didapat dengan hasil akhir yang resmi.

3. Memprediksi hasil penghitungan suara, terutama jika hasil akhir memakan waktu

lama dan dapat berpotensi pada iklim politik yang tidak menentu dan memicu

instabilitas.

4. Meningkatkan kepercayaan terhadap proses PEMILU dan hasil akhir.

5. Melaporkan kualitas proses PEMILU melalui data kualitaf yang diperoleh.

6. Mndorong partisipasi masyarakat, terutama dnagn melibatkan ratusan hingga

ribuan relawan.

7. Memperluas dan membangun kapasitas organisasi pemantau.

8. Dasar bagi aktivitas ke depan, yang tidak terkait langsung dengan PEMILU.

Dari uraian manfaat Quick Count diatas, maka sangatlah penting bagi kita

Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih untuk mempelajari dan

memahami proses Quick Count.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 7

II.2 PEMILU (Pemilihan Umum)

Pemilihan Umum (PEMILU) adalah proses pemilihan orang – orang

untuk mengisi jabatan – jabatan politik tertentu. Jabatan – jabatan tersebut

beraneka ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat

pemerintahan sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, PEMILU dapat

juga berari proses pengisian jabatan- jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas.

Menurut Arifin Anwar, PEMILU merupakan salah satu usaha untuk

memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan

kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain – lain

kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam,

namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda

banyak juga diapaki oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.

Sistem pemilihan umum pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu

berdasarkan peserta partai politik dan berdasarkan perhitungan. PEMILU

berdasarkan peserta partai politik terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Sistem Terbuka, yaitu pemilih mencoblos atau menconteng nama dan foto

peserta partai politik.

2. Sistem Tertutup, yaitu pemilih mencoblos atau menconteng nama partai

politik tertentu. Kedua system memiliki persamaan yaitu pemilih memilih

nama tokoh yang sama di mana tokoh – tokoh tersebut bisa bermasalah di

depan publik.

II.3 Perbedaan Quick Count dan Perhitungan KPU

Quick Count adalah proses pencatatan hasil perhitungan suara di ribuan

TPS yang dipilih secara acak maupun dengan meggunakan formulasi tertentu

(Ujiyati, 2009). Menurut Ujiyati (2009), Quick Count adalah prediksi hasil

PEMILU berdasarkan fakta bukan berdasarkan opini yang hal ini juga dijelaskan

oleh Estok et. Al (2002) yang menerangkan bahwa Quick Count atau

penghitungan suara cepat, atau dikenal sebagai Tabulasi Suara Paralel (Parallel

Vote Tabulation) merupakan salah satu metode yang berguna untuk memantau

pada hari pemungutan suara. Penghitungan suara cepat merupakan sebuah proses

pengumpulan informasi oleh ratusan bahkan ribuan relawan melalui pemantauan

langsung saat pemungutan dan penguhitungan suara di tempat pemungutan suara

yang sudh ditentukan.

Pelaksana Quick Count biasanya adalah lembaga independen yang

mempunyai kapasitas yang tinggi dalam dunia statistik. Hasil Quick Count di

Indonesia yang dilakukan oleh lembaga independen di Indonesia selama ini

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 8

selalu memberikan hasil yang akurat, sehingga masyarakat Indonesia meyakini

seolah –olah hasil Quick Count adalah hasil serminana tabulasi KPU. Hal ini

beralasan karena berdasarkan fakta PEMILU terakhir, selisih antara hasil Quick

Count dan tabulasi KPU sangat sedikit (Suhandojo, 2008). Bisa dilihat bahwa

pada pemilihan presiden, prosentase perolehan SBY-JK di putaran pertama

berdasarkan hasil Quick Count adalah 33.20% yang diumumkan 6 Juli 2004,

yang berdasarkan perolehan hasil perhitungan KPU adalah 33.57% yang

diumumkan 26 Juli 2004.

Menurut beberapa ahli, terdapat perbedaan antara cara perhitungan Quick

Count dan perhitungan yang dilakukan oleh KPU sebagai berikut:

Tabel 1.1 Perbedaan Quick Count dan Perhitungan KPU

Proses

Penghitungan

Suara

KPU Lingkaran Survey

Indonesia

Jumlah TPS Semua TPS yang ada TPS yang dipilih

berdasar formula

atau random

Petugas KPU Relawan LSI

Parameter Berdasarkan rekapan data

yang telah dihitung dari TPS

melalui Kelurahan,

Kecamatan, Kabupaten,

Provinsi dan Pusat

Berdasarkan data

uang diinput oleh

relawan yang

dikirim ke server

pusat

Waktu Beberapa hari bahkan

beberapa minggu setelah

proses penghitungan suara

selesai

2-3 jam setelh proses

penghitungan suara

selesai

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 9

BAB III

METODE PENULISAN

III.1 Sumber Literatur dan Data

Penulis dalam karya tulis ini menggunakan library research (studi

pustaka). Library research merupakan metode penulisan dengan meggunakan

objek kajian yang berfokus pada data dan pustaka – pustaka.

III.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan memadukan beberapa informasi untuk

dijadikan suatu argument dan cara pandang suatu masalah, selain itu menggali

beberapa data dari sumber yang telah diketahui sehingga dapat dikatakan teknik

pengolahan data dan informasi dilakukan dengan deskriptif, dengan tulisan

bersifat desktiptif yang menggambaran tentang Quick Count.

Secara keseluruhan langkah pembuatan karya tulis ini sebagai berikut:

1. Pengkajian terhadap kondisi cara penghitungan suara sebelum –

sebelumnya tanpa menggunakan Quick Count.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan bagaimana teknik

penghitungan sura tanpa adanya Quick Count.

3. Merumuskan masalah supaya permasalahan lebih focus untuk dikaji

kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai keefektian waktu.

4. Mengumpulkan teori – teori atau materi terkait dengan focus masalah yang

diangkat sebagai referensi untuk mendukung ketepatan dan ketajaman

analisis permasalahan.

5. Menyusun metode penulisan agar karya tulis tersusun secara sistematis.

6. Menganalisis dan membahas beberapa contoh perhitungan Quick Count

serta membandingkan keakuratan dari berbagai pengambilan error.

7. Menarik kesimpulan dan saran berdasarkan rumusan masalah dan hasil

analisis pembahasan yang dilakukan.

Gambar 1. Langkah Pembuatan Karya Tulis

Pengkajian dan

Identifikasi

Masalah

Pengumpulan

dan Pengolahan

data

Tinjauan Pustaka

Perumusan

Masalah

Simpulan

Saran

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 10

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Alur Pelaksanaan Quick Count

Langkah – langkah dala pelaksanaan Quick Count menurut LSI dan JIP

(2007) adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang akan diamati

lewat Quick Count.

2. Memilih TPS yang akan diamati. Terdapat beberapa metode dalam memilih

sampel TPS yang akan digunakan untuk melakukan Quick Count, dalam hal

ini penulis menggunakan metode pemilihan TPS dengan Rumus Slovin

yaitu: 𝑛 =𝑁

1+𝑁 𝑒 2. Dengan keterangan:

𝑛 = Jumlah TPS sampel

𝑁 = Jumlah TPS secara keseluruhan

𝑒 = Nilai error yang diambil (Interval keyakinan)

3. Manajemen data (pengamatan, pencatatan dan analsa data hasil perhitungan

suara).

4. Publikasi hasil Quick Count.

IV.2 Jenis Data yang Digunakan

Menurut Ronald E. Walpole (1990), data statistik dibedakan menjadi

dua macam yaitu data kualitatif (nominal dan ordinal) dan data kuantitatif

(interval dan ratio).

Data kualitatif adalah data yang umumnya berupa data bukan angka,

sedangkan data kuantitatif adalah data yang disajikan berupa angka.

Berdasarkan dua kelompok data tersebut, data bisa dibedakan dalam empat

jenis data, yaitu:

Nominal (apabila hanya memiliki satu kategori).

Ordinal (data nominal tetapi mempunyai tingkatan).

Interval (data angka yang bisa dilakukan prhitungan matematis dan

mempunyai ukuran jarak antara data satu dengan lainnya).

Ratio (data angka yang bisa dilakukan perhitungan matematis dan

mempunyai ukuran titik 0).

IV.3 Tingkat Kesalahan (Sampling Error)

Karena dalam Qucik Count data yang digunakan adalah data sample

maka selalu terdapat kesalahan sampling error. Semakin kecil sampel yang

digunakan maka kemungkinan kesalahan error akan semakin besar. Dan

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 11

sebaliknya, apabila sampel diperbesar maka kesalahan akan semakin kecil.

Karena sampling error menentukan derajat akurasi maka besarnya sampling

error harus ditentukan terlebih dahulu. Tujuan PEMILU untuk meramalkan

hasil perolehan suara kandidat, maka harus dibuat sampling error sekecil

mungkin sehingga nantinya hasil yang didapatkan bisa akurat dan mewakili

populasi.

Terdapat beberapa hal yang memungkinkan adanya kesalahan di

masing-masing tahapan pada pelaksanaan Quick Count diantaranya adalah:

Kemungkinan kesalahan karena sukarelawan salah dalam

mengirim data atau kesalahan teknik statistik yang digunakan.

Kesalahan mungkin yang lain adalah penentuan lokasi TPS

yang dijadikan sampel.

Bersadarkan dengan sampling error yaitu ketepatan/akurasi perhitungan,

maka selisih perhitungan antar kandidat juga bisa dijadikan parameter

pengambilan kesimpulan.

Tingkat toleransi menyatakan seberapa besar hasil Quick Count akan

menyimpang dari hasil sebenarnya (hasil KPU). Tingkat toleransi yang biasa

dipergunakan dalam Quick Count adalah sebesar 2%, artinya jika selisih

antara satu calon dengan calon lain kurang dari 2%, maka dimungkinkan

bahwa kesimpulan hasil Quick Count akan berbeda dengan simpulan hasil

KPU, meskipun hasil perhitungan suara antara Quick Count dan KPU tidak

berbeda jauh.

IV.4 Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa estimasi hasil

Quick Count bisa digunakan untuk populasi. Tingkat kepercayaan yang biasa

digunakan adalah 90%, 95% atau 99%. Namun yang sering digunakan

adalah 95%. Misalkan tingkat kepercayaan 95% maka kita meyakini bahwa

hasil estimasi data sampel akan sesuai dengan hasil perhitungan populasi

sebesar 95%. Terdapat keterkaitan antara tingkat kepercayaan dengan

kenormalan data, yaitu nilai Z (nilai distribusi sampling), dimana untuk

tingkat kepercayaan 99%, 95%, 90% maka nilai Z berturut-turut adalah 1.65,

1.96 dan 2.58.

IV.5 Metode Sampling

Metode sampling adalah teknik penarikan sampel. Metode sampling

dibedakan menjadi dua kategori, yaitu probabilistic dan non-probabilistik.

Dalam hal ini, penulis menggunakan metode sampling secara random

menggunakan rumus Slovin. Jumlah anggoota sampel sering dinyatakan

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 12

dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili

jumlah populasi adalah jumlah anggota populasi itu sendiri. Untuk jumlah

populasi yang terlalu banyak akan diambil beberapa untuk dijadikan sampel

yang harapannya sampel tersebut dapat mewakili populasi yang ada. Untuk

menentukan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

𝑛 =𝑁

1+𝑁 𝑒 2.

Dengan keterangan:

𝑛 = Jumlah TPS sampel

𝑁 = Jumlah TPS secara keseluruhan

𝑒 = Nilai error yang diambil (Interval keyakinan biasanya 0.05 atau

0.01)

IV.6 Perhitungan Statistika

Pada perhitungan statistika kali ini, Penulis menggunakan data pada

pemilihan umum presiden dan wakil presiden pada tahun 2014. Dengan

perencanaan pengambilan sampel sebagai berikut:

Populasi pmilih yang tersebar di 𝑁 buah TPS dirataka menurut

provinsi. Jika provinsi ke−𝑖 mempunyai 𝑁𝑖 buah TPS, maka

𝑁 = 𝑁1 + 𝑁2 + ⋯ + 𝑁33 karena pada pemilihan umum presiden

tahun 2014 dilaksanakan serntak di 33 provinsi.

Jika direncakan akan mengambil 𝑛 buah TPS sebagai sampel dan

sampel TPS harus tersebar di seluruh provinsi, maka 𝑛 = 𝑛1 + 𝑛2 +

⋯ + 𝑛33 dan besarnya 𝑛𝑖 harus proporsional terhadap besarnya 𝑁𝑖 .

Berikut data jumlah TPS per provinsi pada pemilihan presiden tahun 2014:

Tabel 1.2 Jumlah TPS di Indonesia tahun 2014 di Tiap Provinsi

No.

Provinsi

Total

TPS

No.

Provinsi

Total

TPS

No.

Provinsi

Total

TPS

1 9508 12 75151 23 8549

2 27378 13 67850 24 4166

3 11001 14 8354 25 5857

4 12166 15 75979 26 16757

5 7523 16 17693 27 4849

6 16361 17 5939 28 1932

7 4220 18 8552 29 2767

8 15010 19 9605 30 3251

9 2741 20 11703 31 2123

10 3129 21 5856 32 2614

11 12408 22 8728 33 9113

Sumber: (https://data.kpu.go.id/ss8.php)

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 13

Berdasarkan tabel diatas, sehingga diketahui bahwa jumlah seluruh populasi

TPS (𝑁) sebanyak:

𝑁 = 𝑁1 + 𝑁2 + 𝑁3 + ⋯ + 𝑁33

𝑁 = 9508 + 27378 + 11001 + 12166 + 7523 + 16361 + 4220 +

15010 + 2741 + 3129 + 12408 + 75151 + 67850 + 8354 +

75979 + 17693 + 5939 + 8552 + 9605 + 11703 + 5856 +

8728 + 8549 + 4166 + 5857 + 16757 + 4849 + 1932 + 2767 +

3251 + 2123 + 2614 + 9113

𝑁 = 478833

Karena jumlah seluruh populasi TPS sudah diketahui, maka langkah

selanjutnya adalah menghitung prosentase TPS di masing – masing provinsi.

Berikut perhitungan prosentase TPS di masing – masing provinsi:

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 1 =9508

478833∙ 100% = 2.0% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 18 =

8552

478833∙ 100% = 1.8%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 2 =27378

4788 33∙ 100% = 5.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 19 =

9605

478833∙ 100% = 2.0%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 3 =11001

478833∙ 100% = 2.3% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 20 =

11703

478833∙ 100% = 2.4%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 4 =12166

478833∙ 100% = 2.5% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 21 =

5856

478833∙ 100% = 1.2%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 5 =7523

478833∙ 100% = 1.6% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 22 =

8728

478833∙ 100% = 1.8%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 6 =16361

478833∙ 100% = 3.4% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 23 =

8549

478833∙ 100% = 1.8%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 7 =4220

478833∙ 100% = 0.9% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 24 =

4166

478833∙ 100% = 0.9%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 8 =15010

478833∙ 100% = 3.1% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 25 =

5857

478833∙ 100% = 1.2%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 9 =2741

478833∙ 100% = 0.6% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 26 =

16757

478833∙ 100% = 3.5%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 10 =3129

478833∙ 100% = 0.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 27 =

4849

478833∙ 100% = 1.0%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 11 =12408

478833∙ 100% = 2.6% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 28 =

1932

478833∙ 100% = 0.4%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 12 =75151

478833∙ 100% = 15.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 29 =

2767

478833∙ 100% = 0.6%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 13 =67850

478833∙ 100% = 14.2% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 30 =

3251

478833∙ 100% = 0.7%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 14 =8354

478833∙ 100% = 1.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 31 =

2123

478833∙ 100% = 0.4%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 15 =75979

478833∙ 100% = 15.9% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 32 =

2614

478833∙ 100% = 0.5%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 16 =17693

478833∙ 100% = 3.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 33 =

9113

478833∙ 100% = 1.9%

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 17 =5939

478833∙ 100% = 1.2%

Sehingga dari perhitungan diatas, dapat dibuat tabel prosentase TPS di

masing – masing provinsi adalah sebagai berikut:

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 14

Tabel 1.3 Prosentase TPS di Indonesia tahun 2014 di Tiap Provinsi

No.

Provinsi

Total TPS Prosentase

(%)

No.

Provinsi

Total TPS Prosentase

(%)

1 9508 2.0 18 8552 1.8

2 27378 5.7 19 9605 2.0

3 11001 2.3 20 11703 2.4

4 12166 2.5 21 5856 1.2

5 7523 1.6 22 8728 1.8

6 16361 3.4 23 8549 1.8

7 4220 0.9 24 4166 0.9

8 15010 3.1 25 5857 1.2

9 2741 0.6 26 16757 3.5

10 3129 0.7 27 4849 1.0

11 12408 2.6 28 1932 0.4

12 75151 15.7 29 2767 0.6

13 67850 14.2 30 3251 0.7

14 8354 1.7 31 2123 0.4

15 75979 15.9 32 2614 0.5

16 17693 3.7 33 9113 1.9

17 5939 1.2

Dari hasil diatas, telah diketahui prosentase TPS di tiap – tiap provinsi.

Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel (𝑛) yang akan

diambil. Dalam menentukan sampel, Penulis menggunakan sumus Slovin

yaitu:

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁 𝑒 2

Jika diketahui jumlah Populasi Total (𝑁) = 478833 dan dengan mengambil

nilai error (e) = 0.02 yang artinya mengambil tingkat keakuratan 98%, maka

jumlah sampel yaitu:

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁 𝑒 2

𝑛 =478833

1 + 478833 0.02 2

𝑛 =478833

1 + 478833 0.0004

𝑛 =478833

1 + 191.5332

𝑛 =478833

112.5332

𝒏 = 𝟒𝟐𝟓𝟓

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 15

Dari perhitungan diatas, maka didapatkan jumlah sampel yang akan

diambil jika dihitung menurut rumus Slovin sebanyak 4255 TPS dengan

pengambilan secara random dan rata. Maka direncanakan akan mengambil

sebanyak 4255 TPS sebagai sampel dan sampel TPS harus tersebar di

seluruh provinsi dan besar 𝑛𝑖 harus proporsional terhadap besarnya 𝑁𝑖 .

Berikut akan ditentukan banyak TPS sampel di tiap-tiap provinsi:

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 1 =2

100∙ 4255 = 85 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 18 =

1.8

100∙ 4255 = 77

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 2 =5.7

100∙ 4255 = 242 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 19 =

2

100∙ 4255 = 85

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 3 =2.3

100∙ 4255 = 98 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 20 =

2.4

100∙ 4255 = 102

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 4 =2.5

100∙ 4255 = 106 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 21 =

1.2

100∙ 4255 = 51

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 5 =1.6

100∙ 4255 = 68 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 22 =

1.8

100∙ 4255 = 77

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 6 =3.4

100∙ 4255 = 145 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 23 =

1.8

100∙ 4255 = 77

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 7 =0.9

100∙ 4255 = 38 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 24 =

0.9

100∙ 4255 = 38

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 8 =3.1

100∙ 4255 = 132 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 25 =

1.2

100∙ 4255 = 51

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 9 =0.6

100∙ 4255 = 26 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 26 =

3.5

100∙ 4255 = 149

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 10 =0.7

100∙ 4255 = 30 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 27 =

1

100∙ 4255 = 42

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 11 =2.6

100∙ 4255 = 111 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 28 =

0.4

100∙ 4255 = 17

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 12 =15.7

100∙ 4255 = 668 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 29 =

0.6

100∙ 4255 = 26

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 13 =14.2

100∙ 4255 = 604 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 30 =

0.7

100∙ 4255 = 30

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 14 =1.7

100∙ 4255 = 72 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 31 =

0.4

100∙ 4255 = 17

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 15 =15.9

100∙ 4255 = 676 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 32 =

0.5

100∙ 4255 = 21

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 16 =3.7

100∙ 4255 = 157 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 33 =

1.9

100∙ 4255 = 81

𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 17 =1.2

100∙ 4255 = 51

Setiap provinsi diambil sesuai dengan proporsi jumlah TPS di masing

– masing provinsinya, sesuai dengan jumlah prosentase jumlah TPS secara

keseluruhan. Jika dalam suatu provinsi TPS memiliki sebanyak 𝑎% dari

jumlah TPS keseluruhan (𝑁), maka jumlah TPS sampel adalah 𝑎% dari

jumlah TPS sampel keseluruhan (𝑛). Sehingga dari perhitungan diatas, dapat

dibuat tabel prosentase sampel TPS di masing – masing provinsi adalah

sebagai berikut:

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 16

Tabel 1.4 Jumlah Sampel TPS di Indonesia tahun 2014 di Tiap Provinsi

No.

Prov

TPS

Sampel

(%) No.

Prov

TPS

Sampel

(%) No.

Prov

TPS

Sampel

(%)

1 85 2.0 12 668 15.7 23 77 1.8

2 242 5.7 13 604 14.2 24 38 0.9

3 98 2.3 14 72 1.7 25 51 1.2

4 106 2.5 15 676 15.9 26 149 3.5

5 68 1.6 16 157 3.7 27 42 1.0

6 145 3.4 17 51 1.2 28 17 0.4

7 38 0.9 18 77 1.8 29 26 0.6

8 132 3.1 19 85 2.0 30 30 0.7

9 26 0.6 20 102 2.4 31 17 0.4

10 30 0.7 21 51 1.2 32 21 0.5

11 111 2.6 22 77 1.8 33 81 1.9

Setelah menentukan jumlah sampel TPS di masing – masing provinsi,

langkah selanjutnya adalah menghitung estimasi proporsi perolehan suara calon

dengan rumus sebagai berikut:

𝑃 =

𝑁𝑖

𝑛𝑖𝑦𝑖𝑗

𝑛 𝑖𝑗=1

𝑚𝑖=1

𝑁𝑖

𝑛𝑖𝑥𝑖𝑗

𝑛 𝑖𝑗=1

𝑚𝑖=1

Dengan keterangan sebagai berikut:

𝑃 = Estimasi Proporsi Perolehan Suara Calon

𝑚 = Banyaknya jumlah provinsi

𝑖 = Indeks Provinsi

𝑗 = Indeks Nomor TPS

𝑁𝑖 = Banyaknya jumlah TPS di provinsi ke-𝑖

𝑛𝑖 = Banyaknya jumlah sampel TPS di provinsi ke-𝑖

𝑦𝑖 = Prolehan suara calon yang akan di hitung di provinsi ke-𝑖

𝑥𝑖 = Jumlah seluruh suara yang sah di provinsi ke-𝑖

Pada makalah kali ini, penulis akan menghitung proporsi suara pasangan Jokowi-

JK pada hasil rekapitulasi pemilihan presiden tahun 2014 di Indonesia. Berikut

merupakan tabel hasil rekapitulasi perolehan suara pasangan Jokowi-JK di masing

– masing Provinsi:

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 17

Tabel 1.5 Rekapitulasi Pilpres Indonesia kategori suara Jokowi-JK tahun

2014 di Tiap Provinsi

No.

Prov

Total

TPS

Sampel

TPS y x No.

Prov

Total

TPS

Sampel

TPS y x

1 9508 85 7546 15885 18 8552 77 5673 20618

2 27378 242 29402 53135 19 9605 85 12571 18991

3 11001 98 4914 19098 20 11703 102 12923 22097

4 12166 106 10396 22684 21 5856 51 5926 10432

5 7523 68 7066 14240 22 8728 77 7745 15689

6 16361 145 16465 34812 23 8549 77 9537 15178

7 4220 38 4222 8413 24 4166 38 6228 11341

8 15010 132 19624 36809 25 5857 51 6542 11879

9 2741 26 3660 5291 26 16757 149 25387 36113

10 3129 30 4703 4336 27 4849 42 5558 9967

11 14208 111 24342 44404 28 1932 17 2141 4805

12 75151 668 80688 199911 29 2767 26 3870 5187

13 67850 604 105953 161213 30 3251 30 4363 8048

14 8354 72 10267 17966 31 2123 17 1996 5093

15 75979 676 97182 183430 32 2614 21 3124 4417

16 17693 157 20872 47963 33 9113 81 14308 20909

17 5939 51 12642 17208

Sumber: (https://data.kpu.go.id/ss8.php)

Dari hasil diatas diketahui jumlah provinsi yang akan diolah sebanyak 33

provinsi yang masing- masing provinsi memiliki jumlah populasi TPS dan sampel

TPS yang berbeda – beda.

Dengan menggunakan rumus Estimasi Proporsi perolehan calon yaitu:

𝑃 =

𝑁𝑖

𝑛𝑖𝑦𝑖𝑗

𝑛 𝑖𝑗=1

𝑚𝑖=1

𝑁𝑖

𝑛𝑖𝑥𝑖𝑗

𝑛 𝑖𝑗=1

𝑚𝑖=1

Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

𝑃 =70545182

133276625,1= 0.5293 = 52.93%

Dari hasil diatas, didapatkan estimasi perolehan suara pasangan Jokowi-

JK dengan 𝑃 = 52.93% yang artinya dapat dipastikan sebanyak 98% pasangan

Jokowi-JK akan menang dalam Pemilihan Presiden, karena jumlah nilai estimasi

perolehan suara lebih dari 50% dan artinya lebih dari setengah jumlah suara secara

keseluruhan. Dapat dipastikan 98% karena error yang digunakan saat menghitung

jumlah sampel TPS yaitu 0.02 artinya tingkat keakuratan perhitungan sebanyak

98%.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 18

IV.7 Perhitungan Margin of Error

Margin of Error (𝑚𝑜𝑒) digunakan untuk menghitung kisaran prosentase

estimasi perolehan suara yang telah dihitung sebelumnya. 𝑀𝑜𝑒 merupakan elemen

statistic yang merepresentasikan jumlah kesalahan dalam pengambilan sampel

pada suatu survey yang digunakan untuk mengukur seberapa dekat data yang

didapat dari sampel dengan data yang ada pada populasi sesungguhnya, selain itu

𝑚𝑜𝑒 ini biasanya digunakan sebagai rentang hasil perhitungan yang sebenarnya.

Pada pengambilan tingkat kepercayaan kisaran prosentase perhitungan suara

sebesar 95%, 𝑚𝑜𝑒 dari estimasi proporsi (persentase) perolehan suara pasangan

calon yang dihitung menggunakan rumus berikut:

𝑚𝑜𝑒 = 2 × 1

𝑋 2

𝑁𝑖(𝑁𝑖 − 𝑛𝑖)

𝑛𝑖× 𝑆𝑖

2

𝑚

𝑖=1

Dengan 𝑆𝑖2 adalah variansi dari variable acak 𝐷𝑖 = (𝑦𝑖𝑗 − 𝑝 𝑥𝑖𝑗 ) untuk provinsi ke-

𝑖, dengan 𝑚 adalah banyaknya provinsi yang akan dihitung.

Pada perhitungan estimasi proporsi suara pasangan Jokowi-JK pada

pemilihan presiden tahun 2014, nilai 𝑚𝑜𝑒 yang dihitung berdasarkan rumus diatas

yaitu 0.619% atau 0.62%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan estimasi

perolehan suara pasangan Jokowi-JK dimana 𝑝 = 52.93% dan besarnya 𝑚𝑜𝑒

sebesar 0.62%, maka kisaran presentase perolehan suara pasangan Jokowi-JK

pada perhitungan secara keseluruhan pasangan ini mendapatkan estimasi proporsi

dengan rentang antara 52.31% sampai 53.55%.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 19

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam makalah ini adalah:

1. Quick Count adalah penghitungan cepat, dimana dilakukan

penghitungan hasil pemilihan umum secara cepat, lebih cepat daripada

penghitungan yang resmi dilakukan oleh Komite Pemilihan Umum

(KPU).

2. Pemilihan Umum (PEMILU) adalah proses pemilihan orang – orang

untuk mengisi jabatan – jabatan politik tertentu. PEMILU merupakan

salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak

memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations,

komunikasi massa, lobby dan lain – lain kegiatan.

3. Karena dalam Qucik Count data yang digunakan adalah data sample

maka selalu terdapat kesalahan sampling error. Semakin kecil sampel

yang digunakan maka kemungkinan kesalahan error akan semakin

besar. Dan sebaliknya, apabila sampel diperbesar maka kesalahan akan

semakin kecil.

4. Tingkat kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa estimasi hasil

Quick Count bisa digunakan untuk populasi. Tingkat kepercayaan yang

biasa digunakan adalah 90%, 95% atau 99%.

5. Metode sampling adalah teknik penarikan sampel. Metode sampling

dibedakan menjadi dua kategori, yaitu probabilistic dan non-

probabilistik. Dalam hal ini menggunakan metode sampling secara

random yaitu dengan rumus Slovin:

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁 𝑒 2

Dan rumus estimasi proporsi perolehan suara calon sebagai berikut:

𝑃 =

𝑁𝑖

𝑛𝑖𝑦𝑖𝑗

𝑛 𝑖𝑗=1

𝑚𝑖=1

𝑁𝑖

𝑛𝑖𝑥𝑖𝑗

𝑛 𝑖𝑗=1

𝑚𝑖=1

V.2 Saran

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam makalah ini adalah:

1. Perlunya kajian lebih lanjut terkait Quick Count dan perlunya penerapan

uji – coba sederhana cara kerja Quick Count agar semakin efektif dalam

penerapannya tidak hanya pada pemilu tertentu.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 20

2. Quick Count sebaiknya diaplikasikan ke perhitungan pemilu dalam

skala kecil seperti pemilihan ketua OSIS dan lain – lain sehingga

masyarakat akan jauh familiar dengan Quick Count.

DAFTAR PUSTAKA

Budiwaskito, Raihan. 2011. Margin of Error. Bandung : Institut

Teknologi Bandung.

Estok M, Nevitte N & Cowan G. 2002. The Quick Count and Election

Observation. Washington : NDI.

Indra. 2013. Aplikasi Quick count untuk Pilkada dengan Metode

Sistematik Random Sampling Berbasis SMS. Jakarta : Universitas Budi Luhur.

Joko Sungkono dan Adiyono. 2015 Penerapan Metode Jackknife

Terhapus-1 pada Pengolahan Data Metode Quick Count.

Kismiantini. 2010. Pengumpulan Data dengan Quick Count dan Exit Poll.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

KPU. 2014. Data Pemilih Tetap Pilpres 2014. Diakses di

https://data.kpu.go.id/ss8.php pada tanggal 14 April 2017 pukul 13.20 WIB.

Raden Putra, dkk. 2013. Aplikasi SIG untuk Penentuan Daerah Quick

Count Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Cirebon 2013,

Jawa Barat ). Semarang : Universitas Diponegoro.

Suhandojo. 2008. Pembelajaran Politik Masyarakat Menggunakan

Penerapan Metode Statistika. Lampung : Universitas Lampung.

Ujiyati. 2004. Quick Count (Online).

http://www.lp3es.or.id/program/pemilu2004/QCount.htm. pada tanggal 15 April

2017 pukul 15.14 WIB.

Wagaerto, Budi Indri. 2009. Aplikasi Real Quick Count untuk

Perhitungan Cepat Pemilu dengan Menggunakan Konseptual Comprehensive

Paralel Vote Tabulation. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.

Walpole, Ronald E. 1990. Pengantar Statistika alih Bahasa Bambang

Sumantri. Jakarta: Gramedia.

Wirdaniyati, Sri Siska. 2013. Modul 1 Sistem Informasi Manajemen

tentang Quick Count. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.