PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai...

108
PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 Oleh : NOOR ISHAK NIM: 204033203130 JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H

Transcript of PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai...

Page 1: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI

INDONESIA 1945-1960

Oleh :

NOOR ISHAK NIM: 204033203130

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/1430 H

Page 2: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Pengesahan Panitia Ujian

Skripsi berjudul “PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA

1945-1960”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22

Januari 2009. Skripsi ini telah ditetapkan sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 26 Juni 2008

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Harun Rasyid, M.A Drs. Rifqi Muchtar, M.A

NIP. 150 232 921 NIP. 150 282 120

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dra. Haniah Hanafi, M. Si Dra. Hermawati, M.A

NIP. 150 299 932 NIP. 150 227 408

Pembimbing,

Drs. Agus Nugraha, M. Si

NIP. 150 262 447

Page 3: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA

1945-1960”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22

Januari 2009. Skripsi ini telah ditetapkan sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 26 Juni 2008

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Harun Rasyid, M.A Drs. Rifqi Muchtar, M.A

NIP. 150 232 921 NIP. 150 282 120

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dra. Haniah Hanafi, M. Si Dra. Hermawati, M.A

NIP. 150 299 932 NIP. 150 227 408

Pembimbing,

Drs. Agus Nugraha, M. Si

NIP. 150 262 447

Page 4: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 22 Januari 2009

Noor Ishak

Page 5: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

KATA PENGANTAR

Limpahan nikmat, barakah dan kasih sayank yang sangat besar telah

menggetarkan hati dan menggerakkan lisan penulis untuk senantiasa mengukir

rasa syukur ke hadirat Illahi Rabbi –Allah SWT–, atas semua yang telah kita

lewati. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar

Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya serta para

pengikutnya, yang telah memberi banyak pelajaran hidup kepada kita.

Jika air mata ini harus tertumpah, jika raga ini harus tersungkur, dan jika

jiwa ini harus berhimpun, maka semua itu adalah ungkapan rasa syukur yang

paling dalam kepada Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan atas terselesaikannya skripsi

yang penulis beri judul “ Pergerakan Parati Masyumi 1945-1960.” Sebagai

sebuah karya, rasanya skripsi ini akan tidak memiliki makna apa-apa, apabila di

dalamnya tidak merajut untaian terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. Adapun ucapan terimakasih saya

haturkan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Harun Rasyid, M.A dan Drs. Rifqi Muchtar, M.A selaku Ketua

dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 6: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

4. Bapak Drs. Agus Nugraha, M.Si selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih

yang sebesar-besarnya atas semua dedikasi dan perhatian dalam

memberikan masukan dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi

ini.

5. Ibu Dra. Haniah Hanafi, M.Si selaku dosen penguji I, terima kasih atas

perhatian, masukan, dan kritikan serta arahan yang beliau berikan kepada

saya. penulis haturkan banyak-banyak terima kasih.

6. Ibu Dra. Hermawati, M.A, selaku dosen penguji II, saya hanya bisa

bersyukur dan berterima kasih kepada beliau, sehingga saya mampu

menyelesaikan dan menuangkan revisi tulisan ini.

7. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pemikiran Politik

Islam ( PPI ) yang telah sangat banyak mentransformasikan ilmu dan

intelektualitas selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

8. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Utama UIN Jakarta,

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Pusat

Universitas Indonesia, Perpustakaan Miriam Budiardjo ( Fakultas FISIP

UI ), dan Perpustakaan LIPI ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia )

yang banyak memberikan kemudahan penulis dalam mengakses seluruh

literatur yang tersedia dan juga yang rela “menunggu” penulis hingga

larut.

9. Sebesar-besarnya kebanggaan ini penulis persembahkan kepada kedua

orangtua, Ayahanda Chalimi (alm) dan Ibunda tercinta Zama’inah,

Kakanda Ali Asrori beserta keluarga, Kakanda Zulianti beserta keluarga,

Adinda Syamsul Arief beserta keluarga, dan Adinda Siti May Syaroh.

Serta seluruh Keluarga Besar: Mbah Ahmad (alm), yang selalu memberi

Page 7: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

semangat bagi penulis, Paman Hamzah beserta keluarga, Soelaiman,

Salamun, Rohimin, dan Soekarwie, beserta keluarga masing-masing.

Bibik, Ruhamah, Sri Aini dan Soekandar, Zainal Anwar, Beserta keluarga,

Nufus Nitami dan Iray Agusti. Seluruh keluarga besar yang berada di

Kudus. Mereka semua tak pernah lelah memotivasi penulis untuk menjadi

lebih baik, terima kasih atas bantuan moral dan financial selama penulis

menempuh study S1 di Ibu Kota. Dan mereka semua layak mendapat

balasan surga dari Allah SWT. Amien

10. Kepada Kakanda yang terhormat Ali Asrori dan seluruh keluarga besar

Istri Ali Asrori, terimakasih atas segala curahan perhatian dan

dorongannya baik moral maupun spiritual kepada penulis. Semoga Allah

senantiasa memberikan kesabaran dan kemanfaatan dalam setiap jejak

langkah yang akan ditempuhnya.

11. Kepada seluruh teman-teman kelas PPI Angkatan 2004 Non-Reguler,

Nufus Nitami (Psikologi), Ayu Sartika, Estria (Guru Bahasa Indonesia)

Ade Nissa ( Ekonomi ), Sofyan (V.Onk), Tsani ( Kak Asep ), Yusuf Fadli

( Ucup ), Muhsin, Hudori, Zulfikar, Indra, Tya/Maulidia ( Sosiologi

Agama ), Isti, Buhari, Tohid, Sa’di, Aziz, Fadil, Galo, Agus ( Awe ), Iin

Solihin, Asep Muharuddin, Lia ( SA ), Surono, Saiman, Iray Agusti (

medan ), dr. Ricardo, Mas Harris, dan lain-lain. Keyakinan dan

kesungguhan merekalah yang menjadi sumber inspirasi penulis.

12. Teman-teman yang tergabung dalam mengajar di SMA Yayasan

Pendidikan Dharma Karya, Ibu Suparmi, Spd selaku Kepala Sekolah

SMA, Kepala Bidang Pendidikan, Pengurus OSIS, dan teman-teman lain

Page 8: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semangat perjuangan dan

bantuan mereka selalu memberi inspirasi dan semangat bagi penulis.

13. Teman-teman yang tergabung dalam mengajar di SMP N 250 Jakarta,

Kepala Sekolah SMPN 250, Pak Tumardi, Pak Tri, Pak Paryono, Bu

Kristi, Bu Suyani, dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih atas motivasi dan dukungannya.

14. Teman-Teman yang tergabung dalam mengajar di Yayasan Kesejahteraan

BKUI Jakarta, Ibu Dra. Tutik selaku ketua Yayasan, Pak Andhi Alfian,

Pak Rahmatullah, Ibu Hetty Novianti, beserta teman-teman yang lain

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a restunya

sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dan wisuda sarjana.

15. Heningnya suasana malam, dan terangnya gemintang, rembulan, lampu-

lampu jalan, hembusan angin, dan balutan semesta malam yang selalu

setia menemani penulis selama menjalani perkuliahan di Program Non-

Reguler Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Akhirnya kesempurnaan hanyalah milik Allah, dan kita sebagai manusia

sangat tidak layak untuk mengakui kesempurnaan itu. Begitu pula skripsi ini,

yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap dari

ketidaksempurnaan itu, akan hadir kebaikan untuk semua.

Jakarta, Mei 2009

Penulis

Page 9: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

B. Sistematika Penelitian............................................................. 13

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 13

D. Metodologi Penelitian............................................................. 14

E. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 15

BAB II MASYUMI

A. ..........................................................................................Aw

al Berdirinya Masyumi............................................................ 16

B............................................................................................Asa

s Partai Masyumi ................................................................... 23

C............................................................................................Sus

unan Organisasi Masyumi ...................................................... 25

D. ..........................................................................................Ke

anggotaan Masyumi ............................................................... 29

Page 10: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

BAB III DINAMIKA PERGERAKAN MASYUMI DALAM

PERPOLITIKAN DI INDONESIA

A. Masyumi Sebagai Wahana Perjuangan politik Islam

(1945-1947) ............................................................................ 38

B. Masyumi dan Kabinet Amir Syarifuddin (1947-1948)............. 44

C. Masyumi dan Kabinet Hatta (1948-1949)................................ 52

BAB IV MASYUMI DAN DEMOKRASI PARLEMENTER

A. ..........................................................................................Ma

syumi dan Kabinet Natsir (1950-1951).................................... 67

B............................................................................................Ma

syumi dan Kainet Soekiman (1951-1952 )............................... 76

C............................................................................................Ma

syumi dan Kabine Burhanuddin (1955-1956) .......................... 82

D. ..........................................................................................Ma

syumi dan Kabinet Ali Sastroamidjoyo II (1956-1957) ........... 84

BAB V PENUTUP

A. Saran ...................................................................................... 90

B. Kesimpulan............................................................................. 93

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95

Page 11: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Wacana mengenai Pergerakan Masyumi 1945-4960 dalam diskursus

perpolitikan di Indonesia sejak dahulu memang tidak pernah habis untuk di

bahas. Perdebatanya dalam kaitan ini secara umum mengacu pada gagasan dan

sentiment yang membentuk kerangka konseptual tentang identitas nasional

yang sering hadir bersamaan dengan identits yang lain, seperti: agama, suku,

bahasa, teretorial dan kelas. Oleh karena itu, pergerakan Masyumi adalah

faham yang meyakini kebenaran dan pikiran, bahwa setiap bangsa seharusnya

bersatu dalam komunitas politik yang dikelola dalam kehidupan bernegara.

Benturan ideologi peran partai Masyumi belum berahir, tidak sedikit

orang menilai bahwa peran Partai Masyumi dari beberapa Kabinet tidak

bertahan lama, kaena mosi tidak percaya dari bebrapa anggota parlemen

menjatuhkan kabinet-kabinet tersebut. Peran partai Masyumi sebagai kabinet

tidak bisa hidup secara berdampingan secara harmonis. Walaupun sebagian

umat muslim lain menganggap tidak ada sebuah pertentangan diantara

keduanya. Pro-kontar tidak hanya berhenti disini saja, belum kita bahas lebih

dalam, pertikaian ternayta bukan saja berlanjut dalam aspek politik, ekonomi,

soasial, dan budaya, akan tetapi sampai keranah sejarah. Hitam-putihnya

sejarah tidak lepas dari siapa yang berkuasa (membuat)

Page 12: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Meskipun partai Masyumi mendapat kesempatan memimpin kabinet,

bukan berarti Masyumi memonopoli dalam menetukan anggota-anggota

kabinetnya. Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari:

Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan Partai

Syarekat Islam Indonesia. 1

Banyak literatur barat, mencatat sejarah kebangkitan nasionalsime

sering kali dikaitkan dengan kebangkitan para pemimpin sekuler, termasuk

Budi Utomo dan Partai Nasional Indonesia-nya Soekarno. Nasionalisme

diyakini sebagai sebuah barang Impor dari Barat, dan para pemimpin di didik

secara sekuler untuk memperkenalkan konsep tersebut di Negara Indonesia.

Disinilah letak sejarah berkemabangnya sebuah Negara, tidak heran apabila

banyak masyarakat yang menentang.

Istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa Idonesia

memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara

sendiri dan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial

atau aktual bersama-sama untuk mencapai, mempertahankan, dan

mengabadikan identitas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa tersebut.

Pemahaman nasionalisme dari penulis adalah sebuah upaya untuk

memperjuangkan dan mewujudkan sebuah negara-bangsa (nation state).

Orientasi kenegaraan nasional dari konsep nasionalisme merupakan gerakan

kemerdekaan dari dominasi kolonial, kemudian sebagai gerakan demokrasi.

Oleh karena itu nasionalisme memiliki dua dimensi yang saling berkaitan,

1. Haniah Hanafi, Partai-Partai Islam di Indonesia, (Hasil Penelitian FUF-UIN Jakarta,

2005). H. 44

Page 13: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

yaitu dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal merujuk pada

kemampuan domestik untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi

pembangunan nasional, terutama konsensus nasional untuk memperkecil

bahkan meniadakan konflik-konflik internal itu yang lebih penting. Kemudian

dimensi ekstrenal adalah mencerminkan kemampuan nasional suatu negara-

bangsa dalam menjalankan hubungan luar negerinya dengan berbagai aktor

negara-negara tetangga. Dengan demikian nasionalisme merupakan faktor

determinan dalam politik luar negeri suatu negara yang akan memepengaruhi

efektifitas perpolitikan luar negeri.2

Pemikiran dan pergerakan nasionalisme maupun Islam bisa dilihat dari

kebangkitan nasiomalisme dan Islam di Indonesia pada abad ke-20. sebagai

mana sejarah mencatat bangkitnya pergerakan di Indonesia awal abad kedua

puluh ditandai dengan perubahan kesadaran politik yang tumbuh dengan

subur, yang tepatnya pada tahun 1920-1930, terjadi pergolakan pemikiran

untuk mencari nilai dasar atau ideologi untuk memperjuangkan kemerdekaan

atau dalam bahasa Taufik Abdullah sebagai “dasawarsa ideologi” dalam

sejarah pergerakan di Indonesia.3

Nasionalisme berasal dari kata Nation yang dipadankan dengan

bangsa. Dalam bahasa Indonesia, bangsa mempunyai dua pengertian yaitu

pengertian antropologis-sosiologis, dan pengertian politis. Dalam pengertian

antropologis dan sosiologis bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan

2 Ali Mahsan Musa, Nasionalisme Kiai kontruksi social berbasis agama, (Yogyakarta,

PT. Lkis Pelangi Aksara, 2007) h. 32 3 Adihiyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme, (Jakarta, PT.Pustaka Al-kKausar. 2005),

cet- 1. h.36.

Page 14: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing angggota

merasa sebagai satu kesatuan Ras, Bahasa, Agama, Sejarah, dan Adat Istiadat.

Sedangkan yang dimaksud bangsa dalam politik adalah masyarakat dalam

suatu daerah yang sama dan tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai

suatu kekuasaan tertinggi, baik keluar maupun kedalam.

Gelombang nasionalisme pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang

melanda negara-negara Islam, telah memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap perpolitikan umat Islam. Dalam kaitan ini, secara umum istilah

nasionalisme mengacu kepada gagasan yang membentuk kerangka konseptual

tentang identitas nasional yang hadir bersama identitas lain seperti, Agama,

bahasa, suku, teritorial, dan kelas. Sehingga negara bangsa (nation state)

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari umat Islam4. Oleh karena itu,

nasionalisme atau kebangsaan adalah faham dan meyakini kebenaran, bahwa

kebenaran setiap bangsa harus bersatu padu dalam komunitas politik yang

dikelola secara rasional dalam kehidupan bernegara.

Memasuki abad-21, serbuan globalisasi mengguncang sendi-sendi

identitas nasional. Proses globalisasi yang berlangsung cepat, cendrung

melenyapkan batas-batas negara dan nasionalisme. Bentuk perubahan sosial

yang menyertai Era globalisasi tersebut, mempengruhi cara pandang

masyarakat terhadap kehidupan dan semesta. Tatanan globalisasi ini semakin

menjauhkan manusia dari kepastian moral dan nilai luhur yang telah

dipegang-teguh sebelumnya.

4 Hans Kohn, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya (terj), (Jakarta: PT. Pembangunan dan

Penerbit Erlangga,1984),h. 108

Page 15: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Jadi benarkah nasionalisme telah telah tiada? Dalam karya klasik

Daniel Bell, The End of Ideology, nasionalisme adalah ideologi intelektual

lama abad ke-19, dan ketika ideologi marxisme telah lumpuh (exhausted)

dalam masyarakat Barat, terutama Eropa Barat dan Amerika, ideologi-ideologi

baru semacam ini, seperti industrialisasi, modernisasi, Pan-Arabisme, warna

kulit (etnisitas), dan nasionalisme justru menemukan momentum, kesadaran

dan pemberdayaan menurut keperluan yang dihadapi, khususnya di negara-

negara yang baru bangkit di Asia Afrika seusai perang dunia II. Jadi,

nasionalisme memang surut di negara-negara maju, namun yang jelas

nasionalisme tidak mati. 5

Pada dewasa ini di Indonesia, ada isu mengenai nasionalisme yang

semakin memudar, indikasi seperti ini bisa dilihat dari fenomena yang

berkembang pada tataran masyarakat (grass root) terutama pada generasi

muda sedikit sekali dari salah satu mereka yang mengerti makna nasionalisme,

terlebih mengaplikasikan nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan keseharian

dalam bingkai kebangsaan.

Komposisi Indonesia sebagai bangsa yang sangat besar, baik dari segi

luas wilayah negara (teritorial), ragam Agama, multi kultural dan multi etnis,

yang meniscayakan terbangunnya nasionalisme secara kokoh. Kondisi yang

sangat rentan tersebut di perparah dengan adanya mekanisme globalisasi

dunia, yang membuat jarak geografis antara negara yang semakin tipis atau

mengecil. Jika hal tersebut tidak dihindari atau diwaspadai dan diambil

5 Azyumardi Azra,Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 105.

Page 16: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

tindakan preventif sedini mungkin, maka dapat berimbas hilangnya identitas

suatu masyarakat bahkan negara.

Salah satu hal penting yang dilakukan dalam pergerakan nasional

adalah munculnya pencarian yang dilakukan oleh sekian banyak warga yang

terdidik dari berbagai daerah yang berbeda, namun dalam lingkup wilayah

yang sama yaitu Indonesia, dari Sabang sampai Meraoke. Pencarian identitas

seperti ini ditopang oleh kecerdasan serta keberanian yang kuat. Hal seperti ini

ditandai oleh berdirinya Masyumi, Karena organisasi ini berkaitan dengan

tingkah laku dan kebudayaan, serta tujuannya adalah untuk memersatukan,

dan menegakkan kedulatan republik Indonesia yang berlandaskan agama

Islam serta memberikan pendidikan kepada warga negara dan anak-anak

bangsa.

Cara pandang terhadap sejarah sebuah pergerakan, baik bersifat sosial,

pendidikan, maupun politik, dengan melihat motif atau tujuan dan latar

belakang sosio-ideologis-politis, gerakan tersebut adalah sangat penting.

Dengan begitu, maka akan diketahui secara jelas bagaimana paradigma,

asumsi nilai, pemikiran dan ideologi untuk mencapai tujuan yang diinginkan,

dengan gerakan tersebut dibangun oleh tokoh pendiri atau pengambil inisiatif,

dalam konteks ini, kata kunci nasionalisme adalah supreme loyality terhadap

bangsa. Kesetiaan itu muncul karena adanya kesadaran akan identitas yang

berbeda dengan yang lain. Signifikansi nasionalisme dewasa ini pada dasarnya

terletak pada kenyatan bahwa di dalam sebuah negara terdapat berbagai

Page 17: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

kelompok yang berbeda. Nasionalisme dipandang sebagai kekuatan perekat

agar negara tidak bercerai berai.

Dapat kita lihat dalam organisasi yang berkaitan dengan tingkah laku

dan kebudayaan, warga yang terdidik dapat menggerakkan perpolitik dengan

tujuan untuk kemerdekaan, dan membebaskan dari penjajahan demi warga dan

negara Indonesia. Dengan adanyan nasionalisme masyarakat Indonesia pada

masa penjajahan yang perlu diperhatikan adalah politiknya, yang terpusat pada

tercapainya kemerdekaan, dan yang lebih komitmen adalah kepada ajaran

Islam.6

Sehingga ahirnya Masyumi dilahirkan, karena adanya pengumuman

pemerintah tanggal 3 Oktober 1945 yang menghendaki agar rakyat mendirikan

partai. Terjadilah perbedaan pendapat, ketika akan melahirkan Masyumi,

akhirnya pada tannggal 7 dan 8 November 1945 diadakan Muktamar Islam

Indonesia di Yokyakarta yang dihadiri oleh hampir semua tokoh berbagai

organisasi Islam dari masa sebelum perang sampai masa kependudukan

Jepang. Ahirnya muktamar memutuskan mendirikan Majlis Syuro pusat bagi

umat Islam Indonesia dan Masyumi dianggap sebagi satu-satunya partai

politik bagi umat Islam.

Politik dan agama sudah meluas di Dunia muslim lainnya, kemudian

Islam menjadi salah satu kekuatan dalam peta kekuatan politik. Sehingga

perkembangan politik pun pararel dengan kebangkitan reformisme Islam, yang

6 Herbert Feith, Lance Caslest, Pemikiran Politik Indonesia, 1945-1965, ( Jakarta, LP3S,

1988), h. 137.

Page 18: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

di lahirkan dalam perputaran keanggotaan agar Peran partai Masyumi dapat

dilihat sebagai wakil uamt, tanpa ada yang merasa tidak terwakili.

Salah satu faktor yang berkaitan dengan persoalan politik umat Islam,

adalah pandangan umum seperti pendapat Oliver Roy, (political Imagination)

imaginasi politik dalam pengertian cakrawala, baik oleh sebagian besar

komunitas Islam maupun non-Islam. Imaginasi politik tersebut berujung pada

tumbuhnya suatu keyakinan akan ketidakterpisahan antara, Wilayah Agama,

Hukum, dan Politik. Yang ditegaskan oleh Oliver Roy dan para pengamat

politik Islam lainnya adalah memiliki elemen-elemen yang tidak sepenuhnya

bisa direkonsiliasikan dengan pembangunan politik modern. Politik modern

yang dimaksud adalah sebuah struktur, sistem, tatanan, atau konstruksi politik

yang berjalan diatas logikanya sendiri. Tesis “berjalan diatas logikanya

sendiri” antara lain ditandai oleh dianutnya ideologi negara-bangsa (nation-

state) sebagai sebuah struktur, sistem, tatanan atau konstruksi politik yang

sekuler. Imajinasi politik diatas adalah kenyataan kehidupan politik yang

berjalan menurut logikanya sendiri sehingga menimbulkan gesekan yang tidak

mudah untuk disintesiskan.7

Indonesia merupakan panggung politik yang cukup baik untuk

menggambarkan tingkat sintesis antara Islam dan nasionalisme dalam politik

modern. Tiga priodisasi politik Indonesia dengan jelas mencerminkan

gesekan-gesekan yang masih belum terselesaikan secara baik, sehubungan

dengan politik umat Islam Vis a Vis kehidupan politik nasional Indonesia.

7 Abdullah Nata, Azyumardi Azra, Problematika Politik Islam di Indonesia, ( Jakarta,

P.T. Grasindo bekerja sama dengan UIN Jakarta pers 2002 ). hal. 155-158.

Page 19: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Upaya seperti ini hendaknya tidak dilihat sebagai “pemolitikan agama” yaitu

menjadikan isu-isu agama sebagai komoditas politik untuk memperoleh

kekuasaan dan semacamnya, akan tetapi lebih pada “pengamanan politik”

yaitu menjadikan agama sebagai pengawas para pelaku politik, agar tidak

terjebak dalam politik Machiavelinisme, yang menghalalkan segala cara untuk

mencapai tujuan. Hal inilah yang menjadi acuan penulis untuk membahas

tentang Pergerakan Masyumi di Indonesia 1945-1960. Masyumi merupakan

partai politik yang mempunyai Tiga lapangan perjuangan yaitu: Pertama,

memperluas pengetahuan dan percakapan umat Islam Indonesia dalam

perjuangan politik. Kedua, memperkokoh barisan umat Islam untuk berjuang

mempertahankan agama, dan kedaulatan negara. Dan yang Ketiga adalah

melaksanakan kehidupan masyarakat berdasarkan Iman dan Taqwa yang

berprikemanusiaan, persaudaraan dan persamaan hak menurut ajaran Islam.

Priode pertama mencakup pengalaman 1945-1947 yaitu gesekan

ideologis dan politis. Hal ini membawa akibat terpinggirnya peran politik

umat Islam. Yang bergilir sejak awal kemerdekaan bersifat Inimical

(bermusuhan dengan konstruksi ideologi nasional) oleh karena itu, keabsahan

nasionalisme menemukan alasan yang bersifat kualitatif dengan adanya

prinsip kewarganegaraan. Prinsip seperti ini memiliki daya reduksi yang

sangat besar dalam memenuhi hasrat setiap komunitas atas persamaan. Dalam

perkembangannya, prinsip kewarganegaraan mengalami proses pertumbuhan

yang luar biasa sehingga dimaknai sebagai jantung dari konsep nasionalisme.

Page 20: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Priode kedua 1947-1948 adalah transformasi pemikiran dan praktek

politik umat Islam terjadi dalam situasi kehidupan politik nasional besifat

tidak kompetitif. Karena itu tranformasi hanya terjadi sebagian pemikir dan

pelaku politik. Adapun ranah struktur, adalah ketidak adanya persetujuan

perundingan tentang renvill, yang sering kali dipahami sebagai bentuk

perpolitikan, atau strategi politik. Dalam pengertian ini, Partai Masyumi

merupakan bagian dari fenomena politik. Oleh karena itu politik selalu

berkaitan dengan kekuasaan, bahwa kekuasaan selalu berkaitan dengan

persoalan pengendalian negara, maka partai Masyumi selalu berkenaan

dengan bagaimana meperoleh dan menggunakan kekuasaan tersebut.

Priode ketiga 1950-1951 yaitu dimulainya demokrasi parlementer

berdasarkan UUDS 1950, massa yang kemudian sering di asosiasiakan dengan

priode kehidupan demokrasi ini membuat kehidupan sosial-budaya, ekonomi-

politik, hingga Agama, menjadi kompetitif (persaingan). Situasi seperti ini

seolah-olah apa saja dapat dilakukan. Semangat inilah yang kemudian

melahirkan reformalisasi politik Islam. Dengan itu, formalisasi pertama

mengambil bentuk menjadikan Islam sebagai simbol dan asas partai.

Islam dalam perkembangan ini tidak lagi bertahan sebagai identitas

kultural, namun bersamaan dengan munculnya rasa nasionalisme yang

membara, Islam menjadi ide politik yang terbuka untuk kemerdekaan bangsa.

Oleh karena itu hubungan Islam telah menjadi kesadaran politik yang sangat

kuat. Di Indonesia yang notabennya adalah penduduknya mayoritas Islam,

mempunyai harapan yang sangat tinggi, dalam mengisi kemerdekaan dengan

Page 21: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

rakyat yang sejahtera, hal seperti ini masuk akal karena kaum muslim dimana-

mana menghadapi kemiskinan.8

Sampai sekarang pergerakan Masyumi 1945-1960 akan terus menjadi

wacana politik umat Islam di tengah-tengah modernisasi dan globaisasi yang

hampir meruntuhkan identitas-identitas negara dan budaya nasional. Atas

dasar inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengambil tema,

“PERGERAKAN PARTAI MASYUMI 1945-1960” sebagai judul skripsi.

Dalam berbagai skripsi yang berjudul tentang Masyumi, baik dari

pembentukan, program kerjanya maupun yang lain sudah ada disebutkan,

maka penulis lebih mengarahkannya kepada Pergerakan. Sebagai salah satu

rujukan penulis adalah dari matarantai sejarah, “keputusan politik” yang

mengenai titik kebangkitan nasional yang masih dan pasti memunculkan

pendapat lain, suara-suara beda yang harus di dengar dan dipertimbangkan.

Karena kejujuran suatu sejarah akan sangat tergantung sejauhmana kita

bersedia menghiraukan dan membahas tentang kenyataan-kenyataan lain

yang lebih mungkin.

Selama beberapa tahun silam memang perbincangan masalah

pergerakan Masyumi dalam persepektif Islam merupakan hal yang sangat

umum kita dengar maupun kita baca, akibatnya banyak para aktifis Islam

yang membuat jarak terhadap permasalahan ini. Sehingga konstribusi penulis

memahami gerakan Islam dan Masyumi masih harus ditelusuri, apa yang

menyebabkan berbeda dengan dari gerakan-gerakan tersebut.

8 Moeslim Abdurrahman, Islam yang Memihak, (Jogjakarta, P.T. LKiS Pelangi Aksara,

2005) h. 28

Page 22: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Dengan demikian, tidak kecil kemungkinan maknanya dalam sejarah

Indonesia, adanya Masyumi yang sebelumnya tidak dipahami seperti ini,

sekarang banyak kalangan Mahasiswa, maupun kalangan-kalangan umum,

yang mempunyai kepedulian yang sangat besar, dan rela berkorban dengan

harta, nyawa, ilmu, waktu, dan apa saja demi kemajuan bangsa. Tulisan ini

adalah salah satu bentuk yang mengingatkan, bukan berarti gangguan bagi

sifat kebangsaan dan gerakan-gerakan Masyumi.

Berangkat dari etos kebangkitan nasionalisme (kebangsaan) Indonesia,

maka penulis menyusun dengan sederhana dan keterbatasan, namun dengan

harapan semoga menjadi bahan penyumbang penyadaran bagi mahasisiwa

yang masih aktif di perkuliahan, demi menyongsong era kebangkitan nasional

yang baru. Tentu sangat sederhana, tulisan penulis ini hadir dihadapan

khalayak pembaca. Akan tetapi besar manfaatnya bila kita sama-sama

memberi respon positif atas sekripsi yang penulis uraikan, dengan judul

“Pergerakan Partai Masyumi di Indonesia 1945-1960” Insya Allah

memberikan manfaat besar untuk kemajuan bersama.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat kompleksitas masalah yang akan diteliti dan

keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, maka masalah yang akan dibahas

hanya akan dibatasi kepada perdebatan mengenai Pergerakan Partai

Masyumi 1945-1960, dalam lingkup Partai Masyumi pada masa awal

Page 23: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Kemerdekaan Indonesia 1945. Pembatasan ini akan bermaksud untuk

mempermudah dalam penulisan skripsi bagi penulis, agar skripsi ini lebih

terfokus dan terarah.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas maka

permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana Pergeraka Partai Masyumi 1945-1960 yang mempunyai peran

dan aktifitas perpolitikan di Indonesia serta mengatur sebuah negara yang

berkulturkan Islam yang beberapa kali berganti-ganti kabinet?

C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pergerakan Partai Masyumi

di Indonesia 1945-1960

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan oleh penulis agar memberikan manfaat,

antara lain:

a. Secara teoritis maupun akademis, diharapkan oleh penulis agar dapat

memperkaya khazanah kepustakan perpolitikan

Page 24: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

b. Secara praktis agar dapat memberikan masukan kepada mahasiswa

yang lain agar bisa menilai dan merespon tentang kebaikan dan

kejelekan yang menyangkut Pergerakan Partai Masyumi pada masa itu.

D. Metodologi Penelitian

Tipe Penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu teknik

pengumpulan datanya dilakukan dengan mencari data mengenai persoalan

yang dibahas dengan menelusuri melalui literatur buku, surat kabar, dan

majalah, Analisa data menggunakan metode deskriptif, yaitu bersifat

eksploratif dengan menginterpretasikan data lalu mengambil sebuah metode

yang analitis.

Untuk pedoman penulisan skripsi, Penulis menggunakan buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh

Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta tahun 2007.

E.Sistematika Penelitian

Dalam sistematika penulisan dan penelitian ini, penulis membagi

dalam Lima bab. Yang masing-masing bab terdiri dari sub bab secara

sistematis. Hal seperti ini penulis bermaksud untuk memberikan gambaran

yang jelas mengenai uraian diatas, sehingga dapat memudahkan para pembaca

dalam memahami penulisan ini:

Bab I Adalah pendahuluan yang berisikan tentang Latar Belakang

Masalah, Pembatasan Perumusan Masalah, Metode Penelitian dan

Sistematik Penulisan.

Page 25: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Bab II Pembahasan dalam bab ini adalah mengenai Awal berdirinya

Masyumi, Asas Partai Masyumi, dan Keanggotaan Masyumi

Bab III Pembahasan pada bab ini akan membahas tentang, Dinamika

Pergerakan Masyumi dalam Perpolitikan di Indonesia, Masyumi

Sebagai Wahana Perjuangan Politik Islam, Masyumi dan Kabinet

Syahrir (1945-1947), Masyumi dan Kabinet Amir Syarifuddin

(1947-1948), serta Masyumi dan Kabinet Hatta (1948-1949).

Bab VI Pembahasan pada bab ini, akan membahas tentang Masyumi dan

Demokrasi Parlementer, yang isinya Peran Masyumi dalam

Kabinet Nasir (1950-1951), Masyumi dan Kabinet Soekiman

(1951-1952), Masyumi dan Kabinet Boerhanuddin (1955-1956),

Serta Masyumi dan Kabinet Ali Sastroamidjoyo II (1956-1957).

BAB V Bab ini adalah penutup atau bagian terahir dari penulisan skripsi,

yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Page 26: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

BAB II

MASYUMI

A. Awal Berdirinya Masyumi

Tumbuh dan berkembangnya partai-partai politik di Indonesia sejak

proklamasi kemerdekaan adalah setelah dikeluarkannya maklumat pemerintah

tanggal 4 November 1945. Maklumat tersebut berisikan bahwa pemerintah

menyukai timbulnya partai-partai politik yang teratur dan difahami oleh

masyarakat. Sejak keluarnya maklumat, maka berdirilah partai-partai politik,

pada umumnya partai politik yang didirikan adalah kelanjutan dari organisasi-

organisasi sosial dan partai politik yang sudah terbentuk pada masa kekuasaan

kolonial belanda dan kekuasaan pendudukan Jepang. Antara lain adalah partai

Masyumi, PNI, PKI, dan PSI.

Sejarah pembentukan Masyumi tidak terlepas dari motif sejarah sebuah

gerakan, yang bersifat sosial, pendidikan, dan politik. Partai Masyumi lahir 7

November 1945 yang berdasarkan keputusan kongres Muslimin Indonesia di

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, Yogyakarta. Muhammadiyah adalah

salah satu organ yang turut mensponsori berdirinya partai Masyumi. 9 dalam

pembentukan partai-partai politik, tampak jelas dalam pengorganisasian

partai-partai politik, yang terpengaruh oleh ikatan primordial, seperti Agama,

suku, dan kedaerahan. Dalam hal ini sangat kentara pada waktu pemilihan

umum 1955. Pada waktu paska kemerdekaan Indonesia merupkan perwujudan

9 Jurnal Pemikiran Agama dan Peradaban / TANWIR, Perjalanan Politik Muhammadiyah

dari ahmad Dahlan hingga Syafi’i Ma’arif, edisi Perdana, Vol. 1, mei 2003

Page 27: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

dari aliran pemikiran yang ada dalam masyarakat politik Indonesia. Masyumi,

Muhammadiyah dan NU merupakan perwujudan aliran pemikiran Islam, PNI

merupakan perwujudan aliran nasionalisme Radikal, PKI merupakan

perwujudan aliran Komunis, dan PSI merupakan perwujudan aliran

sosialisme-Demokrat. 10

Tampilnya Masyumi sebagai partai Islam yang bercorak satu kesatuan

dalam kemerdekaan Indonesia bukan suatu kebetulan dalam sejarah (an

historical accident) yang tidak dilatarbelakangi kesadaran yang dalam dan

panjang. Kelahiran Masyumi dapat dikatakan sebagai suatu keharusan sejarah

(an historical necessity) bagi perjalanan politik umat Islam Indonesia.

Dalam pembahasan seperti ini, penulis akan meluruskan kembali tentang

Islam, Nasionalisme, dan Masyumi. Utamanya dalam rangka untuk

mengantisipasi impact (dampak) yang sangat buruk untuk pertikaian ideologi

kebangsaan yang terus berkembang di Indonesia, Indonesia adalah sebuah

negara yang sebagian besar penduduknya adalah beragama Islam, mempunyai

berbagai pembahasan hubungan antara Islam dan nasionalisme dalam konteks

Indonesia kembali akan menyita banyak perhatian bagi akademisi dan banyak

kalangan lain. Dalam persoalan aspek sosial, politik dan kemanusiaan, Islam

mengakui aspek plural sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip ajaran

Islam. Berkaitan dengan persoalan nasionalisme, Masyumi berpandangan

untuk menegaskan bahwa nasionalisme tidak bertentangan dengan Islam baik

dari segi ajaran maupun sejarahnya.

10

Herbert Feith dan Lance castle, pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, (Jakarta, P.T.

LPES, 1988) h. 34

Page 28: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Inisiatif pembentukan Masyumi adalah inisiatif para tokoh partai politik

dan gerakan sosial keagamaan Islam sejak zaman pergerakan, seperti Agus

Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakkir, Abdul Wahid Hasim, Muhammad Nasir,

Muhammad Roem, Prawoto Mangkusasmito, Dr. SoekimanWirosandjojo,

Kibagus Hadikusumo, Mohammad Mawardi, dan Dr. Abu Hanifah.

Keputusan pembentukan Masyumi oleh sejumlah tokoh Islam tersebut tidak

hanya sekedar keputusan, akan tetapi sebuah keputusan dari seluruh umat

Islam melalui wakil-wakilnya. Penilaian seperti ini cukup beralasan apabila

Masyumi dilihat dari susunan kepengurusannya, yang merupakan sebuah

cerminan wakil-wakil sejumlah partai politik dan gerakan sosial keagamaan

Islam tersebut. 11

Secara eksplisit sistematika politik yang disusun Masyumi, adalah

sebagai politik yang tidak terlepas dari fungsi-fungsi lain, seperti artikulasi

kepentingan, seleksi kepentingan, dan komunikasi politik. Secara implisit

upaya pendidikan politik Masyumi adalah usaha untuk mencapai tujuan, yang

dengan cara menginsafkan dan memperluas pengetahuan kecakapan umat

Islam Indonesia dalam perjuangan politik. Perjuang politik Masyumi yang

sangat kuat adalah perjuangan ideologi untuk menghadapi komunis yang

diperjuangkan oleh PKI berdasarkan “teori-teori Marx, Engles Lenin, Stalin

dan Mao Tse Tung. Keyakinan Masyumi sebagai propaganda ideologi yang

bisa menyesatkan adalah PKI, yang disebar luaskan melalui media cetak sepeti

buku-buku tentang Marxise.

11 Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, (Jogjakarta, P.T. Safira Insani Press, 2004) h.9-10

Page 29: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Untuk mengantisipasi propaganda tersebut Partai Masyumi

mengeluarkan sebuah kebijakan bagi para anggotanya, kebijakan itu adalah

buku-buku yang bertemakan “sosialisme-religius” atau lebih dikenal dengan

buku-buku bacaan keluaga Masyumi.12

Pilihan Islam sebagai ideologi partai Masyumi adalah sejalan dengan

latar belakang pembentukan Masyumi. Karena cita-cita Islam sebagai ideologi

Masyumi sudah tampak jelas, dalam rumusan tujuan yang pertama kali

diputuskan dalam kongres umat Islam di Yogyakarta, pada tanggal 7-8

November 1945, pada pasal II ayat I, yang berbunyi kedaulatan Rebuklik

Indonesia dan Agama Islam, adalah melaksanakan cita-cita Islam dalam

urusan ketatanegaraan. Dengan demikian, menegakkan Islam tidak dapat

dipisahkan dari Masyarakat, Negara, dan kemerdekaan.

Apabila dihubungkan dengan situasi tahun 1945, maka pembentukan

Masyumi adalah dalam rangka menyalurkan aspirasi politik umat sebagai

cerminan dari potensi yang sangat besar dan konkret. Pada masa itu, masa

konkrit adalah masa yang tanpa pimpinan politik yang berasaskan Islam.

Dapat dipahami pula bahwa munculnya masyumi pada tahun 1945 dipandang

sebagi jawaban positif umat, terhadap manifiesto politik yang mendorong

partai-partai, dan direspon oleh pihak-pihak lain. Sehingga umat Islam-pun

merespon kesempatan tersebut dengan mendirikan partai yang berasaskan

Islam, yang diberi nama Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Yang

dianggap sebagai satu-satunya partai politik yang berasaskan Islam di

Indonesia pada waktu itu.

12

Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, (Jogjakarta, P.T. Syafira Insani Press, 2004)

h. 96-97

Page 30: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Pada awalnya pendukung Masyumi terdiri dari empat organisasi yaitu

Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama (NU), Perserikatan Umat Islam, dan

Persatuan Umat Islam. Dalam perkembengan Masyumi hampir semua

organisasi Islam bergabung menjadi anggota. Ketua umum partai Masyumi

yang pertama adalah DR. Soekiman, dia adalah pemimpin muslim yang

terkenal dari Syarikat Islam, dan dia dibantu oleh pemikir-pemikir intelektual

muslim muda, seperti Syarifuddin Prawiranegara, Muhmmad Roem, Mr.

Kasman Singodimedja, Yusuf Wibisana, Abu Hanifah dan Mohammad Nasir.

Dalam perkembangan berikutnya terdapat tiga kelompok dalam partai

Masyumi yaitu, konserfatif, moderat, dan sosialis religius. Kelompok

Konserfatif adalah terdiri dari pemimpin agama Islam, kelompok Moderat

yang terdiri dari Mohammad Nasir, Syarifuddin dan Muhammada Roem,

sedangkan kelompok Sosialis Religius, lebih berfikir secara kebaratan, seperti

DR. Soekiman, Yusuf Wibisono, dan Abu Hanifah. Pada awal pembentukan

partai Masyumi secara formal pernah mengalami kejayaan, yang berhasil

mempersatukan umat Islam. Akan tetapi lima belas tahun kemudian nasib

partai Masyumi sangat memprihatinkan. Karna Masyumi belum berhasil

melakukan konsolidasi politik yang berkaitan dengan pengkaderan. Sehingga

konsep dan pemikiran partai Masyumi belum menjadi semangat para tokoh

yang terkait, hal seperti ini disebabkan adanya perbedaan yang mendasar

tentang pola fakir para tokoh yang telah terkotak-kotak sebagaiman kita telah

ketahui.

Page 31: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Dilihat dari pertumbuhan partai Masyumi yang secara sepontan dan para

tokoh idealisnya yang berfariasi dapat diprediksi bahwa partai Masyumi akan

menghadapi banyak kendala dalam mewujudkan misinya. Hal seperti ini dapat

dibuktikan ketika Masyumi dihadapkan kepada pembahasan struktur yang

tidak kunjung pernah selesai sebagaimana diungkapkan oleh M. Fahry.

“Masyumi mengalami berbagi macam persoalan internal”, diantara persoalan

internal tersebut, semenjak berdirinya sampai menjelang dibubarkan (1960),

ini adalah persoalan struktural organisasi partai yang tidak pernah

tertuntaskan. Dari konggres ke konggres persoalan tersebut selalu

diperbincangkan, termasuk juga masalah keanggotaannya. Dari penuturan M.

Fahri tersebut dapat digambarkan bahwa partai Masyumi adalah partai Islam

yang belum berhasil membawa umat Islam dari hambatan yang dialaminya,

baik dari dalam maupun dari luar. Keberadaan para tokoh yang irasionalnya

masih belum cukup handal untuk menangkal pengaruh-pengaruh yang datang.

Mekanisme Syura yang ada belum dapat memberikan solusi dari

permasalahan yang diajukan, semua bertumpu pada integritas partai yang pada

dasarnya melambangkan eksistensi Ukhuwah Islamiyah yang belum mantap.13

Konsep dan pemikiran (Visi dan Misi) partai Masyumi, adalah

menegakkan kedaulatan Negara Republik Indonesia dan Agama Islam, dan

yang kedua, melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan,

sedangkan dalam anggaran dasar anggaran rumah tangga partai Masyumi yang

tertuang dalam pasal III diungkapkan untuk:

13 Form, desertasi UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta, PPS 392, h. 90-97

Page 32: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

1. Menginsafkan serta memperluas pengetahuan serta kecakapan umat islam

indonesia dalam perjuangan politik

2. Menyusun dan memperkokoh barisan umat islam untuk berjuang dan

mempertahankan agama dan kedaulatan negara

3. Melaksanakan kehidupan rakyat berdasarkan iman dan taqwa, pri

kemanusiaan persaudaraan, dan persamaan hak menurut agama islam

4. Bekerja sama dengan golongan lain dalam lapangan perjuangan

menegakkan kedaulatan negara.

Dilihat dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana

tercantum diatas partai Masyumi adalah sangat toleran artinya, Masyumi ingin

mewujudkan Negara Republik Indonesia yang berdaulat, (toyyibatun

warobbun ghofur), dengan demikian Masyumi tidak meniggalkan kelompok

minoritas selain Islam di Negara Republik Indonesia. Mereka diajak bersama-

sama berjuang untuk kepentinagn Negara dengan tidak mencampuri urusan

peribadatan mereka sedikitpun, bahkan mereka diajak kerja sama untuk

menegakkan kedaulatan negara.

Pemimpin-pemimpin partai Masyumi menafsirkan konsep Syura dalam

Al-qur’an dengan demokrasi parlementer sebagaimana yang telah berkembang

di Barat, meski tidak selalu pararel dengan partai Masyumi, sikap Masyumi

seperti ini memberikan kesan bahwa Masyumi benar-benar partai Islam yang

konsisten dengan visi dan misinya benar-benar Islami. Dari uraian tentang

visi misi secara umum tampaknya Masyumi cukup idealis dan moderat dalam

konsep, namun dilihat dari perjalanan partai terdapat kondisi kemandegan, ini

Page 33: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

berarti keempat macam tujuan usaha yang diungkapkan pada anggaran dasar

yang begitu ideal tidak terimplementasikan dengan baik. Pada kegiatan partai

selama Lima Belas tahun nampak ada kelemahan dalam pelaksanaan program-

programnya. Mungkin penyebabnya adalah lemahnya sistem menejerial

keorganisasian anggota yang banyak tidak ditangani dengan sugguh-sungguh.

B. Asas Partai Masyumi

Partai Masyumi adalah partai yang berasaskan Islam, yang tujuannya

adalah agar terlaksananya ajaran dan hukum Islam dalam kehidupan

bermasyarakat dan negara di republik Indonesia, untuk menuju keridhaan

Ilahi. Pemilihan Islam sebagai asas Partai Masyumi adalah sejalan dengan

pembentukannya, cita-cita Islam sebagai ideologi Masyumi sudah nampak

dari rumusan yang pertama kali diputuskan oleh Konggres Umat Islam di

Jogjakart, tanggal 7-8 November 1945, yaitu pasal II, yang berbunyi (1)

menegakkan kedaulatan Republik Indonesia dan Agam Islam (2)

melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan ketatanegaraan. 14

Asas tersebut mengemukakan agar semua hukum dan peraturan negara

sesuai dengan hukum dan peraturan Islam. Hal ini tidak akan merugikan bagi

yang berlainan agama karena ini tidak merugikan dan tidak ada prinsip Islam

yang berlawanan dengan ajaran-ajaran agama-agama lain. Menurut Masyumi

asas Islam, merupakan cita-cita yang bisa tumbuh dalam ketertiban dan

keamanan, kekacauan akan memboroskan tenaga, harta dan jiwa,. Kekacauan

14 Prawoto Mangkusasmito, Memperingati enam tahun Masyumi, (Jakarta, P.T. Hikmah,

1951) h. 6

Page 34: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

akan meruntuhkan segala usaha dan ihtiar. Oleh karena itu partai menolak

setiap usaha dari pihak manapun yang mengakibatkan kekacauan dan

kelumpuhan negara serta alat-alatnya. 15

Tafsir asas yang menimbulkan pendirian partai Masyumi secara dasar

terumuskan pada tahun 1952 pada konggres ke-6 bulan Agustus. Ini

merupakan tonggak sejarah dalam pertumbuhan Masyumi sehingga pertikaian

dapat dikembalikan pada partainya. Tafsir asas ini bermula dengan uraian

entang keadaan International. Perkembangan terjadi dengan dua kekuatan dan

analogi yang dibuat dengan membandingkan cerita-cerita dalam al-Quran.

Yaitu Kapitalis dan Matrealisme yang menghasilkan falsafah perebutan hidup.

(struggle for life) dan kejayaan sikuat yang mengalahakan si lemah, sehingga

mengakibatkan permusuhan antara majikan dan bueruh. Dengan demikian

damai tidak akan muncul karena masyarakat terpecah dalam golongan yang

bermusuhan tanpa berniat untuk mengutamakan kepentingan bersama.

Komunisme tidak jauh dengan pernyataan ini, dalam komunisme

kesewenangan diperbaharui, hak-hak rakyat ditindas, dan dunia juga ingin

direbut. 16

15 Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, 1945-1965, (Jakarta, P.T. Temprint,

1987), h. 138 16

Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Politik, (Jakarta, P.T. Pustaka Utama Grafiti,

1987), h. 138.

Page 35: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

C. Susunan Organisasi Masyumi

Cara pandang terhadap sejarah sebuah gerakan, baik bersifat sosial,

pendidikan, maupun politik, maka harus melihat motif atau tujuan kondisi

sosio-ideologis-politis gerakan tersebut adalah sangat dianjurkan. Maka akan

mengetahui secara jelas bagaimana paradigma asumsi nilai, pemikiran, dan

ideologi untuk mencapai tujuan gerakan yang akan dijalankan.

Sejarah pembentukan Masyumi tidak terlepas dari motif dan faktor-

faktor yang melatarinya, suasana revolusi dan persaingan berbagi kelompok

ideologi di Indonesia pasca kemerdekaan, serta peran tokoh-tokoh yang

mengambil inisiatif ikut mewarnai pembentukan Masyumi. “Partai Politik

Islam Indonesia Masyumi” didirikan dan di ikrarkan sebagai satu-satunya

partai politik Islam pada 7 November 1945, yang berdasarkan keputusan

konggres umat Islam di Jogjakarta. Inisiatif pembentukan ini berasal dari

tokoh partai politik dan gerakan sosial keagamaan Islam sejak zaman

pergerakan, seperti: Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakkir, Abdul Wahid

Hasyim, Mohammad Nastir, Mohammad Roem, Prawoto Mangkusasmito, Dr.

Soekiman Wirjosandjojo, Ki Bagus Hadikusumo, Mohammad Mawardi, dan

Dr. Abu Hanifah.

Keputusan membentuk Masyumi oleh sejumlah tokoh Islam itu tidak

sekedar sebagai keputusan tokoh-tokoh tesebut, tetapi keputusan dari seluruh

umat Islam melalui utusan wakil-wakil mereka. Penilaian ini cukup beralasan

apabila Masyumi dilihat dari susunan kepengurusannya, yang mencerminkan

wakil-wakil sejumlah partai politik dan gerakan sosial keagmaan Islam

sebagai berikut:

Page 36: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

1. Majlis Syura (Dewan Partai)

a. Hadratus Syeikh K.H. Hasyim Asj’ari (NU), Ketua Umum

b. Ki Bagus Hadikusuma (Muhammadiyah), Ketua Muda I

c. K.H. Wahid Hasjim (NU), Ketua Muda II

d. Mr. Kasman Singodimedjo (Muhammadiyah), Ketua Muda III

Anggota:

a. R.H.M. Adnan (Persatuan Penghulu dan Pegawainya, PPDP)

b. H. Agoes Salim (Penjadar)

c. K.H. Abdul Wahab (NU)

d. K.H. Sanusi (PUI)

e. K.H. Abdul Halim (PUI)

f. Syeh Djamil Djambek (Majlis Tinggi, MIT)

2. Pengurus Besar

a. Dr. Sukiman Wirjosandjojo (Partai Islam Indonesia, PII), Ketua

Umum

b. Mr. Muhammad Roem Wakil Ketua I

c. Mr. Syamsudin Wakil Ketua II

d. Abikusno Tjokrosujoso (PSII), Ketua Muda I

e. Wali Alfatah (PII) Ketua Muda II

f. Harsono Tjokroaminoto (PSII), Sekretaris I

g. Prawoto Magkusasmito (Muhammadiyah), Sekretaris II

h. Mr. R.A. Kasmat (PII), Bendahara.

Page 37: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

3. Pimpinan Bagian Penerangan

a. Wiwoho Purbohadidjojo, (Menteri Penerangan)

b. K.H. Wahid Hasyim, (Menteri Agama)

4. Utusan Luar Negeri

a. Mr, Syamsudin, (Duta Besar Indonesia di Mesir)

b. H. Dahlan Abdullah, (Duta Besar Indonesaia di Irak)

c. Mohammad Roem, (Komisaris Tinggi Indonesia di Negeri Belanda)

5. Bagian Barisan Sabilillah dan Hizbullah:

a. K.H. Masykur (NU)

b. W. Wondoamiseno (PSII)

c. Hasyim (Muhammadiyah)

d. Sulio Hadikusumo (Jong Islamiten Bond, JIB)

6. Bagian Keuangan:

a. Mr. R.A. Kasmat (PII)

b. R. Prawiro Juwono (Muhammadiyah)

c. H. Hamid BKN (Muhammadiyah)

d. Harsono Tjokroaminoto (PSII)

7. Anggota-anggota:

a. K.H. Dahlan (NU)

b. Ki Bagus Hadikusumo

c. H.M. Farid Ma’ruf (Muhammadiyah)

d. Junus Anis (Muhammadiyah)

e. K.H. Fathurrahman (NU)

Page 38: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

f. Dr. Abu Hanifah

g. Mohammad Natsir (Persis)

h. S.M. Kartosuwiryo (PSII Baru)

i. Anwar Cokro Aminoto (PSII)

j. Dr. Syamsuddin (Muhammadiyah)

k. Mr. Muhammad Roem (Penjadar)

l. Mr. Syafruddin Prawiranegara

Keterwakilan tokoh-tokoh berbagai organisasi Islam dalam Masyumi

menceminkan sifat pluralisme sebagai “partai tunggal Islam” yang

menghimpun semua potensi kekuatan politik Islam. Motif itu, menurut Yusril

Ihza Mahendra didorong oleh pandangan-pandangan dasa modernisme yang

positif dan optimis dalam memandang pluralisme. Perbedaan pandangan

sebagai ramat Tuhan, karena perbedaan itu tidak bersifat fundamental, akan

tetapi hanya berhubungan dengan masalah furu’iyah (perkara-perkara kecil).

Tidaklah mengherankan apabila pada akhirnya para tokoh tersebut mengambil

keputusan dalam pembentukan partai Masyumi guna menyatukan golongan-

golongan Islam kedalam satu partai politik yang kuat.

Perakara-perkara besar yang dipandang perlu dan mendesak dilakukan

menurut para tokoh pembentuk Masyumi adalah menyikapi suasana “revolusi

Indonesia” dan persaingan berbagai ideologi politik dalam masyarakat

Indonesia. Suasana revolusi sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada

tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Suasana

tersebut tampak mempengaruhi rumusan tujuan dan program Masyumi yang

Page 39: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

kelihatan sangat patriotik dan nasionalistik. Inilah yang perlu di garis bawahi,

sebagai kemantapan judul sekripsi yang penulis uraikan. Tujuan Masyumi

pada kongres Umat Islam itu adalah “menegakkan kedaulatan Republik

Indonesia dan Agama Islam”, dengan senantiasa melaksanakan cita-cita Islam

dalam urusan kenegaraan. Pencapaian tujuan itu kemudian merumuskan

program kerja sebagaimana terbaca pada paparan berikut:

D. Keanggotaan Partai Masyumi

Keanggotaan partai Masyumi dibagi menjadi dua macam:

1. Perorangan: untuk menjadi anggota perorangan harus berumur 18 tahun

atau sudah berkeluarga, tidak boleh merangkap anggota partai lain, dan

setiap anggota mempunyai hak suara.

2. Organisasi (anggota Istimewa): anggota ini berdasarkan organisasi-

organisasi, mempunyai hak nasehat atau saran. 17

Adanya dua macam keanggotaan ini dengan alasan untuk

memperbanyak anggota dan agar Masyumi dapat dilihat sebagai wakil umat,

tanpa tidak ada yang merasa terwaili. Pada mulanya yang menjadi anggota

istimewa Partai Masyumi adalah Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama,

Perserikatan Umat Islam dan Persatuan Umat Islam, ahirnya bersatu menjadi

Persatuan Umat Islam Indonesia yang bersifat tradisional dalam bidang

agama, tetapi modern dalam bidang keduniaan, sehingga memudahkan mereka

untuk bekerja sama dengan kalangan modernis.

17 Dra. Haniah Hanafi, M.si, Partai-Partai Islam di Indonesia, (Hasil Penlitian FUF-UIN

Jakarta, 2005)

Page 40: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Selain keempat organisasi tersebut, keanggotaan Masyumi mulai

bertambah dengan masuknya Persisi (Bandung) pada tahun 1948 dan Al-

Irsyad Jakarta pada tahun 1950. dari Sumatra Utara ikut pula bergabung, yaitu

Al-Jamiatul Wasliyah dan Al-Ittihadiyah dari Aceh, serta PUSA ikut

bergabung pada tahun 1949-1953. orgaisasi-organisasi Islam didaerah

pendudukan juga ikut bergabung dengan menjadi cabang Masyumi di daerah.

Pada awalnya Masyumi kelihatan solid dan terkenal dengan integritas

pribadi yang dimiliki oleh para pengurus Masyumi, namun ketika terjadi

konflik antara Masyumi dengan Soekarno masalah Pemberontakan Pemerintah

Revolusioner RI, maka para anggota istimewa Masyumi melepaskan ikatan

dengan Masyumi.

Selain anggota perorangan dan istimewa sebagai pendudung partai ini,

Masyumi mencoba menggalang dukungan melalui “anak organisasi” 17 yang

didirikan, seperti Muslimat, Persatuan Dagang Islam Indonesia, Persatuan

Tani Indonesia, yang didirikan masa revolusi. Persatuan Nelayan Islam

Indonesia, Persatuan Buruh Islam Indonesia didirikan pada tahun 1950-an. 18

Partai Masyumi yang didirikan pada tahun 1945 dan terpaksa bubar pada

tahun 1960 dapat dikatakan pula partai Islam terbesar di dunia. Partai

Masyumi juga mengemukakan dialog yang produktif antara Islam dan

demokrasi, sejarah partai ini dapat dilihat dari kegiatan maupun program-

programnya mengenai identitas Islam dihadapan pluralisme politik. Selama

massa begejolak yang dialami Indonesia, partai Masyumi menyusun dan

18 Haniah Hanafi, Partai-Partai Islam di Indonesia, 32-34

Page 41: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

mempertahankan suatu demokrasi Islam yang merupakan subtitusi dari

pertarungan politik dan parlementer tentang tuntutan agar Negara Islam

didirikan di Indonesia. 19

Pemilu 1955, adalah pemilihan umum yang pertama kali dilaksanakan

semenjak Indonesia merdeka, pada awalnya pemilu direncanakan pada tahun

1946, enam bulan setelah kemerdekaan. Nemun situasi yang tidak

memungkinkan karena adanya perang kemerdekaan akibat agresi Belanda I

dan II, jadi pelaksanaan pemilu tertunda. Pada saat memasuki demokrasi

parlementer, setiap kabinet dalam programnya mencantumkan pelaksanaan

pemilu. Namun hal ini tidak terjadi karena perebutan kekuasaan yang

mengakibatkan kabinet jatuh-bangun, sehingga menimbulkan dampak tidak

terlaksananya program pelaksanaan pemilu.

Kabinet Hatta (Desember 1949-Agustus 1951) pada mulanya berencana

untuk menyelenggarakan pemilu sebagai program kerjanya, sehingga suatu

dewan konstituante hasil pemilihan akan menentukan apakah Negara RI,

mengambil bentuk suatu Negara Federal atau Negara Kesatuan. Namun

dorongan kuat dari rakyat Indonesia untuk Negara kesatuan melalui Mosi

Integrasi Nastir, ahirnya membatalkan pemilu.

Kabinet Nastir (September 1950-Maret 1951) adalah menerusakan

kebijakan, sebelumnya serta mengajukan suatu RUU pemilihan atas dasar

pemilihan tidak langsung. Namun kabinet Nastir keburu jatuh sebelum RUU

diajukan keparlemen. Kabinet Soekiman (April 1951-Februari 1952) adalah

19

Ahmad Syafi’I Ma’arif, (DKK) lslam dan Nilai-Nilai Universal, ( Jakarta, International

Center for Islam and Plularism ICIP), cet 1, Juli 2008, h. 60

Page 42: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

meneruskan kebijakan kabinet sebelumnya, yaitu mengajukan RUU, namun

ditolak juga oleh parlemen, karena parlemen menghendaki adanya pemilihan

umum secara langsung.

Menurut Herbert Feith, adanya penundaan-penundaan, pemilu di

Indonesia adalah, pertama, banyaknya anggota parlemen yang mendapatkan

kursi namun keadaannya belum normal. Karna itu mereka sadar bahwa apabila

pemilu dilaksanakan akan di copot dari jabatannya. Kedua adanya

kehawatiran pemilu akan menggeser Negara yang ber-ideologi islam.

Pemilu bisa terlaksana pada kabinet Burhanuddin Harahap (salah satu

ketua dari Masyumi), pada tanggal 29 September 1955, pemilu dilaksanakan

guna untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR dan

konstituante. Dalam pemilu ini tidak kurang dari 28 partai politik peserta

pemilu, dengan menganut sistem proporsional. Yang secara garis besar dilihat

dari segi ideologi, dapat digolongkan dalam tiga kategori yaitu, Islam,

Nasionalis, dan Komunis atau Sosialisme. 20 Namun ketiga aliran dasar itu

muncul kedalam berbagai kelompok dan organisasi politik, dan mereka

mengikuti pemilihan umum dengan penuh semangat dalam suasana bebas dan

demokratis.

Hasil pemilu ternyata tidak memuaskan pihak manapun, terutama

Masyumi dan PNI, yang sebelumnya mempunyai harapan besar akan menang

(Masyumi) yang hanya memperoleh kursi 75, dalam parlemen dari jumlah

total 257 kursi yang diperebutkan. Sedangkan NU mendapatkan kursi 45, dan

20

Lily Ramli, Islam Yes Partai Islam Yes, (Jakarta: Pusat Penelitian Politik, 2004),

h. 46-47

Page 43: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

PKI, 39. dan partai-partai lain kurang dari 10 kursi. Hasil perolehan yang

hampir sama dengan kekuatan nasionalis, maka akan sukar bagi golongan

Islam untuk memperjuangkan dasar negara Islam dalam konstituante.

Fenomena perolehan suara partai-partai Islam yang tidak keluar sebagai

pemenang pemilu tersebut dapat dilihat bahwa semua umat Islam yang

mayoritas, untuk memilih partai-partai Islam. Bahkan sebagian diantara

mereka memilih partai-partai sekuler dan partai atheis, (PKI). Hal ini memang

umat Islam Indonesia tidak homogen dalam pemahaman terhadap Islam.

Karena Islam di Indonesia terdiri atas Islam Santri dan Islam Abangan.

Pemilihan umum bagi Masyumi telah menjadi perhatian khusus sejak

Muktamar ke-III di Kediri tahun 1947, dan termasuk sebagai urgensi program

Masyumi adalah revolusi untuk memperahankan kemerdekaan dari penjajahan

oleh Belanda, sejak penyerahan kedaulatan Masyumi dikasih kesemepatan

untuk memimpin pemerintahan, dan pemilu menjadi hal penting dalam tiap-

tiap Kabinet sampai dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1953 tentang

pemilihan anggota konstituante dan anggota DPR. UU ini berhasil diterapkan

oleh kabinet Wilopo, dan Muhammad Roem (Masyumi) menjabat sebagai

Menteri dalam Negeri yang bersama-sama dengan Menteri Kehakiman

bertanggung jawab atas terselenggaranya Pemilu. 21

Masyumi sebagai partai politik terbesar, tentunya mempunyai

karakteristik yang tersendiri sebagai ciri khas partai Islam pada waktu itu. Ciri

khasnya antara lain merupakan sebuah organisasi politik yang mampu

merumuskan citra Islam dan cita-cita kebangsaan secara modern bagi umat

21 Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, h. 75.

Page 44: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Islam keseluruhan di Indonesia. Dalam wadah partai Masyumi berhasil

menghimpun suatu kekuatan politik umat Islam Indonesia sehingga menjadi

bersatu, mungkin bisa dinilai yang bersifat formal, namun pada waktu itu

memang kekuatan politik Masyumi sangat maha dahsat, sehingga umat Islam

berada dalam satu pimpinan.

Masyumi bekerja sama dengan partai-partai Islam lain untuk

memperjuangkan Islam sebagai ideologi negara republik Indoneisa dalam

konstituante. Ini merupakan konsekwensi dan cita-cita Masyumi untuk

memperjuangkan berlakunya ajaran Islam secara menyeluruh dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Namun ada hal lain yang perlu

dipahami, bahwa memperjuangkan cita-cita Negara berdasarkan Islam melalui

musyawarah dalam konstituante hasil pemilu betapapun tidak bertentangan

dengan undang-undang yang sudah di bentuk pemerintah sebelumnya dan

sudah berlaku.

Secara umum dapat dikatakan bahwa prilaku politik Masyumi selama

priode kritis pada waktu itu memang tidak ada cacat sedikitpun, karena

Masyumi keperpihakannya terhadap martabat Negara Republik Indonesia

begitu jelas, penuh konsisten dan penuh dengan perhitungan. Dengan rumusan

serta tujuan yang hendak diperjuangkan oleh Masyumi adalah menciptakan

Indonesia yang bercoraka Islam, namun memberikan kebebasan penuh kepada

golongan-golongan lain untuk berbuat dan memperjuangkan aspirasi politik

sesuai dengan ideologinya masing-masing. 22

22

Ahmad Syafi’I Ma’arif, islam dan politik Indonesia Teori Belah Bambu Masa

Demokrasi Terpimpin 1959-1965, (Jogjakarta: IAIN Sunan Kali Jaga Press, 1988), h. 33

Page 45: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Masyumi melibatkan diri sebagai peranan penting dalam kancah politik

demokrasi parlementer pada tahun 1950 dan 1957 adalah menginginkan

sebuah Negara Islam, dan ingin membentuk pemerintahan yang berpandangan

pragmatis, serta ingin berkoalisi dengan partai-partai sekuler dan Kristen. Pada

awal demokrasi parlementer, Masyumi mengalami ketimpangan dalam

pembagian kekuasaan pemerintahan yang terkesan kurang adil, sehingga

Masyumi tidak terlalu banyak andil dalam Kabinet. Akan tetapi Masyumi

lebih menekankan perlunya persatuan serta pertahanan kemerdekaan dari pada

mempersoalkan kepentingan partainya sendiri, oleh karena itu Masyumi tidak

setuju dengan adanya perubahan sistem kabinet presidensil ke kabinet

parlementer.23

Masyumi dan pemerintahan pada Massa 1955-1960 adalah priode

pemilihan umum yang ditandai dengan munculnya empat partai besar, yaitu

Masyumi PNI, NU dan PKI. Pada bulan Maret 1956-1957 terbentuk kabinet

Sastroamidjojo II dan aktifnya Soekarno sebagai Presiden Konstitusional

menurut undang-undang dasar sementra 1950 kedalam persoalan politik

praktis. Pada posisi cabinet ini Masyumi mewakili kedudukan sebagai Perdana

Menteri dalam kepemerintahan.

Dalam priode 1956-1957 Presiden Soekarno mengumumkan konsepnya

yang terkenal dngan nama Demokrasi Terpimpin, dengan pernyataan in

Masyumi menghadapi perubahan-perubahan. Sementara wakil-wakilnya di

konstituante dengan gigih memperjuangkan terciptanya sebuah konstituante

23

Jajang Muttaqin, Masyumi dalam pergolakan Politik Islam Indonesia, (Jakarta, UIN

Syarif Hidayatullah PRESS, 2004), h. 51-52.

Page 46: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

yang mencerminkan aspirasi-aspirasi Islam, yang berhubungan dengan

ideologi Negara. Dalam priode ini juga terjadinya peristiwa PRRI yang

melibatkan sejumlah tokoh penting Masyumi yang dan dikeluarkannya dekrit

Presiden serta terbentuknya Kabinet Djuanda.

Sedangkan pada tahun 1959 dan 1960 merupakan tahun yang

menimbulkan ketegangan bagi kalangan Masyumi baik didalam pemerintahan

maupun didalam partainya, karena pada tanggal 31 Desember 1959, Presiden

Soekarno mengeluarkan penetapan Presiden (Penpres) No. 7 / 1959 yang

mengatur kehidupan partai politik dan pembubaran partai. Penetapan tersebut

memberikan hak kepada Presiden untuk menindak partai-partai yang anggaran

dasarnya bertentangan dengan dasar Negara, atau pula pemimipinya terlibat

dalam pemberontakan atau menolak untuk menindak anggota-anggotanya

yang terlibat dalam pemberontakan.

Setelah penetapan tersebut, tepatnya pada tahun 1960 dikeluarkanlah

Keputusan Presiden (Kepres) No. 200 / 1960 yang secara resmi

memerintahkan pembubaran partai Masyumi. Tepatnya pada jam 05.20 pada

tanggal 17 Agustus 1960, dimana pemimpin pusat Masyumi menerima surat

dari direktur Kabinet Presiden yang mengemukakan bahwa dalam waktu tiga

puluh hari sesudah tanggal keputusan, pemimpin partai Masyumi harus

menyatakan partainya bubar. Dan pembubarannya harus diberitahukan oleh

Presiden, kalaupun tidak partai Masyumi akan di umumkan sebagi partai

terlarang.

Page 47: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Apa yang saya tulis sebagai skripsi ini adalah salah satu karya cemerlang

dari karir politik Masyumi, karya politik itu adalah prestasi partai dalam

membela bangsa dan Negara. Karena pembelaan itu memang dituntut pada

setiap patriot Indonesia. Prestasi politik yang cemerlang perlu kita menengok

lebih dekat “dapur Masyumi” yang di huni berbagai kecendrungn keagamaan

dan politik yang sulit dipersatukan. Fenomena subkelompok dalam Masyumi

tersebut berdasarkan kategori yang dibuat oleh Wahid Hasyim, yaitu saling

bertabrakan untuk memahami masalah sengketa di dalam partai.

Page 48: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

BAB III

DINAMIKA PERGERAKAN MASYUMI

DALAM PERPOLITIKAN DI INDONESIA

E. Masyumi Sebagai Wahana Perjuangan Politik Islam

Pendeknya usia piagam Jakarta dalam sejarah konstitusionalisme

Indonesia tidak mengendorkan semangat perjuangan politik umat Islam di

alam kemerdekaan. Bila selama ini kesatuan gerak politik di kalang organisasi

dan partai-partai Islam yang dirasakan tidak memadai sebagai wahana

perjuangan, maka dipandang sudah sangat mendesak agar umat merapatkan

barisan dalam satu partai politik. Partai politik itu ialah Masyumi, tapi bukan

Masyumi buatan Jepang, “seperti yang dibentuk pada 1943, atas kebaikan”

penguasa Jepang di Indonesia. Masyumi yang berdiri pada tanggal 7-8

November 1945 sepenuhnya merupakan hasil karya pemimpin-pemimpin

umat Islam dalam sebuah konggres yang bertempat di gedung Madrasah

Muallimin Muhammadiyah Jogjakarta.

Dilihat dari data sosiologis umat, pendukung utama partai Masyumi

adalah Muhammadiyah dan NU. Jadi jelas secara ideologis, Masyumi adalah

kelanjutan dari MIAMI, tapi kali ini menghususkan perjuangan dibidang

p[olitik dalam rangka menegakkan ajaran Islam dalam wadah Indonesia

merdeka. Selain Muhammadiyah dan NU, hampir semua organisasi Islam di

Indonesia kecuali Perti, mendukung kehadiran Masyumi sebagai satu-satunya

Page 49: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

partai umat Islam di Indonesia. Kemudian Masyumi tampil sebagai pembela

demokrasi yang tangguh dalam negara demokrasi Indonesia.

Dalam konggres November itu, tercatat sebagai ketua panitia adalah

Mohammad Natsir dengan anggota-anggota: Soekiman Wirjosendjoyo,

Abikusno Tjokrodjujoso, A. Wahid Hasyim, Wali Al-fatah, Sri Sultan

Hamengkubuwono IX, Sri Paku Alam VIII dan A. Gaffar Ismail. Dalam

konggres diputuskan bahwa Satu, Masyumi adalah satu-satunya partai politik

Islam di Indonesia, Dua, Masyumilah yang akan memmpejuangkan nasib

(politik) uamt Islam Indonesia. Dengan ikrar ini, berati eksistensi partai Islam

yang lain tidak diakui lagi. Masyumi priode awal terdiri dari Majlis Syura

yang diketuai oleh K.H. Hasyim Asyari, dan pengurus besar (Badan

Eksekutif) yang diketuai oleh Soekiman Wirdjosenjojo.

Sejarah pembentukan Masyumi tidak terlepas dari motif sejarah sebuah

gerakan, yang bersifat sosial, pendidikan, dan politik. Partai Masyumi lahir 7

November 1945 yang berdasarkan keputusan kongres Muslimin Indonesia di

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, Yogyakarta. Muhammadiyah adalah

salah satu organisasi yang turut mensponsori berdirinya partai Masyumi. 24

dalam pembentukan partai-partai politik, tampak jelas dalam pengorganisasian

partai-partai politik, yang terpengaruh oleh ikatan primordial, seperti Agama,

suku, dan kedaerahan. Dalam hal ini sangat kentara pada waktu pemilihan

umum 1955. Pada waktu paska kemerdekaan Indonesia merupkan perwujudan

dari aliran pemikiran yang ada dalam masyarakat politik Indonesia. Masyumi,

24

Jurnal Pemikiran Agama dan Peradaban / TANWIR, Perjalanan Politik

Muhammadiyah dari ahmad Dahlan hingga Syafi’i Ma’arif, edisi Perdana, Vol. 1, mei 2003

Page 50: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Muhammadiyah dan NU merupakan perwujudan aliran pemikiran Islam, PNI

merupakan perwujudan aliran nasionalisme Radikal, PKI merupakan

perwujudan aliran Komunis, dan PSI merupakan perwujudan aliran

sosialisme-Demokrat. 25

Kekuatan sekaligus kelemahan Masyumi menurut analisis, yaitu terletak

pada sifatnya yang federatif. Menurut A.R. Bawesdan (1909-1986) salah

seorang pemimpin penting Masyumi dan mantan pendiri PAI (Partai Arab

Indonesia). Masyumi, berhasil menarik hampir semua organisasi Islam

Indonesia, sedangkan mereka tetap mempunyai otonomi dalam kegiatan sosio-

keagamaan mereka. Kelemahan Masyumi juga terletak pada semangat

golongan mereka yang selalu lebih dominan dalam partai ketimbang semangat

persatuan. Kenyataan seperti inilah yang sering menempatkan Masyumi pada

posisi yang sulit dalam menyusun badan eksekutif yang kuat dan handal.

Kegagalan dalam mengarahkan dan mengteluarkan semangat golongan yang

hedrogen telah membawa partai Masyumi berhadapan dengan masalah-

masalah intern yang serius. Apalagi posisi-posisi politik formal dalam negara

yang baru merdeka tidak jarang mempunyai daya tarik tersendiri bagi

pemimpin-pemimpin partai yang berasal dari berbagai golongan umat.

Tampilnya Masyumi sebagai partai Islam yang bercorak satu kesatuan

dalam kemerdekaan Indonesia bukan suatu kebetulan dalam sejarah (an

historical accident) yang tidak dilatarbelakangi kesadaran yang dalam dan

25

Herbert Feith dan Lance castle, pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, (Jakarta, P.T.

LPES, 1988) h. 34

Page 51: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

panjang. Kelahiran Masyumi dapat dikatakan sebagai suatu keharusan sejarah

(an historical necessity) bagi perjalanan politik umat Islam Indonesia.

Inisiatif pembentukan Masyumi adalah inisiatif para tokoh partai politik

dan gerakan sosial keagamaan Islam sejak zaman pergerakan, seperti Agus

Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakkir, Abdul Wahid Hasim, Muhammad Nasir,

Muhammad Roem, Prawoto Mangkusasmito, Dr. SoekimanWirosandjojo,

Kibagus Hadikusumo, Mohammad Mawardi, dan Dr. Abu Hanifah.

Keputusan pembentukan Masyumi oleh sejumlah tokoh Islam tersebut tidak

hanya sekedar keputusan, akan tetapi sebuah keputusan dari seluruh umat

Islam melalui wakil-wakilnya. Penilaian seperti ini cukup beralasan apabila

Masyumi dilihat dari susunan kepengurusannya, yang merupakan sebuah

cerminan wakil-wakil sejumlah partai politik dan gerakan sosial keagamaan

Islam tersebut. 26

Secara eksplisit sistematika politik yang disusun Masyumi, adalah

sebagai politik yang tidak terlepas dari fungsi-fungsi lain, seperti artikulasi

kepentingan, seleksi kepentingan, dan komunikasi politik. Secara implisit

upaya pendidikan politik Masyumi adalah usaha untuk mencapai tujuan, yang

dengan cara menginsafkan dan memperluas pengetahuan kecakapan umat

Islam Indonesia dalam perjuangan politik. Perjuang politik Masyumi yang

sangat kuat adalah perjuangan ideologi untuk menghadapi komunis yang

diperjuangkan oleh PKI berdasarkan “teori-teori Marx, Engles Lenin, Stalin

dan Mao Tse Tung. Keyakinan Masyumi sebagai propaganda ideologi yang

26 Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, (Jogjakarta, P.T. Safira Insani Press, 2004) h.9-10

Page 52: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

bisa menyesatkan adalah PKI, yang disebar luaskan melalui media cetak sepeti

buku-buku tentang Marxise.

Untuk mengantisipasi propaganda tersebut Partai Masyumi

mengeluarkan sebuah kebijakan bagi para anggotanya, kebijakan itu adalah

buku-buku yang bertemakan “sosialisme-religius” atau lebih dikenal dengan

buku-buku bacaan keluaga Masyumi.27

Pada awalnya pendukung Masyumi terdiri dari empat organisasi yaitu

Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama (NU), Perserikatan Umat Islam, dan

Persatuan Umat Islam. Dalam perkembengan Masyumi hampir semua

organisasi Islam bergabung menjadi anggota. Ketua umum partai Masyumi

yang pertama adalah DR. Soekiman, dia adalah pemimpin muslim yang

terkenal dari Syarikat Islam, dan dia dibantu oleh pemikir-pemikir intelektual

muslim muda, seperti Syarifuddin Prawiranegara, Muhmmad Roem, Mr.

Kasman Singodimedja, Yusuf Wibisana, Abu Hanifah dan Mohammad Nasir.

Dilihat dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana

tercantum diatas partai Masyumi adalah sangat toleran artinya, Masyumi ingin

mewujudkan Negara Republik Indonesia yang berdaulat, (toyyibatun

warobbun ghofur), dengan demikian Masyumi tidak meniggalkan kelompok

minoritas selain Islam di Negara Republik Indonesia. Mereka diajak bersama-

sama berjuang untuk kepentinagn Negara dengan tidak mencampuri urusan

peribadatan mereka sedikitpun, bahkan mereka diajak kerja sama untuk

menegakkan kedaulatan negara.

27

Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, (Jogjakarta, P.T. Syafira Insani Press, 2004)

h. 96-97

Page 53: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Pemimpin-pemimpin partai Masyumi menafsirkan konsep Syura dalam

Al-qur’an dengan demokrasi parlementer sebagaimana yang telah berkembang

di Barat, meski tidak selalu pararel dengan partai Masyumi, sikap Masyumi

seperti ini memberikan kesan bahwa Masyumi benar-benar partai Islam yang

konsisten dengan visi dan misinya benar-benar Islami. Dari uraian tentang

visi misi secara umum tampaknya Masyumi cukup idealis dan moderat dalam

konsep, namun dilihat dari perjalanan partai terdapat kondisi kemandegan, ini

berarti keempat macam tujuan usaha yang diungkapkan pada anggaran dasar

yang begitu ideal tidak terimplementasikan dengan baik. Pada kegiatan partai

selama lima belas tahun nampak ada kelemahan dalam pelaksanaan program-

programnya. Mungkin penyebabnya adalah lemahnya sistem menejerial

keorganisasian anggota yang banyak tidak ditangani dengan sugguh-sungguh.

Masyumi telah merumuskan tujuan jangka panjang yang hendak

diraihnya dalam perjuangan politik. Dalam anggaran dasar tujuan itu

dirumuskan secara terbuka sebagai berikut: “tujuan partai adalah

terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan orang seorang,

masyarakat, dan negara Republik Indonesia, menuju Keridhaan Ilahi. Dengan

rumusan ini, Masyumi melalui cara-cara dan saluran-saluran demokratis yang

ingin menciptakan Indonesai yang bercorak Islam. Akan tetapi memberikan

kebebasan penuh kepada golongan-golongan lain untuk berbuat

memperjuangkan inspirasi politik sesuai dengan agama dan ideologinya

masing-masing. Hak bebas bagi golongan-golongan lain ditegaskan dalam

tafsiran anggaran dasar partai. Dalam perjalanan sejarahnya orang memang

Page 54: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

meragukan kejujuran Masyumi dalam membela dan mempertahankan prinsip-

prinsip demokrasi dalam suatu pluralisme ideologi, sekalipun umat Islam

secara kuantitatif merupakan mayoritas mutlak dari penduduk Indonesia.

Mayoritas tidak berarti seluruhnya menjadikan Islam sebagai ideologi politik.

Secara ideologis, hanya partai-partai saja yang di kategorikan sebagai wakil

Islam pada waktu itu, karena ideologi itu telah mempersempit ruang gerak

Islam.

F. Masyumi dan Kabinet Syahrir (1945-1947)

Walaupun mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam, seperti yang

sudah dikatakan diatas, kedudukan uamt Islam pada masa permulaan revolusi

itu tidak dapat disebut kuat. Hal ini tercermin dalam kabinet dan ,KNIP.

Hanya dua orang menteri yang mewwakili mereka dalam kabinet presidensiil,

yang dibentuk pada bulan Agustus 1945 dan hanya 20 dari 137 anggota KNIP.

Kedua menteri itu adalah Abikusno Tjokrosujoso (Pekerja Umum) dan K.H.

A. Wahid Hasyim (Menteri Negara) dalam badan pekerja KNIP yang

jumlahnya 15 orang dan dibentuk oktober 1945, hanya dua orang yang

mewakili umat islam duduk diparlemen yaitu Wahid Hasyim dan Syarifuddin

Prawiranegara, namun setelah perombakan bulan berikutnya yaitu

Syarifuddin, Jusuf Wibisono dan Muhammad Natsir, dari 17 orang ketika

keanggotaan badan pekerja diperluas menjadi 26 pada bulan Desember denagn

maksud memasukkan juga wakil-wakil daerah hanya 4 orang yang mewakili

umat (yang keempat adalah Muhammad Zein Djambek). Dengan demikian,

Page 55: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Masyumi yang merupakan satu-satunay partai Islam ketika itu, dan merasa

pembagian sedemikian kuarang adil, tidak mendesakkan tuntutan perubahan

apapun. Partai ini sungguh mengharapkan porsi yang lebih besar, lebih

menekankan perlunya persatuan serta pertahanan kemerdekaan dari pada

mempersoalkan kepentingan diri. Oleh karena itu juga, partai ini tidak setuju

dengan perubahan sistem kabinet presidensiil ke kabinet parlementer.

Dalam kabinet ini hanya seorang anggota Masyumi yang duduk, yaitu

H.M. Rasyidi, yang bertugas menghadapi persoala-persoalan agama. Pada

tanggal 3 Januari 1946 Muhammad Natsir dari Masyumi diangkat sebagai

menteri penerangan, dan ketika Departemen Agama diadakan H,M. Rasyidi

sebagai Menterinya. Tetapi baik Natsir maupun Rasyidi turut serta dalam

kabinet sebagai perseorangan bukan sebagai wakil partai. 28

Kekecewaan Masyumi tentang perubahan sistem kabinet telah

dikemukakan oleh Natsir dalam sidang KNIP dengan sebuah manifesto.

Karena partai Masyumi menekankan pendapat bahwa presidensiiilakan lebih

menjamion stabilitas pemerintahan, bahwa perubahan melanggar Undang-

Undang Dasar. Alasan perubahan yaitu untuk “membersihkan kalangan

pemerintah dari orang-orang yang telah bekerja sama dengan jepang” dalam

masa pendudukan, tidak dapat diterima. Menurut Masyumi, sebagian besar

dari anggota Kabinet Syahrir merupakan orang-orang yang bekerja sama

dengan Jepang, dimasa pendudukan, dan dengan Belanda pada masa

penjajahan. Partai Masyumi berpendapat bahwa segala perubahan, baik yang

28

Deliar Noer, Partai Islam Di Pentas Nasional, (Jakarta, P.T. Pustaka Utama Grafiti,

1987). H. 154

Page 56: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

berkenaan dengan Undang-Undang Dasar maupun yang mengenai kabinet

dapat dilakukan seterlah diadakan pemilihan umum.

Tabel Kabinet Syahrir 1945-1946

Perdana Menteri Sutan Sjahrir

Menteri Luar Negeri Sutan Syarir

Menteri Dalam Negeri Sutan Syahrir

Wakil Menteri Dalam Negeri Mr. Harmani

Menteri Keamanan Rakyat Mr. Amir Syarifuddin

Wakil Menteri Keamanan Rakyat Abdul Murad

Menteri Kehakiman Mr. Soewardi

Menteri Penerangan Mr. Amir Syarifuddin

Menteri Keuangan Mr. Sunarjo Kolopaking

Menteri Kemakmuran Ir. Darmawan Mangunkusumo

Menteri Perhubungan Ir. Abdul Karim

Menteri Pekerjaan Umum Ir. Putu Hena

Menteri Sosial Dr. Adji Darmo Tjokronegoro

Menteri Pengajaran Mr. Dr. T.S.G. Mulia

Menteri Kesehatan Dr. Darma Setiawan

Menteri Negara H. Rasjidi

Cara pandang terhadap sejarah sebuah gerakan, baik bersifat sosial,

pendidikan, maupun politik, maka harus melihat motif atau tujuan kondisi

sosio-ideologis-politis gerakan tersebut adalah sangat dianjurkan. Maka akan

Page 57: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

di ketahui secara jelas bagaimana paradigma asumsi nilai, pemikiran, dan

ideologi untuk mencapai tujuan gerakan yang akan dijalankan.

Pada tanggal 2 Oktober 1946 keadaan mulai berangsur damai, kekuasaan

pemerintah diserahkan kembali oleh presiden kepada kabinet Syahrier. Yang

terdiri dari 30 anggota ddan bersifat nasional. Yang termasuk didalamnya

enam anggota Masyumi, yaitu Muhammad Roem (Menteri Dalam Negeri),

Jusuf Wibisono (Menteri Muda Kemakmuran), Syarifuddin Prawironegoro

(Menteri Keuangan), Muhammad Natsir (Menteri Penerangan), dan Wahid

Hasyim (Menteri Agama). Seperti halnya kabinet-kabinet sebelumnya,

partisipasi mereka dalam kabinet bersifat perseorangan, bukan atas nama

partai. Partai Masyumi sendiri tidak keberatan atas hal ini. Soekiman selaku

ketua umum partai, ketika ditemui oleh Syahrir pada bulan September, telah

memberi nama-nama anggota Masyumi yang tidak ditolak oleh partai apabila

diangkat menjadi menteri. Akan tetapi pada pertemuan dengan Syahrir itu

Soekiman menekankan bahwa menurut Masyumi, suatu kabinet koalisi

merupakan kabinet yang paling dapat diterima dan dapat menyelesaikan

kesulitan yang dihadapi negara.

Kabinet Syahrir berhasil mengadakan persetujuan dengan pihak Belanda

yang dikenal dengan nama persetujuan Linggarjati. Kedua perutusan

Indonesia dan Belanda ditadatangani di Cirebon, pada tanggal 15 November

1946. tetapi persetrujaun tersebut diterima dengan permusuhan oleh partai-

partai pada umumnya, termasuk Masyumi. Kebanyakan anggota Masyumi

yang beranggapan bahwa banyak bagian persetujuan itu menimbulkan

Page 58: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

keraguan, oleh sebab itu bisa menyebabkan tafsiran yang bebeda oleh kedua

puhak. Termasuk juga Muhammad Roem, salah satu anggota inti dalam

delegasi indonesia da seorang tokoh Masyumi yang mulai menanjak karirnya

melihat persetujuan tersebut sebagai pengakuan de fakto atas Republik

Indonesia atas Belanda. Suatu sidang pleno Masyumi di Jogjakarta tanggal 20-

21 November, dan yang dihadiri oleh berbagai ketua departemen partai, serta

mewakili Musliat, Sabilillah, Hizbullah, Majlis Syuro, dan anggota Istimewa

Muhammadiayah, NU, dan PUI. Menolak untuk menerima persetujuan

tersebut.

Melihat kemungkinan gagalnya persetujuan linggarjati, pada tanggal 6

Juni 1947 Masyumi mengeluarkan manifesto politik, yang tam[paknya

memberi maksud penerangan kepada masyarakat serta dunia luar tentang apa

yang ia tempuh bila sekiranya dipercaya memimpin kabinet. Manifesto lebih

menekankan pada kekuatan diri dalam berhadapan dengan Belanda, bahkan

sebaliknuya Syahrir dilihat sebagai menggantungkan diri pada kemauan baik

belanda serta dunia internasional. Tekanan pada kekuatan diri itu bisa

diartikan bahwa pada ahirnya kekrasan turut berbicara. Masyumi benar-benar

menolak kebijaksanaan kabinet Syahrir, apalagi setelah lebih banyak konsesi

diberikan kepada pihak Belanda. Pendirian yang sama dari banyak partai lain

menyebabkan Syahrir menyerahkan mandatnya tanggal 27 Juni 1947.

G. Masyumi dan Kabinet Amir Syarifuddin 1947-1948

Page 59: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Pembentukan kabinet berikutnya menyebabkan perpecahan didalam

Masyumi, pada tanggal 30 Juni 1947 presiden memberi mandat kepada Amir

Syarifuddin (sosialis), Sukiman (Masyumi), A.K. Gani (PNI), dan Setiadjit,

untuk membentuk suatu kabinet koalisi. Usaha keempat mereka ini gagal

karena Masyumi menuntuk kursi perdana menteri dan menteri-menteri

pertahanan, luar negeri dan dalam negeri. Kemudian tanggal 2 Juli, tiga orang

formatir ditunjuk yaitu Amir Syarifudin, A.K. Gani, dan Setiadjit, berhasil

membentuk kabinet nasional. Amir yang menjadi perdana menteri,

mengumumkan kabinetnya tanggal 3 Juli, yang menyebutnya kembali

berdirinya PSII. Partai ini diusahakan kembali oleh Arudji Kartawinata serta

Wondoamiseno yang juga duduk dalam kabinet, masing-masing menjadi

menteri muda pertahanan dan menter dalam negeri, yang didampingi oleh

Syahbuddin Latif (Penerangan) dan SukosonWirjosaputro (Menteri Muda

Soial). Hal ini merupakan pukulan besar bagi Masyumi yang merasa yakin

bahwa Amir Syarifuddin akan gagal membentuk kabinet tanpa Masyumi.

Kalangan PSII dituduh oportunistis dan merugikan perjuangan Islam.

Sebaliknya, PSII merasa ingin memainkan peranan yang lebih berarti,

mungkinjuga hubungan mereka yang kurang mesra dengan berbagai tokoh

Masyumi dari masa sebelum perang mendorong perpecahan.

Tabel Kabinet Amir Syarifuddin 1947-1948

Perdana Menteri Mr. Amir Syarifuddin

Wakil perdana Menteri I Samsuddin

Wakil Perdana Menteri II Wondoamiseno

Page 60: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Menteri Luar Negeri H. Agus Salim

Menteri Muda Luar Negeri Mr. Tamsil

Menteri Dalam Negeri Mr. Muhammad Roem

Menteri Muda Dlam Negeri Mr. Abdul Madjid Djojohadikusumo

Menteri Peratahanan Arudji Kartawinata

Menteri Muda pertahanan Mr. Kasman Singodimedjo

Menteri Penerangan Sjahbuddin Latif

Menteri Muda Penerangan Ir. Setiadi

Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis

Menteri Kemakmuran Dr. A.A. Gani

Menteri Muda Kemakmuran II Dr. A. Tjondronegoro

Menteri Perhubungan Ir. Juanda

Menteri Pekerjaan Umum Ir. H. Laoh

Menteri Perburuhan S.K. Trimurti

Menteri Agama K.H. Masykur

Menteri Sosial Soepardjo

Meneteri Kesehatan Dr. J. Leimena

Menteri Pengajaran Mr. Sastroamidjoyo

Menteri Negara Hamengkubuwono IX

Menteri Negara Urusan Pemuda Wikana

Menteri Negara Urusan Makanan Sujas

Menteri Negara Urusan Kepolisian Mr. Hendromartono

Page 61: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Kabinet Amier terdiri atas 34 orang anggota, yang termasuk 5 0rang dari

sosialis yang jumlahnya sama dengan dari PSII. Masyumi mempunyai alasan

mengapa dia berposisi menolak terhadap Amir, karena dia adalah Tokoh

sosialis yang dianggap kurang dapat dipercaya, sebab Amir lahir sebagai

muslim, masuk Kristen ketika umur 24 tahun. Pada masa sebelum perang ia

memimpin partai Gerinda, sebuah partai kebangsaan yang masuk rasdikal

menentang menentang pihak Belanda walaupun ia menjalankan politik

Koprasi. Bahkan Masyumi berpendapat bahwa Amir sebagai menteri

pertahanan telah menyalahgunakan kekuasaan yang ada, untuk kepentingan

suatu kelompok, yaitu golongan sosialis dan mungkin komunis. Pada masa ia

dalam kabinet Syahrir ia menjabat menteri perthanan, biro perjuangan dalam

inspektorat biro perjuangan di kemnenterian tersebut didominasi oleh

golongan kiri. Masyumi juga menuduh Inspektorat telah mengorganisasikan

sebagai latihan untuk kelompok-kelompok perjuangan bersenjata yang juga

memperoleh senacam indoktrinasi suatu ideologi politik tertentu yaitu

sosialisme.

Pandanagn Amir lebih banyak negatifnya, ketika perundingan dengan

pihak Belanda akan dimuali, pihak Masyumi masih bersedia membentu

pemerintah. Perundingan dengan Belanda diadakan atas saran dan pengawasan

komosi Jasa-Jasa baik Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang lebih dikenal dengan

nama Komisi Tiga Negara. Masyumi bersedia masuk pada tanggal 13

November 1947 dengan memperoleh 4 kursi, yaitu Wakil Perdana Menteri I

Samsudin. Menteri Dalam Negeri Muhammad Roem, Menteri Agama K.H.

Page 62: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Masykur, dan Menteri Muda Kehakiman Kasman Singodimedjo. Amir

memang berhasil menandatangai perjanjian renville dengan belanda, tetapi

umumnya orang berpendapat bahwa perjanjian ini kurang menguntungkan

dibandingkan dengan persetujuan Linggarjati. Pada tanggal 16 Januari 1948

Masyumi langsung menarik menteri-menterinya dari kabinet Amir, sehari

sebelum penandatanganan persetujuan renville dengan pihak Belanda.

Penolakan Masyumi terhadap persetujuan Renville didasarkan pada dua

alasan. Pertama, isi persetujuan lebih menguntungkan pihak Belanda. Kedua

sikap ketua delegasi Indonesia yaitu Perdana Menteri Amier Syarifuddin yang

tidak menolak tuntutan Belanda dalam perundingan padahal penolakan ini

keputusan kabinet. Penolakan ini harus segera disampaikan kepihak Belanda

dan Komisi Tiga Negara hal ini tidak dilakukan oleh Amir. Kemudian

kesempatan untuk menolak lewat, karena komisi tiga negara mengemukakan

usul perubahan terhadap tuntutan Belanda. Sedangkan kabinet menerima usul

tersebut, sedangkan Masyumi tetap menolak.

H. Masyumi dan Kabinet Hatta1948-1949

Dengan ditinggalkan oleh para pendukungnya, yaitu Masyumi, PNI, dan

golongan Syahrir, Amir menyerahkan mandatnya kepada kepala negara

tanggal 23 Januari 1948. persoalannya menjadi ruwet karna kabinet berikut

harus memikul konsekwensi persetujuan renville. Dapat dipahami mengapa

Masyumi, dan partai-partai lain, kurang bersemangat untuk memimpin

kabinet. Keadaan ruwet ini diselesaikan presiden dengan menunujuk wakilnya

Page 63: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

yaitu Mohammad Hatta sebagi formatir. Gagl membuat kompromi antara

pengikut Amir disatu pihak dan lawan mereka dipihak lain. Hattas lebih

banyak memilih para tokoh dari lawan Amir yaitu Masyumi dan PNI, masing

masing mendapat 4 kursi. Tokoh-tokoh Masyumi yaitu Soekiman

Wirjosandjojo (Menteri Dalam Negeri), Sjafruddin Prawiranegoro

(Kemakmuran), K.H. Masykur (Agama), dan Mohammada Natsir

(Penerangan). Kabinet terlama dimasa revolusi ini, dengan dipimpin oleh

Muhammad Hatta, bekerja sampai pada penyerahan kedaulatan pada tanggal

27 Desember 1949- dengan resaffle bualn Agustus 1949. dal;am kabinet ini

Sukiman bersedia duduk, sikap yang berbeda dan sikap yang diperlihatkan

terhadap Syahrir dan Amir Syarifuddin. Hubungan Sukiman dengan Hatta

memang rapat, pada waktu mereka belajar di negeri Belanda.

Selama pemerintahan Hatta ada tiga persoalan yang merupakan faktor

penentu dalam perkembangan di Indonesia poada umumnya, dan Masyumi

hususnya. Yang Pertama adalah munculnya gerakan darul Islam, Kedua

adalah munculnya pemberontakan PKI pada tahun 1948, Ketiga peranan

Masyumi atau tokoh-tokohnya dalam penyelesaian revolusi.

Gerakan darul Islam merupakan akibat persetujuan Renvile, persetujuan

ini antara lain menciptakan apa yang disebut garis status quo Van Mook, yang

menetapkan bahwa semua kekuatan bersenjata Republik Indonesia termasuk

seperti laskar seperti Hizbullah, harus ditarik dari daerah-daerah kantung

dibelakang garis pertahahnan Belanda, dan dikirimkan kedaerah yang diakui

sebagai daerah Republik Indonesia.

Page 64: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Tabel Kabinet Hatta 1948-1949

Wakil Presiden/Perdana Menteri Mohammad Hatta

Menteri Dalam Negeri Dr. Soekiman

Menteri Luar Negeri H. Agus Salim

Menteri Pertahanan Mohammad Hatta

Menteri Penerangan Mohammada Natir

Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis

Menteru Persediaan Makanan Rakyat I.J. Kasimo

Menteri Kemakmuran Mr. Syarifuddin Prawironegoro

Menteri Perhubungan Ir. Juanda

Menteri Pekerjaam Umum Ir. Juanda

Menteri Perburuhan/sosial Kusna

Menteri Pembangunan/Pemuda Supeno

Menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Mr. Ali sastroamidjoyo

Menteri Agama K.H. Masykur

Menteri Kesehatan Dr. J. Leimena

Menteri Negara Hamengkubuwono IX

Pada tanggal 14 Agustus 1947 Karto Soewirjo mengemukakan jihad

terhadap pihak Belanda. Hal ini dapat dilihat sebagai cerminan sikap fanatik

Kartosoewirjo, yang tidak lagi berhubungan dengan sepak terjang dengan

kalangan Islan lainnya. Pada bulan Februari 1948 ia mendirikan suatu majlis

Umat Islam di Tasikmalaya untuk koordinasi semua organissasi umat Islam di

Jawa Barat, dengan bual berikutnya ia putuskan agara kegiatan Masyumi dan

Page 65: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

kelompok-kelompok lain di Jawa Barat semua diberhentikan. Dan ia juga

mendirikan Tantara Islam Indonesia yang sebagian terdiri dari para anggota

Hizbullah dan Sabilillah yang tidak ingin hijrah keluar dari “garis Van Mook”

Disini jelas sekali perbedaan pandangan Kartosoewirjo disatu pihak dan

Masyumi dipihak lain. Seperti telah diketahui, pemerintah Darurat Republik

Indonesia, yang didirikan setelah Soekarno, Hatta, dan tokoh-tokoh lainnya

dalam pemerintah di Yogya ditangkap Belanda, diketuai oleh Syarifuddin

Prawiranegara, seorang tokoh Masyumi, dan perundingan dengan pihak

Belanda kemudian dilakukan dengan dipimpin oleh ketua delegasi yaitu

Mohammad Roem, juga dari Masyumi. Kartosoewirjo malah menyebut

kegiatan Roem sebagai wakil Masyumi dan wakil umat Islam, memalukan

sekali!! .

Pandangan Kartosoewirjo tentang pemerintah Republik Indonesia seperti

diatas menyebabakan ia melihat kedatangan TNI ke Jawa Barat sebagai

kedatangan satu angkatan yang tidak dibenarkan, oleh karena itu, ia melihat

Jawa Barat sebagi daerah yang ia pertahankan. Sebaliknya para Pemimpn

Indonesia, yang telah merasa tidak teriakt lagi dengan persetujuan renville

dengan aksi militer itu, kembali mengirimkan TNI menyusup kedaerah

berbeda dalam kekuasaan Belanda, termasuk Jawa Barat ini terjadilah perang

yang dikenal dengan perang segitiga, yaitu antara TNI, Tentara DI (TII), dan

tentara Belanda.

Alasan lain bagi Kartosoewirjo dalam menentang masuknya TNI ke Jawa

Barat adalah anggapan bahwa angkatan bersenjata Republik Indonesia telah

Page 66: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

dimasuki oleh kaum Komunis. Walaupun pemberontakan kaum komunis di

Madiun dalam bulan September telah ditumpas oleh Pemerintah Republik

Indonesia, kartosoewirjo tampak tidak melihat bahwa pemerintah serta tentara

Republik Indonesia bersih dari anasir komunis. Maka ia pun menyebut tentara

Republik Indonesia yang masuk kedaerah Jawa Barat setelah aksi militer

kedua Belanda itu sebagai angkatan dari Republik Indonesia darurat dan

komunis gadungan.

Pemberontakan PKI pada tahun 1948, salah satu perkembangan yang

sangat mempengaruhi hubungan sebangsa adalah pemberontakan PKI di

Madiun pada tanggal 18 September 1948, sepanjang tahun 1947 sebelum

Kabinet Amir Syarifuddin terbentuk, sudah nampak bahwa partai sosialis akan

pecah. Perpechan itu terbuka dengan terbentuknya Kabinrt Amir yang

menggantikan Kabinet Syahrir pada tahun 1947. ketika perdana menteri Amir

mengadakan perundigan dengan pihak Belanda, kelompok Syahrir secara

terbuka mengcamnya. Fraksi sosialis dalam badan pekerja KNIP juga

mencerminkan pertentangan dua kelompok ini, ahirnya Syahrir dan kawan-

kawan yang sepaham menarik diri dari partai sosialis dan mendirikan partai

PSI.

Dari pihak Indonesia persetujuan ini tentu bukan pekerjaan ketua delegasi

atau delegasi saja. Tanpa mengecilakn peranan Mohammad Roem, ia harus

berkonsultasi denag Soekarno dan Hatta serta para pemimpin lainnya yang

diketahui oleh Belanda di pulau Bangka. Serta para pemimpin lain yang

ditahan Belanda. Dalam pidatonya tanggal 7 Mei Roem sengaja menyebutkan

Page 67: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

bahwa ia mendapat mandat dari Soekarno dan Hatta untuk mengikat janji guna

bekerja sama dengan Belanda denagn mengusakan penyelesaian. Pada waktu

itu Roem tidak melihat persetujuan yang dicapainya dengan Van Royen itu

mempunyai arti besar. Ia juga sadr bahwa semua orang Indonesia menganggap

perswetujuan yang tersebut sebagai suatu hasil yang cemerlanga, malah ada

diantaranya tidak mengakui sama sekali atau menganggap persetujuan itu

sebagai suatu kegagalan , mereka dengan sendirinya menyalahkan dan

menyesali tokoh Masyumi ini. Peneilaian ini, disebabkan antara lain, Pertama,

pendapat keyakinan bahwa persetujuan Van Royen itu tercapai pada saat para

para pejuang bersenjata kita, baik TNI maupun Laskar, sudah menempati

posisi yang memungkinkan mereka mengambil prakarsa untuk menyapu

bersih kekuatan militer Belanda. Kedua, persetujuan tersebut mengandung

penerimaan bentuk federasi bagi negar Indonesia, dalam bentuk Republik

akan hanya merupakan negara bagian, yang memp[unyai kedudukan yang

sama dengan negara-negar bagian lain ciptaan Belanda. Ketiga, Roem sebagai

ketua delegasi Indonesia mendapat mandat ahnya dari Sokarno dan Hatta yang

tidak berfungsi lagi sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia

karena memang berada dalam tahanan Belanda. Ketigas pendapat ini lebih

dapat menerima persetujuan bila Roem juga memperoleh mandat dari

Syarifuddin Prawiranegara, kepala Pemerintah Darurat Republik Indonesia.

Alasan ini menyebabkan M. Natsir berhenti sebagai penasehat delegasi,

kemudian sebagai menteri penerangan. Karna ia terdorong pleh simpati dan

loyalitas kepada Syarifuddin, yang telah menjalin hubungan erat dengannya

Page 68: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

selama revolusi. Bahkan ia berpendapat bahwa hasil Roem-Royen tersebut

hendaklah dirundingkan terlebih dahulu dengan Sarifuddin. Disamping itu,

perundingan dianggap terlalu cepat diselesaikan. Menurut natsir keinginan

Soekarno lebih didorong oleh pertimbangan pribadi dan bukan pertimbangan

negara. Natsir dapat berkata demikian karena ia berturut ditahan bersama

pemimpin-pemimpin lain di Banka, oleh sebab itu mempunyai penilain

tersendiri terhadap tiap-tiap pemimpin. Sementara itu Natasir merasa tidak

sanggup mempertanggung jawabkan hasil persetujuan Roem-Royen kepada

partainya yaitu Masyumi, bahkan ia merasakan beban tantangan terlalu berat,

oleh karena itu ia berhenti sebagai penasehat delegasi, dan demikian juga

sebagai menteri.

Sedangkan partai Masyumi sendiri terlebih dahulu memberikan

persetujuan terhadap Roem-Royen, yaitu pada tanggal 28 Mei 1948. rapat

yang dilakukan untuk mencatat suatu perdebatan antara yang pro dan kontra,

Pertama adalah dipimpin oleh Roem, yang kedua dipmpin oleh Natsir. Roem

berpendapat bahwa persetujuan yang dibuat adalah membuka pintu yang lebih

lebar bagi Indonesia kemudian untuk terus diperjuangkan demi kepentinagn

bersama. Bahkan ia menyarankan kepada rekan-rekannya untuk tidak melihat

suatu persetujuan sebagi final, karena perjuangan belu berahir, malah tiap

perjuangan tidak akan ada yang selesai.tetapi Roem yakin bahwa kembalinya

pemerintah ke Yogyakarta akan menuju kepada pengakuan dari segenap dunia

terhadap eksistensi Republik Indonesia. Ini termasuk pihak Belanda yang

selama ini ingin mengahapus negara baru dari permukaan bumi. Menurut

Page 69: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Roem pengakuan ini Rewpublik Indonesia dapat melanjutkan perjuangan lagi.

Secara Internasional kedudukan Republik Indonesia bertambah kuat

dibandigkan dengan sebelumnay. Kedudukan yang lebih kuat inilah yang

perlu dimanfaatkan dalam perudingan denagn p[ihak Belanda. Masyumi juga

kurang mempersoalkan kedudukannya dalam kabinet di-resaflle setelah

kedudukan pemerintah kembali ke Yogyakarta, karena kabinet tetap dipimpin

Hatta yang sangat dipercaya oleh Masyumi.

Melihat adanya pro dan kontra, dikalangan Islam berpendapat bahwa

tokoh-tokoh mereka telah memberikan saham yang besar dalam perjuangan

kemerdekaan baik dimasa sebelum revolusi. Baik dimeja perundingan maupun

di medan perang, yang ahirnya diikuti oleh ribuan dan jutaan umat. Memang

persetujuan Roem-Royen membuka jalan bagi pulihnya kekuasaan selama

masa revolusi itu uamt Islam banyak memberikan sahamnya, baik korban

harta dan jiwa tidak akan dapat dihitung. Bekal rohaniah terbesar mereka

pinjamkan kepada tiap pejuang, kumandang Allahu Akbar bergema dimana-

mana. Dari semula memang tampak jelas keihlasan, adakalanya dengan

kerugian mereka sendiri. Apalagi karena perjuanagan bukan semata-mata

disertai oalh segenap pihak dengan keihlasan, keihlaasn perjuanagn umat

dimas revolusi kurang membuat perhitungan, perhitunagn tersebut dikaji

dalam tahun 1950-an

I. Dinamika Masyumi Dalam Perpolitikan Indonesia

Page 70: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Partai Masyumi yang didirikan pada tahun 1945 dan terpaksa bubar pada

tahun 1960 dapat dikatakan pula partai Islam terbesar di dunia. Partai

Masyumi juga mengemukakan dialog yang produktif antara Islam dan

demokrasi, sejarah partai ini dapat dilihat dari kegiatan maupun program-

programnya mengenai identitas Islam dihadapan pluralisme politik. Selama

massa begejolak yang dialami Indonesia, partai Masyumi menyusun dan

mempertahankan suatu demokrasi Islam yang merupakan subtitusi dari

pertarungan politik dan parlementer tentang tuntutan agar Negara Islam

didirikan di Indonesia. 29

Pemilu 1955, adalah pemilihan umum yang pertama kali dilaksanakan

semenjak Indonesia merdeka, pada awalnya pemilu direncanakan pada tahun

1946, enam bulan setelah kemerdekaan. Nemun situasi yang tidak

memungkinkan karena adanya perang kemerdekaan akibat agresi Belanda I

dan II, jadi pelaksanaan pemilu tertunda. Pada saat memasuki demokrasi

parlementer, setiap kabinet dalam programnya mencantumkan pelaksanaan

pemilu. Namun hal ini tidak terjadi karena perebutan kekuasaan yang

mengakibatkan kabinet jatuh-bangun, sehingga menimbulkan dampak tidak

terlaksananya program pelaksanaan pemilu.

Kabinet Hatta (Desember 1949-Agustus 1951) pada mulanya berencana

untuk menyelenggarakan pemilu sebagai program kerjanya, sehingga suatu

dewan konstituante hasil pemilihan akan menentukan apakah Negara RI,

mengambil bentuk suatu Negara Federal atau Negara Kesatuan. Namun

29

Ahmad Syafi’I Ma’arif, (DKK) lslam dan Nilai-Nilai Universal, ( Jakarta, International

Center for Islam and Plularism ICIP), cet 1, Juli 2008, h. 60

Page 71: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

dorongan kuat dari rakyat Indonesia untuk Negara kesatuan melalui Mosi

Integrasi Nastir, ahirnya membatalkan pemilu.

Kabinet Nastir (September 1950-Maret 1951) adalah menerusakan

kebijakan, sebelumnya serta mengajukan suatu RUU pemilihan atas dasar

pemilihan tidak langsung. Namun kabinet Nastir keburu jatuh sebelum RUU

diajukan keparlemen. Kabinet Soekiman (April 1951-Februari 1952) adalah

meneruskan kebijakan kabinet sebelumnya, yaitu mengajukan RUU, namun

ditolak juga oleh parlemen, karena parlemen menghendaki adanya pemilihan

umum secara langsung.

Menurut Herbert Feith, adanya penundaan-penundaan, pemilu di

Indonesia adalah, pertama, banyaknya anggota parlemen yang mendapatkan

kursi namun keadaannya belum normal. Karna itu mereka sadar bahwa apabila

pemilu dilaksanakan akan di copot dari jabatannya. Kedua adanya

kehawatiran pemilu akan menggeser Negara yang ber-ideologi islam.

Pemilu bisa terlaksana pada kabinet Burhanuddin Harahap (salah satu

ketua dari Masyumi), pada tanggal 29 September 1955, pemilu dilaksanakan

guna untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR dan

konstituante. Dalam pemilu ini tidak kurang dari 28 partai politik peserta

pemilu, dengan menganut sistem proporsional. Yang secara garis besar dilihat

dari segi ideologi, dapat digolongkan dalam tiga kategori yaitu, Islam,

Nasionalis, dan Komunis atau Sosialisme. 30

Namun ketiga aliran dasar itu

muncul kedalam berbagai kelompok dan organisasi politik, dan mereka

30

Lily Ramli, Islam Yes Partai Islam Yes, (Jakarta: Pusat Penelitian Politik, 2004),

h. 46-47

Page 72: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

mengikuti pemilihan umum dengan penuh semangat dalam suasana bebas dan

demokratis.

Hasil pemilu ternyata tidak memuaskan pihak manapun, terutama

Masyumi dan PNI, yang sebelumnya mempunyai harapan besar akan menang

(Masyumi) yang hanya memperoleh kursi 75, dalam parlemen dari jumlah

total 257 kursi yang diperebutkan. Sedangkan NU mendapatkan kursi 45, dan

PKI, 39. dan partai-partai lain kurang dari 10 kursi. Hasil perolehan yang

hampir sama dengan kekuatan nasionalis, maka akan sukar bagi golongan

Islam untuk memperjuangkan dasar negara Islam dalam konstituante.

Fenomena perolehan suara partai-partai Islam yang tidak keluar sebagai

pemenang pemilu tersebut dapat dilihat bahwa semua umat Islam yang

mayoritas, untuk memilih partai-partai Islam. Bahkan sebagian diantara

mereka memilih partai-partai sekuler dan partai atheis, (PKI). Hal ini memang

umat Islam Indonesia tidak homogen dalam pemahaman terhadap Islam.

Karena Islam di Indonesia terdiri atas Islam Santri dan Islam Abangan.

Pemilihan umum bagi Masyumi telah menjadi perhatian khusus sejak

Muktamar ke-III di Kediri tahun 1947, dan termasuk sebagai urgensi program

Masyumi adalah revolusi untuk memperahankan kemerdekaan dari penjajahan

oleh Belanda, sejak penyerahan kedaulatan Masyumi dikasih kesemepatan

untuk memimpin pemerintahan, dan pemilu menjadi hal penting dalam tiap-

tiap Kabinet sampai dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1953 tentang

pemilihan anggota konstituante dan anggota DPR. UU ini berhasil diterapkan

oleh kabinet Wilopo, dan Muhammad Roem (Masyumi) menjabat sebagai

Page 73: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Menteri dalam Negeri yang bersama-sama dengan Menteri Kehakiman

bertanggung jawab atas terselenggaranya Pemilu. 31

Masyumi sebagai partai politik terbesar, tentunya mempunyai

karakteristik yang tersendiri sebagai ciri khas partai Islam pada waktu itu. Ciri

khasnya antara lain merupakan sebuah organisasi politik yang mampu

merumuskan citra Islam dan cita-cita kebangsaan secara modern bagi umat

Islam keseluruhan di Indonesia. Dalam wadah partai Masyumi berhasil

menghimpun suatu kekuatan politik umat Islam Indonesia sehingga menjadi

bersatu, mungkin bisa dinilai yang bersifat formal, namun pada waktu itu

memang kekuatan politik Masyumi sangat maha dahsat, sehingga umat Islam

berada dalam satu pimpinan.

Masyumi bekerja sama dengan partai-partai Islam lain untuk

memperjuangkan Islam sebagai ideologi negara republik Indoneisa dalam

konstituante. Ini merupakan konsekwensi dan cita-cita Masyumi untuk

memperjuangkan berlakunya ajaran Islam secara menyeluruh dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Namun ada hal lain yang perlu

dipahami, bahwa memperjuangkan cita-cita Negara berdasarkan Islam melalui

musyawarah dalam konstituante hasil pemilu betapapun tidak bertentangan

dengan undang-undang yang sudah di bentuk pemerintah sebelumnya dan

sudah berlaku.

Secara umum dapat dikatakan bahwa prilaku politik Masyumi selama

priode kritis pada waktu itu memang tidak ada cacat sedikitpun, karena

31 Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, h. 75.

Page 74: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Masyumi keperpihakannya terhadap martabat Negara Republik Indonesia

begitu jelas, penuh konsisten dan penuh dengan perhitungan. Dengan rumusan

serta tujuan yang hendak diperjuangkan oleh Masyumi adalah menciptakan

Indonesia yang bercoraka Islam, namun memberikan kebebasan penuh kepada

golongan-golongan lain untuk berbuat dan memperjuangkan aspirasi politik

sesuai dengan ideologinya masing-masing. 32

Masyumi melibatkan diri sebagai peranan penting dalam kancah politik

demokrasi parlementer pada tahun 1950 dan 1957 adalah menginginkan

sebuah Negara Islam, dan ingin membentuk pemerintahan yang berpandangan

pragmatis, serta ingin berkoalisi dengan partai-partai sekuler dan Kristen. Pada

awal demokrasi parlementer, Masyumi mengalami ketimpangan dalam

pembagian kekuasaan pemerintahan yang terkesan kurang adil, sehingga

Masyumi tidak terlalu banyak andil dalam Kabinet. Akan tetapi Masyumi

lebih menekankan perlunya persatuan serta pertahanan kemerdekaan dari pada

mempersoalkan kepentingan partainya sendiri, oleh karena itu Masyumi tidak

setuju dengan adanya perubahan sistem kabinet presidensil ke kabinet

parlementer.33

Masyumi dan pemerintahan pada Massa 1955-1960 adalah priode

pemilihan umum yang ditandai dengan munculnya empat partai besar, yaitu

Masyumi PNI, NU dan PKI. Pada bulan Maret 1956-1957 terbentuk kabinet

Sastroamidjojo II dan aktifnya Soekarno sebagai Presiden Konstitusional

32

Ahmad Syafi’I Ma’arif, islam dan politik Indonesia Teori Belah Bambu Masa

Demokrasi Terpimpin 1959-1965, (Jogjakarta: IAIN Sunan Kali Jaga Press, 1988), h. 33 33

Jajang Muttaqin, Masyumi dalam pergolakan Politik Islam Indonesia, (Jakarta, UIN

Syarif Hidayatullah PRESS, 2004), h. 51-52.

Page 75: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

menurut undang-undang dasar sementara 1950 kedalam persoalan politik

praktis. Pada posisi kabinet ini Masyumi mewakili kedudukan sebagai

Perdana Menteri dalam kepemerintahan.

Dalam priode 1956-1957 Presiden Soekarno mengumumkan konsepnya

yang terkenal dengan nama Demokrasi Terpimpin, dengan pernyataan ini

Masyumi menghadapi perubahan-perubahan. Sementara wakil-wakilnya di

konstituante dengan gigih memperjuangkan terciptanya sebuah konstituante

yang mencerminkan aspirasi-aspirasi Islam, yang berhubungan dengan

ideologi Negara. Dalam priode ini juga terjadinya peristiwa PRRI yang

melibatkan sejumlah tokoh penting Masyumi dan dikeluarkannya dekrit

Presiden serta terbentuknya Kabinet Djuanda.

Sedangkan pada tahun 1959 dan 1960 merupakan tahun yang

menimbulkan ketegangan bagi kalangan Masyumi baik didalam pemerintahan

maupun didalam partainya, karena pada tanggal 31 Desember 1959, Presiden

Soekarno mengeluarkan penetapan Presiden (Penpres) No. 7 / 1959 yang

mengatur kehidupan partai politik dan pembubaran partai. Penetapan tersebut

memberikan hak kepada Presiden untuk menindak partai-partai yang anggaran

dasarnya bertentangan dengan dasar Negara, atau pula pemimipinya terlibat

dalam pemberontakan atau menolak untuk menindak anggota-anggotanya

yang terlibat dalam pemberontakan.

Setelah penetapan tersebut, tepatnya pada tahun 1960 dikeluarkanlah

Keputusan Presiden (Kepres) No. 200 / 1960 yang secara resmi

memerintahkan pembubaran partai Masyumi. Tepatnya pada jam 05.20 pada

Page 76: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

tanggal 17 Agustus 1960, dimana pemimpin pusat Masyumi menerima surat

dari direktur Kabinet Presiden yang mengemukakan bahwa dalam waktu tiga

puluh hari sesudah tanggal keputusan, pemimpin partai Masyumi harus

menyatakan partainya bubar. Dan pembubarannya harus diberitahukan oleh

Presiden, kalaupun tidak partai Masyumi akan di umumkan sebagi partai

terlarang.

Apa yang saya tulis sebagai skripsi ini adalah salah satu karya cemerlang

dari karir politik Masyumi, karya politik itu adalah prestasi partai dalam

membela bangsa dan Negara. Karena pembelaan itu memang dituntut pada

setiap patriot Indonesia. Prestasi politik yang cemerlang perlu kita menengok

lebih dekat “dapur Masyumi” yang di huni berbagai kecendrungn keagamaan

dan politik yang sulit dipersatukan. Fenomena subkelompok dalam Masyumi

tersebut berdasarkan kategori yang dibuat oleh Wahid Hasyim, yaitu saling

bertabrakan untuk memahami masalah sengketa di dalam partai.

Page 77: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

BAB IV

MASYUMI DAN DEMOKRASI PARLEMENTER

A. Peran Masyumi dan Kabinet Muhammad Natsir 1950-1951

Indonesia adalah salah satu negara yang pluralis di dunia, dan mayoritas

rakyatnya adalah Muslim, Islam merupakan sumber dalam formasi nilai,

norma dan perilaku masyarakatnya, sehingga Islam memiliki peran penting

dalam kehidupan sosial, politik dan kultur di negeri ini. Dengan 17.000 Pulau

yang ada di wilayahnya, baik yang besar maupun yang kecil, baik yang di huni

maupun tidak, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di Dunia dan

Negara dengan latar belakang yang beraneka ragam. Dengan sekitar 200

kelompok etnis dan bahasa yang ada di bawah naungannya, Indonesia juga

sebuah Negara dengan kebudayaan yang sangat beragam. 34

Kabinet parlementer seperti yang dibentuk oleh UUD 1950 hanya

mungkin terbentuk dengan koalisi partai, terutama karena komposisi parlemen

tidak memungkinkan pembentukan kabinet oleh satu dua partai saja. Dalam

rangka ini pola yang ideal adalah bila Masyumi dan PSI berasama-sama duduk

dalam kabinet, sehingga lebih mendorong partai-partai lain berada dalam

posisi tambahan, dan bukan posisi yang melaga keduanya. Dalam kabinet

dimasa revolusi yang dipimpin mohammad Hatta dan juga dalam kabinet RIS,

peran Masyumi dan PNI menyebabkan hal lain yang terjadi.

34

Herdi Syahrasad, Islamisme Nasionalisme Globalisme: Jejak-Jejak Ideologi Terkoyak,

(Jakarta, P.T. Melibas, 2005). Cet, 1. h. 401-405.

Page 78: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Formatir Masyumi tidak semudah untuk mengajak PNI dalam

kabinetnya, malah PNI merasa sekali gagal dalam mengikutsertakan,

kegagalannya mengundang kritik dari banyak pihak termasuk dari kalangan

Masyumi sendiri. Diangkat sebagai formatir tanggal 20 Agustus, Natsir

bermaksud membentuk kabinet dengan dukungan yang sebanyak mungkin

agar kabinetnya mencerminkan sifat nasional serta dengan dukungan terbesar

akan dapat dipertanggung jawabkan. Namun ia mengahadapi kesulitan dengan

PNI karena soal kursi yang tidak dapat sesuai antara PNI dan Masyumi, Natsir

yang dalam pembentukan Kabinet dibantu aleh Syarifuddin Prawiranegoro

dan Wahid Hasyim, mereka berpendapat bahwa partainya lebih banyak hak

dibandingkan dengan partai lainnya. Sebaliknya PNI menuntut hak yang sama

dengan Masyumi, bukan saja dalam hal kursi, melainkan juga dalam

menentukan kursi-kursi yang hendak dibagi antara Masyumi dan PNI.

Natsir merasa kesulitan dalam usahanya, terutama mengahadapi PNI.

Dua kali ia mau mengembalikan mandatnya kepada Presiden karena

kegagalannya dalam mengajak PNI berkompromi, namun Presiden mendesak

agar berusah terus dengan instruksi baru agar mempersempit dasar dukungan

dari partai-partai. Menurut Natsir Presiden berpendapat bahwa kabinet yang

akan dibentuk hendaknya suatu kabinet parlementer yang tidak terlalu terikat

dengan keinginan dan tuntutan partai. Bahkan Natisr berpendapat pula bahwa

kegagalan pembentukan kabinet hendaknya dites dalam parlemen, dengan

umpamanya penolakan program dan keterangan pemerintah oleh Parlemen.

Masyumi sependapat pula dengan Natsir tentang hal ini.

Page 79: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Kabinet yang dipimpin partai Masyumi pertama kali terbentuk pada

tahun 1950 adalah dibawah pimpinan M. Natsir sampai dengan tahun 1951.

kejatuhan kabinet ini karena Mosi tidak percaya yang dilancarkan oleh

Hadikusumo. Mosi tersebut menuntut agar peraturan pemerintah No. 39 tahun

1950 tentang pemilihan anggota-anggota lembaga perwakilan daerah dicabut.

Kemudian dilanjutkan dengan pengunduran diri para menteri dari PIR, ahirnya

M. Natsir mengembalikan mandat yang diembannya kepada Presiden.

Meskipun partai Masyumi mendapat kesempatan memimpin kabinet,

tetapi bukan berarti partai Masyumi memonopoli dalam menetukan anggota-

anggota kabinetnya. Kabinet Natsir merangkul berbagai partai antara lain

berasal dari Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parindra, Katolik, Parkindo dan

Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Dalam kabinet ini, partai Masyumi

menduduki Empat kursi yaitu Perdana Menteri yang di ketuai oleh M. Natsir,

Menteri Luar Negeri dipegang oleh Muhammad Roem, Menteri Keuangan

oleh M. Syarifuddin Prawiranegara, dan Menteri Agama oleh K.H.A. Wahid

Hasyim. Sedangkan PSII sendiri menduduki posisi Menteri Negara yang

diserahkan kepada Harsono Tjokroaminoto.

Negara keadilan, barang kali itulah harapan dan impian masyarakat

setelah proklamasi kemerdekaan diartikulasikan oleh Soekarno-Hatta pada

tanggal 17 Agustus 1945, atas nama Bangsa Indonesia bersatu.

Disini penulis meminjam wacana Soekarno, semangat nasionalisme

merupakan semangat kelompok manusia yang hendak membangun suatu

bangsa yang mandiri, dan dilandasi satu jiwa dengan kesetiakawanan yang

Page 80: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

besar, mempunyai kehendak untuk bersatu secara terus menerus dan

ditingkatkan untuk bersatu, guna untuk menciptakan keadilan serta

kebersamaan. Karena hasrat hidup bersama itu merupakan solidaritas yang

agung. Nasionalisme ini membentuk persepsi dan konsepsi solidaritas sosial

kaum pergerakan Indonesia sebagai sebuah kekuatan politik yang tidak bisa

dinegasikan oleh penguasa kolonial. Tujuan nasionalsime adalah pembebasan

dari penjajahan dan menciptakan masayarakat atau negara yang adil. Agar

tidak adalagi penindasan manusia oleh manusia.35

Dengan mengikuti berbagai pendapat diatas, maka jelas bagi kita bahwa

yang dimaksud dengan bangsa adalah tidak terlepas dari pada persamaan

keturunan ras, atau persamaan agama, akan tetapi mereka mempunyai

persamaan hidup dalam satu wilayah tertentu, seperti halnya Indonesia yang

terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, daerah, agama, dan adat istiadat.

Namun bertekat satu seperti tercermin dalam satu kesatuan yang kokoh dan

kuat, di dalam satu naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di

proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Proklamasi kemerdekaan RI pada tahun 1945 telah memberikan

kesempatan kepada berbagai aliran politik di indonesia, guna untuk bebas

membentuk partai-partai politik sebagai sarana demokrasi seperti yang

dinyatakan oleh Pasal 28 UUD 1945. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh

Ummat Islam. Maka pada tanggal 7 November 1945, melalui sebuah kongres

umat Islam di Yogyakarta maka terbentuklah sebuah partai politik Islam

35

Herdi Syahrasad, Islamisme Nasionalisme Globalisme: Jejak-Jejak Ideologi Terkoyak,

(Jakarta, P.T. Melibas, 2005). Cet, 1. h. 401-405.

Page 81: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

dengan nama Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Sebagaimana

telah diperkirakan sejak awal dibentuk, partai ini mendapatkan sambutan yang

luar biasa hapir semua gerakan Islam pra-Perang Dunia II, baik nasional

maupun lokal, baik politik maupun sosio-keagamaan. 36

Masyumi pada priode pembentukan benar-benar merupakan massa

kongret, seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Natsir, salah seorang

pemimpin partai baru yang sangat berpengaruh di dalam Masyumi. Ungkapan

yang disampaikan Natsir adalah menyalurkan aspirasi poitik ummat sebagai

cerminan dari potensi yang sangat besar dan kongkret. Pengamatan pada masa

itu, suatu masa kongkret tanpa pimpinan partai politik yang berasaskan Islam

akan mudah jatuh ketangan Belanda yang sudah sejak semula menentang

implementasi Syari’ah dalam kehidupan bernegara pada paska kemerdekaan

Indonesia. 37

Munculnya Partai Masyumi pada tahun 1945 dapat dikatakan sebagai

jawaban yang positif oleh umat Islam di Indonesia terhadap manifesto politik

Wakil Presiden Mohammad Hatta pada tanggal 1 November 1945 yang

mendorong pembentukan partai-partai.sehingga para pemimpin-pemimpin

umat telah memanfaatkan kesempatan baik ini, seperti golongan-golongan lain

yang berbuat serupa.

Dalam kepengurusan Masyumi terlihat mencakup berbagai golongan

dalam umat Islam. Hal ini telah terlihat dalam susunan Majlis Syuro dan

36

Ahmad Syafi’I Ma’arif, Islam dan Pancasila Sebagia Dasar Negara, (Jakarta, P.T.

Pustaka LP3ES 2006), cet.1 h. 112 37

Syafa’at Mintorejo, Islam dan Politik Islam dan Negara di Indonesia, (Jakarta, P.T. t.p.

1973) h. 24

Page 82: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Pengurus Besar. Dalam Majlis Syuro, yang di Ketuai oleh K.H. Hasyim

Asy’ari (NU) dan Wakil Ketua I adalah K.H. Wahid Hasyim (NU), Wakil

Ketua II adalah Agus Salim (PSII), dan Wakil Ketua III adalah Syekh Djamil

Djambek (Pembaharuan dari Sumatra Barat). Sedangkan dalam kepengurusan

besar terdiri dari para politisi karir, seperti Soekiman, Abikoesno, Muhammad

Natsir, M. Roem, dan S.M. Kartosoewirjo. 38

Pada masa Orde Lama, Mohammad Nasir sempat dekat dengan

Soekarno. Dan dia pula yang menuliskan naskah pidato Presiden pertama RI.

Serta Soekarno pula yang menyingkirkan Natsir, bahkan memenjarakan dan

membubarkan partainya, (Masyumi). Stigma (pandangan) sebagai tokoh garis

keras, (radikal) dilontarkan kepada Natsir. Setelah tahun 1958-1961, Natsir

terlibat dalam gerakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia)

meskipun ini merupakan ucapan ketidak-puasan terhadap kebijakan

pemerintah pusat yang menyepakati perubahan bentuk negara dari Negara

Kesatuan (NKRI) ke negara Indonesia Serikat (RIS). Tahun 1962-1964

menyingkirkan Natsir kedalam karantina politik di Batu, Jawa Timur. Pada

tahun 1964-1966 Natsir di penjarakan di Tahanan Militer di Jakarta.

Lebih dari itu Natsir bahkan terhapus dari buku-buku sejarah disekolah,

dalam dua periode yaitu Orde Lama dan Orde Baru namanya tidak tertulis

disana. Namun bagaimanapun, Natsir tetaplah orang besar, didalam negeri

yang disingkirkan, tetapi kebesarannya tetap memancar sampai keluar negeri.

Banyak pengamat Indonesia mengakui peran besar Natsir dalam sejarah

38 B.J. Boland, Pergolakan Islam di Indonesia, (Jakarta: P.T. Grafiti Pers, 1985). H. 45

Page 83: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

perjalanan bangsa. Pengakuan yang tidak kalah besarnya adalah Yang

dikemukakan oleh mantan Perdana Meneteri Jepang, Takeo Fukuda. Ketika

cendikiawan Muslim ini wafat pada 6 Februari 1993, Fukuda mengatakan,

“berita duka terasa lebih dahsat dari jatuhnya bom atom di Hirosima”, karena

kita kehilangan pemimpin dunia dan pemikir besar dunia Islam”. 39

Nastir mulai melibatkan diri dalam polemik tentang Islam dan

kebangsaan pada tahun 1931, ketika berusia 23 tahun. Dan Nastir juga menulis

artikel berjudul, “Indonesisch Nasionalisme” di majalah Pembela Islam No.

36, Oktober 1931. lebih lajut lagi Natsir menegaskan pendiriannya yaitu:

pergerakan Islam-lah yang lebih dahulu membuka jalan politik kemerdekaan

di tanah air ini, yang menyingkirkan sifat ke-Kepulauan dan ke-Provinsian,

yang pada mulanya menanam persaudaraan dengan kaum yang senasib di luar

batas Indonesia, dengan tali ke-Islaman.

Merujuk kepada Bung Tomo yang selalu menggelorakan pidatonya

dengan mengucapkan Allahu Akbar, Natsir mencatat bahwa Bung Tomo

bukan saja berani tampil kemuka memimpin perjuangan, akan tetapi ia juga

mempunyai pengetahuan yang sering kali banyak orang tidak mengetahuinya,

yaitu pengetahuan dimana terletaknya kunci dari pada kekuatan bangsa kita

ini. Di bukanya hati umat yang banyak itu dengan perkatan Allahu Akbar,

tahu bahwa ia mencari teman, dan tahu pula siapa-siapa teman yang dapat

membangunkan tenaga dan menggelorakan tenaga itu.

39

Hery Sucipto, Menegakkan Indonesia: Pemikiran dan Konstribusi 50 Tokoh Bangsa

Berpengaruh, (Jakarta, P.T. Grafindo, 2004) cet.1. h. 401-402

Page 84: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Dengan sudut pandang demikian, Partai Masyumi tidak melihat ada

masalah antara Islam dan kebangsaan, ia mengungkapkan bahwasannya kita

dapat menjadi muslim yang taat, dan dipandang dengan riang gembira dengan

menyanyikan lagu Indonesia tanah airku.40 Baik kekuatan maupun kelemahan

Masyumi terletak pada watak federasi, yaitu perserikatan, penggabungan

beberapa kumpulan atau badan perkumpulan dengan maksud kerja sama untuk

membangun sebuah negara di Indonesia dengan alat perjuangan dan aspirasi

umat Islam Indonesia. Bagi Natsir yang menjadi persoalan adalah hendak di

isi dengan apa negara kita ini, dan bagaimana pula mengisi kemerdekaannya.

Pertanyaan-pertanyaan demikian menurut Natsir harus dijawab demi

kepentingan bagi generasi kemudian.

Setelah menguraikan dari tokoh Islam yaitu Natsir, sekarang penulis

membahas, S.M. Kartosoewirjo dalam kancah gerakan nasionalisme Indonesia

yang pada tahun 1926 ia memulai terlibat banyaknya aktifitas tentang

organisasi pergerakan nasionalisme Indonesia di Hindia-Belanda. Untuk

melihat kiprah dan pemikiran. Kartosoewirjo yang dipengaruhi oleh berbagai

ideologi ketika itu, maka terlebih dahulu penulis memahami konteks sosial-

politik kota Surabaya tahun 1920-an, yang pada waktu itu juga Kartosoewirjo,

tinggal dirumah H.O.S. Tjokroaminoto bersama Soekarno dan Semaun 41

Surabaya pada tahun 1920 sudah banyak bermunculan gerakan-gerakan

kaum nasionalis dengan berbagai bentuk organisasi tempat mereka berkumpul

40

Evi Linda Astuti, (skripsi) Nasionalisme Dalam Pandangan Mohammad Natsir: Studi

Pemikiran Moh. Natsir Tentang Nasionalisme, (Jakarta, UIN Syahid, 2005). h. 62-65 41

Al-Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M..

Kartosoewirjo, (Jakarta P.T. Darul Falah 2000) h. 24

Page 85: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

dan berdebat tentang cita-cita bagaimana Indonesia di masa mendatang.

Kemudian para intelektual mulai memikirkan tentang sistem negara, ideologi

atau haluan politik, dan bentuk perjuangan, yang semuanya mengambil konsep

modern dari Barat.

Pada bulan Juni 1946, Masyumi daerah Jawa Barat tepatnya di Priangan

mengadakan konfrensi untuk memilih Pengurus yang baru. Dalam konfrensi

tersebut Kartosoewiryo menunjuk K.H. Muhtar sebagai ketua umum dan

Wakilnya adalah Kartosoewiryo sendiri. Sanusi Partowijoyo menjadi

sekretaris badan pengurus, Isa Ansori dan K.H. Toha memimpin bidang

informasi. Dalam konfensi tersebut Kartosoewiryo menyampaikan pidato

tentang haluan politik Islam yang berisi pertanyaan mengenai siapa yang

berkuasa di Indonesia, dengan memahamkan dirinya kepada ajaran Islam yang

hanif, Kartosoewiryo mengajukan persatuan dalam cita-cita perjuangan. Ia

memperingatkan para pendengarnya yang sekaligus sebagi pendukungnya,

bahwa konflik antara sesama bangsa Indonesia sendiri hanyalah akan

menguntungkan Belanda, dan ia mendesak menghentikan perbedaan-

perbedaan ideologi. Setelah tercapainya kemerdekaan, perbedaan-perbedaan

ini dapat dicari akar penyelesaiannya secara demokratis, menurut kedaulatan

rakyat. 42

Persaingan antar ideologi politik mendapat ruang geraknya, terutama

setelah maklumat pemerintah yang di tandatangani oleh Wakil Presiden

Republik Indonesia Mohammad Hatta. Melalui maklumat itu lahir partai-

42

Al-Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M..

Kartosoewirjo, (Jakarta P.T. Darul Falah 2000) h. 66

Page 86: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

partai politik yang tumbuh di masyarakat. Bahaya persaingan politik ini

dirasakan juga oleh Masyumi, sehingga dalam manifest (membuktikan) politik

1947 perlu ditegaskan menambah tersebarnya ideologi Islam dikalangan

masyarakat Indonesia, dengan tidak menghalangi pihak lain yang sejalan

memperkokoh sendi ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Dan membentengi jiwa

umat Islam dari infiltrasi (pembebasan) ideologi-ideologi yang bertentangan

dengan agama Islam, dengan tekat fisabilillah.

Kemudian para pemimpin kaum pemuda baik dari perkotaan dan

pemuda-pemuda pedesaan bergabung secara resmi dengan tokoh-tokoh

Hokokai yang dipimpin oleh Soekarno. Pada bulan Desember 1945 Masyumi

juga diperbolehkan memiliki sayap Militer yang bernama Hisbullah (Pasukan

Tuhan), yang memulai latihannya pada bulan Februari 1946 dan mempunyai

50.000 orang anggota pada masa ahir perang. Kepemimpinan ini, di dominasi

oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah dan anggota-anggota kelompok PSII dari

masa sebelum perang yang bersifat koopratif ( secara bersama-sama) yang

dipimpin oleh Agus Salim. Kemudia para politisi penting Islam dari masa

sebelum perang yang bersifat non-koopratif dilangkahi.

B. Masyumi dan Kabinet Soekiman 1951-1952

Setelah M. Natsir mengundurkan diri, maka kabinet Sukiman tahun 1951-

1952 menggantikan posisi Natsir. Kini terlihat Partai Masyumi masih

memainkan peranannya sebagai orang nomor satu. Namun nasib sukiman

sama dengan Natsir, karna dianggap kabinetnya tidak bertahan lama. Jatuhnya

Page 87: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

kabinet Sukiman disebabkan oleh adanya perjanjian “san fransisco” 21 yang

dianggap cenderung berpihak kepada luar negeri hususnya Amerika, hal ini

berarti meninggalkan politik luar negeri bebas aktif, yang telah menjadi

komitmen sejak tahun 1945.

Sebagaimana kabinet Natsir, kabinet Sukiman-pun menggandeng partai-

partai lain untuk duduk didalam kabinetnya. Partai-partai tersebut berasal dari

partai Masyumi sendiri, Partai Nasional Indonesia (PNI), PIR, Katholik,

Buruh, Parkindo, Demokrat dan Parindra. Dalam kabinet Sukiman posisi

Perdana Menteri dipegang oleh Sukiman Sendiri, Menteri Luar Negeri oleh

Mr. Ahmad Soebardjo, Menteri Keuangan dipimpin oleh Mr. Jusuf Wibisono,

Menteri Sosial oleh Dr. Samsuddin dan Menteri Agama oleh K.H. Wahid

Hasyim, putra Hasyim Asy’ari yang kesemuanya berasal dari partai Masyumi.

Tampak posisi vital seperti Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan tetap

diduduki oleh partai dari partai Masyumi.

Pimpinan pusat Masyumi juga tampak tidak merasa selesai dengan

terbentuknya Kabinet Soekiman, bukan karena hal-hal dalam kebijakan

dikeluarkan Sukiman yang menyebabkan jatuhnya kabinet sendiri. Akan tetapi

masalahnya bersangkutan masalah dengan politik luar negeri dan merupakan

klimaks perbedaan antara Masyumi dan kabinet, terutama dalam kedua

kelompok dalam pimpinan Masyumi, yaitu Perjanjian San Fransisco dan

Persetujuan dalam rangka MSA (Mutual Scurity Act-undang-undang

Keamanan Bersama, dari Amerika Serikat), dan keduanya ditandatangani oleh

Menteri Luar Negeri Subardjo.

Page 88: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Pada pertengahan tahun 1951 Indonesia diundang untuk menghadiri

Konprensi San Fransisco tentang perjajian perdamaian dengan Jepang.

Kabinet Soekiman bersedia untuk memenuhi undangan itu, dan sebuah

delegasi dikirim dengan dipimpin oleh Menteri Subardjo. Tanggal 7

September kabinet memutuskan dengan sepuluh suara agar perjanjian tersebut

ditandatangani . sepuluh suara tersebut termasuk juga suara para Menteri

Masyumi.

Hal ini menimbulkan kembali pertikaian dalam kepemimpinan Masyumi.

Sukiman berhasil memperoleh persetujaun Dewan Partai tentang persetujuan

San Fransisco. Bahkan Sukiman juga berhasil memperoleh keyakianan rekan-

rekannya untuk meyakinkan perlunya perjanjian itu ditandatangani. Akan

tetapi mengenai hal yang kedua, yairu bantuan Amerika Serikat melalui MSA,

Sukiman tidak beruntung sehingga menyebabkan ia jatuh dalam memimpin

Kabinet. Pangkal penolakan pihak Natsir terhadap hal ini sebenarnya sejalan

dengan pandangan pihak-pihak lain yang menolak persetujuan itu, bahwa

Natsir dengan demkian telah meniggalkan politik bebas aktif dengan politik

bebas aktif yang memang semenjak 1945 diusahakan menegakkannaya. Tetapi

pandangan Sukiman dalam hal ini memang berbeda, Sukiman dalam masa

revolusi melihat Indonesia berada dalam daerah pengaruh Amerika Serikat.

Oleh karena itu, menjalankan poitik luar negeri yang bebas aktif, ia tidak

dapat melepaskan kecenderungan untuk berpihak ke-Amerika Serikat.

Dalam hubungan dengan persoalan kabinet, Masyumi menolak

kebijaksanaan Subardjo, tidak bermaksud menarik para menterinya dari

Page 89: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

kabinet. Tetapi ketika partai-partai lain mulai keluar kabinet, tidak ada jalan

lain bagi Sukiman selain menyerahkan mandatnya kepada Presiden, yaitu pada

tanggal 23 Februari 1952.

Setelah kabinet Sukiman berahir, maka mandat diberikan kepada PNI

dengan Wilopo, sebagai perdana Menteri pada tahun 1952-1953. dalam

Kabinet Wilopo, partai Masyumi juga diberikan jatah empat kursi, yaitu posisi

sebagi wakil Perdana Menteri oleh Prawoto Mangkusasmita, Menteri Dalam

Negeri oleh Mr. M. Roem, Menteri Pertanian oleh M. Sardjan dan Menteri

Agama oleh K.H. fakih Usman.

Setelah Wilopo dijatuhkan, mandat tetap masih berada ditangan PNI, kali

ini PNI menampilkan Sastroamidjojo I. Dalam kabinet ini, Masyumi tidak

dilibatkan. Hanya NU dan Partai Syarikat Islam Indonesia yang mendapatkan

kursi, karena NU telah memisahkan diri dari partai Masyumi dengan

mendirikan partai sendiri. NU mendapat tiga kursi yaitu Wakil Perdana

Menteri II, Menteri Agama, dan Menteri Negara menangani masalah Agraria.

Sedangakan PSII mendapatkan dua kursi, yaitu Menteri Perhubungan dan

Menteri Negara yang menangani masalah Kesejahteraan Negara.

Umat Islam di Indonesia pada tahun-tahun sesudah proklamasi

kemerdekaan 17 Agustus 1945 sudah mencoba merumuskan sebuah corak

masyarakat dan cita-cita politik yang hendak mereka ciptakan dalam rangka

mengisi kemerdekaan nasional. Dalam kaitan umat Islam akan selalu

dikaitkan dengan Syariat dalam kehidupan individual dan kehidupan kolektif.

Konsep umat Islam tersebut menggambarkan suatu masyarakat beriman yang

Page 90: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

bercorak universal. Jadi setiap Muslim harus sadar bahwa ia adalah anggota

masyarakat yang keterikatan spiritualitas dengan persaudaraan. 43

Sepanjang sejarah, Selama Syari’at tidak pernah diselewengkan, disalah

pahami, dan digambarkan secara keliru sedemikian parah melebihi zaman

sekarang. Syariat telah dimanfaatkan untuk menjustifikasikan penindasan,

kelaliman, ketidak-adilan dan penyelewengan kekuasaan. Islam berisikukuh

pada kesataraan manusia secara total tanpa mengenal perbedaan bahasa,

budaya, dan ras. Sedangkan Nasionalisme merupakan suprioritas bahasa,

budaya, dan ras, nasionalisme menurut loyalitas mutlak rakyat terhadap

bangsanya adalah negaranya. Sedangkan Islam menurut loyalitas dan

ketundukan hanya kepada Tuhan

Dengan kata lain yang disebut dengan sekuler, dimata seorang Muslim,

tidak dapat dilepaskan dari persoalan Iman. Dari sudut pandang ini, cita-cita

kekuasaan (politik) menyatu dengan wawasan moral sebagai pancaran Iman

seorang Muslim. Sedangkan politik tidak bisa dilepaskan dari ajaran etika

yang bersumber dari wahyu, bahkan kekuasaan politik merupakan kendaraan

untuk merealisasikan pesan-pesan wahyu. Dilihat dari fenomena lain, umat

Islam Indonesia adalah terpengaruh oleh cita-cita politik barat (sekuler), yang

berpandangan bahwa kegiatan politik semata-mata kegiatan duniawi,

sedangkan agama merupakan persoalan pribadi yang tidak perlu dikaitkan

dengan masalah politik.

43

DR. Ahmad Syafi’I Ma’arif, Islam dan Politik Teori Belah Bambu Masa Demokrasi

Terpimpin 1959-1965 (Jakarta, P.T. Gema Insani Press, 1996) h. 10

Page 91: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Menurut data sosiologis, pendukung utama partai Masyumi adalah

Muhammadiyah dan NU. Jelas secara ideologi, Masyumi adalah kelanjutan

dari MIAMI (Majlis A’la Muslimin Indonesia), yang mengkhususkan

perjuangan di bidang politik dalam rangka menegakkan ajaran Islam dalam

wadah Indonesia merdeka. Kehadiran partai Masyumi merupakan satu-

satunya partai politik umat Islam di Indonesia, kemudian tampil sebagai

pembela demokrasi yang tangguh dalam negara republik Indonesia. Dalam

kongresnya bulan November tahun 1945, yang tercatat sebagai ketua panitia

adalah Muhammad Nastir dengan anggota-anggota: Soekiman Wirjosendjojo,

Abikoesno Tjokrosujoso, A. Wahid Hasyim, Sri Sultan Hamengkubuwono IX,

Sri Paku Alam VIII, dan A. Gaffara Ismail. Dalam kongres diputuskan dengan

dua prenyataan sikap. Pertama, Masyumi adalah satu-satunya partai poltik

Islam di Indonesia. Dua, Masyumi yang akan memperjuangkan politik umat

Partai Masyumi yang di dirikan tahun 1945 dan terpaksa bubar pada

tahun 1960 dapat dikatakan sebagai partai Islam terbesar di dunia. Partai ini

juga mengemukana dialog yang produktif antara Islam dan demokrasi. Sejarah

partai itu, dilihat dari kegiatan maupun programnya, yang membawakan kita

pada suatu pertanyaan yang sulit namun menarik mengenai identitas Islam

dihadapan hal yang merangkap jabatan, bahwa realitas terdiri dari banyak

subtansi. Selama massa penuh gejolak yang di alami di Indonesia, partai

Masyumi menyusun dan mempertahankan suatu ideal demokrasi Islam yang

merupakan pergantian dari pertarungan politik dan parlementer tentang

tuntutan agar negara Islam didirikan.

Page 92: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

C. Masyumi dan Kabinet Burhanuddin Harahap 1955-1956.

Setelah kabinet Ali Sastroamidjojo I dari Partai Nasional Indonesia PNI,

kini parta Masyumi tampil dalam menggantikan posisi PNI yang berturut-turut

memegang posisi utama. Partai Masyumi diwakili oleh Burhanuddin Harahap

memgang kabinet tahun 1955-1956.

Kabinet Burhanuddin juga menggandeng partai-partai lain untuk

menduduki posisi menteri-menteri, seperti Menteri Pertahanan dirangkap oleh

Burhanuddin sendiri, Menter Pertanian oleh M. Sardjan. Sedangkan NU

menduduki posisi Menteri Dalam Negeri yang diketuai oleh Mr. Sunardjo dan

Menteri Agama oleh K.H. Ilyas, serta PSII menduduki posisi Wakil Perdana

Menteri II yang diserahan kepada Harsono Tjokroaminoto dan Menteri Sosial

oleh Soedibjo.44

Pada masa inilah Partai Masyumi menunjukkan prestasi yang dapat

dibanggakan, karena pada masa ini kabinet Burhanuddin dapat

menyelanggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung. Dengan demikian

kabinet ini dianggap kabinet yang berhasil dari partai Masyumi. Semangat

dalam kabinet ini cukup tinggi untuk memulai tugasnya yaitu dalam

mengembalikan kewibawaan moral pemerintah. Kabinet segera mengambil

tindakan terhadap mereka yang disangka terlibat korupsi selama kabinet Ali

Sastroamidjojo dengan menahan mereka dan membawanya mereka

kepengadilan. Kabinet berhasil menempatkan kedudukan Indonesia pada

44

Dra. Haniah Hanafi, Partai-Partai Islam di Indonesia, (Hasil Penelitian FUF-UIN

Jakarta, 2005). H. 46

Page 93: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

trempast yang lebih menguntungkan dari pada sebelumnya. Beberapa diantara

masalah itu menyebabkan kembalinya perpecahan dalam lingkungan Masyumi

serta antara partai-partai Islam lainnya, sehingga permulaan yang

menguntungkan bagi mereka pada saat kabinet mulai bekerja tidak dapat

diteruskan. Kelompok Sukiman dan kelompok Natsir memperlihatkan kembali

hubungan yang tidak serasi, seperti tercermin dalam berbagai pernyataan.

Pertikaian antara partai Islam terutama antara partai Masyumi dengan partai

Islam lain yang bersangkutan dengan soal hubungan dengan negeri Belanda.

Dalam priode kabinet Burhanuddin Presiden Soekarno mulai ikut campur

tangan secara mendalam dalam pemerintahan serta partai.

Kabinet Burhauddin adalah kabinet yang bertugas husus, yaitu

menyelenggarakan pemilihan umum. Dari ini dapat dialksanakan karena ia

juga masih ingin menyelesaikan masalah antara hubungan dengan negeri

Belanda. Oleh sebab itu permulaan tahun 1956, setelah pemilu pertama

diselenggarakan, perhatian kabinet ditujukan tentang cara pemutusannya.

Lagi-lagi Masyumi menolak usulan seperti ini karena melihat bahwa usulan

tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah, malah akan menambah

persoalan. Masyumi juga bependapat bahwa tiap partai besaryang tiga itu

(Masyumi, PNI, dan NU) apakah didalam atau diluar kabinet, sehingga

mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan harmoni antar partai.

Sementar itu karena pertikaian tentang soal hubungan indonesia dengan negeri

Belanda, NU dan PSII pada bulan Januari 1956 menarik diri dari kabinet.

Page 94: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Pemilu berhasil dilaksanakan secara demokratis dengan menghasilkan

empat partai besar pemenag suara, yaitu PNI, Partai Masyumi, NU dan PKI.

Pada masa itu NU mulai mengikuti pemilu secara tersendiri, karena telah

memisahkan diri dari partai Masyumi sejak tahun 1952. dan dapat meraih

posisi ketiga setelah PNI dan Partai Masyumi.

Kabinet Burahnuddin bubar pada tanggal 3 Maret 1956, sesuai dengan

maksudnya yaitu setelah hasil pemilu diresmiakn. Pada tanggal 1 Maret

pimpinan partai Masyumi mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa

waktunya telah tiba bagi kabinet untuk mengembalikan mandat kepada kepala

negara. Hasil pemilihan umum segera di resmikan, sehingga perimbangan

kekuatan organisasi dan partai politik yang telah terpilih sudah resmi

diketahui. Oleh sebab itu, formatir baru dapat ditunjuk oleh Presiden

berdasarkan komposisi baru dalam parlemen.

D. Masyumi dan Kabinet Ali Sastroamidojo II 1956-1957

Setelan Pemilu tahun 1955, muncul kabinet koalisi yang dibentuk sesuai

dengan hasil pemilu. Kabinet tersebut dinamakan kabinet Ali Sastroamidjojo

II dengan komposisi Ali-Roem-Idham. (PNI-Masyumi-NU), dalam kabinet ini

NU mampu menunjukkan kemandirian dan kekuatan dukungan yang sangat

luas, sehingga mampu mendapatkan suara yang banyak dengan menduduki

posisi ketiga. Karena semula Nahdhotul Ulama yang bergabung dengan partai

Masyumi. Pada periode inilah partai Masyumi yang semula wakil umat Islam

Page 95: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

terahir kali memainkan peran politiknya dan tidak dapat lagi mengatakan satu-

satunya wakil umat Islam.

Wakil umat Islam diwakili oleh Masyumi, Partai NU, PSII, dan Perti

dalam kabinet. Partai Masyumi memegang empat posisi dengan menduduki

Menteri I oleh Mr. M. Roem, Menteri Keuangan oleh Mr. Jusuf Wibisono,

Menteri Kehakiman oleh Mr. Mulyatno, dan Menteri Pekerjaan Umum oleh Ir.

Pangeran M. Noer. Sedangkan NU memegang lima kursi, yaitu Wakil Perdana

Menteri II diserahkan oleh K.H. Idham Khalid, Menteri Dalam Negeri kepada

Mr. Sunarjo, Menteri Perekonomian dipegang oleh Mr. Burhanuddin, Menteri

Sosial dipegang oleh K.H. Fatah Jassin, dan Menteri Agama dipegang oleh

K.H. Ilyas. PSII memegang dua kursi, yaitu Wakil Menteri Pertanian

diserahkan kepada Syeh Marhaban dan Menteri Penerangan oleh Sudibjo.

Sedangkan Perti mendapat satu Kursi yaitu Menteri Negara oleh H. Rusli A.

Wahid.

Kabinet koalisi ini menghasilkan perjanjian Roem-Royen dengan

pemerintah Belanda yang dilaksanakan oleh M. Roem dari partai Masyumi.

Ternyata kabinet koalisi terahir dari pemerintahan demokrasi Parlementer

yang melibatkan Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Nahdlatul Ulama

(NU), Parkindo, Katholik, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), IPKI, dan

Perti, karena tak lama kemudian dihentikan oleh presiden dengan turunnya

Dekrit 5 Juli 1959.

Penurunan dekrit Presiden 1959 berisi agar membubarkan Majllis

Konstituante dan kembali ke UUD 1945, karena menganggap Majlis

Page 96: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Konstituante tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Padahal menurut Syafi’i

Ma’arif 22 Majlis Konstituante telah merampungkan tugasnya menyelesaikan

masalah dasar negara dan telah selesai 90%.

Ketidak puasan terhadap Dewan Konstituante hanya salah satu alasan,

tetapi alasan yang lain, dikarenakan Soekarno sebagai Presiden tidak

dilibatkan dalam pemerintahan, hanya sebagai kepala negara, demikian pula

dengan TNI dan partai Komunis. Sehingga Soekarno merasa bahwa

Demokrasi yang ada tidak cocok dan perlu membuat suatu konsep demokrasi

yang memungkinkan Soekarno terlibat didalamnya. Syafi’i Ma’arif 23

mengatakan bahwa Soekarno tidak mau menjadi tukang setempel lagi. Dengan

diturunkannya dekrit, maka berahirlah Demokrasi Parlementer.

Erat kaitannya dengan fenomena di atas adalah kenyataan bahwa dalam

dewan eksekutif sendiri umumnya terdiri dari kelompok modernis yang

terdapat kelompok-kelompok, dan mempunyai orientasi ideologi politik yang

berbeda. Misalkan yang pernah di tulis oleh Abu Hanifah menggambarkan

fenomena sebagai berikut:

Ketua Masyumi Pertama adalah pemimpin muslim yang terkenal dari

syarekat Islam lama yaitu Dr. Soekiman, kelompok pemikirannya terdiri dari

pemimpin-pemimpin Intelektual muslim muda, seperti Syarifuddin

Prawiranegara, Muhammad Roem, Kasman, Jusuf Wibisano, dan Abu

Hanifah. Kelompok ini termasuk dalam golongan sosialis ‘religius’, yang

jalan pemikirannya berbeda dengan pemikiran kelompok pemimipin muda

muslim seperti Mohammad Nasir dan Muhammmad Roem. Sedangkan

Page 97: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

kelompok moderat secara politis lebih dekat kepada Syahrir, dan kelompok

konservatif dan sosialis religius lebih sering berdampingan.

Kegagalan untuk mengarahkan dan menangani secara bijak dalam

perbedaan-perbedaan pendapat dan kecendrungan ideologi tersebut kearah

persamaan sikap yang wajar, hal ini telah mengarahkan Partai Masyumi

keproblem-problem yang serius. Sehingga timbullah sebuah pertanyaan untuk

apa partai Masyumi didirikan? Atau apakah tujuan partai ini? Secara jelas

telah di gambarkan lewat Anggaran Dasar Masyumi, tujuannya adalah

terlaksananya ajaran dan hukum Islam dalam kehidupan orang-seorang,

masyarakat dan Negara Republik Indonesia. Dimana negara melakukan

kekuasaannya atas dasar musyawarah dengan perantara wakil-wakil rakyat

yang dipilih. Dimana kaidah kedaulatan rakyat, kemerdekaan, persamaan,

keadilan sosial yang di ajarkan Islam dapat terlaksakan dengan sepenuhnya.

Dengan ajaran dan hukum-hukum Islam, sebagai mana yang tercantum di

dalam Al-qur’an dan Sunah, dimana golongan keagamaan non-Islam memilih

kemerdekaan untuk menganut dan mengamalkan agamanya. Serta

mengembangkan kebudayaannya bagi keseluruh penduduk dari segenap

lapisan agar dapat hidup atas dasar keragaman.45

Sesungguhnya dengan di terapkannya sistem parlementer sejak awal

kemerdekaan yang di teruskan oleh konstitusi RIS dan UUDS’ 50 Soekarno

selaku presiden sama sekali tidak memilki hak untuk campur tangan dalam

urusan pemerintahan. Hal ini jelas membuat Soekarno tidak merasa senang.

45

Ahmad Syafi’I Ma’arif, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara, (Jakarta P.T.

Pustaka LP3S, 2006). H. 114-115

Page 98: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Sebab segala obsesi untuk mengatur Negara berada di luar kewenangannya.

Karena itu sejak waktu sebelum dekrit Soekarno telah mengkampanyekan

perlunya Indonesia menerapkan sistem demokrasi terpimpin dan sekalighus

membuang jauh-jauh sistem demokrasi Parlementer atau demokrasi Liberal.

Ide ini sejak awal mula sudah banyak yang menanggapinya secara negatif

diantra partai-partai yang lantang untuk menentang di laksanakan demokrasi

Terpimpin adalah Partai Masyumi dan PSI.

Demokrasi terpimpin yang di idam-idamkan oleh Soekarno ahirnya

berubah maknanya. Dr. Miriam Budiardjo menyatakan bahwa demokrasi

Terpimpin memiliki ciri yang khas, yaitu pembatasan peranan partai politik,

berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai

unsur sosial politik. Demikian juga demokrasi terpimpin telah menggeser

tentang pengertian kedaulatan rakyat ke pengertian kedaulatan Negara, atau

kearah kedaulatan pemerintah beserta alat-alatnya. Dalam masa awal

pelaksanaan demokrasi terpimpin mengakibatkan terjadinya berbagai

pergolakan daerah, antara lain pegolakan daerah yang terkenal dengan sebutan

PRRI di Sumatra Barat dan Permesta yang muncul di Sulawesi Utara. Dalam

perkembangannya beberapa tokoh Masyumi dan PSI bergabung dalam

pergolakan PRRI, seperti Muhammad Nasir, Syarifudin Prawironegara,

Sumitro Djojokusumo dsb.

Sehingga Masyumi tidak mampu bertangguh lagi dan pada tanggal 9

Januari 1957 ia menarik para Menterinya dari Kabinet. Dalam sebuah

pernyataan yang dikeluarkan partai kemudian, dikatakan bahwa langkah-

langakah pemerintah tidak memberi keyakinan kepada Masyumi bahwa ia

Page 99: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

menuju kesejahteraan rakyat dan negara. Keterangan tersebut menambah

bahwa Masyumi sering mengeluarkan peringatan kepada pemerintah

menegnai keadaan yang memburuk serta disentegrasi pemerintah. Tetapi

kabinet tidak memberi tanggapan yang memberi harapan karena pemimpin

kabinet mempunayi penilaian yang lain. Menurut Masyumi, langkah-langkah

pemerintah tidak memulihkan pergeseran dan perpecahan dalam kalangan

bangsa. Malah mungkin ia berahir menjadi antagonis dan perpecahan

sebenar-benarnya, yang tidak dapat dielakkan lagi. 46

Beralasannya keterlibatan partai Masyumi merupakan partai oposisi

sejak awal tidak mensetujui di laksanakan demokrasi terpimpin, dan menolak

ajakan Presiden Soekarno untuk duduk dalam kabinet, hal ini adalah alasan

yang di gunakan oleh PKI, untuk memukul mundur agar Masyumi di

bubarkan dalam perpolitikan. Bujukan untuk membubarkan ahirnya di terima

oleh Soekarno, dengan alasan karena tokoh-tokoh partai terlibat dalam

pemberontakan PRRI (Pemerintah Refolusioner Republik Indonesia) maka

keluarlah surat keputusan Presiden nomor 200 tahun 1960 yang di umumkan

pada tanggal 17 Agustus 1960, yang isinya Pemerintah membubarkan Partai

Islam Masyumi, termasuk bagian-bagiannya, cabang-cabang, dan ranting-

rantingnya diseluruh Negara Republik Indonesia, dengan ketentuan bahwa

dalam waktu tiga puluh hari, terhitung mulai tanggal berlakunya keputusan

tersebut. Pemimpin Partai Masyumi diharuskan menyatakan partianya bubar

dengan memberitahukan kepada Presiden Soekarno ketika itu juga.

46

Deliar Noer, Partai Islam Di Pentas Nasional 1945-1965, (Jakarta, P.T. Pustaka Utama

Grafiti, 1987). H. 255

Page 100: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 101: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Pemahaman tentang Pergerakan Partai Msyumi 1945-1960 serta unsur-

unsurnya yang dilihat dari perspektif pemikiran Masyumi 1945, terletak pada

bab-bab sebelumnya, maka berakhirlah semua penulisan ini dalam sebuah

kesimpulan mengenai “Pergerakan Partai Masyumi 1945-1960 ” yang akan

penulis uraikan dalam bab terakhir ini. Kiranya kesimpulan ini dapat

merepresentasikan pemikiran tentang Pergerakan Masyumi 1945-1960, serta

susunan-susunan Kabinet yang ada pada Partai Masyumi secara konprehensif.

Dilihat dari sejarah kebangkitan Partai Masyumi di Indonesia tidak bisa

terlepaskan dari kemunculan ruang politik (public asphere). Ruang publik

dipandang penting karena merupakan lokasi tempat wacana-wacana yang

diekspresikan dan merupakan ruang tempat kegiatan-kegiatan intelektual

politik. Dalam konteks Masyumi, nasionalisme adalah komunitas epistemik

dan pergerakan Islam yang berperan penting dalam meluaskan ruang publik

keluar dari lingkaran priyai. Dengan demikian pergerakan nasionalsime keluar

dari kesempitan elitisme menuju keluasan khalayak ramai, hal ini adalah

memberi fondasi yang kuat bagi gerakan kebangkitan dan kemerdekaan

Indonesia.

Memahami seputar Partai Masyumi di Indonesia kita akan menemukan

urgensi ketika gejala di sentegrasi muncul di mana-mana. Dari ujung Sabang

sampai Meroke. Yang mempunyai keinginan-keinginan untuk memisahkan

diri dari pemerintahan yang dianggap kurang loyal terhadap masyarakat. Dan

diperparah lagi ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik

Page 102: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Indonesia. Dengan demikian, masyarakat yang kecewa adanya rasa krisis

ingin memiliki identitaas kebangsaan yang disepakati oleh semua pihak.

Dalam pembahasan seperti ini, penulis akan meluruskan kembali tentang

Islam, dan pergerakan Masyumi. Utamanya dalam rangka untuk

mengantisipasi impact (pengaruh) yang buruk pertikaian ideologi kebangsaan

yang terus berkembang, karena Indonesia adalah sebagai Negara yang

sebagian besar penduduknya beragama Islam, pembahasan hubungan antara

Islam dan Masyumi dalam konteks Indonesia kembali akan menyita banyak

perhatian bagi akademisi dan banyak kalangan lain.

Sebetulnya bisa di bilang, sudah lama dan tuanya dengan usia

kemerdekaan Indonesia. Bahkan, pembahasan ini sudah di mulai sebelum

Indonesia diproklamasikan sebagi negara yang merdeka. Bila ditelusuri

sejarahnya, Masyumi berasal dari kata “Majlis Syuro Muslimin Indonesia”

yang berarti sebagai penghimpun kekuatan-kekuatan Umat Islam untuk

membangun negara yang sesuai dengan hukum-hukum Islam yang diridhoi

oleh Allah.

Tampilnya Masyumi sebagai partai politik Islam yang bercorak satu

kesatuan di Indonesia bukanlah suatu kebetulan dalam sejarah. Akan tetapi

dilatarbelakangi atas kesadaran yang panjang oleh para wakil-wakil umat

Islam Indonesia. Benturan ideologi dalam susunan dikalangan Masyumi

belum menemukan titik temu, tidak sedikit orang menilai anatara kabinet yang

satu dengan kabinet yang lain selalu berbeda argumen dalam

kepemimpinannya, sehingga tidak bisa hidup secara berdampingan yang

Page 103: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

harmonis. Meski sebagian muslim lain menganggap tidak ada sebuah

pertentangan diantara keduanya.47

Barang kali perlu dicatat juga dalam hubungan ini betapa NU, yang

nomor tiga dalam pemilu tahun 1955, menduduki posisi yang menentukan.

Kabinet manapun sesudah 1956 tidak mungkin terbentuk bila NU bertahan.

Pada tahun 1953 terdengan santer jaminan NU bahwa ia tidak akan ikut dalam

kabinet bila Masyumi turut serta. Kabinet itu (Ali I 1953-1955) memang jatuh

dengan pengunduran diri NU. Kabinet Djuanda (1957) tidak akan terbentuk

bila NU tidak bersedia masuk didalamnya.

Sejarah politik Islam Indonesia sejak dulu sampai sekarang merupakan

khazanah perbandingan yang cukup lumayan dibandingkan dengan pemikiran-

pemikiran politik ke-Islaman yang pernah dikembangkan di kawasan Timur

Tengah atau dunia muslim lainnya. Sepajang sejarah yang sudah berumur

setengah abad lebih, politik Islam berkembang dalam batas-batas tertentu.

Pada tahun 1940-an sampai dengan awal tahun 1960-an, ekspresi, artikulasi,

dan detil pemikirannya yang berbeda kubu “golongan agama” dan “golongan

nasionalis”. Seperti yang ditampilkan dalam sidang dewan konstitunte pada

ahir tahun 1950-an, sehingga kompromi dan negosiasi yang di harapkan

melahirkan jalan tengah tidak terjadi, malahan menimbulkan setigma sejarah

dalam soal kaitan antara Islam dan politik atau Islam dan Negara. 48

47

Opini, Khoiril Mahfud, Mengahiri Benturan Ideologi, Islam dengan Nasionalisme,

(Maarif Vol.3, No. 2 Mei 2008), h. 43-44

48 Olivier Roy, Gagalnya Islam Politik, (Jakarta, P.T. Serambi Ilmu Semesta, 1996), h.VII

Page 104: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

B. Saran-Saran

Berahirnya dari beberapa poin skripsi yang penulis uraikan, ada kiranya

dipenghujung bab ini akan saya cantumkan saran-saran sebagai bahan

masukan bagi semua pihak yang mempunyai rasa memiliki keterkaitan dengan

pembahasan dalam skripsi ini, saran-saran yang ingin saya ajukan adalah

sebagai berikut:

1. Dalam Anggaran Dasar Partai Masumi, telah di rumuskan secara terbuka

yang bertujuan agar terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam

kehidupan orang-seorang, masyarakat, dan Negara Republik Indonesia,

menuju keridhaan Illahi. Dalam sejarahnya, tidak diragukan lagi kejujuran

Masyumi dalam membela dan mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi

dalam suatu pluralisme ideologi. Disinilah letak pergolakan antara Islam

dan nasionalisme yang ada pada perpolitikan Partai Masyumi.

2. Dalam Pergerakan Politik ini, antara Islam dan Masyumi memunculkan

pertanyaan yang bisa di sederhanakan dengan Dua jawaban, menolak atau

menerima. Sehingga tidak ada sebuah perselisihan,

3. Sebagian karya yang sangat cemerlang dalam karir Partai Politik

Masyumi, adalah sebuah prestasi partai dalam membela kedaulatan

Bangsa dan Negara. Seperti membentuk Barisan Hisbullah para pemuda

dan pemudi Islam di Indonesia, mendukung usaha demokrasi di Indonesia,

untuk mewujudkan suasana negara yang berdasarkan kedaulatan rakyat

dan masyarakat berdasarkan keadilan menurut ajaran Islam. Perwujudan

kedaulatan rakyat itu dengan adanya hak pilih dan dipilih secara umum

Page 105: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

dan langsung. Dan partai Masyumi juga berupaya agar pemerintah

Indonesia menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif, agar

manisfesto politik Islam dapat menempatkan negara republik Indonesia

berdampingan dengan negara-negara demokrasi, terutama yang berkuasa

dan berpengaruh di Asia Pasifik.

4. Dilingkungan Masyumi pada umumnya berhati-hati dalam menerima

lulusan Barat sebagai pemimpin mereka. Usaha Sukiman (ketua Partai

1945-1949), Presiden partai 1949-52, dan kemudia wakil ketua partai

1952-1960, untuk menarik beberapa lulusan pendidikan Barat ini kedalam

partai kurang memperoleh simpati. Karena sebelumnya orang-orang ini

belum dikenal ikatan ke-Islamanya. Siakap ini kurang memberikan

kesempatan kepada para lulusan Barat untuk memperlihatkan kebolehan

mereka dalam hubungan dengan kegiatan partai Islam, dalam rangka ini

rasa golongan kalangan partai Islam agak menyempit.

Page 106: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan, Teologi Kiri landasan Gerakan Membela kaum

Mustadl’afin, (Jogjakarta, P.T. Kreasi Wacana, 2002).

Abdurrahman, Islam yang Memihak, (Jogjakarta, P.T. LKiS Pelangi Aksara, 2005)

Adam, Ian, Ideologi Politik Mutakhir: Konsep, Ragam, Kritik dan Masa Depan.

(Jogjakarta, C.V. Qalam, 1993)

Astuti, Linda E, (skripsi) Nasionalisme Dalam Pandangan Mohammad Natsir: Studi Pemikiran Moh. Natsir Tentang Nasionalisme, (Jakarta, UIN Syahid,

2005).

Azra, Azyumardi, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan

Kekuasaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000)

Black, Antoni, Pemikiran Politik Islam, dari masa nabi hingga masa kini,

(Jakarta, P.T. Serambi Ilmu Semesta, 2001)

Bukhari, Manan, Menyikap Tabir Orientalisme, (Jakarta, P.T. Amzah 2006),

Chaidar, Al, Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia S.M.

Kartosoewirjo, (Jakarta, P.T. Darul Falah, 1993)

Dault, Adhiyaksa, Islam dan Nasionalisme: Reposisi Wacana Universal Dalam Konteks Nasional, (Jakarta, P.T. Pustaka Al-Kautsar)

Damami, Muhammad, Akar Gerakan Muhammadiyah, (Jogjakarta, P.T. Adipura,

2000)

Effendy, Bahtiar, Teologi Baru Politik Islam, (Jogjakarta, P.T. Galang Press,

2001)

Feith, Herbert dan Lance castle, pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, (Jakarta, P.T. LPES, 1988)

Form, Desertasi UIN Sayarif Hidayatullah (Jakarta, PPS 392, 2004)

Page 107: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Sazali, Muhammadiyah dan Masyarakat Madani, (Jakarta, P.T. PSAP (pusat

setudi agama dan peradaban) Muhammadiyah, 2005.

Jurnal Pemikiran Agama dan Peradaban / TANWIR, Perjalanan Politik

Muhammadiyah dari ahmad Dahlan hingga Syafi’i Ma’arif, edisi

Perdana, Vol. 1, mei 2003

Kamal, Mustafa, Pasha, B.Ed, Dkk, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, (Yogyakarta, P.T. Citra Karsa Mandiri, 2005)

Opini, Khoiril Mahfud, Mengahiri Benturan Ideologi, Islam dengan

Nasionalisme, (Maarif Vol.3, No. 2 Mei 2008)

Kohn, Hans, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya (terj), (Jakarta: PT. Pembangunan dan Penerbit Erlangga,1984)

Ma’arif, Syafi’i A, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara, (Jakarta P.T.

Pustaka LP3S, 2006).

Ma’arif, Syafi’i A, Islam dan Politik Teori Belah Bambu Masa Demokrasi

Terpimpin 1959-1965 (Jakarta, P.T. Gema Insani Press, 1996)

Muttaqin, Jajang, Masyumi dalam pergolakan Politik Islam Indonesia, (Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah PRESS, 2004)

Media Ma’arif (Artikel), Yudi Latief, Ph.d. Islam dan Awal Kebangkitan

Nasionalisme di Indonesia, (Ma’arif Edisi Vol. 3, No.2 Mei 2008)

Nata, Abdullah, Azyumardi Azra, Problematika Politik Islam di Indonesia, ( Jakarta, P.T. Grasindo bekerja sama dengan UIN Jakarta pers 2002 ).

Sasono, Adi, Rakyat Bangkit Bangun Martabat, (Jakarta, P.T. Pustaka Alvabet,

2008)

Syam, Firdaus, Amien Rais dan Yusril Ihza Mahendra Dipentas Politik Indonesia

Modern, (Jakrta, P.T. Kaherul Bayan, 2003)

Syahrasad, Herdi, Islamisme Nasionalisme Globalisme: Jejak-Jejak Ideologi Terkoyak, (Jakarta, P.T. Melibas, 2005)

Sucipto, Heri, Menegakkan Indonesia: Pemikiran dan Konstribusi 50 Tokoh

Bangsa Berpengaruh, (Jakarta, P.T. Grafindo, 2004)

Page 108: PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 · Contoh kabinet Natsir merangkul berbagi partai antara lain dari: Masyumi, PIR, Demokrat, PSI, Parinda, Katholik, Parkindo, dan

Ramlan, Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta, P.T. Gramedia Media

Sarana, 1992)

Roy, Oliverd, Gagalnya Islam Politik, (Jakarta, P.T. Serambi Ilmu Semesta, 1996)

Samsuri, Politik Islam Anti Komunis, (Jogjakarta, P.T. Safira Insani Press, 2004)

Sardar, Zainuddin, Kembali ke Masa Depan, (Jakarta, P.T. serambi Ilmu Semesta,

2003)

Lily Ramli, Islam Yes Partai Islam Yes, (Jakarta: Pusat Penelitian Politik, 2004)

Hamka, Muhammadiyah-Masyumi, (Jakarta, P.T. Masyarakat Islam, 1959)

Hatington, Samuel. P, Tertib Politik, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2004 )

Noer, Deliar, Partai Islam di Pentas Nasional, (Jakarta, P.T. Pustaka Utama

Grafiti, 1987). H. 154