Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

11
Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang (Airport) Senin, 29 Desember 2014 Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) : Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat". Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin. Di masa Perang Dunia I bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandar udara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk

description

jggl;l

Transcript of Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

Page 1: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang (Airport)Senin, 29 Desember 2014

   Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara

adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan

peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk

kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Sedangkan definisi bandar udara

menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala

bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin

tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".

    Pada masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah tanah lapang

berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin. Di

masa Perang Dunia I bandar udara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya

penggunaan pesawat terbang  dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah

perang, bandar udara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani

penumpang. Sekarang, bandar udara bukan hanya tempat untuk naik dan turun

pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti  apalagi di

bandara-bandara baru.

Page 2: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

     Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang

juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yg

berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas bea dan cukai. Di indonesia

bandar udara yang berstatus bandar udara internasional antara lain Polonia (Medan),

Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan),

Hasanuddin (Makassar) dan masih banyak lagi.

  Fasilitas bandar udara yang terpenting adalah:

Ruang Sisi Udara (Air Side), Landas pacu (Run Way) yang mutlak diperlukan

pesawat. Panjangnya landas pacu biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang

dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup

dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang landasan perintis umumnya

1.200 meter dengan lebar 20 meter. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya

cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandar udara yang agak ramai dipakai

konstruksi aspak, dengan panjang 1.800 meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang

dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28,

dlsb. Pada bandar udara yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton (Rigid

Pavement) dengan panjang 3.600 meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang dilayani

adalah jet sedang seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dsb. Bandar udara

international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi panjang Runway :

1.Karakteristik performan dan operasional dari pesawat yang dilayani.

2.Cuaca, terutama angin permukaan dan suhu.

3.Karakteristik Runway, seperti kemiringan (slope) dan kondisi permukaan.

4.Faktor lokasi Aerodrome, sebagai contoh elevasi dari aerodrome yang menyebabkan

tekanan barometer dan keterbatasan topografi. Persyaratan take-off dan landing harus

diperhitungkan pada waktu menentukan panjang runway.

Aeroplane. Reference Field Length (ARFL) didefinisikan sebagai panjang field

length minimum yang diperlukan oleh pesawat terbang yang bersangkutan untuk

dapat take-off dengan Maximum Take-off Weight, dimana kondisi lapangan terbang

Page 3: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

adalah Mean Sea Level (MSL), pada kondisi atmosfir standar,runwaynya tidak

mempunyai kelandaian (Zero Runway Slope), serta tidak ada angin. ARFL setiap

pesawat terbang dapat dilihat di flight manual yang diterbitkan oleh pabrik pesawat

terbang yang bersangkutan. ARFL suatu pesawat terbang yang ada bukanlah panjang

aktual yang dipersiskan oleh pesawat terbang tersebut untuk dapat beroperasi di suatu

daerah tertentu. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan daerah tersebut berbeda

dengan kondisi  ARFL yang ditetapkan. Karena itu, untuk mendapatkan panjang runway

aktual untuk take-off, ARFL tersebut perlu dikoreksi akibat eievasi, temperatur, dan

kelandaian runway. Makin tinggi elevasi suatu tempat, makin berkurang kepadatan

(density) udara di tempat tersebut. Karena itu untuk mendapatkan gaya angkat yang

memadai pada daerah tersebut pesawat terbang harus bergerak lebih cepat.

Akibatnya runway yang diperlukan harus lebih panjang. Koreksi akibat elevasi lapangan

terbang ini adalah bahwa panjang runway harus diperpanjang 7% setiap 300 m

kenaikan eievasi terhadap muka air laut. Temperatur yang makin tinggi akan

mengurangi kepadatan udara. Karena itu makin tinggi Airport Reference

Temperatur (ART), makin panjang runway yang diperlukan. ARFL yang telah dikoreksi

akibat pengaruh elevasi harus dikoreksi lagi akibat pengaruh temperatur. Panjang

runway yang diperlukan untuk take-offyang telah dikoreksi akibat eievasi harus

diperpanjang 1% untuk setiap derajat Celcius naiknya ART terhadap temperatur

standar lapangan terbang tersebut. Temperatur standar adalah temperatur yang

berhubungan dengan atmosfir standar. Temperatur standar suatu lapangan terbang

dipengaruhi pula oleh eievasi lapangan terbang tersebut. Pada perencanaan lapangan

terbang atmosfir standar yang digunakan adalah atmosfir standar international

(International Standard Atmosphere, ISA), dimana pada kondisi ini temperatur

pada Mean Sea Level adalah 15° C. Selanjutnya panjang runway yang dibutuhkan

untuk take-offharus dikoreksi terhadap kelandaian memanjang runway. Untuk itu

digunakanEffective Gradient, yaitu rasio antara selisih titik tertinggi dan titik terendah

pada runway terhadap panjang runwaynya. Untuk setiap 1% Effective Gradient

runway harus diperpanjang 10%. Secara singkat, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 4: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

Actual runway length = ARFL x Fe x Ft x Fs

Dimana :

 Fe= 1+ (0.07 x h/300)

 Ft = 1 + 0.01 [T - (15 - 0.0065.h)]

 Fs = 1 + 0.10 S

Berikut ini diberikan contoh untuk menghitung panjang runway aktual yang diperlukan

oleh suatu pesawat terbang untuk dapat beroperasi di suatu lapangan terbang dengan

kondisi lingkungan tertentu.

Data

1. Tipe pesawat terbang rencana : Airbus A-300-600 dengan ARFL = 2332 m

Tabel ARFL - Type Aeoroplane

2. Elevasi lapangan terbang : 500 m (1500 ft.) di atas Mean Sea Level (MSL)

3. Temperatur standar lapangan terbang tersebut adalah 12°C.

4. Airport Reference Temperature (ART) : 29° C.

5. Kelandaian (effective slope) runway : 0.8 %.

Panjang runway yang dikoreksi akibat pengaruh elevasi = [ 1+0.07 x

500/300 ]  = 1,1166 m.

Page 5: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

Panjang runway yang dikoreksi akibat pengaruh temperatur = [1+0,01 (29-

(15-0,0065 x 500)] =1,1725 m.

Panjang runway yang dikoreksi akibat pengaruh kelandaian = [1 +0,10x0,8] 

= 1,08 m.

ARFL = Panjang Runway / (Fe x Ft x Fs)

Panjang runway aktual terkoreksi : ARFL x (Fe x Ft x Fs) = (2332 x 1,1166 x

1,1725 x 1,08) = 3297,33 m = 3,297 km. 

Penentuan Lebar runway tergantung dari kode ARC (Aerodrome Reference

Code) Runway Width Classifications berdasarkan klasifikasi ICAO.

  Gambar Susunan Bagian Pada Landas Pacuh (Runway)

Page 6: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

    Clearway adalah area berbentuk segi empat pada permukaan tanah/air yang dikontrol oleh otoritas bandara sebagai daerah aman bagi pesawat yang lepas landas hingga mencapai ketinggian tertentu.Clearway terletak pada ujung landasan. Panjang clearway tidak melebihi setengah dari panjang take-off run dan lebar clearway paling sedikit 75 m ke masing-masing sisi samping as runway.    Stopway adalah area segiempat di permukaan tanah pada ujung landasan yang disiapkan sebagai daerah aman bagi pesawat yang gagal take-off. Lebar stopway sama dengan lebar runway. Kekuatanstopway harus dirancang untuk mampu mendukung beban pesawat yang gagal take-off dan permukaan stopway dilapisi konstruksi yang sama dengan lapisan runway.  Cleared Distances Take-off run available (TORA): panjang runway yang tersedia dan mencukupi untukakselerasi pesawat take-off.

Take-off distance available (TODA): jarak tempuh akselerasi pesawat di runwayditambah clearway.

Accelerate stop distance available (ASDA): jarak tempuh akselerasi pesawat dirunway ditambah stopway.

Landing distance available (LDA): panjang runway yang tersedia dan mencukupi untuklanding.

   Holding bay didefinisikan sebagai area dimana pesawat ditahan atau disiap/salip, untuk tujuan supaya pergerakan pesawat di bandara lebih efektif. Holding bay perlu disediakan jika kondisi trafficdi bandara sedang  padat/sibuk. 

Gambar Konfigurasi Holding Bay menuju Area Lepas Landas

Apron adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan terminal, sedangkan taxiway menghubungkan apron dan run-way. Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena memikul beban besar yang statis dari pesawat. Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller (ATC), berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan radar.

Page 7: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka disediakan unit penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan pemadan kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam kebakaran, ambulance, dll. Selain peralatan penolong dan pemadam kebakaran juga ada hanggar servive aeroplanedan fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur. 

   Ruang Sisi Darat (Land Side), Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan administrasi penumpang yang datang atau pergi. Di dalamnya terdapat alat pemindahan bagasi sinar X, counter check-in, (CIQ, Custom - Inmigration - Quarantine) untuk bandar udara internasional, dan ruang tunggu (boarding lounge) serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar, penumpang masuk ke pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di bandar udara kecil, penumpang naik ke pesawat melalui tangga (pax step) yang bisa dipindah-pindah. Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan terminar parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi. 

 

Gambar Konfugurasi Fasilitas Bandar Udara 

LARANGAN DAN PEMBATASAN TERHADAP HALANGAN (OBSTACLE

RESTRICTION AND LIMITATION)

Page 8: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

Yang dimaksud dengan halangan (obstacle) adalah :

Setiap benda yang berdiri pada atau di atas daerah larangan terdapat halangan (obstacle restriction surface), seperti runway strip, RESA, clearway atau taxiway strip;

Setiap benda yang menembus (penetrate) kawasan keselamatan operasi penerbangan (obstacle limitation surface/ OLS).

Obstacle limitation surface (OLS untuk non-instrument runway, non precision approach runway dan precision approach runway category 1 meliputi:

1. Conical surface;

2. Inner horizontal surface;

3. Approach surface;

4. Transitional surface;

5. Take off climb surface.

Obstacle limitation surface untuk precision approach runway category 2 dan 3 meliputi:

1. Outer horizontal surface;

2. Conical surface;

3. Inner horizontal surface;

4. Approach surface;

5. Inner approach surface;

6. Transitional surface;

7. Inner transitional surface;

8. Baulked landing surface;

9. Take off climb surface.

Page 9: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

   Penyelenggara bandara harus menetapkan obstacle limitation surface pada aerodromenya, dan mengawasi setiap obyek yang berada pada obstacle limitation surface. Bilamana terdapat pelanggaran atau potensial pelanggaran, penyelenggara bandara harus melaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara dan melakukan koordinasi dengan instansi atau perusahaan yang terkait dengan obyek tersebut.

   Obyek atau pendirian obyek baru yang berada di luar OLS dengan ketinggian 110 meter dari permukaan tanah atau lebih harus dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara, dan obyek atau pendirian obyek baru di luar OLS dengan ketinggian di atas 150 meter dari permukaan tanah atau lebih  harus dianggap sebagai obstacle kecuali dinyatakan sebaliknya  oleh Ditjen Perhubungan Udara berdasarkan suatu assessment.

Page 10: Perencanaan Infrastruktur Lapangan Terbang

Referensi: ICAO, 1999. Annex 14 Third Edition, Aerodrome Standards, Aerodrome Design and Operations., ICAO, 2006. Aerodrome Design Manual, Part 1 Runway., Federal Aviation Administration (FAA)., Ir. Heru Basuki, Perencanaan  Lapangan Terbang.