Pere Sepan

3
Peresepan Resep merupakan suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada APA ( Apoteker Pengelola Apotek) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundangan- undangan yang berlaku. Resep memiliki beberapa fungsi antara lain; (1) sebagai perwujudan cara terapi dengan menggunakan obat, (2) sebagai dokumen legal yang digunakan agar dalam pelayanan oleh apotek, tidak dijumpai hal-hal yang merugikan penderita, (3) sebagai catatan terapi, (4) sebagai media komunikasi antara dokter dengan apoteker atau dengan petugas kesehatan lain. Setelah 3 tahun resep boleh dimusnahkan dengan membuat berita acara pemusnahan (SK Menkes RI no 280/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotik). Resep yang lengkap terdiri atas beberapa bagian, antara lain : 1. Superscriptio, terdiri dari : a. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter b. Tempat dan tanggal penulisan resep c. Simbol R/ (= invocatio) d. Nama, umur (khususnya untuk pasien anak), alamat pasien 2. Inscriptio, terdiri dari : a. Jenis bahan obat dalam resep, meliputi: i. Remidium cardinale : nama dan jumlah bahan-bahan pokok obat, bisa tunggal atau beberapa bahan. ii. Remidium adjuvant/korektor : nama dan jumlah obat tambahan iii. Remidium corrigens (hanya bila diperlukan), meliputi: Corringens saporis (perasa). Misal : saccharum lactis ( sacch. Lact); Corringens coloris ( warna). Misal : carmine; Corringens odoris (bau). Misal : ol. Rossarum ( minyak permen) ; Corringens constituen : ditambahkan untuk bahan yang sedikit agar dapat dibuat sediaan obat. b. Vehikulum (pembawa) : perlu dituliskan apabila resep merupakan racikan dokter sendiri, bukan obat jadi. c. Jumlah bahan obat dinyatakan dalam satuan berat untuk bahan padat (mcg,mg,g) atau satuan isi untuk cairan (tetes, mL, L) 3. Subscriptio, memuat cara pembuatan (nama dan jumlah bentuk sediaan). 4. Signatura/transcriptio, berisi petunjuk penggunaan obat. Beberapa hal harus diperhatikan agar sebuah resep dikatakan sah, antara lain:

description

Pere Sepan

Transcript of Pere Sepan

Page 1: Pere Sepan

Peresepan

Resep merupakan suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewankepada APA ( Apoteker Pengelola Apotek) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Resep memiliki beberapa fungsi antara lain; (1) sebagai perwujudan cara terapi dengan menggunakan obat, (2) sebagai dokumen legal yang digunakan agar dalam pelayanan oleh apotek, tidak dijumpai hal-hal yang merugikan penderita, (3) sebagai catatan terapi, (4) sebagai media komunikasi antara dokter dengan apoteker atau dengan petugas kesehatan lain. Setelah 3 tahun resep boleh dimusnahkan dengan membuat berita acara pemusnahan (SK Menkes RI no 280/MenKes/SK/V/1981 mengenai penyimpanan resep di apotik).

Resep yang lengkap terdiri atas beberapa bagian, antara lain :1. Superscriptio, terdiri dari :

a. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokterb. Tempat dan tanggal penulisan resepc. Simbol R/ (= invocatio)d. Nama, umur (khususnya untuk pasien anak), alamat pasien

2. Inscriptio, terdiri dari :a. Jenis bahan obat dalam resep, meliputi:

i. Remidium cardinale : nama dan jumlah bahan-bahan pokok obat, bisa tunggal atau beberapa bahan.

ii. Remidium adjuvant/korektor : nama dan jumlah obat tambahaniii. Remidium corrigens (hanya bila diperlukan), meliputi: Corringens saporis (perasa).

Misal : saccharum lactis ( sacch. Lact); Corringens coloris ( warna). Misal : carmine; Corringens odoris (bau). Misal : ol. Rossarum ( minyak permen) ; Corringens constituen : ditambahkan untuk bahan yang sedikit agar dapat dibuat sediaan obat.

b. Vehikulum (pembawa) : perlu dituliskan apabila resep merupakan racikan dokter sendiri, bukan obat jadi.

c. Jumlah bahan obat dinyatakan dalam satuan berat untuk bahan padat (mcg,mg,g) atau satuan isi untuk cairan (tetes, mL, L)

3. Subscriptio, memuat cara pembuatan (nama dan jumlah bentuk sediaan).4. Signatura/transcriptio, berisi petunjuk penggunaan obat.

Beberapa hal harus diperhatikan agar sebuah resep dikatakan sah, antara lain: Untuk dokter praktek swasta, harus mencantumkan nama dokter, izin kerja, alamat praktek dan

rumah, paraf dokter Untuk dokter yang berpraktek di RS/Klinik/Poliklinik, harus mencantumkan nama dan alamat

RS/Klinik/Poliklinik, bagian/unit di RS, serta nama, alamat, paraf dokter penulis resep

Dalam menuliskan resep, seorang dokter bisa memilih 3 penulisan formula resep, yaitu:1. Resep Formula Magistralis

Dalam formula magistralis, sediaan disusun oleh dokter sendiri. Obat yang dipilih dapat berupa bahan baku (racikan) atau sediaan Non Generik / obat dengan nama dagang, dengan menggunakan bahan tambahan yang dapat berupa corrigen saporis, odoris, coloris dan atau vehikulum/constituen. Bila memakai formula ini, dokter harus memahami spesifikasi/kekhususan bahan sediaan obat (BSO).

2. Resep Formula OfficinalisDalam resep ini, obat berupa sediaan jadi atau sediaan yang diracik apotek, antara lain; obat standar/baku menurut formula standard, Farmakope Indonesia, Extra Farmakope dan Formularium Indonesia; obat / sediaan generik berlogo. Dokter harus memahami isi / komposisi obat dan indikasinya.

3. Resep Formula SpesialistisDalam resep ini, obat yang dipilih berupa obat dengan nama dagang. Satu obat bisa saja memiliki banyak sediaan, sehingga dokter harus memahami spesifikasi, sifat dan tujuan produk obat yang akan diberikan.

Ketentuan penulisan resep:1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat, resep harus ditulis dalam bahasa Latin dengan

cara yang benar sesuai aturan/kaidah penulisan yang berlaku, lengkap, dan harus dapat dibaca dengan jelas. Dalam penulisan resep obat, perlu diperhatikan nama obat, satuan jumlah/kekuatan obat, dan alat penakar.

Page 2: Pere Sepan

2. Nama obat dapat ditulis dalam beberapa format; (1) bahan baku/bentuk aslinya, baik berupa nama generik atau nama sinonim, contoh: Asetosal, Theophyllin, (2) format obat jadi dengan nama standar atau sesuai DOEN, contoh : tab. Asetosal 500mg, tab. Aminophyllin 200 mg, Potio Nigra Contratussim, (3) obat dengan nama dagang, contoh: Allerin expectorant, Pamol, Lipitor, dll.

3. Satuan jumlah/kekuatan obat dapat dinyatakan dalam satuan berat seperti gram dan mikrogram, satuan volume (L,mL), satuan persentase (b/b, b/v, v/v. b=berat, v=volume), maupun satuan bentuk sediaan/kemasan seperti tablet, capsul, caplet, tube. Pada satuan terakhir, jumlah obat dituliskan dalam angka romawi. Contoh: Amoxicillin tab. 500 mg No. XV.

4. Alat penakar obat, terutama untuk obat-obat berbentuk cair, harus dituliskan dengan jelas. Sendok makan (15ml), dituliskan sebagai “C”, sendok the (8ml) dituliskan sebagai “Cth”, sendok obat (5ml) dituliskan sebagai “cplastik” atau “cth”, tetesan/drops (0.05 ml) dituliskan sebagai “gtt”.

5. Jumlah obat yang ditulis dlm resep dihindari memakai angka desimal, misalnya obat yg diberikan dalam jumlah < 1 gr ditulis dlm miligram. C/: 500 mg, tidak 0,5 gram; atau obat yg diberikan dalam jumlah < 1 miligram ditulis dlm microgram.

6. Dokter gigi boleh menulis segala macam obat dengan cara per parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian yang lain, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut.

7. Nama penderita di belakang pro: identitas jelas & sebaiknya diberi alamat, jika anak dicantumkan umurnya.

8. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menuliskan Cito (segera), Statim(penting), Urgent (penting). P.I.M = periculum in mora = berbahaya bila ditunda; dan ditulis di sebelah kanan pada bagian atas kertas resep.

9. Pada setiap resep yang memerlukan pengulangan maka harus ditulis pada sebelah kiri atas dari resep.10. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis

maksimal.11. Untuk resep tanpa narkotika/psikotropika cukup paraf, sedangkan untuk resep dengan

narkotika/psikotropika harus dengan tanda tangan.12. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang (iter), nama pasien ditulis, tidak boleh m.i = mihi

ipsi (untuk dipakai sendiri). Alamat dan aturan pakai (signa) jelas, tidak boleh ditulis u.c = usus cognitus13. Bahan obat/obat yang termasuk narkotika penulisan di dalam resep harus diberi tanda garis

bawah/tanda merah.14. Untuk obat tetes, harus jelas peruntukannya; tetes mata, hidung atau telinga, dan harus jelas pula sisi

mana yang akan diobati; sebelah kiri, kanan atau kedua sisi.15. Bila pemberian hanya waktu tertentu, bisa diberi keterangan. Misalnya: selain p.r.n (pro re nata – bila

perlu), dapat diberi keterangan ”febris/demam/panas”. Keterangan ini dapat digunakan untuk obat-obatan simptomatis yang diminum bila demam.