Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

27
Perdarahan Akibat Kelaianan Sistemik Perdarahan sistemik terjadi karena adanya kelaian secara sistemik terhadap faktor-faktor pembekuan darah sehingga masa perdarahan menjadi panjang. Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan yaitu : 1. Penyakit kardiovaskuler Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan. 2. Hipertensi Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat- obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat

Transcript of Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Page 1: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Perdarahan Akibat Kelaianan Sistemik

Perdarahan sistemik terjadi karena adanya kelaian secara sistemik terhadap faktor-

faktor pembekuan darah sehingga masa perdarahan menjadi panjang. Beberapa

penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan yaitu :

1. Penyakit kardiovaskuler

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah

pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga

terjadi perdarahan.

2. Hipertensi

Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh

darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah

kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi

lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir

sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada

pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat antihipertensi,

obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan

perdarahan.

3. Hemofilli

Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada

hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada

von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit

ini jarang ditemukan

4. Diabetes Mellitus

Page 2: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga

penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan

menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia

sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan.

5. Malfungsi Adrenal

Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing)

sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.

6. Pemakaian obat antikoagulan

Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin)

menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih

dahulu dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum

pencabutan gigi.

Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik

Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap

Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki

tendensi perdarahan yang meliputi :

1. bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan

2. mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan

hemostasis (pembekuan darah)

3. pernah dirawat di RS karena perdarahan

4. spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari

penyebab kecil

5. riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di

atas, dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri

Page 3: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

6. mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin

7. Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan    herediter,misalnya

von Willebrand’s syndrome dan hemophilia

Infeksi

Infeksi terjadi jika mikroorganisme tumbuh mengalahkan system pertahanan

tubuh. Infeksi pasca bedah maupun pasca operasi merupakan penyebab

utama terhambatnya penyembuhan luka. Infeksi merupakan komplikasi

yang jarang terjadi pada ekstraksi gigi namun biasanya ditemukan pada

pengambilan tulang. Sebagai upaya kontrol infeksi pasca bedah, teknik

asepsis dan debridement luka pasca operasi harus dilakukan sebaik

mungkin dengan cara memberikan irigasi larutan saline pada daerah operasi

dan seluruh debris harus dihilangkan denga menggunakan kuret. Antibiotik

dapat diberikan sebagai profilaksis pada pasien. Jalan masuk infeksi

diantaranya yaitu :

1. Kontak, misalnya tangan, peralatan, pakaian yang terkontaminasi.

2. Aerosol, misalnya inhalasi debu, kulit yang terkelupas diudara, droplet air

dan alat nebulizer atau pelembab udara.

3. Darah, misalnya inokulasi secara tidak sengaja dari ibu ke bayi

(prenatal)aktivitas seksual.

4. Makanan/air, misalnya tertelannya virus dan bakteri atau toksinnya dari

makanan atau air.

5. Serangga, misalnya kecoa pembawa pathogen dapat mengkontaminasi

barang yang steril atau makanan.

Page 4: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Patofisiologi Infeksi Bakteri

Terjadinya infeksi bakteri membutuhkan :

1. Inokulum bakteri (biasanya 100.000 organisme per mil eksudat , atau per

gram jaringan atau per mm2 daerah permukaan).

2. Lingkungan yang rentan terhadap bakteri (air, elektrolit, karbohidrat, hasil

pencernaan, protein darah).

3. Hilangnya resistensi pejamu terhadap infeksi( sawar fisik yang terganggu/

respon biokimiawi/ humoral yang menurun , respon seluler menurun.

Sekresi bakteri

Bakteri menimbulkan beberapa efek sakitnya dengan melepaskan senyawa

berikut :

1. Enzim misalnya , hemolisin, streptokinase, hialuronidase

2. Eksotoksin ( dilepaskan oleh bakteri intak terutama gram positif misalnya

tetanus dan difteri)

3. Endotoksi (lipopolisakarida) dilepaskan dari dinding sel saat kematian

bakteri.

Perjalan alamiah infeksi

1. Respon inflamasi timbul (rubor/kemerahan, tumor/ pembengkakan,

dolor/nyeri , kalor/panas).

2. Resolusi, reaksi inflamasi menetap dan infeksi menghilang.

Page 5: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

3. Penyebaran infeksi : langsung ke jaringan sekitar, sepanjang daerah

jaringan, melalui system limfatik, melalui aliran darah.

4. Pembentukan abses terkumpulnya pus pada suatu tempat.

5. Organisasi, jaringan bergranulasi, fibrosis, jaringan parut.

6. Infeksi kronis, menetapnya organism pada jaringan menimbulkan respon

inflamasi kronis.

Penatalaksanaan Infeksi Akibat Pembedahan

Usaha Pencegahan :

1. Operasi singkat

2. Pembersihan kulit menggunakan zat kimia anti bakteri dan detergen (untuk

kulit pasien, dokter bedah, dan perawat).

3. filtrasi udara pada daerah operasi, masker dan jubah bedah yang menutup

seluruh tubuh (oklusif).

4. Antibiotik profilaktik sebaiknya diberikan untuk pasien dengan bahan

prostetik yang diimplantasi misalnya katup jantung, cangkok vascular

prostesik sendi.

5. Satu dosis antibiotic praoperasi yang di berikan satu jam sebelum

pembedahan harus mencukupi, kecuali bila operasi terkontaminasi berat

atau kotor atau pasien mengalami gangguan system imun.

Trauma dalam Rongga Mulut

Dalam rongga mulut dapat timbul  lesi yang salah satunya disebabkan

karena adanya trauma. Biasanya trauma tersebut diakibatkan oleh kerusakan

Page 6: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

mekanik seperti kontak dengan makanan yang tajam, tergigit ketika makan,

bicara, bahkan tidur. Lesi ini juga bisa terjadi akibat luka bakar benda panas,

listrik atau kimia. Lokasi lesi traumatik bisa terjadi pada mukosa pipi,

mukosa bibir, palatum dan tepi perifer dari lidah (Bricker dkk., 1994).

Tanda dan gejala klinik yaitu tampak membran fibrin kekuningan dengan

tepi eritema disertai rasa nyeri (Regezi dkk., 2003). Pada beberapa kasus

tepi ulkus berwarna putih dikarenakan adanya hiperkeratosis (Neville dkk.,

2009). Ulkus traumatik dapat sembuh dalam beberapa hari atau minggu

setelah etiologi terjadinya ulkus dihilangkan. Rasa nyeri hilang dalam waktu

3-4 hari dan sembuh dalam waktu 10-14 hari (Wood dan Goaz, 1997).

Ulkus traumatik dapat disebabkan oleh berbagai macam trauma, yaitu

trauma fisik, trauma termal, trauma elektrik, trauma kimiawi, dan trauma

radiasi (Bricker dkk., 1994).

A.    TRAUMA FISIK

Luka akibat trauma fisik pada kulit atau mukosa secara umum dapat

diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

a. Abrasion (luka lecet)

Merupakan luka di permukaan yang disebabkan karena kulit atau mukosa

berkontak dengan benda tajam maupun permukaan kasar seperti jalan raya/beton

(saat terjatuh) yang akan meninggalkan luka dangkal yang kasar dan berdarah.

Luka ini dapat menyebabkan terlepasnya jaringan epitelium dan benda asing

Page 7: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

menempel sehingga sering terjadi infeksi. Luka seperti ini sering mengakibatkan

rasa sakit, hal tersebut dikarenakan ujung saraf yang terbuka akibat luka.

Perawatan yang dilakukan adalah membersihkan luka dengan sabun desinfektan

pada kulit, sedangkan untuk gingiva dan mukosa oral dengan irigasi larutan

saline. Antibiotik terkadang perlu diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi.

b.      Contusion (luka memar)

Merupakan luka yang terjadi akibat pukulan atau tertimpa benda tumpul. Luka ini

tidak merusak mukosa, namun hanya akan membuat darah berekstravasasi ke

jaringan subkutan yang menyebabkan area membiru (ecchymosis) dan memar.

Bentuk luka ini adalah perdarahan dari jaringan subkutan tanpa adanya kerusakan

jaringan lunak di sekitarnya.

Perawatan yang dilakukan adalah aplikasi kompres dingin pada area luka. Apabila

gingiva yang mengalami luka seperti ini, dapat dilakukan perawatan dengan

observasi, pembersihan lokal, dan pemberian antibiotik. Luka seperti ini yang

terisolasi pada jaringan lunak dalam jangka waktu yang lama mungkin

mengindikasikan adanya fraktur tulang.

c.       Laceration (luka gores)

Merupakan luka dangkal maupun dalam pada jaringan lunak yang disebabkan

tergores baik oleh benda tajam dan tumpul, tepi luka biasanya disertai memar.

Luka ini mungkin akan mengganggu pembuluh darah, saraf, otot, dan kelenjar

saliva. Area yang sering terlibat adalah bibir, mukosa oral, gingiva, dan lidah.

Luka ini sering terjadi karena terobeknya mukosa atau kulit pada kecelakaan

Page 8: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

kendaraan bermotor. Perawatan yang dilakukan adalah pembersihan luka,

pemberian antibiotik, dan terkadang perlu dilakukan penjahitan (suturing).

Lacerations menurut bentuk lukanya dapat diklasifikasikan menjadi:

Crescent shaped (bulan sabit): disebabkan oleh benda tumpul yang mempunyai

tepi permukaan yang tajam (misalnya palu).

 Linear with ’Y’ shaped ends (garis dengan ujung huruf Y): disebabkan oleh

benda sempit memanjang (batang besi, batang logam, pipa).

 Stellate (bintang): disebabkan oleh benda yang mempunyai permukaan tajam

dengan ujung tumpul membulat.

 Triangular (segitiga): disebabkan oleh pointed bayonet, seperti paku.

d.      Soft tissue avulsion

Luka avulsi (hilangnya jaringan) merupakan luka yang terjadi karena gigitan

hewan yang menimbulkan luka lecet yang sangat dalam dan lebar.

e.       Puncture wounds (luka tusuk)

Merupakan luka tusukan yang disebabkan oleh penetrasi benda tajam langsung ke

dalam kulit, seperti pisau dan tembakan senjata. Perawatan yang dilakukan adalah

pembersihan luka dengan desinfektan, pemberian antibiotik untuk mencegah

infeksi, dan mungkin juga dilakukan penjahitan pada luka yang lebar. (Miloro,

2004 ; Balaji, 2007 ; Karmakar, 2007 ; Andreasen, 2011)

Page 9: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Macam-macam Lesi Trauma Fisik dalam Rongga Mulut:

Penyebab lain terjadinya lesi dalam rongga mulut akibat trauma fisik di antaranya:

malposisi gigi, menyikat gigi terlalu keras, tergigit, kebiasaan menggigit-gigit

bibir atau pipi, pembuatan protesa gigi yang salah (bagianflange yang terlalu

menekan gingiva tau bagian baseplate terlalu menekan palatum), restorasi gigi

yang tajam, penggunaan instrumen kedokteran gigi (cotton roll, saliva

ejector, bur).

1.      Linea Alba

Linea alba (white line) adalah kondisi yang paling sering muncul di sepanjang

mukosa bukal setinggi dataran oklusal gigi rahang atas dan rahang bawah yang

disebabkan adanya tekanan, iritasi gesekan, dan trauma dari permukaan gigi

(Neville dkk., 2009). Linea alba berbentuk garis putih keabuan memanjang di

mukosa bukal, biasanya bilateral di kanan dan kiri, berawal dari sudut mulut

hingga gigi posterior. Penampakan klinis berupa warna putih keabuan disebabkan

hiperkeratosis epitel. Lesi ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan

berarti (Neville dkk., 2009).

2.      Morsicatio Buccarum

Lesi putih pada rongga mulut ini disebabkan adanya iritasi kronis akibat

mengisap-isap atau menggigit-gigit pipi. Hal tersebut akan menyebabkan area

trauma menjadi lebih tebal, luka, dan lebih pucat daripada jaringan di sekitarnya.

Lesi ini seringkali muncul pada orang yang sedang mengalami stress tinggi atau

orang yang mempunyai kebiasaan menggigit-gigit pipi, bibir maupun lidah

(Greenberg dan Glick, 2003).

Page 10: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Penampakan klinis dari lesi ini sering ditemukan bilateral pada mukosa bukal,

namun ada juga yang unilateral dikombinasikan dengan adanya lesi pada bibir,

lidah, atau keduanya. Area putih menebal seperti bekas cabikan didominasi

dengan area eritematous dan permukaan yang kasar. Pemeriksaan histopatologis

hasil biopsi menyatakan adanya hiperkeratosis yang menyebar dengan jumlah

keratin yang banyak. Tidak ada perawatan yang perlu dilakukan selama lesi dirasa

tidak mengganggu pasien. Apabila pasien memerlukan perawatan dapat dilakukan

dengan membuat cetakan akrilik yang menutupi permukaan fasial gigi untuk

menghindari akses mukosa bukal (Neville dkk., 2009).

3.      Frictional (Traumatic) Keratosis

Traumatic keratosis didefinisikan sebagai plak putih dengan permukaan kasar dan

terluka yang disebabkan iritasi mekanis dari gigi tiruan yang kasar atau tepi gigi

yang tajam. Pemeriksaan histologis menyatakan lesi dengan hiperkeratosis dan

akantosis. Lesi ini tidak mengacu pada keganasan. Lokasi lesi biasanya pada

mukosa bukal, bibir, dan lidah (Greenberg dan Glick, 2003).

4.      Toothbrush Injury

Trauma dari sikat gigi disebabkan iritasi mekanis dari bulu sikat gigi pada margin

gingiva dan gingiva cekat. Lokasi lesi ini dapat ditemukan pada seluruh

permukaan gingiva, namun yang paling sering terjadi pada gingiva rahang atas di

antara gigi kaninus dan premolar (karena pada lokasi ini biasanya menggunakan

tekanan maksimal selama menyikat gigi). Penampakan klinis lesi berupa erosi

tunggal dengan area eritematous, berwarna putih atau merah, dan beberapa

menyebabkan rasa sakit. Lesi ini tidak memerlukan perawatan, namun

mengurangi faktor lokal dengan memperbaiki cara menyikat gigi (Purkait, 2003).

Page 11: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

5.      Traumatic Hematoma

Traumatic hematoma pada mukosa oral terjadi karena adanya tekanan mekanis

yang menyebabkan perdarahan pada jaringan di rongga mulut. Penampakan klinis

berupa lesi irreguler berwarna kemerahan. Lokasi yang paling sering terjadi lesi

ini adalah lidah dan bibir, penyebab utamanya adalah tergigitnya mukosa oral dan

penggunaan yang tidak benar dari instrumen kedokteran gigi. Tidak ada

perawatan yang perlu dilakukan, lesi akan sembuh dalam waktu 4-6 hari

(Laskaris, 2003).

6.      Cotton Roll Stomatitis

Cotton roll sangat biasa diaplikasikan pada praktek kedokteran gigi untuk

menjaga permukaan gigi tetap kering. Kekeringan yang berlebihan pada

permukaan mukosa akan tampak setelah gulungan kapas dilepas. Penampakan

klinis lesi adalah erosi yang tertutupi pseudomembran putih, yang akan sembuh

dalam 4-6 hari dan tidak memerlukan perawatan yang berarti (Laskaris, 2003).

7.      Denture Stomatitis

Denture stomatitis atau denture sore mouth sering terjadi pada pasien yang

menggunakan gigi tiruan dalam waktu lama. Lesi ini biasanya ditemukan pada

palatum. Penampakan klinis berupa mukosa yang tertutup plat gigi tiruan edema

berwarna merah dengan titik-titik putih yang merupakan akumulasi Candida

albicans atau sisa makanan. Beberapa kasus tidak menimbulkan gejala pada

pasien, namun ada beberapa yang mengeluhkan sensasi rasa terbakar dan nyeri.

Penyebab yang biasa terjadi karena iritasi gigi tiruan, sisa-sisa makanan yang

menumpuk di bawah permukaan plat gigi tiruan, dan infeksi C. albicans.

Page 12: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Perawatan yang perlu dilakukan adalah memperbaiki gigi tiruan dan menjaga

kebersihan mulut dengan baik (Laskaris, 2003).

8.      Submucosal Hemorrhage (Petechiae, Ecchymosis, Hematoma)

Hemoragi intraoral disebabkan karena rupturnya pembuluh darah yang terjadi

akibat trauma fisik (ekstraksi gigi, tergigit, fellatio, batuk kronis, muntah), trauma

sekunder pasca pembedahan, dan kelainan perdarahan seperti hemofilia, leukemia,

trombositopenia, dan terapi antikoagulan. Petechiae adalah area perdarahan kecil

yang tidak meninggi, purpura adalah area hemoragi yang lebih besar dan tidak

meninggi, ecchymosis adalah area hemoragi dengan diameter lebih dari 2

mm. Hematoma adalah sekumpulan darah yang berekstravasasi dari pembuluh

darah lokal ke jaringan dan secara klinis menyebabkan pembengkakan. Hemoragi

submukosal biasanya berwarna merah-keunguan, ungu, atau biru-kehitaman.

Hemoragi biasanya terbentuk bersama jaringan granulasi dan sembuh dengan

sendirinya tanpa perawatan. Hematoma yang ukurannya sangat besar dapat

diinsisi dan dilakukan drainase (Neville dkk., 2009).

9.      Traumatic Atrophic Glossitis

Traumatic atrophic glossitis berupa area eritematous pada lidah yang disebabkan

adanya iritasi atau trauma fisik, di antaranya restorasi gigi yang tidak tepat, gigi

tiruan yang patah atau rusak, tepi insisal gigi yang tajam, kalkulus yang

berlebihan pada gigi-gigi anterior rahang bawah, dan gigi yang crowded. Lokasi

lesi pada ujung dan lateral lidah dengan area yang terlibat trauma akan menipis

dan berwarna merah, papilla filliformis menghilang, papilla fungiformis

Page 13: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

membesar dan memerah. Pemeriksaan histopatologis menyatakan adanya

penipisan papilla lidah, vasodilatasi jaringan ikat di bawahnya dengan infiltrasi sel

inflamasi kronis yaitu limfosit dan sel plasma. Perawatan yang dilakukan adalah

mengurangi faktor iritasi dan meminimalisasi pergerakan lidah (Purkait, 2003).

10.  Traumatic Ulcerations

Ulkus traumatik paling sering terjadi di pipi, bibir, dan lidah. Tergigitnya lidah

merupakan ulkus tunggal yang seringkali terjadi pada tepi lateral lidah (Bricker

dkk., 1994). Tanda dan gejala klinik yaitu tampak membran fibrin kekuningan

dengan tepi eritema disertai rasa nyeri (Regezi dan Sciubba, 2003). Lokasinya

bisa bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah, tepi plat gigi tiruan atau

ortodontik. Ulkus traumatik biasanya tunggal, ukurannya bervariasi, bentuknya

bulat atau oval. Dasar lesi kekuningan, tepinya merah dan tidak ada indurasi.

Ulkus traumatik sembuh dalam beberapa hari, setelah penyebabnya dihilangkan

(Birnbaum dan Dunne, 2009). Ulkus traumatik yang ditemukan pada area anterior

lidah bayi disebabkan oleh natal teethdisebut Riga-Fede disease (Regezi dan

Sciubba, 2003).

Pemeriksaan histopatologis ulkus traumatik akut menunjukkan hilangnya

permukaan epitelium yang digantikan oleh jaringan fibrin dengan neutrofil. Dasar

ulkus terdiri dari kapiler yang melebar dan jaringan granulasi. Regenerasi

epitelium dimulai dari tepi ulkus, dengan sel-sel proliferatif pindah dari dasar

jaringan granulasi dan di bawah gumpalan darah (Regezi dan Sciubba, 2003).

Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit

dari ulserasi yang terjadi ialah:

Page 14: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Hindari makanan yang dapat menyakitkan ulserasi.

Hindari makanan yang pedas dan asam yang dapat menyebabkan iritasi lebih

lanjut. Lebih baik mengkonsusmsi makanan yang lebih lembut dalam potongan

yang kecil-kecil sebagai gantinya. Sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan

panas atau dingin karena dapat membuat rasa sakit ketika dimakan.

Gunakan sedotan ketika minum.

Penggunaan sedotan ketika minum akan membuat area luka aman terhadap cairan

minuman. Minuman yang mengandung alkohol yang diminum tanpa

menggunakan sedotan akan dapat menyebabkan luka teriritasi.

Menjaga dan meningkatkan kebersihan mulut.

Walaupun terdapat luka, tetapi kebersihan mulut harus tetap dijaga dan

ditingkatkan seperti menyikat gigi dengan lebih hati-hati agar tidak memperparah

ulserasi, berkumur beberapa kali sehari (Anonim, 2009).

 B.    TRAUMA KIMIAWI

Trauma kimiawi di dalam rongga mulut biasanya akibat bahan-bahan kedokteran

gigi yang digunakan dalam praktek, misalnya aspirin, hidrogen peroksida, silver

nitrat, fenol, larutan anestesi, dan bahan perawatan saluran akar. Trauma kimiawi

dapat disebabkan karena pemakaian obat-obatan yang bersifat kaustik, seperti

obat kumur yang tinggi kandungan alcohol, hydrogen peroksida, atau fenol, dan

penggunaan obat aspirin baik tablet maupun topikal pada mukosa sebagai obat

sakit gigi.

Page 15: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Lesi biasanya terletak pada forniks atau lipatan mukobukal dan gingiva. Area

yang terluka berbentuk ireguler, berwarna putih, dilapisi pseudomembran, dan

sangat sakit. Area yang terlibat sangat mungkin meluas. Jika kontak dengan agen

kimia terjadi cukup singkat, maka lesi yang terbentuk berupa kerut-kerut berwarna

putih tanpa nekrosis jaringan. Kontak dalam waktu lama (biasanya dengan aspirin,

sodium hipoklorid, dan fenol) dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan

pengelupasan jaringan yang nekrosis. Mukosa non-keratinisasi yang tidak cekat

lebih sering mengalami luka bakar dibandingkan mukosa cekat (Greenberg dan

Glick, 2003).

1.      Aspirin

Acetylsalicylic acid (aspirin) merupakan agen yang biasa menyebabkan trauma

kimiawi dalam rongga mulut. Jaringan rongga mulut rusak ketika aspirin diisap

pada area lipatan mukobukal dalam jangka waktu yang cukup lama untuk

melegakan nyeri gigi.

2.      Silver Nitrat

Silver nitrat biasa digunakan oleh dokter gigi sebagai agen kauterisasi untuk

merawat kasus stomatitis aptosa. Bahan ini mampu meredakan gejala secara

instan dengan membakar akhiran saraf pada ulkus. Namun, silver nitrat sering

merusak jaringan di sekitarnya dan menghambat penyembuhan atau bahkan dapat

menyebabkan nekrosis di lokasi aplikasinya (jarang terjadi). Oleh sebab itu,

penggunaan silver nitrat sebaiknya dikurangi.

3.      Sodium Hipoklorid

Page 16: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Sodium hipoklorid atau bahan pemutihan gigi, sering digunakan untuk irigasi

saluran akar dan dapat menyebabkan ulkus yang cukup parah akibat kontak

dengan jaringan lunak di dalam rongga mulut.

4.      Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida sering digunakan sebagai bahan irigasi intraoral untuk

pencegahan penyakit periodontal. Pada konsentrasi ≥3%, hidrogen peroksida

dapat menyebabkan jaringan nekrosis.

5.      Pasta Gigi dan Obat Kumur

Beberapa kasus ulserasi dan luka jaringan di dalam mulut telah dilaporkan

disebabkan karena salah penggunaan obat kumur dan pasta gigi komersial. Reaksi

hipersensitivitas, ulserasi, dan pengelupasan epitel yang tidak biasa terjadi pernah

dilaporkan terjadi pada penggunaan pasta gigi yang mengandung kayu manis

(cinnamons). Bahan yang menyebabkan reaksi hipersensitivitas diduga adalah

kandungan aldehid. Reaksi ini tampak mirip dengan reaksi yang disebabkan oleh

bahan kimia lain seperti aspirin dan hidrogen peroksida. Selain itu, ditemukan

pula kasus luka bakar di bibir, mulut, dan lidah pada pasien yang menggunakan

obat kumur yang mengandung alkohol dan klorheksidin (Greenberg dan Glick,

2003).

6.      Smoker’s Melanosis

Individu yang merokok mungkin akan timbul area hiperpigmentasi melanin pada

mukosanya tergantung pada jumlah batang rokok sehari-hari. Smoker’s melanosis

paling sering ditemukan di area gingiva anterior pada maksila maupun mandibula.

Pigmentasi bervariasi dari warna coklat terang hingga gelap dan tampak difus.

Page 17: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

Perawatan yang dilakukan adalah biopsi, terutama pada area palatum. Smoker’s

melanosis akan menghilang sedikit demi sedikit selama 3 tahun setelah berhenti

merokok (Neville dkk., 2009).

7.      Anesthetic Necrosis

Kasus yang jarang terjadi, nekrosis fokal jaringan dapat timbul pada lokasi injeksi

anestesi lokal. Predileksi terjadinya lesi pada palatum durum, yang jaringan

mukosanya berikatan cekat dengan tulang di bawahnya. Biasanya lesi ini timbul

sebagai lesi ulser yang bertepi reguler yang timbul beberapa hari setelah injeksi.

Ulser terjadi akibat nekrosis iskemia yang kemungkinan disebabkan karena

trauma langsung dari larutan anestesi, vasokonstriksi epinefrin, atau keduanya.

Penyembuhan ulser memerlukan waktu beberapa minggu dan terkadang dapat

menjadi kronis. Stimulus lokal, misalnya usapan sitologi, cukup untuk

merangsang penyembuhan ulser (Neville dkk., 2009).

8.      Soft Tissue Emphysema

Kasus ini merupakan fenomena yang jarang terjadi dimana udara atau gas masuk

ke dalam jaringan lunak. Pada regio orofasial, soft-tissue emphysema sering

terkait dengan penggunaan syringe udara atau handpiecedimana udara ditiupkan

pada lokasi pembedahan, laserasi, atau duktus kelenjar saliva. Kemungkinan

penyebab lainnya adalah trauma, batuk keras, dan memainkan instrumen musik

tiup. Udara dapat memasuki jaringan dan menyebabkan pembengkakan

mendadak. Tanda klinis yaitu ditemukan krepitasi pada palpasi. Emfisema pada

leher dapat menyebar ke bawah dan menyebabkan pneumomediastinum. Pasien

dengan soft-tissue emphysema sebaiknya dirawat dengan antibiotik untuk

Page 18: Perdarahan Sitemik,Infeksi Dan Trauma Pada Rongga Mulut

pencegahan infeksi sekunder. Kebanyakan kasus sembuh dalam 1–2 minggu

(Neville dkk., 2009).