Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

33
MO OBSTETRI, GINEKOLOGI DAN REPRODUKSI KE LOMPOK 4 030.06.034 Arief Zamir 030.07.084 Erina Steviana 030.07.124 Janice Hastiani 030.08.014 Akbar Sidiq 030.08.044 Aseptri Wijaya 030.08.074 Dessy Esa Sriyani 030.08.094 Endy Jutamulia 030.08.104 Fitri Anugrah 030.08.134 Kartika 030.08.154 Maria Priska Erlan 030.08.184 Nurika Arviana 030.08.224 Shanty Handayani 030.08.244 Tri Wahyuningsih 030.08.254 Viva Vianadi

description

s

Transcript of Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Page 1: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

MO OBSTETRI, GINEKOLOGI DAN REPRODUKSI

KE LOMPOK 4

030.06.034 Arief Zamir

030.07.084 Erina Steviana

030.07.124 Janice Hastiani

030.08.014 Akbar Sidiq

030.08.044 Aseptri Wijaya

030.08.074 Dessy Esa Sriyani

030.08.094 Endy Jutamulia

030.08.104 Fitri Anugrah

030.08.134 Kartika

030.08.154 Maria Priska Erlan

030.08.184 Nurika Arviana

030.08.224 Shanty Handayani

030.08.244 Tri Wahyuningsih

030.08.254 Viva Vianadi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, 31 JANUARI 2011

Page 2: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

BAB I

PENDAHULUAN

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh

wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health

Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi

besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia

kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia

pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan

perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Page 3: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

BAB II

LAPORAN KASUS

Ny. 20 thn, datang ke dokter untuk periksa kehamilan. Ini merupakan kehamilan pertama.

Sebelumnya pasien belum pernah kontrol hamil. Haid terakhir 20 Mei 2010, sebelum hamil

siklus haid teratur. Pasien dan suami tamat SMP. Saat ini suami pasien bekerja sebagai buruh

bangunan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum baik, TD 110/70mmHg,

frekuensi nadi 90x/menit regular isi cukup, suhu 36,7oC, frekuensi pernapasan 24x/menit.

Mata: konjungtiva pucat, sklera tak ikterik, jantung: BJ I-II murni gallop (-), murmur(-).

Paru: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-, Abdomen: membuncit sesuai kehamilan,

ekstremitas: akral hangat, edema(-). Pemeriksaan obstetrik: TFU 28 cm, memanjang,

presentasi kepala, pada palpasi kepala teraba 3/5, BJJ 150 dpm regular. Pada pemeriksaan

USG: Biometri janin sesuai 36 minggu TBJ 2500g. dianjurkan untuk pemeriksaan

laboratorium dan kembali kontrol 1 minggu kemudian.

Pasien datang ke RS 2 minggu kemudian dengan keluhan mules-mules dan keluar air-air

sejak 4 jam yang lalu. Pasien belum melakukan pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan.

Pada pemeriksaan, keadaan umum baik, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, suhu

36,8oC, frekuensi pernapasan 24 x/menit. Lain-lain dalam batas normal. Pemeriksaan

obstetrik TFU 29cm. BJJ 148 dpm regular. His 3x/10 menit, kekuatan sedang, relaksasi baik.

Pemeriksaan dalam: portio lunak, arah mendatar, panjang 1cm, dilatasi 3cm, selaput

ketuban(-), kepala H III. CTG: CST (Contraction Stress Test) (-), janin reaktif. Pada

pemeriksaan laboratorium Hb 6,8 g/dl,(duplo) jumlah lekosit 8.400 /μl, hitung jenis

-/2/4/56/34/4, jumlah trombosit 200.000 /μl, hematokrit 24%, jumlah eritrosit 4 juta /μl, MCV

60 fl (80-96 fl), MCH 20 pg (24-34 pg), MCHC 28 % (30-38%). GDS 98 mg/dl, urinalisa

dalam batas normal, Hbs Ag (-), HIV (-)

Page 4: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Apusan darah tepi:

Pada pasien ini dilakukan transfuse darah, PRC

200cc (persediaan darah untuk golongan darah

pasien kosong, keluarga pasien dianjurkan untuk

donor darah). Sembilan jam kemudian lahir bayi

2650 g, AS 8/10, air ketuban jernih jumlah

sedikit. Perdarahan kala III 700cc, uterus

hipotonia

Page 5: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

BAB III

PEMBAHASAN

Identitas

Nama : Ny. Y

Umur : 20 tahun

Alamat : -

Status : Menikah

Pekerjaan : - Pasien : -

-Suami : buruh bangunan

Pendidikan : Pasien dan suami tamat SMP

Anamnesis

Keluhan Utama

Tidak ada (Pemeriksaan Antenatal)

Riwayat Obstetrik

G1P0A0 dengan kehamilan menginjak 35 minggu 5 hari ( sudah masuk trimester III )

Riwayat Ginekologik

- Pada kunjungan pertama pasien menyatakan bahwa belum pernah melakukan kontrol

hamil sebelumnya, lalu ianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan

kembali kontrol 1 minggu kemudian.

- Pasien datang ke RS 2 minggu kemudian dengan keluhan mules-mules dan keluar air-

air sejak 4 jam yang lalu. Pasien belum melakukan pemeriksaan laboratorium yang

dianjurkan.

Riwayat Haid

- Hari pertama haid terakhir 20 Mei 2010. Dengan siklus haid yang teratur

Page 6: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Taksiran Partus (rumus Nagle) : 27 Februari 2011

Dilihat dari kasus diatas adapun beberapa informasi yang dibutuhkan antara lain :

Anamnesis tambahan:

Riwayat keluhan saat ini

- Apa alasan pasien datang ke dokter ?

- Bagaimana gerakan janin?

- Apakah terdapat gejala anemia seperti lemah, letih, lesu?

Riwayat penyakit dalam keluarga

- Apakah ada riwayat menderita penyakit sistemik seperti DM, Hipertensi?

- Apakah ada riwayat keluarga yang mengalami kelainan bawaan?

Riwayat penyakit ibu

- Apakah ibu memeliki riwayat penyakit DM, penyakit jantung, penyakit ginjal kronik?

Riwayat operasi

- Apakah pernah mengalami operasi nonginekologik?

Riwayat ginekologik

- Apakah pernah mengalami penyakit ginekologik sebelumnya?

Riwayat haid

- Apakah ada gangguan penyerta seperti rasa nyeri?

Riwayat asupan makanan

- Bagaimana makanan yang dikonsumsi setiap harinya?

Riwayat pengobatan

- Apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu sebelum dan selama kehamilan?

Riwayat transfusi darah

- Apakah pernah transfusi sebelumnya?

Page 7: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Pemeriksaan Fisik :

Kunjungan pertama Kunjungan kedua

Keadaan Umum : baik

Tanda Vital:

- TD : 110/70 mmHg N

- FN : 90 x/menit N (N:60-100) (reguler isi cukup)

- Suhu : 36,7oC N (N: 36,5-37,5)

- FP : 24 x/menit ↑ (N: 16-20)

Mata : konjungtiva pucat Anemia

sklera tak ikterik N

Jantung : BJ I-II murni gallop (-),

murmur (-) N

Paru : vesikuler, ronkhi -/-,

wheezing -/- N

Abdomen : membuncit sesuai kehamilanN

Ekstremitas : akral hangat, edema(-) N

Pemeriksaan obstetrik:

- TFU 28 cm, memanjang, presentasi

kepala, pada palpasi kepala teraba 3/5,

- BJJ 150 dpm regular N (N: 120-160)

- Pemeriksaan USG:

Biometri janin sesuai 36 minggu N

TBJ 2500g. N

Keadaan Umum : baik, disertai mules-mules

dan keluar air-air sejak 4

jam yang lalu

Tanda Vital :

- TD : 110/70 mmHg N

- FN : 92 x/menit N

- Suhu: 36,8oC N

- FP : 24 x/menit ↑

Lain-lain dalam batas normal.

Pemeriksaan obstetrik :

- TFU : 29cm

- BJJ : 148 dpm regular

- His : 3x/10 menit, kekuatan sedang,

relaksasi baik.

- Pemeriksaan dalam:

portio lunak, arah mendatar, panjang

1cm, dilatasi 3cm, selaput ketuban(-),

kepala H III. CTG: CST (Contraction

Stress Test) (-), janin reaktif.

Page 8: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Pada kunjungan pertama didapatkan hasil pemeriksaan fisik baik kecuali konjungtiva yang

anemis dan frekuensi napas yang meningkat dimana merupakan kompensasi pasien terhadap

anemia untuk memenuhi kebutuhan O2. Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

laboratorium dan kembali kontrol 1 minggu kemudian, namun pasien datang kembali 2

minggu kemudian dan pasien belum melakukan pemeriksaan laboratarium. Pada kunjungan

kedua pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda mulai adanya pembukaan dan tanda-

tanda selaput ketuban telah pecah.

Pemeriksaan laboratorium :

Pemeriksaan Pasien Nilai Normal Interpretasi

Hb 6,8 g/dl 11- 16,5 g/dl ↓ ( Anemia )

Leukosit 8.400/μl 5000 – 10.000/μl Normal

Hitung jenis -/2/4/56/34/4 0-1/0-3/2-6/50-70/20-40/2-8 Normal

Trombosit 200.000/μl 200.000 – 400.000/μl Normal

Hematokrit 24% 37 – 43% Normal

Eritrosit 4 juta/μl 4-5 juta/μl Normal

MCV 60 fl 80-96 fl Mikrositik

MCH 20 pg 24 – 34 pg Hipokrom

MCHC 28 % 30 – 38 % Menurun

GDS 98 mg/dl >60 mg/dl Normal

Urinalisa Normal Normal Normal

HbsAg - - Normal

HIV - - Normal

Page 9: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Apusan darah tepi menunjukan sel darah merah yang mikrositik dan hipokrom

kemungkinan karena defisiensi Fe.

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan laboratorium

didapat beberapa masalah pada pasien ini, yaitu :

Daftar Masalah Dasar Masalah Hipotesis Sebab Masalah

Anemia mikrositik hipokrom

Ketuban pecah dini

Perdarahan postpartum

Konjungtiva anemis, Hb 6,8g/dl,

MCV 60fl, MCH 20, MCHC

28%, hasil pemeriksaan apus

darah tepi.

Mules-mules disertai keluarnya

air-air sejak 4 jam yang lalu,

selaput ketuban (-),

Perdarahan kala III 700cc,

hipotonia uterus

- Deficiensi zat besi

- Perdarahan

Hipotonia uteri

DIAGNOSIS

Perdarahan post partum et causa anemia defisiensi besi

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, lalu

pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan nilai Hemoglobin, Mean corpuscular

volume, Mean corpuscular hemoglobin, Mean corpuscular hemoglobin concentration,

Page 10: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

hematokrit. Pada sediaan apusan darah tepi didapatkan eritrosit yang mikrositik hipokrom,

poikilositosis, serta dijumpai sel pensil.

PATOFISIOLOGI

Anemia hipoksia metabolisme anaerob

Energi yang dihasilkan kurang peningkatan produksi laktat

Hipotonia uteri asidosis

Perdarahan post-partum denaturasi protein

Struktural fungsional

PEMERIKSAAN LANJUTAN

Pemeriksaan laboratorium :

- Pemeriksaan serum iron

- Pemeriksaan TIBC

- Pemeriksaan kadar ferritin darah

PENATALAKSANAAN

- Stabilisasi keadaan umum

- Memasang jalur intravena

- Pemberian cairan kristaloid

- Masase fundus uteri

- Transfusi darah

- Pemberian oksitosin 5 unit IV bolus atau 10 unit intramiometrium untuk merangsang

kontraksi uterus untuk pengeluaran plasenta, diharapkan dengan keluarnya plasenta

Page 11: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

uterus bisa berkontraksi maksimal sehingga arteri radialis yang berada di antara

miometrium terjepit sehingga perdarahan terhenti.

- Jika masase uterus dan pemberian oksitosin gagal dilakukan plasenta manual untuk

mengeluarkan plasenta. Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi

untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta

yang tersisa. Lakukan inspeksi dengan speculum untuk mengetahui ada tidaknya

laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera dijahit.

- Bila perdarahan tidak berhenti setelah dilakukan manual plasenta, maka dipersiapkan

untuk dilakukan tindakan operatif laparotomi dengan pilihan bedah konservatif

(mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi. Alternatifnya berupa :

1. Ligasi arteria uterine atau arteri ovarika

2. Operasi ransel B Lynch

3. Histerektomi supravaginal

4. Histerektomi total abdominal.

PROGNOSIS

Prognosis Ibu Bayi

Ad vitam Dubia ad malam Ad bonam

Ad fungsionam Dubia ad bonam Ad bonam

Ad sanasionam Dubia ad bonam Ad bonam

Page 12: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

Anemia

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoglobin darah. Menurunnya kadar

hemoglobin biasanya disertai dengan penurunan jumlah eritrosit dan hematokrit. Perubahan

volume plasma sirkulasi total dan massa hemoglobin sirkulasi total menentukan kadar

hemoglobin.1

Klasifikasi anemia

klasifikasi anemia berdasarkan etiologi atau penyebabnya dibagi menjadi:

Anemia defisiensi

anemia defisiensi yaitu anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan bahan baku

pembuat sel darah atau kekurangan salah satu atau beberapa bahan yang diperuntukkan untuk

pematangan eritrosit.

Anemia defisiensi ini masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi secara morfologis,

antara lain:

1. Mikrositik hipokromik yaitu kekurangan zat besi (fe), piridoksin atau tembag, Anemia

defisiensi besi ini dapat disebabkan oleh:

a. masukan besi kurang atau rendah: makanan kurang mengandung besi,

penyerapan kurang baik, pengeluaran yang berlebihan (diare )

b. Kebutuhan yang meningkat kebutuhan yang meningkat ini biasanya terjadi pada:

masa pertumbuhan (seperti pada bayi, balita, remaja), wanita pada masa

menstruasi, wanita hamil dan menyusui, pengeluaran berlebihan ( infeksi cacing

dan lain sebagianya).

2. Makrositik normokromik ( megaloblastik) yaitu kurang asam folat dan vitamin B12

Page 13: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Anemia aplastik

anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena rusaknya sumsum tulang.

klasifikasi dari anemia aplastik :

1. aplasia yang mengenai sistem eritropoetik

2. aplasia yang mengenai fratnulopoetik yang disebut agranulositosis

3. aplasia yang mengenai sistem trombopoetik yang disebuat amegakariostatik

trombositopenik purpura (ITP)

penyebab dari anemia aplastik ini diantaranya adalah :

1. faktor kongenital

2. faktor didapat: diataranya karena bahan kimia, obat, radiasi, alergen, infeksi dan

idiopatik

Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghancuran darah

sehingga umur dari eritrosit pendek ( umur eritrosit normalnya 100 sampai 120 hari).

berdasarkan penyebab hemolisisnya dapat dibagi lagi menjadi:

1. kongenital : faktor dari eritrosit sendiri, gangguan enzim dari tubuh, hemagloblastoma

2. didapat : bahan kimia, obat, sitostatika, infeksi, idiopatik

Anemia pasca perdarahan

anemia pasca perdarahan ini adalah terjadi akibat kehilangan darah baik secar cepat atau

perlahan lahan. Anemia perdarahan ini dapat di klasifikasikan lagi menjadi :

1. perdarahan akut

2. perdarahan kronis

Page 14: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Anemia pada kehamilan

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada akhir trimester

pertama dan kurang dari 10 gr% pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas

bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan.²

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau

Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah

sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah

dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam

kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk

membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut

bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi. Penyebab anemia pada umumnya adalah

sebagai berikut:

1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit

3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

Anemia defisiensi besi pada kehamilan

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini

terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan

untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan

dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan

menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan

Page 15: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288

hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi

masih kekurangan untuk wanita hamil. Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut

penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga

menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat

pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada

kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi

lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan

antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering

berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.  Soeprono

menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat

ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur),

gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada

masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI

rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri-

natal, dan lain-lain).

Tahap terjadinya anemia zat besi

1) Tahap pertama: terjadi apabila simpanan besi berkurang yang terlihat dari penurunan

feritin dalam plasma hingga 12 μg/l. hal ini dikonpensasikan dengan

peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan

mengikat besi total (total iron binding capacity/TIBC) pada tahap ini

belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh.

2) Tahap kedua : terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferin

hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan meningkatnya

protoporfirin yaitu pendahulu (precursor) hem. Pada tahap ini nilai

Page 16: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

haemoglobin dalam darah masih berada pada 95 % nilai normal. Hal ini

dapat mengganggu metabolisme energi sehingga menyebabkan

menurunnya kemampuan bekerja.

3) Tahap ketiga : terjadinya anemia gizi besi dimana kadar haemoglobin total turun

dibawah nilai normal. Anemia gizi besi berat ditandai oleh sel darah

merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai haemoglobin rendah

(hipokromia). Oleh sebab itu anemia gizi besi dinamai anemia

hipokromik mikrositik.

Tanda dan gejala anemia defisiensi besi

Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti:

pucat, mudah lelah, lesu, berdebar, takikardi, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada

telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebra. Jika keadaan berlangsung lama dan berat

akan terjadi stomatitis angualaris, glositis dan koinolikia (keadaan kuku yang cekung seperti

sendok) Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia (tidak bisa

menelan), hipoklorida, koinolikia dan pagofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan,

anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja

intelektual serta kemampuan kerja menyusut.

Temuan laboratorium3

1. anemia mikrositik hipokrom

2. gambaran apusan darah tepi meliputi sel hipokromik mikrositik, anisopoikilositosis, sel target,

dan sel pensil.

3. Feritin serum berkurang, besi serum rendah dengan peningkatan transferin dan kapasitas

pengikat besi tidak jenuh.

4. Reseptor transferin yang dapat larut dalam serum meningkat.

Page 17: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Perdarahan post partum

Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah

persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria. Menurut waktu

terjadinya dibagi atas dua bagian:

Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) ialah perdarahan >500 cc

yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahann

postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.

Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah perdarahan >500 cc

setelah 24 jam pascapersalinan. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah

robekan jalan lahir dan sisa plasenta

Pada ibu dengan anemia, saat postpartum akan mengalami atonia uteri. Hal ini disebabkan

karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang

menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri

yang mengakibatkan perdarahan banyak.

Faktor predisposisi dan kausa perdarahan postpartum antara lain:4

Perdarahan dari tempat implantasi plasenta

Mioetrium hipotonus-atonia uteri yang disebabkan oleh:

Beberapa anestetik umum-hidrokarbon berhalogen,

Gangguan perfusi miometrium-hipotensi akibat perdarahan atau Anestesia regional

Overdistensi uterus – janin besar, kembar, hidramnion

Setelah persalinan lama

Setelah partus presipitatus

Setelah induksi oksitosin atau augmentasi persalinan

Paritas tinggi

Atonia uteri pada kehamilan sebelumnya

Page 18: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Korioaminonitis

Retensi jaringan plasenta

Avulsi kotiledon, lobus suksenturiatus

Perlekatan abnormal-akreta, inkreta, perkreta

Trauma Saluran Genitalia

Episiotomi lebar, termasuk perluasan

Laserasi perineum, vagina, atau serviks

Ruftura uteri

Gangguan Koagulasi

Memperparah semua yang diatas

PENATALAKSANAAN PERDARAHAN KALA TIGA.

Sebagian perdarahan kala tiga akibat terpisahnya sebagian plasenta secara transien tidak

dapat dihindari. Sewaktu plasenta terlepas, darah dari tempat implantasi mungkin langsung

keluar melalui vagina atau tersembunyi di balik plasenta dan selaput ketuban sampai plasenta

lahir.

Apabila terjadi perdarahan eksternal selama kala tiga, uterus harus dipijat apabila belum

berkontraksi kuat. Jika muncul tanda-tanda pemisahan plasenta, pengeluaran plasenta harus

didiupayakan dengan tekanan manual ke fundus uteri.

TEKNIK PENGELUARAN PLASENTA SECARA MANUAL

Harus diberikan analgesia atau anesthesia yang adekuat serta digunakan teknik bedah yang

aseptik. Setelah fundus uteri dipegang melalui dinding abdomen oleh salah satu tangan,

tangan yang lain dimasukan ke dalam vagina dan didorong ke dalam uterus menelusuri tali

pusat. Segera setelah plasenta tercapai, tepinya diidentifikasi, dan sisi ulnar tangan disisipkan

Page 19: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

di antara plasenta dan dinding uterus. Kemudian dengan punggung tangan berkontak dengan

uterus, plasenta dikelupas dari perlekatannya di uterus dengan gerakan seperti memisahkan

halaman-halaman buku. Setelah seluruhnya dilepaskan, plasenta dipegang dengan seluruh

tangan, kemudian secara perlahan dikeluarkan. Selaput ketuban dikeluarkan pada saat yang

sama dengan menyisirnya dari

desidua secara hati-hati, bila perlu

menggubakan forceps cincin untuk

menjepitnya. Sebagian dokter

cenderung mengusap rongga uterus

dengan spons. Apabila hal ini

dilakukan, perlu dipastikan bahwa

spons tidak tertinggal di uterus atau

vagina.

PENATALAKSANAAN SETELAH PLASENTA LAHIR

Fundus harus selalu dipalpasi setelah plasenta lahir untuk memastikan bahwa uterus

berkontraksi dengan baik. Apabila uterus tidak keras, masase fundus diindikasikan . biasanya

oksitosin 20 U dalam 1000 ml Ringer laktat atau saline normal yang diberikan secara

intravena dengan kecepatan sekitar 10 ml/menit (200 mU oksitosin per menit) ditambah

masase uterus akan menimbulkan kontraksi yang efektif. Oksitosin jangan pernah diberikan

sebagai dosis bolus tanpa diencerkan karena dapat terjadi hipotensi serius atau aritmia

jantung.

PERDARAHAN YANG TIDAK RESPONSIF TERHADAP OKSITOSIN

Perdarahan yang berlanjut setelah pemberian oksitosin berkali-kali mungkin berasal dari

laserasi traktus genitalia yang tidak terdeteksi, termasuk, pada beberapa kasus, ruftur uteri.

Page 20: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Dengan demikian, apabila perdarahan menetap, jangan sia-siakan waktu mengupayakan

pengendalian perdarahan yang sembarangan; penatalaksanaan berikut harus segera dimulai:

1. Lakukan kompresi bimanual.

Teknik ini berupa pemijatan

aspek posterior uterus dengan

tangan yang terletak diabdomen

dan pemijatan dengan kepalan

tangan yang lain melalui vagina

aspek anterior uterus. Prosedur

ini akan mengendalikan

sebagian besar perdarahan.

2. Cari bantuan!

3. Mulai transfuse darah. Golongan

darah setiap pasien kebidanan harus diketahui, bila mungkin sebelum persalinan,

dan dilakukan uji Coombs indirek untuk mendeteksi antibody eritrosit. Apabila uji

tersebut negative, cross-match darah tidak diperlukan. Pada keadaan darurat yang

ekstrem, dapat diberikan “donor universal” golongan O

4. Lakukan eksplorasi rongga uterus secara manual untuk mencari retensi sisa

plasenta atau laserasi.

5. Lakukan inspeksi menyeluruh terhadap serviks dan vagina dengan pemajanan yang

memadai

6. Pasang satu lagi kateter intravena diameter besar sehingga kristaloid dan oksitosin

dapat diberikan bersama dengan transfusi darah

7. Pasang kateter Foley untuk memantau pengeluaran urin, yang merupakan parameter

yang baik untuk perfusi ginjal.

Page 21: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

Tansfusi darah harus dipertimbangkan pada setiap kasus perdarahan postpartum ketika

masase uterus perabdominam dan oksitosin gagal mengatasi perdarahan. Dengan transfusi

serta kompresi uterus secara manual dan oksitosin intravena secara simultan, tindakan lain

jarang diperlukan. Atonia yang membandel mungkin mengharuskan dilakukannya

histerektomi sebagai tindakan penyelamatan nyawa. Sebagai alternatif, ligasi arteri uterina,

ligasi arteri iliaka interna, atau embolisasi angiografik mungkin berhasil.

Page 22: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

BAB V

KESIMPULAN

Pada kehamilan sering terjadi anemia fisiologis akibat ketidakseimbangan antara kecepatan

penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu, oleh karena itu nilai

normal hemoglobin wanita hamil berbeda dengan orang normal. Pada kasus ini, pasien

mengalami anemia defisiensi besi. Salah satu hal yang dapat terjadi pada ibu dengan anemia

adalah saat postpartum akan mengalami atonia uteri. Hal ini disebabkan karena oksigen yang

dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot

uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan

perdarahan banyak.

Page 23: Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Kapita selekta hematologi, A.V.Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss. Jakarta, EGC,

2005. Hal 18

2. Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo, edisi 4, Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 2009.

3. At a glance hematologi. Atul B. metha, A. Victor Hoffbrand, Jakarta, Erlangga 2008.

Hal 27

4. Obstetri Williams, F. Gary Cunningham, et all; alih bahasa, Andy Hartono, Y. Joko

Suyono, Brahm U. Pendit; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, et all.

Ed. 21. Jakarta, EGC. Hal 704-709