Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia
-
Upload
tri-wahyuningsih -
Category
Documents
-
view
110 -
download
3
description
Transcript of Perdarahan Post Partum Et Causa Anemia
MO OBSTETRI, GINEKOLOGI DAN REPRODUKSI
KE LOMPOK 4
030.06.034 Arief Zamir
030.07.084 Erina Steviana
030.07.124 Janice Hastiani
030.08.014 Akbar Sidiq
030.08.044 Aseptri Wijaya
030.08.074 Dessy Esa Sriyani
030.08.094 Endy Jutamulia
030.08.104 Fitri Anugrah
030.08.134 Kartika
030.08.154 Maria Priska Erlan
030.08.184 Nurika Arviana
030.08.224 Shanty Handayani
030.08.244 Tri Wahyuningsih
030.08.254 Viva Vianadi
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 31 JANUARI 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh
wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health
Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi
besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia
kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia
pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
BAB II
LAPORAN KASUS
Ny. 20 thn, datang ke dokter untuk periksa kehamilan. Ini merupakan kehamilan pertama.
Sebelumnya pasien belum pernah kontrol hamil. Haid terakhir 20 Mei 2010, sebelum hamil
siklus haid teratur. Pasien dan suami tamat SMP. Saat ini suami pasien bekerja sebagai buruh
bangunan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum baik, TD 110/70mmHg,
frekuensi nadi 90x/menit regular isi cukup, suhu 36,7oC, frekuensi pernapasan 24x/menit.
Mata: konjungtiva pucat, sklera tak ikterik, jantung: BJ I-II murni gallop (-), murmur(-).
Paru: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-, Abdomen: membuncit sesuai kehamilan,
ekstremitas: akral hangat, edema(-). Pemeriksaan obstetrik: TFU 28 cm, memanjang,
presentasi kepala, pada palpasi kepala teraba 3/5, BJJ 150 dpm regular. Pada pemeriksaan
USG: Biometri janin sesuai 36 minggu TBJ 2500g. dianjurkan untuk pemeriksaan
laboratorium dan kembali kontrol 1 minggu kemudian.
Pasien datang ke RS 2 minggu kemudian dengan keluhan mules-mules dan keluar air-air
sejak 4 jam yang lalu. Pasien belum melakukan pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan.
Pada pemeriksaan, keadaan umum baik, TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, suhu
36,8oC, frekuensi pernapasan 24 x/menit. Lain-lain dalam batas normal. Pemeriksaan
obstetrik TFU 29cm. BJJ 148 dpm regular. His 3x/10 menit, kekuatan sedang, relaksasi baik.
Pemeriksaan dalam: portio lunak, arah mendatar, panjang 1cm, dilatasi 3cm, selaput
ketuban(-), kepala H III. CTG: CST (Contraction Stress Test) (-), janin reaktif. Pada
pemeriksaan laboratorium Hb 6,8 g/dl,(duplo) jumlah lekosit 8.400 /μl, hitung jenis
-/2/4/56/34/4, jumlah trombosit 200.000 /μl, hematokrit 24%, jumlah eritrosit 4 juta /μl, MCV
60 fl (80-96 fl), MCH 20 pg (24-34 pg), MCHC 28 % (30-38%). GDS 98 mg/dl, urinalisa
dalam batas normal, Hbs Ag (-), HIV (-)
Apusan darah tepi:
Pada pasien ini dilakukan transfuse darah, PRC
200cc (persediaan darah untuk golongan darah
pasien kosong, keluarga pasien dianjurkan untuk
donor darah). Sembilan jam kemudian lahir bayi
2650 g, AS 8/10, air ketuban jernih jumlah
sedikit. Perdarahan kala III 700cc, uterus
hipotonia
BAB III
PEMBAHASAN
Identitas
Nama : Ny. Y
Umur : 20 tahun
Alamat : -
Status : Menikah
Pekerjaan : - Pasien : -
-Suami : buruh bangunan
Pendidikan : Pasien dan suami tamat SMP
Anamnesis
Keluhan Utama
Tidak ada (Pemeriksaan Antenatal)
Riwayat Obstetrik
G1P0A0 dengan kehamilan menginjak 35 minggu 5 hari ( sudah masuk trimester III )
Riwayat Ginekologik
- Pada kunjungan pertama pasien menyatakan bahwa belum pernah melakukan kontrol
hamil sebelumnya, lalu ianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan
kembali kontrol 1 minggu kemudian.
- Pasien datang ke RS 2 minggu kemudian dengan keluhan mules-mules dan keluar air-
air sejak 4 jam yang lalu. Pasien belum melakukan pemeriksaan laboratorium yang
dianjurkan.
Riwayat Haid
- Hari pertama haid terakhir 20 Mei 2010. Dengan siklus haid yang teratur
Taksiran Partus (rumus Nagle) : 27 Februari 2011
Dilihat dari kasus diatas adapun beberapa informasi yang dibutuhkan antara lain :
Anamnesis tambahan:
Riwayat keluhan saat ini
- Apa alasan pasien datang ke dokter ?
- Bagaimana gerakan janin?
- Apakah terdapat gejala anemia seperti lemah, letih, lesu?
Riwayat penyakit dalam keluarga
- Apakah ada riwayat menderita penyakit sistemik seperti DM, Hipertensi?
- Apakah ada riwayat keluarga yang mengalami kelainan bawaan?
Riwayat penyakit ibu
- Apakah ibu memeliki riwayat penyakit DM, penyakit jantung, penyakit ginjal kronik?
Riwayat operasi
- Apakah pernah mengalami operasi nonginekologik?
Riwayat ginekologik
- Apakah pernah mengalami penyakit ginekologik sebelumnya?
Riwayat haid
- Apakah ada gangguan penyerta seperti rasa nyeri?
Riwayat asupan makanan
- Bagaimana makanan yang dikonsumsi setiap harinya?
Riwayat pengobatan
- Apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu sebelum dan selama kehamilan?
Riwayat transfusi darah
- Apakah pernah transfusi sebelumnya?
Pemeriksaan Fisik :
Kunjungan pertama Kunjungan kedua
Keadaan Umum : baik
Tanda Vital:
- TD : 110/70 mmHg N
- FN : 90 x/menit N (N:60-100) (reguler isi cukup)
- Suhu : 36,7oC N (N: 36,5-37,5)
- FP : 24 x/menit ↑ (N: 16-20)
Mata : konjungtiva pucat Anemia
sklera tak ikterik N
Jantung : BJ I-II murni gallop (-),
murmur (-) N
Paru : vesikuler, ronkhi -/-,
wheezing -/- N
Abdomen : membuncit sesuai kehamilanN
Ekstremitas : akral hangat, edema(-) N
Pemeriksaan obstetrik:
- TFU 28 cm, memanjang, presentasi
kepala, pada palpasi kepala teraba 3/5,
- BJJ 150 dpm regular N (N: 120-160)
- Pemeriksaan USG:
Biometri janin sesuai 36 minggu N
TBJ 2500g. N
Keadaan Umum : baik, disertai mules-mules
dan keluar air-air sejak 4
jam yang lalu
Tanda Vital :
- TD : 110/70 mmHg N
- FN : 92 x/menit N
- Suhu: 36,8oC N
- FP : 24 x/menit ↑
Lain-lain dalam batas normal.
Pemeriksaan obstetrik :
- TFU : 29cm
- BJJ : 148 dpm regular
- His : 3x/10 menit, kekuatan sedang,
relaksasi baik.
- Pemeriksaan dalam:
portio lunak, arah mendatar, panjang
1cm, dilatasi 3cm, selaput ketuban(-),
kepala H III. CTG: CST (Contraction
Stress Test) (-), janin reaktif.
Pada kunjungan pertama didapatkan hasil pemeriksaan fisik baik kecuali konjungtiva yang
anemis dan frekuensi napas yang meningkat dimana merupakan kompensasi pasien terhadap
anemia untuk memenuhi kebutuhan O2. Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium dan kembali kontrol 1 minggu kemudian, namun pasien datang kembali 2
minggu kemudian dan pasien belum melakukan pemeriksaan laboratarium. Pada kunjungan
kedua pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda mulai adanya pembukaan dan tanda-
tanda selaput ketuban telah pecah.
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan Pasien Nilai Normal Interpretasi
Hb 6,8 g/dl 11- 16,5 g/dl ↓ ( Anemia )
Leukosit 8.400/μl 5000 – 10.000/μl Normal
Hitung jenis -/2/4/56/34/4 0-1/0-3/2-6/50-70/20-40/2-8 Normal
Trombosit 200.000/μl 200.000 – 400.000/μl Normal
Hematokrit 24% 37 – 43% Normal
Eritrosit 4 juta/μl 4-5 juta/μl Normal
MCV 60 fl 80-96 fl Mikrositik
MCH 20 pg 24 – 34 pg Hipokrom
MCHC 28 % 30 – 38 % Menurun
GDS 98 mg/dl >60 mg/dl Normal
Urinalisa Normal Normal Normal
HbsAg - - Normal
HIV - - Normal
Apusan darah tepi menunjukan sel darah merah yang mikrositik dan hipokrom
kemungkinan karena defisiensi Fe.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan laboratorium
didapat beberapa masalah pada pasien ini, yaitu :
Daftar Masalah Dasar Masalah Hipotesis Sebab Masalah
Anemia mikrositik hipokrom
Ketuban pecah dini
Perdarahan postpartum
Konjungtiva anemis, Hb 6,8g/dl,
MCV 60fl, MCH 20, MCHC
28%, hasil pemeriksaan apus
darah tepi.
Mules-mules disertai keluarnya
air-air sejak 4 jam yang lalu,
selaput ketuban (-),
Perdarahan kala III 700cc,
hipotonia uterus
- Deficiensi zat besi
- Perdarahan
Hipotonia uteri
DIAGNOSIS
Perdarahan post partum et causa anemia defisiensi besi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, lalu
pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan nilai Hemoglobin, Mean corpuscular
volume, Mean corpuscular hemoglobin, Mean corpuscular hemoglobin concentration,
hematokrit. Pada sediaan apusan darah tepi didapatkan eritrosit yang mikrositik hipokrom,
poikilositosis, serta dijumpai sel pensil.
PATOFISIOLOGI
Anemia hipoksia metabolisme anaerob
Energi yang dihasilkan kurang peningkatan produksi laktat
Hipotonia uteri asidosis
Perdarahan post-partum denaturasi protein
Struktural fungsional
PEMERIKSAAN LANJUTAN
Pemeriksaan laboratorium :
- Pemeriksaan serum iron
- Pemeriksaan TIBC
- Pemeriksaan kadar ferritin darah
PENATALAKSANAAN
- Stabilisasi keadaan umum
- Memasang jalur intravena
- Pemberian cairan kristaloid
- Masase fundus uteri
- Transfusi darah
- Pemberian oksitosin 5 unit IV bolus atau 10 unit intramiometrium untuk merangsang
kontraksi uterus untuk pengeluaran plasenta, diharapkan dengan keluarnya plasenta
uterus bisa berkontraksi maksimal sehingga arteri radialis yang berada di antara
miometrium terjepit sehingga perdarahan terhenti.
- Jika masase uterus dan pemberian oksitosin gagal dilakukan plasenta manual untuk
mengeluarkan plasenta. Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi
untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta
yang tersisa. Lakukan inspeksi dengan speculum untuk mengetahui ada tidaknya
laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera dijahit.
- Bila perdarahan tidak berhenti setelah dilakukan manual plasenta, maka dipersiapkan
untuk dilakukan tindakan operatif laparotomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi. Alternatifnya berupa :
1. Ligasi arteria uterine atau arteri ovarika
2. Operasi ransel B Lynch
3. Histerektomi supravaginal
4. Histerektomi total abdominal.
PROGNOSIS
Prognosis Ibu Bayi
Ad vitam Dubia ad malam Ad bonam
Ad fungsionam Dubia ad bonam Ad bonam
Ad sanasionam Dubia ad bonam Ad bonam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Anemia
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoglobin darah. Menurunnya kadar
hemoglobin biasanya disertai dengan penurunan jumlah eritrosit dan hematokrit. Perubahan
volume plasma sirkulasi total dan massa hemoglobin sirkulasi total menentukan kadar
hemoglobin.1
Klasifikasi anemia
klasifikasi anemia berdasarkan etiologi atau penyebabnya dibagi menjadi:
Anemia defisiensi
anemia defisiensi yaitu anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan bahan baku
pembuat sel darah atau kekurangan salah satu atau beberapa bahan yang diperuntukkan untuk
pematangan eritrosit.
Anemia defisiensi ini masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa klasifikasi secara morfologis,
antara lain:
1. Mikrositik hipokromik yaitu kekurangan zat besi (fe), piridoksin atau tembag, Anemia
defisiensi besi ini dapat disebabkan oleh:
a. masukan besi kurang atau rendah: makanan kurang mengandung besi,
penyerapan kurang baik, pengeluaran yang berlebihan (diare )
b. Kebutuhan yang meningkat kebutuhan yang meningkat ini biasanya terjadi pada:
masa pertumbuhan (seperti pada bayi, balita, remaja), wanita pada masa
menstruasi, wanita hamil dan menyusui, pengeluaran berlebihan ( infeksi cacing
dan lain sebagianya).
2. Makrositik normokromik ( megaloblastik) yaitu kurang asam folat dan vitamin B12
Anemia aplastik
anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena rusaknya sumsum tulang.
klasifikasi dari anemia aplastik :
1. aplasia yang mengenai sistem eritropoetik
2. aplasia yang mengenai fratnulopoetik yang disebut agranulositosis
3. aplasia yang mengenai sistem trombopoetik yang disebuat amegakariostatik
trombositopenik purpura (ITP)
penyebab dari anemia aplastik ini diantaranya adalah :
1. faktor kongenital
2. faktor didapat: diataranya karena bahan kimia, obat, radiasi, alergen, infeksi dan
idiopatik
Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghancuran darah
sehingga umur dari eritrosit pendek ( umur eritrosit normalnya 100 sampai 120 hari).
berdasarkan penyebab hemolisisnya dapat dibagi lagi menjadi:
1. kongenital : faktor dari eritrosit sendiri, gangguan enzim dari tubuh, hemagloblastoma
2. didapat : bahan kimia, obat, sitostatika, infeksi, idiopatik
Anemia pasca perdarahan
anemia pasca perdarahan ini adalah terjadi akibat kehilangan darah baik secar cepat atau
perlahan lahan. Anemia perdarahan ini dapat di klasifikasikan lagi menjadi :
1. perdarahan akut
2. perdarahan kronis
Anemia pada kehamilan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada akhir trimester
pertama dan kurang dari 10 gr% pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas
bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan.²
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau
Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah
sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah
dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk
membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi. Penyebab anemia pada umumnya adalah
sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Anemia defisiensi besi pada kehamilan
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan
untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil. Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut
penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat
pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi
lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan
antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Soeprono
menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat
ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur),
gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada
masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI
rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri-
natal, dan lain-lain).
Tahap terjadinya anemia zat besi
1) Tahap pertama: terjadi apabila simpanan besi berkurang yang terlihat dari penurunan
feritin dalam plasma hingga 12 μg/l. hal ini dikonpensasikan dengan
peningkatan absorpsi besi yang terlihat dari peningkatan kemampuan
mengikat besi total (total iron binding capacity/TIBC) pada tahap ini
belum terlihat perubahan fungsional pada tubuh.
2) Tahap kedua : terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh transferin
hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan meningkatnya
protoporfirin yaitu pendahulu (precursor) hem. Pada tahap ini nilai
haemoglobin dalam darah masih berada pada 95 % nilai normal. Hal ini
dapat mengganggu metabolisme energi sehingga menyebabkan
menurunnya kemampuan bekerja.
3) Tahap ketiga : terjadinya anemia gizi besi dimana kadar haemoglobin total turun
dibawah nilai normal. Anemia gizi besi berat ditandai oleh sel darah
merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai haemoglobin rendah
(hipokromia). Oleh sebab itu anemia gizi besi dinamai anemia
hipokromik mikrositik.
Tanda dan gejala anemia defisiensi besi
Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti:
pucat, mudah lelah, lesu, berdebar, takikardi, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada
telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebra. Jika keadaan berlangsung lama dan berat
akan terjadi stomatitis angualaris, glositis dan koinolikia (keadaan kuku yang cekung seperti
sendok) Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia (tidak bisa
menelan), hipoklorida, koinolikia dan pagofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan,
anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu, kinerja
intelektual serta kemampuan kerja menyusut.
Temuan laboratorium3
1. anemia mikrositik hipokrom
2. gambaran apusan darah tepi meliputi sel hipokromik mikrositik, anisopoikilositosis, sel target,
dan sel pensil.
3. Feritin serum berkurang, besi serum rendah dengan peningkatan transferin dan kapasitas
pengikat besi tidak jenuh.
4. Reseptor transferin yang dapat larut dalam serum meningkat.
Perdarahan post partum
Perdarahan pasca persalinan didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah
persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria. Menurut waktu
terjadinya dibagi atas dua bagian:
Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) ialah perdarahan >500 cc
yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utama perdarahann
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah perdarahan >500 cc
setelah 24 jam pascapersalinan. Penyebab utama perdarahan postpartum sekunder adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta
Pada ibu dengan anemia, saat postpartum akan mengalami atonia uteri. Hal ini disebabkan
karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang
menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri
yang mengakibatkan perdarahan banyak.
Faktor predisposisi dan kausa perdarahan postpartum antara lain:4
Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
Mioetrium hipotonus-atonia uteri yang disebabkan oleh:
Beberapa anestetik umum-hidrokarbon berhalogen,
Gangguan perfusi miometrium-hipotensi akibat perdarahan atau Anestesia regional
Overdistensi uterus – janin besar, kembar, hidramnion
Setelah persalinan lama
Setelah partus presipitatus
Setelah induksi oksitosin atau augmentasi persalinan
Paritas tinggi
Atonia uteri pada kehamilan sebelumnya
Korioaminonitis
Retensi jaringan plasenta
Avulsi kotiledon, lobus suksenturiatus
Perlekatan abnormal-akreta, inkreta, perkreta
Trauma Saluran Genitalia
Episiotomi lebar, termasuk perluasan
Laserasi perineum, vagina, atau serviks
Ruftura uteri
Gangguan Koagulasi
Memperparah semua yang diatas
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN KALA TIGA.
Sebagian perdarahan kala tiga akibat terpisahnya sebagian plasenta secara transien tidak
dapat dihindari. Sewaktu plasenta terlepas, darah dari tempat implantasi mungkin langsung
keluar melalui vagina atau tersembunyi di balik plasenta dan selaput ketuban sampai plasenta
lahir.
Apabila terjadi perdarahan eksternal selama kala tiga, uterus harus dipijat apabila belum
berkontraksi kuat. Jika muncul tanda-tanda pemisahan plasenta, pengeluaran plasenta harus
didiupayakan dengan tekanan manual ke fundus uteri.
TEKNIK PENGELUARAN PLASENTA SECARA MANUAL
Harus diberikan analgesia atau anesthesia yang adekuat serta digunakan teknik bedah yang
aseptik. Setelah fundus uteri dipegang melalui dinding abdomen oleh salah satu tangan,
tangan yang lain dimasukan ke dalam vagina dan didorong ke dalam uterus menelusuri tali
pusat. Segera setelah plasenta tercapai, tepinya diidentifikasi, dan sisi ulnar tangan disisipkan
di antara plasenta dan dinding uterus. Kemudian dengan punggung tangan berkontak dengan
uterus, plasenta dikelupas dari perlekatannya di uterus dengan gerakan seperti memisahkan
halaman-halaman buku. Setelah seluruhnya dilepaskan, plasenta dipegang dengan seluruh
tangan, kemudian secara perlahan dikeluarkan. Selaput ketuban dikeluarkan pada saat yang
sama dengan menyisirnya dari
desidua secara hati-hati, bila perlu
menggubakan forceps cincin untuk
menjepitnya. Sebagian dokter
cenderung mengusap rongga uterus
dengan spons. Apabila hal ini
dilakukan, perlu dipastikan bahwa
spons tidak tertinggal di uterus atau
vagina.
PENATALAKSANAAN SETELAH PLASENTA LAHIR
Fundus harus selalu dipalpasi setelah plasenta lahir untuk memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik. Apabila uterus tidak keras, masase fundus diindikasikan . biasanya
oksitosin 20 U dalam 1000 ml Ringer laktat atau saline normal yang diberikan secara
intravena dengan kecepatan sekitar 10 ml/menit (200 mU oksitosin per menit) ditambah
masase uterus akan menimbulkan kontraksi yang efektif. Oksitosin jangan pernah diberikan
sebagai dosis bolus tanpa diencerkan karena dapat terjadi hipotensi serius atau aritmia
jantung.
PERDARAHAN YANG TIDAK RESPONSIF TERHADAP OKSITOSIN
Perdarahan yang berlanjut setelah pemberian oksitosin berkali-kali mungkin berasal dari
laserasi traktus genitalia yang tidak terdeteksi, termasuk, pada beberapa kasus, ruftur uteri.
Dengan demikian, apabila perdarahan menetap, jangan sia-siakan waktu mengupayakan
pengendalian perdarahan yang sembarangan; penatalaksanaan berikut harus segera dimulai:
1. Lakukan kompresi bimanual.
Teknik ini berupa pemijatan
aspek posterior uterus dengan
tangan yang terletak diabdomen
dan pemijatan dengan kepalan
tangan yang lain melalui vagina
aspek anterior uterus. Prosedur
ini akan mengendalikan
sebagian besar perdarahan.
2. Cari bantuan!
3. Mulai transfuse darah. Golongan
darah setiap pasien kebidanan harus diketahui, bila mungkin sebelum persalinan,
dan dilakukan uji Coombs indirek untuk mendeteksi antibody eritrosit. Apabila uji
tersebut negative, cross-match darah tidak diperlukan. Pada keadaan darurat yang
ekstrem, dapat diberikan “donor universal” golongan O
4. Lakukan eksplorasi rongga uterus secara manual untuk mencari retensi sisa
plasenta atau laserasi.
5. Lakukan inspeksi menyeluruh terhadap serviks dan vagina dengan pemajanan yang
memadai
6. Pasang satu lagi kateter intravena diameter besar sehingga kristaloid dan oksitosin
dapat diberikan bersama dengan transfusi darah
7. Pasang kateter Foley untuk memantau pengeluaran urin, yang merupakan parameter
yang baik untuk perfusi ginjal.
Tansfusi darah harus dipertimbangkan pada setiap kasus perdarahan postpartum ketika
masase uterus perabdominam dan oksitosin gagal mengatasi perdarahan. Dengan transfusi
serta kompresi uterus secara manual dan oksitosin intravena secara simultan, tindakan lain
jarang diperlukan. Atonia yang membandel mungkin mengharuskan dilakukannya
histerektomi sebagai tindakan penyelamatan nyawa. Sebagai alternatif, ligasi arteri uterina,
ligasi arteri iliaka interna, atau embolisasi angiografik mungkin berhasil.
BAB V
KESIMPULAN
Pada kehamilan sering terjadi anemia fisiologis akibat ketidakseimbangan antara kecepatan
penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu, oleh karena itu nilai
normal hemoglobin wanita hamil berbeda dengan orang normal. Pada kasus ini, pasien
mengalami anemia defisiensi besi. Salah satu hal yang dapat terjadi pada ibu dengan anemia
adalah saat postpartum akan mengalami atonia uteri. Hal ini disebabkan karena oksigen yang
dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang menyebabkan otot-otot
uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan
perdarahan banyak.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Kapita selekta hematologi, A.V.Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss. Jakarta, EGC,
2005. Hal 18
2. Ilmu Kebidanan, Sarwono Prawirohardjo, edisi 4, Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2009.
3. At a glance hematologi. Atul B. metha, A. Victor Hoffbrand, Jakarta, Erlangga 2008.
Hal 27
4. Obstetri Williams, F. Gary Cunningham, et all; alih bahasa, Andy Hartono, Y. Joko
Suyono, Brahm U. Pendit; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, et all.
Ed. 21. Jakarta, EGC. Hal 704-709