PERDARAHAN ANTEPARTUM
-
Upload
refa-setiadi -
Category
Documents
-
view
84 -
download
8
description
Transcript of PERDARAHAN ANTEPARTUM
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Definisi : Perdarahan dari jalan lahir pada wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih sebelum lahirnya janin
Penyebab : 1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Ruptura uteri
PLASENTA PREVIA
Definisi : Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Insidensi : 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab
terbanyak.
Klasifikasi :
Plasenta previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.
Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat plasenta.
Klasifikasi khusus : plasenta letak rendah
Etiologi :
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi
endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretase berulang
4. Umur lanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Terjadi hipoksemi, dikompensasi
dengan hipertrofi plasenta
Gejala-gejala :
Anamnesa
Perdarahan tanpa nyeri yang berulang, biasanya baru timbul pada bulan ketujuh
Pemeriksaan Luar
Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah anak
tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
Ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.
Dapat disertai atau tanpa his
Pemeriksaan Dalam
Kontraindikasi dilakukan, kecuali di meja operasi (PDMO) dengan persiapan matang (persiapan seksio sesarea) : infus
terpasang dan tersedia darah, dilakukan di ruang operasi dengan tim operasi yang telah siap, periksa serviks dengan
speculum yang sudah disinfeksi tingkat tinggi
a. PD pada pembukaan serviks : teraba jaringan plasenta
b. PD belum ada pembukaan serviks : teraba jaringan lunak pada forniks
c. PD teraba kepala janin yang keras : singkirkan diagnosa plasenta previa
Pemeriksaan inspekulo
Keluar darah yang berasal dari ostium uteri eksternum
USG
Menentukan letak implantasi plasenta
Menentukan jarak tepi plasenta terhadap ostium
Penatalaksanaan
wPerdarahan berulang tanpa nyeriBagian terendah anak sangat tinggiKelainan letakHis ada atau tidakPerabaan fornices teraba jaringan lunakInspekulo darah keluar dari OUE
Diagnosa plasenta previa
Belum ada tanda inpartu Kehamilan preterm dengan perdarahan
sedikit kemudian berhenti Keadaan umum ibu masih cukup baik
(Hb) Janin masih hidup
Rawat inap, tirah baring + antibiotikPerbaiki anemia dengan sulfas ferrous selama 1 bulanPastikan tersedia sarana untuk transfusiJika perdarahan berhenti & waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama pulangkan pasienPerdarahan berulang terminasi kehamilan
Janin matur Janin mati atau menderita anomaly Perdarahan aktif & banyak tanpa
memandang maturitas terminasi
Terminasi kehamilan, perabdominam atau pervaginam
Terapi aktif
DD
Solusio Plasenta
Ruptura uteri
SOLUSIO PLASENTA
Definisi : Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya di atas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak.
Insidensi :
Sangat bervariasi dari 1 di antara 75 sampai 830 persalinan dan merupakan penyebab dari 20-35% kematian perinatal. Solusio
plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya dengan insidensi 1 diantara 8 kehamilan.
Etiologi
Belum diketahui dengan pasti, beberapa yang berpengaruh antara lain :
1. Hipertensi esensialis atau preeklampsi
2. Tali pusat yang pendek,
3. Trauma
4. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
5. Uterus yang sangat mengecil (hidramnion pada waktu ketuban pecah, kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir)
6. Umur lanjut
7. Multiparitas
8. Ketuban pecah sebelum waktunya
9. Defisiensi asam folat
10. Merokok, alkohol, kokain
11. Mioma uteri
Gejala-gejala
Anamnesa
Perdarahan yang disertai nyeri di luar his
Keluar darah hanya sedikit
Pemeriksaan Luar
Rahim keras seperti papan dan nyeri bila di pegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di
belakang plasenta hingga uterus teregang (uterus en bois)
Palpasi sukar karena rahim keras
Fundus uteri makin lama makin naik
Bunyi jantung biasanya tidak ada
Pemeriksaan Dalam
Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus karena isi rahim bertambah
USG
Pemeriksaan Lab
Anemia & syok, beratnya anemia & syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
Sering ada proteinuria karena disertai preeklampsia
Gejala lain
Ditemukan adanya impresi (cekungan) pada permukaan maternal plasenta akibat tekanan dari hematom retroplasenta,
setelah plasenta keluar
Penyulit solusio plasenta
Perdarahan & syok, timbul dengan segera
Hipofibrinogenemi
Apoplexi Uteroplacentair (Uterus Couvelaire)
Emboli air ketuban
Derajat solusio plasenta :
1. Ringan :- perdarahan yang keluar kurang dari 100-200 cc
- uterus tidak tegang
- belum ada tanda renjatan
- janin hidup
- kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
2. Sedang : - perdarahan lebih dari 200 cc
- uterus tegang
- terdapat tanda renjatan
- gawat janin atau janin mati
- kadar fibrinogen plasma 120 – 150 mg%
3. Berat : - uterus tegang dan kontraksi tetanik
- terdapat renjatan
- janin biasanya sudah mati
Penatalakaksanaan
Diagnosa solusio plasenta Uji pembekuan darah :Gagal beku > 7 menit / darah lunak & mudah pecah koagulopati
Transfusi darah segar
Perdarahan hebat
ᴓ serviks blm lengkap
ᴓ serviks lengkap Ekstraksi vakum
SC
Perdarahan ringan atau sedang
RUPTURA UTERI
Definisi : Robeknya dinding rahim, pada saat kehamilan atau persalinan dengan atau tanpa robeknya peritoneum.
Klasifikasi :
1. Ruptura Uteri Komplit :
DJJ normal / tdk terdengar DJJ abnormal
Kontraksi jelek : oksitosin Serviks kenyal, tebal & tertutup
amniotomi< 100 atau > 180 permenit
Persalinan pervaginam
Persalinan pervaginam
Kalau semua lapisan dinding rahim robek
2. Ruptura Uteri Inkomplit :
Kalau perimetrium masih utuh
Predisposisi :
1. Luka robekan uterus sebelum terjadinya kehamilan sekarang.
Seksio sesarea atau histerotomi
Histerorafi
Miomektomi
Reseksi kornu
Metroplasti
Trauma oleh alat pada saat tindakan / pertolongan abortus (sonde, kuretase).
2. Cedera uterus pada saat kehamilan sekarang :
A. Sebelum persalinan :
Trauma luar : tajam atau tumpul
Versi luar
B. Saat persalinan :
Pemberian oksitosin/prostaglandin
Ekstraksi forseps
Tindakan embriotomi
Tindakan Kristeller/dorongan pada fundus yang berlebihan
Hidrosefalus sehingga segmen bawah sangat teregang
Disproporsi sefalopelvik
Gejala-gejala Ruptura Uteri Spontan yang Terjadi Dalam Persalinan
A. Gejala-gejala ancaman robekan rahim
1. Lingkaran retraksi patologis / lingkaran Bandl yang tinggi, mendekati pusat dan naik uterus
2. Kontraksi rahim kuat dan terus menerus
3. Penderita gelisah, nyeri di perut bagian bawah, juga di luar his
4. Pada palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (di atas simfisis)
5. Ligamentum rotundum tegang, juga di luar his
6. Bunyi jantung anak biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak mengalami asfiksia, yang disebabkan kontraksi dan
retraksi rahim yang berlebihan
7. Air kencing mengandung darah (karena kandung kencing teregang atau tertekan)
B. Gejala-gejala Ruptura uteri
1. Sewaktu kontraksi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat di perut bagian bawah
2. Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi
3. His berhenti/hilang
4. Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak banyak
5. Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga perut (seolah-olah dapat berjabat tangan dengan
anak)
6. Kadang-kadang di samping anak teraba tumor, yaitu rahim yang telah mengecil
7. Pada pemeriksaan dalam, ternyata bagian depan mudah di tolak ke atas bahkan terkadang tidak teraba lagi karena
masuk ke dalam rongga perut
8. Bunyi jantung anak tidak ada atau tidak terdengar
9. Biasanya pasien jatuh dalam syok,
10. Jika sudah lama terjadi, seluruh perut nyeri dan gembung
11. Adanya kencing berdarah dapat membantu kita menentukan diagnosis jika ada gejala-gejala solusio plasenta kurang
jelas
Pemeriksaan Penunjang :
Hb dan Hematokrit
Penyulit :
Sepsis
Luka yang meluas sampai ke kandung kencing dan vagina
Hematom pada daerah parametrium
Syok irreversibel
Penatalaksanaan
Predisposisi RU Gejala ancaman RU Selesaikan persalinan
Anak hidup :SC
Anak mati :Perforasi/Dekapitasi
Morfin 20 mg utk mengurangi his
Gejala RUDiagnosis RU ragu
Diagnosis Banding
Solusio plasenta, kehamilan abdominal, akut abdomen
Prognosis
Untuk anak buruk karena biasanya mati. Juga bagi ibu prognosisnya kurang baik. Penyebab kematian ibu ialah perdarahan, yang
merupakan penyebab kematian yang segera atau infeksi (peritonitis, sepsis) dan penyebab kematian yang kemudian.
KEHAMILAN SEROTINUSDefinisi : Kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebihDiagnosis
1. Rumus Naegelle2. Evaluasi kembali secara klinis, dari umur kehamilan saat ibu pertama kali dating3. Makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur kehamilan makin mendekati kebenaran4. Kapan terasa pergerakan anak5. Pemeriksaan fundus uteri secara serial6. Pemeriksaan USG
Uterus dapat diperbaiki
Uterus tdk dapat diperbaiki
Histerorafi Kontrasepsi mantap
Histerektomi supravaginal
Histerektomi total
Etiologi1. Faktor potensial : defisiensi hormone ACTH pada fetus atau defisiensi enzim sulfatase plasenta. Kelainan system saraf
pusat pada janin sangat berperan, misal pada anensefal2. Semua faktor yang mengganggu mulainya persalinan baik faktor ibu, plasenta, maupun anak.
Gambaran KlinisTanda-tanda serotinitas
1. Menghilangnya lemak subkutan2. Kulit kering, keriput, atau retak-retak3. Pewarnaan mekonium pada kulit, umbilicus, dan selaput ketuban4. Kuku dan rambut panjang5. Bayi malas
KomplikasiKematian janin dalam rahim, akibat insufisiensi plasenta, asfiksia
Penatalaksanaan
Rumus nagelleKlinisUSG
Penilaian kesejahteraan janin
Evaluasi cairan amnion :AmniosentesisUSG
NSTCST
Penilaian scoring biofisik dari NST & biofisik & Pelvic score :Melihat pernapasan janin, tonus fetus, pergerakan fetus, pergerakan fetus, jml cairan amnionDiagnosis serotinus Ekspektatif, tunggu
1 minggu kemudian s.d. 43 mgg
Aktif Terminasi kehamilan, tanpa melihat matangnya serviks
Drip oksitosin
EKSTRAKSI VAKUM
Ekstraksi vakum adalah persalinan buatan yang dilakukan dengan cara membuat tekanan negative pada kepala janin sehingga
terbentuk kaput buatan dan janin dapat dilahirkan pervaginam
Alat Vakum terdiri dari:
1.Mangkuk vakum
2.Rantai vakum
3.Pemegang vakum
4.Selang penghubung mangkuk vakum ke botol vakum
5.Botol vakum
6.Pompa vakum
1. Indikasi untuk melakukan ekstraksi vakum:
Indikasi Ibu: Pada ibu dengan penyakit paru, jantung
Indikasi Anak: gawat janin
Indikasi waktu: kala II lama / persalinan lama
Kontra indikasi dalam melakukan ekstraksi vakum:
Faktor ibu:
- Pada ibu yang tidak dapat mengedan sama sekali
- Rupture uteri imminens
- Panggul sempit / DKP
Faktor Janin:
- Janin preterm
- Presentasi muka
- Malposisi
Faktor Penolong:
- Tidak berpengalaman / keahlian kurang
- Tidak mengetahui pasti dimana posisi kepala janin
- Indikasi yang tidak jelas
Syarat dalam melakukan ekstraksi vakum:
1. Presentasi belakang kepala
2. Penurunan kepala minimal HII
3. Ketuban (-)
4. Tidak ada DKP / panggul sempit
5. Pembukaan serviks minimal 7 cm
6. Harus ada tenaga mengedan dari ibu
Prosedur dalam melakukan ekstraksi vakum:
1. Ibu tidur dalam posisi litotomi
2. Persiapan alat vakum
3. Setelah persiapan vakum selesai, dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks, pada pembukaan lengkap,
biasanya ukuran mangkuk yang dipilih adalah mangkuk nomor 5
4. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dalam posisi miring, kemudian dipasang di bagian terendah kepala, menjauhi
ubun-ubun besar
5. Setelah mangkuk terpasang, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah ada jalan lahir/ jaringan yang terjepit.
6. Setelah itu pompa vakum dinyalakan, dimulai dengan tekanan -0,2kg/cm2 selama 2 menit, kemudian dinaikkan lagi
menjadi -0,4kg/cm2 selama 2 menit, kemudian dinaikkan lagi menjadi -0,6kg/cm2.
7. Setelah itu, dilakukan traksi percobaan, dilihat apakah saat dilakukan traksi , kepala janin ikut turun. Jika tidak,
pemasangan mangkuk diulangi lagi.
8. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan sumbu panggul. Pada
waktu melakukan tarikan , harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan kanan penolong
9. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri penolong menahan mangkuk,agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar, sehingga
tidak terlepas. sedangkan tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang.
10. Traksi dilakukan selama ada his, dan harus mengikuti putaran paksi dalam , sampai occiput terlihat sebagai
hipomoklion, traksi dilakukan curam ke arah atas, dan tangan kiri menahan perineum saat kepala meregang perineum,
hinggal lahirlah dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu janin.
11. Setelah kepala lahir, tekanan dihentikan , dan mangkuk dilepaskan, janin dilahirkan seperti persalinan normal biasa.
Ekstraksi vakum dikatakan gagal apabila:
1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali,
2. Dalam waktu setengah jam dilakukan ekstraksi , janin tidak lahir juga, pilihannya adalah :
a. Jika kepala sudah mencapai HIII, bisa dicoba dengan ekstraksi forceps, asal syarat lainnya juga memenuhi
b. Dilakukan section cesarean
Komplikasi ekstraksi vakum:
Pada Ibu Pada Janin
Perdarahan
Trauma jalan lahir
infeksi Eskoriasi kulit kepala
Sefalhematoma
Subgaleal hematom
Neksrosis kulit kepala
Keunggulan komplikasi ekstraksi vakum dibandingkan ekstraksi forceps:
1. Pemasangan lebih mudah
2. Dapat dilakukan pada pembukaan > 7 cm
3. Dapat dilakukan pada kepala janin yang masih tinggi (HII)
4. Trauma kepala janin dapat lebih ringan
Kerugian ekstraksi vakum:
1. Memerlukan waktu yang lebih lama , karena menunggu untuk menaikkan tekanan dulu dalam membuat keadaan
vakum
2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti tenaga cunam
Kehamilan Gemelli
Definisi : suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih
Etiologi
1. Kembar Monozigotik
- Diamnionik dan dichorionik
- Diamnionik, monochorionik
- Monoamnionik, monochorionik
- Kembar yang menyatu (Conjoined)
2. Kembar Dizigot
Diagnosis
Anamnesis
1. Riwayat keturunan kembar pada keluarga
2. Telah mendapat pengobatan infertilitas
3. Uterus yang cepat membesar (lebih besar dari kehamilan biasanya)
4. Gerakan anak yang terlalu ramai
5. Penambahan berat badan ibu yang mencolok yang bukan karena obesitas atau edema.
6. Umur dan paritas.
Pemeriksaan klinik , sign and symptoms :
1. Besarnya uterus melebihi lamanya amenorea
2. Fundus uterus lebih tinggi dari tuanya kehamilan.
3. Banyak bagian kecil teraba
4. Teraba tiga bagian besar, atau teraba dua 2 bagian besar yang bersebelahan.
5. Auskultasi : Terdengar DJJ pada 2 tempat yang sama jelasnya dengan perbedaan frekuensi 10 atau lebih.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG
Terlihat 2 bayangan janin atau lebih dengan 1 atau 2 kantong amnion.
Sudah dapat didiagnosa sejak minggu ke 6-7
Pemeriksaan radiologi
Tampak 2 buah kerangka anak. Sebaiknya dibuat pada bulan ke7. Sudah jarang dilakukan
Diagnosis diferensial
1. Kehamilan tunggal dengan janin besar
2. Hidramnion
3. Molahidatidosa
4. Kehamilan dengan tumor
Komplikasi
1. Anemia
2. Persalinan preterm
3. Hipertensi yang diperberat kehamilan, preklamsia dan eklamsia
4. Perdarahan antepartum e.c Solusio plasenta
5. Kematian satu janin
6. Kelainan kongenital mayor
7. Perdarahan postpartum
Keadaan yang menyertai
1. Abortus
2. Berat Badan Lahir Rendah.
3. Durasi Kehamilan lebih pendek
Penatalaksanaan
Pengelolaan kehamilan :* Kebutuhan kalori meningkat * Berhenti bekerja pada 28 mgg * Istirahat cukup, koitus (-)* Mulai mgg 24 periksa tiap 2 mgg dan pada mgg 36 tiap 1 mgg * Periksa Hb rutin
Pengelolaan persalinan :* Bersalin sebaiknya di rumah sakit * Persalinan lebih lama* Setelah anak I lahir, tentukan letak anak II, bila lintang versi luar * ½ jam anak II belum lahir persalinan buatan * Anak I persalinan buatan, anak II harus dengan persalinan buatan
Penatalaksanaan :1. Diagnosis dini 2. Pemeriksaan antenatal lebih rutin 3. Istirahat baring 4. Peningkatan Kebutuhan kalori + Pemberian 60 sampai 100 mg zat besi /hari dan 1 mg asam folat 5. Pemeriksaan ultrasonografi 6. Pemberian kortikosteroid
Penanganan persalinan :Bayi I Cek persentasi Bila verteks lakukan pertolongan sama dengan presentasi normal dan lakukan monitoring dengan partograf Bila persentasi bokong, lakukan pertolongan sama dengan bayi tunggal presentasi bokong Bila letak lintang lakukan seksio sesaria. Monitoring janin dengan auskultasi berkala DJJ Pada kala II beri oksitosin 2,5 IU dalam 500 ml dekstrose 5% atau dalam RL 500 ml dengan 10 tts / mt.
Bayi II Segera setelah kelahiran bayi I Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan adanya bayi selanjutnya Bila letak lintang lakukan versi luar Periksa DJJ Lakukan pemeriksaan vaginal untuk menilai adanya prolaps funikuli, ketuban pecah atau intak, presentasi bayi.
Bila presentasi verteks Bila kepala belum masuk, masukan pada PAP secara manual Ketuban dipecah Periksa DJJ Bila tak timbul kontraksi dalam 10 menit, tetesan oksitosin dipercepat sampai his adekuat Bila 30 menit bayi belum lahir lakukan tindakan menurut persyaratan yang ada (vakum, forceps, seksio)
Bila presentasi bokong Lakukan persalinan pervaginan bila pembukaan lengkap dan bayi tersebut tidak lebih besar dari bayi I Bila tak ada kontraksi sampai 10 menit, tetesan oksitosin dipercepat sampai his adekuat Pecahkan ketuban Periksa DJJ Bila gawat janin, lakukan ekstraksi Bila tidak mungkin melakukan persalinan pervaginam lakukan seksio secarea.
Bila letak lintang Bila ketuban intak, lakukan versi luar Bila gagal lakukan seksio secarea
Pasca persalinan berikan oksitosin drip 20 IU dalam 1 liter cairan 60 tetes/menit atau berikan ergometrin 0,2 mg IM 1 menit sesudah kelahiran anak yang terakhir dan lakukan manajemen aktif kala III untuk mengurangi perdarahan pasca persalinan