3. Lp Perdarahan Antepartum

31
LAPORAN PENDAHULUAN PERDARAHAN ANTEPARTUM A. Pengertian Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010). Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira- kira 3% dari semua kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir usia kehamilan B. Jenis-jenis Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Plasenta Previa 2. Solusio Plasenta C. Plasenta Previa 1. Pengertian Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga

description

jbbm

Transcript of 3. Lp Perdarahan Antepartum

LAPORAN PENDAHULUAN

PERDARAHAN ANTEPARTUM

A. Pengertian Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa

kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat

janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).

Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum

adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua

pada kira-kira 3% dari semua kehamilan.

Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan

yang terjadi pada akhir usia kehamilan

B.  Jenis-jenis Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Plasenta Previa

2. Solusio Plasenta

C. Plasenta Previa

1. Pengertian

Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari

yang letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga

dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada

keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim (Wiknjosastro,

2005).

2. Klasifikasi

Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta

atau ari-ari melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.

a. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup

oleh jaringan plasenta atau ari-ari.

b. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan

tertutup oleh jaringan plasenta.

c. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-

ari berada tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.

d. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen

bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan

lahir (Wiknjosastro, 2005).

3. Etiologi

Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah

rahim tidak selalu jelas. Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding

rahim di fundus uteri belum menerima implantasi atau tertanamnya

ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari untuk

memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).

Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di

ketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor

dikemukakan sebagai etiologinya.

Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah

vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan

peradangan, sedangkan browne menekankan bahwa faktor terpenting

ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.

4. Faktor-faktor etiologinya :

a. Umur dan Paritas

1) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada

umur di bawah 25 tahun.

2) Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah

3) Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur

muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita

Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih

belum matang.

b. Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda

c. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas

operasi, kuretase dan manual plasenta.

d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

f. Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).

5. Patofisiologi

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala

utama dan pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya

sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang

pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen

bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan

bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar

lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari

tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim

dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang

melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim.

Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.

Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena

terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus

marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan

karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk

berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut

otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta

yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini

perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005).

6. Frekuensi

Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari

35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang

kehamilan pertamanya berumur kurang dari 25 tahun. Pada Ibu yang

sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35

tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur kurang

dari 25 tahun. (Winkjosastro, 2003)

7. Tanda dan Gejala

Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan

secara tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama

biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan

berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi

kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun

perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi

tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak saat

itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta

menipis.

Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan

yang terjadi berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus

rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim.

Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya

kehamilan pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2005)

8.  Diagnosis

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai

bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata

dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis bandingnya meliputi pelepasan

plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya), persalinan

prematur dan vasa previa (Winkjosastro, 2005)

9. Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu

berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.

Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan

dari pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005)

10. Pemeriksaan

Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi

perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu

dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.

a. Pemeriksaan luar

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin

b. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber

terjadinya perdarahan

c. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak

plasenta atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan

radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.

d. Penentuan letak plasenta secara langsung.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang

tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan

ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta

melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).

11. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan

Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak

terdorong ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-

kesalahan letak janin seperti letak kepala yang mengapung, letak

sungsang atau letak melintang.

Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum

waktunya karena adanya rangsangan koagulum darah pada leher

rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari yang lepas, kadar

progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari

dapat merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)

12. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan

a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan

menjadi tidak normal

b. Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan

dapat menyebabkan terjadinya prolaps funikuli

c. Sering dijumpai inersia primer

d.  Perdarahan (Mochtar, 2011)

13.  Komplikasi Plasenta Previa

a. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)

b. Prolaps plasenta

c. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau

perlu dibersihkan dengan kerokan

d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan

e. Perdarahan setelah kehamilan

f. Infeksi karena perdarahan yang banyak

g. Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)

14. Pragnosis Plasenta Previa

Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat

konservatif, maka angka kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi

tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh kasus terjadinya

plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus

terjadinya plasenta previa.

Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka

kematian dan kesakitan Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun.

Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan,

infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal

juga turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas,

asfiksia, prolaps funikuli dan persalinan buatan (Mochtar, 2003).

15. Penanganan Plasenta Previa

Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22

minggu harus dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai

ternyata dugaan itu salah. Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang

fasilitasnya cukup. Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :

a. Terapi ekspektatif atau sikap menunggu

Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum

waktunya dan tindakan yang dilakukan untuk meringankan

gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa melakukan

pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Syarat-syarat

bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum

matang, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu

cukup baik dan bisa dipastikan janin masih hidup.

Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah

rawat inap, tirah baring dan pemberian antibiotik, kemudian

lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan tempat

menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi

janin bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV,

Nifedipin 3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis

tunggal untuk pematangan paru-paru janin

Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta

masih berada di sekitar ostium uteri internum maka dugaan

plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan

observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan

keadaan gawat darurat (Manuaba, 2010).

b. Terapi Aktif atau Tindakan Segera

Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan

pervaginam yang aktif dan banyak harus segera dilaksanakan

secara aktif tanpa memandang kematangan janin. Bentuk

penanganan terapi aktif

1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat

menyelamatkan Ibu dan anak atau untuk mengurangi

kesakitan dan kematian.

2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya

pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih

lanjut

3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa

dapat mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat

pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.

4) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk

pertolongan yang paling banyak dilakukan (Manuaba,

2010).

D. Solusio Plasenta

1.  Pengertian Solusio Plasenta

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari

tempat perlekatannya yang normal pada rahim sebelum janin

dilahirkan (Saifuddin, 2006).

2. Klasifikasi Solusio Plasenta

Menurut derajat lepasnya plasenta

a. Solusio Plasenta Parsialis

Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat

perletakannya.

b. Solusio Plasenta Totalis

Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat perlekatannya

c. Prolapsus Plasenta

Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam

3. Etiologi Solusio Plasenta

Penyebab Solusio Plasenta adalah

a. Trauma langsung terhadap Ibu hamil

1) Terjatuh trauma tertelungkup

2) Tendangan anak yang sedang digendong

3) Atau trauma langsung lainnya

b. Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan

kebidanan yang dilakukan :

1) Setelah versi luar

2) Setelah memecahkan air ketuban

3) Persalinan anak kedua hamil kembar

c. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor

predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:

1) Hamil tua

2) Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia

3) Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia

4) Tekanan vena kava inferior yang tinggi

5) Kekurangan asam folik (Manuaba, 2010).

4. Patofisiologi Solusio Plasenta

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus

yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak

dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang

kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah

antara rahim dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya

pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang

pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya

dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot

uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk

lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya,

hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan

akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.

Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban

keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam

kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot

rahim.

Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari

dinding rahim. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,

anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil

yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau

mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya

gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin

lama sejak terjadinya solusio plasenta, makin hebat terjadinya

komplikasi (Manuaba, 2010).

5. Frekuensi Solusio Plasenta

Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan

(Winkjosastro, 2005).

6. Tanda dan Gejala Solusio Plasenta

Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan

gejala yang jelas, perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi

biasanya terdapat perasaan sakit yang tiba-tiba diperut, kepala terasa

pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat dan akhirnya

berhenti. Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.

7. Diagnosis Solusio Plasenta

Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis

ditemukan perdarahan disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip

penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim.

8. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut,

perdarahan, dari jalan lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah

besar dan bekuan-bekuan darah.

9. Pemeriksaan

Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio

plasenta, pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan fisik secara umum

b. Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi,

pemeriksaan dalam serta ditunjang dengan pemeriksaan

ultrasonogravi.

10. Komplikasi Solusio Plasenta

a. Komplikasi langsung, adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok

obstetrik.

b. Komplikasi tidak langsung, adalah couvelair rahim,

hifofibrinogenemia, nekrosis korteks renalis yang menyebabkan

tidak diproduksinya air urin serta terjadi kerusakan-kerusakan

organ seperti hati, hipofisis dan lain-lain (Mochtar, 2003).

11. Prognosis Solusio Plasenta

a. Terhadap Ibu

Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari

seluruh jumlah kasus Solusio plasenta. Hal ini dikarenakan

perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, toksemia gravidarum,

kerusakan organ terutama nekrosis korteks ginjal dan infeksi.

b. Terhadap Anak

Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari

seluruh jumlah kasus solusio plasenta. Hal ini tergantung pada

derajat pelepasan dari pelepasan plasenta, bila yang terlepas lebih

dari sepertiga ari-ari maka kemungkinan kematian anak 100%

selain itu juga tergantung pada prematuritas dan tindakan

persalinan.

c. Terhadap Kehamilan Berikutnya

Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan

solusio plasenta yang lebih hebat dengan persalinan prematur

(Mochtar, 2011).

12. Penanganan Solusio Plasenta

a. Terapi Konservatif

Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan

kemudian persalinan berlangsung spontan. Sambil menunggu

berhentinya perdarahan kita berikan suntikan morfin subkutan,

stimulasi kardiotonika seperti coramine, cardizol dan pentazol serta

transfusi darah.

b. Terapi aktif

Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud

agar anak segera dilahirkan dan pedarahan berhenti.

Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam,

umumnya dapat bersalin secara normal.

Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup

dan pembukaan belum lengkap, gawat janin tetapi persalinan

normal tidak dapat dilaksanakan dengan segera, persiapan untuk

seksio sesarea, hematoma miometrium tidak mengganggu

kontraksi rahim dan observasi ketat kemungkinan terjadinya

perdarahan ulang.

Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat

janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul,

janin telah meninggal dan pembukaan > 2 cm (Saifuddin, 2006).

E. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.

2. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya

perdarahan.

3. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan

aktivitas yang terbatas.

4. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah.

F. Intervensi:

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Resiko kekurangan

cairan sehubungan

dengan adanya

perdarahan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selam 3x24

jam maslah resiko

kekurangna cairan

berkurang dengan kriteria

hasil:

1. Tidak ada tanda

tanda-tanda

dehidrasi

2. Tekanan darah,

suhu, nadi dalam

batas normal

3. Elastisitas turgor

kulitbaik,

membrane mukosa

1. Kaji tentang banyaknya

pengeluaran caiaran

(perdarahan).

2. Observasi tanda-tanda vital.

3. Observasi tanda-tanda

kekurangan cairan dan

monitor perdarahan.

4. Pantau kadar elektrolit darah.

5. Periksa golongan darah untuk

antisipasi transfusi.

6. Jelaskan pada klien untuk

mempertahankan cairan yang

masuk dengan banyak minum.

1. Mengetahui banyaknya

pendarahan pada klien

2. Tekanan darah, nadi,

suhu tubuh yang tidak

normal mengindikasi

terjadinya syok

3. Memonitor pendarahan

setiap satu jam sekali,

untuk mencegah

terjadinya syok

4. Elektrolit digunakan

sebagai mengatur kadar

air dalam tubuh

5. Mengetahui golongan

lembab, tidak ada

rasa haus yang

berlebihan

7. Kolaborasi dengan dokter

sehubungan dengan letak

placenta.

darah jika diperlukan

terapi transfusi darah

6. Memperbanyak minum

dapat megurangi

terjadinya dehidrasi dan

menyeimbangkan cairan

pada tubuh

7. Mengetahui letak

plasenta untuk dilakukan

tindakan selanjutnya

3 Potensial terjadi shock

hipovolemik

sehubungan dengan

adanya perdarahan.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selam 3x24

jam masalah potensial

terjadi syok hipovolemik

tidak terjadi dengan kriteria

hasil:

1. Observasi tanda-tanda

terjadinya shock hipolemik.

2. Kaji tentang banyaknya

pengeluaran cairan

(perdarahan).

1. Pemeriksaan dilakukan

agar bisa dilakukan

intervensi selanjutnya

2. Mengetahu besarnya cc

terjadinya pendarahan

1. Nadi dalam batas

yang diharapkan

2. Irama jantung

dalam batas yang

diharapkan

3. Irama pernapasan

dalam batas yang

diharapkan

3. Observasi tanda-tanda vital.

4. Observasi tanda-tanda

kekurangan cairan dan

monitor perdarahan.

5. Pantau kadar elektrolit darah.

6. Periksa golongan darah

untuk antisipasi transfusi.

7. Jelaskan pada klien untuk

mempertahankan cairan

yang masuk dengan banyak

minum.

3. Pemeriksaan tanda-tanda

vital untuk mengetahui

terjadinya syok

4. Memonitor tanda-tanda

vital dan pendarahan

untuk mencekah

terjadinya komplikasi

pendarahan

5. Memantau kadar

elektrolit untuk

mengetahui kadar cairan

dalam tubuh

6. Pemeriksaan golongan

darah dilakukan untuk

mengantisipasi jika

dilakukan terapi transfusi

pada lkien

7. Memperbanyak minum

dapat megurangi

terjadinya dehidrasi dan

menyeimbangkan cairan

pada tubuh

4 Ganguan pemenuhan

kebutuhan personal

hygiene sehubungan

dengan aktivitas yang

terbatas.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam maslah gangguan

pemenuhan kebutuhan

personal hygiene dapat

teratasi dengan kriteria

hasil:

1. Mampu untuk

mempertahankan

kebersihan dan

penampilan yang

1. Berikan penjelasan tentang

pentingnya personal hygiene

2. Berikan motivasi untuk tetap

menjaga personal hygiene

tanpa melakukan aktivitas

yang berlebihan

3. Beri sarana penunjang atau

mandikan klien bila klien

masih harus bedrest

1. Memberi penjelasan

tentang pentingnya

pemenuhan personal

hygiene untuk mencegah

terjadinya infeksi dan

gangguan pada kulit,

serta agar klien

termotivasi untuk

memenuhi kebutuhan

personal hygiene

2. Agar klien mau dan

rapi secara mandiri

dengan atau tanpa

alat bantu.

2. Mengungkapkan

secara verbal

kepuasan tentang

kebersihan tubuh

dan hygiene oral

mampu memenuhi

kebutuhan personal

hygiene untuk mencegah

komplikasi lebih lanjut

3. Membantu klien dalam

memenuhi kebutuhan

personal hygiene yang

adekuat

5 Gangguan psikologis

cemas sehubungan

dengan kurangnya

pengetahuan tentang

kehamilan yang

bermasalah.

Setelah dilakukan tindakan

2x24 jam maslah cemas

dapat teratasi dengan

kriteria hasil:

1. Klien mampu

mengidentifikasi

dan

mengungkapkan

1. Beri dukungan dan

pendidikan untuk

menurunkan kecemasan dan

meningkatkan pemahaman

dan kerja sama dengan tetap

memberikan informasi

tentang status janin,

mendengar dengan penuh

1. Agar klien merasa lebih

rileks dan merasa

nyaman, dan cemas

dapat dikontrol

2. Mempertahankan

hubungan saling percaya

dengan klien untuk

mempertahankan rasa

gejala cemas

2. Vital sign dalam

batas normal

3. Postur tubuh,

ekspresi wajah,

bahasa tubuh, dan

tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

perhatian, mempertahankan

kontak mata dan

berkomunikasi dengan

tenang, hangat dan empati

yang tepat.

2. Pertahankan hubungan saling

percaya dengan komunikasi

terbuka. Hubungan rasa

saling percaya terjalin antara

perawat dan klien akan

membuat klien mudah

mengungkapkan perasaannya

dan mau bekerja sama.

3. Jelaskan tentang proses

perawatan dan prognosa

penyakit secara bertahap.

Dengan mengerti tentang

proses perawatan dan

percaya klien agar

mampu mengungkapkan

maslah yang memicu

terjadinya kecemasan

3. Beri pemahaman tentang

penyakit agar klien

mengetahu tentang

penyakit dan prosesnya

serta peningkatan

pemahaman klien

tentang penyakitnya

secara adekuat

prognosa penyakit akan

memberikan rasa tenang.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan

Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku

kedokteran EGC. Jakarta.

Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Hanafi Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka. 

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina