PERDA Nomor 16 Tahun 2002 ttg Ketentuan Tatacara Pemberian ... · Perdagangan adalah kegiatan jual...
Transcript of PERDA Nomor 16 Tahun 2002 ttg Ketentuan Tatacara Pemberian ... · Perdagangan adalah kegiatan jual...
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
TAHUN : 2002 NOMOR : 43
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
NOMOR 16 TAHUN 2002
TENTANG
KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA PERGADANGAN ( SIUP )
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BERAU,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan dan kelancaran
pemberian ijin di bidang perdagangan berdasarkan
pelimpahan kewewenangan, maka perlu menetapkan
ketentuan dan tata cara pemberian surat ijin usaha
perdagangan ;
b. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Berau.
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan
Undang - Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai
Undang - Undang ;
- 2 -
2. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3809);
3. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran negara Tahun 1982
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara 3214 ) ;
4. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502) ;
5. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor
13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587) ;
6. Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Kecil (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611) ;
7. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun
1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 ( Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4048) ;
8. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang
Perdagangan Komoditi (Lembaran Negara Tahun 1997
Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3720) ;
9. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;
- 3 -
10. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1977 tentang
Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing dalam Bidang
Perdagangan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor
60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3113),
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 1998 (Lembaran Negara
Tahun 1998 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3734) ;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan di Bidang Komoditi Berjangka
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3805) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Komoditi Berjangka
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 17, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3806) ;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3952) ;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 13 Tahun
2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Daerah Kabupaten Berau ;
- 4 -
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau.
b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta
Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan
Eksekutif Daerah.
c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau.
d. Dinas adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Berau.
e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Berau.
f. Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang atau
jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan
tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan
disertai imbalan atau kompensasi.
- 5 -
g. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan
terus menerus dan yang didirikan bekerja serta
berkedudukan dalam daerah, dengan tujuan memperoleh
keuntungan atau laba ;
h. Surat Ijin Usaha Perdagangan yang disingkat SIUP adalah
surat ijin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha
perdagangan ;
i. Surat Permintaan Surat Ijin Usaha Perdagangan yang
disingkat SP-SIUP adalah formulir yang diisi oleh
perusahaan yang memuat data perusahaan untuk
memperoleh SIUP kecil / menengah / besar ;
j. Perubahan Perusahaan adalah meliputi perubahan dalam
bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama
pemilik / penanggung jawab, nomor pokok wajib pajak,
modal dan kekayaan bersih (netto), kelembagaan, bidang
usaha, jenis barang / jasa dagangan utama ;
k. Cabang Perusahaan adalah perusahaan yang merupakan
inti atau bagian dari perusahaan induknya yang
dapat berkedudukan di tempat yang berlainan dan
dapat bersifat berdiri sendiri atau bertugas untuk
melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan
induknya ;
l. HAKI adalah hak atas kekayaan intelektual ;
m. Perwakilan Perusahaan adalah perusahaan yang
bertindak mewakili kantor pusat perusahaan untuk
melakukan suatu kegiatan dan atau pengurusnya
ditentukan sesuai wewenang yang diberikan ;
- 6 -
n. Perwakilan perusahaan yang ditunjukan adalah perusahaan
yang diberi kewenangan berindak untuk mewakili
kantor pusat perusahaan dan bukan merupakan bagian
dari kantor pusat.
BAB II
SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)
Pasal 2
(1) Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh Surat Ijin Usaha Perdagangan ;
(2) Surat Ijin Usaha Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Surat Ijin Usaha Perdagangan Kecil ;
b. Surat Ijin Usaha Perdagangan Menengah ;
c. Surat Ijin Usaha Perdagangan Besar ;
Pasal 3
(1) Kewenangan pemberian SIUP berada pada Pemerintah
Kabupaten Berau ;
(2) Pemerintah Kabupaten Berau melimpahkan kewenangan
sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Kepala
Dinas untuk menerbitkan SIUP Kecil, SIUP Menengah
dan SIUP Besar ;
Pasal 4
SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan (domisili)
perusahaan dan berlaku di seluruh Indonesia.
- 7 -
Pasal 5
SIUP berlaku selama 3 (tiga) tahun terhitung mulai
tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang.
Pasal 6
(1) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto)
seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, wajib memperoleh SIUP kecil :
(2) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
dengan modal disetor dan kekayaan bersih
(netto) seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP
Menengah ;
(3) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto)
seluruhnya di atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, wajib memperoleh SIUP Besar.
BAB III
TATA CARA PERMINTAAN SIUP
- 8 -
Pasal 7
(1) Permintaan SIUP Kecil, SIUP Menengah dan SIUP
Besar bagi perusahaan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3) diajukan kepada
Kepala Daerah, dengan mengisi Formulir SP-SIUP
Kecil / Menengah / Besar Model A ;
(2) Permintaan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus ditanda tangani oleh Pemilik / Direktur Utama /
Penanggung Jawab Perusahaan.
Pasal 8
(1) Permintaan SIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, wajib melampirkan :
a. Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas, adalah sebagai berikut :
a. Foto Copy Akta Notaris Pendirian Perusahaan ;
b. Copy Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman ;
c. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik / Direktur Utama / Penanggung Jawab Perusahaan.
d. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP) ;
e. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ;
f. Neraca awal perusahaan.
- 9 -
b. Perusahaan berbentuk Koperasi, adalah sebagai berikut :
a. Copy Akta Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang ;
b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pimpinan, Penanggung Jawab Perusahaan.
c. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP) ;
d. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah ;
e. Neraca awal perusahaan.
c. Perusahaan yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas dan Koperasi, adalah sebagai berikut :
a. Copy Surat Akta Pendirian Perusahaan / Akta Notaris yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri ;
b. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik / penanggung jawab perusahaan.
c. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP) ;
d. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ;
e. Neraca awal perusahaan.
- 10 -
d. Perusahaan Perseorangan :
a. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik / penanggung jawab perusahaan.
b. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP) ;
c. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ;
d. Neraca awal perusahaan.
(2) Apabila dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal pengejuan permohonan pengesahan badan hukum kepada Menteri Kehakiman, pemohon SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a belum mendapatkan pengesahan Badan Hukum dan Menteri Kehakiman, maka pemohon SIUP cukup melampirkan copy data Akta Pendirian Perseroan dan copy bukti setor biaya administrasi pembayaran proses pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman sebagai kelengkapan persyaratan guna mendapatkan SIUP ;
(3) Terhadap permohonan SIUP sebagaimana dimaksud ayat (2) apabila telah memperoleh Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman, wajib menyampaikan copy Surat Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman kepada Kepala Dinas yang bersangkutan, paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterbitkannya Surat Pengesahan tersebut ;
- 11 -
(4) Bagi perusahaan yang mengajukan permohonan
SIUP yang tidak wajib membuat Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), yang bersangkutan cukup melampirkan surat keterangan dari Lurah / Kepala Kampung setempat tentang domisili tempat usaha ;
(5) Copy dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampirkan aslinya guna penelitian dan akan dikembalikan kepada perusahaan yang bersangkutan setelah penelitian dokumen selesai.
Pasal 9
(1) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP, dapat diberikan SIUP atas permintaan perusahaan yang bersabgkutan dengan menyampaikan SP-SIUP kepada Kepala Dinas dengan melampirkan :
a. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik / direktur / penanggung jawab perusahaan, dan ;
b. Copy Surat Keterangan Domisili dari Lurah / Kepala Kampung ;
(2) Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a disertai aslinya, guna penelitian dan akan dikembalikan kepada yang bersangkutan setelah penelitian selesai.
Pasal 10
(1) Selambat - lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya SP-SIUP Model A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8 secara lengkap dan benar, Kepala Dinas wajib menerbitkan SIUP dengan menggunakan Formulir Model B dengan ketentuan sebagai berikut :
- 12 -
a. Warna Putih untuk SIUP Kecil ;
b. Warna Putih Biru untuk SIUP Menengah ;
c. Warna Kuning untuk SIUP Besar;
(2) Apabila pengisian surat permintaan dan kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum lengkap dan benar, Kepala Dinas selambat - lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP-SIUP Model A, wajib melakukan penundaan pemberian SIUP dengan memberikan secara tertulis kepada perusahaan yang bersangkutan disertai alasan – alasannya ;
(3) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan perbaikan atau melengkapi persyaratan selambat – lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya Surat Penundaan Pemberian SIUP ;
(4) Apabila setelah jangka waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) perusahaan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi persyaratan dengan lengkap dan benar, Kepala Dinas menolak SP-SIUP yang bersangkutan ;
(5) Perusahaan yang ditolak permintaan SIUP-nya dapat mengajukan kembali permintaan SIUP.
BAB IV
BIAYA ADMINSTRASI
Pasal 11
(1) Besarnya biaya administrasi untuk tiap – tiap SIUP ditetapkan dengan Keputusan Bupati dengan persetujuan DPRD ;
- 13 -
(2) Biaya administrasi perusahaan yang dimaksud dalam ayat (1) berlaku untuk masa berlakunya SIUP dan harus dibayar lunas pada waktu pengusaha mengambil SIUP ;
(3) Setiap pengusaha yang memperbarui SIUP, wajib membayar biaya administrasi perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan telah melunasi biaya administrasi perusahaan dari masa sebelumnya.
Pasal 12
Perusahaan yang melakukan perubahan modal dan kekayaan bersih (netto), baik karena peningkatan maupun penurunan yang dibuktikan dengan Akta Perubahan dan Neraca Perusahaan wajib memperoleh SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 6.
BAB VI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 13
(1) Perusahaan pemegang SIUP yang akan membuka
kantor cabang / perwakilan perusahaan, wajib melapor
secara tertulis kepada Kepala Dinas dengan tembusan
kepada Bupati dan Camat setempat ;
(2) Dalam menyampaikan laporan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib melampirkan dokumen,
sebagai berikut :
a. Copy SIUP perusahaan pusat yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP tersebut ;
- 14 -
b. Copy akta notaris atau bukti lainnya tentang
pembukaan kantor cabang perusahaan ;
c. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggung jawab kantor cabang perusahaan di tempat kedudukan kantor cabang perusahaan ;
d. Copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP) ;
e. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ;
(3) Selambat – lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak diterimanya laporan dan dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) secara lengkap dan
benar, Kepala Dinas mencatat / mendaftarkan dalam
buku laporan pembukuan kantor cabang atau
perwakilan perusahaan dan membubuhkan tanda
tangan, cap stempel pada copy SIUP perusahaan
pusat sebagai bukti bahwa SIUP juga berlaku bagi
kantor cabang / perwakilan perusahaan ;
(4) Perusahaan yang bukan merupakan bagian dari
kantor pusat yang ditunjuk sebagai perwakilan perusahaan,
wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas
dengan tembusan kepada Bupati dengan melampirkan
dokumen sebagai berikut :
a. Copy SIUP dan copy TDP perusahaan yang menunjuk ;
b. Copy SIUP dan copy TDP perusahaan yang ditunjuk ;
c. Copy akte penunjukan perwakilan atau surat tentang penunjukan perwakilan ;
- 15 -
d. Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) penanggung jawab perusahaan ;
f. Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undang - Undang Gangguan (HO), dan ;
(5) Selambat – lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
diterimanya laporan dan dokumen sebagaimana dimaksud
apada ayat (4) secara lengkap dan benar, Kepala Dinas
ditempat kedudukan Kantor Perwakilan Perusahaan
mencatat dalam Buku Laporan Pembukaan kantor
Cabang / Perwakilan Perusahaan dan membubuhkan
tanda tangan, cap stempel pada copy akte penunjukan
atau surat tentang penunjukan perwakilan perusahaan
sebagai bukti pembukaan kantor perwakilan perusahaan.
Pasal 14
Setiap perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan
SIUP, wajib mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar
Perusahaan sesuai ketentuan dalam Undang - Undang Nomor
3 Tahun 1982 tentang Wajib daftar Perusahaan.
Pasal 15
(1) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh
SIUP adalah :
a. Cabang / perwakilan perusahaan yang dalam
menjalankan kegiatan usaha perdagangan
mempergunakan SIUP Perusahaan Induk :
- 16 -
b. Perusahaan Kecil Perorangan yang memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
1. tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan ;
2. diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh
pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota /
keluarga / kerabat dekat ;
(2) Perusahaan dibebaskan sebagaimana dimaksud ayat
(1) dapat diberikan SIUP atas permintaan perusahaan
yang bersangkutan.
BAB VI
PENUNJUKAN PEJABAT PENERBIT SIUP
Pasal 16
Apabila pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP
berhalangan selama 5 (lima) hari kerja berturut – turut, pejabat
yang bersangkutan wajib menunjuk satu pejabat setingkat
lebih rendah yang bertindak untuk dan atas nama pejabat
yang bersangkutan untuk menerbitkan SIUP.
BAB VII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 17
(1) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP apabila
melakukan perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12, kecuali modal dan kekayaan bersih (netto) selambat -
lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak dilakukan
- 17 -
perubahan, wajib mengajukan permintaan perubahan
SIUP kepada Kepala Dinas yang berwenang menerbitkan
SIUP yang bersangkutan.
(2) Perusahaan yang telah memperoleh SIUP, apabila
melakukan perubahan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) sepanjang yang menyangkut modal dan
kekayaan bersih (netto) ditetapkan sebagai berikut :
a. SIUP Kecil yang mengadakan perubahan modal
dan kekayaan bersihnya (netto) sehingga menjadi
lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi
Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak
wajib mengajukan perubahan SIUP ;
b. SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto)
setelah perubahan menjadi di atas Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan
perubahan SIUP Kecil menjadi SIUP Menengah ;
c. SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto)
setelah perubahan menjadi di atas Rp. 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan
perubahan SIUP Kecil menjadi SIUP Besar ;
d. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan modal
dan kekayaan bersihnya (netto) sehingga menjadi
lebih besar dari semula, tetapi tidak melebihi Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib
mengajukan perubahan SIUP :
- 18 -
e. SIUP Menengah yang modal dan kekayaan bersih
(netto) turun menjadi di bawah Rp. 200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib mengajukan
penyesuaian menjadi SIUP Kecil ;
f. SIUP Menengah yang mengadakan perubahan modal
dan kekayaan bersih (netto) menjadi di atas
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib
mengajukan penyesuaian menjadi SIUP Besar ;
g. SIUP Besar yang mengadakan perubahan modal dan
kekayaan bersihnya (netto) turun samapai dengan
dibawah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah),
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
wajib menyesuaikan SIUP-nya menjadi SIUP
Menengah ;
h. SIUP Besar mengadakan perubahan modal dan
kekayaan bersih (netto) turun sampai dengan di bawah
Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib
menyesuaikan SIUP-nya SIUP Kecil ;
(3) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2), wajib mengisi Formulir SP-SIUP Kecil / Menengah /
Besar Model A ;
(4) Kepala Dinas selambat - lambatnya 5 (lima) hari kerja
terhitung sejak diterimanya permintaan perubahan
sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), wajib
mengeluarkan SIUP dengan menggunkan formulir ;
- 19 -
(5) Perubahan perusahaan yang tidak termasuk dalam
Pasal 12, wajib dilaporkan secara tertulis kepada
Kepala Dinas yang berwenang menerbitkan SIUP yang
bersangkutan tanpa mengganti atau merubah SIUP yang
diperoleh ;
(6) Kepala Dinas selambat – lambatnya 5 (lima) hari kerja
terhitung sejak diterimanya laporan perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), wajib
mengeluarkan Surat Persetujuan Perubahan SIUP
dengan menggunakan Formulir Model G, yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan SIUP yang
telah diperoleh.
Pasal 18
(1) Apabila SIUP yang telah diperoleh perusahaan hilang
atau rusak tidak terbaca, perusahaan yang bersangkutan
harus mengajukan permintaan penggantian SIUP
secara tertulis kepada Kepala Dinas yang berwenang
mengeluarkan SIUP tersebut untuk memperoleh SIUP
baru ;
(2) Permintaan penggantian SIUP yang hilang atau rusak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Dilakukan sesuai ketentuan Pasal 7 ;
b. Melampirkan Surat Keterangan Hilang dari Kepolisisan
setempat bagi SIUP yang hilang ;
c. Melampirkan SIUP asli bagi yang rusak ;
- 20 -
(3) Selambat – lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak
diterimanya Surat Permintaan Penggantian SIUP
sebagaimana dimaksud ayat (2), Kepala Dinas
mengeluarkan SIUP dengan menggunakan Formulir
Model B.
BAB VI
P E L A P O R A N
Pasal 19
(1) Perusahaan pemegang SIUP Kecil yang modal dan kekayaan bersih (netto) dibawah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dibebaskan dari kewajiban menyampaikan laporan :
(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) yang telah memperoleh SIUP Kecil dengan modal disetor dan kekayaan bersih di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas mengenai kegiatan usahanya setiap tahun sekali selambat – lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya ;
(3) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) yang telah memperoleh SIUP Menengah dan SIUP Besar, wajib menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas mengenai kegiatan usahanya sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun ;
- 21 -
Pasal 20
Perusahaan yang telah memperoleh SIUP wajib memberikan data / informasi mengenai kegiatan usahanya, apabila diminta sewaktu – waktu oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atau pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP.
Pasal 20
(1) Setiap perusahaan yang sudah tidak lagi melakukan
kegiatan usaha perdagangan atau menutup
perusahaannya wajib melaporkan secara tertulis kepada
Kepala Dinas ;
(2) Kepala Dinas yang mengeluarkan SIUP perusahaan
yang ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
mengeluarkan Keputusan Penutupan Perusahaan dengan
menggunakan Formulir H.
BAB VI
KETENTUAN LAIN - LAIN
Pasal 22
Perusahaan melakukan kegiatan usaha perdagangan
yang mempunyai kekhususan atau profesi seperti
perdagangan jasa, penjualan minuman beralkohol dan
pasar modern, perizinannya diatur tersendiri.
- 22 -
Pasal 23
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) tidak berlaku
untuk melakukan kegiatan perdagangan berjangka komoditi.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 24
(1) Perusahaan diberi peringatan tertulis apabila :
a. Tidak melakukan kewajiban sesuai ketentuan dalam Pasal 17, Pasal 18 ayat (1) dan (2), Pasal 20 serta Pasal 21 Peraturan Daerah ini ;
b. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan bidang jasa, kegiatan usaha, dan jenis barang / jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh ;
c. Belum mendaftarkan perusahaan dalam daftar perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ;
d. Adanya laporan / pengaduan dari pejabat yang berwenang ataupun pemilik dan atau pemegang HAKI bahwa perusahaan yang bersangkutan melakukan pelanggaran HAKI, seperti antara lain hak cipta, paten dan merek ;
e. Adanya laporan / pengaduan dari pejabat yang berwenang bahwa perusahaan tersebut tidak memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
- 23 -
(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sebanyak - banyaknya 3 (tiga) kali berturut – turut dengan tenggang waktu 1 (satu) bulan oleh pejabat yang berwenang mengeluarkan SIUP dengan mengggunakan Formulir Model D.
Pasal 25
(1) SIUP Perusahaan yang bersangkutan dibekukan apabila :
a. Tidak mengindahkan peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) ;
b. Melakukan kegiatan usaha yang memiliki kekhususan seperti perdagangan jasa / penjualan berjenjang dan tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan jenis barang / jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh ;
c. Sedang diperiksa di sidang pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran HAKI, dan atau melakukan tindak pidana lainnya.
(2) Selama SIUP perusahaan yang bersangkutan dibekukan, perusahaan tersebut dilarang untuk melakukan kegiatan usaha perdagangan ;
(3) Jangka waktu pembekuan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkan penetapan pembekuan SIUP ;
(4) Jangka waktu pembekuan SIUP bagi perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berlaku sampai dengan adanya keputusan badan peradilan yang berkekuatan tetap ;
- 24 -
(5) Pembekuan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan dengan menggunakan Formulis Model E ;
(6) SIUP yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan yang bersangkutan :
a. Telah mengindahkan peringatan dengan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ;
b. Dinyatakan tidak terbukti melakukan pelanggaran HAKI dan atau tidak melakukan tindak pidana sesuai Keputusan badan peradilan yang telah berkekuatan tetap.
Pasal 26
(1) SIUP dapat dicabut apabila :
a. SIUP yang diperoleh berdasarkan keterangan / data yang tidak benar atau palsu dari perusahaan yang bersangkutan atau tidak sesuai ketentuan dalam Pasal 6, 8, 9, 12 dan 17 ;
b. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah melampaui batas waktu pembekuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) ;
c. Perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran HAKI dan atau pidana badan peradilan yang telah berkekuatan tetap ;
d. Perusahaan yang bersangkutan melanggar ketentuan peraturan perundang - undangan yang memuat sanksi pencabutan SIUP.
- 25 -
(2) Pencabutan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas yang berwenang menerbitkan SIUP yang bersangkutan dengan menggunakan Formulir Model F.
Pasal 27
(1) Terhadap pencabutan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas, perusahaan yang bersangkutan selambat – lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak dikeluarkannya pencabutan SIUP dapat mengajukan permohonan keberatan kepada Kepala Dinas ;
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat – lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan keberatan dapat menerima atau menolak permohonan banding secara tertulis dengan alasan – alasan.
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 28
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuan - ketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah hukum di tempat Penyidik ditempatkan ;
(2) Dalam melakukan tugas penyidikan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang :
- 26 -
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana ;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu
ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ;
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dari
kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka ;
d. melakukan penyitaan benda dan atau surat ;
e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka ;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi ;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara ;
h. mengadakan penghentian penyidikan, setelah
mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik
Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana dan selanjutnya melalui Kepolisian
Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut
kepada Kejaksaan Negeri, kepada tersangka atau
keluarganya ;
i. mengadakan tindakan lainnya menurut hukum
yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang menjadi dasar hukumnya dan dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan Kepolisian Republik Indonesia.
- 27 -
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 29
(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan Pasal 2, 10, 15
ayat (1) dan Pasal 23 Peraturan Daerah ini diancam
kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan atau denda
sebanyak - banyaknya Rp. 5.000.000,-( lima juta rupiah ) ;
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah
pelanggaran.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan
yang telah ada sepanjang mengatur hal yang sama
dinyatakan tidak berlaku ;
(2) Hal - hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah
ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur
kemudian dengan Keputusan Bupati..
Pasal 31
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan.
- 28 - Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah kabupaten Berau.
Disahkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 5 Oktober 2002
BUPATI BERAU,
ttd
Drs. H. MASDJUNI.
Diundangkan di Tanjung Redeb pada tanggal 10 Oktober 2002
SEKRETARIS DAERAH,
ttd
Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 010 055 469
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2002 NOMOR : 43