Percobaan v Ddpa

33
A. JUDUL Identifikasi kurkumin pada temulawak secara komatografi lapis tipis B. TUJUAN Identifikasi senyawa sampel yang mengandung kurkumin dengan menggunakan KLT C. DASAR TEORI Metode pemisahan merupakan aspek yang paling penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu campuran, maka kita harus melakukan pemisahan. Berbagai tekhnik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran. Perusahan air minum memperolah air jernih dari air sungai melalui penyaringan pasir dan arang, air minum untuk keperluan laboratorium atau farmasi diperoleh melalui pemisahan dengan tekhnik destilasi. Untuk memisahkan minyak bumi menjadi komponen-komponenya seperti elpiji, bensin, minyak tanah dilakukan melalui tekhnik pemisahan destilasi bertingkat. Logam almunium dipisahkan dari bauksit melalui tejhnik pemisahan elektrolisis. Itulah beberapa contoh tekhnik pemisahan yang berguna untuk memperoleh materi yang lebih murni. Melalui tekhnik pemisahan ternyata menghasilkan materi yang lebih penting dan lebih mahal nilainya. 1 Komatografi ialah proses pemisahan yang penentuannya didasarkan atas distribusi diferensial komponen-komponen 1 Hendayana.2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(hal 1-2)

description

ght

Transcript of Percobaan v Ddpa

Page 1: Percobaan v Ddpa

A. JUDUL

Identifikasi kurkumin pada temulawak secara komatografi lapis tipis

B. TUJUAN

Identifikasi senyawa sampel yang mengandung kurkumin dengan menggunakan KLT

C. DASAR TEORI

Metode pemisahan merupakan aspek yang paling penting dalam bidang kimia karena kebanyakan

materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu campuran,

maka kita harus melakukan pemisahan. Berbagai tekhnik pemisahan dapat diterapkan untuk

memisahkan campuran. Perusahan air minum memperolah air jernih dari air sungai melalui

penyaringan pasir dan arang, air minum untuk keperluan laboratorium atau farmasi diperoleh melalui

pemisahan dengan tekhnik destilasi. Untuk memisahkan minyak bumi menjadi komponen-komponenya

seperti elpiji, bensin, minyak tanah dilakukan melalui tekhnik pemisahan destilasi bertingkat. Logam

almunium dipisahkan dari bauksit melalui tejhnik pemisahan elektrolisis. Itulah beberapa contoh

tekhnik pemisahan yang berguna untuk memperoleh materi yang lebih murni. Melalui tekhnik

pemisahan ternyata menghasilkan materi yang lebih penting dan lebih mahal nilainya.1

Komatografi ialah proses pemisahan yang penentuannya didasarkan atas distribusi diferensial

komponen-komponen cuplikan antara fasa. Salah satu fasa tinggal tetap dalam sistem dan dinamakan

fasa diam. Fasa lain bergerak melalui pori – pori atau melewati permukaan fasa diam , fasa ini

dinamakan fasa gerak atau fasa mobile. Gerakan fasa mobile melibatkan migrasi diferensial komponen

– komponen dalam cuplikan.

Komatografi dapat disamakan dengan ekstraksi arus berlawanan Craig, kedua fasa ini memakai dua

fasa. Pada metode Craig salah satu fasa bergerak relative terhadap fasa lainnya sedangkan pada

metode komatografi fasa mobile bergerak secara terus – menerus. Komatografi lapis tipis, sama

dengan komatografi kertas hanya saja kertas diganti dengan lapis tipis kaca atau plastik yang dilapisi

dengan pelapis tipis alumina, silica atau materi lain dalam bentuk serbuk halus. Sifat lapis tipis ini lebih

reprodusibel dibandingkan dengan kertas, karena itu metode lapis tipis ini mampu mengantikan

kedudukan komatografi kertas di laboratorium.2

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-

komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi

memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa

cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang

1 Hendayana.2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(hal 1-2)2 Astin P.Lukum.2009.Dasar-Dasar Pemisahan Analitik.Gorontalo.Universitas Negeri Gorontalo. Hal 48-50

Page 2: Percobaan v Ddpa

terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita

akan membahasnya lebih lanjut. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis

silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.3

Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat penjerap) dan sistem larutan

pengembang harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerjasama untuk mencapai pemisahan.

Selain itu hal yang juga penting adalah memilih kondisi kerja yang optimum yang meliputi sifat

pengembangan, jarak pengembangan , atmosfer bejana dan lain- lain . Jarak pengembangan

senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf.

Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal

Jarak garis depan dari titik awal

Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf adalah

angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 – 100. Jika keadaan luar misalnya

sifat penjerap yang agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang agak menyimpang,

menghasilkan kromatogram yang secara umum menunjukkan angka Rf lebih rendah atau lebih tinggi,

maka sistem pelarut harus diganti dengan yang lebih sesuai. Jika angka hRf lebih tinggi dari hRf yang

dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi, jika hRf lebih rendah maka komponen polar pelarut

harus dinaikkan.4

Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul komponen

antara dua fasa ( fasa gerak dan fasa diam ). Yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul

kompinen berinteraksi secara lemah dengan fasa diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih

cepat meninggalkan fasa diam,. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya inteaksi

komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Apabila dua atau lebih komponen

memiliki daya intaraksi dengan fasa diam atau fasa gerak yang hampir sama maka komponen tersebur

sulit dipisahkan. Kromatografi dikelompokkan atas beberapa macam yaitu sebagai berikut :

a. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium

yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis

tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.

b. Kromatografi Penukar Ion

Kromatografi penukar ion merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya,

system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion

3 Hendayana.2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(hal 1-2)4 Stahl Egon.1985.Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : ITB

Page 3: Percobaan v Ddpa

sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan asam

amino.

c. Kromatografi Penyaringan Gel

Kromatografi penyaringan gel merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari

modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat

menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul

berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan

dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena

yang berguna untuk pemisahan polimer.

d. Elektroforesis

Elektroforesis merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak lurus aliran

fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katode dan anion menuju ke anoda.

Sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya muatan.

e. Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam adalah

lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan.5

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan menggunakan

zat penyerap berupa serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang

dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan dapat didasarkan pada

penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan

lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat

digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis

tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada

lempeng yang sama di samping kromatogram zat yang di uji perlu dibuat kromatogram zat

pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda.

Pada dasarnya kromatografi lapis tipis sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada

cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahannya, yakni digunakannya lapis

tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti

kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fase diam.6

Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir – butir (fase diam), ditempatkan pada

penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa

5 Hendayana.2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.(hal 1-2)6 Stahl Egon.1985.Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : ITB

Page 4: Percobaan v Ddpa

larutan , ditotolkan berupa berupa bercak atau pita (awal). Setelah plat atau lapisan ditaruh didalam

bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok.

Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia

terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya

ditempatkan kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap

mencegah penguapan pelarut. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).

Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran

pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak

warna.7

Untuk membuat lapisan tipis pada KLT perlu dibuat bubur (slurry) ber air dari serbuk halus tadi. Zat

pengikat dapat menggunakan gips, barium sulfat, polivenil alcohol atau kanji perlu ditambahkan, untuk

membantu peletakan lapisan tipis pada penyangga. Bubuk halus ini kemudian ditebarkan pada papan

penyangga (kaca, plastik atau aluminium), secara merata sehingga diperoleh ketebalan lapisan 0,1 –

0,3 mm. lapisan tipis adsorben diaktifkan dengan pengeringan didalam oven pada suhu 100 oC

selama beberapa jam.Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan

kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam

kehidupan sehari-hari pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada

dinding yang menghasilkan garis-garis dengan jarak tertentu.8

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ini mirip dengan kromatograafi kertas, hanya bedanya kertas

digantikan dengan lembaran kaca tau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti

alumina, silike gel, selulosa atau materi lainnya. Lapisan tipis adsorben pada proses pemisahan

berlaku sebagai fasa diam. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reproduksibel ( bersifat boleh

diulang) dari pada kromatografi kertas. Sebagai fasa diam dalam KLT berupa serbuk halus dengan

ukuran 5 – 50 mikrometer. Serbuk halus ini dapat berupa adsorben penukar ion. Bahan adsorben

sebagai fasa diam dapat digunakan gel, alumina, dan serbuk selulosa. Partikel silica gel

mengandung gugus hidrosil dipermukaannya yang akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul

– molekul pokar.9

Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) adalah tumbuhan asli Indonesia yang biasa digunakan

sebagai bahan jamu untuk obat tradisional yang punya banyak manfaat bagi kesehatan kita. Selain

itu, temulawak juga dikenal sebagai minuman eksotik dengan cita rasa khas apabila dicampur gula

7 Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.8 Anonim. 2012. (online). Kromatografi lapis Tipis (KLT). http:// meliaivanawijaya.blogspot.com/2012/03/kromatografi-lapis-tipis- klt.html . Diakses Tanggal 2 Mei 2013 jam 13.009Anonim. 2012. (online). Kromatografi Lapis Tipis dan kromatografi Kertas. http://farmakognosi2.blogspot.com/2012/05/kromatog afi-lempeng-tipis-dan.html. Diakses Tanggal 2 Mei 2013 jam 13.00

Page 5: Percobaan v Ddpa

dan kunyit, lalu diseduh dengan air panas, maka akan menghasilkan sebuah rasa tersendiri. Khasiat

temulawak juga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara klinis.Temulawak memiliki

kandungan minyak atsiri yang memang membangkitkan selera makan, membersihkan perut dan

memperlancar ASI. Menurut seorang guru besar Universitas Padjajaran (UNPAD), berdasar hasil

penelitian, ekstrak temulawak sangat manjur untuk pengobatan penyakit hati (lever). Komposisi kimia

terbesar dari rimpang temulawak adalah protein pati (48%-54%), minyak atsiri (3%-12%), dan zat

warna kuning yang disebut kurkumin. Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlahnya

bervariasi tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Pati rimpang dapat dikembangkan sebagai

sumber karbohidrat, yang digunakan sebagai bahan makanan. Fraksi kurkumin mempunyai aroma

yang khas, tidak toksik, terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin, dan bidesmetoksi kurkumin. Minyak

atsiri merupakan cairan warna kuning atau kuning jingga, berbau aromatik tajam. Sari rimpang

temulawak mempunyai khasiat sebagai obat penguat (tonik) sehingga dapat digunakan sebagai

bahan campuran jamu. Jamu temulawak ini mempunyai beberapa khasiat yang diantaranya yaitu

sebagai penambah nafsu makan, serta banyak digunakan sebagai obat penambah darah untuk orang

yang menderita kekurangan darah atau anemia.

Tabel Komposisi Rimpang Temulawak.

Komponen Besaran (%)

Pati

Lemak

Kurkumin

Serat kasar

Abu

Protein

Minyak atsiri

27,62 %

5,38 %

1,93 %

6,89 %

3,96 %

6,44 %

10,96 %

D. ALAT DAN BAHAN

Alat

Page 6: Percobaan v Ddpa

Gambar Alat Nama Alat Fungsi Alat

Spatula Untuk membantu mengambil temulawak.

Kaca Arloji Wadah untuk meletakan temulawak yan

g akan ditimbang.

Gelas ukur 50 ml Untuk mengukur pelarut.

Soxhlet Untuk mengekstrak temulawak.

Neraca analitik Untuk mengukur berat dari temulawak.

Kertas saring Unutk membungkus temulawak.

Pipet tetes Untuk mengambil larutan dalam jumlah

zat yang sedikit

Benang woll Untuk mengikat sampel yang ada pada

kertas saring

Statif dan klem Sebagai penyangga dan penjepit.

Evaporasi Sebagai alat untuk meng eva

KLT Tempat untuk penotolan sampel saat

KLT.

Page 7: Percobaan v Ddpa

Bahan

N

O

NAMA BAHAN SIFAT FISIK DAN KIMIA

Page 8: Percobaan v Ddpa

1. Methanol - Larut dalam air

- Tak berwarna

- Bersifat polar

- Titk didihnya 64,50C

2. Kloroform - Non polar

- Cairan berwarna bening

- Berbau khas

- Sebagai pelarut untuk lemak

- Tidak larut dalam air

3. Dietil Eter - Berbau menyengat

- Berwujud cair

- Mudah terbakar

- Pelarut nonpolar

- Berwarna bening

4. Batuh Didih - Untuk mencegah terjadinya letupan

- Mempercepat proses penguapan

- Membantu gar proses penyebaran panas bias

merata

E. PROSEDUR KERJA

a. soxhletasi

Metanol Serbuk temulawak

Page 9: Percobaan v Ddpa

-Menimbang sebanyak 30 gram -Mengukur sebanyak 400 ml

-Membungkus dengan kertas saring kemudian -Memasukkan kedalam labu alas bulat

-Mengikat bagian atas dan bawah - Menambahkan beberapa butir batu

menggunakan benang wol didih

-Memasukkan kedalam selonsong -Menghubungkan pada

-Menghubungkan dengan labu alas bulat dan selongsong yang telah

kondensor terhubung dengan kondensor

-Melakukan ekstraksi selama 6 jam

-Mengamati dan mencatat sirkulasi yang terjadi

-Mendinginkan labu alas bulat setelah ekstraksi

-Menguapkan pelarut dengan cara evaporasi pada

evaporator

b. metode KLT

1. Perbandingan Dietil Eter dan Metanol

- Melarutkan dengan metanol

Metanol 400 mL + batu didih dalam labu alas bulatSimplisia

Ekstrak kental temulawak Metanol

Eksrtak kental temulawak dan kurkumin standar

Page 10: Percobaan v Ddpa

- Menotolkan pada tiga buah KLT yang sudah diberi

tanda garis

- Mengeringkannya dengan cara mengangin-

anginkan

- Menyediakan 3 buah cember

- Memasukkan pelarut yang sudah disiapkan dengan

perbandingan masing-masing 2 : 0,5, 4 : 0,5 dan

8 : 0,5 kedalam masing-masing cember yang

sudah disiapkan

- Mencelupkan KLT yang sudah ditotol dengan

sampel dan standar kurkumin kedalam cember

yang berisi pelarut dan menutup bagian atas

cember dengan penutupnya

- Memperhatikan jalannya eluen sampai tanda batas

lalu mengangkatnya menggunakan pingset

- Mengeringkan KLT dan melihat warna noda yang

dihasilkan dengan menggunakan sinar UV serta

member tanda pada noda tersebut

- Menghitung nilai Rf

2. Perbandingan Kloroform dan Metanol

- Melarutkan dengan metanol

Dietil eter : metanol ( 2 : 0,5 ) sampel Rf =

0,78, standar Rf = 0,8

Dietil eter : metanol (4 : 0,5 ) sampel Rf = 0,9,

standar Rf = 0,9

Dietil eter : metanol ( 8 : 0,5 ) sampel Rf =

0,78. Standar Rf = 0,81

Eksrtak kental temulawak dan kurkumin standar

Page 11: Percobaan v Ddpa

- Menotolkan pada tiga buah KLT yang sudah diberi

tanda garis

- Mengeringkannya dengan cara mengangin-

anginkan

- Menyediakan 3 buah cember

- Memasukkan pelarut yang sudah disiapkan dengan

perbandingan masing-masing 5 :1, 15 : 1 dan 25 :

1 kedalam masing-masing cember yang sudah

disiapkan

- Mencelupkan KLT yang sudah ditotol dengan

sampel dan standar kurkumin kedalam cember

yang berisi pelarut dan menutup bagian atas

cember dengan penutupnya

- Memperhatikan jalannya eluen sampai tanda batas

lalu mengangkatnya menggunakan pingset

- Mengeringkan KLT dan melihat warna noda yang

dihasilkan dengan menggunakan sinar UV serta

member tanda pada noda tersebut

- Menghitung nilai Rf

3. Perbandingan Kloroform dan Dietil Eter

- Melarutkan dengan metanol

Kloroform : metanol ( 5 : 1 ) sampel Rf = 0,677. Standar Rf =

0,666

Kloroform : metanol (15 : 1 ) sampel Rf =

0,74. Standar Rf = 0,78

Kloroform : metanol ( 25 : 1 ) sampel Rf = 0,528. Standar Rf =

0,43

Ekstrak kental temulawak dan kurkumin standar

Page 12: Percobaan v Ddpa

- Menotolkan pada tiga buah KLT yang sudah diberi

tanda garis

- Mengeringkannya dengan cara mengangin-

anginkan

- Menyediakan 3 buah cember

- Memasukkan pelarut yang sudah disiapkan dengan

perbandingan masing-masing 1 :1, 1 : 2 dan 1 : 3

kedalam masing-masing cember yang sudah

disiapkan

- Mencelupkan KLT yang sudah ditotol dengan

sampel dan standar kurkumin kedalam cember

yang berisi pelarut dan menutup bagian atas

cember dengan penutupnya

- Memperhatikan jalannya eluen sampai tanda batas

lalu mengangkatnya menggunakan pingset

- Mengeringkan KLT dan melihat warna noda yang

dihasilkan dengan menggunakan sinar UV serta

member tanda pada noda tersebut

- Menghitung nilai Rf

F. HASIL PENGAMATAN

Perlakuan Hasil pengamatan

- Menimbang tepung temulawak

- Membungkus tepung temulawak dengan kerta

s saring dan diikat dengan benang woll kedua

ujungnya.

- Memasukan kedalam selonsong tepung

- 30 gram

Kloroform : dietil eter ( 1 : 1 ) sampel Rf = 0,3413.

Standar Rf = 0,448

Kloroform : dietil eter ( 1 : 2 ) sampel Rf = 0,702. Standar Rf =

0,709

Kloroform : dietil eter ( 1 : 3 ) sampel Rf =

0,61. Standar Rf = 0,64

Page 13: Percobaan v Ddpa

temulawak yang telah dibungkus(simplisia)

- Melakukan soxhletasi

- Pelarut yang bercampur dengan ekstrak

temulawak dalam labu alas bulat dievaporasi.

- Mengidentifikasi ekstrak dengan KLT

- Menotol cuplikan standard dan sampel pada

plat KLT yang telah dipisahkan.

- Mencelupkan plat KLT yang telah ditotol pada

pelarut dengan variasi yang berbeda – beda.

- Mengangkat plat KLT dengan pingset ketika

eluen berada pada pembatas yang telah

ditentukan.

- Menandai noda yang terbentuk menggunakan

sinar UV untuk melihat noda dan mengukur jar

ak noda.

- Terjadi sirkulasi sebanyak 15 kali sirkulasi

dalam 6 jam.

- Noda sampel (X) dan noda standar (st)

- Perbandingan eluen

- Dietil eter : metanol

1) 2 : 0,5

2) 4 : 0,5

3) 8 : 0,5

- Kloroform : metanol

4) 5 : 1

5) 15 : 1

6) 25 : 1

- Kloroform : dietil eter

7) 1 : 1

8) 1 : 2

9) 1 : 3

- Variasi 1 ( 2 : 0,5 )

Jarak noda X = 4,7 cm

Jarak noda st = 4,8 cm

Jarak eluen = 6 cm

- Variasi 2

Jarak noda X = 6,3 cm

Jarak noda st = 6,3 cm

Jarak eluen = 7 cm

- Variasi 3 ( 8 : 0,5 )

Page 14: Percobaan v Ddpa

Noda X = 4,7 cm

Noda st = 4,9 cm

Jarak eluen = 6 cm

- Variasi 4 ( 5 : 1 )

Jarak noda X1 = 3,5 cm

X2 = 4,1 cm

X3 = 4,6 cm

Jarak noda st1 = 3,6 cm

st2 = 4 cm

st3 = 4,4 cm

Jarak eluen = 6 cm

- Variasi 5 ( 15 : 1 )

Jarak noda X1 = 2,9 cm

X2 = 3,6 cm

X3 = 4,1 cm

Jarak noda st1 = 2,7 cm

st2 = 3,6 cm

st3 = 4,2 cm

jarak eluen = 4,5 cm

- Variasi 6 ( 25 : 1 )

Jarak noda X1 = 1,2 cm

X2 = 2,4 cm

X3 = 3,4 cm

X4 = 4,1 cm

X5 = 4,8 cm

Jarak noda st1 = 1,2 cm

st2 = 2,4 cm

st3 = 4,1 cm

jarak eluen = 6 cm

- Variasi 7 ( 1 : 1 )

Jarak noda X1 = 1 cm

X2 = 1,3 cm

X3 = 1,6 cm

Page 15: Percobaan v Ddpa

X4 = 2 cm

X5 = 2,5 cm

X6 = 2,9 cm

Jarak noda st1 = 1,9 cm

St2 = 2,5 cm

St3 = 3 cm

Jarak eluen = 5,5 cm

- Variasi 8 ( 1 : 2 )

Jarak noda X1 = 2,9 cm

X2 = 3,8 cm

X3 = 4,7 cm

Jarak noda st = 3,9 cm

Jarak eluen = 5,5 cm

- Variasi 9 ( 1 : 3 )

Jarak noda X1 = 2,7 cm

X2 = 3,3 cm

X3 = 4 cm

Jarak noda st = 3,5 cm

Jarak eluen = 5,5 cm

Perhitungan

Rf = Jarak noda yang ditempuhkomponen

jarak yangditempuh eluenVariasi 1 = Eter : Metanol = 2 : 0,5

Rf x = 4,7cm6cm

=0,78

Rf st = 4,8cm6cm

=0,8

Variasi 2 = Eter : Metanol = 4 : 0,5

Rf x = 6,3cm7cm

=0,9

Rf st = 6,3cm7cm

=0,9

Variasi 3 = Eter : Metanol = 8 : 0,5

Rf x = 4,7cm6cm

=0,78

Page 16: Percobaan v Ddpa

Rf st = 4,9cm6cm

=0,81

Variasi 4 = Kloroform : Metanol = 5 : 1

Rf x1 = 3 ,5cm6 cm

=0,583

Rf x2 = 4,7cm6cm

=0,683

Rf x3 = 4,6cm6cm

=0,766

Rf X = 0,677

Rf st1 = 3,6cm6cm

=0,6

Rf st2 = 4 cm6cm

=0,666

Rf st3 = 4 ,4cm6 cm

=0,733

Rf st = 0,666Variasi 5 = Kloroform : Metanol = 15 : 1

Rf x1 = 2,9cm4,5cm

=0,64

Rf x2 = 3,6cm4,5cm

=0,8

Rf x3 = 4,1cm4,5cm

=0,9

Rf X = 0,74

Rf st1 = 2,7cm4,5cm

=0,6

Rf st2 = 3,6cm4,5cm

=0,8

Rf st3 = 4,2cm4,5cm

=0,93

Rf st = 0,78

Variasi 6 = Kloroform : Metanol = 25 : 1

Rf x1 = 1,2cm6 cm

=0,2

Rf x2 = 2,4cm6cm

=0,4

Rf x3 = 3,4cm6cm

=0,56

Page 17: Percobaan v Ddpa

Rf x4 = 4,1cm6cm

=0,68

Rf x5 = 4,8cm6cm

=0,8

Rf X = 0,528

Rf st1 = 1,2cm6 cm

=0,2

Rf st2 = 2,4cm6cm

=0,4

Rf st3 = 4,1cm6cm

=0,68

Rf st = 0,43Variasi 7 = Kloroform : Dietil Eter = 1 : 1

Rf x1 = 1cm5,5cm

=0,1818

Rf x2 = 1,3cm5,5cm

=0,236

Rf x3 = 1,6cm5,5cm

=0,29

Rf x4 = 2cm5,5cm

=0 ,363

Rf x5 = 2,5cm5,5cm

=0,45

Rf x6 = 2,9cm5,5cm

=0,527

Rf X = 0,3413

Rf st1 = 1,9cm5,5cm

=0,345

Rf st2 = 2,5cm5,5cm

=0,454

Rf st3 = 3cm5,5cm

=0,545

Rf st = 0,448Variasi 8 = Kloroform : Dietil Eter = 1 : 2

Rf x1 = 2,9cm5,5cm

=0,527

Rf x2 = 3,8cm5,5cm

=0,69

Rf x3 = 4,7cm5,5cm

=0,89

Rf X = 0,702

Page 18: Percobaan v Ddpa

Rf st = 3,9cm5,5cm

=0,709

Variasi 9 = Kloroform : Dietil Eter = 1 : 3

Rf x1 = 2,7cm5,5cm

=0,49

Rf x2 = 3,3cm5,5cm

=0,6

Rf x3 = 4cm5,5cm

=0,73

Rf X = 0,61

Rf st = 3,5cm5,5cm

=0,64

G. PEMBAHASAN Komatografi ialah proses pemisahan yang penentuannya didasarkan atas distribusi diferensial

komponen-komponen cuplikan antara fasa. Salah satu fasa tinggal tetap dalam sistem dan dinamakan fasa diam. Fasa lain bergerak melalui pori – pori atau melewati permukaan fasa diam , fasa ini dinamakan fasa gerak atau fasa mobile. Gerakan fasa mobile melibatkan migrasi diferensial komponen – komponen dalam cuplikan. KLT merupakan metode pemisahan fitokimia dengan adsorpsi pada lapisan tipis adsorben dikenal dengan nama Thin Lager Chormatografi ( TLC). Prinsip kerja KLT adalah partisi dan adsorbs dimana eluen sebagai fase gerak dan lempeng KLT sebagai fase diam. Kegunaan dari kromatografi lapis tipis (KLT) adalah untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terkandung dalam sampel (uji kualitatif) serta untuk menghitung berapa kadar senyawa yang ada dalam sampel (uji kuantitatif).

Langkah awal ialah proses soxhletasi, dimana proses ini ialah merupakan penyaringan simplisia secara berkesinambungan atau menggunakan pelarut yang selalu baru. Cara kerja dari soxhletasi ini ialah larutan yang berada pada labu alas bulat dipanaskan sehingga menghasilkan uap, yang kemudian uap ini akan melewati siphon dan menuju kondensor, setelah dikondenson uap ini akan berubah menjadi cairan yang kemudian cairan ini akan jatuh mengenai simplisia. Pada proses ini akan menghasilkan ekstrak kental dari temulawak yang akan dibawa ke proses KLT.

Langkah selanjutnya ialah proses KLT, dimana pertama yang dibuat ialah larutan standar,

membuat larutan standar dengan beberapa perbandingan yang menggunakan pelarut dietil eter,

kloroform, dam metanol. Dari berbagai perbandingan ini kita akan mengetahui pelarut apa yang baik

menghasilkan noda baik. Kemudian menotol sampel pada KLT dan larutan standar, larutan standar

dipakai untuk melihat apakah hasil yang diperoleh akan sesuai dengan standar. Setelah selesai

penotolan dilanjutkan dengan melatakan KLT pada pelarut dengan perbandingan pelarut yang berbeda

– beda. Dalam perbandingan ini kami memakai 9 macam perbandingan pelarut dari pelarut yang

dipakai.

Perbandingan awal antara larutan dietil eter : metanol (2 : 0,5) menghasilkan noda yang tidak baik

sepeti gambar di bawah. Dikarenakan pada perbandingan tersebut eluen polar dgn non-polar

Page 19: Percobaan v Ddpa

perbedaannya sangat jauh sehingga noda yang dihasilkan kurang baik, antara noda standard an noda

sampel tidak bisa dipisahkan lagi tau sudah bercampur menjadi satu.

Gambar 1

perbandingan 2 : 0,5

Perbandingan kedua antara dietil eter dengan metanol (4:0,5) pada pebandingan ini menghasilkan

noda hamper sama dengan percobaan pertana, noda antara sampel dan noda standar sudah bersatu

dan tidak bisah dibedakan lagi, dikarenakan perbandigan eluen sangat jauh.

Gambar 2

perbandingan 4 : 0,5

Perbandingan ke tiga antara eluen dietil eter dan metanol (8:0,5) yang menghasilkan noda yang

tidak baik seperti gambar. Dikarenakan perbandindan eluen antara eluen polar dan non-polar yang

sangat jauh.

Gambar 3

perbandingan 8 : 0,5

Perbandingan antara eluen kloroform dengan metanol (5:1) yang menghasilkan noda yang tidak

beraturan atau bentuk noda yang tidak baik dikarenakan perbandingan eluen tidak sesuai atau setara.

Perbandingan eluen polar dan non-polar sangat berpengaruh pada noda sehingga noda yang

dihasilkan sesuai dengan perbandingan eluen yang dipakai.

Page 20: Percobaan v Ddpa

Gambar 4 perbandingan 5 : 1

Perbandingan antara kloroform dengan metanol (15:1) yang menghasilkan noda yang paling baik

diantara perbandingan lain karena kedua eluen yang dipakai adalah eluen non-polar, sehingga noda

yang dihasilkan teratur atau baik.

Gambar 5

perbandingan 15 :1

Perbandingan kloroform dengan metanol (25:1) noda yang dihasilkan kurang baik kerana antara

noda sampel dan noda standar bersatu atau berdempetan.

Gambar 6

perbandingan 25 : 1

Perbandingan eluen kloroform dengan dietil eter menghasilkan noda yang jalannya teratur tetapi

bentuk noda yang dihasilkan tidak teratur sehingga tidak baik digunakan untuk metode kolom.

1:1 1:2

1:3

Dari hasil yang diperoleh perbandindgan yang sanggat baik itu ialah antara eluen kloroform dan

methanol ( 15 ; 1 ) dimana eluen tersebut menghasilkan noda yang sangat baik dan membawa noda

sapai pada standar. Sedangakan untuk eluen yang tidak baik ialah perbandingan eluen antara dietil

eter dan metanol karena perbedaan eluen polar dgn non-polar tidak berbeda jauh sehingga eluen

Page 21: Percobaan v Ddpa

tersebut membawa noda sampel maupun noda standar sampai pada tanda batas tetapi letak dari noda

baik noda sampel maupun noda standar tidak sejajar serta bentuk dari noda tidak teratur.

H. KESIMPULAN

Dari hasil yang didapatkan bahwa kurkumin terdapat pada perbandingan yang ke 5 dimana

perbandingan pelarut atara kloroform : metanol (15:1), yang menghasilkan noda yang baik pada

metode KLT.

Page 22: Percobaan v Ddpa