PERCOBAAN v- (Adsorpsi Pada Larutan)

41
Abstrak Telah dilakukan percobaan yang berjudul berjudul “ Adsorpsi pada larutan” bertujuan untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu larutan fluida akan lebih terkonsantrasi pasa permukaan padatan teretentu (adsorben). Prinsip percobaan ini adalah gaya van der waals yang merupakan gaya tarik menarik antara atom atau molekul yang diungkapkan dalam suku a/v 2 . Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengenceran, dan titrasi. Hasil yang diperoleh adalah X 1 = 0,107 gram pada CH 3 COOH 1 N; X 2 = 0,075 gram pada CH 3 COOH 0,8 N; X 3 = 0,0436 gram pada CH 3 COOH 0,6 N; X 4 = 0,0157 gram pada CH 3 COOH 0,4 N; X 5 = 4,56 x 10-3 gram pada CH 3 COOH 0,2 N; X 6 = 9,9 x 10-3 gram pada CH 3 COOH 0,1 N. 1

description

Merupakan laporan praktikum kimia fisik

Transcript of PERCOBAAN v- (Adsorpsi Pada Larutan)

PERCOBAAN 2

Abstrak

Telah dilakukan percobaan yang berjudul berjudul Adsorpsi pada larutan bertujuan untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu larutan fluida akan lebih terkonsantrasi pasa permukaan padatan teretentu (adsorben). Prinsip percobaan ini adalah gaya van der waals yang merupakan gaya tarik menarik antara atom atau molekul yang diungkapkan dalam suku a/v2. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengenceran, dan titrasi. Hasil yang diperoleh adalah X1 = 0,107 gram pada CH3COOH 1 N; X2 = 0,075 gram pada CH3COOH 0,8 N; X3 = 0,0436 gram pada CH3COOH 0,6 N; X4 = 0,0157 gram pada CH3COOH 0,4 N; X5 = 4,56 x 10-3 gram pada CH3COOH 0,2 N; X6 = 9,9 x 10-3 gram pada CH3COOH 0,1 N.

PERCOBAAN 2ADSORPSI PADA LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN1.1 Mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorpsi.II. DASAR TEORI

2.1 Adsorpsi

Adsorpsi merupakan suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada padatan dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan tersebut. Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan terakumulasi, fenomena tersebut merupakan adsorpsi. Jadi, terkait dengan penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi, dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membran suatu larutan.(Robert, 1981)

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat kedalam atau permukaan adsorben. Nilai suatu adsorben tergantung pada hal-hal berikut ini :

Luas permukaan

Temperatur

Konsentrasi masing-masing

Tekanan

Macam adsorben

Macam zat yang akan diadsorpsi

Misalkan zat padat akan cenderung menarik molekul-molekul yang saling tarik menarik dengan gaya Van Der Waals. Semakin besar luas permukaan suatu adsorben maka kemampuan untuk adsorpsinya juga semakin tinggi. Makin banyak zat yang diadsorpsi tergantung besarnya konsentrasi larutan. Sifat adsorpsi pada permukaan zat padat sangatlah selektif, artinya bahwa pada campuran zat, hanya suatu komponen yang disdsorpsi oleh zat padat tertentu. Pengaruh konsentrasi larutan terhadap adsorpsi dapat dinyatakan sebagai berikut :

= k.Cn

log = log (k.Cn)

log () = log k + log Cn

log () = log k + n log C

Keterangan:

x = berat zat yang diadsorpsikan

m = berat adsorpsi

C = konsentrasi zat dalam larutan

n,k = tetapan adsorpsi

Adsorpsi banyak dijumpai dalam keidupan sehari-hari. Adapun contoh dan peristiwa adsorpsi seperti pada penjernihan air, pemulihan gula, kromatografi, dan dalam bentuk kosmetik, seperti ammonium klorida yang digunakan untuk bahan deodorant yang berfungsi mengadsorpsi protein dalam keringat sehingga menghambat produk dari kelenjar keringat.(Underwood, 1994)

2.2 Adsorpsi Larutan

Adsorpsi larutan zat terlarut dan larutan oleh permukaan padatan, biasanya hanya membuat monolayer. Pembentukan multilayer pada adsorpsi semacam ini, jarang ditemukan. Adsorben polar cenderung untuk mengadsorpsi adsorbat polar secara kuat dan mengadsorpsi adsorbat nonpolar secara lemah.

Baik Isoterm Langmurr maupun Isotherm Frendish dapat diterapkan pada jenis adsorpsi itu. Bentuk kedua persamaan itu adalah sebagai berikut : = k.

Dimana,

X = jumlah zat terlarut yang teradsorbsi padatan bermassa m

C = konsentrasi larutan pada kesetimbangan

a,n,k = konstanta

max = kapasitas monolayer

(Alberty, 1987)

2.3 Adsorpsi oleh Zat Padat

Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat, karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada prmukaan zat padat. Energi potensial permukaan dan molekul turun dengan mendekatnya molekul ke permukaan. Molekul yang teradsorpsi dapat dianggap membentuk fase dua dimensi. Dalam fasa dua dimensi molekul dapat mempertahankan dua derajat kebebasan.

(Alberty, 1987)2.4 Adsorpsi Pada Zat Padat Berpori

Adsorpsi berpori dapat terjadi, apabila adsorben dapat berkondensasi dalam pori-pori. Proses ini dapat disebut kondensasi kapiler dan bila terjadi, maka akan tampak histens dalam isotherm adsorbsinya. Suatu cairan terkondensasi dalam kapiler pada tekanan yang kurang dari tekanan uap adsorben pada suhu percobaan adsorpsi.(Alberty, 1987)

2.5 Adsorpsi Fisika (Fisiorpsi)

Adsorpsi fisika terjadi apabila gaya intermolekuler lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang relative lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Gaya ini disebut gaya Van Der Waals, sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben. Panas adsorpsi rendah, berlangsung cepat, dan kesetimbangan adsorpsi bersifat reversible (dapat bereaksi balik), dan dapat membentuk lapisan jamak (multilayer). Contoh : adsorpsi gas pada choncosl.

(Sukardjo, 1997)

2.6 Adsorpsi Kimia (Kimisorpsi)

Adsorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben, dimana terbentuk ikatan kovalen dengan ion. Adsorbsi ini bersifat tidak reversible dan hanya membentuk lapisan (monolayer). Umumnya terjadi pada temperatur tinggi, sehingga panas adsorpsi tinggi. Adsorpsi ini terjadi dengan pembentukan senyawa kimia, hingga ikatannya lebih kuat. Contoh : adsorpsi O2 pada Hg, HCl, Pt, C.

(Sukardjo, 1997)

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi

2.7.1 Adsorben

Tiap jenis adsorben punya karakteristik tersendiri, artinya sifat dasar dari adsorben yang berperan penting.

2.7.2 Adsorbat

Dapat berupa zat padat elektrolit maupun non-elektrolit. Untuk zat elektrolit adsorpsinya besar,karena mudah mengion, sehingga antara molekul-molekulnya saling tarik menarik, untuk zat non-elektrolit adsorpsinya sangat kecil.

2.7.3 Konsentrasi

Makin tinggi konsentrasi larutan, kontak antara adsorben dan adsorbat akan makin besar, sehingga adsorpsinya juga makin besar.

2.7.4 Luas Permukaan

Semakin luas permukaan adsorben, gaya adsorpsi akan besar sebab kemungkinan zat untuk diadsorpsi juga makin luas. Jadi, semakin halus suatu adsorben, maka adsorpsinya makin besar.2.7.5 Temperatur

Temperatur tinggi, molekul adsorbat bergerak cepat, sehingga kemungkinan menangkap atau mengadsorpsi molekul-molekul semakin sulit.

(Alberty, 1987)

2.8 Tingkat Adsorpsi

Tingkat penentuan permukaan biasanya dinyatakan sebagai penutupan terfraksi Q. Jumlah tempat adsorpsi yang terisi

Q=

Jumlah tempat adsorpsi yang tersedia

Laju adsorpsi Q merupakan laju perubahan penutupan, permukaan dan dapat ditentukan dengan mengamati perubahan penutupan terfraksi terhadap waktu. Diantara teknik utama untuk mengukur Q adalah metode aliran. Dalam, metode ini sendiri sebagai pompa karena adsorpsi menghilang partikel dari gas.(Atkins, 1994)

2.9 Jenis Adsorben

2.9.1 Berdasarkan sifatnya terhadap air

Hidrofobik : polimer karbon aktif, tersusun dari molekuler steve karbon, silikat

Hidrofilik : silica gel, alumina aktif, berstruktur zeolit : 3A (RA),4A (NaA, SA (CaA),13 X (NaX, Modernite, Chabazite).

2.9.2 Berdasarkan bahannya

Adsorben organik : berasal dari bahan-bahan yang mengandung pati. Bahan yang sering digunakan ialah gfanyang, singkong, jagung, gandum. Kelemahannya sangat bergantung pada kualitas tumbuhan.

Adsorben Anorganik : berasal dari bahan non pangan, sehingga tidak terpengaruh oleh ketersediaan pangan dan kualitas cenderung sama. Contoh : silica gel.

2.9.3 Berdasarkan Ukuran Pori

Mikropori : berdiameter > 2nm

Super imposed wall

Mesopori : diameter 2nm < w < 50 nm

Kondensasi kapiler

Makropori : diameter w > 50 nm

Efektif pada dinding tipis

(Atkins, 1997)

2.10 Karakteristik Adsorben

Selama bertahun-tahun adsorben yang paing lazim adalah zat padat yang secara kasar dapat diartikan sebagai polar. Ini mencakup bahan-bahan organik seperti kalsium dan magnesium karbonat, gel silica, dan aluminium oksida. Demikian pula zat-zat seperti gula, pati, dan selulosa. Adsorben semacam itu memperagakan afinitas terhadap zat pelarut polar yang besar, terutama jika polarisasi pelarutnya rendah.Berdasarkan pendalaman dengan sistem. Sistem semacam ini, muncul beberapa aturan umum, yaitu :

a. Bila semua atau yang lain sama, makin polar suatu senyawa akan makin kuat teradsorpsinya

b.Faktor-faktor lain sama, bobot molekuler tinggi menyebabkan adsorpsinya

c.Makin polar pelarutnya akan makin besar kecendrungan untuk menghuni letak-letak pada permukaan bersaing dengan zat terlarutnya dan karenanya zat terlarut itu akan kurang teradsorpsi.

(Underwood, 1990)

2.11 Penentuan Wilayah Adsorben

Ketika adsorpsi sempurna, yaitu bila ada adsorpsi dan adsorben mencapai maximum pada lapisan monomolekul maka wilayah adsorben dapat ditentukan. Ketika monomolekul dapat diadsorpsi, hal ini menunjukkan bahwa luas wilayah adsorben sama dengan jumlah total luas wilayah molekul yang teradsorbsi. Pada molekul gas penentuan wilayah teradsorbsi sangat sederhana. Tetapi bila molekul teradsorbsi berupa asam karbosiklik, strukturnya jauh lebih rumit. Meski demikian, penyelidikan tentang adsorpsi dan rantai lurus asam mono karbosiklik menunjukkan bahwa jumlah mol asam yang teradsorpsi tergantung dari panjang rantainya. Daerah tertentu suatu adsorben dapat dihitung dengan:

S = Aa . NA . maxDimana : S = daerah spesifik adsorben (m2/g)

Aa = daerah melintang dari rantai lurus asam (m2)

NA = tetapan bilangan Avogrado

(Atkins, 1997)

2.12 Isoterm Adsorpsi

Gas bebas dan gas terabsorpsi berada dalam kesetimbangan dinamika dan penutupan terfraksi permukaan, bergantung pada tekanan gas pelapis. Ketergantungan Q pada tekanan dan temperature tertentu, disebut isotherm adsorpsi.

(Atkins, 1997)

Zat yang diadsorpsi mempunyai ukuran partikel yang sama, memiliki permukaan yang tetap per-unit berat, diharapkan bahwa jumlah adsorbannya pada konsentari yang tetap dan temperature akan tepat untuk massa dari zat yang diadsorpsi yaitu x per-unit dari massa adsorpsi massa m.

Maka, untuk menentukan adsorben dengan pada konsentrasi tetap dan temperatur yang pasti. Kurva resultannya disebut Adsorpsi isotherm, sedangkan untuk adsorpsi gas tingkat adsorpsinya sesuai dengan tingkat adsorpsinya sesuai dengan tingkat adsorpsi.

K1 P(1-Q) = tingkat adsorpsi

Dengan Q adalah fraksi dari permukaan yang diisi, tingkat permurnian adsorpsi akan sesuai dengan Q.

Q= (Harrizul, 1950)2.13 Isoterm Langmuir

Persamaan adsorpsi dicapai dengan cara kinetik, tergantung persamaan laju kondensasi dan penguapan molekul teradsorpsi dengan permukaan pada kinetic derivative, yang mendukung adalah Langmuir tahun 1918 tertulis terpisah pada tingkat evaponasi dan kondensasi.

Sumber terbagi atas bagian dari S yaitu Si dan So = S - Si adalah bebas, tingkat evaporasi Si Si . Ki dan Ki . Si = K2 . P . So = K2 . P . C . S.

persamaan fraksi dari permukaan dapat dituliskan sebagai berikut : =(Atkins, 1997)Langmuir Isoterm dalam bentuk Eg, umumnya lebih sukses dalam menginterprestasikan data daripada isotherm Freundlich. Jika hanya sebuah monolayer terbentuk. Plot dari versus p seperti garfik berikut:

g

Pada tekanan rendah, Kp1 sehingga 1. Permukaan ini hamper seluruhnya tertutup oleh monomolekuler, layer pada tekanan tinggi, mengakibatkan perubahan tekanan yang membuat sedikit perubahan jumlah zat.(Robert, 1981)

2.14 Teori Langmuir

Persamaan adsorpsi dicapai dengan cara kinetik, tergantung persamaan laju kondensasi dan penguapan molekul adsorpsi dengan permukaan pada kinetik derivative, yang mendukung adalah Langmuir tahun 1918 tertulis terpisah pada tingkat evaporasi dan kondensasi.

Sumber terbagi atas bagian dari S yaitu Si dan So = S - Si adalah bebas, tingkat evaporasi Si Si . Ki dan Ki . Si = K2 . P . So = K2 . P . C . S.

S1 = persamaan fraksi dari permukaan dapat dituliskan sebagai berikut :

S

= , dimana K =

(Atkins, 1997)

Langmuir Isoterm dalam bentuk Eq, umumnya lebih sukses dalam menginterpretasikan data daripada isoterm freundlich. Pada tekanan rendah, Kp > 1 sehingga 1. Permukaan ini hampir seluruhnya tertutup oleh monomolekuler, layer pada tekanan tinggi, mengakibatkan perubahan tekanan yang membuat sedikit perubahan jumlah zat.

(Robert, 1981)

2.15 Persamaan Freundlich

Salah satu cara mudah untuk mendeskripsikan adsorpsi isotherm dalam persamaan matematika adalah dengan persamaan Freundlich :

Y = K . C Dimana Y mol adsorbat per massa adsorben, C konsentrasi (mol/L) serta dan n adalah tetapan adsorbansi.

(Atkins, 1997)2.16 Gaya Van der WaalsGaya tarik antara atom atau molekul ini diungkapkan dalam suku a/v2. Gaya ini jauh lebih lemah dibandingkan gaya yang timbul karena ikatan valensi dan besarnya ialah 10-17 kali jarak antara atom-atom atau molekul-molekul. Gaya ini menyebabkan sifat tak ideal pada gas dan menimbulkan energi kisi pada Kristal molekuler.

(Daintith, 1994)

2.17 Titrasi

Titrasi adalah proses menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis prosedur dalam analisis dengan larutan yang konsentrasinya diketahui.(Underwood, 1986)2.18 Analisa Bahan2.18.1 NaOH

Padatan putih

Bersifat sangat korosif dan higroskopis

Titik leleh 318oC dan titik didih 134oC

Larutan dalam air bersifat basa kuat

(Daintith, 1994)

2.18.2 CH3COOH

Larutan tak berwarna namun berbau menyengat

Titik didih 118,5oC dan titik leleh 17oC

Kadar murni 99,59%

Merupakan asam organik

(Daintith, 1994)

2.18.3 Aquades

Cairan jernih dan tidak berbau

Titik leleh 0oC dan titik didih 100oC

Densitas 1 g/mL

Digunakan sebagai pelarut universal

(Mulyono, 2005)

2.18.4 Karbon aktif

Bentuk berpori dari karbon yang dihasilkan melalui jalan penyaringan destritif bahan organik

Digunakan untuk menyerap gas dan menjernihkan.

(Daintith, 1994)

2.18.5 Phenolphtalein

Trayek pH antara 8,5 11

Tidak berwarna dalam larutan asam dan berwarna merah muda dalam larutan basa

Larut dalam alkohol

Digunakan sebagai indikator asam basa

(Mulyono, 2005)III.METODE PERCOBAAN3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat Erlenmeyer

- Kertas saring

Buret

- Labu ukur

Corong kecil

- Kertas penutup

Gelas ukur

3.1.2 Bahan

Larutan CH3COOH 1N Larutan standar NaOH 0,5N

Indikator PP

Karbon aktif

3.2 Gambar alat Erlenmeyerburetcorong

labu ukurgelas ukur kertas saring3.3 Skema kerja3.3.1 Pengenceran

Larutan CH3COOH 1N

Gelas beker

Pengenceran menjadi CH3COOH 0,8 N; 0,6 N; 0,4 N; 0,2 N; 0,1 N

Hasil

3.3.2 Penitrasian

25 mL CH3COOH dengan berbagai konsentrasi

Erlenmeyer

penambahan indikator PP

penitrasian dengan NaOH 0,5 N

Hasil

3.3.3 Pengadsorbsian

25 mL CH3COOH berbagai konsentrasi

Erlenmeyer

penambahan 1 gram adsorban

Pengocokan

penutupan dengan kertas saring

pendiaman 24 jam

Penyaringan

Filtrateresidu

pengambilan 10 mL

10 mL larutan filtrate

Erlenmeyer

Penambahan indikator PP

penitrasian dengan NaOH 0,5 N

Hasil

IV.DATA PENGAMATANDATAmL NaOH

C(Konsebtrasi CH3COOH)Titrasi 1Titrasi 2

112.54.4

0.810.53.5

0.68.22.6

0.451.5

0.22.70.8

0.11.40.3

GRAFIK PERBANDINGAN ZAT ADSORPSI DENGAN KONSENTRASI

Analisa grafik

Dari perhitungan yang diperoleh, persamaan grafik yaitu y = 2,04x 0,971. Hasil ini sedikit berbeda dengan persamaan yang diperoleh berdasarkan grafik diatas yaitu Y=2,041x-0.947. Perbedaan itu terletak pada nilai C (konsentrasi), dimana C=log K

GRAFIK PERBANDINGAN ZAT ADSORPSI DENGAN KONSENTRASI

Analisa grafik :

Dari perhitungan yang diperoleh, persamaan grafik yaitu Y=-82,52x+91,865.

Hasil ini sedikit berbeda dengan persamaan yang diperoleh berdasarkan grafik diatas yaituY=-85.52+76,69. Perbedaan itu terletak pada nilai C dimana C=log K

V.HIPOTESIS

Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorpsi. Pada percobaan 2 yang berjudul, Adsorpsi pada Larutan, bertujuan untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorpsi. Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan pada permukaan suatu adsorben, sehingga dapat diketahui volume adsorben, kemudian dapat dihitung konsentrasinya. Semakin besar konsentrasi, makin banyak zat yang diadsorpsi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

VI. PEMBAHASAN

Percobaan yang berjudul Adsorpsi pada larutan bertujuan untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorpsi.

Adsorpsi adalah suatu proses diman satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu larutan fluida akan lebih terkonsentrasi pada permukaan padatan teretentu (adsorben). Prinsip percobaan ini adalah gaya van der waals yang merupakan gaya tarik menarik antara atom atau molekul yang diungkapkan dalam suku a/v2. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengenceran dan titrasi.

Perlakuan awal pada percobaan ini larutan CH3COOH 1N diencerkan menjadi 0,8 N ; 0,6 N; 0,4N; 0,2N; 0,1N masing-masing sebanyak 50 mL Yang kemudian dibagi menjadi 2 bagian masing-masing 25 mL . Tujuan pengenceran ini untuk mendapatkan CH3COOH dengan berbagai konsentrasi agar dapat diketahui pengaruh konsentrasi terhadap massa zat yang teradsorpsi. Semakin besar konsentrasi adsorbat maka semakin besar zat yang teradsorpsi. Kemudian 25 mL larutan dari berbagai konsentrasi tersebut dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,5 N. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Zat yang sudah diketahui konsentrasinya disebut titran yang dalam percobaan ini yaitu NaOH 0,5 N, sedangkan zat yang akan dicari konsentrasinya disebut titrat yang dalam percobaan ini yaitu CH3COOH. Tujuan dari titrasi yaitu untuk mendapatkan konsentrai CH3COOH sebenarnya. Sebelum dititrasi, larutan CH3COOH ditambahkan indicator pp yang bertujuan agar pada saat titik ekuivalen terpenuhi yang berhimpitan dengan titik akhir dapat teramati dengan jelas perubahan warnanya dari tak berwarna menjadi merah muda. Menggunakan indicator pp karena indicator pp mempunyai trayek pH antara 8,3 10 , sehingga pada saat diteteskan pada larutan asam CH3COOH akan tak berwarna sedangkan pada akhir titrasi akan berwarna merah muda karena titran telah bersifat basa. Titik ekuivalen yaitu suatu keadaan saat mol asam sama dengan mol basa, yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada titran.

Mekanisme yang terjadi pada saat perubahan warna indicator pp yaitu:

Tahap selanjutnya yaitu proses adsorpsi. 25 mL Larutan CH3COOH dari tiap-tiap konsentrasi ditambahkan 1 gram adsorben yang berupa karbon aktif kemudian dikocok dan ditutup dengan kertas dan didiamkan selama 45 menit. Pendiaman ini dilakukan supaya adsorpsi terjadi secara sempurna. Proses adsorpsi pada CH3COOH terjadi karena adanya kontak permukaan padatan dari karbon aktif (adsorben) dengan larutan CH3COOH. Permukaan karbon aktif cenderung dapat mengikat CH3COOH karena adanya gaya van der waals. Adsorpsi ini termasuk jenis adsoprsi fisika karena prosesnya terjadi pada temperature rendah. Selain itu reaksiya berlangsung cepat dan reversible yang terjadi akibat adanya interaksi tarik-menarik antar molekul adsorbat dan adsorben(gaya van der waals). Berbeda dengan adsorpsi kimia yang melibatkan gaya yang jauh lebih besar karena adanya ikatan kimia dan bersifat irreversible.

(Atkins, 1995)

Tahap-tahap penyerapan karbon aktif terhadap zat terlarut sebagai berikut :

1. Zat teradsorpsi berpindah dari larutannya menuju lapisan luar dari adsorben (karbon aktif).

2. Zat teradsorpsi diserap oleh permukaan karbon aktif.

3. Zat teradsorpsi akhirnya diserap oleh permukaan dalam atau permukaan porous arang.

(Wikipedia.org)

Adapun factor-faktor yang menyebabkan daya serap karbon aktif adalah :

1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada permukaan karbon aktif sehingga menimbulkan gaya kapiler yng menyebabkan adanya daya serap.

2. Adanya permukaan yang luas (300-350 cm2/g) pada karbon aktif sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang besar

(Wikipedia.org)

Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Adsorpsi terjadi karena zat padat dan zat cair mempunyai gaya tarik ake arah dalam pada moleul-molekul yang ada di permukaannya sehingga tidak ada gaya yang mengimbanginya, hal ini mengakibatkan penyerapan hanya terjadi pada permukaan zat saja. Sedangkan absorpsi proses penyerapannya terjadi sampai ke dalam absorben.

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbs antara lain :

1. Adsorben

Sifat dasar dari suatu adsorben sangat berperan penting.

2. Adsorbat

Untuk zat yang elektrolit, adsorbsi besar karena mudah mengion,sedangkan untuk zat non elektrolit adsorbsinya kecil.

3. Konsentrasi zat terlarut

Semakin tinggi konsentrasi, adsorbsinya juga semakin besar.

4. Temperature

Semakin tinggi temperature maka semakin sulit adsorbsinya.

5. Berat Molekul zat terlarut

Kecepatan adsorsi berbandingterbalik dengan kenaikan berat molekul zat terlarut.

6. Luas permukaan

Semakin luas permukaan adsorben, gaya adsorpsinya makin besar

(Alberty, 1987)

Setelah pendiaman selama 45 menit larutan disaring. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan antara adsorben(karbon aktif) dengan adsorbatnya(CH3COOH). Filtrat hasil penyaringan dititrasi dengan NaOH agar dapat diketahui jumlah CH3COOH sisa, dilakukan dengan meninjau jumlah volume NaOH yang diperlukan hingga mencapai titik akhir titrasi. Jumlah CH3COOH yang teradsorpsi dapat dihitung dengan cara menghitung selisih volume NaOH sebelum dan setelah adsorpsi dengan persamaan:

Ket: x = Volume NaOh sebelum adsorpsi

y = volume NaOH setelah adsorpsi

N = Normalitas CH3COOH

Berat CH3COOH yang teradsorpsi diperoleh :

X1 = 0,107 gram pada CH3COOH 1 N

X2 = 0,075 gram pada CH3COOH 0,8 N

X3 = 0,0436 gram pada CH3COOH 0,6 N

X4 = 0,0157 gram pada CH3COOH 0,4 N

X5 = 4,56 x 10-3 gram pada CH3COOH 0,2 N

X6 = 9,9 x 10-3 gram pada CH3COOH 0,1 N

VII. KESIMPULAN

7.1 Adsorpsi hanya tergantung pada permukaannya.

7.2 Semakin tinggi konsentrasi, adsorpsi yang terjadi juga semakin besar.

7.3 Persamaan yang didapat dari :

grafik I y = -82.52x + 76.69, R = 0.666

grafik II y = 2.041x - 0.947,R = 0.998

7.4 Jumlah zat yang teradsorpsi dapat ditentukan dan dihitung dari proses titrasi dengan perhitungan selisih antara voliume titran awal yang digunakan dengan volume titran akhir dikali dengan konsentrasi asam saetat yang telah diadsorpsi.

7.5 Tetapan adsorpsi dapat ditentukan dari persamaan isotherm Langmuir jika variable dari konsentrasi setelah adsorpsi.

7.6 Adsorpsi akan cepat terjadi apabila ada pengaruh yang kuat dari adsorpbannya seperti konsentrasi, temperature, luas permukaan, dan adsorpben.

DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R.A., 1987, Physical Chemistry, 7th, John wiilley and Sons

Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisik II, edisi keempat, Erlangga, Jakarta

Daintith, J., 1994, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta

Harrizul, R., 1955, Asas Pemeriksaan Kimia, UI. Press, Jakarta

Mulyono, H.A.M., 2005, Kamus Kimia, Ganesindo, Jakarta

Robert, 1981, Physical Chemistry, Academic Press, USA

Sukardjo, 1985, Kimia Anorganik, Bina Aksara, Jogjakarta

Underwood, 1986, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta

LEMBAR PENGESAHANMengetahui,

Semarang,23 Desember 2009Asisten

Ade Rahmani

J2C006001

Praktikan

Ade Novianti N.R

Adi SaputroJ2C008001

J2C008002Alfonsa Juwita

RAmalia F.FJ2C008003

J2C008004Amar Hidayat

Anita VJ2C008005

J2C008006Baiq Daraquthni W

Chalida ZJ2C008008

J2C008009Agus Ria M

Aji PutroJ2C008080

J2C008081LAMPIRAN

Perhitungan:

DATAmL NaOH

C(Konsebtrasi CH3COOH)Titrasi 1Titrasi 2

112.54.4

0.810.53.5

0.68.22.6

0.451.5

0.22.70.8

0.11.40.3

Jumlah asam asetat teradsorpsi oleh adsorben adalah:

-3 -4CX=log CY=log

X2x.y

10.1070-0.97100

0.80.0735-0.097-1.1339.41x10-30.109

0.60.0436-0.221-1.3610.0480.301

0.40.0157-0.397-1.8040.1570.716

0.24.56x10-3-0.699-2.340.4881.63

0.19.9x10-4-1-3.00413.004

=-2.414=-10.613=1.703=5.760

m= = = = = 2.04

Y = mx + c

Log = n log k + log k

-0.971 = 0 + log k

Log k = -0.971

K = 0.107 =>Y = 2,04x 0,971(persamaan I)

Y=x=cx2x.y

9.345119.345

10.8840.80.648.707

13.7610.60.368.256

25.4770.40.1610.191

43.860.20.048.772

101.010.10.0110.101

=-3.1=2.21=55.372

m = = = = = -82.52

y = mx + C

9.345 = -82.52x1+C

9.345 + 82.52 = C

C = 91.865

C= => a= = 0.01

m = => b = m.a

= -82.52 x 0.01

= -0.825

Y=-82,52x+91,865 (persamaan II)

1

_1322215007.unknown

_1322215008.unknown

_1322214248.unknown