PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

77
PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN PUTRI KELUARGA BATAK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh: Yohana Tarigan 159114117 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

Page 1: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN PUTRI

KELUARGA BATAK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Yohana Tarigan

159114117

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMしAJA PUTRA

DAN PUTRI KELUARGA BATAK

SKRIPS量

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA

DAN PUTRI KELUARGA BATAK

SKRIPSI

Penguji 3 Monica E. Madyaningnm, M.Psych., Ph.D.

Yogyakarta, 10 Juni 2021

‥皿

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

iii

HALAMAN MOTTO

“ Bertahanlah ! Karena hari-hari baik akan segera datang ”

-Dinner Mate

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk Tuhan Yesus yang masih dan selalu menerima diriku, yang memahami isi

pikiran dan keresahanku, yang selalu turut ambil bagian disetiap rencana yang

masih kuharapkan dan yang telah terwujud,

Untuk keluargaku yang selalu menunggu dan mendampingiku,

Untuk Pak Pratik yang tidak jenuh memberikan solusi dan pengetahuan baru di

sepanjang proses perjalanan studiku,

Untuk sekitarku yang masih belum menemukan jawaban mengenai makna atas

hidup ini,

Untuk diriku sendiri yang akan selalu terus bertahan,

Terima kasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 April 2021

Penulis

Yohana Tarigan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

vi

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN PUTRI

KELUARGA BATAK

Yohana Tarigan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kemandirian remaja laki-laki

dan perempuan berusia 15-18 tahun yang berasal dari keluarga Batak di kota Pematang Siantar.

Hipotesis pada penelitian ini perempuan lebih mandiri dibandingkan dengan laki-laki pada siswa-

siswi yang berasal dari keluarga Batak. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain

penelitian ini berupa kausal komparatif dengan jumlah partisipan sebanyak 214 orang. Alat

pengumpul data menggunakan skala berbentuk kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan

tiga aspek teori kemandirian Steinberg dengan pengukuran skala Likert. Reliabilitas skala

kemandirian ini sebesar 0.690. Teknik uji hipotesis menggunakan uji perbedaan mean Mann

Whitney U Test. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ditolak (sig = 0.627

dengan p ≥ 0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap tingkat

kemandirian antara remaja kelompok laki-laki dan perempuan dalam keluarga Batak.

Kata kunci : Kemandirian, Remaja, Keluarga Batak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

vii

THE DIFFERENCES IN THE LEVEL OF AUTONOMY OF TEENS

MALE AND FEMALE IN BATAK’S FAMILY

Yohana Tarigan

ABSTRACT

This study aimed to reveal the differences in the level of autonomy of teens male and female among

15-18 years old who come from Batak’s family in Pematang Siantar. The hypothesis of this study

was that female has more autonomy than male in students who came from Batak’s family. The

participants were 214 students who have aged 15-18 years old from high school at Pematang

Siantar. The method of this study was quantitative with causal comparative design. The method of

data collection in this study used form of a questionnaire compiled by researcher based on the three

aspects of Steinberg's theory of autonomy with used Likert model scale. The autonomy scale got

reliability was 0.690. The hypothesis test technique used the mean difference of Mann Whitney U

Test. The result of the hypothesis test showed this study hypothesis is rejected (sig = 0.424 with p ≥

0.05). It means that there is no significant difference to the level of autonomy between groups of

teens male and female in Batak’s family.

Keyword :Autonomy, Teens, Batak’s family

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Yohana Tarigan

Nomor Mahasiswa : 159114117

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Perbedaan Tingkat Kemandirian Remaja Putra Dan Putri Keluarga Batak

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-

ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-

berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tan-

gan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin

pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 26 April 2021

Yang menyatakan

( Yohana Tarigan )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

ix

KATA PENGANTAR

Selama proses penelitian, peneliti mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas penyertaan-Nya dalam menyelesaikan skripsi. Saya mengucapkan terima

kasih banyak kepada instansi pendidikan terutama para guru dan staf administrasi

di Sekolah Menengah Atas kota Pematang Siantar yang telah memberikan akses

kepada saya untuk mengumpulkan data penelitian. Tak lupa juga, saya

mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh responden yang turut membantu

mengisi skala penelitian skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini memiliki

kekurangan, namun hal tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

Dalam proses pengerjaan skripsi, terdapat banyak pihak yang berperan

mendukung dan membantu penyelesaian skripsi ini, Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Saya berterima kasih kepada Yesus Kristus yang senantiasa memberikan

berkat yang baik kepada saya, mengingatkan sekaligus menegur saya untuk

terus tumbuh dan berkembang dalam melakukan tanggungjawab saya

selaku mahasiswa. Sehingga saya tetap memiliki semangat dan energi

positif dalam proses pengerjaan skripsi saya ini dan pada akhirnya mampu

saya lewati dengan baik.

2. Bapak, Mamak dan Kakak saya yang senantiasa mengingatkan saya untuk

segera menyelesaikan skripsi saya. Mereka juga yang tetap sabar

mendukung dan membiayai perkuliahan saya. Saya sangat bersyukur

memiliki adik laki-laki yang menjadi alasan saya untuk segera lulus dan

terus mengerjakan skripsi ini sampai akhirnya saya menyelesaikannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

x

3. Alm. Tarean Tarigan selaku kakek saya yang telah memberikan banyak

nasehat hidup kepada saya selama saya bersekolah dulu sampai akhirnya

saya mempratekkannya dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan

Dosen Pendamping Akademik yang telah memberikan banyak waktu dan

tenaga dalam membimbing, mengoreksi dan memberikan banyak ilmu serta

saran selama saya berkuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

5. Seluruh dosen yang telah menerima saya untuk berdikusi dan memberikan

ilmu baru dalam pembelajaran selama saya berkuliah di Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

6. Kepada seluruh responden yang telah bersedia membantu dalam mengisi

kuesioner penelitian, saya mengucapkan terima kasih banyak. Karena tanpa

mereka, penelitian ini tidak akan selesai. Saya juga mengucapkan terima

kasih kepada instansi pendidikan terutama para guru dan staf administrasi

di Sekolah Menengah Atas kota Pematang Siantar yang telah memberikan

akses kepada saya untuk mengumpulkan data penelitian.

7. Gines Ayu Febriyanti selaku teman seperjuangan saya sejak semester satu

hingga sekarang yang selalu memberikan dukungan moral, mendengarkan

keluh kesah saya dan selalu ada menjadi teman diskusi saya selama proses

pengerjaan skripsi ini. Saya bersyukur bisa menjalin relasi pertemanan

selama ini dan selalu saling menguatkan dan menghibur satu dengan yang

lain saat berada di jalan yang buntu.

8. K.Catur Indra Priojeta, S.Psi selaku teman diskusi saya dalam segala hal

baik tentang hubungan pertemanan, keluarga maupun proses pengerjaan

skripsi saya ini. Terima kasih sudah memberikan banyak saran dan solusi

dalam pengerjaan skripsi saya ini. Terima kasih juga telah mengulurkan

tangan, waktu, pundak serta tenaga dalam membantu saya untuk bangkit

berjuang, sehingga pada akhirnya saya mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Antonio Ginting sebagai teman satu daerah yang berasal dari Sumatera

Utara. Terima kasih karena sudah membantu saya dalam bertukar pikiran

terkait skripsi saya ini yang juga menyinggung tentang budaya Batak. Saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

xi

sangat bersyukur mendapatkan ide baru selama berdikusi dan berteman

selama ini. Terima kasih sudah membuat saya tetap merasa bahagia dengan

bahan candaan yang mampu meringankan perasaan stres saya pada saat

proses revisian.

10. Fransisca Pungkas Harmalina, Agatha Desi Vita Pratiwi, Anastasia Arsanti,

Christina Mega Citra dan Bayu Widiantoro Pamungkas selaku teman kuliah

sekaligus teman akrab saya yang saling memberikan dukungan dan menjadi

teman berdiskusi mengenai perkembangan skripsi dan hidup kita masing-

masing. Terima kasih kepada teman-teman saya yang masih meluangkan

waktunya untuk tetap saling bertemu berkomunikasi langsung sehingga

hubungan pertemanan kita masih bertahan hingga sekarang. Semoga kita

bisa saling melengkapi, merangkul dan membantu satu dengan yang lain

dalam kondisi apapun dan dimanapun.

11. Felisitas Vista Mbete selaku teman kos yang selalu menjadi teman saya saat

ingin berdiskusi dan saling memberikan dukungan satu dengan yang lain.

Terima kasih sudah menerima saya untuk merepotkanmu membantu saya

merakit item skala kemandirian saya di skripsi ini.

12. Mei Marini sebagai seorang teman sekaligus saya anggap sebagai kakak

perempuan yang telah sabar menghadapi keluh kesah saya, juga membantu

saya dalam proses pengambilan data, dan banyak memberikan informasi

pengalaman mengenai dunia kerja. Terima kasih mba Mei sudah terlibat

dalam kehidupan kuliah saya.

13. Ricky Nelson Tarigan sebagai abang gereja yang selalu sedia meluangkan

waktu dan telinganya mendengarkan diskusi tentang kesehatan diri dan

skripsi saya ini. Saya merasa dirangkul ketika bertukar pikiran dengan

beliau. Terima kasih untuk nasehat dan pedoman hidup berlandaskan

analogi kekristenan yang telah dilimpahkan kepada saya dalam

mendewasakan pola pikir maupun iman saya. Saya sangat bersyukur

bertemu dan berteman akrab dengan beliau sebagai sosok saudara seiman di

Gereja Batak Karo Protestan Yogyakarta. Meskipun tidak pernah menjalin

komunikasi chat secara intens, saya merasa beliau sosok yang hangat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

xii

mengulurkan tangannya untuk mendengarkan keluh kesah saya. Sehingga

pada akhirnya saya menyelesaikan skripsi ini dengan segala kemampuan

dan usaha saya.

14. Kepada seluruh teman dekat SMA saya yakni Angel Gita Rianida L.Tobing,

Lady Yosephin Purba, Sola Vide Sitompul dan Madeleine Diana Silalahi

yang masih mau berinteraksi dan berdiskusi mengenai drama kehidupan ini,

terima kasih untuk waktu yang kalian sediakan bagi saya dan seluruh

motivasi penguatan secara emosional yang telah disampaikan kepada saya.

Saya bersyukur dikelilingi oleh teman baik seperti kalian.

15. Seluruh pihak yang telah banyak berpartisipasi dalam proses penyusunan

dan penyelesaian skripsi ini sehingga saya dapat melakukannya dengan

baik.

Yogyakarta,

Penulis,

Yohana Tarigan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ................... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. ii

HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

Latar Belakang ......................................................................................................... 1

Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 10

Tujuan Penelitian ................................................................................................... 10

Manfaat Penelitian ................................................................................................. 10

Manfaat Teoritis ..................................................................................................... 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

xiv

Manfaat Praktis ...................................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11

Budaya Batak ......................................................................................................... 11

Dalihan Natolu ...................................................................................................... 13

Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon .................................................................... 13

Pola Asuh Berbasis Budaya Batak ........................................................................ 15

Kemandirian ........................................................................................................... 17

Definisi Kemandirian ............................................................................................ 17

Kemandirian Pada Remaja .................................................................................... 18

Aspek Kemandirian ............................................................................................... 19

Kemandirian Emosional ........................................................................................ 19

Kemandirian Tingkah Laku .................................................................................. 21

Kemandirian Nilai ................................................................................................. 22

Pola Asuh Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ............................. 23

Jenis Kelamin ........................................................................................................ 24

Usia ................................................................................................................ 25

Kerangka Konseptual ............................................................................................. 26

Hipotesis ................................................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 29

Jenis dan Desain Penelitian .................................................................................... 29

Definisi Operasional Variabel ................................................................................ 29

Kemandirian .......................................................................................................... 30

Jenis Kelamin ........................................................................................................ 32

Keluarga Batak ...................................................................................................... 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

xv

Populasi dan Sampel .............................................................................................. 32

Alat Pengumpulan Data ......................................................................................... 33

Skala Kemandirian ................................................................................................ 34

Pemeriksaan Mutu Skala ........................................................................................ 35

Pemeriksaan Validitas Isi ...................................................................................... 35

Pemeriksaan Ciri Psikometrik ............................................................................... 35

Prosedur Penelitian................................................................................................ 41

Teknik Analisis Data .............................................................................................. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 42

Deskripsi Subyek Penelitian .................................................................................. 42

Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................................................... 43

Pembahasan ............................................................................................................ 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 50

Kesimpulan ............................................................................................................ 50

Keterbatasan Penelitian .......................................................................................... 50

Saran ..................................................................................................................... 51

Pelajar ................................................................................................................ 51

Peneliti Selanjutnya ............................................................................................... 51

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 52

LAMPIRAN .......................................................................................................... 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. ................................................................................................................... 31

Aspek Dan Indikator Kemandirian ........................................................................ 31

Tabel 2. ................................................................................................................... 34

Pemberian Penilaian Skala Kemandirian .............................................................. 34

Tabel 3. ................................................................................................................... 34

Blueprint Skala Kemandirian ................................................................................. 34

Tabel 4. ................................................................................................................... 36

Distribusi Item ........................................................................................................ 36

Tabel 5. ................................................................................................................... 39

Struktur Bentuk Final Skala Kemandirian ............................................................. 39

Tabel 6. ................................................................................................................... 43

Deskripsi Statistik Data Kemandirian Dan Hasil Uji One Sample t-Test ............. 43

Tabel 7. ................................................................................................................... 44

Hasil Uji Perbedaan Mean Pada Skala Dan Subskala Antara Kelompok Laki-Laki

(N=45) dan Perempuan (N=169) .......................................................................... 44

Tabel 8. ................................................................................................................... 46

Hasil Uji Beda Mean Jenis Kelamin ...................................................................... 46

Tabel 9. ................................................................................................................... 46

Hasil Uji Mann Whitney Test ................................................................................. 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. ............................................................................................................... 28

Bagan Kerangka Konseptual Perbedaan Tingkat Kemandirian Remaja Putra Dan

Putri Keluarga Batak ............................................................................................. 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Boru ni raja do di au, holan i saut di au, dang adong be na asing, ai boru

batak do au. (Aku hanya puteri raja, itu yang terjadi, tidak ada yang lain, aku hanya

puteri Batak).

Sepotong lirik dan terjemahan lagu di atas menceritakan tentang status

perempuan Batak yang disimbolkan bukan sebagai ratu melainkan hanya sebatas

puteri raja, sedangkan pada status laki-laki disimbolkan sebagai rajanya.

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa kedudukan laki-laki dianggap lebih

tinggi dibandingkan dengan perempuan di kalangan masyarakat (keluarga) Batak.

Hal ini dikarenakan masyarakat Batak menganut budaya kekerabatan patrilineal

yang merupakan kekerabatan yang mengikuti garis keturunan bapak. Dalam

perkawinan pasangan suku Batak sangat diharapkan hadirnya sosok anak laki-laki

di tengah rumah tangga mereka. Hal ini dilakukan agar tetap ada garis keturunan

dari bapak yang sering disebut Marga. Sosok anak laki-laki lah yang akan

membawa marga dari garis keturunan bapak. Harapan orang tua Batak ketika

memiliki anak tidak terlepas dari falsafah 3H yaitu Hamoraon berarti memiliki

kekayaan dan kelimpahan secara materi, Hagabeon berarti memiliki keturunan

laki-laki dan perempuan dan Hasangapon berarti memiliki kehormatan atau

terpandang di masyarakat. Secara kultural konseptualisasi suku Batak mengenai

anak hanya mengacu kepada anak laki-laki dan bukan anak perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

2

2

Sehingga kedudukan anak perempuan dalam keluarga Batak sebatas

memiliki marga dari ayah, mereka tidak dapat membawa marga tersebut ketika

sudah menikah, karena perempuan akan masuk ke dalam kekerabatan suami mereka

(Irianto, 2003). Perjuangan meraih misi budaya 3H ini bertujuan melatih suku

bangsa Batak Toba untuk mandiri dan dinamik (Hutahaean & Agustina, 2020).

Berdasarkan teori perkembangan pada masa remaja, ada beragam tugas dan

tanggungjawab yang akan dialami oleh para remaja, salah satunya ialah

kemandirian (Berk, 2012). Hal ini sejalan dengan misi budaya Batak yang

menginginkan anaknya untuk meraih kemandirian. Masa remaja merupakan masa

peralihan antara masa kanak-kanak dan remaja. Remaja sebaiknya mulai

meninggalkan perilaku atau sifat kekanak-kanakan dan mulai berpikir dengan

mempertimbangkan suatu hal secara matang apakah hal tersebut baik atau buruk

untuk dirinya. Kemandirian pada masa remaja dapat dimulai dari memiliki prestasi

belajar, percaya diri dan memiliki rasa tanggungjawab.

Menurut Shaffer (2002) kemandirian merupakan kemampuan seseorang

untuk bertanggungjawab atas pilihan hidup yang akan ia ambil, tidak hanya

mengandalkan orang lain untuk membantunya. Kemandirian juga merupakan

kemampuan mendasar yang harus dimiliki individu untuk menuju pada

pendewasaan diri, dimana ia belajar untuk mampu berpikir dan membuat suatu

keputusan dalam mengatasi setiap masalah yang ia hadapi (Steinberg, 2002).

Kemandiran menurut Steinberg terdiri dari tiga aspek yakni kemandirian emosional

ialah kemampuan remaja tidak lagi sepenuhnya bergantung pada dukungan

emosional dari orang tua, kemandirian perilaku ialah kemampuan remaja untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

3

menentukan dan mengambil suatu keputusan secara mandiri dan kemandirian nilai

ialah kemampuan memiliki keyakinan dan sikap tentang spritualitas, politik dan

moral secara independen.

Perlakuan pola asuh keluarga Batak untuk membentuk kemandirian

direalisasikan dengan menanamkan keberanian untuk menyampaikan pendapat di

lingkungan keluarga terlebih dahulu sebelum menghadapi lingkungan di luar

keluarga (Gultom, 1992). Kemudian, suku Batak Toba juga menekankan nilai

pendidikan dalam hal pola asuh untuk mencapai kemandirian anak yang

berlandaskan pada falsafah hidup 3H. Tipe pola asuh yang digunakan oleh orang

tua keluarga Batak cenderung bergaya authoritative (Irnawati, 2011) yakni pola

asuh yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi

berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak, namun tetap ada batasan dan

pengawasan dari orangtua. Meskipun orang tua Batak memberikan gaya pola asuh

yang sama terhadap anak perempuan dan laki-laki nya (Paramitha & Basaria, 2018),

namun pada pengaplikasian pola asuh di kehidupan sehari-hari, orang tua Batak

cenderung memberikan perlakuan berbeda dalam hal intensitas membimbing dan

mendampingi anak laki-laki dan perempuan (Irianto, 2003). Seorang anak

perempuan dididik untuk menghormati saudara laki-lakinya walaupun anak laki-

laki itu dibawah umurnya (Simangunsong, 2013). Anak perempuan juga

ditempatkan dalam arena domestik dan kungkungan adat (Firmando, 2020).

Sedangkan laki-laki dapat menghabiskan waktunya dengan duduk bersantai tanpa

melakukan tugas apapun (Ginting et al, 2018). Melalui website Ruang Publik KBR

(2019), Psikolog Vera menyatakan bahwa apabila laki-laki Batak melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

4

kesalahan maka pihak perempuanlah yang akan disalahkan. Perbedaan perlakuan

ini telah terlihat secara tidak langsung melalui adat dan kebiasaan suku Batak,

seperti perilaku masyarakat Batak yang selalu mendambakan anak laki-laki dalam

rumah tangganya. Perbedaan perlakuan ini dapat berupa perbedaan pemberian

tanggung jawab, pemberian perhatian hingga perbedaan rasa sayang. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Aninda (2013) yang menyatakan

bahwa ibu yang bersuku Batak tidak akan menerima sikap anak perempuannya jika

anak perempuan tidak membantunya dalam mengerjakan tugas di rumah. Karena

menurut budaya Batak, pada zaman dahulu anak perempuanlah yang bekerja seperti

bekerja di ladang atau sawah.

Lebih lanjut, penelitian Rangkuti dan Fatmariza (2020) menjelaskan bahwa

pengasuhan keluarga yang berasal dari keluarga Batak cenderung membedakan

cara mendidik antara anak perempuan dan laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan dampak pengasuhan dari suku Batak membentuk karakter anak yang

memiliki gaya cara berbicara yang keras namun tetap berhati lemah-lembut.

Berdasarkan paparan di atas, tradisi keluarga Batak memandang bahwa

anak laki-laki lebih diunggulkan dibandingkan dengan anak perempuan, hal ini juga

tampak pada perbedaan perlakuan dalam pengasuhan yang dilakukan oleh orang

tua Batak terhadap anaknya, di mana anak perempuan dididik melakukan tugas

rumah (Aninda, 2013) sedangkan anak laki-laki tidak diembankan tugas apapun

(Ginting et al, 2018). Situasi ini diduga justru membuat remaja lelaki Batak menjadi

kurang mandiri. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengungkap perbedaan tingkat

kemandirian remaja putra dan putri dalam keluarga Batak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

5

Penelitian yang dilakukan oleh Farihah et al. (2019) menjelaskan bahwa

faktor budaya dapat mempengaruhi tipe pola asuh dalam upaya pembentukan

kemandirian pada anak. Keluarga dengan latar belakang budaya Batak Toba, Nias,

Mandailing, Melayu, Aceh, dan Jawa cenderung menerapkan pola asuh demokratis

dan pola asuh otoriter. Sedangkan, keluarga dengan latar belakang budaya Karo,

cenderung menunjukkan pola asuh demokratis-permisif.

Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati (2004) menunjukkan bahwa suku

bangsa Batak Toba di desa Parparean II memiliki lingkungan geografis berstruktur

tanah gersang, sehingga tingkat kesuburannya tergantung pada curah hujan,

membuat masyarakatnya tidak termanjakan oleh alam. Bermata pencaharian

sebagai petani, menariknya, penggarap sawah mayoritas adalah perempuan. Suku

bangsa Batak Toba meletakkan nilai pendidikan sebagai hal yang utama dalam

kehidupan mereka. Hal ini dilandasi oleh nilai-nilai filsafat hidup orang Batak

Toba, bahwa jalan menuju tercapainya kekayaan (hamoraon) dan kehormatan

(hasangapon) adalah melalui pendidikan. Dalam hal pola pengasuhan, pada

keluarga Batak Toba di desa Bogak cenderung bergaya authoritative yakni

menetapkan suatu pedoman dan standar bahwa anak-anak mereka diharapkan untuk

mengikuti. Dalam hal ini, 3H sebagai standar kemandirian keluarga Batak.

Penelitian lain dilakukan oleh Leofitri et al. (2014) yang membahas

perbandingan motivasi berprestasi dan urutan kelahiran psikologis pada remaja

laki-laki bersuku Batak Toba. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

motivasi berprestasi hope of success pada urutan kelahiran psikologis anak sulung,

tengah, bungsu dan tunggal di remaja laki-laki keluarga Batak Toba, dimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

6

pada urutan kelahiran psikologis bungsu memiliki hasil motivasi berprestasi hope

of success yang paling tinggi. Hasil selanjutnya adalah mengenai perbedaan

motivasi berprestasi fear of failure (FF) pada urutan kelahiran psikologis remaja

laki-laki Batak Toba yaitu tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi fear

of failure pada urutan kelahiran psikologis anak sulung, tengah, bungsu dan

tunggal di remaja laki-laki keluarga Batak Toba.

Kemudian, Tobing dan Alfiani (2018) bertujuan untuk melihat ada atau

tidaknya hubungan antara konformitas dengan motivasi berprestasi pada

mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana. Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan motivasi berprestasi

pada mahasiswa Suku Batak di Universitas Udayana. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat konformitas maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada

mahasiswa, begitu pula sebaliknya.

Penelitian yang dilakukan Ginting dan Sitepu (2013) mengenai perbedaan

Adversity Quotient (AQ) pada wirausahawan Batak dan Jawa mengatakan bahwa

AQ orang Batak lebih tinggi dibandingkan orang Jawa. Hal ini dikarenakan orang

Batak Toba memiliki 7 sebagian ciri-ciri orang yang memiliki AQ yang tinggi yaitu

orang yang terus berjuang dalam bentuk kegigihannya dalam memperoleh sesuatu,

memiliki kemampuan bertahan terhadap kesulitan yang ditunjukkan dengan sikap

tidak pasrah menerima keadaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Endriani (2016) bertujuan untuk membahas

perbedaan motivasi berprestasi dan aspirasi pendidikan siswa ditinjau dari jenis

kelamin dan latar belakang budaya serta implikasinya dalam pelayanan bimbingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

7

dan konseling. Subjek penelitian ini dilakukan kepada 350 siswa di SMA Negeri 1

Batusangkar dan SMA Negeri 1 Balige yang berlatar belakang budaya Batak dan

Minangkabau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian motivasi dan

aspirasi pendidikan dari siswa dalam kategori tinggi, tidak ada perbedaan yang

signifikan dalam motivasi berprestasi dan aspirasi pendidikan antara siswa latar

belakang budaya Minangkabau dan Batak, ada yang signifikan perbedaan motivasi

berprestasi dan aspirasi pendidikan antara laki-laki dan siswa perempuan latar

belakang budaya Minangkabau, di mana motivasi berprestasi dan aspirasi

pendidikan siswa perempuan Minangkabau lebih tinggi dari siswa laki-laki

Minangkabau, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada motivasi

berprestasi dan aspirasi pendidikan antara siswa pria dan wanita yang berlatar

belakang budaya Batak.

Lalu, Siregar (2018) membuat laporan riset mengenai budaya Batak yang

bertujuan untuk membahas ketidaksetaraan gender dalam Dalihan na Tolu. . Sistem

dalihan na tolu ini digunakan sebagai sistem kekeluargaan yang mengatur perilaku

dan juga sebagai pedoman bermasyarakat dalam suku Batak. Riset ini

menyimpulkan bahwa kedudukan perempuan dalam struktur dalihan na tolu

mengalami ketidaksetaraan gender. Sistem dalihan na tolu yang terdapat dalam

tradisi Suku Batak merupakan perwujudan kesenangan bagi kaum Laki-laki Batak

dan ketidakadilan bagi Perempuan Batak.

Sianturi (2017) melakukan analisa secara deskriptif mengenai pemaknaan

anak laki-laki di kota Sidikalang kabupaten Dairi dengan menggunakan metode

kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki keberadaan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

8

nilai tersendiri di keluarga Batak. Keberadaan anak laki-laki dipandang penting dan

sakral dalam kelanjutan generasi keluarganya untuk hal pembawaan marga, ahli

waris dan pelengkap adat. Sehingga, apabila dalam rumah tangga pernikahan

keluarga Batak tidak memiliki anak laki-laki, hal itu dapat dianggap Nupunu karena

tidak dapat melanjutkan silsilah ayahnya dan tidak akan pernah diingat atau

diperhitungkan dalam silsilah.

Penelitian yang dilakukan oleh Masrun et al (1986) bertujuan untuk

mengungkap studi mengenai kemandirian pada penduduk di tiga suku bangsa

(Jawa, Batak, Bugis). Hasil penelitian menjelaskan bahwa kelompok suku Batak

lebih mandiri dibandingkan dengan kelompok Bugis dan Jawa. Dilihat dari jenis

kelamin pada ketiga kelompok suku yakni Jawa, Batak dan Bugis, kelompok pria

lebih mandiri dibandingkan dengan wanita. Peneliti menduga bahwa perbedaan

tersebut bukan karena faktor “dasar” melainkan karena faktor utama yaitu

lingkungan. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud ialah faktor eksternal seperti

tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang

cenderung membuat semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya.

Lalu, penelitian yang membahas mengenai kemandirian pada remaja Batak

dilakukan oleh Sitorus dan Warsito (2013) yang membahas tentang perbedaan

tingkat kemandirian dan penyesuaian diri mahasiswa perantauan suku batak

ditinjau dari jenis kelamin. Hasil penelitian ini ialah tidak ada perbedaan antara

tingkat kemandirian dan penyesuaian diri mahasiswa perantauan suku batak

ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelompok

mahasiswa yang latar belakang budaya yang berbeda, respondennya dipilih dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

9

membandingkan suku Batak dan suku lain, dan kelompok perantau atau tidak

perantau. Penelitian yang dilakukan Odhe (2017) menunjukkan bahwa hasil angket

yang peneliti berikan kepada remaja perantau Batak, diketahui bahwa ada remaja

yang memiliki indikator kemandirian tinggi tampak pada hasil angket yang

menyatakan 50% dari 12 subjek memandang orang tua sebagai orang tua yang biasa

dan sederhana, lalu 75% dari 12 subjek akan berusaha sendiri menyelesaikan

masalah yang terjadi dan 90% dari 12 subjek bertanggung jawab terhadap masalah

serta keputusan yang telah diambilnya. Hal tersebut didukung dengan hasil

wawancara terhadap beberapa orang subjek yang mengatakan bahwa mereka

mengambil keputusan terbesar untuk pergi merantau sendiri setelah mereka tamat

SMA, mereka merasa yakin dan percaya diri melakukan usaha.

Kesimpulan dari penelitian kemandirian sebelumnya hanya membahas

contoh perilaku kemandirian yang dikaitkan dengan variabel lain, dampak,

manfaat, korelasi dan faktor apa saja yang mempengaruhi kemandirian itu sendiri

dan banyak menggunakan metode penelitian kuantitatif. Namun, penelitian yang

membahas mengenai kemandirian remaja Batak sangat sedikit ditemui. Hal ini

membuat peneliti ingin membahas perbedaan tingkat kemandirian remaja putra dan

putri dalam keluarga Batak, sehingga menambah sumber pengetahuan baru di

masyarakat. Sedangkan penelitian yang berkaitan dengan budaya Batak banyak

menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggali lebih

dalam mengenai relevansi atau pemaknaan budaya dan tradisi Batak pada zaman

sekarang ini dan memberikan perbandingan antara budaya/adat Batak dengan suku

lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

10

Melihat belum adanya penelitian yang membahas kemandirian remaja yang

sepenuhnya berkaitan dengan budaya Batak, peneliti menganggap bahwa perlu

adanya penelitian mengenai kemandirian pada remaja keluarga Batak untuk

memberikan gambaran kepada orang tua suku Batak perihal kemandirian anak.

Pertanyaan penelitian

Apakah terdapat perbedaan tingkat kemandirian remaja putra dan putri keluarga

Batak?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kemandirian remaja

putra dan putri keluarga Batak.

Manfaat penelitian

Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru di bidang

psikologi perkembangan dan budaya yang berkaitan dengan kemandirian pada

remaja, khususnya remaja laki-laki dan perempuan dalam keluarga Batak.

Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai tingkat kemandirian remaja Batak ditinjau dari jenis kelamin dan dapat

bermanfaat bagi remaja untuk menyadari tugas perkembangannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, peneliti akan membahas budaya dan tradisi keluarga Batak terlebih

dahulu, kemudian dilanjutkan dengan membahas pengasuhan orang tua Batak yang

berdampak pada kemandirian remaja. Lalu, menjelaskan pengertian kemandirian

yang merupakan salah satu tugas perkembangan pada remaja, serta

menghubungkan budaya Batak terhadap kemandirian. Kemudian, pada bagian

terakhir bab ini, peneliti akan menyampaikan kerangka konseptual penelitian ini.

Budaya Batak

Bila mendengar kata “Batak” terlintas pada masyarakat bahwa asal suku tersebut

ialah dari pulau Samosir, Sumatera Utara, sebab sejarah keturunan Siraja Batak

bermula datang dari pulau tersebut. Orang Batak datang dari sebelah timur

Sumatera.

Suku Batak dikenal sebagai orang yang gesit, rajin, berani memulai sesuatu yang

baru, tegas dan sangat taat pada adat istiadat (Ginting, 1985). Menurut Harahap

(1960) suku Batak menganut sistem kekerabatan patrilineal atau tergolong dalam

bangsa Patriachaat yakni sistem kekerabatan menurut garis keturunan ayah atau

dalam arti lain anak laki-laki lah yang akan mewarisi harta dan pusaka keluarganya.

Garis keturunan laki-laki diteruskan oleh anak laki-laki, dan akan menjadi punah

bila tidak ada anak laki-laki yang dilahirkan. Sistem ini menjadi tulang punggung

suku Batak (Vergouwen, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

12

Anak do hamoraon hu yang berarti anak laki-lakilah kemuliaanku, kalimat

tersebut biasa disenandungkan orang-orang tua Batak. Anak laki-laki lebih

berharga dan menjadi kekayaan bagi kehidupan suku Batak (Siregar, 2018).

Masyarakat Batak meyakini bahwa akan menjadi penderitaan orang Batak yang

tidak memiliki anak laki-laki karena akan terputusnya marga di kehidupan mereka.

Kehidupan yang dimaksud ialah memelihara dan melestarikan kemanusiaan yang

telah diturunkan dari langit melalui si Raja Batak. Maka dari itu, tugas dan

kewajiban anak laki-laki lah untuk meneruskan marga.

Batak sebagai salah satu suku yang menganut sistem patriarki beranggapan

bahwa anak laki-laki membawa nilai lebih tinggi yakni dalam hal pengambilan

keputusan, pembagian warisan dan perolehan hak. Hal ini membuat laki-laki dalam

budaya patriarki berfokus pada urusan di luar lingkungan keluarga dan menafkahi

keluarga. Sedangkan citra perempuan kerap dikaitkan dengan kegiatan rumah

tangga saja. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan dalam pola asuh anak,

sehingga pengasuhan anak sampai saat ini masih terkait dengan tanggung jawab

perempuan.

Selain itu, Harahap dan Siahaan (1987) mengatakan bahwa suku Batak memiliki

tujuan hidup dan nilai-nilai utama yang menjadi cita-cita keluarga suku Batak

terhadap masa depan anaknya. Dibawah ini akan membahas mengenai fungsi

keberadaan sistem Dalihan Natolu dan nilai 3H yang mendasari orang tua Batak

memberikan pola asuh, serta standar tercapainya kemandirian anak dalam

kehidupannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

13

Dalihan Natolu

Sistem Dalihan Natolu merupakan sebuah sistem yang secara kekeluargaan

menjadi panduan bermasyarakat dalam suku Batak untuk mengatur perilaku

maupun kehidupan adat istiadat. Dalihan berarti tungku, Natolu berarti tiga.

Dengan demikian Dalihan Natolu berarti tungku yang terdiri dari tiga buah batu,

yang biasanya digunakan untuk memasak. Selain sebagai sumber inspirasi dalam

mengatur seluruh tata kehidupan suku Batak, Dalihan Natolu ini juga dapat

berfungsi sebagai interaksi sosial yang membantu orang tua mendampingi anaknya

dalam pemecahan masalah. Hal ini tampak pada makna dari Dalihan Natolu itu

sendiri di mana terdiri dari 3 buah batu yang diibaratkan dalam hubungan sosial

ialah antar individu, keluarga dan masyarakat. Sistem ini mengajak seseorang untuk

memahami dan menempatkan kedudukannya, hak dan kewajiban sebagai individu

dalam keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kehidupannya

(Sinaga, 2009).

Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon

Pada kebudayaan Batak terdapat rumusan mengenai tujuan hidup atau nilai yang

utama dalam hidup yakni Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon. Hal ini menjadi

impian seluruh keluarga dan merupakan standar kemandirian anak dalam suku

Batak. Misi budaya 3H ini merupakan tiga dari sembilan nilai utama yang

dipandang dapat melatih orang Batak untuk mencapai kemandirian dan bersifat

dinamik. Nilai budaya batak ini diwariskan oleh orang tua dari generasi ke generasi

yang bertujuan untuk memberikan teladan kepada putra-putrinya bahwa orang tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

14

Batak berusaha dengan gigih untuk melihat anaknya berhasil dan meneladani usaha

kemandirian orang tuanya. Hamoraoan merupakan salah satu nilai budaya yang

mendasari dan mendorong suku Batak dalam mencari harta kekayaan. Hagabeon

ialah beranak cucu dengan banyak dan berumur panjang. Kekuatan suku bangsa

Batak ialah sumber daya manusia dengan jumlah populasi yang besar. Satu

ungkapan tradisional yang masih diyakini oleh suku Batak dan akan disampaikan

setiap acara pernikahan ialah ungkapan yang mengharapkan agar kelak si pengantin

baru diberikan putra sebanyak 17 dan putri sebanyak 16. Hasangapon memiliki

makna untuk mendorong masyarakat suku Batak untuk gigih dalam mencapai

kejayaan, seperti kewibawaan, kharisma dan kekuasaan. Orang tua Batak meyakini

bahwa jika anak berhasil merealisasikan 3 nilai utama ini dalam kehidupannya

maka anak tersebut telah mencapai kemandirian menurut budaya Batak itu sendiri

(Harahap & Siahaan, 1987).

Selain 3H di atas, terdapat enam nilai utama lainnya yakni Kekerabatan yang

mencakup hubungan solidaritas marga, Religi mencakup kehidupan keagamaan,

Hamajuon mendorong suku Batak maju dalam menuntut ilmu, Hukum mendorong

suku Batak berkecimpung dalam menegakkan kebenaran, Pengayoman sebagai

pelindung dan pemberi kesejahteraan saat dalam kondisi terdesak, Konflik dipahami

sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan gigih dan berencana tanpa

menyerah. (Harahap & Siahaan, 1987).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

15

Pola asuh berbasis budaya Batak

Nilai-nilai di atas dipraktekkan dan ditanamkan oleh orang tua kepada anak

melalui praktek pengasuhan anak dalam keluarga. Dalam sistem patrilineal yang

dianut oleh orang Batak sendiri, secara kultural suku Batak hanya mengacu pada

anak laki-laki dan bukan anak perempuan. Hal ini membuat orang tua Batak lebih

memprioritaskan pengasuhannya terhadap anak laki-laki (Irianto, 2003). Irnawati

(2011) menyatakan bahwa gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua Batak

ialah tipe otoritatif yakni pola asuh yang ditandai dengan kontrol tegas dan tuntutan

yang tinggi terhadap kematangan anak. Namun, pada prakteknya, perlakuan orang

tua Batak memanjakan anak laki-lakinya (Ginting et al, 2018), sedangkan

perempuan diembankan dalam pekerjaan rumah dan kungkungan adat (Firmando,

2020).

Melalui website Ruang Publik KBR (2019), seorang Psikolog anak yakni Vera

Hadiwidjojo menjelaskan bahwa peran orang tua yang seimbang merupakan kunci

dalam memberikan pengasuhan pada anak dengan memandang kesetaraan gender.

Menurutnya, perihal kesetaraan gender dan tradisi nasehat leluhur seringkali

bersebrangan. Dalam suku Batak, jika anak laki-laki melakukan kesalahan maka

pihak yang disalahkan adalah perempuan, karena adanya anggapan bahwa

kedudukan anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. Hal ini membuat

anak laki-laki cenderung dimanjakan oleh orang tua Batak dan dapat berdampak

pada ketidakmandirian anak laki-laki dalam memenuhi tugas perkembangannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

16

Pada anak perempuan, orang Batak mendidik anak perempuan mereka dengan

cara bagaimana kelak anaknya dapat menjadi istri yang “pantas”. Orang tua Batak

percaya bahwa konsep dan nilai mengenai perempuan adalah hal yang berada dalam

arena domestik dan kungkungan adat. Namun, sejak terbukanya kesempatan

pendidikan tahun 1889, perempuan Batak dikenal dengan kegigihannya dalam

menjalankan perdagangan dan dijuluki sebagai “pemanjat kapal” dikarenakan para

perempuan berdagang dengan menaiki kapal yang terapung. Singkatnya,

perempuan Batak justru tampak lebih mandiri untuk mewujudkan nilai-nilai 3H

melalui cara apapun. Sedangkan Laki-laki disimbolkan sebagai pewaris harta

kekayaan, penerus garis keturunan (marga) dan pemandu acara adat atau tanggung

jawab adat (Irianto, 2003).

Berdasarkan paparan di atas, orang tua Batak cenderung memanjakan anak laki-

laki nya sebagai sosok yang pantas untuk dilindungi karena memiliki status dan

kedudukan penting dalam keluarga. Sedangkan perempuan justru diajarkan untuk

terampil menjadi sosok istri yang pantas untuk kehidupannya kelak. Melalui

perbedaan pengasuhan ini yang bersumber pada tradisi budaya Batak justru

menimbulkan dampak ketidakmandirian pada laki-laki Batak atau menimbulkan

terdapatnya perbedaan kemandirian terhadap laki-laki dan perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

17

Kemandirian

Pengertian kemandirian

Kemandirian adalah salah satu tugas dari proses perkembangan yang penting

bagi remaja. Soesens et al. (2007) menyatakan bahwa anak diharapkan dapat

mampu melepaskan diri dari orang tua dan mencoba belajar untuk mandiri. Orang

tua berharap agar anak menjadi seseorang yang mandiri dan tegas.

Kemandirian merupakan bentuk dari pendewasaan diri yang akan dialami

individu dalam proses perkembangannya, dimana ia belajar untuk mampu berpikir

dan membuat suatu keputusan dalam bertanggungjawab atas pilihan hidupnya.

Kemandirian terdiri dari berbagai istilah seperti autonomy, indenpendency dan self

reliance (Steinberg, 2002). Menurut Steinberg kemandirian dibedakan menjadi tiga

aspek yakni kemandirian emosional, tingkah laku dan nilai.

Dalam pandangan Lerner (1976), konsep kemandirian (autonomy) terdiri dari

dapat mengatur kehidupan sendiri, bebas untuk bertindak, tidak bergantung dan

terpengaruh pada lingkungan.

Pandangan Masrun (1986) mengemukakan kemandirian sebagai sifat yang

membuat individu melakukan sesuatu atas dorongan pribadinya, percaya pada diri

sendiri, mengejar prestasi, berpikir, bertindak secara orisinil dan inisiatif, serta

bertanggung jawab dan puas terhadap keputusan yang ia ambil.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemandirian merupakan kemampuan yang menjadi syarat untuk dicapai pada masa

proses perkembangan bagi remaja di mana individu mampu memilih dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

18

bertanggungjawab untuk mewujudkan pilihan hidup dengan usaha sendiri dan tidak

bergantung pada orang lain.

Kemandirian pada remaja

Memasuki masa remaja akan menuntut individu untuk menjadi orang dewasa

dengan berbagai macam persyaratan. Marheni (seperti dikutip dalam Soetjiningsih,

2004) menyatakan remaja merupakan individu yang berada pada masa transisi atau

peralihan yang akan mengalami berbagai perubahan mulai dari fisik sampai

psikososial di mana hal tersebut sebagai fondasi untuk pembentukan orientasi

dalam mencapai jati diri yang sesungguhnya. Individu dikatakan berada pada masa

remaja ketika menginjak usia 12 tahun sampai 22 tahun (Mappiare, 1982). Pada

masa remaja ini mereka dihadapkan pada dua tugas utama yaitu:

1. Mencapai ukuran kebebasan dan kemandirian dari orang tua

2. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan

pribadi.

Berdasarkan paparan di atas, kemandirian merupakan salah satu tugas

perkembangan yang harus dipenuhi dalam fase remaja. Terwujudnya kemandirian

dapat membantu remaja menentukan pilihan dan mengembangkan tanggung jawab

atas dirinya sebagai suatu proses menuju pendewasaan diri (Mappiare 1982).

Penelitian ini akan berfokus pada kemandirian menurut Steinberg yang terdapat 3

aspek kemandirian yakni kemandirian emosional, tingkah laku dan nilai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

19

Aspek kemandirian

Steinberg (2002) membedakan kemandirian dalam tiga aspek yaitu

kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian tingkah laku

(behavioral autonomy), kemandirian nilai (values autonomy). Kemandirian

emosional berkaitan dengan hubungan emosional remaja terhadap orang lain atau

kemampuan remaja untuk tidak tergantung penuh terhadap dukungan orang lain

terutama orang tua. Kemandirian tingkah laku melibatkan kemampuan diri untuk

melakukan sesuatu dengan bebas. Kemandirian nilai merujuk pada kemampuan diri

dalam memilah dan memaknai sesuatu berdasarkan penilaian efektivitas ataupun

skala prioritas.

Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)

Perkembangan emosional pada masa remaja melibatkan membangun rasa

identitas yang realistis dan berhubungan dengan orang lain dan belajar untuk

mengatasi stress dan mengelola emosi. Perkembangan emosional terjadi pada

remaja dengan unik dikarenakan terdapatnya perbedaan pola yang muncul pada

kelompok usia remaja, salah satunya adalah perbedaan jenis kelamin. Anak laki-

laki dan perempuan dapat berbeda dalam tantangan yang mereka hadapi dalam

perkembangan emosional mereka. Selain perbedaan jenis kelamin, pengaruh

perbedaan budaya juga penting dalam perkembangan emosional pada remaja hal

ini meliputi nilai, tradisi dan perlakuan dari kelompok budaya (Steinberg, 2002).

Steinberg (2002) menyatakan bahwa kemandirian emosional pada remaja

ditandai saat hubungan keterikatan terhadap orang tua mulai longgar dan remaja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

20

tidak bergantung menerima dukungan emosional dari orang lain termasuk orang

tua. Proses kelonggaran hubungan disini bukan berarti remaja melakukan

pemberontakan terhadap keluarga, terutama orang tua atau pelepasan hubungan

orang tua anak. Melainkan, remaja mulai remaja tergantung kepada kemampuannya

sendiri tanpa mengharapkan bantuan emosional orang lain.

Berk (1994) menjelaskan efek dari semakin anak mampu mengurus dirinya

sendiri maka waktu yang diluangkan orang tua terhadap anak akan semakin

berkurang pula. Hal ini memberikan peluang bagi remaja dalam mengembangkan

kemandiriannya terutama kemandirian emosional.

Menurut Silverberg dan Steinberg (seperti dikutip dalam Steinberg, 2002),

remaja dikatakan sudah memiliki kemandirian emosional ditandai dengan sejauh

mana remaja melakukan de-idealized terhadap orang tua. Hal ini berkaitan dengan

bagaimana remaja memandang orang tuanya tidak selamanya benar atau tahu

segalanya, memiliki kekuasaan. Sehingga remaja dapat menentukan sendiri

pilihannya tanpa harus bergantung pada dukungan emosional orang tuanya. Tidak

gampang bagi remaja untuk melakukan de-idealized, karena pengalaman anak

terhadap pola asuh yang diberikan oleh orang tua menyimbolkan bahwa orang tua

memang berkuasa atas diri anak. Kedua, sejauh mana remaja memandang orang tua

sebagai orang dewasa pada umumnya (parents as people). Hal ini berkaitan dengan

bagaimana remaja memandang orang tua tidak hanya sebagai hubungan interaksi

antara anak dan orang tua melainkan sebagai hubungan antar individu juga. Ketiga,

sejauh mana remaja mengandalkan kemampuan dirinya tanpa mengharapkan

bantuan emosional dari orang lain (nondependency). Remaja tidak lagi secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

21

penuh meminta bantuan atau dukungan dari orang lain pada saat menghadapi

masalah. Keempat, sejauh mana remaja bersikap bertanggungjawab dalam

hubungannya dengan orang tua (individuated). Perilaku individuasi dapat dilihat

pada saat remaja mampu menemukan perbedaan antara pandangan tentang dirinya

sendiri maupun orang tua dan remaja sudah mampu menunjukkan perilaku yang

lebih bertanggungjawab atas dirinya (Susanto, 2018).

Kemandirian Tingkah Laku (Behavioral Autonomy)

Kemandirian ini ditandai ketika individu mulai dapat memutuskan pilihannya

secara bebas, namun tetap bertanggung jawab pada konsekuensi yang akan ia

hadapi atas keputusannya (Steinberg, 2002). Pada bagian ini, remaja melibatkan

proses penalaran mereka saat mendapat dan menerima informasi kemudian

mempertimbangkannya terlebih dahulu sebelum membuat keputusan akhir

(Santrock, 2008). Perubahan kognitif pada remaja mengacu pada peningkatan

penalaran individu dalam hal pengambilan keputusan dan remaja memiliki

kemampuan lebih besar untuk bertingkah laku secara mandiri (Steinberg, 2002).

Menurut Steinberg (2002), ada tiga ranah kemandirian perilaku yang

berkembang pada masa remaja. Pertama, individu memiliki kemampuan dalam

mengambil keputusan, hal ini dapat ditandai dengan mempertimbangkan resiko atas

tingkah laku, mencari alternatif pemecahan masalah dan bertanggungjawab atas

konsekuensi dari keputusan yang diambil. Kedua, individu memiliki kekuatan

terhadap pengaruh pihak lain, hal ini dapat ditandai dengan tidak mudah

terpengaruh pada kondisi atau situasi dari lingkungan luar dalam mengambil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

22

keputusan. Ketiga, individu memiliki rasa percaya diri, ditandai dengan berani

mengemukakan ide dan berani bertanggungjawab dalam memenuhi tugas di rumah

maupun sekolah.

Kemandirian Nilai (Values Autonomy)

Kemandirian nilai menurut Steinberg (2002) terbentuk karena adanya proses

internalisasi dalam diri individu yang melibatkan proses penalaran dan kemampuan

individu dalam melakukan evaluasi mengenai sesuatu dalam bidang nilai.

Kemandirian nilai akan tercapai setelah kemandirian emosional dan tingkah laku

berkembang dengan baik. Untuk mencapai kemandirian ini, individu melakukan

evaluasi mengenai penanaman nilai, keyakinan dan kepercayaan yang diberikan

oleh figur otoritas seperti orang tua, kemudian mencoba mengembangkan penilaian

dirinya sendiri.

Perkembangan kemandirian ini memiliki 3 hal untuk mencapainya, yang

pertama ialah keyakinan akan nilai-nilai abstrak (abstract belief), remaja mampu

mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi pada saat mengambil

keputusan yang bernilai moral. Kedua, keyakinan akan nilai-nilai yang semakin

mengarah pada prinsip (principled belief), remaja mampu berpikir dan bertindak

sesusai dengan prinsip yang dapat ia pertanggungjawabkan dalam bidang nilai.

Ketiga, keyakinan akan nilai-nilai yang ia bentuk sendiri (independent belief),

remaja mampu berpikir, bertingkah laku dan mengevaluasi sendiri nilai yang ia

terima dari orang lain sesuai dengan penilaiannya sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

23

Pola Asuh Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Pilihan cara pengasuhan orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi

kemandirian. Cara mendidik dan membimbing anak dalam keluarga merupakan

faktor keberhasilan untuk menentukan tinggi rendahnya kemandirian anak.

Menurut Sunarty (2016) menyebutkan bahwa jenis pola asuh mempengaruhi

terbentuknya kemandirian diri anak. Hurlock (1999) membagi pola asuh orang tua

dalam tiga macam yakni pertama pola asuh permisif diartikan sebagai pola perilaku

orang tua yang membebaskan anak dan tidak menggunakan aturan-aturan yang

ketat sehingga tidak ada tuntutan kepada anak. Kedua, pola asuh otoriter yang

cenderung menerapkan aturan dan batasan yang harus ditaati, tanpa memberi

kesempatan pada untuk berpendapat dan akan memberikan hukuman apabila tidak

mematuhi peraturan. Ketiga, pola asuh otoritatif atau demokratis yang menerapkan

kebebasan dengan bimbingan dan kontrol antara anak dan orang tua.

Penelitian ini akan berfokus pada bagaimana keluarga Batak memberikan

pola pengasuhan terhadap putra-putrinya sebagai faktor internal yang dapat

mempengaruhi tingkat kemandirian remaja pada suku Batak itu sendiri. Tipe pola

asuh yang cenderung dilakukan oleh orang tua bersuku Batak ialah tipe otoritatif

yang ditandai dengan kontrol tegas dan tuntutan yang tinggi terhadap kematangan

anak (Irnawati, 2011). Suku Batak selalu mengacu pada anak laki-laki yang

menyebabkan orang “diharuskan” memiliki anak laki-laki (Irianto, 2003). Hal ini

berkaitan dengan sistem kekerabatan patrilineal yang dianut oleh suku Batak yang

berarti garis keturunan akan diteruskan oleh anak laki-laki dan akan menjadi punah

bila tidak ada anak laki-laki. Hal inilah yang membuat perlakuan pengasuhan orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

24

tua Batak terhadap anak laki-laki dan perempuan sangat berbeda. Sosok anak laki-

laki cenderung mendapatkan perlindungan dan dimanja karena dianggap memiliki

status dan kedudukan penting dalam keluarga. Sedangkan, perempuan diajarkan

untuk menjadi sosok yang terampil agar kelak menjadi seorang istri yang pantas.

Melalui perbedaan pengasuhan ini, justru menimbulkan dampak ketidakmandirian

pada laki-laki Batak (Vergouwen, 2004). Selain faktor pola asuh di atas, terdapat

juga faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan kemandirian, sebagai

berikut :

Jenis kelamin

Hurlock (1991) berpendapat bahwa laki-laki diberikan kesempatan lebih untuk

menanggung resiko, berdiri sendiri dan dituntut untuk memiliki kemampuan

inisiatif daripada perempuan. Hal ini serupa dengan pernyataan Nuryoto (1992)

mengatakan bahwa di Indonesia remaja laki-laki berkesempatan mengembangkan

kemandirian karena memiliki peran maskulin, sedangkan perempuan diarahkan

pada hal yang bersifat feminim seperti merawat dan tidak boleh jauh dari orang tua.

Pandangan di atas bertolak belakang dengan prinsip budaya Batak sangat lekat

dengan salah satu nilai yang menjadi tujuan hidup masyarakat Batak yaitu

Hagabeon yang berarti memiliki banyak keturunan. Secara kultural, suku ini

beranggapan bahwa berbicara mengenai anak hanya mengacu pada laki-laki dan

bukan perempuan. Berlandaskan konsep “Raja Parhata” yang menganggap bahwa

laki-laki dipandang memiliki tanggungjawab besar untuk meneruskan keturunan

ayahnya, sedangkan perempuan memikul tanggungjawab utama yang berupa kerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

25

domestik atau urusan rumah tangga saja. Sehingga para orang tua Batak

menginginkan anak laki-laki lebih mandiri dibandingkan perempuan (Irianto,

2003). Hal ini sejalan dengan penelitian Nuryoto (1992) mengatakan bahwa di

Indonesia remaja laki-laki berkesempatan mengembangkan kemandirian karena

memiliki peran maskulin, sedangkan perempuan diarahkan pada hal yang bersifat

feminim seperti merawat dan tidak boleh jauh dari orang tua.

Usia

Perkembangan kemandirian akan berkembang sejalan dengan

bertambahnya umur seseorang. Ketergantungan terhadap orang lain akan berkurang

perlahan-lahan seiring dengan individu tersebut menginjak usia lebih tinggi. Hal ini

didukung Sutton (seperti dikutip dalam Masrun et al., 1986) yang mengatakan

bahwa pertambahan umur serta proses belajar membuat individu semakin mandiri

dan tidak bergantung pada orang lain. Memasuki usia remaja, individu dituntut

untuk menjadi seseorang yang lebih matang dikarenakan pada masa remaja ini

merupakan masa transisi atau peralihan untuk membentuk orientasi dalam

pencapaian jati diri yang sesungguhnya. Kemudian, pada masa remaja ini mereka

dihadapkan untuk memenuhi tugas utama yakni mencapai kebebasan dan

kemandirian dari orang tua dan membentuk identitas dan integrasi kematangan diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

26

Kerangka Konseptual

Masyarakat Batak dikenal dengan memprioritaskan anak laki-laki. hal ini

didukung oleh budaya Batak yang menganut sistem patrilineal. Sehingga

kedudukan anak laki-laki lebih dibandingkan perempuan (Irianto, 2003).

Dikarenakan status laki-laki dianggap penting dalam keluarga, orang tua Batak

memberikan perbedaan pengasuhan antara laki-laki dan perempuan, di mana anak

laki-laki lebih dimanja dan tidak boleh disalahkan (Ginting et al, 2018).

Berdasarkan prinsip pola pengasuhan budaya batak yang lebih memanjakan

anak laki-lakinya, hal ini justru dapat berdampak pada ketidakmandirian anak laki-

laki tersebut pada masa remajanya kelak. Sunarty (2016) menyebutkan bahwa

pengaruh memanjakan anak dapat menyebabkan anak menjadi kurang mandiri. Hal

ini didukung oleh pandangan Hurlock (2008) yang menjelaskan pengaruh cara

orang tua dalam mendidik anaknya dapat mempengaruhi kemandirian anak.

Agustina dan Mailasari (2017) menjelaskan bahwa memanjakan merujuk pada

menuruti semua kehendak, tidak pernah menegur (dimarahi). Gambaran perlakuan

pemanjaan, menurut Baumrind (seperti dikutip dalam Bi et al., 2018) termasuk

dalam pola asuh permisif. Pola asuh permisif ditandai dengan orang tua tidak

pernah memberikan aturan dan pengarahan pada anak. Pola asuh permisif dapat

menyebabkan anak kurang mampu dalam pengendalian diri dan cenderung

bergantung pada orang tua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

27

Maka dari itu berdasarkan pola pengasuhan dan prinsip budaya batak

memanjakkan anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kemandirian remaja

putra dan putri dalam keluarga Batak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

28

Gambar 1.

Kerangka Konseptual Penelitian

Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah perempuan lebih mandiri dibandingkan dengan laki-laki pada

siswa-siswi yang berasal dari keluarga Batak.

Budaya Batak

memprioritaskan

anak laki-laki

dibandingkan

anak perempuan

Pola asuh

berbasis budaya

Batak lebih

memanjakan

anak laki-laki

Berdampak pada

kemandirian

remaja laki-laki

yang menjadi

kurang mandiri

dibandingkan

anak perempuan

Terdapat perbedaan

tingkat kemandirian

remaja putra dan

putri keluarga Batak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif komparatif untuk

membandingkan kemandirian remaja putra-putri dalam keluarga Batak. Desain

penelitian ini berupa kausal komparatif yang bertujuan untuk membandingkan taraf

kemandirian remaja dari keluarga Batak berdasarkan jenis kelamin mereka.

Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan berusia 15-

18 tahun yang berasal dari keluarga Batak. Instrumen dalam penelitian ini berupa

skala kemandirian dengan item-item yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori

kemandirian Steinberg (2002), meliputi kemandirian emosional, tingkah laku dan

nilai. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan uji perbedaan mean untuk

mengungkap perbandingan antara kemandirian remaja laki-laki dan perempuan.

Definisi Operasional Variabel

Adapun variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai kemandirian,

jenis kelamin dan keluarga Batak. Variabel utama sekaligus variabel dependen

dalam penelitian ini ialah kemandirian yang didasari oleh tiga aspek kemandirian

Steinberg (2002). Variabel tersebut dieksplorasi dengan jenis kelamin sebagai

variabel independen. Kemudian dalam penelitian ini keluarga Batak merupakan

variabel kontrol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

30

Kemandirian

Steinberg (2002) mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan dalam

menguasai, mengatur dan mengelola diri sendiri yang ditentukan dengan melihat

intensitas pemenuhan tiga aspek kemandirian secara keseluruhan yakni emosional,

tingkah laku dan nilai.

Kemandirian emosional adalah proses longgarnya hubungan keterikatan orang

tua dengan remaja dimana remaja mulai tergantung kepada kemampuannya sendiri

tanpa mengharapkan bantuan emosional orang lain.

Kemandirian tingkah laku adalah individu mulai dapat memutuskan pilihannya

secara bebas, namun tetap bertanggung jawab pada konsekuensi yang akan ia

hadapi atas keputusannya.

Kemandirian nilai adalah remaja mampu untuk memilah dan memaknai prinsip

hidupnya seperti hal mengenai benar atau salah dan penting atau tidak penting.

Kemandirian remaja akan diungkap melalui skala kemandirian berdasarkan

aspek-aspek kemandirian yang dikemukakan oleh Steinberg yang meliputi aspek

emosional, tingkah laku dan nilai.

Berikut merupakan aspek beserta indikator perilaku kemandirian menurut

Steinberg (2002) :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

31

Tabel 1

Aspek dan Indikator Kemandirian

No Aspek kemandirian Indikator Perilaku

1 Kemandirian Emosional

Tidak bergantung secara emosional

terhadap orang tua atau dewasa lainnya

Keinginan untuk berdiri sendiri

Mampu mengontrol emosi

2 Kemandirian tingkah laku

Mampu mengambil keputusan dan

mempertanggungjawabkannya

Tidak rentan terpengaruh terhadap orang

lain

Mengandalkan diri sendiri

3 Kemandirian nilai

Mampu berpikir secara abstrak

Memiliki prinsip dan mampu

mempertanggungjawabkannya

Memiliki kepercayaan pada nilai dan

mampu mengevaluasinya

Bagaimana tingkat Perilaku kemandirian remaja akan diukur menggunakan skala kemandirian

yang disusun oleh peneliti sendiri didasarkan teori Steinberg pada definisi tiga

aspek kemandirian yang telah dipaparkan di atas. Skala ini memiliki rentang skor

yang berkisar dari satu hingga empat. Skor total yang diperoleh merupakan indikasi

tinggi atau rendahnya kemandirian yang dimiliki subyek. Semakin tinggi skor total

maka semakin tinggi pula kemandiriannya, begitu sebaliknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

32

Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah atribut fisiologis dan anatomis yang membedakan laki-

laki dan perempuan. Data jenis kelamin ini akan diperoleh melalui pengakuan

masing-masing responden yang tertulis dalam bagian identitas diri.

Keluarga Batak

Masyarakat yang termasuk dalam keluarga Batak adalah mereka yang berasal

dari ayah dan ibu yang memiliki marga suku Batak. Penelitian ini dilakukan pada

seluruh sub suku Batak yakni Batak Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola,

Mandailing. Informasi ini akan diperoleh melalui pengakuan masing-masing

responden yang tertulis dalam bagian identitas diri.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah remaja yang berasal dari keluarga Batak

dengan rentang usia 15-18 tahun. Dalam pengambilan sampel, peneliti

menggunakan metode dengan teknik convenience sampling yakni jenis

pengambilan sampel non-probabilitas dengan teknik penentuan sampel berdasarkan

kemudahan memperolehnya dan sampel tersebut memenuhi kriteria atau elemen

untuk mewakili populasi (Sekaran, 2006). Adapun subyek dalam penelitian ini

adalah para pelajar yang berusia 15-18 tahun dari keluarga Batak yang tersebar di

berbagai Sekolah Menengah Atas Kota Pematang Siantar. Pemilihan lokasi

penelitian ini dikarenakan kota Pematang Siantar berada di Sumatera Utara yang

merupakan kota muara sebagian besar suku Batak bermukim.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

33

Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala berbentuk

kuesioner di mana jawaban subyek akan dikonversikan menjadi angka. Skala

kemandirian ini disusun berdasarkan tiga aspek teori kemandirian Steinberg yaitu

emosional, tingkah laku dan nilai. Skala ini berjumlah 60 pernyataan yang masing-

masing aspek memiliki 20 item pernyataan yang meliputi 10 item pernyataan

favorable dan 10 pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable apabila disetujui

maka menunjukkan sikap positif terhadap atribut psikologis yang sedang diukur,

sedangkan pernyataan unfavorable apabila disetujui menunjukkan sikap negatif

terhadap atribut psikologis yang sedang diukur (Supratiknya, 2014). Jenis

penskoran yang digunakan dalam penelitian ini ialah normative scoring, karena

peneliti hanya mengukur satu atribut dimana respon subyek pada tiap item mewakili

diri subyek. Hasil skala pengukuran tersebut akan menunjukkan tinggi atau

rendahnya kecenderungan pada diri subyek. Normative Scoring merupakan

penskoran yang ditujukan untuk mengetahui jumlah atau kuantitas absolut terkait

atribut psikologis dalam diri subyek (Supratiknya, 2014).

Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan meminta subyek menyatakan

kesesuaian-ketidaksesuaiannya terhadap pernyataan yang diberikan. Adapun

variasi jawaban yang digunakan peneliti dalam pembuatan skala kemandirian ialah

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Peneliti memilih kata “sesuai” agar responden lebih dahulu mempertimbangkan

setiap pernyataan tersebut menggambarkan dirinya dan perilakunya (Azwar, 2012).

Penelitian ini tidak menggunakan pilihan netral karena untuk mengantisipasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

34

kecenderungan responden memilih jawaban netral sehingga mengurangi dampak

kepatutan secara sosial (Supratiknya, 2014).

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban pada skala kemandirian perlu

diberi skor. Tabel pemberian skor :

Tabel 2

Pemberian Penilaian Skala Kemandirian

Alternatif

Jawaban

Skor

Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Semakin tinggi skor total yang diperoleh menunjukkan bahwa responden

memiliki kecenderungan yang tinggi pada kemandirian. Sebaliknya, jika skor yang

diperoleh rendah menunjukkan bahwa responden kecenderungan yang rendah akan

penguasaan kemandirian. Skor untuk setiap item dijumlahkan sehingga menjadi

skor total yang berkisar antara 60 (tingkat kemandirian rendah) dan 240 (tingkat

kemandirian tinggi).

Tabel 3

Blueprint Skala Kemandirian

No Aspek

Kemandirian Favorable Unfavorable

Jumlah

Item Persentase

1 Kemandirian

Emosional

7,8,16,17,24,2

5,34,43, 44,56

9,26,35,36,45,

46,47,48,55,60 20 33.33%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

35

2 Kemandirian

tingkah laku

10,18,19,27,37

49,50,51,54,57

3,4,11,12,20,

28,29,38,39,52 20 33,33%

3 Kemandirian

nilai

1,2,5,15,21,

30,31,40,41,58

6,13,14,22,23,

32,33,42,53,59 20 33,33%

Total 30 30 60 100%

Pemeriksaan Mutu Skala

Pemeriksaan Validitas Isi

Pemeriksaan validitas isi skala Kemandirian dilakukan oleh dosen

pembimbing sebagai professional judgement. Peneliti memperbaiki dan merubah

item-item dalam skala tersebut agar mudah dipahami dan bertujuan untuk

memberikan penilain mengenai sejauh mana item-item relevan dengan atribut

psikologis yang hendak diukur dalam penelitian ini ialah kemandirian.

Pemeriksaan Ciri Psikometrik

Pemeriksaan ciri psikometrik alat ukur pada taraf item maupun skala dilakukan

melalui dua kali uji coba. Uji coba skala pertama dilakukan pada pelajar dalam

rentang usia 15-18 tahun dilakukan pada Kamis, 5 Maret 2020 dan Selasa 10 Maret

2020. Peneliti menyebarkan kuesioner di sekolah SMA Negeri 6 Yogyakarta pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

36

kelas X dan XI MIPA. Pada hari pertama, peneliti memperoleh 48 orang dan hari

kedua memperoleh 30 orang. Total keseluruhan subyek adalah 78 orang.

Ciri psikometrik alat ukur pada taraf item diperiksa dengan melihat daya

diskriminasi tiap item. Daya diskriminasi item didapatkan dengan mengkorelasikan

skor item dengan skor total. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skor indeks

daya diskriminasi yang ideal terlebih dahulu yakni ≥ 0.30 (Supratiknya, 2014).

Kemudian, peneliti menggunakan daya diskriminasi yang tergolong positif yakni ≥

0.20 (Azwar, 2009). Dari data uji coba, item yang memiliki indeks daya

diskriminasi ≥ 0.30 berjumlah 19 item yang terdiri dari 13 item favorable dan 6

item unfavorable. Item yang memiliki indeks daya diskriminasi < 0.30 dan ≥ 0.20

berjumlah 10 item yang terdiri atas 7 item favorable dan 3 item unfavorable.

Sehingga, secara keseluruhan dari data uji coba terdapat 29 item yang memenuhi

standar indeks daya diskriminasi diantaranya 20 item favorable dan 9 item

unfavorable. Kemudian, terdapat 9 item yang memperoleh skor rit bernilai minus

dan terdapat 22 item yang memiliki rit ≤ 0.20 yakni 8 item favorable dan 14 item

unfavorable (lihat tabel 4).

Tabel 4

Distribusi Item

N

o

Aspek

Kemandirian Favorable

Jumlah

Item Unfavorable

Jumlah

Item

1 Emosional

7(0.3865),8(0.098),

16(0.3508), 17(0.1121),

24(0.084),25(0.2952),

10

9(0.1867),26(-0.0560),

35(-0.0577), 36(0.0229),

45(0.1168),46(0.1131),

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

37

34(0.3931),43(0.096),

44(0.3057), 56(0.4461)

47(0.3328),48(0.0060),

55(0.1960), 60(-0.0067)

2 Tingkah laku

50(0.3844), 10(0.2447),

18(0.2404), 19(0.4944),

27(0.1747), 37(0.065),

49(0.1637), 51(0.3351),

54(0.4179), 57(0.3734)

10

3(0.2399), 4(0.1544),

11(0.1537), 12(-0.2440),

20(-0.1023),28(0.1306),

29(0.1312), 38(0.1046),

39(0.1334), 52(0.2681),

10

3 Nilai

1(0.3470), 2(0.4065),

5(0.2760), 15(0.1540),

21(-0.057), 30(0.4144),

31(0.2795), 40(0.2249),

41(0.2498), 58(-0.1998)

10

6(0.023), 13(0.3393),

14(0.3317), 22(0.3570),

23(0.1544),

32(0.2773),33(0.0994),

42(0.3191), 53(0.3001),

59(-0.1763)

10

Total 30 30

Keterangan: nomor item(skor rit)

Untuk menyusun bentuk final skala yang seimbang, langkah pertama yang

dilakukan peneliti dalam melakukan seleksi item adalah menggugurkan 9 item yang

memiliki rit negatif (nomor item 12, 20, 21, 26, 35, 36, 58, 59 dan 60). Sehingga

diperoleh sisa item sebanyak 51 item yang terdiri dari 29 item dengan rit ≥ 0.20 dan

22 item dengan rit < 0.20. Kemudian, untuk menyusun skala final dengan distribusi

item yang setara disetiap aspek dan sifat favorable dan unfavorable nya, maka

peneliti melakukan beberapa langkah yakni menetapkan jumlah item disetiap aspek

dan sifatnya masing-masing 4 butir item. Sehingga jumlah keseluruhan item pada

skala final sebanyak 24 butir, hal ini dilakukan karena kriteria jumlah item yang

memenuhi syarat memuaskan dan reliabel ialah 20-30 item (Supratiknya, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

38

Kemudian, peneliti menggugurkan kembali 10 butir item dari 29 item yang telah

memenuhi syarat skor indeks daya diskriminasi (2 item favorable pada aspek

emosional dengan nomor item 44 & 47, 3 item favorable pada aspek tingkah laku

dengan nomor item 10,18 dan 51, 3 item favorable pada aspek nilai dengan nomor

item 5,31 dan 41 dan 2 item unfavorable pada aspek nilai 32 dan 53).

Langkah-langkah seleksi item di atas dilakukan peneliti karena

mempertimbangkan hal yakni item-item yang digugurkan oleh peneliti adalah item

yang memiliki indeks daya diskriminasi rendah dan kurang berdampak pada

peningkatan koefisien reliabilitas skala. Dikarenakan item positif yang dipakai

tersisa 19 item, maka peneliti kembali menambahkan dan merevisi sebanyak 5 butir

dengan nomor item 4 dan 39 (aspek tingkah laku dan unfavorable), 9, 45 dan 55

(aspek emosional dan unfavorable). Hal ini dilakukan agar jumlah item memenuhi

standarisasi kriteria. Lalu untuk meratakan jumlah item dan variansi konten agar

seimbang disetiap aspeknya dan untuk memenuhi standar koefisien reliabilitas

skala yang baik. Kelima item tersebut diperiksa ulang daya diskiriminasinya

sebelum ditetapkan sebagai bagian dari final skala.

Uji coba kedua dilakukan untuk memeriksa ciri psikometrik alat ukur baru terdiri

dari 24 item meliputi 19 item hasil uji coba pertama dan lima item baru yang

ditambahkan. Uji coba dilakukan pada tanggal 16 April 2020 hingga 20 April 2020

dengan cara menyebarkan tautan kuesioner melalui tautan google form. Subyek

pada uji coba kedua ini ialah siswa-siswi sekolah menengah atas yang berasal dari

keluarga Batak di kota Pematang Siantar yang berjumlah 214 orang. Pemilihan

lokasi pada subyek penelitian ini dilakukan karena Pematang Siantar berada di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

39

Sumatera Utara yang merupakan kota muara sebagian besar suku Batak bermukim.

Kemudian, pengumpulan data menggunakan google form dilakukan karena

bermanfaat dalam mengurangi biaya, kemudahan entri data dan kemampuan untuk

mengakses populasi yang berbeda.

Hasil pemeriksaan mutu psikometrik alat ukur baru pada taraf item adalah

sebagai berikut:

Tabel 5

Struktur Bentuk Final Skala Kemandirian

Aspek Pernyataan

Jumlah Persentase Favorable Unfavorable

Emosional 7(0.3865), 16(0.3508),

34(0.3931), 56(0.4461)

9(0.2189), 45(0.4094),

47(0.3328), 55(0.4068)

8 33,33%

Tingkah Laku 19(0.4944),50(0.3844),

54(0.4179), 57(0.3734)

3(0.2399), 4(0.2164),

39(0.2309), 52(0.2681)

8 33,33%

Nilai 1(0.3470), 2(0.4065),

30(0.4144), 31(0.2795)

13(0.3393), 14(0.3317),

22(0.3570), 42(0.3191)

8 33,33%

Total 12 12 24 100%

Keterangan: nomor item(skor rit)

Hasil koefisien item total (rit) pada final skala kemandirian secara keseluruhan

menunjukkan koefisien di atas 0.2. Skor rit tertinggi pada final skala ini adalah

0.4944 dan skor rit terendah adalah 0.2164.

Dari hasil uji coba kedua ini terbukti, baik 19 item lama maupun 5 item baru

terbukti memiliki daya beda yang baik. Maka, langkah berikutnya adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

40

memeriksa mutu psikometrik alat ukur pada taraf skala, meliputi pemeriksaan

reliabilitas dan daya diskriminasi skala.

Pemeriksaan reliabilitas skala adalah konsistensi hasil pengukuran yang

dapat dipercaya bila dilakukan berulang kali terhadap suatu populasi, individu atau

kelompok. Kemudian, salah satu cara untuk menguji reliabilitas alat ukur adalah

dengan menggunakan Alpha Cronbach (Supratiknya, 2014). Suatu konstruk

dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas ≥ 0.60 (Latan, 2014). Hasil

reliabilitas dalam penelitian ini sebesar 0.690. Hal ini menunjukkan bahwa skala

penelitian ini memperoleh skor Cronbach Alpha yang cukup reliabel untuk

digunakan.

Pemeriksaan daya diskriminasi skala diperiksa dengan menghitung

koefisien delta Ferguson yang memiliki kriteria ≥ 0.90. Besarnya delta Ferguson

dalam penelitian ini adalah 0.967. Hasil ini menunjukkan bahwa skala kemandirian

memiliki daya diskriminasi tes yang baik sehingga skala ini mampu menunjukkan

kemandirian subyek.

Artinya, bentuk baru Skala Kemandirian yang terdiri dari 24 item tersebut

terbukti memiliki mutu psikometrik yang memuaskan, baik pada taraf item maupun

pada taraf skala. Demi efisiensi dari segi waktu maupun biaya dan mengingat proses

pengambilan data dengan cara daring dalam uji coba kedua ini sudah

dipertimbangkan segi positif-negatifnya dan mengingat mutu psikometrik skala ini

terbukti baik, maka atas persetujuan dosen pembimbing data hasil uji coba kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

41

ini sekaligus dipakai sebagai data penelitian dengan hanya menggunakan data dari

subjek yang memenuhi kriteria (keluarga Batak) sebagai data terpakai.

Prosedur Penelitian

Dalam menyusun penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kuantitatif. Perolehan subyek pada penelitian ini dilakukan dengan

meminta bantuan para guru di seluruh sekolah kota Pematang Siantar untuk

menyebarkan tautan kuesioner melalui tautan google form. Pengumpulan data

menggunakan google form dilakukan karena bermanfaat dalam mengurangi biaya,

kemudahan entri data dan kemampuan untuk mengakses populasi yang berbeda.

Teknik Analisi Data

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemandirian

remaja putra dan putri dalam keluarga Batak. Tahapan analisis data yang dilakukan

pada penelitian ini ialah pertama dengan melakukan uji perbedaan mean teoritik

dan mean empirik untuk memperoleh gambaran tingkat kemandirian secara umum

dengan menggunakan teknik one sample t-test. Uji perbedaan mean tingkat

kemandirian sampel laki-laki dan perempuan dilakukan pada taraf skala dan

subskala dalam rangka menguji hipotesis. Sehingga, sebelum menentukan teknik

statistik uji hipotesis yang dipakai, perlu dilakukannya uji asumsi terlebih dahulu

yakni uji normalitas dan homogenitas varians. Standar kriteria uji hipotesis diterima

pada penelitian ini jika perolehan skor signifikansi lebih kecil dari 0.05 (p< 0.05).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan data uji coba kedua yang sekaligus dipakai sebagai data

penelitian. Dari data yang terkumpul tidak ada satu pun data yang gugur dalam

proses pengumpulan.

Deskripsi Subyek Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 214 orang yang merupakan siswa-

siswi keluarga Batak dengan kriteria usia 15-18 tahun, yang tersebar dari sebelas

sekolah yang berbeda dan merupakan pelajar yang sedang berada di kelas 1-3 SMA.

Deskripsi subyek penelitian ini meliputi persentase jenis kelamin partisipan, usia

partisipan dan kategorisasi suku Batak.

Berdasarkan jenis kelaminnya diperoleh subyek sebanyak 214 orang,

subyek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 45 orang (21%). Sedangkan subyek

berjenis kelamin perempuan berjumlah 169 orang (79%).

Usia partisipan pada penelitian ini berkisar 15-18 tahun dengan Mean usia

partisipan penelitian adalah 16 tahun dengan SD = 1.008. Secara lengkap uraian

tentang usia partisipan penelitian adalah subyek berusia 15 tahun berjumlah 66

orang (30.8%). Subyek berusia 16 tahun berjumlah 76 orang (35.5%). Lalu, subyek

berusia 17 tahun berjumlah 44 orang (20.6%). Kemudian, subyek berusia 18 tahun

berjumlah 28 orang (13.1%).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

43

Berdasarkan latar belakang asal suku Batak diperoleh subyek yang berasal

dari keluarga Batak Toba berjumlah 155 orang (72.4%). Hal ini dapat dipengaruhi

oleh demografi tempat pengambilan data yang terletak di pulau Sumatera Utara.

Subyek terbanyak kedua berasal dari keluarga Batak Karo dengan jumlah 27 orang

(12.6%). Kemudian, subyek yang berasal dari keluarga Batak Simalungun

berjumlah 26 orang (12.1%). Lalu, subyek yang berasal dari keluarga Batak

Mandailing berjumlah 6 orang (2.8%).

Deskripsi Hasil Penelitian

Data deskriptif di bawah ini diperiksa melalui penyajian data mean dan SD

pada tingkat skala terlebih dahulu, kemudian melakukan uji beda mean empirik dan

mean teoritik pada tingkat skala untuk menafsirkan tinggi-rendah tingkat

kemandirian subyek secara keseluruhan dengan menggunakan teknik one sample t-

test. Data deskriptif yang diperoleh pada penelitian ini dituliskan dalam tabel 6.

Tabel 6

Deskripsi Statistik Data Kemandirian dan Hasil Uji One Sample t-Test (N=214)

Teoritik Empirik Perbedaan

Mean T Sig

Mean 60 72.97 12.97 202.493 .000

SD 12 5.271

Mean teoritik pada penelitian ini adalah 60 (SD = 12), dan mean empirik

sebesar 72.97 (SD = 5.271) dengan perbedaan Mean keduanya sebesar 12.97.

Perbedaan mean tersebut terbukti signifikan melalui signifikansi hasil uji t (t =

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

44

202.493, p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemandirian pada remaja

laki-laki dan perempuan secara umum tinggi.

Hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah perempuan

lebih mandiri dibandingkan dengan laki-laki pada siswa-siswi yang berasal dari

keluarga Batak. Hipotesis ini diuji pada tingkat skala dan subskala, sehingga untuk

menentukan teknik statistik yang dipakai perlu dilakukannya uji asumsi terlebih

dahulu yakni uji normalitas dan homogenitas varians.

Hasil uji normalitas terhadap kemandirian pada remaja menggunakan

Kolmogorov Smirnov test menunjukkan bahwa nilai signifikansi tingkat

kemandirian adalah 0.023 (p<0.05), hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi

tidak normal.

Uji homogenitas varians penelitian ini menggunakan uji Levene’s Test dengan

skor yang diperoleh 0.032 (p<0.05) yang berarti data tidak homogen.

Tabel 7

Hasil Uji Perbedaan Mean Pada Skala dan Subskala Antara Kelompok Laki-Laki

(N= 45) Dan Perempuan (N= 169)

Mean

Teoritik Mean & SD

Selisih Skor

Mean

Skala

Kemandirian 60

L Mean = 72.29

SD = 6.714

0.86

P Mean = 73.15

SD = 4.824

Emosional 20

L Mean = 25.56

SD = 3.341 0.42

P Mean = 25.98

SD = 2.326

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

45

Tingkah Laku 20

L Mean = 22.62

SD = 2.377 0.34

P Mean = 22.96

SD = 1.995

Nilai 20

L Mean = 24.11

SD = 2.289 0.1

P Mean = 24.21

SD= 2.098

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada taraf skala terdapat perbedaan

skor mean kemandirian laki-laki dan perempuan, dengan selisih skor sebesar 0.86.

Subyek dengan jenis kelamin perempuan memiliki skor mean sebesar 73.15 dan

skor laki-laki sebesar 72.29. Kemudian, pada taraf subskala terdapat pula perbedaan

skor mean di tiap aspeknya. Perempuan pada aspek emosional memiliki skor mean

sebesar 25.98 dan skor laki-laki sebesar 25.56, dengan selisih skor 0.42. Pada aspek

tingkah laku, perempuan memiliki skor mean sebesar 22.96 dan skor laki-laki

sebesar 22.62, dengan selisih skor 0.34. Aspek nilai, perempuan memiliki skor

mean sebesar 24.21 dan laki-laki sebesar 24.11, dengan selisih skor 0.1. Kemudian,

tabel di atas menunjukkan bahwa baik pada taraf skala dan subskala diperoleh hasil

mean empirik > mean teoritik, yang berarti tingkat kemandirian pada remaja laki-

laki dan perempuan cenderung tinggi.

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non-

parametrik berupa Mann Whitney U Test. Teknik ini digunakan karena tidak

terpenuhinya uji asumsi normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

46

Tabel 8

Hasil Uji Beda Mean Jenis Kelamin

Ranks

Jenis_Kelamin N Mean Rank Sum of Ranks

Kemandirian Laki-laki 45 103.52 4658.50

Perempuan 169 108.56 18346.50

Total 214

Tabel 9

Hasil Uji Mann Whitney Test

Kemandirian

Mann-Whitney U 3623.500

Wilcoxon W 4658.500

Z -.486

Asymp. Sig. (2-tailed) .627

Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa skor kemandirian lebih tinggi pada

kelompok perempuan (108.56) dibandingkan kelompok laki-laki (103.52). Pada

hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan mean,

ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok laki-laki

dan perempuan. Sehingga, tidak dapat dikatakan bahwa perempuan terbukti secara

signifikan lebih mandiri dari laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi

sebesar 0.627 yang lebih besar dari 0.05.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

47

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kemandirian

pada remaja laki-laki dan perempuan dalam keluarga Batak. Berdasarkan hasil uji

asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data terdistribusi tidak normal, tidak

homogen dan hipotesis pada penelitian ini ditolak. Meskipun terdapat perbedaan

skor mean pada kelompok laki-laki dan perempuan, namun tidak dapat dikatakan

bahwa perempuan terbukti secara signifikan lebih mandiri dibandingkan laki-laki

(p>0.05). Santoso (2010) mengatakan bahwa tidak terpenuhinya uji asumsi dan

signifikansi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni yang pertama keadaan

tertentu yang membuat subyek tidak sungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner,

sehingga subyek cenderung tidak kooperatif dan bahkan ekstrim dalam mengisi

kuesioner. Lalu, yang kedua terdapatnya jumlah sampel pada penelitian ini yang

tidak merata di mana subyek perempuan lebih banyak dibandingkan subyek laki-

laki.

Pada hasil perhitungan mean teoritik dan empirik pada taraf skala dan

subskala diketahui bahwa secara umum tingkat kemandirian laki-laki dan

perempuan cenderung tinggi (mean empirik > mean teoritik). Adapun faktor yang

dapat mempengaruhi kemandirian remaja adalah yang pertama hal ini dapat terjadi

karena usia subyek pada penelitian ini membuat mereka telah memiliki kesadaran

mengenai tugas dan tanggungjawab sebagai remaja yaitu untuk mencapai

kemandirian. Faktor usia subyek yang berada pada rentang 15-18 tahun di mana

pada masa ini remaja mulai memiliki keinginan untuk melepaskan diri dari

ketergantungan pada orang lain. Sehingga, perolehan hasil uji beda mean empirik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

48

> mean teoritik mendukung tingginya kemandirian remaja laki-laki dan perempuan

dalam keluarga Batak. Pandangan ini didukung oleh Sutton (seperti dikutip dalam

Masrun et al., 1986) yang menjelaskan pertambahan usia dan proses belajar

membuat individu semakin mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Lebih lanjut, faktor usia subyek juga dapat menyebabkan tidak terdapatnya

perbedaan tingkat kemandirian antara laki-laki dan perempuan pada penelitian ini.

Berdasarkan, tingginya skor mean yang diperoleh secara keseluruhan pada laki-laki

dan perempuan, hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian memiliki kesadaran

akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang remaja.

Kemudian, berdasarkan hasil uji perbedaan mean pada tiap aspek (subskala)

diketahui bahwa remaja laki-laki dan perempuan cenderung mampu

mengembangkan kemandirian secara emosional, tingkah laku dan nilai (mean

empirik > mean teoritik). Hal ini sesuai dengan analisis Steinberg (2002) yang

menjelaskan terdapat tiga aspek kemandirian yang perlu dimiliki remaja untuk

mencapai kemandirian. Remaja dengan kemandirian yang baik dapat ditandai

dengan sudah mampu memutuskan kelekatan emosionalnya terhadap figur otoritas

yakni orang tua (aspek emosional), mampu menentukan pilihan dan

mempertanggungjawabkannya (aspek tingkah laku) dan mampu melibatkan proses

penalaran dan kemampuan berpikirnya dalam mengevaluasi suatu masalah hal

(aspek nilai).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masrun (1986) yang mengungkap

studi mengenai kemandirian pada penduduk di tiga suku bangsa (Jawa, Batak,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

49

Bugis). Dilihat dari jenis kelamin pada ketiga kelompok suku yakni Jawa, Batak

dan Bugis, kelompok pria lebih mandiri dibandingkan dengan wanita. Hasil

penelitian Masrun ini tidak sejalan dengan hasil pada penelitian ini yakni tidak

terdapatnya perbedaan tingkat kemandirian yang signifikan antara laki-laki dan

perempuan dalam keluarga Batak. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini

mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sitorus dan Warsito (2013)

membahas tentang tidak terdapatnya perbedaan tingkat kemandirian dan

penyesuaian diri mahasiswa perantauan suku Batak ditinjau dari jenis kelamin. Hal

ini dikarenakan setiap mahasiswa perantauan suku Batak ternyata memiliki

komponen kemandirian, mampu beradaptasi dan memiliki penguasaan diri.

Kesimpulan dari hasil penelitian perbedaan tingkat kemandirian remaja

laki-laki dan perempuan dalam keluarga Batak menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan skor mean pada kelompok laki-laki dan perempuan, namun tidak dapat

dikatakan bahwa perempuan terbukti secara signifikan lebih mandiri dibandingkan

laki-laki, sehingga hipotesis pada penelitian ini ditolak. Meskipun demikian, taraf

kemandirian remaja pada penelitian ini secara umum tinggi baik pada taraf skala

maupun subskala.

Keterbatasan dalam penelitian ini ialah jumlah sampel yang tidak merata di

mana subyek perempuan lebih banyak dibandingkan subyek laki-laki. Lalu, peneliti

tidak mempertimbangkan faktor urutan kelahiran pada identitas subyek penelitian,

sehingga peneliti tidak dapat memastikan apakah seluruh subyek mengalami

perbedaan pola asuh berbasis budaya Batak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan

sebelumnya, yakni perempuan lebih mandiri dibandingkan laki-laki. Sedangkan,

hasil yang diperoleh adalah meskipun terdapat perbedaan skor mean pada

kelompok laki-laki dan perempuan, namun tidak dapat dikatakan bahwa perempuan

terbukti secara signifikan lebih mandiri dibandingkan laki-laki. Penelitian ini tidak

dapat digeneralisasikan kepada kelompok populasi karena data yang diperoleh tidak

terdistribusi normal.

Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, tentu masih terdapat kekurangan dan

keterbatasan diantaranya jumlah sampel yang tidak merata di mana subyek

perempuan lebih banyak dibandingkan subyek laki-laki.

Peneliti tidak mempertimbangakan faktor urutan kelahiran terhadap

identitas subyek penelitian, faktor urutan kelahiran yang dimaksud ialah apakah

subyek memiliki saudara laki-laki di dalam keluarganya atau tidak. Sehingga

peneliti tidak dapat memastikan apakah seluruh subyek mengalami perbedaan pola

asuh berbasis budaya Batak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

51

Saran

Berdasarkan uraian penelitian di atas, berikut ini beberapa saran yang dapat

peneliti ajukan, antara lain :

1. Bagi Pelajar

Para pelajar diharapkan tetap memiliki kesadaran mengenai tugas dan

tanggungjawabnya sebagai remaja untuk mencapai kemandirian.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat memastikan terlebih

dahulu bahwa sampel yang akan dituju mengalami fenomena perbedaan

pola asuh berbasis budaya Batak. Kemudian dapat menambahkan variabel

lain sebagai variabel kontrol seperti faktor pola asuh, urutan kelahiran,

intelegensi yang dapat mempengaruhi kemandirian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

52

DAFTAR ACUAN

Agustina, E.F., & Mailasari, D.U. (2017). Spoiled children: problem dan solusi.

Thufula: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(2), 332-357.

http://dx.doi.org/10.21043/thufula.v5i2.3479

Aninda, R.N. (2013). Nilai anak perempuan pada keluarga Batak ditinjau dari ibu

dewasa awal dan dewasa madya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,

2(1), 1-13.

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Pustaka Pelajar.

Bi, X., Yang, Y., Li, H., Wang, M., Zhang, W & Deckard, K.D. (2018). Parenting

styles and parent-adolscent relationships: the mediating roles of behavioral

autonomy and parental authority. Frontiers In Psychology. Vol 9, 113.

10.3389/fpsyg.2018.02187

Berk, Laura E. (2012). Development through the lifespan (Edisi Kelima Dari

Prenatal sampai remaja. Pustaka Pelajar.

Burton, Graeme. (1999). Media dan budaya populer. Jalasutra.

Desmita. (2010). Psikologi perkembangan. PT Remaja Rosdakarya.

Endriani, N. (2016). Perbedaan motivasi berprestasi dan aspirasi pendidikan siswa

ditinjau dari jenis kelamin dan latar belakang budaya serta implikasinya dalam

pelayanan bimbingan dan konseling. Jurnal Penelitian Bimbingan dan Konseling,

1(2), 104-119.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

53

Ernes, Y. (2018, Agustus, 31). Perlukah mengajarkan kesetaraan gender sejak dini

kepada anak?

https://kbr.id/082018/perlukah_mengajarkan_kesetaraan_gender_sejak_dini_kepa

da_anak_/97142.html

Farihah., Gandamana, A., Erni., & Sitorus, M,A. (2019). Pola asuh keluarga dalam

upaya pembentukan kemandirian anak berdasarkan persepsi budaya di kota medan.

Elementary School Journal. 9(4), 318-326.

Feist, & Feist. (2009). Teori kepribadian jilid 1. Salemba Humanika.

Ginting. (1985). Kebudayaan batak dalam manusia dan kebudayaan Indonesia.

Jambatan.

Firmando H.B. (2020). Potret pengarusutamaan gender dalam kehidupan keluarga

batak toba di tapanuli utara (analisis gender pendekatan sosiologis). Jurnal Ilmiah

Sosiologi Agama. 3(1), 47-62

Ginting, E.D. J., & Sitepu, O.C. (2013). Perbedaan adversity quotient pada

wirausahawan batak toba dan jawa. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara.

Ginting, S.U., Nofasari, E., & Lubis, F.W. (2018). Ideologi gender pada perempuan

batak karo dan perempuan jawa di desa purwobinangun (kajian wacana kritis).

Jurnal Seminar Nasional Royal (SENAR). 533-536.

Granello, D.H. & Wheaton, J.E. (2004). Online data collection: strategies for

research. Journal of Counseling & Development, 82, 387-393.

Gultom. (1992). Dalihan natolu. nilai budaya suku batak. CV.Armanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

54

Gunarsa, Y.S., & Gunarsa, S.D. (1981). Psikologi remaja. BPK Gunung Agung.

Harahap, B.H., & Siahaan, H.M. (1987). Orientasi nilai-nilai budaya batak.

Sanggar Willem Iskander.

Harahap, E.St. (1960). Perihal bangsa batak. Bagian Bahasa Kebudajaan Dep, P.P

dan K.

Hurlock, E.B. (1991). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. Erlangga.

Hurlock, E.B. (1999). Child development jilid II, terjemahan tjandrasa. Erlangga.

Hurlock, E.B. (2008). Perkembangan anak jilid 1 edisi keenam. Erlangga.

Hutahaean A.N.P.S., & Agustina Winarti. (2020). Peran filosofi budaya batak toba

dalam dunia pendidikan. Jurnal Sosial dan Budaya. 9(3), 313-324.

https://doi.org?10.33772/etnoreflika.v9i3.895

Irianto, S. (2003). Perempuan di antara berbagai pilihan hukum. Yayasan Pustaka

Obor Indonesia.

Irmawati. (2004). Motivasi berprestasi dan pola pengasuhan pada suku bangsa

batak toba di desa parparean II dan suku bangsa melayu di desa bogak. Program

Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Irnawati. (2011). Motivasi dan pola pengasuhan pada suku bangsa batak toba di

desa parparean II kecamatan porsea-kabupaten tapanuli utara propinsi daerah

tingkat I sumatera utara. Jurnal Psikologi Sosial, 9(01), 22-32.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

55

Latan, H. (2014) Aplikasi analisis data statistik untuk ilmu sosial sains dengan IBM

SPSS. Alfabeta.

Leofitri, J., Indrasari, Y.S., & Menaldi, A. (2014). Perbandingan motivasi

berprestasi dan urutan kelahiran psikologis pada remaja laki-laki bersuku Batak

Toba. Jurnal Psikologi Sosial.

Lerner, R.M. (1976). Concept and theories of human development. Addison-

Wesley Publishing Company Inc.

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Usaha Nasional.

Masrun., Martono., Haryanto., Purba, H., Utami, M.S., Bawani, N.A., Aritonang,

L., & Sutcipto, H. (1986). Studi mengenai kemandirian pada penduduk di tiga suku,

laporan penelitian kantor menteri negara dan lingkungan hidup. Fakultas Psikologi

UGM.

Novilita Hairina., & Suharnan. (2013). Konsep diri adversity quotient dan

kemandirian belajar siswa. Jurnal Psikologi. 8(1), 619-632.

Nuryoto, S. (1992). Kemandirian remaja ditinjau dari tahap perkembangan, jenis

kelamin dan peran jenis. Fakultas Psikologi UGM.

Odhe, R.S.V. (2017). Hubungan adversity quotient dengan kemandirian pada

remaja perantau batak. Fakultas Psikologi Universitas Andalas.

Paramitha, K., & Basaria, D. (2018). Pola asuh ayah terhadap anak perempuan dan

anak laki-laki keluarga patrilineal. Jurnal Muara Ilmu Sosial Humaniora dan Seni,

2(1), 1-13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

56

Pariwisata Sumut. (2014, 30 Agustus). Tiga suku asli dari Sumatera Utara.

PariwisataSUMUT.NET.

https://www.pariwisatasumut.net/2014/08/3-suku-asli-dari-sumatera-utara.html.

Purbasari, K.D., & Nawangsari, N.A.F. (2016). Perbedaan kemandirian pada

remaja yang berstatus sebagai anak tunggal ditinjau dari persepsi pola asuh orang

tua. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 5(1).

Rangkuti, E.N.A., & Fatmariza. (2020). Karakter anak pada perkawinan campuran

suku minangkabau dan batak di kelurahan tanjung buntung. Journal of Civic

Education. 3(4), 421-429

Rochmah, E.Y. (2005). Psikologi perkembangan. Teras.

Santosa, A.W.U., & Marheni, A. (2013). Perbedaan kemandirian berdasarkan tipe

pola asuh orang tua pada siswa smp negeri di Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana.

1(1), 54-62. https://doi.org/10.24843/JPU.2013.v01.i01.p06.

Santoso, A. (2010). Statistika untuk psikologi dari blog menjadi buku. Universitas

Sanata Dharma.

Santoso, S. (2003). Mengatasi berbagai masalah statistik dengan SPSS versi 11.5.

PT. Elex Media Komputindo.

Santrock. J.W. (2008). Psikologi pendidikan. Prenada Media Group.

Santrock, J.W. (2009). Perkembangan anak. Edisi 11. Erlangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

57

Sekaran, U. (2006). Metodologi penelitian untuk bisnis buku 2 edisi 4. Salemba

Empat.

Shaffer, D.R. (2002). Developmental psychology: childhood & adolescence. sixth

edition. Wadsworth/Thomson learning, Inc.

Siantar Rap Foundation. (2015). Boru ni Raja (Lagu). Dalam Tobanese. Awenz;

Sumatera Utara.

Sianturi, J. (2017). Makna anak laki-laki di masyarakat batak toba. JOM FISIP,

4(2). 1-12.

Simangunsong F. (2013). Pengaruh hagabeon, hamoraon, dan hasangapon terhadap

ketidaksetaraan gender dalam amang parsinuan. Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan

Kesastraan. 1(2), 207-220.

Simbolon, C.J., & Siregar, R.H. (2014). Nilai hagabeon dan upaya memperoleh

keturunan pada pasangan suku batak toba yang infertil. Jurnal Psikologia. 9(1), 25-

31.

Sinaga, B. (2009). Model pembelajaran bermuatan soft skills dengan pola interaksi

sosial dalihan na tolu. Jurnal Generasi Kampus, 2(1).

Siregar, A. (2018). Menolak ayah. Kepustakaan Populer Gramedia

Siregar, M. (2018). Ketidaksetaraan gender dalam dalihan natolu. Jurnal Studi

Kultural, 3(1), 13-15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

58

Sitorus, L.I.S., & Warsito, WS.H. (2013). Perbedaan tingkat kemandirian dan

penyesuaian diri mahasiswa perantauan suku Batak ditinjau dari jenis kelamin.

Jurnal Character, 1(2), 1-6.

Soesens, B., Vansteenkiste, M., Lens, W., Luyckx, K., Goossens, L., Beyers, W.,

& Ryan, R.M. (2007). Conceptualizing parental autonomy support: Adolescent

perceptions of promotion of independence versus promotion of volitional

functioning. Developmental Psychology, 43(3), 633–646.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Sagung

Seto.

Steinberg, L. (2002). Adolescence Sixth edition. McGraw Hill Inc.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Afabeta.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metodologi penelitian pendidikan: kompetensi dan praktiknya.

Bumi Aksara

Sunarty, K. (2016), Hubungan pola asuh orangtua dan kemandirian anak. Jurnal

EST (JEST), 2(3), 152-160.

Supardi. (2013). Aplikasi statistika dalam penelitian konsep statistika yang lebih

komprehensif. Change Publication.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Sanata Dharma University Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRA DAN …

59

Susanto, A. (2018). Bimbingan dan konseling di sekolah (konsep teori dan

aplikasinya). Prenadamedia Group.

Tobing, D.H., & Alfiani, C. (2018). Hubungan antara konformitas dengan motivasi

berprestasi pada mahasiswa suku batak di universitas udayana. Jurnal Psikologi

Udayana, 5(1), 116-122.

Vergouwen, J. (2004). Masyarakat dan hukum adat Batak Toba. LKiS.

Wasinah. (2015). Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan

jumlah saudara terhadap kemandirian anak. Psikopedagogia, 4(2), 104-114.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI