PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf ·...

15
PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Diajukan oleh: RACHMAD ALSY SETIAFADI J5001 300 47 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf ·...

Page 1: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK

MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Diajukan oleh:

RACHMAD ALSY SETIAFADI

J5001 300 47

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK

MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

RACHMAD ALSY SETIAFADI

J500130047

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing Utama

Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes

NIK : 110.1639

i

Page 3: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK

MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016

OLEH

RACHMAD ALSY SETIAFADI

J500130047

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari ..........., .................. ................ 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Shoim Dasuki, M. Kes. (.............................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Erna Herawati, Sp. KJ (.............................)

(Anggota Dewan Penguji)

3. Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes (.............................)

(Pembimbing Utama)

Dekan,

DR. Dr. EM Sutrisna, M.Kes

NIK : 91

ii

Page 4: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

iv

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, yang tertulis

dalam naskah ini kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan penulis di atas,

maka akan penulis pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 20 Februari 2017

Penulis

RACHMAD ALSY SETIAFADI

J 500 130 047

iii

Page 5: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

1

PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK

MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK

LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka gangguan pendengaran di Indonesia masih cukup tinggi,

tes Schwabach merupakan salah satu tes kualitatif untuk memeriksa gangguan

pendengaran dimana tes ini membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa

dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Salah satu faktor penyebab

gangguan pendengaran ialah polusi suara dari mesin industry.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan hasil tes pendengaran

Schwabach pada pekerja pabrik mebel yang terpapar bising secara langsung dan

tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.

Metodologi Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional, sampel diambil secara purposive sampling,

analisis datanya dengan uji Kruskal-Wallis diolah menggunakan Statistical Product

and Service Solution (SPSS) 23.0 for Windows.

Hasil Penelitian : Dari perhitungan data statistik didapatkan nilai p = <0,001

(p<0,005).

Kesimpulan Penelitian : Terdapat perbedaan hasil tes Schwabach yang sangat

signifikan pada pekerja pabrik mebel yang terpapar bising secara langsung dan

tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.

Kata Kunci : Hasil tes schwabach, Terpapar Bising

ABSTRACT

Background : The number of hearing disorder in Indonesia is still high, Schwabach

test is one of the qualitative test to examine hearing disorders by comparing the

bone conduction with the examiner with normal hearing.

Research Objectives : The purpose of this study is to discover the differences in

test results Schwabach at the furniture factory workers exposed to noise directly

and indirectly in the Jepara furniture industry.

Research Methodology : This study is an analytical observational study with cross

sectional approach, samples taken with purposive sampling, data analysis with

Kruskal wallis test processed using Statistical Product and Service Solution (SPSS)

23.0 for Windows.

Research Result : From data statistical count p = <0,001 (p<0,005).

Research Conclusions : There is a differences in test results Schwabach very

significant at the furniture factory workers exposed to noise directly and indirectly

in the Jepara furniture industry.

Keywords: Schwabach test result, noise exposure

Page 6: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

2

1. PENDAHULUAN

Angka gangguan pendengaran di Indonesia masih cukup tinggi, menurut

WHO (World Health Organization) secara global diperkirakan bahwa pada

tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) dari jumlah penduduk di dunia menderita

gangguan pendengaran, 75 sampai 140 juta di antaranya terdapat di Asia

Tenggara. Dari hasil “WHO Multi Center Study” pada tahun 1998, Indonesia

termasuk 4 Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu

(4,6%), 3 negara lainnya adalah Sri Langka (8,8%), Myanmar (8,4%), dan India

(6,3%). Walaupun bukan persentase yang tertinggi akan tetapi 4,6% cukup

tinggi sehingga dapat menimbulkan masalah sosial ditengah masyarakat

(KNPGPKT, 2006).

Hasil Survey Kesehatan Penglihatan dan Pendengaran tahun 1994-1996

yang di laksanakan di 7 provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi ketulian

(0,4%), morbiditas telinga (18,5%), penyakit telinga luar (6,8%), penyakit

telinga tengah (3,95), prestikusis (2,6%), ototoksisitas (0,3%), tuli mendadak

(0,2%) dan tuna rungu (0,1%) (KNPGPKT, 2006).

Terdapat tiga jenis gangguan pendengaran yang dapat dikenali dengan uji

pendengaran yaitu tuli konduktif disebabkan karena kelainan di telinga luar atau

tengah, tuli sensorineural (perseptif) karena kelainan pada koklea (telinga

dalam), nervus VIII atau pusat pendengaran, dan tuli campur disebabkan oleh

kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural (Soetirto, et al., 2012).

Salah satu faktor penyebab gangguan pendengaran ialah polusi suara dari

mesin industri. Kemajuan teknologi di sektor industri telah berhasil menciptakan

berbagai macam produk mesin yang dalam pengoperasiannya seringkali

menghasilkan polusi suara atau timbul bising di tempat kerja. Suara bising atau

polusi udara, sebagai salah satu efek dari sektor industri dapat menimbulkan

gangguan pendengaran atau ketulian pada seseorang yang bekerja atau berada di

lingkungan industri tersebut (Nandi & Dhatrak, August 2008).

Indonesia mempunyai banyak industri, salah satunya ialah industri mebel.

Menurut Badan Pusat Statistik industri mebel pada tahun 2003 mempunyai

jumlah pabrik sebanyak 1479. Pabrik mebel sendiri menurut Atlas Industri

Page 7: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

3

Mebel Kayu di Jepara Indonesia paling banyak terdapat di Jepara. Pabrik mebel

menimbulkan polusi suara dari polusi mesin seperti compressor, gergaji mesin,

dan mesin gerinda hingga polusi suara yang di buat oleh pekerjanya sendiri

seperti orang mengamplas dan memalu (Roda, et al., 2007).

Gangguan pendengaran akibat bising dapat terjadi secara mendadak atau

perlahan, dalam kurun waktu bulan sampai tahun. Penderita sering tidak

menyadarinya, sehingga mulai mengeluh pendengarannya berkurang sudah

dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversible). Pada beberapa

kasus tertentu, gangguan pendengaran akibat bising mulai berlangsung 6 sampai

10 tahun lamanya (Guerra, et al., 2005).

Untuk memeriksa gangguan pendengaran di perlukan pemeriksaan

hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garputala (kualitatif)

atau audiometer nada murni (kuantitatif). Secara fisiologik telinga dapat

mendengar nada antara 20 sampai18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari

frekuensi paling efektif 500 – 2000 Hz, oleh karena itu untuk memeriksa

pendengaran menggunakan garputala 512, 1024, dan 2048 Hz. Pemeriksaan ini

merupakan tes kualitatif, terdapat berbagai macam tes penala salah satunya

adalah tes Schwabach dimana tes ini membandingkan hantaran tulang orang

yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal (Soetirto, et al.,

2012).

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional (non-experiment)

analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah

pekerja pabrik Mebel Fatma Putra Jepara yang sering terpapar bising selama 6

tahun. Cara pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel secara

Purposive Sampling. Besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 44, 22

pekerja pabrik mebel yang terpapar bisisng secara langsung, 22 pekerja pabrik

mebel yang terpapar bising secara tidak langsung.

Pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi: pekerja pabrik yang

sering terpapar bising secara langsung dan tidak langsung lebih dari 6 tahun,

bersedia memberikan data yang nyata dan kooperatif dengan peneliti, pekerja

Page 8: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

4

pabrik yang tidak memakai pelindung telinga. Kriteria eksklusi, pekerja pabrik

yang pernah mengalami atau sedang mengalami penyakit telinga, pekerja

pabrik yang mempunyai riwayat gangguan pendengaran sebelum bekerja di

pabrik, mendapat pengobatan yang bersifat ototoksik terhadap telinga, umur di

atas 60 tahun, hasil Schwabach memanjang atau mengalami tuli konduksi.

Sampel di ukur menggunakan garputala frekuensi 512 Hz.

Penelitian ini menggunakan uji Chi square untuk mengetahui terdapat

hubungan antara dua variabel yang diuji dengan menggunakan software SPSS

(Statistical Product And Service Solution) for windows 23.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode

purposive sampling. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan

pada Bulan November 2016 di Pabrik Mebel Fatma Putra Kota Jepara.

Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 44

orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bising terhadap

gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja pabrik mebel. Data yang

diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Hasil Pemeriksaan Responden Terpapar Bising Secara

Langsung dan Tidak Langsung

Jenis Paparan

Normal

n %

Memendek

n %

Terpapar Bising Secara

Langsung

3 13.63 % 19 86.37 %

Terpapar Bising Secara

Tidak Langsung

21 95.46 % 1 4.54 %

Sumber : Data primer penelitian

Jumlah keseluruhan responden terpapar bising secara langsung ada

22 responden didapatkan hasil 19 responden mengalami Schwabach

memendek, dan 3 responden mengalami Schwabach sama dengan

pemeriksa atau normal. Sedangkan jumlah keseluruan responden terpapar

Page 9: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

5

bising secara tidak langsung 1 responden mengalami Schwabach

memendek, dan 21 responden mengalami Schwabach sama dengan

pemeriksa atau normal.

Tabel 4.2. Analisis Data Berdasarkan Umur

Kelompok Usia

Terpapar Bising Secara

Langsung

Terpapar Bising Secara Tidak

Langsung

31 - 35 tahun 6 2

36 – 40 tahun 3 8

41 – 45 tahun 6 8

46 – 50 tahun 7 4

Total 22 22

Sumber : Data primer penelitian

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa usia antara responden yang

terpapar bising secara langsung dan tidak langsung sudah disama ratakan

dengan rentang usia 31 – 50 tahun.

Tabel 4.3. Analisis Data Berdasarkan Jenis Kelamin

KelompokJenis

Kelamin

Terpapar Bising Secara

Langsung

Terpapar Bising Secara Tidak

Langsung

Pria 8 12

Wanita 14 10

Total 22 22

Sumber : Data primer penelitian

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin antara

responden yang terpapar bising secara langsung dan tidak langsung tidak

disama ratakan karena menurut teori jenis kelamin tidak berpengaruh

terhadap gangguan pendengaran tetapi peneliti melakukan random pada

jenis kelamin untuk menghindari bias.

Page 10: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

6

Tabel 4.4. Analisis Data dengan Uji Chi-Square

Hasil Schwabach

Nilai p Memendek Normal

n % n %

Jenis

Paparan

Secara Langsung 19 86,37% 3 13,63% 0,000

Tidak Langsung 1 4,54% 21 95,46%

Total 20 45,5% 24 54,5%

Sumber : Data primer penelitian

Berdasarkan data yang telah didapatkan, di mana skala

pengukurannya kategorik nominal 2 kelompok yaitu memendek dan normal

sehingga memakai uji chi square. Hasil Analisis dengan menggunakan

SPSS for windows 23.0 didapatkan nilai signifikasi (p) = <0,001 nilai

p<0,005. Kesimpulan analisis ini adalah terdapat perbedaan hasil tes

Schwabach yang sangat bermakna pada pekerja pabrik mebel yang tepapar

bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada penelitian ini, terdapat

perbedaan hasil tes Schwabach yang bermakna dan signifikan pada pekerja

pabrik mebel yang tepapar bising secara langsung dan tidak langsung di

kawasan industri mebel Jepara.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa bising dapat

menyebabkan kerusakan di telinga dalam dengan lesi yang sangat bervariasi

dari disosiasi organ Corti, ruptur membran, perubahan stereosilia dan

organel subseluler. Bising juga menimbulkan efek pada sel ganglion, saraf,

membran tektoria, pembuluh darah dan vaskularis. Pada observasi

kerusakan organ Corti dengan mikroskop elektron ternyata bahwa sel-sel

sensor dan sel penunjang merupakan bagian yang paling peka di telinga

dalam. Jenis kerusakan pada stuktur organ tertentu bergantung pada

intensitas, lama pajanan dan frekuensi bising (Bashiruddin & Soetirto,

2012).

Page 11: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

7

Jenis ketulian yang diakibatkan oleh paparan bising adalah

gangguan jenis tuli sensorineural. Gangguan pendengaran sensorineural

biasanya pada tingkat ringan hingga berat dan bersifat permanen. Pada

tingkat ringan dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga

tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas

gangguan pendengaran berat atau parah. (Soetirto, et al., 2012)

Menurut Tantana dalam tesisnya yang berjudul Hubungan Antara

Jenis Kelamin, Intensitas Bising, Dan Masa Paparan Dengan Risiko

Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising Gamelan Bali Pada

Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan dimana hasil penelitiannya

menunjukkan gangguan pendengaran akibat gangguan bising gamelan

dengan intensitas bising dan paparan bising yang cukup lama lebih dari 10

tahun. (Tantana, 2014)

Penelitian Guerra dkk dalam jurnal yang berjudul Prevalance of

Noise-induced Hearing Loss in Metallurgical Company, mendapatkan hasil

bahwa pekerja yang sering terpapar bising logam lebih dari 6 tahun

mengalami gangguan tuli sensorineural.

Sedangkan penelitian Nandi dkk dalam jurnal yang berjudul

Occupational Noise-induced Hearing Loss in India, di India sendiri batas

kerja terkena paparan bising adalah 8 jam dengan rata-rata 90 DB seperti

pada tempat kerja tekstil, pencetakan, pabrik, pertambangan, dll.

Menunjukkan hasil mengalami gangguan pendengaran tuli sensorineural

dengan tes audiometri.

Data yang didapatkan pada penelitian ini 19 responden mengalami

Schwabach memendek dan 3 responden mengalami Schwabach sama

dengan pemeriksa atau normal pada pekerja pabrik yang terpapar bising

secara langsung. Menunjukkan bahwa responden yang mengalami

Schwabach memendek paling banyak yaitu 86,37% sesuai dengan teori

dimana Schwabach memendek menunjukkan mengalami gangguan tuli

sensorineural. Sedangkan pada pekerja pabrik yang terpapar bising secara

tidak langsung 1 responden mengalami Schwabach memendek dan 19

Page 12: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

8

responden mengalami Schwabach sama dengan pemeriksa atau normal.

Menunjukkan bahwa 95,46% responden memiliki Schwabach normal

artinya tidak mengalami gangguan pendengaran.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat

perbedaan hasil tes Schwabach pada pekerja pabrik mebel yang tepapar

bising secara langsung dengan hasil paling banyak Schwabach memendek

hal ini berarti bising menyebabkan mengalami ganguan pendengaran tuli

sensorineural.

Meskipun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan

teori dan hipotesis namun masih terdapat kelemahan, pada penelitian ini

untuk pengukurannya mungkin terdapat beberapa kesalahan yang tidak

disadari pemeriksa dan variabel luar yang mungkin belum terkendali.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil tes Schwabach yang sangat signifikan pada pekerja pabrik mebel

yang tepapar bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri

mebel Jepara. Hal ini berarti terdapat perbedaan pada pekerja pabrik yang

terpapar bising secara langsung mengalami tuli sensorineural sedangkan yang

tidak langsung tidak mengalami tuli sensorineural. Tindakan yang dapat

digunakan untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran antara lain dengan

memberikan pengetahuan akan pentingnya menggunakan APD dalam

melaksanakan tugasnya karena APD yang digunakan oleh pekerja pabrik mebel

memberikan perlindungan agar bising dapat diredam.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih panulis sampaikan kepada Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-

KL.,M.Kes., Dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes., dan Dr. Erna Herawati, Sp. KJ yang

telah membimbing, memberikan saran, nasehat dan semangat dalam penelitian ini.

Page 13: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

9

DAFTAR PUSTAKA

AJ, Duval., 2005. Klinkner A; Macromoleculer tracers in the mammakian cochlea.

Am J Otolaryngol.

Alatas, H., Karyomanggolo, W., Musa, D. A., Boediarso, A., Oesman, I. N., & Idris,

N. S., 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Ed.5. Jakarta:

Sagung Seto.

Jean-Marc Roda, Philippe Cadène, Philippe Guizol, Levania Santoso, Achmad

Uzair Fauzan. Montpellier., 2007. Atlas Industri Mebel Kayu di Jepara

Indonesia France: French Agricultural Research Centre for International

Development (CIRAD) and Bogor, Indonesia: Center for International

Forestry Research (CIFOR).

Borg E, Canlon B. Engstrom B., 1995 Noise Induced Hearing Loss. Literature

review and experiments in rabbits. Scandinavian Audiology Supplement 40.

Duvall, A. J., 2015. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. BOIES Buku Ajar

Penyakit THT Ed.6. Jakarta: EGC.

Greenflied, D. G., 2015. Audiology. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Ed 6. Jakata:

EGC.

Guerra, M. R., Lourenço, P. M., Bustamante-Teixeira, M. T., & Alves, M. J., 2005.

Prevalence of noise-induced hearing loss in metallurgical company. Rev

Saude Publica, vol.39, no.2, 1 - 7

Hendarmin, H., 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala & Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Indro S., 2000. Aspek klinik dan evaluasi kecacatan pada Noise Induced Hearing

Loss dalam Seminar Pelatihan tentang Program Konservasi Pendengaran.

Jakarta.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Nomor : KEP 51/ MEN/1999. Tentang. Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika di tempat Kerja.

Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, N. 8.

2006. Rencana strategi nasional penanggulangan gangguan pendengaran

dan ketulian untuk mencapai sound hearing 2030. Menteri kesehatan

republik indonesia, 4.

Lang., 1996. A Guide to the Care of Adults with Hearing Loss. American Academy

of Ophthalmology and Otolaryngology.

Page 14: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

10

Lassman, F. M., Levine, S. C., & Greenfield, D. G., 2015. Sistem Vestibular.

BOIES. Jakarta: EGC.

Lawrence R., 2015. Penyakit Telinga Luar. BOIES Ed.6. Jakarta: EGC.

Lynch, E., & Kil, J., 2005. Compounds for the Prevention and Treatment of

noise Induced Hearing Loss. Drug Discovery Today, vol.10, no. 19, 1291-

1298.

Nandi, S., & Dhatrak, S., 2008. Occupational Noise Induced Hearing Loss in India.

India Journal of Occupational and Environment Medicine, vol.12(2), 53-

56.

OSHA, O. S. a. H. A., 2005. Hearing Conservation for the Hearing-Impaired

Worker. Safety and Health Information Bulletin, p. 2.

Oedono, R., 1996. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja di bidang

THT. PIT Perhati.

Phillips, S., Henrich, V., & Mace., S., 2010. Prevalence of noise-induced hearing

loss in student musicians. International Journal of Audiology, 49:309–316.

Rukmini, S. & Herawati, S., 2013. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung &

Tenggorok. 1 ed. Jakarta: EGC.

Sanrota R., 2004. Tingkat Penurunan Pendengaran Akibat Kebisingan Pada tenaga

kerja Indonesia di Bagian pertenunan, Universitas Indonesia Jakarta.Tesis

Magister.

Soetirto, I., Hendarmin, H., & Bashiruddin, J., 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Ed.7. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Sopiyudin, M. D., 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Suma'mur PK. , 2005.Kebisingan dalam Higne Perusahan dan Kesehatan Kerja ed

9. Jakarta

Sundari., 2007. Hubungan pemajanan bising dengan ambang pendengaran tenaga

kerja di bagian peleburan dan pengerolan besi baja PT. B.D. Jakarta,

Fakultas Pasca Sarcaja Indonesia. Tesis Magister.

Tantana, O., 2014. Hubungan Antara Jenis Kelamin, Intensitas Bising, Dan Masa

Paparan Dengan Risiko Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising

Page 15: PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA …eprints.ums.ac.id/50641/1/Naskah Publikasi rev.pdf · Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes NIK : 110.1639 i. iii HALAMAN PENGESAHAN

11

Gamelan Bali Pada Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan. Tesis Program

Pasca Sarjana, Universitas Udayana.

Wright A.,1995. Anatomy and ultrastructure of the juman ear. ln: Scott Brown;s

otolaryngology vol 1. Basic science 5. Wright ed. London. Buttenrvort.