Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SMA PROGRAM SBI DAN NON SBI DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Pratiwi Prasetya Primisawitri G0009169 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2013

Transcript of Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

Page 1: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS

PADA SISWA SMA PROGRAM SBI DAN NON SBI

DI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Pratiwi Prasetya Primisawitri G0009169

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2013

Page 2: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

ABSTRAK Pratiwi Prasetya Primisawitri, G0009169, 2012. Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa SMA Program SBI dan Non SBI di Surakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang biasanya mulai muncul pada saat remaja. Salah satu faktor penyebab yang memperparah timbulnya akne vulgaris adalah faktor stres terutama stres pada tingkat pubertas. Stres sering terjadi pada siswa sekolah dengan aktivitas yang tinggi serta beban tugas yang banyak, misalnya pada siswa program SBI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2012 di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto. Diperoleh data sebanyak 63 dan analisis data menggunakan uji Chi Square melalui program SPSS 17.00 for Windows. Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan nilai Chi Square hitung sebesar 5,773, sedangkan nilai Chi Square tabel dengan 0,05 dan derajat bebas (df) = 1 didapatkan nilai sebesar 3.84. Hal ini berarti bahwa nilai Chi Square hitung > nilai Chi Square tabel. Sementara itu = 0,05 diperoleh nilai p = 0,016 yang berarti bahwa p < 0,05 dengan nilai Odds Ratio = 3,5. Ini menunjukkan bahwa hasil penelitian signifikan dan estimasi risiko timbulnya jerawat 3,5 kali. Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris yang signifikan pada siswa SMA program SBI dan non SBI dimana kejadian akne vulgaris pada siswa program SBI lebih tinggi dibanding dengan siswa non SBI. Angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI 3,5 kali lebih besar dibanding dengan siswa SMA program non SBI. __________________________________________________________________ Kata Kunci : Akne Vulgaris, SMA SBI, SMA non SBI

Page 4: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRACT Pratiwi Prasetya Primisawitri, G0009169, 2012. The Difference of Acne Vulgaris Insidence Among Students on International Senior High School and Non International Senior High School in Surakarta. A Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta Background: Acne vulgaris is one of the most common skin diseases, usually beginning in adolescence. Stress is one of the risk factor in exacerbating acne vulgaris, especially stress in puberty. Stress is often occurring in students with high activity and lot of workloads. This research aims to determine the difference of acne vulgaris incidence among students on international senior high school and non-international senior high school in Surakarta.

Methods: This study was observational analytic with cross sectional approach that was conducted in November 2012 at SMA Negeri 3 and SMA Negeri 4 Surakarta. The sampling was carried out by purposive sampling. The measuring instruments that used were questionnaires, physical examination and photo shoot. The obtained data were 63 and the data analysis used Chi Square test with SPSS 17.00 for Windows. Results: This study demonstrates the value of Chi-Square count equal to 5.773, while the value of Chi-Square table with = 0.05 and degrees of freedom (df) = 1 obtained a value of 3.84. It means that the value of Chi-Square count > value of Chi Square table. Meanwhile, with = 0.05 shows p = 0.016, which means that p < 0.05 with Odds Ratio 3,5. This shows that the research result is significant and risk estimation exacerbating acne vulgaris on international senior high school student is 3.5 times higher than on non-international high school student. Conclusion: There is difference of acne vulgaris incidence significantly among students in international senior high school and non-international high school which is acne vulgaris incidence in international senior high school is higher than non international senior high school. Incidence of acne vulgaris on international high school students is 3.5 times higher than on non-international high school students. __________________________________________________________________ Keywords: Acne Vulgaris, International Senior High School, non International Senior High School

Page 5: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 20 Desember 2012

Pratiwi Prasetya Primisawitri

G0009169

Page 6: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Pratiwi Prasetya Primisawitri, G0009169, 2012. Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa SMA Program SBI dan Non SBI di Surakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang biasanya mulai muncul pada saat remaja. Salah satu faktor penyebab yang memperparah timbulnya akne vulgaris adalah faktor stres terutama stres pada tingkat pubertas. Stres sering terjadi pada siswa sekolah dengan aktivitas yang tinggi serta beban tugas yang banyak, misalnya pada siswa program SBI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2012 di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto. Diperoleh data sebanyak 63 dan analisis data menggunakan uji Chi-Square melalui program SPSS 17.00 for Windows. Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan nilai Chi-Square hitung sebesar 5,773, sedangkan nilai Chi Square 1 didapatkan nilai sebesar 3.84. Hal ini berarti bahwa nilai Chi-Square hitung > nilai tabel Chi-Squarenilai p = 0,016 yang berarti bahwa p < 0,05 dengan nilai Odds Ratio = 3,5. Ini menunjukkan bahwa hasil penelitian signifikan dan estimasi risiko timbulnya jerawat 3,5 kali. Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris yang signifikan pada siswa SMA program SBI dan non SBI dimana kejadian akne vulgaris pada siswa program SBI lebih tinggi dibanding dengan siswa non SBI. Angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI 3,5 kali lebih besar dibanding dengan siswa SMA program non SBI. __________________________________________________________________ Kata Kunci : Akne Vulgaris, SMA SBI, SMA non SBI

Page 7: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Pratiwi Prasetya Primisawitri, G0009169, 2012. The Difference of Acne Vulgaris Insidence Among Students on International Senior High School and Non International Senior High School in Surakarta. A Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta Background: Acne vulgaris is one of the most common skin diseases, usually beginning in adolescence. Stress is one of the risk factor in exacerbating acne vulgaris, especially stress in puberty. Stress is often occurring in students with high activity and lot of workloads. This research aims to determine the difference of acne vulgaris incidence among students on international senior high school and non-international senior high school in Surakarta.

Methods: This study was observational analytic with cross sectional approach that was conducted in November 2012 at SMA Negeri 3 and SMA Negeri 4 Surakarta. The sampling was carried out by purposive sampling. The measuring instruments that used were questionnaires, physical examination and photo shoot. The obtained data were 63 and the data analysis used Chi Square test with SPSS 17.00 for Windows. Results: This study demonstrates the value of Chi-Square count equal to 5.773, while the value of Chi-Square table with = 0.05 and degrees of freedom (df) = 1 obtained a value of 3.84. It means that the value of Chi-Square count > value of Chi Square table. Meanwhile, with = 0.05 shows p = 0.016, which means that p < 0.05 with Odds Ratio 3,5. This shows that the research result is significant and risk estimation exacerbating acne vulgaris on international senior high school student is 3.5 times higher than on non-international high school student. Conclusion: There is difference of acne vulgaris incidence significantly among students in international senior high school and non-international high school which is acne vulgaris incidence in international senior high school is higher than non international senior high school. Incidence of acne vulgaris on international high school students is 3.5 times higher than on non-international high school students. __________________________________________________________________ Keywords: Acne Vulgaris, International Senior High School, non International Senior High School

Page 8: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

memberikan nikmatNya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa SMA Program SBI dan Non SBI. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu rasa hormat dan ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muh. Eko Irawanto, dr., Sp. KK selaku Pembimbing Utama yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 3. Ida Nurwati, dr., M. Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini. 4. Arie Kusumawardani, dr., Sp. KK selaku Penguji Utama yang telah memberikan

banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Novi Primadewi, dr., Sp. THT-KL., M. Kes selaku Penguji Pendamping yang

telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Mutmainah, dr., M. Kes, Bu Enny, SH., MH dan Mas Sunardi selaku TIM

Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta yang telah memberikan izin dan dukungan sehingga terlaksananya penelitian ini.

8. SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta atas kesempatan dan bantuannya sehingga penelitian ini bisa terlaksana.

9. Yang tercinta kedua orang tua saya, Ibu Sri Mulyaningsih dan Bapak Prasetyadi Mawardi, dr., Sp. KK yang senantiasa mendoakan dengan tiada henti serta memberikan dukungan dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.

10. Sadewa Yudha Sukawati, Ananda Prahardini Purnamasari, Irfany Arafiasetyanto Prihadi dan Ihsany Arafiasetyanto Prihadi atas doa dan semangat yang selalu diberikan.

11. Namira, Nadhira, Novi, Alva, Aryo dan teman-teman lainnya atas segala bantuan dan waktu yang selalu tersedia.

12. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 20 Desember 2012

Pratiwi Prasetya Primisawitri

Page 9: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 4

1. Akne Vulgaris .......................................................................... 4

2. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ...................................... 17

B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 19

C. Hipotesis ....................................................................................... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................

A. Jenis Penelitian ............................................................................. 20

B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 20

C. Subyek Penelitian ......................................................................... 20

D. Rancangan Penelitian ................................................................... 22

Page 10: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

E. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................... 23

F. Definisi Operasi Variabel Penelitian ............................................ 23

G. Cara Kerja .................................................................................... 26

H. Instrumen Penelitan ...................................................................... 27

I. Analisis Data ................................................................................ 27

BAB IV HASIL PENLITIAN ......................................................................... 28

A. Demografi Karakteristik ............................................................... 28

B. Analisis Output SPSS ................................................................... 30

C. Analisis Hasil ............................................................................... 30

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 33

BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 36

A. Simpulan ....................................................................................... 36

B. Saran ............................................................................................. 36

Page 11: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. The Global Acne Grading Sistem ..................................................... 14

Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin .... 27

Page 12: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Algoritma Patogenesis Akne ...................................................... 9

Gambar 2. Akne Konglobata ......................................................................... 15

Gambar 3. Akne Papulopustular .................................................................... 16

Gambar 4. Kerangka Pemikiran .................................................................... 19

Gambar 5. Rancangan Penelitian ................................................................... 22

Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok&Jenis Kelamin .... 29

Page 13: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Biodata dan Lembar Persetujuan

Lampiran 2. Kuesioner L-MMPI

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Responden

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Lampiran 5. Surat Disposisi dari Dikpora

Lampiran 6. Data Primer

Lampiran 7. Tabel Chi-Square

Lampiran 8. Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS

Lampiran 9. Hasil Foto

Page 14: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akne vulgaris (jerawat) merupakan salah satu penyakit kulit yang

biasanya mulai muncul pada masa remaja dan dapat sembuh dengan

sendirinya secara spontan (Ghodsi et al., 2009). Akne vulgaris adalah

penyakit kulit karena peradangan kronis pada folikel pilosebasea yang

ditandai dengan ujud kelainan kulit seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan

jaringan parut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik

(Wasitaatmadja, 2007).

Sekitar lebih dari 60 juta penduduk dunia menderita akne (Wolfe, 2009).

Akne vulgaris mempengaruhi hampir 80% remaja dan dewasa muda yang

berusia 11-30 tahun. Sedangkan di Indonesia, sekitar 15 juta penduduk

menderita akne vulgaris (Kusumaningrum, 2012). Secara keseluruhan, akne

makin meningkat pada kalangan dewasa. Penyakit ini dianggap sebagai

penyakit yang sering muncul pada masa remaja. Akne vulgaris lebih banyak

terjadi pada pria daripada perempuan (Uhlenhake et al., 2010).

Penyebab dan patogenesis akne vulgaris belum begitu jelas.

Meningkatnya produksi sebum, hiperkeratinisasi folikuler, meningkatnya

hormon androgen, faktor genetik, adanya mediator radang di sekitar folikel

sebasea, dan adanya perubahan biokimia susunan lemak di permukaan kulit

merupakan faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya akne vulgaris

Page 15: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

(Wasitaatmadja, 2007). Di samping itu ada faktor eksternal seperti kosmetik,

obat, dan kolonisasi Propionibacterium acnes di sekitar folikel sebasea yang

dapat memperburuk atau memacu timbulnya akne (Wolfe, 2009).

Salah satu faktor penyebab yang memperparah timbulnya akne vulgaris

adalah faktor stres terutama stres pada tingkat pubertas (Yosipovitch, 2007).

Stres sering terjadi pada siswa sekolah dengan aktivitas yang tinggi serta

beban tugas yang banyak, misalnya pada siswa program Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI). Pada dasarnya SBI adalah sistem pembelajaran dengan

menggunakan pengantar Bahasa Inggris meskipun tidak mengesampingkan

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Program ini merupakan salah

satu upaya pemerintah untuk meningkatkan secara berkesinambungan mutu

sekolah nasional kelompok mandiri, baik sekolah negeri maupun swasta

sehingga nantinya sekolah tersebut akan mempunyai standar internasional

(Depdiknas, 2007).

Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran program SBI adalah

kurikulum nasional dan pengembangan kurikulum internasional. Kurikulum

internasional terkesan lebih sulit dari pada kurikulum nasional karena

penekanannya hanya pada mata pelajaran sains. Padahal tidak semua siswa

berminat pada bidang tersebut. Pada program SBI, Bahasa Inggris digunakan

sebagai bahasa pengantar khususnya pada mata pelajaran sains. Soal-soal

ujian yang disajikan juga dalam Bahasa Inggris. Mayoritas siswa program

SBI menganggap bahwa Bahasa Inggris merupakan salah satu kesulitan yang

dihadapi (Hadi dkk., 2007).

Page 16: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa siswa program SBI memiliki

kecenderungan mengalami stres psikis yang lebih tinggi (Wisantyo, 2010).

Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti perbedaan angka kejadian akne

vulgaris pada siswa SBI dan non SBI.

B. Rumusan Masalah

Adakah perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non

SBI?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan angka

kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non SBI.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan khususnya Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin dan untuk memberikan informasi ilmiah

mengenai perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non

SBI.

2. Manfaat aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk

masyarakat luas tentang kejadian akne vulgaris pada siswa SBI dan non

SBI.

Page 17: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Akne Vulgaris

a. Definisi

Akne vulgaris adalah penyakit kulit karena peradangan kronis

pada folikel pilosebasea yang ditandai dengan ujud kelainan kulit

seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut yang terjadi

akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik

maupun hipertrofik (Wasitaatmadja, 2007).

b. Epidemiologi

Akne vulgaris merupakan penyakit yang sering timbul dan

mempengaruhi sekitar 80% remaja dan dewasa muda. Umumnya

terjadi pada umur 14 17 tahun pada wanita, 16 19 tahun pada pria,

dominannya lesi yang timbul adalah komedo dan papul. Akne vulgaris

dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis karena

hampir setiap orang pernah mengalaminya (Wasiaatmadja, 2007).

c. Etiologi Akne vulgaris

Penyebab pasti timbulnya akne vugaris belum diketahui, tetapi

banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya akne vulgaris,

antara lain:

Page 18: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

1) Sebum

Sebum adalah sekret yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea

(Dorland, 2002). Produksi sebum mulai meningkat saat masuk

usia pubertas (Nelson and Thiboutot, 2007). Produksi sebum yang

meningkat menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan

inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya lesi akne (Ichsan,

2008). Testosteron yang merupakan hormon androgen, juga

mempengaruhi produksi sebum karena hormon ini menyebabkan

pembesaran kelenjar sebasea yang akhirnya meningkatkan

produksi sebum (Murata, dkk., 2006). Salah satu komponen

sebum adalah trigliserid, memiliki peran dalam patogenesis akne.

Propionibacterium acnes akan mengubah trigliserid menjadi

asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini akan menyebabkan

penggumpalan bakteri dan kolonisasi Propionibacterium acnes,

inflamasi yang akhirnya akan menimbulkan komedo (Zaenglein et

al., 2007)

2) Bakteri

Mikroorganisme yang berperan dalam timbulnya akne

vulgaris adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus

epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Bakteri-bakteri tersebut

terlibat dalam proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan

enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum (Wasitaatmadja,

2007).

Page 19: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

3) Genetik

Faktor genetik cukup berpengaruh pada aktivitas kelenjar

minyak (gandula sebasea). Riwayat akne pada keluarga

berhubungan dengan munculnya akne lebih awal, gambaran klinis

akne, peningkatan jumlah dan beratnya lesi, serta lama dan

kesulitan terapi akne (Ballanger et al., 2006). Timbulnya akne

berhubungan dengan genetik, hal ini dipengaruhi oleh hormon

androgen dan aktivitas lipid yang tidak normal. Penelitian

melaporkan bahwa akne dengan derajat berat sering ditemukan

pada 54% keluarga kembar homozigot dan heterozigot (Zoubolis

et al., 2005)

4) Hormon

Produksi sebum dipengaruhi oleh hormon androgen dan

Peroximal Proliferators Activated Receptor (PPAR). Namun,

yang memegang peran paling kuat dalam etiologi akne adalah

hormon androgen. Hormon 5 -reductace tipe 1 bertanggung

jawab mengubah testosteron menjadi Dehidrotestosteron (DHT),

yang terjadi di kelenjar sebasea. Hormon ini memiliki aktivitas

lebih besar pada wanita dengan akne derajat sedang sampai berat

(Ascenso and Marques, 2009). Testosteron dan dehidrotestosteron

berperan untuk proliferasi sel keratinosit dan pembentukan lipid

(Murata et al., 2006). Hormon lain seperti Corticotrophin

Releasing Hormone (CRH) dan Melanocytes Stimulating

Page 20: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Hormone (MSH) mengekspresikan reseptornya pada kelenjar

sebasea. Sementara MSH berhubungan dengan proses inflamasi,

CRH dapat dianggap sebagai hormon yang mempromosikan

lipogenesis di sebosit (testosteron dan hormon pertumbuhan akan

memberi feed back negatif dari CRH). Jadi, CRH terlibat dalam

gangguan kulit lain yang terkait dengan produksi sebum lipid

(Ascenso and Marques, 2009).

5) Kosmetik

Ada beberapa jenis kandungan pada kosmetik yang bisa

menyebabkan timbulnya akne, antara lain: lanolin, petrolatum,

minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni. Apabila

menggunakan kosmetik dengan kandungan tersebut secara terus-

menerus dan dalam waktu lama dapat menimbulkan terjadinya

akne ringan dengan komedo tertutup dan beberapa lesi

papulopustular pada pipi dan dagu (Wasitaatmadja, 2010).

6) Diet

Salah satu faktor penyebab timbulnya akne vulgaris yang

masih diperdebatkan adalah makanan (Wasitaatmadja, 2007).

Penelitian terbaru menyebutkan bahwa susu dapat memicu atau

memperparah timbulnya akne vulgaris (Melnik, 2012). Susu

memiliki indeks glikemi rendah, tetapi secara paradoks

meningkatkan kadar Insulin Like Growth Factor 1 (IGF-1).

IGF-1 adalah faktor pertumbuhan yang mempunyai fungsi sangat

Page 21: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kompleks. Hormon ini berfungsi untuk memicu pengambilan

asam amino dan sintesis protein. Meningkatnya kadar IGF-1 pada

keadaan puasa maupun sesudah makan inilah yang menyebabkan

dan memperparah timbulnya akne vulgaris (Costa, 2010).

7) Obat- obatan

Anabolic steroid, kortikosteroid, kortikotropin, fenitoin,

litium, isoniazid, vitamin B komplek, halogen, dan pengobatan

kemoterapi adalah jenis-jenis obat yang dapat menyebabkan

timbulnya akne vulgaris (Zaenglien et al., 2007). Pada

penggunaan kortikosteroid dosis tinggi, seperti prednisone dan

betametason dapat memacu timbulnya akne vulgaris (British

National Formulary, 2010).

8) Stres

Stres psikologis juga telah diidentifikasi di antara faktor-

faktor yang memperburuk jerawat. Dalam survei terbaru antara

215 mahasiswa kedokteran tahun ke enam, 67% dari siswa yang

diidentifikasi menunjukkan bahwa stres sebagai penyebab

jerawatnya. Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan

bahwa stres psikologis dapat mengubah fungsi kekebalan pada

kulit dan fungsi sawar kulit (Yosipovitch, 2007). Stres juga dapat

menyebabkan peningkatan produksi sebum dan asam lemak

bebas. Lingkungan yang seperti ini dapat menyebabkan

pertumbuhan Propionibacterium acnes yang baik dan

Page 22: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

menimbulkan inflamasi yang berperan dalam pembentukan

komedo (Kery, 2007).

d. Patogenesis Akne Vulgaris

Akne vulgaris merupakan disfungsi patologi pada folikel sebasea

dengan penyebab yang multifaktorial. Penyebab akne tidak

diklasifikasi dengan sangat benar, tetapi telah diterima bahwa

patogenesis bersifat multifaktorial, yaitu adanya diferensiasi folikuler

dan meningkatnya kornifikasi, aktivitas kelenjar sebasea yang tidak

normal dan hiperkolonisasi bakteri, serta reaksi inflamasi dan

imunologi (Gambar 1)

Gambar 1. Algoritma Patogenesis Akne (Krautheim, 2004)

Stimulasi oleh: hormon (DHT; CRH); PPAR

ligand; faktor neurogenik (subst P)

Faktor Genetika/ Lingkungan

Unit pilosebasea

Sebosit: hiperplasia

sebasea, hiperseborrheic

Variasi dalam homoeostasis

folikuler: penyumbatan

folikel

Keratinosit:

hiperkeratosis folikuler

Propionibacteriu

m acnes yang tumbuh

Lesi inflamasi dan non-inflamasi dan reaksi imun

Page 23: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Akne vulgaris adalah sebuah penyakit inflamasi dan hormon-

hormon androgen, Peroximal Proliferators Activated Receptor

(PPAR), neuropeptida dan faktor lingkungan mampu mengganggu

siklus alami folikel sebasea dan membentuk mikro komedo. Lipid dan

sitokin yang pro-inflamasi tampaknya bertindak sebagai mediator

untuk permulaan lesi akne. Propionibacterium acnes (P. acnes),

bakteri gram positif yang bersifat mikroaerofilik, bertanggung jawab

atas respon inflamasi lokal jerawat, dengan aktivasi monosit dan

produksi sitokin. Luka-luka inflamasi dapat meliputi: papula, pustula,

dan nodula kistik. Diyakini bahwa sensitivitas yang lebih besar

terhadap P. acnes dan metabolitnya mungkin terkait dengan tingkat

keparahan akne (Krautheim, 2004).

Degradasi trigliserida tidak menimbulkan perubahan asam lemak

bebas dalam komposisi sebum pada kulit yang hiperseborrheik.

Perubahan asam lemak bebas dapat berperan dalam hiperkeratinisasi

dengan meningkatkan adhesi (perlekatan) sel. Hiperkeratinisasi,

dengan penyumbatan folikuler akibatnya menghasilkan pembentukan

luka-luka non-inflamasi: komedo yang awalnya tertutup (white spot),

dan beberapa bulan kemudian menjadi komedo yang terbuka (black

spot) (Davis and Callender, 2010).

Penyebab utama jerawat adalah hormonal, baik pada remaja

maupun dewasa. Hormon-hormon utama yang terlibat dalam

timbulnya akne adalah androgen, dengan mempertimbangkan bahwa 5

Page 24: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

-reduktase tipe 1 yang bertanggung jawab atas konversi testosteron

menjadi Dehydrotestosteron (DHT), tampaknya paling lazim terjadi di

dalam kelenjar sebasea di daerah-daerah sekitar akne dan memiliki

aktivitas yang lebih besar pada wanita yang memiliki akne dengan

derajat sedang hingga parah. Terkait dengan hormon androgen

suprarenal, serum androsteron glukuronida meningkat pada wanita

dewasa, sedangkan testosteron dan Dehydroepiandrosterone sulphate

(DHEAS) berada dalam nilai yang normal. Hormon-hormon lain

seperti Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) dan Melanocytes

Stimulating Hormone (MSH) melepaskan reseptornya pada kelenjar

sebasea. Meskipun MSH terkait dengan proses inflamasi, namun CRH

dapat dianggap sebagai hormon yang meningkatkan lipogenesis di

dalam sebosit (testosteron dan hormon pertumbuhan menimbulkan

umpan balik negatif dari CRH). Maka dari itu, penelitian yang

dilakukan Ascenso dan Marques (2009) mengungkapkan bahwa CRH

terlibat dalam perkembangan klinis jerawat. Faktor lingkungan dan

genetika merupakan faktor-faktor luar lain yang secara empiris

disebutkan dalam patogenesis akne. Mengenai keturunan, ada bukti

berdasarkan penelitian terhadap orang-orang kembar yang

menunjukkan bahwa jerawat mungkin memiliki komponen keturunan

(Ascenso and Marques, 2009).

Hubungan sebab akibat antara stres dengan akne telah ditegaskan

sejak lama. Ada beberapa bukti bahwa mekanisme molekul yang

Page 25: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

mendasari terkait dengan pelepasan reseptor mediator neuro-endokrin

oleh kelenjar sebasea. Penelitian-penelitian terkini telah

mengindikasikan bahwa sebosit manusia melepaskan reseptor

fungsional untuk pelepasan hormon antara lain kortikotrophin,

melanokortin, polipeptida usus -endorphin, neuropeptida

Y. Setelah melakukan koneksi dengan ligand, reseptor-reseptor

tersebut mengatur produksi metabolisme inflamasi sitokin,

perkembangbiakan, diferensiasi, lipogenesis dan metabolisme

androgen di dalam sebosit, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Faktor-faktor neuro-endokrin tampaknya memediasi stres secara

sistemik dan topikal, yang merangsang kelenjar sebasea, yang pada

akhirnya mempengaruhi manifestasi klinis akne (Ascenso and

Marques, 2009).

e. Gejala Klinis dan Grading Akne Vulgaris

Tempat yang banyak mengandung kelenjar pilosebasea adalah

tempat predileksi akne vulgaris, di antaranya wajah, bahu, dada

bagian atas, dan punggung bagian atas. Selain itu, leher, lengan atas,

dan glutea adalah tempat yang kadang terkena akne vulgaris

(Wasitaatmadja, 2007).

Pada penderita akne vulgaris sering ditemukan berbagai macam

lesi, yang paling dominan adalah komedo, papul, pustul, nodul, dan

kista (Wasitaatmadja, 2007). Komedo adalah lesi primer akne. Ada

dua macam komedo, yaitu komedo terbuka (blackhead) dan komedo

Page 26: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tertutup (whitehead) (Bershad, 2008). Komedo terbuka merupakan

sebuah papul dengan dilatasi sentral yang berisi keratin yang

menghitam. Sedangkan komedo terbuka merupakan papul kekuningan

sebesar 1 mm (Zaenglein, 2007). Diagnosis banding akne vulgaris di

antaranya folikulitis dan dermatitis perioral (Ascenso and Marques,

2009).

Diagnosis akne vulgaris biasanya ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan fisik dan riwayat pasien. Akne vulgaris dapat diukur

dengan menggunakan dua cara: penghitungan lesi dan gradasi.

Gradasi adalah perkiraan tingkat keparahan yang cukup subyektif. Hal

ini didasarkan pada pengamatan lesi dominan, mengevaluasi ada

tidaknya peradangan. Kadang-kadang bermasalah karena banyak

variabel yang terlibat (Ascenso and Marques, 2009).

Cara menilai derajat keparahan akne vulgaris menggunakan

Global Acne Grading System (GAGS) yang dapat dilihat pada tabel 1.

Page 27: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Tabel 1. The Global Acne Grading Sistem Lokasi Faktor

Dahi 2

Pipi kanan 2

Pipi kiri 2

Hidung 1

Dagu 1

Dada dan punggung 3

Sumber: Adityan dkk. (2009)

Catatan : Tiap lesi diberi nilai tergantung dari keparahannya. Tidak ada lesi = 0, komedo = 1, papul = 2, pustule = 3 dan nodul = 4. Skor pada tiap area (local score) dihitung menggunalan formula: Local score = Faktor x grade (0 - 4). Global score adalah jumlah dari local score dan keparahan akne diklasifikasi menurut global score. Skor 1-18 akne ringan, 19-30 akne sedang, 31-38 akne berat, dan >39 akne sangat berat.

f. Tipe-tipe Akne

Tipe-tipe akne vulgaris menurut Ascenso dan Marques (2009) antara

lain:

1) Akne Vulgaris

Tipe akne yang sangat umum dengan ujud kelainan kulit

berupa komedo tertutup, komedo terbuka, papula, dan atau dengan

pustul. Keragaman akne vulgaris dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa tipe, yaitu:

a) Tipe 1 : Umumnya komedo, papula atau pustule sedikit,

tanpa skar

b) Tipe 2 : Komedo lebih banyak, umumnya papula dan

pustule dengan skar sedikit

Page 28: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

c) Tipe 3 : Banyak komedo, papula dan pustule menyebar

kepunggung, dada, dan bahu. Kadang ditemukan

kista, nodul, skar sedang.

d) Tipe 4 : Lebih banyak kista pada wajah, leher, dan lengan,

dengan beberapa skar (With, 2007).

2) Akne Konglobata/Nodular

Bentuk akne yang kronik dan parah yang terlihat selalu pada

pria, berasal dari masa pubertas akhir dan sering kali berlanjut

sampai akhir kehidupan dan ditandai dengan adanya sejumlah

komedo, sering kali double atau triple, abses-abses yang besar

dengan sinus yang menghubungkannya, dan kista yang berisi

bahan jernih (seropurulen) serta luka parut yang tetap nyata dan

buruk setelah sembuh (Wolff et al., 2005) (Gambar 2).

Gambar 2 . Akne Konglobata (Wolff et al., 2005)

Page 29: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3) Akne papulopustular

Akne yang ditandai dengan adanya pustul dan papula

(Gambar 3). Papula adalah tonjolan kecil superfisial pada kulit,

berbatas tegas dan padat dengan diameter kurang dari 1 cm (kurang

dari 0,5 dari beberapa penulis). Pustul adalah kumpulan nanah di

dalam atau di bawah epidermis, sering di dalam folikel rambut atau

pori-pori kelenjar keringat (Harper, 2011).

Gambar 3. Akne papulo pustular (Harper, 2011)

4) Akne Ekskoriasi

Jenis akne superfisial yang sering tampak pada muka gadis

remaja dan wanita muda yang disebabkan oleh kebiasaan neurotic

kompulsif dalam bentuk mengorek dan memencet lesi wajah yang

kecil, sepele atau tidak ada, yang meninggalkan lesi sekunder yag

menyebabkan jaringan parut (Dorland, 2002).

Page 30: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

5) Akne Mekanik

Penumpukan lesi akne yang ada oleh faktor-faktor mekanis

yang merusak bentuk kulit termasuk penggesekan, penggosokkan,

peregangan, tekanan, pencabutan, dan penarikan yang dapat

dicetuskan oleh faktor-faktor seperti tali pengikat di dagu, label

pakaian, peralatan ortopedi, ransel, kursi, serta tempat duduk di

bus atau di mobil (Zaenglein et al., 2007).

6) Kloroakne

Erupsi akneformis yang diakibatkan karena pajanan senyawa

klor (Dorland, 2002).

7) Akne Steroid

Akne yang muncul karena penggunaan steroid dalam jangka

lama (Ascenso dan Marques, 2009).

2. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

a. Definisi SBI

Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang

diselenggarakan setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan

diperkaya dengan standar pendidikan negara maju. Sekolah dengan

program bertaraf internasional adalah sekolah nasional yang telah

memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan mengembangkan

keunggulan yang mengacu pada peningkatan daya saing yang setara

dengan mutu sekolah-sekolah unggul tingkat internasional. Sekolah

Page 31: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

bertaraf internasional perlu menjalin kerjasama (networking) dengan

sekolah lain, baik di dalam maupun luar negeri, yang telah memiliki

reputasi internasional sebagai bentuk kegiatan perujukan

(benchmarking). Bentuk kerjasama lain dapat berupa kolaborasi

dengan lembaga pendidikan tinggi sebagai pengguna lulusan. Sekolah

bertaraf internasional juga harus mengembangkan program sertifikasi,

meningkatkan daya saing dalam lomba tingkat internasional, dan

mempersiapkan calon tenaga kerja yang dapat bekerja pada lembaga

bertaraf internasional (Diknas, 2010)

b. Tujuan Program SBI

Tujuan diselenggarakannya sekolah bertaraf internasional adalah

meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan di tingkat regional dan

internasional, sebagai antisipasi peningkatan migrasi tenaga kerja

internasional, meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di

pasar kerja internasional, serta untuk mempertahankan peluang kerja

tenaga kerja Indonesia di pasar kerja nasional yang dibentuk oleh

perusahaan asing di Indonesia (Diknas, 2010).

Page 32: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

Keterangan gambar :

= Menyebabkan

= Meningkat

= Mempengaruhi

= Penyebab

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan angka kejadian pada siswa SMA program SBI dan

non SBI. Kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI lebih tinggi

dibanding dengan siswa non SBI.

Siswa Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

Faktor Sekolah 1. Bahasa pengantar

Bahasa Inggris 2. Tugas dan beban banyak

Faktor keluarga 1. Tuntutan

berprestasi 2. Kurang waktu

bermain

Stres

Akne vulgaris

Herediter Obat-obatan

Hormon Kosmetik

Faktor Psikis Diet

Hormon Androgen

Page 33: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross

sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta.

Dipilih lokasi penelitian di tempat tersebut karena merupakan salah satu

sekolah yang memiliki program SBI dan non SBI.

C. Subyek Penelitian

1. Batasan Populasi

Siswa SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta.

2. Sampel

Besar sampel dihitung menurut hukum rule of thumbs dimana jumlah

sampel minimal adalah 30. Jumlah sampel tersebut telah memenuhi syarat

pengambilan sampel penelitian (Murti, 2010). Jadi untuk penelitian ini

diambil sampel sebesar 30.

3. Cara Pengambilan Sampel

Penetapan sampel dilakukan secara inklusi-eksklusi dengan:

a. kriteria inklusi:

1) Siswa SMA.

Page 34: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Tidak memiliki riwayat akne vulgaris dalam keluarga.

3) Untuk siswa perempuan tidak sedang menstruasi atau 1

minggu menjelang dan sesudah menstruasi.

4) Bersedia mengisi dan menandatangani formulir persetujuan

penelitian.

5) Belum pernah timbul akne vulgaris sebelum masuk SMA.

6) Kuesioner L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality

Inventory)

b. Kriteria eksklusi :

1) Mengkonsumsi antibiotika atau steroid dalam 2 minggu

terakhir.

2) Memakai kosmetik yang bersifat komedogenik dalam 1

minggu terakhir, termasuk di dalamnya bedak padat dan krim

malam.

3) Saat penelitian siswa baru saja melakukan olahraga.

4) Saat penelitian siswa sedang berpuasa maupun setelah makan

besar.

4. Teknik Pencuplikan

Teknik pencuplikan dengan metode purposive sampling. Teknik

tersebut termasuk dalam non probability sampling dimana pemilihan

sampel ditetapkan berdasar atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan

dengan karakteristik populasi, yaitu kelas SBI dan non SBI.

Page 35: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

D. Rancangan Penelitian

Gambar 5 . Rancangan Penelitian

Populasi

Sampel

Siswa SBI Siswa non SBI

Tanpa Akne vulgaris

Akne vulgaris

Tanpa akne vulgaris

Akne vulgaris

Analisis Bivariat Chi Square

SPSS

Kuesioner, pemeriksaan fisik dan pengambilan

gambar

Kuesioner dan pengambilan gambar

Validasi oleh dokter spesialis kulit dan

kelamin

Validasi oleh dokter spesialis kulit dan

kelamin

Page 36: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Siswa program SBI dan non SBI

2. Variabel terikat : Akne vulgaris

3. Variabel luar :

a. Psikis

b. Hormon

c. Herediter

d. Obat-obatan

e. Kosmetik

f. Diet

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program SBI dan non SBI.

Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan

setelah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan

standar pendidikan negara maju. Sedangan program non SBI (reguler)

adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan mengacu pada kurikulum

standar nasional dan tidak memakai bahasa inggris sebagai bahasa

pengantar. Variabel ini menggunakan skala nominal.

2. Variabel terikat

Ujud kelainan kulit akne vulgaris dapat berupa komedo, papul,

peradangan dengan pustul yang multipel atau kista yang timbul di tempat

predileksi. Siswa dengan ujud kelainan kulit tersebut dinyatakan menderita

Page 37: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

akne vulgaris, sedangkan bila tidak ditemukan ujud kelainan kulit tersebut

dinyatakan tanpa akne vulgaris. Timbulnya kejadian akne vulgaris adalah

terjadinya akne vulgaris setelah masuk Sekolah Menengah Atas (SMA)

atau bertambahnya akne vulgaris setelah masuk SMA.

3. Variabel luar

a. Psikis

Stres psikologis juga telah diidentifikasi di antara faktor-faktor yang

memperburuk jerawat. Dalam survei terbaru antara 215 mahasiswa

kedokteran tahun ke enam, 67% dari siswa yang diidentifikasi

menunjukkan bahwa stres sebagai penyebab jerawat (Yosipovitch,

2007).

b. Hormon

Hormon yang berperan dalam proses timbulnya akne vulgaris

adalah hormon androgen dan Peroximal Proliferators Activated

Receptor (PPAR). Namun, yang memegang peran paling kuat dalam

etiologi akne adalah hormon androgen (Ascenso and Marques, 2009).

Variabel ini dikendalikan dengan cara tidak memilih sampel yang

sedang dalam masa menstruasi atau satu minggu menjelang maupun

setelah menstruasi.

c. Herediter

Faktor genetik cukup berpengaruh pada aktivitas kelenjar minyak

(gandula sebasea). Riwayat akne pada keluarga berhubungan dengan

munculnya akne lebih awal, gambaran klinis akne, peningkatan jumlah

Page 38: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dan beratnya lesi, serta lamanya dan kesulitan terapi akne (Ballanger et

al., 2006). Variabel ini dikendalikan dengan tidak memilih sampel yang

memiliki riwayat akne dalam keluarganya.

d. Obat-obatan

Anabolic steroid, kortikosteroid, kortikotropin, fenitoin, litium,

isoniazid, vitamin B komplek, halogen, dan pengobatan kemoterapi

adalah jenis-jenis obat yang dapat menyebabkan timbulnya akne

vulgaris (Zaenglien et al., 2007). Variabel ini dapat dikendalikan

dengan memilih sampel yang dalam 2 minggu terakhir tidak

mengkonsumsi obat-obatan.

e. Kosmetik

Kosmetik komedogenik adalah suatu produk topikal yang dapat

menyebabkan timbulnya akne vulgaris, di antaranya terdapat pada krim

muka seperti: foundation (bedak dasar), pelembab (moisturizer), krim

penahan sinar matahari (sunblock), dan krim malam (Widjaja, 2000).

Siswa dinyatakan menggunakan kosmetik apabila dalam satu minggu

terakhir memakai kosmetik. Sedangkan siswa yang tidak memakai

kosmetik dalam seminggu terakhir dinyatakan tidak menggunakan

kosmetik. Variabel ini dapat dikendalikan dengan cara tidak memilih

sampel yang menggunakan kosmetik dalam satu minggu terakhir.

f. Diet

Salah satu faktor penyebab timbulnya akne vulgaris yang masih

diperdebatkan adalah makanan (Wasitaatmadja, 2007). Penelitian

Page 39: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

terbaru menyebutkan bahwa susu dapat memicu atau memperparah

timbulnya akne vulgaris (Melnik, 2012). Susu memiliki indeks glikemi

rendah, tetapi secara paradoks meningkatkan kadar IGF-1. Insulin

Like Growth Factor 1 (IGF-1) adalah faktor pertumbuhan yang

mempunyai fungsi sangat kompleks. Hormon ini berfungsi untuk

memicu pengambilan asam amino dan sintesis protein. Meningkatnya

kadar IGF-1 pada keadaan puasa maupun sesudah makan inilah yang

menyebabkan dan memperparah timbulnya akne vulgaris (Costa, 2010).

Variabel ini dapat dikendalikan dengan cara tidak memilih sampel yang

dalam 2 jam sebelum penelitian mengkonsumsi susu.

G. Cara Kerja

1. Kuesioner dan lembar persetujuan diberikan kepada siswa yang dijadikan

subjek penelitian, untuk memperoleh identitas diri dan persetujuan siswa

untuk dilakukan penelitian.

2. Melakukan wawancara dan pengamatan ada tidaknya akne vugaris

terhadap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, dengan

metode Global Acne Grading System (GAGS) pada lima bagian wajah

(dahi, pipi kiri, pipi kanan, dagu, hidung).

3. Melakukan pengambilan gambar dengan menggunakan kamera digital

(dari arah depan, samping, dan sudut 45o).

4. Foto yang didapat dikonsultasikan kepada dokter spesialis kulit dan

kelamin untuk penegakkan diagnosis akne vulgaris atau tidak.

5. Pengumpulan data didapat dan dianalisis dengan program SPSS.

Page 40: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

H. Instrumen Penelitian

1. Formulir pesetujuan penelitian

2. Kuesioner L-MMPI

3. Kamera digital, Canon EOS 500D

I. Analisis Data Penelitian

Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan

analisis bivariat uji Chi-Square. Selanjutnya data akan diolah dengan

Statistical Product and Service Solution (SPSS) sehingga akan diperoleh hasil

yang pada akhirnya dapat digunakan untuk melihat adakah perbedaan angka

kejadian Akne vulgaris atau tidak. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah

Page 41: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Demografi Karakteristik

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa sekolah di SMA Negeri 3

dan SMA Negeri 4 Surakarta. Sebanyak 120 kuesioner disebarkan di sekolah

tersebut dan semua terisi. Setelah itu, subjek diminta untuk mengisi lembar

persetujuan penelitian dan kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik

dan pengambilan gambar untuk selanjutnya dilakukan validasi oleh dokter

spesialis kulit dan kelamin. Hasilnya, sebanyak 63 siswa yang tergolong

dalam kriteria inklusi dan sisanya sebanyak 57 siswa tergolong dalam kriteria

ekslusi. Di bawah ini merupakan tabel karakteristik siswa SMA Negeri 3 dan

SMA Negeri 4 Surakarta.

Karakteristik Siswa SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta

Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin Kelompok

dan jenis kelamin

Jumlah

N=63

Persentase

(%)

Perempuan SBI

Laki-laki SBI

Perempuan non SBI

Laki-laki non SBI

16

16

20

11

25,4

25,4

31,7

17,5

Sumber data primer, 2012

Page 42: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

0

5

10

15

20

Jumlah

Perempuan SBI

Laki-Laki SBI

Perempuan nonSBILaki-Laki non SBI

Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin

Dari tabel 2 diketahui bahwa jumlah total siswa yang diteliti adalah 63

orang. Siswa program SBI sebanyak 32 orang, perempuan berjumlah 16 dan

laki-laki berjumlah 16 atau sebesar 25,4 %. Sedangan siswa program non SBI

sebanyak 31 orang, perempuan berjumlah 20 orang atau sebesar 31,7 % dan

laki-laki berjumlah 11 orang atau sebesar 17,5 %.

Siswa-siswa tersebut nantinya akan dikelompokkan berdasarkan Global

Acne Grading System (GAGS). Menurut Global Acne Grading System

(GAGS) dijelaskan bahwa jika skor 1-18 termasuk akne ringan, 19-30 akne

sedang, 31-38 akne berat, lebih dari 39 akne sangat berat. Ini berarti adanya

satu lesipun termasuk penderita akne. Dari data yang penulis peroleh,

sebanyak 33 siswa menderita akne dan sebanyak 30 siswa tidak menderita

akne.

Page 43: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

B. Analisis Output SPSS

Berdasarkan output SPSS terdapat 63 data dan semua data tersebut sudah

diproses serta tidak ada yang missing. Ini menandakan bahwa tingkat

kevalidannya 100% (Lampiran 8.a)

Nilai ekspektasi dari siswa yang menderita jerawat adalah sebesar 15,2

sedangkan pada penelitian ini terdapat 20 siswa yang menderita jerawat. Jadi

terdapat residu sebesar 4,8. Begitu pula seterusnya untuk semua nilai. Nilai-

nilai ini nantinya digunakan untuk menghitung nilai Chi-Square (lampiran

8.b).

Untuk menghitung nilai Chi-Square.

1. Rumus Expected Count

2. Rumus Residu = count expected count

Uji Chi-Square digunakan untuk mengamati ada tidaknya hubungan

antara dua variabel (baris dan kolom). Odds Ratio (estimasi risiko) digunakan

untuk membandingkan kemungkinan peristiwa yang terjadi dalam satu

kelompok dengan kemungkinan hal yang sama terjadi pada kelompok lain.

Odds Ratio pada kelompok SBI untuk mengalami jerawat adalah 3,5 kali

lebih besar dibandingkan kelompok non SBI (lampiran 8.d).

C. Analisis Hasil

c. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat hubungan antara timbulnya akne vulgaris pada siswa

SMA program SBI dan non SBI.

kolomtotaljumlahkolomtotalpadadatajumlahxbaristotalpadadatajumlah

valueexpected

Page 44: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

H1 : Terdapat hubungan antara timbulnya akne vulgaris pada siswa SMA

program SBI dan non SBI.

d. Taraf signifikansi

= 5%

e. Uji Statistik

a. Nilai Chi-Square hitung dan tabel Chi-Square

Nilai Chi-Square hitung bisa dilihat di tabel uji Chi-Square, nilai

Pearson Chi-Square sebesar 5,773. Nilai ini akan dibandingkan dengan

nilai tabel Chi-Square. Nilai Chi-Square dapat dilihat dari tabel Chi-

Square = 0,05 dan derajat bebas (df) = 1. Rumus derajat

bebas = (kolom -1) x (baris-1). Didapatkan nilai tabel Chi-Square

sebesar 3,84.

b. Nilai probabilitas

Nilai probabilitas dapat dilihat di uji Chi-Square pada baris Pearson

Chi-Square dan kolom asymp.sig. yaitu sebesar 0,016. Nilai ini akan

f. Kriteria Penolakan

a. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak bila Chi-Square hitung > nilai

tabel Chi-Square.

b. Pada taraf signinikansi 5%, H0 ditolak bila nilai probabilitas < nilai

g. Keputusan

a. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak karena Chi-Square hitung =

5,773 > nilai tabel Chi-Square = 3,84

Page 45: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak karena nilai probabilitas = 0,016

h. Simpulan

Data hasil penelitian diuji secara statistik dengan uji Chi-Square

menggunakan software SPSS 17.0 (data terlampir). Dari kedua analisis di

atas bisa diambil kesimpulan yang sama yaitu menolak H0, artinya ada

perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI

dan non SBI. Siswa SMA program SBI memiliki risiko 3,5 kali lebih besar

menderita jerawat dibanding dengan siswa SMA program non SBI.

Page 46: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian akne

vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI di Surakarta. Penelitian ini

dilakukan pada bulan November tahun 2012 di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4

Surakarta. Sebanyak 120 kuesioner disebarkan dan seluruhnya terisi. Terdapat

sebanyak 63 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan rincian 32

orang dari siswa program SBI, serta 31 orang siswa dari program non SBI.

Kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI sebanyak 20, sedangkan

pada siswa program non SBI sebanyak 10 orang. Sebanyak 12 siswa laki-laki dan

8 siswa perempuan program SBI menderita jerawat. Penelitian yang dilakukan di

Korea juga menunjukkan bahwa kejadian akne vulgaris akne vulgaris banyak

diderita oleh laki-laki dibanding dengan perempuan (Do et.al., 2009).

Berdasarkan tabel uji Chi-Square (Lampiran 8.c) dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI

dan non SBI di Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan nilai Chi-Square hitung dan

nilai tabel Chi-Square serta nilai probabilitas yang menolak H0 . Dengan

demikian hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu terdapat

perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non

SBI.

Kurikulum yang digunakan pada SMA program SBI berbeda dengan

kurikulum yang digunakan pada SMA program non SBI. Pada SMA SBI,

Page 47: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis internasional. Bahasa

pengantar yang digunakanpun berbeda. Sekolah menengah atas program SBI

menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar dan program ini menekankan

pada sains-nya. Menurut Hadi dkk (2007), mayoritas siswa SMA program SBI

menganggap bahwa Bahasa Inggris adalah salah satu kesulitan yang dihadapi.

Faktor psikis diduga mempengaruhi timbulnya akne vulgaris (Yosipovitch,

2007). Sekitar 30% faktor psikis berperan dalam timbulnya gangguan di kulit,

termasuk akne vulgaris (Gupta and Gupta, 2004). Faktor psikis yang ditemukan

meliputi kecemasan, perasaan tidak nyaman, banyaknya tugas dan pekerjaan

rumah, kurangnya waktu bermain, penggunaan Bahasa Inggris, tertekannya siswa

karena guru yang galak, aktivitas yang padat, dan lain-lain (Tan, 2004). Faktor

inilah yang menyebabkan siswa SMA program SBI cenderung rentan terkena stres

dibanding siswa dengan program non SBI.

Mekanisme stres yang menimbulkan eksasebasi akne belum diketahui secara

pasti. Salah satu teori mengatakan bahwa seksaserbasi ini disebabkan oleh

meningkatnya hormon androgen dari kelenjar adrenal dan sebum, bahkan asam

lemak di dalam sebumpun meningkat (Harahap, 2000). Teori lain pun mengatakan

bahwa stres ini yang akan mengakibatkan peningkatan produksi sebum dan asam

lemak bebas, dimana keadaan tersebut sangat baik untuk pertumbuhan

Propionibacterium acnes dan akan menimbulkan inflamasi yang berperan dalam

pembentukan komedo (Kery, 2007).

Namun, yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak secara

spesifik mengukur tingkat stres di antara kedua kelompok sampel, sehingga tidak

Page 48: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

diketahui secara pasti tingkat stres sesungguhnya pada kedua kelompok sampel

tersebut. Selain itu, penyabab lain akne vulgaris yang multifaktoral seperti: faktor

herediter, obat-obatan, hormon, kosmetik, dan diet sudah dikendalikan dalam

penelitian ini. Pengendalian yang telah dilakukan dapat mengurangi adanya bias

pada penelitian ini.

Page 49: Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris Pada Siswa Sma ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris yang signifikan pada siswa

SMA program SBI dan non SBI. Angka kejadian akne vulgaris siswa SMA

program SBI 3,5 kali lebih besar dibanding dengan siswa SMA program non

SBI.

B. Saran

1. Saran Teoritis

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

lebih banyak dengan variabel yang tidak terkendali lebih sedikit agar

didapatkan data yang mempresentasikan keadaan sampel secara akurat

dan minimal dari bias

b. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi angka kejadian akne vulgaris, terutama faktor psikis.

2. Saran Aplikatif

a. Siswa dianjurkan untuk mengendalikan faktor stres yang ada.

b. Calon siswa yang ingin masuk kelas SBI dianjurkan untuk lebih siap

baik fisik maupun mental.