HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE ...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE ...
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN
KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA
SMKS KHAZANAH KEBAJIKAN
TANGERANG SELATAN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh :
Rendika Fajryah Utami
NIM 11161030000029
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan
Shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Selama penelitian ini penulis menyadari
bahwa banyak sekali mendapatkan bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM selaku dekan FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua
Program Studi Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh
staf dosen pengajar di prodi ini yang telah memberikan banyak ilmu kepada
penulis selama menjalani pendidikan di Program Studi Kedokteran FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr.dr. Raendi Rayendra, SpKK., M.Kes dan dr. Fika Ekayanti, M.Med selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
penelitian ini berlangsung.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset Program
Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. dr. Rahmatina, Sp.KK dan dr. Sity Kunarisasi, MARS yang telah bersedia
menjadi penguji penulis dalam sidang skripsi penelitian ini.
5. Muhammad Sediawan selaku kepala sekolah SMKs Khazanah Kebajikan
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di Khazanah Kebajikan.
vi
6. Seluruh keluarga besar terutama kedua orang tua tercinta, Darmadi, S.Pd dan
Renda Susanti, Str.Keb yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moral,
materil dan doa sepanjang waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
7. Untuk adik-adik tercinta, Daffa Alhamiidu Rahman, Alwafi Khairil Hanif dan
Rania Talita Sakhi yang menjadi penyemangat penulis dalam menyelasaikan
penelitian ini.
8. Teman-teman satu kelompok riset, Rara Syifa Izdihariyah dan Salwa
Luthfianissofa yang telah berjuang dan bekerjasama dalam menyelesaikan
penelitian ini.
9. Teman-teman satu tempat pengambilan data riset “Pejuang Khazanah”, Rara
Syifa Izdihariyah, Salwa Luthfianissofa, Laksana Firman Latief dan Devin
Septia Bramanda yang telah bekerjasama selama penelitian.
10. Teman-teman SCOPE dan Official CIMSA FK UIN “locomotive”.
11. Seluruh teman seperjuangan saya, angkatan 2016 PACEMAKER FK UIN.
12. Sahabat tersayang “Nikah habis S.Ked”, Andi Asri Ainun Panggeleng, Rara
Syifa Izdihariyah, Salwa Luthfianissofa ,Ananda Chairia Maya Putri, Salsabilla
Alkhansa Ardifansya, Putri Amalia Nasution, dan Dheasita Permata.
13. Untuk sahabat terbaik saya, Hafidzah Khairi Dafnaz, Medisa Hardoseti,
Silvinia Humaira, Septia Hasanul Irsyad dan Nuwairy Elfurqony.
14. Seluruh responden yang sudah meluangkan waktunya untuk mengikuti
penelitian ini sampai selesai.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Ciputat, 1 November 2019
vii
Penulis
ABSTRAK
Rendika Fajryah Utami. Program Studi Kedokteran. Hubungan antara tingkat
stress dengan kejadian akne vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan
Tangerang Selatan. 2019.
Akne vulgaris pada remaja dapat disebabkan oleh pengaruh hormon. Stres diduga dapat
meningkatkan hormon androgen yang menyebabkan peningkatan produksi sebum dan
merangsang keratinosit yang dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
akne vulgaris. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel dengan total sampling dan
didapatkan responden sebanyak 175 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Penelitian ini menggunakan kuesioner tingkat stres DASS dan pemeriksaan
pada wajah untuk mendapatkan data. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 77,1%
siswa menderita akne vulgaris dengan penderita akne terbanyak berjenis kelamin laki-
laki (52,6%), berusia 17 tahun (37%), dan di kelas XII (37,8%). Setengah dari sampel
(50,9%) tidak mengalami stres. Siswa berjenis kelamin perempuan (52,3%), berusia 17
tahun (41,9%), dan di kelas XII (40%) paling banyak mengalami stres. Pada uji Chi-
Square didapatkan p = 0,972, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris.
Kata kunci: akne vulgaris, tingkat stres, remaja
ABSTRACT
Rendika Fajryah Utami. Medical Study Program. Correlation between stress
level and acne vulgaris in vocational students of Khazanah Kebajikan South
Tangerang. 2019.
Acne vulgaris in adolescents can be caused by hormonal. Stress can increase androgen
hormone that cause increase sebum production and stimulate keratinocyte cell and
cause of acne vulgaris. The purpose of this study is to know the correlation between
stress level and acne vulgaris. This study uses analytic observational method with
cross-sectional approach. Sampling method with total sampling and obtained a sample
of 175 students who met the inclusion and exclusion criteria.This study uses DASS
questionnaire and facial examination to obtain data. The results of this study found of
77,1% of students suffered from acne vulgaris with most male students (52,6%), aged
17 years old (37%) and in class XII (37,8%). half of the samples (50.9%) did not
experience stress. Female students (52,3%), aged 17 years old (41,9%) and in class XII
(40%) experienced stress the most. p value of 0.972 is obtained from Chi-square test,
which means there is no significant correlation between stress levels and acne vulgaris.
Keywords: acne vulgaris, stress level, adolescence
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... ii
DLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Hipotesis ............................................................................................................. 3
1.4 Tujuan................................................................................................................. 3
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4
1.5.1 Bagi Peneliti.............................................................................................. 4
1.5.2 Bagi Ilmu Pengetahuan ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
2.1 Landasan Teori ................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi akne vulgaris................................................................................ 5
ix
2.1.2 Epidemiologi Akne Vulgaris ..................................................................... 5
2.1.3 Faktor Resiko dan Etiologi Akne Vulgaris ................................................ 7
2.1.4 Patogenesis ............................................................................................... 9
2.1.5 Manifestasi Klinis .................................................................................... 11
2.1.6 Lesi pada Akne Vulgaris .......................................................................... 11
2.1.7 Diagnosis Akne Vulgaris .......................................................................... 15
2.1.8 Penatalaksanaan ....................................................................................... 16
2.1.9 Definisi Stres ........................................................................................... 18
2.1.10 Etiologi dan Sumber Stres ...................................................................... 18
2.1.11 Tingkatan stres ....................................................................................... 19
2.1.12 Pengukuran Tingkat Stres ....................................................................... 20
2.1.13 Respons Fisiologis Tubuh terhadap Stres................................................ 20
2.1.14 Hubungan stres dengan kejadian akne vulgaris ....................................... 21
2.2 Kerangka Teori Penelitian .................................................................................. 24
2.3 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 25
2.4 Definisi Operasional Penelitian .......................................................................... 26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 27
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 27
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................................... 27
3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................................... 27
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................................... 27
3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................................... 27
3.3.2 Sampel Penelitian ..................................................................................... 28
3.3.3 Besar sampel ............................................................................................ 28
3.4 Teknik Pengambilan Sampel .............................................................................. 29
x
3.5 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 29
3.6 Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................. 31
3.6.1 Tahap persiapan pengumpulan data .......................................................... 31
3.6.2 Tahap pengumpulan data .......................................................................... 31
3.7 Pengolahan Data ................................................................................................ 32
3.8 Analisa Data ...................................................................................................... 32
3.9 Etika Penelitian .................................................................................................. 33
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 34
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................................ 34
4.2 Karakteristik Responden .................................................................................... 34
4.3 Analisis Bivariat ................................................................................................ 36
4.4 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Akne Vulgaris .................................. 38
4.5 Pembahasan ....................................................................................................... 38
4.6 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 44
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 44
5.2 Saran .................................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 45
LAMPIRAN ............................................................................................................... 50
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bentuk Lesi Akne Vulgaris ...................................................................... 14
Tabel 2.2 Derajat Keparahan Akne Vulgaris Menurut GAGS ................................... 15
Tabel 2.3 Derajat Keparahan Akne Vulgaris Menurut Lehmann............................... 16
Tabel 2.4 Algoritma Tatalaksana Akne .................................................................... 17
Tabel 3.1 Pengkategorian Stres DASS ..................................................................... 31
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin .......................................... 34
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia ......................................................... 35
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Kelas........................................................ 35
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Status Akne Vulgaris ............................... 35
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Stres ............................................ 36
Tabel 4.6 Distribusi dan Frekuensi Akne Vulgaris ................................................... 36
Tabel 4.7 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Stres ..................................................... 37
Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Akne Vulgaris ......................... 38
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Patogenesis akne vulgaris ..................................................................... 10
Gambar 2.2 Komedo terbuka (blackheads) .............................................................. 11
Gambar 2.3 Komedo tertutup (whiteheads) .............................................................. 12
Gambar 2.4 Papul .................................................................................................... 12
Gambar 2.5 Pustul ................................................................................................... 13
Gambar 2.6 Nodul ................................................................................................... 13
Gambar 2.7 Pengaruh stres terhadap terjadinya akne vulgaris .................................. 21
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penjelasan dan Informasi serta Informed Consent .................................. 50
Lampiran 2 Kuesioner .............................................................................................. 51
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................................... 52
Lampiran 4 Surat Persetujuan Etik ........................................................................... 53
Lampiran 5 Hasil Uji Statistik SPSS ........................................................................ 54
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian......................................................................... 61
Lampiran 7 Riwayat Penulis .................................................................................... 62
xiv
DAFTAR SINGKATAN
IKKK = Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK UI = Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
RSCM = Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
CRF = Corticotropin Releasing Factor
ACTH = Adenocorticotropin Hormon
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
UIN = Universitas Islam Negeri
HPA axis = Hypothalamus Pituitary Adrenal axis
P acnes = Propionibacterium acnes
GAGS = Global Acne Grading System
BPO = Benzoyl peroxide
DASS = Depression Anxiety Stress Scale
CRH = Corticotropin Releasing Hormone
DHT = Dihydrotestosterone
SPSS = Statistical Program for Social Science
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akne vulgaris atau lebih umum dikenal dengan nama jerawat, adalah suatu
penyakit inflamasi kulit kronis yang mengenai kelenjar pilosebasea dengan
gambaran klinis berupa komedo, papul, kista, dan pustul. Umumnya terjadi pada
masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Tempat predileksi terjadinya akne vulgaris
yaitu di daerah yang banyak ditemukan kelenjar pilosebasea, terutama pada wajah,
bahu, lengan atas, dada, dan punggung.1,2
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum, sekitar 80% remaja
dan dewasa muda mulai dari umur 11 sampai 30 tahun pernah mengalami akne
vulgaris.3 Berdasarkan The Global Burden of Skin Diseases in 2010 pada 187
negara, akne vulgaris menempati peringkat kedelapan penyakit dengan kasus
terbanyak secara global, dengan prevalensi sebanyak 9,4% atau sekitar 645 juta
kasus.4,5 Dari survei di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus akne
vulgaris sedangkan menurut catatan studi Dermatologi Kosmetika Indonesia kasus
akne vulgaris terus mengalami peningkatan setiap tahun, di mana terdapat 60%
kunjungan pasien kulit pada tahun 2006 merupakan kasus akne vulgaris, 80% pada
tahun 2007, dan 90% pada tahun 2009.6
Berdasarkan laporan kunjungan pasien poliklinik devisi Dermatologi
Kosmetik Departemen IKKK FK UI/ RSCM Jakarta, jumlah kunjungan pasien
akne vulgaris pada tahun 2010 mencapai 2489 kali kunjungan, dengan jumlah
kasus baru mencapai 756 pasien (30,37%).6 Di Indonesia sendiri tidak ada data
nasional untuk akne vulgaris dan hanya ada data dari penelitian-penelitian terpisah
di beberapa daerah. Sebuah penelitian oleh Tjekyan di Palembang pada 5.204
2
sampel (usia 14-21 tahun) mendapatkan hasil sebanyak 68,2% menderita akne
vulgaris, laki-laki (78,9%) lebih banyak dibandingkan perempuan (58,4%).
2
Akne paling sering terjadi pada remaja, di mana prevalensi tertinggi usia
15-16 tahun pada wanita maupun pria, meskipun akne biasanya sudah muncul sejak
umur 9 tahun.7 Prevalensi akne vulgaris yang tinggi pada usia remaja diakibatkan
oleh perubahan hormon pada tubuh, terutama peningkatan hormon androgen, yang
mengakibatkan pembesaran kelenjar sebasea dan peningkatan sekresi sebum
sehingga mengakibatkan terbentuknya akne.8 Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi keparahan akne vulgaris, mulai dari riwayat akne vulgaris di
keluarga, usia pubertas, fase premenstruasi, stres mental, dan makanan manis.9
Stres psikologis diduga dapat memengaruhi terjadinya akne vulgaris secara
signifikan.10 Stres psikologis merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya akne
vulgaris atau memperberat kondisi akne vulgaris yang telah ada.10 Stres psikologis
akan merangsang hipotalamus untuk memproduksi Corticotropin Releasing Faktor
(CRF) sehingga terjadi peningkatan kadar Adenocorticotropin Hormon (ACTH)
yaitu hormon androgen yang berperan penting dalam timbulnya jerawat.11
Stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri
individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
harapan dan kenyataan yang diinginkan oleh individu, baik yang diinginkan yang
bersifat jasmaniah maupun rohaniah.12 Dalam proses pendidikan di sekolah siswa
tidak jarang juga mengalami stres karena ketidakmampuannya beradaptasi dengan
program di sekolah. Stres yang dialami siswa di lingkungan sekolah akan
terakumulasi terhadap gangguan psikologis dan penyakit fisik.13 Stres yang sering
dialami oleh siswa adalah stres akademik.14
Pada sebuah penelitian di departemen Dermatologi Klinik Fakultas
Kedokteran di Carolina Utara, Amerika tahun 2007 dengan sampel siswa sekolah
menengah yang berumur 14-15 tahun di Singapura, disebutkan pada keadaan stres
tinggi terjadi serangan jerawat yang cukup signifikan yaitu 95% pada siswa laki-
laki dan 92% pada siswa wanita.15 Beberapa penelitian di Indonesia juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan akne
vulgaris, seperti penelitian yang dilakukan oleh Perumal tahun 2010 dan Alexander
3
tahun 2015 pada mahasiswa kedokteran.15,1617 Sedangkan menurut penelitian oleh
Suel Septia Utari tahun 2016 pada mahasiswa kedokteran dan Kusumoningtyas
tahun 2012 pada siswa-siswi SMA di Surakarta, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris.18,19 Hal ini didukung
dengan penelitian Devi Miranda tahun 2018 pada siswa Madrasah Padang yang
juga menyatakan tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian akne
vulgaris.20
Berdasarkan data dan adanya perbedaan hasil dalam penelitian-penelitian
sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk mengidentifikasi apakah terdapat
hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris pada siswa SMKs Khazanah
Kebajikan yang penulis tuangkan di dalam penelitian yang berjudul ”Hubungan
antara tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris pada siswa SMKs
Khazanah Kebajikan”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara tingkat stres dengan akne vulgaris pada
siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat stres terhadap kejadian akne vulgaris
pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian akne
vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris pada siswa SMKs
Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui prevalensi tingkat stres pada siswa SMKs Khazanah
Kebajikan Tangerang Selatan.
4
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian akne
vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah dipelajari di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
1.5.2 Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat membantu
memberikan gambaran mengenai hubungan tingkat stres dengan kejadian akne
vulgaris yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi akne vulgaris
Akne vulgaris merupakan penyakit kronis dengan gambaran klinis
polimorfik yang terasa gatal akibat terjadinya sumbatan atau peradangan pada
unit pilosebasea. Tempat predileksi terjadinya akne vulgaris yaitu di daerah
yang banyak ditemukan kelenjar pilosebasea, terutama pada wajah, bahu,
lengan atas, dada, dan punggung.3,21
Salah satu penyakit kulit yang selalu mendapat perhatian bagi para
remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne
vulgaris. Akne vulgaris adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat
sehingga timbul bruntusan (bintik merah) dan abses (kantong nanah) yang
meradang dan terinfeksi pada kulit. Jerawat sering terjadi pada kulit wajah,
leher dan punggung baik laki-laki maupun perempuan.2
Kondisi ini sangat umum terjadi pada masa remaja dan tidak
memerlukan terapi khusus untuk menyembuhkannya. Keadaan ini sering
dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda serta akan
menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun.22
2.1.2 Epidemiologi Akne Vulgaris
Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita
oleh masyarakat. Dapat diperkirakan 75% dari remaja di dunia mengalami akne
pada beberapa waktu dan hampir 80% dari semua orang pernah mengalami
akne vulgaris. Akne vulgaris mengenai sebanyak 80% orang pada usia 11
sampai 30 tahun. Selama masa remaja, akne vulgaris lebih sering terjadi pada
pria.3 Akne paling sering terjadi pada remaja, di mana didapatkan
6
prevalensi tertinggi pada umur 15-16 tahun pada wanita maupun pria,
meskipun akne biasanya sudah muncul sejak umur 9 tahun.7 Pada usia dewasa,
akne vulgaris lebih sering terjadi pada wanita, dimana akne bisa muncul pada
20% wanita dan 8% pria untuk pertama kali pada usia 25 tahun atau lebih.3
Akne vulgaris menempati peringkat kedelapan penyakit dengan kasus
terbanyak secara global di tahun 2010, dengan prevalensi sebanyak 9,4% atau
sekitar 645 juta kasus.4,5 Di Amerika Serikat, diperkirakan prevalensi akne
vulgaris mencapai 17 sampai 45 juta penderita.22 Sedangkan di Eropa,
kunjungan pasien akne vulgaris per tahunnya bisa mencapai lebih dari 3,5 juta
kasus.3 Kasus akne vulgaris di Indonesia terlihat terus mengalami peningkatan
setiap tahun, dimana menurut catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia
terdapat sebanyak 60% kunjungan pasien kulit pada tahun 2006 merupakan
kasus akne vulgaris, menjadi 80% pada tahun 2007, dan 90% pada tahun 2009.6
Pada umumnya akne vulgaris dimulai pada usia 12-15 tahun, dengan
puncak tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun. Sekitar 99% kejadian akne
vulgaris terjadi pada wajah, 60% pada punggung, dan 15% terjadi di dada. Pada
anak perempuan, timbulnya jerawat dapat terjadi sebelum menarche (haid
pertama) lebih dari setahun.24
Tjekyan di tahun 2008 telah melakukan penelitian di Palembang dengan
5.204 sampel berusia 14 sampai 21 tahun. Didapatkan hasil sebanyak 68,2%
menderita akne vulgaris, dengan 58,4% wanita dan 78,9% pria. Akne vulgaris
tipe papulopustular merupakan jenis akne yang paling banyak ditemukan, yaitu
sebanyak 35,8%, disusul dengan tipe komedoal 30,1%, noduler 2,2% dengan
lokasi terutama bilateral pada wajah.7
7
2.1.3 Faktor Resiko dan Etiologi Akne Vulgaris
Penyebab yang pasti belum diketahui tetapi banyak faktor yang
berpengaruh, diantaranya :
a. Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Sebum
adalah minyak yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea.25 Sebum yang
dihasilkan oleh kelenjar sebasea merupakan faktor penting terjadinya akne
vulgaris.26
b. Bakteria
Mikroba yang terlihat pada terbentuknya akne adalah
Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum
ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting yakni P acnes, yang bekerja
secara tak langsung.25 Infeksi bakteri pada folikel yang tersumbat
diperparah oleh higiene yang kurang, gizi buruk, dan stres.29 P acnes
berperan dalam iritasi epitel folikel dan mempermudah terjadinya akne.27
c. Herediter
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas
kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut
bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan terkena akne.25 Sebagian
individu mungkin secara genetik rentan terhadap akne yang mungkin
berkaitan dengan sensitivitas berlebihan kelenjar sebasea terhadap
androgen.27
Akne muncul lebih dini dan dengan derajat yang lebih berat pada
penderita dengan riwayat keluarga yang positif.28 Riwayat keluarga yang
positif memiliki akne vulgaris, melipatgandakan resiko terjadinya akne
secara signifikan, seperti yang terlihat dalam penelitian terhadap 1.002 anak
8
berusia 16 tahun di Iran, di mana didapatkan angka heritabilitas akne
sebesar 78%.21
d. Obat-obatan
Obat-obatan seperti anti-epilepsi biasanya menyebabkan terjadinya
akne monomorfik, dan erupsi akne telah dikaitkan dengan obat anti-kanker
seperti gefitinib. Penggunaan steroid anabolik untuk meningkatkan jumlah
otot bisa menyebabkan bentuk jerawat yang parah.21
e. Hormon
Hormon androgen memegang peranan yang penting karena kelenjar
sebasea sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari
kelenjar adrenal. Hormon ini menyebabkan kelenjar sebasea bertambah
besar dan produksi sebum meningkat. Pembentukan sebum dirangsang oleh
androgen, terutama testosteron. Peningkatan tajam androgen pada remaja
putri dan remaja putra selama pubertas merupakan penyebab munculnya
akne dengan tingkat keparahannya.25
f. Psikis
Pada beberapa penderita stres dan gangguan emosi dapat
menyebabkan eksaserbasi akne. Stres akan mengakibatkan teraktivasinya
HPA axis. Kondisi stres tersebut selain dapat memicu timbulnya akne
vulgaris juga dapat memperberat kondisi akne vulgaris yang sudah ada.29
9
2.1.4 Patogenesis
Terdapat empat proses yang berperan penting dalam pembentukan akne
vulgaris : 1,25,30,31,32
a. Peningkatan produksi sebum.
Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar
sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Produksi sebum
yang meningkat menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan
inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne. Pertumbuhan kelenjar sebasea
dan produksi sebum ada di bawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita
akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada
dalam darah (testosteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa
dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan
akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum. Kulit yang mudah
terkena akne terlihat memiliki kepadatan reseptor androgen yang lebih tinggi
dan juga enzim 5-alfa reduktase yang lebih aktif.
Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh
respon yang berlebihan pada kelenjar sebasea terhadap kadar normal androgen
dalam darah. Terbukti bahwa pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya
ditemukan di beberapa tempat yang kaya akan kelenjar sebasea.
b. Adanya keratinisasi folikel
Keratinisasi pada folikel pilosebasea disebabkan oleh adanya
penumpukan korniosit dalam folikel pilosebasea. Keratinisasi dalam folikel
yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sulit lepas
dari saluran folikel tersebut.
10
c. Kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes di folikel
Bakteri propionibacterium acnes merupakan bakteri anaerob gram
positif lemah non motil berbentuk batang yang telah lama terlibat dalam
patogenesis jerawat. Bakteri P acnes yang merupakan flora normal di folikel
kelenjar pilosebasea akan memecahkan trigliserida dalam sebum menjadi asam
lemak bebas, yang nantinya mengurangi kadar oksigen dalam folikel, dan
melakukan kolonisasi. Kolonisasi bakteri P acnes ini yang diduga dapat
menimbulkan inflamasi pada kejadian akne vulgaris.
d. Inflamasi
Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses
inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada
patogenesis penyakit.
Gambar 2.1. Patogenesis Akne
(Sumber : Adhi, 2008)30
11
2.1.5 Manifestasi Klinis
Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan
punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas, dan glutea
kadang-kadang terkena. Akne yang berat bisa meluas ke bawah, ke arah tangan dan
sepanjang seluruh bagian tengah punggung.33 Lesi yang paling dini yang tampak
pada kulit adalah komedo.23
Efloresensi akne terbagi menjadi:
Lesi non inflamasi: berupa komedo terbuka, komedo tertutup, dan
Lesi inflamasi: berupa papul, pustul, nodul, dan kista
2.1.6 Lesi pada Akne Vulgaris
Akne ditandai dengan kemunculan dari beberapa lesi, yaitu :
a. Komedo terbuka (Blackheads)
Hal ini disebabkan oleh pelebaran folikel terbuka yang disebabkan
adanya akumulasi dari material keratin yang padat dan sebum. Warna hitam
terlihat pada pori di kulit yang muncul dari adanya pigmen dan juga ditemukan
diantara substansi yang menyumbat folikel terbuka.34
Lesi peradangan yang telah sembuh akan meninggalkan banyak bintik
hitam, terutama pada bahu dan tubuh bagian atas. Adanya komedo hitam
bersifat patognomonik (memunculkan gejala atau keluhan) untuk akne pada
pasien muda.33
Gambar 2.2 Komedo Terbuka
12
b. Komedo tertutup (Whiteheads)
Hal ini muncul saat folikel terbuka tetap tertutup. Material keratin yang
padat dan sebum berakumulasi dibawah folikel terbuka. Komedo tertutup
bukanlah lesi yang beradang tetapi ia hanyalah inisial lesi pada akne vulgaris
yang dapat berkembang menjadi inflamasi.34
Komedo tertutup lebih mudah diraba daripada dilihat. Komedo ini
berupa papula yang sangat kecil dengan titik atau penonjolan di tengah. Lesi ini
paling banyak terdapat di dahi dan pipi. Sedikit sekali peradangan atau bahkan
tidak ada.33
Gambar 2.3 Komedo Tertutup
c. Papul
Papul adalah sumber lesi beradang. Berukuran kecil dengan ketinggian
hingga diameter >0,5 cm dan biasanya berwarna merah atau merah jambu.34
Papula cepat sekali timbul, sering hanya dalam beberapa dan kemudian
biasanya berkembang menjadi pustule.33
Gambar 2.4 Papul
13
d. Pustul
Lesi yang mengandung nanah. Berwarna putih atau kuning hingga
oranye atau hijau.34 Pustul dapat mengindikasikan adanya infeksi namun tidak
selalu.35
Gambar 2.5 Pustul
e. Nodul
Saat sisa keratin dan akumulasi sebum di dalam folikel, hal tersebut
membuatnya menjadi lebih besar dan dalam sehingga menghasilkan nodul.
Nodul adalah pembengkakan lesi beradang yang terletak lebih dalam pada kulit
dibanding papul. Perbedaan yang jelas antara papul dan nodul bisa diketahui
dengan merasakan lesi tersebut menggunakan jari.
Gambar 2.6 Nodul
14
Tabel 2.1. Bentuk Lesi Akne Vulgaris
Bentuk lesi Gambaran klinis Gambar
Komedo terbuka Diameter 0,1-0,3 mm. Dapat berbentuk
datar atau meninggi, puncaknya berwarna
hitam dikarenakan terdapat banyak pigmen
melanin.
Komedo tertutup Lesi kecil dan jelas dengan diameter 0,1-
0,3 mm. Lesi mengalami perbaikan dalam
waktu 3-4 hari sebanyak 25% dan akan
berkembang menjadi lesi inflamasi
sebanyak 75%
Papul 50% berasal dari mikrokomedo. Terdapat 2
tipe papul, yaitu aktif dan tidak aktif,
dimana untuk yang tidak aktif, berwarna
kurang merah dan lebih kecil dari yang
aktif, berdiameter 4 mm.
Pustul Letaknya dalam ataupun superfisial. Lebih
jarang dijumpai daripada papul. Pustul
terbentuk dari papul atau nodul yang
mengalami inflamasi, dapat bertahan
selama 7 hari atau lebih.
Nodul Nodul terletak lebih dalam dan dapat
bertahan selama 8 minggu dan kemudian
mengecil. Namun, tidak semua nodul dapat
menghilang, sebagian dapat menjadi parut.
Kista Kista jarang terjadi, bila terbentuk,
diameter mencapai beberapa sentimeter.
Bila diaspirasi dengan jarum besar akan
didapati material kental berupa krem
berwarna kuning.
(Sumber : Bernadette, 2015, Zaenglein, 2012)24
15
2.1.7 Diagnosis Akne Vulgaris
2.1.7.1 Derajat Keparahan Akne Vulgaris menurut Global Acne
Grading System (GAGS)
GAGS diperkenalkan oleh Doshi et al (1997). GAGS mengintegrasikan
faktor yang menentukan lesi individu yang tergantung kepada keparahan dan
lokasi.
Sistem ini membagi wajah, dada dan punggung menjadi enam lokasi
yaitu dahi, kedua pipi, hidung, dagu, dada, dan punggung. Keenam lokasi ini
dinilai secara terpisah dari skala 0-4, tergantung lesi yang muncul pada lokasi
tersebut (0 = tidak ada lesi, 1 = komedo, 2 = papul, 3 = pustul, dan 4 = nodul).
Skor untuk masing-masing area ditentukan dari lesi yang paling parah. Skor
yang diperoleh kemudian dijumlahkan untuk diperoleh total skor.36
Tabel 2.2 Derajat Keparahan Akne Vulgaris Menurut GAGS
Lokasi Faktor
(f)
Keparahan
(s)
Skor lokal
(fxs)
Derajat keparahan
akne
Dahi 2 0 tidak ada lesi 1-18 Ringan
Pipi kiri 2 1 komedo 19-30 Sedang
Pipi kanan 2 2 papul 30-38 Berat
Hidung 1 3 pustul >39 Sangat berat
Dagu 1 4 nodul
Dada dan
punggung
3
(Sumber : Ramli, 2012)36
2.1.7.2 Derajat Keparahan Akne Vulgaris menurut Lehmann
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia
(FKUI/RSCM) untuk menentukan derajat akne vulgaris adalah klasifikasi
menurut Lehmann. Klasifikasi Lehmann yang menggunakan metode
menghitung jumlah lesi total akne dapat digunakan untuk menentukan derajat
keparahan akne vulgaris pada semua tipe kulit dengan akurat, cepat, dan
sederhana.31
16
Tabel 2.3 Derajat Keparahan Akne Vulgaris Menurut Lehmann
Derajat Lesi Gambar
Akne Vulgaris Ringan Komedo < 20, atau
Lesi inflamasi < 15, atau
Total lesi < 30
Akne Sedang Komedo 20-100, atau
Lesi inflamasi 15-50, atau
Total lesi 30-125
Akne Berat Kista > 5, atau
Komedo > 100, atau
Lesi inflamasi > 50, atau
Total lesi > 125
Sumber : Bernadette, 2015, Rook, 2010.
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya
erupsi dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi. Kedua usaha tersebut
harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh
berbagai faktor baik faktor internal (ras, familial, hormonal) maupun faktor
eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh
penderita.1
17
Penatalaksanaan umum akne vulgaris dimulai dengan mencuci wajah
minimal 2 kali dalam sehari menggunakan sabun. Beberapa sabun sudah
mengandung antibakteri, misalnya triklosan yang menghambat kokus gram positif.
Penatalaksanaan medikamentosa berupa pemakaian bahan topikal untuk
pengobatan akne sangat beragam. Sulfur, sodium sulfasetamid, resorsinol, dan
asam salisilat, sering ditemukan sebagai obat bebas.
Antibiotik topikal yang sering digunakan adalah klindamisin dan
eritromisin. Keduanya dapat digunakan dengan kombinasi bersama benzoil
peroksida dan terbukti mengurangi resistensi.
Tabel 2.4 Algoritma Tatalaksana Akne.31
Pilihan
pertama
Ringan Sedang Berat
Komedoal Papular/
pustular
Papular/
pustular
Nodular Nodular/
conglobata
Retinoid
topikal
Retinoid
topikal +
antimikroba
topikal
Antibiotik oral
+ retinoid
topikal +/- BPO
Antibiotik oral +
retinoid topikal
+/- BPO
Isotretinoin
oral
Alternatif
Alt. Retinoid
topikal atau
azelaic acid
atau asam
salisilat
Alt. Agen
antimikroba
topikal + alt.
Retinoid
topikal atau
azelaic acid
Alt. Antibiotik
oral + retinoid
topikal +/- BPO
Isotretinoin oral
atau alt.
Antibiotik oral +
retinoid topikal
+/- BPO
Antibiotik oral
dosis tinggi +
retinoid topikal
+ BPO
Alternatif
untuk
perempuan
Lihat pilihan
pertama
Lihat pilihan
pertama
Anti androgen
oral + topical
retinoid/azelaic
acid topikal +/-
antimikroba
topikal
Anti androgen
oral + retinoid
topikal +/-
antibiotik oral
+/- alt.
Antimikroba
Anti androgen
oral dosis
tinggi +
retinoid topikal
+/- alt.
Antimikroba
topikal
Terapi
maintenance
Retinoid topikal Retinoid topikal +/- BPO
Sumber : Sitohang dan Wasitaatmaja, 2015
18
2.1.9 Definisi Stres
Stres merupakan reaksi tubuh terhadap stressor yang muncul yang dapat
menjadi salah satu bentuk pertahanan diri terhadap stressor yang muncul. Kondisi
stres merupakan suatu kondisi seseorang merasa tertekan dikarenakan tuntutan
yang ada dan merasa bahwa situasi tersebut merupakan beban yang berada di luar
batas kemampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan tersebut.37
Definisi stres secara terpadu antara lain merupakan gabungan dari beberapa
kejadian yang terdiri atas stimulus berupa stresor, yang memicu reaksi di otak
berupa persepsi stres, yang mengaktifkan sistem fisiologis fight or flight di dalam
tubuh sebagai respons terhadap stres.38
Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa stres adalah reaksi tubuh terhadap stresor yang memicu reaksi di otak
sehingga merasa tertekan akibat ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan
dengan harapan, di mana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dengan
kemampuan individu untuk memenuhinya.
2.1.10 Etiologi dan Sumber Stres
Etiologi dan sumber stres antara lain: 39
a. Kondisi biologis, meliputi berbagai penyakit infeksi, trauma fisik, dan
mal nutrisi.
b. Kondisi psikologis, seperti konflik dan frustasi, kondisi yang
mengakibatkan perasaan rendah diri, berbagai keadaan kehilangan,
berbagai kondisi perasaan bersalah, pelajaran sekolah maupun
pekerjaan yang membutuhkan jadwal waktu yang ketat.
c. Kondisi sosial kultural, seperti fluktuasi ekonomi, perceraian, keretakan
rumahtangga, persaingan keras dan tidak sehat, serta diskriminasi.
d. Kejadian hidup sehari-hari, seperti menikah atau mempunyai anak,
mulai tempat kerja baru, dan pindah rumah.
19
2.1.11 Tingkatan stres
Tingkat stres merupakan tinggi rendahnya kondisi yang disebabkan oleh
reaksi dan persepsi seseorang pada beban dan tuntutan tertentu yang berdampak
pada emosional, fisik, dan spiritual sehingga dapat mengganggu kinerja seseorang
dalam menjalankan aktifitasnya.40
Tingkatan stres berdasarkan skala pengukuran menggunakan DASS
(Depression Anxiety Stress Scale) menurut Psychology Foundation of Australia
(2014) yaitu :
a. Normal
Dikatakan normal apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS tidak
pernah dialami atau jarang dialami.
b. Stres ringan
Dikatakan stres ringan apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS
jarang dialami hingga dialami tetapi hanya kadang-kadang.
c. Stres sedang
Dikatakan stres sedang apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS
terkadang dialami hingga sering dialami, namun lebih dominan terjadi
kadang-kadang saja.
d. Stres berat
Dikatakan stres berat apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS
terkadang dialami hingga sering dialami, namun yang lebih dominan
sering.
e. Stres sangat berat
Dikatakan stres sangat berat apabila gejala stres yang tercantum dalam
DASS sering dialami.
2.1.12 Pengukuran Tingkat Stres
20
Depression Anxiety Stress Scale (DASS) adalah seperangkat dari tiga skala
laporan diri yang dirancang untuk mengukur emosi negatif yang terdiri dari depresi,
kecemasan dan stres. DASS telah memenuhi persyaratan dari para peneliti dan
dokter-dokter yang menjadi ilmuwan profesional.41
Skala dalam DASS telah terbukti memiliki konsistensi internal yang tinggi
untuk mengukur keadaan saat ini atau perubahan pada suatu bagian dari waktu ke
waktu, sehingga instrumen ini tidak memerlukan uji validitas maupun reliabilitas.
2.1.13 Respons Fisiologis Tubuh terhadap Stres
Sebagian besar dari efek fisiologis dari stres dimediasi oleh dua sistem
neuroendokrin utama, yaitu HPA axis dan sistem saraf simpatis.42 Terdapat tiga
respons terhadap stres melalui dua jalur ini, yaitu respons dari hormon,
neurotransmitter, dan imun.43
Ketika persepsi stres diterima oleh korteks integratif, CRH disekresikan
oleh ini paraventrikular hipotalamus ke dalam sistem portal hipofisis. Hal ini
menginduksi hipofisis anterior untuk melepaskan ACTH ke dalam sirkulasi
sistemik yang selanjutnya menyebabkan glukokortikoid dan epinefrin dikeluarkan
dari korteks adrenal. Secara kolektif, sistem neuroendokrin ini dikenal sebagai
HPA axis.42
Seiring dengan aktivasi HPA axis, CRH menstimulasi lokus koeruleus yang
merupakan sistem noradrenergik otak untuk melepaskan katekolamin dari sistem
saraf otonom. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya sintesis norepinefrin di
otak, yang kemudian dilepaskan dari ujung saraf simpatik.43,44 Banyak molekul lain
yang juga memiliki reseptor pada sel imun dilepaskan sehubungan dengan
terjadinya stres, seperti vasopresin, endorfin, dopamin, dan serotonin. Namun,
glukokortikoid, epinefrin, dan norepinefrin merupakan tiga hormon yang utama.43
2.1.14 Hubungan stres dengan kejadian akne vulgaris
21
Secara fisiologis kondisi stres akan mengakibatkan teraktivasinya HPA axis
yang dapat meningkatkan konsentrasi ACTH dan glukokortikod yang
berkepanjangan. Peningkatan ACTH akan memicu peningkatan hormon androgen
yang berperan dalam merangsang peningkatan produksi sebum dan merangsang
keratinosit. Peningkatan sebum dan keratinosit akan mengakibatkan timbulnya
akne vulgaris.29
Gambar 2.7. Pengaruh stres terhadap terjadinya akne vulgaris
(Sumber : Rahmawati, 2012).
22
Hubungan antara tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Stres membuat tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi dan keganasan
Salah satu penyebab patogenesis dari akne vulgaris adalah infeksi oleh P
acnes.29 Stres telah terbukti dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap terjadinya
infeksi, sehingga infeksi oleh P acnes yang merupakan flora normal pada kulit
untuk menyebabkan akne vulgaris lebih gampang terjadi.42
2. Pengekspresian CRH yang kuat pada sel kelenjar sebasea.
Kelenjar sebasea yang merupakan bagian yang penting dari sistem
kekebalan tubuh, di mana peptida antimikroba, neuropeptida, dan asam lemak
antibakterial seperti sapienic acid diproduksi, dapat berfungsi sebagai organ
endokrin independen di bawah pengaruh CRH.21 Pada penderita akne vulgaris,
terlihat pengekspresian CRH yang sangat kuat dibandingkan dengan kulit tanpa
akne pada sel kelenjar sebasea. Reseptor CRH dengan reaksi yang paling kuat
terdapat pada sebosit.29
3. Pengaruh stres terhadap peningkatan glukokortikoid dan androgen adrenal.
Beberapa penelitian membutikan bahwa peningkatan hormon
glukokortikoid dan androgen adrenal dapat memperparah akne dan dapat
menginduksi hiperplasia kelenjar sebasea yang terjadi selama stres psikologis.44
4. Stres dapat memengaruhi terjadinya peningkatan hormon testosteron.
Saat seseorang mengalami stres, terjadi aktivasi hipotalamus oleh HPA
axis, yang nantinya meningkatkan kadar CRH. Peningkatan CRH kemudian akan
meningkatkan produksi hormon androgen.45 Hormon androgen dapat menyebabkan
ukuran kelenjar sebasea menjadi membesar serta merangsang produksi sebum.
Hormon androgen juga dapat merangsang proliferasi keratinosit pada duktus
seboglandularis dan akroinfundibulum.46 Testosteron merupakan androgen yang
paling berpengaruh dalam stimulasi produksi kelenjar sebasea, dan merupakan
hormon androgen utama yang dirangsang produksinya oleh peningkatan CRH.
23
Testosteron kemudian diubah menjadi bentuk aktif oleh enzim 5α-reduktase yang
memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah berjerawat seperti wajah dan
punggung menjadi DHT, yaitu hormon androgen terampuh dalam merangsang
hiperproliferasi keratinosit. Terangsangnya hiperproliferasi keratinosit oleh DHT
inilah yang menghubungkan kondisi stres dengan eksaserbasi akne vulgaris.45
24
2.2 Kerangka Teori Penelitian
TINGKAT
STRES
Hiperproliferasi
keratinosit
Peningkatan
DHT
Peningkatan produksi
hormon androgen
Peningkatan kadar
CRH
Hiperproliferasi
folikel sebasea
Aktivasi HPA axis
Instrumen pengukur
tingkat stres : DASS 42
Tidak stres
Meningkatkan
kerentanan tubuh
terhadap infeksi
Stres ringan Stres berat Stres sedang Stres sangat berat
Peningkatan
produksi sebum
Mikrokomedo dan
komedo
Mempermudah
kolonisasi bakteri
P.acnes
Inflamasi
Papul, pustul,
dan nodul
AKNE
VULGARIS
Penilaian derajat
keparahan
GAGS
Lehmann
Akne ringan, sedang,
berat, sangat berat
(grade I-IV)
Akne ringan,
sedang, berat
Faktor resiko penyebab
akne vulgaris lainnya :
-hormonal
-usia
-genetik
-obat-obatan
-iklim
25
2.3 Kerangka Konsep Penelitian
V
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak dihubungkan
Keadaan stres Tingkat keparahan stres
(variabel independen)
Pengukuran dengan
kuesioner DASS 42
Tidak stres Stres ringan Stres sedang Stres berat Stres sangat
berat
Akne vulgaris
(variabel dependen)
Klasifikasi
Lehmann
Akne ringan Akne sedang Akne berat
Faktor resiko penyebab
akne vulgaris lainnya :
-hormonal
-usia
-genetik
-obat-obatan
-iklim
26
2.4 Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat
Ukur
Skala Hasil Ukur
Variabel Dependen
1. Akne vulgaris Suatu kondisi
wajah mengalami
peradangan yang
ditandai dengan
adanya komedo,
papul, pustul, dan
nodul pada tempat
predileksi
Pemeriksaan
dilakukan oleh
umum. Akne
yang diperiksa
hanya akne yang
terdapat pada
wajah
Dilihat
secara
langsung
dengan
mata
Nominal 1.Akne :
menderita akne
vulgaris
2.Tidak akne :
tidak menderita
akne vulgaris
Variabel Independen
2. Tingkat stres Tinggi rendahnya
kondisi yang
disebabkan oleh
reaksi
dan persepsi
seseorang pada
beban dan tuntutan
tertentu
yang berdampak
pada emosional,
fisik dan spiritual
sehingga dapat
mengganggu
kinerja seseorang
dalam
menjalankan
aktifitasnya
Mengukur
tingkatan stres
berdasarkan
kuesioner
Depresion
Anxiety Stress
Scale (DASS) 42.
Kuesioner Ordinal 1.Tidak stres jika
skor 0-14
2.Stres ringan jika
skor 15-18
3.Stres sedang jika
skor 19-25
4.Stres berat jika
skor 26-33
5.Stres sangat
berat jika skor ≥34
27
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode pengumpulan
data yang digunakan adalah cross sectional yaitu bentuk metode yang
mengidentifikasi korelasi antar faktor risiko dengan efek melalui pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
Dimana setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.47
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara
tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan
Tangerang Selatan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan di sekolah SMKs Khazanah Kebajikan
Tangerang Selatan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan juli-agustus 2019.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian atau objek yang
diteliti.48 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMKs Khazanah
Kebajikan Tangerang Selatan.
28
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah subjek yang akan diambil sebagian dari keseluruhan
populasi yang diteliti. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan
teknik atau cara-cara tertentu sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi
yang diteliti.48 Sampel penelitian adalah seluruh siswa SMKs Khazanah
Kebajikan yang memenuhi:
1. Kriteria Inklusi
a. Terdaftar sebagai siswa SMKs Khazanah Kebajikan Ciputat
tahun ajaran 2019/2020.
b. Hadir saat penelitian berlangsung
c. Bersedia menjadi sampel penelitian dan menandatangani
persetujuan
d. Melengkapi kuesioner secara lengkap
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak lengkap mengisi kuesioner yang diberikan.
b. Menderita penyakit kulit lain di wajah.
c. Sedang menjalani terapi akne vulgaris.
3.3.3 Besar sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus:
29
n= (1,35+0,57
0,2)
2
n= 92,16 ≈ 92.
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal
Z= derivat baku alfa (1,96; dengan ditetapkan kesalahan tipe I sebesar 5%)
Z = derivat baku beta (0,84; dengan ditetapkan kesalahan tipe II sebesar 20%)
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,5)
Q2 = 1 - P2 = 1 - 0,5 = 0,5
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
= P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7
Q1= 1 - P1 = 1 - 0,7 = 0,3
P1-P2= selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,2
P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = (0,7 + 0,5)/2 = 0,6
Q = 1 - P = 1 - 0,6 = 0,4
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan cara total sampling, yaitu semua subjek yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian diikutkan dalam penelitian.49
3.5 Instrumen Penelitian
1. Lembar penjelasan dan informasi
2. Lembar data diri dan Informed Consent
3. Kuesioner
30
Kuesioner di dalam penelitian menggunakan kuesioner DASS 42
sebagai alat ukur stres yang terdiri dari 14 pertanyaan.
Lovibond dalam Psychology Foundation of Australia (2014)
mengatakan bahwa, tiap-tiap dari 3 skala DASS memiliki 14 hal, dibagi
menjadi 2-5 subskala dengan isi yang sama. Skala depresi melihat adanya
disforia, keputusasaan, devaluasi hidup, celaan diri sendiri, kurangnya minat
atau keikutsertaan, anhedonia, dan inersia. Skala kecemasan melihat adanya
gairah otonom, efek otot lurik, kecemasan situasional, dan pengalaman
subjektif dari pengaruh kecemasan. Skala stres sensitive terhadap tingkatan dari
gairah kronik non spesifik, skala tersebut melihat adanya kesulitan relaks,
gairah saraf, dan mudah menjadi sedih atau agitasi, iritabel atau over-reaktif,
dan tidak sabaran. Subjek diminta untuk mengisi 4 poin dari skala keparahan
atau frekuensi untuk menilai apakah mereka pernah mengalami tiap keadaan
tersebut selama minggu-minggu terakhir.Skor untuk depresi, kecemasan, dan
stres dihitung dengan menjumlahkan skor-skor dari hal-hal relevan tersebut.
- Item skala depresi : 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42.
- Item skala kecemasan: 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41
- Item skala stres : 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.
Responden akan diminta untuk mengindikasikan seberapa sering
perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan.
- Tidak pernah diberi skor 0
- Kadang-kadang diberi skor 1
- Lumayan sering diberi skor 2
- Sering sekali diberi skor 3
Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan
tingkatan stres sebagai berikut :
31
Tabel 3.1 Pengkategorian Stres DASS42
Tingkat Stress
Normal 0-14
Ringan 15-18
Sedang 19-25
Berat 26-33
Sangat berat >34
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
3.6.1 Tahap persiapan pengumpulan data
Tahapan persiapan pengumpulan data berupa adanya izin
administrasi yang berasal dari Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk melakukan pengambilan data di lokasi
penelitian.
3.6.2 Tahap pengumpulan data
a. Peneliti mengajukan surat izin melakukan penelitian dari Fakultas
Kedoteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kemudian akan
disampaikan ke SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.
b. Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah peneliti melakukan
penelitian di lokasi yaitu SMKs Kazanah Kebajikan.
c. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
d. Siswa yang bersedia menjadi responden diminta untuk mengisi
lembaran Informed Consent dan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk
mengukur skala stres.
e. Selama pengisian kuesioner, responden akan didampingi oleh peneliti,
sehingga ketika ada pertanyaan yang membingungkan responden dapat
dijelaskan oleh peneliti.
f. Setelah responden mengisi kuesioner, peneliti akan mengambil foto
wajah responden dan diperiksa apakah terdapat akne atau tidak pada
wajah.
g. Hasil pemeriksaan dicatat
h. Data dikumpulkan untuk pengolahan data.
32
3.7 Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data pada umunya melalui langkah-
langkah sebagai berikut 47 :
1. Editing
Hasil kuesioner yang telah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya
diperiksa oleh peneliti untuk melihat kelengkapan dari identitas dan menjawab
isi kuesioner.
2. Coding
Peneliti mengolah informasi dengan mengubah data menjadi angka lalu
memasukkan data yang telah diubah ke dalam sistem komputerisasi. Hasil akne
diberi angka 1, tidak akne diberi angka 2, tidak stres diberi angka 1, stres ringan
diberi angka 2, stres sedang diberi angka 3, stres berat diberi angka 4, dan stres
sangat berat diberi angka 5.
3. Processing
Peneliti memasukkan data yang didapatkan ke dalam program
Statistical Program for Social Science (SPSS) 25.0 untuk diolah.
4. Cleansing
Peneliti memeriksa kembali data-data yang telah dimasukkan ke dalam
program statistik komputer untuk menghindari adanya kesalahan
pemrograman.
3.8 Analisa Data
Setelah dilakukan pengolahan data, data dianalisis dengan sistem
komputerisasi menggunakan program Statistical Program for Social Science
(SPSS) agar data mempunyai arti yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah penelitian. Analisis data dilakukan bertahap mulai dari analisis univariat
dan bivariat.
33
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel, yaitu tingkat
stres sebagai variabel independen dan kejadian akne vulgaris sebagai variabel
dependen untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensinya dengan
menggunakan SPSS 25.0.
2. Analisis Bivariat
Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa analisis bivariat dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisa ini
berfungsi untuk mengetahui hubungan yang bermakna antara stres dengan
kejadian jerawat (akne vulgaris) dengan menggunakan uji Chi-Square.
Confidence interval yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 95% dengan
taraf significance α = 5% (0,05). Jika pada tabel ditemukan nilai harapan
(expected) < 5 dan lebih 20% maka tidak memenuhi syarat uji Chi-Square,
sehingga dilakukan penggabungan sel dan di uji kembali.
3.9 Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapatkan surat lulus uji etik dari Tim Komite Etik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (lampiran 4). Hal-hal yang
terkait etika penelitian pada penelitian ini adalah :
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan pada pihak SMKs
Khazanah Kebajikan sebagai permohonan izin untuk melakukan
penelitian.
2. Memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan
meminta persetujuan kepada responden secara lisan maupun tertulis
dengan menandatangani form persetujuan bersedia mengikuti
penelitian.
3. Menyertakan surat komisi etik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
34
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKs Khazanah Kebajikan yang berlokasi di Jalan
Talas 1 Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten.
SMKs Khazanah Kebajikan didirikan pada bulan Juni tahun 1998. SMKs Khazanah
Kebajikan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Yayasan
Khazanah Kebajikan adalah wujud kepedulian untuk membantu pemerintah dalam
pemerataan kesempatan pendidikan terutama pendidikan keterampilan kejuruan bagi
segenap lapisan masyarakat baik dari kalangan mampu maupun tidak.
Fasilitas yang terdapat di SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan
diantaranya adalah ruang kelas, ruang perpustakaan dan media, laboratorium dan
bengkel elektronika, laboratorium komputer, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala
sekolah, ruang bimbingan konseling, ruang kantor tata usaha, musholah, aula, kantin,
lapangan olahraga, kamar mandi dan tempat wudhu. Kemudian untuk kegiatan
ekstrakurikuler berupa Pramuka, Rohis, Jurnalis, Musik dan lain-lain.
Siswa kelas X, XI dan XII SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan
berjumlah 203 siswa dengan pembagian siswa laki-laki 92 orang dan siswa perempuan
111 orang. Baik kelas X, XI maupun XII terdiri atas 3 kelas.
4.2. Karakteristik responden
Karakteristik responden mencakup jenis kelamin, usia, kelas, status akne, dan
tingkat keparahan stres. Dari 175 responden dilakukan pendistribusian berdasarkan
karakteristik-karakteristik tersebut.
Tabel 4.1 Distribusi responden menurut jenis kelamin
Jenis kelamin n %
Laki-laki 78 44,6
Perempuan 97 55,4
Total 175 100,0
35
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kebanyakan responden berjenis kelamin
perempuan yaitu berjumlah 97 orang (55,4%) dari keseluruhan sampel. Sedangkan
laki-laki berjumlah 78 orang (44,6%) dari keseluruhan sampel.
Tabel 4.2 Distribusi responden menurut usia
Usia (tahun) n %
13 1 0,6
14 6 3,4
15 44 25,1
16 49 28
17 61 34,9
18 12 6,9
19 2 1,1
Total 175 100
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kebanyakan responden berusia 17 tahun yaitu
sebanyak 61 orang (34,9% dari total responden). Dan yang paling sedikit berusia 13
tahun yaitu hanya 1 orang (0,6% dari total responden).
Tabel 4.3 Distribusi responden menurut kelas
Kelas Frekuensi Persen (%)
X 56 32
XI 56 32
XII 63 36
Total 175 100
Dari tabel di atas, terlihat bahwa responden terdiri atas 56 siswa (32%) kelas X,
56 siswa (32%) kelas XI dan 63 siswa (36%) kelas XII. Dari tabel diatas terlihat bahwa
responden terbanyak berada di kelas XII.
Tabel 4.4 Distribusi responden menurut status akne vulgaris
Status akne Frekuensi Persen (%)
Akne 135 77,1
Tidak akne 40 22,9
Total 175 100
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kebanyakan responden menderita akne
vulgaris yaitu sebanyak 135 orang (77,1% dari keseluruhan sampel) sedangkan yang
tidak akne sebanyak 40 orang (22,9% dari keseluruhan sampel). Jadi, terlihat bahwa
responden dengan status akne lebih banyak daripada yang tidak akne.
36
Tabel 4.5 Distribusi responden menurut tingkat keparahan stres
Tingkat stres Frekuensi Persen (%)
Tidak stres 89 50,9
Stres ringan 45 25,7
Stres sedang 32 18,3
Stres berat 5 2,9
Stres sangat berat 4 2,3
Total 175 100
Dari tabel di atas, terlihat hasil interpretasi skor DASS yang menunjukkan
sebagian besar sampel, yaitu sebanyak 89 orang (50,9% dari total responden) tidak
mengalami stres. Sebanyak 86 orang (49,1%) mengalami stres dengan pembagian
tingkat stres yaitu, 45 orang (25,7%) mengalami stres ringan, 32 orang (18,3%)
mengalami stres sedang, 5 orang (2,9%) mengalami stres berat, dan 4 orang (2,3%)
mengalami stres sangat berat.
4.3. Analisis Bivariat
Tabel 4.6 Distribusi dan Frekuensi Akne Vulgaris
Karakteristik
Akne vulgaris Jumlah Akne Tidak akne
n % n % n %
Jenis kelamin
Perempuan 64 47,4% 33 82,5% 97 55,4%
Laki-laki 71 52,6% 7 17,5% 78 44,6%
Usia
13 1 0,7% 0 0% 1 0,6%
14 4 3% 2 5% 6 3,4%
15 33 24,4% 11 27,5% 44 25,1%
16 34 25,2% 15 37,5% 49 28%
17 50 37% 11 27,5% 61 34,9%
18 11 8,1% 1 2,5% 12 6,9%
19 2 1,5% 0 0% 2 1,1%
Kelas
X 44 32,6% 12 30% 56 32%
XI 40 29,6% 16 40% 56 32%
XII 51 37,8% 12 30% 63 36%
Total 135 77,1% 40 22,9% 175 100%
Dari tabel di atas, terlihat jumlah penderita akne vulgaris yang didapatkan yaitu
sebanyak 135 orang (77,1%) dari keseluruhan sampel. Tabel tersebut menunjukkan
bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita akne vulgaris, yaitu sebanyak 71
orang (52,6%) dari jumlah penderita akne vulgaris, sedangkan pada perempuan yang
menderita akne vulgaris sebanyak 64 orang (47,4%) dari jumlah penderita akne
vulgaris.
37
Penderita akne vulgaris terbanyak berdasarkan usia terdapat pada usia 17 tahun,
yaitu sebanyak 50 orang (37%) dari jumlah penderita akne vulgaris, disusul dengan
usia 16 tahun dengan jumlah penderita 34 orang (25,2%), 15 tahun berjumlah 33 orang
(24,4%), 18 tahun berjumlah 11 orang (8,1%), 14 tahun berjumlah 4 orang (3%), 19
tahun berjumlah 2 orang (1,5%), dan 13 tahun berjumlah 1 orang (0,7%).
Penderita akne vulgaris terbanyak jika dilihat berdasarkan kelas terdapat di
kelas XII, yaitu sebanyak 51 orang atau 37,8% dari jumlah penderita akne vulgaris,
disusul dengan kelas X dengan jumlah penderita 44 orang (32,6%), dan kelas XI
dengan jumlah penderita akne paling sedikit yaitu sebanyak 40 orang (29,6%), seperti
yang terlihat pada tabel 4.3.1.
Tabel 4.7 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Stres
Karakteristik
Tingkat Stres
Jumlah Tidak Stres Stres
Ringan
Stres
Sedang
Stres
Berat
Stres
Sangat
Berat
n % n % n % n % n % n %
Jenis Kelamin
Perempuan 52 58,4% 22 48,9% 19 59,4% 2 40% 2 50% 97 55,4%
Laki-laki 37 41,6% 23 51,1% 13 40,6% 3 60% 2 50% 78 44,6%
Usia
13 0 0% 1 2,2% 0 0% 0 0% 0 0% 1 0,6%
14 4 4,5% 1 2,2% 1 3,1% 0 0% 0 0% 6 3,4%
15 26 29,2% 9 20% 8 25% 1 20% 0 0% 44 25,1%
16 26 29,2% 12 26,7% 8 25% 1 20% 2 50% 49 28%
17 25 28,1% 22 48,9% 11 34,4% 2 40% 1 25% 61 34,9%
18 8 9% 0 0% 3 9,4% 0 0% 1 25% 12 6,9%
19 0 0% 0 0% 1 3,1% 1 20% 0 0% 2 1,1%
Kelas
X 29 32,6% 14 31,1% 9 28,1% 3 60% 1 25% 56 32%
XI 31 34,8% 13 28,9% 9 28,1% 0 0% 3 75% 56 32%
XII 29 32,6% 18 40% 14 43,8% 2 40% 0 0% 63 36%
Total 89 50,9% 45 25,7% 32 18,3% 5 2,9% 4 2,3% 175 100%
Dari tabel di atas, terlihat hasil interpretasi skor DASS yang menunjukkan
sebagian besar sampel, yaitu sebanyak 89 orang (50,9% dari total responden) tidak
mengalami stres dan sebanyak 86 orang (49,1%) mengalami stres. Tabel 4.7
menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami stres yaitu
sebanyak 45 orang (52,3% dari seluruh penderita stres) dengan pembagian tingkat stres
38
yaitu 22 orang stres ringan, 19 orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan 2 orang stres
sangat berat.
Siswa berusia 17 tahun paling banyak mengalami stres, yaitu sebanyak 36
orang (41,9% dari seluruh penderita stres) dengan pembagian tingkat stres yaitu 22
orang stres ringan, 11 orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan 1 orang stres sangat
berat.
Responden dengan tingkat stres paling tinggi terdapat pada kelas XII yaitu
sebanyak 34 orang (40% dari seluruh penderita stres) dimana 18 orang stres ringan, 14
orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan tidak didapatkan siswa kelas XII dengan
stres sangat berat.
4.4. Hubungan Tingkat Stres dengan Akne Vulgaris
Dari 89 responden yang tidak mengalami stres terdapat 68 orang dengan status
akne dan 21 orang tidak akne. Dari 45 responden yang mengalami stres ringan ada 35
orang dengan status akne dan 10 orang tidak akne. Kemudian dari 41 responden yang
mengalami stres sedang hingga sangt berat ada 32 orang dengan status akne dan 9 orang
tidak akne.
Hasil uji chi-square pada tabel 5x2 menunjukkan 4 sel dengan angka expected
count kurang dari 5 dan lebih 20% sehingga dilakukan penggabungan sel dan didapat
tabel 3x2 dan dilakukan uji chi-square ulang. Di uji chi-square yang kedua ini
menunjukkan 0 sel yang angka expected count kurang dari 5 dan tidak lebih dari 20%
sehingga layak uji dan didapatkan hasil p-value = 0,972 atau p > 0,05 yang berarti tidak
terdapat hubungan antara tingkat keparahan stres dengan kejadian akne vulgaris.
Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Akne Vulgaris
Tingkat Stres
Akne Vulgaris Jumlah
P-value Akne Tidak Akne
n % n % n %
Tidak Stres 68 50,4% 21 52,5% 89 50,9%
0,972
Stres Ringan 35 25,9% 10 25% 45 25,7%
Stres Sedang-Sangat Berat 32 23,7% 9 22,5% 41 23,4%
Total 135 100% 40 100% 175 100%
39
4.5. Pembahasan
Kejadian akne vulgaris didapatkan sebanyak 135 orang (77,1%) dari
keseluruhan responden. Hasil penelitian ini tidak jauh beda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kusumoningtyas pada tahun 2012, di mana terdapat 50%
penderita akne vulgaris pada siswa-siswi kelas XII.18 Prevalensi akne yang didapatkan
pada penelitian ini juga tidak jauh beda dengan hasil penelitian oleh Devi Miranda pada
tahun 2018, dimana juga didapatkan 56,3% penderita akne vulgaris, meskipun pada
penelitian tersebut jumlah responden lebih sedikit, hanya pada satu jenis kelamin saja.20
Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita akne
vulgaris, yaitu 52,6% dari jumlah penderita akne vulgaris. Angka ini sesuai dengan
kepustakaan yang mengatakan selama masa remaja, akne vulgaris lebih sering terjadi
pada pria.3
Penderita akne pada penelitian ini paling banyak ditemukan pada usia 17 tahun,
yaitu 34,9% dari jumlah penderita akne vulgaris, disusul dengan usia 16 tahun, 15
tahun, 18 tahun, 14 tahun, 19 tahun, dan 13 tahun. Angka ini juga sesuai dengan
kepustakaan yang mengatakan bahwa pada umumnya akne vulgaris dimulai pada usia
12-15 tahun, dengan puncaknya pada usia 17-21 tahun.24
Pada penelitian ini siswa kelas XII paling banyak menderita akne vulgaris,
dengan angka kejadian sebanyak 37,8% dari jumlah penderita akne. Hasil ini
kemungkinan dikarenakan oleh siswa kelas XII rata-rata berusia 16-17 tahun, yang
merupakan usia di mana akne vulgaris banyak ditemukan.24 Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari pada tahun 2017 di Denpasar dan Devi
Miranda pada tahun 2018 di Padang, dimana siswa kelas X merupakan penderita akne
terbanyak dengan angka kejadian 61,6% dan 50%.20,50 Prevalensi akne vulgaris yang
tinggi pada remaja ini diakibatkan oleh perubahan hormon yang terjadi pada tubuh,
terutama peningkatan hormon androgen, yang mengakibatkan pembesaran kelenjar
sebasea dan peningkatan sekresi sebum sehingga mengakibatkan terbentuknya akne.8
40
Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar responden tidak mengalami stres,
yaitu sebanyak 50,9% dari jumlah responden. Tingkat stres yang rendah pada siswa
SMKs Khazanah Kebajikan ini kemungkinan disebabkan karena siswa telah melewati
masa-masa ujian dan telah selesai melewati masa libur, di mana biasanya tingkat stres
akan meningkat di saat ujian.
Responden dengan tingkat stres paling tinggi terdapat pada jenis kelamin
perempuan, yaitu sebanyak 45 orang (52,3% dari seluruh penderita stres) dengan
pembagian tingkat stres yaitu 22 orang stres ringan, 19 orang stres sedang, 2 orang stres
berat, dan 2 orang stres sangat berat. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
mengatakan bahwa stres lebih banyak dialami oleh perempuan yaitu sebanyak 135.000
kasus dan pria sebanyak 86.000 kasus.51 Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan McDonough dan Walter, menemukan bahwa skor stres pada perempuan
lebih tinggi 23% daripada laki-laki.52
Penderita akne pada penelitian ini paling banyak ditemukan pada usia 17 tahun,
yaitu sebanyak 36 orang (41,9% dari seluruh penderita stres) dengan pembagian tingkat
stres yaitu 22 orang stres ringan, 11 orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan 1 orang
stres sangat berat. Belum ada kepustakaan yang membahas mengenai tingkat stres
dengan usia 17 tahun pada remaja, namun hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh
toleransi usia terhadap stres. Pada usia remaja biasanya seseorang tidak mampu
mengontrol stres yang terjadi dibandingkan usia dewasa.52
Responden dengan tingkat stres paling tinggi terdapat pada kelas XII yaitu
sebanyak 34 orang (40% dari seluruh penderita stres), dimana 18 orang stres ringan,
14 orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan tidak didapatkan siswa kelas XII dengan
stres sangat berat. Jika dilihat dari keseluruhan kelas XII pada penelitian, sebanyak
54% siswa kelas XII mengalami stres. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Devi Miranda pada tahun 2018 di Madrasah Aliyah Swasta Ar-
Risalah Padang yang mendapatkan hasil sebanyak 57,6% siswa kelas XII menderita
stres dengan tingkatan yang berbeda-beda.20 Hal ini kemungkinan disebabkan karena
siswa kelas XII akan melaksanakan Ujian Nasional sehingga meningkatkan tingkat
41
stres pada responden kelas XII. Siswa mengalami stres karena ketidakmampuannya
beradaptasi dengan program di sekolah. Stres yang sering dialami oleh siswa adalah
stres akademik.14
Stres pada remaja umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang
diduga paling mempengaruhi tingkat stres pada remaja adalah hubungan dengan orang
tua, akademik, dan teman sebaya.14 Menurut asumsi peneliti kondisi stres pada tiap
orang berbeda-beda tergantung pada keadaan orang itu sendiri. Setiap orang selalu
mempunyai konflik entah itu dengan teman, keluarga, ataupun guru. Masa remaja
merupakan masa yang akan dihadapkan dalam berbagai macam pilihan dan tujuan
hidup, jika mereka tidak dapat memilih kebutuhan dan tujuan hidup, maka akan
menimbulkan konflik dalam diri mereka sendiri. Hal ini yang akan dapat
mengakibatkan kondisi stres dikalangan remaja.
Hasil analisis menggunakan uji chi-square dengan penggabungan sel
didapatkan p-value sebesar 0,972. Karena p-value > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho
diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan
kejadian akne vulgaris. Hasil pada penelitian ini sama dengan hasil yang didapatkan
oleh Devi Miranda pada tahun 2018 di kalangan siswa MAS Padang, di mana nilai p
0,076 yang artinya juga tidak didapatkan hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
akne vulgaris.20 Penelitian tersebut juga menggunakan kuesioner yang sama dengan
penelitian ini, serta juga mendapatkan hasil bahwa sebagian responden tidak
mengalami stres, akan tetapi jumlah respondennya lebih sedikit dibandingkan dengan
penelitian ini karena hanya pada satu jenis kelamin saja.20
Hasil penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti
yang dilakukan oleh Alexander di tahun 2015 pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.17 Pada penelitian tersebut didapatkan
keluhan akne vulgaris yang meningkat seiring dengan peningkatan tingkat stres.
Penelitian yang dilakukan oleh Zari pada tahun 2017 di universitas Jeddah juga
mendapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian ini, di mana stres berkolerasi positif
dengan tingkat keparahan jerawat.53
42
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa terdapat hubungan
antara tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris. Stres yang terjadi pada seseorang
akan mengakibatkan teraktivasinya HPA axis yang dapat meningkatkan konsentrasi
ACTH dan glukokortikod yang berkepanjangan. Peningkatan ACTH akan memicu
peningkatan hormon androgen yang berperan dalam merangsang peningkatan produksi
sebum dan merangsang keratinosit. Peningkatan sebum dan keratinosit akan
mengakibatkan timbulnya akne vulgaris.29
Peneliti berasumsi terdapat banyak faktor yang mengakibat akne vulgaris pada
responden. Sebagian besar responden bertempat tinggal di asrama yang mungkin air
yang digunakan kurang bersih sehingga pada responden yang memiliki kulit sensitif
akan muncul akne vulgaris. Selain itu makanan juga dapat memicu munculnya akne
vulgaris, diantaranya adalah makanan tinggi lemak (gorengan, kacang, susu, keju dan
sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis, coklat, dll), makanan pedas
dan makanan tinggi garam. Sebagian besar responden mengonsumsi makanan disekitar
sekolah yang berdasarkan pengamatan peneliti makanan yang tersedia didominasi oleh
makanan tinggi lemak. Dari pengakuan beberapa responden juga kejadian akne hanya
ketika mereka mengalami stres, seperti ujian, masalah pribadi atau ketika menstruasi
saja. Namun hal tersebut tidak mendominasi.
4.6 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian dilaksanakan saat siswa baru saja melewati masa liburan sehingga
tidak banyak siswa yang mengalami stres.
2. Akne yang diperiksa hanya pada wajah karena pihak sekolah tidak mengizinkan
untuk melakukan pemeriksaan pada tubuh, sehingga kemungkinan predileksi
akne vulgaris pada tempat predileksi lain seperti dada, bahu, dan punggung
tidak diketahui.
3. Faktor penyebab akne lain seperti genetik, perilaku merokok, dan kebersihan
wajah tidak dicatat dan diekslusi sehingga bisa menjadi variabel perancu.
43
4. Karena keterbatasan tenaga dan waktu, pengisian kuesioner tiap angkatan
dilakukan bersama sehingga tiap siswa dapat melihat jawaban kuesioner siswa
lain didekatnya. Hal ini menyebabkan pengisian kuesioner tidak sesuai dengan
apa yang dialami dan rasakan sehingga dapat menimbulkan bias pada penelitian
ini.
44
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penderita akne vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang
Selatan terbanyak berusia 17 tahun (37%), prevalensi laki-laki lebih tinggi
(52,6%), dan di kelas XII (37,8%).
2. Sebagian besar siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan tidak
mengalami stres (50,9%). Siswa dengan stres paling banyak terdapat pada
usia 17 tahun (41,9%), prevalensi perempuan lebih tinggi (52,3%), dan di
kelas XII (40%).
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kejadian
akne vulgaris (p-value = 0,972).
5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan mengambil data kuesioner pada
masa-masa sebelum ujian sehingga tingkatan stres yang didapatkan lebih
beragam.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan pencatatan faktor genetik,
makanan yang sering dikonsumsi, dan kebersihan wajah.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan pemeriksaan pada seluruh
tempat predileksi.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Syarif M Wasitaatmadja. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2011.
2. Susanto RC, Made AM.Penyakit Kulit Dan Kelamin. Yokyakarta : Nuha
Medika. 2013.
3. Mahto A. Acne vulgaris. Elsevier Med 2017;45(6):386-389
4. Hay RJ, Johns NE, Williams HC, Bolliger IW, Dellavalle RP, Margolis DJ, et
al. The global burden of skin disease in 2010: An analysis of the prevalence and
impact of skin conditions. J Invest Derm 2014;134:1527–1534
5. Vos T, Flaxman AD, Naghavi M, Lozano R, Michaud C, et al. Years lived with
disability (YLDs) for 1160 sequelae of 289 diseases and injuries 1990–2010: a
systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. Lancet
2012;380:2163–96
6. Sitohang IBS. Patogenesis terkini akne vulgaris. Jakarta : Departemen IKKK
FK UI/ RSCM Jakarta 2011; 149-150.
7. Tjekyan RMS. Kejadian dan faktor resiko akne vulgaris. Media Med Ind
2008;43(1):37-43. 6
8. Zouboulis CC. Acne and sebaceous gland function. J Clin Derm 2004;22:360-
366
9. J. A. A. Hunter, J. A. Savin, M. V. Dahl. Clinical Dermatology 3rd edition.
United Kingdom : Blackwell Science. 2002:148-156.
10. Zouboulis CC. Acne vulgaris and rosacea. In: Granstein RD, Luger TA.
Neuroimmunology of the skin. Berlin: Springer 2009:219-232
11. Guyton, Arthur C & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 13. Jakarta:
Penerbit EGC. 2016.
12. Sukadiyanto. Stres dan cara menanggulanginya. Cakrawala Pendidikan
2010;29(1):55-56.
46
13. Hidayat, A.A. Konsep Stres dan Adaptasi Stres. Jakarta : Salemba.2014.
14. Taufik, Ifdil.Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri di Kota Padang.
Jurnal Konseling dan Pendidikan. 2013;1(2), 143-150.
15. Yosipovitch. Et al. Study of Psychological Stress, Sebum Production and Acne
Vulgaris in Adolescents. Jurnal ncbi;2017.
16. Perumal N. Hubungan stres dengan kejadian akne vulgaris di kalangan
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007-
2009 (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2010.
17. Alexander N. Hubungan stres dengan keluhan akne vulgaris pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (skripsi).
Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala; 2015.
18. Kusumoningtyas DS. Hubungan antara stres dengan timbulnya akne Vulgaris
pada siswa-siswi kelas III SMAN 7 Surakarta (skripsi). Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2012.
19. Utari, S.S. Hubungan stres dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa
kedokteran (skripsi). Lampung : Universitas Lampung. 2016.
20. Miranda D. Hubungan tingkst stres dengan kejadian akne vulgaris pada siswa
Madrasah Aliyah Swasta Ar-risalah Padang (skripsi). Padang : Universitas
Andalas ; 2018
21. Williams HC, Dellavalle RP, Garner S. Acne vulgaris. Lancet 2012;379:361-
372.
22. Price, S.A., Wilson, L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi VI. Jakarta: EGC.2013.
23. Goldberg DJ, Berlin AL. Acne and rosacea: Epidemiology, diagnosis and
treatment. Boca Raton: Manson Publishing;2012.
24. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. 2012. Acne vulgaris and acneiform
eruption. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff
K. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine 8th ed. New York :McGraw-
Hill : 897-905.
25. Harahap, M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.
47
26. Siregar, R. S. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Erlangga.2005;55-65.
27. Corwin. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
28. Bhate K dan Williams HC. Epidemiology of acne vulgaris. Brit J Derm
2012;168:474-485
29. Ganceviciene R, Bohm M, Fimmel S, Zouboulis CC. 2009. The role of
neuropeptides in the multifactorial pathogenesis of acne vulgaris.
Dermatoendocrinol 2009;1(3):170-176
30. Adhi, D., Hamzah, M., Aisyah, S. Akne vulgaris. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit
Dan Kelamin, Edisi 5, Jakarta: FKUI.2008.
31. Sitohang IBS, Wasitatmadja SM. Akne vulgaris. In: Djuanda A. Ilmu penyakit
kulit dan kelamin, edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2015;288-294.
32. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M, Goldsmith LA, Orfanos C, Cunliffe WC,
et al. What is the pathogenesis of acne?. Exp Derm 2005;14:143-152
33. Graham, R., Brown, Lecture Notes Dermatologi, diterjemahkan oleh Anies, Z.
M., Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.
34. Baran, R. dan Maibach, H. Aging and Photoaging, ke-3. ed. Chemical Rubber
Company Press.2010.
35. Gawkrodger D, Ardern-Jones MR. Dermatology: AnIllustrated Colour Text.
5th ed. London: Churchill Livingstone. 2012.
36. Ramli, R., Malik, A.S., Hani, A.F.M., & Jamil, A. Acne Analysis, Grading and
Computational Assessment Methods : An Overview. Skin Reasearch and
Technology.2012.
37. Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar
dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. 2011.
38. Dhabhar FS. Effects of psychological stress on skin immune function:
Implications for immunoprotection versus immunopathology. In: Granstein
RD, Luger TA. Neuroimmunology of the skin. Berlin: Springer; 2009. p. 113-
123
39. Lukaningsih, Zuyina Luk dan Bandiyah, Siti. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta
: Nuha Medika.2011.
48
40. Gunawan S.G. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
41. Parkitny, L. and McAuley, J. The Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
Journal of Physiotherapy. Elsevier, 56(3);2010. p. 204. doi: 10.1016/S1836-
9553(10)70030-8.
42. Engeland CG, Marucha PT. Wound healing and stress. In: Granstein RD, Luger
TA. Neuroimmunology of the skin. Berlin: Springer; 2009. p. 233-247
43. Dimsdale JE, Keefe FJ, Stein MB. Stress and psychiatry. In: Sadock BJ, Sadock
VA, editors. Kaplan & Sadock's comprehensive textbook of psychiatry. 7th ed.
New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 2000.
44. Chiu A, Chon SY, Kimball AB. The response of skin disease to stress. Arch
Dermatol 2003;39:897-900
45. Hodgson TK, Braunstein GD. Physiological effects of androgen in women.
New Jersey: Human Press. 2006;1:49-62
46. Movita T. Acne vulgaris. CDK-203 2013;40(3):269-272
47. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
48. Sopiyudin Dahlan. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 6. Jakarta
: Salemba Medika. 2014.
49. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis edisi 4.
Jakarta: Sagung Seto; 2011
50. Ratnasari LPA. Profil tingkat stres psikologis terhadap derajat keparahan akne
vulgaris pada siswa SMA di Denpasar (skripsi). Denpasar: Universitas
Udayana; 2017
51. Health and Safety Executive. Stres and Psychological Disorders in Great
Britain, 2013.
52. McDonough P. & Walters V. Gender and health: Reassessing patterns and
explanations. Social Science and Medicine, 2001; 52:547-559.
49
53. Zari S. The association between stress and acne among female medical
students in Jeddah, Saudi Arabia (skripsi). Saudi Arabia: Universitas Jeddah.
2017.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1
Penjelasan dan Informasi serta Informed Consent
51
Lampiran 2
Kuesioner DASS 42
52
Lampiran 3
Surat Permohonan Izin Penelitian
(Surat Pengantar)
53
Lampiran 4
Surat Persetujuan Etik
54
Lampiran 5
Hasil Uji Statistik SPSS
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perempuan 97 55.4 55.4 55.4
Laki-Laki 78 44.6 44.6 100.0
Total 175 100.0 100.0
Kelas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid X 56 32.0 32.0 32.0
XI 56 32.0 32.0 64.0
XII 63 36.0 36.0 100.0
Total 175 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 13 1 .6 .6 .6
14 6 3.4 3.4 4.0
15 44 25.1 25.1 29.1
16 49 28.0 28.0 57.1
17 61 34.9 34.9 92.0
18 12 6.9 6.9 98.9
19 2 1.1 1.1 100.0
Total 175 100.0 100.0
55
(lanjutan)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Umur 175 13 19 16.18 1.067
Valid N (listwise) 175
Status Akne
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Akne 135 77.1 77.1 77.1
Tidak Akne 40 22.9 22.9 100.0
Total 175 100.0 100.0
Tingkat Stres
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Stres 89 50.9 50.9 50.9
Stres Ringan 45 25.7 25.7 76.6
Stres Sedang 32 18.3 18.3 94.9
Stres Berat 5 2.9 2.9 97.7
Stres Sangat Berat 4 2.3 2.3 100.0
Total 175 100.0 100.0
Setelah kategori tingkat stres digabungkan
Tingkat Stres
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Stres 89 50.9 50.9 50.9
Stres Ringan 45 25.7 25.7 76.6
Stres Sedang-Sangat Berat 41 23.4 23.4 100.0
Total 175 100.0 100.0
(lanjutan)
56
Tingkat Stres * Status Akne Crosstabulation
Status Akne
Total Akne Tidak Akne
Tingkat Stres Tidak Stres Count 68 21 89
% within Tingkat Stres 76.4% 23.6% 100.0%
% within Status Akne 50.4% 52.5% 50.9%
% of Total 38.9% 12.0% 50.9%
Stres Ringan Count 35 10 45
% within Tingkat Stres 77.8% 22.2% 100.0%
% within Status Akne 25.9% 25.0% 25.7%
% of Total 20.0% 5.7% 25.7%
Stres Sedang Count 24 8 32
% within Tingkat Stres 75.0% 25.0% 100.0%
% within Status Akne 17.8% 20.0% 18.3%
% of Total 13.7% 4.6% 18.3%
Stres Berat Count 4 1 5
% within Tingkat Stres 80.0% 20.0% 100.0%
% within Status Akne 3.0% 2.5% 2.9%
% of Total 2.3% 0.6% 2.9%
Stres Sangat Berat Count 4 0 4
% within Tingkat Stres 100.0% 0.0% 100.0%
% within Status Akne 3.0% 0.0% 2.3%
% of Total 2.3% 0.0% 2.3%
Total Count 135 40 175
% within Tingkat Stres 77.1% 22.9% 100.0%
% within Status Akne 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 77.1% 22.9% 100.0%
(lanjutan)
57
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Point
Probability
Pearson Chi-Square 1.329a 4 .856 .892
Likelihood Ratio 2.219 4 .696 .804
Fisher's Exact Test .912 .952
Linear-by-Linear
Association
.299b 1 .585 .651 .331 .064
N of Valid Cases 175
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .91.
b. The standardized statistic is -.546.
Hasil Analisis SPSS Chi-square tabel 5x2 tidak memenuhi syarat uji karena terdapat
4 cell yang memiliki nilai ekspektasi kurang dari 5 (>20%). Maka dari itu, dilakukan
penggabungan cell.
Setelah kategori stres digabungkan.
Tingkat Stres * Status Akne Crosstabulation
Status Akne
Total Akne Tidak Akne
Tingkat Stres Tidak Stres Count 68 21 89
% within Tingkat Stres 76.4% 23.6% 100.0%
% within Status Akne 50.4% 52.5% 50.9%
% of Total 38.9% 12.0% 50.9%
Stres Ringan Count 35 10 45
% within Tingkat Stres 77.8% 22.2% 100.0%
% within Status Akne 25.9% 25.0% 25.7%
% of Total 20.0% 5.7% 25.7%
Stres Sedang-Sangat Berat Count 32 9 41
% within Tingkat Stres 78.0% 22.0% 100.0%
% within Status Akne 23.7% 22.5% 23.4%
% of Total 18.3% 5.1% 23.4%
Total Count 135 40 175
% within Tingkat Stres 77.1% 22.9% 100.0%
% within Status Akne 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 77.1% 22.9% 100.0%
(lanjutan)
58
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square .057a 2 .972
Likelihood Ratio .057 2 .972
Linear-by-Linear Association .051 1 .821
N of Valid Cases 175
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 9.37.
Hasil Analisis SPSS Chi-square setelah penggabungan sel (tabel 3x2) memenuhi
syarat uji dan didapatkan p=0,972
Output jika kategori tidak stres dihilangkan
*Tidak Signifikan, p-value 0.728> Alpha (0.05)
(lanju tan)
Tingkat Stres * Status Akne Crosstabulation
Count
Status Akne
Total Akne Tidak Akne
Tingkat
Stres
Stres Ringan 35 10 45
Stres Sedang 24 8 32
Stres Berat 4 1 5
Stres Sangat Berat 4 0 4
Total 67 19 86
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1.305a 3 .728
Likelihood Ratio 2.163 3 .539
Linear-by-Linear Association .396 1 .529
N of Valid Cases 86
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .88.
59
Output jika kategori tidak stres dihilangkan dan klasifikasi stres digabung.
Tingkat Stres * Status Akne Crosstabulation
Count
Status Akne
Total Akne Tidak Akne
Tingkat Stres Stres Ringan 35 10 45
Stres Sedang-Sangat Berat 32 9 41
Total 67 19 86
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .001a 1 .976
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .001 1 .976
Fisher's Exact Test 1.000 .592
Linear-by-Linear Association .001 1 .976
N of Valid Cases 86
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.06.
b. Computed only for a 2x2 table
*Tidak Signifikan, p-value 0.976> Alpha (0.05)
(lanjutan)
60
Output jika kategori stres dijadikan nominal.
Stres Status * Status Akne Crosstabulation
Count
Status Akne
Total Akne Tidak Akne
Stres Status Tidak Stres 68 21 89
Stres 67 19 86
Total 135 40 175
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .056a 1 .813
Continuity Correctionb .003 1 .955
Likelihood Ratio .056 1 .813
Fisher's Exact Test .858 .478
Linear-by-Linear Association .056 1 .813
N of Valid Cases 175
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.66.
b. Computed only for a 2x2 table
*Tidak Signifikan, P-Value 0.813 > Alpha (0.05)
Lampiran 6
61
Dokumentasi Penelitian
Pengisian kuesioner oleh responden
Responden dikumpulkan dalam satu ruangan
Penjelasan mengenai penelitian oleh peneliti
Salah satu wajah responden yang diinspeksi
62
Lampiran 7
Riwayat Hidup Penulis
Identitas
Nama : Rendika Fajryah Utami
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Lubuk Jaya, 28 Agustus 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pasar baru-asam kumbang kenagarian sawah
laweh, kab. Pesisir selatan, bayang, sumatera barat 25652
No. Hp : 081277701890
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2003-2004 : TK Pertiwi Pasar Baru
2004-2010 : SDN 05 Pasar Baru
2010-2013 : SMP N 1 Bayang
2013-2016 : SMA N 3 Painan
2016-sekarang : Fakultas Kedokteran Program Studi Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta