perbedaan

6
Dunia ada karena Tuhan yang menciptakan. Dunia dijadikan Tuhan agar manusia memiliki tempat hidup menjalani hari kehidupan yang sudah Dia hadiahkan untuk kita. Dunia tanpa mama, tanpa papa adalah hampa dan gelap. Dunia tanpa sinar matahari adalah dingin dan lembab namun dunia juga butuh air hujan agar ada kesejukan kala sinar matahari terasa begitu menyengat. Aku senang melihat matahari yang hampir terbit dan hampir tenggelam. Aku senang dengan warna-warni pelangi yang muncul saat hujan berhenti, tapi aku tak suka hujan berhenti karena aku suka hujan. Tak ada alasan untuk tidak bersyukur setiap hari, karena kasih Tuhan selalu nyata dalam tiap lembar kehidupanku. Tapi, pernahkah syukur itu berganti cerca? Atau pernahkan kegembiraan berubah menjadi kesedihan? Hanya karena satu alasan yaitu perbedaan. Perbedaan itu bukan hanya tentang rasa, bukan hanya tentang pikiran, suku ataupun status sosial. Perbedaan itu sungguh membutuhkan toleransi besar agar bisa menerima dengan hati lapang. Kalian tau, perbedaan itu sungguh sulit untuk disatukan. Akhir 2009 Cinta merupakan bagian dari kehidupan, tanpa cinta apalah artinya hidup? Tanpa cinta hitam dunia akan tetap terlihat hitam, sinar matahari akan tetap terasa begitu panas, sinar rembulan tak lebih dari sekedar menerangi malam dan indahnya pelangi tak akan pernah lebih dari sekedar warna di langit biru. Perbedaan mengajarkan kita untuk lebih mengenal arti cinta, belajar untuk memperjuangkan cinta diantara perbedaan itu, belajar untuk lebih menghargai perbedaan dan mengajarkan kita untuk berani mengambil keputusan dengan latar belakang perbedaan yang begitu kuat nyata.

description

cerpen

Transcript of perbedaan

Dunia ada karena Tuhan yang menciptakan. Dunia dijadikan Tuhan agar manusia memiliki tempat hidup menjalani hari kehidupan yang sudah Dia hadiahkan untuk kita. Dunia tanpa mama, tanpa papa adalah hampa dan gelap. Dunia tanpa sinar matahari adalah dingin dan lembab namun dunia juga butuh air hujan agar ada kesejukan kala sinar matahari terasa begitu menyengat. Aku senang melihat matahari yang hampir terbit dan hampir tenggelam. Aku senang dengan warna-warni pelangi yang muncul saat hujan berhenti, tapi aku tak suka hujan berhenti karena aku suka hujan. Tak ada alasan untuk tidak bersyukur setiap hari, karena kasih Tuhan selalu nyata dalam tiap lembar kehidupanku. Tapi, pernahkah syukur itu berganti cerca? Atau pernahkan kegembiraan berubah menjadi kesedihan? Hanya karena satu alasan yaitu perbedaan. Perbedaan itu bukan hanya tentang rasa, bukan hanya tentang pikiran, suku ataupun status sosial. Perbedaan itu sungguh membutuhkan toleransi besar agar bisa menerima dengan hati lapang. Kalian tau, perbedaan itu sungguh sulit untuk disatukan.

Akhir 2009Cinta merupakan bagian dari kehidupan, tanpa cinta apalah artinya hidup? Tanpa cinta hitam dunia akan tetap terlihat hitam, sinar matahari akan tetap terasa begitu panas, sinar rembulan tak lebih dari sekedar menerangi malam dan indahnya pelangi tak akan pernah lebih dari sekedar warna di langit biru. Perbedaan mengajarkan kita untuk lebih mengenal arti cinta, belajar untuk memperjuangkan cinta diantara perbedaan itu, belajar untuk lebih menghargai perbedaan dan mengajarkan kita untuk berani mengambil keputusan dengan latar belakang perbedaan yang begitu kuat nyata. Dia datang menghidupkan rasa yang lama mati, memberi arti dan menemaniku menulis lembar kehidupan yang masih kosong. Dia memberikanku cinta yang belum pernah aku dapatkan dari laki-laki lain, memberikanku rasa deg-degan saat harus berada didekatnya dan membuat hariku terasa lebih indah. Semakin aku bisa menerimanya semakin aku menyadari betapa besar perbedaan antara kami berdua. Sampai tiba saatnya aku harus mendengar langsung dia memintaku untuk menjadi kekasihnya, memintaku untuk tetap berada disampingnya dan mengatakan dengan sungguh-sungguh bahwa dia mencintai dan menyayangiku. Seperti tersambar petir rasanya diriku, namun lembut seperti sutra membelai wajahku. Sekali lagi perbedaan itu sejenak menggoyahkan pikiranku. Tapi, hati tak dapat berdusta sekalipun begitu keras pikiran mencoba menggendalikan hati. Aku juga mencintainya, sungguh mencintainya.

2010Lembaran hidup untuk tahun yang baru siapku isi dengan cerita indah dan aku ingin menulis cerita indah itu bersamanya. Mungkin terlihat bodoh, seperti anak remaja yang sedang dimabuk cinta, tapi itulah yang sedang kami rasakan. Dalam waktu singkat menjalin hubungan dengannya betapa dia mengajarkanku banyak hal, menerimaku apa adanya dan mencintaiku lebih dan lebih setiap harinya. Kami menjalani semua dengan menjadikan komunikasi sebagai yang utama, menjadikan cinta dasar dari semua tindakan kita dan selalu meminta Tuhan menuntun hubungan kita. Keyakinan kami memang berbeda, kami menyebut Dia dengan cara yang berbeda, kami duduk di tempat ibadah yang berbeda, tapi satu yang kami berdua yakini, Dia yang kami sembah adalah sama. Kedua orang tua kami begitu berbesar hati dan menerima hubungan kami, kami syukuri itu. Kami menganggap restu mereka sebagai doa dan meminta mereka juga mendoakan yang terbaik untuk hubungan kami. Hampir setahun berjalan tak pernah sekalipun aku merasa kecewa dan menyesal dengan keberadaannya, dengan cinta kita. Sampai pada penghujung tahun dia memintaku untuk menjadi tunangannya.

Akhir 2010Aku mengalami dilema besar, gundah gulana, senang dan sedih dan tak tahu harus berbuat apa. Aku ingin melakukan itu tapi aku sadar semakin aku melangkah jauh langkah itu tak dapat kuhentikan. Aku tak ingin terggelam terlalu dalam, aku bisa mati. Tapi aku sangat menyayangi dia, aku sangat mencintai dia, namun aku sangat menghormati kedua orang tuaku. Aku tahu sulit bagi mereka menerima hubungan kami dan aku juga tahu mereka begitu berusaha untuk tidak mengecewakanku. Aku butuh waktu dan kubiarkan diriku menyendiri untuk beberapa hari.

2011Awal tahun yang suram.Tak lagi ada semangat hidupku, rasanya tak ada lagi alasan untuk bisa menikmati hidup seperti sebelumnya.Siang itu kuterima voicenote darinya. Kubuka dan kudengar. Entah bagaimana, tapi hanya air matalah yang bisa mewakili perasaanku mendengar kirimannya itu. Dia memainkan lagu indah namun pedih rasanya mendengar itu.

Sendiri resapi heningya malam iniTanpamu disini hatiku sunyiBerharap engkau kembaliMengisi hari bersama lagiSgala perbedaan itu membuatmu jauh darikuBiarlah sang waktu menjaga cintamuNyalakanlah api cintaMembakar ragu yang adaKukan slalu setia hingga saat tibaPerpisahan ini hanya tuk sementaraSabarlah menanti tak usah gelisah

Hidup bagai deretan tuts piano, ada hitam dan ada yang putih. Aku berusaha memahami maksud semua peristiwa yang terjadi, karena hitam pun sesungguhnya bisa menghasilkan keindahan.Berminggu-minggu menyendiri, mencoba mencari sendiri solusi terbaik dan akhirnya tiba saat untuk aku memutuskan. Pertemuanku dengannya hari itu terjadi karena aku yang minta namun, sepi dan dingin, tak banyak hal yang bisa kami bicarakan. Kesunyian akhirnya pecah saat dia mengatakan betapa dia merindukanku. Aku hanya bisa diam, senang namun pedih rasanya hatiku. Membayangkan dulu selalu mengatakan kalimat sayang, selalu tanganku dipegang tangannya, pipiku dicium mesra olehnya, dan bahuku dirangkul sehingga terasa hangat badanku. Aku tak membencinya sama sekali tidak, aku hanya takut dan mencoba menghalangi rasa cinta yang masih begitu besar untuknya. Kembali kupikirkan tujuan aku meminta bertemu dirinya, semua sudah kupersiapkan tapi sempat terlupa dihalangi diriku yang sempat kaku tak bernyawa. Aku mengatakan untuk tidak menerima ajakannya dengan satu alasan, kami berbeda. Sekali lagi, perbedaan antara kami bukan hanya tentang rasa, pikiran, selera, tapi besar sangat besar, agama kami berbeda.

Februari 2011Semangat hidup belum juga kembali dan hubunganku dengannya, kami berdua mencoba semampu kami menjalin hubungan sebagai seorang teman, yaaa teman, hanya sebatas teman, bahkan tak lebih dari sebelumnya seperti kami baru pertama kenal. Hari ke-14 di bulan itu kejutan datang menghampiriku. Seikat bunga mawar putih kesukaanku kutemukan di teras depan rumah, di dalamnya ada selembar kertas.

Hai,Maaf mengejutkanmu.Aku hanya ingin bilang, Happy Valentine.

Dia mengirimkan bunga mawar, membuka pagiku, memberiku semangat dan keceriaan. Aku ingin melupakan masalah perbedaan itu dan kembali menjalin hubungan dengannya. Semua yang terjadi di dunia ini kuyakini tak ada yang kebetulan, semua Tuhan yang mengatur. Harapan dan keinginanku seakan diberi jalan untuk bisa kuwujudkan, aku ingin kembali bertemu dengannya, kembali membicarakan hal serius dengannya. Aku pun menerima pesan singkat darinya dan aku rasa keputusannku sudah bulat.

Ijinkan aku untuk bertemu dan sekedar berbincang.

Semua siap, diriku, hati dan pikiranku, kupastikan semua siap tanpa cacat. Layaknya pasangan yang ingin memulai kencan pertama, aku begitu gugup kembali kurasakan kegugupan yang dulu aku rasakan saat ingin kencan pertama kali dengannya.

Aku kembali menjalin hubungan dengannya dan kami menjalaninya sampai sekarang. Kalian tau, kini kami semakin menyadari bahwa perbedaan tak selamanya menyakitkan. Kami lebih belajar menghargai perbedaan, memahami mengapa perbedaan itu harus ada. Semakin kuat dengan iman kami, semakin kuat dan yakin dengan cinta kami dan semakin percaya bahwa jodoh atau tidaknya kami nanti Tuhanlah yang menentukan. Amin.

--Aku bersyukur Allah mempertemukan diriku dan dirimu--

--Kamu adalah hadiah terindah yang Tuhan Yesus berikan untukku

P.L