Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

download Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

of 22

Transcript of Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    1/22

    PROFIL DARAH AYAM PETELUR PADA SISTEM

    PEMELIHARAAN DAN SUHU KANDANG YANG BERBEDA

    PROPOSAL

    YUNITA SILVIA NINGTYAS

    DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

    PETERNAKAN

    FAKULTAS PETERNAKAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    2/22

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    3/22

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS PETERNAKANSekretariat: Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

    LEMBAR PENGESAHAN

    Identitas Mahasiswa

    Nama Lengkap Yunita Silvia Ningtyas

    Nomr Induk Mahasiswa D14100025

    Alamat di Bogor Wisma Amany

    Jalan Babakan Tengah Nomor 40

    Dramaga, Bogor

    Alamat Asal Dusun Kerisik, Desa Kemiri RT 11/RW 4

    Kecamatan Jabung, Malang

    Beban studi yang akan

    diambil saat ini

    7 sks

    Beban studi yang telah

    diselesaikan

    139 sks

    IPK sampai saat ini 3,62

    Judul Penelitian Profil Darah Ayam Petelur pada Sistem

    Pemeliharaan dan Suhu Kandang yang Berbeda

    Lokasi Penelitian Kandang B closed house, Departemen Ilmu

    Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

    Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

    Laboratorium Fisiologi, Fakultas KedokteranHewan, Institut Pertanian Bogor.

    Lama Penelitian 53 hari

    Proposal ini telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal 11 Juni 2014.

    Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Mahasiswa Ybs.

    Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr. Dr. drh. Sri Estuningsih, M.Si. APVet. Yunita Silvia N.

    NIP. 19680625 200801 1 010 NIP. 19600629 199002 2 001 NIM. D14100025

    Mengetahui,

    Ketua Departemen

    Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

    Prof. Dr. Ir. Muladno, MSA.

    NIP. 19610824 198603 1 001

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    4/22

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    5/22

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN iiDAFTAR ISI iii

    DAFTAR TABEL iv

    DAFTAR LAMPIRAN iv

    PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1

    Tujuan 2

    TINJAUAN PUSTAKA 2

    Ayam Petelur 2

    Komposisi Sel Darah 2

    Eritrosit 3

    Hematokrit 4Hemoglobin 4

    Leukosit 4

    Heterofil 5

    Limfosit 5

    Eosinofil 6

    Monosit 6

    Basofil 6

    Sistem Perkandangan 7

    Suhu Kandang dan Kandang Tertutup 7

    METODE 8

    Bahan 8Alat 8

    Lokasi dan Waktu 9

    Prosedur 9

    Analisis Data 12

    DAFTAR PUSTAKA 12

    LAMPIRAN 15

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    6/22

    DAFTAR TABEL

    1 Gambaran Darah pada Ayam Normal 32 Analisis Proksimat Ransum Komersial Gold Coinuntuk Ayam Petelur

    Umur 19 Minggu Berdasarkan Label 105-M 8

    DAFTAR LAMPIRAN

    1 Rincian Rencana Anggaran Biaya 182 Jadwal Kegiatan 20

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    7/22

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Darah merupakan alat transportasi yang dibutuhkan oleh semua bagian sel

    tubuh untuk mengangkut nutrien penting dan mengalirkannya melalui pembuluh

    darah, serta membawa sisa hasil metabolisme menuju organ sekresi (Jain 1993).

    Beberapa fungsi penting darah antara lain mengangkut oksigen dari paru-paru

    menuju jaringan, membawa karbondioksida dari jaringan menuju paru-paru,

    mengangkut nutrien dari saluran pencernaan menuju jaringan, dan mengangkut

    sisa metabolisme tubuh menuju organ pembuangan. Darah terdiri dari sel-sel yang

    terendam dalam plasma darah, yang terdiri atas sel darah merah (erythrocyte), sel

    darah putih (leukocyte), dan keping darah (thrombocytes), yang semuanya

    berhubungan dengan homeostasis tubuh (Dellman dan Brown 1992). Oleh karena

    itu perubahan fisiologis pada ternak dapat diamati melalui perubahan profildarahnya.

    Ayam petelur yang dipelihara pada iklim tropis memerlukan manajemen

    pemeliharaan yang sesuai, sehingga berdampak baik terhadap kesejahteraan dan

    produktifitas ayam petelur. Sistem perkandangan closed house telah terbukti dapat

    meningkatkan produktifitas ayam petelur jika dilakukan dengan manajemen yang

    benar. Manajemen pemeliharaan yang kurang baik, terutama pada manajemen

    kebersihan kandang dapat memicu munculnya penyakit yang bermacam-macam

    pada ternak. Salah satu faktor pemicunya adalah kualitas udara kandang yang

    kurang baik.

    Sistem perkandangan yang saat ini dikenal pada ayam petelur adalah

    sistem litterdan cage. Kandang dengan sistem litterbiasanya merupakan kandangyang beralaskan sekam dan ayam ditempatkan secara kelompok, sedangkan pada

    kandang dengan sistem cage, ayam ditempatkan pada kandang panggung dengan

    penampung telur menempel tepat di bawah kandang dan tempat pakan serta

    minumnya berada di luar kandang namun ayam tetap dapat menjangkaunya dari

    dalam kandang. Sistem pemeliharaan cageini biasanya menempatkan ayam pada

    kandang individu. Terdapat kelebihan dan kelemahan pada masing-masing sistem

    perkandangan tersebut. Sistem kandang litter berkelompok biasanya dipilih karena

    memperhatikan kesejahteraan (welfare) pada ternak, sedangkan sistem kandang

    cage individu biasanya dipilih dengan tujuan produktifitas yang lebih tinggi.

    Perbedaan sistem perkandangan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan

    respon fisiologis pada ternak, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap

    produktifitas ternak. Penilaian produktifitas ayam petelur dapat dilihat

    berdasarkan nilai FCR (Feed Convertion Ratio) yang merupakan rasio antara

    pemberian pakan dengan jumlah telur yang dihasilkan.

    Suhu dan kelembaban kandang yang tidak sesuai juga menciptakan

    kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan parasit, bakteri dan virus

    pembawa penyakit. Oleh karena itu sistem kandang dan suhu lingkungan yang

    berbeda dapat mempengaruhi profil darah ayam petelur.

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    8/22

    Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan sistem

    pemeliharaan pada kandang closed house dengan model litter dan cage, serta

    pengaruh suhu yang berbeda terhadap profil darah ayam petelur, yang terdiri ataskadar hemoglobin dalam darah, persentase volume eritrosit, jumlah butir darah

    merah (BDM), jumlah butir darah putih (BDM) dan diferensiasi leukosit. Selain

    itu penelitian ini juga bertujuan mengetahui pengaruh penurunan kualitas udara

    kandang tertutup dan kebersihan kandang terhadap profil darah ayam petelur.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Ayam Petelur

    Ayam petelur adalah ayam yang khusus dipelihara untuk diambil telurnya

    (Yuwanta 2004). Selain kebutuhan pakan, hal yang berpengaruh pada

    produktifitas ayam petelur adalah kondisi lingkungan, perkandangan, dan

    kesehatan ayam (Wahju 1997). Berdasarkan kebutuhan zat makanannya, terdapat

    tiga fase pemeliharaan yaitu fase starter mulai umur 0-6 minggu, fase grower

    mulai umur 6-18 minggu dan fase layer pada umur lebih dari 18 minggu

    (NRC 1994). Produksi ayam ras petelur per tahun yang tinggi yaitu 250-300

    butir (Yuwanta, 2004).

    Kebutuhan pakan ayam petelur terutama ditujukan pada produksi telur

    yang tinggi dan berkualitas baik. Lesson dan Summers (2005), menyebutkan

    bahwa ayam petelur umur 18 minggu hingga saat pertama kali bertelurmemerlukan energi metabolis sebanyak 2900 kkal/kg dan protein kasar sebesar

    20%.

    Komposisi Sel Darah

    Darah adalah cairan yang berfungsi membawa zat-zat nutrien dan

    oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh, mengangkut bahan-bahan sisa hasil

    metabolisme dari sel kembali ke jantung untuk dibuang melalui paru-paru dan

    ginjal (Adriani et al. 2010). Fungsi utama darah adalah mempertahankan

    homeostasis tubuh (Dellman dan Brown, 1992). Darah terdiri dari sel-sel yangterendam dalam cairan yang disebut plasma. Sel darah terdiri atas 3 macam, yaitu

    sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte), dan keping darah

    (thrombocytes atau platelets) (Frandson 1992). Beberapa fungsi darah menurut

    Frandson (1992), adalah :

    1. Membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menujujaringan tubuh.

    2. Membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.3. Membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dibuang.4. Membawa produk buangan dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk

    diekskresikan.

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    9/22

    5. Berperan penting dalam pengendalian suhu, dengan cara mengangkut panasdari bagian dalam tubuh menuju permukaan tubuh.

    6. Berperan dalam sistem bufer, seperti bikarbonat di dalam darah membantumempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan tubuh.

    7. Sebagai pembeku darah yang mencegah terjadinya kehilangan darah yangberlebihan pada waktu luka.Profil darah pada hewan dapat berubah jika terjadi gangguan fisiologis.

    Komposisi sel-sel darah dapat digunakan sebagai indikator adanya penyakit atau

    stress. Peubah sel darah adalah ukuran yang berguna dalam penelitian kesehatan

    dan kesejahteraan hewan (Post et al 2002). Faktor yang menyebabkan perubahan

    profil darah dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

    misalnya stres, kesehatan, status gizi, suhu tubuh, trauma, sedangkan faktor

    eksternal misalnya perubahan suhu lingkungan, dan infeksi kuman (Guyton dan

    Hall, 1997).Gambaran darah ayam menurut Sturkie dan Griminger (1976) dan

    Swenson (1984) dapat dilihat pada Tabel 1.cari referensi baru

    Tabel 1. Gambaran Darah pada Ayam Normal

    Parameter

    Sumber

    Sturkie danGrimminger (1976)

    Swenson (1984)

    Mangkoewidjojo

    dan Smith

    (1988)

    Hematokrit (%) 25,5 30-33

    24,0-43,0Hemoglobin (g/ml) 8,9 6,5-9,0 7,3-10,9

    Eritrosit (106/mm

    3) 2,72 2,55-3,2 2,0-3,2

    Leukosit (10

    3

    /mm

    3

    ) 29,4 20-30 16,0-40,0Limfosit (%) 66,0 55-60 24,0-84,0Heterofil (%) 20,9 25-30 9,0-56,0Monosit (%) - 10 0,0-30,0

    Eosinofil (%) - 3-8 0,0-7,0Basofil (%) - - -

    Eritrosit

    Eritrosit adalah sel darah merah yang mengangkut hemoglobin pada

    sirkulasi darah, bentuknya bikonkaf dan diproduksi pada sumsum tulang

    belakang. Eritrosit pada unggas berbentuk oval dan nukleusnya lebih besardaripada mamalia (Sturkie dan Griminger 1976). Selain itu, nukleus pada unggastetap terdapat pada sel-sel darah merah, sedangkan pada mamalia hanya terdapat

    pada fetus (Frandson 1992).

    Fungsi utama eritrosit adalah membawa hemoglobin yang mengangkut

    oksigen dari paru-paru dan nutrien dari makanan untuk disalurkan ke seluruh

    jaringan tubuh (Guyton dan Hall 2010). Sel-sel jaringan tergantung pada eritrosit

    dalam memperoleh suplai oksigen (Dellman dan Brown 1992). Sel darah merah

    juga mempunyai carbonic anhydrase, yaitu enzim yang mengkatalis reaksi

    antara karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi asam karbonat (H2CO3)

    (Guyton dan Hall 2010). Diameter eritrosit ayam adalah 12,2-7,3 (Hartono

    1988).

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    10/22

    Pembentukan sel darah merah atau erythropoiesis terjadi dalam sumsum

    tulang merah (medulla asseum rubrum) dan dibantu oleh erythropoitin, yang

    merupakan hormon yang diproduksi pada ginjal (Meyer 1992). Erythropoiesis

    membutuhkan bahan dasar berupa protein dan beberapa aktivator, yaitu

    mikromineral berupa Cu, Fe dan Zn (Praseno, 2005). Jika pada suatu hewanterjadi hemolisis yang lebih cepat daripada pembentukan sel-sel darah yang baru,

    atau sel-sel darah tidak matang secara normal maka akan timbul anemia pada

    hewan tersebut (Frandson 1992).

    HematokritHematokrit atau Packed Volume Cell (PVC) adalah istilah yang

    menunjukkan persentase sel darah merah (berdasarkan volume) terhadap volume

    darah (Frandson 1992). Nilai PCV hewan normal sebanding dengan jumlah

    eritrosit dan kadar hemoglobin (Widjajakusuma dan Sikar 1986). Nilai hematokrit

    juga dipengaruhi oleh ukuran sel. Cara penghitungan nilai hematokrit dapat

    dilakukan dengan metode mikrohematokrit atau makrohematokrit, namun secaraumum metode yang lebih sering digunakan adalah mikrohematokrit yaitu dengan

    cara sentrifuse darah yang diambil menggunakan mikropipet yang telah dicampur

    dengan antikoagulan (Sastradipradja et al.1989).

    HemoglobinHemoglobin atau zat warna merah pada darah merupakan senyawa yang

    berasal dari dari ikatan komplek antara protein dan Fe, disusun protein konjugasi

    dan protein sederhana (Swenson 1984). Hemoglobin diproduksi oleh eritrosit

    yang disintesis dari asam asetat dan glycinemenghasilkan porphyrin. Kombinasi

    Phorpyrin dan besi akan menghasilkan satu molekul heme. Selanjutnya empat

    molekul heme yang berkombinasi dengan molekul globin akan membentukhemoglobin (Rastogi 1977).

    Hemoglobin dalam eritrosit bekerja mengikat oksigen untuk membentuk

    oksihemoglobin. Bahan yang mampu membawa oksigen dalam darah adalah

    protein berisi logam (biasanya besi atau tembaga), biasanya berwarna merah dan

    disebut respira tory pigment(Nielsen 1997).

    Persentase hemoglobin dapat digunakan untuk mendiagnosis anemia, dan

    menggambarkan kapasitas sumsum tulang yang dalam memproduksi eritrosit,

    kadar hemoglobin dan kapasitas metabolik. Faktor yang berpengaruh terhadap

    jumlah eritrosit juga berpengaruh terhadap hemoglobin, antara lain anemia dan

    hipoksia (Sturkie dan Grimminger 1976). Penurunan kadar hemoglobin dapat

    disebabkan oleh ganggunan dalam erythropoiesis pada sumsum tulang yang

    dipengaruhi oleh kadar oksigen pada jaringan (Frandson 1992).

    Leukosit

    Leukosit adalah sel darah putih yang jumlahnya lebih sedikit daripada

    eritrosit dalam darah. Perbandingan antara leukosit dan eritrosit pada darah ayam

    kurang lebih adalah 1:100 (Swenson 1984). Sel darah putih merupakan bagian

    dari sistem pertahanan tubuh yang dapat bergerak. Leukosit berdasarkan

    bentuknya dibagi menjadi granuosit dan agranulosit. Granulosit dicirikan dengan

    adanya granula dalam sitoplasma, dan terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil,

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    11/22

    sedangkan agranulosit adalah sel darah putih yang tidak memiliki granula pada

    sitoplasmanya, dan terdiri dari limfosit dan monosit (Swenson 1984).

    Leukosit sebagian dibentuk pada sumsum tulang belakang (granulosit dan

    monosit serta sebagian limfosit) dan sebagaian lagi dibentuk pada jaringan limfa

    (limfosit dan sel plasma). Setelah pembentukan, sel darah putih masuk ke dalamaliran darah dan biasanya bersifat nonfungsional karena hanya diangkut ke

    jaringan dan di lokasi ketika dibutuhkan (Guyton dan Hall 2010).

    Leukosit merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang bekerja dengan

    menghancurkan agen penyerang melalui proses fagositosis dan membentuk

    antibodi (Guyton 1982). Pengamatan leukosit bermanfaat untuk mendiagnosis

    status kekebalan ternak yang bersangkutan. Respon kekebalan tubuh yang

    menurun akibat kerusakan jaringan tubuh yang berfungsi membentuk dan

    mendewasakan sel-sel yang berperan dalam respon kekebalan misalnya timus,

    bursa fabrisius, sumsum tulang, limpa dan jaringan lainnya karena jaringan

    tersebut merupakan tempat pembentukan leukosit (Unandar 2003).

    Masa hidup sel leukosit sangat bervariasi, namun variasi jumlah dan dandiferensiasinya sulit dijelaskan faktor penyebabnya (Frandson 1992). Variasi

    jumlah leukosit pada hewan dipengaruhi oleh genetik, hormon, obat-obatan, status

    nutrisi yang bervariasi antar individu ternak. Fluktuasi jumlah leukosit pada

    individu cukup tinggi pada kondisi tertentu misalnya aktivitas fisiologis, stress,

    gizi dan umur (Smith 1988). Jumlah leukosit pada unggas lebih banyak

    dibandingkan dengan leukosit pada mamalia (Swenson 1984). Secara umum

    jumlah leukosit yang meningkat merupakan pertanda adanya infeksi (Frandson

    1992). Altan et al. (2003) menyatakan, stress panas dapat menurunkan jumlah

    leukosit pada ayam.

    HeterofilHeterofil (pada unggas) atau neutrofil (pada mamalia) adalah leukosit

    granulosit yang bersifat polimorfonuklear-pseudoesinofilik. Heterofil pada unggas

    dibentuk pada sumsum tulang merah (Swenson 1984). Bentuk heterofil ayam

    adalah bulat dengan diameter 10-15 m, granula sitoplasmanya berbentuk batang

    pipih seperti jarum dan bersifat asidofilik (Grimminger 1976). Heterofil

    merupakan bagian terbesar dari granulosit unggas (Schlam 2010) dan persentase

    kedua terbesar setelah limfosit.

    Heterofil berfungsi merespon adanya infeksi dan mampu keluar dari

    pembuluh darah menuju daerah yang terinfeksi untuk menghancurkan benda asing

    dan membersihkan sisa jaringan yang rusak. Heterofil dikenal sebagai first line

    defense karena dapat bekerja secara cepat dalam pertahanan tubuh. Heterofil

    melakukan proses fagositosis untuk menghancurkan bahan asing, namun

    disamping itu juga mampu melakukan pinositosis dan kombinasi antara

    fagositosis serta pinositosis yang disebut endositosis (Day dan Schultz 2010).

    LimfositLimfosit adalah leukosit agranulosit yang menempati persentase terbanyak

    dalam leukosit unggas dan mempunyai bentuk yang bervariasi (Sturkie dan

    Grimminger 1976). Limfosit dibentuk pada jaringan limfoid seperti limfa, tonsil,

    timus dan bursa fabricius (Dharmawan 2002). Fungsi utama limfosit adalah

    merespon adanya antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    12/22

    yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas

    (kekebalan seluler).

    Terdapat tiga tipe sel limfosit, yaitu sel T, sel B dan sel null, yang tampak

    mirip satu sama lain jika diamati pada mikroskop cahaya. Apabila T-limfosit

    mengalami ekspose terhadap antigen, T-limfosit akan dirangsang untukberganda dengan cepat dan menghasilkan lebih banyak lagi, yang dapat

    bekerja langsung melawan antigen spesifik (Tizzard, 1982). Rasio

    heterofil/limfosit merupakan peubah yang dapat digunakan untuk mengukur

    tingkat stress. Rasio heterofil/limfosit akan meningkat seiring dengan

    meningkatnya level stres. Rasio heterofil/limfosit normal pada ayam adalah

    0,32 (Sturkie dan Griminger, 1976) dan 0,5 (Swenson, 1984).

    EosinofilEosinofil disebut juga asidofil tampak sebagai granula merah dalam

    sitoplasma. Sel ini bersifat amuboid dan fagositik, dengan jumlah sel pada

    umumnya tidak banyak kecuali jika terjadi penyakit kronis seperti alergi daninfeksi oleh parasit, maka akan menyebabkan peningkatan sel eosinofil. Fungsi

    utama eosinofil adalah untuk toksifikasi terhadap protein asing yang masuk

    melalui paru-paru, saluran pencernaan, maupun racun dari bakteri atau parasit

    (Frandson 1992). Tizard (1988) menyatakan, terdapat 2 fungsi eosinofil yaitu

    menyerang dan menghancurkan larva cacing dan enzim eosinofil mampu

    menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil, oleh karena

    itu eosinofil dapat mengatur perbarahan yang disebabkan sel-sel tersebut.

    MonositMonosit adalah sel-sel darah putih yang menyerupai heterofil. Sel ini

    bersifat fagosit mononuklear aktif , mengandung enzim lisosom dan peroksidase,mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Monosit akan

    bekerja pada infeksi yang tidak terlalu akut (Frandson 1992). Monosit masuk ke

    dalam sirkulasi dari sumsum tulang, dan setelah kurang lebih 24 jam sel ini

    memasuki jaringan seabagai makrofag jaringan. Monosit dalam jaringan bereaksi

    dengan limfosit dan memegang peran penting dalam pengenalan dan interaksi sel-

    sel immunocompetentdengan antigen (Effendi 2003).

    BasofilBasofil merupakan sel leukosit yang jumlahnya sangat sedikit dalam

    sirkulasi darah. Sel ini mempunyai dua lobus dan granula intrasitoplasmik

    berwarna ungu (Kresno 2001). Diameter selnya sekitar 12m, berinti satu danumumnya berbentuk S. Basofil mensekresikan histamin dan heparin, dan dalam

    keadaan tertentu sel ini merupakan sel utama yang terdapat pada tempat

    peradangan atau disebut hypersensitivitaskulit basofil. Basofil berhubungan

    dengan kekebalan tubuh (Effendi 2003). Leukosit darah dengan basofil

    melepaskan histamin pada reaksi yang serupa dengan reaksi sel mast. Sel-sel

    tersebut dapat melepaskan mediator yang mengakibatkan reaksi anafilatik jika ada

    rangsangan alergen.

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    13/22

    Sistem Perkandangan

    Kandang untuk pemeliharaan ayam pada umumnya menggunakan sistem

    litter dan cage. Sistem kandang litter yaitu kandang yang permukaan lantainya

    tidak diberi celah dan diberi hamparan sekam atau bahan lainnya sebagai alassetebal 5-10 cm (Poedi 1990). Litter adalah lapisan yang digunakan untuk

    menutup permukaan lantai kandang yang biasanya berupa plesteran semen atau

    tanah. Sistem kandang littermempunyai kelebihan di antaranya, hemat tenaga,

    biaya tata laksana murah dan mudah, suhu kandang lebih merata dan hangat

    (Priyatno 1995 dan Tuti Widjastuti 1996).

    Kandang cageadalah kandang dengan sistem lantai kandang yang terbuat

    dari bilah bambu atau kawat yang dibuat bercelah dan terletak sekitar 50-70 cm di

    atas tanah sehingga kotoran dapat jatuh ke bawah. Ukuran celah dan bilah dibuat

    sesuai kebutuhan, sebagai patokan agar kaki ayam tidak terperosok, yaitu

    besarnya celah dapat diatur sekitar 1,75-2,5 cm dan besar bilah 2 cm (Sudaryani

    dan Santoso 1995). Kelebihan dari sistem cage antara lain, kapasitas kandanglebih banyak, pengamatan kesehatan lebih mudah, mengurangi resiko kanibalisme

    karena biasanya ayam ditempatkan secara individu dalam sistem ini, konsumsi

    ransum lebih merata sehingga dapat dicapai keseragaman produksi tiap individu,

    dan tidak terjadi persaingan antara ayam terutama dalam hal konsumsi pakan

    (Priyatno 1995). Selain itu sirkulasi udara pada kandang cagebiasanya lebih baik,

    penjalaran penyakit lebih lambat, dan angka mortalitas relatif kecil (Widjastuti

    1996). Kelemahan dari sistem cage adalah biaya pembuatan kandang relatif

    tinggi, ukuran bilah dan jarak antar bilah yang tidak tepat akan menyebabkan

    ayam yang terperosok, jika bilah kasar membuat memar pada kaki ayam, dan jika

    peternak kurang memperhatikan kebersihan kandang maka mudah timbul bau

    busuk dan mengundang parasit akibat timbunan kotoran.

    Suhu Kandang dan Kandang Tertutup

    Ayam merupakan hewan homeotermi dan memiliki kemampuan

    homeostasis untuk mempertahankan suhu tubuh tetap stabil walaupun suhu

    lingkungan berubah. Jahja (2000) menyatakan bahwa mekanisme homeostasis

    pada ayam berjalan efisien dan normal pada kisaran wilayah suhu netral

    (thermoneutral zone atau comfort zone). Apabila suhu tubuh ayam lebih rendah

    daripada suhu lingkungan, maka nutrien dalam tubuh sebagian besar digunakan

    oleh ayam untuk memproduksi panas tubuh (Bruzual et al. 2000).Stres panas pada ayam disebabkan oleh adanya interaksi antara suhu

    udara, kelembaban, sirkulasipanas serta kecepatan udara, dimana suhu lingkungan

    menjadi faktor yang utama (European Comission 2000). Suhu tubuh ayam akan

    meningkat 1-2 C pada lingkungan panas hingga tubuh ayam dapat kembali

    beradaptasi (Oleyumi dan Robert 1980).

    Kandang hendaknya dibangun sesuai dengan kebutuhan dan sesuai bagi

    kehidupan ayam yang akan dipelihara agar ayam dapat hidup nyaman, tenang, dan

    terpelihara kesehatannya sehingga produktifitas ayam dapat ditingkatkan

    (Cahyono 2004). Kandang tertutup (closed house) digunakan oleh peternak-

    peternak besar atau industri. Penggunaan kandang tertutup dalam pemeliharaan

    ayam petelur memungkinkan peternak untuk mengatur suhu dalam kandang yang

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    14/22

    baik untuk produktifitas ayam petelur. Kandang tertutup biasanya menggunakan

    alat pengatur suhu dan sistem peralatan yang lebih canggih.

    METODE

    Bahan

    Bahan yang digunakan dalam tahap persiapan adalah ayam ras petelur strain

    Lohman berumur 19 minggu sebanyak 72 ekor, pakan, desinfektan kandang dan

    sekam. Bahan yang digunakan selama masa pemeliharaan antara lain adalah

    ransum komersial dan air minum. Ransum komersial yang digunakan adalah

    ransum berbentuk tepung yang diproduksi oleh Gold CoinIndonesia dengan kode

    105-M untuk ayam petelur dewasa berumur 19 minggu (tabel 2).

    Bahan yang digunakan pada pengambilan sampel darah adalah alkohol 70%,kapas, sampel darah, dan antikoagulan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid

    (EDTA). Bahan yang digunakan pada pengamatan leukosit yaitu sampel darah,

    larutan modifikasi Rees dan Ecker, sedangkan untuk eritrosit adalah larutan

    Hayem. Bahan yang digunakan untuk pengamatan nilai hematokrit yaitu sampel

    darah dan penyumbat crestaseal. Bahan yang digunakan untuk pengamatan

    hemoglobin adalah sampel darah dan Reagen Drabkin. Bahan yang digunakan

    pada pengamatan diferensial leukosit adalah zat warna Gyemsa, metil alkohol,

    minyak emersi, alkohol 70% danbuffer fosfat pH 6,4-6,7.

    Tabel 2. Analisis Proksimat Ransum Komersial Gold Coin

    untuk Ayam Petelur Umur 19 Minggu BerdasarkanLabel 105-M

    Kandungan Zat Makanan Komposisi (%)

    Kadar Air 13Protein Kasar 17Serat Kasar 6Lemak 3Abu 14Phospor 0,6 1,0Calsium 3,0 4,2

    Alat

    Alat yang digunakan pada tahap persiapan adalah ruang closed house

    dengan kandang pemeliharaan sistem litterdan cage. Ruang pemeliharaan dibagi

    menjadi empat bagian ruangan yang berbeda, dan terdiri dari 1 kandang AC

    dengan sistem litter, 1 kandang AC dengan sistem cage, 1 kandang heaterdengan

    sistem litter, dan 1 kandang heater dengan sistem cage. Setiap ruang dengan

    sistem kandang litter, di dalamnya dibagi menjadi 3 petak dengan ukuran petak

    masing-masing 1,5 x 1,5 meter dan dibatasi dengan pagar bambu setinggi 0,5

    meter. Setiap petak ditutup dengan jaring untuk menghindari ayam keluar, dan

    berisi 6 ekor ayam per petak. Tempat pakan digantung di bagian tengah pada

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    15/22

    setiap petak, sedangkan tempat minum diletakkan di luar petak untuk menghindari

    litteryang terlalu basah. Setiap kandang dengan sistem cagediletakkan sekitar 50

    cm di atas lantai, lantai yang berada tepat di bawah kandang diberi alas karung

    dan ditaburi dengan sekam setebal kurang lebih 5 cm. Setiap ayam ditempatkan

    secara individu dalam kandang cage.Alat-alat yang digunakan pada tahap analisis darah terdiri dari alat yang

    digunakan untuk pengambilan sampel darah dan preparat ulas, dan alat untuk

    pengamatan darah. Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan sampel darah

    dan pembuatan preparat ulas adalah spuit, gelas objek, dan tabung vacum venojet.

    Alat yang digunakan untuk pengamatan eritrosit dan leukosit antara lain

    hemasitometer Neubauer yang terdiri atas kamar hitung dan kaca penutupnya,

    pipet (pengencer) eritrosit dan leukosit, dan mikroskop. Alat-alat yang digunakan

    untuk pengamatan nilai hematokrit adalah mikrokapiler yang dilapisi heparin,

    centrifuge mikrokapiler dan alat pembaca mikrokapiler (microcapiler reader).

    Alat yang digunakan untuk menentukan kadar hemoglobin adalah tabung reaksi

    berukuran 13 x 100 mm sebanyak dua buah, pipet bervolume 5 ml, pipet sahli danspektrofotometer. Alat-alat yang digunakan untuk pengamatan diferensial leukosit

    adalah gelas objek, bak pewarna, pipet tetes, mikroskop dengan perbesaran lensa

    objektif 10X dan 100X; lensa okuler 10X.

    Lokasi dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 Oktober 2013.

    Pemeliharaan dilakukan di kandang B closed house, Departemen Ilmu Produksi

    dan Teknologi Peternakan,dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Fisiologi,

    Fakultas Kedokterna Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukanselama 53 hari (16 Agustus 9 Oktober 2014).

    ProsedurPemeliharaan

    Sebanyak 72 ekor ayam petelur strain Lohmanditempatkan secara merata

    pada 4 kandang tertutup yang berbeda selama 6 minggu tanpa pembersihan

    kandang, yakni selain untuk mengetahui pengaruh perbedaan sistem

    perkandangan dan perbedaan suhu, di samping itu juga untuk mengetahui

    pengaruh penurunan kualitas udara dan kebersihan kandang terhadap profil darahayam. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore

    hari, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Jumlah pakan yang

    diberikan adalah 30 gram/ekor/hari. Perlakuan perbedaan suhu dimulai pukul

    9.00-15.00 setiap hari, yaitu dengan menyalakan AC dan heaterdi masing-masing

    kandang.

    Pengambilan Sampel DarahPengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke-7, 14, dan

    21 pemeliharaan. Pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh vena aksilaris

    (pembuluh darah sayap) dengan cara membersihkan bagian permukaan kulit sayap

    bagian dalam ayam dengan alkohol 70%, kemudian dengan menggunakan jarum

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    16/22

    suntik, pembuluh darah ditusuk dan dihisap. Darah diambil maksimal sebanyak 2

    ml dan segera dimasukkan dalam tabung venoject vakum berisi anti koagulan

    Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) untuk menghindari pembekuan darah.

    Darah yang terdapat pada spuit tidak dimasukkan keseluruhan dalam

    venojet, tetapi disisakan sedikit untuk pembuatan sediaan apus darah untukpengamatan diferensial leukosit. Darah diteteskan pada salah satu kaca objek, satu

    kaca objek lainnya digunakan untuk meratakan darah tersebut. Darah ditempatkan

    2 cm dari ujung sebuah gelas objek dan dipegang secara horizontal menghadapke atas, sedangkan gelas objek yang lain dipegang menggunakan tangan kanan,

    ditempelkan pada sudut 30di depan setetes darah yang terletak pada gelas objekpertama, kemudian disinggungkan hingga menyebar sepanjang sudut antara kedua

    gelas objek. Segera setelah darah menyebar, tanpa mengangat gelas objek dan

    pada sudut yang sama, gelas objek di tangan kanan didorong ke depan, maka

    terbentuk sediaan apus darah yang tipis.

    Pengamatan Kadar HemoglobinPengamatan kadar hemoglobin menggunakan metode sianmethemoglobin.

    Sebanyak 5 ml reagen Drabkins dimasukkan ke dalam tabung reaksi ke 1 dan 2.

    Sebanyak 0,02 ml darah ditambahkan ke dalam tabung reaksi ke 2, dengan

    menggunakan pipet yang bervolume 0,02 ml. Setelah pemakaian, pipet langsung

    dibilas agar darah tidak tertinggal dalam pipet. Kemudian larutan dalam tabung

    dihomogenkan dan dibiarkan minimal selama 10 menit pada suhu kamar, agar

    terbentuk sianmethemoglobin.

    Pembacaan nilai hemoglobin dilakukan menggunakan spektrofotometer

    dengan panjang gelombang 540 nm. Tabung 1 digunakan sebagai blanko dan

    tabung 2 sebagai sampel yang diamati. Kemudian dengan menggunakan larutan

    baku sianmethhemoglobin (standar), dibuat paling sedikit 4 larutan dengankonsentrasi berbeda, kemudian hasilnya dibuat menjadi kurva standar hemoglobin

    dan selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung nilai hemoglobin pada sampel

    yang lain. Metode ini berdasarkan buku penuntun praktikum Fisiologi Veteriner,

    Laboratoritum Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

    Pertanian Bogor (Sastradipradja et al. 1989).

    Pengamatan Hematokrit (% Volume BDM)Nilai hemaokrit ditentukan dengan metode mikrohematokrit. Ujung pipa

    mikrokapiler ditempelkan pada darah yang disimpan pada tabung venojet, dan

    darah dibiarkan mengalir sampai mengisi 4/5 bagian pipa kapiler. Setelah pipa

    terisi dengan darah, bagian bawah pipa yang bertanda disumbat dengan crestaseal.

    Pipa-pipa kapiler tersebut kemudian dipusing dengan alat microsentrifugeselama

    5 menit dengan kecepatan 2500-4000 rpm.

    Nilai hematokrit ditentukan dengan alat baca mikrohematokrit

    (microcapillary hematocrit reader). Lapisan eritrosit yang diamati mengendap

    pada bagian paling bawah pipa dan berwarna merah. Metode ini berdasarkan buku

    penuntun praktikum Fisiologi Veteriner, Laboratoritum Fisiologi dan

    Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

    (Sastradipradja et al. 1989).

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    17/22

    Pengamatan Jumlah Butir Darah MerahPengambilan darah dari tabung venojet menggunakan pipet eritrosit

    dengan bantuan alat pengisap (aspirator) yang di pasang pada pipet tersebut

    sampai batas nilai 1,0. Ujung pipet eritrosit terlebih dahulu dibersihkan dengan

    tisu kemudian larutan Rees and Ecker dihisap hingga tanda tera 101. Kedua ujungpipet ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk kanan, kemudian dikocok dengan

    gerakan membentuk angka 8.Cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang

    dengan menempelkan ujung pipet pada tisu. Setetes darah dimasukkan kedalam

    kamar hitung, didiamkan beberapa saat hingga mengendap, kemudian dilakukan

    penghitungan dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.

    Penghitungan eritrosit dalam hemositometer menggunakan kotak pojok

    kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan

    bawah, dan satu kotak pojok kiri bawah. Penghitungan jumlah eritosit dalam 1

    mm3darah yaitu dengan mengalikan jumlah eritrosit perhitungan chamber (a)

    dengan 5000. Angka 5000 diperoleh dari hasil perkalian 0,01 mm tebal kamar

    hitung, 0,05 mm panjang , dan 0,05 mm lebar dan 5 kotak kamar hitung dalammm3 dengan larutan pengencer 100 sehingga jumlah eritrosit dapat dihitung

    dengan rumus dibawah ini. Metode ini berdasarkan buku penuntun praktikum

    Fisiologi Veteriner, Laboratoritum Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas

    Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (Sastradipradja et al.1989).

    Jumlah Eritrosit per mm3darah = a x 5000

    Pengamatan Jumlah Butir Darah MerahDarah dari tabung venojet diambil menggunakan pipet eritrosit dengan

    bantuan aspirator hingga tanda tera 1,0 kemudian ujung pipet dibersihkan dengan

    tisu. Selanjutnya larutan Rees and Ecker dihisap hingga tanda tera 101. Pipaaspirator dilepaskan, kemudian cairan dihomogenkan dengan memutar pipet

    membentuk angka 8, setelah homogen, cairan yang tidak terkocok dibuang

    menggunakan tisu. Kemudian setetes sampel darah dimasukkan pada

    hemocytometer, didiamkan beberapa saat hingga cairan mengendap, kemudian

    dihitung di bawah mikroskop perbesaran 400x.

    Penghitungan jumlah leukosit dalam hemocytometermenggunakan kotak

    leukosit. Jumlah leukosit hasil perhitungan chamber (b) dikali 200 untuk

    mengetahui jumlah leukosit dalam 1mm3 darah. Angka 200 diperoleh dari hasil

    perhitungan 4 ruang kotak hitung dikali 1 mm panjang dan lebar 1 mm serta tebal

    0,01 mm kemudian dikali faktor pengencer 100. Metode ini berdasarkan buku

    penuntun praktikum Fisiologi Veteriner, Laboratoritum Fisiologi danFarmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

    (Sastradipradja et al.1989).

    Jumlah Leukosit per mm3 darah = b x 200

    Diferensial leukositPreparat ulas yang telah dibuat saat pengambilan darah difiksasi dengan

    metanol 75% selama 5 menit kemudian diangkat hingga kering udara. Ulas darah

    direndam dengan larutan gyemsaselama 30 menit, kemudian diangkat dan dicuci

    menggunakan air yang mengalir untuk menghilangkan zat warn yang berlebihan,

    setelah itu dikeringkan dengan kertas isap.

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    18/22

    Preparat ulas diletakkan dibawah mikroskop perbesaran 1000 kali dan

    ditambahkan minyak imersi, kemudian limfosit, heterofil, monosit, basofil, dan

    eosinofil masing-masing dihitung secara zig-zagsampai jumlah total leukosit 100

    butir (Sastradipradja et al. 1989).

    Analisis Data

    Peubah yang Diamati1.Kadar hemoglobin (g %)2.Hematokrit (PCV/Packed Cell Volume) (%)3.Jumlah eritrosit (106/mm3)4.Jumlah leukosit (103/mm3)5.Diferensial leukosit (%)

    Rancangan PercobaanRancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan

    Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial 2x2 dengan 3 ulangan. Setiap ulangan

    diamati secara duplo.

    Model matematika rancangan percobaan yang akan digunakan :

    Yij= + Ai+ Bj+ (AB)ij+ijKeterangan:

    Yijk :Nilai pengamatan pada peubah yang diamati pada perlakuan

    kandang ke-i (cagedan litter) dan suhu ke-j (netral dan tinggi).

    : Nilai rataan umum

    Ai : Pengaruh perlakuan kandang ke-i (cagedan litter)

    Bj : Pengaruh perlakuan suhu ke-j (netral dan tinggi)(AB)ij : Interaksi antara perlakuan kandang ke-i (cagedan litter) dan

    perlakuansuhu ke-j (netral dan tinggi) terhadap suatu peubah yang

    diamati.

    ij : Pengaruh galat percobaan kandang ke-i (cagedan litter) dan suhu

    ke-j (netral dan tinggi) pada ulangan ke-k (1, 2 dan 3)

    Data yang diperoleh awalnya diolah dengan Microsoft Excel 2007 untuk

    mendapatkan nilai rataan dan standar deviasinya. Data data tersebut selanjutnya

    diuji asumsi untuk menentukan jenis data termasuk dalam parametrik atau

    nonparamaetrik.

    Jika data tersebut tidak memenuhi uji asumsi maka selanjutnya dilakukantransformasi.Apabila masih tidak memenuhi uji asumsi maka data dianalisis

    dengan Kruskal Wallis. Persamaan statistik non parametrik Kruskal-Wallis yaitu

    sebagai berikut:

    H=( )

    + ( + )

    Keterangan:

    ni : jumlah pengamatan dalam sampel ke-i (i = 1,..., k)

    n : ni

    Ri : jumlah dari ranking untuk sampel ke-i

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    19/22

    DAFTAR PUSTAKA

    [NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry.9th

    Revised Edition.Washington D.C. (US): National Academy Press.

    Adriani L, Hernawan E, Kamil KA, Mushawwir A. 2010. Fisiologi Ternak.Bandung (ID): Widya Padjajaran.

    Bruzual JJ, Peak SD, Brake J, Peeblest ED. 2000. Effect of relativehumidity

    during the last five days of incubation and brooding temperature on

    performance of broiler chicks from young broiler breeders. Poult. Sci. 79:

    1385-1391.

    Cahyono B. 2004. Cara Meningkatkan BudidayaAyam Ras Pedaging (Broiler).

    Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.

    Dellman HD, Brown EM. 1992. Histologi veteriner I. Hartono R,

    penerjemah.Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

    Effendi Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam

    Tubuh.USU Digital Library [Internet]. [diunduh 2013 Okt 4]. Tersedia pada:http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf.

    European Commision. 2000. Health and Consumer Protection Directorate-

    General: The Welfare of Chickens Kept for MeatProduction (Broilers). Report

    of The Scientific Committee on Animal Health and Animal Welfare.

    Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Srigandono B, Sudarsono,

    penerjemah.Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

    Guyton AC, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati, Ken Arita Tengadi

    LMA, Santoso A, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran.

    Hartono R. 1988. Histologi Veteriner; Bahan Pengajaran. Bogor (ID): Pusat Antar

    Universitas Institut Pertanian Bogor.

    Jahja. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif. Petunjuk-petunjuk Beternak Ayam.Edisi ke-18. Bandung (ID): Medion Press.

    JainNC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia (US): Lea and

    Febiger.

    Leeson S, Summers JD. 2005. Comercial Poultry Nutrition.3rdEdition.England

    (UK): Nottingham University Press.

    MangkoewidjojoS,Smith JB. 1988.Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan

    Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Press.

    Meyer DJ. 1992. Veterinary Laboratory Medicine; Interpretation and Diagnostic.

    Philadelpia (US): W.B. Saunders Company.

    Nielsen KS. 1997.Nutrient Requirement of Poultry. 9thRevised Ed. Washington

    DC (US):

    Oleyumi JA, Robert FA. 1980. Poultry Production in Warm Wet Climates. The

    London (UK): Macmillan Press. Ltd.

    Post J, Rebel JMJ, Huurne AAHM. 2002. Automated blood cell count: A sensitive

    and reliable method to study corticosterone-related stress in broilers. Poultry

    Science.82: 591-595.

    Praseno K. 2005. Respon eritrosit terhadap perlakuan mikromineral Cu, Fe, dan

    Zn pada Ayam (Gallus gallus domesticus).J. Ind. Trop. Anim. Agric. 30 (3) :

    179-185.

    Rastogi SC. 1977. Essentials of Animal Physiology. New Delhi (IN): Wiley

    Eastern Limited.

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    20/22

    SastradipradjaD, Sikar SHS, Wijayakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H,

    Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner.

    Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor.

    Sturkie PD, Griminger P. 1976. Avian Physiology. Berlin (DE): Heidelberg.

    Swenson MJ. 1984. Dukes Physiology of Domestic Animals. 10th

    Ed. London(UK): Publishing Associattes a Division of Cornell University.

    Wahju J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

    Widjajakusuma R, Sikar SHS. 1986. Fisiologi Hewan Jilid II. Kumpulan Materi

    Kuliah. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan,Institut Pertanian Bogor.

    Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID) Kanisius.

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    21/22

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Analisis biaya

    Alat/Bahan Jumlah Har ga Satuan Har ga Total

    Ayam 72 ekor 80.000 5.760.000

    Pakan 9 karung 225.000 2.025.000

    Vitachick 1 sachet 500 500

    Tempat Pakan (litter) 6 buah 30.000 180.000

    Tempat Minum (litter) 6 buah 30.000 180.000

    Tempat Minum (Cage) 18 buah 3.000 54.000

    AC 2 buah 1.000.000 2.000.000

    Heater 2 buah 1.000.000 2.000.000

    Termometer 8 buah 90.000 720.000

    Anemometer 1 buah 2.000.000 2.000.000

    Sewa Kandang 4 kandang 12.500 50.000

    Kandang Batre 6 kandang 100.000 600.000

    Kandang Litter 6 kandang 100.000 600.000

    Jaring 6 meter 6.000 36.000

    Timbangan 10 kg 1 buah 150.000 150.000

    Timbangan Digital 1 buah 250.000 250.000

    Paralon 8 m 10.000 80.000

    Kardus 20 buah 500 10.000

    Sekam 3 karung 15.000 45.000

    Karung 27 buah 1.000 27.000Plastik 1kg 1 bungkus 8.000 8.000

    Plastik 1/4kg 1 bungkus 5.000 5.000

    Kapur Pertanian 2 kg 2.000 4.000

    Biaya Analisis 36 sampel 25.000 900.000

    EDTA 3 ml 1box 175.000 175.000

    Spoit 3 cc 1box 95.000 95.000

    Kaca Preparat 1 pak 25.000 25.000

    Biaya Pengambilan sampel 4 periode 100.000 400.000

    TOTAL Rp 26,479,500

  • 7/22/2019 Proposal Penelitian Profil darah ayam perlakuan perbedaan kandang dan perbedaan suhu

    22/22

    Lampiran 2. Jadwal Kegiatan

    Kegiatan

    Bulan

    Agustus September Oktober

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Penelusuran Literatur dan diskusi

    bersama dosen pembimbing

    Pembuatan surat izin penggunaan

    kandang dan laboratorium

    Pembuatan Proposal

    Persiapan pemeliharaan

    Pelaksanaan Penelitian

    Pengambilan sampel darah

    Pengamatan sampel darah

    Pengolahan dan Analisis Data