PERBANDINGAN SOFT SKILL ANTARA SISWA YANG …digilib.unila.ac.id/27239/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...
Transcript of PERBANDINGAN SOFT SKILL ANTARA SISWA YANG …digilib.unila.ac.id/27239/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB...
PERBANDINGAN SOFT SKILL ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYAMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY DAN PAIR CHECK DENGANMEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN
IPS TERPADU KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2016/2017
(Skripsi)
Oleh
GADIS WULANDARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
PERBANDINGAN SOFT SKILL ANTARA SISWA YANGPEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY DANPAIR CHECK DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI
PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADUKELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3
BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN
2016/2017
OlehGadis Wulandari
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya soft skill siswa serta mengkaji tentangperbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model Team AssistedIndividually (TAI) dan Pair Check (PC) dengan memperhatikan konsep diri siswakelas VIII SMP Muhammadiyah 03 Bandar Lampung. Metode yang digunakandalam penelitian ini adalah komparatif dengan pendekatan eksperimen semu. Desainpenelitian yang digunakan by level desain. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 4kelas dan sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas yaitu VIII A dan VIII D. yangditentukan melalui Cluster Random Sampling. Teknik pengambilan data melaluiobservasi dan angket. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varian duajalan dan t-test dua sampel independen. Hasil analisis data menunjukkan (1) Adaperbedaan rata-rata soft skill antara siswa yang pembelajarannya menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe team assisted individually dan pair check padamata pelajaran IPS Terpadu (2) Ada perbedaan soft skill antara siswa yang memilkikonsep diri tinggi dan siswa yang memiliki konsep diri rendah (3) Ada interaksiantara model pembelajaran dengan konsep diri dan soft skill pada mata pelajaran IPSTerpadu.
Kata Kunci: konsep diri, pair check, soft skill, team assisted individually.
PERBANDINGAN SOFT SKILL ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYAMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY DAN PAIR CHECK DENGANMEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN
IPS TERPADU KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2016/2017
Oleh
Gadis Wulandari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan EkonomiJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Gadis Wulandari. Lahir di
Bandar Lampung, pada tanggal 21 juni 1994. Penulis
merupakan anak ketiga dari bapak Syamsul Bahri dan
ibu Supriyanti, penulis memiliki dua orang kakak dan
dua orang adik.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis :
1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bandar Lampung diselsaikan pada tahun 2000
2. SD Negeri 1 Braja Harjosari diselesaikan pada tahun 2006
3. SMP Negeri 1 Way Jepara diselesaikan pada tahun 2009
4. SMA Negeri 13 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013
Pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi
Pendidikan Ekonomi melalui jalur SNMPTN. Pada 23 Agustus 2015 sampai 1
September 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Solo, Bali,
Malang, Surabaya, Kediri, Yogyakarta, Magelang dan Bandung.
Pada 18 Juli 2016 sampai 27 Agustus 2016 penulis melakukan Program Kuliah
Kerja Nyata – Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Desa Karang Jawa,
Kecamatan Anak Ratu Aji, Kabupaten Lampung Tengah, serta menyelesaikan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Anak Ratu Aji Lampung
Tengah.
.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohim
Alhamdulillahirobbil alamin segala puji bagi Allah SWT Dzat Yang MahaSempurna atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau
berikan selama ini.
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku kepada:
Papah dan MamahTerimakasih atas segala cinta dan kasih sayang yang tak ternilai serta doa yang
tak henti untuk menantikan keberhasilanku.
Keluarga TercintaTerimakasih atas kasih sayang, doa, perhatian, dukungan dan motivasi yang
kalian berikan padaku, untuk terus maju meraih sukses di masa depan(kak Didit, Kak Hendri, adek Irma, adek risky dan dedek Aldi )
Sahabat-sahabatTerimakasih untuk kebersamaan, suka
duka, semangat, motivasi selama ini yang tak terlupakan( Rekan seperjuangan Pendidikan Ekonomi 2013)
Para Pendidikku yang Ku HormatiTerimakasih atas segala ilmu dan bimbingan selama ini
Orang TerkasihTerimakasih untuk kebesamaan selama ini
(bang vi)
Almamater TercintaUniversitas Lampung
Motto
Harus selalu konsisten dalam menekuni suatu disiplin ilmu yang anda pelajariKarena dengan konsisten, anda bisa seperti saya.
(BJ Habibie)
hidup itu perlu diisi oleh nilai-nilai ibadah,peluang dan tantangan
dan bukan oleh cita-cita semata(Prof. Dr. Sugiyono)
Dalam hidup, tak ada perjuangan yang sia-sia.(Gadis Wulandari)
Simpan keluhmu seperti kau menyimpan aibmu(A.S)
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Perbandingan Soft Skill Antara Siswa Yang Pembelajarannya
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individually Dan Pair Check Dengan Memperhatikan Konsep Diri Pada Mata
Pelajaran Ips Terpadu Kelas VIII Smp Muhammadiyah 3 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2016/2017” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah
diberikan oleh semua pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih seluruhnya kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program studi Pendidikan
Ekonomi, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan serta kesediaan
meluangkan waktu dalam membimbing penulis untuk penyelasaian skripsi ini.
7. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah banyak
memotivasi dan meluangkan waktu untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Ibu Dr. Pujiati, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah banyak memotivasi
dan meluangkan waktu untuk penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si yang telah bersedia menjadi pembahas penulis,
terimakasih untuk membantu penulis dalam skripsi ini.
10. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi
Pendidikan Ekonomi Dr. Erlina Rufaidah, M.Si., Drs. I Komang Winatha,
M.Si., Drs. Darwin Bangun, M.Si., (Alm), Dr. R Gunawan Sudarmanto,
M.M., (Alm), Drs. Samsi, M.Si., (Alm), Drs Yon Rizal, M.Si., Rahmah Dianti
Putri, M. Pd., Vera Ony W, M. Pd., dan Albet Maydiantoro, M. Pd., atas ilmu
dan didikan yang telah diberikan.
11. Bapak Wahdiyana, ST, M.Pd., T, selaku Kepala SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di
tempat ini.
12. Ibu Dini Effriyani, S.Pd dan Ibu Irawati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS
Terpadu di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, terimakasih atas
bantuan, nasehat, motivasi serta informasinya yang bermanfaat untuk
kepentingan penulis dalam penelitian skripsi ini.
13. Siswa-siswi SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung khususnya kelas VIII A
dan VIII D yang telah menjadi subjek penelitian dalam skripsi ini, terimakasih
atas kerjasama sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
14. Kedua orang tuaku, mamah dan papah yang selalu mendukung setiap
langkahku serta doa yang tak pernah henti dihaturkan di setiap sujudmu
semoga kelak bermanfaat dan menjadi kebanggaan untukmu. Amin Ya Rabbal
A’Lamiin.
15. Kakakku Fredy Yansyah dan Hendri Yansyah yang senantiasa mendukung
dan memberi semangat dalam hal apapun secara baik.
16. Adikku Ade Irma Suryani, Rizky Darma putra, serta kponakanku Muhammad
Aldiyansyah Pratama, Terimakasih telah hadir dan melengkapi indahnya
keluarga kami.
17. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan
keberhasilanku.
18. Sahabatku ( neng dan acil ) terimakasih telah bersamaku hingga saat ini.
19. Teman seperjuangan Edylicious, ( adil, apsari, defika, desni, elsa, ely, erzal,
hesti, hijjah, ketrin, nunung, yani, yola, rosi, rudi, slivi, tasya, agustin, rizki,
arif, april, kak Julian, mb menik) terimakasih atas bantuan serta dukungan
kalian.
20. Geng Kampung baru (siti, yunita, hesti, yola, hijjah, elsa), geng otw wisuda
(dije, vivi, tia, Sandra, anggun, anis, tri, asih, yusi) terimakasih atas bantuan
serta dukungan dari kalian semua.
21. Teman- teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2013 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu namanya, terimakasih atas kebersamaannya selama
ini.
22. Teman KKN Desa Karang Jawa, Lewa Rina Balyo, warga karang jawa ndok
ambar terimakasih atas kebaikan, bantuan, dukungan yang telah diberikan.
23. Seluruh kakak tingkat serta adik tingkat Pendidikan Ekonomi semoga kita
semua sukses dan tak lupa terimakasih Kak Dani dan Om Herdi yang selalu
membantu dalam menempuh studi.
24. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu
yang terlibat dalam myelesaikan skripsi dan studiku.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan
terbuka. Namun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Bandar Lampung, Mei 2017
Penulis
Gadis WulandariNPM 1313031038
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................11.2 Identifikasi Masalah .........................................................................81.3 Pembatasan Masalah ........................................................................91.4 Rumusan Masalah ............................................................................91.5 Tujuan Penelitian ............................................................................101.6 Kegunaan Penelitian........................................................................111.7 Ruang Lingkup Penelitian...............................................................12
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 TinjauanPustaka ..............................................................................132.1.1 Soft Skill ................................................................................132.1.2 Pengertian Belajar .................................................................162.1.3 Mata Pelajaran IPS Terpadu .................................................222.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif ...........................................232.1.5 Model Pembelajaran Team Assisted Individually .................262.1.6 Model Pembelajaran Pair Check ..........................................292.1.7 Konsep Diri ...........................................................................31
2.2 Penelitian Yang Relevan .................................................................342.3 Kerangka Pikir ................................................................................372.4 Hipotesis..........................................................................................45
III. METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian............................................................................46
3.1.1 Desain Penelitian...................................................................473.1.2 Prosedur Penelitian ...............................................................48
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................523.2.1 Populasi.................................................................................523.2.2 Sampel...................................................................................52
3.3 Variabel Penelitian ..........................................................................523.3.1 Variabel Bebas ......................................................................533.3.2 Variabel Terikat ....................................................................533.3.3 Variabel Moderator ...............................................................53
3.4 Definisi Konseptual Variabel ..........................................................543.5 Definisi Operasional Penelitian.......................................................543.6 Teknik Pengumpulan Data..............................................................55
3.6.1 Observasi...............................................................................563.6.2 Angket...................................................................................56
3.7 Uji Persyaratan Instrumen...............................................................563.7.1 Uji Validitas ..........................................................................573.7.2 Uji Reliabilitas ......................................................................58
3.8 Uji Pesryaratan Analisis Data .........................................................593.8.1 Uji Normalitas.......................................................................593.8.2 Uji Homogenitas ...................................................................60
3.9 Teknik Analisis Data.......................................................................603.9.1 T-Test Dua Sampel Independen............................................603.9.2 Analisis Varians Dua Jalan ...................................................613.9.3 Pengujian Hipotesis...............................................................63
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi data....................................................................................654.1.1 Sejarah singkat SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung ....................................................................654.1.2 Profil Sekolah..........................................................................664.1.3 Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung ....................................................................674.1.4 Keadaan Gedung SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung ....................................................................674.1.5 Keadaan Guru dan Karyawan SMP
Muhammadiyah 3 Bandar Lampung ......................................684.2 Deskripsi Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................69
4.2.1 Deskripsi Data Soft Skill SiswaPada Kelas Eksperimen ..........................................................70
4.2 2 Deskripsi Data Soft Skill SiswaPada Kelas Kontrol .................................................................72
4.2.3 Deskripsi Data Soft Skill Pada Konsep Diri TinggiKelas Eksperimen ...................................................................74
4.2.4 Deskripsi Data Soft Skill Siswa Pada Konsep DiriTinggi Kelas Kontrol ..............................................................75
4.2.5 Deskripsi Data Soft Skill Pada Konsep Diri RendahKelas Eksperimen ...................................................................77
4.2.6 Deskripsi Data Soft Skill Siswa Pada Konsep DiriRendah Kelas Kontrol ............................................................78
4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data ................................................804.3.1 Uji Normalitas.........................................................................804.3.2 Uji Homogenitas .....................................................................81
4.4 Pengujian Hipotesis...........................................................................824.4.1 Pengujian Hipotesis 1 .............................................................834.4.2 Pengujian Hipotesis 2 .............................................................844.4.3 Pengujian Hipotesis 3 .............................................................854.4.4 Pengujian Hipotesis 4 .............................................................86
4.5 Pembahasan.......................................................................................884.5.1 Terdapat Perbedaan Rata-Rata soft skill Antara Siswa yang
Pembelajaranya Menggunakan Model PembelajaranKooperatif Tipe Team Assited Individually dan Pair CheckPada Mata Pelajaran IPS Terpadu .........................................88
4.5.2 Soft Skill Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan ModelPembelajaran Team Assisted Individually Lebih TinggiDibandingkan Dengan Siswa yang PembelajarannyaMenggunakan Model Pembelajaran Pair CheckBagi Siswa yang Memiliki Konsep Diri Tinggi PadaMata Pelajaraan IPS Terpadu .................................................90
4.5.3 Soft Skill Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan ModelPembelajaran Team Assisted Individually Lebih RendahDibandingkan Dengan Siswa yang PembelajarannyaMenggunakan Model Pembelajaran Pair CheckBagi Siswa yang Memiliki Konsep Diri Rendah PadaMata Pelajaraan IPS Terpadu .................................................92
4.5.4 Terdapat Interaksi Antara Model PembelajaranTeam Assisted Individually dan Pair CheckDengan Konsep Diri Terhadap Soft Skill PadaMata Pelajaran IPS Terpadu ...................................................95
4.6 Keterbatasan Penelitian.....................................................................97
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...........................................................................................995.2 Saran..................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 1. Soft skill yang Tampak Pada Siswa..................................42. Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen Treatment By Level .........483. Tabel 3. Soft Skill............................................................................554. Tabel 4. Konsep Diri ......................................................................555. Tabel 5 Kategori Besarnya Realibilitas..........................................586. Tabel 6. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan.............627. Tabel 7. Cara Untuk Menentukan Kesimpulan Hipotesis Anava ..638. Tabel 8. Pergantian Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung ...........................................................................659. Tabel 9. Keadaan Gedung SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung ...........................................................................6810. Tabel 10. Jumlah Tenaga Kerja SMP Muhammadiyah 3
Bandar Lampung ..........................................................................6911. Tabel 11 Distribusi frekuensi Soft Skill Siswa
Pada Kelas Eksperimen ................................................................7112. Tabel 12 Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa
Pada Kelas Kontrol .......................................................................7313. Tabel 13 Distribusi frekuensi Soft Skill Siswa
Pada Konsep Diri Tinggi Kelas Eksperimen ................................7414. Tabel 14 Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa
Pada Konsep Diri Tinggi Kelas Kontrol.......................................7615. Tabel 15 Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa
Pada Konsep Diri Rendah Kelas Eksperimen ..............................7716. Tabel 16 Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa
Pada Konsep Diri Rendah Kelas Kontrol .....................................7917. Tabel 17. Rekapitulasi Uji Normalitas .........................................81
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 1. Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatifdan Konsep Diri terhadap Soft Skill Siswa Kelas VIIISMP Muhammadiyah 3Bandar LampungTahun Pelajaran 2016/2017 .........................................................44
2. Gambar 2. Estimated Marginal Means Of Soft Skill ...................87
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lembar Wawancara ................................................................1042. Lembar Jawaban Wawancara..................................................1053. Kisi-kisi Angket Soft Skill.......................................................1074. Kisi-kisi Angkat Konsep Diri..................................................1085. Angket Soft Skill......................................................................1096.Angket Konsep Diri .................................................................1127. Silabus Pembelajaran ..............................................................1158. Rubrik Penilaian Soft Skill ......................................................1189. Lembar Observasi ...................................................................12210. RPP Kelas Eksperimen .........................................................12311. RPP Kelas Kontrol ................................................................17112. Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen...............................21913. Data Hasil Penelitian Kelas Kontrol .....................................22014. Uji Validitas Instrumen Soft Skill..........................................22115. Uji Validitas Instrument Konsep Diri ...................................22316. Uji Reliabilitas Instrument Soft Skill.....................................22517. Uji Reliabilitas Instrument Konsep Diri ...............................22618. Uji Normalitas Liliefors ........................................................22719. Uji Homogenitas Uji F ..........................................................22820. Uji Hipotesis 1 dan Hipotesis 4.............................................22921. Uji Hipotesis 2 ......................................................................23322. Uji Hipotesis 3 ......................................................................235
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan
suatu bangsa. Karena melalui pendidikan inilah dapat tercipta generasi yang
cerdas, berwawasan, terampil berkualitas dan diharapkan dapat menjadi
generasi-generasi yang bisa memberi perubahan lebih baik terhadap bangsa.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem nasional pendidikan pada pasal 1menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiksecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sprituilkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”.
Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pendidikan tidak hanya suasana
ketika pembelajaran berlangsung, namun lebih menekankan agar peserta didik
aktif dalam mengembangkan potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya.
Pendidikan tidak hanya mendidik siswa untuk memiliki kemampuan dalam
bidang ilmu pengetahuan atau hard skill saja akan tetapi pendidikan juga harus
memperhatikan kemampuan soft skill siswa baik kemampuan inter atau intra
yang dimiliki oleh siswa. Hard skill merupakan pengetahuan dan keterampilan
teknis yang dimiliki seseorang sedangkan soft skill merupakan keterampilan
seseorang dalam mengelola diri dan orang lain.
2
Pada lembaga pendidikan terdapat tujuan yang harus dicapai yaitu tujuan
institusional.Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan, tujuan ini juga dapat didefinisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu.Tujuan
institusional merupakan tujuan untuk mencapai tujuan umum yang
dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan,
misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah kejuruan dan
jenjang pendidikan tinggi.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan Bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada satuan
pendidikan menengah pertama bertujuan meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan penjelasan tentang tujuan institusional tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) memang mengutamakan kecerdasan dan pengetahuan yang
merupakan ranah kognitif. Namun, tujuan institusional juga menekankan pada
ranah afektif dan psikomotorik terutama pada kepribadian, akhlak dan
keterampilan hidup mandiri dari siswa. IPS Terpadu merupakan salah satu
mata pelajaran yang memiliki kecenderungan pada ranah afektif. Karena mata
pelajaran IPS Terpadu tidak hanya mendidik siswa untuk mengetahui tentang
pengetahuan dalam bersosialisasi akan tetapi juga harus bisa mengaplikasikan
secara langsung dalam lingkungan masyarakat juga dalam lingkungan sekolah.
3
Dalam bersosialisasi dengan lingkungan juga diperlukan keahlian dalam
memanajemen diri dan soft skill lainnya.
Hal ini sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPS di Indonesia tingkat SMP danMTS, menurut Zubaedi (2011: 289), yakni.
1) Mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian,keekonomian, kesejarahan, dan kewarganegaraan (atau konsepyangberkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan),
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan inkuiri,pemecahan masalah, dan keterampilan sosial,
3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilaikemanusiaan(serta mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa),
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkompetensi,bekerjasamadalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala lokal,nasional,maupun internasional.
Pada pembelajaran IPS Terpadu cenderung mengutamakan aktivitas
keseharian siswa baik dalam bersosialisasi dengan orang lain, dengan
lingkungan atau mengendalikan diri sendiri. Jadi dapat diketahui bahwa mata
pelajaran IPS Terpadu memiliki keterkaitan dengan kemampuan soft skill
siswa.
Hal ini berkaitan dengan pendapat Elfindri, dkk berikut ini.
Elfindri, dkk (2011: 10) Mendefinisikan soft skill sebagai keterampilan hidupyang sangat menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya antara lainberupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner dan disiplin. Lebih lanjut Elfindrimenjelaskan bahwa soft skill merupakan keterampilan dan kecakapan hidupyang harus dimiliki baik untuk sendiri, berkelompok atau bermasyarakat, sertaberhubungan dengan Sang Pencipta. Soft skill sangat diperlukan untukkecakapan hidup seseorang.
Menurut Nugroho, dalam Mardatillah (2016: 26) mengatakan bahwa, Soft skillberada diluar kemampuan teknis dan akademik. Soft skill merupakan istilahsosiologis yang mempresentasikan pengembangan dari kecerdasan emosionalseseorang.Soft skill melengkapi hard skill, dimana hard skill merupakanrepresentasi dari potensi IQ seseorang terkait dengan persyaratan teknispekerjaan dan beberapa kegiatan lainnya.
4
Berdasarkan beberapa definisi soft skill yang telah diungkapkan, maka dapat
dilihat bahwa kemampuan soft skill merupakan keterampilan yang ada
didalam diri baik untuk diri sendiri atau dalam berkomunikasi dengan teman
disekolah.
Proses pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap pengembangan soft skill
siswa. Jika guru hanya fokus dalam pengembangan hard skill maka akan
menghambat perkembangan soft skill yang ada dalam diri siswa. Indikator soft
skill yang wajib dimiliki siswa meliputi kejujuran, tanggung jawab,
kemampuan bekerjasama, kemampuan beradaptasi, kemampuan
berkomunikasi, toleransi dan disiplin diri.
Untuk meningkatkan soft skill siswa, guru dapat menggunakan model
pembelajaranatau metode dalam mengajar yang mendorong proses
peningkatan soft skill siswa sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar serta dapat meningkatkan minat siswa.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas
VIII di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung terdapat beberapa
permasalahan sebagai berikut.
Tabel 1. Soft Skill Yang Tampak pada SiswaNo Harapan
yangdiinginkan
Fakta di Lapangan
1. Semua siswamengerjakan secaramandiri tugas-tugasyang diberikan.
Ketika diberikan tugas mandiridi kelas sebagian besar siswamasih menyontek temannya.
2. Semua siswamengerjakan piketkelas.
Sebagian besar siswa tidakmengerjakan piket kelas.
5
3. Semua siswa mampubekerjasama denganbaik antarteman.
Ketika di bentuk kelompoksebagian besar dari merekatidak menyelesaikan masalahsecara bersama.
4. Semua siswa mampuberadaptasi denganbaik.
Sebagian besar siswa belumbisa menyesuaikan diri denganlingkungan sekolah. Ketikakegiatan pembelajaranberlangsung masih ada yangenggan untuk aktif
5. Semua siswa mampuberkomunikasidengan baik.
Ketika diberikan tugas dandiminta untukmempresentasikan didepankelas, sebagian besar siswamasih belum dapatberkomunikasi dengan baiksecara lisan maupun tulisan.
6. Semua siswa dapatmenerima pendapatteman dengan baik.
Sebagian besar siswa belumbisa menerima pendapattemannya dengan baik. Hal initerbukti saat diskusi, ketika adatemannya yang menyampaikanpendapat siswa seringmemotong pendapat temannya.
7. Semua siswamemiliki tingkatkedisiplinan yangbaik.
Sebagian besar siswa masih adayang sering terlambat datang kesekolah dan melanggar tatatertib sekolah.
Sumber: wawancara kepada guru mata pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII
Tabel 1 menunjukkan perilaku siswa yang mencerminkan masih rendahnya
soft skill yang dimiliki siswa.
Rendahnya soft skill siswa, menyebabkan di dalam proses pembelajaran masih
ada siswa yang belum mampu menggali informasi dan memecahkan masalah
yang dihadapi, rendahnya kemampuan siswa dalam bekerjasama dan
berkomunikasi, seperti pada saat di kelas siswa cenderung pasif tidak mau ikut
berperan dalam kegiatan belajar mengajar.
6
Kecakapan-kecakapan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa dapat
didukung dengan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dan mampu
meningkatkan soft skill siswa, model pembelajaran yang tepat yaitu model
pembelajaran kooperatif.
Menurut Trianto (2009: 56) “Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teorikonstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebihmudah menentukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka salingberdiskusi dengan teman. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuksaling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakikatsosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalampembelajaran kooperatif”.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif bisa membantu meningkatkan soft
skill siswa terutama dalam hal berkomunikasi dengan teman dan model
pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di dalam kelas adalah model
team assited individually dan pair check.
Menurut Shoimin (2014: 200), model pembelajaran team assited individuallymemiliki dasar pemikiran yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadapperbedaan individual berkaitan dengan kemampuan maupun pencapaianprestasi siwa. Dalam model pembelajaran team assited individually, siswaditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yangheterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individubagi siswa yang memerlukannya.
Pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran
kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
(Suyitno, 2007: 10).
Model pembelajaran team assited individually sangat sesuai digunakan untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Sedangkan menurut Herdian dalam Shoimin (2014:118) model pembelajaran
pair check merupakan model pembelajaran dimana siswa saling berpasangan
dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.
7
Shoimin (2014: 119), menyatakan bahwa pembelajaran pair check merupakan
model pembelajaran yang menekankan guru untuk menyajikan pertanyaan
yang bersifat menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang
mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari. Model pembelajaran ini diharapkan dapat
menarik minat peserta didik dalam belajar di kelas sehingga peserta didik
menjadi lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran team assited individually
dan pair check tersebut dapat diketahui bahwa kedua model pembelajaran
tersebut diduga dapat meningkatkan soft skill siswa.
Penerapan model pembelajaran team assited individually dan pair check harus
memperhatikan konsep diri siswa, karena model pembelajaran yang aktif dan
interaktif dapat terjadi jika siswa itu memiliki mental yang baik, sehingga
siswa harus memiliki konsep diri yang baik juga.
Seperti yang didefinisikan Calhaoun dan Socella dalam Ghufron (2010: 13).
bahwa konsep diri sebagai gambaran mental diri seseorang.
Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku
individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang
dimiliki, Rahmat dalam Ghufron (2010: 13).
Pernyataan tersebut didukung oleh Burns dalam Ghufron (2010: 13)
menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi cara individu dalam
bertingkah laku di tengah masyarakat. Hal ini berarti konsep diri yang baik
8
akan membuat siswa memiliki kepercayaan diri dan lebih aktif dalam
pembelajaran di kelas.
Berdasarkan penjelasan tentang konsep diri dapat dipahami bahwa konsep diri
berpengaruh terhadap efektifitas antara model pembelajaran team assisted
individually dan pair check dalam meningkatkan soft skill siswa.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti hendak
melakukan kegiatan penelitian dengan judul “Perbandingan Soft Skill
antara Siswa Yang Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Individually dan Pair Check dengan
Memperhatikan Konsep Diri Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa
Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2016/2017”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa kurang paham cara mengembangkan soft skill yang dimiliki
2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
3. Rendahnya kemampuan siswa dalam berkerja sama dan berkomunikasi.
4. Guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif yang menarik
untuk membuat siswa menjadi semangat, kreatif dan menyenangkan.
9
5. Siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga
cenderung pasif.
6. Konsep diri siswa yang berbeda-beda.
1.3 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian dan berdasarkan identifikasi masalah diatas,
maka ada pembatasan masalah yang jelas agar lebih terarah pada tujuan yang
ingin diungkapkan dalam penelitian ini, sehingga masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada aspek soft skill pada mata pelajaran IPS Terpadu, model
pembelajaran team assisted individually, model pembelajaran pair check dan
konsep diri (konsep diri tinggi dan konsep diri rendah).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah.
1. Apakah terdapat perbedaan soft skill antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted
individually dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif tipe pair check?
2. Apakah soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran team assisted individually lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang menggunakan model pembelajaran pair check bagi siswa yang
memiliki konsep diri tinggi pada mata pelajaran IPS terpadu?
3. Apakah soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
Pembelajaran team assisted individually lebih rendah dibandingkan
10
dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran pair check bagi
siswa yang memiliki konsep diri rendah pada mata pelajaran IPS terpadu?
4. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan konsep diri
terhadap soft skill siswa?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui.
1. Perbedaan soft skill antara siswa yang pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe team assited individually
dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif
tipe pair check.
2. Keefektifan model pembelajaran team assited individually dibandingkan
degan pair check dalam meningkatkan soft skill, pada siswa yang memiliki
konsep diri tinggi.
3. Keefektifan model pembelajaran team assited individually dibandingkan
dengan pair check dalam meningkatkan soft skill, pada siswa yang
memiliki konsep diri rendah.
4. Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan konsep diri terhadap
soft skill siswa.
11
1.6 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan menambah konsep-konsep
teoritis kepada guru dan calon guru mengenai model pembelajaran.
b. Dapat menjadi sumber referensi untuk perpustakaan dan bagi semua pihak
yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam
mengenai permasalahan yang terkait.
c. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktikkan teori yang diterima
selama perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada guru dan calon guru dalam memilih model
pembelajaran yang tepat dan efektif sehingga dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa ke arah yang lebih baik.
b. Memberikan tambahan wawasan bagi siswa untuk meningkatkan soft skill
melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa (student centered).
c. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam usaha meningkatkan kualitas
peserta didik.
12
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah soft skill (Y), model pembelajaran team
assisted individually (X1), model pembelajaran pair check (X2), dan
konsep diri (konsep diri tinggi dan konsep diri rendah) (Z).
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan VIII D
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung.
4. Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini adalah pada semester genap tahun pelajaran
2016/2017
5. Ruang Lingkup Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan IPS Terpadu
13
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Soft Skill
Pengembangan soft skill sangatlah penting dikembangkan didunia pendidikan,
karena dengan memiliki soft skill yang bagus siswa dapat memiliki
kemampuan dalam mengendalikan diri dan bersosialisasi terhadap lingkungan.
Elfindri, dkk (2011: 10), mendefinisikan soft skill sebagai keterampilan hidupyang sangat menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya antara lainberupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, dan disiplin. Lebih lanjutElfindri menjelaskan bahwa softskill merupakan keterampilan dan kecakapanhidup yang harus dimiliki baik untuk sendiri, berkelompok, ataubermasyarakat, serta berhubungan dengan Sang Pencipta.Soft skill sangatdiperlukan untuk kecakapan hidup seseorang.
Thomas J.Neff dan James N.Citrin dalam Mardatillah (2016:29) mengutip
bahwa kunci sukses seseorang dipengaruhi 90% oleh kemampuan soft skill
dan hard skill cukup sebesar 10% saja. Pernyataan Thomas J.Neff dan James
N diperkuat oleh kajian Depdiknas RI pada tahun 2009, yang menemukan
bahwa tingkat kesuksesan seseorang dalam pendidikan ditentukan oleh
kemampuan soft skill sebesar 85 %.
14
Berdasarkan paparan di atas, dapat dilihat bahwa soft skill sangat penting bagi
setiap orang. Karena dengan adanya soft skill orang dapat berkomunikasi
dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.
Pentingnya soft skill juga ditekankan oleh Giblin dan Sailah dalam Sucipta
(2009: 1) yang menyatakan bahwa soft skill merupakan kunci menuju hidup
yang lebih baik, sahabat lebih banyak, sukses lebih besar dan kebahagiaan
yang lebih luas.
Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Kaipa dan Milus (2005: 3-6)
bahwa soft skill adalah kunci untuk meraih kesuksesan, termasuk di dalamnya
kepemimpinan, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik, komunikasi,
kreativitas, kemampuan presentasi, kerendahan hati dan kepercayaan diri,
kecerdasan emosional, integritas, komitmen dan kerjasama.
Illah Sailah dalam naskah bukunya yang berjudul Pengembangan Softskilldi Perguruan Tinggi 2007 dalam buku mengutip definisi soft skillsebagai.
1. Keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain(inter-personalskills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri(intra-personal skills) yang mampu mengembangkan secara maksimalunjuk kerja (performans) seseorang.
2. Selanjutnya diberikan contoh yang termasuk dalam keterampilan mengaturdirinya sendiri antara lain (a) transforming character, (b)transformingbeliefs, (c) change management, (d) stress management, (e) timemanagement, (f) creative thinking processes, (h) goal setting andlifepurpose, (i) acelerated learning techniques, dan lain-lain.
3. Sedangkan contoh keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain diantaranya adalah (a) communication skill, (b) relationship building, (c)motivation skills, (d) leadership skills, (e) self marketingskills, (f)negotiatian skills, (g) presentation skills, (h)public speaking skills, dan lainlain.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa soft skill
merupakan kemampuan yang sangat penting bagi setiap orang. Soft skill
merupakan kemampuan yang sangat sulit untuk dinilai jika orang tersebut
15
tidak menerapkan dalam kehidupannya. Kemampuan yang dimaksud bukan
kemampuan akademis yang tinggi, tetapi kemampuan interaksi sosial yang
baik, kemampuan untuk bergaul, mampu berbicara di depan umum dan lain-
lain. Soft skill merupakan jenis keterampilan yang lebih banyak terkait dengan
sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Karena itu
dampak yang diakibatkan lebih abstrak namun tetap bisa dirasakan seperti
perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan untuk dapat bekerjasama,
membantu orang lain, dan sebagainya. Dengan memiliki soft skill, setiap
individu akan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan
tanggap terhadap kondisi dan situasi sekitarnya sehingga dapat berpikir,
berucap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
dimana seseorang hidup dan juga di lingkungan sekolah, dan lingkungan
kerjanya .Bila setiap profesi dituntut mempunyai hard skill yang berbeda-
beda, tidak demikian dengan soft skill, karena keterampilan ini merupakan
kompetensi yang seharusnya dipunyai oleh semua orang, apapun profesinya.
Menurut Mardatillah (2016: 6), kemampuan soft skill memiliki beberapa
atribut, yaitu: 1). inovatif dan kreatif, 2). jujur, 3). disiplin, 4). komitmen,
5). networking, 6). leadership, 7). keterampilan berkomunikasi, 8). problem
solving, 9). self marketing, 10) motivasi.
Atribut soft skill ini wajib dimiliki dan diaktifkan oleh setiap individu. Setiap
individu pasti memiliki kesepuluh atribut ini meskipun dalam prosentase
tingkat keaktifan yang berbeda. Atribut soft skill tidak bersifat tetap,
melainkan dapat berubah sesuai keinginan individu yang bersangkutan.
16
Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa soft skill dapat berubah jika
individu mau merubahnya ke arah yang lebih baik, juga dapat berubah
menjadi lebih buruk jika individu tidak berusaha mengembangkannya lebih
lanjut.
2.1.2 Pengertian Belajar
Belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia baik aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik selama proses pertumbuhan yang dapat
diamati, diubah, dikembangkan dan dikontrol.
Hal ini diungkapkan oleh Gagne dalam Siregar (2010: 4) bahwa belajar
adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari
pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau
direncanakan. H.C Witherington dalam Educational Psychology
menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa
kecakapan,sikap kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Pengertian
belajar berkaitan dengan teori belajar. Teori belajar itu antara lain sebagai
berikut.
1) Teori Belajar Aliran Behavioristik
Menurut behaviorisme reaksi yang begitu kompleks akan menimbulkan
tingkah laku. Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya adalah
Edward L.Thorndike, J. B. Watson, Clarh Hull, Edwin Guthri, dan B. F.
Skinner. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorist” atau
17
juga disebut “S-R psychologist”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku
manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement)
dari lingkungan.Dalam perkembangan aliran behavioristik bermunculan teori
belajar, yang secara garis besar dikelompokkan pada dua teori belajar, yaitu
teori belajar conditioning dan teori belajar connectionism.
Thorndike dalam Siregar (2010: 28), Teori belajar Thorndike disebut“connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut Trial andError dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu.Ciri-ciribelajar dengan Trial and Error adalah ada motif pendorong aktivitas, adaberbagai respons terhadap situasi, ada eliminasi respons yang gagal/ salah, danada kemajuan reaksi mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat Thorndike pembelajaran trial and error tentu
menggunakan motif-motif yang dapat mendorong aktivitas belajar didalam
kelas. Dengan keaktifan siswa tersebut maka pendidik dapat mencapai tujuan
yang diinginkan yaitu membuat semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Namun dalam proses pembelajaran pendidik harus menyesuaikan dengan
keadaan di kelas, lingkungan dan lainnya. Hal ini senada dengan hasil
penelitian Thorndike berikut.
Thorndike dalam Siregar, dkk (2010: 29), menemukan hukum-hukum sebagaiberikut.1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena
penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan.2. Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat bila sering
dilakukan diklat dan pengulangan.3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak/pengaruh yang
memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkankepuasan cenderung untuk dilupakan.
Menurut hasil penelitian tersebut, proses belajar melalui proses Trial and
Error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan Law of Effect
18
merupakan segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang
memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari sebaik-
baiknya.
Ivan Pavlov dalam Siregar (2010: 30), juga menghasilkan teori belajar yangdisebut classical conditioning (upaya pembiasaan), yang merupakan sebuahprosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelumterjadinya refleks tersebut. Teori ini disebut juga respondent conditioning(pembiasaan yang dituntut).
Penelitian Ivan Paplop selanjutnya di teliti oleh tokoh lainnya yaitu John B.
Watson. Watson juga mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil
penelitian Pavlov.
Watson dalam Dalyono (2012: 32), berpendapat bahwa: belajar merupakanproses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimuluspengganti. Manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksiemosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnyaterbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melaluiconditioning”.
Menurut teori conditioning, belajar itu merupakan suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition) yang kemudian
menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori
conditioning adalah latihan yang kontinyu. Teori ini mengatakan bahwa segala
tingkah laku manusia juga merupakan hasil conditioning, yaitu hasil latihan
atau kebiasaan bereaksi terhadap perangsang tertentu yang dialami dalam
kehidupannya. E.R. Guthrie memperluas penemuan Watson tentang belajar,
yang mengemukakan bagaimana cara atau metode untuk mengubah kebiasaan
yang kurang baik berdasarkan teori conditioning ini.
Menurut Guthrie dalam Djaali (2008: 87), menyatakan bahwa untuk
menggunakan kebiasaan yang tidak baik harus dilihat dari rentetan deretan
19
unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan unit
yang tidak baik atau menggantinya dengan yang lain atau yang seharusnya.
Skinner menciptakan teori pembiasaan perilaku respon (Operant
Conditioning) untuk menanggapai teori Stimulus-Respons (S-R) yang
dikembangkan oleh J. B. Watson. Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga
memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan
respons.Perbedaannya Skinner membuat perincian lebih jauh.
Skinner dalam Siregar (2010: 27), membedakan dua macam respons, yaitu.
a. Respondent ResponseRespondent response merupakan respons yang ditimbulkan oleh perangsangtertentu, misalnya keluarnya air liur setelah melihat makanan tertentu, danumumnya perangsang yang demikian itu mendahului respons yangditimbulkan.
b. Operant ResponseOperant response, yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikutioleh perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut reinforcingstimuli atau reinforce, karena perangsang itu memperkuat respons yangtelah dilakukan oleh organisme. Misalnya, seorang anak yang belajarmelakukan perbuatan lalu mendapatkan hadiah, maka ia menjadi lebih giatbelajar (responsnya menjadi lebih intensif/ kuat).
Kenyataannya bahwa jenis respons pertama (respondent response) sangat
terbatas pada manusia, dan jenis respons kedua (operant response) merupakan
bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan kemungkinan untuk
memodifikasinya hampir tidakterbatas. Oleh karena itu, Skinner lebih
memfokuskan pada jenis tingkah laku yang kedua. Skinner menganggap
reward atau reinforcement sebagai faktor terpenting dalam proses belajar,
serta tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Jadi,
operant conditioning merupakan situasi belajar di mana suatu respons dibuat
lebih kuat akibat reinforcement langsung.
20
Berdasarkan uraian mengenai teori belajar aliran behavioristik di atas, maka
keterkaitan antara teori belajar dengan model pembelajaran team assisted
individually dan pair check yakni karena dalam kedua model pembelajaran
tersebut memberi stimulus agar siswa dapat terbiasa aktif dalam pembelajaran.
Model pembelajaran team assisted individually memberikan tugas-tugas
kepada siswa dalam kelompok serta guru menekankan presepsi bahwa
keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. Cara ini
digunakan agar semua siswa berkerja sama dengan baik dalam kelompok serta
membuat siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
Sedangkan model pembelajaran pair check menerapkan agar guru memberi
LKS atau tugas yang terdiri dari beberapa soal atau permasalahan kepada
siswa untuk dikerjakan dalam kelompok secara berpasangan, yang terdiri dari
partner A dan partner B. Model ini digunakan untuk melatih rasa sosial siswa,
kerja sama, dan kemampuan siswa dalam menuangkan ide, pikiran, dan
pengalaman. Dengan strategi pair check memungkinkan bagi siswa untuk
saling bertukar pendapat dan memberi saran.
2) Toeri Belajar Aliran Konstruktivistik
Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah bahwa pengetahuan
secara untuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Penelitian
pendidikan pada saat ini telah mengungkapkan bahwa pengetahuan dibangun
dalam pikiran seseorang. Pandangan inilah yang dianut oleh konstruktivisme.
Jalaludin dalam Riyanto (2010: 143), Kontruktivis berarti bersifatmembangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme merupakansuatu aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan yangbercorak modern. Konstruktivis berupaya membina suatu konsensus yang
21
paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umatmanusia.
Menurut teori ini, satu prinsip penting dalam psikologi pendidikan adalah
bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya
sedikit demi sedikit. Guru dapat memberikan kemudahan dalam proses ini
dengan memberikan kesempatan siswa untuk menentukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri untuk belajar.
Tokoh-tokoh penting dalam pengembangan teori kontruktivisme salah satunyaadalah J. Piaget dan Vygotsky.Piaget dalam Siregar (2014: 39),mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yangdikonstruksikan dari pengalamannya, proses pengalaman berjalan secara terusmenerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman yangbaru.Piaget menekankan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukanteori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Konstruktivismemenurut Vygotsky menekankan bahwapentingnya hubungan antara individudan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan.
Vygotsky dalam Santrock (2007: 390), mengatakan bahwa ada dua prinsippenting berkenaan dengan teori kontruktivismenya, yaitu.a. Mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial terhadap
tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan,b. Zona of proximal development. Pendidik sebagai mediator memiliki peran
mendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangunpengetahuan, pengertian, dan kompetensi.
Berdasarkan uraian mengenai teori belajar aliran konstruktifistik di atas, maka
keterkaitan antara teori belajar dengan model pembelajaran pair check yaitu
melatih siswa untuk bisa mengaitkan ilmu pengetahuan dengan pengetahuan
yang mereka dapat dalam keseharian atau lingkungan mereka dan
pengetahuan tersebut dibangun oleh siswa itu sendiri.
22
2.1.3 Mata Pelajaran IPS Terpadu
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang disiplin
ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi antropologi, dan
sebagainya.
Senada dengan pendapat Zubaedi (2011: 288), mendefinisikan ilmupengetahuan sosial sebagai metode pelajaran di sekolah yang di desain atasdasar fenomena, masalah, dan realitas sosial dengan pendekataninterdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu dan humaniora.Cabang ilmu itu meliputi kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi,sosiologi, antropologi, pendidikan.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, IPS Terpadu mempelajari masalah
sosial yang terjadi di masyarakat sehingga harus memadukan berbagai
cabang ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial.
Hal tersebut sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS di SMP/ MTs
yang diungkapkan oleh Trianto (2010: 174-175) antara lain.
a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,sosiologi, bahkanjuga bidang humaniora, pendidikan, dan agama
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosialberasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi,dan sosiologi,yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atautopik (tema) tertentu
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut berbagaimasalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner danmultidisipliner
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwadan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,kewilayahan adaptasi dan pengelolaan lingkungan struktur, proses, danmasalah sosial, serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive sepertipemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
Tujuan pembelajaran IPS menurut Zubaedi (2011: 289), mencakup empathal antara lain.1. Mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian,
keekonomian, kesejarahan dan kewarganegaraan (atau konsep-konsepyang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan)
23
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan inkuiri,pemecahan masalah dan keterampilan sosial,
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan(serta mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa),
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkompetensi dan bekerjasamadalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala lokal, nasional,maupun internasional.
Berdasarkan uraian tersebut, IPS Terpadu dirancang untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, melatih keterampilan untuk mengatasi setiap masalah, serta
melatih kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat.
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk
berpikir secara kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi antar anggota.
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat
dengan teman dalam satu kelompok untuk memecahkan masalah dan
menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Hal ini senada dengan pendapat Komalasari (2013: 62) yang menyatakanbahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompokdengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk salingmemotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatutujuan pembelajaran yang maksimal. Pembelajaran kooperatif (cooperativelearning) merupakan suatu strategi pembelajaran melalui kelompok kecilsiswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untukmecapai tujuan belajar.
Pendapat diungkapkan oleh ahli lain yang juga mendefinisikan tentang
pembelajaran kooperatif
24
Menurut Majid (2014: 172), pembelajaran kooperatif adalah modelpembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mecapai tujuanpembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajarandengan cara siswa belajar dengan bekerja dalam kelompok-kelompok kecilsecara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enamorang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, maka diketahui bahwa
pembelajaran kooperatif menitikberatkan pada siswa bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar, sehingga dapat
meningkatkan partisispasi dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
saling berinteraksi dengan siswa lainnya untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi.
Hal ini sesuai dengan prinsip model pembelajaran kooperatif yangdiungkapkan oleh Riyanto (2010: 266), yaitu.1. Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yakni
anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaiantujuan
2. Face to face interaction artinya antaranggota berinteraksi dengan salingberhadapan
3. Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajardan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok
4. Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan keterampilanbekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perluadanya bimbingan guru
5. Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana merekabekerja secara efektif.
Jadi, model pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama yang akan
menimbulkan lebih banyak komunikasi dan interaksi antar anggota kelompok
maupun antar kelompok, sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa
baik pada aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Hal ini sesuai
dengan tujuan pembelajaran kooperatif.
25
Menurut Majid (2014: 173), pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa
tujuan antara lain.
1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Modelkooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagaiperbedaan latar belakang
3. Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi tugas, aktifbertanya, menghargai pendapat orang lain, memancingteman untuk bertanya, mau menjelaskan idea atau pendapat,bekerja dalamkelompok.
Pendapat lain diungkapkan oleh Rusman (2012: 209), bahwa model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya 3 tujuan
pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.
Menurut Johnson dalam Siregar (2010: 114), terdapat unsur-unsur pentingdalam belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut.
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa (positiveinterdependence)
b. Adanya interaksi tatap muka langsung (face to face promotive interaction)c. Adanya tanggungjawab individu (personal responsibility)d. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal (interpersonal
skill)e. Proses kelompok (group processing) terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapaitujuan dengan baik danmembuat hubungan kerja yang baik.
Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta
kerja kelompok yang maksimal sehingga hasil belajar pun akan meningkat.
26
2.1.5 Model Pembelajaran Team Assisted Individually
Model pembelajaran team assisted individually merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan soft skill yang ada
pada siswa, untuk mengajarkan keterampilan sosial, berkerja sama,
bertanggung jawab, kejujuran, keterampilan berbicara didepan orang banyak,
selain itu model pembelajaran team assisted individually akan membuat siswa
menjadi lebih kreatif .
Suyitno (2007:10), model pembelajaran team assisted individually digunakan
untuk meningkatkan pikiran kritis siswa, kreatif, dan menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi.
Sani (2013: 189) model pembelajaran Team Assisted Individually adalahkombinasi dari belajar kooperatif dengan belajar individu.Model pembelajaran Team Assisted Individually membuat siswa dapatmengembangkan pengetahuan dan pengalamannya.Peran guru di sini hanyasebagai fasilitator dan penertiban terhadap jalannya pembelajaran.
Model pembelajaran Team Assisted Individually, siswa ditempatkan dalam
kelompok-kelompok kecil (4 sampai 6 siswa) yang heterogen dan selanjutnya
diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang
memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana
bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang
baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi,
mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain
dan sebagainya. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas
yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok
sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab
27
membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian,
siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya,
sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan
yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.
Menurut Shoimin (2014: 200), model pembelajaran tipe team assisted
individually memiliki 8 tahapan dalam pelaksanaanya, yaitu sebagi berikut:
1. Placement Test. Pada langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test)kepada siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilaiharian atau niai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga gurudapat mengetahui kekurangan siswa pada bidang tertentu.
2. Teams. Langkah ini cukup penting dalam penerapan pembelajarankooperatif TAI. Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yangbersifat heterogen terdiri dari 4-5 siswa.
3. Teaching Group.Guru memberikan materi secara singkat menjelangpemberian tugas kelompok
4. Student Creative. Pada langkah ketiga, guru perlu menekankan danmenciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu)ditentukan oleh keberhasian kelompoknya.
5. Team Study. Pada tahapan team study,siswa belajar bersama denganmengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya.Pada tahapan ini guru juga memberikan bantuan secara individual kepadasiswa yang membutuhkan, dengan dibantu siswa-siswa yang memilikikemampuan akademis bagus didalam kelompok tersebut yang berperansebagai peer tutoring.(tutor sebaya)
6. Fact Test. Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperolehsiswa,misalnya dengan memberikan kuis, dan sebagainya.
7. Team Score and Team Recognition. Selanjutnya, guru memberikan skorpada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadapkelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandangkurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebutmereka sebagai “kelompok ok”, “kelompok luar biasa” dan sebagainya.
8. Whole-Clas Units. Langkah terakhir, guru menyajikan kembali materi diakhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswadikelasnya.
28
Menurut Shoimin (2014: 202-203), kelebihan dan kekurangan modelpembelajaran Team Assisted Individually sebagai berikut
1. Kelebihan Team Assisted Individually
a. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.b. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
keterampilannya. Adanya tanggung jawab dalam kelompok dalammenyelesaikan permasalahannya.
c. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok.d. Mengurangi kecemasan (reducation of anxiety).e. Menghilangkan perasaan “terisolasi” dan panik.f. Menggantikan bentuk ersaingan (competition) dengan saling kerja
sama (cooperation).g. Melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar.h. Mereka dapat berdiskusi (discus), berdebat (debate) atau
menyampaikan gagasan, konsep dan keahlian sampai benar-benarmemahaminya.
i. Mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggung jawab (takeresponsibility) terhadap teman lain dalam proses belajarnya.
j. Mereka dapat belajar menghargai (learn to appreciate) perbedaanetnik (ethnicity), perbedaan tingkat kemampuan (performance level),dan cacat fisik (disability).
2. Kelemahan Team Assisted Individually
a. Tidak ada persaingan antarkelompokb. Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang
pandai.c. Terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih
terhadap siswa yang kurang.d. Memerlukan periode lama.e. Sesuatu yang harus dipelajari dan dipahami belum seluruhnya dicapai
siswa.f. Bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan
bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja.g. Siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh
ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran
kooperatif Team Assisted Individually diterapkan dengan alasan akan mudah
mengungkap sikap, nilai dan moral siswa terhadap suatu kasus yang disajikan
oleh guru. Serta dapat mengembangkan kecakapan siswa dan membantu siswa
29
dalam kesulitan belajar secara individual, sehingga terjadi aktivitas yang
saling menguntungkan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan
siswa yang memiliki kemampuan sedang dan rendah.
2.1.6 Model Pembelajaran Pair Check
Model pair check (pasangan mengecek) merupakan model pembelajaran
dimana siswa saling berpasangan dan menyelesaikan persoalan yang diberikan
(Herdian dalam Shoimin 2009: 118).
Menurut Suyatno (2009: 72) sintak dari pair check adalah sajian informasikompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan prosedural,membimbing pelatihan penerapan, pair check siswa berkelompok berpasangansebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi,refleksi.
Menurut Huda (2013: 211) menjelaskan bahwa metode Pair check adalahmetode pembelajaran berkelompok antardua orang atau berpasangan yangdipopulerkan oleh Spencer Kagan tahun 1990. Metode ini menerapkanpembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswadalam menyelesaikan persoalan. Metode ini juga melatih tanggung jawabsiswa, kerjasama dan kemampuan memberi penilaian
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe pair check,, guru bertindak sebagai
motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Model pembelajaran ini juga untuk
melatih rasa sosial siswa, kerja sama,dan kemampuan memberi penilaian.
Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menuangkan ide, pikiran, pengalaman dan pendapatnya dengan benar. Strategi
pair check memungkinkan bagi siswa untuk saling bertukar pendapat dan
saling memberikan saran.
30
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, maka penulis berpedoman
terhadap pendapat Huda yang menjelaskan bahwa metode Pair check adalah
metode pembelajaran berkelompok antardua orang atau berpasangan dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Metode ini juga melatih
tanggung jawab siswa, kerjasama dan kemampuan memberi penilaian.
Shoimin (2014: 119-120), Langkah-langkah model pembelajaran pair check :
1. Bagilah siswa di kelas ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4orang
2. Bagi lagi kelompok-kelompok siswa tersebut menjadi berpasang-pasangan. Jadi, aka nada partner A dan partner B pada kedua pasangan.
3. Berikan setiap pasangan sebuah LKS untuk dikerjakan. LKS terdiri daribeberapa soal atau permasalahan (jumlahnya genap).
4. Berikutnya,berikan kesempatan kepada partner A untuk mengerjakan soalnomor 1.
5. Selanjutnya bertukar peran, partner B mengerjakan soal nomor 2, danpartner A mengamati,memberi motivasi,membimbing (bila diperlukan)partner B selama mengerjakan soal nomor 2.
6. Setelah 2 soal diselesaikan, pasangan tersebut mengecek hasil perkerjaanmereka berdua dengan pasangan lain yang satu kelompok dengan merek
7. Setiap kelompok yang memperoleh kesepakatan (kesamaan pendapat ataucara memecahkan masalah/menyelesaikan soal) merayakan keberhasilanmereka,atau guru memberikan penghargaan (reward).Guru dapat memberikan pembimbingan bila kedua pasangan dalamkelompok tidak menemukan kesepakatan.
8. Langkah d,e dan f diulang lagi untuk menyelesaikan soal nomor 3 dan 4,demikian seterusnya sampai semua soal pada LKS selesai dikerjakansetiap kelompok.
Shoimin (2014: 121-122), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran paircheck :
1. Kelebihan:a. Melatih siswa untuk bersabar, yaitu dengan memberikan waktu bagi
pasangannya untuk berpikir dan tidak langaung memberikan jawaban(menjawabkan) soal yang bukan tugasnya.
b. Melatih siswa memberikan dan menerima motivasi dari pasangannyasecara tepat dan efektif.
c. Melatih siswa untuk bersikap terbuka terhadap kritik atau saran yangmembangun dari pasangannya atau dari pasangan lainnya dalam
31
kelompoknya. Yaitu, saat mereka saling mengecek hasil pekerjaanpasangan lain dikelompoknya.
d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk membimbing orang lain(pasangannya).
e. Melatih siswa untuk bertanya atau meminta bantuan kepada orang lain(pasangannya) dengan cara yang baik (buka langsung memintajawaban, tapi lebih kepada cara-cara mengerjakan soal/menyelesaikanmasalah).
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menawarkan bantuan ataubimbingan pada orang lain dengan cara yang baik.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menjagaketertiban kelas (menghindari keributan yang mengganggu suasanabelajar).
h. Belajar menjadi pelatih dengan pasangannya.i. Menciptakan saling kerja sama diantara siswa.j. Melatih dalam berkomunikasi.
2. Kekurangan:a. Membutuhkan waktu yang lebih lamab. Membutuhkan keterampilan siswa untuk menjadi pembimbing
pasangannya, dan kenyataannya setiap partner pasangan bukanlah siswadengan kemampuan belajar yang lebih baik. Jadi, kadang-kadang fungsipembimbingan tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran
kooperatif pair check diterapkan karena dapat mengembangkan kecakapan,
ketelitian, serta kecermatan siswa dan membantu siswa dalam kesulitan
belajar secara individual. Dengan demikian, terjadi aktivitas yang saling
menguntungkan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa
yang memiliki kemampuan sedang dan rendah.
2.1.7 Konsep Diri
Konsep diri diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang
merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional
aspiratif dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri merupakan salah satu
aspek yang cukup penting bagi individu dalam berperilaku.
32
Calhaoun dan Socella dalam Ghufron (2010: 13) mendefinisikan konsep diri
sebagai gambaran mental diri seseorang. Hal ini dapat diartikan bahwa mental
diri yang baik berarti memiliki konsep diri yang baik juga berdasarkan teori
tersebut.
Lebih spesifik lagi Hurlock dalam Ghufron (2010: 13) mengatakan bahwa
konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang
merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional
aspiratif dan prestasi yang mereka capai tidak hanya penilaian diri menurut
pribadi.
Burn dalam Ghufron (2010: 13) mendefinisikan konsep diri sendiri secarakeseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapattentang gambaran diri di mata orang lain dan pendapatnya tentanghal-hal yangdicapai. Konsep diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinyasendiri.
Menurut Burn dalam Ghufron (2010:14) ada dua konsep diri, yaitu konsep dirikomponen kognitif dan konsep diri komponen afektif. Komponen kognitifdisebut self image dan komponen afektif disebut self esteem. Komponenkognitif adalah pengetahuan individu tentang dirinya mencakup pengetahuan“siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang diri saya. Gambaran inidisebut citra diri. Sementara itu, komponen afektif merupakan penilaianindividu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimanapenerimaan terhadap diri dan harga diri individu.
Calhoun dan Acocella dalam Ghufron (2010: 19), membagi konsep dirimenjadi dua, yaitu konsep diri yang positif dan negatif.Ciri konsep diri yang positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiridalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujiantanpa rasa malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai keragaman perasaan,hasrat dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampumengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspekkepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Sedangkan cirikonsep diri yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadappujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain, danpesimistis terhadap kompetisi.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat
diartikan bahwa konsep diri adalah apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh
33
seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran diri seseorang berkembang
dalam dua tahap. Pertama, kita menginternalisasikan sikap orang lain terhadap
diri kita.Kedua, kita menginternalisasikan norma masyarakat, dengan kata
lain, konsep diri adalah ciptaan sosial dan hasil belajar dari interaksi dengan
orang lain.
Hurlock dalam Ghufron (2010: 16) membagi konsep diri berdasarkanperkembangannya menjadi konsep diri primer dan konsep diri sekunder.Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk berdasarkan pengalamananak di rumah, berhubungan dengan anggota keluarga yang lain seperti orangtua dan saudara. Konsep diri sekunder adalah konsep diri yang terbentuk olehlingkungan luar rumah, seperti teman sebaya atau teman bermain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri tidak
berkembang dengan sendirinya, tetapi berkembang dengan adanya interaksi
dengan individu yang lain khususnya dengan lingkungan sosial.
Calhoun dan Acocella dalam Ghufron (2010: 17) mengatakan konsep diriterdiri dari tiga dimensi atau aspek:a. pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya.Individudi dalam benaknya terdapat satu daftar yang menggambarkandirinya, kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan,suku, pekerjaan, agama dan lain-lain. Pengetahuan tentang diri juga berasaldari kelompok sosial yang diidentifikasi oleh individu tersebut. Julukan inijuga dapat berganti setiap saat sepanjang individu mengidentifikasi diriterhadap suatu kelompok tertentu, maka kelompok tersebut memberikaninformasi lain yang dimasukkan ke dalam potret dari mental individu.
b. harapanIndividu juga mempunyai aspek pandangan tentang kemungkinan dirinyamenjadi apa di masa depan. Pendeknya, individu mempunyai harapan bagidirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal. Diri yang ideal sangat berbedapada masing-masing individu.
c. penilaianDi dalam penilaian, individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinyasendiri. Hasil penilaian tersebut disebut harga diri. Semakin tidak sesuaiantara harapan dan standar diri, maka akan semakin rendah harga diriseseorang.
34
Pujijogjanti dalam Ghufron (2010: 18) mengatakan ada tiga peranan pentingdari konsep diri sebagai penentu perilaku:a. konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin.
Pada dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan dalamkehidupan batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidakseimbang atau bahkan saling berlawanan, maka akan terjadi iklim psikologiyang tidak menyenangkan sehingga akan mengubah perilaku.
b. keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh besarterhadap pengalamannya. Setiap individu akan memberikan penafsiran yangberbeda terhadap sesuatu yang dihadapi.
c. konsep diri adalah penentu pengharapan individu.Pengharapan adalah inti dari konsep diri Konsep diri merupakanseperangkat harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapantersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan dirimenyebabkan individu menetapkan titik harapan yang rendah.Titik tolak yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasiyang tinggi.
Berdasarkan ketiga peranan konsep diri tersebut dapat diartikan bahwa konsep
diri selain berperan sebagai pengharapan juga berperan sebagai sikap terhadap
diri sendiri dan penyeimbang batin bagi individu.
2.2 Penelitian Yang Relevan
1. Amat Sugiyantoko (2014) yang berjudul “Eksperimentasi modelpembelajaran pair check dan think pair share materi sistem persamaanlinier dua variabel” yang menunjukan bahwa berdasarkan dua rata-rata(uji pihak kanan) dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran paircheck memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada metodepembelajaran think pair share pada materi sistem persamaan linear duavariabel .(Jurnal)
2. Hazmy Adlianto Rogy (2012) yang berjudul “Perbandingan PenerapanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI(Team Assisted Individualization) dan TPS (Think Pair Share) terhadapHasil Belajar Pengukuran Listrik di SMKN 2 Cimahi” yang menunjukkanbahwa Hasil eksperimen menunjukkan peningkatan hasil belajar padakelas TAI dengan pencapaian Gain rata-rata 0,44. Sedangkan kelas TPS0,44 pada aspek kognitif. Pada penilaian psikomotor kelas TAI mendapatrata-rata nilai 69,07 sedangkan pada kelas TPS yaitu 69,96. Untuk afektifTAI dan TPS masing-masing mendapat 66,34 dan 65,66. Dari penelitiantersebut dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan TAI lebih efektifbila dibandingkan dengan TPS (Skripsi)
35
3. Ria Widyastuti (2011) yang berjudul “Pengaruh Penguasaan Konsep DiriTerhadapTingkat Penyesuaian Diri Siswa Dalam Lingkungan Belajar PadaSiswa Kelas X SMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran2010/2011” yang menunjukkan bahwa Ada pengaruh signifikan antarapenguasaan konsep diri terhadap tingkat penyesuaian diri siswa dalamlingkungan belajar pada siswa kelas X, dimana konsep diri mempengaruhitingkat penyesuaian diri siswa dalam lingkungan belajarpada siswa kelasX SMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011. (Skripsi)
4. Sarimaya (2013) yang berjudul “Peningkatan soft skill siswa SMP dalampembelajaran IPS melalui pengembangan model pembelajaran kooperatif”yang menunjukkan bahwa ada peningkatan secara signifikan soft skillsiswa dengan adanya pengembangan model pembelajaran kooperatif.(Skripsi)
5. Siti Kumala Sari (2014) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Terhadap Hasil Belajar ReaksiRedoks Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Merangin” yang menunjukkanbahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipePair Checks termodifikasi terhadap hasilbelajar siswa pada materi reaksiRedoks di SMA N 1 Merangin. (Jurnal)
6. Ana Kurniati (2007) yang berjudul “Efektivitas model pembelajarankooperatif tipe team assisted individualization terhadap kemampuanpemecahan masalah matematika peserta didik kelas VIII SMP N 1Ngadirejo Temanggung” yang menunjukkan bahwa pembelajaranmatematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeteam assisted individualization efektif untuk meningkatkan kemampuanpemecahan masalah matematika.(Skripsi)
7. Hadi Rismanto, Mohammad Munir, M.Pd (2013) yang berjudul“pengembangan soft skill siswa melalui metode cooperative learning tipejigsaw di smk muda patria kalasan yang menunjukkan bahwametode cooperative learning tipe jigsaw dapat mempengaruhiperkembangan soft skill siswa kelas X SMK Muda Patria Kalasan padamata pelajaran Teori Dasar Elektronika.(Jurnal)
Berdasarkan penelitian relevan, maka terdapat perbedaan dan persamaan
pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.
Penelitian oleh Amat Sugiyantoko (2014) memiliki persamaaan dengan
penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan model pair check sebagai
variabel independent. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu pada variabel
36
dependent dan moderator, penelitian oleh Amat tidak menggunakan variabel
moderator.
Penelitian oleh Hamzy Aldianto Rogy (2012) persamaan dengan penelitian ini
yaitu pada variabel independent nya team assisted individually, sedangkan
perbedaannya pada variabel dependent, peneliti menggunakan soft skill
sebagai variabel dependent sedangkan penelitian oleh Hamzy menggunakan
hasil belajar.
Penelitian oleh Ria Widyastuti (2011) persamaannya yaitu sama-sama
menggunakan konsep diri sebagai variabel penelitian, akan tetapi
perbedaannya yaitu variabel independent nya merupakan variabel moderator
dalam penelitian ini yaitu konsep diri.
Penelitian oleh Sarimaya (2013) memiliki persamaan dengan penelitian ini
pada variabel dependent yaitu soft skill Perbedaannya yaitu pada variabel
moderator, penelitan oleh Sarimaya tidak menggunakan variabel moderator.
Penelitian oleh Siti Kumala Sari (2014) memiliki persamaan dengan penelitian
ini pada variabel independent yaitu model pembelajaraan kooperatif tipe Pair
Check, sedangkan perbedaanya yaitu pada variabel dependent peneliti
menggunakan soft skill sebagai variabel dependent sedangkan penelitian oleh
Siti menggunakan hasil belajar.
Penelitian oleh Ana Kurniati (2007) memiliki persamaan dengan penelitian ini
yaitu pada variabel independent yaitu model pembelajaran team assisted
individually. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu variabel depndent. Penliti
ini menggunakan soft skill sebagai variabel dependent sedangkan
37
Penelitian oleh Ana Kurniati menggunakan kemampuan pemecahan masalah
sebagai variabel dependent
Penelitian oleh Hadi Rismanto, Mohammad Munir, M.Pd (2013) memiliki
persamaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel dependent yaitu soft
skill.Kemudian memiliki perbedaan pada variabel independent nya.
2.3 Kerangka Pikir
Banyak pendidik yang hanya memperhatikan hasil belajar ranah kognititf
sajadan kurang memperhatikan hasil belajar ranah aspek afektif siswa
mengenai soft skill siswa. Upaya melatih soft skill siswa dapat menggunakan
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa saling bekerjasama, berkomunikasi,
dan berbagi pengetahuan dengan teman yang lain serta mulai belajar untuk
menyampaikan pendapatnya. Pada model pembelajaran kooperatif ini
diharapkan siswa dapat mengembangkan soft skillnya.
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe team assisted individually dan model
pembelajaran koperatif pair check. Variabel terikat (dependent) dalam
penelitian ini adalah soft skill siswa melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe team assisted individually dan model pembelajaran koperatif
tipe pair check. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah konsep diri
tinggi dan konsep diri rendah.
38
1. Perbedaan Soft skill Antara Siswa Yang Pembelajaramya MenggunakanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted IndividuallyDibandingkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair checkPada Mata Pelajaran IPS TerpaduPada saat pembelajaran akan lebih baik jika guru menggunakan model
pembelajaran yang efektif dan tepat. Karena penerapan model pembelajaran
yang tepat sangat menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran.Tetapi
pada kenyataannya, masih banyak guru yang menggunakan metode
langsung.Dalam pembelajaran langsung peran guru dalam pembelajaran
sangat dominan (teacher centered), sehingga siswa tidak mendapatkan andil
yang besar dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dapat
dijadikan metode yang diterapkan guru di dalam kelas, karena siswa dapat
lebih aktif berperan serta dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai model, dua diantaranya yaitu team
assisted individually dan pair check. Model pembelajaran team assisted
individually, lebih menekankan setiap siswa dituntut untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Peran guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran.
Konsep model pembelajaran ini adalah pemberian bantuan kepada siswa yang
lemah. Langkah awal yang dilakukan adalah guru membentuk kelompok yang
anggotanya heterogen, kemudian guru memberikan materi yang akan dibahas
berupa topik bahasan. Tiap kelompok menyelesaikan tugas yang telah
dirancang oleh guru sebelumnya dan berdiskusi bersama masing-masing
anggota kelompok. Guru memberikan bantuan secara mandiri apabila ada
siswa yang membutuhkan. Setelah selesai berdiskusi, ketua kelompok
melaporkan hasil kerja kelompoknya dan siap untuk dipresentasikan.
39
Guru melakukan penilaian dan memberikan reward kepada kelompok terbaik.
Langkah terakhir dari model pembelajaran ini adalah pemberian tes formatif
pada siswa secara individu dan pemberian materi secara singkat. Dalam model
pembelajaran ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
Sedangkan model pembelajaran pair check lebih menekankan siswa untuk
meningkatkan menuangkan ide, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan
benar. Siswa dituntut saling bertukar pendapat dan saling memberi saran
kepada teman kelompoknya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Disini sisiwa saling mengamati, memotivasi serta membimbing
temannya selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan uraian langkah-langkah tersebut dapat dilihat perbedaan
karakteristik antara kedua model pembelajaran, sehingga diduga ada
perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe team assisted individually dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
pair check pada mata pelajaran IPS Terpadu.
2. Perbedaan Soft Skill Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan ModelPembelajaran Team Assisted Individually Lebih Tinggi DibandingkanSiswa Yang Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran PairCheck Bagi Siswa yang Memiliki Konsep Diri Tinggi Pada MataPelajaraan IPS Terpadu
Konsep diri diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai diri sendiri
yangmerupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional
40
aspiratif dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri merupakan salah satu
aspek yang cukup penting bagi individu dalam berperilaku.
Calhaoun dan Socella dalam Ghufron (2010: 13) mendefinisikan konsep diri
sebagai gambaran mental diri seseorang.
Burns dalam Ghufron (2010: 13) menyatakan bahwa konsep diri akan
mempengaruhi cara individu dalam bertingkah laku di tengah masyarakat.
Hal ini berarti konsep diri yang baik akan membuat siswa memiliki
kepercayaan diri dan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. Penerapan
model pembelajaran team assisted individually untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang diri mereka dan dunia, selanjutnya memberikan
mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru dengan teman-
teman sekelasnya dimana siswa dapat melatih kemampuan berfikir secara
individual dan berdiskusi secara tim dibandingkan model pembelajaran pair
check. Hubungannya dengan model pembelajaran team assisted individually
apabila konsep diri siswa yang tinggi di dalam mengikuti mata pelajaran ini
maka mental, kepercayaan diri dan cara bersosialisasi yang baik terhadap
teman sekelompoknya akan semakin lebih baik, karena konsep diri dapat
mengfungsikan dan mengoptimalkan perilaku peserta didik ke arah yang lebih
positif. Konsep diri juga tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi
berkembang dengan adanya interaksi dengan individu yang lain khususnya
dengan lingkungan sosial. Di dalam model pembelajaran pair check, meskipun
siswa memiliki konsep diri tinggi, namun pembagian kelompoknya hanya
dengan teman sebangku sehingga siswa kurang meningkatkan kemampuan
41
sosialnya seperti dalam berinteraksi. Mereka tidak perlu menyesuaikan diri
lagi karena satu kelompok dengan teman sebangku yang memang sudah akrab.
Berdasarkan hal tersebut, diduga ada perbedaan soft skill siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran team assisted
individually lebih tinggi dibandingkan siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran pair check bagi siswa yang memiliki
konsep diri tinggi.
3. Perbedaan Soft Skill Siswa Yang Pembelajarannya Menggunakan ModelPembelajaran Team Assisted Individually Lebih Rendah DibandingkanDengan Siswa Yang Pembelajarannya Menggunakan ModelPembelajaran Pair Check Bagi Siswa Yang Memiliki Konsep Diri RendahPada Mata Pelajaraan IPS Terpadu.
Calhoun dan Acocella dalam Ghufron (2010: 19), membagi konsep diri
menjadi dua, yaitu konsep diri yang positif dan negatif.
Ciri konsep diri yang positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri
dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian
tanpa rasa malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai keragaman perasaan,
hasrat dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat, mampu
mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Sementara itu, ciri
konsep diri yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap
pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan
pesimistis terhadap kompetisi. Pada penerapan model pembelajaran team
assisted individually, menekankan semua siswa wajib untuk berpikir sesuai
topik dan tampil berbicara, tapi jika siswa memiliki perasaan cenderung tidak
42
disukai orang lain, malu untuk berbicara di hadapan orang banyak, maka akan
sulit untuk siswa dapat tampil bicara. Siswa yang mempunyai konsep diri
rendah dalam memerankan model pembelajaran team assisted individually
akan merasa perlu menyiapkan mental yang lebih berani, karena pada
penerapan model pembelajaran ini siswa dituntut berbicara di dalam presentasi
individual maupun secara tim, sehingga ketika berada di depan kelas, siswa
tersebut dapat berbicara tanpa rasa takut dan malu. Selain itu juga siswa harus
aktif dalam proses pembelajaran seperti dalam menyesuaikan diri dengan
anggota kelompoknya, menyampaikan ide-ide, memecahkan masalah dan
berinteraksi dengan orang lain. Berbeda dengan model pembelajaran pair
check, dimana lebih mekankan pada pembelajaran kelompok yang menuntut
siswa dapat menjelaskan tentang dirinya di dalam kelompok tapi presentasi
hanya dilakukan pada saat di depan kelas.
Teknik ini merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa lebih
mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah kelompok
yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain. Meskipun siswa tersebut
memiliki konsep diri rendah.
4.Terdapat Interaksi Antara Model Pembelajaran Team AssistedIndividually dan Pair Check dengan Konsep Diri Terhadap Soft Skill PadaMata Pelajaran IPS Terpadu.
Pada tingkat SMP, soft skill yang perlu ditingkatkan kepada siswa adalah
keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan
keterampilan dalam mengatur dirinya sndiri (intrapersonal skills).Guru tidak
hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun
pengetahuan dalam pikirannya.
43
Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2011:203) pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu
kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan
anggota lainnya. Beberapa pembelajaran kooperatif yang diadaptasikan pada
mata pelajaran untuk dapat meningkatkan soft skill siswa adalah model
pembelajaran team assisted individually dan model pembelajaran pair check.
Kegiatan model pembelajaran yang aktif dan interaktif dapat terjadi jika siswa
itu memiliki mental yang baik, sehingga siswa harus memiliki konsep diri
yang baik juga. Seperti yang didefinisikan Calhaoun dan Socella dalam
Ghufron (2010: 13) bahwa konsep diri sebagai gambaran mental diri
seseorang.
Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku
individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang
dimiliki, Rahmat dalam Ghufron (2010: 13).
Pernyataan tersebut didukung oleh Burns dalam Ghufron (2010: 13)
menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi cara individu dalam
bertingkah laku ditengah masyarakat.
Hal ini berarti konsep diri yang baik akan membuat siswa memiliki
kepercayaan diri dan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. Jika pada model
diri tinggi dalam pembelajaran IPS Terpadu soft skill-nya lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki konsep diri rendah dan jika pada model
pembelajaran pair check siswa yang memiliki konsep diri rendah soft skill-nya
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe team
44
assisted individually, maka terjadi interaksi antara model pembelajaran
kooperatif dan konsep diri.
Hal di atas sesuai dengan pendapat Hurlock dalam Ghufron (2010: 16)yangmembagi konsep diri berdasarkan perkembangannya menjadi konsep diriprimer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yangterbentuk berdasarkan pengalaman anak di rumah, berhubungan dengananggota keluarga yang lain seperti orang tua dan saudara. Konsep dirisekunder adalah konsep diri yang terbentuk oleh lingkungan luar rumah,seperti teman sebaya atau teman bermain.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri tidak
berkembang dengan sendirinya, tetapi berkembang dengan adanya interaksi
dengan individu yang lain khususnya dengan lingkungan sosialsehingga
diduga terdapat interaksi antara model pembelajaran team assisted
individually dan pair check dengan konsep diri terhadap soft skill pada mata
pelajaran IPS Terpadu.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pikir penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif danKonsep Diri terhadap Soft Skill Siswa Kelas VIII SMPMuhammadiyah 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran2016/2017
ModelPembelajaran
TeamAssisted
Individually
Pair Check
Konsep Diri Konsep Diri Konsep Diri Konsep Diri
Soft Skill Soft Skill Soft Skill Soft Skill
45
2.4 Hipotesis
1. Terdapat perbedaan Soft skill anatara siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted
individually dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif tipe pair check pada mata pelajaran IPS Terpadu.
2. Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
team assisted individually lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran
yang mengggunakan model pembelajaran Pair Check bagi siswa yang
memiliki konsep diri tinggi pada mata pelajaran IPS Terpadu.
3. Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
team assisted individually lebih rendah dibandingkan dengan pembelajaran
yang mengggunakan model pembelajaran pair check bagi siswa yang
memiliki konsep diri rendah pada mata pelajaran IPS Terpadu.
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan konsep diri siswa
terhadap soft skill pada mata pelajaran IPS Terpadu
99
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan rata-rata soft skill antara siswa yang pembelajaranya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team assited
individually dan pair check.pada mata pelajaraan IPS Terpadu. Perbedaan
hasil soft skill siswa dapat terjadi karena adanya penggunaan model
pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe team assited individually lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang diajar menggunakan model pair check bagi siswa yang
memiliki konsep diri tinggi pada mata pelajaraan IPS Terpadu. Dengan
demikian model pembelajaran kooperatif tipe team assited individually
lebih cocok digunakan untuk siswa yang memiliki konsep diri tinggi.
3. Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe team assited individually lebih rendah dibandingkan
dengan siswa yang diajar menggunakan model pair check bagi siswa yang
memiliki konsep diri rendah pada mata pelajaran IPS Terpadu.
100
Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tpe pair check lebih
cocok digunakan untuk siswa yang memiliki konsep diri rendah.
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan konsep diri siswa
terhadap soft skill pada mata pelajaran IPS Terpadu.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, penulis menyarankan:
1. Guru dapat mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran
team assisted individually dan pair check karena kedua model ini harus
dissuaikan dengan kondisi siswa dan materi pelajaran sehingga nantinya
dapat meningkatkan soft skill siswa.
2. Guru dapat mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran
team assisted individually dalam meningkatkan soft skill siswa pada mata
pelajaran IPS Terpadu karena dalam penerapan model pembelajaran ini
membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu penerapan model harus
disesuaikan dengan materi pelajaran sehingga nantinya dapat
meningkatkan soft skill siswa.
3. Guru dapat mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran
pair check dalam meningkatkan soft skill siswa pada mata pelajaran IPS
Terpadu karena dalam model pembelajaran ini, guru harus mampu
menyesuaikan kondisi siswa, disini siswa di tuntut agar dapat menjadi
pembimbing pasangannya atau menjadi tutor sebaya.
4. Guru dapat menciptakan interaksi yang optimal saat proses pembelajaran
berlangsung agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
101
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:Bumi Aksara.
Dalyono. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Elfindri, et al. 2010.Soft Skills untuk Pendidik. t.k.: Baduose Media.
Ghufron, M.Nur. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Herdian.2009. Model dan Metode Pembelajaran. Jakarta: Kiara Alifiani.
Hadi. 2007. Strategi dan Model Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Huda. 2013. Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta :Erlangga.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: MultiPresindo.
Kaipa, P &Milus, T. 2005.Soft Skills are Smart Skills.http://www.kaipagroup.com.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Bandung: Refika Aditama.
Kurniati, Ana. 2007. Efktivitas Model Pembelajaran Koopratif Tipe TeamAssisted Individualization Terhadap Kemampuan Pemcahan MasalahMatematika Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Ngadirejo Temanggung.Skripsi.Universitas Negeri Semarang
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mardatillah. Annisa. 2016. Think and Grow Success by Soft Skill. Solo: AryhaekoSinergi Persada.
102
Rismanto. Hadi, Munir. Mohammad, M.Pd. 2013. Pengembangan Soft Skill SiswaMelalui Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw Di SMK Muda PatriaKalasan. Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/10451/1/JURNAL.pdf.[diakses 3-10-2016]
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagiPendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rogy, Hazmy Adlianto. 2013. Perbandingan Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) dan TPS (ThinkPair Share) terhadap Hasil Belajar Pengukuran Listrik di SMKN 2Cimahi. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusman, Teddy. 2013. Modul Statistik Ekonomi. Bandar Lampung.
Sailah, Illah. 2007. Pengembangan Soft Skill di Perguruan Tinggi.[online].Tersedia di http://www.undana.ac.id/jsmallfibtop/LPMPBUKUDIKTI/BUKU%20SOFTSKILL.pdf, diunduh. pada, pkl 21.00, senin. 03-10-2016
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sarimaya. 2013. Peningkatan Soft Skill Siswa SMP dalam Pembelajaran IPSMelalui Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif. Skripsi. UNJ.
Sari, Siti Kumala. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran KooperatifTipe Pair Check Terhadap Hasil Belajar Reaksi Redoks PadaSiswa Kelas X SMAN 1 Merangin.Tersedia dihttp://www.ecampus.fkip.unja.ac.id/eskripsi/data/pdf/jurnal_mhs/artikel/.A1C11006.pdf [diakses 03-10-2016].
Siregar. Eveline dan Nara. Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Ghalia Indonesia.
Shoimin. Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sucipta, I. N. 2009. Holistik Soft Skills. Denpasar: Udayana University Press.
Sugiyantoko, Amat. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Pair Check danThink Pair Share Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Tersediadi http://ejournalumpwr.ac.id/index.php/ekuivalen/article/view/2257/2119[diakses 3-10-2016].
103
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan Research andDevlopment. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta
Suyitno. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Widyaastuti. Ria. 2011. Pengaruh Penguasaan Konsep Diri Terhadap TingkatPenyesuaian Diri Siswa dalam Lingkungan Belajar Pada Siswa Kelas XSMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Unila
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kharisma Putra Utama.