PERBANDINGAN POLA REKRUTMEN CALON LEGISLATIF …digilib.unila.ac.id/54547/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PERBANDINGAN POLA REKRUTMEN CALON LEGISLATIF …digilib.unila.ac.id/54547/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PERBANDINGAN POLA REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PARTAI POLITIKUNTUK PEMILIHAN UMUM 2019 DI LAMPUNG
(Studi pada Partai Persatuan Indonesia dan Partai Solidaritas Indonesia)
(Skripsi)
Oleh:
Muchammad Dhean Pratama
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2018
ABSTRAK
PERBANDINGAN POLA REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PARTAIPOLITIK UNTUK PEMILIHAN UMUM 2019 DI LAMPUNG (Studi pada
DPW Partai Persatuan Indonesia dan DPW Partai Solidaritas IndonesiaProvinsi Lampung)
Oleh:
MUCHAMMAD DHEAN PRATAMA
Persepsi terhadap calon legislatif dan partai politik di mata masyarakat selalubersifat transaksional dan juga oligarkis, seakan-akan haus dengan kekuasaan danuang. Pada penelitian ini peneliti akan melihat apakah kedua partai baru yang akanbergabung pada Pemilu 2019 mendatang memiliki pola-pola rekrutmen baru yanglebih inovatif yang akan diterapkan atau malah sebaliknya. Untuk itu dilakukanpenelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana sifat, metode dankecenderungan pola rekrutmen, serta persamaan dan perbedaan pola rekrutmenuntuk calon legislatif DPW Partai Perindo dan DPW PSI Lampung, denganmenggunakan metode penelitian kualitatif melalui pengumpulan data wawancaradan dokumentasi, penelitian ini menemukan: (1). Sifat pola rekrutmen calonlegislatif yang dilaksanakan DPW Partai Perindo dan DPW PSI Lampungmenggunakan sifat pola rekrutmen tertutup, dimana pada kedua partai tersebuttidak mengadakan Pemira (Pemilu raya internal) dalam hal rekrutmen calonlegislatifnya, karena salah satu standar dan kriteria sifat rekrutmen terbuka yaitusetiap partai harus mengadakan konvensi di internal partai. (2). Metode polarekrutmen yang digunakan adalah metode ilmiah, karena dalam pelaksanaanrekrutmen kedua partai didasarkan standar-standar ilmiah dan perhitungan analisisyang matang seperti terdapat form penilaian terhadap kriteria-kriteria calon yangdiinginkan partai, yang dinilai langsung oleh tim Pansel (Panitia Seleksi) yangdipercayai untuk menyeleksi langsung calon-calon anggota legislatif yangmendaftar. (3). Kecenderungan yang lebih dominan digunakan kedua partai dalammerekrut calon legislatif lebih pada tipe kecenderungan civil service reform yangmengacu pada loyalitas dan kemampuan, dimana Partai Perindo sendiri lebihmencari bakal calon legislatif yang memiliki loyalitas serta kemampuan dibidangnya masing-masing, sedangkan PSI lebih menekankan nilai yaitumemandang positif perbedaan yang ada serta komitmen terhadap pemberantasankorupsi.
Kata kunci: Pemilu Lampung, Partai Politik, Rekrutmen.
ABSTRACT
RECRUITMENT’S WAYS COMPARISONLEGISLATIVE CANDIDATE OFPOLITICAL PARTYFOR 2019 GENERAL ELECTION IN
LAMPUNG(Study casein DPW Partai PersatuanIndonesia and DPW PartaiSolidaritas Indonesia Provinsi Lampung)
By:
MUCHAMMAD DHEAN PRATAMA
Perception towards the legislative candidates and political parties in the eyes ofsociety are always transactional and seem greedy for power also money. In thisstudy researchers will see if both the new party which would join the upcoming2019 elections have new more innovative recruitment methods will be applied oreven vice versa. For it is done this research aims to find out: how the characters,methods and trends of recruitment , as well as the similarities and differences of thepattern of recruitment for legislative candidates of the party both on DPW Perindoand DPW PSI Lampung, by using qualitative research methods of data collectionthrough interviews and documentation, the study found: (1) the character of thelegislative candidate recruitment methods implemented both on DPW Perindo andDPW PSI Lampung using closed recruitment methods, the character of both partiesdoes not hold a Pemira (Election Kingdom internally) in terms of their legislativecandidate recruitment, because one of the standards and criteria of open recruitmenteach party must hold a Convention in the internal party. (2) the method ofrecruitment's ways used is the scientific method, as in the implementation of bothparties's recruitment based scientific standards and calculation of a perfect analysisas there is a form of assessment against criteria candidates the party, which wantsdirect votes by tim Pansel (selection Committee) which is held to choose a directlegislative candidates who sign up. (3) a more dominant Tendency used both partiesin recruiting more legislative candidates on civil service reform trend type referringto the loyalty and ability, where Perindo is more prospective candidates seekinglegislative have loyalty and ability in their each field, while the PSI emphasizes thevalue of that is looking at the positive difference that exists as well as a commitmentto the eradication of corruption.
Keywords:Lampung’s General Election, Political Party, Recruitment.
PERBANDINGAN POLA REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PARTAIPOLITIK UNTUK PEMILIHAN UMUM 2019 DI LAMPUNG
(Studi pada Partai Persatuan Indonesia dan Partai Solidaritas Indonesia)
Oleh
MUCHAMMAD DHEAN PRATAMA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat mencapai gelarSARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu PemerintahanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
KOTA BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Muchammad Dhean Pratama, dilahirkan
di Bukit Lintang pada 20 Desember 1995. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra dari
Bapak Ujang Suantri dan Ibu Sumiati. Jenjang pendidikan
penulis dimulai dari SDN 35 Jebus Bangka Barat yang
diselesaikan tahun 2008. Setelah lulus SD penulis
menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Jebus Bangka
Barat dan lulus pada tahun 2011, Pada saat SMP penulis pernah menjuarai Lomba
Kaligrafi kegiatan Imtaq tingkat kabupaten. Setelah itu penulis melanjutkan ke
jenjang Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Jebus Bangka Barat yang
diselesaikan tahun 2014. Pada saat SMA penulis pernah menjadi Pasukan
Pengibar Bendera Pusaka (Paskibra) Kabupaten Bangka Barat.
Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
tahun 2014. Pada tahun 2018 penulis menyelesaikan program Studi S1 Jurusan
Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung.
MOTTO
“Allah Tidak Membebani Seseorang Melainkan Sesuai Dengan Kesanggupannya”(QS Al-Baqarah: 286)
“Berdoalah Kepadaku, Niscaya Akan Kuperkenankan (Permintaan) Bagimu”(QS Al Mukmin: 60)
“Hidup adalah kompetisi. Terserah kau saja, ingin jadi yang paling berprestasiatau yang paling berkontribusi, menjadi yang paling berperingkat atau yang paling
bermanfaat”(A.T.B.G)
“If you can’t make it good, at least make it look good”(Jika kamu tidak bisa membuat sesuatu menjadi baik, paling tidak buatlah hal itu
terlihat baik)(Bill Gates)
“Jangan takut untuk mencoba, karena kita tidak akan pernah tau apa yang akanterjadi jika belum mencobanya, karena waktu yang terbaik adalah saat ini juga”
(Much. Dhean Pratama)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamduillahirabbil’alamiin telah Engkau Ridhoi Ya Allah langkah hambaMu,Sehingga Skripsi ini pada akhirnya dapat terselesaikan pada waktunya.
Teriring Shalawat Serta Salam Kepada Nabi Muhammad SAWSemoga Kelak Skripsi ini dapat Memberikan Ilmu yang Bermanfaat
dan
Ku Persembahkan Karya Sederhana Ini Kepada:
“Ayahanda Ku dan Ibunda Ku” Terima Kasih Doa dan Kasih Yang TiadaHabisnya serta Setiap Perjuangan yang Tertelah kalian Curahkan untuk SeluruhAnak-Anaknya. Semoga Karya Ini Dapat Membuat Bangga dan Memberikan
Kebahagiaan Atas Segala Jerih dan Payah yang Telah Dikerjakan
“Adikku”. Terima Kasih Atas Segala Doa, Kasih Sayang, Canda Tawa danSemangat yang Telah diberikan.
Terimakasih untuk seluruh keluarga besarku, sahabat dan teman-temanseperjuangan di Jurusan Ilmu Pemerintahan,
semoga amal kebaikan yang telah dilakukan mendapat balasan dari Allah SWT
Almamater Tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas keridhoan Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
tidak lupa penulis sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan yang baik dan pemimpin bagi kaumnya.
Skripsi yang berjudul Perbandingan Pola Rekrutmen Calon Legislatif Partai
Politik untuk Pemilihan Umum 2019 di Lampung (Studi pada Partai Persatuan
Indonesia dan Partai Solidaritas Indonesia)” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini antara lain, yaitu:
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta, Ujang Suantri dan Sumiati atas segala doa,
cinta dan kasih sayang, dukungan dan semangat serta perhatian yang terus
mengalir dan tak mampu penulis balas segala jasa dan kebaikannya, Semoga
Allah SWT selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan kasih sayang-
Nya serta balasan atas segala jasa dan kebaikan Ibunda dan Ayahanda.
2. Bapak Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D. selaku pembimbing pertama dan dosen
pembimbing akademik penulis. Terima kasih ilmu, saran, semangat dan
motivasi dari awal penulis kuliah hingga penulis menyelesaikan skripsi ini,
terima kasih juga atas kebaikan dan rasa pengertian yang tinggi terhadap
penulis yang bapak berikan. Semoga segala kebaikan dari Allah SWT selalu
tercurah untuk bapak baik di dunia ataupun di akhirat kelak.
3. Bapak Darmawan Purba, S.IP., M.IP. selaku pembimbing kedua. Terima
kasih atas kesabaran untuk meluangkan waktu dalam menghadapi penulis,
atas segala bimbingan ilmu, saran yang sangat bermanfaat serta motivasi dan
semangat untuk menghasilkan skripsi yang baik dan benar sehingga atas
kebaikan bapak, penulis mampu menyelesaikan skripsi dan studi pada
waktunya. Semoga segala kebaikan dari Allah SWT selalu tercurah untuk
bapak baik di dunia ataupun di akhirat kelak.
4. Ibu Dr. Ari Darmasuti, M.A. selaku dosen pembahas. Terima kasih atas
segala kritik dan saran yang membangun demi terciptanya progres yang
signifikan terhadap skripsi penulis hingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih atas segala ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis. Semoga segala kebaikan dari Allah SWT selalu tercurah untuk ibu
baik di dunia ataupun di akhirat kelak.
5. Seluruh dosen dan Staf Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unila, terima kasih
atas ilmu-ilmu yang diberikan sehingga mampu menjadi jendela wawasan
bagi penulis di masa kini dan di masa yang akan datang. Semoga segala
kebaikan dari Allah SWT selalu tercurah untuk bapak dan ibu baik di dunia
ataupun di akhirat kelak.
6. Seluruh informan penelitian yang telah mendukung penulis dalam menyusun
skripsi. Bapak Ahmad Sibli, Bang Ivan Afrihansa, Bapak Robby, Ibu Azi Triz
Tizah, Bapak Ali Alamri, mbak Anisha dan Bapak Dedy Hermawan. Terima
kasih telah menjadi informan penulis semoga segala kebaikan dari Allah
SWT selalu tercurah untuk bapak-bapak semua baik di dunia ataupun di
akhirat kelak.
7. Sekelompok teman-teman pance yang dulu pernah bersama, pecah belah
seperti piring kemudian bersama lagi, hehe. Sahabat-sahabatku M. Dhian
Bagus Aprian, S.IP, M. Wiryawan Saputra, S.IP, Dhian Kurniawan, S.IP ,
Iranda Putri, S.IP, Aziza Novirania, S.IP, Shinta Silvia Novianna, S.IP, Nosi
Marisa, S.IP, Kgs Faishal, S.IP, dan Redhi Nopriandi Gustam, S.IP. Terima
kasih atas segala kenangan, waktu kebersamaan, kasih sayang, keceriaan,
kesedihan, keterlambatan setiap mau jalan, kepancean setiap membuat janji,
kealayan dalam percintaan, kekompakan serius belajar bersama dan solat
tahajud menjelang ujian (tapi pas maba aja, astaghfirullah..). Semoga Allah
SWT selalu memberikan perlindungan dimanapun kalian berada.
8. Kance-kance ku yang menamakan diri dengan sebutan “Team Gabut”, yang
selalu keluar di malam hari. Pak. M. Dhian Bagus Aprian, Pak. Fedryansah,
Pak. Ari Gunawan, Pak. Ahmad Ridwan. Terima kasih atas segala kenangan,
waktu kebersamaan, keceriaan, kekompakan, kegilaan, kepancean, dan selalu
memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
Allah SWT selalu memudahkan urusan kita semua. See you on top guys.
9. Sekelompok teman-teman di basecamp “Kosan Komang”. Yang menjadi
tempat singgah dikalah balik kuliah dan bolos kuliah haha. Komang Evan
Riana, Bayu Yustisianto Eka Paksi, Yoga Pratama, Aldin Muharom, Dhian
Kurniawan, dan Muhammad Iqbal. Terima kasih atas segala kenangan dan
kebersamaan kita, keceriaan dan kekompakan bersama serta jangan lupakan
Pakde Sopongiro, yang telah mengisi perut kita hampir selama 4 tahun
terakhir. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan dimanapun
kalian berada. See you on top guys.
10. Abang-abangan dan mba-mbaan di jurusan Ilmu Pemerintahan, Ricky Adrian,
S.IP., M.IP., Ananda Putri Sujatmiko, S.IP., Restiani Damayanti, S.IP, Putri
Apriodhite, S.IP., terutama abang yang paling ganteng sefisip dan sering
membantu penulis semasa kuliah maupun dalam mengerjakan skripsi ini Yogi
Noviantama, S.IP . Terima kasih atas segala kenangan selama ini, amarah saat
menjadi komdis, kebaikan saat menjadi kating, terima kasih atas waktu, ilmu,
motivasi dan keceriaan yang diberikan terutama atas kesabaran dalam
menghadapi penulis, hehe.
11. Teman-teman Ilmu Pemerintahan, Nyunyun, Mike, Debby, Asfhira, Elvina,
Mega, Ana, Syahrini Dhian, Bella, Dita, Gita, Fatia, Mirani, Anul, Depoy,
Umaya, Silvi, Icha, Sinta PP, Nia, Melda, Sinta Ketum, Elyta, Ulfa, Nces,
Alvilia, Kak rey, Intan, khairunisa, Abu ewok, Brilli, Redhi, Madon, Theo,
Gery, Yusuf, Ikhsan, Akbar, Ndo, Fadhil, Ujang, Fedry, Billy, Aldi, Taqwa,
Riko, Albar, Bilgun, Safta, Mbul, Merah, Andri, Shohib, Double Wahyu,
Yudi, Sandi, Bung Rido, Ezio, Indra, Ferdian, Eliyas, Syahrul, Adlul,
Nurcahyo, Gustiansyah, Adit, Ade, Rama, dan teman-teman lain mohon
maaf tidak bisa ditulis semua nanti yang baca paleng, hehe. Semoga kita
semua menjadi sarjana dengan predikat memuaskan, terima kasih atas segala
kenangan dan kasih sayang selama hampir 4 tahun kebersamaan.
12. Teman hidup penulis selama 40 hari KKN, Imam, Ripan, Julian, Haidir,
Ahmad, Mba Ida, Nicol, Binanda, Restu, Panca, Giga, Muti dan mba Aida.
Terima kasih sudah menjadi keluarga bagi penulis dan sabar menghadapi
penulis yang tidur pagi bangun siang ini. Semoga silaturahmi selalu terjalin.
13. Terima kasih banyak kepada Iranda Putri, S.IP yang selalu ada untuk penulis
sejak hari pertama menjadi mahasiswa. Terima kasih telah menjadi orang
yang rela meluangkan banyak waktunya untuk membantu penulis dalam
keadaan senang ataupun sedih hingga selesainya masa studi penulis. Terima
kasih atas peran dan sosok mu yang sangat berarti bagi penulis yang sabar
dirusuhin penulis jika ada tugas dan ujian haha, segera kau dapatkan
kesuksesan untuk meraih mimpi-mimpimu. Semoga Allah SWT selalu
melindungimu dimanapun kau berada.
14. Terima kasih kepada Nadia Fitriani Asyari, S.Pd yang selalu berperan penting
dibalik layar, yang selalu memberikan penulis motivasi, dukungan,
pencerahan, semangat sehingga dapat terselesaikan skripsi ini, semoga yang
akan menjadi goals kita nantinya bisa tercapai dan Allah SWT selalu
melindungimu dimanapun kau berada. Aamiin….
15. Terima kasih untuk mobile legend dan PUBG serta teman-temannya di
playstore, yang sudah menghambat penulis dalam mengerjakan Skripsi ini.
Bandar Lampung, 17 Oktober 2018
Muchammad Dhean Pratama
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
DAFTAR TABEL................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vaaaaaaaaaaaa
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................A. Latar Belakang ........................................................................... 1B. Rumusan Masalah ...................................................................... 9C. Tujuan Penelitian........................................................................ 9D. Manfaat Penelitian...................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................A. Partai Politik .............................................................................. 11
1. Pengertian Partai Politik ...................................................... 112. Tipologi Partai Politik ......................................................... 133. Fungsi Partai Politik ............................................................. 154. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Persatuan
Indonesia (Perindo) .............................................................. 17B. Pemilihan Umum (Pemilu)......................................................... 21
1. Pengertian Pemilu. ............................................................... 212. Pemilihan Legislatif ............................................................. 22
C. Teori Rekrutmen Politik ............................................................ 241. Pengertian Rekrutmen ......................................................... 242. Proses Rekrutmen ................................................................ 27
D. Kerangka Pikir ........................................................................... 33
III. METODE PENELITIAN..............................................................A. Tipe Penelitian ........................................................................... 35B. Fokus Penelitian ........................................................................ 36C. Informan .................................................................................... 39D. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 40
1. Data Primer ........................................................................ 41
2. Data Sekunder .................................................................... 41E. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 41
1. Wawancara.......................................................................... 412. Dokumentasi ....................................................................... 42
F. Teknik Pengolahan Data ............................................................ 431. Editing................................................................................. 432. Tabulasi............................................................................... 433. Interpretasi Data.................................................................. 44
G. Teknik Analisis Data.................................................................. 441. Reduksi Data....................................................................... 442. Penyajian Data .................................................................... 443. Verifikasi Data .................................................................... 45
H. Teknik Keabsahan Data ............................................................. 45aaaaaaaaaaaaaaaaIV. GAMBARAN UMUM. ..................................................................
A. Sejarah Partai Persatuan Indonesia (Perindo) . .......................... 461. Visi dan Misi Partai Perindo................................................. 472. Tujuan Partai Perindo. .......................................................... 483. Fungsi Partai Perindo............................................................ 494. Struktur Pengurus Partai Perindo DPW Lampung. .............. 50
B. Sejarah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) . ............................... 511. Visi dan Misi PSI.................................................................. 522. Tujuan PSI. ........................................................................... 533. Fungsi PSI............................................................................. 544. Struktur Pengurus PSI DPW Lampung. ............................... 55
C. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan Undang-Undang(UU) dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU). ........... 561. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan Undang-Undang
(UU)...................................................................................... 562. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan Peraturan
Komisi Pemilihan Umum (PKPU) ....................................... 57
V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ......................................................A. Pola Rekrutmen DPW Partai Perindo dalam Menetapkan
Calon Legislatif . ........................................................................ 601. Sifat Pola Rekrutmen. ......................................................... 602. Metode Rekrutmen ............................................................. 71
a. Kriteria Rekrutmen Calon Legislatif DPW PartaiPerindo Lampung.........................................................
72
b. Mekanisme Rekrutmen Calon Legislatif DPW PartaiPerindo Lampung......................................................... 76
3. Kecenderungan Rekrutmen..................................................... 81a. Partisan........................................................................ 82b. Compartmentalization. ................................................ 84c. Immediate Survival. ..................................................... 88d. Civil Service Reform. ................................................... 90
B. Pola Rekrutmen DPW PSI dalam Menetapkan CalonLegislatif . .................................................................................. 95
1. Sifat Pola Rekrutmen. ......................................................... 952. Metode Rekrutmen. ............................................................ 106
a. Kriteria Rekrutmen Calon Legislatif DPW PSILampung. ..................................................................... 107
b. Mekanisme Rekrutmen Calon Legislatif DPW PSILampung. ..................................................................... 112
3. Kecenderungan Rekrutmen................................................. 119a. Partisan........................................................................ 120b. Compartmentalization. ................................................ 121c. Immediate Survival. ..................................................... 125d. Civil Service Reform. ................................................... 127
Perindo dan DPW PSI Lampung dalam Menetapkan CalonLegislatif ............................................................................... 135
2. Perbedaan Pola Rekrutmen Calon Legislatif DPW PartaiPerindo dan DPW PSI Lampung dalam Menetapkan CalonLegislatif .............................................................................. 138
VI. PENUTUP.......................................................................................A. Simpulan..................................................................................... 142B. Saran. .......................................................................................... 144
DAFTAR PUSTAKA
C. Persamaan dan Perbedaan Pola Rekrutmen DPW PartaiPerindo dan DPW PSI Lampung dalam Menetapkan CalonLegislatif..................................................................................... 1331. Persamaan Pola Rekrutmen Calon Legislatif DPW Partai
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar Data Tingkat Kepercayaan Masyarakat TerhadapLembaga-Lembaga Negara .................................................. 5
Tabel 2. Struktur Pengurus Partai Perindo DPW Lampung ............... 50Tabel 3. Struktur Pengurus PSI DPW Lampung ................................ 55Tabel 4. Daftar Calon Tetap DPW Partai Perindo Dapil 1 DPRD
Provinsi Lampung yang Berasal dari Internal Partai ............ 70Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Scoring Calon Legislatif ......................... 74Tabel 6. Pendidikan Terakhir dan Pengalaman Organisasi Caleg
DPW Partai Perindo Dapil 1 DPRD Provinsi Lampung....... 87Tabel 7. Triangulasi Data Penelitian ................................................... 93Tabel 8. Daftar Calon Tetap DPW PSI Dapil 1 DPRD Provinsi
Lampung yang Berasal dari Internal Partai........................... 105Tabel 9. Rumus Pembobotan Nilai ...................................................... 109Tabel 10. Pendidikan Terakhir dan Pengalaman Organisasi Caleg
DPW PSI Dapil 1 DPRD Provinsi Lampung........................ 124Tabel 11. Triangulasi Data Penelitian ................................................... 131Tabel 12. Persamaan Pola Rekrutmen Calon Legislatif antara DPW
Partai Perindo dan DPW PSI Provinsi Lampung Tahun2019....................................................................................... 135
Tabel 13. Perbedaan Pola Rekrutmen Calon Legislatif antara DPWPartai Perindo dan DPW PSI Provinsi Lampung Tahun2019....................................................................................... 139
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir .......................................................... 35Gambar 2. Pengumuman Pendaftaran Caleg Partai Perindo Tahun
2019 Lewat Media Massa..................................................... 65Gambar 3. Pengumuman Pendaftaran Caleg Partai Perindo Tahun
2019 Lewat Website Perindo ................................................ 65Gambar 4. Elektronik Formulir Pendaftaran Caleg Partai Perindo
Tahun 2019 .......................................................................... 67Gambar 5. Pengumuman Pendaftaran Caleg PSI Tahun 2019 Lewat
Website PSI........................................................................... 99Gambar 6. Pengumuman Pendaftaran Caleg PSI Tahun 2019 Lewat
Facebook PSI........................................................................ 100Gambar 7. E-Formulir Pendaftaran Caleg PSI Tahun 2019 .................. 102Gambar 8. Proses Wawancara Caleg PSI Tahun 2019 .......................... 116
DAFTAR SINGKATAN
Bacaleg : Bakal Calon LegislatifBPK : Badan Pemeriksa KeuanganCaleg : Calon LegislatifDCT : Daftar Calon TetapDPR : Dewan Perwakilan RakyatDPD : Dewan Perwakilan DaerahDPRD : Dewan Perwakilan Rakyat DaerahDPC : Dewan Perwakilan CabangDPD : Dewan Perwakilan DaerahDPW : Dewan Perwakilan WilayahHAM : Hak Asasi ManusiaHT : Hary TanoesoedibjoICW : Indonesia Corruption WatchKKN : Korupsi, Kolusi, NepotismeKMP : Koalisi Merah PutihKPK : Komisi Pemberantasan KorupsiKPU : Komisi Pemilihan UmumKTP : Kartu Tanda PendudukKopdarnas : Kopi Darat NasionalLSM : Lembaga Swadaya MasyarakatMA : Mahkamah AgungNasdem : Nasional DemokratNKRI : Negara Kesatuan Republik IndonesiaOrmas : Organisasi MasyarakatORI : Ombudsman Republik IndonesiaPAN : Partai Amanat NasionalPARPOL : Partai PolitikPDIP : Partai Demokrasi Indonesia PerjuanganPerindo : Partai Persatuan IndonesiaPSI : Partai Solidaritas IndonesiaPPP : Partai Persatuan PembangunanPKS : Partai Keadilan SejahteraPKB : Partai Kebangkitan BangsaPKPU : Peraturan Komisi Pemilihan UmumPemilu : Pemilihan UmumRI : Republik IndonesiaSK : Surat KeputusanTOR : Term Of Reference
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, dimana berdasarkan undang-undang terbaru yaitu
undang-undang No.7 Tahun 2017, untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), serta Presiden dan Wakil Presiden, yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Salah satu poin yang diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang
pemilihan umum adalah mengenai rekrutmen calon anggota legislatif partai
politik, dimana hal ini sudah diatur oleh Pasal 241 ayat (1) dan (2) UU No. 7
Tahun 2017 yang menyebutkan bahwa partai politik peserta pemilu
melakukan seleksi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten atau kota, yang dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai
dengan mekanisme internal partai politik. Dengan adanya undang-undang
tersebut, tentu lebih menegaskan secara prosedural mengenai segala hal terkait
bagaimana seharusnya partai politik itu sendiri.
2
Partai politik hadir di tengah masyarakat berfungsi sebagai saluran aspirasi
warga negara, serta memiliki tujuan untuk merebut dan mempertahankan
kekuasaan guna mewujudkan program yang disusun berdasarkan ideologi
dengan berpartisipasi dalam pemilihan umum. Tujuan memperoleh eksistensi
dalam sistem politik, merupakan salah satu target partai politik untuk bersaing
dalam pemilihan umum dan memperoleh suara dari masyarakat serta
mendapat kursi di parlemen. Salah satu cara yang dilakukan oleh partai politik
adalah dengan rekrutmen politik. Proses rekrutmen politik tentunya berkaitan
dengan integritas partai politik yang nantinya akan menunjukkan berhasil atau
tidaknya sebuah partai politik melakukan rekrutmen.
Partai politik dan pemilihan umum merupakan tempat yang paling tepat untuk
proses rekrutmen politik, dalam rangka mengorganisir kekuasaan secara
demokratis. Rekrutmen merupakan arena untuk membangun kederisasi,
regenerasi, dan seleksi para kandidat serta membangun legitimasi dan relasi
antara partai dengan masyarakat sipil. Rekrutmen politik merupakan sebuah
proses awal yang akan sangat menentukan kinerja parlemen nantinya.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada saat ini, partai politik belum
sepenuhnya melaksanakan tugas dan fungsi nya secara maksimal, terutama
dalam hal rekrutmen politik. Proses kaderisasi dan rekrutmen calon anggota
oleh partai politik masih banyak bermasalah, KPK mencatat dari 2004 hingga
Desember 2017, ada 144 kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan anggota
DPR dan DPRD dan ada 89 perkara yang melibatkan kepala daerah (Aprialdo
dalam Kompas.com).
3
Terlebih lagi kasus yang baru-baru ini muncul di kota Malang Jawa Timur,
dimana 41 (empat puluh satu) dari 45 (empat puluh lima) anggota pembuat
kebijakan yang berkantor di gedung DPRD Malang terlibat kasus suap
pembahasan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) perubahan
pemerintah Kota Malang tahun anggaran 2015, sehingga membuat laju
pemerintahan di Kota Malang Jawa Timur, terancam lumpuh (Arifin dalam
Liputan6.com). Dan juga baru-baru ini yang sedang hangat diperbincangkan,
yaitu larangan mantan narapidana korupsi untuk jadi calon legislatif ditabrak,
dimana parpol masih saja mendaftarkan mantan narapidana kasus korupsi
sebagai calon legislatif mereka (Sukmana dalam Kompas.com).
Fenomena tersebut sungguh menghawatirkan, menunjukan bahwa rapuhnya
sistem rekrutmen partai politik di Indonesia, tentu hal ini menjadi keprihatinan
karena banyaknya wakil rakyat dan kepala daerah yang memiliki integritas
yang buruk. Partai politik diharapkan dapat menyodorkan calon wakil rakyat
yang berintegritas, bukan yang punya catatan buruk dengan mengorupsi uang
rakyat, buruknya rekrutmen dan kaderisasi dinilai menjadi sebab utama
sulitnya parpol menyodorkan nama caleg yang punya integritas.
Mekanisme perekrutan politik di internal partai politik sering kali melahirkan
politisi yang cenderung berorientasi uang, kuatnya dominasi elit partai, faktor
kekeluargaan, nepotisme, dan kedekatan politik, serta popularitas yang
dimiliki calon merupakan jalan pintas yang banyak ditempuh, dimana jelang
pendaftaran calon legislatif banyak parpol yang melakukan manuver untuk
merekrut berbagai macam kalangan untuk menjadi calon legislatif yang akan
4
bertempur di pemilihan umum. Berbondong-bondong kalangan artis
menyatakan akan menjadi caleg dari suatu parpol tertentu , tidak ketinggalan
mantan birokrat yang memilih pensiun dini untuk berkiprah dalam politik
praktis, selain itu para pengusaha juga ikut meramaikan bursa caleg ini
(Ibrahim dalam Theindonesianinstitute.com)
Fenomena banyaknya partai politik yang mengusung calon anggota legislatif
dari kalangan artis, dinilai memberikan kesan negatif terhadap partai politik.
Fenomena ini dianggap semakin mengesankan partai politik bersikap
pragmatisme, dan juga rekrutmen instan ini menunjukkan rapuhnya sistem
rekrutmen parpol di Indonesia.
Rekrutmen politik hanya dibatasi untuk mengisi daftar caleg menjelang
pemilu saja, alhasil nantinya mayoritas anggota legislatif terpilih bukan
berasal dari kader yang benar-benar paham garis perjuangan partai, melainkan
kader karbitan yang sengaja direkrut hanya untuk menghadapi momentum
pemilu saja, seperti yang disampaikan pengamat politik dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhroh, mengatakan:
“Fenomena yang terjadi tersebut merupakan bukti nyata kaderisasi parpoltak berjalan. Ini merupakan refleksi dari belum berhasilnya Parpol lakukankaderisasi”. (Sumber: Sindonews.com pada 22 September 2018 pukul10.00 WIB)
Sehingga kinerja anggota DPR disorot secara negatif oleh masyakarat karena
dianggap terlalu mementingkan dirinya dan partainya ketimbang aspirasi
masyarakat, demikian hasil survei dari Lembaga survei Polling Centre, bekerja
sama dengan Indonesia Corruption Watch (ICW), melakukan survei anti
5
korupsi pada tahun 2017 dengan melihat tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga-lembaga negara sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Data Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Lembaga-Lembaga Negara
Lembaga Tingkat KepercayaanKomisi Pemilihan Umum (KPK) 86%Presiden 86%Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 72%Mahkamah Agung (MA) 66%Media 64%Kejaksaan Agung 63%Pemerintah Daerah 63%Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)atau Organisasi Masyarakat (Ormas)
63%
Kementerian 62%Polisi 57%Ombudsman Republik Indonesia (ORI) 54%Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 51%Perusahaan Swasta 49%Partai Politik 35%
(Sumber : News.detik.com diakses pada 22 September 2018 pukul 10.15 WIB)
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat memberikan
persepsi yang buruk terhadap tiga institusi ini yaitu DPR, perusahaan swasta,
dan partai politik karena banyak pelaku korupsi berasal dari institusi tersebut.
Persepsi buruk ini antara lain tidak terlepas dari sistem rekrutmen yang tidak
berjenjang dan tidak terlembaga secara bagus di hampir semua partai politik
yang ada di Indonesia.
Terlepas dari permasalahan yang terjadi, demokrasi yang semakin
berkembang membuat banyak partai baru muncul dengan gagasan dan ide-ide
baru mereka, seperti pada Pemilu 2019 mendatang 16 (enam belas) partai
politik diantaranya terdapat 4 (empat) partai baru yang akan ikut bersaing
dengan partai-partai senior untuk merebutkan kursi di legislatif. Seperti hal
6
nya Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan Partai Solidaritas Indonesia
(PSI). Berangkat dari fenomena tersebut, seperti yang dikatakan Adi Prayitno
selaku Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia yang menilai bahwa:
“Diantara partai politik baru Partai Perindo dan PSI adalah partai politkbaru yang paling siap menghadapi pemilihan legislatif dan pemilihanpresiden 2019 mendatang, hal tersebut karena Partai Perindo dan PSIberhasil membangun jejaring yang kuat di level pusat hingga daerah, bisadibuktikan dengan kerja-kerja nyata dengan mempersiapkan segala halterkait kelengkapan administrasi yang ditetapkan oleh KPU, sedangkanpartai-partai baru yang lain sepertinya menyepelekan hal semacam ini”.Tuturnya. (Sumber: Cnnindonesia.com diakses pada 22 September 2018 pukul10.25 WIB)
Terlebih lagi modal utama yang dimiliki masing-masing partai tersebut seperti
figur-figur yang dimiliki. PSI misalnya, Partai yang dipimpin mantan jurnalis
televisi Grace Natalie, dianggap mewakili suara baru dengan mengusung
konsep anak-anak muda kelas menengah sebagai basis pendukungnya dan
menekankan pentingnya generasi muda berintegritas dan bersih untuk terjun
ke panggung politik. Kampanye yang ditampilkan sering merujuk pada
penguatan basis etika publik dengan menyinggung isu korupsi, kesetaraan,
maupun keberagaman (Wiwoho dalam Cnnindonesia.com).
Demikian juga Partai Perindo yang didirikan pada Februari 2015 sejak awal
terlihat menonjolkan sosok Hary Tanoesoedibjo selaku ketua umum sekaligus
pendiri partai dan juga pengusaha media yang sudah berpetualang lama di
dunia politik. Secara popularitas pun partai ini bisa jadi lebih unggul
dibandingkan ketiga partai baru lainnya, mengingat pemanfaatan jaringan
media yang tersebar luas dan berupaya mengenalkan diri jauh-jauh hari di
7
berbagai lapisan masyarakat untuk mempopulerkan gagasan dan visinya
(Wiwoho dalam Cnnindonesia.com).
Walaupun Partai Perindo dan PSI merupakan partai yang paling siap
menghadapi pemilu diantara partai-partai baru dan di dukung dengan
kelebihan yang telah di sampaikan, jika dibandingkan diantara partai-partai
lama, kedua partai tersebut belum memiliki ciri khas yang kuat hanya
mengandalkan figur-figur yang dimiliki saja, sebagaimana disampaikan oleh
Siti Zuhro selaku peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yang
mengatakan:
“Partai-partai politik peserta pemilu terutama partai politik baru, relatiftidak memiliki platform dan karakteristik yang khas, serta tipisnyakekhasan dan karakteristik setiap partai, sehingga membuat pemilihberpandangan bahwa partai-partai politik yang baru sama saja denganpartai politik yang lama”. Tuturnya. (Sumber: Jendelanasional.com diaksespada 22 September 2018 pukul 10.40 WIB)
Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas maka peneliti merasa ingin tahu
bagaimana pola rekrutmen calon legislatif yang digunakan Partai Perindo dan
PSI ini selaku partai baru untuk menghadapi pemilihan umum 2019 di
Lampung mendatang, dimana selama ini persepsi terhadap Caleg dimata
masyarakat bersifat transaksional dan juga sifat yang dimiliki partai yang
selalu terbilang oligarkis. Dan apakah kedua partai baru ini mempunyai pola-
pola baru yang akan diterapkan, sehingga dapat bersaing dengan partai-partai
lama.
8
Penelitian ini bukanlah satu-satunya penelitain yang mengkaji mengenai
rekrutmen poltik. Sebelumnya, penelitian mengani rekrutmen politik sudah
banyak di lakukan. Berikut ada beberapa penelitian terdahulu: Rhanty Syefira
Salsabila (2016) Penelitian ini menganalisis pola rekrutmen calon anggota
legislatif oleh partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Kota Pekanbaru
Tahun 2014.
Teguh Adi Prasojo (2014) Penelitian ini menganalisis pola rekrutmen partai
Golkar untuk DPRD Jateng periode 2014-2019. Ruslan Yusrijal Abdar (2016)
Penelitian ini menganalisis pola rekrutmen calon legislatif dapil 1 Provinsi
Aceh yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai
Nasional Demokrat (Nasdem). Fernanda Putra Adela (2012) Penelitian ini
menganalisis proses rekrutmen politik calon legislatif yang dilakukan oleh
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pemilu Legislatif 2009 di Kota Medan.
Berdasarkan berbagai penelitian terdahulu yang di uraikan di atas, terdapat
persamaan dan perbedaan dari penelitian tersebut. Berdasarkan beberapa judul
penelitian mengacu kepada permasalahan rekrutmen kader dan integritas
individu. Hal ini sejalan dengan penelitian ini yang mengambil tema tentang
pola rekrutmen politik. Ruang lingkup pada permasalahan penelitian ini
berfokus pada penerapan pola rekrutmen untuk calon legislatif.
Berdasarkan metode, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Pemilihan metode penelitian yang di pakai oleh peneliti sama
dengan keempat penelitian diatas. Tidak ada yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu yaitu hanya saja peneliti tertarik meneliti lebih
9
jelas lagi apakah pola rekrutmen yang diterapkan partai baru sama saja dengan
partai-partai lama, khusunya rekrutmen politik Partai Perindo dan PSI.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan membahas bagaimana
penerapan pola rekrutmen politik yang diterapkan Partai Perindo dan PSI
Lampung untuk menjaring bakal calon anggota legislatif yang akan maju pada
Pemilu Legislatif 2019 mendatang. Selanjutnya, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Perbandingan Pola Rekrutmen Calon
Legislatif Partai Politik untuk Pemilihan Umum 2019 di Lampung (Studi pada
Partai Persatuan Indonesia dan Partai Solidaritas Indonesia)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana sifat, metode dan kecenderungan pola rekrutmen calon
legislatif DPW Partai Perindo Lampung dan DPW PSI Lampung?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan pola rekrutmen untuk calon
legislatif Partai Perindo dan PSI?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui prosedur, kriteria, mekanisme, dan kecenderungan
rekrutmen yang digunakan Partai Perindo dan PSI dalam menghadapi
pemilu 2019.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pola rekrutmen yang
digunakan Partai Perindo dan PSI dalam menetapkan calon legislatifnya.
10
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya kajian
akademis mengenai partai politik, khususnya berkaitan dengan pola
rekrutmen calon legislatif partai politik untuk Pemilihan Umum,
bahwasanya nanti hasil dari penelitian ini dapat dibukti kan, bahwa partai
politik melakukan pola rekrutmen yang seperti apa dalam memilih calon-
calon legislatif nya, dan dimana fenomena ini bukan dikatakan fenomena
baru lagi melainkan peneliti hanya mempertegas bahwa yang sudah diteliti
orang lain juga sama terjadi di Lampung.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan menjadi bahan referensi bagi mahasiswa Ilmu
Pemerintahan, khusus nya dalam kajian terkait pola rekrutmen calon
legislatif partai politik untuk Pemilihan Umum. Terutama agar pembaca
mengetahui pola apa saja yang digunakan dalam hal rekrutmen calon
legislatif.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Partai Politik
1. Pengertian Partai Politik
Partai politik (parpol) adalah suatu kelompok yang terorganisir yang
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama,
dimana tujuannya untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan
kebijaksanaan mereka (Budiarjo, 2008: 160).
Partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik modern yang
demokratis. Sebagai suatu organisasi, partai politik secara ideal
dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili
kepentingan tertentu, memberikan kompromi bagi pendapat yang saling
bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara
absah (legitimate) dan damai.
Partai politik menurut Cheppy Haricahyono, merupakan salah satu
prasyarat bagi negara yang merdeka dan berdaulat. Partai politik tidak saja
sebagai salah satu sarana penyalur aspirasi rakyat kepada pemerintah
negaranya, akan tetapi partai politik sekaligus terlibat dalam proses
penyelenggaraan negara melalui wakil-wakilnya yang duduk dalam
berbagai lembaga negara yang ada (Haricahyono, 1991: 189).
12
Negara-negara yang sudah maju, terutama negara Barat, persaingan untuk
memperoleh suara dalam pemilihan yang bebas dan bersifat nasional
dianggap sebagai alternatif terbaik untuk menentukan figur pemimpin
politik yang mempunyai tanggungjawab terhadap pemilihnya sehingga
partai politik tidak dapat dipisahkan dengan alternatif tersebut.
Partai politik dengan demikian bertindak sebagai instrumen perwakilan
dan sarana untuk menjamin pergantian pemerintahan secara teratur dan
tanpa pergolakan yang dapat menghancurkan keseluruhan sendi-sendi
masyarakat dan negara yang sudah mapan. Tetapi perlu diingat bahwa
dalam masyarakat yang demikian ini partai politik muncul ketika
persoalan identitas nasional telah teratasi dan legitimasi lembaga-lembaga
pemerintahan telah mengakar kuat (Rohyati, 2006:18).
Berbeda dengan perkembangan partai-partai di banyak negara maju, di
negara-negara berkembang kebangkitan dan aktivitas partai politik
seringkali berkaitan dengan proses pembentukan identitas nasional,
pembentukan kerangka sistem politik, pengabsahan lembaga pemerintah,
serta usaha-usaha untuk memperkuat persatuan nasional. Dalam kaitan ini
partai politik seringkali tidak berfungsi sebagai penyedia akses bagi
penyaluran tuntutan yang absah kepada penguasa, tetapi semata-mata
sebagai elemen dalam strategi persatuan nasional dan pengontrolan
perbedaan pendapat (Rohyati, 2006: 19).
13
Pengertian partai politik secara etimologis menurut Jimly Assiddiqie
berasal dari kata part yang berarti bagian atau golongan. Kata partai
menunjuk pada golongan sebagai pengelompokan masyarakat berdasarkan
kesamaan tertentu seperti tujuan, ideologi, agama, atau bahkan
kepentingan. Pengelompokan itu berbentuk organisasi secara umum, yang
dapat dibedakan menurut wilayah aktivitasnya, seperti organisasi
kemasyarakatan, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, serta
organisasi politik. Dalam perkembangannya, kata partai lebih banyak
diasosiasikan untuk organisasi politik, yaitu organisasi masyarakat yang
bergerak di bidang politik (Syafa’at, 2011: 30).
Beberapa pendapat ahli yang telah disebutkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa partai politik merupakan organisasi politik yang
memiliki ideologi dan cita-cita tertentu yang ingin diraih secara bersama-
sama dan memiliki tujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan
politik, dengan cara bersaing dalam pemilu untuk menduduki jabatan-
jabatan publik baik di lembaga eksekutif maupun di lembaga legislatif.
2. Tipologi Partai Politik
Terdapat 2 (dua) tipologi partai politik yang hadir dalam kehidupan
demokrasi. Partai politik sebagai salah satu pilar dalam pelaksanaan
demokrasi di Indonesia. Tipologi tersebut adalah berdasarkan kader dan
berdasarkan massa kedua tipologi ini hadir berdasarkan ideologi yang
diwujudkan berdasarkan ide-ide perjuangan partai dan melalui program
kerja partai yang ditawarkan oleh partai tersebut.
14
Tipologi partai berdasarkan struktur organisasinya terbagi menjadi tiga
macam (Schroder dalam Surbakti, 1992:98) yaitu;
a. Partai para Pemuka Masyarakat
Partai ini berupa gabungan yang tidak terlalu ketat, yang pada
umumnya tidak dipimpin secara sentral ataupun profesional, dan yang
pada kesempatan tertentu sebelum pemilihan anggota parlemen
mendukung kandidat-kandidat tertentu untuk memperoleh suatu
mandat.
b. Partai Massa
Partai massa merupakan partai yang hadir dari kelas-kelas masyarakat
yang sering termarjinalkan dari elit yang berada diluar parlemen yang
berkeinginan untuk merebut kekuasaan atau sekedar memperjuangkan
kepentingan golongannya didalam pemerintahan. Sebagai jawaban
terhadap tuntutan sosial dalam masyarakat industrial, maka
dibentuklah partai-partai yang besar dengan banyak anggota, dengan
tujuan utama mengumpulkan kekuatan yang cukup besar untuk dapat
membuat terobosan, mempengaruhi pemerintah dan masyarakat, serta
mempertanyakan kekuasaan.
c. Partai Kader
Partai kader merupakan partai yang lahir dengan dibentuk oleh
beberapa orang yang memiliki intelektual diatas rata-rata sehingga
melahirkan karakter partai yang exklusive atau dominasi dari elit partai
sangat kuat terutama dalam hal program dan elit partai ini sekaligus
15
memperkuat program kerja partai dengan inovasi-inovasi baru yang
hadir dari para elit partai. Partai ini muncul sebagai partai jenis baru,
mereka dapat dikenali berdasarkan organisasinya yang ketat, karena
mereka termasuk kader/kelompok orang terlatih yang personilnya
terbatas, mereka berpegangan pada satu ideologi tertentu, dan terus
menerus melakukan pembaharuan melalui sebuah pembersihan yang
berkesinambungan.
3. Fungsi Partai Politik
Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan
kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan
ideologi tertentu. Dalam negara demokratis, partai politik
menyelenggarakan beberapa fungsinya (Budiarjo, 2008: 405), antara lain:
a. Sebagai sarana komunikasi politik
Parpol berfungsi menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpang-
siuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat
modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu
kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di pandang pasir
apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi
orang lain yang senada. Proses ini dinamakan “penggabungan
kepentingan” (interest aggregation). Sesudah digabung, pendapat dan
aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses
ini dinamakan, “perumusan kepentingan” (interest articulation).
16
b. Sebagai sarana Sosialisasi Politik (Instrument of Political
Socialization).
Di dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses
dari seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena
politik di dalam lingkungan masyarakat dimana ia berada. Biasanya
proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-
kanak sampai dewasa. Proses sosialisasi politik diselenggarakan
melalui ceramah-ceramah penerangan, kursus-kursus kader, kursus
penataran, dan sebagainya.
c. Sebagai sarana Rekrutmen Politik.
Dalam hal ini parpol berfungsi untuk mencari dan mengajak
orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai
anggota partai (political recruitment). Dengan demikian partai turut
memperluas partisipasi politik. Juga disuahakan untuk menarik
golongan muda untuk dididik untuk menjadi kader yang di masa
mendatang akan mengganti pimpinan lama (selection of leadership).
d. Sebagai sarana pengatur konflik.
Di dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat
merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, parpol
berusaha untuk mengatasinya.
17
Fungsi-fungsi dalam praktek politik diatas sering dilihat tidak mampu
dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan, misalnya informasi yang
diberikan partai politik kepada masyarakat justru menimbulkan
kegelisahan dan perpecahan (Budiarjo, 2008: 416). Fungsi utama partai
politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan untuk
mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu
(Surbakti, 2010: 116).
Beberapa hal mengenai fungsi dari partai politik itu sendiri, penulis dapat
menyimpulkan, bahwa dalam negara demokratis fungsi partai politik
cenderung mencari atau mengajak seseorang untuk aktif dalam dunia
politik agar diberikan pengetahuan atau pendidikan politik guna mengisi
jabatan-jabatan dalam organisasi maupun jabatan politik.
4. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Persatuan Indonesia(Perindo)
a. Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) adalah partai politik baru. Partai
yang membawa identitas: kebajikan dan keragaman. PSI berpijak pada
kesadaran, bahwa politik sejatinya adalah hal yang baik. Meski kini,
kata “baik” dan “politik” lebih sering bersimpang jalan. PSI hadir
untuk mendekatkan kembali politik kepada kebajikan. (Sumber: psi.id
diakses pada 13 Maret 2018 pukul 11.15 WIB).
18
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) baru didirikan pasca Pemilu tahun
2014 tepat nya pada tanggal 16 November 2015. Partai ini diketuai
oleh mantan presenter berita Grace Natalie. Partai ini cenderung
mengambil target partisipan kalangan anak muda, perempuan dan
lintas agama. Tokoh-tokoh partai ini banyak mengajak warga negara
muda untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik.
Partai ini juga telah menyelenggarakan Kopi Darat Nasional
(KopDarNas) yang bertempat di Jakarta pada tanggal 16 November
2015. Partai ini membawa platform tentang solidaritas, pluralitas
beragama, suku, dan bangsa. Partai ini mengklaim akan mengisi tokoh-
tokoh partai dengan anak muda dan tidak ingin adanya "bekas" politisi
partai lain yang memasuki partai ini.
Terdapat juga peraturan bahwa pengurus partai dibatasi maksimal 45
tahun, dan saat ini pengurus daerah rata-rata berumur 20-30 tahun.
Selain itu Partai ini tidak mau bertumpu kepada seorang tokoh untuk
mengangkat nama partai, seperti partai politik lain kebanyakan. Partai
ini juga mengklaim transparansi sumbangan finansial, khususnya
memisahkan pengaruh bisnis dari operasional partai. Partai ini resmi
menjadi Badan Hukum setelah melalui verifikasi Kementerian Hukum
dan HAM pada tanggal 7 Oktober 2016.
19
b. Partai Persatuan Indonesia (Perindo)
Partai Persatuan Indonesia (Perindo) awalnya adalah ormas yang baru
dideklarasikan pada 24 Februari 2013 di Istora Senayan, Jakarta. Partai
ini didirikan oleh Hary Tanoesoedibjo, pengusaha dan pemilik MNC
Group, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media.
Perindo didirikan pada 7 Februari 2015 di Jakarta International Expo,
Kemayoran, Jakarta. Pada acara deklarasi tersebut, dihadiri oleh
beberapa petinggi Koalisi Merah Putih (KMP), seperti Ketua Umum
Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Amanat Nasional
Hatta Rajasa, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta, dan
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Djan Faridz. Selain itu
juga hadir Wiranto, Ketua Umum Hanura.
Partai Perindo telah resmi disahkan sebagai badan hukum partai politik
pada 8 Oktober 2014. Nama Perindo merupakan singkatan dari
Persatuan Indonesia yang menganut partai modern dengan memadukan
partai massa dan partai kader yang menjunjung tinggi pengelolaan
partai secara profesional. “Memelihara persatuan dan nilai-nilai luhur
budaya, berbasis pada kekuatan rakyat serta berorientasi pada
kesejahteraan rakyat,” ujarnya. HT juga berpesan kepada seluruh
pengurus, kader, serta simpatisan partai untuk bekerja keras dalam
memajukan dan mengembangkan partai.
20
Setelah deklarasi ini tantangan besarnya adalah mewujudkan seluruh
visi, misi, dan basis perjuangan Partai Perindo. “Sebagai partai
termuda kita harus ingat, mampu menghargai partai politik lain yang
jauh lebih senior. Bahwa mereka adalah saudara seperjuangan, sebagai
mitra kerja mewujudkan Indonesia yang sejahtera,” serunya. (Sumber:
Sindonews.com, diakses pada 13 Maret 2018 pukul 11.25 WIB).
Hary Tanoesoedijo berpendapat, ada dua langkah yang dapat dilakukan
partai politik guna meningkatkan elektabilitasnya. Langkah ini juga
dilakukan Partai Perindo menyambut Pemilu 2019.
1. Pertama, kata Hary, yakni meningkatkan popularitas partai.
"Membangun popularitas, jadi masyarakat Indonesia harus tahu
keberadaan Partai Perindo. Ini yang kami perjuangkan tentunya
dengan berbagai kegiatan," kata Hary usai pendaftaran calon
peserta Pemilu 2019 di Komisi Pemilihan Umum RI (KPU),
Jakarta, Senin (9/10/2017). Ia melanjutkan, untuk membangun
popularitas itu juga dibutuhkan perwakilan partai dari tingkat pusat
hingga ke tingkat paling bawah di masyarakat.
2. Kedua, lanjut dia, partai juga harus ikut membantu dan
membangun masyarakat. Ia mengingatkan para kadernya untuk
terus menjalankan program-program yang berdampak langsung
pada masyarakat. "Saya menyerukan pada seluruh kader di seluruh
tingkatan tanpa henti sapa masyarakat dengan aktivitas bazar
murah, gerobak, nanti kami ada bedah rumah, bantuan petani.
21
Intinya, kami terus hadir membantu dan membangun," kata dia.
"Saya yakin dengan cara itu, mudah-mudahan elektabilitas Partai
Perindo akan meningkat dan kita akan menjadi partai besar pada
saatnya nanti pemilu 2019," ujarnya. (Sumber: Kompas.com,
diakses pada 13 Maret 2018 pukul 11.30 WIB).
B. Pemilihan Umum (Pemilu)
1. Pengertian Pemilu
Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan
wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat,
dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan negara yang
demokrasi, di mana para pemimpinnya dipilih berdasarkan suara
mayoritas terbanyak.
Sebuah Negara bisa disebut demokratis jika didalamnya terdapat
mekanisme pemilihan umum yang dilaksanakan secara berkala atau
periodik untuk melakukan sirkulasi elite (Hutington dalam Rizkiyansyah,
2007:3). Pemilu merupakan sarana demokrasi untuk membentuk sistem
kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah menurut kehendak
rakyat sehingga terbentuk kekuasaan negara yang benar–benar memancar
ke bawah sebagai suatu kewibawaan yang sesuai dengan keinginan rakyat
dan untuk rakyat (Karim dalam Dani, 2006:11).
22
Pemilu merupakan cara dan sarana yang tersedia bagi rakyat untuk
menentukan wakil-wakilnya yang akan duduk dalam Badan Perwakilan
Rakyat guna menjalankan kedaulatan rakyat, maka dengan sendirinya
terdapat berbagai sistem pemilihan umum (Rahman, 2002:194). Pemilihan
Umum adalah salah satu pranata yang paling representatif atas berjalannya
demokrasi, tidak pernah ada demokrasi tanpa pemilihan umum
(Rizkiyansyah, 2007:3).
Penjelasan di atas menunjukan bahwa pemilihan umum sebagai sarana
terwujudnya demokrasi. Pemilihan umum adalah suatu alat yang
penggunaannya tidak boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi
demokrasi dan bahkan menimbulkan hal-hal yang menderitakan rak yat,
tetapi harus tetap tegaknya Pancasila dan dipertahankannya Undang-
Undang Dasar 1945.
2. Pemilihan Legislatif
Indonesia merupakan negara yang menjunjung demokrasi sehingga dalam
menentukan pemerintah baik itu anggota legislatif ataupun Presiden akan
lewat cara Pemilihan Umum dan Pemilihan Legislatif. Pemilihan legislatif
adalah pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) yang nantinya akan bertugas menjadi anggota lembaga
legislatif.
23
Pemilihan legislatif ini diadakan setiap 5 tahun sekali, pemilihan legislatif
sendiri di Indonesia telah dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada tahun
1999, 2004, 2009 dan 2014, pemilihan ini akan memutuskan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk 34 provinsi dan 514
kabupaten dan kota.
Untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sendiri akan dipilih 560
anggota yang diambil dari 77 daerah pemilihan bermajemuk yang dipilih
dengan cara sistem proporsional terbuka, Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) mempunyai 132 anggota, 132 anggota tersebut merupakan 4
perwakilan dari setiap provinsi yang ada di Indonesia. Dalam memilih
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) memakai sistem Single Non
Tranferable Vote, dimana masing-masing pemilih hanya mempunyai satu
suara.
Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) akan
dipilih di 34 provinsi yang setiap provinsi akan mempunyai 35-100
anggota, jumlah anggota disesuaikan dengan berapa banyak penduduk
yang ada di provinsi tersebut. Negara Indonesia dalam pemilihan legislatif
memakai sistem multi partai. Undang-uandang No 7 Tahun 2017
mewajibkan masing-masing partai politik mengikuti proses pendaftaran
yang mana nanti akan diverifikasi oleh KPU bila ingin mengikuti
pemilihan umum.
24
Penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia termasuk pemilihan
legislatif baik itu bersifat nasional merupakan tanggung jawab dari Komisi
Pemilihan Umum (KPU) yang telah diatur dalam Undang-undang No 7
Tahun 2017. Selain Komisi Pemilihan Umum (KPU) lembaga yang
bertanggung jawab akan berlangsungnya pemilihan umum adalah Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) adalah lembaga yang mempunyai
tugas untuk mengawasi Pemilu termasuk Pemilihan Legislatif agar
berjalan dengan benar. Selain KPU dan Bawaslu, ada pula lembaga yang
dikenal dengan nama Dewan Kerhomatan Penyelenggara Pemilu
(DKPP). DKPP mempunyai tugas untuk memeriksa gugatan atau laporan
atas tuduhan pelanggarana kode etik yang dilakukan oleh anggota
KPU atau Bawaslu.
C. Teori Rekrutmen Politik
1. Pengertian Rekrutmen
Secara bahasa rekrutmen berasal dari bahasa inggris “recruit” yang berarti
mendapatkan. Sedangkan rekrutmen berarti proses mencari atau
mendapatkan anggota baru yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga
yang bersifat politik ataupun non politik. Rekruitmen politik adalah
seleksidan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau
sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem
politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya (Surbakti,
2010: 118). Definisi rekruitmen politik pada hakekatnya dapat diartikan
25
sebagai penseleksian individu-individu yang berbakat untuk dapat
menduduki jabatan politik maupun jabatan pemerintahan (Haryanto,
1982: 45).
Rekruitmen politik dalam partai politik berfungsi untuk mencari dan
mengajak orang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai
anggota partai (Budiarjo, 2008:164). Rekrutmen sebagai proses
pengumpulan calon pemegang jabatan yang sesuai dengan rencana sumber
daya manusia untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu
(Samsudin, 2006:81).
Sedangkan menurut Seligmen (1961:55) memberikan batasan sebagai
berikut: rekrutmen adalah seleksi, pemilihan atau pengangkatan tokoh-
tokoh yaitu suatu transformasi seleksi terhadap anggota masyarakat dari
berbagai subkultur, kelas status, keagamaan dan atas dasar isme-isme
kesukuan, dan kualifikasi tertentu yang kemudian memperkenankan
mereka kepada peran-peran khusus.
Menurut Gaffar (1999:155), Rekrutmen Politik merupakan proses
pengisian jabatan politik dalam sebuah negara, agar sistem politik dapat
memfungsikan dirinya dengan sebaik-baiknya, guna memberikan
pelayanan dan perlindungan masyarakat. Pamungkas (2011:91)
mengartikan rekrutmen politik sebagai proses dimana idividu dilibatkan
dalam peran-peran politik aktif. Lebih jauh, Almond (dalam Romli,
2005:78) mengartikan fungsi rekrutmen politik sebagai penyeleksian
rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui
26
penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi,
mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan, dan ujian.
Putra (2003:32) rekrutmen adalah suatu proses seleksi anggota-anggota
kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan
administratif maupun politik. Anggota kelompok yang direkrut atau yang
diseleksi adalah yang memiliki kemampuan atau bakat yang sangat
dibutuhkan untuk suatu jabatan atau fungsi politik.
Rekrutmen merupakan bagian dalam manajemen sumber daya manusia,
maka dapat dipahami perannya sangat besar dalam pengembangan
manajemen sumber daya manusia. Batasan peran rekrutmen adalah
memberikan kontribusi yang sangat penting didalam mendapatkan sumber
daya manusia yang dibutuhkan oleh lembaga/birokrasi pada konteks
ini.Sesuai dengan tuntutan kualifikasi minimal yang dikehendaki. Dengan
demikian proses rekrutmen menjadi bagian penting dalam mencari sumber
daya manusia sehingga kebutuhan dalam suatu lembaga/birokrasi dapat
terpenuhi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Rekrutmen politik berarti proses mencari anggota partai politik yang
berbakat untuk dijadikan pengurus organisasi politik atau dicalonkan
untuk menduduki jabatan di legislatif maupun eksekutif, baik ditingkat
daerah maupun ditingkat pusat. Upaya ini dilakukan dengan sadar oleh
pengurus organisasi politik dalam rangka mengembangkan organisasi
kearah yang lebih baik dan bermartabat. Sedangkan menurut Cholisin
(2007), rekrutmen politik adalah seleksi dan pengangkatan seseorang atau
27
kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran dalam sistem politik pada
umumnya dan pemerintahan pada khususnya.
Rekrutmen merupakan salah satu fungsi yang dijalankan dengan
mengadakan proses-proses seleksi penjaringan, rotasi dan mobilitas politik
pada anggota masyarakat untuk penempatan jabatan baik legislatif maupun
eksekutif berupa jabatan administratif maupun jabatan politis yang
berdasarkan kemampuan, kinerja, bakat serta pengalaman dari anggota
tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor partisipasi dari sejumlah
masyarakat.
Berdasarkan definisi-definisi mengenai pengertian rekrutmen yang telah
diuraikan di atas, maka penulis berpendapat bahwa rekrutmen merupakan
upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan seseorang
yang dibutuhkan sebagai calon pengisi kekosongan pada jabatan-jabatan
tertentu dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Proses Rekrutmen
Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan politik dalam sebuah
negara, agar sistem politik dapat memfungsikan dirinya dengan sebaik-
baiknya. Guna memberikan pelayanan dan perlindungan kepada
masyarakat. Proses rekrutmen dilakukan secara terbuka dan secara
tertutup. Rekrutmen politik memegang peranan penting dalam sistem
politik suatu negara. Karena proses ini menentukan orang-orang yang akan
28
menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu melalui suprastruktur
dan infrastruktur politik.
Setiap sistem politik menganut pola rekrutmen yang berbeda-beda.
Anggota yang direkrut adalah yang memiliki suatu kemampuan yang
sangat dibutuhkan untuk menempati jabatan politik di pemerintahan.
Berbicara hal tersebut partai politik juga memiliki pola rekrutmen yang
berbeda-beda antara satu partai dengan partai lainnya. Pola perekrutan
politik disesuaikan dengan AD/ART dan kebijakan partai masing-masing.
Menurut Haris (2005:8), Perekrutan anggota legislatif oleh partai politik
secara umum mencakup tiga tahap penting yakni mencakup:
1) Penjaringan calon, dimana dalam tahapan ini mencakup interaksi
antara elite partai di tingkat desa atau kelurahan atau ranting partai
dengan elite partai di tingkat atasnya atau anak cabang.
2) Penyaringan dan seleksi calon yang telah dijaring. Tahapan ini
meliputi interaksi antara elit tingkat anak cabang dan elite tingkat
kabupaten/kota atau cabang/daerah.
3) Penetapan calon berikut nomor urutnya. Tahapan ini melibatkan
interaksi antara elit tingkat cabang/daerah, terutama pengurus harian
partai tingkat cabang/daerah dengan tim kecil yang dibentuk dan
diberikan wewenang menetapkan calon legislatif.
29
Perlakuan partai politik terhadap keseluruhan tahap-tahap rekrutmen
politik sangat berhubungan dengan pengorganisasian partai politik. Hal
tersebut melahirkan pengelolaan partai terhadap pola rekrutmen partai
politik. Biasanya cara partai melakukan tahapan-tahapan dari rekrutmen
politik tersebut mempunyai pola yang berbeda-beda antara partai yang
satu dengan partai yang lainnya. Czudnowski (dalam Putra, 2007:103)
mengemukakan model yang digunakan partai politik dalam rekrutmen
politik antara lain :
1) Rekrutmen terbuka, yaitu syarat dan prosedur untuk menampilkan
seseorang tokoh dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini partai
politik berfungsi sebagai alat bagi elit politik yang berkualitas untuk
mendapatkan dukungan masyarakat. Cara ini memberikan kesempatan
bagi rakyat untuk melihat dan menilai kemampuan elit politiknya.
Dengan demikian cara ini sangat kompetitif. Jika dihubungkan dengan
paham demokrasi, maka cara ini juga berfungsi sebagai sarana rakyat
mengontrol legitimasi politik para elit.
2) Rekrutmen tertutup, yaitu berlawanan dengan cara rekrutmen terbuka.
Dalam rekrutmen tertutup, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat
secara bebas diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor
elit yang berasal dari dalam tubuh partai itu sendiri. Cara ini menutup
kemungkinan bagi anggota masyarakat untuk melihat dan menilai
kemampuan elit yang ditampilkan. Dengan demikian cara ini kurang
kompetitif. Hal ini menyebabkan demokrasi berfungsi sebagai sarana
elit memperbaharui legitimasinya.
30
Berdasarkan dari pola yang dikemukakan tersebut, dapat disimpulkan
partai politik biasanya menggunakan pola-pola tersebut untuk merekrut
calon legislatifnya. Dalam pelaksanaan pola-pola tersebutpun biasanya
partai politik juga mempunyai metode-metode tertentu dalam melakukan
rekrutmen politiknya. Cara rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik
biasanya dikenal dengan dua metode (Hasibuan, 2006:52) yakni:
1) Metode ilmiah yakni rekrutmen yang dilakukan berdasarkan pada
pedoman tertentu yang berisi tentang standar-standar tertentu.
2) Metode non ilmiah yakni rekrutmen yang dilakukan dengan tidak
mengacu standar-standar tertentu, melainkan didasarkan pada
perkiraan saja.
Adapun beberapa pola kecenderungan partai politik dalam melakukan
rekrutmen politik terhadap calonnya ( Romli, 2005:93) yakni sebagai
berikut:
1) Partisan
Pendukung yang kuat, loyalitas tinggi terhadap partai sehingga bisa
direkrut untuk menduduki jabatan strategis biasanya kader internal
partai
2) Compartmentalization
Proses rekrutmen yang didasarkan pada latar belakang pendidikan dan
pengalaman organisasi atau kegiatan sosial politik seseorang. misalnya
aktivis LSM
31
3) Immediate Survival
Proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas pemimpin partai tanpa
memperhatikan kemampuan orang-orang yang direkrut
4) Civil Service Reform
Proses rekrutmen berdasarkan kemampuan dan loyalitas seorang calon
sehingga bisa mendapatkan kedudukan lebih tinggi atau penting
contoh non-kader namun mempunyai kedekatan dengan partai.
Partai politik dapat menentukan sendiri proses rekrutmen mana yang akan
digunakan untuk melakukan proses rekrutmen. Proses yang dipilih partai
politik menentukan karakteristik partai politik itu sendiri. Adapun dalam
tahapan penetapan calon legislatif yang akan diusung oleh partai politik.
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi (Haryanto, 1982:47)
diantaranya adalah :
1) Pengalaman Organisasi
Pengalaman ini baik selama ia mejadi anggota partai maupun sebelum
menjadi anggota partai, karena ini merupakan hal yang mutlak
diperlukan oleh seorang calon anggota parlemen dalam menjalankan
roda organisasi nantinya.
2) Tingkat Pendidikan
Ditingkat pendidikan baik formal maupun informal, tingkat pendidikan
berkaitan erat dengan wawasan seseorang dalam menghadapi sesuatu
masalah dan prilaku organisasi. Akan tetapi dalam AD/RT partai
manapun tidak dicantumkan kriteria tingkat pendidikan sebagai
persyaratan.
32
3) Pelatihan Kader atau Keterampilan Organisasi
Dimana hal ini merupakan pelatihan untuk memberikan keterampilan
dan kemampuan seorang calon anggota didalam mengelola organisasi
nantinya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa di setiap sistem
politik terdapat prosedur- prosedur untuk melaksanakan rekrutmen atau
penyeleksian, akan tetapi walaupun prosedur-prosedur yang dilaksanakan
oleh tiap-tiap sistem politik berbeda-beda satu dengan yang lainnya,
namun terdapat suatu kecendrungan bahwa individu-individu yang
berbakat yang dicalonkan untuk menduduki jabatan politik maupun
jabatan pemerintahan mempunyai latar belakang yang hampir sama, yaitu
bahwa mereka berasal dari kelas menengah atau kelas atas dan kalaupun
mereka berasal dari kelas bawah tetapi mereka merupakan orang-orang
yang telah memperoleh pendidikan yang memadai.
Berdasarkan pendapat di atas mengenai tahapan dan pola rekrutmen
politik, dapat disimpulkan jika proses rekrutmen bukan hanya sekedar
menyeleksi dan menempatkan nama-nama orang atau kandidat. Tapi lebih
penting dari itu adalah sejauh mana kandidiat yang dipromosikan tersebut
memiliki kompetensi dan kapabilitas dalam mengemban tugas partai dan
amanah para rakyat pemilih.
33
D. Kerangka Pikir
Berbagai teori yang telah dikemukakan di atas, peneliti akan lebih cenderung
melihat pola rekrutmen sebagai bagian proses politik dimana partai politik
saling bertarung untuk memperoleh eksistensi dalam sistem politik dengan
menempatkan calon-calon yang diusung maju pada pemilu 2019. Untuk
memperoleh eksistensi dalam sistem politik, partai politik harus memperoleh
suara yang bersaing dalam pemilihan umum. Perebutan suara dalam
pemilihan umum dihadapkan pada realitas sosial dalam menentukan pola
rekrutmen yang digunakan untuk mempengaruhi proses perjuangan partai
dalam memperoleh eksistensi.
Proses menyiapkan calon-calon yang diusung oleh partai politik, biasanya
terdapat pola rekrutmen yang berbeda-beda dari masing-masing partai politik
tak terkecuali juga yang dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia dan Partai
Perindo di Provinsi Lampung. Hal tersebut dapat terlihat dari mekanisme yang
dilakukan partai dalam melakukan tahapan rekrutmen awal hingga akhir.
Perbedaan tersebut dapat terlihat dari sifat rekrutmen yang dilakukan oleh
kedua partai politik dalam menentukan rekrutmen yang dilakukan secara
terbuka atau tertutup. Untuk mengetahui sifat tersebut dapat dilihat dari
beberapa indikator yang bersangkutan dengan sifat rekrutmen tersebut seperti
syarat dan prosedur yang dilakukan oleh partai politik. Dan juga bertujuannya
agar kualitas serta integritas calon legislatifnya sesuai dengan yang dicita-
citakan oleh masyarakat serta agar masyarakat tidak salah pilih nantinya.
34
Berbicara kualitas calon pun harus didasarkan pada aspek-aspek yang ideal
sehingga dapat tercipta wakil rakyat yang benar-benar memiliki kapabilitas
dan integritas yang baik. Faktor-faktor penentu menjadi bahan pertimbangan
juga dari partai politik tak terkecuali Partai Solidaritas Indonesia dan Partai
Perindo dalam menentukan pola rekrutmennya dalam menetapkan calon
legislatif yang akan maju pada pemilu 2019.
Mekanisme dalam hal penetapan calon legislatif tersebut, tentunya prosedur
dalam rekrutmen politik yang didasarkan pada beberapa aspek-aspek ideal.
Bertitik tolak dari semua pemikiran tersebut di atas, maka untuk menyamakan
persepsi terhadap permasalahan yang dikemukakan, akan digambarkan skema
berpikir sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
PSI
Sifat Pola Rekrutmen(Czudnowski,2007:103)1. Terbuka2. Tertutup
Pola Rekrutmen CalonLegislatif PERINDO
Persamaan dan Perbedaan Pola Rekrutmenuntuk Caleg PSI dan PERINDO
Metode PolaRekrutmen
(Hasibuan, 2006:52)1. Metode Ilmiah2. Metode Non-Iimiah
Kecenderungan PolaRekrutmen
( Lily Romli, 2005:93)1. Partisan2. Compartmentalization3. Immediate Survival4. Civil Service Reform
Undang-Undang Anggaran Dasar
35
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif, dengan menggunakan
pendekatan deskriptif untuk menggambarkan fenomena secara terperinci.
Metode deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Usaha mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada
usaha mengemukakan gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang
diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena itu pada tahap ini
metode deskriptif tidak lebih daripada penelitian yang bersifat penemuan
fakta-fakta seadanya. Penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar
menunjukkan distribusinya, akan tetapi termasuk usaha mengemukakan
hubungannya satu dengan yang lain di dalam aspek-aspek yang diselidiki itu
(Nawawi, 2012 : 63).
Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif karena permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini lebih menekankan pada pemusatan pemerhatian
pada masalah ataupun situasi yang aktual untuk menggambarkan dan
mengetahui proses atau kejadian yang sedang berlangsung sebagai bagian
36
dari fenomena sosial. Pemusatan perhatian dari situasi ataupun masalah aktual
yang diteliti pada penelitian yang telah dilakukan mengenai perbandingan pola
rekrutmen calon legislatif antara DPW Partai Perindo Lampung dan DPW
PSI Lampung dalam menghadapi pemilu 2019 di Lampung.
B. Fokus Penelitian
Penentuan fokus penelitian dilakukan dengan memilih fokus atau pokok
permasalahan yang dipilih untuk diteliti, dan bagaimana memfokuskannya,
masalah mula-mula sangat umum, kemudian mendapatkan fokus yang
ditujukan kepada hal-hal yang spesifik. Namun, fokus itu masih dapat
berubah. Fokus sangat penting sebab tidak ada penelitian tanpa fokus,
sedangkan sifat fokus tergantung dari jenis penelitian yang dilaksanakan.
Penentuan tahap-tahap penelitian, dan bagaimana beranjaknya dari tahap satu
ke tahap yang lain dalam proses yang berbentuk siklus. Tahapan-tahapan
tersebut memiliki tiga fase pokok: pertama, tahap orientasi dengan
mendapatkan informasi tentang apa yang penting untuk ditemukan, atau
orientasi dan peninjauan. Kedua, tahap eksplorasi dengan menemukan sesuatu
secara eksplorasi terfokus, dan ketiga, tahap member check dengan mengecek
temuan menurut prosedur yang tepat dan memperoleh laporan akhir (Ikbar,
2012 : 185-186).
37
Fokus penelitian yang ingin diteliti, peneliti bertujuan untuk menjawab pola
rekrutmen politik yang dilakukan antara Partai Perindo dan PSI di Provinsi
Lampung dalam menetapkan calon legislatifnya untuk menghadapi pemilu
periode 2019-2024. Berangkat dari tujuan tersebut penulis memfokuskan
batasan-batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
1. Sifat yang digunakan Partai Perindo dan PSI dalam melakukan rekrutmen
politik. Untuk menjawab pola tersebut, penulis menggunakan teori dari
Czudnowski (Putra,2007 :103) yang mengemukakan pola biasa yang
digunakan partai politik dalam rekrutmen politik antara lain :
1) Rekrutmen terbuka
2) Rekrutmen tertutup
Dalam hal ini, penulis menganalisis sifat yang digunakan oleh Partai
Perindo dan PSI Provinsi Lampung dalam merekrut calon legislatifnya.
2. Metode yang digunakan Partai Perindo dan PSI dalam rekrutmen politik.
Hasibuan (2006:52) mengemukakan bahwa rekrutmen yang dilakukan
oleh partai politik biasanya dikenal dengan dua metode yakni:
1) Metode ilmiah yaitu rekrutmen yang dilakukan berdasarkan pada
pedoman tertentu yang berisi tentang standar-standar tertentu.
2) Metode non- ilmiah yaitu rekrutmen yang dilakukan dengan tidak
mengacu standar-standar tertentu, melainkan didasarkan pada
perkiraan saja.
38
Penulis akan menganalisis metode yang digunakan oleh Partai Perindo
dan PSI Provinsi Lampung dalam melaksanakan rekrutmen politik.
Berkaitan dengan rekrutmen tersebut akan diketahui indikator penting
terkait metode ilmiah atau non ilmiah yang digunakan oleh Partai Perindo
dan PSI Provinsi Lampung. Indikator yang digunakan untuk menganalisis
dan menilainya yakni ada tidaknya metode yang dijadikan bahan pedoman
oleh Partai Perindo dan PSI serta ada tidaknya sarana ilmiah yang
dilakukan.
3. Kecenderungan Partai Perindo dan PSI Provinsi Lampung dalam
rekrutmen politik. Penempatan jabatan politik di stuktur pemerintah
tersebut tak terlepas dari peran partai politik dalam menyiapkan calon-
calon yang diusung oleh masing-masing partai politik dalam mengahadapi
pemilu. Pada proses menyiapkan calon-calon yang diusung oleh partai
politik biasanya terdapat kecenderungan partai politik yang berbeda-beda
dari masing-masing partai politik dalam menetapkan calon legislatifnya.
Untuk menjawab kecenderungan yang digunakan tersebut, penulis
menggunakan teori dari Romli (2005:93) yang mengemukakan bahwa
pola kecenderungan partai politik dalam melakukan rekrutmen politik
terhadap calonnya yakni sebagai berikut:
1. Partisan, Pendukung yang kuat, loyalitas tinggi terhadap partai
sehingga bisa direkrut untuk menduduki jabatan strategis biasanya
kader internal partai
2. Compartmentalization, Proses rekrutmen yang didasarkan pada latar
belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan sosial
politik seseorang. misalnya aktivis LSM
39
3. Immediate Survival, Proses rekrutmen yang dilakukan oleh otoritas
pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang-orang yang
direkrut
4. Civil Service Reform, Proses rekrutmen berdasarkan kemampuan dan
loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan kedudukan lebih
tinggi atau penting contoh non-kader namun mempunyai kedekatan
dengan partai.
Penulis akan mencari tahu kecenderungan yang digunakan oleh Partai
Perindo dan PSI Provinsi Lampung berdasarkan indikator-indikatornya
dalam melaksanakan rekrutmen politik. Berkaitan dengan rekrutmen
tersebut akan diketahui kecenderungan seperti apa yang digunakan Partai
Solidaritas Indonesia dan Partai Perindo dalam menetapkan calon
legislatifnya dari teori yang dikemukakan di atas.
C. Informan
Informan menurut Prastowo (2010:147) adalah orang yang diperkirakan
menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek
penelitian, dalam penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling dengan
alasan peneliti menggunakan penentuan informan secara purposive sampling
karena peneliti meyakini bahwa informan yang dipilih adalah sebagai aktor
dan kelompok sasaran yang terlibat.
Teknik purposive sampling menurut peneliti sangat tepat untuk melakukan
pengambilan kriteria sampel yang benar-benar sesuai dengan penelitian yang
dilakukan, sehingga pengumpulan data yang langsung pada sumber datanya
dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan penelitian (Sugiyono,
40
2007: 90). Adapun informan yang telah penulis tentukan adalah sebagai
berikut:
1. Perindo
a. Wakil ketua bidang politik DPW Partai Perindo Lampung, Ahmad Sibli
b. Wakil ketua bidang organisasi DPW Partai Perindo Lampung, M. Ivan
Afrihansa, S.E
c. Bakal calon anggota legislatif Dapil 1 DPRD Provinsi Lampung,
Robby L Tobing, S.E
2. PSI
a. Wakil ketua I DPW PSI Lampung, Ammar Ali Alamri
b. Wakil sekertaris DPW PSI Lampung, Azitriaz Tiza, S.Pd.
c. Bakal calon anggota legislatif Dapil 1 DPRD Provinsi Lampung,
Anisha Ryad Eyes
3. Akademisi FISIP Universitas Lampung, Dr. Dedy Hermawan
D. Jenis dan Sumber Data
Menurut sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data adalah benda, hal,
atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan sebagai acuan peneliti untuk
melakukan analisis data. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan
fokus penelitian Lofland (Moleong, 2005:157). Secara umum data penelitian
dibagi kepada 2 (dua) jenis, yakni:
41
1. Data Primer
Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara
langsung dari sumber datanya. Dalam penelitian ini data primer penulis
diperoleh melalui wawancara dengan beberapa pengurus Partai Solidaritas
Indonesia dan Partai Perindo Provinsi Lampung yang berkaitan langsung
dengan rekrutmen calon legislatif. Selain itu data primer juga bisa
penulis peroleh melalui dokumen yang tersedia di sekretariat Partai
Solidaritas Indonesia dan Partai Perindo.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai sumber
yang telah ada seperti buku, jurnal, laporan dan lain lain. Dalam penelitian
ini data sekunder diperoleh dari buku-buku, artikel dan dokumen kerja
partai yang berkaitan dengan proses rekrutmen calon legislatif Partai
Solidaritas Indonesia dan Partai Perindo Provinsi Lampung.
E. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat beberapa sumber data yang digunakan dan sekaligus sebagai teknik
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data, dimana
pelaksananya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan subjek
penelitian atau responden. Wawancara adalah proses percakapan dengan
maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak,
42
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan kepada
orang lain yang di wawancarai (interviewee) (Purhantara, 2010 :80-81).
Wawancara yang dilakukan secara terbuka serta mendalam agar dapat
memberikan kesempatan narasumber tersebut dalam rangka menjawab
secara bebas. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kejelasan dari sumber-
sumber data tersebut yang belum dapat dipahami oleh peneliti serta untuk
memperoleh pengertian serta penjelasan secara mendalam tentang realita
objek yang diteliti. Proses wawancara ini dilakukan dengan panduan
wawancara sebagai alat bantu penulis dalam penyajian data.
2. Dokumentasi
Studi dokumentasi sebagai salah satu instrumen yang penting dalam
mendukung penelitian ini. Hal tersebut disebabkan oleh pada masalah
yang diteliti mengenai pola rekrutmen politik oleh sebuah partai politik
biasanya akan diatur berdasakan AD/ART dan peraturan organisasi partai,
selain itu juga terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang tata cara
pengajuan bakal calon legislatif oleh partai politik dengan mencantumkan
syarat.
Studi dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen
elektronik, gambar ataupun tertulis. Oleh karena itu, yang penulis lakukan
dalam mencari informasi mengenai rekrutmen calon legislatif yang
dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia dan Partai Perindo Provinsi
Lampung berupa dokumen yang berisi tentang petunjuk pelaksana, teknis
43
proses rekrutmen dan lain- lain, khususnya kaitannya dengan calon
anggota DPRD Provinsi Lampung yang diusung oleh Partai Solidaritas
Indonesia dan Partai Perindo untuk menunjang penelitian ini.
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperoleh dari lapangan terkumpul, tahap selanjutnya yang
dilakukan adalah mengolah data tersebut Efendi (dalam Singarimbun, dkk
1995: 240) terdiri dari:
1. Editing adalah kegiatan dalam penelitian yang dilaksanakan dengan
menentukan kembali daya yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin
validitasnya serta dapat untuk segera dipersiapkan pada proses selanjutnya.
Dalam proses ini, peneliti mengolah data hasil wawancara dengan
disesuaikan pada pertanyaan-pertannyaan terhadap fokus pedoman
wawancara dan memilah serta menentukan data-data yang diperlukan.
2. Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan
cara memasukkan data ke dalam tabel. Atau dapat dikatakan bahwa
tabulasi data adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk
memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi. Hasil tabulasi data ini dapat
menjadi gambaran tentang hasil penelitian, karena data-data yang
diperoleh dari lapangan sudah tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel
yang mudah dipahami maknanya. Selanjutnya peneliti bertugas untuk
memberi penjelasan atau keterangan dengan menggunakan kalimat atas
data-data yang telah diperoleh.
44
3. Interpretasi data, pada tahapan ini data penelitian yang telah di
deskripsikan baik melalui narasi maupun tabel selanjutnya di
interprestasikan sehingga dapat dicari maknanya yang lebih luas dengan
menghubungkan jawaban dari informan dengan hasil yang lain, serta dari
dokumentasi yang ada.. Interpretasi penulisan juga dilakukan peneliti
dalam menampilkan data yang diperoleh dari cerita-cerita yang bersifat
rahasia, peneliti memilih kata-kata terbaik sehingga tidak menimbulkan
kesan yang dapat merugikan banyak pihak.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, maka teknik analisis datanya
disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari temuan-temuan di
lapangan baik berupa data dan informasi hasil wawancara dan dokumentasi
lainnya, secara umum analisis data mencakup 3 hal, sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data di identifikasi adanya bagian terkecil yang ditemukan dalam
data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah
penelitian (Moleong, 2013 : 288).
2. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik dan sejenisnya.
Penyajian data memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut (Sugiyono, 2009 : 247).
45
3. Verifikasi Data
Verifikasi data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal (Sugiyono, 2009 : 250).
H. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data atau kredibilitas data adalah proses penyesuaian antara
data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang terjadi pada obyek yang
diteliti. Teknik keabsahan data dilakukan untuk memperoleh data yang sahih.
Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data dengan cara uji
kredibilitas.
Penelitian ini guna menguji keabsahan data yang telah didapatkan baik dari
hasil wawancara ataupun dari hasil dokumentasi penulis menggunakan teknik
triangulasi sumber. Moleong (2014:331), triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informan
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
46
IV. GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Partai Persatuan Indonesia (Perindo)
Partai Perindo berawal dari sebuah organisasi kemasyarakatan non partisan
yang dideklarasikan oleh Hary Tanoesoedibjo bersama beberapa tokoh
nasional di Jakarta pada tanggal 24 Februari 2013. Partai Perindo
mendedikasikan diri pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat kelas
bawah, tak terkecuali generasi muda dan perempuan dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Transformasi Partai Perindo dari bentuk organisasi kemasyarakatan menjadi
partai politik, ditandai dengan turunnya keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Republik Indonesia Nomor: M.HH-03.AH.11.01 Tahun 2014, tanggal 8
Oktober 2014. Dengan ini Partai Perindo telah sah sebagai partai politik yang
berbadan hukum, adapun pada tanggal 7 Februari 2015 lalu, Hary
Tanoesoedibjo telah mendeklarasikan Perindo sebagai Partai.
Platform Partai Perindo adalah mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi
seluruh rakyat Indonesia. Bagi Partai Perindo guna mewujudkan kesejahteraan
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat haruslah melalui suatu
perubahan yang menyeluruh, sistematis, terpadu dan terarah. Indonesia
sebagai negara kesejahteraan memiliki landasan ideologi dan konstitusional
yang sangat kuat. Dalam mewujudkan hal tersebut, Partai Perindo berpegang
47
pada nilai-nilai Pancasila, karena dinilai telah memenuhi lima prinsip negara
kesejahteraan.
Adapun partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi dengan segala sumber
daya yang dimilikinya bersama dengan kekuatan masyarakat lainnya ikut
ambil peranan dalam pembangunan kesejahteraan. Dalam hal ini, Partai
Perindo mengaku hadir untuk menginspirasi partai-partai politik dan kekuatan
masyarakat lainnya agar lebih peka dan peduli terhadap masalah
kesejahteraan, guna memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang masih jauh
berada di bawah garis kemiskinan.
Stabilitas politik dan demokrasi akan lebih mudah diwujudkan di dalam
masyarakat yang sejahtera, karena rasionalitas akan lebih di dahulukan dari
pada emosionalitas dalam menyelesaikan masalah apapun. Partai Perindo
mengaku setuju dengan pendapat tersebut. Partai Perindo berkeyakinan bahwa
stabilitas politik dan kualitas demokrasi di Indonesia akan terwujud apabila
kebutuhan dan hak dasar rakyat terpenuhi. Berbagai tindakan koruptif juga
diyakini akan menghilang seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan
rakyat.
1. Visi dan Misi Partai Perindo
a. Visi
Mewujudkan Indonesia yang berkemajuan, bersatu, adil, makmur,
sejahtera, bermatabat dan berbudaya.
48
b. Misi
1) Mewujudkan pemerintahan yang berkeadilan, yang menjunjung
tinggi nilai-nilai hukum sesuai dengan UUD 1945.
2) Mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme untuk Indonesia yang mandiri dan bermartabat.
3) Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, bermatabat dalam rangka
menjaga keutuhan NKRI.
4) Menciptakan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5) Menegakan hak dan kewajiban asasi manusia dan supremasi
hukum yang sesuai Pancasila dan UUD 1945 untuk mewujudkan
keadilan dan kepastian hukum guna melindungi kehidupan rakyat,
bangsa dan negara.
6) Mendorong timbulnya ekonomi nasional yang berkontribusi
langsung pada kesejahteraan warga negara Indonesia.
2. Tujuan Partai Perindo
a. Mempertahankan dan mengamalkan pancasila serta menegakkan UUD
1945.
b. Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud
oleh pembukaan undang-undang dasar 1945.
c. Menjaga dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
49
d. Mewujudkan Negara yang sejahtera dan beradilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Fungsi Partai Perindo
Partai Perindo didalam mencapai tujuan politiknya, maka fungsi–fungsi
yang akan dilakukan adalah:
a. Melakukan pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat Indonesia
agar sadar terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
b. Menyerap, menampung, menyalurkan, memperjuangkan aspirasi
rakyat dan meningkatkan kedasaran politik sebagai warga Negara.
c. Mempersiapkan kader–kader politik dengan memperhatikan kesetaraan
gender dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
50
4. Struktur Pengurus Partai Perindo DPW Lampung
Tabel 2. Struktur Pengurus Partai Perindo DPW Lampung
No Nama Jabatan
1 Jolly Sanggam, SE Ketua
2 M. Ivan Afrihansa, SE Wakil Ketua Bid. Organisasi
3 Bagus Supriyadi, S.SosWakil Ketua Bid. Kader, Anggota &
Saksi
4 Ramli Achmad Rifa’i, S.Kom Wakil Ketua Bid. LITBANG & IT
5 Ahmad Sibli Wakil Ketua Bid. Politik
6 Afierda GinandaWakil Ketua Bid. Pendidikan &
Kebudayaan
7 Ardian Angga, SH., MHWakil Ketua Bid. Hukum &
Advokasi
8 Elvina Harahap, SHWakil Ketua Bid. Pemberdayaan
Perempuan
9 Hanisa Dian Aprilia, SE Wakil Ketua Bid. Sosial Ekonomi
10 Mahyudin CmdWakil Ketua Bid. Hubungan Antar
Lembaga
11 Marpen Efendi, S.AG Sekretaris
12 Qomaruddin Shihab Wakil Sekretaris Internal
13 Adi Susanto Wakil Sekretaris Eksternal
14 Hery Irsan, SE Bendahara
15 Yoanita, S.PI Wakil Bendahara
(Sumber: Lampiran tentang susunan pengurus DPW Partai Perindo Lampung)
51
B. Sejarah Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
Partai Solidaritas Indonesia atau disingkat PSI adalah partai politik baru yang
didirikan pada tanggal 16 November 2014 berdasarkan Akta Notaris
Widyatmoko, SH No. 14 Tahun 2014. Pada tanggal 16 Desember 2014,
Dewan Pimpinan Pusat PSI (DPP PSI) mengajukan secara resmi surat
pendaftaran sebagai partai politik.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) secara resmi meminta
DPP PSI untuk melengkapi syarat-syarat pembentukan partai politik sesuai
dengan Undang-undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Melengkapi
syarat-syarat pembentukan Parpol inilah yang menjadi “tugas suci” pengurus
PSI di semua level kepemimpinan guna memastikan PSI lolos verikasi
Kumham yang diperkirakan akan berlangsung sekitar pertengahan 2016.
PSI adalah partai politik di Indonesia yang baru didirikan pasca Pemilu tahun
2014. Partai ini diketuai oleh mantan presenter berita Grace Natalie. Partai ini
cenderung mengambil target partisipan kalangan anak muda, perempuan dan
lintas agama. PSI lahir untuk merespon kecenderungan perubahan sosial-
politik generasi baru tersebut.
Generasi baru umumnya berharap lahirnya pemimpin-pemimpin yang bisa
dipercaya, berintegritas, peduli pada rakyat, dan kompeten. Sesuai dengan
perubahan sosial itu, generasi politik baru cenderung menuntut kesetaraan dan
inklusivitas politik yang lebih besar. Karenanya, generasi baru cenderung
menentang berbagai bentuk sentralisme dan hirarki politik yang panjang.
Secara sadar, PSI dibentuk dengan tidak bersandar pada satu tokoh sentral.
52
Kepemimpinan PSI bertumpu pada prinsip kepemimpinan demokratis yang
realistik, yakni poliarki atau kepemimpinan oleh banyak orang. Ketua partai
tidak diberi insentif untuk menjadi pemimpin nasional demi menghindari
politisasi partai untuk kepentingan sang pemimpin sendiri. Yang didorong
untuk menjadi pemimpin dan wakil rakyat di DPR/DPRD adalah siapa saja
yang memenuhi kriteria kepemimpinan, bukan pucuk pimpinan partai di pusat
maupun daerah.
PSI dan pengurusnya hanya melahirkan dan mengorganisir pemimpin-
pemimpin tersebut untuk menjawab harapan generasi politik baru. Perjuangan
PSI dilandasi empat nilai dasar yang menjadi karakter khas PSI yaitu
kebajikan, keragaman, keterbukaan, dan meritokrasi. Empat nilai-nilai dasar
itulah yang menjiwai platform kebijakan yang akan diusung PSI.
1. Visi dan Misi PSI
a. Visi PSI adalah Indonesia yang berkarakter kerakyatan,
berkemanusiaan, berkeragaman, berkeadilan, berkemajuan dan
bermartabat.
b. Misi PSI adalah sebagai berikut:
1) Menggalang kekuatan nasional melalui sebuah kepemimpinan
politik yang ideologis, terorganisir dan terstruktur.
2) Menggalang perjuangan politik dengan nilai solidaritas nasional
melanjutkan agenda reformasi dan demokratisasi.
3) Membangun kembali semangat republikanisme, merajut kembali
rasa kebangsaan yang terserak, menanam kembali benih-benih
53
idealisme, mendirikan kembali benteng-benteng kebhinekaan dan
membangun kembali pondasi gotong royong.
4) Mendorong martabat Indonesia dalam pergaulan internasional,
sesuai prinsip politik bebas aktif dengan melihat kondisi geopolitik
internasional yang sedang berkembang.
2. Tujuan PSI
Tujuan PSI secara organisasi menghadirkan sebuah partai politik baru
yang membawa harapan dan jalan perubahan yang nyata bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tentu target ideal itu hanya di wujudkan jika
PSI bisa membangun struktur di seluruh wilayah administratif Republik
Indonesia, dari Pusat hingga RT. Kehadiran struktur PSI hingga tingkatan
administratif terkecil akan memudahkan PSI untuk menyerap aspirasi dan
kepentingan warga diseluruh Indonesia, sehingg PSI bisa hadir seiring
dengan denyut kehidupan warga negara. Setelah pembangunan struktur
organisasi yang massif, maka PSI akan segera berpartisipasi dalam proses
Pemilihan Umum di setiap tingkatan untuk memastika cita-cita PSI yang
diserap dari seluruh lapisan rakyat Indonesia bisa diperjuangkan melalui
sebuah proses politik negara. Baik di eksekutif, yudikatif dan legislatif.
54
3. Fungsi PSI
a. Menggalang solidaritas nasional semesta yang terdiri dari seluruh
komponen bangsa.
b. Memperkuat kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
c. Mewujudkan negara kesejahteraan sesuai mandate konstitusi.
d. Mengembangkan kehidupan politik kebangsaan yang demokratis,
partisipatif dan beradab.
e. Menciptakan tatanan perekonomian dengan prinsip Demokrasi
Ekonomi.
f. Menegakkan keadilan sosial dan kedaulatan hukum.
g. Memenuhi hak asasi manusia dan hak warga negaraIndonesia.
h. Mengembangkan kepribadian bangsa yang luhur dan kehidupan sosial-
budaya yang egaliter berdasarkan prinsip bhineka tunggal ika.
i. Memberikan makna baru pada demokrasi substantif yang sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia.
j. Memberikan pendidikan politik, kewarganegaraan dan kebangsaan
kepada seluruh rakyat Indonesia.
55
4. Struktur Pengurus PSI DPW Lampung
Tabel 3. Struktur Pengurus PSI DPW Lampung
No Nama Jabatan
1 Beni Aripin, S.E., M.M Ketua DPW PSI
2 Ammar Ali Alamri Wakil Ketua I
3 Eka Fitriyanti, S.E. Wakil Ketua II
4 Febrianda, S.Sos. Sekretaris
5 Azitriaz Tiza, S.Pd. Wakil Sekretaris
6 Yudith Bawono Yudho, S.T., M.M Bendahara
7 Christanty Agusta, S.P. Wakil Bendahara
(Sumber: Lampiran tentang susunan pengurus DPW PSI Lampung)
Berdasarkan penjelasan gambaran umum antara Partai Perindo dan PSI
yang telah di jelaskan diatas, bahwa pada dasarnya kedua partai ini sama-
sama baru dibentuk pada tahun 2013-2014 yang lalu dan sama-sama
terpilih untuk mengikuti Pemilu tahun 2019 tahun ini, untuk Partai Perindo
dan PSI dalam hal target rekrutmennya bisa dibilang sama, dimana kedua
partai baru ini cenderung mendedikasikan diri pada pengembangan dan
partisipan generasi anak muda dan perempuan, walaupun tujuan, visi dan
misi dari lahirnya masing-masing partai ini berbeda-beda, tetapi tetap
mereka sama-sama akan mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat.
56
C. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan Undang-Undang (UU) danPeraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU)
1. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan Undang-Undang (UU)
Syarat bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD
kabupaten/kota berdasarkan Pasal 240 UU No 7 Tahun 2017 tentang
Pemilu adalah Warga Negara Indonesia dan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih;
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Dapat berbicara, membaca, dan/atau menulis dalam' bahasa Indonesia;
e. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas, madrasah
aliyah, sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau
sekolah lain yang sederajat;
f. Setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhinneka Tunggal Ika;
g. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih,
kecuali . secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa
yang bersangkutan mantan terpidana;
h. Sehat jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan narkotika;
i. Terdaftar sebagai pemilih;
j. Bersedia bekerja penuh waktu;
k. Mengundurkan diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah,
aparatur sipil negara, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia, direksi, komisaris, dewan
pengawas dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau
badan usaha milik daerah, atau badan lain yang anggarannya
57
bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat
pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali;
l. Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat,
notaris, pejabat pembuat akta tanah, atau tidak' melakukan pekerjaan
penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara
serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan
dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
m. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara
lainnya, direksi, komisaris, dewan pengawas dan pada badan usaha
milik negara dan/atau badan usaha milik daerah serta badan Lain yang
anggarannya bersumber dari keuangan negara;
n. Menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu;
o. Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan dan
p. Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan.
Syarat-syarat calon legislatif tersebut diatas disertasi dengan kelengkapan
administratif sebagaimana disebutkan dalam Pasal 240 ayat (2) UU No 7
Tahun 2017.
2. Persyaratan Calon Legislatif Berdasarkan Peraturan KomisiPemilihan Umum (PKPU)
Syarat Bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU)
Republik Indonesia Pasal 8 PKPU No 20 Tahun 2018 adalah Warga
Negara Indonesia dan harus memenuhi persyaratan:
58
a. Telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih terhitung sejak
penetapan DCT;
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Dapat berbicara, membaca, dan/atau menulis dalam bahasa Indonesia;
e. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas, madrasah
aliyah, sekolah menengah kejuruan, madrasah aliyah kejuruan, atau
sekolah lain yang sederajat;
f. Setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhinneka Tunggal Ika;
g. Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali secara terbuka dan
jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan
terpidana;
h. Bagi terpidana yang tidak menjalani pidana di dalam penjara meliputi:
i. Terpidana karena kealpaan ringan (culpa levis), atau
ii. Terpidana karena alasan politik;
wajib secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa
yang bersangkutan sedang menjalani pidana tidak di dalam penjara;
i. Bagi mantan terpidana yang telah selesai menjalani masa
pemidanaannya, secara kumulatif, wajib memenuhi syarat secara
terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik dan bukan sebagai
pelaku kejahatan yang berulang;
j. Bukan Mantan Terpidana bandar narkoba, kejahatan seksual terhadap
anak, atau korupsi;
k. Sehat jasmani, rohani, dan bebas penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif;
l. Terdaftar sebagai pemilih;
m. Bersedia bekerja penuh waktu;
n. Mengundurkan diri sebagai gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil
bupati, wali kota atau wakil wali kota, aparatur sipil negara, anggota
59
Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas dan/atau karyawan
pada Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah,
atau badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara,
yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat
ditarik kembali;
o. Mengundurkan diri sebagai Penyelenggara Pemilu atau panitia Pemilu
yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat
ditarik kembali;
p. Persedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat,
notaris, pejabat pembuat akta tanah, atau tidak melakukan pekerjaan
penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara
serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan
dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
q. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat negara
lainnya, direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan pada
badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, serta
badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;
r. Menjadi anggota Partai Politik Peserta Pemilu;
s. Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan;
t. Dicalonkan hanya oleh 1 (satu) Partai Politik Peserta Pemilu;
u. Dicalonkan hanya di 1 (satu) Dapil; dan
v. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang
memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara.
106
pembukaan serta syarat-syaratnya saja.
DPW PSI Lampung masih bersifat rekrutmen tertutup, karena proses
rekrutmen calon legislatif belum memenuhi kriteria serta standar dari
rekrutmen terbuka, dimana setiap partai harus mengadakan konvensi di
internal partai terlebih dahulu, sebagaimana yang tercantum dalam teori
dari Czudnowski (2007:103) yang menyebutkan agar cara ini
memberikan kesempatan bagi rakyat untuk melihat dan menilai
kemampuan elit politiknya.
2. Metode Rekrutmen
Partai politik memiliki pola-pola tertentu dalam menentukan calon
legislatif yang akan diusung. Pada pola-pola tersebut, biasanya terdapat
metode dalam rekrutmen yang dilakukan. Hasibuan (2006)
mengemukakan, cara rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik
biasanya dikenal dengan dua metode yakni metode ilmiah dan metode
non ilmiah.
Teori yang dikemukakan oleh Hasibuan ini menekankan pada titik
indikator ada tidaknya metodelogi yang dijadikan oleh partai politik
dalam melakukan rekrutmen politik. Pada hal ini peneliti melihat metode
nya dari segi kriteria dan mekanisme yang digunakan DPW PSI
Lampung, yang didasarkan data dan fakta di lapangan.
107
Berkaitan dengan metode rekrutmen, DPW PSI Lampung pastinya
memiliki kriteria serta mekanisme yang digunakan, bagi calon legislatif
yang akan diusung. Dalam hal ini metode yang digunakan oleh DPW
PSI Lampung menggunakan metode ilmiah, hal tersebut dikarenakan
dalam pelaksanaan rekrutmen DPW PSI Lampung didasarkan standar-
standar ilmiah dan perhitungan analisis yang matang, yang didasarkan
oleh kriteria-kriteria yang diinginkan PSI.
a. Kriteria Rekrutmen Calon Legislatif DPW PSI Lampung
Penentuan kriteria dan mekanisme pada proses rekrutmen
merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dan dianggap
penting, dimana melalui kriteria-kriteria yang ditentukan dapat
mengetahui caleg seperti apa yang diinginkan, serta dapat
mencerminkan strategi seperti apa yang diinginkan oleh partai politik
tersebut dalam melakukan rekrutmen politiknya, dengan melalui
mekanisme-mekanisme rekrutmen.
Penentuan kriteria diharapkan dapat memunculkan calon-calon yang
sesuai harapan dalam fungsi rekrutmen pada partai politik. Kriteria
biasanya menjadi bagian yang tak terpisahkan baik dalam kontestasi
jabatan politik ataupun regenerasi kepemimpinan organisasi.
AD/ART PSI serta syarat-syarat dari undang-undang secara umum
dan khusus dari partai merupakan pedoman yang akan dijadikan
sebagai bahan acuan, dan di terjemahkan kembali ke dalam TOR
(Term Of Reference) sebagai pedoman kriteria penilaian.
108
TOR tersebut nantinya akan dimiliki panitia seleksi independen
DPW PSI Lampung dalam rangka penjaringan bakal calon legislatif.
Seperti hasil wawancara peneliti dengan Azitriz Tiza selaku wakil
sekretaris DPW PSI Lampung, mengatakan:
“PSI memiliki TOR yang berisikan kriteria-kriteria yangmenjadikan salah satu penilaian juri independen, tidak adakriteria khusus yang memberatkan para Bacaleg, contohnyahanya seperti kecakapan, serta kreativitas yang dimilikiBacaleg dalam berbicara didepan publik serta kreativitas paraBacaleg dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.”(Sumber: Hasil Wawancara, 20 April 2018)
Penilaian kriteria Bacaleg akan dilakukan pada saat seleksi
kompetensi, seperti yang telah disampaikan diatas bahwa panitia
seleksi independen DPW PSI Lampung akan melakukan sesi
wawancara untuk menguji kapabilitas dan profesionalitas
kandidat yang lolos tahapan evaluasi dokumen. Wawancara
terhadap kandidat ditujukan untuk mengevaluasi 6 (enam)
indikator penilaian yaitu sebagai berikut:
i. NilaiSikap inklusif dan toleran (memandang positif perbedaanyang ada), komitmen terhadap pemberantasan korupsi,komitmen terhadap 4 pilar kebangsaaan
ii. VisiMemiliki visi yang jelas untuk berkontribusi membangunbangsa melalui parlemen, kemampuan meyakinkan oranglain tentang visi yang dimilikinya, kemampuan melihat trenddan perubahan Indonesia ke depannya dalam kerangkastrategis.
iii. ProfesionalitasKomitmem terhadap pencapaian hasil akhir yang berkualitas,memiliki target pencapaian yang jelas, menetapkan standaryang tinggi untuk setiap pekerjaan.
109
iv. KreativitasMemiliki ide-ide kreatif untuk menyelesaikan permasalahanyang ada, menyukai pendekatan baru dalam melakukansesuatu, kemampuan mengakomodasi ide-ide dari orang lain
v. KomunikasiKemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan jelas danterstruktur, kemampuan mendengar dan berdialog denganorang lain, dapat berdiskusi secara konstruktif.
vi. Agen PerubahanInisiatif untuk melakukan perubahan, menjadi role modelbagi orang-orang di sekitarnya, menggerakkan orang lainuntuk terlibat gerakan perubahan.
Selesainya dari beberapa pertimbangan kriteria-kriteria penilaian
tersebut, masing-masing panitia seleksi Independen akan mengisi
formulir hasil penilaian dan akan dilakukan perhitungan nilai
kandidat bersangkutan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan di
dalam TOR yang dimiliki juri independen. Seperti yang terdapat
pada lampiran formulir penilaian berikut ini:
Tabel 9. Rumus Pembobotan Nilai
No Indikator Penilaian Bobot Nilai Nilai Setelah1 Nilai 25%2 Visi 15%3 Profesionalitas 15%4 Kreativitas 15%5 Komunikasi 15%6 Agen Perubahan 15%
Total Nilai Setelah Pembobotan(Sumber: TOR Panitia Seleksi Independen)
110
Data yang ditunjukan diatas sesuai dengan pernyataan Ammar Ali
Alamri selaku Wakil Ketua 1 (satu) DPW PSI Lampung, yang
mengatakan:
“PSI mengkategorikan bakal calon legislatif dalam 3 (tiga)kategori yaitu lulus, lulus bersyarat, dan tidak lulus. Nilai akhiradalah nilai rata-rata dari 3 (tiga) orang juri dimana untukdinyatakan lolos sempurna dia harus menilainya 3,75. kalobelum 3,75 itu belum lolos sempurna. Orang-orang yang lolosbersyarat artinya terdapat sejumlah perbaikan yang harusmereka lakukan. Bacaleg yang lolos bersyarat, akan diberisejumlah kelas pelatihan, setelah itu PSI akan membuat ujiankepada Bacaleg yang lulus bersyarat dan masih belum tentuuntuk bisa dikatakan lulus, keputusan terdapat pada juriindependen.” (Sumber: Hasil Wawancara, 28 April 2018)
Dipertegas lagi oleh Azitriz Tiza selaku wakil sekretaris DPW PSI
Lampung, yang mengatakan:
“Berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan PSI dalammerekrut Caleg nya, PSI bertujuan akan mencari calonwakil rakyat yang nantinya akan membuat regulasi yangberdampak bagi masyarakat dan membangun nilaisolidaritas antar masyarakat, demi terwujudnya “AntiKorupsi dan Anti Intoleransi”. (Sumber: Hasil Wawancara,Tanggal 20 April 2018)
Pernyataan diatas diperkuat lagi oleh salah satu bakal Caleg DPRD
Provinsi dari Dapil 1 DPW PSI Lampung Anisha Ryad Eyes,
mengatakan:
“Kriteria ini mungkin bisa dibilang salah satu strategi PSIuntuk mendapatkan Caleg-caleg yang berkualitas, karena PSImenginginkan proses pemilihan calon anggota legislatif yangtransparan dinilai kunci dari terwujudnya politik yang sehat,dimana PSI ingin memulai sebuah tradisi politik yang baru.Bacaleg yang telah mendaftarkan diri diwajibkan mengetahuikriteria tersebut, agar para Bacaleg yang mendaftarmengetahui apa tujuan dari PSI sendiri, demi mewujudnya“Anti Korupsi dan Anti Intoleransi”. (Sumber: HasilWawancara, 30 April 2018)
111
Berdasarkan penjelasan diatas yang didapatkan melalui wawancara
dengan internal partai dan salah satu calon legislatif, bahwa
penilaian kriteria dilakukan pada saat seleksi kompetensi yang
dilakukan secara wawancara terhadap Bacaleg yang ditujukan
untuk mengevaluasi 6 (enam) indikator kriteria penilaian yang
digunakan PSI, serta kriteria-kriteria tersebut wajib diketahui
oleh para bakal calon legislatif.
Selesainya tahapan evaluasi kompetensi, panitia seleksi independen
dari DPW PSI Lampung akan melakukan penilaian melalui tata cara
penghitungan seleksian. Bacaleg yang memenuhi persyaratan dan
nilainya diatas rata-rata minimum akan dinyatakan lolos dan bisa
masuk ke evaluasi sosialisasi, sebagaimana yang dikatakan oleh
Azitriz Tiza selaku wakil sekretaris DPW PSI Lampung, yang
mengatakan:
“Bacaleg yang memenuhi persyaratan nilai rata-rata minimumakan dinyatakan lolos tahapan evaluasi kompetensi. PSI akanmengeluarkan keputusan Bacaleg yang lolos seleksi padatahapan kompetensi. Hasil dari keputusan tersebut akan diinformasikan kepada Bacaleg yang lolos dan tidak lolos,melalui Email dan SMS (Short Message Service). Bacalegyang lolos seleksi tahapan evaluasi kompetensi akan diundanguntuk mengkuti tahapan selanjutnya yaitu evaluasi sosialisasi.”(Sumber: Hasil Wawancara, Tanggal 20 April 2018)
Berdasarkan pernyataan yang telah disampaikan, ditarik kesimpulan
bahwa kriteria yang digunakan DPW PSI Lampung lebih mengarah
ke visi misi PSI itu sendiri, dimana menargetkan Caleg yang berasal
dari kalangan anak muda yang berkarakter, berkemajuan dan
112
bermartabat, serta memperjuangkan politik dengan nilai solidaritas.
Pada proses memberikan penilaian terhadap Bacaleg yang mendaftar
secara transparan, yang diberikan kuasa penuh kepada panitia seleksi
independen yang dimiliki DPW PSI Lampung. Dari kriteria yang
ada, akan mengahasilkan mekanisme rekrutmen secara keseluruhan
yang akan digunakan.
b. Mekanisme Rekrutmen Calon Legislatif pada DPW PSILampung
Setiap partai politik memiliki cara yang berbeda dalam melakukan
rekrutmen politiknya. Biasanya cara yang berbeda tersebut dapat
terlihat dari ketentuan-ketentuan terkait kebijakan partai politik
melakukan rekrutmen bagi calon legislatif ataupun kadernya. Di
dalam cara rekrutmen calon legislatif, DPW PSI Lampung pasti
memiliki aturan mengenai tata cara atau metodelogi dalam
melakukan rekrutmen politiknya.
Metodelogi tersebut dimungkinkan menjadi bagian yang tak
tepisahkan sekaligus menjadi strategi DPW PSI Lampung dalam
merekrut calon legislatifnya, dengan melalui mekanisme-mekanisme
rekrutmen. Diawali dengan pembentukan tim rekrutmen Bacaleg
yang dinamakan panitia seleksi independen DPW PSI Lampung.
113
Tim Pansel independen bakal calon legisatif dibentuk sesuai dengan
SK (Surat Keputusan) yang dikeluarkan Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) PSI, dengan membentuk panitia seleksi independen disetiap
tingkatan legislatif. DPP PSI bertanggung jawab untuk membentuk
panitia seleksi independen untuk tahapan seleksi calon legislatif
DPR RI, DPW PSI bertanggung jawab untuk membentuk panitia
seleksi independen untuk tahapan seleksi calon legislatif DPRD
Provinsi dan DPD PSI bertanggung jawab untuk membentuk panitia
seleksi independen untuk tahapan seleksi calon legislatif DPRD
Kabupaten/Kota.
Anggota panitia seleksi independen yang dibentuk oleh DPW PSI
Lampung yang telah menyatakan kesediaannya dan disahkan
melalui SK yang dikeluarkan DPP PSI, terlampiran dalam Term of
Reference (TOR) sebagai berikut:
viii. Dr. Hamzah, S.H., M.H.Dosen Fakultas Hukum Unversitas Lampung
ix. Zainal Asikin, MSTokoh Pemuda
x. Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., PsikologKetua Perempuan Muhammadiyah PW NA Lampung
xi. Beni Aripin, SE., MMKetua DPW PSI
Panitia seleksi independen ini terdiri dari para pakar, ahli dan
profesional dari berbagai latar belakang yang berbeda untuk
memastikan proses seleksi dapat menghasilkan kandidat yang
berkualitas. Panitia seleksi independen ini nantinya akan melakukan
seleksi terkait dengan tulisan tentang “Penanganan Anti Korupsi dan
114
Intoleransi”, serta tes kompetensi terhadap Bacaleg. Sebagaimana
diungkapkan oleh Ammar Ali Alamri selaku Wakil Ketua 1 (satu)
DPW PSI Lampung, yang mengatakan:
“Diawal pendaftaran para Bacaleg akan membuat tulisantentang “Penanganan Anti Korupsi dan Intoleransi”, Duakriteria ini menjadi poin penting dalam seleksi Bacaleg PSI.setelah berkas nya masuk, ada tim sendiri dari PSI yang akanmenyeleksi secara administrasi. Setelah itu akan di agendakanuntuk melaksanakan seleksi tes kompetensi bersama juriindependen, tahap selanjutnya yaitu seleksi sosialisasi, padaseleksi sosialisasi, Bacaleg yang mendaftar harus mendapatkandukungan dari masyarakat yang dibuktikan dengan video-video.” (Sumber: Hasil Wawancara, 25 April 2018)
Dipertegas lagi oleh Azitriz Tiza selaku wakil sekretaris DPW PSI
Lampung, mengatakan:
“PSI menagadakan rekrutmen terbuka untuk menjaringBacaleg yang berkualitas. PSI telah membentuk PanitiaSeleksi (Pansel) Independen yang terdiri dari para pakar, ahli,dan profesional dari berbagai latar belakang berbeda. Pada saatsesi wawancara oleh Timsel terhadap Bacaleg, akan dilihatrekam jejak, visi calon tersebut, profesionalitas, kreatifitas, danlain-lain untuk melihat kualitas Bacaleg. PSI siap untukmemberikan kendaraan bagi orang-orang baik, yang maumemerangi korupsi, dan sejalan dengan PSI. Tim PanselIndependen ini juga telah diseleksi secara ketat dan merekajuga mesti punya kemampuan yang sudah teruji.” (Sumber:Hasil Wawancara, Tanggal 20 April 2018)
Secara jelas berdasarkan peryataan yang telah disampaikan bahwa
tim Pansel yang dibentuk telah melalui tahap seleksi secara ketat
oleh internal PSI, tentunya mereka memiliki kemampuan yang telah
teruji. PSI memiliki tiga tahapan pada seleksi Bacaleg yang terdiri
dari tahapan evaluasi administrasi, evaluasi kompetensi, dan
evaluasi sosialisasi. Pada tahapan evaluasi administrasi dan
dokumen, berkaitan dengan syarat-syarat minimal pendaftaran yang
115
di tetapkan oleh KPU dan PSI, mengisi formulir pendaftaran dan
membuat tulisan 1 (satu) halaman tentang “anti korupsi dan anti
intoleransi”, evaluasi ini akan dilakukan oleh tim dari internal PSI.
Evaluasi kompetensi yaitu mengevaluasi kemampuan dan
kecakapan seorang kandidat, evaluasi pada tahapan ini akan
dilakukan oleh tim panitia seleksi independen dengan melakukan
wawancara dengan para Bacaleg. Proses wawancara tatap muka
akan berlangsung selama 20 (dua puluh) menit yang terdiri dari 2
(dua) bagian. Bagian pertama, kandidat melakukan presentasi
selama maksimum 7 (tujuh) menit. Bagian kedua, panitia seleksi
independen melakukan tanya jawab selama maksimum 13 (tiga
belas) menit.
Presentasi peserta selama maksimum 7 (tujuh) menit berisi
tentang visi dan solusi kreatif apa yang akan mereka berikan bila
berhasil duduk menjadi anggota legislatif, ide untuk melawan
korupsi dan intoleransi serta bagaimana mengajak orang lain
untuk ikut dalam melakukan perubahan. Proses wawancara ini
akan direkam dan di unggah ke website dan media sosial PSI
sebagai bagian dari transparansi proses seleksi, dibuktikan
dengan hasil observasi peneliti berikut ini:
116
(Sumber: https://Youtube.co.id/)Gambar 8. Proses Wawancara Caleg PSI Tahun 2019
Terakhir evaluasi sosialisasi yaitu mengukur kemampuan kandidat
untuk berinteraksi dan meyakinkan masyarakat di daerah pemilihan
dan para Bacaleg minimal memiliki 150 video dukungan. Evaluasi
pada tahap ini akan dilakukan oleh tim dari internal partai.
Mekanisme rekrutmen tersebut telah dijelaskan ke dalam TOR yang
dimiliki panitian seleksi independen DPW PSI Lampung.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ammar Ali Alamri selaku
Wakil Ketua I (satu) DPW PSI Lampung menjelaskan:
“Pedoman atau TOR yang digunakan oleh DPW PSI tentunyadidasarkan pada SK DPP yang telah disosialisasikan kepengurus daerah yang menyangkut tentang petunjuk rekrutmencalon legislatif. Di dalamnya terdapat isi tentang mekanismeserta kriteria yang dikedepankan untuk rekrutmen calonlegislatif. Pedoman tersebut dijadikan sebagai acuan dalammerekrut calon legislatif.” (Sumber: Hasil Wawancara, 25April 2018)
117
Dipertegas lagi oleh Azitriz Tiza selaku wakil sekretaris DPW PSI
Lampung, yang mengatakan:
“PSI memiliki tiga tahapan pada rekrutmen Bacaleg nya yangterdiri dari tahapan evaluasi administrasi, disini para Bacalegakan diseleksi secara administrasi, jika lolos akan diikuti keevaluasi kompetensi, dimana akan diakadakan sesi secarawawancara yang akan diseleksi oleh tim Pansel independenyang dimiliki PSI dan yang terakhir evaluasi sosialisasi,dimana pada tahapan ini bertujuan untuk mengukurkemampuan kandidat dalam berinteraksi dan meyakinkanmasyarakat di daerah pemilihannya serta para Bacaleg harusmembuat minimal 150 video dukungan dari masyarakat.Setelah semuanya selesai tim Pansel independen yang dimilikiPSI akan menilai dan memasukkannya ke scoring, setelah ituTim Pansel Independen ini akan mengadakan diskusi terhadapinternal partai untuk menentukan diterima atau tidak nyabacaleg tersebut”. (Sumber: Hasil Wawancara, Tanggal 20April 2018)
Diperkuat lagi oleh salah satu bakal Caleg DPRD Provinsi dari
Dapil 1 DPW PSI Lampung Anisha Ryad Eyes, mengatakan:
berkaitan dengan mekanisme yang telah dijalankan, mengatakan:
“Tahapan yang telah dijalankan PSI dirasa sudah begitu jelasdan transparan, karena Salah satu masalah utama di parpoladalah sistem rekrutmen calon anggota legislatif yang tidaktransparan. Tidak mengherankan praktik korupsi, misalnya,masih sangat marak terjadi. PSI ingin membangun tradisi danstandar baru. PSI ingin Rekrutmen caleg dijalankan denganprofesional dan transparan. Kalau proses dan sistemnyadiperbaiki, diharapkan kualitas anggota legislatif juga jauhlebih baik.” (Sumber: Hasil Wawancara, Tanggal 30 April2018)
Terkait tahapan rekrutmen yang telah dilakukan DPW PSI Lampung,
bahwa pada mekanisme rekrutmennya sudah dilakukan secara jelas,
dimana dari proses awal pendaftaran sampai dengan proses penilaian.
selesainya tahap kompetensi ini para Bacaleg akan dinilai sesuai
dengan kriteria pokok yang ditetapkan untuk menilai calon mana
118
yang berhak lolos, guna mendapatkan calon anggota legislatif yang
benar-benar menguasai visi misi masing-masing, serta sejalan dengan
program pemenangan partai.
Selanjutnya untuk memutuskan dan menetapkan calon legislatif
berada pada rapat harian partai, yang mekanisme pengambilan
keputusannya diambil dengan cara musyawarah dan tetap merujuk
kepada undang-undang yang berlaku. Dibuktikan dengan hasil
wawancara peneliti dengan Azitriz Tiza selaku wakil sekretaris
DPW PSI Lampung, yang mengatakan:
“Pengambilan keputusan terkait rekrutmen legislatif PSIdiputuskan secara musyawarah melalu rapat harian partaiatas dasar pertimbangan terkait penilaian yang sudah ditetapkan panitia tim seleksi independen DPW PSILampung, jika dibutuhkan wewenang akan diserahkankepada ketua dan pengurus partai lainnya untukmengevaluasi menyangkut pertimbangan yang butuhkeputusan orang banyak.” (Sumber: Hasil Wawancara,Tanggal 20 April 2018)
Keputusan DPW akan diterbitkan dalam bentuk Surat Kerja
(SK) DPW PSI Lampung yang selanjutnya disampaikan kepada
KPUD Provinsi. Penetapan calon anggota legislatif terpilih
sudah berdasarkan pada pertimbangan kebijakan partai dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang sudah di rapatkan
sebelum nya.
119
Salah satu nya fakta integritas calon, dimana seperti yang
dikatakan Azitriz Tiza selaku wakil sekretaris DPW PSI Lampung,
dalam proses seleksi PSI menjamin seluruh bakal calon anggota
DPRD pada Pemilu 2019 yang diajukan kepada KPU memiliki
integritas dan komitmen yang tinggi untuk tidak melakukan
tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme atau melakukan
pelanggaran hukum, yang sudah ditanda tangani oleh ketua
umum Partai Perindo Grace Natalie Louisa dan sekretaris
jendral Raja Juli Antoni. (Sumber: Hasil Wawancara, Tanggal 20
April 2018)
3. Kecenderungan Rekrutmen
Suatu kriteria menjadi hal yang tak dapat dipisahkan bagi partai politik
demi terciptanya individu-individu yang berkualitas untuk ditempatkan
pada jabatan politik ataupun organisasi. Kriteria dianggap menjadi suatu
kewajiban demi mendapatkan individu yang terbaik. Pada sebuah proses
rekrutmen biasanya partai politik memiliki kecenderungan yang berbeda
dalam melakukan rekrutmennya, kecenderungan tersebut terkadang
mengacu pada hasil dan proses yang ingin dicapai partai politik tersebut.
Berbicara pola kecenderungan rekrutmen politik, ada beberapa tipe
kecenderungan rekrutmen politik, diantaranya tipe partisan,
compartmentalization, immediate survival, dan civil service reform.
Seperti hal nya DPW PSI Lampung, kecenderungan rekrutmen yang
digunakan DPW PSI Lampung bisa dikatakan mencangkup keempatnya,
120
dimana secara garis besar dapat dikatakan lebih mengedepankan
loyalitas, pendidikan, pengalaman organisasi, adanya otoritas pemimpin
partai, dan kemampuan yang dimiliki oleh anggota calon legislatif.
Kecenderungan yang lebih dominan digunakan DPW PSI Lampung
dalam merekrut calon legislatif nya yaitu kecenderungan civil service
reform, dimana untuk kecenderungan ini menggambungkan dua tipe
kecenderungan antara tipe partisan dan tipe compartmentalization.
kecenderungan civil service reform lebih menjurus kedua-duanya yaitu
loyalitas dan kemampuan, dimana sangat mempengaruhi kinerjanya di
DPRD dalam membawa misi kepartaiannya.
e. Partisan
Tipe kecenderungan partisan merupakan pendukung yang kuat,
loyalitas tinggi, terhadap partai hingga bisa direkrut untuk jabatan
strategis. Tipe ini lebih mengedapan kader-kader partai yang bisa
direkrut untuk menjadi calon legislatif. Artinya pada kecenderungan
ini, indikator yang dilihat adalah dari sisi loyalitas dan pendukung
terutama yang berkaitan dengan kader-kader partai. Pada tipe
kecenderungan ini menurut penulis semua partai hampir dipastikan
menggunakan tipe partisan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
wawancara dengan Ammar Ali Alamri selaku Wakil Ketua I (satu)
DPW PSI Lampung, yang menyebutkan:
121
“PSI merupakan partai baru, dimana untuk melihat loyalitasmaupun elektabilitas kader-kader DPW PSI Lampung belumsepenuhnya kelihatan, tetapi tidak dipungkiri DPW PSILampung sama halnya dengan partai-partai yang lain, dimanapastinya DPW PSI Lampung melihat dari segi loyalitas nya,dan PSI sendiri sebagai partai yang baru, dalam perekrutanakan menampung anak-anak muda yang mempunyaikemampuan untuk gabung bersama PSI, seperti tujuan dari PSIitu sendiri yang menjunjung Anti Korupsi dan Anti Toleransi.”(Sumber: Hasil Wawancara, 25 April 2018)
Dipertegas lagi oleh Wakil Sekretaris DPW PSI Azi Triz Tizah
selaku Wakil Sekretaris DPW PSI Lampung, yang mengatakan:
“Pastinya setiap partai mencari yang memiliki loyalitas tinggitehadap partainya, bahkan sangat bagus apabila mempunyaikeduanya antara loyalitas dan elektabilitas, yang terpentingpara Bacaleg memiliki profesionalitas kinerja di bidangmasing-masing. PSI berkeyakinan, para Bacaleg tersebut akanmampu mengisi komisi-komisi dengan profesional. PSIbertujuan bersama-sama berjuang mengubah paradigma politikkotor, dengan cara memenuhi kursi legislatif untuk orang-orang baik yang siap mendedikasikan hidupnya demikepentingan rakyat,.” (Sumber: Hasil Wawancara, 20 April2018)
Pernyataan tersebut memperkuat bahwasanya tipe partisan ini
memang cenderung digunakan oleh DPW PSI Lampung dalam
melakukan rekrutmen Caleg. Dengan salah satu titik ukur
keloyalitasan, diharapkan dapat memperkuat penyampaian aspirasi
dari pendukung partai dan menjalankan visi misi partai.
f. Compartmentalization
Partai politik di negara penganut sistem demokrasi seperti di
Indonesia akan memberikan kesempatan besar bagi warga negaranya
untuk berpartisipasi menjadi anggota partai politik dan juga
122
memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkompetisi agar
dapat terpilih menjadi orang yang dicalonkan sebagai pemimpin
jabatan politik. Bagi warga negara yang mempunyai kemampuan
yang menonjol, kemungkinan dirinya dapat terpilih sebagai calon
legislatif ataupun pemimpin lebih besar.
Kemampuan yang menonjol yang dimaksud tentu saja tidak hanya
berbicara segi kualitas semata. Tingkat pendidikan dan pengalaman
organisasi juga menjadi pertimbangan partai politik dalam memilih
dan menetapkan calon legislatifnya. Tingkat pendidikan dan
pengalaman organisasi berkaitan erat dengan kemampuan wawasan
seorang individu dalam menghadapi suatu masalah dan perilaku
organisasi. Oleh karena itulah partai politik biasanya juga
menggunakan tingkat pendidikan dan pengalaman organisasi dalam
merekrut calon legislatifnya.
Romli (2005:93) mengemukakan proses rekrutmen yang didasarkan
pada latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi ataupun
kegiatan sosial politik seseorang (ketokohan) seperti contohnya
aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang digunakan oleh
partai politik dapat disebut kecenderungan tipe
compartmentalization. Berdasarkan data yang diperoleh oleh
peneliti, tipe kecenderungan compartmentalization ini juga
digunakan oleh DPW PSI Lampung dalam menentukan calon
legislatifnya.
123
Tipe kecenderungan compartmentalization ini sebenarnya hanya
menjadi nilai tambah saja bagi kader yang akan dicalonkan jadi
anggota legislatif. Tipe ini memang menjadi poin pertimbangan bagi
DPW Partai Perindo Lampung dalam menentukan calon anggota
legislatif, namun ini hanya menjadi penunjang kapasitas kader ketika
nantinya terpilih menjadi anggota dewan. Terkait hal tersebut Ammar
Ali Alamri selaku Wakil Ketua I (satu) DPW PSI Lampung,
mengatakan bahwa:
“Untuk pendidikan dan pengalaman organisasi PSI tidakterlalu mementingkan hal tersebut ke dalam indikatorpenilaian, dalam artian bukan tidak mementingkan samasekali, hanya saja pendidikan dan pengalaman organisasihanya sebagai penunjang untuk para Caleg di hadapanmasyarakat, yang terpenting mereka dapat bekerja secaraprofesionalitas di bidangnya masing-masing, dan mampumengisi komisi-komisi dengan profesional nantinya.”(Sumber: Hasil Wawancara, 25 April 2018)
Dipertegas lagi oleh Wakil Sekretaris DPW PSI Azi Triz Tizah
selaku Wakil Sekretaris DPW PSI Lampung, yang mengatakan:
“PSI terbuka untuk siapa saja, dari golongan apa saja baik baikitu aktivis atau bukan, serta pendidikannya SMA, sarjana atautidak, PSI tidak terlalu mementingkan hal tersebut, asalkanBacaleg yang mendaftar bisa komitmen dalam menjagakesesuaian visi misi Bacaleg dengan tujuan dari PSI.”(Sumber: Hasil Wawancara, 20 April 2018)
Berdasarkan pernyataan yang telah disampaikan diatas, dapat
disimpulkan bahwa DPW PSI Lampung memberikan perhatian
terhadap tingkat pendidikan dan pengalaman organisasinya. Namun
PSI sendiri tidak memfokuskan hal tersebut, ini hanya menjadi
124
penunjang kapasitas seorang calon ketika nantinya terpilih menjadi
anggota dewan, yang dibuktikan oleh data DCT Dapil 1 DPRD
Provinsi Lampung berikut:
Tabel 10. Pendidikan Terakhir dan Pengalaman Organisasi CalegDPW PSI Dapil 1 DPRD Provinsi Lampung
No NamaPendidikan
TerakhirPengalaman Organisasi
1DoddieIrawan, SH
D4/S1 -
2M HaryaRamdhoni
S3
Anggota PSI Ketua Relawan Padamu
Negeri Provinsi Lampung Sekretaris Sekolah
Kebudayaan Lampung Relawan Serikat Nelayan
Lampung Anggota Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Anggota Serikat Mahasiswa
Universitas Lampung
3Dien AgustinaAripin, SE
D4/S1 -
4CharlesLumbantoruan
D4/S1 -
5Anisha RyadAyes
SMA -
(Sumber: Infokpu.com diakses pada 20 April 2018 pukul 14.15 WIB)
Berdasarkan hasil wawancara dan data yang telah diperoleh, dengan
salah satu titik ukur tingkat pendidikan dan pengalaman organisasi.
Bahwa dari DCT Dapil 1 DPRD Provinsi Lampung menunjukan
memang benar DPW PSI Lampung tidak terlalu mefokuskan tingkat
pendidikan dan hanya dijadikan sebagai penunjang kapasitas kader
saja nantinya, tetapi DPW PSI Lampung lebih menekankan Caleg
yang memiliki kemampuan yang mempuni.
125
g. Imediate Survival
Tipe kecenderungan imediate survival merupakan proses rekrutmen
yang dilakukan oleh otoritas pimpinan partai tanpa memperhatikan
kemampuan orang-orang yang direkrut, yang artinya pada
rekrutmennya dapat dikatakan wewenang pimpinan mempunyai
porsi yang sangat besar. Pada porsi yang sangat besar itu sendiri
tanpa memperhatikan profil dan kompetensi seorang calon legislatif.
Hanya berdasarkan perkiraan pimpinan partai saja terkait siapa saja
yang akan diusung menjadi calon legislatif.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis, DPW
PSI Lampung dalam rekrutmen politiknya menolak adanya
kebijakan ketua umum yang sifanya absolut terhadap perekrutan
politik terhadap calon legislatif. Hal tersebut disampaikan oleh
Azitriz Tiza selaku wakil sekretaris DPW PSI Lampung, yang
mengatakan:
“Pengambilan keputusan terkait rekrutmen legislatif PSIdiputuskan secara musyawarah melalu rapat harian partaiatas dasar pertimbangan terkait penilaian yang sudah ditetapkan panitia tim seleksi independen DPW PSILampung, jika dibutuhkan wewenang akan diserahkankepada ketua dan pengurus partai lainnya untukmengevaluasi menyangkut pertimbangan yang butuhkeputusan orang banyak.” (Sumber: Hasil Wawancara,Tanggal 20 April 2018)
126
Secara khusus memang jelas tidak terlihat bahwa adanya sentralisasi
kebijakan ketua umum dalam melakukan rekrutmen politik.
Memang awalnya Juri Independen dari berbagai profesi ini yang
menyeleksi bacaleg, tetapi jikapun ada kewenangan tersebut terkait
pertimbangan-pertimbangan khusus yang mengacu pada kriteria.
Kemudian berkaitan transaksional politik pada rekrutmen DPW PSI
Lampung, Azi Triz Tizah selaku Wakil Sekretaris DPW PSI
Lampung, menegaskan bahwa:
“Dari awal pendaftar sampai dengan akhir penentuan calonlegislatif, tidak ada transaksional apapun yang dilakukan baikitu dari Bacaleg nya atau dari pengurusnya. Kalau pun ada itubiaya masing-masing individu untuk membuat suratpersyaratan dari PSI, seperti membuat SKCK (SuratKeterangan Catatan Kepolisian) dan lain-lain.” (Sumber: HasilWawancara, 20 April 2018)
Diperkuat lagi oleh salah satu bakal Caleg DPRD Provinsi dari
Dapil 1 DPW PSI Lampung Anisha Ryad Eyes, yang berkaitan
dengan transaksional politik yang terjadi terkait rekrutmen Caleg,
mengatakan:
“Dalam menjalankan proses-proses rekrutmen yang diadakanPSI, belum melihat dan mendengar adanya praktektransaksional yang terjadi, PSI ingin proses rekrutmen yangdilaksanakan terbebas dari unsur transaksional politik, PSIingin menghasil Caleg yang mempunyai kualitas dibidang nyamasing-masing.” (Sumber: Hasil Wawancara, Tanggal 30April 2018)
127
Secara khusus, berdasarkan penjelasan terhadap internal partai dan
salah satu calon anggota legislatif dari DPW PSI Lampung, tidak
terlihat bahwa adanya sentralisasi kebijakan ketua umum dalam
melakukan rekrutmen politik. Namun pada kenyataannya jika dilihat
dari DCT PSI Dapil 1 DPRD Provinsi Lampung yang telah
dijelaskan sebelumnya pada tabel 10 (sepuluh), terlihat jelas
terdapat peran otoritas pempinan partai tanpa memperhatikan
kemampuan orang-orang yang direkrut.
Terlihat jelas bahwa DPW PSI Lampung dalam menjalankan proses
penjaringan caleg, pimpinan DPW Partai Perindo Lampung berhak
menunjuk langsung siapa kader yang akan ditempatkan menjadi
caleg. Terlepas pertimbangan apapun itu dalam menentukan caleg
tersebut. Yang jelas pimpinan partai mempunyai hak untuk
menentukan caleg yang akan diberikan amanah.
h. Civil Service Reform
Pemilihan umum merupakan kesempatan pengurus partai politik
yang dianggap mampu untuk mengambil keputusan terkait yang
akan diusung menjadi calon legislatif. Untuk mempertahankan suatu
jabatan, maka partai politik harus mampu menampilkan orang-orang
yang memiliki kemampuan serta loyalitas yang sesuai dengan visi
dan platform partai.
128
Melihat dari sistem demokrasi di Indonesia yang semakin hari
semakin mapan, partai politik tentunya dituntut semakin dewasa.
Tuntutan kedewasaan partai politik diuji seperti dalam merekrut
orang-orang yang memiiki kemampuan baik direkrut secara internal
maupun eksternal. Kemampuan dan keterampilan tersebutlah yang
nantinya akan menjadi nilai jual bagi partai politik baik untuk
mendapatkan suara dari masyarakat pada Pemilu nantinya.
Indikator pada tipe kecenderungan Civil Service Reform merupakan
proses rekrutmen dengan salah satu titik ukur berdasarkan
kemampuan dan loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan
kedudukan yang lebih tinggi atau penting. Artinya untuk tipe Civil
Service Reform jika kita lihat bahwa kecenderungan ini
menggambungkan dua tipe antara tipe partisan dan tipe
compartmentalization, dimana tipe kecenderungan ini lebih
menjurus kedua-duanya yaitu loyalitas dan kemampuan seorang
calon anggota legislatif. Dengan kata lain DPW PSI Lampung
menggunakan tipe kecenderungan tersebut.
Berkaitan dengan keterampilan dan loyalitas individu yang dijadikan
pertimbangan dalam proses rekrutmen untuk calon legislatif yang
akan diusung oleh DPW Partai Perindo Lampung pada pemilu
nantinya, Dalam hal ini Ammar Ali Alamri selaku Wakil Ketua I
(satu) DPW PSI Lampung, mengatakan:
129
“Keterampilan, tentu itu juga menjadi salah satu bahanpertimbangan PSI, terampil menurut PSI Bacaleg harusmemiliki banyak ide-ide kreatif untuk menyelesaikan suatumasalah, karna PSI ingin Caleg yang nantinya sudah jadi,bukan hanya mengenyangkan perut sendiri saja, tetapi jugaharus bisa menyalurkan, menyumbangkan ide-ide kreatifkhusus nya untuk Lampung dalam menyelesaikan masalahyang ada”. (Sumber: Hasil Wawancara, 25 April 2018)
Dipertegas lagi oleh Azi Triz Tizah selaku Wakil Sekretaris DPW
PSI Lampung, yang menegaskan bahwa:
“Semua sudah menjadi bahan pertimbangan dari PSI dan juriindependen, karena PSI ingin Caleg yang benar-benar berjuanguntuk Lampung khususnya dan juga untuk Indonesia, makanyadiadakan seleksi-seleksi tersebut untuk menjaring danmendapatkan Caleg yang terbaik. Begitu juga dengan loyalitasyang dimiliki, PSI mengharapkan Bacaleg yang mendaftarmempunyai visi dan misi yang sesuai dengan tujuan dari PSIyaitu “Anti Korupsi dan Anti Intoleransi.” (Sumber: HasilWawancara, 20 April 2018)
Memiliki kader yang kemampuan operasionalnya mumpuni
terutama di bidang politik adalah hal yang diidamkan oleh partai
politik untuk mewakili partai di DPRD termasuk DPW PSI
Lampung. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
terhadap internal partai, didapatkan kesimpulan bahwa DPW PSI
Lampung secara khusus juga menggunakan kecenderungan Civil
Service Reform dalam menetapkan calon legislatifnya, dimana lebih
mengedepankan kemampuan dan loyalitas, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya.
130
Secara garis besar pola kecenderungan yang dimiliki DPW Partai
Perindo Lampung dalam memilih dan menetapkan calon anggota
legislatif, faktor yang paling dominan dalam melakukan perekrutan
calon anggota legislatif adalah faktor loyalitas dan kemampuan,
dimana seorang calon anggota legislatif itu pada umumnya
mempunyai basis operasional yang mempuni, sehingga diharapkan
dapat menyelesaikan dengan cepat permasalahan-permasalahan yang
ada dimasyarakat.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi pada
penelitian yang peneliti lakukan berfokus pada persoalan mengenai
bagaimana pola rekrutmen yang digunakan Partai Perindo dalam
merekrut calon legislatifnya yang dibagi menjadi beberapa indikator
penilaian. Fokus tersebut telah ditelaah berdasarkan kategori
dibawah ini:
131
Tabel 11. Triangulasi Data Penelitian
Indikator Observasi Wawancara DokumentasiSifat Polarekrutmen
Partai Solidaritas Indonesia(PSI) melakukan openrekrutmen secara terbukauntuk masyarakat yangmerasa memilikikemampuan dibidangnyadan cocok dengan visi danmisi serta tujuan partai daningin mendaftarkan dirisebagai calon legislatif PSI.
PSI dalam melakukan rekrutmen calonlegislatif mengacu pada aturan AD/ART partaidan di terjemahkan kembali ke dalam TORyang telah ditetapkan tentang prosedurrekrutmen calon anggota legislatif, yang akandiikuti baik itu dari eksternal maupun internalpartai.
PSI bersifat terbuka dalam syarat-syarat sertapengumuman rekrutmen, dimana memulairekrutmen dengan melakukan sosialisasi dimedia dan website pribadi yang dimiliki, barusetelah itu PSI melakukan 3 (Tiga) tahaprekrutmen dalam merekrut calon legislatifnya.
PSI dalam proses rekrutmen Caleg jugamenggunakan pola rekrutmen tertutup yangberlaku bagi perekrutan calon legislatif yangberasal dari kader internal partai, dengan caraditunjuk dan dihubungi secara langsung olehpartai untuk maju sebagai calon legislatif,tanpa melalui dan mengadakan Pemira terlebihdahulu dalam hal proses rekrutmen calonlegislatif dari internal partai, karena salah satustandard dan kriteria sifat rekrutmen terbukayaitu setiap partai harus mengadakan konvensidi internal partai.
Dokumentasi yang menunjukan bahwa PSIsudah melakukan rekrutmen secara terbukadengan melihat pendaftaran secara online danoffline ataupun pemberitaan di media massa.3. Pengumuman pendaftaran Caleg PSI lewat
website
4. E-Formulir yang merupakan pendaftaranlewat media online
Berdasarkan Daftar Calon Tetap (DCT) Dapil1 DPRD Provinsi Lampung yang sudahdiumumkan KPU, bahwa peran elit tidakbegitu dominan, dari 5 (lima) Caleg yangdicalonkan hanya terdapat 1 (satu) calon sajayang berasal dari internal partai.
131
132
Metode Polarekrutmen
PSI mengadakan sosialisasiserta pelatihan terhadapBacaleg, serta memiliki timPansel dari berbagai tokohdan keilmuan.
Kriteria rekrutmen yang diinginkan PSI sudahdimasukkan ke dalam scoring penilaian yangnantinya akan dinilai oleh panitia seleksiindependen dalam merekrut bakal calonlegislatif melalui seleksi kompetensi.
Panitia seleksi independen PSI merupakan darieksternal PSI yang terdiri dari para pakar, ahlidan profesional dari berbagai latar belakangberbeda.
DPW PSI Lampung menggunakan metodesecara ilmiah, hal tersebut dikarenakan dalampelaksanaan rekrutmen DPW PSI didasarkanstandar-standar ilmiah dan perhitungan analisisyang matang.
Form rekapitulasi hasil penilaian calon legilatiffit and proper test Partai Perindo ProvinsiLampung.
PSI melaksanakan prosedur rekrutmenberdasarkan AD/ART Partai serta PSI sendirimemberikan pembekalan terhadap Bacaleg yangakan maju pada Pemilu 2019 mendatang
Dapat disimpulkan bahwa DPW PSI Lampungmenggunakan metode secara ilmiah,dikarenakan Partai Perindo dalampelaksanaannya didasarkan standar-standarsecara ilmiah.
Kecenderungan DPW PSI Lampungmengedepankan Calegyang memiliki kemampuan,pengalaman organisasiserta loyalitas terhadapPartai.
Pola kecenderungan yang digunakan DPW PSILampung, menggunakan keempatkecenderungan partisan,compartmentalization, immediate survivalserta civil service reform, yang dapat dikatakanlebih mengedepankan loyalitas, pendidikan,pengalaman organisasi, serta adanya otoritaspemimpin partai, dan kemampuan yangdimiliki masing-masing calon.
Form rekapitulasi hasil penilaian calon legilatiffit and proper test PSI Provinsi Lampung sertadata DCT Dapil 1 DPRD Provinsi Lampung.Dimana dapat disimpulkan bahwa faktor yanglebih dominan dalam melakukan perekrutanCaleg adalah faktor loyalitas dan kemampuanatau yang disebut kecenderungan civil servicereform
Sumber: Diolah Peneliti
132
133
C. Persamaan dan Perbedaan Pola Rekrutmen DPW Partai Perindo danDPW PSI Lampung dalam Menetapkan Calon Legislatif
Pola rekrutmen partai politik dalam menghadapi Pemilihan Legislatif 2019 di
Provinsi Lampung, dalam hal ini Partai Perindo dan PSI memiliki persamaan
dan perbedaan yang hampir sama dan tidak jauh berbeda dari beberapa aspek
yang telah dibahas di atas, yang di buktikan dengan pola-pola yang
diterapkan dalam proses perekrutan Bacaleg yang dilakukan oleh masing-
masing tim penjaring dari Partai Perindo dan PSI. Hal tersebut merupakan
hal yang wajar, mengingat setiap partai politik memiliki kekhasan masing-
masing yang tidak dapat di salahkan karena perbedaan-perbedaan tersebut.
Kedua partai Perindo dan PSI ini, dapat diketahui bahwa kedua partai tersebut
merupakan partai baru yang akan bersaing melawan partai-partai lama untuk
mendapatkan kursi di legislatif, dari sekian banyak partai yang muncul
pastinya memiliki prinsip ideologi, visi dan misi serta haluan organisasi yang
berbeda pula, sebagaimana yang disampaikan pakar politik dari Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Lampung, Dr. Dedy Hermawan
mengatakan:
“Dari perspektif demokrasi semakin banyak partai politik yang hadirtentu semakin banyak memberikan pilihan-pilihan terhadap partai yangdipercaya oleh masyarakat untuk menjadi saluran aspirasi bagimasyarkat yang berkiprah di legislatif, tentu itu semakin baik, ditengahsemakin meredupnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik,kehadiran partai politik baru itu menjadi penyegar terhadap praktekdemokrasi di Indonesia, itu sebagai suatu yang positif untuk dinamikademokrasi di Indonesia menjadi yang lebih baik, lebih segar, lebihmenuju kearah yang lebih integritas, profesional, dan di percaya.”(Sumber: Hasil Wawancara, 25 April 2018)
134
Munculnya partai-partai baru ini diharapkan dapat memberikan wajah baru
dan dapat menjadi jembatan saluran masyarakat bagi yang berkiprah di
legislatif. Dari kedua partai baru ini pastinya semua sama-sama memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sehingga dalam perbandingan
ini diharapkan dapat mengambil sisi positifnya dari masing-masing
perbedaan yang ada. Pada tabel 12 (Duabelas) akan dijelaskan persamaan
yang terjadi antara DPW Partai Perindo dan DPW PSI Provinsi Lampung,
yang akan dijelaskan dari berbagai aspek dan indikator yang terkait dengan
pola rekrutmen bacaleg yang sudah masing-masing partai terapkan, dan pada
tabel 13 (Tigabelas) dapat dilihat perbedaan pola rekrutmen Bacaleg DPRD
Provinsi antara DPW Partai Perindo dan DPW PSI Provinsi Lampung.
135
2. Persamaan Pola Rekrutmen DPW Partai Perindo dan DPW PSILampung dalam Menetapkan Calon Legislatif
Tabel 12. Persamaan Pola Rekrutmen Calon Legislatif antara DPW PartaiPerindo dan DPW PSI Provinsi Lampung Tahun 2019
NO ASPEK KETERANGAN
1.Peraturan perundang-undangan yang dijadikanacuan rekrutmen
Sama-sama menggunakan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 TentangPemilihan Umum Anggota DewanPerwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, Dewan Perwakilan RakyatDaerah.
2.Pola rekrutmen Caleg yangdigunakan
Sama-sama menggunakan websitepribadi partai untuk mengumumkanpembukaan pendaftaran caleg
Sama-sama menggunakan polarekrutmen tertutup dikarenakan tidakmengadakan Pemira dalam halrekrutmen calon legislative di internalpartai
Sama-sama mempunyai syarat umumdan khusus sebagai syarat untuk parabacaleg
Sama-sama mengadakan sosialisasidan pelatihan terhadap Bacaleg
3.Metode rekrutmen yangdigunakan
Sama-sama mempunyai kriteriabacaleg yang diinginkan masing-masing partai
Sama-sama dalam menentukanpersentase perbandingan Caleg kaderdan non-kader, dilakukan secaravariatif dan tidak ditentukan secaramutlak.
Sama-sama melakukan metode secarailmiah terkait perekrutan bacaleg,dimana didasarkan standar-standarilmiah dan perhitungan analisis yangmatang
Sama-sama melakukan rapat partaiyang dilakukan secara musyawarahdalam mengambil semua keputusan
Sama-sama mempunyai panitiaseleksi untuk merekrut Bacaleg
4. Kecenderungan rekrutmen
Sama-sama menggunakankecenderungan Civil service reform,dimana lebih mengedepankan Calegyang loyalitas dan memilikikemampuan
( Sumber: Diolah Peneliti)
136
Pedoman peraturan rekrutmen secara umum, Partai Perindo dan PSI sama-
sama menggunakan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 dengan
menerapkan pola rekrutmen terbuka untuk umum dengan mekanisme lebih
lanjut diatur oleh partai masing-masing dengan mempunyai prosedur
rekrutmen masing-masing partai.
Pola rekrutmen Caleg DPW Partai Perindo dan DPW PSI Lampung sama-
sama memprioritaskan caleg dari internal partai ketimbang dari eksternal
partai, dibuktikan kecenderungan rekrutmen yang digunakan dari DPW
Partai Perindo dan DPW PSI Lampung sama-sama menggunakan
kecenderungan partisan, dimana dalam hasil wawancara, kedua partai
tersebut lebih memilih loyalitas dibandingkan dengan elektabilitas,
karena kedua partai ini mau para caleg yang maju dilegislatif nanti sejalan
dengan tujuan partainya, sehingga DPW Partai Perindo dan PSI Lampung
memprioritaskan bacaleg yang sejak dini turut mendukung kemenangan
Pemilu partai dan aktif dalam partai.
Sebagaimana tanggapan yang disampaikan pakar politik dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Lampung, Dr. Dedy
Hermawan yang mengatakan:
“Loyalitas pada ideologi partai, merupakan menjadi bagiandominan dan menjadi agen untuk menstranfer ideologi partaikepada masyarakat, selain menjadi rekrutmen dia juga menjadiagen pendidikan politik kepada masyarakat, karena kalau partaiterjebak dengan cara berpikir elektabilitas itu jangka pendek, karnaelektabilitas itu dibangun dari pragmatisme masyarakat, makakalau kemudian partai menjadikan elektabilitas itu sebagaibarometer kesuksesan kader hari ini, itu menghawatirkan, karenaelektabilitas sekarang ini terbangun karena popularitas, karenakiprah di masyarakat yang transaksional, kalau orang disukai dan
137
akan dipilih karena dia pernah memberi uang, memberi sembako,maka itu adalah elektabilitas yang semu, tapi kalau kader itumembenamkan ideologi ditengah masyarakat melalui agenda-agenda kerja yang berpihak kepada persoalan masyarakat, itu barubisa dikatakan elektabilitas yang sempurna. Dan bisa juga dia hadirdi tengah-tengah masyarakat memberi solusi terhadap persoalankrisis sumberdaya alam misalnya, dia bahu membahu memberisolusi terhadap krisis energi, membangun penyelamatan kelompokmiskin dari cengkraman kapitalisme, dengan begitu baruelektabilitasnya dalam, hal seperti itu yang harus dibangun darisekarang untuk para bacaleg.” (Sumber: Hasil Wawancara, 25April 2018)
Meskipun lebih mengandalkan dan memprioritaskan kader internalnya,
DPW Partai Perindo dan PSI Lampung juga tetap membuka peluang bagi
pihak eksternal partai untuk mendaftar sebagai Bacaleg, dengan
memberikan kriteria khusus, untuk dari eksternal partai yang ingin
mendaftarkan sebagai Bacaleg. Pakar politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (Fisip) Universitas Lampung, Dr. Dedy Hermawan pun
menyarankan terkait perekrutan seorang caleg:
“Partai baru ini jangan terburu-buru untuk menjadi partai yanglangsung besar, sehingga kemudian rekrutmennya juga akanmenjadi serampangan, rekrutmen yang baik itu adalah rekrutmenyang berjalan secara bottom up, continue, dan tersistematis,komprehensif, jadi setiap individu betul-betul dikader dari bawahsecara alami tidak instan dan dengan ditanamkan nilai-nilaiideologis dari partai, di training, dilatih, di perkuat lagidokterinnya, sehingga menjadi kader yang akan menjadi penggerakpartai seterusnya, dan juga terseleksi dengan cukup ketat untuknaik tiap jenjang mulai dari ranting sampe pusat, jadi orang-orangyang terpilih sudah lolos secara ideologis. Kedekatan denganmasyarakat juga populisnya terbangun, ideologisnya terbangun,nah ini yang harus ditanamkan, jadi jangan sampai terbangun polarekrutmen yang pragmatis, seperti merekrut tokoh-tokoh, merekrutartis, merekrut mantan PNS, merekrut mantan tentara, merekrutpengusaha, yang semua nya nanti akan merusak partai, jadi untukpartai baru jika ingin selamat dalam jangka panjang, mereka harusmerekrut individu-individu yang menjadi penggerak partai, yangbisa mengelolah partai dalam jangka panjang menjadi lebih besar,jadi manajemen rekrutmennya itu harus berorientasi pada
138
pembentukan karakter seorang kader yang dimana pembentukanideologis dari partai tersebut.” (Sumber: Hasil Wawancara, 25April 2018)
Seorang kader juga dituntut untuk dapat menguasai hal-hal teknis maupun
non-teknis mengenai ketugasan dewan, dapat secara baik mengagregasi
kepentingan publik, serta memahami platform maupun manifesto
perjuangan partai kedalam kebijakan-kebijakan yang pro rakyat.
3. Perbedaan Pola Rekrutmen DPW Partai Perindo dan DPW PSILampung dalam Menetapkan Calon Legislatif
Selain persamaan pola rekrutmen yang dimiliki Partai Perindo dan PSI
tersebut, tentu ada pula perbedaan pola rekrutmen yang digunakan dari
keduanya. Perumusan perbedaan pola rekrutmen kedua partai didasarkan
pada pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, disajikan dalam
bentuk tabel berikut ini:
139
Tabel 13. Perbedaan Pola Rekrutmen Calon Legislatif antara DPW PartaiPerindo dan DPW PSI Provinsi Lampung Tahun 2019
No Aspek Perindo PSI
1. Seleksi awal
Bacaleg dari non-partaidiwajibkan menjadi anggotadan membuat Kartu AnggotaPartai (KTA) sebelummendaftarkan diri menjadiCaleg. Dan juga membuattulisan tentang rangkumanvisi misi.
Dengan mewajibkanBacaleg membuat papertentang “PenangananKorupsi dan Intoleransi”.
2.Kecenderunganrekrutmen
Dari DCT Dapil 1 DPRDProvinsi Lampungmenunjukan bahwa PartaiPerindo tidak begitu melihatdari segi pendidikannya, danlebih member perhatiankepada pengalamanorganisasinya
Dari DCT Dapil 1 DPRDProvinsi Lampungmenunjukan bahwa PSIlebih melihat pendidikandari para Bacaleg, dan tidaktidak terlalu memfokuskanpada pengalamanorganisasinya.
3. Tim Seleksi
Tim seleksi yang dibentukoleh Partai Perindomerupakan orang-orang dariinternal DPW Partai PerindoLampung.
Panitia seleksi Independenyang dibentuk oleh PSI inimerupakan orang-orang darieksternal partai dan jugadari berbagai bidangkeilmuan yang berbeda.
4.Prosedurrekrutmen
Partai perindo dalamprosedur rekrutmennyahanya sampai dengan tahapinterview, dimana PartaiPerindo hanya melakukansesi wawancara yangdidasarkan oleh kriteripenilaian Partai Perindo.
PSI melakukan seleksisosialiasi, dimana paraBacaleg yang lolos daritahap kompetensi harusmendapatkan dukungandari masyarakat yangdibuktikan dengan video-video dan diupload kemedia sosial
( Sumber: Diolah Peneliti)
Tabel perbedaan tersebut menunjukkan bahwa pola rekrutmen setiap
partai tak selalu sama, ada saja perbedaan di keduanya, DPW Partai
Perindo dan PSI Lampung pasti mempunyai strategi masing-masing untuk
memenangkan Pemilu 2019 nanti. DPW Partai Perindo dan PSI sama-
sama mengandalkan caleg-caleg yang berasal dari kalangan anak muda
140
yang memiliki pemikiran yang inovatif dan dapat melahirkan pemikiran-
pemikiran baru yang nantinya dapat memberikan konstribusi yang baik
bagi masyarakat ketika terpilih, namun disisi lain pola rekrutmen yang
mengandalkan caleg-caleg muda ini akan berdampak kepada tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap caleg muda yang terkesan kurang
mengakar di masyarakat.
Sebagaimana yang disampaikan pakar politik dari Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Lampung mengenai kriteria-kriteria
rekrutmen yang digunakan partai baru ini dalam merekrut caleg nya, Dr.
Dedy Hermawan mengatakan:
“Paling utama yang harus direkrut adalah kader partai, itumerupakan yang harus diutamakan, maka sekarang ini partai-partaibaru judulnya itu adalah melakukan rekrutmen kader partai dulu,dari sekian banyak ratusan juta orang ini mana mereka-merekayang paling dekat dengan ideologi partai, itu diseleksidikumpulkan baru kemudian ketika mereka sudah lolos dari filterideologinya visinya, baru kemudian silahkan di rangking denganvariabel-variabel yang lain, mana yang akan di tempatkan di levelkabupaten, mana yang level provinsi, dan mana yang levelnasional, itu nantikan banyak pertimbangan, tapi kriteria dasar nyaitu dipenuhi dulu, nanti silahkan di dialogkan mana areaperjuangan yang leluasa bagi kader-kader pada level kabupaten,provinsi, maupun nasional, jadi ukuran pertamanya disitu.”(Sumber: Hasil Wawancara, 25 April 2018)
Semua masyarakat dari berbagai lapisan dan kalangan dapat secara
otomatis mendaftar sebagai bacaleg partai Perindo dan PSI ini dan
memiliki kesempatan yang sama, namun semua di dasarkan atas hasil
seleksi terhadap kemampuan dan loyalitas terhadap partai, Akan tetapi
disisi lain pola seperti ini cenderung lebih beresiko untuk mendapatkan
caleg yang tidak sesuai harapan, dimana pola rekrutmen caleg seperti ini
141
dapat lebih membuka peluang untuk terjadinya money politik oleh para
Caleg, dimana mereka hanya mengandalkan uang untuk bisa menjadi
anggota legislatif terpilih. Maka dari itu nilai integritas dari seorang calon
sangat diperlukan, seperti yang disampaikan Dr. Dedy Hermawan selaku
pakar politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip)
Universitas, yang menyebutkan:
“Tentunya nilai integritas menjadi bagian mendasar yang harusdimiliki tiap calon anggota legislatif, karena semaksimal mungkinmereka merekrut orang-orang yang nantinya tidak akan menjadibeban terhadap partai, karena memang semaksimal mungkin darisemua aspek, misalnya aspek kedekatan ideologis, kesamaanideologis, pemahaman ideologis itu sudah maksimal, integritas itujuga sudah maksimal, jadi orang-orang yang mempunyai kejujurandi dalam kepribadiannya, rekam jejaknya nya itu juga sudahmaksimal, maka partai bisa berharap banyak, dan masyarakat jugabisa berharap banyak, sehingga peluang partai untuk tumbuh besaritu menjadi terang, karena memang berkumpul orang-orang yangideologis dan mempunyai integritas, karena 2 hal itu memang yangpaling pokok dan dominan dalam ketentuan rekrutmen partai.”(Sumber: Hasil Wawancara, 25 April 2018)
Dengan kata lain DPW Partai Perindo dan PSI Lampung harus menyeleksi
dan mempersiapkan anggota-anggotanya yang dianggap mampu, dan tentu
nya yang mempunyai nilai integritas yang tinggi, sehingga dalam
mendapatkan jabatan-jabatan politik yang lebih tinggi jenjangnya dapat
dan mampu membawa atau memobilisasi partai-partai politiknya,
sehingga bisa memberi pengaruh besar dikalangan masyarakat.
142
BAB VI. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Perbandingan Pola
Rekrutmen Calon Legislatif Partai Politik untuk Pemilihan Umum 2019 di
Lampung (Studi pada Partai Persatuan Indonesia dan Partai Solidaritas
Indonesia) yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sifat pola rekrutmen calon legislatif yang dilaksanakan DPW Partai
Perindo dan DPW PSI Lampung mengunakan sifat pola rekrutmen
terbuka pada perencanaan atau pengumuman, persiapan, prosedur dan
syarat rekrutmen, dalam merekrut calon legislatif dari eksternal partai
untuk mendaftarkan diri sebagai calon legislatif, dan juga kedua partai
ini sama-sama memberikan sosialisasi serta pembekalan terhadap calon
legislatif berupa pemahaman tentang visi dan misi serta strategi
pemenangan partai kepada para calon legislatif jelang Pemilu 2019
mendatang.
Proses rekrutmen yang digunakan kedua partai bersifat tertutup,
dikarenakan dalam merekrut calon legislatif hanya dengan cara ditunjuk
dan dihubungi langsung oleh partai untuk maju sebagai calon legislatif,
tanpa mengadakan Pemilu raya internal (Pemira) terlebih dahulu dalam
hal rekrutmen calon legislatif di internal partai.
143
Proses rekrutmen yang telah dilakukan kedua partai masih bersifat
tertutup, dikarenakan proses rekrutmen calon legislatif yang dilakukan
kedua partai belum memenuhi kriteria serta standar dari rekrutmen
terbuka, dimana setiap partai harus mengadakan konvensi di internal
partai terlebih dahulu untuk mempromosikan visi dan misi kepada
anggota partai serta rencana yang akan dilakukan nantinya, sebelum
memilih calon legislatif yang akan maju mewakili partai.
2. Metode pola rekrutmen calon legislatif yang digunakan DPW Perindo
dan DPW PSI Lampung sama-sama menggunakan metode ilmiah karena
dalam pelaksanaan rekrutmen kedua partai didasarkan standar-standar
ilmiah dan perhitungan analisis yang matang, seperti terdapat form
penilaian terhadap kriteria-kriteria calon yang diinginkan partai, serta
dinilai langsung oleh tim Pansel yang dipercayai untuk menyeleksi calon-
calon anggota legislatif yang mendaftar.
3. Kecenderungan yang lebih dominan digunakan DPW Partai Perindo dan
DPW PSI Lampung dalam merekrut calon legislatif nya yaitu
kecenderungan civil service reform yaitu loyalitas dan kemampuan,
dimana untuk kecenderungan ini menggambungkan dua tipe
kecenderungan antara tipe partisan dan tipe compartmentalization.
kecenderungan civil service reform lebih menjurus kedua-duanya.
dimana Partai Perindo sendiri lebih mencari bakal calon legislatif yang
memiliki loyalitas serta kemampuan di bidangnya masing-masing,
sedangkan PSI lebih menekankan nilai yaitu memandang positif
perbedaan yang ada serta komitmen terhadap pemberantasan korupsi.
144
B. Saran
Secara umum terkait dengan pola rekrutmen DPW Partai Perindo dan DPW
PSI Lampung sudah cukup baik, namun masih ada catatan dan saran untuk
kedua partai tersebut, yakni:
1. Dalam mempromosikan partai nya dirasa kurang begitu luas dan
maksimal, sebaiknya semaksimal mungkin menggunakan media sosial
dengan cara yang efektif untuk mempromosikan partai, sehingga
masyarakat dapat dengan cepat dan mudah mengetahui dan mengenal
partai baru tersebut. Caranya dapat dengan memperbanyak artikel atau
tulisan-tulisan tentang keunggulan partai tersebut, sehingga masyarakat
mendapatkan pilihan dan meyakinkan bahwa partai tersebut pro rakyat
atau tidaknya.
2. Terkait dengan metode rekrutmennya yang digunakan, sebaiknya Partai
baru ini menerapkan metode yang lebih revolusioner atau metode-
metode yang lebih memberi warna baru yang berbasis ilmiah dan
terukur, sehingga bisa terlihat perbedaan dengan partai-partai
sebelumnya, bahwa partai baru ini mempunyai inovasi-inovasi yang
baru dan bersifat ilmiah
3. Terkait dengan kecenderungan rekrutmen, walaupun kedua partai
tersebut memiliki beberapa perbedaan kecenderungan, namun secara
umum jika dibandingkan dengan partai-partai mainstream lainnya tidak
ada perbedaan yang signifikan, dimana seharusnya partai baru
menggunakan inovasi-inovasi yang baru juga sehingga membuat nilai
lebih dimata masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU:
Andi, Prastowo. 2010. “Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data PenelitianKualitatif”. Jogjakarta: Diva Press.
Budiardjo Miriam. 1998. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta. PT Gramedia.
Budiardjo, Miriam, 2004. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT GramediaPustaka Utama.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. PT. GramediaPustaka Utama.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
Cholisin. 2007. Dasar-dasar Ilmu Politik. Yogyakarta:UNY Press
Dani, Karim. 2006. Sistem Politik dan Pemilu di Indonesia. Jakarta. GhaliaIndonesia.
Efriza, 2012. Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung.Alfabeta.
Firmanzah. (2011). Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Pustaka OborIndonesia.
Gaffar, Afan. 1999. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Haryanto. 1982. Sistem Politik. Suatu pengantar. Yogyakarta:LibertySamsudin, Sadili, (2006) .Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung.Cv PustakaSetia
Ikbar, Yanuar.2012. Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Bandung: PT RefikaAditama.
Moleong , 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT RemajaRosdakarya
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GajahMada University Press.
Pamungkas, Sigit. 2011. Partai Politik Teori Dan Praktik Di Indonesia.Yogyakarta: Institute For Democracy And Welfarism.
Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis.Yogyakarta: Graha Ilmu
Putra, Fadillah. 2003. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. PustakaPelajar. Yogyakarta.
Putra, Fadillah. 2007. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Pustaka Belajar.Yogyakarta.
Rahman, Arifin. 2002. Sistem Politik Indonesia dalam Perspektif StrukturalFungsional, SIC. Surabaya,
Romli, Lily. 2005. Pemilihan Presiden Langsung 2004 dan KonsolidasiDemokrasi di Indonesia. LIPI. Jakarta.
Rizkiyansyah, F. K. 2007. Mengawali Pemilu Menatap Demokrasi. Bandung:IDEA Publishing.
Samsudin, S. 2006. Manajemen Sumber Daya manusia, Bandung; CV.Pustaka Setia.
Sukarna, 1981. Sistim Politik, Bandung: Penerbit Alumni.
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. Grasindo.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Haris, Syamsuddin. 2005. Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai.Jakarta: Gramedia Pustaka.
Haryanto. 1982. Sistem Politik Suatu Pengantar. Liberty. Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah.Bumi Aksara. Jakarta
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelititan Survei. LP3S, Jakarta
PRODUK HUKUM:
AD/ART Partai Perindo
AD/ART Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
Pengesahan Tim Seleksi Bakal Calon Anggota Legislatif Dewan PimpinanWilayah Partai Perindo Provinsi Lampung, Nomor: 1636-SK/DPP-PARTAI PERINDO/IV/2018
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang PemilihanUmum.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis PermusyawaratanRakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, danDewan Perwakilan Rakyat Daerah
JURNAL:
Adela, Fernanda Putra. 2012. Jurnal Proses Rekrutmen Politik CalonLegislatif Lokal di Meda pada Pemilu 2009 Vol 5 No 1
Salsabila, Rhanty Syefira. 2016. Jurnal Pola Rekrutmen Calon AnggotaLegislatif Oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) KotaPekanbaru Tahun 2014 Vol 3 No 2
Prasojo, Teguh Adi. 2013. Jurnal Pola Rekrutmen Calon Anggota Legislatif(Caleg) dari Partai Golkar untuk DPRD Jateng Periode 2014-2019 Vol4 No 2
Abdar, Ruslan Yusrijal. 2016. Jurnal Pola Rekrutmen Calon Legislatif Dapil1 Provinsi Aceh yang Dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS)dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Vol 1 No 2
Prasojo, Teguh Adi. 2013. Jurnal Pola Rekrutmen Calon Anggota Legislatif(Caleg) Dari Partai Golkar Untuk Dprd Jateng Periode 2014-2019 Vol 4No 2
ARTIKEL:
Akmal, Mula. 2018. Rekrut Kader Artis, Bukti Kaderisasi Parpol TakBerjalan dalam Sindonews.com.com edisi 17 Februari 2018
Aprialdo, Dylan. 2018. Parpol Diminta Benahi Kaderisasi dan RekrutmenCalon Anggotanya dalam Kompas.com edisi 20 April 2018.
Arifin, Zainul. 2018. 4 Fakta Korupsi Berjemaah 41 Anggota DPRD Malangdalam Liputan6.com edisi 5 September 2018.
Fachrudin, Fachri. 2017. Hary Tanoe: Masyarakat Indonesia Harus TauPartai Perindo dalam Kompas.com edisi 9 Oktober 2017
Ibrahim, Asrul. 2013. Rapuhnya Mekanisme Rekrutmen Partai Politik dalamTheindonesiainstitute.com edisi 15 Februari 2013
Matondang, Denita. 2017. Survei Kepercayaan Publik: KPK-PresidenTertinggi, DPR Terendah dalam detikNews.com edisi 20 Juli 2017.
Nurhadi. 2017. Esensi Sulbar Gelar FGD Bersama KPU Mamuju di HotelDiana. dalam Tribunnews.com edisi 17 November 2017
Randa, Iqbal F. 2018. Paradoks Empat Partai Baru Peserta Pemilu dalamdetikNews.com edisi 14 Maret 2018
Sukmana, Yoga. 2018. Mencari Parpol Antikorupsi, Memang Ada? dalamKompas.com edisi 26 Juli 2018.
Very. 2018. Partai Lama dan Partai Baru Tidak Memiliki Platform yang Khasdalam jendelanasional.com edisi 17 Februari 2018
Wiwoho, Bimo. 2018. Menakar laju Partai Debutan PSI dan Perindo diPemilu 2019 dalam cnnindonesia.com edisi 3 Januari 2018