Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah...

27
PERBANDINGAN KANDUNGAN SENYAWA ROTENOID DAN AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK Tephrosia vogelii TERHADAP HAMA KUBIS Crocidolomia pavonana ANUGRAH PANGGRAITO DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah...

Page 1: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

PERBANDINGAN KANDUNGAN SENYAWA ROTENOIDDAN AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK Tephrosia vogelii

TERHADAP HAMA KUBIS Crocidolomia pavonana

ANUGRAH PANGGRAITO

DEPARTEMEN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2011

Page 2: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

ABSTRAK

ANUGRAH PANGGRAITO. Perbandingan Kandungan Seyawa Rotenoid dan AktivitasInsektisida Ekstrak Tephrosia vogelii terhadap Hama Kubis Crocidolomia pavonana.Dibimbing oleh GUSTINI SYAHBIRIN dan DJOKO PRIJONO.

Jenis tumbuhan lokal yang berpotensi sebagai sumber insektisida nabati ialahkacang babi (Tephrosia vogelii Fabaceae). Daun kacang babi mengandung senyawainsektisida kelompok rotenoid seperti rotenon, deguelin, dan tefrosin. Lima belas sampeldaun kacang babi yang dikumpulkan dari 8 lokasi di Jawa Barat diekstraksi menggunakanpelarut aseton dengan metode maserasi. Rendemen ekstrak yang diperoleh berkisar dari7.10% sampai 13.75%. Hasil analisis kualitatif menggunakan kromatograf lapis tipisdengan eluen n-heksana:CH2Cl2:MeOH (55:44:1) menunjukkan 3 bercak yang terpisahdengan baik. Hasil analisis menggunakan kromatograf cair kinerja tinggi yang diperkuatdengan data kromatograf cair-spektrometer massa menunjukkan keberadaan rotenon(waktu retensi 15.9 menit) dan dua senyawa lain dengan waktu retensi di sekitar rotenon,yaitu deguelin (17.5 menit) dan satu senyawa lain yang tidak teridentifikasi (13.6 menit).Kisaran kandungan rotenon dalam 15 ekstrak kacang babi ialah 0.0475–0.3844% dengankandungan rotenon tertinggi terdapat pada ekstrak daun kacang babi berbunga ungu asaldaerah Panglejar, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung. Area deguelintertinggi terdapat pada ekstrak daun kacang babi berbunga putih asal KecamatanCigombong, Kabupaten Bogor. Kandungan rotenon dan deguelin secara terpisah tidakberkorelasi dengan aktivitas insektisida 15 ekstrak yang diperoleh sehingga perbedaanaktivitas insektisida di antara 15 ekstrak tersebut diduga disebabkan oleh perbedaankandungan senyawa rotenoid secara keseluruhan.

ABSTRACT

ANUGRAH PANGGRAITO. Comparison of Rotenoid Content and Insecticide Activityof Tephrosia vogelii on a Cabbage Pest Crocidolomia pavonana. Supervised byGUSTINI SYAHBIRIN and DJOKO PRIJONO.

Fish-poison bean, Tephrosia vogelii (Fabaceae), is a potential source of botanicalinsecticides. Fish-poison bean leaves contain insecticidal rotenoid compounds includingrotenone, deguelin, and tephrosin. Fifteen samples of fish-poison bean leaves collectedfrom 8 locations in West Java ware extracted with acetone by maceration method. Yieldof the extracts ranged from 7.10% to 13.75%. The result of qualitative analysis using thinlayer chromatography with n-hexane:CH2Cl2:MeOH (55:44:1) as eluent showed 3 well-separated spots. High performance liquid chromatography and liquid chromatography-mass spectrometer analyses identified rotenone (retention time 15.9 min) and two othercompounds that have retention time in the proximity of rotenone’s retention time, i.e.deguelin (17.5 min) and one unidentified compound (13.6 min). Rotenone content in 15extracts of fish-poison bean leaves ranged from 0.0475% to 0.3844%, in which thehighest rotenone content was found in extract of purple-flowered fish-poison bean leavesfrom Panglejar area, Cikalong Wetan District, Bandung. The highest deguelin area wasfound in white-flowered fish-poison bean leaf sample from Cigombong District, Bogor.When analyzed separately, the variation in rotenone and deguelin contents could notexplaine the variation in insecticidal activity of the tested fish-poison bean extracts. Thissuggests that the variation in rotenoid contents as a whole contribute to the variation ininsecticidal activity.

Page 3: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

3

PERBANDINGAN KANDUNGAN SENYAWA ROTENOIDDAN AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK Tephrosia vogelii

TERHADAP HAMA KUBIS Crocidolomia pavonana

ANUGRAH PANGGRAITO

Skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains padaDepartemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2011

Page 4: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

4

Judul Skripsi : Perbandingan Kandungan Senyawa Rotenoid dan AktivitasInsektisida Ekstrak Tephrosia vogelii terhadap Hama KubisCrocidolomia pavonana

Nama Mahasiswa : Anugrah PanggraitoNIM : G44061424

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Gustini Syahbirin, MSi Ir. Djoko Prijono, MAgrScNIP 19600819 198903 2 002 NIP 19590827 198303 1 005

MengetahuiKetua Departemen

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MSNIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus :

Page 5: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

5

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat danhidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Karya ilmiah ini disusunberdasarkan penelitian yang dilaksanakan dari Maret sampai Desember 2010 diLaboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman,Laboratorium Bersama Departemen Kimia FMIPA IPB, dan Laboratorium Kimia LIPIPuspiptek Serpong. Penelitian ini merupakan bagian dari proyek penelitian yang berjudul“Pengembangan Formulasi Insektisida Nabati Berbasis Ekstrak Tanaman Tephrosiavogelii untuk Mengendalikan Hama Kubis Crocidolomia pavonana dan Hama KutuParacoccus marginatus“ (Ketua Peneliti: Ir. Djoko Prijono, MAgrSc), dengan dana dariProgram Insentif Riset Terapan, Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Gustini Syahbirin, MSi dan Ir.Djoko Prijono, MAgrSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan,motivasi, saran, dan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi penulis selamamelaksanakan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Selain itu, penulis jugamengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu, Umu Cholifah, serta keluarga, atas doa,kasih sayang, dan motivasinya. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada PetronellaNanotek, SP, MSi, Mahathir Muhammad, SP, dan Muhamad Abizar, SP atas segaladiskusi dan saran berkaitan dengan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Eko Firmansyah dan Sdri. SitiRachmah Nurhayati atas bantuan dan arahannya yang diberikan selama penelitian diLaboratorium Bersama Departemen Kimia FMIPA IPB dan kepada Ibu Puspa DNLotulung, SSi atas arahannya selama penelitian di Laboratorium Kimia LIPI PuspiptekSerpong. Tak lupa, ungkapan terima kasih penulis kepada Bp. Agus Sudrajat dan seluruhrekan-rekan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen ProteksiTanaman (Catur Hertika, Ridho Putrotomo, dan Astri Febrianni), serta teman-temanKimia 43 (Arif Sadono, Farid Anwar, Muhamad Irvan, Nafiul Umam, Risal Yusaldi,Tyas Cipta Katresna, dan Wahyu Sugiarto) atas bantuan, motivasi, diskusi, dankebersamaan selama penulis menempuh studi dan menjalankan penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Mei 2011

Anugrah Panggraito

Page 6: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Februari 1988 dari Ayah Wahyanadan Ibu Trismi Kurniati, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Penulismenyelesaikan studi di SMAN 19 Jakarta pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulisditerima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Kimia, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti masa perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaanIkatan Mahasiswa Kimia IPB tahun 2007/2008 dan 2008/2009. Selain itu, penulismenjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis jugaberkesempatan melaksanakan kegiatan praktik lapangan di PT Bintang Toedjoe, JakartaTimur pada tahun 2009.

Page 7: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

7

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. vi

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

METODEEkstraksi T. vogelii .......................................................................................... 2Analisis Kualitatif Ekstrak T. vogelii .............................................................. 2Analisis Kandungan Rotenoid Ekstrak T. vogelii ........................................... 2Uji Aktivitas Ekstrak T. vogelii ...................................................................... 3

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Ekstraksi dan Analisis Kualitatif Ekstrak T. vogelii .............................. 3Hasil Analisis Ekstrak T. vogelii Menggunakan HPLC dan LC-MS .............. 4Aktivitas Ekstrak T. vogelii ............................................................................. 5Korelasi antara Kandungan Rotenoid dan Aktivitas Insektisida T. vogelii .... 6

SIMPULAN DAN SARANSimpulan ........................................................................................................... 7Saran.................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 7

LAMPIRAN .................................................................................................................. 9

Page 8: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

8

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Keadaan umum 8 lokasi di Jawa Barat tempat pengambilan sampel daunT. vogelii .................................................................................................................. 2

2 Rendemen ekstrak, kandungan rotenon dalam ekstrak, dan area deguelin hasilekstraksi daun T. vogelii dari 8 lokasi di Jawa Barat ............................................... 4

3 Mortalitas larva C. pavonana akibat perlakuan dengan ekstrak T. vogelii 0.15 %.. 6

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman Tephrosia vogelii ..................................................................................... 1

2 Kromatogram lapis tipis ekstrak T. vogelii menggunakan eluen n-heksana:CH2Cl2

:MeOH 55:44:1 ........................................................................................................ 4

3 Struktur kimia rotenon dan deguelin ........................................................................ 5

4 Korelasi antara kandungan rotenon dan mortalitas larva C. pavonana pada 72 jamsetelah perlakuan dengan ekstrak daun T. vogelii 0.15% ....................................... 6

5 Korelasi antara kandungan deguelin dan mortalitas larva C. pavonana pada 72 jamakibat perlakuan dengan ekstrak daun T. vogelii 0.15% ......................................... 7

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram alir penelitian ............................................................................................ 10

2 Kromatogram HPLC ekstrak daun T. vogelii bunga ungu dari Cikalong Wetan-Bandung dengan deteksi UV ................................................................................... 11

3 Kromatogram ekstrak T. vogelii berbunga ungu dari Cipanas-Cianjur danspektrum massa pada waktu retensi 13.6, 15.9, dan 17.5 ........................................ 12

4 Kromatogram dan spektrum massa standar rotenon menggunakan LC-MS............. 14

5 Hasil analisis standar rotenon menggunakan HPLC................................................. 15

6 Kurva standar rotenon berdasarkan data area .......................................................... 15

7 Kandungan rotenon dan deguelin dalam ekstrak 15 sampel daun T. vogeliiberdasarkan analisis menggunakan HPLC ............................................................... 16

8 Mortalitas larva C. pavonana akibat perlakuan dengan ekstrak daun T. vogeliipada konsentrasi 0.02 dan 0.15% ............................................................................. 19

Page 9: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

1

PENDAHULUAN

Indonesia terkenal sebagai negara agrariskarena mata pencaharian sebagian besarpenduduknya bertani. Produksi pertanian akanoptimal jika didukung oleh penggunaan bibitunggul dan cara budi daya yang memadaitermasuk pemilihan insektisida yang efektif,tetapi aman terhadap makhluk hidup bukansasaran. Penggunaan insektisida sintetik dapatmemberikan hasil yang cepat, tetapi penggu-naannya secara terus-menerus dan berlebihandapat menimbulkan berbagai dampak negatifseperti terjadinya resistensi hama, munculnyahama sekunder, terbunuhnya musuh alamihama, bahaya kesehatan, dan pencemaranlingkungan (Balk dan Koeman 1984; Metcalf1986; Perry et al. 1998).

Berbagai dampak negatif akibatpenggunaan insektisida sintetik meningkatkankesadaran orang untuk mencari alternatif yangaman bagi makhluk hidup berguna danlingkungan. Dalam pasal 19 PeraturanPemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentangPerlindungan Tanaman dinyatakan bahwapenggunaan pestisida dalam rangka pengen-dalian organisme pengganggu tumbuhanmerupakan alternatif terakhir dan dampakyang ditimbulkan harus ditekan seminimalmungkin. Oleh karena itu, perlu dicari carapengendalian yang efektif terhadap hamasasaran, tetapi tetap aman untuk organismebukan sasaran dan lingkungan. Salah satugolongan insektisida yang memenuhipersyaratan tersebut ialah insektisida yangberasal dari tumbuh-tumbuhan (insektisidanabati) (Coats 1994).

Salah satu jenis tumbuhan lokal yangberpotensi sebagai sumber insektisida nabatitetapi pengembangan produk komersialnyamasih terbatas ialah Tephrosia vogelii(Gambar 1). Tumbuhan yang termasuk dalamfamili Fabaceae ini dikenal kaya akanisoflavonoid sebagai metabolit sekunder.Salah satu senyawa isoflavonoid yang terdapatdalam tanaman ini adalah senyawa insektisidakelompok rotenoid, seperti rotenon, deguelin,dan tefrosin (Delfel et al. 1970; Lambert et al.1993; Koona dan Dorn 2005).

Menurut Prijono dan Pujianto (2008)ekstrak heksana daun T. vogelii memilikiaktivitas insektisida yang kuat terhadap ulatkrop kubis Crocidolomia pavonana denganLC50 0,14%. Baru-baru ini, Abizar danPrijono (2010) melaporkan bahwa aktivitasinsektisida pada daun T. vogelii berbungaungu lebih tinggi daripada daun T. vogeliiberbunga putih.

Gambar 1 Tanaman Tephrosia vogelii.

Kandungan rotenon pada daun T. vogelii(0.5–1.3%) lebih tinggi daripada bagian lainseperti tangkai daun, batang, dan akar (Delfelet al. 1970). Peneliti tersebut juga melaporkanbahwa deguelin pada daun 4–7 kali lebihtinggi daripada rotenon. Kandungan rotenonpada daun meningkat dengan bertambahnyaumur tanaman. Pada salah satu galur T.vogelii, kandungan rotenon daun meningkatdari 0.3% (tanaman umur 42 hari) menjadi1.1% pada umur 140 hari dan kandungandeguelin meningkat dari 1.1% menjadi 1.9%(Hagemann et al. 1972). Lambert et al. (1993)melaporkan bahwa konsentrasi rotenon padakultur T. vogelii yang mengandung klorofildapat mencapai 570 µg per g bobot keringsetelah inkubasi selama 20 hari.

Rotenoid aktif terhadap berbagai jenisserangga, bersifat sebagai racun perut danracun kontak (Perry et al. 1998). Pada tingkatsel, rotenon menghambat transfer elektronantara NADH dehidrogenase dan koenzim Qdi kompleks 1 pada rantai transpor elektron dimitokondria (Hollingworth 2001). Hambatanterhadap proses respirasi sel tersebutmenyebabkan produksi ATP menurunsehingga sel kekurangan energi yangselanjutnya dapat menyebabkan kelumpuhanberbagai sistem otot dan jaringan lainnya.Rotenon lebih beracun terhadap seranggadaripada terhadap hewan menyusui. Sifatselektif tersebut tampaknya disebabkan olehperbedaan laju detoksifikasi (Tomlin 2005).

Aktivitas insektisida bahan tumbuhan darilokasi yang berbeda dapat berbeda. Sebagaicontoh, ekstrak Aglaia odorata dari daerahBogor dengan kondisi tanah basah dan curahhujan tinggi memiliki aktivitas insektisidaterhadap larva C. pavonana yang lebih baikdaripada daerah Bekasi dan Tegal dengankondisi tanah relatif kering dan curah hujanrendah (Sawal 2005). Selain itu, A. odoratadari daerah dengan vegetasi yang homogen di

Page 10: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

2

sekitarnya memiliki sifat insektisida yanglebih baik daripada daerah dengan vegetasiyang beragam. Perbedaan aktivitas insektisidasediaan T. vogelii dari lokasi berbeda belumpernah dilaporkan. Oleh karena itu, diperlukanpenelitian untuk mengetahui perbedaankandungan senyawa rotenoid dalam ekstrak T.vogelii dari berbagai lokasi danmembandingkan aktivitas insektisidanya.

METODE

Alat yang digunakan ialah peralatan kacalaboratorium, sudip, blender, pengayak 0.5mm, kertas saring Whatman No. 41, membranfilter teflon 0.2 µm, penguap putar, botolkecil, pelat TLC, tabung kaca pengembangTLC, lampu UV, kromatograf cair kinerjatinggi (HPLC), dan kromatograf cair-spektrometer massa (LC-MS).

Bahan yang digunakan ialah daun T,vogelii dari 8 lokasi di Jawa Barat (Tabel 1),daun brokoli (Brassica oleracea L. var.italica), aseton, n-heksana, CH2Cl2, CHCl3,EtOAc, MeOH, petroleum eter, Tween-80,dan akuades.

Ekstraksi T. vogeliiPotongan daun T. vogelii yang telah

dikeringudarakan selama 1 minggu digilingdengan blender, lalu diayak dengan pengayak

0.5 mm. Sebanyak 300 g serbuk daundiekstraksi dengan metode maserasimenggunakan 1500 mL aseton (Delfel et al.1970) [sampel dari Jatingangor-Sumedang,194 g serbuk daun + 970 mL aseton] selama24 jam dengan 6 kali ulangan maserasi.Cairan ekstrak yang diperoleh dari hasilmaserasi disaring kemudian pelarutnyadiuapkan dengan penguap putar pada suhu 50ºC dan tekanan 556 mbar. Air yang masihterkandung dalam ekstrak dihilangkan denganpenguap putar pada suhu 50 ºC dan tekanan72 mbar.

Analisis Kualitatif Ekstrak T. vogeliiEkstrak yang diperoleh dilarutkan dalam

aseton dengan konsentrasi 1% (b/v). Kan-dungan rotenon dianalisis secara kualitatifmenggunakan kromatografi lapis tipis (TLC)dengan eluen n-heksana:CH2Cl2:MeOH(55:44:1) dan disinari di bawah lampu UVpada panjang gelombang 254 nm (modifikasidari Andrei et al. 2002).

Analisis Kandungan Rotenoid Ekstrak T.vogelii

Ekstrak T. vogelii dilarutkan dalam meta-nol dengan konsentrasi 5000 ppm. Profilgradien untuk pemisahan rotenonmenggunakan HPLC adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Keadaan umum 8 lokasi di Jawa Barat tempat pengambilan sampel daun T. vogelii

Kecamatan-Kabupaten a Letak lintangKetinggian di

atas permukaanlaut (m dpl)

Kondisi lahan sekitar

Cigombong-Bogor(Cgb-Bgr)

6°44’3” LS106°48’11” BT

505 Persawahan padi

Cikalong Wetan-Bandung(Ckw-Bdg)

6°43’33” LS107°26’43” BT

689 Kebun teh

Cipanas-Cianjur(Cpn-Cnj)

6°43’23” LS107°0’26” BT

1283 Kebun sayur

Cisarua-Bogor(Csr-Bgr)

6°41’18.5” LS106°56’53” BT

946 Kebun sayur organik

Jatinangor-Sumedang(Jtn-Smd)

6°53’55” LS107°49’9” BT

890 Halaman kampus

Lembang-Bandung(Lbg-Bdg)

6°48’33” LS107°36’51” BT

1200Kebun percobaantanaman obat

Megamendung-Bogor(Mgm-Bgr)

6°42’43” LS106°55’17” BT

1034 Hutan

Pangalengan-Bandung(Pgl-Bdg)

7°10’38” LS107°36’44” BT

1550Kebun sayur dansemak

a Di Cigombong-Bogor hanya ditemukan tanaman T. vogelii berbunga putih, sedangkan di 7 lokasi lainditemukan T. vogelii berbunga putih dan ungu.

Page 11: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

3

fase gerak awal metanol:air (50:50, v/v)menuju (85:15, v/v) dalam 15 menitmenggunakan kolom C18 (250 mm × 4.6 mm,ukuran partikel 5 µm). Setiap sampel ekstrakdibuat 2 alikuot dan setiap alikuot disuntikkan2 kali. Volume larutan sampel yangdisuntikkan adalah 20 µL dan laju aliran 1mL/menit. Deteksi rotenon dilakukan padapanjang gelombang 295 nm dan deguelin pada270 nm (Cabizza et al. 2004).

Analisis LC-MS dilaksanakan denganmenggunakan peralatan LC-MS yang terdapatdi Pusat Penelitian Kimia LIPI, Puspiptek,Serpong. Sistem LC menggunakan kolom C18(250 mm × 2 mm, diameter dalam 3.5 µm).Eluen yang digunakan metanol:air (70:30,v/v), volume injeksi 20 µL, dan laju aliran 1mL/menit. Kondisi MS adalah sebagaiberikut: sistem ESI (ionisasi semprotanelektron), aliran gas N2 2.5 L/menit, tegangankuar (probe) 4 kV (diadaptasi dari Caboni etal. 2005).

Uji Aktivitas Ekstrak T. vogeliiSebanyak 15 ekstrak T. vogelii yang

daunnya diperoleh dari 8 lokasi di Jawa Baratdiuji aktivitasnya untuk menentukan ekstrakteraktif. Pengujian dilakukan denganmenggunakan metode perlakuan pakan. Setiapekstrak T. vogelii diuji pada konsentrasi 0.02dan 0.15% (b/v). Setiap konsentrasi tersebutdiperoleh dengan cara melarutkan ekstrak T.vogelii dalam campuran MeOH dan surfaktanTween 80 (5:1, v/v) kemudian diencerkandengan air sesuai konsentrasi yang diinginkan.Konsentrasi akhir MeOH dan Tween 80dalam suspensi ekstrak masing-masing 1 dan0.2%.

Potongan daun brokoli (4 × 4) cm2 diceluphingga basah merata dalam suspensi ekstrakT. vogelii dengan konsentrasi 0.02 dan 0.15%(b/v). Daun brokoli kontrol dicelup dalam airyang mengandung MeOH 1% dan Tween 800.2%. Satu potong daun brokoli perlakuanatau kontrol diletakkan dalam cawan petri(diameter 10 cm) yang dialasi tisu, lalu 15larva instar II C. pavonana yang baru bergantikulit dimasukkan ke dalam cawan petritersebut. Perlakuan dilakukan sebanyak 6ulangan dan keseluruhan pengujian diulang 2kali kecuali ekstrak T. vogelii bunga putih dariCikalong Wetan-Bandung (1 kali). Setelah 24jam, daun brokoli lain yang juga telah dicelupdalam sediaan ekstrak ditambahkan ke dalamcawan petri percobaan dan pada 48 jam daunperlakuan diganti dengan daun tanpaperlakuan. Jumlah larva yang mati dicatat tiap

hari sampai hari ketiga (Abizar dan Prijono2010). Jumlah total larva yang mati dicatat.Data persentase mortalitas diubah ke arcsinproporsi lalu diolah dengan sidik ragamdan dilanjutkan dengan uji selang bergandaDuncan (α = 0.05). Data kandungan rotenoid(rotenon dan deguelin) juga diolah dengancara yang sama. Data hubungan antarakandungan rotenoid dan mortalitas seranggadiolah dengan analisis korelasi. Diagram alirpenelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Ekstraksi dan Analisis KualitatifEkstrak T. vogelii

Rendemen ekstrak dari 15 sampel daun T.vogelii berkisar dari 7.10% (Cipanas-Cianjurputih) sampai 13.75% (Lembang-Bandungputih) [Tabel 2]. Secara umum rendemen daritanaman berbunga ungu lebih tinggi daripadatanaman berbunga putih. Perbedaan rendemenekstrak dari 8 lokasi dapat disebabkan olehperbedaan galur T. vogelii (perbedaan sifatgenetika), umur tanaman, kondisi tanah, jenisvegetasi di sekitarnya, dan musim tahunan dilokasi tempat tumbuh tanaman (Kaufman etal. 1999). Kondisi lokasi tempat pengambilansampel daun sangat beragam (Tabel 1)sehingga tidak dapat dipastikan faktor yangpaling menentukan perbedaan rendemenekstrak.

Analisis kualitatif 15 ekstrak T. vogeliidilakukan menggunakan TLC dengan fasediam gel silika 60 F254. Di antara 11 macamfase gerak (eluen) yang dicoba, yaitu n-heksana:CHCl3 (9:1) dan (19:1); EtOAc:CHCl3 (3:7), (1:9), dan (1:19); petroleumeter:aseton (7:3), (8:2), dan (9:1); n-heksana:CHCl3:MeOH (75:24.5:0.5); serta n-heksana:CH2Cl2:MeOH (75:24.5:0.5) dan(55:44:1), diperoleh eluen terbaik berupacampuran n-heksana:CH2Cl2: MeOH dengannisbah 55:44:1 (v/v). Hasil analisis TLCdengan menggunakan eluen tersebutmenunjukkan bahwa kelima belas ekstrak T.vogelii memiliki 3 bercak yang terpisahdengan baik, dengan faktor retensi (Rf)berturut-turut 0.54, 0.71, dan 0.77. Bercakekstrak dengan Rf 0.71 diduga mengandungrotenon karena senyawa murni rotenon(Sigma) yang disertakan dalam analisis inimemiliki Rf 0.71 (Gambar 2). Untukmemastikan keberadaan rotenon, dilakukananalisis dengan HPLC dan LC-MS.

Page 12: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

4

Tabel 2 Rendemen ekstrak, kandungan rotenon dalam ekstrak, dan area deguelin hasil ekstraksidaun T. vogelii dari 8 lokasi di Jawa Barat

Sampel a Rendemenekstrak (%) b

Kandungan rotenondalam ekstrak

(%, b/b) c

Area deguelin(unit) c

Cgb-Bgr putih (Cgb-Bgr/p) 10.98 0.1553f 55089656a

Ckw-Bdg putih (Ckw-Bdg/p) 9.47 0.1548f 44201731bc

Ckw-Bdg ungu (Ckw-Bdg/u) 10.14 0.3844a 41924449bc

Cpn-Cnj putih (Cpn-Cnj/p) 7.10 0.0487j 20875704f

Cpn-Cnj ungu (Cpn-Cnj/u) 8.20 0.1911d 22313932f

Csr-Bgr putih (Csr-Bgr/p) 10.73 0.1563f 51679163a

Csr-Bgr ungu (Csr-Bgr/u) 11.08 0.1933d 28200822e

Jtn-Smd putih (Jtn-Smd/p) 9.04 0.2825b 53391118a

Jtn-Smd ungu (Jtn-Smd/u) 9.91 0.0986g 23189679f

Lbg-Bdg putih (Lbg-Bdg/p) 13.75 0.0874h 45227044b

Lbg-Bdg ungu (Lbg-Bdg/u) 9.16 0.2392c 41136087c

Mgm-Bgr putih (Mgm-Bgr/p) 9.48 0.0475j 21178528f

Mgm-Bgr ungu (Mgm-Bgr/u) 9.88 0.1799e 27029095e

Pgl-Bdg putih (Pgl-Bdg/p) 9.59 0.0726i 34523616d

Pgl-Bdg ungu (Pgl-Bdg/u) 10.56 0.2321c 34959465da Kode sampel seperti pada Tabel 1. Warna putih dan ungu menunjukkan warna bunga tanaman T. vogelii.b Berdasarkan bobot kering-udara sampel daun.c Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji

selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Gambar 2 Kromatogram lapis tipis ekstrakT. vogelii menggunakan eluen n-heksana:CH2Cl2:MeOH 55:44:1.Kode sampel seperti pada Tabel 2:1. Cpn-Cnj/u; 2. Pgl-Bdg/u; 3.Lbg-Bdg/u; 4. Jtn-Smd/u; 5. Mgm-Bgr/u; 6. Csr-Bgr/u; 7. Ckw-Bdg/u; 8. Cgb-Bgr/p; 9. Csr-Bgr/p;10. Lbg-Bdg/p; 11. Pgl-Bdg/p; 12.Cpn-Cnj/p; 13. Ckw-Bdg/p; 14.Mgm-Bgr/p; 15. Jtn-Smd/p; 16.Standar rotenon.

Hasil Analisis Ekstrak T. vogelii denganHPLC dan LC-MS

Kromatogram hasil analisis menggunakanHPLC dengan standar rotenon menunjukkanadanya puncak yang muncul bersamaandengan rotenon ketika sampel ekstrak T.vogelii berbunga ungu dari Cipanas-Cianjurdiperkaya dengan senyawa standar rotenon.Sebelum dan sesudah kemunculan rotenonmasing-masing terdapat satu puncak dengankelimpahan lebih besar daripada rotenonberdasarkan deteksi pada panjang gelombang270 maupun 295 nm (Lampiran 2).

Hasil analisis LC-MS menunjukkanadanya 3 senyawa yang bersesuaian dengan 3puncak pada kromatogram HPLC, yaitusenyawa dengan bobot molekul (Mr) 392.98pada waktu retensi (tr) 13.6 menit, Mr 394.99pada tr 15.9 menit, dan Mr 394.99 pada tr 17.5menit (Lampiran 3). Senyawa standar rotenonmemiliki Mr 395.06 dan tr 15.8 menit(Lampiran 4). Berdasarkan data di atas,disimpulkan bahwa komponen ekstrak

Page 13: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

5

T. vogelii dengan Mr 394.99 dan tr 15.9 menitadalah rotenon. Berdasarkan pembandingandengan data waktu retensi (relatif terhadaprotenon) dan bobot molekul senyawa rotenoidyang terdapat di literatur (Cabizza et al.2004), komponen ekstrak T. vogelii denganMr 394.99 dan tr 17.5 menit diduga deguelin.Struktur molekul rotenon dan deguelinditunjukkan pada Gambar 3.

OCH3

H3CO

OO O

H

H

C

O

CH2

H3COCH3

H3CO

OO

H

H

O

CH3

CH3

Gambar 3 Struktur kimia rotenon (atas) dandeguelin (bawah) (Cabizza et al2004).

Kandungan rotenon dalam ekstrak T.vogelii ditentukan berdasarkan hasil analisisHPLC (Lampiran 5). Persamaan regresilinear hubungan antara konsentrasi rotenondan area ialah y = 68350 x - 6119 dengan R2 =0.999 (Lampiran 6). Kandungan rotenondalam ekstrak berkisar dari 0.0475%(Megamendung-Bogor, T. vogelii bungaputih) sampai 0.3844% (Cikalong Wetan-Bandung, T. vogelii bunga ungu) (Tabel 2).Seperti rendemen ekstrak, kandungan rotenondalam ekstrak T. vogelii bunga ungu secaraumum lebih tinggi daripada dalam ekstrak T,vogelii bunga putih, kecuali pada sampel daundari Jatinangor-Sumedang. Sementara itu,area deguelin tertinggi terdapat pada daun T.vogelii bunga putih dari Cigombong-Bogordan yang terendah pada sampel Cipanas-Cianjur bunga putih. Hasil analisis HPLCsecara umum dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berbeda dengan rendemen ekstrak dankandungan rotenon yang umumnya lebih

tinggi pada daun T. vogelii bunga ungu,kandungan deguelin pada daun T. vogeliibunga putih dan ungu secara umumsebanding, kecuali pada sampel Cisarua-Bogor dan Jatinangor-Sumedang. Kandungandeguelin pada daun T. vogelii bunga putihkedua sampel tersebut masing-masing sekitar1.8 dan 2.3 kali lebih tinggi daripada bungaungu (Tabel 2).

Delfel et al. (1970) melaporkan bahwakandungan total rotenon dan deguelin padadaun 7 sampel tanaman T. vogelii berkisardari 2.3 sampai 3.8%. Kandungan deguelinpada penelitian ini lebih tinggi daripadarotenon (berdasarkan pembandingan areapuncak rotenon dan deguelin padakromatogram HPLC, Lampiran 2). Hal inisesuai dengan laporan Hagemann et al. (1972)yang menunjukkan bahwa kandungandeguelin pada daun T. vogelii sekitar 4–7 kalilebih tinggi daripada kandungan rotenon.

Aktivitas Ekstrak T. vogelii

Perlakuan dengan ekstrak T. vogelii padakonsentrasi 0.02% hanya mengakibatkantingkat mortalitas larva C. pavonana yangrendah hingga 72 jam setelah perlakuan (JSP)(Lampiran 8). Pada perlakuan dengan ekstrakT. vogelii 0.15%, tingkat mortalitas larvamasih rendah (data tidak ditunjukkan),kemudian meningkat nyata pada 48 dan 72JSP (Lampiran 8). Tingkat mortalitas larvapada 72 JSP akibat perlakuan dengan ekstrakT. vogelii 0.15% berkisar dari 7.2%(Jatinangor-Sumedang putih) sampai 62.8%(Cipanas-Cianjur ungu) (Tabel 3).

Perbedaan aktivitas ekstrak 15 sampeldaun T. vogelii dari 8 lokasi di Jawa Baratdisebabkan oleh perbedaan kandungansenyawa rotenoid yang bersifat insektisida.Perbedaan kandungan senyawa aktif tersebutdapat disebabkan oleh berbagai faktor sepertitelah dijelaskan pada subbab sebelumnya.

Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhtanaman T. vogelii, terlihat bahwa pada daerahdengan ketinggian lebih dari 1200 m dplmemiliki aktivitas insektisida yang lebihtinggi seperti pada sampel Cipanas-Cianjur,Lembang-Bandung, dan Pangalengan-Bandung (Tabel 1). Pada penelitian denganmenggunakan ekstrak A. odorata, Sawal(2005) melaporkan bahwa ekstrak A. odoratadari daerah Bogor dengan kondisi tanah basahdan curah hujan tinggi serta kondisi vegetasiyang homogen di sekitarnya memilikiaktivitas insektisida terhadap larva yang lebih

Page 14: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

6

Tabel 3 Mortalitas larva C. pavonana akibatperlakuan dengan ekstrak T. vogelii0.15 %

Sampel a Mortalitas larva (%)pada 72 JSP b

Cgb-Bgr putih 26.1cd

Ckw-Bdg putih 10.0ef

Ckw-Bdg ungu 18.3def

Cpn-Cnj putih 32.4bcd

Cpn-Cnj ungu 62.8a

Csr-Bgr putih 35.8bcd

Csr-Bgr ungu 21.2de

Jtn-Smd putih 7.2f

Jtn-Smd ungu 52.2ab

Lbg-Bdg putih 48.9ab

Lbg-Bdg ungu 51.4ab

Mgm-Bgr putih 31.7bcd

Mgm-Bgr ungu 32.9bcd

Pgl-Bdg putih 44.4abc

Pgl-Bdg ungu 47.8abca Kode sampel seperti pada Tabel 1.b Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama

tidak berbeda nyata menurut uji selang bergandaDuncan pada taraf nyata 5%.

baik daripada daerah Bekasi dan Tegal dengankondisi tanah relatif kering dan curah hujanrendah serta kondisi vegetasi yang beragam disekitarnya.

Secara visual, larva yang makan daunperlakuan menunjukkan gejala keracunanberupa aktivitas bergeraknya berkurang(lemah), terlihat tidak sehat bila dibandingkandengan larva kontrol, tubuhnya mengerut, danakhirnya menjadi berwarna cokelatkehitaman. Rotenon bekerja relatif lambatdalam membunuh serangga. Pada tingkat sel,rotenon menghambat transfer elektron antaraNADH dehidrogenase dan koenzim Q dikompleks 1 pada rantai transpor elektron dimitokondria (Hollingworth 2001). Hambatanterhadap proses respirasi sel ini menyebabkanproduksi ATP menurun sehingga selkekurangan energi yang selanjutnya dapatmenyebabkan kelumpuhan berbagai sistemotot dan jaringan lainnya. Kelumpuhan sistemotot pada alat mulut dan saluran pencernaanmakanan menyebabkan serangga berhentimakan (Tomlin 2005).

Korelasi Antara Kandungan Rotenoid danAktivitas Insektisida T. vogelii

Korelasi antara kandungan rotenon (r =0.078) dan deguelin (r = 0.077) secaraterpisah dengan aktivitas insektisida ekstrak15 sampel daun T. vogelii dari 8 lokasi diJawa Barat tidak nyata (Gambar 4 dan 5).Keragaman aktivitas 15 ekstrak T. vogeliitersebut tampaknya juga disebabkan olehperbedaan kandungan senyawa rotenoid laindalam daun T. vogelii, seperti tefrosin,rotenolon, dehidrodeguelin, dan elipton(Gaskins 1972 dan Zeng et al. 2002).

Gambar 4 Korelasi antara kandungan rotenon dan mortalitas larva C. pavonana pada 72 jamsetelah perlakuan dengan ekstrak daun T. vogelii 0.15%

0

10

20

30

40

50

60

70

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Mor

tali

tas

larv

a (%

)

Rerata area rotenon ( 105)

r = 0.078

Page 15: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

7

Gambar 5 Korelasi antara kandungan deguelin dan mortalitas larva C. pavonana pada 72 jamsetelah perlakuan dengan ekstrak daun T. vogelii 0.15%

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Aktivitas insektisida ekstrak 15 sampeldaun T. vogelii dari 8 lokasi di Jawa Baratberagam. Perlakuan dengan ekstrak tersebutpada konsentrasi 0.15% mengakibatkanmortalitas larva C. pavonana dari 7.2% (T.vogelii bunga putih dari Jatinangor-Sumedang) sampai 62.8% (T. vogelii bungaungu dari Cipanas-Cianjur). Aktivitasinsektisida ekstrak tersebut tidak berkorelasisecara nyata dengan kandungan rotenon dandeguelin (analisis korelasi secara terpisah).Kandungan senyawa rotenoid lain tampaknyaturut berperan dalam menentukan aktivitasinsektisida ekstrak T. vogelii.

Saran

Kandungan senyawa aktif rotenoid padatanaman T. vogelii perlu dianalisis secaralengkap sehingga dapat menjelaskan secaralebih utuh hubungan antara kandungansenyawa aktif tersebut dan aktivitasinsektisida T. vogelii. Selain standar rotenon,untuk analisis tersebut diperlukan standardeguelin dan standar senyawa rotenoidlainnya. Uji lanjut aktivitas insektisida jugadiperlukan untuk menentukan LC50 dan LC95

ekstrak T. vogelii terhadap larva C. pavonanasehingga dapat dilakukan analisis korelasiantara kandungan senyawa rotenoid dan LC50

atau LC95 ekstrak T. vogelii.

DAFTAR PUSTAKA

Abizar M, Prijono D. 2010. Aktivitasinsektisida ekstrak daun dan bijiTephrosia vogelii J. D. Hooker(Leguminosae) dan ekstrak buah Pipercubeba L. (Piperaceae) terhadap larvaCrocidolomia pavonana. JHPT Trop10:1-12.

Andrei CC, Vieira PC, Fernandes JB, SilvaMFGF da, Fo ER. 2002. Newspirorotenoids from Tephrosia candida.Z Naturforsch 57c:418-D422.

Balk F, Koeman JH. 1984. Future Hazardsfrom Pesticide Use, with Special Refer-ence to West Africa and South-East Asia.Gland (Switzerland): IUCN.

Cabizza M et al. 2004. Rotenone androtenoids in cube resins, formulations,and residues on olives. J Agric FoodChem 52:288-293.

Caboni P, Sarais G, Angioni A, Garau VL,Cabras P. 2005. Fast and versatilemultiresidue method for the analysis ofbotanical insecticides on fruits andvegetables by HPLC/DAD/MS. J AgricFood Chem 53:8644-8649.

Coats JR. 1994. Risks from natural versussynthetic insecticides. Annu RevEntomol 39:489-515.

Delfel NE, Tallent WH, Carlson DG, WolffAI. 1970. Distribution of rotenone anddeguelin in Tephrosia vogelii andseparation of rotenoid-rich fraction. JAgric Food Chem 18:385-390.

0

10

20

30

40

50

60

70

10 20 30 40 50 60

Mor

tali

tas

larv

a(%

)

Rerata area deguelin ( 106)

r = 0.077

Page 16: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

8

Gaskins MH et al. 1972. Tephrosia vogelii: ASource of Rotenoids for Insecticidal andPiscicidal Use. Technical Bulletin 1445.Washington D.C: U.S. GovernmentPrinting office.

Hagemann JW, Pearl MB, Higgins JJ, DelfelNE, Earle FR. 1972. Rotenone anddeguelin in Tephrosia vogelii at severalstages of maturity. J Agric Food Chem20:906-908.

Hollingworth RM. 2001. Inhibitor anduncouplers of mitochondrial oxidativephosphorylation. Di dalam: Krieger R etal., editor. Handbook of PesticideToxicology. Vol 2. San Diego: AcademicPr. hlm 1169-1227.

Kaufman PB, Cseke LJ, Warber S, Duke JA,Brielmann HL. 1999. Natural Productsfrom Plants. Boca Raton: CRC Pr.

Koona P, Dorn S. 2005. Extracts fromTephrosia vogelii for the protection ofstored legume seeds against damage bythree bruchid species. Ann Appl Biol147:43-48.

Lambert N, Trouslot MF, Nef-Campa C,Crestin H. 1993. Production ofrotenoids by heterotrophic andphotomixotriphic cell cultures ofTephrosia vogelii. Phytochemistry34:1515-1520.

Metcalf RL. 1986. The ecology of insect-cides and the chemical control of insects.Di dalam: Kogan M, editor. Ecological

Theory and Integrated Pest ManagementPractice. New York: J Wiley. hlm 251-297.

Perry AS, Yamamoto I, Ishaaya I, Perry RY.1998. Insecticides in Agriculture andEnvironment: Retrospects andProspects. Berlin: Springer.

Prijono D, Pudjianto. 2008. Pengembanganformulasi insektisida botani yangdibakukan berbasis daun kacang babi(Tephrosia vogelii Hook.f., Legumi-nosae) dan buah kemukus (Piper cubebaL.f., Piperaceae) [laporan ResearchGrant Program B]. Bogor: DepartemenProteksi Tanaman, Institut PertanianBogor.

Sawal A. 2005. Keefektifan ekstrak Aglaiaodorata Lour. (Meliaceae) asal Bogor,Bekasi, dan Tegal terhadap larvaCrocidolomia pavonana (F.) (Lepido-ptera: Pyralidae) [skripsi]. Bogor:Departemen Proteksi Tanaman, InstitutPertanian Bogor.

Tomlin CDS, editor. 2005. The e-PesticideManual: a World Compendium [CD-ROM]. Ed ke–13. Version 3.1.Farnham: BCPC.

Zeng XN, Coll J, Zhang SX, Liu XQ, CampsF. 2002. Modification of the analyticalmethod for rotenoids in plants. Chinese JChromatogr 20:144-147.

Page 17: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

9

LAMPIRAN

Page 18: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

10

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Maserasi 15 sampel T.vogelii menggunakanaseton selama 24 jamdengan 6 kali ulangan

Analisis LC-MS

Ekstrak paling aktif

Analisis 15 ekstrak T.vogelii dengan HPLC

Uji aktivitas 15ekstrak T.

vogelii denganmetode celup

daun

Uji kualitatif 15 ekstrakT. vogelii dengan TLC;

eluen n-heksana:diklorometana:metanol

(55:44:1)

Page 19: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

11

0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min

0

250

500

750

1000

mVDetector A:295nm

1/0//1

5.818

/6165

949

2/1/R

eteno

n/16.5

36/13

1826

5 3/0//1

7.643

/1562

6718

0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min

0

250

500

750

1000

1250

1500

1750

2000mVDetector A Ch2:270nm

/14.62

4/136

3395

9

/16.37

2/420

7860

3

Lampiran 2 Kromatogram HPLC ekstrak daun T. vogelii bunga ungu dari Cikalong Wetan-Bandung dengan deteksi UV

Waktu retensi (menit)

Siny

al (

mV

)

Waktu retensi (menit)

Siny

al (

mV

)

λ=295 nm

λ=270 nm

Page 20: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

12

Lampiran 3 Kromatogram ekstrak T. vogelii berbunga ungu dari Cipanas-Cianjur (atas) danspektrum massa pada waktu retensi 13.6, 15.9, dan 17.5 menit (bawah)

0 5.8 11.6 17.4 23.2 29.0Retention Time (Min)

375.0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

% Int

ensit

y

BPI=>NR(2.00)=>SM5

T17.5

T15.9

T13.6

338.0 408.6 479.2 549.8 620.4 691.0Mass (m/z)

0

1324.3

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

% Int

ensity

Mariner Spec /286:292 (T /13.44:13.72) -248:265 (T -13.44:13.72) ASC=>NR(2.00)=>CT[BP = 393.0, 1324]

392.98

393.97

394.97 432.89 614.56409.95 656.16577.70370.91

tr=13.6 menit

Page 21: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

13

lanjutan Lampiran 3

348.0 450.8 553.6 656.4 759.2 862.0Mass (m/z)

0

1868.0

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100%

Intens

ity

Mariner Spec /337:340 (T /15.84:15.98) -320:322 (T -15.84:15.98) ASC=>NR(2.00)=>CT[BP = 395.0, 1868]

394.99

395.97

598.64389.36 826.05508.81432.84 781.05676.88

348.0 450.8 553.6 656.4 759.2 862.0Mass (m/z)

0

240.5

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

% Int

ensity

Mariner Spec /371:373 (T /17.44:17.54) -351:355 (T -17.44:17.54) ASC=>NR(2.00)[BP = 395.0, 240]

394.99

395.96

396.59598.60417.90 811.04353.58 520.03 693.88 751.81

tr=17.5 menit

tr=15.9 menit

Page 22: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

14

Lampiran 4 Kromatogram (atas) dan spektrum massa (bawah) standar rotenon menggunakanLC-MS

0 5.8 11.6 17.4 23.2 29.0Retention Time (Min)

471.4

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

% Int

ensit

y

BPI=>NR(2.00)

T15.8

382.0 394.4 406.8 419.2 431.6 444.0Mass (m/z)

0

3791.8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

% Int

ensit

y

Mariner Spec /336:339 (T /15.80:15.94) -310:317 (T -15.80:15.94) ASC=>NR(2.00)=>CT[BP = 395.1, 3792]

395.06

396.06

417.02397.04 432.95388.91

Page 23: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

15

Lampiran 5 Hasil analisis standar rotenon menggunakan HPLC

Konsentrasi standar (ppm) Area

2 134763

2 134252

4 267240

4 261372

6 400433

6 390505

8 543849

8 548326

10 676787

10 675870

12 818661

12 846792

14 946529

14 945167

16 1065665

16 1076125

18 1234429

18 1202121

20 1368802

20 1376832

Lampiran 6 Kurva standar rotenon berdasarkan data area pada Lampiran 5

y = 68350 x - 6119R² = 0.999

0

3

6

9

12

15

0 5 10 15 20

Are

a (×

105)

Konsentrasi (ppm)

Page 24: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

16

Lampiran 7 Kandungan rotenon dan deguelin dalam ekstrak 15 sampel daun T. vogelii berdasarkan analisis menggunakan HPLC

Sampel UlanganArea

rotenonArea

deguelinRerata area

rotenon ± SDRerata area

deguelin ± SD

Konsentrasirotenon (ppm)dalam larutan

5000 ppm

Kandunganrotenon dalam

ekstrak (%)

Cigombong-Bogorputih (Cgb-Bgr)

1 506609 52345795

524865±23481.42 55089656±1830459.89 7.7686 0.15532 503513 56074282

3 551014 56024197

4 538325 55914351

Cikalong Wetan-Bandung putih (Ckw-Bdg)

1 501107 43623735

522938±22253.65 44201731±583433.42 7.7404 0.15482 506753 43774862

3 538451 44706435

4 545443 44701892

Cikalong Wetan-Bandung ungu (Ckw-Bdg)

1 1318265 42078603

1307647±25007.64 41924449±187135.98 19.2212 0.38442 1337912 42078007

3 1289622 41698577

4 1284788 41842608

Cipanas-Cianjur putih(Cpn-Cnj)

1 149193 21011033

160381± 10054.62 20875704± 313118.02 2.436 0.04872 154962 21251985

3 171014 20660856

4 166355 20578942

Cipanas-Cianjur ungu(Cpn-Cnj)

1 660459 22029178

646934±13387.70 22313932±352157.83 9.5546 0.19112 655390 21990268

3 640512 22641769

4 631377 22594512

Page 25: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

17

lanjutan Lampiran 7

Sampel UlanganArea

rotenonArea

deguelinRerata area

rotenon ± SDRerata area

deguelin ± SD

Konsentrasirotenon (ppm)dalam larutan

5000 ppm

Kandunganrotenon dalam

ekstrak (%)

Cisarua-Bogor putih(Csr-Bgr)

1 511817 53396021

527999±19732.61 51679162±2273002.23 7.8145 0.15632 510788 53882928

3 539576 49788799

4 549817 49648902

Cisarua-Bogor ungu(Csr-Bgr)

1 639366 27848544

654623±18203.56 28200821±424343.53 9.667 0.19332 644680 27974971

3 654092 28804511

4 680356 28175260

Jatinangor-Sumedangputih (Jtn-Smd)

1 310928 22641769

330782±19769.42 23189679±522286.64 4.9291 0.09862 316677 22848082

3 346581 23580378

4 348941 23688488

Jatinangor-Sumedangungu (Jtn-Smd)

1 970148 50847736

959218±20056.66 53391118±2904918.71 14.1234 0.28252 981592 50903384

3 938557 55875240

4 946574 55938113

Lembang-Bandungputih (Lbg-Bdg)

1 283800 38054620

292530±7671.46 45227044±8399084.54 4.3694 0.08742 288819 52345795

3 300892 37854146

4 296610 52653615

Page 26: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

18

lanjutan Lampiran 7

Sampel UlanganArea

rotenonArea

deguelinRerata area

rotenon ± SDRerata area

deguelin ± SD

Konsentrasirotenon (ppm)dalam larutan

5000 ppm

Kandunganrotenon dalam

ekstrak (%)

Lembang-Bandungungu (Lbg-Bdg)

1 834072 41395948

811423±21491.54 41136087±242803.15 11.9611 0.23922 822885 41186778

3 803297 41151898

4 785437 40809724

Megamendung-Bogorputih (Mgm-Bgr)

1 144413 21943632

156198±10352.53 21178528±841878.98 2.3748 0.04752 151358 21864660

3 167753 20545308

4 161267 20360511

Megamendung-Bogorungu (Mgm-Bgr)

1 610439 26328169

608791±11928.70 27029095±472225.19 8.9965 0.17992 624985 27220688

3 601043 27358845

4 598697 27208677

Pangalengan-Bandung putih (Pgl-Bdg)

1 237760 34567948

241953±4305.26 34523616±553004.33 3.6294 0.07262 247934 35230735

3 241632 34405881

4 240487 33889899

Pangalengan-Bandung ungu (Pgl-Bdg)

1 811780 35418603

787274±37582.89 34959465±348795.55 11.6078 0.23212 826906 34597484

3 757358 34814925

4 753051 35006849

Page 27: Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas ... · menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Bahan Alam pada tahun 2010. Penulis juga Penulis juga berkesempatan melaksanakan

19

Lampiran 8 Mortalitas larva C. pavonana akibat perlakuan dengan ekstrak daun T. vogelii padakonsentrasi 0.02 dan 0.15%

Sampel T. vogelii aKonsentrasi 0.02% Konsentrasi 0.15%

Mortalitas (%)pada 48 JSP

Mortalitas (%)pada 72 JSP

Mortalitas (%)pada 48 JSP

Mortalitas (%)pada 72 JSP

Cgb-Bgr putih 0.0 1.1 10.0 26.1

Ckw-Bdg putih 1.1 1.7 3.3 10.0

Ckw-Bdg ungu 0.6 2.2 2.2 18.3

Cpn-Cnj putih 2.2 3.4 7.8 32.4

Cpn-Cnj ungu 4.4 5.6 22.8 62.8

Csr-Bgr putih 0.6 0.6 19.0 35.8

Csr-Bgr ungu 0.6 1.7 12.8 21.2

Jtn-Smd putih 0.0 0.0 4.4 7.2

Jtn-Smd ungu 0.0 0.0 43.9 52.2

Lbg-Bdg putih 0.0 0.0 18.5 48.9

Lbg-Bdg ungu 0.5 1.6 33.5 51.4

Mgm-Bgr putih 0.6 1.7 15.6 31.7

Mgm-Bgr ungu 0.0 0.0 15.0 32.9

Pgl-Bdg putih 0.0 0.6 31.1 44.4

Pgl-Bdg ungu 0.0 0.6 29.4 47.8a Kode sampel seperti pada Tabel 1.