perbaikan latarblakang
-
Upload
ulhy-yuliana-diadi -
Category
Documents
-
view
218 -
download
6
description
Transcript of perbaikan latarblakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi
klinis perdarahan yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DBD
disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae (Sukohar, 2014).
DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh
dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun
2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2010).
Indonesia dimasukkan kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh World
Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka
perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Data
Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan
tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan
yang terjangkit penyakit ini (Chen, dkk., 2009).
Pengobatan terhadap virus dengue sampai sekarang bersifat penunjang
agar pasien dapat bertahan hidup. Obat yang bersifat menyembuhkan belum
ditemukan, pengobatan yang diberikan biasanya bersifat penurun demam dan
menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi-sendi selain harus istirahat
dan banyak minum, jika suhu tinggi dikompres secara intensif. Pada DBD,
terapi dengan antipiretik harus diberikan pada pasien dengan hiperpireksia,
terutama bagi yang mempunyai riwayat kejang dan demam. Untuk itu perlu
dipertimbangkan pemberian antipiretik yang aman. Dari berbagai standar
yang ada, menyebutkan bahwa dalam tatalaksana DBD pemberian obat
antipiretik merupakan pilihan yang aman dan tepat untuk obat penurun panas
dan analgesik adalah parasetamol (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2013, Sulawesi Tenggara
menduduki posisi 8 besar dari 26 provinsi dengan Insiden Rate (IR) DBD
tertinggi sebesar 51,09 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2014). Tahun
2011-2013 IR DBD di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan. Jumlah
kasus DBD di Sulawesi Tenggara tahun 2013 sebanyak 1.168 kasus dan
sebanyak 25 orang dilaporkan meninggal yang terjadi di Kabupaten Kolaka,
Konawe Selatan, Bombana, Kota Kendari dan Kota Bau-Bau. IR pada tahun
2013 adalah 49.50 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 2,14%. Oleh
karena itu, IR DBD Tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tahun 2012 dengan IR sebesar 18,16 per 100.000 penduduk (Target
Nasional <5 per 100.000 penduduk) (Dinkes Provinsi Sultra, 2014).
Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum (RSU)
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, pada tahun 2012 jumlah pasien
DBD rawat inap sebesar 275 pasien, tahun 2013 sebesar 528 pasien dan tahun
2014 sebesar 135 pasien. Jumlah kasus kematian DBD di RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara, pada tahun 2012 sebanyak 2 pasien, tahun 2013
sebanyak 7 pasien dan tahun 2014 sebanyak 4 pasien.
Berdasarkan uraian diatas, demam berdarah merupakan penyakit yang
perlu mendapatkan perhatian khusus, demikian pula halnya dengan
penggunaan obat untuk pengobatan penyakit demam berdarah. Tingginya
jumlah kasus serta angka kematian akibat penyakit demam berdarah maka
perlu dilakukannya evaluasi penggunaan obat pada pasien DBD yang
menjalani rawat inap di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.