Perawatan Luka

20
TUGAS MENGGANTI BALUTAN KERING DOSEN MK: F. Wenno, S.Pd M.M.Kes DISUSUN OLEH : kelompok V Sahril suhael Dewi tjahrati alu Faradiba risaholith Sri nur ramliah Irmayanti silviani medi Waode jarnia Feronika Sitohang Natalia tapilaha TK IIC YAYASAN WAHAN BHAKTI KARYA HIUSADA AKADEMI KEPERAWATAN

description

keperawatan

Transcript of Perawatan Luka

Page 1: Perawatan Luka

TUGAS MENGGANTI BALUTAN KERING

DOSEN MK: F. Wenno, S.Pd M.M.Kes

DISUSUN OLEH : kelompok VSahril suhaelDewi tjahrati aluFaradiba risaholithSri nur ramliahIrmayanti silviani mediWaode jarniaFeronika SitohangNatalia tapilaha

TK IIC YAYASAN WAHAN BHAKTI KARYA HIUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III Dr.J.A LATUMETEN

AMBON 2015

Page 2: Perawatan Luka

LUKA DAN PERAWATANNYA

A. Pengertian

Luka adalah suatu gangguan dari kondiai normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyutas kulit, mukosa membrane dan tulang atau organ tubuh lain (kozier, 1995).

B. Jenis-jenis Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukan derajat luka (Taylor, 1997).

1. Berdasarkan tingkat kontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernapasan, pencernaan, genital dan urinary tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (missal; Jackson – pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.

b. Clean-contamined wounds ( luka bersih terkontaminasi ), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3%-11%.

c. Contamined wounds (luka terkontaminasi, termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptic atau kontaminasi dari saluran cerna ; pada kategori ini juga termasuk insinsi akut, inflamasi non purulen. Kemungkina infeksi luka 10%-17%.

d. Dirty or infected wounds (luka kotor/ infeksi) yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luas nya luka

a. Stadium I : luka superficial (“non blanching erithema) : yaiyu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : luka “partial thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : luka “full thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka sampai pada lapisan epidermis,

Page 3: Perawatan Luka

dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tampa merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : luka “ full thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adannya dextruksi-kerukan yang luas.

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

a. Luka akut : yaitu dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuahan dapat karena factor eksogen daan endogen

C. Mekanisme terjadinya luka :

1. Luka insisi (inciset wounds), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam missal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptic) biasnya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (ligasi).

2. Luka memar (contusion wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan di karakteristikan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

Page 4: Perawatan Luka

3. Luka lecet (abraded wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

4. Luka tusuk (punctured wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5. Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau pleh kawat.

6. Luka tembus (penetratin wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.

7. Luka bakar (combusio) luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti : api, air panas, listrik, bahan kimia, dan kodiasi.

D. Penyembuhan luka

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memuliskan dirinya. Peningkatan aliran darah kedaerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tampa bantuan, walaupun beberapa bahan peralatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dan kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).

1. Prinsip penyembuhan luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuha luka menurut Taylor (1997) yaitu : (1) kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan di pengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) respon tubuh secara sistemik a pada trauma, (4) aliran darah ked an dari jaringan yang luka, (5) keutuhan kulit dan mukosa membrane disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan (6) penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termaksuk bakteri.

2. Fase penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier 1995).

Menurut Kozier 1995

a. Fase inflamatori

Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3-4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, restraksi pembuluh darah, endapan fibrin

Page 5: Perawatan Luka

(menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oelh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epithelia sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme.

Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon

seluler digunakan untuk mengunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplay darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.

Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah kedaerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera – luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan factor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel di akhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.

b. Fase proliferative.

Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari terjadi luka, kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan Nampak dibawah garis irisan luka.

Page 6: Perawatan Luka

Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatka aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Vibroblas berpindah dari pembuh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak san mudah pecah.

c. Fase Maturasi

Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

Menurut Taylor (1997):

a) Fase Inflamatori

Page 7: Perawatan Luka

Dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3 – 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah hemostasis dan pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka menimbulkan local adaptasi syndrome. Sebagai hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka. Ddiikuti fasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian sel fagosit (makrofag) masuk ke daerah luka dan mengeluarkan factor angiogenesis yang merangsang pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat terjadi.

b) Fase Proliferatife

Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblas secara cepat mensintesis kolagen dan subsstansi dasar. 2 substansi ini membentuk lapis-lapis perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah ada di dalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya pembuluh darah, kemerahan dan mudah berdarah.

c) Fase Maturasi

Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut selama 1-2 tahun stelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih.

Menurut Poter (1998) :

a) Devensive / tahap inflamatori

Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak / terganggu dan berlanjut hingga 4 – 6 hari. Tahap ini terbagi atas homeostasis, respon inflamatori, tibanya sel darah putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi pembuluh darah, membawa platelet mengentikan pendarahan. Bekuan membentuk sebuah matriks fibrin yang mencegah masuknya organism infeksius. Respon inflammatory adalah saat terjadi peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas faskuler plasma menyebabkan semerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih di luka melalui suatu proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang menyerang bakteri dan membantu perbaikan jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya makrofag membersihkan sel dari debris oleh

Page 8: Perawatan Luka

pagositosis, meningkatkan perbaikan luka dengan mengembalikan asam amino normal dan glikose. Epitilial sel bergerak dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.

b) Reconstruksion / tahap Prolifrasi

Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 daari tahap defensive dan berlanjut selama 2-3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C dan asam amino pada aringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka. Epithelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.

c) Tahap Maturasi

Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka merekat kuat.

E. Factor yang mempengaruhi luka

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat dari pada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyait kronis, penuruna fungsi hati dapat mengganggu sintesis dan factor pembekuan darah.

2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan dekaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningktkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supyal darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi

Luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4. Sirkulasi (hipovelemia) dan oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. adanya sejumlah besar lemah subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabeter militus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5. Hematoma

Page 9: Perawatan Luka

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk ke dalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, vibrin, jaringan sel mati dan lekosit ( sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“pus)

7. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplay darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat uga terjadi akibat factor internal yaitu adanya obtruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

8. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibtakan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

9. Keadaan luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan anti biotic yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.

b. Anti koagulan :mengakibtkan pendarahan.

c. Anti biotic : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intra vaskular.

F. Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan efiscerasi.

1. Infeksi.

Page 10: Perawatan Luka

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan.

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembulu darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka dibawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan interfensi pembedahan mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi.

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerci adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscenci luka dapat terjadi 4 – 5 hari stelah operasi sebelum kolagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjaadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

G. Perkembangan perawatan luka

Propesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter. P, 1998). Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah mulai tentang perawatan luka. Hasilnya menunjukan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik dari pada lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etyleen dua kali lebih cepat dari pada luka yang dibiarkan kering. Hasil penilitian ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka supervisial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan modern (Poter.P,1998). Perawatan luka lembab tidak meningktakan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis balutan lembab adalah 2,5 % lebih baik dibanding 9% pada balutan kering (thompson. J, 200). Rowel (1970) menunjukan bahwa lingkungan lembab meningktkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan ransangan bagi perkembangan balutan lembab (Potter. P,1998).

Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan anti septik hanya untuk memelukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotokxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan

Page 11: Perawatan Luka

mencegah reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris di permukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang di basahi ndengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan (Walker. D, 1996).

Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan an sedikit bengkak dan hilang kira-kira 1 minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.

Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi: 1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan ditepi luka.2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleeh fibrin dalam bekuan selama 1 atau

beberapa jam setelah pembedahan ditutup.3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1-3 hari.4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil.5. Jaringan granulasimulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup

selama 7-10. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.

6. Pembentukan bekas luka.7. Pembentukan kolagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan

atau lebih.8. Pengecilan ukuran bekas luka lebih 1 periode atau setahun. Peningkatan ukuran

bekas luka menunjukan pembentukan kelloid.

H. Tujuan Perawatan luka

1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.2. Absorbsi drainase.3. Menekan dan imobilisasi luka.4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis.5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri.6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.

I. Bahan Yang Digunakan Dalam Perawatan Luka

1. Sodium klorida 0.9% Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada diseluruh tubuh karean

alasan ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida mempunyai Na dan CI yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9% ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman utnuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering. Menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah (htt://rpromise.com/woundcare/).

2. Laruran Povodine-iodine.Iodine adalah elemen nonmetalik yang tersedia dalam bentuk garam yang

dikombinasi dengan bahan lain walaupun iodine bahan nonmetalik iodine berwarana hitam kebiru-biruan, kilau metalik, dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer. Iodidet tinture dan selasya solution keduanya aktif melawan spora tergantung

Page 12: Perawatan Luka

konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker 1999). Latutan ini akan melepaska iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, jamur, spora dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukkan bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxcis terhadap sel (Thompson. J,200). Iodine dengan konsentrasi >3% dapat memberi rasa panas pada kulit. Ras terbakar akan nampak denga iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker 1999).

Page 13: Perawatan Luka

MENGGANTI BALUTAN KERING

A. Pengertian

Mengganti balutan kering merupakan suatu tindakan pembersihan luka dan penggantian balutan kering

B. Tujuan

1. Mencegah infeksi sekunder2. Luka terlihat bersih dan kering3. Meminimalkan mikroorganisme

C. Indikasi

Untuk luka atau insisi pembedahan yang mempunyai drainase minimal dan tidak ada jaringan yang hilang

D. Persiapan alat

1. Plester2. gunting3. Balutan kasa dan Kasa steril dalam tempatnya, 4. Sarung tangan bersih5. Sarung tangan steril6. Larutan normal saline steril (NaCl 0,9 %)7. Salep antiseptic (bila di intruksikan dokter)8. Kantong sampah infeksius9. Perlak dan alasnya10.Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (Piala ginjal) 11.Pinset 3 (2 anatomis, 1 sirurgis)12.Kom untuk larutan antiseptic

E. Prosedur

1. Cek instruksi dokter dan rencana perawatan2. Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli3. Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur4. Berikan privasi5. Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di samping

pasien6. Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien7. Cuci tangan8. Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan

Page 14: Perawatan Luka

9. Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)10.Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan11.Tuang larutan normal saline pada balutan12.Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik13.Lepaskan sarung tangan14.Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat15.Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong kasa di

daerah steril tersebut16.Pakai sarung tangan steril17.Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi atau lubang18.Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda infeksi19.Jika ada selang drain, bersihkan area drain dan sekitar area dengan gerakan sirkulasi

(memutar kearah luar). Jangan menggunakan zat kimia sitotoksik  atau yang berbahaya20.Berikan salep antibiotic bila dipesankan. Jangan dioles di tempat drainase karena dapat

menghambat drainase.21.Pasang beberapa kasa pada drain22.Tutup daerah luka dengan kasa steril23.Lepaskan sarung  tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius24.Plester hanya  pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat digunakan

untuk mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang disebabkan oleh ganti balutan yang sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah gulungan perban untuk memperkuat fiksasi

25.Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali naikkan penghalang tempat tidur

26.Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)27.Cuci tangan28.Bereskan alat-alat

Page 15: Perawatan Luka

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and soft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992.

2. Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993.3. Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994.4. Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 1991.5. Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik Bedah, Hipokrates Jakarta, 1992.6. Dudley HAF, eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah,

EGC Jakarta 2000.7. Bachsinar B, Bedar Minor, Hipokrates, Jakarta 1995.8. Puruhito, Dasar-dasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 1987.9. Zachary CB, Basic Curtaneous Surgery, A Primer in Techniquw, Churchill Livingstone,

London GB, 1990.