Perawatan Luka

29
Fisiologi Luka Ada beberapa fase penyembuhan luka yakni : 1. Fase inflamasi : berupa hemostatsis dan inflamasi 2. Fase proliferatif : terdiri dari epitelialiasi, angiogenesis, pembentukan jaringan granulasi dan deposisi kolagen 3. Fase maturasi : kontraksi, pembentukan jaringan parut (scar tissue), remodeling Gambaran Fase Penyembuhan Luka Umumnya luka yang akut akan melalui tahapan fase diatas dengan baik, jika dilakukan perawatan luka yang 1

description

Description: (Required field)Description: (Required field)Description: (Required field)Description: (Required field)Description: (Required field)Description: (Required field)Description: (Required field)V

Transcript of Perawatan Luka

Page 1: Perawatan Luka

Fisiologi Luka

Ada beberapa fase penyembuhan luka yakni :

1. Fase inflamasi : berupa hemostatsis dan inflamasi

2. Fase proliferatif : terdiri dari epitelialiasi, angiogenesis, pembentukan jaringan

granulasi dan deposisi kolagen

3. Fase maturasi : kontraksi, pembentukan jaringan parut (scar tissue), remodeling

Gambaran Fase Penyembuhan Luka

Umumnya luka yang akut akan melalui tahapan fase diatas dengan baik, jika

dilakukan perawatan luka yang benar. Namun jika perawatan luka dilakukan dengan

sembarangan dan menyalahi prinsip-prinsip perawatan luka, maka luka dapat menjadi

kronis karena adanya fase penyembuhan yang tidak terlewati dengan dengan

sempurna. Penyebab lainnya adalah penyakit yang mendasari (misalnya diabetes

melitus, CVI, dll) sehingga elemen pencetus luka tersebut selalu ada. Pada luka-luka

1

Page 2: Perawatan Luka

seperti ini tentunya memerlukan pemahaman perawatan luka yang benar karena jelas

luka tersebut lebih sulit untuk sembuh.

Fase-fase dalam penyembuhan luka (khususnya pada kulit dan jaringan di

bawahnya) umumnya memiliki pola dan waktu yang serupa seperti terlihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 2. Waktu penyembuhan luka

Teknik perawatan luka juga harus mengikuti fase-fase dalam penyembuhan

luka, khususnya dari segi waktu: waktu penggantian wound dressing, waktu

pengangkatan benang, dsb. Jenis dari penyembuhan luka terdiri dari :

Primary wound healing (penyembuhan luka primer): terjadi saat pinggirian luka

(wound edges) yang bersih dan masih vital (tidak iskemik/ nekrosis) ditemukan

dengan aprokmasi yang baik (biasanya penjahitan) sehingga fase pembentukan

jaringan granulasi lebih cepat dan epitelialisasi langsung terjadi dalam beberapa

hari (1-3 hari).

Secondary wound healing (penyembuhan luka sekunder): terjadi pada luka yang

cukup dalam /lebar dan jarak antara ujung-ujung luka terlalu jauh, sehingga

tidak dapat dilakukan penjahitan secara langsung. Seluruh fase penyembuhan

luka secara spontan akan dilewati sesuai dengan dalam/luasnya luka dan

tergantung dari penyakit yang mendasarinya.

2

Page 3: Perawatan Luka

Tertiary wound healing (penyembuhan luka tersier): terjadi pada luka yang

kurang vital/jaringan nekrotik cukup banyak/luka cukup dalam/luka kotor dan

memerlukan tindakan debridemen/nekrotomi terlebih dahulu untuk jangka

waktu tertentu (hingga luka cukup vital dan bersih), untuk kemudian melewati

fase-fase penyembuhan luka.

3

Page 4: Perawatan Luka

PERAWATAN LUKA KONVENSIONAL

Konsep perawatan luka konvensional adalah perawatan luka di mana teknik

yang digunakan masih alami dan tradisional, belum dikembangkan secara modern

yang bertujuan untuk menyembuhkan luka secara bertahap dan prosesnya lama

tergantung luka yang di derita.

Perawatan Luka Konvensional adalah tindakan yang dilakukan untuk menjaga,

memelihara dan mengembalikan keadaan integritas normal kulit dengan cara kuno

yang masih serig digunakan karena sifatnya yang mudah didapat dan tanpa pengawet

seperti obat-obatan kimia saat ini.

Perawatan luka secara tradisional dengan menggunakan bahan alami merupakan

salah satu alternatif solusi yang sangat baik. Ada banyak cara merawat luka secara

alami dan tradisional, salah satunya menggunakan bahan tanaman obat herbal Lidah

Buaya dan Daun pare.

1. Perawatan Luka dengan Lidah Buaya

Lidah buaya memiliki sifat mendinginkan, melembabkan, dan

meregenerasi kulit. Hal ini karena kandungan asam amino dan lignin yang

dikandung lidah buaya. Bahkan lidah buaya memiliki manfaat sebagai anti

radang. Tentu saa untuk mengatasi luka, in sangat baik. Cara penggunaannya

cukup mudah, yaitu dengan mengoleskan lender yang terdapat dalam lidahbuaya

kepada luka.

4

Page 5: Perawatan Luka

2. Perawatan Luka dengan Daun Pare

Daun pare memiliki khasiat yang tidak kalah dengan lidah buaya.

Walaupun memiliki rasa yang pahit namun daun pare memiliki manfaat

terutama untuk perawatan luka, salah satunya yaitu dapat menyamarkan luka.

Cara penggunaannya cukup mudah, lakukan peremasan daun pare yang masih

segar dengan air panas. Campur dengan 2 sdm tepung beras, aduk terus dengan

cara diremas hingga menjadi adonan yang menyatu. Gunakan adonan dengan

cara ditempelkan pada bekas luka. Biarkan sampai mengering. Lalu bersihkan

dengan air.

3. Perawatan Luka dengan Madu

Ada beberapa hasil penelitian yang melaporkan bahwa madu sangat efektif

digunakan sebagai terapi topikal pada luka melalui peningkatan jaringan

granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara signifikan (Suguna et al.,

1992;1993; Aljady et al.,2000). Menurut Lusby PE (2006) madu juga dapat

meningkatkan waktu kontraksi pada luka. Madu efektif sebagai terapi topikal

karena kandungan nutrisi yang terdapat di dalam madu dan hal ini sudah

diketahui secara luas. Bergman et al. (1983) menyatakan secara umum bahwa

madu mengandung 40% glukosa, 40% fruktosa, 20% air dan asam amino,

vitamin biotin, asam nikotinin, asam folit, asam pentenoik, proksidin, tiamin,

kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, dan kalium.

5

Page 6: Perawatan Luka

Madu juga mengandung zat antioksidan dan H2O2 (Hidrogen peroksida)

sebagai penetral radikal bebas. Tujuan tulisan ini adalah memberikan gambaran

kandungan dan sifat madu sehingga madu dapat digunakan sebagai alternatif

terapi topikal pada perawatan luka.

a. Sifat Zat Yang Terkandung dalam Madu

Kandungan dan sifat madu dapat berbeda tergantung dari sumber madu

(Gheldof et al., 2002;Gheldof and Engeseth, 2002). Pada saat ini salah satu

madu yang cukup dikenal luas dalam perawatan luka adalah Manuka Honey.

Madu lebih efektif digunakan sebagai terapi topikal karena kandungan

nutrisi dan sifat madu.

b. Osmolaritas Yang Tinggi

Madu merupakan larutan yang mengalami supersaturasi dengan kandungan

gula yang tinggi dan mempunyai interaksi kuat dengan molekul air sehingga

akan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi

aroma pada luka. Salah satunya adalah pada luka infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Staphylococcus aureus. Seperti yang dilaporkan Cooper et al

(1999), hasil studi laboratorium menunjukkan madu memiliki efek anti

bakteri pada beberapa jenis luka infeksi, misalnya bakteri Staphylococcus

aureus.

Hasil penelitian lain melaporkan madu alam dapat membunuh bakteri

Pseudomonas aeruginosa dan Clostritidium (Efem & Iwara, 1992). Luka

dapat menjadi steril terhadap kuman apabila menggunakan madu sebagai

dressing untuk terapi topikal. Selain itu pH yang rendah (3,6 - 3,7) dari

madu dapat mencegah terjadinya penetrasi dan kolonisasikuman (Efem,

1998). Apabila terjadi kontak dengan cairan luka khususnya luka kronis,

cairan luka akan terlarut akibat kandungan gula yang tinggi pada madu,

sehingga luka menjadi lembap dan hal ini dianggap baik untuk proses

penyembuhan.

c. Hidrogen Peroksida

Bila madu dilarutkan dengan cairan (eksudat) pada luka, hidrogen peroksida

akan diproduksi. Hal ini terjadi akibat adanya reaksi enzim glukosa oksidase

yang terkandung di dalam madu yang memiliki sifat antibakteri. Proses ini

tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan luka dan juga akan mengurangi

bau yang tidak enak pada luka khususnya luka kronis. Hidrogen peroksida

6

Page 7: Perawatan Luka

dihasilkan dalam kadar rendah dan tidak panas sehingga tidak

membahayakan kondisi luka (Molan,1992). Selain itu hidrogen peroksida

yang dihasilkan tergantung dari jenis dan sumber madu yang digunakan.

d. Aktivitas Limfosit dan Fagosit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sel darah lymphosit B and

lymphosit T dapat distimulasi oleh madu dengan konsentrasi 0.1%

(Abuharfeil et al.,1999). Adanya aktivitas limfosit dan fagosit ini

menunjukkan respons kekebalan tubuh terhadap infeksi khususnya pada

luka.

e. Sifat Asam Madu

Madu yang bersifat asam dapat memberikan lingkungan asam pada luka

sehingga akan dapat mencegah bakteri melakukan penetrasi dan kolonisasi.

Selain itu kandungan air yang terdapat dalam madu akan memberikan

kelembapan pada luka. Hal ini sesuai dengan prinsip perawatan luka modern

yaitu "Moisture Balance". Hasil penelitian Gethin GT et al (2008)

melaporkan madudapat menurunkan pH dan mengurangi ukuran luka kronis

(ulkus vena / arteri dan luka dekubitus) dalam waktu dua minggu secara

signifikan. Hal ini akan memudahkan terjadinya proses granulasi dan

epitelisasi pada luka.

f. Manfaat Madu Untuk Perawatan Luka

Madu dapat digunakan untuk terapi topikal sebagai dressing pada luka ulkus

kaki, luka dekubitus, ulkus kaki diabet, infeksi akibat trauma dan pasca

operasi, serta luka bakar. Madu dapat mempercepat masa penyembuhan luka

bakar (Evan and Flavin, 2008; Jull et al.,2008).

7

Page 8: Perawatan Luka

Contoh Luka dan Teknik Perawatan Luka Konvensional

Pada perawatan luka konvensional masih banyak menggunakan cara-cara

tradisional yang cenderung alami dan penggunaan obatnya pun sederhana. Contoh

luka dan teknik perawatan luka secara konvensional adalah sebagai berikut :

1. Luka Gigitan Ular

a. Rimpang Jahe

Teknik: Rimpang Jahe merah ditumbuk dan ditambahkan sedikit garam.

Letakkan pada bagian tubuh yang terluka.

2. Luka Bakar

a. Dengan Teripang

Teripang tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona

pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra

Pasifik Barat. Untuk wilayah Indonesia, teripang banyak ditemukan di

perairan bagian Timur Indonesia, seperti di perairan Kalimantan.

Kandungan Dalam Teripang atau Sea Cucumber :

Kolagen 80,0%

Protein 86,8%

Mineral

Mukopolisakarida

Glucasaninoglycans (GAGs)

Antiseptik alamiah

Chondroitin

Omega-3, 6, dan 9

Asam Amino

Teknik: Teripang direbus kemudian air rebusannya diminum.

Menurut dr Dendi Sudiono SpKK, spesialis kulit dan kelamin,

‘Untuk mengatasi luka bakar diperlukan bahan-bahan yang mengandung

banyak kolagen. Sejatinya kulit kita mempunyai senyawa kolagen.

Senyawa itu terbentuk dari jaringan serabut elastin dan serabut kolagen.

Keduanya bahu-membahu, saling mengisi, dan membuat keras serta

kencang lapisan kulit bagian atas.

b. Dengan Kentang

8

Page 9: Perawatan Luka

Umbi kentang mengandung zat pati (amilosa, amilopektin),

protein, lemak, kalsium, fosfar, besi, belerang, vitamin A, B, C.

Teknik: 1 buah kentang, dicuci, kupas, parut. Remas parutan

kentang bersama 2 sendok makan minyak kelapa. Borehkan pada bagian

luka bakar, lalu balut dengan kain bersih.

c. Luka Koreng

Koreng adalah luka pada kulit yang bernanah dan membusuk.

Perawatan luka secara konvensionalnya adalah sebagai berikut:

Dengan Kunyit dan Daun Sambiloto

Teknik: Ambil kunyit 1 gr, minyak kelapa 95 gr, pati singkong 2 gr,

semua ditumbuk dan dipanaskan sedikit dan kemudian di oleskan pada

tempat yang sakit. Ambil daun sambiloto 1 gr, daun delima 1 gr, pati

singkong 2 gr, minyak kelapa 1500 gr, semuanya dicampur lalu

dipakai sebagai obat luar.

3. Luka Borok

Borok adalah luka yang terbuka pada kulit, mata atau membran

mukosa yang sering disebabkan oleh peradangan, infeksi,kanker hipertensi

diabetes, dan lain-lain. Penyebab lain borok pada kulit termasuk tekanan dari

berbagai sumber. Borok adah luka yang berkembang pada kulit, membran

mukosa dan mata. Teknik perawatannya secara konvensional adalah sebagai

berikut:

a. Dengan Kamboja

Getah putihnya mengandung damar dan karet, yang mampu

mengontraksikan kulit tanpa menimbulkan rasa sakit. Tumbuhan ini juga

mengandung fuvoplumierin yang mencegah pertumbuhan bakteri.

Bunganya berkhasiat menurunkan panas, menghentikan batuk, meluruhkan

air seni. Batangnya melancarkan buang air besar.

Teknik: Oleskan getah kamboja pada borok yang sudah dicuci

dengan air hangat

4. Luka Sariawan

9

Page 10: Perawatan Luka

Sariawan adalah suatu Kelainan pada Selaput lendir mulut berupa luka

pada mulut yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan

permukaan agak cekung. Munculnya Seriawan ini disertai rasa sakit yang

tinggi. Perawatannya adalah sebagai berikut:

a. Dengan Daun Kemangi

Daun kemangi mempunyai daya penenang dan mengeluarkan gas-

gas dari tubuh. Daunnya juga sering dipakai untuk bumbu hidangan daging

ataupun ikan.

Kemangi mengandung zat minyak atsiri, protein, kalsium, fosfor,

besi, belerang, dan lain-lain.

Teknik: 50 helai daun kemangi dicuci bersih, kunyah sampai halus

selama 2 – 3 menit. Telan. Minum air hangat. Lakukan ini 3x sehari.

b. Dengan Daun Kembang Sepatu

Seluruh bagian tumbuhan kembang sepatu mengandung zat lendir

atau mucin dan bunganya berkhasiat memberi rasa sejuk pada

kerongkongan dan rongga pernafasan agar keluar lebih banyak.

Teknik: Segenggam daun kembang sepatu dicuci bersih, rebus

dengan 2 gelas air selama 15 menit. Saring. Minum airnya.

5. Luka Patah Tulang

Perawatan pada luka patah tulang secara konvensional dapat dilakukan

dengan cara menggunakan pembidai. Pembidai ini berupa sejenis papan atau

batang lurus yang dilekatkan pada bagian yang patah lau diikat dengan

menggunakan daun kering bila tidak ditemukan tali.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar meminimalisir adanya gerakan atau

perpindahan posisi tulang. Sebelum dikenakan pembidai sebaiknya posisi

tulang dibenarkan dengan urutan tangan.

6. Luka Patah Tulang

10

Page 11: Perawatan Luka

Luka sayatan adalah luka yang timbul akibat adanya benturan atau

gesekan benda luar baik sengaja

maupun tidak sengaja yang mengakibatkan perdarahan. Perdarahan

sendiri terbagi menjadi dua yakni perdarahan yang memancar dan menetes.

Baik perdarahan memancar maupun menetes memerlukan perawatan sendiri.

Dalam praktik perawatan konvensional, pada luka sayatan dapat

dilakukan perawatan menggunakan daun jerami kering atau sarang hewan

sejenis laba-laba atau lebih tepatnya dalam istilah jawa dapat disebut

‘dlamet’atau ‘omah kolomonggo’. Teknik jaman dulu yang bersumber dari

kebudayaan jawa ini memiliki keyakinan bahwa dengan jerami atau ‘dlamet’

dapat menekan luka yang memancar dari kulit. Dengan begitu luka yang

terjadi dapat dikurangi sehingga tidak terjadi pelebaran luka yang lebih atau

bahkan kehilangan darah dengan berlebih. Namun dibalik khasiatnya masih

belum terjamin kesterilan dari bahan-bahan tersebut sehingga masih ada

kemungkinan terjadinya infeksi terhadap luka yang ada.

PERAWATAN LUKA MODERN

11

Page 12: Perawatan Luka

Pemilihan Balutan Luka

Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan

yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini

dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter

pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan

lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun

alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:

1. Mempercepat fibrinolisis.

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh

netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

2. Mempercepat angiogenesis.

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih

pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.

3. Menurunkan resiko infeksi.

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan

perawatan kering.

4. Mempercepat pembentukan Growth factor.

Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk

stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih

cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.

5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.

Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan

limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut

luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:

1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka

(absorbing)

2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi

resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)

3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)

4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

12

Page 13: Perawatan Luka

5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian

antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

 

Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

1. Film Dressing

a. Semi-permeable primary atau secondary dressings

b. Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive

c. Conformable, anti robek atau tergores

d. Tidak menyerap eksudat

e. Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

f. Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

g. Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

 

2. Hydrocolloid

13

Page 14: Perawatan Luka

Hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang membantu

pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan melindungi

lingkungan dasar luka secara alami.

a. Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers

b. Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough

c. Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis

d. Waterproof

e. Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal

f. Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV

g. Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

 

3. Alginate

Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar

ganggang laut. Alginate tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan

hidrofiber merupakan tipe produk yang sama. Paa kasus ini, alginate akan

menjadi lunak, tidak lengket dengan luka. Alginate juga digunakan pada luka

dengan drainase sedang hingga berat dan tidak dapat digunakan pada luka yang

kering. Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan dibalut,

atau dapat dilapisi untuk menambah penyerapan.

a. Terbuat dari rumput laut

b. Membentuk gel diatas permukaan luka

c. Mudah diangkat dan dibersihkan

d. Bisa menyebabkan nyeri

e. Membantu untuk mengangkat jaringan mati

f. Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

14

Page 15: Perawatan Luka

g. Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat

h. Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering

i. Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

 

4. Foam Dressings

Foam/Busa

Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan pada

tahap awal masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak mengeluarkan

drainase. Balutan busa nyaman dan lembut bagi kulit dan dapat digunakan untuk

pemakaian beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan ketebalan dari busa tersebut

sangat bervariassi, dengan atau tanpa perekat pada permukaannya.

Foam silikon lunak/balutan yang menyerap. Balutan jenis ini

menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada permukaan yang kontak

dengan luka. Silikon membantu mencegah balutan foam melekap pada

permukaan luka atau sekitar kulit pada pinggir luka. Hasilnya menghindarkan

luka dari trauma akibat balutan saat mengganti balutan, dan membantu proses

penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini dirancang untuk luka dengan

drainase dan luas.

a. Polyurethane

b. Non-adherent wound contact layer

c. Highly absorptive

d. Semi-permeable

e. Jenis bervariasi

f. Adhesive dan non-adhesive

g. Indikasi : eksudat sedang s.d berat

15

Page 16: Perawatan Luka

h. Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam

i. Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

 

5. Hidrofyber

Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau

balutan pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa

bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid.

Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka untuk

membentuk gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir dari permukaan luka.

Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang sedang atau banyak, dan

luka yang dalam dan membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga

digunakan pada luka yang kering sepanjang kelembaban balutan tetap

dipertahankan (dengan menambahkan larutan normal salin). Balutan hidrofiber

dapat dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.

16

Page 17: Perawatan Luka

6. Gauze

Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester,

atau kombinasi dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan

berlubang, tergantung pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering

digunakan untuk membungkus, seperti balutan basah lembab normal saline.

Kasa katun kasar, seperti balutan basah lembab normal saline, digunakan untuk

debridement non selektif (mengangkat debris dan atau jaringan yang mati).

Banyak kasa yang bukan tenunan dibuat dari poliester, rayon, atau campuran

bermacam serat yang ditenun seperti kasa katun tetapi lebih kuat, besar, lunak,

dan lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti kasa saline hipertonik kering

digunakan untuk debridemen, berisi bahan-bahan yang mendukung

penyembuhan. Produk lainnya berisi petrolatum atau elemen penyembuh luka

lainnya dengan indikasi yang sesuai dengan tipe lukanya.

7. Terapi Alternatif

a. Zinc Oxide (ZnO cream)

b. Sugar paste (gula)

c. Hyperbaric Oxygen

17

Page 18: Perawatan Luka

8. Film Transparan

Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi

oklusive, berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan ini

dan termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.

Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi sebagai

berikut:

Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang

Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka

terinfeksi

Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyembuhan

luka

Menambal bagian luka terutama bagian yang mati

Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan atau

pembalut kasa yang biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu

menciptakan tingkat kelembaban pada luka. Pada masa kini hasil-hasil dari

penelitian menyatakan bahwa tingkat kelembaban mendukung kesehatan kulit,

kelembaban memberi kesempatan yang lebih baik untuk proses penyembuhan.

Konsep inilah yang disebut dengan ”moist wound healing.”

Perlindungan untuk Luka

Meskipun kita berfikir sebaliknya, membiarkan balutan tidak

dibuka/diganti dalam beberapa hari sangat membantu dalam proses

penyembuhan awal karena luka tidak terganggu. Hal ini sangat penting karena

situasi kelembaban lingkungan luka dapat dipertahankan dengan baik sesuai

dengan suhu tubuh, kondisi ini akan mendukung penyembuhan luka. Untuk

penjelasan lebih lanjut, penggantian balutan yang lebih sering mengakibatkan

suhu luka menurun/dingin akibat terpapar dengan udara. Hal ini akan

mengakibatkan perlambatan proses penyembuhan hingga suhu luka menjadi

hangat kembali. Jadi, penggantian balutan duka yang tidak terlalu sering sudah

sangat jelas dapat membantu proses penyembuhan.

Sebagai ilustrasi untuk menunjukkan bagaimana kelembaban dapat

menyembuhkan lebih ceat adalah dengan melidungi/membalut luka akan

tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh pergerakan sel-sel epidermal

dengan mudah menyebrangi permukaan luka, untuk menyembuhkan luka. Pada

18

Page 19: Perawatan Luka

lingkungan luka yang kering, sel-sel epidermal harus menyusup melalui

terowongan yang lembab dan mensekresi enzym untuk kemudian mengangkat

keropeng dari permukaan luka sebelum sel-sel bermigrasi dan selanjutnya baru

memulai proses penyembuhan.

9. Maggot Debridement Therapy (MDT)

Penggunaan larva untuk proses penyembuhan luka telah tercatat dengan

baik selama berabad-abad. Efek dari penggunaan larva pada luka pertama kali

diperkenalkan oleh Ambrosius Pare tahun 1557. Pembentukan jaringan

granulasi ditingkatkan oleh penggunaan dari belatung. Aplikasi klinis pertama

penggunaan belatung dilakukan oleh JF Zakharia dan J jones pada perang

saudara di Amerika. Kemudian William Bear menyempurnakan metode ini

dengan menggunakan belatung yang telah disterilkan untuk mencegah

terjadinya infeksi pada luka. Terapi dengan metode ini semakin banyak

digunakan terutama untuk luka kronis dan luka yang terinfeksi di Amerika Utara

dan Eropa selama tahun 1930. Dengan meluasnya penggunaan antibiotik, MDT

in kemudian ditinggalkan. Dan kembali digunakan sekitar akhir tahun 1990-an

dimana telah banyak ditemukan resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Larva dari lalat hijau Lucilia Sericata adalah larva yang paling umum

digunakan untuk MDT. Larva yang berukuran 1-2 mm akan menetas dari

telurnya dalam waktu 12-24 jam. Mereka akan memakan jaringan yang nekrotik

dalam kondisi lingkungan luka yang lembab. Dalam 4-5 hari mereka akan

menjadi dewasa dengan ukuran 10 mm, kemudian menjadi kepompong dan lalat

dewasa.

19

Page 20: Perawatan Luka

Larva yang digunakan dalam MDT harus steril untuk mencegah terjadinya

kontaminasi. Larva yang digunakan adalah larva yang baru baru menetas dari

telurnya. Dan larva harus digunakan dalam waktu 8 jam dan disimpan dalam

kulkas dengan suhu 8°-10°C, sehingga dapat memperlambat metabolisme tubuh

mereka. Untuk memaksimalkan debridemen, hal yang penting untuk

diperhatikan adalah pasokan oksigen pada luka dan kelembaban luka. Namun

luka yang terlalu lembab juga akan mematikan larva.

Tiga enzim proteolitik telah diidentifikasi dalam eksresi/sekresi (ES)

belatung. Enzim ini efektif mendegradasi komponen matriks ektraseluler,

termasuk laminin dan fibronektin. Dalam ES juga telah diindentifikasi adanya

zat antibakteri. ES menghambat perkembangan bakteri gram negatif dan gram

positif termasuk stafilokokus aureus yang resisten meticilin (MRSA), E.coli, dan

pseudomonas aeruginosa. ES juga menghasilkan amonia sehingga menciptakan

lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri. Selain itu,

penelitian lain mengungkapkan bahwa larva L sericata juga mencerna dan

membunuh bakteri yang terdapat dalam luka.

Maggot juga menyebabkan peningkatan proliferasi dari fibroblas sehingga

akan mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu ES juga mengandung

sitokin, kandungan gamma-interferon dan interleukin-10 (IL-10) juga

meningkatkan jaringan granulasi pada luka. Maggot debridement therapy

terutama digunakan untuk membersihkan dan desinfektan pada luka kronis yang

kotor, banyak jaringan nekrotik, dan terinfeksi. Berbagai penelitian

menunjukkan kemajuan MDT dalam mengobati luka yang gagal disembuhkan.

Larva ini efektif membersihka jaringan nekrotik dan eksudat tanpa merusak

jaringan sehat disekitarnya. Hal ini akan merangsang timbulnya jaringan

granulasi dan mengurangi bau. MDT bermanfaat pada berbagai jenis luka

kronis.

20

Page 21: Perawatan Luka

21