Perawatan Luka
-
Upload
marnohareva -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
description
Transcript of Perawatan Luka
Perawatan Luka
A. Defenisi
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan
proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan
anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2008).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana
sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara
normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi,
fungsi dan penampilan (Rany, 2011).
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan
berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama
penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Asmadi, 2008).
B. Etiologi
Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum
memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-
faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan.
Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka :
1. Trauma.
2. Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia.
3. Gigitan binatang atau serangga.
4. Tekanan.
5. Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena.
6. Immunodefisiensi.
7. Malignansi.
8. Kerusakan jaringan ikat.
9. Penyakit metabolik, seperti diabetes.
10. Defisiensi nutrisi.
11. Kerusakan psikososial.
12. Efek obat-obatan.
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka dengan multifaktor.
C. Mekanisme Terjadinya Luka
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi).
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada
bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio).
D. Klasifikasi Luka
1. Berdasarkan penyebab
1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan
2) Akut atau kronik
2. Kedalaman jaringan yang terlibat
1) Superficial
Hanya jaringan epidermis.
2) Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis.
3) Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan
jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan
struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang.
E. Tingkat Kontaminiasi Terhadap Luka
1. Clean Wounds (Luka bersih)
yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan
urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup, jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup, kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital
atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
F. Prinsip Dasar Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan
perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari
penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi,
granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip
dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat
mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat
membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional
keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah ini. Penyembuhan luka
kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”,
holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model penelitian yaitu hewan,
menunjukkan ada empat fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka
kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hemostasis.
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada
proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan
pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan konstriksi dalam berespon
terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi
vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan
jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP
juga mensekresi faktor yang berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan
intrinsik melalui produksi trombin, yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen.
Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi hemostatik yang stabil.
Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti ”platelet-derived growth factor”.
Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada
gangguan faktor pembekuan.
2. Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang
menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering
dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”.
Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pada proses
penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/sisa-sisa. Ini adalah
pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menyebabkan
pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar
jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan
pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin
kemudian pecah sebagai bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan
kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini
adalah makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis
pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor
pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan
epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-
1).
3. Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya
berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka.
Secara klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka
dan mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang subdermal pada luka yang
lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada penyembuhan luka secara
analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur langsung terbentuk
jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal
yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk
kontraksi. Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan
luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut
angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah keratinosit yang
bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi kontraktur
dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau
stratum korneum.
4. Remodeling atau maturasi
Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses
penyembuhan luka jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan,
peran ini dilakukan oleh fibroblast. Remodeling dapat membutuhkan waktu 2
tahun sesudah perlukaan.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
1. Status Imunologi
2. Kadar gula darah (impaired white cell function)
3. Hidrasi (slows metabolism)
4. Nutrisi
5. Kadar albumin darah
6. Suplai oksigen dan vaskularisasi
7. Nyeri (causes vasoconstriction)
8. Corticosteroids (depress immune function)
H. Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam
perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh
Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal
Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
Menurut Gitarja (2008), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana
lembab ini antara lain :
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh
netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang
lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk
stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut
lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,
monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
I. Prosedur Perawatan Luka
a. Perawatan Luka Bersih
1. Persiapan alat
1) Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley.
2) Pinset anatomis (2 buah).
3) Pinset chirurgis (2 buah).
4) Handscoon steril.
5) Kom steril (2 buah).
6) Kassa dan kapas steril secukupnya.
7) Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan).
8) Gunting Verband.
9) Plester.
10) Nierbekken (Bengkok).
11) Lidi kapas.
12) Alas / Perlak.
13) Selimut Mandi.
14) Kapas Alkohol dalam tempatnya.
15) Betadine dalam tempatnya.
16) Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%).
2. Prosedur Kerja
1) Mencuci tangan.
2) Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan
klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
3) Menjaga privacy dan mengatur kenyamanan klien.
4) Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain
bagian luka dengan selimut mandi.
5) Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu).
6) Pasang alas/perlak.
7) Dekatkan nierbekken.
8) Paket steril dibuka dengan benar
9) Kenakan sarung tangan sekali pakai.
10) Membuka balutan lama
Basahi plester yang melekat dengan kapas pelembab.
Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis dengan
melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar
dengan kulit ke arah balutan.
Kemudian buang balutan ke nierbekken.
Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan
chlorin 0,5%.
11) Kaji luka
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka,
fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan
kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka
dengan tangan non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
12) Membersihkan luka
Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil.
Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan
tangan kiri memegang pinset anatomis .
Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka
(dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi
NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset).
Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan
dipindahkan ke pinset chirurgis.
Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa
terpisah untuk sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi.
13) Menutup Luka
Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering
yang diambil dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke
pinset chirurgis di tangan kanan.
Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi.
Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau
langsung ditutup dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis).
Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal.
Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut
dengan balutan yang tidak terlalu ketat.
14) Alat-alat dibereskan.
15) Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman.
16) Cuci tangan.
b. Perawatan Luka Basah
1. Persiapan Alat
1) Balutan steril.
2) Kapas balut atau kasa persegi panjang.
3) Kom kecil 2 buah.
4) 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1
anatomis).
5) Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan.
6) Sarung tangan steril.
7) Perlak atau pengalas.
8) Bengkok 2 buah
Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas.
Bengkok 2 untuk sampah.
9) Larutan Nacl 0,9 %.
10) Gunting.
11) Plester.
12) 2 buah kapas lidi.
2. Prosedur Kerja
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2) Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat.
3) Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran.
4) Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian
luka dan instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah
luka atau peralatan.
5) Cuci tangan.
6) Pasang perlak atau pengalas di bawah area luka.
7) Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin
menggunakan lidi kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester
dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar
kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di
kulit bersihkan.
8) Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset
atau sarung tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari
penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan lapis demi lapis.
9) Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan
normal salin (NaCl 0,9 %).
10) Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan.
11) Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan
luar kantung, lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam
bengkok yang berisi larutan desinfektan.
12) Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam
mangkok kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin.
13) Kenakan sarung tangan steril.
14) Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas
jahitan atau penutup kulit dan karakter drainase (palpasi luka bila
perlu dengan bagian tangan yang nondominan yang tidak akan
menyentuh bahan steril).
15) Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi
normal salin. Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan
pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk setiap usapan
membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke
area terkontaminasi.
16) Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka.
Bila luka dalam maka dengan perlahan buat kemasan dengan
menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan masukan kassa ke
dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa
lembab.
17) Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan
melekat pada luka. Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan
penerap dan tambahkan lapisan ketiga.
18) Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi.
19) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan
dan simpan pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam.
20) Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian dan
atur kembali posisi yang nyaman.
21) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.