Perawatan Apeksifikasi Pada Gigi Permanen Muda
-
Upload
yunisca-septiani -
Category
Documents
-
view
951 -
download
17
Transcript of Perawatan Apeksifikasi Pada Gigi Permanen Muda
PERAWATAN APEKSIFIKASI PADA GIGI PERMANEN MUDA
Yohana Christina
090600087
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2, Medan
Abstract
An immature tooth may become necrotic due to progression of bacterial irritation from caries or due to trauma that causes termination of apical development leaving the apical end of the root canal opened with wide canal. In this situation, practitioner found the challenge to perform profound endodontic treatment, since the tooth was lack of apical stop. Obturation becomes difficult to control and the material can be protruded towards the periapical tissue. In cases where immature teeth with open apex need to be treated endodontically, an apexification procedure must first be performed to obtain a suitable prognosis. Apexification is aimed to induce apical closure with the use of medicaments which promote hard-tissue deposit at the apex. This report will discuss the apexification procedure performed on non-vital immature tooth with some medicaments.
Key words: non-vital immature teeth, apexification, apical closure
Pendahuluan
Gigi non vital dapat terjadi pada
anak-anak di mana gigi permanen anak
masih dalam proses tumbuh kembang.
Trauma atau karies yang dalam pada gigi
permanen yang belum selesai berkembang
dengan akar belum menutup sempurna
dapat menyebabkan pulpa menjadi
nekrosis, sehingga pembentukan dentin
terhenti sebelum pembentukan akar
selesai. Akibatnya, saluran akar tetap lebar
dengan bagian apical akar masih terbuka
(blunderbuss canal) dan akar gigi masih
pendek. (unpad)
Apeksifikasi adalah suatu cara untuk
menginduksi perkembangan apeks akar
suatu gigi imatur (belum matang), dimana
pulpa gigi sudah nekrosis, dengan
pembentukan osteosementum atau jaringan
menyerupai tulang lainnya. Tujuan
apeksifikasi adalah untuk menginduksi
penutupan sepertiga apical saluran akar
yang terbuka atau pemebentukan suatu
“barier kalsifikasi” apical yang dengan
cara ini obturasi dapat dilakukan.
(grossman)
Apeksifikasi umumnya dilakukan
dengan menggunakan kalsium hidroksida
(ca(OH)2). Namun seiring kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran
gigi, apeksifikasi juga dapat dilakukan
dengan Mineral Trioxide Aggregate
(MTA), Tricalcium phosphate (TCP), dan
gel kolagen kalsium fosfat.
1
Definisi Apeksifikasi (unpad,
Walton,cohen, aust dent j)
Apeksifikasi adalah suatu cara untuk
mencipatakan lingkungan di dalam saluran
akar dan jaringan periapeks setelah pulpa
mengalami kematian agar terbentuk barier
kalsifik di daerah apeks yang terbuka.
Proses kalsifikasi distropik akan terjadi
pada jaringan granulasi apikal yang
kemudian akan membentuk suatu massa
padat. Jaringan terkalsifikasi ini akan
menyatu dengan predentin di daerah
apeks. Apeksifikasi dapat dilakukan baik
pada pasien usia muda maupun dewasa.
Pada anak-anak atau usia muda, gigi
anterior paling rentan terhadap
kemungkinan trauma. Sedangkan untuk
gigi posterior kematian jaringan pulpa
umumnya disebabkan oleh karies yang
berlanjut.
Perawatan gigi non vital dengan
apeks terbuka pada prinsipnya tidak
berbeda dengan perawatan endodontik gigi
non vital, yaitu meliputi pembersihan dan
pembentukan saluran akar, disinfeksi
saluran akar, dan obturasi saluran akar
dengan bahan pengisi.
Penutupan apeks dapat dilakukan
dengan tindakan bedah maupun secara
konvensional. Walaupun keberhasilan
teknik bedah cukup baik namun secara
teknis dan psikologis ada beberapa
kendala. Pengisian saluran akar tetap tidak
dapat sempurna, karena dinding saluran
akar yang tipis mudah pecah,
perbandingan akar dan mahkota menjadi
tidak berimbang, dan secara psikologis
memberikan pengalaman traumatis pada
pasien yang umumnya anak-anak atau usia
muda. (cohen)
Pembentukan akar gigi dimulai
setelah email selesai terbentuk. Sel-sel
epitel email luar dan dalam bertemu dan
membentuk cervical loop yang kemudian
akan berproliferasi membentuk selubung
epitel akar Hertwig. Bentuk dan ukuran
akar gigi ditentukan oleh selubung epitel
akar Hetwig. Sel epitel email dalam akan
memicu sel mesenkim untuk berproliferasi
menjadi preodontoblas dan odontoblas
membentuk dentin. Setelah matriks dentin
terbentuk, sel mesenkim dalam saku dental
akan mendekat dan berkontak dengan
dentin. Sel mesenkim ini kemudian
berdiferensiasi menjadi sementoblas dan
membentuk sementum. (aust dent j)
(webber) (unpad)
Kelainan yang terjadi pada pulpa
maupun jaringan periapeks dapat
menyebabkan pulpa menjadi nekrosis. Bila
pulpa gigi tetap muda mengalami nekrosis,
fungsi selubung epitel akar Hertwig untuk
membentuk akar gigi menjadi terhenti.
Apeks terbuka, saluran akar lebar dan
2
panjang akar lebih pendek dibandingkan
dengan akar yang normal.(unpad)
Indikasi (Walton,)
Penutupan ujung akar diperlukan
agar gigi nekrosis yang belum
sempurna pembentukan akarnya
dapat direstorasi
Kontraindikasi (torabinejad)
1. Semua fraktur akar baik vertical maupun horizontal
2. Resopsi penggantian (ankilosis)
3. Akar yang sangat pendek
4. Kerusakan pada tepi periodontium
5. Pulpa vital
Bahan-bahan apeksifikasi
Pada tahun 1964 Kaiser pertama kali
melaporkan penggunaan kalsium
hidroksida sebagai bahan apeksifikasi,
sedangkan teknik apeksifikasi
diperkenalkan oleh Frank. Dalam
penggunaannya kalsium hidroksida telah
dicoba untuk dicampur dengan berbagai
bahan seperti CMCP, Cresanol, larutan
salin, larutan Ringer, larutan anestetikum
dan air destilata. Semua campuran bahan-
bahan tersebut dilaporkan dapat
menginduksi pembentukan jaringan keras
di daerah apeks. (cohen) (unpad)
Torabinejad memperkenalkan suatu
bahan penutup apeks yaitu Mineral
Trioxide Aggregate. MTA merupakan
terobosan baru dalam teknik apeksifikasi.
Teknik ini tetap menggunakan kalsium
hidroksida untuk disinfeksi saluran akar
sebelum penempatan MTA pada ujung
apeks. (Walton)
Kalsium Hidroksida (unpad)
Pada tahun 1838 Nygren
memperkenalkan penggunaan kalsium
hidroksida dalam perawatan endodontik.
Kalsium hidroksida merupakan suatu
bahan yang bersifat basa kuat dengan pH
antara 11-12,8. Dalam bentuk terlarut,
kalsium hidroksida akan pecah menjadi
ion-ion kalsium dan hidroksil. Ion
hidroksil diketahui dapat memberikan efek
antimikroba dan mampu melarutkan
jaringan.
Kalsium hidroksida diaplikasikan ke
dalam saluran akar untuk jangka waktu
yang lama, yaitu antara 6-24 bulan, sampai
terbentuk barier apikal yang cukup kuat
untuk dilakukan obturasi saluran akar.
Kurimoto mengemukakan terjadinya
aposisi sementum pada lesi periapeks
setelah penggunaan kalsium hidroksida.
Kaiser mengemukakan terjadinya induksi
jaringan keras pada apeks yang terbuka
setelah penggunaan kalsium hidroksida
jangka panjang. Kennedy dkk, dan
3
Kennedy dan Simpson membuktikan
kemampuan kalsium hidroksida dalam
penyembuhan lesi periapeks dengan
membentuk barier kalsifik pada apeks.
Mekanisme pembentukan jaringan
keras oleh kalsium hidroksida belum
diketahui secara pasti. Tornstad dkk
memperkirakan sifat basa kuat dari
kalsium hidroksida dan pelepasan ion
kalsium membuat jaringan yang berkontak
menjadi alkalis. Dalam suasana basa,
resorpsi atau aktifitas osteoklas akan
terhenti dan osteoblas menjadi aktif
mendeposisi jaringan terkalsifikasi. Asam
yang dihasilkan oleh osteoklas akan
dinetralisir oleh kalsium hidroksida dan
kemudian terbentuk komplek kalsium
fosfat. Kalsium hidroksida juga dapat
mengaktifkan ATP, yang mempercepat
mineralisasi tulang dan dentin, dan TGF-ß
yang berperan penting pada
biomineralisasi.(unpad)
Dalam perawatan apeksifikasi
kalsium hidroksida berkontak dengan
jaringan periodontal atau jaringan
granulasi. Dalam hal ini, jaringan keras
yang terbentuk dapat berbentuk jaringan
yang menyerupai sementum; berupa massa
padat yang termineralisasi; berbentuk
massa yang bentuknya tidak beraturan dan
kadang-kadang terdapat jaringan lunak
diantaranya.(aust dent j)
Gigi dengan apeks masih terbuka
umumnya mempunyai bentuk dan lebar
saluran akar yang besar. Preparasi saluran
akar yang demikian membutuhkan usaha
dan waktu pembersihan yang lebih lama.
Pada perawatan apeksifikasi,
instrumentasi dilakukan hingga 1-2 mm
sebelum apeks. Panjang kerja harus dijaga
untuk tidak merusak jaringan di sekitar
apeks.
Penggantian kalsium hidroksida
perlu dilakukan bila terjadi pengenceran
kalsium hidroksida karena terjadi eksudasi
jaringan periapeks maupun bila terjadi
kebocoran korona. Kontrol secara periodik
lebih banyak dilakukan pada bulan
pertama, yaitu setiap 1-2 minggu sampai
tidak terjadi pengenceran kalsium
hidroksida. Setelah itu dilakukan observasi
pada bulan ke 3,6 dan 12. (unpad)
Teknik: (Problem S, Handbook<, Tor)
1. Anastesi lokal
2. Isolasi dengan rubber dam atau
cotton roll
3. Buatlah akses yang luas untuk
membuang semua jaringan nekrosis.
4. Buang seluruh jaringan karies dan
pulpa yang terinfeksi dengnajarum
ekstirpasi atau Hedstrom file
4
5. Panjang kerja 1 mm lebih pendek
dari apeks radiografi
6. Kalsium hidroksida dimasukkan
dalam bentuk pasta sepanjang panjang
kerja. Saat ini sudah tersedia preparat
kalsium hidrosida siap pakai dan
mudah dalam mengaplikasikannya.
7. Kondensasi kalsium hidroksida
dengan menggunakan ujung gutta
percha atau dengan plugger.
Penggunaan alat dan tekanan pada
waktu kondensasi harus hati-hati
karena dinding saluran akar tipis dan
mudah untuk mengalami fraktur.
8. Penggantian kalsium hidroksida
perlu dilakukan bila terjadi
pengenceran kalsium hidroksida
karena terjadi eksudasi jaringan
periapeks maupun bila terjadi
kebocoran korona.
9. Kontrol secara periodik lebih
banyak dilakukan pada bulan pertama,
yaitu setiap 1-2 minggu sampai tidak
terjadi pengenceran kalsium
hidroksida.
10.Setelah itu dilakukan observasi
pada bulan ke 3,6 dan 12
Evaluasi Keberhasilan
Tingkat keberhasilan perawatan
apeksifikasi adalah 74-100% dalam jangka
waktu 10 tahun atau lebih. Kegagalan
perawatan dapat terjadi beberapa saat
setelah perawatan. Penyebabnya antara
lain karena adanya kebocoran korona
maupun apeks, apeks belum tertutup
dengan baik atau karena perawatan
endodontik yang kurang baik. (apex with
mta, 16)
Barier apikal merupakan massa padat
yang relatif lebih porus dibandingkan
dengan dentin atau sementum , maka
kebocoran dari arah apikal masih mungkin
terjadi.
Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
diperkenalkan pertama kali oleh
5
Torabinejad pada tahun 1993 dan disetujui
oleh Food and Drug Association (FDA)
pada tahun 1998. (apex with MTA, 16
Bahan MTA memiliki keunggulan
dibandingkan kalsium hidroksida, yaitu
dapat menginduksi terbentuknya
penutupan apical yang keras dan rapat
dengan waktu yang cepat sehingga
perawatan dapat dilakukan lebih cepat.
Waktu pengerasan MTA 3-4 jam, bahan
ini dapat merangsang pembentukan
jaringan periapikal dan tetap mengeras
bahkan bila berkontak dengan darah.
(problem solving)
Teknik (GGAPD, Walton)
1. Anestesi lokal
2. Isolasi gigi dengan rubber
dam atau cotton roll
3. Buat akses yang lebar agar
bisa dilakukan debridement yang
baik dan instrumentasi intrakanal
dan sodium hipoklorit
4. Letakkan pasta kalsium
hidroksida dalam saluran akar
selama 1 minggu guna
mendisinfeksi sistem saluran akar.
5. Setelah pada kunjungan
berikutnya kalsium hidroksidanya
dibersihkan, masukkan campuran
bubuk MTA dengan air steril ke
dalam saluran akar dengan memakai
instrument pembawa amalgam.
Campuran itu dikondensasikan kea
rah apeks memakai pemampat atau
poin kertas sehingga terbentuk
apical plug setebal 3-4 mm.
6. Periksalah penempatan
MTA itu dengan radigraf. Jika
perluasan idealnya tidak tercapai,
bersihkan MTA dengan air steril,
dan ulangi prosedurnya.
7. Untuk menjamin agar MTA
mengeras dengan tepat, letakkan
kapas pellet basah diatasnya dan
tambal sementara.
8. Setelah mengeras, bongkar
tambalan sementara.
9. Sisa saluran akarnya diisi
dengan gutaperca dan semen saluran
akar atau resin komposit adhesive,
kemudian kavitas ditutup dengan
restorasi permanen.
6
Keberhasilan penutupan ujung akar
dengan MTA ditandai dengan tidak ada
tanda dan gejala penyakit periradikuler dan
adanya barier kalsifikasi menutupi apeks
seperti terlihat pada radiograf. Shabahang
et al. meneliti apeksifikasi pada gigi
permanen muda anjing menggunakan
kalsium hidroksida osteogenik protein dan
MTA. Hasilnya, MTA menginduksi
pembentukan jaringan keras dalam waktu
12 minggu sampai apeks tertutup. (apeks)
Tricalcium phospahate (TCP)
Pada gigi manusia dan primate, TCP
menginduksi apeksifikasi sama halnya
dengan Ca(OH)2 dalam waktu 6 bulan.
Bahan ini juga diaplikasikan ke dalam
apical 2 mm dari ujung apeks (apical stop)
untuk bertindak sebagai pertahanan bagi
gutaperya yang akan dikondensasi.
Perawatan dengan bahan ini dapat
dilakukan dalam satu kali kunjungan.
Berdasarkan temuan radiograf, dilaporkan
bahwa apeksifikasi dengan TCP dalam
satu kali kunjungan sama berhasilnya
dengan apeksifikasi dengan Ca(OH)2
dengan beberapa kali kunjungan. (cohen
dan one stop)
Gel Kolagen Kalsium Fosfat
Pada tahun 1980, Nevins et al dalam
studinya pada primata mendemonstrasikan
gel kolagen dapat menginduksi regenerasi
dalam waktu 12 minggu. Alan Nevins dan
Paul mengevaluasi penggunaan Zyplast
kolegen gel sebagai bahan penginduksi
jaringan keras pada kasus fraktur dan gigi
permanen muda, dilaporkan bahwa gel
kolagen kalsium fosfat menghasilkan hasil
yang baik.
Gel kolagen berfungsi sebagai
matriks absorbable yang akan mendukung
pertumbuhan jaringan keras pada saluran
akar yang sudah didebridement.
Sebaliknya, penelitian lain menunjukkan
gel kolagen kalsium fosfat menghambat
proses perbaikan, dengan perluasan
destruksi pada jaringan periapeks dan tidak
ada bukti dari apeksifikasi. (cohen, 16)
Kesimpulan
Apeksifikasi adalah suatu cara untuk
mencipatakan lingkungan di dalam saluran
akar dan jaringan periapeks setelah pulpa
mengalami kematian agar terbentuk barier
kalsifik di daerah apeks yang terbuka.
Apeksifikasi dapat dilakukan dengan
berbagai bahan antara lain kalsium
hidroksida, mineral trioxide aggregate,
tricalcium phosphate dan gel kolagen
kalsium hidroksida.
Keberhasilan apeksifikasi dapat
diketahui dari hasil pemeriksaan
radiografis. Ada lima kemungkinan
kondisi apikal yang terjadi, yaitu :
pertama, secara radiografis tidak tampak
adanya perubahan, tetapi bila instrumen
dimasukkan kedalam saluran akar akan
terasa adanya tahanan pada apeks; kedua,
7
terlihat adanya massa terkalsifikasi
disekitar atau pada apeks; ketiga, apeks
tampak tertutup tanpa adanya perubahan
pada ruangan saluran akar; keempat, apeks
terus terbentuk dengan penyempitan
saluran akar; kelima, sama sekali tidak
terlihat perubahan secara radiografis,
gejala klinis masih tetap ada, dan terjadi
pembentukan lesi periapeks atau lesi
periapeks menjadi lebih besar
.
Daftar Pustaka
1. Grossman LI. Ilmu Endodontik
dalam praktek. Alih bahasa: Rafiah
Abiyono. Ed. 11th. Jakarta: EGC,
1955: 121-2
2. PittFord TR, Shabahang S.
Manjemen akar yang belum
terbentuk sempurna. Dalam:
Walton R., Torabinejad M. Prinsip
dan teknik ilmu endodonsia. Ed.
3rd. Jakarta: EGC, 2008: 443,5,8,9.
3. Webber RT.Apexogenesis versus
Apexification In:Taylor GN
(Ed).The dental clinics of North
America, Symposium on
Endodontics.28:4:Philadelphia:WB
Saunders Co,1984:681-95
4. Camp JH. Pediatric endodontic
treatment. In: Cohen S, Burns RC.
Pathways of the pulp. 6th Ed.
St.Louis: Mosby, 1994: 661.
5. Prashos P. Apexification: a case
report. Aust Dent J, 1997: 43.
6. Gutmann JL, Dhumsa TC, Lovdahl
PE. Problem solving in
endodontics. 4th Ed. St. Louis:
Mosby, 2006: 69, 72.
7. Cameron AC, Widmer RP.
Handbook of pediatric dentistry. 2th
Ed. St. Louis: Mosby, 2003: 113
8. Gaitonde P, Bishop K.
Apexification with Mineral
Trioxide Aggregate: an overview
of the material and technique. Eur.
J. Prosthodont. Rest. Dent, 2007:
42-43
9. American Academy of Pediatric
Dentistry. Guidline on pulp therapy
for primary and immature
permanent teeth. Pediatr Dent J,
2009: 216.
10. Harbert H. One step apexification
without calcium hydroxide. Journal
of endodontics, 1996, 690.
11. Anantharaj A, dkk. Review
challenges in pulpal treatment of
young permanent teeth. Journal of
dental science & research, 2011:
151-3.
8