PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT...

40
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR …TAHUN… TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 29 , Pasal 58 ayat (2), Pasal 62, Pasal 74 ayat (9), Pasal 78 ayat (2), Pasal 82 ayat (2), Pasal 83 ayat (5), dan Pasal 113 ayat (3) Undang-Undang Nomor ... Tahun ... tentang Narkotika perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Narkotika; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor…. Tahun… tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun….. Nomor…., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor…….); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR …TAHUN … TENTANG NARKOTIKA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan : www.djpp.depkumham.go.id

Transcript of PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT...

Page 1: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

RANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR …TAHUN…

TENTANG NARKOTIKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 29 , Pasal 58 ayat (2), Pasal

62, Pasal 74 ayat (9), Pasal 78 ayat (2), Pasal 82 ayat (2), Pasal 83 ayat (5), dan

Pasal 113 ayat (3) Undang-Undang Nomor ... Tahun ... tentang Narkotika perlu

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang

tentang Narkotika;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor…. Tahun… tentang Narkotika (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun….. Nomor…., Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor…….);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG NOMOR …TAHUN … TENTANG NARKOTIKA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan :

www.djpp.depkumham.go.id

Page 2: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis

maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir

dalam Undang-Undang tentang Narkotika atau yang kemudian ditetapkan dengan

Peraturan Menteri Kesehatan.

2. Surat Persetujuan Impor adalah surat persetujuan untuk mengimpor narkotika dan

prekursor narkotika.

3. Surat Persetujuan Ekspor adalah surat persetujuan untuk mengekspor narkotika dan

prekursor narkotika.

4. Pengangkutan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan memindahkan narkotika

dari satu tempat ke tempat lain dengan cara, moda, atau sarana pengangkut apapun.

5. Pengangkut adalah orang yang bertanggungjawab atas pengoperasian sarana pengangkut

yang nyata-nyata mengangkut narkotika.

6. Transito narkotika adalah pengangkutan narkotika dari suatu negara ke negara lain dengan

melalui dan singgah di wilayah Negara Republik Indonesia yang terdapat Kantor Pabean

dengan atau tanpa berganti sarana pengangkut.

7. Perlindungan oleh Negara adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh

aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik

maupun mental kepada korban, saksi, ahli, pelapor, penyelidik, penyidik pembantu,

penyidik, penuntut umum, hakim, dan keluarganya dari ancaman, gangguan, teror dan

kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan,

penuntutan, dan/atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

8. Prekursor narkotika adalah bahan kimia pemula yang dapat digunakan untuk proses

pembuatan narkotika.

9. Alat-alat yang potensial dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana narkotika

adalah alat-alat yang digunakan untuk membuat atau memproduksi narkotika dan/atau alat

lainnya yang dipergunakan untuk memasukkan narkotika ke dalam tubuh manusia.

10. Sarana Pengangkut adalah kendaraan/angkutan melalui laut, udara, dan darat yang dipakai

untuk mengangkut orang dan/atau barang.

11. Saat kedatangan sarana pengangkut adalah :

a. saat sarana pengangkut lego jangkar di perairan pelabuhan, untuk sarana pengangkut

melalui laut;

b. saat sarana pengangkut mendarat di landasan bandara udara, untuk sarana pengangkut

www.djpp.depkumham.go.id

Page 3: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

melalui udara;

c. saat sarana pengangkut tiba di kantor pabean tempat pemasukan, untuk sarana

pengangkut melalui darat.

12. Harta kekayaan atau aset adalah uang dan semua benda bergerak atau benda tidak bergerak

baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud juga dokumen - dokumen yang

menunjukan hak atas harta kekayaan atau aset tersebut atau bunga atau keuntungan yang

diperoleh dari harta kekayaan atau aset tersebut.

13. Notifikasi Pra Ekspor adalah pemberitahuan tertulis tentang eksportasi prekursor dari

negara pengekspor kepada negara pengimpor.

14. Penggunan akhir adalah Badan Usaha yang menggunakan prekursor sesuai dengan

peruntukannya dan dilarang memperjualbelikan atau memindahtangankan kepada siapa

saja.

15. Otoritas nasional adalah lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan pengaturan

narkotika, psikotropika, dan prekursor sebagaimana ditetapkan sesuai ketentian Pasal 12

konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika

dan Psikotropika, 1988.

BAB II

TRANSITO NARKOTIKA

Bagian Kesatu

Pemberitahuan dan Pengawasan

Pasal 2

(1) Negara pengekspor wajib memberitahukan transito narkotika kepada Pejabat Bea dan

Cukai dan Pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat

keterangan tentang:

a. nama dan alamat pengangkut;

b. nama dan alamat pengekspor dan pengimpor;

c. nama sarana pengangkut dan nomor angkutan darat, penerbangan atau pelayaran;

d. negara pengekspor dan pengimpor;

e. lamanya transito narkotika;

f. tempat penyimpanan sementara narkotika; dan

g. nama, bentuk, jumlah, jenis, dan golongan narkotika.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 4: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

(3) Transito narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen

persetujuan ekspor narkotika yang sah dari pemerintah negara pengekspor dan dokumen

persetujuan impor narkotika yang sah dari pemerintah negara pengimpor sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara pengekspor dan negara pengimpor.

(4) Dokumen persetujuan ekspor narkotika dan dokumen persetujuan impor narkotika

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sekurang-kurangnya memuat keterangan tentang:

a. nama dan alamat pengekspor dan pengimpor narkotika;

b. jenis, bentuk, dan jumlah narkotika; dan

c. negara tujuan ekspor narkotika.

d. negara asal impor narkotika.

Pasal 3

(1) Pengangkut yang melakukan transito narkotika di daerah pabean Indonesia wajib

memberitahukan narkotika yang ada dalam penguasaannya kepada Kepala Kantor Pabean

setempat.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 1 x 24 (satu

kali dua puluh empat) jam setelah tiba di pelabuhan darat, pelabuhan laut, atau pelabuhan

udara.

Pasal 4

(1) Pejabat Bea dan Cukai wajib memeriksa pemberitahuan dan dokumen persetujuan ekspor

narkotika serta dokumen persetujuan impor narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2.

(2) Penyimpanan narkotika dalam rangka transito narkotika hanya dapat dilakukan di tempat

penimbunan sementara yang berada di dalam kawasan pabean di pelabuhan darat,

pelabuhan laut, atau pelabuhan udara.

(3) Penyimpanan narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan di ruang

khusus dan terpisah dari barang lainnya yang dikunci oleh pengusaha tempat penimbunan

sementara dan Pejabat Bea dan Cukai.

(4) Pengawasan terhadap narkotika yang berada di tempat penimbunan sementara

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemberitahuan, dokumen persetujuan ekspor

narkotika dan dokumen persetujuan impor narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 5: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 5

Terhadap narkotika yang ditimbun di tempat penimbunan sementara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (2) berlaku ketentuan tentang barang tidak dikuasai, barang dikuasai

negara, dan barang menjadi milik negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Bagian Kedua

Pengemasan Kembali

Pasal 6

(1) Pengemasan kembali narkotika pada transito narkotika, hanya dapat dilakukan terhadap

kemasan asli narkotika yang mengalami kerusakan.

(2) Pengemasan kembali narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan

dengan persetujuan pejabat Bea dan Cukai dan petugas Badan Pengawasan Obat dan

Makanan.

(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berdasarkan :

a. permohonan Pengangkut; dan

b. hasil pemeriksaan fisik oleh pejabat Bea dan Cukai yang disaksikan Pengangkut.

(4) Pengemasan kembali narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disegel oleh

pejabat Bea dan Cukai.

(5) Narkotika yang berada di bawah pengawasan pejabat Bea dan Cukai wajib dilakukan

pengujian laboratorium oleh laboratorium Bea dan Cukai dalam waktu paling lama 2 x 24

(dua kali dua puluh empat) jam, dan bila perlu dapat dilakukan pengujian kembali sebagai

perbandingan oleh laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makananan dalam waktu

paling lama 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam.

(5) Pengangkut wajib membuat berita acara pengemasan kembali narkotika disaksikan dan

ditandatangani oleh pejabat Bea Cukai dan bila mana perlu oleh petugas Badan

Pengawasan Obat dan Makanan.

(6) Hasil pengujian laboratorium wajib dilampirkan pada berita acara yang dibuat oleh

pengangkut.

Pasal 7

(1) Hasil pengawasan pengemasan kembali narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (2) dibuat dalam bentuk Berita Acara Pengawasan Pengemasan Kembali Narkotika

dan sekurang-kurangnya memuat:

www.djpp.depkumham.go.id

Page 6: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

a. nama dan jabatan pejabat Bea dan Cukai dan pejabat Badan Pengawasan Obat dan

Makanan yang melakukan pemeriksaan;

b. nama dan jabatan Pengangkut yang menyaksikan pemeriksaan;

c. jumlah kemasan yang rusak;

d. uraian kerusakan kemasan; dan

e. tempat penimbunan sementara.

(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b dibuat dalam

bentuk Berita Acara Pemeriksaan dan sekurang-kurangnya memuat:

a. nama dan jabatan pejabat Bea dan Cukai dan pejabat Badan Pengawasan Obat dan

Makanan yang melakukan pemeriksaan;

b. nama dan jabatan Pengangkut yang menyaksikan pemeriksaan;

c. jumlah kemasan yang rusak;

d. uraian kerusakan kemasan; dan

e. tempat penimbunan sementara.

Pasal 8

Perubahan isi, berat, bentuk, jumlah, dan golongan narkotika yang dikemas kembali menjadi

tanggung jawab Pengangkut.

Pasal 9

Kemasan ulang hasil pengemasan kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 wajib diberi

label oleh Pengangkut yang sesuai dengan isi dokumen persetujuan ekspor dan dokumen

persetujuan impor.

Bagian Ketiga

Pergantian Sarana Pengangkut

Pasal 10

(1) Dalam hal terjadi pergantian sarana Pengangkut pada transito narkotika, pembongkaran

narkotika dilakukan pada kesempatan pertama oleh Pengangkut dengan disaksikan oleh

pejabat Bea dan Cukai.

(2) Pengangkut harus mengajukan pemberitahuan pabean (Dokumen Pelindung Untuk

Angkutan Lanjut) kepada pejabat Bea dan Cukai.

(3) Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan pada kesempatan pertama

www.djpp.depkumham.go.id

Page 7: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

di dalam peti besi (kluis) atau tempat lain di dalam sarana pengangkut dengan disegel oleh

Pengangkut dan pemilik atau pemuatnya.

Bagian Keempat

Perubahan Negara Tujuan

Pasal 11

(1) Pengangkut transito narkotika dilarang mengubah negara tujuan.

(2) Perubahan negara tujuan wajib diberitahukan oleh pengangkut kepada pejabat Bea dan

Cukai dan pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan melampirkan kopi surat

persetujuan negara pengekspor dan surat persetujuan negara pengimpor baru, yang

keabsahannya wajib dibuktikan dengan menujukkan asli surat persetujuan negara

pengekspor dan surat persetujuan negara pengimpor baru.

Bagian Kelima

Pelanggaran Kewajiban

Pasal 12

(1) Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu

berwenang untuk menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut narkotika dan barang di

atasnya.

(2) Atas permintaan pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai

Negeri Sipil tertentu Pengangkut wajib membuka sarana pengangkut atau bagiannya untuk

diperiksa.

(3) Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) merupakan tanggung jawab :

a. Pengangkut, apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan; atau

b. Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, apabila dari

hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan.

(4) Dalam hal terdapat pelanggaran, Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan

Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu segera melakukan penundaan pengangkutan

narkotika dan memproses lebih lanjut sesuai dengan peratuan perundang-undangan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 8: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

(5) Dalam hal tidak terdapat pelanggaran, Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dan

Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu segera mengizinkan Pengangkut dan sarana

pengangkut berikut barang yang ada di atasnya untuk meneruskan perjalanan.

BAB III

PENGAWASAN

Pasal 13

Pemerintah melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan

narkotika.

Pasal 14

Dalam rangka pelaksanaan pencegahan, penanggulangan, pemberantasan, penyalahgunaan,

dan peredaran gelap narkotika, Badan Narkotika Nasional mengkoordinasikan pengawasan

terhadap kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah dan lembaga sosial kemasyarakatan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berkaitan dengan:

a. materi pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan;

b. pemberantasan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

c. penelitian dan pengembangan;

d. terapi dan rehabilitasi; dan

e. kerja sama bilateral, regional, dan internasional.

BAB IV

SYARAT DAN TATA CARA PENYIMPANAN NARKOTIKA SITAAN

Bagian Kesatu

Tempat Penyimpanan

Pasal 15

(1) Narkotika dan prekursor narkotika sitaan wajib disimpan di Rumah Penyimpanan Barang

Sitaan Negara.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 9: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

(2) Dalam hal di daerah yang belum ada Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara,

penyimpanan narkotika dan prekursor narkotika sitaan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh

instansi sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan.

(3) Tanggung jawab penyimpanan narkotika dan prekursor narkotika sitaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) adalah pejabat pada instansi sesuai dengan tingkat pemeriksaan

dalam proses peradilan.

(4) Pejabat Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara dan pejabat sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) wajib melakukan penghitungan ( stock opname) secara periodik atau

mingguan.

(5) Penghitungan (stock opname) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaporkan kepada

atasan pejabat masing-masing.

Pasal 16

Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Jaksa

Penuntut Umum, dan Hakim yang menangani narkotika sitaan dari awal penyitaan sampai

persidangan pengadilan, adalah pejabat khusus yang diangkat atau ditunjuk atasannya

berdasarkan keahlian atau pendidikan khusus.

Pasal 17

(1) Dalam hal penyitaan dilakukan oleh Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia, penyidik wajib memberitahukan penyitaan yang dilakukan kepada Kepala

Kejaksaan Negeri setempat dalam waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat)

jam terhitung sejak dilakukan penyitaan.

(2) Untuk daerah yang sulit terjangkau karena faktor geografis atau transportasi, batas

penyerahan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 14 (empat

belas) hari kerja.

(3) Pemberitahuan penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya disampaikan

kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat dan pejabat yang terkait.

Pasal 18

(1) Dalam hal penyitaan dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, penyidik

wajib memberitahukan dan menyerahkan barang dan/atau narkotika dan prekursor

narkotika sitaan tersebut kepada Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia

setempat dalam waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam terhitung

sejak dilakukan penyitaan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 10: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

(2) Untuk daerah yang sulit terjangkau karena faktor geografis atau transportasi, batas waktu

penyerahan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 14 (empat

belas) hari kerja.

(3) Tembusan Berita Acara tentang pemberitahuan dan penyerahan barang dan/atau narkotika

dan prekursor narkotika sitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

Kepala Kejaksaan Negeri setempat dan pejabat yang terkait.

Pasal 19

Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menerima penyerahan barang

dan/atau narkotika dan prekursor narkotika sitaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 wajib

melakukan penyegelan dan membuat berita acara yang sekurang-kurangnya memuat :

a. nama, jenis, sifat, dan jumlah;

b. keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun penyerahan narkotika sitaan

oleh penyidik;

c. keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai narkotika;

d. identitas lengkap pejabat yang melakukan serah terima narkotika sitaan; dan

e. hasil tes laboratorium (lapangan/ulang).

Pasal 20

(1) Untuk keperluan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan,

penyidik menyisihkan sebagian barang sitaan untuk diperiksa atau diteliti di

Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia, laboratorium Badan

Pengawas Obat dan Makanan, dan laboratorium Badan Narkotika Nasional, dan

dilaksanakan paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam terhitung sejak

dilakukan penyitaan.

(2) Contoh atau sampel narkotika dan prekursor narkotika sitaan yang diserahkan kepada

laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibuatkan berita acara contoh

atau sampel barang sitaan yang kekurang-kurangnya memuat :

a. nama, jenis, sifat dan jumlah;

b. keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan penyerahan

contoh atau sampel;

c. keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai narkotika;

d. tanda tangan dan identitas lengkap pejabat penyidik yang menyerahkan

narkotika; dan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 11: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

e. tanda tangan pejabat laboratorium yang ditunjuk untuk meneliti dan memeriksa

contoh atau sampel narkotika sitaan.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan contoh atau sampel serta

pemeriksaan di laboratorium terhadap narkotika sitaan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Kepolisian, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Ketua Badan

Narkotika Nasional.

Pasal 21

Penyidik yang melakukan penyitaan narkotika atau yang diduga narkotika, dan/atau yang

mengandung narkotika wajib melakukan penyegelan dan membuat berita acara penyitaan pada

hari penyitaan dilakukan, yang sekurang-kurangnya memuat :

a. nama, jenis, sifat, dan jumlah;

b. keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan penyitaan;

c. keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai narkotika; dan

d. tanda tangan dan identitas lengkap pejabat penyidik yang melakukan penyitaan.

Bagian Kedua

Syarat Penyimpanan Narkotika Sitaan

Pasal 22

(1) Tempat penyimpanan narkotika harus memenuhi syarat :

a. dinding tembok harus kuat dan mempunyai satu pintu dengan sistem pengamanan

elektronik;

b. langit-langit dan jendela dilengkapi jeruji dan lemari besi atau brankas untuk

menyimpan narkotika;

c. kunci elektronik tempat penyimpanan dan kode lemari besi dipegang oleh pegawai

yang diberikan tugas dan tanggung jawab dan tidak boleh ada orang masuk selain

petugas Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara; dan

d. terpisah dari barang sitaan lainnya.

(2) Tempat penyimpanan narkotika golongan I, narkoitka golongan II, dan narkotika golongan

III dipisah sesuai dengan bentuk fisik (sediaan) dan tingkat bahayanya:

a. narkotika sitaan dari golongan I yang berbentuk tanaman disimpan dalam wadah yang

tidak mudah rusak dan disegel.

b. narkotika golongan I, narkotika golongan II, dan narkotika golongan III yang berbentuk

cairan maupun berbentuk serbuk disimpan dalam wadah yang memenuhi syarat

farmakope dan disegel.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 12: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pengamanan narkotika sitaan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Pasal 23

(1) Narkotika dan prekursor narkotika sitaan yang disimpan merupakan barang sitaan yang

telah disita secara sah oleh Penyidik berdasarkan Pasal 74 (Rancangan) Undang-Undang

tentang Narkotika.

(2) Kecuali narkotika dan prekursor narkotika sitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

penyimpanan dapat dilakukan terhadap barang sitaan narkotika dan prekursor narkotika

yang berasal dari temuan Penyidik yang belum diketahui tentang keterangan mengenai

pemilik atau yang menguasai barang sitaan narkotika tersebut.

(3) Narkotika dan prekursor narkotika sitaan yang akan disimpan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) harus disegel serta dibuat Berita Acara Penyitaan oleh Penyidik.

Pasal 24

(1) Narkotika dan prekursor narkotika sitaan yang disimpan harus segera ditentukan statusnya

oleh penyidik paling lambat 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam berdasarkan hasil

penyidikan dan/atau hasil pemeriksaan laboratorium.

(2) Dalam hal narkotika dan prekursor narkotika sitaan ditetapkan sebagai barang bukti untuk

kepentingan peradilan, narkotika dan prekursor narkotika sitaan tetap disimpan sesuai

dengan ketentuan dalam Pasal 74 (Rancangan) Undang-Undang tentang Narkotika.

(3) Dalam hal barang sitaan yang diduga narkotika terbukti berdasarkan pengujian

laboratorium bukan merupakan narkotika, maka barang sitaan tersebut :

a. dikembalikan kepada pemilik atau penguasanya yang sah;

b. disita oleh negara; atau

c. dimusnahkan;

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), harus dibuat Berita Acara

oleh penyidik.

BAB V

PENGGUNAAN DAN PENGAWASAN PREKURSOR

DAN ALAT-ALAT POTENSIAL

Bagian kesatu

Pengertian

www.djpp.depkumham.go.id

Page 13: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 25

Prekursor dan alat-alat yang potensial dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana

narkotika ditetapkan sebagai barang di bawah pengawasan Pemerintah.

Pasal 26

Pengawasan prekursor dan alat-alat potensial bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan

prekursor dan alat-alat potensial dalam pembuatan narkotika atau narkotika secara ilegal.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup

Pasal 27

Ruang lingkup pengawasan prekursor dan alat-alat potensial dalam peraturan pemerintah ini

adalah personalia dan sarana yang berhubungan dengan impor, ekspor, produksi, distribusi,

dan penggunaan prekursor serta pemanfaatan alat-alat potensial.

Pasal 28

(1) Berdasarkan tingkat risiko penyimpangannya, Prekursor dikelompokkan menjadi:

a. Prekursor Tabel I yang teridiri atas :

1.Anhidrida asetat;

2. Kalium permanganat.

b. Prekursor Tabel II yang terdiri atas :

1. Aseton;

2. Asam Klorida;

3. Asam sulfat;

4. Etil eter;

5. Etil metil keton; dan

6. Toluen.

(2) Perubahan penggolongan prekursor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 14: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Bagian Ketiga

Penanggung Jawab

Pasal 29

(1) Setiap sarana pengelola Prekursor Tabel I wajib memiliki seorang tenaga teknis sebagai

penanggung jawab yang bekerja purna waktu (full time).

(2) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi industri farmasi atau kimia

adalah penanggung jawab produksi.

(3) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi industri farmasi dan

pedagang besar bahan baku farmasi adalah seorang apoteker.

(4) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi industri kimia dan importir

kimia adalah tenaga yang mempunyai keahlian di bidang kimia.

Bagian Keempat

Rencana Kebutuhan

Pasal 30

Importir dan pengguna akhir Prekursor Tabel I menyusun rencana kebutuhan tahunan dan

menyampaikannya kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Bagian Kelima

Produksi Prekursor

Pasal 31

Prekursor Tabel I hanya dapat diproduksi oleh industri farmasi atau kimia yang memiliki ijin

usaha industri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku.

Pasal 32

Prekursor Tabel I yang termasuk bahan baku farmasi hanya dapat diproduksi oleh industri

farmasi yang memiliki ijin usaha industri dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan

memenuhi persyaratan sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik.

Bagian Keenam

Impor dan Ekspor Prekursor

Paragraf 1

Umum

www.djpp.depkumham.go.id

Page 15: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 33

(1) Impor prekursor hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi atau kimia, pedagang besar

bahan baku farmasi, dan importir kimia yang memiliki ijin sebagai importir sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Industri farmasi atau kimia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diperbolehkan

mengimpor prekursor untuk keperluan sendiri.

(3) Pedagang besar bahan baku farmasi dan importir kimia sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) hanya dapat mengimpor prekursor atas pesanan tertulis dari pengguna akhir prekursor.

Paragraf 2

Surat Persetujuan Impor dan Surat Persetujuan Ekspor

Pasal 34

(1) Importir Prekursor Tabel I wajib memiliki Surat Persetujuan Impor dari Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan setiap kali melakukan impor prekursor.

(2) Untuk memperoleh Surat Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

importir wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan.

(3) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilengkapi dengan:

a. Fotokopi Ijin Usaha Industri / Tanda Daftar Industri (TDI) bagi importir pengguna

prekursor atau fotokopi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) bagi importir terdaftar

prekursor;

b. Fotokopi Angka Pengenal Importir;

c. Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan;

d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;

e. Rencana penggunaan prekursor untuk produksi 1 tahun terakhir atau pesanan tertulis

dari pengguna akhir prekursor yang ditandatangani penanggung jawab produksi;

f. Realisasi impor dan penggunaan/penyaluran prekursor terakhir; dan

g. Data lain yang diperlukan.

Pasal 35

(1) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan memberikan keputusan terhadap

permohonan Surat Persetujuan Impor dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah

permohonan lengkap diterima.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 16: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Surat Persetujuan Impor

atau surat penolakan.

(3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari 7 (tujuh) rangkap, yang

terdiri dari:

a. rangkap pertama untuk importir;

b. rangkap kedua untuk INCB;

c. rangkap ketiga untuk otoritas nasional negara pengekspor;

d. rangkap keempat untuk Departemen Luar Negeri;

e. rangkap kelima untuk Balai Besar/ Balai POM setempat;

f. rangkap keenam untuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

g. rangkap ketujuh untuk arsip.

(4) Surat Persetujuan Impor berlaku untuk jangka waktu selama 3 (tiga) bulan setelah

dikeluarkan.

Pasal 36

(1) Eksportir Prekursor Tabel I wajib memiliki Surat Persetujuan Ekspor dari Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan setiap kali melakukan ekspor prekursor.

(2) Untuk memperoleh Surat Persetujuan Ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

eksportir wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan dengan menggunakan format sesuai dengan Lampiran 5 ...

(3) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilengkapi dengan:

a. Fotokopi Ijin Usaha Industri / Tanda Daftar Industri (TDI) bagi importir pengguna

prekursor atau fotokopi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) bagi importir terdaftar

prekursor;

b. Fotokopi Angka Pengenal Eksportir;

c. Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan;

d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;

e. Surat persetujuan impor dari otoritas nasional negara pengimpor;

f. Data lain yang diperlukan.

Pasal 37

(1) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan memberikan keputusan terhadap

permohonan Surat Persetujuan Ekspor dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah

permohonan lengkap diterima.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 17: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Surat Persetujuan Ekspor

atau surat penolakan.

(3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari 7 (tujuh) rangkap, yang

terdiri dari:

a. rangkap pertama untuk eksportir;

b. rangkap kedua untuk INCB;

c. rangkap ketiga untuk otoritas nasional negara pengimpor;

d. rangkap keempat untuk Departemen Luar Negeri;

e. rangkap kelima untuk Balai Besar/ Balai POM setempat;

f. rangkap keenam untuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

g. rangkap ketujuh untuk arsip.

Pasal 38

Ketentuan ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 juga berlaku untuk

re-ekspor Prekursor Tabel I yang masuk ke wilayah Indonesia secara ilegal.

Paragraf 3

Notifikasi Impor dan Ekspor

Pasal 39

(1) Eksportir Prekursor Tabel II wajib memiliki Notifikasi Pra Ekspor dari Menteri

Perdagangan setiap kali melakukan ekspor prekursor.

(2) Untuk memperoleh Notifikasi Pra Ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) eksportir

wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Perdagangan.

Pasal 40

(1) Menteri Perdagangan menyampaikan Notifikasi Pra Ekspor kepada pemerintah negara

pengimpor.

(2) Ekspor prekursor hanya dapat dilaksanakan setelah Notifikasi Pra Ekspor sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disetujui oleh pemerintah negara pengimpor dengan menerbitkan

Notifikasi Pra Impor.

(3) Notifikasi Pra Ekspor dianggap telah disetujui oleh pemerintah negara pengimpor apabila

dalam waktu 3 (tiga) hari tidak diterbitkan Notifikasi Pra Impor.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 18: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 41

(1) Importir Prekursor Tabel II wajib memiliki Notifikasi Pra Impor setiap kali melakukan

impor prekursor.

(2) Notifikasi Pra Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Menteri

Perdagangan berdasarkan Notifikasi Pra Ekspor yang dikirimkan oleh pemerintah negara

pengekspor.

(3) Menteri Perdagangan mengeluarkan Notifikasi Pra Impor dalam tenggang waktu

tercantum dalam Notifikasi Pra Ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Paragraf 4

Pengangkutan

Pasal 42

Ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pengangkutan barang tetap berlaku bagi

pengangkutan Prekursor, kecuali ditentukan lain dalam peraturan pemerintah ini.

Pasal 43

(1) Setiap pengangkutan impor Prekursor Tabel I wajib dilengkapi dengan dokumen

persetujuan ekspor Prekursor yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku di negara pengekspor dan Surat Persetujuan Impor Prekursor yang

dikeluarkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

(2) Setiap pengangkutan ekspor wajib dilengkapi dengan Surat Persetujuan Ekspor Prekursor

Tabel I yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan dokumen

persetujuan impor Prekursor yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 44

Pengangkutan Prekursor Tabel I wajib dilengkapi dengan dokumen yang lengkap dan sah.

Paragraf 5

Penandaan

Pasal 45

Pada kemasan Prekursor wajib mencantumkan penandaan sekurang-kurangnya:

a. Nama bahan kimia/prekursor;

b. Nama dan alamat Perusahaan yang memproduksi prekursor;

c. Nomor Chemical Abstracts Services (CS);

www.djpp.depkumham.go.id

Page 19: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

d. Nomor Harmonized System (HS)

e. Sifat fisika atau kimia;

f. Cara penyimpanan;

g. Peringatan pengamanan;

h. Simbol/gambar tanda bahaya;

i. Informasi mengenai cara pengangkutan barang, label yang sah berisi informasi yang

lengkap dengan tulisan jelas dan mudah dibaca, tidak mudah luntur, tidak mudah rusak

karena air, gesekan, pengaruh udara atau sinar matahari.

Bagian Ketujuh

Pencatatan dan Pelaporan

Pasal 46

Setiap importir Prekursor Tabel I wajib menyampaikan laporan realisasi impor setiap kali

mengimpor paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya Prekursor kepada Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

dengan menggunakan format sesuai Lampiran.

Pasal 47

(1) Setiap industri farmasi atau kimia yang mengelola Prekursor Tabel I wajib membuat

catatan dan menyampaikan laporan tentang penerimaan/pemasukan dan penggunaan

prekursor kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan setiap bulan

selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

(2) Setiap Pedagang Bahan Baku Farmasi atau importir kimia yang mengelola Prekursor

Tabel I wajib membuat catatan dan penyaluran prekursor dan menyampaikan laporan

tentang penerimaan/pemasukan dan penyaluran prekursor kepada Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan

berikutnya.

(3) Setiap pengguna akhir Prekursor Tabel I wajib membuat catatan dan menyampaikan

laporan tentang penerimaan/pemasukan dan penggunaan prekursor kepada Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan

berikutnya.

(4) Setiap produsen Prekursor Tabel I wajib membuat catatan dan menyampaikan laporan

tentang produksi dan distribusi prekursor kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 20: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Makanan selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya

(5) Catatan dan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) wajib

disimpan sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun.

Bagian Kedelapan

Pemeriksaan Sarana

Pasal 48

(1) Dalam rangka pengawasan petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Satuan

Tugas Prekursor memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan sarana sesuai

dengan tugas, fungsi, dan kewenangan.

(2) Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kewenangan untuk:

a. memasuki setiap tempat yang digunakan atau diduga digunakan dalam kegiatan

produksi, ekspor, impor, distribusi, penggunaan, penyimpanan, dan pengangkutan

prekursor untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh dan segala sesuatu

yang digunakan dalam kegiatan produksi, ekspor, impor, distribusi, penggunaan,

penyimpanan, dan pengangkutan prekursor;

b. menghentikan, memeriksa, dan mencegah setiap sarana angkutan yang diduga atau

patut diduga digunakan dalam pengangkutan prekursor serta mengambil dan

memeriksa contoh prekursor;

c. melakukan pemeriksaan terhadap kemasan dan penandaan prekursor;

d. melakukan pemeriksaan dokumen atau catatan lain yang memuat atau diduga memuat

keterangan mengenai kegiatan produksi, ekspor, impor, distribusi, penggunaan,

penyimpanan, dan pengangkutan prekursor, termasuk menggandakan atau mengutip

keterangan tersebut;

e. memerintahkan untuk memperlihatkan ijin usaha atau dokumen lain.

Pasal 49

(1) Pemeriksa dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dilengkapi dengan surat tugas.

(2) Surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya berisi:

a. nama petugas;

b. nama dan alamat tempat kegiatan yang akan dilakukan pemeriksaan;

c. alasan dilakukan pemeriksaan;

d. tanggal, bulan, dan tahun pelaksanaan pemeriksaan;

www.djpp.depkumham.go.id

Page 21: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

e. keterangan lain yang dianggap perlu.

(3) Surat tugas pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas Badan Pengawas Obat dan

Makanan ditandatangani oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh Kepala Badan.

(4) Surat tugas pemeriksaan yang dilakukan oleh Satuan Tugas Prekursor ditandatangani

oleh Ketua Satuan Tugas Prekursor.

Pasal 50

Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya pemeriksaan oleh pemeriksa

mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan apabila pemeriksa yang bersangkutan tidak

dilengkapi dengan surat tugas.

Bagian Kesembilan

Penyidikan

Pasal 51

(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Departemen yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya meliputi bidang pengawasan prekursor diberi wewenang khusus sebagai

penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) untuk melakukan penyidikan tindak pidana di

bidang prekursor.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berwenang:

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana

di bidang prekursor;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di

bidang prekursor;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan

tindak pidana di bidang prekursor;

d. melakukan pemeriksaan atas surat dan atau dokumen lain tentang tindak pidana di

bidang prekursor;

e. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak

pidana di bidang prekursor;

f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di

www.djpp.depkumham.go.id

Page 22: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

bidang prekursor;

g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan

tentang adanya tindak pidana di bidang prekursor.

(3) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan menurut

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB VI

GANTI RUGI NARKOTIKA YANG TELAH DIMUSNAHKAN

Pasal 52

(1) Pemerintah memberikan ganti rugi kepada pemilik narkotika sitaan yang telah

dimusnahkan.

(2) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap terbukti narkotika sitaan

tersebut diperoleh atau dimiliki secara sah.

Pasal 53

(1) Pemilik narkotika sitaan yang telah dimusnahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44

ayat (1) atau ahli warisnya atau pihak lain yang berkepentingan dapat mengajukan tuntutan

ganti rugi.

(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Menteri

Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan sejak putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap, yang menyatakan narkotika sitaan tersebut terbukti diperoleh atau

dimiliki secara sah.

Pasal 54

Besarnya biaya ganti rugi paling sedikit Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan paling banyak

Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang ditentukan hakim dalam isi putusan.

Pasal 55

Menteri Keuangan melaksanakan pemberian ganti rugi dalam waktu paling lambat 30 (tiga

puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya penetapan pengadilan.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 23: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 56

(1) Pelaksanaan pemberian ganti rugi diberitahukan oleh Menteri Keuangan kepada Ketua

Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Tinggi dan/atau Ketua Mahkamah Agung yang

memutus perkara disertai tanda bukti pelaksanaan pemberian ganti rugi tersebut.

(2) Salinan tanda bukti pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

Jaksa, pemilik, atau pihak lain yang berkepentingan dari narkotika sitaan yang

dimusnahkan.

(3) Setelah menerima tanda bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua Pengadilan

Negeri mengumumkan pelaksanaan pemberian ganti rugi pada papan pengumuman

pengadilan yang bersangkutan.

Pasal 57

(1) Dalam hal pelaksanaan pemberian ganti rugi kepada pemilik, ahli waris sah atau pihak lain

yang berkepentingan atas narkotika sitaan yang dimusnahkan melampaui batas waktu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, pemilik atau keluarga atau ahli warisnya dapat

melaporkan hal tersebut kepada Ketua Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Tinggi,

dan/atau Ketua Mahkamah Agung.

(2) Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera mengeluarkan penetapan untuk

memerintahkan Menteri Keuangan untuk melaksanakan putusan tersebut paling lambat 14

(empat belas) hari kerja terhitung sejak penetapan tersebut diterima.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT, JAMINAN KEAMANAN

DAN PERLINDUNGAN, SYARAT DAN TATA CARA

PEMBERIAN PENGHARGAAN

Bagian Kesatu

Bentuk Peran Serta Masyarakat

Pasal 58

Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperanserta dalam

membantu upaya pencegahan, penanggulangan, dan penegakan hukum terhadap tindakan

penyalahgunaan narkotika.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 24: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 59

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dilakukan dalam bidang :

a. pencegahan;

b. penegakan hukum;

c. rehabilitasi medis;

d. rehabilitasi sosial; dan

e. terapi tradisional dan keagamaan.

Pasal 60

(1) Anggota masyarakat dan/atau korporasi wajib melaporkan kepada kesatuan kepolisian

terdekat atau Badan Narkotika Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota dalam rangka

pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkotika. apabila

mengetahui adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

(2) Dalam hal tindak pidana narkotika berkaitan dengan kepabeanan maka informasi, laporan,

dan petunjuk dapat dilaporkan kepada pejabat Bea dan Cukai terdekat.

(3) Penyampain informasi, laporan dan petunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) dapat dilakukan secara tertulis, lisan, atau melalui sarana komunikasi lainnya.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib ditindaklanjuti oleh

instansi yang menerima laporan.

Pasal 61

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Jaminan Keamanan dan Perlindungan

Pasal 62

Saksi, ahli, pelapor, penyelidik, penyidik pembantu, penyidik, jaksa/penuntut umum, hakim,

dan petugas pemasyarakatan beserta keluarganya, yang berkaitan dengan perkara tindak

pidana narkotika dan tindak pidana prekursor narkotika wajib diberi perlindungan oleh Negara

dalam hal adanya ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya baik sebelum,

selama, maupun sesudah proses pemeriksaan perkara.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 25: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 63

(1) Jaminan keamanan dan perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilakukan

dalam bentuk :

a. penjagaan;

b. pengawalan;

c. pengawasan;

d. perahasiaan identitas saksi, pelapor, dan petugas dalam penyamaran;

e. perahasiaan alamat rumah; atau

f. bentuk lain.

(2) Jaminan keamanan dan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 64

(1) Perlindungan terhadap saksi, ahli, pelapor dan keluarganya dilakukan berdasarkan :

a. inisiatif aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan/atau

b. permohonan dari saksi, ahli, atau pelapor.

(2) Perlindungan terhadap penyelidik, penyidik pembantu, penyidik, jaksa/penuntut umum,

hakim, petugas pemasyarakatan dan keluarganya dilakukan berdasarkan :

a. inisiatif dari aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan/atau

b. laporan kepada atasannya masing-masing.

(3) Permohonan atau laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf

b disampaikan kepada aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk

ditindaklanjuti.

Pasal 65

Setelah menerima permohonan atau laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1)

huruf b dan ayat (2) huruf b aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan :

a. klarifikasi atas kebenaran permohonan atau laporan; dan

b. identifikasi bentuk perlindungan yang diperlukan.

Pasal 66

Pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dihentikan apabila :

a. ada permohonan dari yang bersangkutan yang disetujui oleh aparat Kepolisian Negara

www.djpp.depkumham.go.id

Page 26: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Republik Indonesia;

b. yang dilindungi meninggal dunia; atau

c. berdasarkan pertimbangan aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa

perlindungan tidak diperlukan lagi.

Pasal 67

(1) Saksi, ahli, pelapor, penyelidik, penyidik pembantu, penyidik, jaksa/penuntut umum,

hakim, dan petugas pemasyarakatan beserta keluarganya tidak dikenakan biaya atas

perlindungan yang diberikan kepadanya.

(2) Biaya yang berkaitan dengan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibebankan pada anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Bagian Ketiga

Pemberian Penghargaan

Pasal 68

Setiap orang yang berjasa dalam pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan, dan peredaran

gelap narkotika dapat diberikan penghargaan.

Pasal 69

(1) Penghargaan diberikan dalam bentuk:

a. piagam;

b. premi; dan/atau

c. penghargaan lainnya.

(2) Penghargaan dalam bentuk premi diberikan berupa uang dari anggaran Badan Narkotika

Nasional, Badan Narkotika Propinsi, atau Badan Narkotika Kabupaten/Kota.

(3) Penghargaan dalam bentuk lainnya dapat diberikan oleh pihak yang berwenang dan/atau

pihak lain yang ingin berpartisipasi.

Pasal 70

(1) Penilaian terhadap jasa anggota masyarakat untuk menentukan penghargaan dilakukan

oleh Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi, atau Badan Narkotika

Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan :

a. besarnya pengaruh atau dampak dari jasa yang diberikan baik kuantitas maupun

kualitas terhadap upaya pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran

www.djpp.depkumham.go.id

Page 27: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

gelap narkotika dalam masyarakat;

b. besarnya pengorbanan yang diberikan dan respons masyarakat dalam melaksanakan

kegiatan dalam rangka pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan, dan peredaran

gelap narkotika;

c. tindakan yang dilakukan memiliki nilai strategis dan daya dorong yang besar dalam

upaya pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkotika

dimasa yang akan datang.

(2) Ketentuan mengenai besarnya premi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Ketua Badan

Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi, atau Badan Narkotika Kabupaten/Kota.

Pasal 71

Tata cara pemberian penghargaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Ketua Badan Narkotika

Nasional.

BAB VIII

TATA CARA PENGGUNAAN HARTA KEKAYAAN ATAU

ASET YANG DIRAMPAS UNTUK NEGARA

Pasal 72

Seluruh harta kekayaan atau aset yang merupakan hasil tindak pidana narkotika dan tindak

pidana prekursor narkotika dan tindak pidana pencucian uang dari tindak pidana narkotika

dan tindak pidana prekursor narkotika berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap, dirampas untuk negara dan digunakan unutk

kepentingan pelaksanaan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkotika dan prekursor narkotika, upaya rehabilitasi medis dan sosial, serta

pemberian penghargaan kepada yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana

narkotika, tindak pidana prekursor narkotika dan tindak pidana pencucian uang yang

berkaitan dengan tindak pidana narkotika dan tindak pidana prekursor narkotika.

Pasal 73

Seluruh harta kekayaan atau aset yang diramapas untuk Negara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 72, diserahkan kepada Badan Narkotika Nasional atau Badan Narkotika

Propinsi atau Badan Narkotika Kabupaten / Kota, sesuai locus delicti atau tingkat

www.djpp.depkumham.go.id

Page 28: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

penanganan perkara.

Pasal 74

Harta kekayaan atau aset yang dirampas berupa uang digunakan untuk kepentingan

pelaksanaan pencegahan, pemberatasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika upaya rehabilitasi medis dan sosial serta pemberian penghargaan,

dengan rincian :

a. Sejumlah 20 (dua puluh) % digunakan unutk kegiatan pencegahan dan 20 (dua puluh)

% untuk kegiatan rehabilitasi medis dan soisial.

b. Sejumlah 45 (empat puluh lima ) % unutk penyelidikan, penyidikan, penangkapan,

penggeledahan, pensitaan dan pemeriksaan tersangka dan barang bukti, yang dilakukan

oleh Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Indonesia dan penyidik pejabat Pegawai

Negeri Sipil.

c. Sejumlah 5 (lima) % untuk kegiatan bidang penuntutan yang dilakukan oleh Kejaksaan,

dan 5 (lima) % untuk kegiatan bidang peradilan, yang dilakukan Pengadilan.

d. Sejumlah 5 (lima) % untuk pemberian penghargaan kepada mereka yang berjasa dalam

mengungkap adanya tindak pidana narkotika dan tindak pidana prekursor narkotika,

serta tindak pidana pencucian uang yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika dan

tindak pidana prekursor narkotika.

Pasal 75

(1) Harta kekayaan atau aset berbentuk benda tidak bergerak atau benda bergerak,

berwujud melalui penjualan lelang dikonversi dalam bentuk uang.

(2) Penjualan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dilakukan oleh Panitia

yang ditunjuk oleh Ketua Badan Narkotika Nasional atau Ketua Badan Narkotika

Propinsi atau Ketua Badan Narkotika Kabupaten / Kota.

(3) Hasil penjualan lelang tersebut pada ayat (2) diatas diserahkan kepada Badan Narkotika

Nasional atau Badan Narkotika Propinsi atau Badan Narkotika Propinsi atau Badan

Narkotika Kabupaten / Kota, untuk dipergunakan sesuai Pasal 74.

Pasal 76

(1) Badan Narkotika Nasional atau Badan Narkotika Propinsi atau Badan Narkotika

Kabupaten / Kota membuat pertanggung jawaban keuangan sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 29: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

(2) Badan - badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengadakan pengawasan terhadap

instansi yang menerima dana tersebut dalam Pasal 75, tentang realisasi pemanfaatannya,

dan pertanggung jawaban keuangannya.

BAB IX

TINDAKAN ADMINISTRASI

Pasal 77

(1) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan berwenang melakukan tindakan

administratif terhadap pelanggaran ketentuan peraturan pemerintah ini dalam kegiatan

produksi, ekspor, impor, distribusi, penggunaan, penyimpanan, dan pengangkutan

prekursor Tabel I.

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. peringatan secara tertulis;

b. perintah re-ekspor ke negara asal;

c. penghentian sementara kegiatan produksi dan/atau distribusi; atau

d. pencabutan atau rekomendasi pencabutan ijin.

(3) Apabila diketemukan cukup bukti bahwa telah terjadi tindak pidana di bidang prekursor

maka segera ditindaklanjuti dengan penyidikan.

BAB X

KETENTUAN LAIN

Pasal 78

Selain wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah ini,

Prekursor Tabel I yang termasuk bahan baku farmasi juga tunduk kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 79

www.djpp.depkumham.go.id

Page 30: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini

dengan penempatanya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal……

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal ……

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

HAMID AWALUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR …

www.djpp.depkumham.go.id

Page 31: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

RANCANGAN

PENJELASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR … TAHUN

TENTANG NARKOTIKA

I. UMUM

Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan di sisi

lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila

dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.

Undang-Undang Nomor … Tahun … tentang Narkotika mengamanatkan ketentuan

mengenai kegiatan transito narkotika, pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang

berhubungan dengan narkotika, peran serta masyarakat, jaminan keamanan dan

perlindungan, syarat dan tata cara pemberian penghargaan, syarat dan tata cara

penyimpanan narkotika yang disita, pelaksanaan pemberian ganti rugi, dan tata cara

penggunaan dan pengawasan prekursor dan alat-alat potensial yang dapat

disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana narkotika diatur dengan Peraturan

Pemerintah. Berdasarkan amanat tersebut, Peraturan Pemerintah ini mempunyai

lingkup pengaturan mengenai ketentuan-ketentuan tersebut.

Transito narkotika adalah kegiatan pengangkutan narkotika dari suatu negara ke negara

lain dengan melalui dan singgah di wilayah Negara Republik Indonesia yang terdapat

Kantor Pabean dengan atau tanpa berganti sarana pengangkut. Dalam rangka

pengawasan kegiatan transito narkotika Peraturan Pemerintah ini menentukan, antara

lain :

1. setiap negara pengekspor dan negara pengimpor narkotika wajib memberitahukan

transito narkotika kepada Pejabat Bea dan Cukai dan Pejabat Badan Pengawas Obat

dan Makanan;

2. pengemasan kembali narkotika pada transito narkotika hanya dapat dilakukan

terhadap kemasan asli narkotika yang mengalami kerusakan dan harus dilakukan

dengan persetujuan dan pengawasan Pejabat Bea dan Cukai dan Pejabat Badan

www.djpp.depkumham.go.id

Page 32: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pengawas Obat dan Makanan;

3. apabila terjadi pergantian sarana pengangkut, pembongkaran narkotika dilakukan

pada kesempatan pertama oleh nakhoda dengan disaksikan oleh Pejabat Bea dan

Cukai dan Pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan;

4. terhadap pelanggaran kewajiban dalam transito narkotika, pejabat Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu berwenang

menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut narkotika dan barang di atasnya.

Pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang berhubungan dengan narkotika dilakukan

oleh Pemerintah dalam rangka pencegahan, penanggulangan, pemberantasan,

penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkotika di bawah koordinasi Badan Narkotika

Nasional.

Dalam rangka penyimpanan narkotika sitaan dalam rangka penyidikan, penuntutan,

dan pemeriksaan di sidang pengadilan, Peraturan Pemerintah ini memberdayakan

Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara (RUPBASAN) sebagai tempat

penyimpanan narkotika sitaan. Hingga saat ini terdapat 30 RUPBASAN yang berada di

setiap provinsi di seluruh Indonesia.

Prekursor narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat

digunakan dalam proses pembuatan narkotika. Dalam Peraturan Pemerintah ini,

prekursor yang diatur dibatasi pada prekursor Tabel 1 sebagaimana ditentukan dalam

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1988. Sedangkan alat-alat potensial yang

dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana narkotika, seperti alat-alat untuk

membuat atau memproduksi narkotika, alat madat, alat suntik, dan alat lainnya yang

dipergunakan untuk memasukkan narkotika ke dalam tubuh manusia. Dalam rangka

pengawasan, kegiatan mengimpor, mengekspor, dan memproduksi prekursor dan

alat-alat potensial lainnya dilakukan oleh pemerintah yang dalam Peraturan Pemerintah

ini dilakukan oleh :

1. Menteri Kesehatan;

2. Menteri Perindustrian;

3. Menteri Perdagangan; dan

4. Kepala Badan POM.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 33: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Narkotika atau barang sitaan yang telah dimusnahkan berdasarkan penetapan Kepala

Kejaksaan Negeri atau tanaman narkotika yang dimusnahkan oleh Penyidik Pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia, apabila dikemudian hari terbukti berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap diketahui diperoleh

atau dimiliki secara sah, kepada pemilik barang, atau ahli warisnya, atau pihak lain

yang berkepentingan diberikan ganti rugi oleh Pemerintah. Besarnya ganti rugi

ditetapkan paling sedikit Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp

5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang ditentukan hakim dalam isi putusannya.

Dalam rangka membantu upaya pencegahan, penegakan hukum, dan penanggulangan

terhadap tindakan penyalahgunaan narkotika, masyarakat mempunyai kesempatan

yang seluas-luasnya untuk berperan serta. Peran serta tersebut dapat dilakukan dalam

bidang :

1. pencegahan;

2. penegakan hukum;

3. terapi; dan

4. rehabilitasi.

Dalam rangka menciptakan keamanan, terhadap saksi, ahli, pelapor, penyelidik,

penyidik, pembantu, penyidik, jaksa/penuntut umum, hakim, dan petugas

pemasyarakatan beserta keluarganya yang menangani perkara tindak pidana narkotika

diberikan perlindungan oleh negara. Jaminan keamanan dan perlindungan tersebut

berupa :

1. penjagaan;

2. pengawalan;

3. pengawasan;

4. perahasiaan identitas saksi, pelapor, dan petugas dalam penyamaran;

5. perahasiaan alamat rumah; atau

6. bentuk lain.

Kepada setiap orang yang berjasa dalam pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan,

dan peredaran gelap narkotika dapat diberikan penghargaan, dalam bentuk :

1. piagam;

2. premi; dan/atau

3. penghargaan lainnya.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 34: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Pengangkutan Narkotika pada Transito Narkotika dari Kawasan Pabean

dengan tujuan untuk diangkut lanjut dilakukan dengan menggunakan

Pemberitahuan Pabean (Dokumen Pelindung Untuk Angkut Lanjut)

yang diajukan oleh Pengangkut kepada Pejabat Bea dan Cukai (di

Kantor Pabean) yang mengawasi Kawasan Pabean tempat transit.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 35: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Pengawasan dilakukan dalam rangka upaya pencegahan, pemberantasan,

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika.

Pengawasan dilakukan terhadap seluruh kegiatan baik yang dilakukan oleh

lembaga/instansi pemerintah maupun masyarakat.

Yang dimaksud dengan “lembaga/instansi Pemerintah” dalam Pasal ini adalah

lembaga/instansi Pemerintah yang terkait dengan kegiatan yang berhubungan

dengan Narkotika, antara lain, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial,

Departemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional, Kepolisian Negara

Republik Indonesia, Departemen Pertahanan, Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Narkotika

Nasional.

Yang dimaksud dengan “masyarakat” dalam Pasal ini adalah perorangan,

kelompok, atau Lembaga Sosial Kemasyarakatan.

Pasal 14

Dalam melakukan pencegahan, penanggulangan, pemberantasan,

penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkotika, instansi pemerintah

melaksanakan pengawasan sesuai dengan tugas, fungsi, dan wewenangnya.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 36: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Ketentuan ini harus tetap mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh

International Narcotics Control Board (INCB).

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 37: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 38: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 50

Cukup jelas.

.Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Huruf a

Peran serta masyarakat dalam bidang pencegahan berupa pemberian

penerangan, penyuluhan, membina keluarga sejahtera, menjalankan

pola hidup sehat, membina lingkungan bersih narkotika, pendidikan

keterampilan hidup, pendidikan keagamaan, pendidikan olah raga, dan

lain-lain.

Huruf b

Peran serta masyarakat dalam bidang penegakan hukum berupa

memberikan informasi kepada Badan POM atau Kesatuan Kepolisian

terdekat tentang adanya penyelewengan narkotika dari sumber resmi ke

pasaran gelap, melaporkan adanya tindak pidana narkotika,

menyerahkan tersangka pelaku tindak pidana narkotika yang tertangkap

tangan kepada Kesatuan Kepolisian terdekat, ikut serta mengamankan

lingkungan (RT, RW, sekolah, perguruan tinggi, pemukiman,

perkantoran dan lain-lain) yang terkait dengan tindak pidana narkotika.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 39: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Huruf c

Peran serta masyarakat dalam bidang terapi berupa :

1. membantu terbentuknya tempat pelayanan terapi berbasis

masyarakat dalam bentuk :

a. rumah dampingan (out reach centre);

b. unit–unit pelayanan terapi dalam komunitas (community base

unit), yaitu :

- pendidikan disekolah, perguruan tinggi dan pesantren;

- keagamaan : di mesjid, di gereja, vihara dll.

- tempat kerja.

2. Membentuk tempat terapi non medis dengan metode tradisional dan

metode yang berhubungan dengan agama dan spiritual.

3. Membentuk tempat pelayanan terapi medis swasta di praktek

dokter, klinik, dan rumah sakit.

Huruf d

Peran serta masyarakat dalam bidang rehabilitasi berupa : pembentukan

tempat rehabilitasi sosial, membentuk kelompok-kelompok relawan

untuk purna rawat (after care), memberi kesempatan untuk magang di

tempat kerja, membangun rumah dampingan, membentuk kelompok

keluarga penunjang (family support group).

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

www.djpp.depkumham.go.id

Page 40: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1330_DRAFT RPP NARKOTIKA.pdf · aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk ... Alat-alat

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Cukup jelas

Pasal 79

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ….

www.djpp.depkumham.go.id